Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

MK. TANAMAN DAN SISTEM RUANG TERBUKA HIJAU


(ARL530)

EVALUASI RUANG TERBUKA HIJAU


TAMAN SUROPATI, MENTENG, JAKARTA PUSAT

KELOMPOK 7
MOHAMAD FAKHRI MASHAR A451194031
R.ANANTAMA BY A4501201004
M RASYIDUL ILMI A44170071

DOSEN
Dr. Ir. NIZAR NASRULLAH, M.Agr

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL v
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 1
Manfaat 1
TINJAUAN PUSTAKA 2
Ruang Terbuka Hijau 2
Fungsi RTH 2
Kriteria RTH 3
METODOLOGI 4
Waktu dan Lokasi Tapak 4
Alat dan Bahan 4
Metode Praktikum 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Kondisi Umum 5
Letak, Luas dan Batas Tapak 5
Fasilitas dan Utilitas 5
Aksesibilitas dan Sirkulasi 6
Vegetasi 6
Jenis Vegetasi Berdasarkan Fungsi 7
Analisis Fungsi Tanaman 8
Analisis Kebutuhan Fasilitas 9
Rekomendasi 9
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi Tapak Taman Suropati, Jakarta Pusat 4


2 Denah Taman Suropati 5
3 Rekomendasi berdasarkan evaluasi 10

DAFTAR TABEL

1 Kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk 3


2 Daftar tanaman di Taman Suropati 6
3 Kategori penilaian tanaman 8
4 Kode vegetasi 8
5 Penilaian efektivitas fungsi vegetasi 9
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perkembangan perkotaan selain menghasilkan dampak positif ternyata juga
menghasilkan dampak negatif, salah satunya adalah terhadap aspek lingkungan kota.
Masalah lingkungan seperti pencemaran udara oleh material berbahaya yang dihasilkan
oleh asap kendaraan bermotor, asap pabrik, peningkatan suhu udara, dan polusi udara,
adalah dampak negatif yang harus dialami oleh penduduk kota (Tursilowati, 2009).
Perencana kota sudah seharusnya merencanakan ruang terbuka hijau (RTH) yang ideal
bagi warga kota agar dapat memberikan kenyamanan dalam beraktivitas. Hal ini sudah
diinstruksikan dalam bentuk UU RI No. 26 Tahun 2007 bahwa perbandingan luas RTH
dengan ruang terbangun adalah 30% : 70%. Taman kota merupakan bagian dari bentuk
RTH yang membantu meningkatkan kualitas ekologis dan lingkungan di sekitar taman
itu berada. Sebagai bagian dari elemen pembentuk kota, taman kota memiliki banyak
fungsi dalam kaitannya dengan kebutuhan jasmani dan rohani warga kota.
Jakarta Pusat merupakan wilayah kota di Provinsi DKI Jakarta yang banyak
memiliki taman kota. Salah satunya adalah Taman Suropati. Keberadaan taman kota
tersebut memiliki peran penting sebagai penyeimbang lanskap kota dalam bentuk ruang
terbuka hijau. Lokasi taman tersebut berada pada wilayah strategis yang merupakan area
kota taman pertama di Indonesia yaitu Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Oleh karena
itu perlu dilakukan evaluasi RTH pada Taman Suropati sehingga dapat diketahui faktor-
faktor yang mempengaruhi kenyamanan di taman kota tersebut.

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui dan menilai kondisi kenyamanan di
RTH Taman Suropati berdasarkan fungsi vegetasi dan fasilitas.

Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil praktikum ini adalah dapat diterapkannya
hasil evaluasi RTH agar menambah kenyamanan pengguna di Taman Suropati
2

TINJAUAN PUSTAKA

Ruang Terbuka Hijau


Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam (Pemerintah Republik Indonesia, 2007).
Ketentuan dalam Undang-Undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal
29 menyebutkan bahwa proporsi RTH pada wilayah kota minimal 30% dari luas wilayah
kota. RTH dibagi menjadi RTH publik dan privat dimana luasan RTH publik 20% dan
RTH privat 10% dari luas wilayah/kota (Kementerian PU, 2008). Ruang terbuka hijau
privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya
untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik
masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Ruang terbuka hijau publik adalah RTH
yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk
kepentingan masyarakat secara umum.
Jenis RTH berdasarkan pola aktivitas dibedakan menjadi RTH aktif dan RTH pasif.
RTH aktif dan pasif mengacu pada luas minimal berbasis Koefisien Dasar Hijau (KDH).
KDH adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar
bangunan gedung yang diperuntukkan bagipertamanan/penghijauan dan luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata
bangunan dan lingkungan (Kementerian PU, 2008). RTH aktif memiliki nilai KDH 70%-
80%, sedangkan RTH pasif memiliki nilai KDH 80%-90% (Kementerian PU, 2008).
Menurut penelitian Paquet et al., (2013), jenis, ukuran dan tingkat kehijauan RTH
mempengaruhi kesehatan manusia. RTH memiliki dua fungsi yaitu fungsi utama dan
fungsi tambahan. Berdasarkan Permen PU No 5 tahun 2008, fungsi utama (intrinsik) RTH
diantaranya yaitu fungsi ekologis yaitu memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian
dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi
udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen,
penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap polutan media udara, air dan tanah
dan penahan angin. Fungsi tambahan (ekstrinsik) dibagi dalam tiga kelompok fungsi yaitu
fungsi sosial budaya, fungsi ekonomi dan fungsi estetika.
RTH dibangun dari kumpulan tumbuhan dan tanaman atau vegetasi yang telah
diseleksi dan disesuaikan dengan lokasi serta rencana dan rancangan peruntukkannya.
Untuk keberhasilan rancangan, penanaman dan kelestariannya maka sifat dan ciri serta
kriteria arsitektural dan hortikultural tanaman dan vegetasi penyusun RTH harus menjadi
bahan pertimbangan dalam menyeleksi jenis-jenis yang akan ditanam. Jenis tanaman
yang digunakan sebaiknya memiliki fungsi dan kriteria untuk meningkatkan kualitas
lingkungan ekologis, memiliki nilai estetika (menciptakan estetika), memiliki fungsi fisik
sebagai peneduh, pembatas, screen, dan alas (ground cover), serta memiliki nilai ekonomi
(produktif).
Fungsi RTH
Mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008
Penyelenggaraan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, ditujukan untuk tiga hal,
yaitu: 1) menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air, 2) menciptakan aspek
planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan
3

binaan yang berguna bagi kehidupan masyarakat, dan 3) meningkatkan keserasian


lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan yang aman, nyaman, segar,
indah dan bersih.
Kriteria RTH
Taman Suropati ini memiliki luas 16.328 m2 , kriteria Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan berdasarkan Pengaturan Menteri dalam Negeri Nomor 1 tahun
2007 pasal 9 adalah :
1. Luas ideal RTHKP minimal 20% dari luasan kawasan perkotaan.
2. Luas RTHKP publik penyediaannya menjadi tanggung jawab pemerintah
kabupaten/kota yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan
masing-masing daerah.
3. RTHKP privat penyediaannya menjadi tanggung jawab pihak/Lembaga
swasta, perorangan dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin
pemanfaatan ruang oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, kecuali Provinsi DKI
Jakarta oleh Pemerintah Provinsi.
Kebutuhan akan luasaan ruang terbuka hijau dihitung berdasarkan Jumlah
pendudukan minimal yang terdapat pada tabel 1. Terhadap jenis-jenis ruang terbuka
hijau. Pendekatan yang digunakan untuk menentukan luasan tersebut adalah dengan
menghitung kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah yang didapat dari
Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2008 serta membandingkannya dengan kondisi RTH
eksisting.

Tabel 1 Kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk

Tipe RTH Luas minimal/kapita (m2 )


Taman Lingkungan 0,5
Pemakaman 1,2
Taman Kota 0,3
Hutan Kota 4,0
Untuk fungsi-fungsi tertentu 12,5
Sumber : Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2008
4

METODOLOGI
Waktu dan Lokasi Tapak
Praktikum dilaksanakan selama 4 (empat) minggu secara daring, mulai tanggal 2
Oktober 2020 hingga 21 Oktober 2020. Lokasi tapak yang dipilih adalah Taman Suropati,
Jalan Taman Suropati No.5, RT.5/RW.5 Menteng, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Gambar 1 Lokasi Tapak Taman Suropati, Jakarta Pusat

Alat dan Bahan


Praktikum ini menggunakan peralatan yang dapat menunjang kegiatan
pengamatan, yakni alat Laptop, Microsoft Word 2018, Microsoft Excel 2018, AutoCAD
2021, Google Earth, dan Adobe Photoshop CC 2019.

Metode Praktikum
Metode pengamatan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Memilih tapak (daerah RTH) yaitu Taman Suropati.
2. Studi Literatur secara daring
3. Menganalisa karakter tapak.
4. Mencatat dan memetakan vegetasi sesuai keadaan tapak.
5. Melakukan penilaian fungsi tanaman lanskap.
5

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kondisi Umum

U
0 20 40 m

Gambar 2 Denah Taman Suropati

Letak, Luas dan Batas Tapak


Taman Suropati merupakan salah satu pecahan dari Taman Menteng dan Taman
Sunda Kelapa yang bernama Burgeermester Bischop Plein. Di Taman Suropati ini
keseluruhan pohon yang ditanam merupakan pohon peninggalan zaman penjajahan
Belanda. Konsep taman publik diterapkan pada taman ini sejak tahun 1984. Sebelumnya,
Taman Suropati ini memiliki konsep sebatas penghijauan kota saja.
Taman Suropati yang berada di Jalan Taman Suropati ini memiliki luas 16.328𝑚2 .
Areal taman seluruhnya langsung berbatasan dengan Jalan Taman Suropati kecuali di
sebelah selatan dengan Taman Diponegoro.
Adapun batas tapak sebagai berikut :
Sebelah Utara : Jalan Teuku Umar
Sebelah Selatan : Jalan Diponegoro
Sebelah Timur : Jalan Taman Suropati
Sebelah Barat : Jalan Taman Suropati

Fasilitas dan Utilitas


Fasilitas yang terdapat di Taman Suropati antara lain bangku taman, lampu taman,
kolam air mancur, jalan setapak/jogging track, kandang burung dan ayam, tempat
sampah, pos polisi Taman Suropati, dan toilet umum. Taman ini mengalami sedikit
perubahan desain pada awal 2010 yaitu berupa perkerasan pada plaza, planter box, lampu
taman, bangku taman, dan penambahan batu refleksi. Penambahan planter box dilakukan
pada axis taman yang diisi oleh tanaman berupa marantha (Marantha sp.). Selain itu di
6

sisi barat dan timur ditambahkan planter box yang menyatu dengan bangku taman. Planter
box yang menyatu dengan bangku taman diisi oleh alpinia (Alpinia zerumbet) dan
sambang darah (Excoecaria cochinchinensis Lour.). Hamparan rumput berupa rumput
gajah (Axonopus compressus Beauv.) ditanami pada area nonperkerasan.
Kegiatan yang umum dilakukan di taman ini antara lain duduk-duduk,
berolahraga (jogging), mengamati satwa, dan bermain alat musik. Pada hari-hari tertentu
beberapa komunitas seni budaya rutin berkumpul di taman ini. Rekreasi yang umum
dilakukan antara lain duduk-duduk dan jogging. Kegiatan pendidikan di taman ini yaitu
bermain alat musik dan perkumpulan komunitas seni budaya. Taman ini selalu ramai
dikunjungi dari siang hingga larut malam. Pengunjung mulai ramai pada sore hari sekitar
pukul 17.00. Pada hari Sabtu/Minggu banyak pula pengunjung yang menghabiskan waktu
berkumpul. Sistem keamanan yang baik, lampu penerangan taman yang cukup, serta
bukaan taman yang luas diduga menjadi faktor penting yang menjadikan Taman Suropati
selalu dikunjungi setiap hari.

Aksesibilitas dan Sirkulasi


Taman lingkungan ini berada di lokasi strategis di Pusat Kota Jakarta Pusat yang
dikelilingi jalan lingkungan. Aksesibilitas ke Taman Suropati dapat ditempuh melalui
Jalan Teuku Umar dari arah Monas, Jalan Imam Bonjol dari arah Bundaran HI, serta Jalan
Diponegoro dari arah Salemba.

Vegetasi
Taman Suropati memiliki kondisi pohon yang umurnya relatif tua dengan ciri
kanopi yang relatif rimbun. Taman ini didominasi oleh tanaman Mahoni (Swietenia
mahagoni) sehingga menjadi ciri khas dari taman ini, tetapi tidak hanya tanaman Mahoni
adapun tanaman lain yang ada di taman ini. Berikut tabel macam tanaman yang ada di
taman Suropati ini:

Tabel 2 Daftar tanaman di Taman Suropati

Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2009)


7

Jenis Vegetasi Berdasarkan Fungsi

1. Tanaman Peneduh
Tanaman peneduh merupakan jenis tanaman yang berbentuk pohon dengan
percabangan yang tingginya lebih dari 2 meter dan memberikan kenyamanan iklim mikro
pada tapak. Adapun kriteria penilaian pohon peneduh pada tapak adalah
a) Pohon dengan tinggi/sedang > 1,5 m
b) Bentuk spreading, globular, dome, irregular
c) Tajuk bersinanggungan
d) Massa daun rapat
e) Ditanam secara bersinanggungan/teratur

2. Tanaman Hias
Tanaman yang memiliki estetika yang fungsi utamanya adalah sebagai penghias,
menciptakan keindahan serta daya tarik pada suatu obyek karena memiliki bentuk dan
warna yang indah. Adapun kriteria penilaian tanaman hias pada tapak adalah
a) Bentuk tajuk menarik
b) Terdapat variasi warna (batang, daun, bunga, buah)
c) Tekstur tanaman menarik
d) Memiliki aksen/kontras
e) Memiliki pola tertentu

3. Tanaman Pagar
Tanaman berupa pohon atau perdu yang ditanam sebagai pagar hidup secara
berbaris. Adapun kriteria penilaian tanaman pagar pada tapak adalah
a) Tanaman tinggi, perdu atau semak >1,5 m
b) Massa daun rapat
c) Percabangan lentur
d) Ditanam berbaris atau membentuk massa

4. Tanaman Pengarah
Tanaman berupa pohon atau perdu yang ditanam sebagai pagar hidup secara
berbaris. Adapun kriteria penilaian tanaman pagar pada tapak adalah
a) Perdu dengan ketinggian 3->6 m
b) Ditanam secara berbaris
c) Jarak tanam rapat
d) Tajuk saling bersentuhan
e) Berkesan rapi dan menunjukkan orientasi

5. Tanaman Fungsi Lain


Tanaman sebagai aspek kenyamanan bagi pengunjung tapak yang berfungsi
sebagai kontrol polusi, bunyi, dan angin.
Tanaman Kontrol Polusi
Adapun kriteria penilaian tanaman kontrol polusi pada tapak adalah
a) Toleransi terhadap polusi
b) Kuat menyerap gas NO2 dan partikel lainnya
8

c) Terdiri dari beberapa lapis tanaman atau kombinasi pohon, perdu/semak


d) Massa daun padat
e) Tepi daun kasar/bergerigi, bersisik/berbulu
f) Memiliki zat perekat (getah,resin, dll)

Tanaman Kontrol Bunyi


Adapun kriteria penilaian tanaman kontrol bunyi pada tapak adalah
a) Terdiri dari beberapa lapis tanaman atau kombinasi pohon, perdu/semak
b) Bermassa daun padat
c) Berdaun tebal
d) Terdapat kombinasi dengan dinding peredam
e) Terdapat variasi tajuk secara vertikal

Tanaman Kontrol Angin


Adapun kriteria penilaian tanaman kontrol anign pada tapak adalah
a) Tanaman tinggi lebih dari 2 meter
b) Tahan angin/tidak mudah terbang
c) Massa daun padat
d) Tidak mudah rontok
e) Tidak berdaun tebal
f) Ditanam berbaris membentuk massa

Analisis Fungsi Tanaman


Analisis dilakukan berdasarkan penilaian fungsi masing-masing vegetasi terhadap
Taman Suropati. Berikut tabel 3 merupakan kategori penilaian yang dilakukan dengan
nilai persentase :

Tabel 3 Kategori penilaian tanaman

Skor Kriteria Persentase


1 Buruk ≤40% krieria terpenuhi
2 Sedang 41%-60% kriteria terpenuhi
3 Baik 61%-80% kriteria terpenuhi
4 Sangat Baik ≥80% kriteria terpenuhi

Tabel 4 Kode vegetasi

Vegetasi Kode
Swietenia mahagoni Sm
Terminalia catappa Tc
Cocos nucifera Cn
Manilkara kauki Mk
Scindapsus aureus Sa
Marantha sp. Ms
Alpinia zerumbet Az
Chlorophytum comosum Cc
Excoecaria cochinchinensis Ec
9

Tabel 5 Penilaian efektivitas fungsi vegetasi

Kode Vegetasi Fungsi Kriteria Terpenuhi Skor


Sm Peneduh 85% 4
Pengarah 90% 4
Kontrol angin 67% 3
Tc Peneduh 60% 3
Hias 80% 4
Kontrol polusi 83% 4
Cn Peneduh 60% 3
Kontrol angin 83% 4
Kontrol bunyi 60% 3
Mk Peneduh 90% 4
Kontrol polusi 90% 4
Kontrol angin 60% 3
Sa Hias 100% 4
Ms Hias 100% 4
Az Hias 90% 4
Pagar 75% 3
Pengarah 80% 4
Cc Hias 100% 4
Pengarah 80% 4
Pagar 75% 3
Ec Hias 80% 4
Pengarah 90% 4
Pagar 90% 4

Analisis Kebutuhan Fasilitas


Kegiatan yang umum dilakukan di taman ini antara lain duduk-duduk, berolahraga
(jogging), mengamati satwa, dan bermain alat musik. Pada hari-hari tertentu beberapa
komunitas seni budaya rutin berkumpul di taman ini. Rekreasi yang umum dilakukan
antara lain duduk-duduk dan jogging. Kegiatan pendidikan di taman ini yaitu bermain alat
musik dan perkumpulan komunitas seni budaya. Taman ini selalu ramai dikunjungi dari
siang hingga larut malam, pengunjung mulai ramai pada sore hari sekitar pukul 17.00. Pada
hari Sabtu/Minggu banyak pula pengunjung yang menghabiskan waktu berkumpul. Hal ini
didukung dengan sistem keamanan taman yang baik, lampu penerangan taman yang cukup,
serta bukaan taman yang luas, akan tetapi fasilitas pendukung taman lain seperti toilet yang
tersedia, tidak cukup menampung para pengunjung di Taman.

Rekomendasi
Hasil analisis fungsi tanaman dan kebutuhan fasilitas menunjukkan perlunya
penambahan beberapa elemen pada tapak baik secara hardscape maupun softscape.
10

Penambahan hardscape ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pengguna tapak agar tetap
bersih, tertata rapi, dan nyaman. Sedangkan penambahan elemen softscape ditujukan
untuk menambah fungsi dari RTH yaitu meningkatkan kenyamanan iklim mikro tapak
bagi pengguna taman.

Gambar 3 Rekomendasi berdasarkan evaluasi

Adapun rekomendasi untuk taman suropati, yaitu:

1. Penambahan vegetasi estetika yaitu wali songo (Scheffera arboricola) untuk


menambahkan efek vocal point taman,
2. Penambahan pohon Mahoni (Swietenia mahagoni) yang memiliki kanopi yang cukup
besar secara berjajar sehingga tajuk antarpohon yang bersinggungan dengan jarak
tanam yang sesuai akan menimbulkan naungan yang memberikan kenyamanan iklim
mikro di Taman Suropati.
3. Penambahan hamparan groundcover yaitu Kucai mini (Carex morrowii) untuk
mereduksi sinar matahari yang masuk ke taman dan menambah estetika taman
4. Penambahan fasilitas seperti toilet dan tempat sampah dibeberapa titik tapak agar
cukup menampung kebutuhan pengguna tapak.
11

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Kenyamanan dalam taman kota terdiri atas beberapa faktor, yaitu faktor suhu
udara, kelembaban, angin, dan penyinaran matahari. Hasil analisis beberapa faktor
tersebut menunjukkan beberapa fungsi tanaman sebagai pengendali iklim mikro
menyatakan bahwa suhu dan kelembaban Taman Suropati masih berada di luar zona
nyaman dan hal ini dapat ditingkatkan dengan penambahan tutupan vegetasi dan
pengaturan pola penanaman secara teratur. Penambahan beberapa fasilitas juga
dibutuhkan agar menambah kenyamanan pengguna di Taman Suropati

Saran
Dari hasil evaluasi disusun rekomendasi berupa penambahan fasilitas dan
penambahan vegetasi. Penambahan vegetasi dari tambahan persentase tutupan tajuk
pohon selain dapat meningkatkan kapasitas penyerapan polusi udara, diharapkan juga
dapat meningkatkan kualitas iklim mikro dengan menurunkan suhu dan meningkatkan
kelembaban relatif dan menambah kemampuan taman mengurangi kebisingan sehingga
menambah kenyamanan pengguna pada taman.
12

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertamanan DKI Jakarta. 2009. Katalog Taman Jakarta Pusat. Jakarta: Mediator
Ad Print.
Kaplan, R., & Kaplan, S. (1989). The experience of nature: A psychological perspective.
New York: Cambridge University Press.
[Kementerian PU] Kementerian Pekerjaan Umum. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No 5/PRT/M/2008 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan. Jakarta: Kementerian Pekerjaan
Umum.
Paquet C., Orschulok T.P., Coffee N.T., Howard N.J., Hugo G., Taylor A.W., Adams R.J.
and Daniel M. 2013. Are Accessibility and Characteristics of Public Open Spaces
Associated with a Better Cardiometabolic Health. Landscape and Urban Planning
118:70–78.
Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang - Undang No 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
[DJPD] Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 72/Hk.105/. DJRD/96 Tentang Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Tursilowati. 2009. Urban Heat Island dan Kontribusinya pada Perubahan Iklim dan
Hubungannya dengan Perubahan Lahan. Prosiding Seminar Nasional Pemanasan
Global dan Perubahan Global. 89-96.

Anda mungkin juga menyukai