Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam mendukung keberhasilan program pemerintah yaitu transmigrasi

diperlukan implementasi kebijakan publik yang mampu menangani program

pemerintah yang lebih baik dimana implementasi kebijakan merupakan tahap

krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu kebijakan publik atau program

harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan.

Parsons (2006:6).

Hubungan antara implementasi kebijakan publik dengan program

pemerintah yaitu transmigrasi dengan tujuan penelitian menunjukkan adanya

hubungan yang positif dan signifikan antara kondisi sosial ekonomi dengan

implementasi kebijakan bahwa penyelenggaraan transmigrasi dilaksanakan

sebagai upaya untuk lebih meningkatkan kesejahteraan, peran serta masyarakat,

pemerataan pembangunan daerah, serta memperkukuh kesatuan dan persatuan

bangsa melalui persebaran penduduk yang seimbang dengan daya dukung

alam dan daya tampung lingkungan serta adat istiadat masyarakat.

Berdasarkan Undang-undang No. 29 tahun 2009 tentang Transmigrasi

adalah perpindahan penduduk secara sukarela untuk meningkatkan pembangunan,

transmigrasi merupakan salah satu upaya percepatan pembangunan kota-kota

kecil terutama di luar pulau Jawa, untuk meningkatkan perannya sebagai motor

penggerak pembangunan daerah untuk meningkatkan daya saing daerah yang

[1]
masih rendah sebagai akibat antara lain dari: (1) lebarnya kesenjangan

pembangunan antarwilayah, terutama antara kawasan perdesaan perkotaan,

kawasan pedalaman-pesisir, Jawa-luar Jawa, dan antara kawasan Timur-Barat,

serta (2) rendahnya keterkaitan antara pusat pertumbuhan dengan daerah belakang

(hinterland), termasuk antara kota dan desa. Salah satu daerah tujuan transmigrasi

di Indonesia adalah Kabupaten Bulungan tepatnya di UPT Tanjung Buka SP. 10

Desa Tanjung Buka Kecamatan Tanjung Palas Tengah Kabupaten Bulungan

yang merupakan salah satu wilayah yang ada di Kalimantan Utara, menjadi

sebuah pemukiman setelah sebelumnya pemerintah setempat menjadikan daerah

ini sebagai kawasan transmigrasi pada tahun 2017 dan penempatan transmigrasi

pada tahun 2019.

Program transmigrasi ini dimulai pada tahap pertama penempatan pada

tanggal 3 Desember 2019 sebanyak 100 kk dari Daerah Asal Provinsi Jawa

Timur dan pada tanggal 25 Desember 2019 ditempatkan sebanyak 53 kk dari

Desa Tanjung Buka atau penduduk setempat ( penduduk lokal ).

Daerah yang mendapatkan mata pencarian dari hasil pertanian dengan

beberapa program kerja yang dilakukan oleh transmigran diantaranya

wirausaha dengan adanya program wirausaha yang dijalankan transmigrasi

membuat adanya peluang kerja bagi masyarakat setempat, masyarakat

transmigrasi yang memiliki banyak kerajinan tangan yang di dapat di daerahnya

kemudian diaplikasikan di daerah yang ditempati. Dengan beberapa keahlian

yang dimiliki masyarakat transmigran di bekali modal oleh pemerintah.

Beberapa usaha yang dijalankan oleh transmigran yaitu berwirausaha seperti

[2]
pembuatan tempe, kripik pisang, mengembangkan pertanian, sayuran dan buah

buahan dan juga produk olahannya sehingga itu peluang kerja untuk

masyarakat setempat lebih besar dengan memanfaatkan sumber daya alam yang

memadai (Pujiastuti,2006).

Pelaksanaan program transmigrasi merupakan salah satu penunjang terhadap

suksesnya pembangunan nasional. Dimana sejak lahirnya orde baru programnya

disesuaikan dengan arah kebijaksanaan pembangunan. Transmigrasi selain

mengurangi kepadatan penduduk juga memperluas kesempatan kerja,

pembangunan daerah, memupuk persatuan dan kesatuan bangsa serta

memperkuat ketahanan nasonal.

Melalui program transmigrasi diharapkan tumbuhnya kerja sama yang

saling menguntungkan antara masyarakat transmigran dan masyarakat yang ada

di sekitar lokasi pemukiman transmigran, khususnya di luar Jawa yang dapat

menjamin peningkatan taraf hidup masyarakat di sekitarnya (Heeren, 2006:6)

Daya tampung sosial adalah jumlah yang dapat ditampung di suatu daerah tanpa

menimbulkan ketegangan-ketegangan sosial yang berarti Menurut Heeren

(2000: 67). Dengan pola apapun dilaksanakannya transmigrasi, benturan

atau konflik akan tetap terjadi. Diantaranya adalah adanya benturan budaya

antara yang asli dengan pendatang. Masalah – masalah yang belum terpecahkan

diantaranya laju peningkatan pembangunan di daerah-daerah tertentu,

peningkatan yang lebih cepat dari golongan ekonomi lemah, pembinaan

koperasi, peningkatan produksi pangan, transmigrasi, perumahan serta berbagai

masalah sosial lainnya Menurut Wirosardjono dalam Swasono (2010 : 55).

[3]
Melalui program transmigrasi diharapkan tumbuhnya kerjasama yang saling

menguntungkan antara masyarakat transmigrasi dengan masyarakat yang yang

berada di sekitar lokasi pemukiman transmigrasi, sebagaimana program

transmigrasi juga di tujukan untuk meningkatkan penyebaran penduduk

dan tenaga kerja. Selanjutnya diharapkan pula adanya kerja sama yang saling

menguntungkan ke dua belah pihak, diantaranya agar dengan melihat sistem

pertanian yang dilakukan oleh masyarakat transmigran masyarakat setempat di

sekitar lokasi transmigrasi dapat mengikutinya yaitu sistem pertanian yang

menetap Menurut Heeren (2000: 67)

Sesuai Undang Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang perubahan atas

Undang Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian pada pasal 13

dan pasal 16 mengatur Hak dan Kewajiban sebagai warga transmigrasi, sebagai

berikut

Transmigrasi Umum berhak untuk memperoleh bantuan dari Pemerintah

berupa:

a. informasi seluas-luasnya tentang kesempatan kerja dan peluang usaha

serta informasi lain tentang lokasi tujuan transmigrasi;

b. pendidikan dan pelatihan persiapan, perbekalan, dan pelayanan

pengangkutan ke lokasi tujuan;

c. lahan usaha dan lahan tempat tinggal beserta rumah dengan status hak

milik;

d. sarana produksi dan/atau sarana usaha;

e. sanitasi dan sarana air bersih;

[4]
f. catu pangan hingga transmigran mampu berproduksi atau mendapat

penghasilan;

g. bimbingan dan pelatihan untuk pengembangan usaha;

Setiap transmigran berkewajiban untuk:

a. bertempat tinggal menetap di permukiman transmigrasi;

b. memelihara kelestarian lingkungan;

c. memelihara dan mengembangkan kegiatan usahanya secara berdaya

guna dan berhasil guna;

d. mempertahankan dan memelihara pemilikan tanah dan aset

produksinya;

e. memelihara hubungan yang serasi dengan masyarakat setempat serta

menghormati dan memperhatikan adat istiadatnya;

f. mematuhi ketentuan ketransmigrasian

Unit Permukiman Transmigrasi ( UPT ) Tanjung Buka SP. 10

Kecamatan Tanjung Palas Tengah Kabupaten Bulungan merupakan Transmigrasi

Umum yang masih dalam tahap pembinaan Dinas Transmigrasi dan Tenaga

Kerja Kabupaten Bulungan, dalam pelaksanaan dilapangan masih menghadapi

hambatan dan kendala yang tidak ringan dari aspek Sumber Daya Manusia

( SDM ) yang masih kurang peduli terhadap melaksanakan kewajiban sebagai

transmigran, dari aspek geografis, dan akses terhadap modal dan pemasaran hasil

produksi.

Setelah melakukan observasi dan pengamatan di UPT Tanjung Buka SP.

[5]
10 ada beberapa hal yang memerlukan perhatian khusus seperti adanya warga

yang belum menetap di lokasi transmigrasi karena masih ada tempat tinggal di

desa terdekat, adanya warga yang masih kurang menggarap lahan yang

disediakan dikarenakan profesi sebagai nelayan, untuk Lahan Usaha II seluas 1

Ha belum dapat digarap masih berupa semak belukar serta memerlukan modal

yang cukup besar untuk penggarapanya sedangkan lahan siap olah yang

disiapkan oleh pemerintah adalah lahan pekarangan seluas 0,25 Ha, dan lahan

usaha 1 seluas 0,75 Ha.

Atas dasar ini yang mendorong penulis untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

tersebut sehingga dipilih judul yaitu “Studi Tentang Dampak Transmigrasi

Tanjung Buka SP. 10 pada Pembangunan di Kabupaten Bulungan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dan untuk memahami secara mendalam

tentang dampak transmigrasi Tanjung Buka SP. 10 pada pembangunan di

Kabupaten Bulungan, maka dapat dirumuskan permasalah pokok dalam

penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana meningkatkan kesadaran warga transmigrasi yang masih

bermukim di desa terdekat agar bisa bersama warga lainnya

menempati rumah dan dapat menggarap lahan yang disediakan oleh

pemerintan untuk lebih produktif. ?

2. Upaya apa saja dari Distranaker Kabupaten maupun Provinsi untuk


memotifasi warga transmigrasi Tanjung Buka SP. 10 dalam
mendukung Pembangunan di Kabupaten Bulungan ?

[6]
C. Tujuan Penelitian

Adapaun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kesadaran warga transmigrasi

dalam melaksanakan kewajiban sebagai warga trans dalam mendukung

Pembangunan di Kabupaten Bulungan?

2. Untuk mengetahui upaya Distranaker Kabupaten maupun Provinsi

dalam memotifasi warga transmigrasi UPT Tanjung Buka SP. 10 dalam

mendukung pembangunan di Kabupaten Bulungan ?

D. Manfaat penelitian

Dari hasil penelitian penulis berharap dapat memperoleh manfaat sebagai

berikut :

1. Manfaat teoritis

a. Untuk menambah, memperdalam dan pengembangan pengetahuan

penulis dalam konsep dampak transmigrasi Tanjung Buka SP. 10

Kecamatan Tanjung Palas Tengah pada pembanguna di Kabupaten

Bulungan.

b. Dapat memberikan sumbangsih ilmu yang telah didapatkan

melalui penelitian khususnya yang berkaitan dengan dampak

transmigrasi Tanjung Buka SP. 10 Kecamatan Tanjung Palas

Tengah pada Pembangunan di Kabupaten Bulungan.

2. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memjadi masukan bagi

[7]
pemerintah dalam melaksanakan kegiatan bidang transmigrasi

b. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih

lanjut serta referensi terhadap penelitian yang sejenis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori dan Konsep Transmigrasi

Transmigrasi sebagai kegiatan perpindahan penduduk yang berorientasi

pada pembangunan tidak terlepas dari masalah yang dihadapi oleh bangsa

Indonesia. Adapun masalah yang dihadapi adalah masalah kependudukan,

pembangunan dan sosial ekonomi. Ketiga masalah tersebut satu sama lain saling

berkaitan.

Transmigrasi dalam arti perpindahan penduduk yang diselenggarakan oleh

pemerintah sebagai akibat tumbuhnya kekhawatiran akan kemunduran

kemakmuran rakyat yang disebabkan tekanan penduduk yang semakin terasa

(Keyfizt dan Nitisastro, 2001 : 4). Sedangkan menurut pendapat lain

transmigrasi adalah perpindahan dalam hal ini memindahkan orang dari daerah

yang padat penduduknya dalam batas negara dalam rangka kebijaksanaan

nasional untuk tercapainya penyebaran penduduk yang lebih seimbang (Heeren,

2000 : 6).

Tantangan utama yang dihadapi ialah bagaimana meningkatkan peran para

transmigrasi dalam pembangunan daerah tujuan meningkatkan program

transmigrasi, termasuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di

[8]
daerah tujuan transmigrasi itu, dan juga dalam menunjang pembangunan daerah

diwilayah asal transmigrasi yang ditinggalkan. Diharapkan agar sumber daya

yang ada, baik di daerah asal maupun daerah tujuan transmigrasi, dapat

ditingkatkan dan dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan seluruh

bangsa. Di daerah yang ditetapkan sebagai tujuan transmigrasi ialah daerah

baru dengan kondisi lapangan yang relative berat serta daya dukung lahan

yang relative rendah. Sebagai daerah yang direncanakan menjadi pemukiman

baru, banyak hal, seperti sarana, prasarana,dan potensinya, membutuhkan kajian

mendalam agar dibangun menjadi pusat perkembangan baru bagi kehidupan

bersama dibidang ekonomi, social dan budaya.

Tantangan utama dalam pembagunan masyarakat di daerah

transmigrasi ialah bagaimana memanfaatkan segala potensi yang dimiliki

masyarakat pendatang baru, maupun masyarakat setempat, baik berupa

keterampilan, potensi kehidupan ekonomi, sosial dan budaya ,maupun potensi

alam serta kondisi lingkungan. Pembangunan di daerah transmigrasi dilakukan

dengan membuka dan memanfaatkan suatu kawasan yang cukup luas, sebagian

besar sebelumnya merupakan kawasan hutan yang harus dikonversi terlebih

dulu agar menjadi kawasan budi daya. Tanpa perhitungan hati-hati, kegiatan

tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap kelestarian sumberdaya alam

maupun terhadap kondisi lingkungan hidup. Oleh karena itu, pembangunan

daerah transmigrasi dipersyaratkan yang berwawasan lingkungan, agar dapat

mewujudkan pembangunan wilayah yang berkelanjutan.

Salah satu peranan program transmigrasi yang menonjol ialah pemanfaatan

[9]
sumber daya alam yang tersedia dan penyaluran potensi sumber daya alam

manusia dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pembangunan wilayah.

Menurut Siswono Yudhohusono dalam konsepnya tentang transmigrasi

(2003 : 26) menyatakan bahwa sasaran-sasaran penyelengaraan transmigrasi

yang ingin dicapai meliputi : Pertama, pada tingkat pemukiman, Kesehatan,

Pelayanan Administrasi Pemerintah, dan Peningkatan Pelayakan

Permukimannya, membangun rasa aman, mengembangkan dinamika interaksi

masyarakat, partisipasi dan kemandirian masyarakat. Kedua, pada tingkat

daerah, sasarannya ialah upaya peningkatan produksi, perbaikan distribusi dan

kepastian hukum atas pemilikan lahan, perluasan kesempatan kerja dan

kesempatan berusaha, pemantapan dan pengembangan pusat-pusat

pertumbuhan, peningkatan pendapatan asli daerah, peningkatan pendapatan asli

daerah, peningkatan investasi serta tercapainya kesimbangan dan kelestarian

lingkungan. Ketiga, pada tingkat nasional, sasarannya ialah tercapainya

persebaran penduduk dan tenaga kerja yang seimbang dan serasi, penyebaran

pembangunan kawasan yang seimbang, yang dikaitkan dengan kegiatan usaha

yang sesuai dengan potensi daerah, terutama untuk mengurangi pendapatan

antar golongan masyarakat, meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa serta

mendorong tercapainya ketahanan nasional yang semakin dinamis.

Menurut Siswono Yudhohusono (2003) menyatakan bahwa” sasaran

pembangunan transmigrasi terdiri dari program pokok dan program

penunjang,

. Adapun program pokok dapat dijelaskan sebagai berikut :

[10]
a. Program pengembangan permukiman dan lingkungan transmigrasi

bertujuan menyiapkan permukiman transmigrasi baru, termasuk

untuk para pekebun berpindah dan perambah hutan, dan

mengembangkan permukiman transmigrasi yang telah ada. Program

ini dilaksanakan dengan :

1. Menyiapkan areal bagi pembangunan pemukiman transmigrasi,

yang umumnya semula merupakan areal hutan yang dapat

dikonversi, lalu membuat rencana pengembangan jangka panjang

dan menengah serta rencana teknis tata ruang permukiman yang

disesuaikan dengan rencana umum tenaga ruang provinsi dan

rencana umum tenaga ruang kabupaten.

2. Melaksanakan pembangunan jaringan jalan, pembukaan

lahan, pengukuran dan pengkaplingan, pembangunan rumah beserta

sarana dan prasarana permukimannya, serta fasilitas umum lainnya.

3. Melaksanakan pendayagunaan,lingkungan seperti konservasi

lahan dan air, membangun hutan desa dan membina kesehatan

lingkungan.

4. Memberikan penetapan hak pemilikan tanah kepada transmigran.

5. Mengembangkan permukiman transmigrasi yang ada

dengan melaksanakan rehabilitasi / peningkatan kualitas

prasarana dan sarana yang telah ada di daerah transmigrasi.

b. Program pengarahan dan pembinaan transmigrasi bertujuan

meningkatkan keinginan masyarakat untuk bertransmigrasi,

[11]
menyiapkan calon transmigrasi, mengarahkan dan menempatkan

transmigran, dan membina transmigran serta para pekebun berpindah

dan perambah hutan di permukaannya yang baru, sehingga

kehidupannya dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan.

Program ini dilaksanakan dengan :

1. Mengadakan penerangan dan penyuluhan untuk menumbuhkan

minat bertransmigrasi, baik transmigrasi umum, transmigrasi

swakarsa berbantuan maupun transmigrasi swakarsa mandiri di

Daerah asal transmigran.

2. Melaksanakan pendaftaran, seleksi dan menyediakan perlengkapan,

fasilitas angkutan dan akomodasi untuk transmigran umum dan

transmigran swakarsa berbantuan, serta memberikan bantuan

jaminan hidup untuk beberapa waktu sebelum usaha transmigran

dapat menghasilkan.

3. Melakukan membinaan social budaya terutama pembinaan

dibidang pendidkan, kesehatan dan keluarga berencana , serta

lingkungan hidup di pemukiman transmigran.

4. Meningkatkan penyediaan sarana produksi pertanian seperti bibit

,pupuk, pestesida dan peralatan pertanian.

5. Mendorong penggunaan alat dan mesin pertanian yang sesuai

dengan usaha tani yang produktif serta meningkatkan efisiensi

pengangkutan dan pengolahan hasil pertanian untuk mengurangi

hasil produksi dan meningkatkan nilai tambah yang diterimah

[12]
oleh transmigran, dan

6. Meningkatkan kemampuan usaha kelompok transmigran,

memberi penyuluhan pertanian lapangan dan penyuluhan

kehutanan.

B. Transmigrasi di Era Otonomi Daerah.

Pelaksanaan otonomi daerah juga berimbas pada program transmigrasi

karena hubungan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah

Kabupaten atau Kota kurang tertata dengan baik. Akibatnya timbul penolakan

terhadap program transmigrasi karena program transmigrasi dianggap memiliki

delapan kelemahan. Adapun delapan alasan penolakan Program Trasmigrasi

menurut Yudhohusodo (2003: 249-251) adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah dianggap lebih memperhatikan etnis pendatang peserta

transmigrasi kebanding penduduk setempat yang ada dipemukiman

transmigrasi.

2. Program transmigrasi dianggap memudarkan sosio kultural

masyarakat lokal di sekitar unit permukiman transmigrasi. (Jurnal

Administrasi Publik, Vol.3, No.2, 2004)

3. Proses perencanaan kawasan permukiman transmigrasi kurang atau

tidak dikomunikasikan dengan masyarakat sekitar, sehingga mereka

tidak merasa terlibat dan tidak merasa ikut bertanggungjawab akan

keberadaan program transmigrasi.

4. Program transmigrasi terkesan menyebabkan kerusakan lingkungan

5. Transmigran yang didatangkan ke suatu lokasi kurang sesuai dengan

[13]
kebutuhan masyarakat setempat, baik dalam hal kultur budaya dan

tradisinya, maupun dalam hal kompetensi keahlian dan ketrampilannya.

6. Ada permukiman transmigrasi yang dibangun secara eksklusif sehingga

terkesan secara fungsional tidak terkait dengan kawasan lingkungannya.

Menurut Yudohusono (2003), memang menjelaskan bahwa anggapan

itu tidak sepenuhnya benar, akan tetapi bagaimana pun juga harus disadari

bahwa ada cap negatif yang terlanjur melekat dalam diri program

transmigrasi. Oleh karena itu agar dapat diterima dengan baik, ke depan

program transmigrasi harus mendapatkan penyempurnaan sedemikian rupa

sehingga dapat membuktikan bahwa hal-hal negatif tersebut tidak benar,

atau sudah mampu dibenahi. Dalam konteks tersebut sepeti yang

telah dijelaskan, perubahan yang mendesak dilakukan haruslah

dimulai dari perubahan paradigma dalam penyelenggaraan program

transmigrasi.

Visi dan misi program transmigrasi masih sangat relevan dan dapat

dipertahankan, tapi dalam pengelolaannya perlu memberikan peran yang

lebih besar kepada Daerah dan masyarakat sehingga pusat lebih berperan

sebagai policy maker, dan fasilitator. Selain itu penyelenggaraan

kerjasama kemitraan dengan berbagai pihak juga harus ditingkatkan.

Secara lebih teknis operasional, program transmigrasi harus dilakukan

dengan cara:

1. Pemerintah juga harus memperhatikan penduduk lokal sekitar

unit pemukiman transmigrasi disamping etnis pendatang peserta

[14]
transmigrasi.

2. Program transmigrasi harus menjaga dan menyesuaikan diri dengan

sosio kultural masyarakat lokal di sekitar unit permukiman

transmigrasi. Prospek kelembagaan transmigrasi : demokratisasi

administrasi.

3. Proses perencanaan kawasan permukiman transmigrasi

harus dikomunikasikan dengan masyarakat sekitar, sehingga mereka

merasa terlibat dan merasa ikut bertanggungjawab akan keberadaan

program transmigrasi.

4. Program transmigrasi harus lebih memperhatikan dan menjaga

kelestarian alam atau lingkungan.

5. Transmigran yang didatangkan ke suatu lokasi harus sesuai

dengan kebutuhan masyarakat setempat, baik dalam hal kultur budaya

dan tradisinya, maupun dalam hal kompetensi keahlian dan

ketrampilannya. (Ratminto, 2004:86)

Sistem penyelenggaraan transmigrasinasinal dengan paradikma

baru dilatarbelakangi oleh lima pokok pikiran yaitu :

a. Pertama, pembangunan transmigrasi sebagai upaya rekayasa

ruang dan orang, diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan dan

kebutuhan papan nasional.

b. Kedua, pengembangan usaha dan budidaya di permukiman

transmigrasi diarahkan untuk mendukung kebijakan energi alternatif

dengan mengembangkan budidaya tanaman bahan bio-energi seperti

[15]
kelapa sawit, jagung, tebu, singkong, dan juga jarak pagar.

c. Ketiga, pembangunan permukiman transmigrasi diarahkan untuk

mengembangkan daerah perbatasan, pulau terluar, daerah tertinggal

dan terisolir, merupakan upaya mengurangi kesenjangan antar wilayah

sebagai bagian dari upaya mendukung ketahanan nasional.

d. Keempat, pembangunan transmigrasi sebagai upaya pengembangan

wilayah baru perlu dilaksanakan secara kolaboratif dengan kalangan

swasta untuk mengembangkan investasi, sehingga transmigrasi akan

mampu mendukung pemerataan investasi, dan

e. Kelima, pembangunan transmigrasi sebagai salah satu upaya

penyediaan tempat tinggal, tempat bekerja, dan tempat berusaha

merupakan salah satu strategi nasional mengatasi pengangguran dan

kemiskinan secara berkelanjutan.

Transmigrasi tidak lagi merupakan program Pemindahan penduduk,

melainkan upaya untuk pengembangan Wilayah. Metodenya tidak lagi bersifat

sentralistik dan top down, melainkan berdasarkan kerjasama antar daerah

pengirim transmigrasi dengan daerah tujuan transmigrasi. Penduduk setempat

semakin diberi kesempatan besar untuk menjadi transmigrasi penduduk

setempat, proporsinya sama dengan transmigrasi penduduk asal.

C. Penelitian Terdahulu

Studi penelitian terdahulu yang membahas permasalahan yang sama

adalah sebagai berikut :

1. Ahhmad fauzi sofyan (2013), “pengaruh transmigrasi terhadap

[16]
kehidupan sosial ekonomi masyarakat di desa tepian makmur

kecamatan rantau pulung kabupaten kutai timur tahun 2013”

berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diketahui

bahwa transmigrasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

kehidupan sosial ekonomi masyarakat transmigrasi di desa tepian

makmur kecamatan rantau pulung, kabupaten kutai timur, dapat

diterima atau terbukti kebenarannya.

2. Yusuf (2015 ) Dampak transmigrasi terhadap tingkat kesejahteraan

warga transmigrasi di Desa Tanjung Kukuh Kecamatan Semendawai

Barat Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatra Selatan

Metode penelitian menggunakan teknik survei lapangaan yaitu

pengumpulan data kuantitatif dengan menggunakan kuesioner. Hasil

penelitian menunjukkan warga transmigrasi masih tergolong kedalam

kategori miskin. Kategori miskin ini disebabkan masyarakat

pendapatan utamanya masih dari menjadi buruh serabutan dan kebun

karet yang mereka miliki belum memiliki hasil karena belum masuk

pada masa sadap.

[17]
D. Kerangka Pikir

Dalam menyusun kerangka fikir untuk mempermudah proses


penelitian mencakup tujuan dari penelitian itu sendiri.
.
Kewajiban Warga Transmigrasi

1. Bertempat tinggal dan menetap di permukiman transmigrasi


2. Menggarap lahan dan mengembangkan kegiatan usaha secara
berdaya guna dan berhasil guna
3. Memelihara kelestarian lingkungan.
4. Mempertahankan dan memelihara pemilikan tanah dan aset
produksinya.
5. Memelihara hubungan serasi dengan Masyarakat setempat serta
menghormati dan memperhatikan adat istiadatnya.

Sarana dan prasarana Transmigrasi Faktor yang mempengaruhi

Faktor penghambat
1. Lahan Usaha dan Lahan tempat
tinggal beserta rumah 1. Komitmen warga trans
2. sarana produksi dan/atau dalam menjalankan
sarana usaha; kewajiban
3. Sanitasi dan Sarana air bersih 2. Investasi dan Modal
4. Bantuan Jaminan hidup /catu Kerja
pangan hingga transmigran 3. Masih lemahnya
mampu berproduksi atau menjalankan aturan
[18] ketranmigrasian
mendapat penghasilan;
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Perlu disampaikan dalam penelitian ini dilaksanakan pada masa

pandemik Covid 19 dimana kegiatan dibatasi untuk selalu waspada dalam

mencegah luasnya penyebaran Virus COVID-19 dan diberlakukannya

pembatasan tatap muka secara langsung maka waktu pene1itian di

sesuaikan dengan keadaan zona yang diatur oleh pemerintah, lokasi

penelitian dilaksanakan di Unit Permukiman Transmigrasi Tanjung Buka

SP.10 Kecamatan Tanjung Palas Tengah Kabupaten Bulungan. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui studi tentang dampak transmigrasi

Tanjung Buka SP. 10 terhadap pembangunan di Kabupaten Bulungan.

Dalam pemilihan dan penetapan lokasi penelitian berdasarkan pada

pertimbangan bahwa sepanjang pengetahuan penulis akan di dukung oleh

informasi yang relevan dengan topik penelitian. Penelusuran dokumen-

dokumen yang dianggap memberikan informasi dilakukan di kantor

Disnakertrans Kabupaten Bulunga sebagai bahan gambaran umum lokasi

penelitian.

B. Jenis Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif

kualitatif, Nana Syaodih Sukaladinata ( 2011: 73) mengemukakan

[19]
penilitian deskriptif kualitatifdi tujukan untuk mendeskripsikan dan

menggambarkan fenomena – fenomena yang ada, baik bersifat

amalimah maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan

karakteristik, kualitas dan keterkaitan antar kegiatan. Selain itu penelitian

deskristif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada

variable – variable yang diteliti, melainkan menggambarkan suatu

kondisi yang apa adanya. Satu satunya perlakuan yang diberikan

hanyalah peelitian itu sendiri yang dilakukan melalui observasi,

wawancara dan dokumentasi.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan suatu penentuan konsentrasi sebagai

pedoman arah suatu penelitian dalam upaya mengumpulkan dan mencari

informasi serta sebagai pedoman dalam mengadakan pembahasan atau

penganalisaan sehingga penelitian tersebut benar benar mendapatkan hasil

yang diharapkan. Disamping itu juga fokus penelian juga merupakan batas

ruang dalam pengembangan penelitian supaya penelitian yang dilakukan

tidak terlaksana dengan sia-sia karena ketidakjelasan dalam

pengembangan pembahasan. Dengan demikian fokus dari penelitian ini

adalah membahas kewajiban warga transmigrasi Tanjung Buka SP. 10

Kabupaten Bulungan dalam pengelolaah lahan garapan serta

memanfaatkan fasilitas sarana dan prasarana dalam meningkatkan

pembangunan yaitu :

1. Bertempat tinggal dan menetap di permukiman transmigrasi yang telah

[20]
diberikan oleh pemerintah.

2. Menggarap lahan dan mengembangkan kegiatan usaha secara berdaya

guna dan berhasil guna.

3. Memelihara kelestarian lingkungan.

4. Mempertahankan dan memelihara pemilikan tanah dan aset

produksinya.

5. Memelihara hubungan serasi dengan Masyarakat setempat serta

menghormati dan memperhatikan adat istiadatnya.

D. Informan
Informan menurut Meleong ( 2006 : 132 ) adalah orang yang

dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi

latar penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode

purposive, Metode ini digunakan berdasarkan perimbangan pertimbangan

bahwa informan yang telah ditetapkan memiliki pengetahuan yang cukup

untuk menjawab pertanyaan pertanyaan dalam pedoman wawancara.

Dalam penelitian ini penulis menetapkan aparatur pemerintah ( Pegawai

Distransnaker, Petugas UPT dan Pendamping UPT ) tokoh masyarakat

dan warga transmigrasi Tanjung Buka SP. 10 sebagai informan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Didalam bagian ini memuat teknik – teknik yang digunakan berkaitan

dengan jenis dan tujuan penelitian. Pada penelitian kuantitatif teknik

pengumpulan data yang utama adalah observasi dan wawancara mendalam

dengan penjelasan apa alasan yang digunakan teknik tersebut dan

bagaimana proses penggunaaanya agar lebih jelas dan argumentative.

[21]
Adapun prosedur pengumpulan data yang diperlukan maka dipernakan

beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan

Pada teknik pengumpulan data ini, peneliti menggunakan media

perpustakaan untuk mempelajari dan mengumpulkan data, informasi,

bahan referensi dengan mempelajari buku buku literatur dan media

cetak yang berkaitan dengan penelitian.

2. Studi Lapangan

Dalam penelitian lapangan peneliti berusaha mendapatkan data dan

informasi dengan mengadakan pengamatan secara langsung

kelapangan dengan mengghunakan beberapa teknik, antara lain :

a. Observasi yaitu mengumpulkan data dengan mengadakan

pengamatan secara langsung yang diteliti dan fenomena –

fenomena yang mempunyai relevansi terhadap masalah yang

diteliti.

b. Wawancara yaitu mengumpulkan data dengan mengadakan

wawancara dengan beberapa key informan dan informasi

pendamping untuk menggali data dan informasi tentang partifasi

warga transmigrasi dalam pembangunan menggunakan beberapa

pertanyaan dengan berpedoman pada fokus penelitian.

c. Dokumentasi, merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun data, menganalisa dokumen dokumen, baik dokumen

tertulis, gambar maupun elektronik yang koordinasi berkaitan

[22]
dengan kewajiban sebagai warga transmigrasi Tanjung Buka SP.

10 dengan dibatasi oleh fokus penelitian.

3. Teknik Analisis Data

Analisa data dalam penelitian kuantitatif dilakukan sejak sebelum

terjun ke lapangan, observasi selama pelaksanaan penelitian

dilapangan dan setelah selesai dilapangan. Data penelitian ini

dipoeroleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

Analisa data dilakukan dengan cara mengorganisasi data yang

diperoleh ke dalam sebuah katgori, menjabarkan data kedalam unit

unit, menganalisis data yang penting, menyusun atau menyajikan data

yang sesuai dengan masalah penelitian dalam bentuk laporan dan

membuat kesimpulan agar mudah dipahami.

Sesuai dengan jenis penelitian diatas maka peneliti menggunakan

model interaktif dari Milles dan Huberman untuk menganalis data hasil

penelitian.Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas.

Pengumpulan data Penyajian


data

Reduksi Kesimpulan –
data kesimpulan Gambaran /
Verifikasi

Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif

[23]
Sumber Milles dan Humberman ( Milles, Humberman dan Saldana,
2014:14 )
Komponen-komponen analias data model interaktif dijelaska sebagai

berikut :

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh peneliti di lapangan melalui

wawancara, observasi dan dokumentasi direduksi dengan

caramerangkum, memilih dan memfokuskan data pada hal hal

yang sesuai dengan tujuan penelitian. Pada tahap ini peneliti

melakukan reduksi data dengan cara memilah milah,

mengkatagorikan dan membuat abstrak dari catatan lapangan,

wawancara dan dokumentasi.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan setelah data selesai direkduksi

atau dirangkum. Data yang diperoleh dari hasil observasi,

wawancara serta dokumentasi yang dianalisis kemudian di sajikan

dalam bentuk CW ( Catatan Wawancara ), CL ( Catatab Lapangan

) dan CD ( catatan Dokumentasi ) . Data yang sudah disajikan

dalam bentuk catatan wawancara, catatan lapangan dan catatan

dokumentasi di beri kode data untuk mengorganisasikan data,

sehingga peneliti dapat menganalisa dengan cepat dan mudah.

Peneliti membuat daftar awal kode yang sesuai dengan pedoman

wawancara, observasi dan dokumentasi. Masing masing data

yang sudah diberi kode dianalisis dalam bentuk refleksi dan

[24]
disajikan dalam bentuk teks

3. Kesimpulan, Penarikan atau Verifikasi.

Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif model

interaktif adalah penarikan kesimpulan dari verifikasi.

Berdasarkan data yang telah direduksi dan disajikan, peneliti

membuat kesimpulan yang didukung dengan bukti yang kuat pada

tahap pengumpulan data. Kesimpulan adalah jawaban dari

rumusan masalah dan pertanyaan yang telah diungkapkan oleh

peneliti sejak awal.

[25]

Anda mungkin juga menyukai