Anda di halaman 1dari 11

PERTUMBUHAN DAN MOBILITAS PENDUDUK PADA MASA ORDE BARU

2.1. Pengertian Mobilitas Penduduk

Mobilitas sendiri, memiliki arti sebagai perubahan, pergeseran,peningkatan ataupun penurunan status
dan peran anggotanya, sedangkan Penduduk memiliki arti sebagai salah satu aset dasar dalam
pembangunan, maka dari itu Mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan
secara keseluruhan. Mobilitas telah menjadi penyebab dan penerima dampak dari perubahan dalam
struktur ekonomi dan sosial suatu daerah. Oleh sebab itu, tidak terlalu tepat untuk hanya menilai
semata-mata aspek positif maupun negatif dari mobilitas penduduk terhadap pembangunan yang yang
ada, tanpa memperhitungkan pengaruh kebaikannya.Tidak akan terjadi proses pembangunan tanpa
adanya mobilitas penduduk. Tetapi juga tidak akan terjadi pengarahan penyebaran penduduk yang
berarti tanpa adanya kegiatan pembangunan itu sendiri.

2.2. Mobilitas penduduk masa orde baru

Para penduduk yang akan berpindah, atau migran, telah memperhitungkan berbagai kerugian dan
keuntungan yang akan di dapatnya sebelum yang bersangkutan memutuskan untuk berpindah atau
menetap ditempat asalnya. Dalam hubungan ini tidak ada unsur paksaan untuk melakukan migrasi.
Tetapi semenjak dasawarsa 1970-an banyak dijumpai pula mobilitas pendudukyang bersifat paksaan
atau dukalara atau terdesak (impelled) (Peterson,W:1969).Mobilitas penduduk akibat kerusuhan
politik atau bencana alam seperti yang terjadi diSakel ataupun Horn, Afrika merupakan salah satu
contoh.

Adanya berbagai tekanan dari segi politik, sosial, ataupun budaya menyababkan individu tidak memiliki
kesempatan dan kemampuan untuk melakukan perhitungan manfaat ataupun kerugian dari aktivitas
migrasi tersebut. Mereka berpindah ke daerah baru dalam kategori sebagai pengungsi(refugees).
Para pengungsi ini memperoleh perlakuan yang berbeda di daerah tujuan dengan migran yang
berpindah semata-mata karena motif ekonomi (Beyer, Gunther;1981; Adelman: 1988). Dalam
kenyataannya, secara konseptual maupun metodelogi, para ahli sampaisaat ini masih mengalami
kesulitan dalam membedakan secara lebih tajam antaramigran dengan motif ekonomi dan migran
karena motif-motif non ekonomi (Kunz. E.F.; 1973; King, Rusell: 1966).

Interaksi atau hubungan timbal-balik juga yang saling mempengaruhi bukan hanya terjadi antara
manusia dan lingkungannya, juga terjadi antar sesama manusia. Hubungan yang terjadi tidak terbatas
hanya dalam dsatu wilayah, tetapi juga wilayah-wilayah lainnya. Misalnya antar desa dengan kota,
antara kota dengan kota atau bahkan lebih luas lagi. Oleh karena itu interaksi ini dapat diartikan sebagai
suatu hubungan timbal-balik yang saling mempengaruhi antara dua wilayah kota atau lebih, yang dapat
melahirkan gejala, kenampakan atau permasalahan baru.

Menurut Edward Ullman ada 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya interaksi kota, yaitu :
1. Adanya wilayah yang saling melengkapi (regional complementary)
Hal ini dapat terjadi karena setiap wilayah memiliki sumber daya alam dan kebutuhan yang berbedabeda.
2. Adanya kesempatan untuk berinteraksi
Hubungan antar wilayah dapat diperlemah oleh ketidak adaan interaksi sesama.
3. Adanya kemudahan transfer/pemindahan dalam ruang (spatial transfer ability)
Kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang dipengaruhi oleh jarak mutlak dan jarak relatif
antarwilayah, adanya biaya transportasi, dan kelancaran sarana transportasi antarwilayah
Dalam kaitannya dengan interaksi kota tersebut, maka mobilitas penduduk dapat diartikan sebagai
suatu perpindahan penduduk, baik secara teritorial, spacial, atau geografis. Konsep mobilitas penduduk
ini mengandung arti bahwa terjadinya interaksi masyarakat antara dua kota berlangsung secara intensif.
Misalnya, interaksi yang terjadi antara masyarakat dan berbagai kota yang ada dipulau jawa semakin
bertambah marak dengan adanya dukungan sarana transportasi, bahkan waktu tempuh pun semakin
singkat.

No

Tahun Sensus

Jumlah Penduduk

1930

60.700.000

1961

97.100.000

1973

119.200.000

1980

147.500.000

1990

179.300.000

Pusat-Pusat pertumbuhan di Indonesia pada masa Orde Baru,

Untuk mengetahui munculnya pusat-pusat pertumbuhan di Indonesia terdapat 2 teori yaitu :


1. Teori Tempat Sentral ( central place theory ) oleh Walter Christaller
Bahwa Pusat lokasi aktivitas yang melayani berbagai kebutuhan penduduk harus berada di suatu tempat
sentral yaitu tempat yang memungkinkan partisipasi manusia dengan jumlah yang maksimum.Tempat
sentral itu berupa ibukota kabupaten, kecamatan, propinsi ataupun ibukota Negara. Masing-masing titik
sentral memiliki daya tarik terhadap penduduk untuk tinggal disekitarnya dengan daya jangkau yang
berbeda.

2. Teori Kutub Pertumbuhan ( Growth Pole Theory ) oleh Lerroux


Bahwa pembangunan yang terjadi di manapun tidak terjadi secara serentak tapi muncul pada tempattempat tertentu dengan kecepatan dan identitas yang berbeda. Kawasan yang menjadi pusat
pembangunan dinamakan pusat-pusat atau kutub-kutub pertumbuhan. Dari kutub inilah proses
pembangunan menyebarke wilayah-wilayah lain di sekitarnya.

Faktor penyebab suatu titik lokasi menjadi pusat pertumbuhan


Suatu titik lokasi menjadi pusat pertumbuhan disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
1. Kondisi fisik wilayah
2. Kekayaan sumber daya alam
3.Sarana dan prasarana transportasi
4. Adanya industri

Jenis-jenis Mobilitas penduduk :

Migrasi

Migrasi atau mobilitas penduduk dari satu daerah ke daerah lainnya dapat dikelompokkan menjadi dua:
a. Migrasi internasional, yaitu perpindahan penduduk yang dilakukan antarnegara.

Migrasi internasional dibedakan menjadi imigrasi dan emigrasi.

1) Imigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara lain ke dalam suatu negara. Contoh orang
India masuk ke Indonesia.
2) Emigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara menuju ke negara lain. Contoh orang
Indonesia pergi bekerja ke luar negeri, misalnya para Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di Malaysia.
b. Migrasi nasional, yaitu proses perpindahan penduduk di dalam satu negara.

Migrasi nasional ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu:


1) Migrasi penduduk sementara atau migrasi sirkuler, terdiri dari:
a) penglaju, yaitu perpindahan penduduk dari tempat tinggal asal menuju ke tempat tujuan yang
dilakukan setiap hari pulang pergi untuk melakukan suatu pekerjaan.
b) perpindahan penduduk musiman, maksudnya perpindahan yang dilakukan hanya bersifat sementara
pada musim-musim tertentu.

2) Migrasi penduduk menetap meliputi transmigrasi dan urbanisasi.


Transmigrasi, yaitu perpindahan dari salah satu wilayah untuk menetap di wilayah lain dalam wilayah
negara.

Migrasi, baik migrasi internasional maupun nasional tentu ada pengaruhnya. Sebagai contoh untuk
transmigrasi, urbanisasi, atau emigrasi sebagai TKI, dampak negatifnya adalah:
di perdesaan tenaga di sektor pertanian berkurang,
banyak lahan tidak tergarap,
produktivitas pertanian dapat menurun, dan
tenaga terdidik sebagai tenaga penggerak pembangunan berkurang.

Namun migrasi juga ada akibat positifnya, yaitu:


meningkatkan pendapatan penduduk desa,
mengurangi kepadatan penduduk,
menularkan pengalaman kota, dan

masyarakat desa ingin maju.

Transmigrasi

Transmigrasi yaitu perpindahan penduduk dari satu pulau kepulau lain dalam satu negara.
Program transmigrasi (bahasa Indonesia: Transmigrasi) merupakan inisiatif dari pemerintah
kolonial Belanda, dan kemudian dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia untuk memindahkan penduduk
dari daerah padat penduduk Indonesia untuk daerah yang kurang padat penduduknya. Transmigrasi ini
memindahkan penduduk secara permanen dari pulau Jawa, tetapi juga untuk tingkat yang lebih rendah
dari Bali dan Madura, untuk daerah yang kurang padat penduduk termasuk Papua, Kalimantan,
Sumatera, dan Sulawesi. Tujuan dari program ini adalah untuk mengurangi kemiskinan yang cukup besar
dan kelebihan penduduk di Jawa, untuk memberikan kesempatan bagi pekerja keras orang miskin, dan
untuk menyediakan tenaga kerja untuk lebih memanfaatkan sumber daya alam pulau-pulau di
nusantara. Program ini, menimbulkkan kontroversi karena kekhawatiran dari populasi asli dari
"Jawanisasi" dan "Islamisasi" telah memperkuat gerakan separatis dan kekerasan komunal.
Untuk mengatasi kepadatan penduduk, pemerintah menggalakkan program transmigrasi. Adapun jenisjenis transmigrasi yang ada adalah :
1. Transmigrasi umum, yaitu transmigrasi yang biayanya ditanggung pemerintah ditujukan untuk
penduduk yang memenuhi syarat.
2. Transmigrasi spontan/swakarsa, yaitu transmigrasi yang seluruh pembiayaannya ditanggung sendiri.
Pemerintah hanya menyediakan lahan pertanian dan rumah.
3. Transmigrasi lokal, yaitu transmigrasi yang dilakukan dalam satu wilayah provinsi.
4. Transmigrasi khusus/sektoral, yaitu transmigrasi yang dilakukan karena penduduk terkena bencana
alam.
5. Transmigrasi bedol desa, yaitu transmigrasi yang dilakukan oleh seluruh penduduk desa berikut
pejabat-pejabat pemerintahan desa.
Untuk mengatur kelahiran penduduk, pemerintah menggalakkan program Keluarga Berencana dalam
rangka mencapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Program KB juga mengarah pada
catur warga, yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak. Ternyata program KB di
Indonesia berhasil sangat baik dan bahkan dijadikan contoh oleh banyak negara untuk mengatasi
masalah kependudukan
Program transmigrasi dibagi 2 periode yaitu tahap pra Pelita dan tahap Pelita. Tujuan Transmigrasi pada
masa Orde Baru yaitu :
1. Meningkatkan taraf hidup rakyat.
2. Meningkatkan pembangunan daerah.

3. Menyeimbangkan persebaran penduduk.


4. Melaksanakan pembangunan secara merata.
5. Memanfaatkan sumber-sumber alam dan tenaga manusia.
6. Memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
7. Memperkuat pertahanan dan keamanan nasional.

Dampak Transmigrasi
Ekonomi
Sebagai contoh, program ini gagal dalam tujuannya untuk meningkatkan situasi migran. Tanah dan
iklim dari lokasi baru mereka pada umumnya hampir tidak seproduktif tanah vulkanik Jawa dan Bali.
Para pemukim tidak memiliki tanah dalam keterampilan bertani, apalagi keterampilan yang sesuai
dengan lahan baru, sehingga mengurangi peluang sukses mereka sendiri.

Lingkungan
Transmigrasi juga telah disalahkan untuk mempercepat deforestasi daerah hutan hujan sensitif,
sebagai daerah yang sebelumnya jarang-penduduknya mengalami peningkatan besar dalam populasi.
TransMigran sering dipindahkan ke yang sama sekali baru "desa-desa transmigrasi," dibangun di daerah
yang relatif tidak terpengaruh oleh aktivitas manusia. Dengan menetap di tanah ini, sumber daya alam
habis dan tanah menjadi overgrazed, mengakibatkan deforestasi.

Politik dan sosial


Program ini telah menghasilkan bentrokan komunal antara kelompok etnis yang telah datang ke
dalam kontak melalui transmigrasi. Sebagai contoh, pada tahun 2001 orang-orang Dayak lokal dan
transmigran Madura bentrok selama konflik Sampit yang mengakibatkan ratusan kematian dan ribuan
orang Madura yang mengungsi. Transmigrasi mengakibatkan kontroversial di provinsi Papua dan Papua
Barat, di mana mayoritas penduduk adalah Kristen. Beberapa masyarakat Papua menuduh pemerintah
telah melakukan Islamisasi di daerah tersebut, atau Islamisasi melalui transmigrasi. Sebagian lain
masyarakat Papua memberi dukungan terhadap transmigrasi karena transmigran dianggap disiplin dan
pekerja keras, dan karena melalui transmigrasi, Papua bisa berteman dengan orang-orang di luar
provinsi asal mereka.

Urbanisasi

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota atau dari kota kecil ke kota besar.
(1) Faktorfaktor yang mendorong terjadinya urbanisasi, sebagai berikut.
(a) Lahan pertanian semakin sempit.
(b) Sulitnya pekerjaan di luar sektor pertanian.
(c) Banyaknya pengangguran di pedesaan.
(d) Fasilitas kehidupan sulit didapat.
(e) Kurangnya fasilitas hiburan.

(2) Faktor penarik di kota, sebagai berikut.


(a) Lapangan pekerjaan lebih banyak.
(b) Banyak menyerap tenaga kerja.
(c) Banyak hiburan.
(d) Banyak fasilitas kehidupan.

Dalam hal urbanisasi, dampak negatif bagi wilayah perkotaan, antara lain:
pertambahan penduduk,
kepadatan penduduk,
peningkatan tenaga kasar,
timbul daerah kumuh,
tuna wisma,
meningkatnya kejahatan,
pengangguran,
kemacetan lalu-lintas, dan
semakin menciptakan rasa individual yang tinggi.

Upaya menghambat arus Urbanisasi menuju kota-kota besar


Alternatif dari kebijaksanaan itu ialah mengubah arah migran menuju ke kota-kota kecil dan kota-kota
sedang. Kota kecil perlu dibangun dengan fasilitas perkotaan, prasarana transportasi dibangun dan
ditingkatkan.
2.3. Faktor pendorong mobilitas penduduk
Mobilitas penduduk mempunyai pengertian pergerakan penduduk dari satu daerah ke daerah lain. Baik
untuk sementara maupun untuk jangka waktu yang lama atau menetap seperti mobilitas ulang-alik
(komunitas) dan migrasi. Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke
tempat yang lain atau dari suatu daerah ke daerah lain.
Penduduk yang melakukan mobilisasi tidaklah semata mata untuk berpindah tempat saja, tetapi hal itu
dilakukan oleh karena dorongan dari tiga faktor yaitu:
1. Penarik.
2. Pendorong.
3. Kendala.
Pada tahun 1885 E.G. Ravenstin ( Bogue, 1969: 755, dalam Suhardi, 2007) mempublikasikan yang dia
sebut sebagai 7 hukum-hukum perpindahan penduduk (migrasi), yang terdiri dari:

1. Migrasi dan jarak, kebanyakan migran melakukan perpindahan dalam jarak dekat. Bila jaraknya
bertambah maka jumlah migrant yang berpindah menurun.
2. Migrasi bertahap, penduduk semula pindah dari daerah pedesaan ke tepi kota besar sebelum masuk
ke dalam kota besar tersebut.
3. Arus dan arus balik, tiap adanya arus migrasi akan terjadi juga migrasi arus balik.
4. Daerah urban (perkotaan) dan rural (pedesaan), penduduk perkotaan kurang melakukan migrasi
dibandingkan dengan penduduk daerah pedesaan.
5. Dominasi wanita pindah jarak dekat, dalam jarak dekat wanita pindah lebih banyak daripada laki-laki.
6. Teknologi dan migrasi, perkembangan teknologi cenderung meningkatkan migrasi.
7. Dominasi motif ekonomi, walaupun berbagai jenis faktor dapat mendorong terjadinya perpindahan
akan tetapi keinginan untuk meningkatkan keadaan ekonomi merupakan kekuatan yang paling
potensial.

Faktor pendorong (push) yang bersifat sentrifugal dan penarik (pull) yang bersifat sentripetal. Ardy
(2008) mngungkapkan perpindahan dari daerah asal (area of origin) dimungkinkan oleh karena adanya
beberap faktor pendorong yaitu:
1. Turunnya sumber daya alam.
2. Hilangnya mata pencaharian.
3. Diskriminasi yang bersifat penekanan atau penyisihan
4. Memudarnya rasa ketertarikan oleh karena kesamaan kepercayaan, kebiasaan atau kebersamaan
perilaku baik antar anggota keluarga maupun masyarakat sekitar.
5. Menjauhkan diri dari masyarakat oleh karena tidak lagi kesempatan untuk pengembangan diri,
pekerjaan atau perkawinan.
6. Menjauhkan diri dari masyarakat oleh karena bencana alam seperti banjir, kebakaran, kekeringan,
gempa bumi, atau epidemic penyakit.
Perpindahan ke daerah tujuan (area of destination) dimungkinkan oleh karena adanya beberapa faktor
penarik yaitu:
1. Kesempatan yang melebihi untuk bekerja sesuai dengan latar belakang profesinya dibandingkan di
daerah asal.
2. Kesempatan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.
3. Kesempatan yang lebih tinggi memperoleh pendidikan atau pelatihan sesuai dengan spesialisasi yang
dikehendaki.
4. Keadaan lingkungan yang menyenangkan, seperti cuaca perumahan, sekolah, da fasilitas umum
lainnya.
5. Ketergantungan, seperti dari seorang isteri terhadap suaminya yang tinggal di tempat yang dituju.
6. Penyediaan untuk melakukan berbagai kegiatan yang berbeda atau yang baru dilihat dari berbagai sisi
lingkungan, penduduk atau budaya masyarakat sekitar.

Faktor pendorong dan penarik perpindahan penduduk ada yang negatif dan ada yang positif (Abidin,
2010). Faktor pendorong yang positif yaitu para migran ingin mencari atau menambah pengalaman di
daerah lain. Sedangkan faktor pendorong yang negatif yaitu fasilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup
terbatas dan lapangan pekerjaan terbatas pada pertanian. Faktor penarik yang positif yaitu daerah
tujuan mempunyai sarana pendidikan yang memadai dan lebih lengkap. Faktor penarik yang negatif
adalah adanya lapangan pekerjaan yang lebih bervariasi, kehidupan yang lebih mewah, sehingga apa

saja yang diperlukan akan mudah didapat dikota. Faktor kendala tidak dipaparkan jelas karena Faktor
kendala hanya ada jika ada musibah atau suatu kendala yang tak terduga.

2.4. Dampak mobilitas penduduk


Dampak positif Mobilitas Penduduk:
1. Berlimpahnya tenaga kerja di perkotaan
2. Meningkatnya penghasilan para urbanisasi
3. Meningkatnya persaingan kerja
* Dampak negative mobilitas penduduk:
1. Munculnya pemukiman kumuh
2. Tingginya jumlah penduduk miskin
3. Terjadinya degradasi lingkungan
4. Terjadinya pengangguran
5. Meningkatnya angka kriminalitas
2.5. Penanggulangan mobilitas

Pemerintah melaksanakan pembangunan Nasional jangka pendek dan jangka panjang melalui
Pelita yang tidak terlepas dari Trilogi Pembangunan, yaitu
a. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi
seluruh rakyat
b. Pertumbuhan ekonomi yang cukup timggi
c. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis
Pelaksanaan pembangunan tidak akan berjalan lancar tanpa ada pemerataan pembangunan yang
menetapkan 8 jalur pemerataan, yakni : (Didesa maupun dikota)
a. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, hususnya sandang,
pangan dan perumahan.
b. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan
c. Pemerataan pembagian pendapatan

d. Pemerataan kesempatan kerja


e. Pemerataan berusaha
f. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum
wanita
g. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air
h. Pemeratan kesempatan memperoleh keadilan.

Mobilitas penduduk memiliki beberapa jenis dan dari setiap jenis mobilitas itu sendiri mereka
memiliki hukum-hukum untuk mengatur perpindahan yang terjadi. Apabila terjadinya mobilitas yang tak
terkendali, maka wilayah yang kosong akibat perpindahan tersebut harus memiliki daya penarik agar
tidak terjadinya perpindahan yang tidak terkendali, Antara lain:
Adanya pembangunan lapangan pekerjaan di wilayah tsb yang memadai, contohnya dibangun pabrik
industri yang sesuai dengan masyarakatnya
Adanya pembangunan untuk melengkapi sandang pangan di wilayah tsb ( Sudah ada dalam program
pemerintah, akan terjadinya pemerataan pembangunan)
Wilayah tsb harus dapat berkembang secara dinamis

Adapun kebijakan pemerintah dalam bentuk undang-undang


Kebijakan tersebut adalah undang-undang yang mengatur penyelenggaraan transmigrasi (UndangUndang Nomor 29/1960 tentang pokok-pokok penyelenggaraan transmigrasi, yang kemudian
disempurnakan dengan undang-undang nomor 3/1972 tentang ketentuan ketentuan pokok transmigrasi
dan Undang-Undang Nomor 15/1997 tentang ketransmigrasian). Pada Undang-Undang Nomor 29/1960
lebih menitik beratkan pada jenis penempatan transmigrasi spontan secara teratur dalam jumlah yang
besar. Undang-Undang Nomor 3/1972 menitikberatkan pada penempatan penduduk di wilayah-wilayah
strategis, dan adanya berbagai sanksi atas
pelanggaran perundang-undangan sebagai pelanggaran hukum. Undang-Undang Nomor 15/1997
berorientasi pada pengaturan pemukiman dan lahan, serta memperbaiki sarana jalan dan transportasi di
daerah tujuan (Warsono, 2004). Kebijakan migrasi yang berjalan hingga saat ini merupakan kebijakan
bersifat direct policy yang mengatur perpindahan penduduk berdasarkan tingkat kepadatan penduduk.
Tetapi hingga saat ini kebijakan tersebut belum mampu mengatasi masalah distribusi penduduk
tersebut, yang terlihat dari tingginya jumlah migran masuk ke Jawa dibanding jumlah migran.

Anda mungkin juga menyukai