MASTERPLAN AGROPOLITAN
AGROPOLITAN
KOTA BANJAR
I ii
SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA
Alhamdulillah, kami panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala
rahmat-Nya sehingga penyusunan Dokumen Masterplan Agropolitan Kota
Banjar ini dapat diselesaikan. Dokumen ini merupakan hasil kerjasama Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Banjar dengan Tim Tenaga
Ahli Universitas Padjadjaran Bandung.
Kepada semua pihak yang telah banyak membantu terbitnya dokumen ini kami
sampaikan penghargaan setinggi-tingginya dan terima kasih atas partisipasinya.
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, dimana
berkat rahmat dan kuasa-Nya Tim Penyusun telah dapat menyelesaikan
“Dokumen Masterplan Agropolitan Kota Banjar”.
Akhir kata semoga dokumen ini dapat memberi manfaat dan digunakan sebaik-
baiknya bagi pelaksanaan pembangunan di Kota Banjar.
November 2013
Tim Peneliti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL................................................................................................................... VI
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
4.3.1. Kelembagaan Dunia Usaha Pada Sub Sistem Agribisnis Hulu ................................ 59
4.3.2. Kelembagaan Dunia Usaha Pada Sub Sistem Budidaya Agro ................................ 62
4.3.3. Kelembagaan Dunia Usaha Pada sub sistem agribisnis hilir .................................. 65
4.3.4. Kelembagaan Dunia Usaha Pada Sub Sistem Jasa Penunjang Agribisnis .............. 67
5.3.1. Mekanisme Pasar Beras Organik, Perikanan, dan Peternakan .............................. 87
6.1.1. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat .............................................. 103
6.2.2. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banjar 2013 – 2033...................................... 106
6.2.1. Pengertian Rencana Tata Ruang Kawasan Agropolitan Kota Banjar .................... 117
I iv
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
6.4.1. Tujuan dan Kebijakan Penataan Kawasan Agropolitan Kota Banjar ................... 123
6.4.2. Arahan Struktur Ruang Kawasan Agropolitan Kota Banjar ................................. 124
7.4. PROGRAM DAN KEGIATAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KOTA BANJAR .................. 150
I v
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 2. Jenis Tanah dan Tingkat Kesuburan di Kota Banjar ..................................................... ..... 12
Tabel 2. 4. Jumlah Hari dan Curah Hujan di Kota Banjar Tahun 2008-2011 ...................................... 15
Tabel 2. 6. Jumlah Penduduk Usia Produktif dan Tidak Produktif ................................................ ..... 22
Tabel 2. 8. Distribusi Persentase Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha di Kota
Banjar ............................................................................................................................... 24
Tabel 2 .9. Jumlah Individu Menurut Kecamatan dan Kelompok Usia Dengan Status Kesejahteraan
30% Terendah di Kota Banjar ........................................................................................... 27
Tabel 2. 10. Distribusi Persentase Individu Menurut Kecamatan dan Kelompok Usia Dengan Status
Kesejahteraan 30% Terendah di K ota Banjar (Persen) ..................................................... 27
Tabel 2. 11. Jumlah Individu Yang Bekerja dan Tidak Bekerja Menurut Kecamatan dan Kelompok Usia
Dengan Status Kesejahteraan 30% Terendah .................................................................. 28
Tabel 2. 12. Distribusi Persentase Individu Yang Bekerja dan Tidak Bekerja Menurut Kecamatan dan
Kelompok Usia Dengan Status Kesejahteraan 30% Terendah di Kota Banjar (Persen) .... 28
Tabel 2. 13. Jumlah Kepala Rumah Tangga Yang Bekerja Menurut Kecamatan dan Lapangan
Pekerjaan dengan Status Kesejahteraan 30% Terendah di Kota Banjar .......................... 29
Tabel 2. 14. Distribusi Persentase Kepala Rumah Tangga Yang Bekerja Menurut Kecamatan dan
Lapangan Usaha Pekerjaan Dengan Status Kesejahteraan 30% Terendah
di Kota Banjar ................................................................................................................... 29
Tabel 2. 15. Daftar Kantor Dinas dan Instansi di Kota Banjar ............................................... ............... 30
Tabel 2. 16. Fraksi di DPRD Kota Banjar Tahun 2011 ..................................................... ...................... 31
Tabel 3. 1. PDRB Kota Banjar Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usahan
Tahun 2007-2011 (Juta Rupiah)........................................................................................ 34
Tabel 3. 2. Distribusi Persentase PDRB Kota Banjar Atas Dasar Harga Konstan (2000) Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2007-201 1 (Persen) ....................................................... ............. 35
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Tabel 3. 3. Distribusi Persentase Sektor Pertanian Kota Banjar 2007-2011 (Persen) ........................ 35
Tabel 3. 4. Distribusi Persentase Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Kota Banjar
2007-2011 (Persen) .......................................................................................................... 36
Tabel 3. 5. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Banjar dan Provinsi Jawa Barat 2008-2011 ................ 39
Tabel 4. 1. Banyaknya Perusahaan Perdagangan Nasional Tiap Kecamatan di Kota Banjar Tahun
2011 .................................................................................................................................. 61
Tabel 4. 2. Banyaknya Kios dan Pedagang di Pasar Yang Dikelola Oleh Pemda di Kota Banjar Tahun
2011 (Berdasarkan Blok Pasar) ......................................................................................... 62
Tabel 4. 3. Data Kelembagaan Petani di Kota Banjar Tahun 2012 ................................................ ..... 63
Tabel 4. 4. Perkembangan Koperasi (KUD dan Non KUD) di Kota Banjar Tahun 2008-2012 ............. 64
Tabel 4. 5. Sebaran Koperasi (KUD dan Non KUD) di Kota Banjar Tahun 2012.................................. 64
Tabel 4. 7. Sebaran Sentra Industri Kecil dan Menengah di Kota Banjar ........................................... 66
Tabel 4. 8. Sebaran Tanaman Kelapa di Kota Banjar Tahun 2011 ................................................. ..... 67
Tabel 4. 9. Data Wilayah Kerja dan Penyuluh di Kota Banjar ........................................................ ..... 74
Tabel 5. 6. Luas Tanam, panen, dan Hasil Produksi Padi Tahun 2011 ............................................... 85
Tabel 5. 7. Luas Areal Tanam dan Produksi Kelapa di Kota Banjar Tahun 2011 ................................ 87
Tabel 5. 8. Produksi Daging Ayam Ras dan Bukan Ras .......................................................... ............. 89
Tabel 5. 9. Luas Tanam, Luas Panen, Dan Produksi Pepaya Kota Banjar Tahun 2011 ....................... 92
Tabel 5. 10. Luas Tanam, Luas Panen, Dan Produksi Pisang di Kota Banjar ......................................... 94
Tabel 7. 1. Matriks aktivitas dan kegiatan prioritas untuk mewujudkan sasaran dan tujuan yang
sudah ditetapkan ............................................................................................................ 153
I vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 9. Distribusi Persentase Tenaga Kerja Berdasarkan Status di Kota Banjar (Persen)............. 26
Gambar 3. 1. Kontribusi PDRB per Sektor Setiap Kecamatan di Kota Banjar Tahun 2011 ..................... 37
Gambar 3. 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Banjar dan Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2011 ..... 38
Gambar 3. 4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan di Kota Banjar Tahun 2008-2011 (Persen) ....... 41
Gambar 4. 2. Banyaknya Kios dan Pedagang di Pasar Yang Dikelola Pemda Kota Banjar
Tahun 2008-2011.............................................................................................................. 61
Gambar 5. 1. Kontribusi Produksi Padi Sawah per Kecamatan Tahun 2011 .......................................... 86
Gambar 6. 1. Peta Rencana Struktur Ruang Provinsi Jawa Barat ...................................................... ... 104
Gambar 6. 2. Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Jawa Barat .................................................. ............. 105
Gambar 6. 3. Peta Arahan Penanganan Kawasan Provinsi Jawa Barat ................................................ 105
Gambar 6. 4. Peta Rencana Infrastruktur Wilayah Provinsi Jawa Barat .............................................. 106
Gambar 6. 12. Peta Ruang Kawasan Agropolitan Kota Banjar .................................................. ............. 129
Gambar 7. 4. Peran dan Interaksi Antar Aktor Utama Kelembagaan Pengelola Kawasan
Agropolitan ..................................................................................................................... 144
I ix
BAB 1
PENDAHULUAN
I 2
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Agropolitan terdiri dari kata ”agro” yang berarti pertanian dan ”politan (polis)”
yang berarti kota. Sehingga agropolitan dapat diartikan sebagai kota pertanian
atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian di daerah kota (Departemen
Pertanian, 2002). Agropolitan dapat diartikan sebagai kota pertanian yang
tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta
mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan
pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya (Deptan, 2002). Kawasan
agropolitan adalah kawasan terpilih dari kawasan agribisnis atau sentra
produksi pertanian terpilih dimana pada kawasan tersebut terdapat kota
pertanian (agropolis) yang merupakan pusat pelayanan (Badan Pengembangan
SDM Pertanian, 2003). Agropolitan merupakan salah satu bentuk rencana untuk
penataan kota di perdesaan yang aktivitasnya di sektor pertanian. Kota
pertanian ini diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi
yang mendorong pertumbuhan pembangunan perdesaan dan desa-desa
hinterland atau wilayah sekitarnya melalui pengembangan ekonomi yang tidak
terbatas sebagai pusat pelayanan sektor pertanian, tetapi juga pembangunan
sektor secara luas seperti usaha pertanian (tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, dan perikanan), industri kecil, pariwisata, jasa pelayanan, dan
pelayanan lainnya.
I 3
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
a. Adanya akses yang lebih mudah bagi rumah tangga atau masyarakat
perdesaan – yang dikembangkan aktivitas pertaniannya – untuk
menjangkau kota;
I 4
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Penilaian Kota Banjar dari sisi tata ruang wilayah provinsi pada dasarnya sudah
sesuai dengan penetapan Agropolitan dalam RPJP Kota Banjar. Berdasarkan
RTRW Provinsi Jawa Barat 2009 – 2029, Kota Banjar ditetapkan sebagai salah
satu Pusat Kegiatan Wilayah Provinsi (PKWp), serta termasuk kawasan strategi
provinsi yang memiliki fungsi strategis sebagai Kawasan Perbatasan Jawa Barat
– Jawa Tengah. Fungsi Kota Banjar dalam lingkup provinsi, diarahkan sebagai
PKWp dengan sarana dan prasarana perkotaan yang terintegrasi, kegiatan
perdagangan, jasa, dan sebagai pintu gerbang daerah berbatasan dengan
Provinsi Jawa Tengah. Selain itu RTRW provinsi juga menetapkan Kota Banjar
sebagai Kawasan Pertanian Pangan Irigasi Teknis dan Kawasan Wisata Agro
dengan fungsi utama dari guna lahan kawasan permukiman perkotaan. Sebagai
sebuah agropolitan, kegiatan perekonomian Kota Banjar di masa yang akan
datang berpeluang dikembangkan lebih luas ke bidang bisnis berbasis pertanian
(agrobisnis), seperti agroindustri, jasa-jasa pertanian, agrowisata, serta
distribusi produk-produk pertanian. Pengembangan kegiatan pertanian sebagai
basis ekonomi dapat menjadikan Kota Banjar menjadi pusat ekonomi Wilayah
Priangan Timur.
Oleh karena itu, dalam rangka mematangkan konsep agropolitan di Kota Banjar
yang meliputi kesiapan manajemen, finansial, teknologi, komoditas unggulan,
kelembagaan dan pemasaran, perlu disusun upaya-upaya teknis untuk
mematangkan konsep agropolitan tersebut. Dalam rangka menyusun upaya-
upaya teknis dan strategis untuk mematangkan konsep tersebut maka dirasa
I 5
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya dokumen rencana induk
atau masterplan kawasan agropolitan di Kota Banjar. Masterplan tersebut
haruslah mempertimbangan dan mewakili seluruh pihak terkait agar dapat
menjadi cetak biru dalam pembangunan agropolitan di Kota Banjar.
Output utama kegitan ini merupakan sebuah rencana tata ruang kawasan
agropolitan beserta zoning-nya yang terdiri dari struktur dan pola ruang
kegiatan pertanian dan pendukungnya. Rencana tata ruang ini juga akan
menghasilkan:
I 6
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 7
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Sumber: Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Banjar, Tahun 2011-2031.
I 8
BAB 2
GAMBARAN UMUM KOTA BANJAR
Kota Banjar adalah salah satu kota di wilayah timur Provinsi Jawa Barat yang
merupakan pemekaran dari Kabupaten Ciamis di tahun 2002. Secara
administratif Kota Banjar berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa
Tengah – tepatnya dengan Kabupaten Cilacap. Fungsi strategis Kota Banjar
terhadap Provinsi Jawa Barat sebagai pintu gerbang jalur lintas selatan Jawa
Barat. Jalur selatan Jawa Barat di Kota Banjar bisa dilalui baik dengan moda
kendaraan maupun melalui kereta api. Dalam perkembangannya Kota Banjar
merupakan jalur lalu lintas penghubung antara Provinsi Jawa Barat – Jawa
Tengah – Jawa Timur melalui jalur selatan, sehingga diharapkan Kota Banjar
mampu tumbuh sebagai kota industri, perdagangan, jasa dan pariwisata bagi
Wilayah Jawa Barat Bagian Selatan.
Layaknya daerah yang ada di bagian selatan Pulau Jawa, karakteristik yang
dimiliki oleh Kota Banjar tidak berbeda jauh dengan karakteristik daerah-
daerah lainnya. Dari sisi lansekap, Kota Banjar memiliki pola lansekap yang
beragam, sebagian besar daerah merupakan wilayah perbukitan – terbentang
mulai dari wilayah utara, selatan hingga barat kota, dengan kemiringan yang
bervariasi. Sebagian lain merupakan wilayah dataran dengan kemiringan antara
0 – 5%. Bagian tengah dari Kota Banjar dilalui oleh sungai yang cukup penting
di Jawa Barat, yaitu Sungai Citanduy, yang mengalir hingga ke wilayah Jawa
Tengah.
2.1. Geografis
I 10
M as
asterpl an Agropolitan
terpl Agropolitan Kota Banjar
Kecamatan Pataruman
19,88% 25,32%
Kecamatan Langensari
13,84%
Kecamatan Banjar
b. Daerah dataran tinggi seluas 12,90% dari seluruh wilayah Kota Banjar,
dengan ketinggian rata-rata antara 100-500 mdpl yang meliputi sebagian
wilayah Kecamatan Banjar (2.141,33 ha), Purwaharja (1.790,26 ha) dan
Pataruman (2.584,87 ha).
I 11
M as
asterpl an Agropolitan
terpl Agropolitan Kota Banjar
Sebagian besar jenis tanah di Kota Banjar berjenis aluvial atau disebut juga
tanah endapan karena terbentuk dari endapan lumpur yang terbawa air hujan
ke dataran rendah. Jenis tanah ini bersifat subur karena terbentuk dari kikisan
tanah humus. Secara umum, sifat jenis tanah ini mudah digarap, dapat
menyerap air, dan permeabel sehingga cocok untuk semua jenis tanaman
pertanian. kecuali di sebagian wilayah Kecamatan Langensari yang selain
memiliki jenis tanah aluvial juga berjenis tanah podsolik merah kuning dimana
tanah jenis ini terbetuk dari pelapukan batuan yang mengandung banyak
kuarsa sehingga warna tanah ini kecoklatan dan biasanya berada di daerah
pegunungan bercurah hujan tinggi dan beriklim sedang. Sifatnya mudah basah
dan mudah mengalami pencucian atau mineral tanah banyak terbawa oleh air
hujan, sehingga kesuburannya berkurang. Jenis tanah ini dapat dimanfaatkan
untuk persawahan dan perkebunan.
I 12
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Tekstur tanah merupakan satu sifat fisik tanah yang secara praktis dapat
dipakai sebagai alat evaluasi atau pertimbangan dalam suatu potensi
penggunaan tanah. Tanah bertekstur halus memiliki permukaan yang lebih
halus dibanding dengan tanah bertekstur kasar, sehingga tanah- tanah yang
bertekstur halus memiliki kapasitas absorpsi unsur-unsur hara yang lebih besar
dan umumnya lebih subur dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar.
Secara garis besar tekstur tanah di wilayah Kota Banjar dibagi dua jenis.
Halus
Sebagian besar yaitu seluas 74,73% tanah di wilayah Kota Banjar atau 9.861,98
ha, bertekstur halus. Meliputi seluruh wilayah Kecamatan Purwaharja dan
Langensari, 35,14% dari wilayah Kecamatan Banjar dan sebagian besar yaitu
69,78% dari wilayah Kecamatan Pataruman.
Sedang
Tekstur tanah di seluruh wilayah Kota Banjar seluas 25,27% nya bertekstur
sedang, dimana 12,89% atau seluas 1.701,70 ha terdapat di wilayah Kecamatan
Banjar dan seluas 12,38% atau 1.633,59 ha berada di Kecamatan Pataruman.
Satuan curah hujan adalah milimeter (mm), dimana merupakan ketebalan air
hujan yang terkumpul dalam suatu tempat dengan luasan 1 m 2, permukaan
I 13
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
yang datar, tidak menguap dan tidak mengalir. Kriteria distribusi curah hujan
bulanan:
Berdasarkan kriteria diatas dan bersumber dari data Dinas Pekerjaan Umum
Kota Banjar tahun 2008 - 2011, Intensitas curah hujan bulanan rata-rata di Kota
Banjar termasuk kriteria menengah yaitu 287,1 milimeter. Namun pada tahun
2010 dengan adanya badai la nina, tercatat curah hujan bulanan rata-rata
sangat tinggi yaitu 408,4 milimeter namun pada tahun 2011 kembali ke kriteria
sedang.
Pergerakan curah hujan rata-rata tiap bulan yang tercatat di wilayah Kota
Banjar, masuk di kriteria tinggi mulai pada bulan september dan puncaknya
pada bulan November - Desember kemudian menurun dan mulai masuk ke
kriteria menengah pada bulan Mei. Keadaan ini berkaitan erat dengan arus
angin yang bertiup di Indonesia. Pada bulan Juni sampai dengan September arus
angin berasal dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga
mengakibatkan musim kemarau di Indonesia pada umumnya. Sebaliknya pada
bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak mengandung uap air
yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik setelah melewati beberapa lautan,
dan pada bulan-bulan tersebut biasanya terjadi musim hujan. Keadaan seperti
ini berganti pada bulan April-Mei dan Oktober-Nopember.
Keadaan hidrologi di Wilayah Kota Banjar meliputi sistem air tanah dan air
permukaan. Secara umum baik air tanah maupun air permukaan di Kota Banjar
tersedia cukup memadai. Hal ini disebabkan sebagian besar wilayah Kota
Banjar berada di dataran rendah yang dialiri oleh sungai Citanduy serta anak
sungainya (diantaranya sungai Citapen) dan memiliki kriteria distribusi curah
hujan bulanan menengah, berkisar 101 – 300 mm.
I 14
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Tabel 2. 4. Jumlah Hari dan Curah Hujan di Kota Banjar Tahun 2008-
2011
Hari Hujan Curah Hujan (mm)
Bulan
2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011
01 Januari 20 15 14 115 354 513 274
02 Pebruari 18 19 13 311 348 563 259
03 Maret 11 15 17 379 198 429 376
04 April 11 10 16 325 132 273 374
05 Mei 9 17 12 67 169 441 170
06 Juni 14 12 - 15 294 136 -
07 Juli 1 10 7 - 24 184 139
08 Agustus - 5 - - - 184 -
09 September - 17 - - - 538 -
10 Oktober 15 19 10 353 231 539 114
11 Nopember 21 20 19 616 519 527 427
12 Desember 8 18 21 283 88 574 451
Rata-Rata 12,8* 14,75* 14,33 205.3 235,7 408,4 287,1
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjar.
Salah satu modal utama dalam proses pembangunan suatu wilayah adalah
aspek kependudukan. Pada bagian ini akan dibahas semua hal yang berkaitan
dengan kependudukan Kota Banjar.
I 15
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
1. Struktur penduduk muda: bila suatu negara atau wilayah sebagian besar
penduduk usia muda – digambarkan oleh piramida penduduk yang
cenderung lebar di bawah. Bentuk piramida penduduk dari daerah yang
memiliki struktur penduduk muda akan berbentuk limas (Expansive),
menunjukkan jumlah penduduk usia muda lebih banyak dari pada usia
dewasa maupun tua, sehingga pertumbuhan penduduk sangat tinggi.
Adapun ciri-ciri utama dari struktur penduduk ekspansif diantaranya
adalah:
a. Sebagian besar berada pada kelompok penduduk muda
b. Kelompok usia tua jumlahnya sedikit
c. Tingkat kelahiran bayi tinggi
d. Pertumbuhan penduduk tinggi
2. Struktur penduduk dewasa: bila suatu negara sebagian besar
penduduknya berusia dewasa – digambarkan oleh piramida penduduk
yang cenderung lebar di bagian tengah piramida. Bentuk piramida
penduduknya akan menyerupai granat (Stationer), menunjukkan jumlah
usia muda hampir sama dengan usia dewasa, sehingga pertumbuhan
penduduk kecil sekali. Karakteristik utama dari struktur penduduk yang
tergolong stasioner diantaranya adalah:
a. Penduduk pada tiap kelompok umur hampir sama;
I 16
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Jika kita bandingkan kondisi penduduk Kota Banjar dengan ciri-ciri struktur
penduduk yang telah disebutkan sebelumnya, maka kondisi kependudukan
Kota Banjar lebih cenderung untuk dekat dengan struktur penduduk yang mulai
memasuki usia dewasa – baru berubah dari muda menjadi dewasa – karena
kondisi penduduk di Kota Banjar memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
I 17
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
64 +
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 -19
10 - 14
5-9
0-4
Laki-laki Perempuan
I 18
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
60 - 64 60 - 64
K K
50 - 54 50 - 54
e e
c c
. .
B P
40 - 44 a
n
u
r 40 - 44
j w
30 - 34
a
30 - 34 r a
h
a
20 - 24
r
j
a 20 - 24
10 - 14
10 - 14
0-4
0-4
2.000 1.000 0 1.000 2.000
4.000 2.000 0 2.000 4.000
K K
e e
60 - 64 c
. c
. 60 - 64
P L
50 - 54 50 - 54
a a
t
a n
r g
e
40 - 44 40 - 44
u n
m s
a a
30 - 34 30 - 34
n r
i
20 - 24 20 - 24
10 - 14 10 - 14
0-4 0-4
I 19
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Besarnya laju pertumbuhan di tahun 2011 ini perlu menjadi perhatian yang
serius bagi Pemerintah Kota Banjar, karena dampak pertumbuhan yang besar
tersebut dikhawatirkan akan berdampak kepada adanya beban ketergantungan
dan pengangguran yang tinggi di masa yang akan datang. Selain itu
pertumbuhan penduduk yang tinggi juga berpotensi untuk meningkatkan
masalah sosial lainnya seperti tingkat kriminalitas, dan lain-lain yang dapat
mengganggu keberlanjutan suatu pembangunan.
200,000 7.00%
6.64%
195,000 6.00%
5.00%
190,000
4.00%
185,000
3.00%
180,000
2.00%
175,000 1.00%
0.90% 1.26% 1.09%
170,000 0.00%
2007 2008 2009 2010 2011
I 20
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
14.00%
12.00% 11.44%
10.00%
8.30%
8.00%
5.70%
6.00%
4.02%
4.00%
2.00%
0.00%
Kecamatan Banjar Kecamatan Kecamatan Kecamatan
Pataruman Purwaharja Langensari
2.3.2. Ketenagakerjaan
I 21
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 22
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
46.00
45.72
45.00
44.00
43.00
43.21 42.96
42.00 42.57 42.51
41.00
40.00
2007 2008 2009 2010 2011
Berdasarkan data sakernas, tabel 2.7. dan 2.8. di bawah, yang memperlihatkan
jumlah dan distribusi penyerapan tenaga kerja di sembilan lapangan kerja
utama di Kota Banjar terlihat bahwa telah terjadi peningkatan lapangan kerja di
seluruh sektor di Kota Banjar selama periode 2008 – 2012, kecuali di sektor
pertanian. Selama periode tersebut, penyerapan tenaga kerja di kota Banjar
didominasi oleh sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran; sektor Industri
Pengolahan, sektor Jasa-Jasa, serta sektor Pertanian. Dalam kurun waktu lima
tahun, komposisi tenaga kerja di Kota Banjar secara konsisten didominasi oleh
sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran dengan kecenderungan penyerapan
tenaga kerja yang meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, jumlah
tenaga kerja di sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar 16.974 orang
atau 27,17% dari total tenaga kerja, sedangkan pada tahun 2012 jumlah tenaga
kerja di sektor ini sekitar 19.830 orang atau sekitar 25,87% dari total tenaga
kerja di Kota Banjar.
I 23
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Sementara itu dua sektor utama lainnya – sebagai sektor penyerap tenaga kerja
utama di Banjar – yaitu sektor Industri Pengolahan dan Sektor Jasa-jasa
memiliki pola yang hampir sama dengan sektor Perdagangan, Hotel, dan
Restoran, yaitu adanya kecenderungan peningkatan penyerapan tenaga kerja
setiap tahunnya. Berbeda dengan tiga sektor dominan lainnya dalam
penyerapan tenaga kerja, trend penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian
dalam kurun waktu lima tahun memperlihatkan kecenderungan yang semakin
menurun. Pada tahun 2008, sektor ini masih mampu menyerap tenaga kerja
sebesar 13.305 orang atau 21,3% dari total tenaga kerja di Kota Banjar,
sedangkan pada tahun 2012 peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga
kerja di Kota Banjar adalah sebesar 10.455 orang atau hanya sekitar 13,64%
dari keseluruhan tenaga kerja.
I 24
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
80,000
60,000
40,000
20,000
0
2008
2009
2010
2011
2012
I 25
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
2008 2009 2010 2011 2012
Formal 32.47 37.88 33.48 41.3 47.42
Informal 67.53 62.12 66.52 58.7 52.58
Tabel 2.9. dan 2.10. berikut ini menyajikan karakteristik individu berdasarkan
kelompok usia dengan status kesejahteraan 30% terendah kecamatan-
kecamatan di kota Banjar – mewakili karakteristik masyarakat miskin kota
Banjar. Dari tabel tersebut, terlihat bahwa struktur individu dengan status
kesejahteraan 30% terendah (individu miskin) di kota Banjar secara umum
lebih banyak didominasi oleh individu dengan usia tidak produktif, dengan
persentase sebesar 76,47% dari total individu. Dari gambaran tersebut dapat
dikatakan bahwa individu miskin di kota Banjar berdasarkan kecamatan
memiliki angka ketergantungan total (dependency ratio) yang sangat besar,
bahkan lebih dari setengahnya, dengan komposisi lebih banyak pada angka
ketegantungan usia muda 1.
1 Dalamkaidah publikasi statistik, angka ketergantungan (dependency ratio) dibagi kedalam tiga
kelompok, yaitu: 1)Angka ketergantungan total, 2)angka ketergantungan muda, dan 3)angka
ketegantungan tua
I 26
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Berdasarkan tabel 2.9. dan 2.10 di atas secara lebih detail seperti disajikan pada
tabel 2.11. dan 2.12. di bawah ini, kondisi individu berdasarkan kecamatan dan
kelompok usia dengan status kesejahteraan 30% terendah (individu miskin) di
Kota Banjar kondisinya lebih memprihatinkan lagi. Hal ini terlihat dari lebih
banyaknya individu usia 5 - di bawah 15 tahun yang terpaksa bekerja
dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa di
kelompok ini, lebih banyak “pekerja anak” ( child labor) yang terpaksa bekerja
untuk membantu kehidupan keluarganya meskipun secara lazimnya anak-anak
tersebut seharusnya bersekolah atau tidak termasuk ke dalam angkatan kerja.
Kuat dugaan pula bahwa anak-anak ini bekerja di sektor pertanian dengan
status di sektor informal bahkan merupakan pekerja tidak dibayar karena
sifatnya mungkin membantu usaha keluarga.
Komposisi pekerja anak di kota Banjar secara umum berkisar sekitar 9.897
orang atau sebesar 30,15%, lebih tinggi dibandingkan dengan individu di
kelompok usia produktif yang berkisar sekitar 5.108 orang atau sebesar 29,44%
I 27
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
dan kelompok individu usia di atas 60 tahun sebesar 2.394 orang atau sekitar
7,29% dari total tenaga kerja dengan status kesejahteraan 30% terendah di
kota Banjar.
Tabel 2. 11. Jumlah Individu Yang Bekerja dan Tidak Bekerja Menurut
Kecamatan dan Kelompok Usia Dengan Status
Kesejahteraan 30% Terendah
Jumlah Individu Usia 5 - Jumlah Individu Usia 15 Jumlah Individu Usia
Nama di bawah 15 tahun - di bawah 60 tahun di atas 60 tahun
Total
Kecamatan Tidak Tidak
Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Bekerja
Bekerja Bekerja
Banjar 2.976 3.303 1.460 980 664 961 10.344
Purwaharja 617 680 323 208 135 254 2.217
Pataruman 2.946 3.152 1.526 954 711 1.048 10.337
Langensari 3.358 2.529 1.799 476 884 886 9.932
TOTAL 9.897 9.664 5.108 2.618 2.394 3.149 32.830
Sumber: Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial, Juli 2012.
Berdasarkan lapangan usaha seperti disajikan pada tabel 2.13. dan 2.14. di
bawah ini, kepala keluarga yang bekerja menurut kecamatan dengan status
kesejahteraan 30% terendah (kepala rumah tangga miskin) secara dominan
bekerja di sektor Pertanian tanaman padi dan palawija, dengan jumlah kepala
rumah tangga yang bekerja di sektor ini sekitar 2.600 kepala rumah tangga atau
sebesar 25,96% dari total tenaga kerja di kelompok ini, dimana 44,79%
terkonsentrasi di kecamatan Langensari. Selain sektor ini, sektor-sektor yang
secara dominan merupakan sektor mata pencaharian kelompok kepala rumah
tangga miskin di Kota Banjar secara berturut-turut adalah sektor Bangunan,
sektor Industri pengolahan, Sektor Perdagangan, sektor Transportasi dan
pergudangan, serta sektor Jasa.
I 28
M as
asterpl an Agropolitan
terpl Agropolitan Kota Banjar
I 29
M as
asterpl an Agropolitan
terpl Agropolitan Kota Banjar
Untuk menjalankan administrasi Kota Banjar, tidak hanya sisi eksekutif sebagai
pelaksana kebijakan, akan tetapi harus diawasi oleh lembaga legislatif. Sebagai
kota yang telah melaksanakan PEMILU daerah, Kota Banjar menghasilkan
komposisi legislatif dari multi partai yang akan mengawal keberlangsungan
administrasi pemerintahan di Kota Banjar. Komposisi legislatif di Kota Banjar
terbagi menjadi 6 fraksi yang tergabung kedalam 3 komisi.
I 30
M as
asterpl an Agropolitan
terpl Agropolitan Kota Banjar
I 31
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
74.95
75 74.67
74.25
74.5
74
73.24
73.5
73
72.2
72.5
72
71.5
71
70.5
2007 2008 2009 2010 2011
IPM
I 32
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Umur panjang dan kehidupan yang sehat, dengan indikator angka harapan
hidup;
Pengetahuan, yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah;
Standar hidup yang layak, dalam bentuk Purchasing Power Parity (PPP).
I 33
BAB 3
TINJAUAN STRUKTUR PEREKONOMIAN KOTA BANJAR
Tabel 3. 1. PDRB Kota Banjar Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Menurut Lapangan Usahan Tahun 2007-2011 (Juta Rupiah)
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 *) 2010 *) 2011**) Rata-Rata
1. Pertanian 131.992,07 137.285,66 143.244,09 149.502,41 153.985,30 143.201,91
2. Pertambangan &
2.037,70 2.074,98 2.049,40 2.154,78 2.004,92 2.064,36
Penggalian
3. Industri Pengolahan 76.569,17 78.514,98 82.526,14 86.663,13 94.271,14 83.708,91
4. Listrik, Gas & Air Bersih 6.528,55 6.847,83 7.271,68 7.669,10 8.052,42 7.273,92
5. Bangunan 32.375,33 34.883,17 37.886,16 40.702,13 43.854,98 37.940,35
6. Perdag., Hotel &
209.735,01 221.415,96 237.030,51 253.810,76 269.077,81 238.214,01
Restoran
7. Pengangkutan &
47.686,18 48.867,26 50.631,14 52.373,05 54.634,16 50.838,36
Komunikasi
8. Keuangan, Persewaan &
43.974,24 44.514,07 45.946,79 47.492,14 50.581,45 46.501,74
Jasa Perusahaan
9. Jasa-Jasa 95.425,66 103.051,76 105.628,43 109.480,90 113.496,20 105.416,59
PDRB 646.323,90 677.455,67 712.214,33 749.848,40 789.958,37 715.160,13
Sumber: Banjar Dalam Angka, diolah.
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Secara lebih detail, ada tiga sub sektor yang memiliki kontribusi terbesar di
sektor pertanian, yaitu Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan, Sub Peternakan,
dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan
merupakan sub sektor yang memiliki kontribusi paling tinggi dalam sektor
pertanian, dengan rata-rata kontribusi sebesar 55,54%, sementara sub sektor
Peternakan memiliki kontribusi kedua terbesar, dengan rata-rata kontribusi
sebesar 30,47% dan sub sektor ke tiga yang memiliki kontribusi terbesar adalah
sub Sektor Tanaman Perkebunan, dengan rata-rata kontribusi sebesar 12,33%
(tabel 3.3).
Sementara itu, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebagai sektor yang
memiliki kontribusi terbesar bagi perekonomian di Kota Banjar terutama
didukung oleh besarnya kontribusi sub sektor Perdagangan Besar dan Eceran
yang menyumbang kontribusi rata-rata sebesar 86,43%, sementara sub sektor
I 35
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Restoran secara rata-rata dari periode 2007-2011 sebesar 12,60% dan sub
sektor hotel hanya memiliki kontribusi sekitar 0,97% (tabel 3.4).
Sedikit berbeda dengan tiga kecamatan lain di Kota Banjar untuk PDRB
kecamatan, sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB
Kecamatan Langensari adalah sektor pertanian dengan sumbangan sebesar
40,74%, diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar 17,24%, sedangkan
I 36
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
0,75%
1,57%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kec. Pataruman 14,11% 0,23%
10,99% 10,52% Kec. Langensari
8,88% 7,52% 4,23%
2,66% 40,74%
0,50%
8,30%
5,06% 16,46%
44,42%
17,24%
7,10%
0,22%
0,83%
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Keterangan:
1. Pertanian, Peternakan,Kehutanan,Perikanan 6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran
2. Pertambangan Dan Penggalian 7. Pengangkutan Dan Komunikasi
3. Industri Pengolahan 8. Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan
4. Listrik, Gas Dan Air Bersih 9. Jasa - Jasa
5. Konstruksi
I 37
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Dari sisi laju pertumbuhan ekonominya, selama kurun waktu empat tahun
terakhir, laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kota Banjar relatif sangat baik dan
bergerak positif. Pada tahun 2008, Kota Banjar membukukan laju pertumbuhan
ekonomi sebesar 4,82% lebih rendah provinsi Jawa Barat yang mencatatkan
LPE sebesar 6,21%. Sementara itu, meskipun pada akhir tahun 2008 terjadi
krisis global yang berimbas pada perekonomian nasional, Kota Banjar masih
dapat mencatatkan LPE yang meningkat pada tahun 2009 yaitu sebesar 5,13%,
sebaliknya dengan provinsi Jawa Barat yang hanya mencatatkan LPE sebesar
4,10%. Trend positif ini berlanjut ke tahun berikutnya hingga tahun 2011,
dimana LPE Kota Banjar tercatat sebesar 5,35% (Gambar 3.2).
7.00
6.41 6.48
6.21
6.00
5.28 5.35
5.00 5.13
4.82
4.00 4.1
3.00
2.00
1.00
0.00
2008 2009 2010 2011
Kota Banjar 4.82 5.13 5.28 5.35
Provinsi Jabar 6.21 4.1 6.41 6.48
I 38
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Secara lebih detail, dalam kurun waktu empat tahun Laju Petumbuhan ekonomi
Kota Banjar berdasarkan lapangan usaha menunjukkan bahwa sektor Industri
pengolahan secara signifikan menjadi sektor yang membukukan pertumbuhan
tertinggi pada tahun 2011 dengan LPE sebesar 8,78%. Meskipun pada tahun
2011 sektor Industri Pengolahan merupakan sektor dengan pertumbuhan
tertinggi, namun apabila kita lihat secara rata-rata selama kurun waktu empat
tahun sektor yang secara konsisten dan stabil memiliki pertumbuhan ekonomi
yang tinggi adalah sektor Bangunan sebesar 7,88% serta sektor Perdagangan,
Hotel, dan Restoran sebesar 6.43% (tabel 3.5).
I 39
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
tahun selanjutnya tumbuh lebih tinggi dengan laju pertumbuhan sekitar 5,11%
pada tahun 2009 dan 5,01% untuk tahun 2010. Pada tahun 2011, laju
pertumbuhan sektor ini bahkan mencapai 8,78% berubah menjadi sektor
dengan pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya di Kota
Banjar.
10.00
9.00
8.78
8.00
6.00 6.02
5.57
5.00 5.11 5.01
4.34 4.37
4.00 4.01
3.00 3.00
2.54
2.00
1.00
-
2008 2009 2010 2011
I 40
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Secara lebih detail, perekonomian Kecamatan Banjar pada tahun 2008 tumbuh
sekitar 5,20% dan mengalami trend yang positif setiap tahunnya, sehingga pada
tahun 2011 kecamatan ini menjadi kecamatan dengan pertumbuhan tertinggi di
Kota Banjar dengan laju pertumbuhan sebesar 7,15%. Di sisi lain, meskipun
Kecamatan Pataruman masih dapat tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan
ekonomi Kota Banjar, namun memiliki laju pertumbuhan yang cenderung
menurun pada akhir tahun 2011 dengan laju pertumbuhan sebesar 5,74%,
turun dibanding tahun-tahun sebelumnya terutama 2009-2010 yang
mencatatkan pertumbuhan ekonomi pada kisaran 6,4%.
7.90%
7.15%
6.90% 6.46%
6.42%
6.39% 6.12%
5.90%
5.74%
5.47% 5.35%
5.20% 5.28%
5.13%
4.90% 4.82%
3.90% 3.99%
3.75% 3.76%
3.59%
3.21%
2.90% 3.02%
2.34%
2.10%
1.90%
2008 2009 2010 2011
I 41
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, alat analisis yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan di suatu wilayah
diantaranya adalah analisis Location quotient (LQ) dan analisis Shift-Share.
Penjelasan secara rinci dari hasil perhitungan dengan menggunakan kedua alat
analisis dijelaskan seperti di bawah ini. Sementara untuk penjelasan secara peta
tematik dapat dilihat pada lampiran mengenai LQ dan Shift Share
Sektor/subsektor di tiap Kecamatan di Kota Banjar.
I 42
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Dari hasil perhitungan dapat terlihat bahwa terdapat beberapa sektor yang
menjadi basis ekonomi di Kota Banjar, yaitu ; Pertanian (1.51); Bangunan
(1.46); Perdagangan, Hotel dan Restoran (1.55); Pengangkutan dan Komunikasi
(1.52); Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan (1.95); dan Jasa-Jasa (2.14).
Diantara sektor-sektor basis tersebut, hasil perhitungan menunjukkan bahwa
sektor jasa-jasa merupakan sektor dengan nilai LQ tertinggi (Tabel 3.6).
I 43
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 44
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Lanjutan …
LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Kriteria
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 1,60 1,66 1,58 1,43 1,31 1,52 Basis
a. Pengangkutan 1,87 1,96 1,86 1,73 1,67 1,82 Basis
1. Angkutan Rel 2,81 2,89 3,01 2,37 2,18 2,65 Basis
2. Angkutan Jalan Raya 1,83 1,92 1,80 1,77 1,64 1,79 Basis
3. Angkutan Laut - - - - - - -
4. Angkutan Sungai, Danau & - - - - - - -
Penyeberangan
5. Angkutan Udara - - - - - - -
6. Jasa penunjang Angkutan 4,63 4,62 4,65 4,26 4,17 4,46 Basis
b. Komunikasi 1,10 1,15 1,11 0,97 0,84 1,03 Basis
1. Pos dan Telekomunikasi 1,10 1,15 1,11 0,97 0,84 1,03 Basis
2. Jasa penunjang Komunikasi - - - - - - -
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA 2,09 2,04 1,97 1,88 1,79 1,95 Basis
PERUSAHAAN
a. Bank 3,02 2,71 2,33 2,48 2,31 2,57 Basis
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,24 0,24 0,23 0,25 0,24 0,24 Non-Basis
c. Jasa Penunjang Keuangan - - - - - - -
d. Sewa Bangunan 2,19 2,25 2,23 2,06 1,99 2,14 Basis
e. Jasa Perusahaan 1,51 1,54 1,41 1,33 1,24 1,41 Basis
9. JASA-JASA 2,10 2,25 2,21 2,09 2,04 2,14 Basis
a. Pemerintahan Umum & 2,30 2,56 2,58 2,69 2,81 2,59 Basis
Pertahanan
1. Administrasi, Pemerintahan 2,30 2,56 2,58 2,69 2,81 2,59 Basis
& Pertahanan
2. Jasa Pemerintahan Lainnya 2,30 2,56 2,58 2,69 2,81 2,59 Basis
b. Swasta 1,85 1,87 1,79 1,51 1,39 1,68 Basis
1. Sosial Kemasyarakatan 2,20 2,24 2,22 1,97 1,89 2,10 Basis
2. Hiburan & Rekreasi 0,28 0,27 0,24 0,35 0,34 0,30 Non-Basis
3. Perorangan & Rumahtangga 1,83 1,85 1,75 1,47 1,33 1,64 Basis
I 45
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai sektor yang menjadi
basis di Kota Banjar berdasarkan lokasi, analisis LQ juga dilakukan berdasarkan
kecamatan-kecamatan yang ada di Kota Banjar.
I 46
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 47
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Hal selain pembahasan mengenai sektor basis di Kota Banjar adalah interaksi
diantara berbagai aktivitas dalam suatu wilayah menjadi fokus tulisan bab ini.
Hoover dan Giarrantani menjelaskan bahwa tidak pantas apabila kita hanya
I 48
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 49
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
analysis. Nilai dari komponen ini dapat dijadikan acuan pada analisis shift-
share, yaitu jika didapatkan nilai Shift dari suatu sektor adalah positif,
maka sektor tersebut dapat dikatakan sebagai sektor yang relatif lebih
maju dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat diatasnya.
Pada Tabel 3.7. di bawah berikut dapat dilihat bahwa meskipun dari 9 sektor, 5
sektor diantaranya memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan
dengan sektor-sektor di provinsi Jawa Barat, namun demikian kelima sektor
tersebut masih dikategorikan sebagai sektor-sektor yang tertinggal. Satu sektor
yaitu sektor Pertanian yang dikategorikan sebagai sektor yang lebih lambat
pertumbuhannya dibandingkan dengan sektor-sektornya di provinsi Jawa Barat
dan juga merupakan sektor yang tertinggal daya saingnya.
I 50
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
terutama untuk sektor tanaman perkebunan dan sektor peternakan serta hasil-
hasilnya.
I 51
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Basis/
Keterangan Keterangan Non
LAPANGAN USAHA Keterangan
Mix Reg Share Basis
(LQ)
8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PRSHN Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Basis
a. Bank Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Basis
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Non Basis
c. Jasa Penunjang Keuangan
d. Sewa Bangunan Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Basis
e. Jasa Perusahaan Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Basis
9. JASA-JASA Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Basis
a. Pemerintahan Umum Lambat maju Lambat dan maju Basis
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan Lambat maju Lambat dan maju Basis
2. Jasa Pemerintah lainnya Lambat maju Lambat dan maju Basis
b. Swasta Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Basis
1. Sosial Kemasyarakatan Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Basis
2. Hiburan & Rekreasi Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Non Basis
I 52
BAB 4
KONDISI KELEMBAGAAN DUNIA USAHA PERTANIAN
DI KOTA BANJAR
game) maupun suatu organisasi yang memiliki hirarki – baik dalam wujud
aturan yang berasal dari pemerintah seperti UU, Perda, ataupun norma-norma
sosial seperti tradisi yang ada dimasyarakat, hingga agama atau kepercayaan
masyarkat. Jadi secara singkat yang namanya kelembagaan adalah aturan-aturan
- yang jika diikuti dengan benar - akan memberikan insentif bagi masyarakat,
sehingga mematuhinya merupakan suatu syarat untuk mencapai tujuan dari
masyarakat terebut.
Menurut Pakpahan (1990) ada 3 ciri penting dari kelembagaan, sehingga bisa
dilakukan analisis mengenai baik atau tidaknya suatu kelembagaan, Ketiga
karakteristik dari kelembagaan tersebut adalah:
I 54
M as
asterpl an Agropolitan
terpl Agropolitan Kota Banjar
I 55
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
pemerintah desa, BPD, KUD, dan lain-lain. Sedangkan kelembagaan non formal
lebih terkait dengan kelembagaan tradisional atau lokal. Kelembagaan non
formal ini merupakan kelembagaan yang tumbuh dari dalam komunitas
masyarakat desa itu sendiri yang sering memberikan “asuransi terselubung”
bagi kelangsungan hidup komunitas tersebut. Kelembagaan tersebut biasanya
berwujud nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan cara-cara hidup yang telah lama
ada dalam komunitas – seperti kebiasaan tolong-menolong, gotong-royong,
simpan pinjam, arisan, lumbung paceklik dan lain sebagainya.
Adanya lembaga formal dan non formal di perdesaan seharusnya memiliki fungsi
yang mampu memberikan “energi sosial” dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Kelembagaan yang ada tersebut merupakan kekuatan internal
masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi dalam
kehidupan kesehariannya. Salah satu kelembagaan non formal di tingkat desa
yang mampu memberikan energi sosial adalah lembaga gabungan kelompok tani
(gapoktan). Gapoktan tumbuh berdasarkan prinsip kesamaan karakteristik dan
kesamaan tujuan yang dimiliki oleh masing-masing petani. Sedangkan lembaga
formal yang seperti itu di daerah perdesaan adalah KUD yang lebih
memfokuskan pada aspek kelembagaan ekonomi. Dengan adanya kelembagaan
petani dan ekonomi, desa sangat terbantu dalam hal mengatur hubungan antar
pemilik input dalam menghasilkan output ekonomi desa dan dalam mengatur
distribusi dari output tersebut, sehingga denga adanya aturan hubungan yang
baik diharapkan distribusi hasil dan pendapatan petani juga akan mengalami
peningkatan.
I 56
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 57
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
yaitu sarana dan prasarana yang baik untuk pengembangan aktivitas pertanian
primer dan pengelolaan hasil pertanian – seperti jalan, irigasi, pasar, sarana
distribusi dan lain sebagainya.
I 58
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Sub sistem agribisnis hulu merupakan aktivitas usaha yang mendukung sistem
agribisnis terhadap pemenuhan input untuk kegiatan agribisnis. Adapun
berbagai kegiatan usaha yang terkait dengan sub sistem ini diantaranya adalah
aktivitas kegiatan pemenuhan bibit, benih, aktivitas usaha yang terkait dengan
pengadaan peralatan mesin dan peralatan pertanian, tata niaga pupuk, pestisida,
obat/vaksin bagi aktivitas pertanian.
Pola perkembangan kelembagaan dunia usaha pada aktivitas usaha yang terkait
dengan sub sistem agribisnis hulu secara tidak langsung bisa ditunjukkan dari
aktivitas perdagangan. Jumlah perusahaan dagang secara tidak langsung bisa
menggambarkan aktivitas perdagangan – yang dapat mendukung aktivitas usaha
sub sistem agribisnis hulu. Hingga tahun 2011 tercatat sebanyak 287
perusahaan dagang nasional yang ada di kota Banjar. Kondisi jumlah perusahaan
dagang nasional tahun 2011 menurun dibandingkan dengan tahun 2010, dimana
ditahun tersebut tercatat ada sebanyak 353 perusahaan dagang di Kota Banjar.
Penurunan jumlah perusahaan ini mengindikasikan adanya penurunan lembaga
pendukung untuk aktivitas perdagangan.
I 59
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
350
305
300 281
250
207
200 176
150
100
40 42
50 15 19 16
0 6 8
0
2011 2010 2009 2008
Sumber : Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Banjar.
I 60
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Gambar 4.2. Banyaknya Kios dan Pedagang di Pasar Yang Dikelola Pemda
Kota Banjar Tahun 2008-2011
3000
2512
2500
2095 2019
1968
2000
1444
1500 1310 1339 1370
1000
500
0
2011 2010 2009 2008
I 61
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Tabel 4.2. Banyaknya Kios dan Pedagang di Pasar Yang Dikelola Oleh
Pemda di Kota Banjar Tahun 2011 (Berdasarkan Blok Pasar)
Wilayah Blok Pasar Kios/Los (unit) Pedagang (orang)
Blok Pasar Barat Banjar 856 552
Blok Pasar Timur Banjar 309 195
Blok Pasar TPK Banjar 130 96
Blok Pasar Depan UPTD 22 15
PKL 558 558
Pasar Muktisari 412 337
Pasar Bojongkantong 225 215
Jumlah 2512 1968
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Banjar.
Aktivitas kelembagaan dunia usaha pada sub sistem budidaya agro yang tidak
lain merupakan aktivitas on farm, belum menunjukan perkembangan yang
positif. Kondisi ini disebabkan karena masing-masing petani memilih untuk
beraktivitas secara perorangan. Padahal kelembagaan dunia usaha merupakan
salah satu aspek terpenting yang mampu meningkatkan produktivitas dan daya
tawar dari para petani. Akan tetapi kondisinya saat ini para petani masih terikat
pada kelembagaan yang bersifat non formal seperti para pengepul dan penadah
I 62
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
yang secara langsung bisa berinteraksi dengan petani secara intensif. Dominasi
dari kelembagaan non formal ini menyebabkan perkembangan kelembagaan
formal di tingkat petani seperti kelompok tani dan KUD menjadi tidak
berkembang, bahkan kondisinya mengalami stagnasi dalam tingkatan subsisten.
Jumlah kelompoktani pada tahun 2012 meningkat, baik kelompok tani dewasa,
kelompok tani wanita, maupun kelompok tani taruna. Jumlah seluruh kelompok
tani akhir tahun 2011 sebanyak 196 kelompok, dan pada akhir tahun 2012
sebanyak 208 kelompok. Jumlah kelompok tani di Kota Banjar tahun 2012
terdiri atas Kelompok Tani Dewasa sebanyak 153 kelompok, Kelompok Tani
Wanita 50 kelompok, Kelompok Tani Taruna 5 kelompok, Gapoktan sebanyak 25
kelompok, serta kelembagaan kelompok lainnya yang meliputi UPJA sebanyak 2
kelompok, P3 mitra Cai sebanyak 18 kelompok dan Perpadi sebanyak 1
kelompok (lihat tabel 4.3).
I 63
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Tabel 4. 5. Sebaran Koperasi (KUD dan Non KUD) di Kota Banjar Tahun
2012
No. Kecamatan KUD NON KUD Jumlah
1 Banjar 1 64 65
2 Pataruman 1 43 44
3 Purwaharja 1 26 27
4 Langensari 0 23 23
Jumlah 3 156 159
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Banjar.
I 64
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Dari berbagai sentra industri kecil dan menengah yang ada di Kota Banjar, hanya
sedikit aktivitas yang mengolah dari hasil pertanian, diantaranya adalah sentra
gula, baik gula kelapa maupun gula aren – sentra pembuatan sapu lidi dan bilik
bambu, sentra industri tahu dan tempe. Adapun keberadaan sentra industri
kecil dan menengah di Kota Banjar digambarkan seperti pada tabel 4.7..
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa kelembagaan dunia usaha pengolahan
hasil pertanian Kota Banjar hanya terkonsentrasi pada proses pembuatan gula
kelapa yang sebagian besar ada di Kecamatan Langensari. Proses pembuatan
gula aren di Kecamatan Pataruman, proses pembuatan bilik bambu dan pipiti,
serta pembuatan tahu dan tempe di Kecamatan Banjar.
I 65
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 66
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Sistem jasa penunjang agribisnis terdiri atas usaha angkutan yang mengkoleksi
dan juga mendistribusikan hasil-hasil produksi - baik primer maupun hasil
olahan - jasa penunjang jasa keuangan, dan koperasi jasa. Selain itu penyediaan
prasarana bagi proses produksi juga merupakan bagian dari sub sistem jasa
penunjang, seperti listrik, pengairan, jalan, dan infrastruktur lainnya. Intinya,
kelembagaan dunia usaha pada sub sistem jasa penunjang agribisnis ditujukan
untuk memberikan dukungan sarana dan prasarana serta lingkungan yang
kondusif untuk mendukung pengembangan agribisnis.
Kelembagaan petani yang menjadi jasa penunjang di sub sistem ini diantaranya
adalah Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Di Banjar dan Jawa Barat
kelompok P3A ini kemudian lebih dikenal sebagai “P3A Mitra Cai”. P3A
merupakan institusi yang bersifat sosial yang berkembang sejalan dengan
adanya Inpres No. 3 tahun 1999 tentang Pembaharuan kebijakan Pengelolaan
Air (PKPI) yang pada intinya menyangkut 5 hal, yaitu: (1) redefinisi tugas dan
tanggung jawab lembaga pengelola irigasi, (2) Pemberdayaan P3A, (3)
Pennyerahan pengelolaan irigasi (PPI) kepada P3A, (4) pembiayaan operasional
jaringan irigasi melalui iuran pengelolaan air (IPAIR), (5) Keberlanjutan sistem
irigasi (Rahman, 2009). Prinsip utama pengelolaan air untuk pertanian adalah
menempatkan masyarakat petani sebagai pengambil keputusan dalam
pengelolaan irigasi, sesuai dengan keputusan Mentri permukiman dan Prasarana
I 67
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Kondisi perairan untuk pertanian di Kota Banjar hingga saat ini terdiri atas 2
irigasi teknis yang dikelola oleh Pemda, dan 7 irigasi perdesaan yang dikelola
oleh P3A. Cakupan wilayah pelayanan irigasi ini telah mencakup lebih dari 40
persen wilayah pertanian yang ada di Kota Banjar. Adapun ke-7 irigasi
perdesaan yang ada di wilayah kota Banjar adalah sebagai berikut:
Irigasi Cicalung;
Irigasi Cikadongdong;
Irigasi pagak;
Irigasi Situleutik;
Irigasi Sukamanah;
Irigasi Sukanagara;
Irigasi Wangundirja.
Irigasi perdesaan yang ada di Kota Banjar dikelola oleh 18 kelompok P3A,
dengan sebaran di seluruh wilayah kecamatan, kecuali Kecamatan Banjar.
Kelompok petani P3A terbanyak ada di Kecamatan Langensari dengan jumlah
kelompok sebanyak 12, sedangkan di Kecamatan Purwaharja dan Kecamatan
Pataruman masing-masing ada 3 kelompok petani P3A. Kondisi yang ada
dilapangan dari kelompok P3A ini menunjukkan – sama seperti kondisi yang ada
di daerah lain di Jawa Barat – bahwa kerjasama antar pelaku pengelola belum
berjalan dengan baik, masih sering terjadi bahwa fungsi utama dari P3A belum
benar-benar bisa dilaksanakan yang berakibat pada produktivitas yang sulit
untuk ditingkatkan dari produk pertanian, terutama beras dan ikan – seperti
yang terjadi wilayah situleutik. Selain itu ketidaksinkronan antara Pemda
(pengelola di tingkat atas) dengan kelembagaan petani (P3A) juga masih sering
terjadi.
I 68
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Kelembagaan penunjang yang paling utama adalah angkutan barang. Data yang
ada di dinas Perhubungan menyatakan bahwa selama periode tahun 2011
hingga 2012 terdapat peningkatan jumlah kendaraan yang melakukan proses
bongkar muat sebesar 4,47 persen. Jika pada tahun 2011 jumlah kendaraan yang
melakukan proses bongkar muat di Kota Banjar sebanyak 2.143 kendaraan maka
di tahun 2012 jumlahnya meningkat menjadi sebesar 2.239 kendaraan.
140
120
100
80
60
40
20
0
2010 2011 2012
Jumlah Pemilik/Perusahaan
I 69
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
saja (terjadi penurunan sebesar 38,8 persen), dan kemudian di tahun 2012
menurun drastis menjadi hanya 23 perusahaan/pemilik kendaraan saja (terjadi
penurunan sebesar 67,6 persen).
I 70
M as
asterpl an Agropolitan
terpl Agropolitan Kota Banjar
h. Jalan antar desa-kota, jalan antar desa, jalan poros desa dan jalan
lingkar desa yang menghubungkan beberapa desa;
I 71
M as
asterpl an Agropolitan
terpl Agropolitan Kota Banjar
I 72
M as
asterpl an Agropolitan
terpl Agropolitan Kota Banjar
I 73
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Perlu adanya peraturan dan kebijakan dari berbagai instansi yang lebih
terintegrasi dan sinergis dalam upaya mewujudkan keberhasilan
pengembangan aktivitas agro dengan target terwujudnya kawasan
agropolitan
I 74
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Sumber Daya, yaitu sesuatu yang terkait dengan input dan teknologi,
Pasar , baik berupa pasar lokal maupun non-lokal,
Aturan-aturan, yang terkait dengan aspek legal,
Pengambilan keputusan, yaitu sesuatu yang terkait dengan
kepemimpinan, dan implementasi dari tindakan penggunaan pengetahuan
internal dan eksternal dilakukan.
I 75
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
D B2
R3 B1
B3
R2
R1 E
M P
Produksi
Pemasaran
Q1
Q2
Q3
I 76
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
- Factor endowments atau faktor yang ada di dalam wilayah itu sendiri
seperti tersedianya faktor produksi, yaitu SDM terampil, infrastruktur,
lokasi, teknologi dan komunikasi yang dibutuhkan untuk bersaing dalam
suatu aktivitas industri tertentu.
- Local Demand conditions (permintaan domestik di suatu wilayah),
mensyaratkan adanya pasar domestic untuk produk-produk yang
dihasilkan. Diharapkan permintaan ini juga secara progresif dapat
menyerap produk domestic dan jasa domestik. Adanya peningkatan pada
permintaan domestik diharapkan mampu menciptakan kemampuan
produksi yang mendunia, dengan mempertimbangkan kualitas produksi
dan proses inovasi produk yang dilakukan secara terus-menerus.
- Related and supporting industries (industri-industri yang saling terkait
dan saling mendukung). Adanya perusahaan domestik, baik supplier
ataupun jasa perdagangan yang saling terkait, akan mampu mendukung
aktivitas industri yang berkembang serta mampu bersaing di pasar
internasional. Kondisi ini diharapkan mampu membentuk kluster industri
pendukung yang kompetitif di pasar internasional
- Firm strategy , structure and Itensity of rivalry (strategi perusahaan, serta
struktur persaingan) mensyaratkan diimplementasikannya tata kelola
perusahaan-perusahaan domestik ke arah penciptaan daya saing. Setiap
unit bisnis yang terlibat berusaha mencapai nilai tambah dengan
mengimplementasikan strategi bersaing (competitive strategy ).
I 77
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Factor
Endowments
I 78
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 79
BAB 5
EKSISTING MEKANISME PASAR DAN ANALISIS PASAR
SEKTOR UNGGULAN
Pada bab ini akan dipaparkan komoditas unggulan yang ada di Kota Banjar
termasuk eksisting mekanisme pasar beserta analisis pasar sektor unggulan,
setelah sebelumnya dilakukan survei ke pelaku usaha dan ke OPD berupa in-
depth interview untuk menggali lebih dalam terkait komoditas unggulan yang
ada, termasuk melakukan triangulasi atas hasil kajian terdahulu mengenai
kandidat komoditas unggulan yang ada di Kota Banjar. Dimana studi terdahulu
dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Bandung (KBI Bandung) bekerjasama
dengan LPPM IPB pada tahun 2011 telah menetapkan beberapa kandidat
komoditas unggulan di Kota Banjar berdasarkan beberapa kriteria, seperti:
Skilled Tenaga Kerja
Bahan Baku
Modal
SaranaProduksi/usaha
Teknologi
Sosial budaya
Manajemen usaha
Ketersediaan Pasar
Harga
Penyerapan tenaga kerja
Sumbangan terhadap Perekonomian
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Sementara untuk metode, kajian yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia
Bandung dan LPPM IPB menggunakan Metode Analitical Hierarcy Process (AHP),
kemudian didapat bobot tingkat kepentingan masing-masing kriteria sebagai
Berikut:
Skor
No. Aspek
Terbobot
1 Tujuan Penetapan Komoditas Unggulan
1.1. Penciptaan Lapangan Kerja 0,4005
1.2. Peningkatan Daya Saing Daerah/Produk 0,3438
1.3. Pertumbuhan Ekonomi 0,2557
2 Kriteria Penetapan Komoditas Unggulan Kecamatan
2.1. Ketersediaan Input, Sarana Produksi atau Usaha 0,2571
2.2. Jangkauan Pasar 0,2511
Jumlah Unit Usaha, Rumah Tangga, Produksi, Luas Areal atau Populasi
2.3. 0,2469
KPJU yang Ada.
2.4. Kontribusi Terhadap Perekonomian Kecamatan 0,2450
3 Kriteria Penetapan Komoditas Unggulan Tingkat Kab / Kota
3.1 Ketersediaan Pasar 0,1583
3.2. Penyerapan Tenaga Kerja 0,1515
3.3. Keterampilan Tenaga Kerja yang Dibutuhkan 0,1105
3.4. Manajemen Usaha 0,1062
3.5. Sarana Produksi dan Usaha 0,0936
3.6. Sumbangan Terhadap Perekonomian Daerah 0,0757
3.7. Teknologi 0,0711
3.8. Harga / Nilai Tambah 0,0648
3.9. Bahan Baku 0,0639
3.10. Aksesibilitas dan Kebutuhan Modal 0,0553
3.11. Sosial Budaya (termasuk Ciri Khas/Karakteristik Daerah) 0,0492
Sumber: Kajian Komoditas Unggulan Kota Banjar, KBI Bandung 2011.
I 81
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
1. Karakteristik usaha,
2. Karakteristik input bahan baku,
3. Karakteristik input modal,
4. Karakteristik pertumbuhan usaha,
5. Karakteristik prasarana lalulintas, komunikasi, irigasi, dan lainnya,
6. Karakteristik pemasaran,
7. Kelembagaan, serta
8. Didukung oleh data sekunder yang ada,
Maka hasil penentuan komoditas unggulan Kota Banjar dapat dilihat pada tabel
5.2. berikut ini:
I 82
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 83
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Meskipun komoditas unggulan ternak di Kota Banjar adalah ternak kambing PE,
domba dan sapi potong, akan tetapi pengembangan ternak lainnya di
masyarakat tetap dikembangkan, sebagai alternatif bagi masyarakat peternak
meskipun dalam jumlah yang kecil. Tabel 5.3. di atas menunjukan populasi
ternak sapi potong naik 20,31% pada tahun 2012 dari tahun sebelumnya, ternak
kambing PE naik tipis sebesar 0,85% pada tahun 2012 dari tahun sebelumnya,
ayam ras pedaging naik 1,5%, demikian juga dengan ayam ras petelur naik
4,4%.
Kota Banjar sebagai kota transit serta memiliki keterbatasan luas lahan untuk
melakukan pengembangan ternaknya, banyak melakukan impor ternak dari luar
daerah untuk memenuhi kebutuhan lokal. Pada tabel 5.4 dibawah dapat dilihat
perkembangan pemasukan dan pengeluaran ternak di Kota Banjar dari tahun
2010 sampai dengan tahun 2012. Untuk ternak sapi potong, pada tahun 2012
Kota Banjar mampu mengeluarkan sebanyak 2.790 ekor akan tetapi harus
memasukan sebanyak 6.703 ekor sehingga dapat dikatakan bahwa Kota Banjar
masih menjadi daerah net importir.
Sementara untuk memenuhi kebutuhan lokal, produksi daging dan susu di Kota
Banjar seperti yang dapat dilihat pada tabel 5.5 dibawah. Meskipun terjadi
peningkatan dari tahun ke tahun, akan tetapi peningkatan tersebut tidak
signifikan. Dapat dilihat, produksi daging sapi pada tahun 2012 yang sebesar 586
ton merupakan peningkatan dari tahun sebelumnya sebanyak 28 ton. Tidak
hanya daging sapi yang mengalami peningkatan tipis dari tahun ke tahunnya,
termasuk juga produksi daging ayam ras pedaging, daging domba dan kambing,
serta susu kambing peranakan etawa (PE) pun mengalami peningkatan yang
tidak signifikan.
I 84
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Tabel 5. 6. Luas Tanam, Panen, dan Hasil Produksi Padi Tahun 2011
Padi Sawah Padi Ladang
Kecamatan Luas Tanam Luas Panen Produksi Luas Tanam Luas Panen Produksi
(Ha) (Ha) (Ton) (Ha) (Ha) (Ton)
Banjar 1.411 1.139 6.244 - - -
Purwaharja 1.456 1.323 8.325 9 5 20
Pataruman 1.999 1.542 10.132 18 22 100
Langensari 3.217 3.143 21.364 42 10 44
Jumlah 8.083 7.147 46.065 69 37 164
2010 8.031 8.325 53.353 47 67 274
2009 6.103 6.426 40.608 70 74 235
2008 7.583 6.584 39.601 94 72 209
Sumber: Kota Banjar Dalam Angka, 2012.
I 85
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
13.55%
46.38% 18.07%
22.00%
Kemudian juga yang terkait dengan produk unggulan Kota Banjar lainnya adalah
Kelapa, dimana dapat kita lihat pada tabel 5.7. berikut, Kecamatan Pataruman
merupakan kecamatan yang menghasilkan kelapa paling besar dengan jumlah
1.047,71 ton pada tahun 2011 diikuti oleh Kecamatan Banjar sebanyak 784,64
ton.
Namun sangat disayangkan, bahwa secara keseluruhan, pada tahun 2011 terjadi
penurunan produksi kelapa dari 2.116 ton ditahun 2010, menjadi 2.063,41 ton
saja ditahun 2011 yang artinya terjadi penurunan produksi sebesar 2,49%
meskipun hal ini wajar terjadi mengingat kesadaran masyarakat untuk
menanam kembali tunas pohon kelapa masih sangat rendah sehingga tidak ada
regenerasi pohon kelapa di Kota Banjar, hal ini dibuktikan dengan data tanaman
tua/rusak yang meningkat, dimana pada tahun 2010 hanya seluas 25,23 ha
meningkat menjadi seluas 84,9 ha pada tahun 2011.
I 86
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Tabel 5. 7. Luas Areal Tanam dan Produksi Kelapa di Kota Banjar Tahun
2011
Luas Areal (Ha) Kelapa
Tanaman Produksi
Kecamatan Tanaman Tanaman
Muda/Belum Jumlah (Ton)
Menghasilkan Tua/ Rusak
Menghasilkan
Banjar 70,11 748,85 28,74 847,70 748,65
Purwaharja 2,85 31,19 7,61 41,65 18,71
Pataruman 70,77 1.047,71 36,68 1.155,16 1.047,71
Langensari 110,86 248,34 11,87 371,07 248,34
Jumlah 254,59 2.076,09 84,90 2.415,58 2.063,41
2010 191,50 2.116,27 25,23 2.333,00 2.116,00
2009 191,50 2.116,27 25,23 2.333,00 2.116,00
2008 176,50 2.046,00 75,80 2.289,30 2.046,00
Sumber: Kota Banjar Dalam Angka, 2012.
I 87
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
dalam bentuk pelatihan yang utamanya mengenai cara bercocok tanam padi
organik, kemudian juga memberikan bantuan benih dan bibit, baik itu benih
padi organik, bibit perikanan, maupun bibit peternakan yang kemudian juga
koperasi telah memberikan bantuan pemasaran dari produk-produk yang telah
dihasilkan oleh petani agar selalu memberikan nilai tambah bagi petani itu
sendiri, dimana hasil dari petani ditampung (dibeli) oleh koperasi sehingga
petani tidak perlu membuat/mencari jaringan pemasaran lagi karena telah
dibantu koperasi, kemudian hasil dari petani tersebut dijual kepada konsumen
(pemerintah dan konsumen langsung) yang akhirnya memberikan keuntungan
kepada koperasi, dan selanjutnya keuntungan tersebut dikembalikan kepada
petani sebagai anggota koperasi dalam bentuk Sisa Hasil Usaha (SHU) sehingga
kesejahteraan petani semakin meningkat.
I 88
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
1. Penyediaan bahan baku yang masih belum mandiri dan seringkali masih
mengandalkan supplier , sehingga sering kali terjadi kekurangan bibit dan
benih;
2. Penelitian yang masih kurang terkait dengan produk yang dihasilkan oleh
petani, sehingga kualitas dan kuantitas hasil masih belum maksimal dan
stabil;
3. Sarana infrastruktur terutama saluran irigasi untuk mendukung
perkembangan produk pertanian dirasakan masih kurang;
4. Peran serta pemerintah dalam melakukan pendidikan kepada petani agar
mau memiliki kelembagaan yang legal dan formal masih minim, sehingga
masyarakat petani masih banyak terjerat oleh operasi rentenir baik
berlabel koperasi maupun rentenir berlabel individu.
I 89
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 90
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Poin penting dari kunjungan lapangan yang berkaitan dengan produk pepaya
california adalah:
1. Tidak adanya kelembagaan formal yang menaungi para petani yang dapat
membuat petani berada pada posisi tawar yang lebih tinggi dalam menjual
hasil taninya, sehingga hanya sedikit saja meningkatkan kesejahteraan
petaninya;
2. Fasilitas infrastruktur berupa saluran irigasi yang mendukung dalam
pembudidayaan pepaya california masih sangat kurang, padahal supply air
yang cukup merupakan syarat penting dalam menghasilkan pepaya
california berkualitas tinggi;
3. Kesadaran petani untuk menjaga kualitas hasil masih sangat kecil, hal ini
banyak terjadi dikarenakan terbatasnya pemahaman petani akan cara
bercocok tanam yang baik dan benar.
I 91
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Tabel 5. 9. Luas Tanam, Luas Panen, Dan Produksi Pepaya Kota Banjar
Tahun 2011
Pepaya
Kecamatan
Luas Tanaman (Pohon/Rumpun) Luas Panen (Pohon/Rumpun) Produksi (Kw)
Banjar 450 1.480 132
Purwaharja 400 - -
Pataruman 6.600 2.345 423
Langensari 41.100 7.192 24.110
Jumlah 48.550 11.017 24.665
Sumber: Kota Banjar Dalam Angka, 2012.
Produk-produk olahan Kota Banjar yang berbahan dasar dari produk pertanian
banyak berkembang di Kota Banjar. Produk seperti selai pisang mendominasi
produk olahan yang dihasilkan. Dari hasil survei, meskipun produk ini telah
memiliki pangsa pasar tersendiri, para pelaku usaha masih menjalankan
usahanya secara sendiri-sendiri, hal ini menjadikan para pelaku berada pada
posisi tawar yang rendah dalam rantai tata niaga. Ketika produk yang dihasilkan
tidak berjumlah besar, maka proses penentuan harga barang lebih banyak
ditentukan oleh para pedagang besar. Hal ini tentu berdampak kepada
pendapatan pelaku usaha itu sendiri, dimana keuntungan yang didapatkan oleh
pelaku tidak sesuai harapan. Perlunya kelembagaan formal akan memberikan
keuntungan bagi para pelaku usaha tentu saja sangat dibutuhkan, selain akan
menjadikan pelaku berada pada posisi tawar yang lebih baik, keberadaan
lembaga pun akan dapat memberikan efek positif lainnya seperti pelatihan akan
produk-produk yang lebih memiliki daya saing, dan selalu terjaga kualitas
maupun kuantitasnya.
Tidak hanya dalam melakukan proses produksi dan melakukan penjualan, para
pelaku juga melakukan pencarian bahan baku secara sendiri-sendiri. Lagi-lagi
hal ini membuat posisi tawar pelaku berada pada posisi yang sulit untuk
mendapatkan harga bahan baku pada harga yang rendah karena pembelian
hanya skala kecil. Jika saja pembelian dilakukan bersama-sama dengan pelaku
lainnya melalui lembaga formal yang telah dibentuk, maka volume pembelian
bahan baku akan lebih besar dan sudah tentu harga pembelian dapat lebih
I 92
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
murah. Kondisi tersebut hanya bisa terjadi jika aktivitas pengolahan hasil
pertanian tersebut membuat suatu sentra berdasarkan konsep saling
menguntungkan.
Beberapa poin penting dari hasil survei kepada pelaku usaha industri
pengolahan hasil pertanian adalah:
I 93
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Tabel 5. 10. Luas Tanam, Luas Panen, Dan Produksi Pisang di Kota Banjar
Pisang
Kecamatan Luas Tanaman Luas Panen Produksi
(Pohon/Rumpun) (Pohon/Rumpun) (Kw)
Banjar 52 39.200 2.180
Purwaharja 219 11.983 1.048
Pataruman 2.500 6.060 984
Langensari - 1.356.200 159.424
Jumlah 2.771 1.413.443 163.636
2010 20.535 872.667 112.335
2009 9.019 101.214 47.790
2008 837.482 1.433.112 127.248
Sumber: Kota Banjar Dalam Angka, 2012.
Gula kelapa bukanlah produk baru Kota Banjar, seperti pepaya california. Gula
kelapa telah turun temurun menjadi produk khas Kota Banjar sejak lama. Lokasi
petani Pepaya California dan pengrajin gula kelapa banyak terdapat di
Kecamatan Langensari. Meskipun telah sejak lama menjadi produk khas Kota
Banjar yang diproduksi oleh para pengrajin, akan tetapi dari hasil survei
lapangan menunjukan bahwa aktifitas produksi gula kelapa masih dilakukan
secara individu dan tidak ada lembaga formal yang menaungi. Kesadaran para
pengrajin untuk membuat sebuah lembaga formal yang secara bersama-sama
akan membuat petani menjadi lebih sejahtera masih sangat kecil. Meskipun telah
berada pada output/hasil berskala industri menengah, ternyata tidak ada
pengusaha berskala industri yang cukup besar dalam pengolahan gula kelapa ini.
Para pengrajin gula kelapa masih menggunakan alat-alat tradisional dalam
memproduksi, dari mulai bahan baku hingga pemasaran, sehingga hasil produksi
masih belum maksimal. Hal ini membutuhkan perhatian khusus dari dinas
terkait untuk dapat membantu para pengrajin meningkatkan hasil produksinya.
I 94
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Poin-poin penting yang didapatkan dari survei ke pelaku usaha gula kelapa
adalah:
I 95
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
6. Proses produksi yang masih manual dan tradisional tidak dapat membuat
para pengrajin berproduksi lebih efisien, terlihat dari proses produksi yang
memakan waktu yang relatif lama;
7. Varian gula kelapa asli mulai bertambah dengan keberadaan gula kelapa
oplosan dengan gula pasir rafinasi yang mulai marak di Langensari.
Kambing Peranakan Etawa atau lebih sering disebut kambing PE mulai populer
di Kota Banjar sejak awal tahun 2007, dimana ternak kambing PE pada saat itu
merupakan alternatif lain bagi para peternak yang sebelumnya lebih banyak
berternak kambing potong, ayam ras potong, dan sapi pedaging. Meskipun
sudah cukup lama dan banyak didukung oleh pemerintah daerah Kota Banjar,
akan tetapi pada perkembangannya, peternakan kambing PE tidak menunjukan
hasil yang menggembirakan. Beberapa hal yang menjadi penyebab adalah masih
sedikitnya tenaga penyuluh khusus kambing PE yang dapat memberikan
bimbingan kepada para peternak agar dapat meningkatkan kualitas dan
kuantitas susu yang dihasilkan oleh kambing PE.
I 96
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Beberapa poin penting yang berkaitan dengan peternakan kambing PE, adalah:
1. Tidak adanya kelembagaan legal dan formal yang menaungi para peternak
kambing PE, saat ini peran pengepul masih mendominasi rantai kegiatan
kambing PE di Kota Banjar;
2. Penyuluhan lapangan dari dinas terkait masih sedikit sehingga kualitas dan
kuantitas petani belum terjaga dengan baik;
3. Meskipun jaringan pemasaran sudah cukup luas hingga mencapai Jakarta,
Bandung, dan daerah lain diluar Kota Banjar akan tetapi produksi off farm
dari kambing PE belum memberikan nilai tambah kepada petani on farm,
hal ini membuat peternak mulai beralih ke usaha lain.
I 97
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
finansial, input dan output pasar. Kebijakan yang disarankan pada tahap ini
adalah pemerintah berusaha untuk memenuhi kebutuhan input dan finansial
bagi para petani yang lebih efisien (dengan syarat ada pasar input dan
finansial yang bersifat berbiaya rendah dan beresiko rendah - low cost dan
low risk ) sehingga memungkinkan terjadinya surplus produksi hasil
pertanian. Oleh sebab itu tata niaga input pertanian dan finansial perlu
diatur sedemikian rupa sehingga tidak lagi terjadi kekurangan pada input
dan modal yang bisa mengganggu hasil produksi pertanian. Syarat utama
dari kondisi ini adalah adanya biaya transaksi (transaction cost) yang
rendah, dan jika memungkinkan pemerintah bisa memberikan subsidi bagi
petani untuk dua kegiatan tersebut – pengadaan input dan permodalan;
I 98
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Penerapan Teknologi,
pemahaman kendala-kendala:
Tahap 2 Anggaran RutinSistem Keterbatasan Dana, Pemasaran
Membidik Input SupplyPemasaran Input dan Output
Pasar Out ut Lokal
Pemenuhan input
petani yang efektif
dan sur lus roduksi
Tahap 3
Pemanenan Pemasaran Sektor Publik
yang Efektif Tingkat Modal, input dan
supply, pertumbuhan sektor
Non - Pertanian
Sumber: Dorward et al, 2002
Secara umum hasil produk agro di Kota Banjar masih berada dalam fase pertama
dari konsep transformasi pertanian. Akan tetapi beberapa komoditi unggulan
sudah mulai masuk ke tahap kedua dalan transformasi pertanian, sehingga
komoditi-komoditi unggulan tersebut memerlukan kebijakan yang berbeda
dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Komoditi-komoditi seperti gula
kelapa, beras organik, pepaya kalifornia, produk peternakan, dan perikanan,
serta industri pengolahan pisang membutuhkan input yang bisa menjamin
keberlanjutan produksi, serta pengembangan permodalan yang mencukupi agar
memiliki skala ekonomis yang semakin tinggi. Selain itu komoditi-komoditi
tersebut juga membutuhkan dukungan pemasaran yang lebih luas – dimana
peran pihak swasta dibutuhkan untuk mendorong ekspansi pasar yang
dibutuhkan dari surplus produksi yang terjadi.
I 99
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
tersedia tersedia baik melalui kelembagaan formal (seperti pada komoditi padi,
ikan) maupun non formal (seperti pada komoditi gula kelapa, pepaya), tetapi
jaminan ketersediannya masih belum teruji dalam kondisi terjadi permintaan
produk yang meningkat secara mendadak. Dari sisi pemasaran, pasar produk-
produk unggulan tercipta melalui mekanisme kelembagaan formal (koperasi)
maupun kelembagaan non formal (pengempul). Ruang lingkup pasar komoditi-
komoditi unggulan telah memiliki pasar di luar Kota Banjar, baik pasar di sekitar
Kota Banjar (Ciamis, Tasikmalaya, Cirebon, dan Cilacap), maupun pasar yang
lebih jauh lagi (Bandung, Bekasi, dan Jakarta), luar jawa dan luar negeri.
Fungsi strategis Kota Banjar dalam perdagangan regional – sebagai pusat koleksi
dan distribusi – berlangsung sejak lama. Beberapa komoditi dari Jawa Timur,
Jawa Tengah, Ciamis dan beberapa kota di Jawa Barat dikoleksi di Banjar dan
kemudian didistribusikan kembali ke Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Jakarta – bahkan hingga ke luar Jawa, seperti Sumatera, Batam, Kalimantan dan
Sulawesi - bahkan beberapa komoditi, seperti kayu olahan dan pupuk organik
telah diekspor ke luar negeri dan luar daerah. Kondisi tersebut akan bisa
ditingkatkan ketika Kota Banjar memiliki prasarana pendukung yang lebih baik,
terutama dari sisi pengangkutan barang dan pergudangan.
Fasilitas pasar skala regional yang lebih besar, beserta pengembangan pasar
agro;
I 100
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 101
BAB 6
STRUKTUR DAN POLA RUANG KAWASAN AGROPOLITAN
Tata ruang suatu daerah merupakan gambaran situasi, fenomena atau keadaan
mengenai pemanfaatan ruang disuatu daerah. Penataan ruang secara filosofis
adalah upaya intervensi manusia, khususnya untuk ruang publik karena akan
dipakai bersama sehingga dapat berkelanjutan. Menurut UU No. 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang, perencanaan tata ruang suatu daerah adalah upaya
untuk mengintervensi ruang wilayah yang diwujudkan dalam bentuk struktur
dan pola ruang. Pola ruang merupakan peruntukan ruang dalam suatu wilayah,
sedangkan struktur ruang merupakan susunan pusat-pusat kegiatan masyarakat
yang memiliki hubungan fungsional dan hierarki tertentu.
I 103
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Sebagai ilustrasi Rencana Tata Ruang Wilayah di Provinsi Jawa Barat, dapat
dilihat pada gambar 6.1. di bawah ini.
I 104
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 105
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Rencana tata ruang Kota Banjar 2013 - 2033 telah mengalokasikan pemanfaatan
ruang secara rinci dalam Rencana Struktur Ruang Wilayah dan Rencana Pola
Ruang Wilayah Kota Banjar. Kebijakan struktur ruang Kota Banjar diharapkan
untuk mengurangi pemusatan kegiatan di pusat kota, sehingga pengembangan
didistribusikan ke pinggiran kota sesuai dengan kecenderungan perkembangan
dan potensi yang dimiliki.
I 106
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Rencana struktur ruang wilayah Kota Banjar terdiri atas: (1) sistem pusat
pelayanan; (2) sistem jaringan prasarana utama; dan (3) sistem jaringan
prasarana lainnya.
I 107
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 108
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Wilayah sungai;
Sistem jaringan irigasi;
Sistem jaringan air baku dan
Sistem pengendalian banjir.
Sistem persampahan;
Sistem penyediaan air minum;
Sistem pengelolaan air limbah domestik;
Sistem drainase;
Jaringan jalan pejalan kaki;
Jalur evakuasi bencana dan
Sistem proteksi kebakaran.
I 109
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Secara ilustrasi wilayah pembangunan Kota Banjar dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Untuk menunjang perkembangan kota yang terarah dan efisien serta memiliki
tingkatan pelayanan yang baik, maka Kota Banjar dibagi menjadi bagian-bagian
wilayah kota. Pertimbangan dalam pembagian bagian wilayah kota (BWK) yaitu:
I 110
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 111
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 112
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 113
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 114
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 115
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 116
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan
sistem agrobisnis. Rencana tata ruang kawasan agropolitan merupakan salah
satu bagian terinci dari rencana tata ruang kota yang mengatur pola dan
struktur ruang dari aktivitas agribisis dalam suatu kawasan tertentu. Menurut
UU No. 26/2007 Rencana Tata Ruang Kawasan Agropolitan merupakan rencana
rinci tata ruang satu atau beberapa wilayah kabupaten.
Sama seperti rencana tata ruang lainnya, isi dari rencana ruang kawasan
agropolitan akan memuat beberapa hal seperti yang sudah diatur oleh Undang-
Undang tentang Penataan Ruang, yaitu:
I 117
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 118
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
KESENJANGAN
DESA - KOTA KEMISKINAN
LEMAHNYA
POSISI TAWAR
PETANI
KURANGNYA
MIGRASI KETERRAMPILAN
TENAGA KERJA
DESA KOTA
PENGANGGURAN
KERANGKA
PENDEKATAN MUTU
BELUM OPTIMALNYA
PENGELOLAAN
MASALAH SUMBER DAYA
SUMBER DAYA ALAM PENGEMBANGAN MANUSIA
KAWASAN RENDAH
AGROPOLITAN
RENDAHNYA
PROBLEMATIKA
GIZI
ALIH FUNGSI LAHAN
MASYARAKAT
MENINGKATNYA RENDAHNYA
LAJU KERUSAKAN MUTU
LINGKUNGAN KESEHATAN
KURANGNYA
INFRASTRUKTUR
DI PERDESAAN
RENDAHNYA RENDAHNYA
BANYAKNYA KURANGNYA KURANGNYA
PELAYANAN JASA AKSES TERHADAP
JARINGAN IRIGASI INVESTASI DI AKSES TERHADAP
MASYARAKAT INFORMASI
YANG RUSAK PERDESAAN PERMODALAN
DI PERDESAAN PASAR
I 119
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Struktur tata ruang kawasan agropolitan secara teoritis didasarkan pada konsep
core-periphery area, konsep ini memandang wilayah sebagai suatu hubungan
sosial ekonomi antara pusat dan daerah pinggiran, dalam konteks agropolitan,
hubungan dimaksud adalah hubungan antara kota inti dengan desa-desa lainnya
yang ada di kawasan agropolitan. Struktur tata ruang ini akan mengintegrasikan
lokasi-lokasi kegiatan on-farm dan off-farm sedemikian rupa sehingga tujuan
pengembangan kawasan agropolitan dapat tercapai, dan dibentuk untuk:
I 120
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
(c). Menciptakan sistim atau pola distribusi sarana sosial ekonomi yang
berjenjang (hirarki) sehingga menjangkau seluruh desa di kawasan
agropolitan;
Besar kecilnya Kawasan di dalam lingkup agropolitan tidak terlepas dari pada
faktor potensi dan fungsi kawasan jarak geografis. Adanya perbedaan jarak yang
panjang memungkinkan perlunya pemisahan kawasan, sedangkan jarak
terpendek antar kawasan potensial cenderung membentuk satu kesatuan
I 121
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Secara umum dalam penyusunan struktur ruang, maka interaksi antara kawasan
didisain melalui pembuatan pusat pengembangan dan jaringan transportasi.
Gambar berikut mengilustrasikan bahwa pusat hierarki pengembangan akan
berada di Kawasan Perkotaan, dan hirarki lainnya menyusul dan secara umum
Kawasan Perdesaan akan mempunyai hirarki lebih rendah. Hal ini juga
tercermin dalam keberadaan infrastruktur transportasi dan fasilitas lainnya.
Jika mengacu dalam penyusunan pola ruang berbasis daya dukung, maka
idealnya penyusunan hirarki dan infrastruktur juga berbasis daya dukung atau
sesuai dengan fungsi. Ilustrasi yang disajikan khususnya dalam kaitan dengan
adanya hirarki dan infrastruktur dapat dipertanyakan apakah sudah
I 122
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Penataan ruang wilayah Kota Banjar adalah mewujudkan tata ruang Kota
Banjar sebagai pusat pelayanan agrobisnis di Priangan Timur yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan;
Mewujudkan visi dan misi pembangunan jangka panjang Kota Banjar
sebagai Kota Agropolitan, melalui terwujudnya ruang wilayah Kota Banjar
yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan;
I 123
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 124
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Daerah yang menjadi pusat pertumbuhan ini merupakan wilayah inti bagi desa-
desa di sekitarnya. Pusat pengembangan kawasan agropolitan secara regional
berada di Kelurahan Banjar, sebagian Kelurahan Mekarsari di Kecamatan Banjar,
Kelurahan Hegarsari dan Kelurahan Pataruman di Kecamatan Pataruman.
Wilayah ini dalam sistem pusat pelayanan dan pembagian bagian wilayah kota
(BWK) Kota Banjar adalah kawasan pusat kota. Pusat pelayanan kota berfungsi
sebagai pusat perdagangan dan jasa, pendidikan, pariwisata dan rekreasi,
transportasi, pemerintahan, kesehatan, serta permukiman perkotaan. Kawasan
ini sangat cocok diarahkan sebagai Pusat Agropolitan Kota Banjar. Fungsi
wilayah pusat pertumbuhan ini adalah sebagai kawasan penggerak kegiatan
ekonomi bagi kawasan-kawasan pendukung disekitarnya.
I 125
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 126
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 127
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 128
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 129
BAB 7
PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN
KOTA BANJAR
I 131
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 132
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Agar keempat elemen dasar tersebut bisa dilakukan secara menyeluruh maka
proses pendampingan dari pihak universitas maupun LSM menjadi prasyarat
mutlak yang harus dilakukan. Oleh sebab itu pemerintah harus terus berusaha
menciptakan kondisi yang kondusif agar keterkaitan antara pemerintah –
universitas/LSM – unit-unit usaha bisa diwujudkan dan berjalan seperti yang
diharapkan.
I 133
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 134
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
paling sesuai untuk merubah pola kebiasaan yang sudah berlangsung sejak
lama. Oleh sebab itu upaya memasukan kurikulum lokal dalam sistem
pendidikan merupakan upaya yang dirasakan paling tepat untuk merubah
pola kebiasaan masyarakat. Pengembangan kurikulum yang terkait dengan
pengembangan masyarakat di tingkat pendidikan dasar dan menengah
merupakan mekanisme yang paling tepat untuk merubah cara pandang
dan pola berfikir masyarakat dimasa yang akan datang.
Pengembangan dan Pelestarian Lingkungan. Pembangunan dan
pengembangan masyarakat dirancang dengan memperhatikan ekosistim
dan lingkungan, dengan cara meminimisasi penggunaan sumberdaya yang
tidak dapat diperbaharui, mengkonsumsi sumberdaya yang bisa
diperbaharui dengan tingkat konsumsi yang lebih rendah dari proses
perbaharuan secara alami, serta menghindari kegiatan-kegiatan yang bisa
menimbulkan polusi dan dampak yang buruk terhadap lingkungan.
I 135
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Penduduk, Pendidikan,
Lahan dan Mutu Lahan
Kesehatan
Teknologi
Kegiatan Ekonomi:
Pengembangan Pertanian Proses Pendampingan, Aspek Produksi
Kelembagaan Industri
Capacity Building
Masyarakat Perdagangan dan Jasa
Faktor Pendukung:
Pasar Luar Daerah: Infrastruktur
Daerah Lain Kelembagaan
Provinsi Lain/LN Pemerintah
Pada sub bab 7.2. ini dipaparkan bentuk desain yang berkaitan dengan
“Pengembangan institusi penunjang dalam rangka mewujudkan kawasan
agropolitan Kota Banjar”. Dimana desain ini diuraikan menjadi satu kesatuan
dalam satu skema yang saling terkait antara institusi penunjang permodalan,
koperasi, pihak swasta, pedagang, serta lembaga pendidikan dan pelatihan.
I 136
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
berbagai dinas terkait, maupun dukungan dari lembaga keuangan dan lembaga
riset serta perguruan tinggi menjadi prasyarat untuk pengembangan pasar di
masa depan. Untuk menjamin adanya perluasan pasar hingga mencapai pasar
regional dan nasional serta internasional, maka perlu didukung oleh
ketersediaan prasarana – seperti perluasan prasarana pasar/ showroom,
transportasi, dan terminal barang – yang lebih memadai, yang tidak hanya bisa
menampung produksi dari Kota Banjar saja akan tetapi juga produksi-produksi
dari luar Kota Banjar yang bisa mendukung terciptanya Banjar sebagai pusat
koleksi dan distribusi dari produk pertanian secara keseluruhan.
I 137
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
7.2.1. Permodalan
7.2.2. Koperasi
a. Koperasi Kelurahan atau BUMDES saat ini (2013) telah memiliki dana
1.150 juta rupiah sebagian ADD juga digunakan untuk membiayai usaha-
usaha ekonomi produktif yang dikelola masyarakat, namun tidak ada yang
mengarahkan ke arah sektor pertanian atau sektor rill . Kebanyakan
pengelola koperasi atau BUMDES melakukan usahanya ke sektor simpan
pinjam, yang tentunya sektor simpan pinjam sangat rentan dengan resiko
gagal bayar atau macet.
I 138
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
b. Dari 163 Koperasi di Kota Banjar masih banyak yang belum melaksanakan
Rapat Anggota Tahunan (RAT), tercatat hanya 48 koperasi yang
melaksanakan RAT. Sementara sisanya belum melaksanakan RAT, bahkan
ada yang tidak berjalan sama sekali.
Secara garis besar, untuk mewujudkan koperasi yang sesuai dengan konsep
koperasi menurut Undang-undang No. 17 Tahun 2012, program-program yang
terkait dengan keberadaan koperasi telah ada didalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Kota Banjar berupa program:
I 139
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
7.2.3. Swasta
Peranan swasta baik yang berasal dari dalam Kota Banjar, maupun dari luar Kota
Banjar diharapkan dapat mendorong peningkatan kegiatan agro yang dijabarkan
kedalam RPJMD Kota Banjar berupa program-program berikut:
I 140
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
7.2.4. Pedagang
Hubungan antara petani dan pembeli yang tidak dapat berinteraksi secara
langsung dapat dimediasi oleh pedagang dalam memasarkan produk-produk
yang dihasilkan. Dan untuk mempermudah kegiatan jual-beli produk agro yang
dihasilkan tentu membutuhkan fasilitas yang akan memudahkan terjadinya
proses transaksi tersebut.
Meskipun bentuk dan desain pasar di Kota banjar sudah cukup banyak, akan
tetapi membutuhkan inovasi/kreatifitas dari para pemangku kebijakan dalam
membuat sebuah wadah yang dapat menampung dan mengakomodasi seluruh
kegiatan agropolitan Kota Banjar. Maka dituangkan kedalam RPJMD Kota Banjar
yang untuk mensukseskan kegiatan agropolitan yang berkelanjutan.
I 141
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk seluruh pelaku yang terlibat dalam
kegiatan agropolitan berupa program dan kegiatan yang telah dijabarkan
didalam RPJMD Kota Banjar, yaitu:
I 142
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Salah satu tahap akhir dari mata rantai proses Pengembangan wilayah Kota
Banjar sebagai Kawasan Agropolitan adalah tahap pelaksanaan dan pengelolaan.
Oleh sebab itu, program komunikasi harus dipersiapkan dengan seksama
sebagai salah satu instrumen utama dalam menentukan keberhasilan program
pengembangan Kota Banjar sebagai Kawasan Agropolitan. Instrumen penunjang
komunikasi dapat berbentuk: diskusi, workshop, seminar, komunikasi melalui
media masa, web site, pameran, special events, business meeting, dan sebagainya.
Kerja sama dengan beragam institusi baik Pemerintah maupun non-Pemerintah
merupakan suatu keharusan dalam proses ini.
I 143
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Advokator
AGROPOLITAN
Sektor Publik BANJAR Sektor Swasta
Sumber Daya
Fungsi dan peran masing-masing aktor dalam melakukan kegiatan awal atau
menciptakan kondisi prasyarat (basic condition) minimal harus tersedia untuk
menunjang keberhasilan kegiatan pengembangan Kota Banjar Sebagai Kawasan
Agropolitan.
I 144
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
sehingga tidak ada format yang baku. Namun demikian, paling tidak beberapa
I 145
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 146
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 147
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 148
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Pertanian
Perindagkop
Pekerjaan Umum
Dinas Perhubungan
BPMPPT
Kepala Bagian Tata Pemerintahan Setda Kota Banjar
Kepala Bagian Hukum Setda Kota Banjar
Kepala Bagian Humas Setda Kota Banjar
Kepala Bagian Organisasi Setda Kota Banjar
Kepala Bagian Kesejahteraan Sosial Setda Kota Banjar
Kepala Bagian Ekonomi Setda Kota Banjar
Kepala Bagian Administrasi Pembangunan Setda Kota
Banjar
I 149
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 150
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk mencapai sasaran dan
tujuan serta untuk memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang
dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Program
merupakan rencana tindak/action plan yang terdiri dari kegiatan –kegiatan
spesifik yang harus dilaksanakan untuk mencapai masing – masing sasaran.
I 151
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
melalui dana stimulan untuk membiayai prasarana dan sarana yang bersifat
barang publik dan strategis.
Program-program dari hasil kegiatan FGD yang diprioritaskan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
I 152
Tabel 7. 1. Matriks aktivitas dan kegiatan prioritas untuk mewujudkan sasaran dan tujuan yang sudah ditetapkan
No Kebijakan Target Pelaksanaan
SKPD Lokasi Ajuan Dari Lokasi Tolak Ukur
/Program Kegiatan
Pelaksana Desa/Kelurahan Kegiatan Kinerja
Pembangunan 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
1 4 5 6 7 13 14
Menciptakan pusat- Program Pengembangan
pusat pertumbuhan Industri Kecil dan
aktivitas Menengah
agropolitan di Kota Kegiatan Pembinaan IKM Dinas Regional/N Terfasilitasinya 11 1 MoU 1 MoU 1 MoU 1 MoU 1 MoU 1 MoU 1 MoU 1 MoU 1 MoU 1 MoU 1 MoU
Banjar yang dalam memperkuat Perindagkop asional MoU
menjamin arus jaringan klaster industri
koleksi dan (kegiatan kemitraan antara
distribusi produk IKM Kota Banjar dengan
agro secara pelaku usaha luar Kota
berkesinambungan Banjar)
Program Peningkatan
Efisiensi Perdagangan
Dalam dan Luar Negeri
Pengembangan pasar dan Dinas Kec. Langensari- Kel 4 Kec. Tersedianya 1 1 paket 1 paket
distribusibarang/produk Pertanian, Bojongkantong,Ds Terminal agro
melalui pembangunan Dinas Langensari; Ds Waringin Sari (Kota) 4 Sub
pasar sub terminal Agro Perindagkop Terminal Agro
(STA) (Kec) (2Tahapan)
Pengembangan pasar dan Dinas Kota Banjar Tersedianya 1 1 keg
distribusibarang/produk Perindagkop bangunan Gudang
melalui pembangunan Kota Banjar
penyimpanan
produk/pergudangan
Pengembangan pasar dan Dinas Bandung, Terlaksananya 2 event 2 event 2 event 2 event 2 event 2 event 2 event 2 event 2 event 2 event 2 event
distribusibarang/produk Perindagkop Jakarta, promosi produk 2
melalui fasilitasi market Kota Banjar Luar Event/tahun
dan promosi produk provinsi,
(Pameran di tingkat luar negeri
regional, nasional,
internasional)
153
M asterplan Agropolitan Kota Banjar
I 154
M asterplan Agropolitan Kota Banjar
Kegiatan Pemeliharaan Distan, 2 Kec. Tercukupinya 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg
rutin berkala pusat-pusat Perindagkop biaya Oprasional
etalase/ eksebisi/ promosi dan ketersediaan
atas hasil produk produk olahan
pertanian, perikanan dan komoditas
kehutanan Pertanian,
Perikanan,
Peternakan dan
Kehutanan 11
Kegiatan
Kegiatan Pembangunan Distan, 2 Kec. Tercukupinya 1 Pkt 1 Pkt 1 Pkt 1 Pkt 1 Pkt
pusat-pusatpenampungan Perindagkop, biaya rancanan
produksi hasil Bappeda teknis dan
pertanian/perkebunan pengembangan
(sekala pasar induk) kawasan Terminal
Agro 5 Tahapan
Kegiatan Pembangunan Distan, Kota Banjar Bertambanya 2 K .1 2 Kel 2 Kel 2 Kel 2 Ial
pusat-pusatpenampungan Perindagkop pelaku usaha
produksi hasil peternakan olahan pangan
masyarakat asal ternak 10
Kelompok
Distan, Kota Banjar Terdapatnya 1 1 Keg 1 Keg 1 Keg
Perindagkop unit bangunan
dan sarana
prasarana Pasar
Hewan yang
memadai. 3
Kegiatan
I 155
M asterplan Agropolitan Kota Banjar
I 156
M asterplan Agropolitan Kota Banjar
I 157
M asterplan Agropolitan Kota Banjar
I 158
M asterplan Agropolitan Kota Banjar
Program peningkatan
kapasitas IPTEK sistem
produksi
I 159
M asterplan Agropolitan Kota Banjar
Program pengembangan
sistem pendukung usaha
bagi UMKM
Promosi produk KUKM Dinas Kota Banjar terfasilitasinya 5 EVENT 8 UMKM 8 UMKM 8 UMKM 8 UMKM 8 UMKM 8 UMKM 8 UMKM 8 UMKM 8 UMKM 8
Perindagkop promosi prodak 5 UMKM
Kota Banjar Event, dan
terpromosikannya
produk 8O
KUMKM Kota
Banjar
Program Penciptaan Iklim
Usaha UKM yang Kondusif
I 160
M asterplan Agropolitan Kota Banjar
Ternak ikan dengan cara Distan Kec. Banjar; Kel Mekarsari 5 Wilayah Menambah V
bak masing-masing ekonomi
masyarakat
Penanaman tanaman Distan Kec. Pataruman; Ds Dusun Merata di seluruh V
TOGA ibu-ibu KWT Sukamukti Sukahurip dusun
Pelatihan dan bimbingan Dinas Kec. Pataruman; Ds. Desa Meningkatkan
untuk pelaku pertanian Pertanian Binangun Binangun sumber daya
melalui Poktan manusia dan
wawasan,
sehinggabisa
meningkatkan
pendapatan
I 161
M asterplan Agropolitan Kota Banjar
Koordinasipengembangan Dinas Kota Banjar Terlaksananya 3 Keg 3 Keg 3 Keg 3 Keg 3 Keg 3 Keg 3 Keg 3 Keg 3 Keg 3 Keg 3 Keg
ekspor dengan instansi Perindagkop kerjasama 33
terkait/asosiasi/pengusaha Kota Banjar Kegiatan
Program Efisiensi
Perdagangan DN dan LN
Pengembangan Dinas Kota Banjar Terfasilitasinya 1 Keg/ 1 Keg/ 1 Keg/ 1 Keg/ 1 Keg/ 1 Keg/ 1 Keg/ 1 Keg/ 1 Keg/ 1 Keg/ 1 Keg/
kelembagaan kerjasama Perindagkop dan luar kegiatan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
kemitraan (kemitraan Kota Banjar Kota Banjar kerjasama 11
usaha perdagangan Kegiatan
dengan usaha besar
ditingkat regional,
I 162
M asterplan Agropolitan Kota Banjar
Program Pembinaan
Perdagangan Kaki Lima
dan Asongan
Fasilitasi penataan tempat Dinas Kota Banjar Terfasilitasinya 11 paket 11 paket 11 paket 11 paket 11 paket 11 paket 11 paket 11 paket 11 paket 11 paket 11
berusaha bagi pedagang Perindagkop pedagang kaki paket
kaki lima dan asongan Kota Banjar lima 121 paket
dikawasan agrowisata
Program Peningkatan Distan
Ketahanan Pangan
Fasilitasi tim koordinasi Sekda, Bagian Kota Banjar Meningkatkan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
dan evaluasi peningkatan Ekonomi domestik dan
pertumbuhan menjaga untuk
perekonomian kesejahteraan
Melaksankanpembinaan Kec. Langensari (Kl)
bagi masyarakat pelaku
UKM dan IKM yang
potensial dengan sarana
dan prasarana yang ada
Menanam tanaman pola Pertanian Kec. Langensari-Ds Kelurahan Meningkatkan V V
tumpang sari dengan Langensari, Ds Waringin Sari Bojong pendapatan
tanaman pokok Kantong masyarakat tani
I 163
M asterplan Agropolitan Kota Banjar
Menggali potensi unggulan Dinas Kec. Pataruman; Ds. Desa Diharapkan jadi V V V
desa dari lahan pertanian Pertanian Binangun Binangun produk unggulan
yang ada baik sawah atau Desa Binangun
darat (one product one
village)
Kegiatan Peningkatan Distan, 4 Kec. Terfasilitasinya 1 Keg 1 Keg 1 Keg I Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Ke
Mutu dan Keamanan Pengembangan
Pangan pangan serba
Organik 11
kegiatan
Sebagai upaya Kegiatan Penelitian dan Distan, 4 Kec. Terfasilitasinya 1 Ke ; 1 Keg 1 Keg 1 Keg
untuk Pengembangan Teknologl Perindagkop Pengembangan
meningkatkan Pasca Panen industri nolahan
penyerapan tenaga buah-buahan
kerja (penciptaan terpadu 4
lapangan kegiatan
pekerjaan) bagi Program Pencegahan dan
masyarakat Kota Penangulangan Penyakit
Banjar Ternak
Kegiatan Pemeliharaan Distan, Dinkes 4 Kec. Terpasilitasinya 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Kr
kesehatan dan biaya oprasional
pencegahanpenyakit dan sarana
menular ternak prasarana
I 164
M asterplan Agropolitan Kota Banjar
Kegiatan Pengembangan Distan 4 Kec. Terfasilitasinya 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg
Agribisnis peternakan kegiatan
pengembangan
Ternak organik 5
Paket
Program Optimalisasi
Pengelolaan dan
Pemasaran Produksi
Perikanan
Kegiatan Pengembangan Distan, Kota Banjar Bertambanya 2 Kel 2 Kel 2 Kel 2 Kel 2 Kel
aneka olahan pangan Perindagkop pelaku usaha
berbahan dasar ikan olahan pangan
asal ikan 10 Kel.
Program Pemanfaatan
Potensi Sumber Daya
Hutan
Kegiatan Pengelolaan dan Distan, 1 Kec. Terfasilitasinya 1 Keg 1Kg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg
Pemanfaatan Hutan Pariwisata, Pemeliharaan
Perum kawasan rest
Perhutani, area 11 kegiatan
Perindag
Pembinaan Kec. Langensari (Kl)
pengembanganteknologi
tepat guna di bidang
pertanian dan perikanan
I 165
M asterplan Agropolitan Kota Banjar
Upaya mewujudkan Kegiatan: Penanganan Distan 4 Kec. Terfasilitasinya 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg
ketahanan pangan Daerah Rawan Pangan kegiatan
dan pengurangan Pengembangan
kemiskinan Daerah Rawan
Pangan 11 Keg.
Kegiatan:Pengembangan Distan 4 Kec. Terfasilitasinya 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg 1 Keg
Lumbung Pangan Desa kegiatan
Pengembangan
Lumbung Pangan
I 166
M asterplan Agropolitan Kota Banjar
Koordinasi,monitoring, Sekda
evaluasi dan pelaporan
program raskin
· Meningkatkan produksi
pangan
Kawasan rumah pangan Distan Kec. Banjar; Kel Mekarsari KWT se Sangat V
lestari (KRPL) dan Mekarsari/ dibutuhkan oleh
penambahan modal di semua kelompok tani
lumbung RW (baru 2
RW)
Ketahanan V
Penyuluhan masalah Distan Kec. Pataruman; Ds Kelompok pangan
pertanian kepada para Sukamukti tani
Berhasil
petani
Membuat lumbung- DISTAN dan Kec. Pataruman; Ds. Desa Antisipasi V V
I 167
M asterplan Agropolitan Kota Banjar
I 168
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 169
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 170
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 171
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 172
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Perbaikan sarana infrastruktur dan Jalan usaha Tani (JITUT), dan Jalan
Usaha Desa (JIDES);
Pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat
guna;
Pembangunan kawasan budidaya pertanian sesuai dengan kebutuhan dan
tidak merusak lingkungan;
Pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan untuk memfasilitasi
kebutuhan pengembangan dan penataan kawasan produksi Perkebunan
Peningkatan sarana dan prasarana kawasan agrowisata Pejamben (rest
area);
Pengembangan kawasan agrowisata yang terintegrasi antara tanaman,
ternak, ikan, taman, tempat wisata dan pasar kuliner;
Perencanaan dan Pengembangan Hutan Kemasyarakatan;
Pemanfaatan lahan kosong sekitar Gunung Putri sebagai Hutan Kota/
kawasan agrowisata terpadu antara wisata joging track dan konservasi
lingkungan;
Adanya penghijauan/reboisasi;
Fasilitasi penataan tempat berusaha bagi pedagang kaki lima dan asongan
dikawasan agrowisata
Membuat lumbung-lumbung hasil pertanian (terutama padi) di tiap Poktan
sebagai antisipasi terjadinya musim paceklik atau terjadi bencana.
I 173
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 174
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 175
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
I 176
LAMPIRAN
Basis/
Ket. Reg
LAPANGAN USAHA Ket. Mix Ket Non Basis
Share
(LQ)
a. Tanaman Bahan Makanan Lambat tertinggal Lambat dan tertinggal Non Basis
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN Lambat tertinggal Lambat dan tertinggal Non Basis
a. Industri Migas
b. Industri Tanpa Migas Lambat tertinggal Lambat dan tertinggal Non Basis
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Non Basis
b. Gas
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Basis
a. Perdagangan Besar & Eceran Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Basis
1. Angkutan Rel
3. Angkutan Laut
5. Angkutan Udara
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
Basis/
Ket. Reg
LAPANGAN USAHA Ket. Mix Ket Non Basis
Share
(LQ)
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Basis
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Non Basis
a. Pemerintahan Umum & Pertahanan Lambat tertinggal Lambat dan tertinggal Basis
1. Administrasi, Pemerintahan & Pertahanan Lambat tertinggal Lambat dan tertinggal Basis
2. Hiburan & Rekreasi Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Non Basis
I 178
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN Lambat tertinggal Lambat dan tertinggal Non Basis
a. Minyak & Gas Bumi Cepat maju Cepat dan maju Non Basis
b. Pertambangan tanpa Migas Cepat maju Cepat dan maju Non Basis
1. Pengilangan Minyak Bumi Cepat maju Cepat dan maju Non Basis
b. Industri Tanpa Migas Lambat tertinggal Lambat dan tertinggal Non Basis
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Non Basis
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Basis
a. Perdagangan Besar & Eceran Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Non Basis
4. Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan Cepat maju Cepat dan maju Non Basis
1. Pos dan Telekomunikasi Cepat maju Cepat dan maju Non Basis
I 179
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Basis
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Non Basis
a. Pemerintahan Umum & Pertahanan Lambat tertinggal Lambat dan tertinggal Basis
1. Administrasi, Pemerintahan & Pertahanan Lambat tertinggal Lambat dan tertinggal Basis
2. Jasa Pemerintahan Lainnya Cepat maju Cepat dan maju Non Basis
2. Hiburan & Rekreasi Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Non Basis
I 180
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN Lambat tertinggal Lambat dan tertinggal Non Basis
a. Industri Migas
b. Industri Tanpa Migas Lambat tertinggal Lambat dan tertinggal Non Basis
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Non Basis
b. Gas
c. Air Bersih
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Non Basis
a. Perdagangan Besar & Eceran Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Non Basis
b. Hotel
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Non Basis
2. Angkutan Jalan Raya Lambat tertinggal Lambat dan tertinggal Non Basis
3. Angkutan Laut
5. Angkutan Udara
8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PRSHN Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Basis
I 181
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Non Basis
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan Lambat tertinggal Lambat dan tertinggal Basis
2. Hiburan & Rekreasi Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Non Basis
I 182
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
a. Tanaman Bahan Makanan Lambat tertinggal Lambat dan tertinggal Non Basis
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN Lambat tertinggal Lambat dan tertinggal Non Basis
a. Industri Migas
b. Industri Tanpa Migas Lambat tertinggal Lambat dan tertinggal Non Basis
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Non Basis
b. Gas
c. Air Bersih
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Basis
a. Perdagangan Besar & Eceran Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Basis
3. Angkutan Laut
5. Angkutan Udara
I 183
M asterpl an Agropolitan Kota Banjar
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Basis
PERUSAHAAN
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Non Basis
a. Pemerintahan Umum & Pertahanan Lambat tertinggal Lambat dan tertinggal Basis
2. Hiburan & Rekreasi Cepat tertinggal Cepat dan tertinggal Non Basis
I 184