Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SEJARAH

Pertumbuhan dan Mobilitas Penduduk


Pada Masa Orde Baru

Oleh
XII IPA 6
Komang Dhayani Aprilia Dewi (05)
Ni Nyoman Triana Ardi (11)
Eko Setiawan (17)
Siti Nabila (23)
Dewa Gede Nanda Artha Suyasa (29)

SMA NEGERI 1 GIANYAR


Tahun Ajaran 2014/2015
I. Pengertian Mobilitas Penduduk
Mobilitas memiliki arti sebagai perubahan, pergeseran,peningkatan ataupun
penurunan status dan peran anggotanya, sedangkan Penduduk memiliki arti sebagai salah
satu aset dasar dalam pembangunan, maka dari itu Mobilitas penduduk merupakan bagian
integral dari proses pembangunan secara keseluruhan. Mobilitas telah menjadi penyebab dan
penerima dampak dari perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial suatu daerah. Oleh
sebab itu, tidak terlalu tepat untuk hanya menilai semata-mata aspek positif maupun negatif
dari mobilitas penduduk terhadap pembangunan yang yang ada, tanpa memperhitungkan
pengaruh kebaikannya.Tidak akan terjadi proses pembangunan tanpa adanya mobilitas
penduduk. Tetapi juga tidak akan terjadi pengarahan penyebaran penduduk yang berarti tanpa
adanya kegiatan pembangunan itu sendiri.

II. Mobilitas Penduduk Pada Masa Orde Baru


Para penduduk yang akan berpindah, atau migran, telah memperhitungkan berbagai
kerugian dan keuntungan yang akan di dapatnya sebelum yang bersangkutan memutuskan
untuk berpindah atau menetap ditempat asalnya. Dalam hubungan ini tidak ada unsur
paksaan untuk melakukan migrasi. Tetapi semenjak dasawarsa 1970-an banyak dijumpai
pula mobilitas pendudukyang bersifat paksaan atau dukalara atau terdesak (impelled).
Mobilitas penduduk akibat kerusuhan politik atau bencana alam seperti yang terjadi di
Sakel ataupun Horn, Afrika merupakan salah satu contoh.

Adanya berbagai tekanan dari segi politik, sosial, ataupun budaya menyababkan
individu tidak memiliki kesempatan dan kemampuan untuk melakukan perhitungan
manfaat ataupun kerugian dari aktivitas migrasi tersebut. Mereka berpindah ke daerah
baru dalam kategori sebagai pengungsi(refugees).

Para pengungsi ini memperoleh perlakuan yang berbeda di daerah tujuan dengan
migran yang berpindah semata-mata karena motif ekonomi. Kenyataannya, secara
konseptual maupun metodelogi, para ahli sampai saat ini masih mengalami kesulitan
dalam membedakan secara lebih tajam antara migran dengan motif ekonomi dan migran
karena motif-motif non-ekonomi.

Interaksi atau hubungan timbal-balik juga yang saling mempengaruhi bukan hanya
terjadi antara manusia dan lingkungannya, juga terjadi antar sesama manusia. Hubungan
yang terjadi tidak terbatas hanya dalam dsatu wilayah, tetapi juga wilayah-wilayah
lainnya. Misalnya antar desa dengan kota, antara kota dengan kota atau bahkan lebih luas
lagi. Oleh karena itu interaksi ini dapat diartikan sebagai suatu hubungan timbal-balik
yang saling mempengaruhi antara dua wilayah kota atau lebih, yang dapat melahirkan
gejala, kenampakan atau permasalahan baru.
Menurut Edward Ullman ada 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya interaksi kota, yaitu :

1. Adanya wilayah yang saling melengkapi (regional complementary)


Hal ini dapat terjadi karena setiap wilayah memiliki sumber daya alam dan kebutuhan
yang berbeda-beda.

2. Adanya kesempatan untuk berinteraksi


Hubungan antar wilayah dapat diperlemah oleh ketidak adaan interaksi sesama.

3. Adanya kemudahan transfer/pemindahan dalam ruang (spacial transfer ability)


Sebagai akibat semakin meluasnya jaringan jalan maupun sarana angkutan antarkota.
Kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang dipengaruhi oleh jarak mutlak dan
jarak relatif antarwilayah, adanya biaya transportasi, dan kelancaran sarana
transportasi antarwilayah

Dalam kaitannya dengan interaksi kota tersebut, maka mobilitas penduduk dapat
diartikan sebagai suatu perpindahan penduduk, baik secara teritorial, spacial, atau geografis.
Konsep mobilitas penduduk ini mengandung arti bahwa terjadinya interaksi masyarakat
antara dua kota berlangsung secara intensif. Misalnya, interaksi yang terjadi antara
masyarakat dan berbagai kota yang ada dipulau jawa semakin bertambah marak dengan
adanya dukungan sarana transportasi, bahkan waktu tempuh pun semakin singkat.

Jumlah sensus penduduk Indonesia pada masa orde baru :

No Tahun Sensus Jumlah Penduduk

1 1930 60.700.000

2 1961 97.100.000

3 1973 119.200.000

4 1980 147.500.000

5 1990 179.300.000

III. Pusat Pertumbuhan di Indonesia pada masa Orde Baru


Untuk mengetahui munculnya pusat-pusat pertumbuhan di Indonesia terdapat 2 teori yaitu :

1. Teori Tempat Sentral ( central place theory ) oleh Walter Christaller.

Bahwa Pusat lokasi aktivitas yang melayani berbagai kebutuhan penduduk harus
berada di suatu tempat sentral yaitu tempat yang memungkinkan partisipasi manusia dengan
jumlah yang maksimum.Tempat sentral itu berupa ibukota kabupaten, kecamatan, propinsi
ataupun ibukota Negara. Masing-masing titik sentral memiliki daya tarik terhadap penduduk
untuk tinggal disekitarnya dengan daya jangkau yang berbeda.

2. Teori Kutub Pertumbuhan ( Growth Pole Theory ) oleh Lerroux

Bahwa pembangunan yang terjadi di manapun tidak terjadi secara serentak tapi
muncul pada tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan identitas yang berbeda. Kawasan
yang menjadi pusat pembangunan dinamakan pusat-pusat atau kutub-kutub pertumbuhan.
Dari kutub inilah proses pembangunan menyebarke wilayah-wilayah lain di sekitarnya.

Faktor penyebab suatu titik lokasi menjadi pusat pertumbuhan

Suatu titik lokasi menjadi pusat pertumbuhan disebabkan oleh beberapa hal antara lain :

1. Kondisi fisik wilayah


2. Kekayaan sumber daya alam
3. Sarana dan prasarana transportasi
4. Adanya industri

IV. Jenis-jenis Mobilitas Penduduk


Jenis-jenis mobilitas penduduk antara lain :

1. Migrasi

Migrasi atau mobilitas penduduk dari satu daerah ke daerah lainnya dapat dikelompokkan
menjadi dua:

a. Migrasi Internasional yaitu perpindahan penduduk yang dilakukan antarnegara.


Migrasi internasional dibedakan menjadi imigrasi dan emigrasi.
1) Imigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara lain ke dalam
suatu negara. Contoh: orang India masuk ke Indonesia.

2) Emigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara menuju ke negara lain.
Contoh: orang Indonesia pergi bekerja ke luar negeri, misalnya para Tenaga Kerja
Indonesia yang bekerja di Malaysia.

b. Migrasi Nasional yaitu proses perpindahan penduduk di dalam satu negara.


Migrasi nasional ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

1) Migrasi penduduk sementara atau migrasi sirkuler, terdiri dari:


- penglaju, yaitu perpindahan penduduk dari tempat tinggal asal menuju ke tempat
tujuan yang dilakukan setiap hari pulang pergi untuk melakukan suatu pekerjaan.
- perpindahan penduduk musiman, maksudnya perpindahan yang dilakukan hanya
bersifat sementara pada musim-musim tertentu.

2) Migrasi penduduk menetap meliputi transmigrasi dan urbanisasi.

Migrasi, baik migrasi internasional maupun nasional tentu ada pengaruhnya. Sebagai
contoh untuk transmigrasi, urbanisasi, atau emigrasi sebagai TKI, dampak negatifnya
adalah:

- Di pedesaan tenaga di sektor pertanian berkurang.


- Banyak lahan tidak tergarap.
- Produktivitas pertanian dapat menurun.
- Tenaga terdidik sebagai tenaga penggerak pembangunan berkurang.

Namun migrasi juga ada dampak positifnya, yaitu:

- Meningkatnya pendapatan penduduk desa.


- Mengurangi kepadatan penduduk.
- Menularkan pengalaman kota.
- Masyarakat desa ingin maju.

1. Transmigrasi
Transmigrasi yaitu perpindahan penduduk dari satu pulau kepulau lain dalam satu negara.
Program transmigrasi merupakan inisiatif dari pemerintah kolonial Belanda, dan kemudian
dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia untuk memindahkan penduduk dari daerah padat
penduduk Indonesia untuk daerah yang kurang padat penduduknya. Transmigrasi ini
memindahkan penduduk secara permanen dari pulau Jawa, tetapi juga untuk tingkat yang
lebih rendah dari Bali dan Madura, untuk daerah yang kurang padat penduduk termasuk
Papua, Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi. Tujuan dari program ini adalah untuk
mengurangi kemiskinan yang cukup besar dan kelebihan penduduk di Jawa, untuk
memberikan kesempatan bagi pekerja keras orang miskin, dan untuk menyediakan tenaga
kerja untuk lebih memanfaatkan sumber daya alam pulau-pulau di nusantara. Untuk
mengatasi kepadatan penduduk, pemerintah menggalakkan program transmigrasi.

Adapun jenis-jenis transmigrasi yang ada adalah :

1. Transmigrasi umum, yaitu transmigrasi yang biayanya ditanggung pemerintah


ditujukan untuk penduduk yang memenuhi syarat.
2. Transmigrasi spontan/swakarsa, yaitu transmigrasi yang seluruh pembiayaannya
ditanggung sendiri. Pemerintah hanya menyediakan lahan pertanian dan rumah.
3. Transmigrasi lokal, yaitu transmigrasi yang dilakukan dalam satu wilayah provinsi.
4. Transmigrasi khusus/sektoral, yaitu transmigrasi yang dilakukan karena penduduk
terkena bencana alam.
5. Transmigrasi bedol desa, yaitu transmigrasi yang dilakukan oleh seluruh penduduk
desa berikut pejabat-pejabat pemerintahan desa.
Untuk mengatur kelahiran penduduk, pemerintah menggalakkan program Keluarga
Berencana dalam rangka mencapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
Program KB juga mengarah pada catur warga, yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan
dua orang anak. Ternyata program KB di Indonesia berhasil sangat baik dan bahkan dijadikan
contoh oleh banyak negara untuk mengatasi masalah kependudukan

Tujuan Transmigrasi pada masa Orde Baru yaitu :

1. Meningkatkan taraf hidup rakyat.

2. Meningkatkan pembangunan daerah.

3. Menyeimbangkan persebaran penduduk.

4. Melaksanakan pembangunan secara merata.

5. Memanfaatkan sumber-sumber alam dan tenaga manusia.

6. Memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan bangsa.

7. Memperkuat pertahanan dan keamanan nasional.

2. Urbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota atau dari kota kecil ke kota
besar.

Faktorfaktor yang mendorong terjadinya urbanisasi, sebagai berikut :


- Lahan pertanian semakin sempit.
- Sulitnya pekerjaan di luar sektor pertanian.
- Banyaknya pengangguran di pedesaan.
- Fasilitas kehidupan sulit didapat.
- Kurangnya fasilitas hiburan.

Faktor penarik di kota, sebagai berikut.


- Lapangan pekerjaan lebih banyak.
- Banyak menyerap tenaga kerja.
- Banyak hiburan.
- Banyak fasilitas kehidupan.

Dalam hal urbanisasi, dampak negatif bagi wilayah perkotaan, antara lain:
pertambahan penduduk
kepadatan penduduk
peningkatan tenaga kasar
timbul daerah kumuh
tuna wisma
meningkatnya kejahatan
pengangguran
kemacetan lalu-lintas
semakin menciptakan rasa individual yang tinggi.

Upaya menghambat arus urbanisasi menuju kota-kota besar

Alternatif dari kebijaksanaan itu ialah mengubah arah migran menuju ke kota-kota
kecil dan kota-kota sedang. Kota kecil perlu dibangun dengan fasilitas perkotaan, prasarana
transportasi dan lebih ditingkatkan.

V. Faktor Pendorong Mobilitas Penduduk


Mobilitas penduduk mempunyai pengertian pergerakan penduduk dari satu daerah ke
daerah lain. Baik untuk sementara maupun untuk jangka waktu yang lama atau menetap
seperti mobilitas ulang-alik (komunitas) dan migrasi. Mobilitas penduduk adalah perpindahan
penduduk dari suatu tempat ke tempat yang lain atau dari suatu daerah ke daerah lain.

Penduduk yang melakukan mobilisasi tidaklah semata mata untuk berpindah tempat
saja, tetapi hal itu dilakukan oleh karena dorongan dari tiga faktor yaitu:

1. Penarik.

2. Pendorong.

3. Kendala.

Pada tahun 1885 E.G. Ravenstin mempublikasikan yang ia sebut sebagai 7 hukum-hukum
perpindahan penduduk (migrasi), yang terdiri dari:

1. Migrasi dan jarak, kebanyakan migran melakukan perpindahan dalam jarak dekat.
Bila jaraknya bertambah maka jumlah migrant yang berpindah menurun.
2. Migrasi bertahap, penduduk semula pindah dari daerah pedesaan ke tepi kota besar
sebelum masuk ke dalam kota besar tersebut.
3. Arus dan arus balik, tiap adanya arus migrasi akan terjadi juga migrasi arus balik.
4. Daerah urban (perkotaan) dan rural (pedesaan), penduduk perkotaan kurang
melakukan migrasi dibandingkan dengan penduduk daerah pedesaan.
5. Dominasi wanita pindah jarak dekat, dalam jarak dekat wanita pindah lebih banyak
daripada laki-laki.
6. Teknologi dan migrasi, perkembangan teknologi cenderung meningkatkan migrasi.
7. Dominasi motif ekonomi, walaupun berbagai jenis faktor dapat mendorong terjadinya
perpindahan akan tetapi keinginan untuk meningkatkan keadaan ekonomi merupakan
kekuatan yang paling potensial.

Faktor pendorong (push) yang bersifat sentrifugal dan penarik (pull) yang bersifat
sentripetal. Perpindahan dari daerah asal (area of origin) dimungkinkan oleh karena adanya
beberapa faktor pendorong yaitu:
1. Turunnya sumber daya alam.
2. Hilangnya mata pencaharian.
3. Diskriminasi yang bersifat penekanan atau penyisihan
4. Memudarnya rasa ketertarikan oleh karena kesamaan kepercayaan, kebiasaan atau
kebersamaan perilaku baik antar anggota keluarga maupun masyarakat sekitar.
5. Menjauhkan diri dari masyarakat oleh karena tidak lagi kesempatan untuk
pengembangan diri, pekerjaan atau perkawinan.
6. Menjauhkan diri dari masyarakat oleh karena bencana alam seperti banjir,
kebakaran, kekeringan, gempa bumi, atau epidemic penyakit.

Perpindahan ke daerah tujuan (area of destination) dimungkinkan oleh karena adanya


beberapa faktor penarik yaitu:

1. Kesempatan yang melebihi untuk bekerja sesuai dengan latar belakang


profesinya dibandingkan di daerah asal.
2. Kesempatan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.
3. Kesempatan yang lebih tinggi memperoleh pendidikan atau pelatihan sesuai
dengan spesialisasi yang dikehendaki.
4. Keadaan lingkungan yang menyenangkan, seperti cuaca perumahan, sekolah, da
fasilitas umum lainnya.
5. Ketergantungan, seperti dari seorang isteri terhadap suaminya yang tinggal di
tempat yang dituju.
6. Penyediaan untuk melakukan berbagai kegiatan yang berbeda atau yang baru
dilihat dari berbagai sisi lingkungan, penduduk atau budaya masyarakat sekitar.

Faktor pendorong dan penarik perpindahan penduduk ada yang negatif dan ada yang
positif. Faktor pendorong yang positif yaitu para migran ingin mencari atau menambah
pengalaman di daerah lain. Sedangkan faktor pendorong yang negatif yaitu fasilitas untuk
memenuhi kebutuhan hidup terbatas dan lapangan pekerjaan terbatas pada pertanian. Faktor
penarik yang positif yaitu daerah tujuan mempunyai sarana pendidikan yang memadai dan
lebih lengkap. Faktor penarik yang negatif adalah adanya lapangan pekerjaan yang lebih
bervariasi, kehidupan yang lebih mewah, sehingga apa saja yang diperlukan akan mudah
didapat dikota. Faktor kendala tidak dipaparkan jelas karena faktor kendala hanya ada jika
ada musibah atau suatu kendala yang tak terduga.

VI. Dampak Mobilitas Penduduk


Dampak positif Mobilitas Penduduk:

1. Berlimpahnya tenaga kerja di perkotaan


2. Meningkatnya penghasilan para urbanisasi
3. Meningkatnya persaingan kerja

Dampak negatif mobilitas penduduk:


1. Munculnya pemukiman kumuh
2. Tingginya jumlah penduduk miskin
3. Terjadinya degradasi lingkungan
4. Terjadinya pengangguran
5. Meningkatnya angka kriminalitas

VII. Penanggulangan Mobilitas Penduduk


Pemerintah melaksanakan pembangunan Nasional jangka pendek dan jangka panjang
melalui Pelita yang tidak terlepas dari Trilogi Pembangunan, yaitu

a. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya


keadilan sosial bagi seluruh rakyat
b. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
c. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis

Pelaksanaan pembangunan tidak akan berjalan lancar tanpa ada pemerataan pembangunan
yang menetapkan 8 jalur pemerataan, yakni : (Didesa maupun dikota)

a. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, hususnya sandang,


pangan dan perumahan.
b. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan
c. Pemerataan pembagian pendapatan
d. Pemerataan kesempatan kerja
e. Pemerataan berusaha
f. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi
generasi muda dan kaum wanita
g. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air
h. Pemeratan kesempatan memperoleh keadilan.

Mobilitas penduduk memiliki beberapa jenis dan dari setiap jenis mobilitas itu sendiri
mereka memiliki hukum-hukum untuk mengatur perpindahan yang terjadi. Apabila terjadinya
mobilitas yang tak terkendali, maka wilayah yang kosong akibat perpindahan tersebut harus
memiliki daya penarik agar tidak terjadinya perpindahan yang tidak terkendali, antara lain:

1. Adanya pembangunan lapangan pekerjaan di wilayah tersebut yang memadai,


contohnya dibangun pabrik industri yang sesuai dengan masyarakatnya.
2. Adanya pembangunan untuk melengkapi sandang pangan di wilayah tersebut.
3. Wilayah tersebut harus dapat berkembang secara dinamis.

Adapun kebijakan pemerintah dalam bentuk undang-undang :

Kebijakan tersebut adalah undang-undang yang mengatur penyelenggaraan


transmigrasi (Undang-Undang Nomor 29 tahun1960 tentang pokok-pokok penyelenggaraan
transmigrasi, yang kemudian disempurnakan dengan undang-undang nomor 3 tahun 1972
tentang ketentuan ketentuan pokok transmigrasi dan Undang-Undang Nomor 15 tahun 1997
tentang ketransmigrasian). Pada Undang-Undang Nomor 29 tahun 1960 lebih menitik
beratkan pada jenis penempatan transmigrasi spontan secara teratur dalam jumlah yang besar.
Undang-Undang Nomor 3 tahun 1972 menitik beratkan pada penempatan penduduk di
wilayah-wilayah strategis, dan adanya berbagai sanksi atas pelanggaran perundang-undangan
sebagai pelanggaran hukum.

Undang-Undang Nomor 15 tahun 1997 berorientasi pada pengaturan pemukiman dan


lahan, serta memperbaiki sarana jalan dan transportasi di daerah tujuan. Kebijakan migrasi
yang berjalan hingga saat ini merupakan kebijakan bersifat direct policy yang mengatur
perpindahan penduduk berdasarkan tingkat kepadatan penduduk.

VIII. Kesimpulan

Mobilitas penduduk masa Orde Baru terjadi karena pertumbuhan penduduk yang
berlebihan sehingga menyebabkan beberapa dampak di setiap aspek. Terjadinya Mobilitas
penduduk tak lepas dari faktor pemicunya. Baik dari daya dorong didesa maupun dari daya
tarik dikota. Mobilitas tidak hanya berdampak positif tetapi juga memiliki dampak negatif.
Untuk itu pemerintah menciptakan kebijakan melalui hukum yang ditentukan dalam proses
mobilitas itu sendiri dan juga tak lepas dari kebijakan wilayah yang ditinggalkan dalam
proses perpindahan.

Anda mungkin juga menyukai