Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah

Perpindahan penduduk (migrasi atau mobilitas) merupakan salah satu dari


tiga komponen utama pertumbuhan penduduk yang dapat menambah atau
mengurangi jumlah penduduk. Komponen ini bersama dengan kelahiran dan
kematian mempengaruhi dinamika penduduk di suatu wilayah seperti jumlah,
komposisi, dan distribusi keruangan. Tinjauan migrasi secara regional sangat
penting dilakukan terutama terkait dengan kepadatan dan distribusi penduduk
yang tidak merata, adanya faktor-faktor pendorong dan penarik bagi penduduk
untuk melakukan migrasi, kelancaran sarana transportasi antar wilayah, dan
pembangunan wilayah dalam kaitannya dengan desentralisasi pembangunan.
Analisis dan perkiraan besaran dan arus perpindahan penduduk (migrasi atau
mobilitas) merupakan hal yang penting bagi terlaksananya pembangunan manusia
seutuhnya, terutama di era otonomi daerah. Apalagi jika analisis mobilitas
tersebut dilakukan pada suatu wilayah administrasi yang lebih rendah daripada
tingkat propinsi. Tingkat mobilitas penduduk baik permanen maupun
nonpermanen justru akan lebih nyata terlihat pada unit administrasi yang lebih
kecil seperti kabupaten, kecamatan, dan kelurahan/desa.
Transmigrasi (Latin: trans - seberang, migrare - pindah) adalah suatu
program yang dibuat oleh pemerintah Indonesia untuk memindahkan penduduk
dari suatu daerah yang padat penduduk (kota) ke daerah lain (desa) di dalam
wilayah Indonesia. Penduduk yang melakukan transmigrasi disebut transmigran.
Tujuan resmi program ini adalah untuk mengurangi kemiskinan dan
kepadatan penduduk di pulau Jawa, memberikan kesempatan bagi orang yang
mau bekerja, dan memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk mengolah sumber daya
di pulau-pulau lain seperti Papua, Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi. Kritik
mengatakan bahwa pemerintah Indonesia berupaya memanfaatkan para
transmigran untuk menggantikan populasi lokal, dan untuk melemahkan gerakan
separatis lokal. Program ini beberapa kali menyebabkan persengketaan dan
percekcokan, termasuk juga bentrokan antara pendatang dan penduduk asli
setempat.
Seiring dengan perubahan lingkungan strategis di Indonesia, transmigrasi
dilaksanakan dengan paradigma baru sebagai berikut:
Mendukung ketahanan pangan dan penyediaan papan
Mendukung kebijakan energi alternatif (bio-fuel)
Mendukung pemerataan investasi ke seluruh wilayah Indonesia
Mendukung ketahanan nasional pulau terluar dan wilayah perbatasan
Menyumbang bagi penyelesaian masalah pengangguran dan kemiskinan

1. 2 Rumusan Masalah
Kapan transmigrasi datang ke pesawaran ?
Bagaimanakah pengaruh trasmigrasi terhadap penduduk lokal?
Berapakah jumlah transmigran yang ada dilampung?
Bagaimanakah latar belakang atau keberhasilan transmigran ?

1. 1 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui
Kapan transmigrasi datang ke pesawaran ?
Bagaimanakah pengaruh trasmigrasi terhadap penduduk lokal
Berapakah jumlah transmigran yang ada dilampung?
Bagaimanakah latar belakang atau keberhasilan transmigran ?

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Transmigrasi
Transmigrasi merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mencapai
keseimbangan penyebaran penduduk, memperluas kesempatan kerja,
meningkatkan produksi dan meningkatkan pendapatan. Titik pusat
penyelenggaraan transmigarasi adalah manusia. Program pelaksanaan
transmigrasi memungkinkan untuk melaksanakan pemerataan pendidikan,
kesehatan dan jaminan sosial kepada golongan penduduk yang selama ini tidak
terjamah oleh fasilitas-fasilitas sosial tersebut. Transmigrasi juga berfungsi untuk
mempercepat perubahan pengelompokan dan penggolongan manusia dan
membentuk jalinan hubungan sosial dan interaksi sosial yang baru (Martono
dalam Swasono;1986).
Sedangkan menurut Heeren (1979), transmigrasi ialah perpindahan, dalam hal ini
memindahkan orang dari daerah yang padat ke daerah yang jarang penduduknya
dalam batas Negara dalam rangka kebijaksanaan nasional untuk tercapainya
penyebaran penduduk yang lebih seimbang.
Transimgrasi membantu pemerintah dalam pengembangan daerah. Daerah yang
dibangun dalam transmigrasi adalah daerah asal dan daerah tujuan. Di daerah asal
dapat dilaksanakan program pembangunan yaitu pelaksanaan landreform[1]secara
konsekuen, pelaksanaan proyek-proyek pembangunan, pelestarian alam dan
lingkungan hidup, perubahan pola usaha tani, pencegahan korban-korban bencana
alam, pengurangan kepadatan penduduk, dan pengurangan urbanisasi. Sedangkan
di daerah tujuan dapat dilaksanakan program penambahan tenaga pembangunan,
perubahan dana-dana dan sarana pembangunan, transfer teknologi,
pelaksanaan landreform secara konsekuen, pembudidayaan potensi alam, dan
pembaharuan pola hidup (Martono dalam Swasono;1986).
Transmigrasi umum ditanggung oleh pemerintah, dimulai dari pendaftaran, dan
seleksi hingga tempat tinggal transmigran. Pada tahun 1956, pemerintah
memberikan pinjaman kepada transmigran. Pada delapan bulan awal, mereka
mendapatkan pangan dan sandang dari pemerintah, namun mereka membayar
pinjaman tersebut selama 3 tahun.
Salah satu pola transmigrasi yang berjalan di Indonesia adalah transmigrasi
swakarsa. Ciri-ciri dari transmigrasi swakarsa adalah sebagai berikut (Sujarwadi
dalam Warsito et.al;1995):
1. Pemilihan tanah harus sesuai dengan ketentuan pemerintah
2. Perpindahan transmigran swakrsa/spontan harus sesuai dengan
kebijakan kependudukan dan pembangunan.
3. Tersedianya sumber penghidupan yang tetap dan lebih baik serta
menjamin masa depan generasi berikutnya di daerah tujuan.
4. Keputusan untuk bertransmigrasi diambil atas dasar kemauan
sendiri dan keyakinan akan hidup yang lebih baik di daerah
transmigrasi.
5. Transmigran yang bersangkutan menyadari keberhasilan
hidupnya di daerah transmigrasi menjadi tanggung jawabnya
sendiri.
6. Penyediaan sarana dan prasarana diatur oleh pemerintah.

Pada transmigrasi swakarsa diharapkan penduduk yang bertransmigrasi bisa


merasakan kesejahteraan. Kesejahteraan tidak hanya dalam aspek ekonomi saja,
akan tetapi juga dalam aspek sosial budaya. Terciptanya suasana yang aman dan
tenteram, semakin mantapnya kewaspadaan masyarakat dalam menanggulangi
setiap ancaman merupakan tolak ukur keberhasilan pembangunan (Mutalib dalam
Swasono;1986).

Keberhasilan transmigran swakarsa disebabkan oleh akal daya dan kewiraswataan


mereka yang memungkinkan mereka melihat dan memanfaatkan kesempatan-
kesempatan guna memperbaiki hidup mereka (Hardjono;1982b dalam Warsito
et.al;1995).

Adanya transmigrasi swakarsa ini didorong oleh faktor menyempitnya lapangan


pekerjaan di bidang pertanian di Jawa. Sedangkan di daerah tujuan, lahannya
luas ,subur, mudah diolah dan relatif murah. Selain itu, faktor pendukung adanya
transmigrasi adalah karena usaha yang dilakukan diluar sektor pertanian tidak
dapat memperbaiki kehidupannya karena tidak sesuai dengan keterampilan yang
dimiliki. Hal tersebut mendorong mereka untuk berpindah ke daerah luar Jawa.

2.2 Pola Transmigrasi

Menurut Sujarwadi dalam Warsito et.al (1995) variabel yang digunakan untuk
menentukan pola-pola transmigrasi swakarsa adalah menurut bidang usahanya,
menurut pembiayaannya, dan menurut tipe dan lokasi.
1. Menurut bidang usaha

1. Pola usaha tani tanaman pangan, yang terdiri atas pertanian


keluarga dan pertanian perusahaan.
2. Pola usaha perkebunan, terdiri atas perkebunan rakyat perorangan
dan koperasi serta perkebunan inti.
3. Pola usaha peternakan rakyat perorangan dan koperasi, ranch/inti.
4. Pola usaa perikanan terdiri atas penangkapan ikan di laut dan
budidaya ikan di air tawar.
5. Pola usaha industri/kerajinan rakyat dan industri kecil/ringan.
6. Munurut pembiayaannya

1. Dibiayai dengan APBN, terbatas untuk kegiatan instansi pemerintah yang


bersifat bantuan.

2. Non APBN:

1. Dibiayai transmigran yang bersangkutan atau orang/badan yang


mensponsori.
2. Dalam hal transmigrasi swakarsa yang berkaitan dengan program investasi,
biaya diperoleh dari lembaga/perusahaan yang bersangkutan, perbankan atau
dan lembaga-lembaga keuangan lainnya.
3. APBD, dibiayai dari anggaran pemerintah daerah asal atau daerah
transmigrasi.
4. Menurut tipe dan lokasi

1. Transmigrasi susulan keluarga/kenalan yang telah bermukim


sebelumnya.

2. Transmigrasi swakarsa penunjang pembangunan daerah.

3. Transmigrasi penunjang investasi perusahaan.

Pada transmigrasi swakarsa pemerintah tidak menanggung biaya perpindahan


transmigran, tetapi harus menyediakan prasarana dan sarana proyek pemukiman
termasuk tanah.

2.3 Syarat Transmigran


Menjadi orang transmigran tidaklah mudah, karena tugas di daerah
transmigrasi tidak ringan dan perlu beberapa syarat. Syarat-syarat dapat menjadi
transmigran yaitu antara lain:
a. Usia masih tergolong usia produktif, karena pekerjaan awal membuka daerah
baru berat.
b. Calon transmigran seyogyanya antara lain di luar pertanian, seperti
keterampilan di bidang kerajinan tangan, pertukaran dan sejenisnya agar dapat
diperoleh tambahan pendapatan disamping hasil bertani.
c. Para calon transmigran harus dalam status kawin, agar dapat mempunyai
ketenangan hidup dalam menghadapi pekerjaan di daerah yang baru.
(Bintarto,1998:62).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi
seorang transmigran diperlukan usia yang masih produktif karena pekerjaan awal
adalah membuka daerah yang baru adalah pekerjaan berat, transmigran juga harus
dalam status kawin agar mendapat ketenangan hidup dalam menghadapi pekerjaan
yang baru, calon transmigran juga harus memiliki keterampilan lain agar dapat
diperoleh tambahan pendapatan disamping hasil pertanian.

BAB III
METODE PENELITIAN

3. 1 Variabel
Terjadinya program transmigrasi karena telah terjadi kepadatan penduduk
yang tinggi dari suatu pulau.

3. 2 Pengumpulan Data
Teknik yang kelompok kami gunakan dalam pengumpulan data yaitu
wawancara langsung terhadap narasumber yang menjadi sampel dari staff
Musium transmigrasi Pesawaran yaitu Bapak

3. 3 Sasaran Penelitian
Populasi
Dalam penilitian kali ini kami mengambil populasi dari sebuah daerah
yaitu kecamatan gedung tataan kabupaten Pesawaran
Sampel
Dalam penelitian kali ini kelompok kami mengambil sampel yaitu Bapak
Tarsan S,Pd.I selaku staff museum transmigrasi

3. 4 Alat dan Bahan Penelitian


Buku catatan
Pulpen, Pensil,kertas
Handphone
Motor

3. 5 Jadwal Penelitian
Dilakukan 1kali pewanwancaraan yaitu pada

BAB IV
DATA dan PEMBAHASAN

4. 1 Deskripsi Data
Persebaran transmigrasi dilampung adalah sebagai berikut :
4. 2 Pembahasan

Hasil wawancara :
Kami mengambil daerah penelitian (populasi) yaitu kec gedung tataan Kab.
Pesawaran dengan narasumber (sampel) yaitu Bapak Tarsan S,Pd.I selaku staff
museum transmigrasi gedung tataan .

Identitas narasumber
Nama :
TTL :
Alamat :
Pendidikan terakhir :
Transmigrasi adalah program pemindahan penduduk dari daerah yang
padat ( seperti Jawa, Madura, Bali ) ke daerah lain dalam satu negara Indonesia .
Tujuan utama Transmigrasi adalah untuk mensejahterakan penduduk yang
diberangkatkan dan penduduk disekitarnya. Jika ditelusuri, penyelenggaraan
transmigrasi masih ada kaitannya dengan program kolonisasi yang dilaksanakan
tahun 1905 di masa penjajahan Belanda. Sehingga dapat dikatakan bahwa
Kolonisasi diyakini telah mengilhami atau menjadi embrio pelaksanaan program
transmigrasi setelah kemerdekaan Indonesia (1945).
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, tepatnya awal tahun 1946, istilah
kolonisasi tersebut dirubah menjadi transmigrasi. Transmigrasi dilaksanakan
kembali setelah masa kemerdekaan ini tepat tanggal 12 Desember 1950.
Keberangkatan transmigrasi pertama ini dimulai dengan 23 KK (77 jiwa) dari
warga masyarakat Sukadana Kecamatan Begelen Jawa Tengah menuju Gedong
Tataan tepatnya di desa Bagelen.
Peristiwa perpindahan penduduk pertama ini, terjadi pada 12 Desember
1950. Tanggal ini pula kemudian ditetapkan sebagai hari bakti transmigrasi (HBT)
yang setiap tahun diperingati sebagai bentuk rasa syukur insan transmigrasi
kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Sebelumnya, memang banyak dilakukan
pemindahan penduduk, umumnya asal Pulau Jawa ke berbagai daerah di
Indonesia untuk dipekerjakan di berbagai perusahaan, terutama perkebunan.
Begitu juga dengan Provinsi Lampung, Lampung adalah provinsi pertama
transmigrasi di Indonesia. Sejarah transmigrasi di Indonesia telah dikenal sejak
masa Kolonial tahun 1905 namun Setelah Proklamasi Kemerdekaan, tepatnya
awal tahun 1946, istilah kolonisasi tersebut dirubah menjadi transmigrasi. Hal ini
diperkuat dengan adanya monumen Museum Transmigrasi Indonesia yang di
bangun berada di Desa Bagelen, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten
Pesawaran.
Kabupaten Pesawaran adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung,
Indonesia. Kabupaten ini diresmikan pada tanggal 2 November 2007 berdasarkan
UU nomor 33 tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Pesawaran. Semula
kabupaten ini merupakan bagian dari kabupaten Lampung Selatan. Daerah ini
kaya akan sumber daya alam pertanian, perkebunan dan kehutanan. Kabupaten ini
terdiri dari beberapa kecamatan diiantaranya Kecamatan Gedong Tataan, Negeri
Katon, Tigeneneng, Way Lima, Padang Cermin, Punduh Pedada dan Kedondong.
Gedong Tataan adalah sebuah kecamatan yang juga merupakan pusat
pemerintahan Ibu kota Kabupaten Pesawaran, Lampung, Indonesia. Kecamatan
ini tadinya merupakan kecamatan dari Kabupaten Lampung Selatan yang
kemudian berubah menjadi Kabupaten Pesawaran. Kecamatan ini terletak diantara
Kota Bandar Lampung Dan Pringsewu, nama gedung berasal dari gedung yang
tertata yang dahulu dikuasai belanda dan kemudian direbut tentara RI.
Sejarah desa Bagelen ini berawal asal Bagelen (Kedu) Jawa Tengah.
Ketika itu, pada jaman pemerintahan Hindia Belanda, telah ditempatkan 155
kepala keluarga (KK) transimigran asal Bagelen (Kedu) Jawa Tengah. Konon,
program transmigrasi pertama di Provinsi Lampung itu bertujuan sebagai politik
balas budi kepada rakyat. Pada intinya Pemerintah Belanda memberikan balas
budi kepada rakyat di tanah jajahan, melalui program irigasi, edukasi, dan
kolonisasi.
Progam kolonisasi di Bagelen ini dimulai sejak tahun 1905 di masa
penjajahan Belanda. Sehingga dapat dikatakan bahwa Kolonisasi diyakini telah
mengilhami atau menjadi embryo pelaksanaan program transmigrasi setelah
kemerdekaan Indonesia (1945). namun Setelah Proklamasi Kemerdekaan,
tepatnya awal tahun 1946, istilah kolonisasi tersebut dirubah menjadi
transmigrasi. Transmigrasi dilaksanakan kembali setelah masa kemerdekaan ini
tepat tanggal 12 Desember 1950. Keberangkatan transmigrasi pertama ini dimulai
dengan 23 KK (77 jiwa) dari Jawa Tengah ke desa Bagelen kecamatan Gedong
Tataan.
Transmigrasi adalah program pemindahan penduduk dari daerah yang
padat ke daerah lain dalam satu negara Indonesia . Tujuan utama Transmigrasi
adalah untuk mensejahterakan penduduk yang diberangkatkan dan penduduk
disekitarnya. Transmigrasi penting untuk pembangunan nasional karna
Transmigrasi merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mencapai
keseimbangan penyebaran penduduk, memperluas kesempatan kerja,
meningkatkan produksi dalam meningkatkan pendapatan. Transmigrasi juga
berfungsi untuk mempercepat perubahan pengelompokan dan penggolongan
manusia dan membentuk jalinan hubungan sosial dan interaksi sosial yang baru.
Pengaruh transmigrasi dari kurun waktu ke waktu bagi masyarakat sekitar
tentunya sangat mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali terutama dalam
bidang sosial ekonomi dan budaya. Namun tentunya pengaruh-pengaruh positif
tersebut tidak bisa lepas pula dari pengaruh negatifnya. Semenjak tanggal 6 Juni
1987, Desa Bagelen telah dimekarkan menjadi beberapa desa yang wilayahnya,
terdiri dari Pedukuhan Bagelen I, Bagelen II, Bagelen III dan Pedukuhan Bagelen
IV. Adapun kepala desa (Kades) yang pernah memimpin Desa Bagelen,
Kecamatan Gedong Tataan, antara lain Poerwo (1905-1907), Kartoredjo (1907-
1912), Sastro Sentiko (1912-1920), Pawiro Tinoyo (1920-1945), Mangunrejo
(1945-1958), Sastro Suwarno (1958-1968), Suparman (1968-1970), Ahmad Fariji
(1970-1980), Toyo Day Rizal (1980-1988), Wagiso (1988-2006) dan Edi
Suriyanto (2006 hingga periode 2013) . Sejak kabupaten Lampung Selatan adanya
pemekaran pada tahun 2007 daerah ini kemudian menjadi salah satu kabupaten
yang berdiri sendiri yaitu Kabupaten Pesawaran. Menurut UU no 33 tahun 2007
pembentukan Kabupaten Pesawaran ini berdiri pada tahun 2007, tepatnya pada
tanggal 2 November 2007. Desa Bagelen ini menjadi tonggak desa di pesawaran
yang slalu di pantau perkembangannya. Karna tidak bisa di pungkriri desa
Bagelen merupakan potret transmigrasi pertama di Indonesia yang
perkembangannya slalu dipanau oleh pemerintah. Perkembangan desa Bagelen
dari awal kemerdekaan hingga sekarang secara garis besarnya slalu mengalami
perkembangan yang segnifikan yang dulunya manyarakatnya hanya
mengandalkan pertanian saja dalam kehidupanya namun sekarang masyarakatnya
seiring dengan perkembangan desa Bagelen dari masa ke masa masyarakat di desa
Bagelen tepatnya sudah mempunyai mata pencaharian yang lebih baik. Rata-rata
perekonomiannya sudah berkembang dan menjadi golongan yang menengah
keatas.
belanda memilih Lampung sebagai daerah tujuan para pendatang asal Jawa
karena daerah ini sangat luas, sementara penduduknya sangat sedikit.
Ketika penduduk Sumatera Utara sudah satu juta orang, penduduk Lampung
masih kurang dari 150 ribu. Mungkin juga Lampung dipilih karena orang asli
Lampung dikenal sebagai masyarakat terbuka terhadap pendatang,. Proyek
balas budi pemerintah penjajah Belanda yang dilanjutkan dengan program
transmigrasi oleh pemerintah Indonesia kini sudah menuai hasilnya di Lampung.
Tidak cuma dengan terbangunnya beberapa kota baru, ratusan ribu hektare sawah
beririgaasi teknis, bendungan, aneka bangunan yang mencerminkan budaya
modern; tetapi juga terciptanya harmoni antara warga pendatang dengan warga
asli.

Memang, riak-riak perselisihan dan kecemburuan sosial masih sering muncul.


Namun, semua itu masih bisa bisa diselesaikan masyarakat lokal Lampung
maupun masyarakat pendatang. Warga asli Lampung sendiri memiliki kearifan
lokal yang mereka junjung tinggi hingga kini. Kini sudah tak terhitung para anak
cucu keluarga kolonis dan transmigran asal Jawa dan Bali menuai sukses di
Lampung. Tidak hanya sukses meraih gelar sarjana, para anak cucu keluarga
transmigran itu kini juga sudah banyak yang meraih gelar doktor dan
profesor.contohnya perusahaan Puspa Jaya didirikan oleh Bapak I Ketut narya
yang merupakan seorang transmigran asal Bali yang di tempatkan di Lampung
Macam-macam transmigrasi
a. Transmigrasi Umum yaitu transmigrasi yang seluruh biayanya ditanggung
pemerintah. Pada umumnya para transmigran berasal dari penduduk padat,
kekeringan atau daerah bencana alam.
b. Transmigrasi Swakarsa yaitu transmigrasi yang berdasarkan keinginan
transmigran sendiri, dan pemerintah hanya memberikan bantuan berupa lahan,
fasilitas kesehatan, alat pertanian dan bibit. Bantuan pemerintah bersifat
penunjang saja.
c. Transmigrasi Swakarsa Mandiri, yaitu transmigrasi yang seluruh biayanya
ditanggung oleh transmigran sendiri tanpa bantuan pemerintah sama sekali.
BAB V
KESIMPULAN dan SARAN

5. 1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk dan kemiskinan penduduk
erat kaitannya dengan transmigrasi karena dengan adanya transmigrasi pemerintah
dapat membantu mengurangi kepadatan penduduk di pulau tertentu dan dapat
membantu masyarakat miskin menjadi hidup lebih baik dengan harapan bahwa di
daerah tujuan transmigrasi masyarakat yang mengikuti program transmigrasi
dapat mendapat pekerjaan yang lebih baik atau bahkan dapat menciptakan
pekerjaan sendiri. asaran kebijaksanaan umum transmigrasi ditunjukan kepada
terlaksananya transmigrasi Swakarya (spontan) yang bteratur dalam jumlah yang
sebesar-besarnya untuk mencapai:
a. Peningkatan taraf hidup.
b. Pengembangan daerah.
c. Keseimbangan penyebaran Penduduk.
d. Pembangunan yang merata di seluruh Indonesia.
e. Pemanfaatan sumber-sumber alam dan tenaga manusia.
f. Kesatuan dan persatuan Bangsa.
g. Memperkuat pertahanan dan keamanan Nasional

5. 2 Saran
Dengan adanya penulisan makalah ini, diberikan saran yaitu memberikan
perhatian terhadap daerah-daerah transmigrasi sehingga tercapainya tujuan
pemerintah yaitu adanya keseimbangan jumlah penduduk, perluasan kesempatan
pekerjaan dan pendidikan. Selain itu, saran penulis agar makalah ini bisa
dilanjutkan sebagai bahan penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Afwan, Sri Sumarni, Arief Budiman. 1988. Transmigrasi. Dari daerah asal
sampai benturan budaya ditempat permukuman di Indonesia. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada.

Bambang Sumitro. 2003. Sumbangan Tenaga Kerja Terhadap Pendapat Rumah


Tangga di Pedesaan. Fakultas Pasca Sarjana. IPB: Bogor

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2004. Pedoman Identifikasi Potensi


Sasaran Pemberdayaan Masyarakat Dan Lingkungan.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Tahun 2005

Anda mungkin juga menyukai