Anda di halaman 1dari 7

Jakarta Program transmigrasi di Indonesia yang telah berlangsung selama 59 tahun,

merupakan sebuah perjalanan panjang yang telah terbukti mampu meningkatkan kehidupan
bangsa Indonesia yang tinggal di negara kepulauan dengan masyarakat yang heterogen.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar mengatakan, tujuan
pembangunan transmigrasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mendukung
pembangunan daerah, sekaligus memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
Menurutnya, sejak krisis moneter tahun 1998, sumber-sumber pendapatan negara yang
dialokasikan untuk pembangunan transmigrasi melalui APBN mengalami penurunan dan
menjadikan kekhawatiran kurang efektifnya program transmigrasi itu sendiri.
Karena itu, ke depan kita harus melakukan revitalisasi transmigrasi untuk menunjukkan
kepada seluruh kalangan khususnya, bangsa Indonesia pada umumnya, bahwa pembangunan
transmigrasi adalah solusi nasional, kata Muhaimin kepada wartawan usai menjadi Irup pada
upacara Peringatan Hari Bhakti Transmigrasi (HBT) ke-59 di kantor Depnakertrans, Jakarta,
Senin (14/12).
Muhaimin menambahkan, revitalisasi itu sendiri diawali dari penyadaran, kemudian
ditindaklanjuti dengan apa yang disebut peningkatan profesionalitas aparatur pelaksana.
Terus terang, kita terus menerus meningkatkan sumber daya pengelola transmigrasi mulai dari
rekrutmen, pelatihan hingga sampai kemudian pembinaan kawasan yang harus dikelola secara
profesional. Dan saya akan meneliti terus kapasitas mereka, ujarnya.
Melalui transmigrasi, pemerataan keadilan kemudian kesejahteraan bisa merata. Melalui program
transmigrasi juga pengangguran dapat diatasi, pertumbuhan ekonomi dan sumber-sumber dan atau
titik-titik pertumbuhan baru ekonomi bisa dilaksanakan.
Karena itu, di APBN 2010 dan 2011 ke depan kita berharap anggaran akan naik signifikan
dan jumlahnya akan kita tingkatkan paling tidak 100.000 kepala keluarga, katanya.
Dengan berakhirnya pembangunan jangka menengah nasional tahun 2005-2009, program
transmigrasi telah mengakhiri status bina 263 Unit Permukiman Transmigrasi, melaksanakan
pembangunan 44 Kota Terpadu Mandiri dan juga pembagunan lokasi transmigrasi dapat
menyerap tenaga kerja sebanyak 151.757 orang.
Pada RPJMN 2010-2014, pembangunan transmigrasi diarahkan kepada dua prioritas bidang
pembangunan, yakni bidang pembangunan perdesaan dan bidang pengembangan ekonomi lokal
dan daerah.
Pembangunan pedesaan melalui pembangunan pemukiman transmigrasi dalam satu kesatuan
sistem pengembangan wilayah sebagai peningkatan kesempatan kerja dan berusaha, upaya
mentransformasi ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier serta pemberdayaan
masyarakat.
Pengembangan ekonomi lokal dan daerah melalui pembangunan kawasan transmigrasi sebagai
upaya mengintegrasikan dan mempercepat terbentuknya kawasan perkotaan baru.

Kawasan perkotaan tersebut terbentuk hasil dari integrasi inter dan antara kawasan yang
mampu mentransformasikan ekonomi yang berdaya saing dari sektor primer ke sektor sekunder
dan tersier serta membangun keterkaitan desa-kota, katanya (Az/toeb)

PERKEMBANGAN TRANSMIGRASI DI INDONESIA


A. PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Lahirnya
Transmigrasi
Indonesia adalah negara yang subur dan memiliki potensi keanekaragaman hayati yang sangat
melimpah (mega biodiversity). Potensi keanekaragaman hayati tersebut merupakan salah satu
yang terbesar di dunia setelah Zaire dan Brazil. Kekayaan sumber daya alam ini adalah anugerah
dari Sang Pencipta yang harus bisa dimanfaatkan seefisien mungkin untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Untuk dapat memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah tersebut, pasti
diperlukan sumber daya manusia yang melimpah pula. Namun sayangnya potensi sumber daya
manusia itu, tidak tersebar secara merata di seluruh wilayah Indonesia. Potensi sumber daya
manusia Indonesia lebih banyak terkonsentrasi di pulau Jawa, Madura dan Bali. Kepadatan
penduduk di pulau-pulau ini sampai sekarang adalah yang paling tinggi di Indonesia, padahal
daya tampung dan daya dukung dari pulau-pulau ini untuk menyediakan dan memenuhi
kebutuhan hidup bagi penduduknya sudah sangat minim.
Melihat ketimpangan antara potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia tersebut, maka
pemerintah mencanangkan suatu program khusus yang diberi nama transmigrasi. Transmigrasi
merupakan istilah bahasa Indonesia untuk migrasi. Transmigrasi secara lebih spesifik merupakan
pemindahan penduduk dari pulau-pulau yang terlalu padat penduduknya ke pulau-pulau yang
kepadatan penduduknya masih cukup rendah dan potensi alamnya masih belum digarap secara
lebih intensif.
Pola transmigrasi sebenarnya sudah cukup lama dikenal oleh bangsa Indonesia. Menurut sejarah,
program transmigrasi awalnya diselenggarakan oleh pemerintahan Kolonial Belanda pada masa
penjajahan dengan nama kolonisasi pertanian, walaupun terdapat perbedaan istilah dengan
program saat ini serta di dalamnya terdapat kepentingan kaum penjajah.
Pada masa itu, secara tidak langsung pemerintahan kolonial Belanda telah menerapkan pola
transmigrasi dengan membawa banyak orang pribumi (terutama suku jawa) untuk melakukan
ekspansi ke pulau-pulau yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar seperti Sumatera
dan Kalimantan. Orang-orang pribumi tersebut awalnya dipekerjakan sebagai pembantu dan
pelayan, atau tukang kebun bagi orang-orang Belanda.
Hingga adanya pergantian kekuasaan oleh pemerintahan pusat kolonial Belanda, maka mereka
tetap mengabdi pada satu majikan (meneer) yang sama hingga akhirnya sang majikannya harus
pindah tugas ke tempat lain. Namun karena merasa betah dan merasa cukup sejahtera tinggal di
pulau itu, maka orang-orang pribumi tadi tetap tinggal dan berkeluarga di tempat itu.
Tujuan
Transmigrasi.
Penyelenggaraan transmigrasi menurut Undang-Undang Nomor. 15 tahun 1997 tentang
ketransmigrasian bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat
sekitarnya, serta meningkatan dan melakukan pemerataan pembangunan di daerah dan juga
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.
Dari kebijakan mengenai ketransmigrasian di atas, jelas bahwa transmigrasi adalah suatu program
yang sangat bijak dalam mengatasi masalah kependudukan. Tujuan utama transmigrasi sesuai
dengan pengertiannya adalah dalam rangka penyebaran penduduk yang merata di seluruh wilayah
Indonesia. Selain itu, tujuan lain dari transmigrasi sesuai dengan konteks kehidupan bangsa
Indonesia saat ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengurangi
pengangguran dengan menciptakan lapangan kerja baru di sektor informal, mengembangkan
potensi sumber daya alam di daerah dan juga merupakan alternatif untuk mempertahankan
keutuhan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Transmigrasi secara umum dibagi atas dua jenis yaitu transmigrasi umum dan transmigrasi
swakarsa. Transmigrasi swakarsa terbagi atas Transmigrasi Swakarsa Berbantuan (TSB) dan
Transmigrasi Swakarsa Mandiri (TSM).
Transmigrasi umum yang selama ini dikembangkan oleh pemerintah secara besar-besaran
mendapatkan bantuan fasilitas pemukiman dan pelayanan. Transmigrasi swakarsa melakukan
perpindahan pada wilayah pengembangan transmigrasi atas kemampuan sendiri, pemerintah
hanya menyediakan kemudahan-kemudahan dan fasilitas yang masih tersedia di lokasi yang
dituju.
Secara tidak langsung program transmigrasi ini akan menimbulkan rasa kemandirian dikalangan
masyarakat, terutama masyarakat petani yang tidak memiliki lahan dan tidak memiliki modal.
Fasilitas yang diberikan pemerintah dalam program ini diharapkan mampu menciptakan
masyarakat yang berjiwa wiraswasta dan menurunkan angka kemiskinan di Indonesia.
B. PEMBAHASAN
Pemilihan Lokasi Transmigrasi
Awalnya program transmigrasi dikhususkan untuk memindahkan penduduk dari pulau Jawa,
Madura, dan Bali yang memiliki persoalan kepadatan penduduk yang sangat tinggi, ke pulaupulau lain yang kepadatan penduduknya masih cukup rendah. Para transmigran dari pulau Jawa
kebanyakan memilih pulau Sumatera, dan transmigran dari pulau Madura lebih terkonsentrasi ke
pulau Kalimantan. Sedangkan transmigran dari pulau Bali lebih memilih pulau Sulawesi sebagai
tujuannya.
Namun seiring dengan perkembangan pembangunan di daerah yang cukup pesat, dan juga
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah melalui kebijakan Otonomi Daerah, maka pulaupulau yang tadinya menjadi tujuan program transmigrasi telah berkembang dan harus dibatasi
penerimaan transmigrannya. Bahkan yang berkembang adalah penduduk pulau Sumatera
sekarang menjadi obyek yang akan mengikuti program transmigrasi. Hal ini sangat terasa dengan
semakin tingginya kepadatan penduduk yang ditandai dengan semakin luasnya pembukaan
wilayah hutan untuk pemukiman penduduk, untuk lahan pertanian, perkebunan, dan peternakan
dan juga untuk pembangunan sektor industri di pulau yang juga dikenal dengan nama pulau
Andalas dan Swarna Dwipa ini.
Pemerintah harus segera merubah pola tujuan transmigrasi, agar pemerataan pembangunan dan
kepadatan penduduk sesuai dengan tujuan transmigrasi dapat tercapai dengan maksimal dan
efisien. Pulau-pulau terpencil mungkin bisa dijadikan alternatif tujuan program transmigrasi,
walaupun alternatif ini akan lebih banyak memakan biaya operasional nantinya. Namun ini lebih
baik daripada pemerintah memaksakan program transmigrasi untuk tetap dikirim ke pulau-pulau
yang sama.
Pemilihan lokasi transmigrasi juga harus berdasarkan asas kelestarian lingkungan hidup
(utamanya hutan). Dari perkembangan program transmigrasi nasional yang telah berlangsung
semenjak pemerintahan orde lama, kita bisa melihat bahwa ada kesalahan dalam hal pemilihan
lokasi transmigrasi. Kawasan konservasi yang merupakan penyangga kehidupan mahluk hidup,
sebisa mungkin dijauhkan dari lokasi transmigrasi. Hal ini perlu diterapkan untuk menghindari
kesalahan pengelolaan yang dapat mengakibatkan kerusakan alam yang dapat menimbulkan
bencana.
Selain itu pemerintah dan semua stake-holder yang terkait dengan suksesnya program ini, harus
menjalin kerjasama yang baik dan arif dalam menentukan pemilihan lokasi transmigrasi.
Masyarakat lokal tempat tujuan transmigrasi akan dilakukan harus diajak untuk berdialog dan
menentukan kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan di lokasi transmigrasi itu. Segala macam
pendapat yang dikatakan masyarakat lokal harus ditindaklanjuti dan disampaikan kepada calon
transmigran yang akan menempati areal tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi
kesenjangan antara masyarakat transmigran dan masyarakat lokal sehingga akan tercipta
keharmonisan dalam berinteraksi dan pemerataan pembangunan dapat diwujudkan bersama-sama
antara masyarakat lokal, masyarakat transmigran dan tentu saja pemerintah.
Kompetensi Calon Transmigran

Tidak bisa dipungkiri bahwa program transmigrasi akan sangat menarik bagi masyarakat yang
tingkat kehidupandan tingkat pendidikannya masih cukup rendah. Hal ini sangat wajar, melihat
kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang masih belum pulih setelah diterpa krisis ekonomi,
sehingga sangat sulit untuk mencari pekerjaan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Untuk dapat menciptakan masyarakat transmigran yang sukses dan mampu berkarya dalam sektor
wiraswasta mandiri dengan menciptakan lapangan kerja baru, maka Pemerintah harus terusmenerus mencoba memperbaiki sistem perekrutan calon tranmigran. Walaupun pada
kenyataannya yang paling banyak mendaftarkan diri untuk menjadi masyarakat transmigran
adalah masyarakat yang tingkat pendidikannya cukup rendah.
Agar dapat mengatasi masalah tingkat pendidikan masyarakat transmigran yang cukup rendah
tersebut, maka pemerintah daerah dan dinas transmigrasi daerah tempat calon transmigran
berdomisili sebelum dikirimkan ke lokasi transmigrasi harus memberikan pelatihan dan
penyuluhan yang dilakukan secara intensif sebelum masyarakat transmigran dikirim ke lokasi
tujuan transmigrasi.
Hal ini sebaiknya dilakukan setelah diketahui kondisi ekonomi, sosial, budaya dan juga kondisi
lahan yang akan mereka garap nantinya. Informasi mengenai hal ini mutlak haru diketahui oleh
calon transmigran agar mereka mampu menggali kreatifitas dan potensi mengenai apa yang akan
mereka coba buat di lokasi transmigrasi nantinya. Informasi ini juga sangat berguna dalam
menciptakan sektor usaha kecil menengah baru yang potensial untuk diterapkan pada lokasi
transmigrasi.
Dengan melakukan proses pendidikan melalui pelatihan dan penyuluhan terhadap masyarakat
transmigran juga diharapkan akan terjalin keharmonisan antara masyarakat transmigran dengan
masyarakat lokal setempat. Sehingga kebhinekaan yang ada di lokasi transmigrasi mampu
menjadi rantai ikatan persatuan yang kuat untuk memupuk rasa persaudaraan dan nasionalisme
dalam
menjaga
keutuhan
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia.
Fasilitas-fasilitas Transmigrasi
Penyediaan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah dalam mendukung program transmigrasi
sampai sejauh ini sudah cukup memadai. Hal ini bisa dilihat dari pendapat para transmigran yang
cukup berhasil di tanah seberang. Fasilitas yang disediakan pemerintah antara lain adalah lahan,
bantuan dana dan alat-alat pertanian. Besarnya bantuan yang diberikan bervariasi tergantung
kepada kondisi lahan yang akan dijadikan lokasi transmigrasi.
Setiap kepala keluarga yang mengikuti program ini rata-rata mendapatkan lahan garapan seluas 2
- 2,5 hektar dan juga mendapatkan bantuan dana sebagai modal untuk mengelola lahan tersebut
sebesar 16 - 20 juta rupiah. Selain itu pemerintah juga menyediakan alat-alat pertanian dan
brosur-brosur penyuluhan tentang cara mengelola lahan yang baik dan jenis tanaman budidaya
apa yang cocok untuk ditanam pada lahan tersebut.
Pada lokasi transmigrasi juga disediakan rumah tinggal tipe RSS yang telah dialiri listrik dan air
bersih. Kondisi pemukiman yang berada dalam satu kawasan juga diciptakan seperti layaknya
sebuah desa pada umumnya, dengan nama Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT). Setiap UPT
memiliki struktur pemerintahan yang setara dengan sebuah desa dan memiliki sarana dan
prasarana yang dapat mendukung dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat transmigran.
Bahkan hal ini menimbulkan kecemburuan dikalangan masyarakat lokal yang dapat menimbulkan
konflik horizontal antara masyarakat lokal dengan masyarakat transmigran.
Melihat kepedulian dan perhatian pemerintah terhadap para transmigran tersebut, maka sangat
wajar kalau pemerintah berharap agar tujuan program ini mampu tercapai dengan maksimal.
Semua kalangan yang telah bekerja keras dalam menyumbangkan konsep dan pemikiran
mengenai hal ini juga mempunyai harapan yang sama dengan pemerintah. Namun pemerintah
harus mewaspadai potensi konflik yang timbul akibat adanya kecemburuan masyarakat lokal
terhadap masyarakat transmigran.
Kecemburuan yang timbul pada kalangan masyarakat lokal tersebut bukan tanpa sebab.
Percepatan pembangunan yang terjadi di UPT-UPT transmigrasi tidak sejalan dengan percepatan
pembangunan desa tempat masyarakat lokal bermukim. Jika hal ini tidak mendapatkan perhatian

khusus dari pemerintah, maka potensi konflik yang ber-unsur SARA akan sering terjadi pada
lokasi-lokasi transmigrasi. Pemerintah harus arif dalam membuat sistem ketransmigrasian,
terutama jika menyangkut pembangunan daerah. fasilitas di pemukiman transmigrasi tidak bisa
terlalu berlebihan dengan fasilitas masyarakat lokal. Jika pemerintah memaksakan diri untuk
melengkapai fasilitas masyarakat transmigran, maka terlebih dahulu pemerintah harus melengkapi
atau minimal memperbaiki dan menyempurnakan fasilitas masyarakat lokal setempat.
Semua fasilitas yang memang sudah seharusnya disediakan pemerintah kepada rakyat tersebut,
pasti akan mampu mensejahterakan rakyat secara keseluruhan. Ini merupakan keharusan yang
tidak bisa ditawar lagi untuk menciptakan pemerataan di masyarakat, baik itu pemerataan jumlah
penduduk, pemerataan pembangunan dan tentu saja pemerataan kesejahteraan.
C. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Program transmigrasi telah terbukti mampu meminimalisir permasalahan kependudukan. Pulaupulau yang kepadatan penduduknya sangat tinggi seperti Jawa, Madura dan Bali, lambat-laun
kepadatan penduduk mulai turun dan daya dukungnya untuk memenuhi kebutuhan hidup
penduduk mulai meningkat. Sedangkan pulau-pulau yang potensi sumber daya alamnya
melimpah, namun potensi sumber daya manusianya kurang, telah berkembang dan mampu untuk
memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya setelah diterapkannya program transmigrasi.
Semenjak program ini diterapkan sampai dengan saat ini, sudah sangat banyak masyarakat
transmigran dan masyarakat lokal setempat yang tingkat kehidupan dan kesejahteraannya
meningkat. Kemampuan masyarakat transmigran untuk menciptakan lapangan kerja baru, tidak
hanya mampu mensejahterakan dirinya sendiri namun juga mampu mensejahterakan masyarakat
lainnya. Bahkan tidak jarang beberapa orang transmigran mampu mengubah nasibnya menjadi
seorang pengusaha yang berhasil. Hal ini tentu dapat terjadi karena kerja keras transmigran itu
sendiri. Jika para transmigran memiliki kemauan dan kerja keras yang didukung oleh doa dan
ibadah yang tulus dan ikhlas, maka Tuhan pasti akan merubah nasib para transmigran dan secara
tidak langsung juga akan mengubah nasib bangsa Indonesia menjadi lebih sejahtera. Amin...
Saran
Setiap sistem yang dibuat pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Untuk mengetahui apakah
kekurangan dan kelebihan itu, maka kita perlu melihat dari pengalaman setelah diterapkannya
sistem tersebut. Apa hasil yang didapat dari penerapan sistem tersebut dan apa yang diharapkan
sebelumnya pada tahap perencanaan konsep sistem tersebut. Jika hasil yang didapatkan tidak
sesuai dengan harapan, maka terdapat kesalahan yang harus diperbaiki.
Konsep perbaikan yang banyak disampaikan oleh para pakar berdasarkan hasil penelitian,
merupakan asset yang sangat berharga dalam menyempurnakan sistem ketransmigrasian di
Indonesia. Hal ini bisa dijadikan acuan nyata oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
dalam menyempurnakan sistem ketransmigrasian menuju kesejahteraan masyarakat Indonesia.
D. PENUTUP
Penulis mengucapkan permohonan maaf yang tulus apabila terdapat kesalahan dalam penulisan
dalam karya tulis ini. Semoga tulisan ini berguna sebagai evaluasi dari apa yang kita dengar, lihat
dan rasakan mengenai Pentingnya transmigrasi untuk menurunkan angka kemiskinan dengan
menumbuhkan lapangan kerja baru dalam rangka meningkatkan perekonomian rakyat dan
memperkokoh persatuan nasional. Ini adalah pandangan dari seorang mahasiwa yang selalu
mencoba berpikir secara kritis dan idealis sesuai dengan ideologi yang tertanam dalam
kehidupannya. Akhir kata Tinggilah iman kita, tinggilah ilmu kita dan tinggilah pengabdian kita
kepada
bangsa
dan
negara
Indonesia
yang
kita
cintai
ini.
ACUAN
PUSTAKA
Charras,
Muriel.
1997.
Dari
Hutan
Angker
Hingga
Tumbuhan
Dewata
(Transmigrasi di Indonesia: Orang Bali di Sulawesi). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Departemen
Transmigrasi
Dan
Pemukiman
Perambah
Undang Undang No. 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian

Hutan

RI.

1997.

Anda mungkin juga menyukai