Anggota Kelompok :
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas berkat rahmat, hidayah dan petunjuk-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan sebagai tugas mata kuliah Studio Infrastruktur
Wilayah dan Kota. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen
koordinator dan dosen pembimbing yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan
studio infrastruktur
Kami sepenuhnya sadar, penyusunan laporan ini tidak terlaksana dengan baik tanpa arahan,
bimbingan dan petunjuk. Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Zahrul Fuady, S.T., M.T.
selaku dosen pembimbing yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima
kasih juga kepada semua para dosen Mata Kuliah Studio Infrastruktur Wilayah dan Kota yang
telah memberikan materi dan pembelajaran kepada kami. Terima kasih juga saya ucapkan
kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami berharap penyusunan laporan ini dapat bermanfaat sebagai referensi atau bahan
bacaan bagi semua pihak. Laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan membutuhkan
perbaikan untuk menjadi lebih baik. Oleh karena itu, kami sangat senang menerima saran dan
kritik dari semua pihak.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..........................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan Dan Sasaran...............................................................................................................2
1.3.1 Tujuan..............................................................................................................................2
1.3.2 Sasaran.............................................................................................................................3
1.4 Ruang Lingkup.......................................................................................................................3
1.4.1 Ruang Lingkup Pekerjaan...............................................................................................3
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah.................................................................................................4
BAB II KAJIAN KEBIJAKAN....................................................................................................9
2.1 Tinjauan Peraturan Perundang-undangan..............................................................................9
2.1.1 Undang-Undang..............................................................................................................9
2.1.2 Peraturan Menteri............................................................................................................9
2.1.3 Peraturan Daerah / Qanun.............................................................................................13
2.2 Tinjauan Kebijakan Rencana Tata Ruang............................................................................14
2.2.1 Dokumen RTRW Kota Banda Aceh 2019-2029..........................................................14
2.2.2 Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Banda Aceh 2017-2022
2.3 Tinjauan Kebijakan Sektoral................................................................................................21
2.3.1 Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi (SNI-03-1733-2004)............................21
BAB III GAMBARAN UMUM BWP .......................................................................................31
3.1 Penetapan Deliniasi Wilayah Bagian Wilayah Perencanaan...............................................31
3.2 Gambaran Umum Bagian Wilayah Perencanaan.................................................................31
3.2.1 Wilayah Administrasi Bagian Wilayah Perencanaan....................................................31
3.2.2 Kependudukan Bagian Wilayah Perencanaan...............................................................32
BAB IV METODOLOGI PELAKSANAAN.............................................................................35
4.1 Identifikasi Kebutuhan Data................................................................................................35
ii
4.2 Teknik Analisis....................................................................................................................36
4.2.1 Analisis Terkait Struktur Ruang....................................................................................36
4.2.2 Analisis Terkait Program Pemanfaatan Ruang.............................................................39
4.2.3 Analisis Terkait Isu Strategis........................................................................................40
4.3 Rencana Kerja......................................................................................................................41
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
Kota Banda Aceh sebagai Ibukota Provinsi Aceh memiliki tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi yaitu sekitar 270.321 jiwa, sehingga membutuhkan infrastruktur yang baik dan memadai
agar segala aktivitas masyarakat menjadi lancar tanpa adanya kendala. Kota Banda Aceh
memiliki beberapa kecamatan, pada perencanaan ini kami menetapkan kawasan studi yang
meliputi 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Baiturrahman dan Kecamatan Banda Raya. Adapun
kawasan studi yang kami tentukan mencakup 4 Gampong diantaranya terdapat 3 Gampong di
Kecamatan Baiturrahman yaitu Gampong Neusu Aceh, Neusu Jaya, dan Setui. Kemudian 1
Gampong yang berada di Kecamatan Banda Raya yang dijadikan sebagai kawasan studi yaitu
Lamlagang.
Menurut RTRW Kota Banda Aceh tahun 2009-2029 Pusat kota Banda Aceh terletak di
Kecamatan Baiturrahman dan Kawasan Neusu (sekitar jln. Sultan Alaidin Johansyah, Jl. Sultan
Malikul Saleh, dan Jl. Hasan Saleh) yang secara fungsional/ structural ditetapkan sebagai bagian
dari BWK Pusat Kota, namun secara geografis letaknya agak terpisah dengan kawasan
perdagangan pusat kota, kondisi pasca bencana ini mengalami peningkatan intensitas kegiatan
perdagangan dan jasa di kawasan tersebut. Berdasarkan Qanun Kota Banda Aceh Nomor 4
Tahun 2009 pasal 15 tentang Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan, Kecamatan Baiturrahman
Berdasarkan Qanun Kota Banda Aceh Nomor 4 Tahun 2009 pasal 16 ayat 1 huruf c, yang
berisi tentang rencana pengembangan pusat lingkungan, Gampong Neusu yang berada di
Kecamatan Baiturrahman merupakan salah satu kawasan rencana pengembangan pusat
lingkungan. Sehingga perencanaan ini juga harus berfokus pada kawasan-kawasan di sekitarnya
antara lain Gampong Neusu Jaya, Neusu Aceh, Seutui, dan Lamlagang yang merupakan bagian
dari kawasan studi yang telah ditetapkan. Maka dari itu Gampong Neusu dan sekitarnya
memerlukan infrastruktur yang layak dan memadai guna untuk menunjang aktivitas masyarakat
sekitar.
Tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan kawasan perumahan seluas 69 Ha di Desa
Lambaro Skep Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh adalah :
1. Untuk mengetahui rencana pusat pengembangan Gampong Neusu Aceh, Gampong
Neusu Jaya, Gampong Seutui, dan Gampong Lamlagang sebagai pusat kota
2. Untuk mengetahui rencana jaringan transportasi Gampong Neusu Aceh, Gampong
Neusu Jaya, Gampong Seutui, dan Gampong Lamlagang
Ruang lingkup pekerjaan dalam perencanaan struktur ruang wilayah dan kota ini meliputi
pembentukan tim penyusun, kajian awal data sekunder, penetapan deliniasi awal BWP, dan
persiapan teknis pelaksanaan yang nantinya rencana struktur ruang tersebut sebagaimana
dimaksud meliputi :
1. Kecamatan Baiturrahman
1. Neusu Jaya :
2. Neusu Aceh :
3. Seutui :
4. Lamlagang :
A. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang Nomor 16 Tahun 2018 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota
Dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Republik Indonesia Nomor 16
tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan
Zonasi Kabuapaten/Kota disebutkan bahwa muatan dari RDTR meliputi tujuan penataan
BWP, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, penetapan sub BWP yang
diprioritaskan penanganannya, dan ketentuan pemanfaatan ruang.
Proses pengumpulan data dan informasi untuk RDTR dilakukan melalui proses
pengumpulan data primer dan data sekunder.
Laporan Pendahuluan Studio Infrastruktur 9
Pengumpulan data untuk RDTR untuk data primer terdiri dari:
Data tentang aspirasi masyarakat, termasuk pelaku usaha dan komunitas adat serta
informasi terkait potensi dan masalah penataan ruang yang didapat melalui metode
pengumpulan data dengan penyebaran angket, forum diskusi publik, wawancara
orang per orang, kotak aduan, dan lainnya;
Kondisi dan jenis guna lahan/bangunan, intensitas ruang, serta konflikkonflik
pemanfaatan ruang (jika ada), maupun infrastruktur perkotaan yang didapat melalui
metode observasi lapangan; dan
Kondisi fisik dan sosial ekonomi BWP secara langsung melalui kunjungan ke semua
bagian dari wilayah kabupaten/kota.
Perumusan Konsep RDTR dilakukan dengan mengacu kepada RTRW, pedoman dan
petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang dan memperhatikan RPJP kab/kota dan
RPJM kab/kota.
A. Qanun Kota Banda Aceh Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029
Berdasarkan Qanun Kota Banda Aceh Nomor 4 Tahun 2009 Tentang RTRW Kota
Banda Aceh Tahun 2009- 2029 disebutkan bahwa Penataan ruang Kota Banda Aceh
bertujuan untuk “Mewujudkan Ruang Kota sebagai Kota Jasa Yang Islami, Tamaddun,
Modern dan Berbasis Mitigasi Bencana”. Kebijakan pengembangan struktur ruang kota
meliputi peningkatan pelayanan kota secara merata dan berhirarki serta peningkatan
kapasitas dan kualitas jaringan prasarana kota secara merata ke seluruh wilayah kota.
Terdapat beberapa strategi penataan ruang dalam mencapai hal tersebut yaitu:
Strategi peningkatan pelayanan kota secara merata dan berhirarki adalah dengan
mengembangkan Pusat Lingkungan pada kawasan-kawasan yang aman dari
kemungkinan bencana di bagian selatan Kota; mengembangkan PK Lama dan PK
Baru; serta mengembangkan SPK untuk mendukung pelayanan perkotaan pusat kota
ganda.
Strategi peningkatan kapasitas dan kualitas jaringan prasarana kota secara merata ke
seluruh wilayah kota adalah dengan mengembangkan jaringan prasarana transportasi
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh disebutkan bahwa hirarki Kota Banda
Aceh ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Rencana struktur ruang
meliputi rencana pengembangan sistem pusat pelayanan, rencana kependudukan, rencana
pengembangan sistem jaringan transportasi, rencana pengembangan sistem jaringan
energi, rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi, rencana pengembangan
sistem jaringan utilitas, rencana jalur evakuasi bencana, rencana ruang perparkiran, dan
rencana jaringan sumber daya air.
- Pusat-pusat pelayanan di bagian selatan kota yang tidak terkena bencana tsunami saat
ini menunjukkan kecenderungan peningkatan intensitas kegiatan terutama di kawasan
Ulee Kareng, Neusu dan Keutapang.
- Kawasan Neusu (sekitar Jl. Sultan Alaidin Johansyah, Jl. Sultan Malikul Saleh, dan
Jl. Hasan Saleh) yang secara fungsional/struktural ditetapkan sebagai bagian dari
BWK Pusat Kota, namun secara geografis letaknya agak terpisah dengan kawasan
perdagangan pusat kota, kondisi pasca bencana saat ini mengalami peningkatan
intensitas kegiatan perdagangan dan jasa.
B. Pemanfaatan Ruang
- Titik Tumbuh Sekunder berkembang tersebar pada beberapa lokasi sesuai dengan
karakteristik kawasan, salah satunya di bagian Selatan ada di Neusu dan Batoh. Neusu
berpotensi untuk kegiatan perdagangan dan jasa yang berkembang pasca bencana
akibat bergesernya kegiatan dari pusat kota Baiturahman ke lokasi ini. Sedangkan
Batoh sangat berpotensi menjadi pusat kota yang baru mengingat telah ada jalan baru,
rencana pengembangan terminal A dan relatif aman dari bencana tsunami.
D. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Kota Banda Aceh sampai
tahun 2029
- Kawasan pusat lingkungan Neusu berfungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa
serta permukiman, dengan skala pelayanannya ditingkat kota dan lokal.
- Rencana pengembangan sistem jaringan jalan Kota Banda Aceh terdiri dari jaringan
Jalan Arteri Primer, Jalan Arteri Sekunder, Jalan Kolektor dan Jalan
Iokal/Lingkungan. Jalan Arteri merupakan jalan tipe 4/2 D (4 lajur 2 arah dengan
median) dengan lebar Right of Way (ROW) atau Ruang Milik Jalan (Rumija) berkisar
antara 30 m sampai 40 m, jalan arteri sekunder berkisar antara 24 m sampai 30 m dan
jalan kolektor berkisar antara 16 m sampai 24 m.
- Ada beberapa direncanakan pengembangan jalan diantaranya ada ruas-ruas jalan
yang direncanakan berfungsi sebagai Jalan Arteri Sekunder, meliputi :
Laporan Pendahuluan Studio Infrastruktur 15
a. Jalan T.Umar – Jalan Cut Nyak Dhien
b. Jalan Tgk. Imuem Lueng Bata, Jalan T. Chik Di Tiro – Jalan Sultan Alaidin
Mahmudsyah – Jalan Nyak Adam Kamil – Jalan Hasan Saleh – Jalan Sultan
Alaidin Johansyah – tembus ke Jalan T.Umar (akan dibuat bundaran baru)
- Ruas-ruas jalan yang direncanakan berfungsi sebagai Jalan Kolektor meliputi:
a. Jalan Hasan Saleh – Jalan Merak – Jalan Nyak Adam Kamil – Jalan Angsa –
Jalan Ummuha – ke Terminal Regional;
- Kebutuhan air minum Kota Banda Aceh diperkirakan akan meningkat dari 44.889
m³/hari pada tahun 2009 menjadi 78.756 m³/hari pada tahun 2029. Cakupan
pelayanan direncanakan telah mencapai 90% dari seluruh penduduk Kota Banda
Aceh, baik yang dipenuhi melalui sambungan rumah maupun hidrant umum.
- Terdapat dua unit Instalasi Pengolahan Air Minum yang sampai saat ini beroperasi di
Kota Banda Aceh, yaitu IPA Lambaro dengan kapasitas terpasang 435 liter/detik dan
IPA Siron berkapasitas 20 liter/detik. Lokasi intake kedua IPA tersebut adalah di
Sungai Krueng Aceh.
- PDAM Tirta Daroy diharapkan telah mampu merehabilitasi dan membangun kembali
seluruh sarana dan prasarana sistem penyediaan air bersih, berupa instalasi
pengolahan, sistem distribusi dan sarana penunjangnya sampai dengan tahun 2009.
Target pelayananan terhadap pelanggan PDAM Tirta Daroy sampai dengan tahun
2029 minimal mencapai 90%.
J. Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah Kota Banda Aceh tahun 2029
- Kondisi topografi Kota Banda Aceh yang relatif datar, memberikan kendala dalam
penyaluran air limbah karena kemampuan penyaluran air limbah hanya dapat dalam
jarak pendek, sehingga alternatif pengelolaan air limbah yang digunakan adalah on
site system, yaitu sistem septic tank dan rembesan.
- Alternatif sistem septic tank yang akan diterapkan adalah :
a. Sistem septic tank individual, yaitu pengelolaan air limbah dengan penggunaan
septic tank pada rumah tipe besar di mana lahan yang tersedia cukup luas untuk
pembangunan septic tank dan bidang rembesannya.
b. Sistem septic tank komunal, yaitu pengelolaan air limbah dengan penggunaan 1
septik tank untuk beberapa rumah (6 – 10 rumah) perumahan pedesaan dimensi
septic tank disesuaikan dengan jumlah kelompok pemakai.
- Untuk mengatasi limbah perkotaan non domestik, Pemerintah Kota Banda Aceh
mempunyai sebuah Instalasi pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang dikelola Dinas
- Berdasarkan kondisi fisik Kota Banda Aceh, prinsip dasar dalam penyusunan
Rencana drainase Kota Banda Aceh adalah :
a. Pembagian sistem yang jelas dan keseragaman penamaan sistem, saluran dan
bangunan-bangunan drainase lainnya (nomenklatur)
b. Sungai-sungai besar sebagai saluran primer menggunakan alur pematusan alami,
sedangkan saluran sekunder dan tersier mengikuti pola tata ruang dan jaringan
jalan
c. Perhitungan debit aliran didasarkan pada rencana penggunaan lahan di masa yang
akan datang
d. Perlu ditetapkan batasan tinggi genangan yang dapat diterima dalam
perencanaan, baik untuk pemukiman, jalan, area industri/bisnis maupun area
yang penting lainnya. Hal ini sangat penting mengingat bahwa penanganan
drainase sangat sulit untuk membebaskan area dari genangan sehingga harus ada
batasan tinggi genangan yang masih bisa ditolerir.
e. Air hujan secepatnya dialirkan badan air terdekat untuk memperpendek panjang
saluran
f. Saluran maupun infrastruktur drinase lainnya direncanakan secara ekonomis
dalam pembangunan, operasional dan pemeliharaannya
g. Flood Canal di bagian selatan Kota Banda Aceh digunakan untuk membagi debit
volume banjir dan melindungi Kota Banda Aceh dari meluapnya debit banjir dari
lahan yang lebih tinggi .
h. Saluran drainase perkotaan harus difungsikan sebagai saluran kolektor dan long
storage
i. Optimalisasi dan normalisasi sungai yang ada untuk meningkatkan daya tampung
dan kemampuan alirnya.
j. Membangun retarding basin dan retarding pond yang dilengkapi dengan pompa
air untuk mengurangi debit limpasan yang langsung mengalir ke sungai/saluran.
Laporan Pendahuluan Studio Infrastruktur 18
k. Meningkatkan peresapan air hujan ke dalam tanah untuk mengurangi volume
limpasan permukaan.
l. Dalam sistem drainase yang merupakan kombinasi dari saluran drainase,
retarding pond dan retarding basin, tidak hanya besarnya debit yang dihitung
tetapi juga volume air yang dapat dialirkan (dipompa) dan yang harus ditahan
(storage). Sehingga dalam analisa tidak cukup hanya dihitung debit banjir puncak
tetapi juga waktu konsentrasi atau dengan kata lain perlu dihitung hidrograf
banjir rencana.
m. Perlunya tinjauan aspek kelembagaan dalam operasional dan pemeliharaan.
- Membuat Jaringan Jalur Darurat (Emergency Road), yaitu jaringan jalan emergensi
ini bermanfaat baik untuk kegiatan pelarian dari bencana dalam waktu pendek. Juga
jalur ini berguna untuk pertolongan pertama dan evakuasi korban.
2.2.2 Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Banda Aceh 2017-
2022
A. Penggunaan Lahan
- Berdasarkan kondisi saat ini, kecenderungan perkembangan Kota Banda Aceh lebih
mengarah pada bagian timur dan bagian selatan kota. Adapun perkembangan
dibagian selatan ini meliputi sebagian wilayah kecamatan Baiturrahman (Neusu) dan
kecamatan Banda Raya (Lamlagang, Lhong Raya, Lampeuot), dan wilayah Batoh
dan Lamdom
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air limbah yang harus disediakan
pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
a. septik tank;
b. bidang resapan; dan
c. jaringan pemipaan air limbah.
- Persyaratan, kriteria dan kebutuhan
C. Jaringan Listrik
D. Jaringan Telekomunikasi
Sarana Prasana
Sumber air di permukaan tanah (laut, sungai, danau)
Sumber air di bawah permukaan tanah (air tanah akifer)
Gorong-gorong
Pertemuan saluran
Bangunan terjunan
Jembatan
Street inlet
Pompa
Bangunan pelengkap Pintu Air
F. Jaringan Persampahan
Prasarana
Keterangan
Sarana
pelengkap
Rumah
(5 jiwa)
Gerobak 3
2m
sampah
1 Kajian pembebanan jalur khusus angkutan umum searah arus, berlawanan arus,
jaringan jalan ataupun dari / ke area bangkitan kegiatan integrasi berbagai
moda transportasi yang berbeda jalur penghubung antara
angkutan umum dengan jaringan pejalan kaki, atau
kendaraan lain.
2 Kajian sistem modifikasi rute dan jadwal angkutan pelayanan bus ekspres
pengoperasian angkutan
umum
sekunder fasilitas
Tabel 4 Kebutuhan dan persyaratan jaringan transportasi lokal pada lingkungan perumahan
1) jalur pejalan kaki diletakkan menyatu secara bersisian dengan jalur jalan
pada pada kedua sisi jalan pada area daerah milik jalan / damija;
2) dalam kondisi tertentu, jika memang terpaksa jalur pedestrian ini dapat
hanya pada satu sisi saja. Salah satu kondisi khusus tersebut adalah kondisi
topografi atau keadaan vegetasi di sepanjang jalur jalan yang tidak
memungkinkan menampung volume kendaraan pada jalur jalan yang relatif
sempit. Perletakkan jalur yang hanya satu sisi ini memiliki konsekuensi
dimana pejalan kaki akan menggunakan jalur jalan sebagai lintasannya. Hal
tersebut dimungkinkan dengan persyaratan bahwa kecepatan kendaraan
yang melalui jalur jalan relatif rendah (sekitar 15 km / jam) dan kondisi
perkerasan jalan yang tidak terlampau licin. Untuk itu kemungkinan
penyelesaian perkerasan adalah menggunakan bahan bukan aspal (misalnya
paving block) pada klasifikasi jalan setingkat jalan local primer atau jalan
Di dalam RTRW Kota Banda Aceh tahun 2009-2029 Pusat kota Banda Aceh terletak di
Kecamatan Baiturrahman dan Kawasan Neusu (sekitar Jalan Sultan Alaidin Johansyah, Jalan
Sultan Malikul Saleh, dan Jalan Hasan Saleh) yang secara fungsional ditetapkan sebagai bagian
dari BWK Pusat Kota, namun secara geografis letaknya agak terpisah dengan kawasan
perdagangan pusat kota.
Berdasarkan Qanun Kota Banda Aceh Nomor 4 Tahun 2009 tentang rencana pengembangan
pusat lingkungan, Gampong Neusu merupakan salah satu kawasan rencana pengembangan pusat
lingkungan. Sehingga perencanaan harus berfokus pada kawasan-kawasan di sekitarnya antara
lain Gampong Neusu Jaya, Neusu Aceh, Seutui, dan Lamlagang yang merupakan bagian dari
kawasan studi yang telah ditetapkan.
Sebelah Selatan : Gampong Geuceu Kayee Jatoe, Lam Ara, Lhong Cut,Lhong Raya
Bagian Wilayah Perencanaan (BWP) mempunyai tinggi rata-rata 0,80 meter di atas
permukaan laut.
Perkembangan penduduk sangat berpengaruh bagi perkembangan suatu wilayah. Hal ini
disebabkan karena aktifitas penduduk itu sendiri yang cukup dinamis, dapat menyebabkan
perkembangan kebutuhan lainnya. Peninjauan aspek kependudukan dalam konteks tata ruang
wilayah meliputi beberapa aspek antara lain jumlah dan perkembangan penduduk perkawasan,
tingkat kepadatan, kesejahteraan dan lain sebagainya.
A. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk keseluruhan di Kota BWP adalah 16209 jiwa yang terbagi menjadi
penduduk laki-laki sejumlah 8336 jiwa dan penduduk perempuan sejumlah 7873 jiwa. Jumlah
penduduk terbanyak berada di Gampong Lamlagang dengan jumlah penduduk sebanyak 4760
jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit berada di Gampong Neusu Jaya dengan jumlah
penduduk sebanyak 3693 jiwa. Untuk lebih jelasnya terkait jumlah penduduk di BWP menurut
jenis kelamin per gampong dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Jumlah Penduduk
Gampong
Laki-Laki Perempuan
Neusu
2022 1976
Aceh
Untuk kepadatan penduduk di BWP, kepadatan penduduk terbesar berada di berada di
Gampong Neusu Jaya dengan kepadatan 118 jiwa/km. Sedangkan kepadatan penduduk terendah
berada di Gampong Lamlagang dengan kepadatan 56 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini.
Jumlah
Gampong Kepadatan Penduduk
Penduduk
Neusu
3998 85
Aceh
Neusu
3693 118
Jaya
Lamlagan
4760 56
g
Penduduk yang ada di kawasan perencanaan sebagian besar bermata pencaharian sebagai
pedagang dan pegawai. Kawasan ini dikelilingi oleh perdagangan dan jasa, perkantoran, dan
perumahan.
a) Data Primer
Data Primer adalah adalah data yang di peroleh secara langsung atau dari pihak pertama,
biasanya berasal dari kuisioner, wawancara atau hasil pengamatan terhadap objek
tertentu. Dalam studi perencanaan ini, membutuhkan data primer berupa observasi pada
Kawasan BWP.
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data pelengkap yang di peroleh tidak melalui tangan pertama,
melainkan melalui tangan kedua atau ketiga. Contoh dari data sekunder adalah literatur
atau naskah akademik, koran, majalah, pamphlet dan lain sebagainya. Dalam studi
perencanaan ini, membutuhkan beberapa data sekunder sebagai berikut:
1. Data Wilayah Administrasi
2. Data Fisiografis
3. Data Dan Informasi Tentang Kebijakan
4. Data Kependudukan
5. Data Ekonomi Dan Keuangan
6. Data Ketersediaan Prasarana Dan Sarana
7. Data Peruntukan Ruang
8. Data Penguasaan, Penggunaan Dan Pemanfaatan Lahan
9. Data Terkait Kawasan Dan Bangunan (Kualitas, Intensitas Bangunan, Tata
Bangunan)
10. Peta Dasar Rupa Bumi Dan Peta Tematik Yang Dibutuhkan, Penguasaan Lahan,
Penggunaan Lahan, Peta Peruntukan Ruang, Pada Skala Atau Tingkat Ketelitian
Minimal Peta 1:5.000.
11. Data Dan Informasi Tentang Peluang Ekonomi.
12. Kemampuan Keuangan Pembangunan Daerah.
13. Data Dan Informasi Tentang Kelembagaan Pembangunan Daerah
Laporan Pendahuluan Studio Infrastruktur 34
14. Data Terkait Kawasan Dan Bangunan (Kualitas, Intensitas Blok Eksisting,
Tata Bangunan)
15. RDTR Kawasan Yang Bersebelahan Dengan Kawasan Perencanaan (Jika
Ada).
1. Analisis dijadikan sebagai Sebagai proses Data Eksisting Observasi 1. Analisis strategi
Potensi dan perbandingan pikir pengambilan pada Kawasan SO
C. Tahapan Analisis
1. Analisis regional dan kebijakan (Kedudukan dan Peran BWP dalam Wilayah)
2. Lebih Luas)
Analisis struktur internal BWP
3. Analisis kependudukan & sosial budaya
4. Analisis transportasi & pergerakan
5. Analisis sumber daya buatan & analisis swot
6. Analisis Terkait Pemanfaatan ruang & Isu strategis
7. Revisi Tahapan Analisis
D. Tahap Akhir
1. Konsep pengembangan
2. Rencana pusat pengembangan
3. Rencana jaringan transportasi
4. Rencana jaringan sarana & prasarana
5. Isu strategis BWP & Pembiayaan pembangunan
6. Evaluasi laporan akhir
7. Merevisi laporan akhir
8. Ujian dan presentasi akhir
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk BWP Pusat Lingkungan Neusu per Gampong
Dapat dilihat dari tabel diatas, jumlah penduduk di BWP Pusat Lingkungan Neusu terus
meningkat dari tahun 2015 hingga tahun 2019. Gampong Lam Lagang merupakan jumlah
penduduk tertinggi di lokasi BWP Pusat Lingkungan Neusu pada tahun 2019, yaitu
sebesar 5.003 Jiwa Jiwa dan jumlah penduduk paling rendah di lokasi BWP Pusat
Lingkungan Neusu, yaitu gampong Neusu Jaya sebesar 3.765 Jiwa.
Dalam merencanakan penyediaan sarana prasarana, analisis kepadatan penduduk juga
sangat penting. Analisis kepadatan penduduk ini dilakukan dengan cara membandingkan
jumlah penduduk (jiwa) dengan luas wilayah (ha). Analisi ini dibutuhkan untuk
mengetahui bagaimana daya tampung untuk sarana dan prasarana yang akan
direncanakan apakah sudah sesuai dengan SNI yang berlaku. Berikut merupakan data
perhitungan kepadatan penduduk di lokasi BWP Pusat Lingkungan Neusu.
Tabel 4.2 Kepadatan Penduduk BWP Pusat Lingkungan Neusu dari Tahun 2015 sampai
Tahun 2019
- Rendah : ≤ 150
- Sedang : 151-200
- Tinggi : 201-400
- Sangat Tinggi : ≥400
96,000
94,000
92,000
90,000
88,000
86,000
2015 2016 2017 2018 2019
Gambar 4.1 Grafik Kepadatan Penduduk BWP Pusat Lingkungan Neusu dari Tahun 2015
sampai Tahun 2019
Tabel 4.2 Tabel Distribusi Penduduk di BWP Pusat Lingkungan Neusu pada
Tahun 2019
Berdasarkan tabel tersebut, kepadatan penduduk per gampong dalam BWP Pusat
Lingkungan Neusu dapat dilihat dari peta berikut.
Dari tabel dan peta tersebut, dapat dilihat bahwa gampong dengan wilayah yang
lebih luas memiliki jumlah penduduk yang lebih banyak namun kepadatan penduduknya
lebih rendah. Gampong Lam Lagang memiliki jumlah penduduk terbanyak dibandingkan
gampong lainnya yaitu sebanyak 5.003 jiwa pada tahun 2019. Namun, Lam Lagang
merupakan gampong dengan kepadatan penduduk terendah dalam BWP Pusat
Lingkungan Neusu yaitu 82 jiwa/ha. Gampong dengan kepadatan penduduk tertinggi
dalam BWP ini adalah Neusu Jaya dengan 121 jiwa/ha dan diikuti oleh Seutui dengan
kepadatan penduduk 117 jiwa/ha.
Persentase Laju
No Nama
2015 2016 2017 2018 2019 Pertumbuhan 2025 2030 2035 2040
. Gampong
Penduduk
1. Neusu Aceh 3774 3844 3920 3998 4076 0,019431549 4575 5037 5546 6106
2. Seutui 3548 3613 3683 3758 3831 0,019370674 4298 4731 5207 5732
3. Neusu Jaya 3486 3550 3620 3693 3765 0,019434670 4226 4653 5123 5640
4. Lamlagang 4633 4718 4810 4907 5003 0,019393947 5614 6180 6803 7489
1544 1572 1603 1635 1667 Jumlah Proyeksi 1871 2060 2267
Jumlah (Jiwa) 1 5 3 6 5 (Jiwa) 3 1 9 24967
49% 51%
C. Piramida Penduduk