KATA PENGANTAR
Buku Rencana ini merupakan lampiran dari Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun 2016
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Tahun 2016-2036 sesuai
dengan Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bandung
Nomor : 188.342/Kep.Pim-08/2016 tanggal 27 Desember 2016 Tentang Tindak Lanjut
Hasil Evaluasi Gubernur Jawa Barat terhadap Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten
Bandung tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 3 Tahun
2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Tahun 2007-2027.
Kerangka Konsep Buku Rencana RTRW Kabupaten Bandung Tahun 2016-2036 ini
disusun dengan menyesuaikan terhadap arahan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum R.l
No. 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten disertai rekomendasi/review terhadap penataan ruang wilayah berdasarkan
perkembangan wilayah yang terjadi dengan tetap memperhatikan kaidah perencanaan
penataan ruang wilayah Kabupaten.
Melalui Buku Rencana ini diharapkan dapat terwujud sinergitas dan kemandirian
pembangunan wilayah Kabupaten Bandung sebagai kawasan yang berdaya saing tinggi
berbasiskan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia melalui pemerataan pembangunan
yang berwawasan lingkungan dalam rangka mewujudkan Kabupaten Bandung yang Repeh
Rapih Kerta Raharja.
Soreang, 30 Desember 2016
Bupati Bandung,
TTD
DADANG M. NASER
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Luas Daerah Kabupaten Bandung Menurut Kecamatan ..................... 1 - 11
Tabel 1.2 Kondisi Morfologi Di Kabupaten Bandung ............................................ 1 - 16
Tabel 1.3 Penggunaan Lahan Berdasarkan Interpretasi Peta Penggunaan
Lahan Kabupaten Bandung Tahun 2011 .............................................. 1 - 16
Tabel 1.4 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Kabupaten Bandung Tahun 2011 – 2015............................................. 1 - 20
Tabel 1.5 Kepadatan Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2015..................... 1 - 21
Tabel 1.6 Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Bandung Tahun
2013- 2014 ............................................................................................ 1 - 23
Tabel 1.7 Rasio daya serap Tenaga Kerja di Kabupaten Bandung
2010- 2014 ............................................................................................ 1 - 23
Tabel 1.8 Presentase Lapangan Pekerjaan Penduduk Berusia 15 Tahun
Keatas Tahun 2008-2012...................................................................... 1 - 23
Tabel 1.9 Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2016-2036 .. 1 - 23
Tabel 1.10 Proyeksi Kepadatan Penduduk Kabupaten Bandung
Tahun 2016-2036 .................................................................................. 1 - 28
Tabel 1.11 Daerah Rawan Bencana Kabupaten Bandung Tahun 2013 ................ 1 - 31
Tabel 1.12 Luas Wilayah menurut Penggunaan Lahan Utama di
Kabupaten Bandung Tahun 2015 ......................................................... 1 - 38
Table 1.13 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status
Di Kabupaten Bandung Tahun 2015 .................................................... 1 - 39
Tabel 1.14 Sumber Daya Hutan Kabupaten Bandung ........................................... 1 - 39
Tabel 1.15 Daftar Tambang Umum Kabupaten Bandung ...................................... 1 - 41
Tabel 1.16 Potensi Panas Bumi di Kabupaten Bandung ....................................... 1 - 44
Tabel 1.17 Nilai dan Kontribusi sektor pada Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten Bandung Tahun2010 – 2015 Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2000 ............................................................................. 1 - 48
Tabel 1.18 Nilai dan Kontribusi sektor pada Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten Bandung Tahun2010 – 2015 Atas Dasar Harga Berlaku .. 1 - 49
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Orientasi Kabupaten Bandung Terhadap Provinsi Jawa Barat . 1 - 13
Gambar 1.2 Peta Administrasi Kabupaten Bandung.............................................. 1 - 14
Gambar 1.3 Grafik Prosentase Penggunaan Lahan Kabupaten Bandung
Tahun 2011 ......................................................................................... 1 - 17
Gambar 1.4 Peta Morfologi Kabupaten Bandung................................................... 1 - 18
Gambar 1.5 Peta Guna Lahan Eksisting Tahun 2011............................................ 1 - 19
Gambar 1.6 Grafik Perkembangan Proyeksi Penduduk ........................................ 1 - 22
Gambar 1.7 Peta Kepadatan Penduduk Rencana Kabupaten Bandung............... 1 - 30
Gambar 1.8 Peta Rawan Bencana Gunung Berapi ............................................... 1 - 32
Gambar 1.9 Peta Rawan Bencana Gempa Bumi ................................................... 1 - 33
Gambar 1.10 Peta Rawan Bencana Gerakan Tanah ............................................... 1 - 34
Gambar 1.11 Peta Rawan Bencana Banjir ............................................................... 1 - 35
Gambar 1.12 Peta Daerah Resapan Air ................................................................... 1 - 36
Gambar 1.13 Peta Kawasan Lindung Geologi ......................................................... 1 - 37
Gambar 1.14 Peta Sumber Daya Kehutanan ........................................................... 1 - 40
Gambar 1.15 Peta Sumber Daya Tambang Kabupaten Bandung ........................... 1 - 43
Gambar 1.16 Struktur Ekonomi Kabupaten Bandung Tahun 2015 ......................... 1 - 45
Gambar 1.17 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bandung ......................................... 1 - 46
Gambar 1.18 Peta Sumber Daya Energi Kabupaten Bandung................................ 1 - 47
Gambar 1.19 Grafik LPE Kabupaten Bandung Tahun 2015 .................................... 1 - 50
Gambar 1.20 Grafik LPE Kabupaten Bandung Tahun 2014-2015 .......................... 1 - 51
Gambar 1.21 PDRB Kabupaten Bandung Tahun 2011-2015 .................................. 1 - 53
Gambar 3.1 Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Bandung ........... 3-6
Gambar 3.2 Peta Rencana Jaringan Prasarana Kabupaten Bandung .................. 3-7
Gambar 3.3 Peta Pembagian Wilayah Pengembangan (WP) Kabupaten
Bandung .............................................................................................. 3–9
Gambar 4.1 Peta Pengembangan Kawasan Pariwisata Kabupaten Bandung
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 18
23. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
24. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
25. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5492);
26. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5585);
27. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
28. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 308, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5613);
29. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3225);
30. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1993 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3516);
31. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3529) ;
32. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3658);
33. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3853);
34. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);
35. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4242);
36. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4385 );
37. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);
38. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
undang nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 83)
39. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4624);
41. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006, tentang Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4655);
42. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun
2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4814);
43. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
44. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);
45. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
46. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4859);
47. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan
Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4861);
48. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4987);
49. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5019) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5422);
50. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5048);
51. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5056);
52. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
53. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 tentang Usaha Budidaya Tanaman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 24, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5106);
54. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 30, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5112);
55. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
56. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 138, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5172);
57. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 2);
58. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka
Alam Dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5217);
59. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5230);
60. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5285);
61. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian
Lingkungan Hidup Bandar Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295);
62. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 8, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5393);
63. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2014 tentang Penataan Wilayah Pertahanan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 190, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5574);
64. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 260);
65. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
333, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617);
66. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan
Industri Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5671);
67. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2015 tentang Tata Cara Perubahan
Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan
68. Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur (Berita Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 689);
69. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;
70. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Jawa
dan Bali;
71. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 94);
72. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional tahun 2015-2019;
73. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
74. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyerahan
Prasarana, Sarana dan Utilitas Perumahan Dan Permukiman di Daerah;
75. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi
Penataan Ruang Daerah;
76. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota;
77. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah;
78. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan
Rekayasa Lalu Lintas Di Jalan;
79. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknik
Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan
Rencana Tata Ruang;
80. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M tehun 2007 tentang pedoman
kriteria teknis kawasan budidaya;
81. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
beserta Rencana Rinciannya;
82. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau Di Wilayah Kota/kawasan
Perkotaan;
83. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
84. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
85. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam
Pakai Kawasan Hutan sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.14/Menhut-II/2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan
Hutan;
86. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35/M-IND/PER/3/2010 tentang Pedoman
Teknis Kawasan Industri;
87. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 98/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Pedoman
Perizinan Usaha Perkebunan;
88. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal Angkutan
Jalan;
89. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327/KPTS/M/2002
Tahun 2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang;
90. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327/KPTS/M/2002
tanggal 12 Agustus 2002 tentang Pedoman Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten;
91. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 375/KPTS/M/2004
tentang Penetapan Ruas-ruas Jalan dalam Jaringan Primer menurut peranannya
sebagai Jalan Arteri, Jalan Kolektor – 1, Kolektor – 2, Kolektor – 3;
92. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 369/KPTS/M/2005 tentang Rencana
Umum Jaringan Jalan Nasional;
93. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 390/KPTS/M/2007 tentang Penetapan
Status Daerah Irigasi yang Pengelolaannya Menjadi Wewenang dan Tanggung Jawab
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota;
94. Keputusan bersama Menteri dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun
2005 dan Nomor 1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Pengembangan
Kabupaten/Kota Sehat;
95. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 631/KPTS/M/2009 tentang tentang
Penetapan Ruas-ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional;
96. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 567/KPTS/M/2010, sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 92/KPTS/M/2011,
tentang |Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional;
97. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2001 tentang Pola Induk
Pengelolaan Sumber Daya Air di Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2001 Nomor 1, Seri C);
98. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pengambilan dan
Pemanfaatan Air Permukaan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2001
Nomor 1, Seri D);
99. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 19 Tahun 2001 tentang Pengurusan
Hutan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2001 Nomor 2, Seri C)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8
Tahun 2003 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 19
Tahun 2001 tentang Pengurusan Hutan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun
2003 Nomor 8, Seri E);
100. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Lingkungan Geologi (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2002 Nomor 1, Seri
E);
101. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pengelolaan
Lingkungan Geologi (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2002 Nomor 2, Seri
E);
102. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2002 tentang Penebangan
Pohon pada Perkebunan Besar Di Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2002 Nomor 6, Seri E );
103. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2005 tentang Sempadan
Sumber Air (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 Nomor 16 Seri E,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 19);
104. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 tahun 2008 tentang Pengendalian
Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2008 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor
38);
105. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 4 Tahun 2008 tentang Irigasi (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 3, Seri E);
106. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Air
Tanah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 4, Seri E)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8
Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Air Tanah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2012 Nomor 8 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor
122);
107. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Barat Tahun 2010 Nomor 22 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 86);
108. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 27 Tahun 2010 tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun
2010 Nomor 27 Seri E);
109. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan
Perhubungan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Nomor 3, Seri E,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 97);
110. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perlindungan
dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2012 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor
115);
111. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup Dan Penaatan Hukum Lingkungan (Lembaran Daerah Provinsi Jawa
Barat Tahun 2012 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 115);
112. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Barat Tahun
2012 Nomor 2 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 116);
113. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan
Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 Nomor 3 Seri E,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 117);
114. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pelestarian Dan Pengendalian Pemanfaatan Kawasan Lindung(Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Barat Nomor 137);
115. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Pembangunan Dan Pengembangan Wilayah Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di
Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 Nomor 12 Seri E,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 172);
116. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 58 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas
Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengendalian
Pemanfaatan Ruang Kawasan Bandung Utara;
117. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 44 Tahun 2013 tentang Petujuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 27 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan
118. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 67 Tahun 2014 tentang Rencana Induk
Perkeretaapian Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014
Nomor 67 Seri E)
119. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 31 Tahun 2000 tentang Kebersihan,
Ketertiban, Keindahan dan Kesehatan Lingkungan (Lembaran Daerah Kabupaten
Bandung Tahun 2000 Nomor 8 Seri C);
120. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung
Tahun 2007 Nomor 20) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 23 Tahun 2012 tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 20 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung (Lembaran Daerah
Kabupaten Bandung Tahun 2012 Nomor 23);
121. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 16 Tahun 2009 tentang Tata Bangunan
(Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2009 Nomor 16) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Tata Bangunan (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2012 Nomor 17);
122. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 21 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Sampah (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2009 Nomor 21) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 15 Tahun 2012
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 21 Tahun 2009
tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2012
Nomor 15);
123. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pengendalian,
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Daerah Kabupaten
Bandung Tahun 2010 Nomor 6);
124. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 7 Tahun 2011 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bandung tahun 2005 – 2025
(Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2011 Nomor 7) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bandung tahun 2005 – 2025
(Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2014 Nomor 5 );
125. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Usaha Pertambangan (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2011 Nomor 9);
126. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 10 Tahun 2011 tentang Irigasi
(Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2011 Nomor 10);
127. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 7 Tahun 2012 tentang Izin Lokasi
(Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2012 Nomor 7);
128. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 21 Tahun 2012 tentang Rencana Tapak
(Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2012 Nomor 21);
129. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 12 Tahun 2013 tentang Partisipasi
Masyarakat Dan Keterbukaan Informasi Publik Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan
Di Kabupaten Bandung (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2013 Nomor
12).
Tabel 1.1
Luas Daerah Kabupaten Bandung Menurut Kecamatan
Luas Jumlah
No. Wilayah Pengembangan Kecamatan
Ha % Desa/Kelurahan
1 WP Soreang 1 Kec. Soreang 2.550,68 1,45 10
2 Kec. Kutawaringin 4.730,26 2,68 11
3 Kec. Katapang 1.572,46 0,89 7
4 Kec. Rancabali 14.837,00 8,42 5
5 Kec. Pasirjambu 23.957,64 13,59 10
6 Kec. Ciwidey 4.846,92 2,75 7
2 WP Baleendah 1 Kec. Baleendah 4.155,54 2,36 8
2 Kec. Dayeuhkolot 1.102,91 0,63 6
3 Kec. Bojongsoang 2.781,22 1,58 6
3 WP Banjaran 1 Kec. Banjaran 4.291,79 2,44 11
2 Kec. Pangalengan 19.540,93 11,09 13
3 Kec. Cangkuang 2.461,06 1,40 7
4 Kec. Cimaung 5.500,02 3,12 10
5 Kec. Arjasari 6.497,79 3,69 11
6 Kec. Pameungpeuk 1.462,32 0,83 6
4 WP Majalaya 1 Kec. Majalaya 2.536,46 1,44 11
2 Kec. Ciparay 4.617,57 2,62 14
3 Kec. Pacet 9.193,96 5,22 13
4 Kec. Kertasari 15.207,36 8,63 7
5 Kec. Paseh 5.102,90 2,90 12
6 Kec. Ibun 5.456,51 3,10 12
7 Kec. Solokan Jeruk 2.400,66 1,36 7
5 WP Cicalengka 1 Kec. Cicalengka 3.599,23 2,04 12
2 Kec. Nagreg 4.930,29 2,80 6
Luas Jumlah
No. Wilayah Pengembangan Kecamatan
Ha % Desa/Kelurahan
3 Kec. Cikancung 4.013,63 2,28 9
6 WP Cileunyi 1 Kec. Cileunyi 3.157,51 1,79 6
2 Kec. Rancaekek 4.524,83 2,57 13
7 WP Cimenyan - 1Kec. Cimenyan 5.308,33 3,01 9
Cilengkrang 2 Kec. Cilengkrang 3.011,94 1,71 6
8 WP Margaasih- Margahayu 1 Kec. Margaasih 1.834,49 1,04 6
2 Kec. Margahayu 1.054,33 0,60 5
KABUPATEN BANDUNG 176.238,67 100,00 280
Sumber : RPJPD Kabupaten Bandung Tahun 2005 – 2025.
9400000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
GAMBAR 1.1.
Laut Jawa
PETA ORIENTASI WILAYAH
µ
6°0'0"S
6°0'0"S
0 10 20 40 60 80
Km
SKALA 1 : 1.250.000
DKI Jakarta
Datum / Zone : WGS 1984 / 48S
105°0'0"E 107°30'0"E 110°0'0"E 112°30'0"E
Laut Jawa
5°0'0"S
5°0'0"S
9300000
9300000
Banten
DKI Jakarta
Banten
Jawa Barat
Kabupaten Bandung Jawa Tengah Jawa Timur
7°30'0"S
7°30'0"S
D.I. YogyakartaJawa Timur
Samudera Hindia
LEGENDA
Batas Administrasi
Batas Provinsi
Batas Kabupaten
Batas Wilayah
Jawa Barat
Kabupaten Bandung
Provinsi Jawa Barat
Provinsi Lainnya
7°0'0"S
7°0'0"S
Kabupaten Bandung
9200000
9200000
Jawa Tengah
8°0'0"S
Samudera Hindia
8°0'0"S
9100000
9100000
Sumber Data:
- Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000, Seamless Tahun 2005, Bakosurtanal
yang diperbaharui menggunakan Citra Satelit Spot Tahun 2011
106°0'0"E 700000 107°0'0"E 800000 108°0'0"E 900000 109°0'0"E
750000 107°20'0"E760000 770000 107°30'0"E 780000 790000 107°40'0"E 800000 810000 107°50'0"E 820000
Kab. Purwakarta
Kab. Subang
9250000
9250000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
GAMBAR 1.2.
6°50'0"S
6°50'0"S
KECAMATAN CIMENYAN Kab. Sumedang
µ
9240000
9240000
KECAMATAN CILENGKRANG
Kota Cimahi
0 2 4 8 12 16
Km
SKALA 1 : 250.000
Kota Bandung
Datum / Zone : WGS 1984 / 48S
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
KECAMATAN CILEUNYI
6°0'0"S
6°0'0"S
Laut Jawa
DKI Jakarta
KECAMATAN MARGAASIH Banten
9230000
9230000
Jawa Barat
KECAMATAN MARGAHAYU
Jawa Tengah
7°30'0"S
7°30'0"S
KECAMATAN RANCAEKEK
KECAMATAN BOJONGSOANG
KECAMATAN CICALENGKA Samudera Hindia
7°0'0"S
KECAMATAN KUTAWARINGIN
7°0'0"S
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
9220000
KECAMATAN MAJALAYA
KECAMATAN CANGKUANG KECAMATAN ARJASARI Nama Kecamatan
Kecamatan Arjasari Kecamatan Kertasari
KECAMATAN PASEH Kecamatan Baleendah Kecamatan Kutawaringin
Kecamatan Banjaran Kecamatan Majalaya
KECAMATAN BANJARAN Kecamatan Margaasih
KECAMATAN CIWIDEY Kecamatan Bojongsoang
Kecamatan Cangkuang Kecamatan Margahayu
Kecamatan Cicalengka Kecamatan Nagreg
Kecamatan Cikancung Kecamatan Pacet
KECAMATAN CIMAUNG Kecamatan Pameungpeuk
Kecamatan Cilengkrang
Kecamatan Cileunyi Kecamatan Pangalengan
Kecamatan Paseh
KECAMATAN PACET Kecamatan Cimaung
Kecamatan Pasirjambu
Kecamatan Cimenyan
9210000
9210000
Kecamatan Rancabali
KECAMATAN IBUN Kecamatan Ciparay
Kecamatan Rancaekek
Kecamatan Ciwidey
Kecamatan Solokanjeruk
Kecamatan Dayeuhkolot
Kecamatan Soreang
7°10'0"S
7°10'0"S
Kecamatan Katapang
KECAMATAN PASIRJAMBU
KECAMATAN PANGALENGAN
9200000
9200000
KECAMATAN KERTASARI
Kab. Garut
Kab. Cianjur
9190000
9190000
7°20'0"S
7°20'0"S
Kab. Tasikmalaya Sumber Data:
- Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000, Seamless Tahun 2005, Bakosurtanal
yang diperbaharui menggunakan Citra Satelit Spot Tahun 2011
750000 107°20'0"E 760000 770000 107°30'0"E 780000 790000 107°40'0"E 800000 810000 107°50'0"E 820000
BUKU RENCANA
halus; subsatuan morfologi perbukitan sedang dengan kemiringan lereng berkisar antara
15% - 40% dan memperlihatkan relief sedang, dan subsatuan morfologi perbukitan terjal
dengan kemiringan lebih dari 40% dan memperlihatkan relief kasar.
3) Satuan morfologi tubuh gunung/puncak gunung
Satuan tubuh gunung ini hampir sama dengan satuan morfologi perbukitan, dan umumnya
merupakan subsatuan perbukitan sedang hingga terjal, namun membentuk kerucut tubuh
gunung/gunung berapi. Tubuh gunung mempunyai karakterisitk tersendiri dan berbeda
dari perbukitan umumnya, seperti banyak dijumpai mata air, kandungan-kandungan gas
beracun, dan sumber daya mineral lainnya yang khas gunung berapi.
Berdasarkan klasifikasinya, maka morfologi Kabupaten Bandung terdiri dari :
a. Dataran dengan kelerengan 0 – 8%
b. Perbukitan Landai dengan kelerengan 8 – 15%
c. Perbukitan Sedang dengan kelerengan 15 – 25%
d. Perbukitan terjal dengan kelerengan lebih dari 25 – 45%
e. Puncak Gunung dengan puncak gunung dengan ketinggian Gunung Wayang (2.181 mdpl),
Gunung Patuha (2.334 mdpl) Kecamatan Cipeundeuy, Gunung Malabar (2.321 mdpl), serta
Gunung Papandayan (2.262 mdpl) dan Gunung Guntur (2.249 mdpl), kedua-duanya
berada di perbatasan dengan Kabupaten Garut. Dan memiliki kemiringan curam lebih dari
45%.
Tabel 1.2
Kondisi Morfologi Di Kabupaten Bandung
No. Morfologi Luas (Ha) Prosentase (%)
1 Dataran 65.979,18 37,44
2 Perbukitan Landai 23.435,86 13,30
3 Perbukitan Sedang 47.696,83 27,06
4 Perbukitan Terjal 35.188,93 19,97
5 Pegunungan 3.937,87 2,23
Jumlah 176.238,67 100,00
Sumber : Interpretasi GIS Peta Ketinggian dan Kelerengan, Bappeda, Tahun 2016.
Gambar 1.3
Grafik Prosentase Penggunaan Lahan Kabupaten Bandung Tahun 2011
SEMAK
2%
TEGAL/LADANG HUTAN
JALAN 13% 21%
2% TAMAN
BELUKAR 0%
10%
PERUMAHAN
/KOMPLEK
PERMUKIMAN
SAWAH
9%
23%
KEBUN CAMPUR
5% PERKEBUNAN/KEBUN
13%
INDUSTRI
1%
Kab. Purwakarta
Kab. Subang
9250000
9250000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
GAMBAR 1.4.
6°50'0"S
6°50'0"S
KECAMATAN CIMENYAN Kab. Sumedang
µ
9240000
9240000
KECAMATAN CILENGKRANG
Kota Cimahi
0 2 4 8 12 16
Km
SKALA 1 : 250.000
Kota Bandung
Datum / Zone : WGS 1984 / 48S
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
KECAMATAN CILEUNYI
6°0'0"S
6°0'0"S
Laut Jawa
DKI Jakarta
KECAMATAN MARGAASIH Banten
9230000
9230000
Jawa Barat
KECAMATAN MARGAHAYU
Jawa Tengah
7°30'0"S
7°30'0"S
KECAMATAN RANCAEKEK
KECAMATAN BOJONGSOANG
KECAMATAN CICALENGKA Samudera Hindia
7°0'0"S
KECAMATAN KUTAWARINGIN
7°0'0"S
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
9220000
KECAMATAN MAJALAYA Pusat Desa Batas Kecamatan
KECAMATAN CANGKUANG KECAMATAN ARJASARI Batas Desa
KECAMATAN PASEH
KECAMATAN BANJARAN
KECAMATAN CIWIDEY
Morfologi
9210000
KECAMATAN IBUN Perbukitan Sedang
Perbukitan Terjal
Puncak Gunung
7°10'0"S
KECAMATAN RANCABALI
7°10'0"S
KECAMATAN PASIRJAMBU
KECAMATAN PANGALENGAN
9200000
9200000
KECAMATAN KERTASARI
Kab. Garut
Kab. Cianjur
9190000
9190000
7°20'0"S
7°20'0"S
Kab. Tasikmalaya Sumber Data:
- Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000, Seamless Tahun 2005, Bakosurtanal
yang diperbaharui menggunakan Citra Satelit Spot Tahun 2011
750000 107°20'0"E 760000 770000 107°30'0"E 780000 790000 107°40'0"E 800000 810000 107°50'0"E 820000
750000 107°20'0"E760000 770000 107°30'0"E 780000 790000 107°40'0"E 800000 810000 107°50'0"E 820000
Kab. Purwakarta
Kab. Subang
9250000
9250000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
GAMBAR 1.5.
6°50'0"S
6°50'0"S
KECAMATAN CIMENYAN Kab. Sumedang
µ
9240000
9240000
KECAMATAN CILENGKRANG
0 2 4 8 12 16
Kota Cimahi
Km
SKALA 1 : 250.000
Kota Bandung
Datum / Zone : WGS 1984 / 48S
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
6°0'0"S
6°0'0"S
DKI Jakarta
KECAMATAN MARGAASIH Banten
9230000
9230000
Jawa Barat
KECAMATAN DAYEUHKOLOT
Kabupaten Bandung
Jawa Tengah
KECAMATAN MARGAHAYU
7°30'0"S
7°30'0"S
KECAMATAN RANCAEKEK Samudera Hindia
KECAMATAN BOJONGSOANG
KECAMATAN CICALENGKA
7°0'0"S
KECAMATAN KUTAWARINGIN
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
7°0'0"S
KECAMATAN KATAPANG LEGENDA
KECAMATAN SOLOKANJERUK
KECAMATAN PAMEUNGPEUKKECAMATAN BALEENDAH Pusat Administrasi Jaringan Jalan
Ibukota Kabupaten Jalan Tol
KECAMATAN CIKANCUNG Ibukota Kecamatan Jalan Arteri
KECAMATAN CIPARAY Pusat Desa Jalan Kolektor
KECAMATAN SOREANG KECAMATAN NAGREG Jalan Lokal
9220000
9220000
Jalur Kereta Api
KECAMATAN MAJALAYA Batas Administrasi
KECAMATAN CANGKUANG KECAMATAN ARJASARI Batas Provinsi
Batas Kabupaten Perairan
KECAMATAN PASEH
Batas Kecamatan Situ/Waduk/Danau
KECAMATAN BANJARAN Batas Desa Sungai
KECAMATAN CIWIDEY
Penggunaan Lahan
Bandara Rumput
KECAMATAN CIMAUNG Institusi Semak
Industri Belukar
Pasar / Pertokoan Taman
KECAMATAN PACET Perumahan / Komplek Tegal / Ladang
9210000
9210000
KECAMATAN IBUN Stasiun / Terminal Perkebunan / Kebun
Stadion / Lapangan Kebun Campur
Lapangan Golf Hutan
Tambang Rawa
7°10'0"S
KECAMATAN RANCABALI
7°10'0"S
Sawah Tanah Kosong
Sawah Tadah Hujan
KECAMATAN PASIRJAMBU Danau / Waduk / Sungai
KECAMATAN PANGALENGAN
9200000
9200000
KECAMATAN KERTASARI
Kab. Garut
Kab. Cianjur
9190000
9190000
7°20'0"S
7°20'0"S
Kab. Tasikmalaya Sumber Data:
- Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000, Seamless Tahun 2005, Bakosurtanal
yang diperbaharui menggunakan Citra Satelit Spot Tahun 2011
- Peta Guna Lahan Eksisting Kabupaten Bandung, Tahun 2011.
750000 107°20'0"E 760000 770000 107°30'0"E 780000 790000 107°40'0"E 800000 810000 107°50'0"E 820000
BUKU RENCANA
1. Ciwidey 74.259 74.722 75.441 76.649 77.675 0,62 0,95 1,58 1,32 1,89
2. Rancabali 48.587 48.731 49.103 49.889 50.671 0,3 0,76 0,76 1,54 0,96
3. Pasirjambu 81.298 81.858 82.565 83.887 85.294 0,69 0,86 0,86 1,65 1,28
4. Cimaung 74.647 75.749 76.217 77.437 78.708 1,48 0,61 0,61 1,61 1,03
5. Pangalengan 141.281 142.317 143.729 146.030 148.353 0,73 0,98 0,98 1,57 1,19
6. Kertasari 66.660 66.995 67.390 68.469 69.793 0,5 0,59 0,59 1,90 0,84
7. Pacet 102.972 103.821 104.904 106.584 109.084 0,82 1,03 1,03 2,29 1,16
8. Ibun 77.323 77.910 79.092 80.358 81.900 0,76 1,49 1,49 1,88 1,45
9. Paseh 124.501 123.371 125.410 127.418 129.987 -0,91 1,63 1,63 1,98 1,69
10. Cikancung 84.451 86.031 87540 88.942 91.150 1,87 1,72 1,72 2,42 2,43
11. Cicalengka 112.057 112.412 114.002 115.828 118.160 0,32 1,39 1,39 1,97 2,08
12. Nagreg 48.982 49.478 50.387 51.194 52.265 1,01 1,80 1,80 2,05 1,74
13. Rancaekek 170.331 171.929 175.193 177.998 180.884 0,94 1,86 1,86 1,60 2,94
14. Majalaya 154.162 155.317 156.707 159.216 162.531 0,75 0,89 0,89 2,04 1,61
15. Solokanjeruk 78.978 79.807 80.460 81.748 83.291 1,05 0,81 0,81 1,85 1,76
16. Ciparay 154.073 155.594 157.564 160.087 163.197 0,99 1,25 1,25 1,91 2,03
17. Beleendah 233.345 239.623 248.024 251.996 256.570 2,69 3,39 3,39 1,78 5,56
18. Arjasari 92.883 94.027 95.012 96.534 98.363 1,23 1,04 1,04 1,86 1,43
19. Banjaran 117.020 118.247 120.119 122.042 124.233 1,05 1,56 1,56 1,76 2,67
20. Cangkuang 67.508 69.201 71.616 72.762 73.949 2,51 3,37 3,37 1,61 3,54
21. Pameungpeuk 71.279 72.520 73.508 74.685 76.138 1,74 1,34 1,34 1,91 2,77
22. Katapang 114.056 117.113 121.035 122.973 125.263 2,68 3,24 3,24 1,83 5,29
23. Soreang 107.199 108.890 111.060 112.839 114.873 1,58 1,95 1,95 1,77 3,34
24. Kutawaringin 91.956 93.197 95.522 97.051 98.767 1,35 2,43 2,43 1,74 2,21
25. Margaasih 138.867 141.876 145.639 147.971 150.971 2,17 2,58 2,58 1,99 3,96
26. Margahayu 122.907 123.176 124.132 126.119 128.293 0,22 0,77 0,77 1,69 3,12
27. Dayeuhkolot 114.572 114.670 115.047 116.889 119.245 0,09 0,33 0,33 1,98 1,96
28. Bojongsoang 108.885 112.990 117.309 119.188 121.285 3,77 3,68 3,68 1,73 6,21
29. Cileunyi 159.794 180.290 189.281 192.312 195.285 12,83 4,75 4,75 1,52 6,03
30. Cilengkrang 48.248 49.302 50.765 51.578 52.359 2,18 2,88 2,88 1,49 3,72
31. Cimenyan 107.356 109.834 111.927 113.720 115.475 2,31 1,87 1,87 1,52 3,39
Kabupaten
3.290.437 3.350.998 3.415.700 3.470.393 3.534.012 1,84 1,74 1,76 1,80 2,62
Bandung
Sumber:
Kabupaten Bandung Dalam Angka, Tahun 2009 s/d 2011.
Data Pokok Perencanaan Pembangunan Tahun 2012.
Analisis Pembangunan Sosial Tahun 2013 s/d 2015
Luas Kepadatan
No Kecamatan Penduduk
(KM2) Tahun 2015
6 Kertasari 18,34 69.793 3.806
7 Pacet 27,81 109.084 3.922
8 Ibun 11,03 81.900 7.425
9 Paseh 42,92 129.987 3.029
10 Cikancung 14,62 91.150 6.235
11 Cicalengka 195,41 118.160 605
12 Nagreg 15,72 52.265 3.325
13 Rancaekek 25,36 180.884 7.133
14 Majalaya 46,18 162.531 3.520
15 Solokanjeruk 91,94 83.291 906
16 Ciparay 152,07 163.197 1.073
17 Beleendah 35,99 256.570 7.129
18 Arjasari 40,14 98.363 2.450
19 Banjaran 45,25 124.233 2.745
20 Cangkuang 51,03 73.949 1.449
21 Pameungpeuk 54,57 76.138 1.395
22 Katapang 31,58 125.263 3.967
23 Soreang 53,08 114.873 2.164
24 Kutawaringin 30,12 98.767 3.279
25 Margaasih 10,54 150.971 14.324
26 Margahayu 41,56 128.293 3.087
27 Dayeuhkolot 64,98 119.245 1.835
28 Bojongsoang 55 121.285 2.205
29 Cileunyi 24,01 195.285 8.133
30 Cilengkrang 24,61 52.359 2.128
31 Cimenyan 47,3 115.475 2.441
KabupatenBandung 1.762,39 3.534.012 2.005
Sumber : Data analisis Pembangunan Sosial Tahun 2015 dan Hasil Pengolahan.
1.2.4.4. Ketenagakerjaan
Salah satu indikator yang dapat menggambarkan kondisi ketenagakerjaan adalah Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK merupakan perbandingan antara penduduk yang
bekerja terhadap usia angkatan kerja (15 tahun ke atas).
Berdasarkan hasil Sakernas 2014, jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 1.628.076 jiwa.
Sementara jumlah penduduk usia kerja yang tercatat sebanyak 2.460.982 jiwa. Hal ini
menunjukkan bahwa TPAK di Kabupaten Bandung pada tahun 2014 sebesar 66,16%.
Tabel 1.6
Tingkat Pengangguran Terbuka Di Kabupaten Bandung
Tahun 2013-2014
Jumlah Pengangguran Jumlah Penduduk Tingkat Pengangguran
Tahun
Terbuka Usia Angkatan Angkatan Kerja Terbuka (%)
Kerja
2013 124.555 1.226.670 10,15
2015 4,03
Rasio daya serap tenaga kerja pada perusahaan penanaman modal asing (PMA) dan
perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencerminkan besar kecilnya daya
tampung proyek investasi PMA/PMDN dalam menyerap tenaga kerja di suatu daerah.
Semakin besar rasio daya serap PMA/PMDN semakin besar pula jumlah tenaga kerja suatu
daerah yang dapat terserap pada perusahaan tersebut.
Pada tahun 2013 jumlah tenaga kerja yang terserap pada 2.468 PMA/PMDN berjumlah
sebanyak 52.868 orang. Capaian ini menurun dari tahun-tahun sebelumnya dimana jumlah
tenaga kerja yang diserap pada perusahaan PMA/PMDN mengalami penurunan disebabkan
penurunan jumlah PMA/PMDN yang ada di Kabupaten Bandung pada tahun tersebut. Jumlah
PMA/PMDN pada tahun 2013 di Kabupaten Bandung hanya mencapai 2.468 perusahaan
berbeda jauh dengan tahun 2008-2013 yang mencapai lebih dari 500 PMA/PMDN. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.7
Rasio Daya Serap Tenaga Kerja Di Kabupaten Bandung
Tahun 2010-2014
No. Uraian 2012 2013 2014
Perkembangan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri periode 2008-2012 cukup
fluktuatif. Pada tahun 2008 %tase angkatan kerja yang bekerja di sektor industri sebesar
27,08 %. Pada tahun 2010 %tasenya meningkat cukup signifikan menjadi 29,87 %.
Sebaliknya pada tahun 2010 tenaga kerja yang terserap di sektor industri sedikit menurun
menjadi sebesar 29,23 %. Sementara itu, pada tahun 2011, %tasenya kembali meningkat
cukup tajam menjadi sebesar 32,47 %. Namun pada tahun 2012 %tasenya sedikit menurun
menjadi 32,44 %. Secara umum, perkembangan angkatan kerja yang bekerja di sektor
industri pada periode tersebut mengalami peningkatan. Ada indikasi bahwa peningkatan
pada sektor industri adalah pada usaha industri kecil dan mikro yang cukup mampu
menyerap tenaga kerja.
Tabel 1.8
Presentase Lapangan Pekerjaan Penduduk Berusia 15 Tahun Keatas
Tahun 2008-2012
Lapanagan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012
Angkatan kerja yang bekerja
Pertanian 20,66 21,87 18,91 22,2 18,01
Industri 27,08 29,87 29,23 32,47 32,44
Perdagangan 19,51 18,75 20,5 19,29 21,76
Jasa 10,21 12,49 14,14 10,79 13,48
Lainnya 22,54 17,02 17,22 15,24 14,31
Angkatan kerja yang
13,19 12,51 10,2 10,69 10,38
menganggur
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Tahun 2012
Lapangan pekerjaan yang paling banyak menyerap tenaga kerja selain sektor industri, adalah
sektor pertanian. Perkembangan tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian cukup
fluktuatif. Pada tahun 2012, %tase angkatan kerja yang bekerja disektor pertanian mencapai
18,01 %, atau menurun dibandingkan dengan tahun 2011 yang mencapai 22,20 %. Proporsi
angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian masih belum menunjukkan perubahan yang
berarti, bahkan ada indikasi perpindahan lapangan usaha penduduk dari sektor pertanian ke
sektor-sektor lainnya (terutama sektor perdagangan dan jasa).
Sementara itu, sektor perdagangan mampu menyerap tenaga kerja pada urutan ketiga setelah
sektor industri dan pertanian. Pada tahun 2011 proporsi angkatan kerja yang bekerja di
sektor perdagangan masih sebesar 19,29 %. Pada tahun 2012 mengalami peningkatan
menjadi 21,76 %. Sedangkan yang bekerja di sektor jasa mencapai 10,79 % pada tahun 2011,
dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 13,48 %.
Untuk memperoleh hasil proyeksi penduduk yang lebih akurat, maka perhitungan proyeksi
penduduk Kabupaten Bandungsampai dengan akhir tahun perencanaan 2036 dilakukan
dengan memproyeksikan jumlah penduduk dengan kedalaman kecamatan. Dengan dasar
pertimbangan bahwa setiap kecamatan memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-
beda dan terdapat faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi perkembangan penduduknya.
Secara umum pertimbangan-pertimbangan dalam melakukan proyeksi penduduk (termasuk
didalamnya memilih metode/metode proyeksi) Kabupaten Bandungantara lain :
Perkembangan jumlah penduduk;
Kepadatan penduduk;
Ketersediaan lahan;
Arahan kebijaksanaan/rencana Pemerintah Provinsi dan Kabupaten.
Model yang dipergunakan dalam memproyeksikan jumlah penduduk disesuaikan dengan
karakteristik perkembangan penduduk setiap kecamatan. Jenis model digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Model Linear
Model Linear dideskripsikan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
Pt+q =Pt(1+at)
Dimana :
Pt+q = Jumlah penduduk pada tahun (t+q)
Pt = Jumlah penduduk pada tahun t
a = Rata-rata pertumbuhan penduduk tiap tahun
t = Selisih tahun terhitung dari tahun dasa
2. Model Ekstrapolasi dengan Teknik Regresi Linear
Model ini dideskripsikan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
P = a + b(x)
a =
P x x PX
2
b= N PX X P
N x X
N x X
2 2
2 2
Dimana:
P = jumlah penduduk tahun (t + x)
X = tambahan tahun terhitung dari tahun dasar
a,b = tetapan yang diperoleh dari rumus di atas
Tabel 1.9
Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2016 – 2036
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kecamatan
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036
1. Ciwidey 79.710 81.745 83.780 85.815 87.850 89.886 91.921 93.956 95.991 98.026 100.061 102.096 104.131 106.166 108.201 110.236 112.271 114.307 116.342 118.377 120.412
2. Rancabali 51.999 53.326 54.654 55.981 57.309 58.636 59.964 61.292 62.619 63.947 65.274 66.602 67.930 69.257 70.585 71.912 73.240 74.567 75.895 77.223 78.550
3. Pasirjambu 87.529 89.763 91.998 94.233 96.468 98.702 100.937 103.172 105.406 107.641 109.876 112.110 114.345 116.580 118.815 121.049 123.284 125.519 127.753 129.988 132.223
4. Cimaung 80.770 82.832 84.894 86.957 89.019 91.081 93.143 95.205 97.267 99.329 101.392 103.454 105.516 107.578 109.640 111.702 113.765 115.827 117.889 119.951 122.013
5. Pangalengan 152.240 156.127 160.014 163.900 167.787 171.674 175.561 179.448 183.335 187.221 191.108 194.995 198.882 202.769 206.656 210.543 214.429 218.316 222.203 226.090 229.977
6. Kertasari 71.622 73.450 75.279 77.107 78.936 80.764 82.593 84.422 86.250 88.079 89.907 91.736 93.564 95.393 97.222 99.050 100.879 102.707 104.536 106.365 108.193
7. Pacet 111.942 114.800 117.658 120.516 123.374 126.232 129.090 131.948 134.806 137.664 140.522 143.380 146.238 149.096 151.954 154.812 157.670 160.528 163.386 166.244 169.102
8. Ibun 84.046 86.192 88.337 90.483 92.629 94.775 96.920 99.066 101.212 103.358 105.504 107.649 109.795 111.941 114.087 116.232 118.378 120.524 122.670 124.816 126.961
9. Paseh 133.393 136.798 140.204 143.610 147.015 150.421 153.827 157.232 160.638 164.044 167.449 170.855 174.261 177.666 181.072 184.478 187.883 191.289 194.695 198.100 201.506
10. Cikancung 93.538 95.926 98.314 100.703 103.091 105.479 107.867 110.255 112.643 115.031 117.419 119.808 122.196 124.584 126.972 129.360 131.748 134.136 136.524 138.913 141.301
11. Cicalengka 121.256 124.352 127.447 130.543 133.639 136.735 139.831 142.926 146.022 149.118 152.214 155.310 158.405 161.501 164.597 167.693 170.788 173.884 176.980 180.076 183.172
12. Nagreg 53.634 55.004 56.373 57.742 59.112 60.481 61.850 63.220 64.589 65.958 67.328 68.697 70.066 71.436 72.805 74.174 75.544 76.913 78.283 79.652 81.021
13. Rancaekek 185.623 190.362 195.101 199.841 204.580 209.319 214.058 218.797 223.536 228.276 233.015 237.754 242.493 247.232 251.971 256.711 261.450 266.189 270.928 275.667 280.406
14. Majalaya 166.789 171.048 175.306 179.564 183.823 188.081 192.339 196.597 200.856 205.114 209.372 213.631 217.889 222.147 226.406 230.664 234.922 239.181 243.439 247.697 251.956
15. Solokanjeruk 85.473 87.655 89.838 92.020 94.202 96.384 98.567 100.749 102.931 105.113 107.295 109.478 111.660 113.842 116.024 118.207 120.389 122.571 124.753 126.935 129.118
16. Ciparay 167.473 171.749 176.024 180.300 184.576 188.852 193.127 197.403 201.679 205.955 210.230 214.506 218.782 223.058 227.333 231.609 235.885 240.161 244.436 248.712 252.988
17. Beleendah 263.292 270.014 276.736 283.459 290.181 296.903 303.625 310.347 317.069 323.791 330.513 337.236 343.958 350.680 357.402 364.124 370.846 377.568 384.291 391.013 397.735
18. Arjasari 100.940 103.517 106.094 108.671 111.249 113.826 116.403 118.980 121.557 124.134 126.711 129.288 131.865 134.443 137.020 139.597 142.174 144.751 147.328 149.905 152.482
19. Banjaran 127.488 130.743 133.998 137.253 140.508 143.762 147.017 150.272 153.527 156.782 160.037 163.292 166.547 169.802 173.057 176.311 179.566 182.821 186.076 189.331 192.586
20. Cangkuang 75.886 77.824 79.761 81.699 83.636 85.574 87.511 89.449 91.386 93.324 95.261 97.199 99.136 101.073 103.011 104.948 106.886 108.823 110.761 112.698 114.636
21. Pameungpeuk 78.133 80.128 82.122 84.117 86.112 88.107 90.102 92.097 94.091 96.086 98.081 100.076 102.071 104.065 106.060 108.055 110.050 112.045 114.039 116.034 118.029
22. Katapang 128.545 131.827 135.109 138.391 141.672 144.954 148.236 151.518 154.800 158.082 161.364 164.646 167.928 171.209 174.491 177.773 181.055 184.337 187.619 190.901 194.183
23. Soreang 117.883 120.892 123.902 126.912 129.921 132.931 135.941 138.950 141.960 144.970 147.979 150.989 153.999 157.008 160.018 163.028 166.037 169.047 172.057 175.066 178.076
24. Kutawaringin 101.355 103.942 106.530 109.118 111.705 114.293 116.881 119.469 122.056 124.644 127.232 129.819 132.407 134.995 137.582 140.170 142.758 145.346 147.933 150.521 153.109
25. Margaasih 154.926 158.882 162.837 166.793 170.748 174.704 178.659 182.615 186.570 190.525 194.481 198.436 202.392 206.347 210.303 214.258 218.213 222.169 226.124 230.080 234.035
26. Margahayu 131.654 135.016 138.377 141.738 145.099 148.461 151.822 155.183 158.544 161.906 165.267 168.628 171.990 175.351 178.712 182.073 185.435 188.796 192.157 195.519 198.880
27. Dayeuhkolot 122.369 125.493 128.618 131.742 134.866 137.990 141.115 144.239 147.363 150.487 153.611 156.736 159.860 162.984 166.108 169.233 172.357 175.481 178.605 181.729 184.854
28. Bojongsoang 124.463 127.640 130.818 133.996 137.173 140.351 143.529 146.706 149.884 153.062 156.239 159.417 162.595 165.772 168.950 172.128 175.305 178.483 181.661 184.838 188.016
29. Cileunyi 200.401 205.518 210.634 215.751 220.867 225.984 231.100 236.217 241.333 246.450 251.566 256.683 261.799 266.916 272.032 277.148 282.265 287.381 292.498 297.614 302.731
30. Cilengkrang 53.731 55.103 56.474 57.846 59.218 60.590 61.962 63.333 64.705 66.077 67.449 68.821 70.192 71.564 72.936 74.308 75.680 77.052 78.423 79.795 81.167
31. Cimenyan 118.500 121.526 124.551 127.577 130.602 133.628 136.653 139.679 142.704 145.729 148.755 151.780 154.806 157.831 160.857 163.882 166.908 169.933 172.958 175.984 179.009
Kabupaten
Bandung 3.626.603 3.719.194 3.811.785 3.904.376 3.996.968 4.089.559 4.182.150 4.274.741 4.367.332 4.459.923 4.552.514 4.645.105 4.737.696 4.830.288 4.922.879 5.015.470 5.108.061 5.200.652 5.293.243 5.385.834 5.478.425
Kab. Purwakarta
Kab. Subang
9250000
9250000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2016-2036
GAMBAR 1.7.
6°50'0"S
6°50'0"S
KECAMATAN CIMENYAN Kab. Sumedang
µ
9240000
9240000
KECAMATAN CILENGKRANG
0 2 4 8 12 16
Kota Cimahi
Km
SKALA 1 : 250.000
Kota Bandung
Datum / Zone : WGS 1984 / 48S
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
KECAMATAN CILEUNYI
6°0'0"S
6°0'0"S
Laut Jawa
DKI Jakarta
KECAMATAN MARGAASIH Banten
9230000
9230000
Jawa Barat
KECAMATAN DAYEUHKOLOT
Kabupaten Bandung
Jawa Tengah
KECAMATAN MARGAHAYU
7°30'0"S
7°30'0"S
KECAMATAN RANCAEKEK
KECAMATAN BOJONGSOANG
KECAMATAN CICALENGKA Samudera Hindia
7°0'0"S
KECAMATAN KUTAWARINGIN
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
7°0'0"S
KECAMATAN KATAPANG LEGENDA
KECAMATAN SOLOKANJERUK
KECAMATAN PAMEUNGPEUKKECAMATAN BALEENDAH Pusat Administrasi Jaringan Jalan
Ibukota Kabupaten Jalan Tol
KECAMATAN CIKANCUNG Ibukota Kecamatan Jalan Arteri
KECAMATAN CIPARAY
KECAMATAN SOREANG KECAMATAN NAGREG Pusat Desa Jalan Kolektor
9220000
9220000
Jalan Lokal
KECAMATAN MAJALAYA Jalur Kereta Api
KECAMATAN CANGKUANG KECAMATAN ARJASARI Batas Administrasi
KECAMATAN PASEH Batas Provinsi
Perairan
Batas Kabupaten
KECAMATAN BANJARAN Batas Kecamatan Situ/Waduk/Danau
KECAMATAN CIWIDEY
Batas Desa Sungai
KECAMATAN CIMAUNG
Kepadatan Penduduk Proyeksi Tahun 2036
0 - 2500 Jiwa/Km2
KECAMATAN PACET 2.500 - 5000 Jiwa/Km2
9210000
9210000
5.000 - 7500 Jiwa/Km2
KECAMATAN IBUN
7.500 - 10.000 Jiwa/Km2
> 10.000 Jiwa/Km2
7°10'0"S
KECAMATAN RANCABALI
7°10'0"S
KECAMATAN PASIRJAMBU
KECAMATAN PANGALENGAN
9200000
9200000
KECAMATAN KERTASARI
Kab. Garut
Kab. Cianjur
9190000
9190000
7°20'0"S
7°20'0"S
Kab. Tasikmalaya Sumber Data:
- Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000, Seamless Tahun 2005, Bakosurtanal,
yang diperbaharui menggunakan Citra Satelit Spot Tahun 2011.
- Hasil Kajian Tim Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bandung,
Tahun 2016
750000 107°20'0"E 760000 770000 107°30'0"E 780000 790000 107°40'0"E 800000 810000 107°50'0"E 820000
BUKU RENCANA
Kab. Purwakarta
Kab. Subang
9250000
9250000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2016-2036
GAMBAR 1.8.
6°50'0"S
6°50'0"S
KECAMATAN CIMENYAN Kab. Sumedang
µ
9240000
9240000
KECAMATAN CILENGKRANG
0 2 4 8 12 16
Kota Cimahi
Km
SKALA 1 : 250.000
Kota Bandung
Datum / Zone : WGS 1984 / 48S
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
KECAMATAN CILEUNYI
6°0'0"S
6°0'0"S
Laut Jawa
DKI Jakarta
KECAMATAN MARGAASIH Banten
9230000
9230000
Jawa Barat
KECAMATAN DAYEUHKOLOT
Kabupaten Bandung
Jawa Tengah
KECAMATAN MARGAHAYU
7°30'0"S
7°30'0"S
KECAMATAN RANCAEKEK
KECAMATAN BOJONGSOANG
KECAMATAN CICALENGKA Samudera Hindia
7°0'0"S
KECAMATAN KUTAWARINGIN
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
7°0'0"S
KECAMATAN KATAPANG LEGENDA
KECAMATAN SOLOKANJERUK
KECAMATAN PAMEUNGPEUKKECAMATAN BALEENDAH Pusat Administrasi Jaringan Jalan
Ibukota Kabupaten Jalan Tol
KECAMATAN CIKANCUNG Ibukota Kecamatan Jalan Arteri
KECAMATAN CIPARAY Pusat Desa Jalan Kolektor
KECAMATAN SOREANG KECAMATAN NAGREG Jalur Kereta Api
9220000
9220000
KECAMATAN MAJALAYA Batas Administrasi Jalan Lokal
KECAMATAN CANGKUANG KECAMATAN ARJASARI Batas Provinsi
Batas Kabupaten Perairan
KECAMATAN PASEH Situ/Waduk/Danau
Batas Kecamatan
KECAMATAN BANJARAN Batas Desa Sungai
KECAMATAN CIWIDEY
9210000
KECAMATAN IBUN
7°10'0"S
KECAMATAN RANCABALI
7°10'0"S
KECAMATAN PASIRJAMBU
KECAMATAN PANGALENGAN
9200000
9200000
KECAMATAN KERTASARI
Kab. Garut
Kab. Cianjur
9190000
9190000
7°20'0"S
7°20'0"S
Kab. Tasikmalaya Sumber Data:
- Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000, Seamless Tahun 2005, Bakosurtanal,
yang diperbaharui menggunakan Citra Satelit Spot Tahun 2011.
- Peta Rawan Bencana, Tahun 2013, BPBD Kabupaten Bandung
750000 107°20'0"E 760000 770000 107°30'0"E 780000 790000 107°40'0"E 800000 810000 107°50'0"E 820000
750000 107°20'0"E760000 770000 107°30'0"E 780000 790000 107°40'0"E 800000 810000 107°50'0"E 820000
Kab. Purwakarta
Kab. Subang
9250000
9250000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2016-2036
GAMBAR 1.9.
6°50'0"S
6°50'0"S
KECAMATAN CIMENYAN Kab. Sumedang
µ
9240000
9240000
KECAMATAN CILENGKRANG
0 2 4 8 12 16
Kota Cimahi
Km
SKALA 1 : 250.000
Kota Bandung
Datum / Zone : WGS 1984 / 48S
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
KECAMATAN CILEUNYI
6°0'0"S
6°0'0"S
Laut Jawa
DKI Jakarta
KECAMATAN MARGAASIH Banten
9230000
9230000
Jawa Barat
KECAMATAN DAYEUHKOLOT
Kabupaten Bandung
Jawa Tengah
KECAMATAN MARGAHAYU
7°30'0"S
7°30'0"S
KECAMATAN RANCAEKEK
KECAMATAN BOJONGSOANG
KECAMATAN CICALENGKA Samudera Hindia
7°0'0"S
KECAMATAN KUTAWARINGIN
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
7°0'0"S
KECAMATAN KATAPANG LEGENDA
KECAMATAN SOLOKANJERUK
KECAMATAN PAMEUNGPEUKKECAMATAN BALEENDAH Pusat Administrasi Jaringan Jalan
Ibukota Kabupaten Jalan Tol
KECAMATAN CIKANCUNG Ibukota Kecamatan Jalan Arteri
KECAMATAN CIPARAY Pusat Desa Jalan Kolektor
KECAMATAN SOREANG KECAMATAN NAGREG
Jalan Lokal
9220000
9220000
KECAMATAN MAJALAYA Batas Administrasi Jalur Kereta Api
KECAMATAN CANGKUANG KECAMATAN ARJASARI
Batas Provinsi
KECAMATAN PASEH Batas Kabupaten Perairan
Batas Kecamatan Situ/Waduk/Danau
KECAMATAN BANJARAN Batas Desa
KECAMATAN CIWIDEY Sungai
KECAMATAN PACET
9210000
9210000
KECAMATAN IBUN
7°10'0"S
KECAMATAN RANCABALI
7°10'0"S
KECAMATAN PASIRJAMBU
KECAMATAN PANGALENGAN
9200000
9200000
KECAMATAN KERTASARI
Kab. Garut
Kab. Cianjur
9190000
9190000
7°20'0"S
7°20'0"S
Kab. Tasikmalaya Sumber Data:
- Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000, Seamless Tahun 2005, Bakosurtanal,
yang diperbaharui menggunakan Citra Satelit Spot Tahun 2011.
- Peta Rawan Bencana, Tahun 2013, BPBD Kabupaten Bandung
750000 107°20'0"E 760000 770000 107°30'0"E 780000 790000 107°40'0"E 800000 810000 107°50'0"E 820000
750000 107°20'0"E760000 770000 107°30'0"E 780000 790000 107°40'0"E 800000 810000 107°50'0"E 820000
Kab. Purwakarta
Kab. Subang
9250000
9250000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2016-2036
GAMBAR 1.10.
6°50'0"S
6°50'0"S
µ
Mekarmanik Cipanjalu
Cimenyan
Kab. Sumedang
Ciburial
KECAMATAN CIMENYAN
9240000
9240000
Mekarsaluyu
Kota Cimahi
Cibeunying Cikadut Melatiwangi Km
Padasuka Sindanglaya Cilengkrang
SKALA 1 : 250.000
Cibiru Wetan
Proyeksi
Sistem Grid
: Transverse Mercator
: Sistem Geografis & Sistem UTM
Kota Bandung
Datum / Zone : WGS 1984 / 48S
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
Lagadar
Cinunuk KECAMATAN CILEUNYI
CimekarCileunyi Wetan
6°0'0"S
6°0'0"S
Margaasih Laut Jawa
DKI Jakarta
9230000
KECAMATAN MARGAASIH KECAMATAN BOJONGSOANG KECAMATAN RANCAEKEKKECAMATAN CICALENGKA
RahayuMargahayu Tengah
Jawa Barat
Cangkuang Kulon Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung
Margahayu Selatan Sayati Pasawahan Sukapura Linggar Nanjungmekar Tanjungwangi
Cipagalo Rancaekek Kulon Jelegong Dampit Jawa Tengah
Jatisari Mekarrahayu Sukamenak Cangkuang Wetan Panenjoan
7°30'0"S
7°30'0"S
Pameuntasan Tegalsumedang Bojongsalam Cangkuang Tenjolaya
Citeureup Lengkong Buahbatu Tegalluar
Gajahmekar Sulaeman Rancaekek Kencana Babakanpeuteuy
Sukamulya Cikuya
Cibodas DayeuhkolotBojongsoang Sukamanah Nagrog Samudera Hindia
Cilampeni Rancamanyar
KECAMATAN KUTAWARINGIN Bojongloa Cicalengka Wetan
Bojongmalaka Andir
KECAMATAN BALEENDAH
7°0'0"S
7°0'0"S
Kutawaringin Bojongemas Tanjunglaya Nagreg Kendan
Sukamukti Bojongsari Sangiang Hegarmanah
Sukamulya
Katapang Pangauban Baleendah
Rancamulya Malakasari
Sumbersari
Cibodas
Solokanjeruk Langensari
Cikasungka Ganjar Sabar LEGENDA
Parungserab
Banyusari KECAMATAN CIPARAY Margaasih
Padasuka Padamukti
Pusat Administrasi Jaringan Jalan
KECAMATAN NAGREG
Buninagara Sekarwangi Bojongkunci SerangmekarSarimahi Rancakasumba Cigentur Cihanyir Mandalasari
Manggahang
Ibukota Kabupaten
Langonsari
Pamekaran
CingcinGandasari
Rancatungku
Sukasari
Wargamekar
Panyadap Cikancung
Narawita
Nagreg Jalan Tol
Ciheulang Ciparay Mekarsari
Sadu Soreang Wargaluyu
Jelekong
Gunungleutik Majasetra
Cipedes
Tangsimekar Ciluluk Mandalawangi Ibukota Kecamatan Jalan Arteri
Cilame Panyirapan
Cangkuang Tanjungsari Tarajusari
Bumiwangi Bojong Cijagra Bojong Ciherang Pusat Desa Jalan Kolektor
Lebakwangi
Ciluncat Manggungharja Majalaya Ciaro Jalan Lokal
9220000
9220000
Karamatmulya Banjaran Kulon
Sukamaju Majakerta
KECAMATAN SOREANG
Pakutandang
KECAMATAN ARJASARI
Batukarut Padaulun Mekarlaksana
Kiangroke Kamasan Mekarpawitan Jalur Kereta Api
Pananjung
Sukanagara Nagrak Baros Patrolsari
Biru Sukamukti Sukamanah
Srirahayu
KECAMATAN CIKANCUNG Batas Administrasi
Cikoneng Arjasari
Nengkelan Margahurip Neglasari Sindangpanon Padamulya
Tanggulun Cipaku Karangtunggal Batas Provinsi
Rawabogo
Ciapus Mekarlaksana Sagaracipta Sukamantri
Batas Kabupaten Perairan
Sukajadi Bandasari Jatisari
Rancakole
Neglasari Lampegan Talun
KECAMATAN PASEH
Sukawening Jagabaya Mangunjaya Cikoneng Wangisagara Sudi Batas Kecamatan Situ/Waduk/Danau
KECAMATAN CIWIDEY Cukanggenteng Pinggirsari
Babakan
Tanjungwangi
Karyalaksana Sindangsari
Drawati Batas Desa Sungai
Lebakmuncang Mekarmaju Pasirjambu Malasari Banjaran Wetan Cibeet
Cimaung Pasirhuni Mekarjaya
KECAMATAN CANGKUANG
Mekarjaya Cipeujeuh
Panyocokan Mekarsari
Pangguh
Ciwidey Cibodas Cipinang Ancolmekar Tingkat Kerentanan Gerakan Tanah
Sukamaju KECAMATAN CIMAUNG Mekarwangi Loa
Panundaan
Campakamulya Pasirmulya
Maruyung
Mandalahaji
Tinggi
KECAMATAN BANJARAN
Mekarjaya
Sedang
Cikawao
Mekarsari
Nagrak Rendah
KECAMATAN PACET
Indragiri
Margamulya
Laksana Sangat Rendah
Dukuh
9210000
9210000
Alam Endah Cinanggela Ibun
Cisondari Lamajang Cikalong Pangauban Cikitu Neglasari
KECAMATAN RANCABALI
7°10'0"S
Sukapura
Pulosari
Cipelah Pangalengan Margamukti
Sukaresmi KECAMATAN PASIRJAMBU
Cibeureum
Warnasari
Cihawuk
Sukamanah
Sugihmukti
Tenjolaya Margamekar
Cikembang
KECAMATAN PANGALENGAN
9200000
9200000
Margaluyu
Sukaluyu Banjarsari Tarumajaya
KECAMATAN KERTASARI
Wanasuka
Kab. Garut
Santosa
Neglawangi
Kab. Cianjur
9190000
9190000
7°20'0"S
7°20'0"S
Kab. Tasikmalaya Sumber Data:
- Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000, Seamless Tahun 2005, Bakosurtanal,
yang diperbaharui menggunakan Citra Satelit Spot Tahun 2011.
- Peta Rawan Bencana, Tahun 2013, BPBD Kabupaten Bandung
750000 107°20'0"E 760000 770000 107°30'0"E 780000 790000 107°40'0"E 800000 810000 107°50'0"E 820000
750000 107°20'0"E760000 770000 107°30'0"E 780000 790000 107°40'0"E 800000 810000 107°50'0"E 820000
Kab. Purwakarta
Kab. Subang
9250000
9250000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2016-2036
GAMBAR 1.11.
6°50'0"S
6°50'0"S
KECAMATAN CIMENYAN
Kab. Sumedang
µ
9240000
9240000
KECAMATAN CILENGKRANG
0 2 4 8 12 16
Kota Cimahi
Km
SKALA 1 : 250.000
Kota Bandung
Datum / Zone : WGS 1984 / 48S
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
KECAMATAN CILEUNYI
6°0'0"S
6°0'0"S
Laut Jawa
DKI Jakarta
KECAMATAN MARGAASIH Banten
9230000
9230000
Jawa Barat
KECAMATAN DAYEUHKOLOT
Kabupaten Bandung
Jawa Tengah
KECAMATAN MARGAHAYU
7°30'0"S
7°30'0"S
KECAMATAN RANCAEKEK
KECAMATAN BOJONGSOANG
KECAMATAN CICALENGKA Samudera Hindia
7°0'0"S
KECAMATAN KUTAWARINGIN
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
7°0'0"S
KECAMATAN KATAPANG LEGENDA
KECAMATAN SOLOKANJERUK
KECAMATAN PAMEUNGPEUKKECAMATAN BALEENDAH Pusat Administrasi Jaringan Jalan
Ibukota Kabupaten Jalan Tol
KECAMATAN CIKANCUNG Ibukota Kecamatan Jalan Arteri
KECAMATAN CIPARAY Pusat Desa Jalan Kolektor
KECAMATAN SOREANG KECAMATAN NAGREG Jalan Lokal
9220000
9220000
KECAMATAN MAJALAYA Jalur Kereta Api
KECAMATAN CANGKUANG KECAMATAN ARJASARI Batas Administrasi
Batas Provinsi
Perairan
KECAMATAN PASEH Batas Kabupaten
Batas Kecamatan Situ/Waduk/Danau
KECAMATAN BANJARAN Batas Desa Sungai
KECAMATAN CIWIDEY
Tingkat Kerentanan Banjir
Tinggi
KECAMATAN CIMAUNG
Menengah
Rendah
Tidak Rawan Banjir
KECAMATAN PACET
9210000
9210000
KECAMATAN IBUN
7°10'0"S
KECAMATAN RANCABALI
7°10'0"S
KECAMATAN PASIRJAMBU
KECAMATAN PANGALENGAN
9200000
9200000
KECAMATAN KERTASARI
Kab. Garut
Kab. Cianjur
9190000
9190000
7°20'0"S
7°20'0"S
Kab. Tasikmalaya Sumber Data:
- Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000, Seamless Tahun 2005, Bakosurtanal,
yang diperbaharui menggunakan Citra Satelit Spot Tahun 2011.
- Peta Rawan Bencana, Tahun 2013, BPBD Kabupaten Bandung
750000 107°20'0"E 760000 770000 107°30'0"E 780000 790000 107°40'0"E 800000 810000 107°50'0"E 820000
750000 107°20'0"E760000 770000 107°30'0"E 780000 790000 107°40'0"E 800000 810000 107°50'0"E 820000
Kab. Purwakarta
Kab. Subang
9250000
9250000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2016-2036
GAMBAR 1.12.
6°50'0"S
6°50'0"S
KECAMATAN CIMENYAN
Kab. Sumedang
µ
9240000
9240000
KECAMATAN CILENGKRANG
0 2 4 8 12 16
Kota Cimahi
Km
SKALA 1 : 250.000
Kota Bandung
Datum / Zone : WGS 1984 / 48S
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
KECAMATAN CILEUNYI
6°0'0"S
6°0'0"S
Laut Jawa
DKI Jakarta
KECAMATAN MARGAASIH Banten
9230000
9230000
Jawa Barat
KECAMATAN DAYEUHKOLOT
Kabupaten Bandung
Jawa Tengah
KECAMATAN MARGAHAYU
7°30'0"S
7°30'0"S
KECAMATAN RANCAEKEK
KECAMATAN BOJONGSOANG
KECAMATAN CICALENGKA Samudera Hindia
7°0'0"S
KECAMATAN KUTAWARINGIN
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
7°0'0"S
KECAMATAN KATAPANG LEGENDA
KECAMATAN SOLOKANJERUK
KECAMATAN PAMEUNGPEUKKECAMATAN BALEENDAH Pusat Administrasi Jaringan Jalan
Ibukota Kabupaten Jalan Tol
KECAMATAN CIKANCUNG Ibukota Kecamatan Jalan Arteri
KECAMATAN CIPARAY Pusat Desa Jalan Kolektor
KECAMATAN SOREANG KECAMATAN NAGREG Jalan Lokal
9220000
9220000
Jalur Kereta Api
KECAMATAN MAJALAYA Batas Administrasi
KECAMATAN CANGKUANG KECAMATAN ARJASARI Batas Provinsi
Batas Kabupaten Perairan
KECAMATAN PASEH
Batas Kecamatan Situ/Waduk/Danau
KECAMATAN BANJARAN Batas Desa Sungai
KECAMATAN CIWIDEY
KECAMATAN PACET
9210000
9210000
KECAMATAN IBUN
7°10'0"S
KECAMATAN RANCABALI
7°10'0"S
KECAMATAN PASIRJAMBU
KECAMATAN PANGALENGAN
9200000
9200000
KECAMATAN KERTASARI
Kab. Garut
Kab. Cianjur
9190000
9190000
7°20'0"S
7°20'0"S
Kab. Tasikmalaya Sumber Data:
- Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000, Seamless Tahun 2005, Bakosurtanal,
yang diperbaharui menggunakan Citra Satelit Spot Tahun 2011.
- Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 - 2029
750000 107°20'0"E 760000 770000 107°30'0"E 780000 790000 107°40'0"E 800000 810000 107°50'0"E 820000 - Kajian & Analisis Tim Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bandung, Tahun 2014
750000 107°20'0"E760000 770000 107°30'0"E 780000 790000 107°40'0"E 800000 810000 107°50'0"E 820000
Kab. Purwakarta
Kab. Subang
9250000
9250000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2016-2036
GAMBAR 1.13.
6°50'0"S
6°50'0"S
KECAMATAN CIMENYAN
Kab. Sumedang
µ
9240000
9240000
KECAMATAN CILENGKRANG
0 2 4 8 12 16
Kota Cimahi
Km
SKALA 1 : 250.000
Kota Bandung
Datum / Zone : WGS 1984 / 48S
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
KECAMATAN CILEUNYI
6°0'0"S
6°0'0"S
Laut Jawa
DKI Jakarta
KECAMATAN MARGAASIH Banten
9230000
9230000
Jawa Barat
KECAMATAN DAYEUHKOLOT
Kabupaten Bandung
Jawa Tengah
KECAMATAN MARGAHAYU
7°30'0"S
7°30'0"S
KECAMATAN RANCAEKEK
KECAMATAN BOJONGSOANG
KECAMATAN CICALENGKA Samudera Hindia
7°0'0"S
KECAMATAN KUTAWARINGIN
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
7°0'0"S
KECAMATAN KATAPANG LEGENDA
KECAMATAN SOLOKANJERUK
KECAMATAN PAMEUNGPEUKKECAMATAN BALEENDAH Pusat Administrasi Jaringan Jalan
Ibukota Kabupaten Jalan Tol
KECAMATAN CIKANCUNG Ibukota Kecamatan Jalan Arteri
KECAMATAN CIPARAY Pusat Desa Jalan Kolektor
KECAMATAN SOREANG KECAMATAN NAGREG Jalan Lokal
9220000
9220000
Jalur Kereta Api
KECAMATAN MAJALAYA Batas Administrasi
KECAMATAN CANGKUANG KECAMATAN ARJASARI Batas Provinsi
Batas Kabupaten Perairan
KECAMATAN PASEH
Batas Kecamatan Situ/Waduk/Danau
KECAMATAN BANJARAN Batas Desa Sungai
KECAMATAN CIWIDEY
KECAMATAN PACET
9210000
9210000
KECAMATAN IBUN
7°10'0"S
KECAMATAN RANCABALI
7°10'0"S
KECAMATAN PASIRJAMBU
KECAMATAN PANGALENGAN
9200000
9200000
KECAMATAN KERTASARI
Kab. Garut
Kab. Cianjur
9190000
9190000
7°20'0"S
7°20'0"S
Kab. Tasikmalaya Sumber Data:
- Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000, Seamless Tahun 2005, Bakosurtanal
yang diperbaharui menggunakan Citra Satelit Spot Tahun 2011.
- Peta Rawan Bencana, Tahun 2013, BPBD Kabupaten Bandung.
750000 107°20'0"E 760000 770000 107°30'0"E 780000 790000 107°40'0"E 800000 810000 107°50'0"E 820000 - Peta Batuan Obsidian, Tahun 2013, Dinas SDAPE Kabupaten Bandung.
BUKU RENCANA
Luas
Kecamatan Luas Hutan Tutupan
No. Kecamatan ITH IKLH
(Km2) (ha) Lahan
1 Ciwidey 48,47 2.352,55 0,485
2 Rancabali 148,37 6.926,09 0,467
3 Pasir Jambu 239,58 1.4377,17 0,600
4 Cimaung 55 1968 0,358
5 Pangalengan 195,41 7.381,45 0,378
6 Kertasari 152,07 6.802,06 0,447
7 Pacet 91,94 5.123,47 0,557
8 Ibun 54,57 2.927,02 0,536
9 Paseh 51,03 1.613,15 0,316
10 Cikancung 40,14 135,34 0,034
11 Cicalengka 35,99 848,08 0,236
12 Nagreg 49,3 1.220,21 0,248
13 Rancaekek 45,25 37,28 0,008
14 Majalaya 25,36 16,44 0,006
15 Solokan Jeruk 24,01 49,79 0,021
16 Ciparay 46,18 228,3 0,049
53,526169
17 Baleendah 41,56 105,64 0,025
18 Arjasari 64,98 1.732,63 0,267
19 Banjaran 42,92 1.459,04 0,340
20 Cangkuang 24,61 81,33 0,033
21 Pameungpeuk 14,62 16,64 0,011
22 Katapang 15,72 24,69 0,016
23 Soreang 25,51 1.058,61 0,415
24 Kutawaringin 47,3 32,54 0,007
25 Margaasih 18,35 39,07 0,021
26 Margahayu 10,54 42,7 0,041
27 Dayeuhkolot 11,03 64,41 0,058
28 Bojongsoang 27,81 227,15 0,082
29 Cileunyi 31,58 1.007,43 0,319
30 Cilengkrang 30,12 325,08 0,108
31 Cimenyan 53,08 1.397,27 0,263
Total 1762,39 59.620,63 0,338
Keterangan: -
Sumber: SLHD Kabupaten Bandung, 2015
Tabel 1.13
Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status Di Kabupaten Bandung Tahun 2015
Dalam arahan Provinsi Jawa Barat, maka Kehutanan di Kabupaten Bandung terdiri dari Hutan
Lindung, Hutan Produksi, Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Konservasi. Memperhatikan
data tersebut, sebagian besar sumberdaya hutan di Kabupaten Bandung memiliki fungsi
lindung dan konservasi.
Tabel 1.14
Sumber Daya Hutan Kabupaten Bandung
No. Sumber Daya Hutan Luas % terhadap Kab. Bandung
1. Hutan Lindung 34.868,55 19,78
2. Hutan Produksi Tetap 340,28 0,19
3. Hutan Produksi Terbatas 58,28 0,03
4. Hutan Konservasi 16.642,60 9,44
Sumber Daya Hutan 51.909,71 29,45
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, Tahun 2013.
Kab. Purwakarta
Kab. Subang
9250000
9250000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2016-2036
GAMBAR 1.15.
6°50'0"S
6°50'0"S
KECAMATAN CIMENYAN
Kab. Sumedang
µ
9240000
9240000
KECAMATAN CILENGKRANG
0 2 4 8 12 16
Kota Cimahi
Km
SKALA 1 : 250.000
Kota Bandung
Datum / Zone : WGS 1984 / 48S
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
KECAMATAN CILEUNYI
6°0'0"S
6°0'0"S
Laut Jawa
DKI Jakarta
KECAMATAN MARGAASIH Banten
9230000
9230000
Jawa Barat
KECAMATAN DAYEUHKOLOT
Kabupaten Bandung
Jawa Tengah
KECAMATAN MARGAHAYU
7°30'0"S
7°30'0"S
KECAMATAN RANCAEKEK
KECAMATAN BOJONGSOANG
KECAMATAN CICALENGKA Samudera Hindia
7°0'0"S
KECAMATAN KUTAWARINGIN
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
7°0'0"S
KECAMATAN KATAPANG LEGENDA
KECAMATAN SOLOKANJERUK
KECAMATAN PAMEUNGPEUKKECAMATAN BALEENDAH Pusat Administrasi Jaringan Jalan
Ibukota Kabupaten Jalan Tol
KECAMATAN CIKANCUNG Ibukota Kecamatan Jalan Arteri
KECAMATAN CIPARAY Pusat Desa Jalan Kolektor
KECAMATAN SOREANG KECAMATAN NAGREG Jalan Lokal
9220000
9220000
Jalur Kereta Api
KECAMATAN MAJALAYA Batas Administrasi
KECAMATAN CANGKUANG KECAMATAN ARJASARI Batas Provinsi
Batas Kabupaten Perairan
KECAMATAN PASEH
Batas Kecamatan Situ/Waduk/Danau
KECAMATAN BANJARAN Batas Desa Sungai
KECAMATAN CIWIDEY
Potensi Tambang
Andesit
KECAMATAN CIMAUNG Batuapung
Kaolin
Lempung
KECAMATAN PACET
Obsidian
9210000
9210000
KECAMATAN IBUN Sirtu
Trass
7°10'0"S
KECAMATAN RANCABALI
7°10'0"S
KECAMATAN PASIRJAMBU
KECAMATAN PANGALENGAN
9200000
9200000
KECAMATAN KERTASARI
Kab. Garut
Kab. Cianjur
9190000
9190000
7°20'0"S
7°20'0"S
Kab. Tasikmalaya Sumber Data:
- Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000, Tahun 2005 Seamless
- Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029
- Perda Nomor 6 Tahun 2006 tentang RIPPDA Kab. Bandung Tahun 2006-2016
750000 107°20'0"E 760000 770000 107°30'0"E 780000 790000 107°40'0"E 800000 810000 107°50'0"E 820000 - Hasil Kajian & Analisis Tim Teknis Penyusunan RTRW Kab. Bandung, Tahun 2014
BUKU RENCANA
NO LUAS JENIS
Nama Kuasa Pertambangan/Pemilik
(Ha) KOMODITAS
1 PT. GUNUNG PUNCAK SALAM 6 Andesit
2 PT. PANGHEGAR MITRA ABADI 5 Andesit
3 CV. TRI HIKMAH 5 Andesit
4 PD. ALAM JAYA 5 Andesit
5 CV. DALTU BOYO MANDIRI 0,169 Andesit
6 CV. GAMBOL 5 Andesit
7 PT. GUNUNG KULALET 3,5 Andesit
8 PT. BUMI KALIMANTAN LESTARI 24,215 Andesit
9 PT. QUARRYNDO BUKIT BAROKAH 3,9 Andesit
10 PD. HAP 0,63 Andesit
11 RAHMAT YUDABRATA, SH 0,8675 Andesit
12 H. DJAMHUR GANDAPURA 3,5 Tanah Urug
13 PT. GUNUNG PADAKASIH 14,15 Andesit
14 CV. UR 3 Andesit
15 CV. FAJAR UTAMA MANDIRI 6 Andesit
16 Hj. LILIS TUTIEK ANDRIANI, SE 5,5 Andesit
17 CV. RAHAYU PUTRA 3 Andesit
18 CV. MEKAR JAYA 13 Andesit
19 H. DINDIN MULYANA, LM 10 Andesit
Total Keseluruhan 117,767
Sumber : Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi 2016
Sedangkan potensi lainnya berada di Kecamatan Ciwidey, meliputi Cimanggu, Ranca Walini,
Batununggal, Kawah Putih, Kawah Cibuni dan Kawah Ciwidey. Sedangkan untuk potensi
Pengembangan berada di wilayah Kamojang (Ibun), Papandayan (Pangalengan), Ciwalini
(Rancabali), Wayang Windu (Pangalengan) dan Gunung Patuha (Rancabali).
Tabel 1.16
Potensi Panas Bumi Di Kabupaten Bandung
Kapasitas
WKP Pemegang Lapangan Potensi
No Pengembang Terpasang
Panas Bumi WKP PLTP (MW)
(MW)
1 Pangalengan PT Geothermal Wayang Star Energy 400 227
Energy Windu Geothermal
Wayang
Windu
Patuha PT Geo Dipa 706 -
Energi
2 Kamojang- PT Geothermal Kamojang PT 855 200
Darajat Energy Geothermal
Energy
Chevron 610 270
Geothermal
Indonesia
3 Cibuni PT Yala Tekno Cibuni PT Tekno 140 0
Geothermal sarana Energi
Geothermal
Jumlah 2.711 697
Sumber : RPJMD 2016-2021
Struktur ekonomi Kabupaten Bandung masih tetap didominasi oleh 3 sektor Utama yaitu
Industri Pengolahan (54%), sektor Perdagangan, Hotel dan restoran (20%) dan sektor
Pertanian (7,55%). Dengan nilai peranan sektor industri pengolahan yang di atas 50% maka
dapat dikatakan sektor ini merupakan penopang utama atau penggerak roda perekonomian
di Kabupaten Bandung. Adapun industri yang menjadi penyumbang terbesar adalah insutri
tekstil, barang dari kulit dan alas kaki, disamping industri makanan minuman yang juga
memberikan andil cukup besar terhadap perekonomian Kabuapten Bandung.
Gambar 1.16
Pengangkutan
dan Hotel dan
Komunikasi Restoran
4% 20% Industri
Pengolahan
55%
Bangunan/Ko
nstruksi
2%
Listrik,Gas
dan Air Bersih
2%
Gambar 1.17
Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bandung (Juta Rupiah)
90.000.000,00
80.000.000,00
PDRB (Juta Rupiah)
70.000.000,00
60.000.000,00
50.000.000,00
ADHB
40.000.000,00
30.000.000,00 ADHK
20.000.000,00
10.000.000,00
-
2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
Sumber: IPM Kab. Bandung 2013, APE, APS Kab. Bandung 2015 dan RPJMD Kab. Bandung 2010-2015
Kab. Purwakarta
Kab. Subang
9250000
9250000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2016-2036
GAMBAR 1.18.
6°50'0"S
6°50'0"S
KECAMATAN CIMENYAN
Kab. Sumedang
µ
9240000
9240000
KECAMATAN CILENGKRANG
0 2 4 8 12 16
Kota Cimahi
Km
SKALA 1 : 250.000
Kota Bandung
Datum / Zone : WGS 1984 / 48S
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
KECAMATAN CILEUNYI
6°0'0"S
6°0'0"S
Laut Jawa
DKI Jakarta
KECAMATAN MARGAASIH Banten
9230000
9230000
Jawa Barat
KECAMATAN DAYEUHKOLOT
Kabupaten Bandung
Jawa Tengah
KECAMATAN MARGAHAYU
7°30'0"S
7°30'0"S
KECAMATAN RANCAEKEK
KECAMATAN BOJONGSOANG
KECAMATAN CICALENGKA Samudera Hindia
7°0'0"S
KECAMATAN KUTAWARINGIN
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
7°0'0"S
KECAMATAN KATAPANG LEGENDA
KECAMATAN SOLOKANJERUK
KECAMATAN PAMEUNGPEUKKECAMATAN BALEENDAH Pusat Administrasi Jaringan Jalan
Ibukota Kabupaten Jalan Tol
KECAMATAN CIKANCUNG Ibukota Kecamatan Jalan Arteri
KECAMATAN CIPARAY Pusat Desa Jalan Kolektor
KECAMATAN SOREANG KECAMATAN NAGREG Jalan Lokal
9220000
9220000
Jalur Kereta Api
KECAMATAN MAJALAYA Batas Administrasi
KECAMATAN CANGKUANG KECAMATAN ARJASARI Batas Provinsi
Batas Kabupaten Perairan
KECAMATAN PASEH
Batas Kecamatan Situ/Waduk/Danau
KECAMATAN BANJARAN Batas Desa Sungai
KECAMATAN CIWIDEY
Sumber Daya Energi
KECAMATAN IBUN
Ciwalini KECAMATAN PACET
9210000
9210000
Kamojang
Patuha
7°10'0"S
KECAMATAN RANCABALI
7°10'0"S
KECAMATAN PASIRJAMBU
KECAMATAN PANGALENGAN
Wayang Windu
9200000
9200000
KECAMATAN KERTASARI
Kab. Garut
Papandayan
Kab. Cianjur
9190000
9190000
7°20'0"S
7°20'0"S
Kab. Tasikmalaya Sumber Data:
- Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000, Tahun 2005 Seamless
- Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029
- Perda Nomor 6 Tahun 2006 tentang RIPPDA Kab. Bandung Tahun 2006-2016
750000 107°20'0"E 760000 770000 107°30'0"E 780000 790000 107°40'0"E 800000 810000 107°50'0"E 820000 - Hasil Kajian & Analisis Tim Teknis Penyusunan RTRW Kab. Bandung, Tahun 2014
BUKU RENCANA
Tabel 1.17
Nilai dan Kontribusi Sektor pada Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung
Tahun 2010-2015
Atas dasar harga konstan tahun 2000
Tabel 1.18
Nilai dan Kontribusi Sektor pada Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung
Tahun 2010-2015
Atas dasar harga Belaku
1 Pertanian 3.471.661,92 7,53 3.978.936,25 7,76 4.518.784,28 7,92 5.171.118,06 8,00 5.672.739,51 7,78 6.096.809,16 7,55
Pertambangan &
2 580.783,81 1,26 642.359,10 1,25 686.014,49 1,20 673.133,71 1,04 657.379,13 0,90 714.839,97 0,89
Penggalian
3 Industri Pengolahan 27.471.535,02 59,60 30.116.379,01 58,72 32.915.231,13 57,67 36.721.871,46 56,79 40.595.513,08 55,65 44.208.777,89 54,75
5 Kontruksi 764.990,68 1,66 852.508,61 1,66 947.236,94 1,66 1.143.674,37 1,77 1.294.611,80 1,77 1.447.356,56 1,79
Pengangkutan &
7 1.933.148,22 4,19 2.159.485,64 4,21 2.374.097,92 4,16 2.659.942,03 4,11 3.046.424,06 4,18 3.469.128,60 4,30
Komunikasi
9 Jasa-Jasa 2.434.375,72 5,28 2.806.725,22 5,47 3.115.489,15 5,46 3.783.648,37 5,85 4.731.802,73 6,49 5.322.478,89 6,59
PDRB ADHB 46.092.238,74 100 51.291.762,64 100 57.071.406,67 100 64.660.447,44 100 72.945.347,59 100 80.752.786,97 100
Gambar 1.19
Grafik LPE Kabupaten Bandung Tahun 2015 (persen)
10 8,99 9,28
9 8,32 8,08 8,05
8
7
5,64
6
5 4,32
4
3 2,28
2
0,67
1
0
Kondisi eksternal perekonomian pada tahun 2015 memang dalam situasi yang kurang
menguntungkan. Terjadinya krisis ekonomi global menyebabkan tertekanya nilai tukar kurs
rupiah dan melemahnya perekonomian nasional. Disamping tu pada tahun 2015 terjadi
musim kekeringan yang cukup panjang sehingga menyebabkan turunya produksi padi yang
terdampak kekeringan.
Gambar 1.20
Tabel 1.19
Tabel 1.20
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bandung
Atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku
Tahun 2014-2015
Perkonomian Kabupaten Bandung yang di ukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar Harga
Berlaku pada tahun 2015 mencapai Rp.80,75 Triliun, sedangkan PDRB atas dasar harga
konstan 2000 mencapai Rp. 28,94 Triliun. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
PDRB atas dasar harga berlaku mengalami kenaikan sebesar Rp. 8,1 Triliun atau meningkat
sebesar 10,70 % dari tahun sebelumnya. Demikian pula PDRB atas dasar harga konstan 2000,
yang mengalami kenaikan sebesar Rp. 1,5 Triliun dari Rp. 27,43 Triliun pada tahun
sebelumnya
Gambar 1.21
PDRB Kabuapten Bandung Tahun 2011-2015
(Triliun Rp)
90
80 80,75
72,95
70
64,66
60
57,07
50 51,29
ADHB Berlaku
40
ADHK Konstan
30 28,94
25,9 27,44
23,03 24,44
20
10
0
2011 2012 2013 2014 2015
2. Tingginya mobilitas wilayah yang terhubung dengan Kota Bandung tidak diikuti dengan
ketidakoptimalan prasarana dan manajemen lalu lintas yang memadai sehingga pada
wilayah pinggiran Kota Bandung sebagai pintu gerbang menuju Kabupaten Bandung
seringkali terjadi kemacetan dan kesemrautan.
3. Pemanfaatan sumber daya alam, mineral dan energi yang melimpah dengan tidak
memperhatikan pelestarian dan perlindungan terhadap daerah-daerah yang berfungsi
lindung dan penyangga berdampak pada degradasi lahan dan air sehingga ditemui lahan
kritis yang mempengaruhi ketersediaan air baku dan mempengaruhi limpasa air hujan
(banjir dan gerakan tanah), khususnya pada DAS Citarum Hulu (Sub DAS Cisangkuy,
Cirasea dan Citarik).
4. Lemahnya pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang serta adanya desakan
kebutuhan ruang memicu terjadinya konflik pemanfaatan yang berdampak pada Alih
fungsi lahan, khususnya dalam permintaan kebutuhan dasar permukiman dan kegiatan
industri mempengaruhi lahan produktif pertanian.
5. Pengembangan zona/kawasan industri di wilayah Kabupaten Bandung cukup strategis
dan diminati oleh kalangan investor harus disertai dengan pengawasan terhadap
penggunaan air baku khususnya penggunaan air artesis (sumur bor), pengawasan dan
pengelolaan limbah terpadu bersinergi dengan penyediaan air baku (daur ulang air
limbah), peningkatan teknologi pengelolaan limbah padat (sampah) dan penyediaan
buffering (batas hijau) sebagai penetralisir kegiatan industri dengan kegiatan non
industri lainnya.
6. Adanya upaya pengembangan kawasan terpadu dalam upaya sinergitas penyediaan
fasilitas dan utilitas khususnya dalam pemenuhan bertambahnya kebutuhan lahan
permukiman, peningkatan produktifitas industri, pengembangan kepariwisataan dan
peningkatan produktivitas pertanian melalui perwujudan kawasan agropolitan,
agroindustri dan agrowisata.
i. Menata dan mengembangkan sistem drainase skala lokal dan regional dengan
memperhatikan karakteristik wilayah perkotaan dan perdesaan secara terpadu
dengan infrastruktur lain;
j. Mengembangkan sistem pelayanan jaringan air minum dan air bersih secara terpadu
dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan; dan
k. Mengembangkan sistem kebencanaan melalui penyediaan sarana dan prasarana
mitigasi bencana, penanggulangan bencana dan pasca bencana.
3. Strategi untuk melaksanakan Kebijakan Pelestarian Kawasan Lindung dan
Pengembangan Kawasan Budidaya dengan prinsip keberkelanjutan, meliputi :
a. Mempertahankan kawasan lindunghutan dan non hutan, serta kawasan lindung
lainnya melalui upaya rehabilitasi dan peningkatan kualitas kawasan lindung;
b. Mengendalikan secara ketat kegiatan budidaya yang berpotensi merusak atau
mengganggu kawasan lindung;
c. Mengendalikan secara khusus pengembangan di kawasan budi daya, khususnya KBU
dan KBS;
d. Menyusun perencanaan detail kawasan berpotensi rawan bencana, membatasi dan
memindahkan kegiatan budidaya pada kawasan rawan bencana beresiko tinggi;
e. Mengembangkan kegiatan budidaya yang berfungsi lindung melalui pengembangan
tanaman yang berfungsi konservasi;
f. Mengembangkan kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan dengan
cara intensifikasi berdasarkan kesesuaian lahannya;
g. Mengembangkan kawasan permukiman yang terpadu di pusat-pusat kegiatan; dan
h. Mengembangkan kegiatan industri yang ramah lingkungan dan membatasi kegiatan
industri yang bersifat polutif.
4. Strategi untuk melaksanakan Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis sebagai
alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan
pelestarian lingkungan, meliputi :
a. Menata dan mengendalikan kawasan berfungsi lindung;
b. Mengembangkan potensi ekonomi, memberdayakan potensi masyarakat lokal, yang
memperhatikan aspek kelestarian lingkungan, penerapan insentif dan disinsentif; dan
c. Mengembangkan kawasan terpadu.
5. Strategi untuk melaksanakan Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang untuk
menjamin terwujudnya tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang, meliputi :
a. Menetapkan ketentuan umum peraturan zonasi dan ketentuan perizinan sebagai
acuan pemberian izin pemanfaatan ruang untuk menjaga keadilan dan kepentingan
umum;
b. Menetapkan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan budidaya di
kawasan berfungsi lindung secara khusus;
c. Menetapkan ketentuan pemberian insentif dan disinsentif untuk mendukung
perwujudan RTRW; dan
d. Menetapkan arahan pengenaan sanksi terhadap pelanggaran RTRW.
Rencana Struktur Ruang adalah suatu rencana kerangka tata ruang wilayah yang dibangun
oleh konstelasi pusat-pusat kegiatan atau pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama
lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan transportasi.
1. Rencana Struktur Ruang disusun sebagai perwujudan Kebijakan dan Strategi Penataan
Ruang;
2. Rencana struktur ruang kabupaten terikat pada keharusan untuk mengikuti struktur
ruang wilayah yang berada pada hirarki diatasnya; dan
3. Rencana struktur ruang harus sesuai dengan kebutuhan pusat-pusat pelayanan yang
diperlukan untuk mendukung fungsi kawasan-kawasan yang ada di dalam kota dan untuk
mendukung fungsi wilayah secara keseluruhan.
b. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang pusat permukiman yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala antar desa.
Beberapa prinsip dasar pertimbangan dalam pengembangan sistem perkotaan/ permukiman
di wilayah Kabupaten Bandung adalah :
a. Pemerataan pembangunan di setiap wilayah dengan mengembangkan peran dan fungsi
masing-masing pusat kegiatan;
b. Mengembangkan sistem jaringan prasarana skala kabupaten yang mendukung struktur
yang direncanakan dan meningkatkan aksesibilitas antar pusat-pusat kegiatan yang
berhierarki satu sama lain ntuk mengurangi ketergantungan kepada wilayah lain;
c. Mengintegrasikan fungsi perkotaan dan perdesaan yang ada di wilayah Kabupaten; dan
d. Mengantisipasi perkembangan kegiatan di masa mendatang.
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Bandung dirumuskan dengan kriteria :
a. Mengakomodasi Rencana Struktur Ruang Nasional, Rencana Struktur Ruang Wilayah
Provinsi Jawa Barat, dan memperhatikan bagian dari Cekungan Bandung dan Bandung
Metropolitan Area;
b. Jelas, realistis dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah kabupaten bersangkutan;
c. Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
Terdiri atas pusat pelayanan kawasan (PPK), pusat pelayanan lingkungan (PPL), serta
pusat kegiatan lain yang berhirarki lebih tinggi yang berada di wilayah kabupaten
yang kewenangan penentuannya ada pada pemerintah pusat dan pemerintah
provinsi;
Memuat penetapan pusat pelayanan kawasan (PPK) serta pusat pelayanan
lingkungan (PPL); dan
Harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang serta saling terkait
menjadi satu kesatuan sistem wilayah kabupaten.
d. Dapat memuat pusat-pusat kegiatan dengan ketentuan sebagai berikut :
Pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL
promosi (dengan notasi PKLp);
Pusat kegiatan yang dapat dipromosikan menjadi PKLp hanya pusat pelayanan
kawasan (PPK); dan
Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a harus ditetapkan sebagai
kawasan strategis kabupaten dan mengindikasikan program pembangunannya di
dalam arahan pemanfataan ruangnya, agar pertumbuhannya dapat didorong untuk
memenuhi kriteria PKL.
Penetapan fungsi pada masing-masing pusat kegiatan didasarkan pada pertimbangan sebagai
berikut :
Hiraki kota/kawasan perkotaan;
Tabel 3.1
Rencana Sistem Pusat Kegiatan Wilayah Kabupaten Bandung
Hierarki Pusat
Kecamatan Fungsi Utama
Fungsi Perkotan/Lingkungan
PKL Soreang – Soreang - Pusat Pemerintahan Kabupaten
Kutawaringin - Kutawaringin - Pusat Perdagangan dan Jasa skala Kabupaten
Katapang Katapang Pusat Industri non polutif
Pusat Permukiman Perkotaan
Pusat Pelayanan Kesehatan Daerah
Pusat Wisata Buatan
Pelestarian Lahan Pertanian
PKLp Dayeuhkolot Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pusat Industri
Pusat Pendidikan Tinggi
Pusat Permukiman Perkotaan
Pusat Perdagangan Dan Jasa
Pangalengan Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pusat Koleksi dan Sentra Produksi Perkebunan
dan Pertanian (Agropolitan)
Pusat Sentra Perternakan
Pusat Sentra Industri Non Polutif (home
industri)
Pusat Wisata Alam
Pusat Perdagangan dan jasa skala beberapa
Kecamatan
Pusat Permukiman Perkotaan dan Perdesaan
Pusat Pertahanan dan Keamanan Darat
Pusat Konservasi dan Kehutanan
Pusat Sumberdaya Energi Panas Bumi
Majalaya Pusat Pemerintahan Kecamatan
Pusat Industri Non Polutif
Pusat Permukiman Perkotaan
Pusat Perdagangan dan Jasa
Pusat Pelayanan Kesehatan Daerah
Pusat Pertanian
PPK Margahayu Pusat Industri Non Polutif
Pusat Perdagangan dan Jasa
Pusat Permukiman Perkotaan
Pusat Wisata Buatan
Pusat Pertanahan dan Keamanan Udara
Baleendah Pusat Industri Non Polutif
Pusat Perdagangan dan Jasa
Pusat Permukiman Perkotaan
Pusat Wisata Budaya
Pusat Pertanian
Cileunyi Pusat Industri Non Polutif
Pusat Perdagangan dan Jasa
Pusat Permukiman Perkotaan
Ciwidey Pusat Koleksi dan Sentra Perkebunan dan
Pertanian (Agropolitan)
Sentra Industri Non Polutif (home industry)
Pusat Wisata Alam dan Budaya
Pusat Perdagangan dan Pemasaran Komoditas
Hierarki Pusat
Kecamatan Fungsi Utama
Fungsi Perkotan/Lingkungan
Pertanian.
Pusat Permukiman Perkotaan dan Perdesaan
Pusat Konservasi dan Kehutanan
Rancabali Sentra Industri Non Polutif (home industry)
Pusat Wisata Alam dan Budaya (Agrowisata)
Pusat Permukiman Perkotaan dan Perdesaan
Pusat Perdagangan dan Jasa skala kawasan
Pusat Konservasi dan Kehutanan
Pusat Sumberdaya Energi Panas Bumi
Cimenyan Pusat Wisata Alam dan Budaya
Pusat Perdagangan dan Jasa
Pusat Permukiman Perkotaan
Pusat Konservasi dan Kehutanan
Cicalengka Pusat Industri Non Polutif
Pusat Perdagangan dan Jasa
Pusat Permukiman Perkotaan dan Perdesaan
Pusat Pertanian dan Peternakan
Rancaekek Pusat Industri Non Polutif
Pusat Perdagangan dan Jasa
Pusat Permukiman Perkotaan dan Perdesaan
Pusat Pertanian dan Perternakan
Pusat Wisata Budaya
Margaasih Pusat Industri Non Polutif
Pusat Perdagangan dan Jasa
Pusat Permukiman Perkotaan
Banjaran Pusat Industri Non Polutif
Pusat Perdagangan dan Jasa
Pusat Permukiman Perkotaan dan Perdesaaan
Pusat Pertanian
Pusat Wisata Budaya
Nagreg Pusat Perdagangan dan Jasa
Pusat Permukiman Perkotaan dan Perdesaan
Pusat Pertanian (Agribisnis)
Pusat Perkebunan
Pusat Konservatif dan Kehutanan
PPL Ciparay, Cimaung, Ciparay, Cimaung, Sentra Industri (home industry)
Cangkuang, Pasirjambu, Cangkuang, Pusat Perdagangan dan Jasa skala lingkungan
Paseh, Bojongsoang, Pasirjambu, Paseh, Pusat Permukiman Perkotaan dan Perdesaan
Katapang, Pacet, Bojongsoang, Pusat Wisata Alam dan Budaya
Kutawaringin, Katapang, Pacet, Pusat Konservatif Kehutanan
Kertasari, Cilengkrang, Kutawaringin, Sentra Pertanian dan Perkebunan
Cikancung, Kertasari, Cilengkrang,
Pameungpeuk, Ibun, Cikancung,
Solokanjeruk, dan Pameungpeuk, Ibun,
Arjasari Solokanjeruk, dan
Arjasari
Sumber : Hasil Rencana (review) Tahun 2016.
KAB. PURWAKARTA
KAB. SUBANG
9250000
9250000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2016-2036
GAMBAR 3.1
6°50'0"S
6°50'0"S
KAB. CIANJUR PETA RENCANA STRUKTUR RUANG
Kecamatan
*Cimenyan
# KAB. SUMEDANG
µ
9240000
9240000
Kecamatan Cilengkrang
#
*
KOTA CIMAHI 0 2 4 8 12 16
Km
SKALA 1 : 250.000
KAB. BANDUNG BARAT Proyeksi : Transverse Mercator
Sistem Grid : Sistem Geografis & Sistem UTM
KOTA BANDUNG Datum / Zone : WGS 1984 / 48S
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
Kecamatan Cileunyi
6°0'0"S
6°0'0"S
Kecamatan Margaasih
Laut Jawa
#
* Banten
DKI Jakarta
#
9230000
9230000
*
Kecamatan DayeuhKolot
Jawa Barat
Kabupaten Bandung
Kecamatan
*Margahayu
# Jawa Tengah
Kecamatan Rancaekek #
*
7°30'0"S
7°30'0"S
#Kecamatan Bojongsoang
* #
* Kecamatan Cicalengka
Samudera Hindia
7°0'0"S
Kecamatan Kutawaringin #
7°0'0"S
*
Kecamatan Katapang
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
#
* #
* Kecamatan Solokanjeruk
#
* LEGENDA
Kecamatan PameungpeukKecamatan Baleendah
#
*
Pusat Administrasi Jaringan Jalan
, Ibukota Kabupaten Jalan Tol
Kecamatan Cikancung #
* Ibukota Kecamatan Jalan Arteri
Kecamatan Soreang Kecamatan#
*Ciparay Jalan Kolektor
#
* Kecamatan Nagreg Jalan Lokal
9220000
9220000
#
* Jalur Kereta Api
Batas Administrasi
Kecamatan Majalaya
Kecamatan Cangkuang Batas Provinsi
#
* Batas Kabupaten Perairan
#
*
Kecamatan Arjasari Kecamatan Paseh
#
* Batas Kecamatan Situ/Waduk/Danau
Batas Desa Sungai
Kecamatan Ciwidey
Kecamatan Banjaran
Pusat Kegiatan
#
* ¶ PKL
PKLp
Kecamatan Cimaung #
*
PPK
*
#
*
# PPL
#
* #
* Kecamatan
#
* Ibun
Prasarana Transportasi Darat Rencana Jaringan Jalan
Kecamatan Pacet h Terminal A Rencana Jalan Tol
9210000
9210000
h Terminal B Rencana Jalan Arteri
h Terminal C Rencana Jalan Kolektor
Rencana Jalan Lokal
Prasarana Perkeretaapian
Kecamatan Rancabali #
*
7°10'0"S
7°10'0"S
b
b Stasiun Kereta Api Besar
Stasiun Kereta Api Sedang
Kecamatan Pasirjambu b
Stasiun Kereta Api Kecil
#
* b
Rencana Pembangunan
Doubletrack/Elektrifikasi
Kecamatan Pangalengan
#
* Rencana LRT/BRT/Monorail
#
* Rencana Jalur Kereta Api Cepat
9200000
Bandar Udara Tersier
Kecamatan Kertasari e
e Bandar Udara Khusus
Kawasan Keselamatan Operasi
KAB. GARUT Penerbangan
KAB. CIANJUR
9190000
9190000
7°20'0"S
7°20'0"S
KAB. TASIKMALAYA
Sumber Data:
- Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000, Tahun 2005, Seamless
- Jaringan Jalan Keputusan Bupati Bandung Nomor 620/Kep.317-DBM/2012
- Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 - 2029
- Perda Provinsi Jawa Barat No. 12 Tahun 2014 tentang Pengelolaan pengembangan
107°20'0"E 107°30'0"E 107°40'0"E 107°50'0"E Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Jawa Barat.
750000 760000 770000 780000 790000 800000 810000 820000 - Hasil Kajian & Analisis Tim Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bandung, Tahun 2014
750000 760000 770000 780000 790000 800000 810000 820000
107°20'0"E 107°30'0"E 107°40'0"E 107°50'0"E
KAB. PURWAKARTA
KAB. SUBANG
9250000
9250000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2016-2036
GAMBAR 3.2.
6°50'0"S
6°50'0"S
KAB. CIANJUR
÷"
# ##
# ##Kecamatan
##
*Cimenyan
# KAB. SUMEDANG
µ
9240000
9240000
##
##
Kecamatan Cilengkrang
#
## ## 0 2 4 8 12 16
KOTA CIMAHI
## ## #
* Km
# ## ##
# # SKALA 1 : 250.000
KOTA BANDUNG
# Datum / Zone : WGS 1984 / 48S
÷" # # 106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
## # #Cileunyi##
Kecamatan
# ##
# #
# # #
# # #
#
#
6°0'0"S
6°0'0"S
# # ### # ## # # # Laut Jawa
Kecamatan
# ## # #Margaasih
# # #* # # #
# DKI Jakarta
# ## #
# ### ## Banten
9230000
9230000
#
* # "## # ## ##
# # # ### # ÷#
# # ## # ## # ## ## ## # #### # # Jawa Barat
7°30'0"S
Pal# # #
7°30'0"S
# #" Kecamatan Rancaekek #
( #
## * # # Ö S
Kecamatan Bojongsoang
# # ##
# ##
# # ##
*##
# # #
# #
*
# # Kecamatan # Cicalengka Samudera Hindia
# # #### #
# ! Pal #
# ÖS (
éé
# ## #
éé é
7°0'0"S
Kecamatan Kutawaringin # # ## ## # #
é
#
é
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
#
7°0'0"S
ÖS # Kecamatan ## * #
Katapang
# # ##
LEGENDA
### # # # ## # ## # #
é é éé
#
÷" # #
#
* # #
* # LT
!
( Kecamatan
# ##Solokanjeruk* #
# ## # #
Kecamatan Pameungpeuk
#### # ÷ #Kecamatan ##Baleendah
# # ## #
* ###
Pusat Administrasi Jaringan Jalan
é é éé é
"
L T
! #### # #
( #
#
#
# ## # #
# # å#### Ibukota Kabupaten Jalan Tol
## #!¶## # # #
÷" ÷ ## # Ibukota Kecamatan Jalan Arteri
Kecamatan Cikancung #
"
÷" # # ### #
*
# # #
éé
##
Kecamatan#Ciparay
# ## Jalan Kolektor
é é é éé é
# ÷ " # * #
Kecamatan Soreang
#
# ### #
Kecamatan Nagreg
### # ## # Jalan Lokal
## * # é
# # ## #
9220000
9220000
# #
é ## # # # ÷" # Batas Administrasi Jalur Kereta Api
#
*
Kecamatan # # #Majalaya
# # # # #
# #
#
#
#Kecamatan Cangkuang
# # # # ÖS!
#Pal
( # ##
# Batas Provinsi
Perairan
# # Batas Kabupaten
[
#
* # ## #
÷ # # # Batas Kecamatan Situ/Waduk/Danau
# Kecamatan Paseh
"
*
Kecamatan Arjasari#
## # # # # #
* Batas Desa Sungai
Kecamatan Ciwidey
#
# # # ÷
"
#
[
#
Kecamatan Banjaran
# # # # #
#
# ÖT # # Pusat Kegiatan Prasarana Jaringan Energi
### # PKL × Gardu Induk
[
# ¶
#
* # # * PKLp Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Kecamatan Cimaung #
#
# # # * PPK
# ÿ Bumi
## ## # ##
[
L T
!
(# * PPL
# ÿ Pembangkit Listrik Tenaga Uap
# ##÷"
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
## # * ÿ
Kecamatan # Ibun
# #
* Saluran Udara Tegangan Menengah
÷" #
*
[
9210000
LT [
# (
# # ÖS Tempat Penampungan Sementara
Pipa Gas
# ÖA Tempat Pengolahan Sampah Akhir
# # Pipa Bahan Bakar
# å Tempat Pengolahan Sampah Akhir
# ## Regional
Kecamatan Rancabali
#
*
7°10'0"S
# ## ##
7°10'0"S
# # Prasarana Sumber Daya Air
Prasarana Jaringan Telekomunikasi
## # Waduk / Bendungan
# Menara Telekomunikasi Seluler (BTS) ÷"
Kecamatan Pasirjambu #
KK Saluran Irigasi Primer
KK Saluran Irigasi Sekunder
*#
# ##
# # é é é é Rencana Floodway Cisangkuy
# # # Rencana Jaringan Sungai
# Kecamatan Pangalengan
# #
* # # Rencana Polder
##
*
# #
9200000
9200000
Kecamatan Kertasari
#
KAB. GARUT
#
KAB. CIANJUR
9190000
9190000
7°20'0"S
7°20'0"S
Sumber Data:
KAB. TASIKMALAYA - Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000, Tahun 2005, Seamless
- Jaringan Jalan Keputusan Bupati Bandung Nomor 620/Kep.317-DBM/2012
- Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 - 2029
- Perda Provinsi Jawa Barat No. 12 Tahun 2014 tentang Pengelolaan pengembangan
Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Jawa Barat.
107°20'0"E 107°30'0"E 107°40'0"E 107°50'0"E - Hasil Kajian & Analisis Tim Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bandung,
750000 760000 770000 780000 790000 800000 810000 820000 Tahun 2014
BUKU RENCANA
Penetapan sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Tabel 3.1 tetap
memperhatikan perwilayahan pengembangan. Cakupan pelayanan pusat kegiatan sesuai
pembagian WP yakni sebagai berikut :
a. WP Soreang – Kutawaringin – Katapang dengan pusat PKL Soreang-Kutawaringin-
Katapang terdiri dari PPK Ciwidey, PPK Pasirjambu, dan PPL Rancabali.
b. WP Banjaran dengan pusat PKLp Banjaran terdiri dari PPK Cangkuang, PPK Pangalengan,
PPL Pameungpeuk, PPL Arjasari, dan PPL Cimaung.
c. WP Baleendah dengan pusat PKLp Baleendah yang terdiri dari PPK Dayeuhkolot dan PPK
Bojongsoang.
d. WP Majalaya dengan pusatPKLp Majalaya terdiri dari PPK Ciparay, PPL Solokanjeruk, PPL
Pacet, PPL Kertasari, PPL Paseh dan PPL Ibun.
e. WP Cileunyi-Rancaekek dengan pusat PKLp Cileunyi-Rancaekek.
f. WP Cicalengka dengan pusat PKLp Cicalengka, PPL Nagreg, PPL Cikancung.
g. WP Margahayu-Margaasih dengan pusat PPK Margahayu dan Margaasih.
h. WP Cilengkrang-Cimenyan dengan pusat PPK Cilengkrang dan Cimenyan.
Sedangkan untuk fungsi dari masing-masing WP adalah sebagai berikut :
a. WP Soreang – Kutawaringin – Katapang dengan pusat Kota Soreang, meliputi Kecamatan
Soreang, Kutawaringin, Katapang, Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali berfungsi sebagai
kawasan pemerintahan, jasa dan perdagangan, permukiman, pertanian, pariwisata, dan
industri non polutif di Kecamatan Katapang;
b. WP Banjaran dengan pusat Kota Banjaran, meliputi Kecamatan Banjaran, Pameungpeuk,
Cangkuang, Arjasari, Cimaung, Pangalengan, berfungsi sebagai kawasan industri non
polutif, jasa dan perdagangan, permukiman, pertanian, dan pariwisata;
c. WP Baleendah dengan pusat Kota Baleendah, meliputi Kecamatan Baleendah,
Dayeuhkolot, Bojongsoang, berfungsi sebagai kawasan jasa dan perdagangan, pertanian,
industri non polutif, permukiman, dan pendidikan;
d. WP Majalaya dengan pusat Kota Majalaya, meliputi Kecamatan Majalaya, Ciparay,
Solokanjeruk, Pacet, Kertasari, Paseh, dan Ibun, berfungsi sebagai kawasan jasa dan
perdagangan, pertanian, industri, dan permukiman;
e. WP Cileunyi-Rancaekek dengan pusat kota Cileunyi meliputi Kecamatan Cileunyi, dan
Rancaekek, berfungsi sebagai kawasan jasa dan perdagangan, pertanian, industri ,
permukiman, dan konservasi;
f. WP Cicalengka dengan pusat kota Cicalengka meliputi Kecamatan Cicalengka, Nagreg, dan
Cikancung berfungsi sebagai kawasan jasa dan perdagangan, pertanian, industri non
polutif, dan permukiman;
g. WP Margahayu-Margaasih dengan pusat kota Margahayu-Margaasih mencakup
Kecamatan Margahayu dan Margaasih, berfungsi sebagai kawasan jasa dan perdagangan,
industri non polutif, perumahan dan permukiman;
h. WP Cilengkrang-Cimenyan dengan pusat kota Cilengkrang-Cimenyan mencakup
Kecamatan Cilengkrang dan Cimenyan berfungsi sebagai kawasan jasa dan perdagangan,
pertanian, perumahan, permukiman, pariwisata dan konservasi.
KAB. PURWAKARTA
KAB. SUBANG
9250000
9250000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2016-2036
GAMBAR 3.3.
6°50'0"S
6°50'0"S
KAB. CIANJUR
µ
9240000
9240000
Kecamatan Cilengkrang
KOTA CIMAHI
0 2 4 8 12 16
Km
SKALA 1 : 250.000
Kecamatan Cileunyi
6°0'0"S
6°0'0"S
Laut Jawa
Kecamatan Margaasih DKI Jakarta
Banten
9230000
9230000
Kecamatan DayeuhKolot
Jawa Barat
Kabupaten Bandung
Kecamatan Margahayu Jawa Tengah
Kecamatan Rancaekek
7°30'0"S
7°30'0"S
Kecamatan Bojongsoang Kecamatan Cicalengka
Samudera Hindia
7°0'0"S
Kecamatan Kutawaringin
7°0'0"S
106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
Kecamatan Katapang
Kecamatan Solokanjeruk LEGENDA
Kecamatan PameungpeukKecamatan Baleendah Pusat Administrasi Jaringan Jalan
Ibukota Kabupaten Jalan Tol
Kecamatan Cikancung Ibukota Kecamatan Jalan Arteri
Kecamatan Ciparay
Kecamatan Soreang Kecamatan Nagreg
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
9220000
9220000
Batas Administrasi Jalur Kereta Api
Kecamatan Majalaya
Kecamatan Cangkuang Batas Provinsi
Batas Kabupaten Perairan
Batas Kecamatan
Kecamatan Arjasari Situ/Waduk/Danau
Batas Desa Sungai
Kecamatan Ciwidey
Kecamatan Banjaran
Wilayah Pengembangan
Kecamatan Paseh
Wilayah Pengembangan Baleendah
Kecamatan Cimaung Wilayah Pengembangan Banjaran
Wilayah Pengembangan Cicalengka
Wilayah Pengembangan Cilengkrang - Cimenyan
Kecamatan Ibun
Wilayah Pengembangan Cileunyi - Rancaekek
Kecamatan Pacet Wilayah Pengembangan Majalaya
9210000
9210000
Wilayah Pengembangan Margahayu - Margaasih
Wilayah Pengembangan Soreang - Kutawaringin - Katapang
Kecamatan Rancabali
7°10'0"S
7°10'0"S
Kecamatan Pasirjambu
Kecamatan Pangalengan
9200000
9200000
Kecamatan Kertasari
KAB. GARUT
KAB. CIANJUR
9190000
9190000
7°20'0"S
7°20'0"S
KAB. TASIKMALAYA
Sumber Data:
- Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000, Tahun 2005, Seamless
107°20'0"E 107°30'0"E 107°40'0"E 107°50'0"E - Hasil Kajian & Analisis Tim Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bandung,
750000 760000 770000 780000 790000 800000 810000 820000 Tahun 2014
BUKU RENCANA
Tabel 3.2
Tipologi Terminal Berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 31 Tahun 1995
Ketentuan Terminal
Tipe A Tipe B Tipe C
Fungsi Melayani kendaraan umum untuk Melayani kendaraan umum untuk Melayani angkutan
Terminal angkutan antar kota, antar angkutan antar kota dalam pedesaan
provinsi, dan/atau lintas batas provinsi, angkutan kota dan
negara, angkutan antar kota dalam angkutan pedesaan
provinsi, angkutan kota dan
Ketentuan Terminal
Tipe A Tipe B Tipe C
angkuatan pedesaan
Fasilitas Jalur pemberangkatan dan
Jalur pemberangkatan dan Jalur pemberangkatan
Terminal kedatangan kedatangan dan kedatangan
Tempat parkir Tempat parkir Kantor Terminal
Kantor Terminal Kantor Terminal Tempat tunggu
Tempat tunggu Tempat tunggu Loket penjualan karcis
Menara pengawas Menara pengawas Rambu-rambu dan papan-
Loket penjualan karcis Loket penjualan karcis papan informasi
Rambu-rambu dan papan-papan Rambu-rambu dan papan-papan
informasi informasi
Peralatan parkir pengantar atau Peralatan parkir pengantar atau
taksi taksi
Lokasi Terletak Dalam jaringan trayek Terletak dalam jaringan trayek Terletak di dalam wilayah
Terminal antar kota antar provinsi dan antar kota dalam provinsi kabupaten/kota dan
atau angkutan lintas batas negara
Terletak di jalan arteri atau dalam jaringan trayek
Terletak di jalan arteri dengan kolektor dengan kelas jalan angkutan
kelas jalan sekurang-kurangnya sekurang-kurangnya kelas IIIB perdesaan/perkotaan
kelas IIIA Jarak antar dua terminal Terletak pada jalan
Jarak antar dua terminalpenumpang tipe B atau dengan kolektor atau lokal
penumpang tipe A sekurang- terminal penumpang tipe A, dengan kelas jalan
kurangnya 20 km di Pulau Jawa sekurang-kurangnya 15 km di sekurang-kurangnya
dan 30 km di luar Pulau Jawa Pulau Jawa,dan 30 km di pulau kelas IIIC dan paling
Luas lahan yang tersedia
lainnya tinggi IIIA
sekurang-kurangnya 5 ha di Luas lahan yang tersedia Luas lahan yang tersedia
Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 sekurang-kurangnya 3 ha di sesuai dengan
ha untuk pulau-pulau lainnya Pulau Jawa dan Sumatera, dan 2 permintaan angkutan
Mempunyai akses jalan masuk ha di pulau lainnya Mempunyai akses jalan
atau jalan keluar ke dan dari Mempunyai akses jalan masuk masuk atau keluar ke dan
terminal dengan jarak sekurang- atau keluar ke dan dari terminal, dari terminal sesuai
kurangnya 100 m di Pulau Jawa sekurang-kurangnya berjarak 50 dengan kebutuhan
dan 50 m di pulau lainnya m di Pulau Jawa dan 30 m di
pulau lainnya
Instansi Dirjen Perhubungan Darat setelah Gubernur setelah mendengar Bupati setelah mendengar
Penetap mendengar pendapat Gubernur pendapat dan Kepala Kanwil pendapat dari Kepala
Lokasi dan Kepala Kanwil setempat Dephub dan mendapat Kanwil Dephub dan
Terminal persetujuan Dirjen mendapat persetuan dari
Gubernur
Sumber: Kepmenhub No. 31 Tahun 1995.
7) Gedebage-Cileunyi-Rancaekek
8) Gedebage-Cileunyi-Sayang-Majalaya
9) Gedebage-Cilengkrang-Ujungberung
10) Leuwipanjang-Soreang
11) St. Hall-Padalarang
12) Tegallega-Baleendah-Ciparay
13) Tegallega-Pangalengan
14) Tegallega-Banjaran
15) Tegallega-Dayeuhkolot-Majalaya
16) Tegallega-Buah Batu-Ciwastra-Majalaya
17) Bandung-Garut-Pameungpeuk
18) Cijapati-Cicalengka-Tanjungsari
19) Ciparay-Buah Batu
20) Majalaya-Cicalengka-Tanjungsari via Parakan Muncang
21) Rancamulya-Cileunyi
22) Sumedang-Bandung-Majalaya
d. Pengembangan angkutan umum perdesaan meliputi:
1) Soreang-Caringin via Manglid;
2) Ciwidey-Cidaun via Balegede;
3) Ciwidey-Cipelah-Cinagar-Sukanagara;
4) Ciwidey-Cipelah-cibinong;
5) Tanjungsari-Cimanggung-Cicalengka-Cijapati-Majalaya;
6) Pameungpeuk-Miramareu-Cipatujah;
7) Cisewu-Pangalengan; dan
8) Tasikmalaya-Cipatujah-Pameungpeuk.
e. Pengembangan moda angkutan umum massal pada koridor Bandung-Kopo-
Soreang, Bandung-Dayeuhkolot-Banjaran, Bandung-Baleendah-Ciparay–
Majalaya, Bandung - Cileunyi – Rancaekek/Cicalengka-Majalaya, dan Soreang-
Banjaran-Baleendah-Majalaya; dan
f. Pengembangan jaringan fasilitas pejalan kaki dan sepeda.
mempertahankan dan melindungi sumber daya air sebagai air baku kebutuhan penduduk di
Kabupaten Bandung.
Pengembangan jaringan irigasi ditujukan untuk mengairi areal pertanian dan perkebunan
sebagai sumber air potensial, pembangunan/peningkatan, rehabilitasi, serta operasi dan
a) Normalisasi dan pemantauan kualitas air Sungai Citarum, Sungai Citarik, Cirasea,
Cisangkuy, Ciwidey;
b) Pemanfaatan Situ dan Waduk buatan sebagai sumber air baku, meliputi :
Situ Patengan, Situ Nyonya, Situ Bayongbong di Kecamatan Rancabali;
Situ Cileunca, Situ Ciaul, dan Situ Cicaledas Kecamatan Pangalengan;
Situ Ciharus Kecamatan Ibun;
Situ Cisanti, Situ Cianjing, Situ Cibaratua, dan Situ Sukapura / Bah Edo di
Kecamatan Kertasari;
Situ Sipatahunan Kecamatan Baleendah;
Waduk Citarik di Sungai Citarik Desa Damit, Desa Tanjungwangi Kecamatan
Cicalengka;
Waduk Kadaleman di Sungai Cirasea
Cakupan DAS Citarik (Waduk Leuwiliang, Cigumentong dan Tegalluar)
Potensi lainnya dalam cakupan waduk Lapangan di Hulu Sungai Citarum, yaitu
Citaman di Kecamatan Nagreg, Cibeureum di Kecamatan Kertasari, Cikitu di
Kecamatan Pacet, Pangauban di Kecamatan Pacet, Cikaro di Kecamatan Ibun,
Cisunggalah di Kecamatan Paseh dan Barukbuk di Kecamatan Ciparay.
Pemanfaatan waduk yang tercakup dalam Pola Pengelolaan SDA Wilayah
Sungai Citarum, antara lain:
- Waduk Tegalluar;
- Waduk Cikukang;
- Waduk Sentosa;
- Waduk Cikalong;
- Waduk Sukawana;
- Waduk Cikapundung;
- Waduk Patrol;
- Waduk Ciwidey;
- Waduk Cibodas;
- Waduk Cikitu;
- Waduk Wakap;
- Waduk Cibintinu;
- Waduk Cikuda;
- Waduk Sekerende;
- Waduk Tugu;
- Waduk Cikalimiring;
- Waduk Cikawari;
- Waduk Tareptep;
- Waduk Cimulu;
- Waduk Cisondari;
- Waduk Cimeta;
- Waduk Pogokan;
- Waduk Balekambang; dan
- Waduk Dago Tanggulan.
c) Pemanfaatan dan pengawasan penggunaan Mata Air di sekitar puncak gunung
Malabar antara lain mata Air Citiis (70 lt/detik), MA Kinceuh (115 lt/detik),
Ciseupan (95 lt/detik). Pada G. Windu dan G. Wayang berupa MA Cisanti (342
lt/detik);
d) Pemantauan kualitas dan kuantitas air baku PDAM di MA Cigadog-Ciwidey, MA
Citere – Pangalengan, Sungai Cisangkuy, Sungai Cikitu;
e) Optimalisai pemanfataan mata air dengan debit > 10 liter/detik yang berbasiskan
Sub DAS pada tabel berikut :
Tabel 3.4
Pemanfaatan Mata Air Sebagai Sumber Air Baku
Yang Berbasiskan Sub DAS Di Wilayah Kabupaten Bandung
Lokasi Debit
No. Sub DAS Mata Air (MA.)
Desa Kecamatan (liter/detik)
1 Citarik Cikahuripan Cipanjalu Cilengkrang 25
Sirebu Cipanjalu Cilengkrang 20
Baru Satumbak Girimekar Cilengkrang 25
Pameungpeuk Bojong Nagreg 18
Cinagreg Ciherang Nagreg 30
Ciburial Ciherang Nagreg 60
Cileuweung Mandalawangi Nagreg 12
2 Cirasea Situ Cisanti Tarum Jaya Kertasari 342
Cisanti 2 Tarum Jaya Kertasari 18
Cilembang Cikitu Pacet 15
Ciharus Cikawao Pacet 13
Cilimus Mekarsari Pacet 60
Cipeuteuy Ibun Ibun 14
Cilutung Pangguh Ibun 15
Cibenda Pangguh Ibun 12
Cibulakan Babakan Ciparay 82
3 Cisangkuy Kinceuh Margamukti Pangalengan 104
Citere Margamukti Pangalengan 10,16
Cibitung 2 Margamukti Pangalengan 14
Cadasgantung 1 Tribaktimulya Pangalengan 16
Cadasgantung 2 Tribaktimulya Pangalengan 20
Curug Cuntah Tribaktimulya Pangalengan 11,68
Cibaruntak Margamulya Pangalengan 15,85
Cirawa Margamulya Pangalengan 11,44
Rawa Kecubung Margamulya Pangalengan 18,64
Sungapan Warnasari Pangalengan 27,04
Ciseupan Warnasari Pangalengan 104
Cikarieus Pulosari Pangalengan 18,64
Ciburial Banjarsari Pangalengan 10,14
Cisalawe 1 Banjarsari Pangalengan 21,36
Cisalawe 2 Banjarsari Pangalengan 32
Cileuweung 1 Banjarsari Pangalengan 11,11
Citiis Banjarsari Pangalengan 32,46
Kileho Lamajang Pangalengan 14
Lokasi Debit
No. Sub DAS Mata Air (MA.)
Desa Kecamatan (liter/detik)
Ciakar Cempakamulya Cimaung 17,90
Salem Cempakamulya Cimaung 13,27
4 Ciwidey Weirkeip Indragiri Rancabali 54,86
Cigadog Alamendah Rancabali 21,60
Citalahab Alamendah Rancabali 12
Cihideung Patengan Rancabali 14
Sinumbra Sukaresmi Rancabali 132,92
Cibunisari-2 Sukaresmi Rancabali 52
Batumunding Tenjolaya Pasir Jambu 17,42
Cikembang Mekarsari Pasir Jambu 24
Selokan Cijaha Cisondari Pasir Jambu 48
Ciputri Sugihmukti Pasir Jambu 24,64
Cidamar Sugihmukti Pasir Jambu 32,40
Cibadak Lebakmuncang Ciwidey 32,01
Cijeruk 1 Lebakmuncang Ciwidey 22,10
Sumber :
- Masterplan Sumber Daya Air Sub DAS Citarik dan Sub DAS Cirasea, SDAPE, Tahun 2012.
- Rencana Induk Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Ciwidey dan Sungai Cisangkuy, SDAPE, Tahun
2011.
4. Pendayagunaan sumber air tanah dalam (air artesis) yang tersebar di Ciwidey,
Pangalengan, Gunung Malabar, bagian timur Cicalengka dan sebagian Kawasan Dago
Atas;
5. Pengawasan dan pengendalian pemboran air tanah dalam khususnya untuk kegiatan
industri di sekitar Jalan Mohamad Toha, Dayeuhkolot, Ciparay-Majalaya, dan
Rancaekek-Cicalengka, Banjaran-Pameungpeuk, Maragahayu, Margahayu, Katapang,
Baleendah,. Cikancung, Solokanjeruk;
6. Penyediaan air baku dengan membangun bangunan-bangunan yang berfungsi dalam
menyediakan kebutuhan air baku minum, seperti embung yang berfungsi untuk
menyediakan air baku minum bagi masyarakat di daerah yang rawan kekeringan,
bronkaptering yang dibangun pada mata air-mata air untuk memenuhi kebutuhan air
baku bagi masyarakat pedesaan atau pegunungan dan Intake air baku yang dibangun
pada sungai.
2. Pengerukan tanah dan sampah pada sungai untuk memperlancar aliran sungai pada
Sub DAS Citarum Hulu, SUB DAS Cirasea dan SUB DAS Cisangkuy.
3. Pembangunan kolam retensi/polder dan pemanfaatan terpadu waduk alami/buatan
sebagai badan penerima limpasan air pada lokasi sebagai berikut:
Pembangunan kolam retensi/polder Cieunteung;
Pembangunan polder Leuwi Bandung, Dayeuhkolot;
Pembangunan polder Andir;
Pembangunan polder Kamasan (Sungai Cisangkuy);
Pembangunan polder Cijalupang;
Pembangunan polder Cikasungka;
Pembangunan polder Cienteng;
Pembangunan polder Cijalupang-Cikasungka;
Pembangunan embung Balekambung;
Pembangunan embung Citarik;
Pembangunan embung Cigulaweng;
Pembangunan embung Ciparis;
Pembangunan embung Rancaupas;
Pembangunan embung Nenggeng;
Pembangunan embung Pasir Muncang;
Pambangunan embung Sukaresmi;
Pembangunan embung Cukang Genteng;
Pembangunan embung Curug Roda;
Pembangunan embung Lebak Muncang;
Pembangunan embung Blok Cadas;
Pembangunan embung Cibiana;
Pembangunan embung Pangkalan/Kamojang;
Pembangunan embung Cikalong;
Pembangunan waduk Tegalluar.
4. Penataan drainase primer dan sekunder yang terhubung langsung dengan badan
penerima limpasan air hujan;
5. Rehabilitasi sungai dan situ pada beberapa lokasi, diantaranya :
Rehabilitasi Sungai Citarik;
Rehabilitasi Sungai Cikeruh;
Rehabilitasi Sungai Cisangkuy;
Rehabilitasi Sungai Sungai Citarum hulu;
Rehabilitasi Sungai Cisaranten;
Rehabilitasi Situ Sipatahunan;
Rehabilitasi Situ Cipanunjang; dan
Rehabilitasi Situ Cileunca.
Tabel 3.5
Daya
Kebutuhan Listrik
No Uraian Listrik
b. Pemanfaatan energi panas bumi melalui Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Wayang-Windu;
c. Pemanfaatan energi panas bumi melalui Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Patuha;
d. Pemanfaatan energi panas bumi melalui Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Kamojang;
e. Pemanfaatan energi panas bumi melalui Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Masigit –Guntur dan Darajat dan Papandayan lintas Kabupaten;
f. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air berupa mikrohidro dengan
memanfaatkan debir/aliran sungai. Salah satu potensi yang memberikan kontribusi
energi listrik mikrohidro adalah PLTMH Cileunca Desa Warnasari Kecamatan
Pangalengan, PLTMH Cileunca akan menghasilkan listrik 2×500 kw atau 1 MW.
g. Pemanfaatan sampah sebagai sumber energi PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah);
h. Pengembangan Desa Mandiri Energi dengan berbasis potensi setempat (air, angin,
surya, biogas, dan lain-lain) di Kecamatan Pasirjambu, Pangalengan, Cilengkrang,
Cangkuang, Kertasari, Pacet, Arjasari, Paseh, Cikancung, Rancabali, Ciwidey; dan
i. Pengendalian potensi limbah panas bumi dengan pengelolaan ramah lingkungan agar
tidak mencemari lingkungan, khususnya sungai.
4. Peningkatan jaringan distribusi listrik untuk mendukung kegiatan industri pada pusat
kegiatan utama Kabupaten di Kecamatan Majalaya, Dayeuhkolot, Bojongsoang,
Rancaekek, Cileunyi, Baleendah, Cicalengka, Margaasih, Katapang, Arjasari,
Pameungpeuk, Paseh, Solokanjeruk, Cikancung, Banjaran, Kutawaringin, Ibun, dan daerah
lainnya yang belum teraliri listrik.
Jaringan telekomunikasi pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu jaringan tetap
dan jaringan bergerak. Jaringan tetap dapat dinikmati melalui telepon rumah atau kantor
yang biasanya menggunakan kabel. Jaringan tetap meliputi jaringan telepon lokal, SLI, SLJJ,
dan tertutup. Sedangkan jaringan bergerak meliputi satelit, telepon seluler, dan radio
trunking. Kedua jaringan ini yang dipergunakan di seluruh dunia untuk membantu proses
komunikasi. Ada jaringan, tentu ada juga alat yang dipergunakan untuk berkomunikasi, salah
satunya adalah telepon.
Pembangunan SST didalam upaya mewujudkan pelayanan telekomunikasi, dipengaruhi oleh
faktor ketersediaan pembiayaan dan atau investasi, kemampuan masyarakat untuk
membayar dari pelayanan fasilitas tersebut dan ketersediaan fasilitas penunjang lainnya yang
mendukung pembangunan prasarana telekomunikasi tersebut seperti; jaringan jalan, pusat
Tabel 3.6
Proyeksi Kebutuhan Minimum Sambungan Telepon
Di Kabupaten Bandung Tahun 2016-2036
Kebutuhan Telepon (SST)
No Uraian
2016 2021 2026 2031 2036
I Kebutuhan BTS (Unit) 95 109 122 135 148
II Kebutuhan Domestik
Rumah Tipe Besar (80%) 53.159 59.269 65.379 71.489 77.599
Rumah Tipe Sedang & Kecil (20%) 761.874 868.090 974.306 1.080.522 1.186.738
Jumlah Kebutuhan Domestik 815.033 927.359 1.039.685 1.152.011 1.264.337
III Kebutuhan Non Domestik
Kegiatan Sosial Ekonomi (30%) 244.510 278.208 311.905 345.603 379.301
Telepon Umum (10%) 81.503 92.736 103.968 115.201 126.434
Jumlah Kebutuhan Non Domestik 326.013 370.944 415.874 460.804 505.735
Total II + III 1.141.046 1.298.302 1.455.559 1.612.815 1.770.071
Sumber : Hasil Analisis, 2016.
Hingga saat ini pelayanan telekomunikasi masih dilayani oleh PT. Telkom Kab. Bandung dan
PT Telkom Divisi Regional (Divre) III Jabar. Selain menggunakan kabel, sistem
telekomunikasi saat ini juga bertumpu pada penggunaan telepon seluler, dalam hal ini
penyediaan tower BTS (Base Transcelver Station) sangat penting menjangkau kepelosok
perdesaan sebagai prasarana pendukung. Selain itu juga terdapat pengembangan
yang akan dikembangkan harus dapat digunakan secara bersama merujuk pada
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, Menteri
Komunikasi dan Informatika dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No.
18Tahun 2009, No.07/PRT/M/2009, No. 19/PER/M.KOMINFO/03/2009,
No.3/P/2009 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Bersama Menara
Telekomunikasi.
b. Pembangunan stasiun-stasiun komunikasi nirkabel/BTS di wilayah-wilayah yang
tidak terjangkau pelayanan jaringan telepon kabel, pusat kegiatan perkantoran
pemerintahan, industri, agropolitan/agrowisata/agroindustri/agrobisnis,
perdagangan dan jasa dan pariwisata.
c. Pengembangan jaringan internet dan pengembangan jaringan cyber province;
d. Pengendalian pembangunan Base Tranceiver Station (BTS) dan penertiban menara
tanpa dilengkapi izin;
e. Peningkatan jumlah dan mutu telematika pada tiap wilayah berbasis teknologi
modern dan ramah lingkungan; dan
f. Penertiban terhadap pembangunan BTS tanpa dilengkapi izin.
Tabel 3.7
pengolahan sebelum masuk sungai-sungai yang ada, sehingga tidak terjadi pencemaran.
Produksi air limbah akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk dan
peningkatan aktivitas kegiatan. Volume air buangan setiap hari sebesar 70-80 % dari volume
pemakaian air bersih. Sampai tahun 2033 diperkirakan kegiatan rumah tangga, perdagangan,
perdagangan dan jasa, pariwisata dan industri akan meningkat bukan hanya dalam jumlah
tetapi juga jenis.
Produksi limbah dan kebutuhan prasarana penunjang di Kabupaten Bandung dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 3.8
Proyeksi Timbulan dan Kebutuhan Prasarana Air Limbah
Di Kabupaten Bandung Tahun 2016-2036
Unit (Kapasitas
9 Kebutuhan Mobil Tinja
75 84 94 103 113
4 m3)
Sumber : Rencana, Tahun 2016.
Dengan memperhatikan kondisi sistem pengelolaan limbah yang ada saat ini, diperlukan
penanganan yang lebih baik. Sistem pengelolaan air limbah yang masih bisa diterapkan di
Kabupaten Bandung adalah sistem pembuangan air limbah setempat (on-site sanitation)
dengan pertimbangan biaya konstruksi rendah, bisa dilaksanakan oleh masing-masing
keluarga dan bisa cepat dimanfaatkan. Pembuatan suatu sistem pembuangan air limbah
setempat yang baik tentunya harus memenuhi persyaratan tertentu sehingga dapat
diterapkan pada kondisi masyarakat setempat. Sedangkan Sistem off site direncanakan di
daerah–daerah yang menjadi pusat kegiatan komersil dan pusat pemerintahan dengan
pertimbangan luas tanah terbatas serta kepadatan relatif tinggi.
Rencana penanganan dan pengembangan sistem pengolahan limbah di Kabupaten Bandung,
meliputi :
1) Pengembangan sistem pengolahan dan pengelolaan air limbah dan limbah B3, yang
dilakukan dengan cara:
a. Mengembangkan IPAL terpadu industri pada zona industri;
2) Penataan saluran drainase dilakukan pada kawasan perkotaan dan kawasan yang
memiliki tingkat genangan air dan rawan banjir;
3) Pengembangan sistem drainase kombinasi antara jaringan drainase sistem tertutup serta
jaringan drainase sistem terbuka, yaitu :
a. Drainase tertutup pada kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran pemerintahan,
sarana pelayanan umum dan sosial serta kawasan industri sebagai antisipasi
masuknya sampah menuju saluran;
b. Drainase terbuka dikembangkan pada kawasan permukiman,
4) Penataan saluran drainase pada Kawasan Perkotaan melalui Masterplan Drainase
Kawasan Perkotaan disertai dengan implemntasi penataan saluran primer, sekunder dan
tersier, meliputi :
a. Saluran Primer meliputi Sungai Citarum, Cisangkuy, Ciwidey dan Sungai lainnya
melalui pendekatan DAS dan SUB DAS dan/atau sebagai upaya pengendalian banjir
dengan penyediaan waduk buatan yang terintegrasi dengan sistem penyediaan air
baku; dan
b. Saluran Sekunder dan tersier mengikuti jaringan jalan utama di kawasan perkotaan
dan perdesaan di Kabupaten Bandung.
5) Peningkatan kapasitas sistem drainase di pusat-pusat kegiatan, meliputi kawasan
perkotaan Soreang, Tegalluar, Margaasih, Dayeuhkolot, Bojongsoang, Baleendah,
Rancaekek, Pameungpeuk, Banjaran, Ciparay, dan Majalaya, Cicalengka;
6) Rencana pengembangan sistem drainase drainase makro dan perkotaan, meliputi:
a. Normalisasi jaringan drainase;
b. Pembangunan dan pengembangan kolam retensi di kawasan perkotaan;
c. Pembangunan sumur resapan di kawasan perkotaan; dan
d. Pembangunan dan pengembangan jaringan drainase di kawasan perkotaan sesuai
dengan outline plan yang telah disusun.
7) Pembuatan embung penahan aliran yang tersebar pada beberapa anak sungai Citarum.
8) Pembangunan sarana drainase perkotaan pada kawasan-kawasan yang menjadi prioritas
untuk dikembangkan oleh Pemerintah Pusat.
Arahan pengembangan jaringan drainase yang akan digunakan dalam perencanaan jaringan
drainase di Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan Saluran primer diusahakan mengikuti pengeringan (pematusan) alami,
sedangkan saluran sekunder dan tersier mengikuti pola jaringan jalan.
b. Mengalirkan air hujan kesaluran drainase secepatnya menuju badan air terdekat untuk
menghemat panjang saluran.
c. Jaringan drainase yang telah ada dimanfaatkan secara optimal seperti sungai, anak sungai
atau pun saluran drainase primer sebagai saluran pembuang.
d. Indikasi penanganan :
bencana, penyediaan dan penataan jalur evakuasi dan ruang evakuasi bencana sementara
sebagai titik pengumpul para pengungsi.
Dilihat dari peta daerah rawan bencana banjir, gempa, aliran lahar, puting beliung dan
gerakan tanah, maka Kabupaten Bandung dikelilingi oleh keberadaan rawan bencana
tersebut. Dasar pertimbangan dalam menentukan jalur dan ruang evakuasi adalah sebagai
berikut:
1. Keterkaitan antara UU 24/2007 mengenai Penanggulangan Bencana dan UU 26/2007
mengenai Penataan Ruang.
2. Upaya mengurangi resiko bencana.
3. Kondisi kawasan yang bervariasi yaitu morfologi dataran mengindikasikan banjir dan
morfologi perbukitan mengindikasikan bencana longsor pada areal pinggiran bukit dan
resiko gempa bumi.
Identifikasi lokasi yang aman dari keterjangkauan mutliresiko bencana yang ada dengan
memperhatikan areal dampak dari bencana tersebut, meliputi:
1. Gerakan tanah, cukup tinggi pada wilayah Selatan wilayah Kabupaten Bandung yaitu
Kertasari, Pangalengan, Pasirjambu, Rancabali, Pacet dan Ibun.
2. Banjir tinggi pada wilayah Tegalluar, Margaasih, Dayeuhkolot, Bojongsoang, Baleendah,
Rancaekek, Pameungpeuk, Banjaran, Ciparay, dan Majalaya, Cicalengka.
3. Gempa pada setiap wilayah kecamatan di Kabupaten Bandung;
4. Aliran lahar pada wilayah Kecamatan Cileunyi, Cilengkrang, Cimenyan, Ciwidey,
Pasirjambu, Rancabali dan dampak Gunung Papandayan di Kecamatan Kertasari; dan
5. Puting beliung pada wilayah Kecamatan Soreang, Pangalengan, Bojongsoang, Baleendah,
Margaasih, Katapang, Cicalengka, Cileunyi, dan Nagreg.
Jalur evakuasi dengan memanfaatkan jaringan jalan utama dan jaringan jalan lingkungan
dengan penataan sebagai berikut:
Jejaring sirkulasi dikembangkan dengan memanfaatkan jalur sirkulasi yang sudah ada
dengan pengoptimalan jaringan jalan terdekat menuju ruang evakuasi bencana.
Mewujudkan jalur-jalur evakuasi atau escape roads/escape way, diperlukan detail
engineering survey.
Jalur evakuasi memiliki lebar 12 meter hingga 18 meter, yang dibangun persatu kilometer
antara jalan satu dengan jalan lain.
Papan/Petunjuk arah menuju ruang evakuasi.
Titik lokasi ruang evakuasi yang merupakan titik kumpul di setiap Desa untuk
mempermudah proses evakuasi yang merupakan tempat yang dianggap sebagai tempat yang
masih aman dan tempat pengungsian akhir dengan memanfaatkan bangunan publik sebagai
posko-posko evakuasi bencana meliputi: bangunan utama berkonstruksi baik khusus
penanganan gemp, banjir dan gerakan tanah, biasanya dengan memanfaatkan bangunan
sarana ibadah, sarana pelayanan umum dan jika diperlukan membangun bangunan khusus
Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang
dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi:
a. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan
pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;
b. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
c. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk
dua puluh tahun; dan
d. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:
a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten;
c. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan; dan
d. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
Prinsip dasar perencanaan pemanfaatan ruang adalah penetapan kawasan lindung dan
kawasan budidaya sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007,
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008, dan Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun
1990. Batasan mengenai kawasan lindung dan budidaya adalah sebagai berikut:
1) Kawasan Lindung adalah kawasan yang berfungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan, nilai sejarah
dan budaya bangsa untuk kepentingan pembangunan yang berkelanjutan.
2) Kawasan Budi Daya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan
sumberdaya manusia.
Pengelolaan kawasan-kawasan tersebut harus disertai dengan perencanaan, pemanfaatan,
dan pengendalian pemanfaatannya. Untuk menuju perkembangan wilayah yang
berkelanjutan, maka tahap pertama yang dilakukan adalah melakukan penetapan kawasan
lindung, selanjutnya pemanfaatan ruang untuk kegiatan budi daya diarahkan berdasarkan
sifat-sifat kegiatan yang akan ditampung, potensi pengembangan, dan kesesuaian lahan.
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Bandung dirumuskan dengan kriteria :
1) Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana rincinya.
2) Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi Jawa Barat beserta
rencana rincinya.
3) Mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang berada di
wilayah Kabupaten Bandung.
4) Memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten yang berbatasan.
5) Penegakan hukum bagi kegiatan illegal logging dengan penanganan (represif, persuasif,
dan preventif) secara kontinu.
B. Sempadan Danau/Waduk/Situ
Dalam Keppres No 32 tahun 1990 terdapat pasal yang mengatur mengenai pengelolaan
kawasan perlindungan setempat. Garis sempadan danau paparan banjir ditentukan
mengelilingi danau paparan banjir paling sedikit berjarak 50 m (lima puluh meter) dari
tepi muka air tertinggi yang pernah terjadi
2) Kawasan pelestarian alam yang terdapat di wilayah Kabupaten Bandung, antara lain
adalah Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda di Kecamatan Cimenyan, juga terdapat di
Kecamatan Rancabali. Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam yang
didalamnya terdapat jenis-jenis tumbuhan, satwa atau ekosistem yang khas, yang
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan, pariwisata dan rekreasi.
3) Taman Wisata Alam berupa TWA Telaga Patenggang, TWA Cimanggu, dan TWA Kawah
Kamojang terletak di Kecamatan Pangalengan, Rancabali dan Ibun.
4) Taman Buru berupa Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi (TBMK) yang sebagian
terletak di Kabupaten Bandung.
Upaya perlindungan dilakukan dengan pelestarian keanekaragaman biota, tipe ekosistem,
gejala dan keunikan alam di kawasan suaka alam untuk kepentingan plasma nutfah,
keperluan pariwisata, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.
3) Rehabilitasi lahan Hutan dan kritis pada daerah bencana gerakan tanah, cukup tinggi
pada wilayah Selatan wilayah Kabupaten Bandung yaitu Kertasari, Pangalengan,
Pasirjambu, Rancabali, Pacet dan Ibun.
4) Inventarisasi dan penggunaan bangunan tahan gempa pada wilayah Kecamatan
Pangalengan, Banjaran, Cimaung, Kertasari dan Cilengkrang disertai dengan sistem
peringanan dini.
5) Pembatasan pembangunan (lahan terbangun) pada daerah rawan aliran lahar pada
wilayah Kecamatan Cileunyi, Cilengkrang, Cimenyan, Ciwidey, Pasirjambu, Rancabali dan
dampak Gunung Papandayan di Kecamatan Kertasari.
6) Mengendalikan erosi dengan menambah bangunan sipil teknis antara lain : sumur
resapan, Gully Plug, terasering, check dam dan bangunan lain yang sejenis berdasarkan
kajian dan perencanaan;
7) Pembatasan pembangunan (lahan terbangun) pada daerah rawangerakan tanah di
Kecamatan Ciwidey,Rancabali dan Pasirjambu;
8) Penetapan jalur dan ruang evakuasi bencana; dan
9) Maksimalisasi pemanfaatan embung untuk penyimpanan air baku/air minum bagi
masyarakat di daerah yang rawan kekeringan.
d. Meningkatkan nilai tambah produksi hasil hutan dan industri pengolahannya dan
meningkatkan ekspor dan perekonomian daerah; atau
e. Mendorong perkembangan usaha dan peran masyarakat sekitar hutan.
Kawasan Hutan Produksi di Kabupaten Bandung yang memiliki fungsi lindung dan
konservatif meliputi:
1. Hutan Produksi Gunung Tilu, Manglayang, Kutawaringin, Pameungpeuk, Baleendah,
Arjasari, Paseh, Cimenyan, Cikancung, dan Nagreg;
2. Hutan Produksi Terbatas di Kecamatan Rancabali, Kertasari, Ibun, Paseh, Pasirjambu,
Cimenyan, Nagreg, Cicalengka, Cimaung, dan Pacet.
Konsep pengelolaan Pengelolaan Hutan produksi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Memberikan insentif (kemudahan) pada penduduk yang bergerak di bidang hutan
produksi dengan memberikan bibit yang murah dan menyediakan lahan pada lokasi yang
telah ditetapkan;
2) Pengembangan kelompok tani hasil hutan dan perkayuan untuk memudahkan
berjalannya program pemerintah dan meningkatkan usaha masyarakat;
3) Pengelolaan hutan berbasis konservasi melalui kegiatan pemeliharaan bekas tebangan
yang berupa perapihan, pembebasan pertama, pengadaan bibit, pengayaan, pemeliharaan
tanaman, pembebasan kedua dan ketiga, dan penjarangan tajuk.
4) Mengelola hutan berdasarkan konsep kesesuaian lahan, dengan berbasis pendekatan
ekosistem, pengelolaan hutan produksi didasarkan pada unit-unit ekologis yang
merupakan resultante dari seluruh fak-tor lingkungan (biofisik) sehingga terbentuk
kesatuan pengelolaan yang berkemampuan sama baik produk-tivitas maupun jasa
lingkungannya.
5) Pembangunan dan pengembangan industri yang berbasis hutan tanaman industri.
6) Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan keamanan
hutan lainnya.
Paseh, Arjasari, Kertasari, Ibun, Cikancung dan Kecamatan Pacet) dan Sub DAS Citarik
(Kecamatan Cicalengka).
pertimbangan kondisi eksisting dan potensi wilayahnya dengan merujuk pada ketentuan
Keppres No. 57/89 tentang Pengelolaan Kawasan Budidaya. Pemanfaatan ruang lahan basah
yang terbentuk berdasarkan pertimbangan tersebut adalah mengelompok dan merupakan
pemisah antara kawasan budidaya permukiman dan kawasan lindung.
Kawasan pertanian lahan basah di Kabupaten Bandung tersebar di Kecamatan Soreang,
Kutawaringin, Katapang, Rancabali, Pasirjambu, Ciwidey, Baleendah, Dayeuhkolot,
Bojongsoang, Pangalengan, Cangkuang, Cimaung, Arjasari, Pameungpeuk, Majalaya, Ciparay,
Pacet, Kertasari, Paseh, Ibun, Solokanjeruk, Cicalengka, Nagreg, Cikancung, Cileunyi,
Rancaekek, Cimenyan dan Cilengkrang. Di Kabupaten Bandung dialokasikan ruang untuk
tanaman pangan sebagai upaya peningkatan ketahanan pangan dan penyediaan pasokan
pemasaran dan distribusi bagi Regional. Adapun rencana pengembangan pertanian lahan
basah meliputi:
a. Penetapan LP2B di Kecamatan Ciparay, Katapang, Solokanjeruk dan Majalaya serta
kecamatan lainnya yang memiliki potensi berdasarkan kajian teknis; dan
b. Peningkatan produktivitas pertanian lahan basah diarahkan di Kecamatan Ciwidey,
Rancabali, Pasirjambu, Cimaung, Pangalengan, Kertasari, Pacet dan Arjasari.
Pemanfaatan kawasan budidaya pertanian lahan basah, diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan pangan serta peningkatan produksi. Dalam hal ini perlu dilakukan upaya-upaya:
1) Inventarisasi ulang terhadap luas baku sawah maupun jaringan irigasi yang ada.
2) Atas pertimbangan tertentu, dan untuk menjamin agar kawasan pertanian tidak berubah
fungsi dan menghindari konversi lahan, maka kawasan-kawasan pertanian pada lokasi-
lokasi tertentu dapat ditetapkan sebagai kawasan pertanian lestari/abadi.
3) Perbaikan dan pemeliharaan saluran irigasi dan bangunan irigasi pendukungnya.
4) Pengembangan sawah selain padi juga dilakukan penerapan sistem mina padi dan
tumpang sari.
Berdasarkan potensi pengembangan pertanian tanaman pangan, maka Kabupaten Bandung
mengusahakan Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dan Pengaturan
Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Bandung sebagai langkah
konkret Pemerintah Kabupaten Bandung dalam menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Peraturan
Pemerintah No. 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan alih fungsi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan.
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk
dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi
kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. Kawasan yang dapat ditetapkan
menjadi Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan harus memenuhi kriteria:
a. Memiliki hamparan lahan dengan luasan tertentu sebagai Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dan/atau Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan; dan
b. Menghasilkan pangan pokok dengan tingkat produksi yang dapat memenuhi kebutuhan
pangan sebagian besar masyarakat setempat, kabupaten/kota, provinsi, dan/atau
nasional.
pertanian lahan kering berdasarkan pada pertimbangan kondisi eksisting berupa kebun
campuran, tegalan dan semak belukar.
Kawasan Hortikultura di Kabupaten Bandung dapat dikembangkan untuk kegiatan kebun
campuran mencakup budi daya palawija (antara lain jagung, kedelai, kacang tanah, kacang
hijau, ubi kayu, ubi jalar, dan lainnya), sayuran dan buah-buahan. Berdasarkan potensi
pengembangan kawasan hortikultura di Kabupaten Bandung, maka rencana pengembangan
kawasan hortikultura di Kabupaten Bandung, meliputi:
1) Lahan hortikultura yang menjadi bagian kawasan pertanian di bagian Selatan Kab.
Bandung di Kecamatan Pangalengan, Kertasari, Pasirjambu, Cikancung dan Ciwidey;
2) Pengembangan buah-buahan di Kecamatan buah-buahan di Kecamatan Rancabali,
Ciwidey , Pasirjambu, Pangalengan, Cimaung, Arjasari dan Kertasari, Pacet, Ibun dan
Paseh;
3) Pengembangan sayuran di Kecamatan Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan Rancabali,
Kecamatan Ciwidey, Kecamatan Pacet, Kecamatan Kertasari, Kecamatan Arjasari,
Kecamatan Pangalengan;
4) Pengembangan kedepan pertanian holtikultura sangat tepat untuk dikembangkan
terutama untuk memanfaatkan lahan tidur menjadi produktif;
5) Kawasan hortikultura sebagai penunjang komoditas unggulan dilakukan dengan
memperhatikan besaran supply dan permintaan pasar untuk menstabilkan harga produk;
6) Kawasan ini sebaiknya tidak diadakan alih fungsi lahan kecuali untuk kegiatan pertanian
dengan catatan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memiliki kemampuan penyerapan
tenaga kerja yang lebih luas;
7) Kawasan ini harus dilakukan peningkatan konservasi lahan dengan mengolah secara
teknis dan vegetatif; dan
8) Kawasan hortikultura buah-buahan harus dikembangkan dengan memperhatikan nilai
ekonomi yang tinggi dengan mengembalikan berbagai jenis komoditas yang menunjukan
ciri khas daerah, seperti strawberry.
ada, terkait dengan pendapatan daerah dari kegiatan eksplorasi pertambangan tersebut
(pasal 129 UU/4/2009).
Rencana kegiatan pertambangan di Kabupaten Bandung, meliputi:
1) Kawasan pertambangan di tetapkan dengan mengacu pada penetapan lokasi wilayah
pertambangan (WP) sesuai peraturan pertambangan, yang di bagi menjadi Wilayah
Pencadangan Negara (WPN), Wilyah Usaha Pertambangan (WUP) dan Wilayah
Pertambangan rakyat (WPR);
2) Kawasan pertambangan mencakup potensi pertambangan mineral logam, batuan, dan
panas bumi;
3) Pengembangan potensi panas bumi di kawasan panas bumi dan di wilayah yang di bawah
permukaan tanahnya terdapat potensi pengembangan panas bumi dapat dikembangkan
sebagai Kawasan Panas Bumi setelah dilakukan studi dan kajian kelayakan pengusahaan
secara ekonomi, lingkungan dan peraturan perundang-undanganyang berlaku;
4) Pengembangan potensi mineral logam, batuan dan panas bumi dan di wilayah yang di
bawah permukaan tanahnya terdapat potensi pertambangan mineral logam, batuan, dan
pertambangan panas bumi, dapat dilakukan eksploitasi sepanjang memenuhi kaidah
pertambangan yang baik dan benar serta sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Tidak dilakukan pada wilayah yang telah ditetapkan sebagai hutan konservasi;
b. Pada wilayah yang telah ditetapkan sebagai hutan lindung tidak dilakukan
penambangan secara terbuka;
c. Kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi dan eksploitasi bahan tambang di dalam
kawasan hutan dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
5) Jika eksploitasi dilakukan di kawasan peruntukan pertambangan maka harus dilakukan
reklamasi sesuai dengan dokumen rencana reklamasi yang telah disetujui oleh Bupati
Bandung sehingga dapat dimanfaatkan sesuai rencana pola ruangnya.
6) Kawasan pertambangan mineral logam pertambangan mineral logam berupa emas di
Kecamatan Kutawaringin.
7) Kawasan pertambangan batuan, tersebar di:
a. Kecamatan Baleendah terdapat potensi tambang andesit;
b. Kecamatan Cangkuang terdapat potensi tambang andesit;
c. Kecamatan Cicalengka terdapat potensi tambang kaolin, tanah urug, Andesit dan Tras;
d. Kecamatan Cikancung terdapat potensi tambang andesit, pasir dan obsidian;
e. Kecamatan Cilengkrang terdapat potensi tambang andesit;
f. Kecamatan Cileunyi terdapat potensi tambang andesit;
g. Kecamatan Cimenyan terdapat potensi tambang andesit;
h. Kecamatan Ciparay terdapat potensi tambang andesit dan lempung;
i. Kecamatan Margaasih terdapat potensi tambang andesit dan lempung;
j. Kecamatan Nagreg terdapat potensi tambang andesit, tras, obsidian pasir dan tufa;
k. Kecamatan Pacet terdapat potensi tambang andesit, lempung, tras dan pasir;
l. Kecamatan Pameungpeuk terdapat potensi tambang andesit;
m. Kecamatan Pangalengan terdapat potensi tambang obsidian dan andesit;
n. Kecamatan Paseh terdapat potensi tambang pasir;
o. Kecamatan Pasirjambu terdapat potensi tambang tras;
p. Kecamatan Rancabali terdapat potensi tambang andesit;
q. Kecamatan Rancaekek terdapat potensi tambang andesit;
r. Kecamatan Solokanjeruk terdapat potensi tambang lempung;
s. Kecamatan Soreang terdapat potensi tambang andesit, teras, pasir batu dan tanah
urug; dan
t. Kecamatan Kutawaringin terdapat potensi tambang andesit, pasir batu, tanah urug,
gamping, lempung dan pasir.
8) Kawasan potensi pengembangan panas bumi di Kabupaten Bandung berupa panas bumi,
tersebar di:
a. Kawasan panas bumi Kamojang, Kecamatan Ibun;
b. Kawasan panas bumi Papandayan dan Darajat, Kecamatan Kertasari;
c. Kawasan panas bumi Cibuni, Kecamatan Rancabali;
d. Kawasan panas bumi Rancabali, Kecamatan Rancabali
e. Kawasan panas bumi Wayang Windu, Kecamatan Pangalengan; dan
f. Kawasan panas bumi Patuha, Kecamatan Pasirjambu.
9) Eksploitasi pertambangan yang terdapat di Kecamatan Cilengkrang, Cileunyi, dan
Cimenyan, yang berada di Kawasan Bandung Utara harus menempuh ketentuan perizinan
untuk Kawasan Bandung Utara.
Pengembangan sentra industri kecil dan menengah yang dilengkapi fasilitas pengelolaan
lingkungan yang memadai, khususnya untuk industri kecil dan menengah yang bergerak
dalam bidang washing berupa IPAL Gabungan. Untuk kawasan peruntukan industri yang
terdapat di WP Baleendah dan Majalaya, dilakukan penerapan pembatasan beban
pencemaran air untuk industri.
Gambar 4.1
Peta Pengembangan Kawasan Pariwisata Kabupaten Bandung
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 18 Tahun 2012
tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2012-2017
Tabel 4.1
Rencana Pengembangan Potensi
Kawasan Peruntukan Pariwisata Di Kabupaten Bandung
Peruntukan
No Atraksi/Kegiatan (eksisting) Rencana Ket.
Pariwisata
1. Budaya/Sejarah Situs Gunung Padang Ciwidey, tempat seni Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata
budaya, kuliner tradisional, perkebunan, Situs Gunung Padang Ciwidey, Desa Wisata Rawabogo
dan tempat memproduksi berbagai tempat seni budaya, kuliner
macam terong belanda (dodol terong dan tradisional, perkebunan, agrowisata
puding terong)
Pusat berbagai kesenian Sunda (wayang Pusat berbagai wisata budaya seni Kawasan Strategis
golek, lukisan, tari-tarian, pencak silat, dan Sunda Jelekong
lain-lain). Wisatawan tidak hanya dapat
melihat pementasan namun juga bisa
berbelanja dan mempelajari kesenian.
Terdapat pula wisata alam Gentong
dimana wisatawan dapat menikmati
pemandangan yang indah
Rumah adat sunda yang menyimpan Wisata sejarah budaya adat Sunda Kawasan Strategis
benda-benda pusaka/perkakas sunda Situs Bumi Alit Kabuyutan
buhun seperti Kujang, Pedang, Keris,
Tumbak, Sekin dan lainnya. Rutin
mengadakan ritual adat budaya seperti
ngebakeun pada tanggal 12 Mulud
Wisata sejarah rumah villa, saung Wisata sejarah Boscha Kawasan Strategis
peristirahatan dan kuburan Boscha Villa Bosscha
Kesenian tradisional daerah, produksi Wisata budaya dan kuliner Kawasan Strategis
makanan khas (opak, kripik peuyeum) Desa Wisata Laksana
Budaya masyarakat tradisional Wisata budaya tradisional Kawasan Andalan
Kampung Mahmud
Situs Situs Kawasan Andalan
Situs Sumur Bandung Lagadar
Rumah adat Cikondang, adat istiadat Wisata budaya Desa Lamajang Kawasan Potensial
budaya masih kental, situs Batu Eon (menginap dan berinteraksi dengan Desa Wisata Lamajang
masyarakat di replica)
Peninggalan sejarah kerajaan Kendan Peninggalan sejarah kerajaan Kawasan Potensial
yang telah ada sejak tahun 536 Masehi, Kendan yang telah ada sejak tahun Situs Batu Kerajaan Kendan
yang berkembang menjadi kerajaan besar 536 Masehi, yang berkembang Nagreg
bernama Galuh pada tahun 612 Masehi menjadi kerajaan besar bernama
Galuh pada tahun 612 Masehi
Desa wisata dengan daya tarik budaya Desa wisata budaya Kawasan Potensial
(Kampung Manglayang) Desa Wisata Cinunuk
Candi Bojongmenje yang dibangun abad Wisata sejarah Kawasan Potensial
ke-7 dan ke-8 Situs Bojong Menje
2. Alam Pemandangan alam kawah putih, bentang Geowisata, kegiatan ekowisata Kawasan Strategis
alam Gunung Patuha Kawah Putih
Pemandangan alam danau, perkebunan Wisata rekreasi alam Kawasan Strategis
dan pengolahan teh rancabali, Situ Patengan
Sauna di kawah berkhasiat, adat istiadat Budaya tradisional (kehidupan Kawasan Strategis
masyarakat yang unik masyarakat dan pengobatan) Kawah Cibuni
Wisata alam pemandangan perkebunan Wisata alam pemandangan Kawasan Strategis
teh perkebunan teh Perkebunan Teh Malabar
Wisata alam pemandangan danau Wisata alam pemandangan danau Kawasan Strategis
Situ Cisanti
Kawah kereta api, kawah manuk, kawah Geowisata panas bumi Kawasan Strategis
hujan (untuk pengobatan), kawah Kawah Kamojang
kendang dan lain-lain
Pemandangan alam danau, tracking Ekowisata Kawasan Strategis
Situ Ciharus
Bumi perkemahan, penangkaran rusa, Wisata petualangan dan geowisata Kawasan Strategis
bekas kawah purba berupa rawa Rancaupas
Wisata olahraga petualangan (arung Wisata olahraga petualangan (arung Kawasan Potensial
jeram, paintball, outbond) jeram, paintball, outbond) Arung Jeram Cisangkuy
Bumi Perkemahan Bumi Perkemahan Kawasan Potensial
Peruntukan
No Atraksi/Kegiatan (eksisting) Rencana Ket.
Pariwisata
Gunung Puntang
Kolam pemandian air panas, perkebunan Wisata rekreasi dan kesehatan Kawasan Strategis
teh rancabali, wahana permainan alam, Cilawini
arena permainan Walini Adventure
Kolam pemandian air panas Kolam pemandian air panas Kawasan Strategis
Cibolang
Kuliner, budaya Pusat Seni dan Budaya, pusat Kawasan Andalan
kuliner, MICE Kota Soreang
Even olahraga tingkat regional dan Pusat even olahraga tingkat regional Kawasan Andalan
nasional (terutama sepakbola) dan nasional (terutama sepakbola) Stadion Si Jalak Harupat
dan rekreasi olahraga masyarakat
Padang golf dan kolam renang Padang golf dan kolam renang Kawasan Andalan
Bandung Indah dan Water
Park
Terdapat sejumlah toko yang menjual Pusat oleh-oleh yang lebih tertata Kawasan Potensial
oleh-oleh khas Kabupaten Bandung di Pusat Oleh-Oleh Nagreg
jalur utama lintas kota/kabupaten
Lokasi hiking, tracking (kegiatan-kegiatan Wisata petualangan tracking Kawasan Potensial Batu Kuda
lintas alam), situs batu dengan bentuk pegunungan
seperti tapal kuda
Wisata pemandangan kota (city Wisata pemandangan kota (city Kawasan Potensial
sightseeing), wisata kuliner sightseeing), dan wisata kuliner yang Caringin Tilu
ramah lingkungan
Terdapat banyak tempat makan dan Pusat wisata kuliner dan MICE Kawasan Potensial
minum, mulai dari makanan traditional Kawasan Kuliner Cimenyan
sampai modern, terdapat hotel berbintang
yang memiliki fasilitas MICE
A. Permukiman Perkotaan
Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan yang dominasi kegiatannya
difungsikan untuk kegiatan yang bersifat kekotaan dan merupakan orientasi pergerakan
penduduk yang ada pada wilayah sekitarnya. Pengembangan kawasan permukiman
perkotaan dilakukan pada wilayah-wilayah dengan konsentrasi penduduk tinggi dan
memiliki lokasi yang strategis. Rencana pengembangan kawasan permukiman perkotaan
di Kabupaten Bandung diarahkan pada pengembangan permukiman pola berimbang yang
diarahkan untuk perumahan terorganisasi dan hunian vertikal.
Untuk lokasi pengembangan hunian vertikal yakni berada di WP WP Margahayu -
Margaasih, WP Cileunyi – Rancaekek, WP Cimenyan – Cilengkrang, WP Baleendah, WP
Soreang – Katapang – Kutawaringin, WP Banjaran, WP Cicalengka, dan WP Majalaya;
B. Permukiman Perdesaan
Permukiman perdesaan yang lebih cenderung berorientasi pada lokasi lahan usaha
pertanian, diarahkan untuk permukiman yang tumbuh alami dan pengembangan
perumahan dengan kepadatan rendah dengan pengembangan yang dibatasi sesuai
dengan fungsi ruang dan ditentukan berdasarkan Koefisien Wilayah Terbangun (KWT).
Pengembangan kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Bandung meliputi :
a. Kawasan permukiman perdesaan akan dikembangkan menyebar di seluruh wilayah
Kabupaten Bandung pada wilayah Barat, Selatan dan Timur.
b. Kawasan perdesaan berbentuk kawasan agropolitan, yang meliputi satu atau lebih
pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
fasilitas kebudayaan dan pariwisata, fasilitas olahraga dan lapangan terbuka, serta
fasilitas pendukung kegiatan budidaya lainnya tidak diatur secara spesifik dalam zonasi
rencana pola ruang tetapi lebih ditentukan berdasarkan kajian teknis, keserasian
lingkungan serta estetika ruang.
Secara keseluruhan alokasi ruang yang membentuk pola ruang di Kabupaten Bandung
didominasi oleh kawasan budidaya yaitu sebesar lebih kurang 122.428 Hektar atau sekitar
69,47% dari luas total dan lebih kurang 53.810 Hektar atau 30,53% merupakan kawasan
lindung Secara rinci rencana pola ruang diiliustrasikan pada Tabel 4.2 dan Peta Rencana Pola
Ruang Gambar 4.2.
Tabel 4.2
Rekapitulasi Rencana Pola Ruang Kabupaten Bandung
No Pola Ruang Luas (Ha) Prosentase (%)
KAB. PURWAKARTA
KAB. SUBANG
9250000
9250000
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2016-2036
GAMBAR 4.2
6°50'0"S
6°50'0"S
KAB. CIANJUR PETA RENCANA POLA RUANG
KAB. SUMEDANG
µ
Kecamatan Cimenyan
9240000
9240000
Kecamatan Cilengkrang
KOTA CIMAHI 0 2 4 8 12 16
Km
KOTA BANDUNG
Sistem Grid : Sistem Geografis & Sistem UTM
Datum / Zone : WGS 1984 / 48S
Kecamatan Margaasih
6°0'0"S
6°0'0"S
Laut Jawa
DKI Jakarta
9230000
9230000
Banten
7°30'0"S
7°30'0"S
Samudera Hindia
7°0'0"S
Kecamatan Kutawaringin
7°0'0"S
Kecamatan Katapang 106°30'0"E 108°0'0"E 109°30'0"E
Kecamatan Solokanjeruk
Kecamatan PameungpeukKecamatan Baleendah LEGENDA
Pusat Administrasi Jaringan Jalan
Kecamatan Cikancung Ibukota Kabupaten Jalan Tol
Kecamatan Ciparay Ibukota Kecamatan Jalan Arteri
Kecamatan Soreang Kecamatan Nagreg Jalan Kolektor
9220000
9220000
Jalan Lokal
Kecamatan Majalaya Jalur Kereta Api
Kecamatan Cangkuang Batas Administrasi
Batas Provinsi
Batas Kabupaten Perairan
Kecamatan Arjasari Batas Kecamatan Situ/Waduk/Danau
Kecamatan Ciwidey Batas Desa Sungai
Kecamatan Banjaran Batas Wilayah KBU
Kecamatan Paseh
Kawasan Lindung
Cagar Alam
Kecamatan Cimaung Taman Hutan Raya
Taman Wisata Alam
Kecamatan Ibun Taman Buru
Hutan Lindung
Kecamatan Pacet Sempadan Sungai / Danau / Waduk /
Situ dan Mata Air
9210000
9210000
Kawasan Budidaya
Kecamatan Rancabali
7°10'0"S
7°10'0"S
Hutan Produksi Terbatas Potensi Wisata
Hutan Produksi Kawasan Peruntukan Pariwisata
Hutan Rakyat Pariwisata Alam
Kecamatan Pasirjambu Kawasan Pertanian Lahan Basah Pariwisata Budaya
Kawasan Pertanian Lahan Kering Pariwisata Buatan
Kawasan Peruntukan Peternakan
Kecamatan Pangalengan Kawasan Tanaman Tahunan
õõ õõ Potensi Pertambangan
õõ õõKawasan Peruntukan Perikanan
õõ õõ ð Pertambangan Panas Bumi
õõ õõKawasan Peruntukan Industri
Kawasan Permukiman Pertambangan Batuan
Kawasan Perdagangan / Jasa
9200000
9200000
Kawasan Pemerintahan / Fasos /
Kecamatan Kertasari Fasum
Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Kawasan Peruntukan Hankam
KAB. GARUT
KAB. CIANJUR
9190000
9190000
7°20'0"S
7°20'0"S
KAB. TASIKMALAYA
Sumber Data:
- Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000, Tahun 2005 Seamless
- Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029
107°20'0"E 107°30'0"E 107°40'0"E 107°50'0"E - Perda Nomor 6 Tahun 2006 tentang RIPPDA Kab. Bandung Tahun 2006-2016
750000 760000 770000 780000 790000 800000 810000 820000 - Hasil Kajian & Analisis Tim Teknis Penyusunan RTRW Kab. Bandung, Tahun 2014
BUKU RENCANA
Kawasan strategis merupakan kawasan budidaya/kawasan tertentu, yang berskala besar dan
berperan secara nasional dan daerah. Kawasan strategis kabupaten merupakan wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Penentuan
kawasan strategis kabupaten lebih bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis
kabupaten akan diatur lebih lanjut di dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis.
Kawasan Strategis dalah bagian wilayah kabupaten/kota yang penataan ruangnya harus
diperlakukan secara khusus oleh karena:
1. Memiliki kegiatan-kegiatan ekonomi yang sangat besar kontribusinya terhadap
perekonomian kabupaten/kota secara keseluruhan, atau
2. Memiliki nilai historis budaya yang harus dilestarikan, atau
3. Memiliki nilai-nilai ekologis yang sangat besar pengaruhnya terhadap keseluruhan
wilayah kabupaten/kota sehingga harus dipertahankan dan dijaga kelestariannya, atau
4. Memiliki nilai kepentingan pertahanan dan keamanan yang harus dijaga, atau sangat
tertinggal perkembangannya sehingga harus diberi perlakuan khusus agar dapat sejajar
dengan bagian wilayah kabupaten/kota lainnya, atau memiliki kekhususan lainnya
5. Ada empat tema kawasan strategis yang dapat ditetapkan pada jenjang kabupaten/kota,
yaitu ekonomi, sosial-budaya, teknologi tinggi dan lingkungan
6. Penetapan kawasan strategis sifatnya sangat subjektif.
Kawasan Strategis Kabupaten berfungsi:
1. Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan
pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan
ruang wilayah kota;
2. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan
pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten yang dinilai mempunyai pengaruh
sangat penting terhadap wilayah kabupaten bersangkutan;
3. Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di dalam
rencana struktur dan rencana pola ruang;
4. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW kabupaten; dan
5. Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten.
Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan:
1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
2. Nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan
kawasan;
3. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan terhadap
tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya dan lingkungan pada kawasan yang
akan ditetapkan;
4. Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten; dan
5. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
menetapkan bahwa kawasan yang termasuk dalam kawasan strategis adalah kawasan yang
memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Memperhatikan faktor-faktor di dalam tatanan ruang wilayah kabupaten yang memiliki
kekhususan.
2. Memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis wilayah provinsi yang
ada di wilayah kabupaten.
3. Dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional, namun harus memiliki
kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian kewenangan antara
pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota
yang jelas;
4. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, antara lain, adalah
kawasan perbatasan negara, termasuk pulau kecil terdepan/kawasan pesisir, dan
kawasan latihan militer.
5. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten yaitu merupakan aglomerasi berbagai
kegiatan ekonomi antara lain, adalah kawasan metropolitan, kawasan ekonomi khusus,
kawasan pengembangan ekonomi terpadu, kawasan tertinggal, serta kawasan
perdagangan dan pelabuhan bebas.
6. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup,
antara lain kawasan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup, termasuk kawasan
yang diakui sebagai warisan dunia.
7. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, antara lain kawasan adat
tertentu, kawasan konservasi warisan budaya, termasuk warisan budaya yang diakui
sebagai warisan dunia.
8. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi di wilayah kabupaten, antara lain kawasan yang memiliki :
Peruntukan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berdasarkan lokasi sumber daya alam strategi, pengembangan antariksa, serta tenaga
atom dan nuklir;
Sumber daya alam strategis;
Fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;
Fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau
Fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
9. Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang sesuai dengan
kepentingan pembangunan spasial wilayah kabupaten; dan
10. Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi dalam rencana
struktur ruang dan rencana pola ruang.
Batasan fisik kawasan strategis kabupaten akan ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata
ruang kawasan strategis. Dalam upaya mengurangi disparitas pembangunan antara kawasan
pusat pertumbuhan (PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya) dengan kawasan-kawasan di
sekitarnya dan upaya optimalisasi potensi kawasan, maka diperlukan strategi pengembangan
wilayah pada kawasan-kawasan yang memiliki peran strategis sebagai motor penggerak bagi
pembangunan kawasan-kawasan di sekitarnya, baik dalam aspek ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan keamanan dan lingkungan. Penetapan kawasan strategis harus didukung oleh
tujuan tertentu daerah sesuai pertimbangan aspek strategis masing-masing kabupaten.
Kawasan strategis yang ada di kabupaten memiliki peluang sebagai kawasan strategis
nasional dan provinsi.
Kawasan Strategis di Kabupaten Bandung tidak terlepas dari kebijakan dan arahan
pembangunan Kawasan Strategis Nasional dan Provinsi yang mengarahkan arah
pengembanan dalam memacu pertumbuhan bagi Kabupaten Bandung.
ekonomi kabupaten melalui potensi pertanian yang dimiliki. Arahan pengembangan untuk
kawasan agropolitan ini yaitu:
Pengembangan sarana dan prasarana wilayah sentra produksi
Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi
Peningkatan Infrastruktur khususnya jalan desa dan jalan perkebunan
peningkatan produktivitas melalui penggunanaan teknologi tepat guna
penyuluhan dan bimbingan kelompok tani, koperasi dan usaha keci
Pengembangan kegiatan industri pengolahan (industri hilir) komoditas pertanian
Pengembangan jaringan kerjasama antar daerah pengelola kawasan, pemerintah dan
swasta
Pengembangan lembaga pembiayaan
Selain itu, khusus untuk Kawasan Agropolitan Pangalengan diarahkan juga untuk
mengembangkan kegiatan jasa yang mendukung kegiatan wisata berkelanjutan. Hal ini tidak
lepas dari keberadaan pusat pertumbuhan Rancabuaya yang termasuk ke dalam Kawasan
Strategis Metropolitan Jawa Barat yang akan menambah potensi pergerakan manusia dalam
koridor Bandung - Rancabuaya melewati Kawasan Agropolitan Pangalengan yang akan
berdampak pada pertumbuhan kegiatan di sekitar koridor tersebut.
KAB. PURWAKARTA
KAB. SUBANG PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG
9250000
9250000
PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2016-2036
GAMBAR 5.1
PETA RENCANA KAWASAN STRATEGIS
6°50'0"S
KAB. CIANJUR
6°50'0"S
Kecamatan Cimenyan 2 KAB. SUMEDANG
µ
9240000
9240000
Kecamatan Cilengkrang 0 2 4 8 12 16
Km
Kecamatan Cileunyi
6°0'0"S
6°0'0"S
Laut Jawa
DKI Jakarta
Kecamatan Margaasih
Banten
8
9230000
9230000
Jawa Barat
Kabupaten Bandung
Kecamatan DayeuhKolot Jawa Tengah
Kecamatan Margahayu
7°30'0"S
7°30'0"S
Kecamatan Rancaekek
9
7
Kecamatan Bojongsoang Kecamatan Cicalengka Samudera Hindia
Kecamatan Kutawaringin
7°0'0"S
Kecamatan Katapang LEGENDA
Kecamatan Solokanjeruk Pusat Administrasi Jaringan Jalan
Kecamatan PameungpeukKecamatan Baleendah Ibukota Kabupaten Jalan Tol
Ibukota Kecamatan Jalan Arteri
Kecamatan Cikancung Jalan Kolektor
Kecamatan Ciparay Jalan Lokal
Kecamatan Soreang Kecamatan Nagreg Jalur Kereta Api
Batas Administrasi
9220000
9220000
Batas Provinsi
Kecamatan Majalaya
Kecamatan Cangkuang Batas Kabupaten Perairan
Batas Kecamatan Situ/Waduk/Danau
Kecamatan Arjasari Kecamatan Paseh Batas Desa Sungai
Kecamatan Ciwidey
Kecamatan Banjaran Kawasan Strategis Nasional (KSN)
KSN dilihat dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
KSN Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung (Seluruh Kab. Bandung)
Kecamatan Cimaung
1 Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
KSN dilihat dari Sudut Kepentingan Lingkungan Hidup
Kecamatan Ibun 1 KSP Hulu Sungai Citarum
2 KSP Kawasan Bandung Utara
Kecamatan Pacet KSN dilihat dari Sudut Kepentingan Pendayagunaan SDA dan Teknologi
9210000
9210000
3 KSP Panas Bumi Kamojang, Darajat, Papandayan
4 KSP Panas Bumi Wayangwindu
5 6 4
3
Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)
Kecamatan Rancabali
7°10'0"S
7°10'0"S
5 KSK Agropolitan Ciwidey
6 KSK Agropolitan Pangalengan
Kecamatan Pasirjambu 7 Kawasan Terpadu Permukiman Tegalluar
8 Kawasan Terpadu Permukiman dan Industri Margaasih
9 Kawasan Terpadu Stadion Olahraga Si Jalak harupat
Kecamatan Pangalengan
9200000
9200000
Kecamatan Kertasari
KAB. GARUT
KAB. CIANJUR
9190000
9190000
7°20'0"S
KAB. TASIKMALAYA
7°20'0"S
Sumber Data:
- Peta Rupa Bumi Indonesia, Skala 1 : 25.000, Tahun 2005, Seamless
- Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 - 2029
107°20'0"E 107°30'0"E 107°40'0"E 107°50'0"E - Hasil Kajian & Analisis Tim Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Bandung,
750000 760000 770000 780000 790000 800000 810000 820000 Tahun 2014
BUKU RENCANA
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten merupakan perwujudan rencana tata ruang
yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan/pengembangan wilayah
kabupaten dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun
perencanaan yakni tahun 2036.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berfungsi:
a. sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman
penataan/pengembangan wilayah kabupaten;
b. sebagai arahan untuk sektor dalam penyusunan program (besaran, lokasi, sumber
pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan);
c. sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan setiap jangka waktu 5 (lima) tahun; dan
d. sebagai acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun berdasarkan:
a. Rencana struktur ruang dan pola ruang;
b. Ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan;
c. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan; dan
d. Prioritas pengembangan wilayah kabupaten dan pentahapan rencana pelaksanaan
program sesuai dengan RPJPD.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun dengan kriteria:
a. Mendukung perwujudan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan pengembangan
kawasan strategis kabupaten;
b. Mendukung program utama penataan ruang nasional dan provinsi;
c. Realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu perencanaan;
d. Konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik dalam jangka
waktu tahunan maupun antar lima tahunan; dan
e. Sinkronisasi antar program harus terjaga dalam satu kerangka program terpadu
pengembangan wilayah kabupaten.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bandung yang merupakan perwujudan dari
rencana pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bandung di susun dan diuraikan sebagai
berikut :
I. Perwujudan rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Bandung, dengan cakupan :
1. Perwujudan sistem pusat kegiatan dalam wilayah Kabupaten Bandung, termasuk
perwujudan pusat kegiatan dalam sistem nasional, dan sistem pusat kegiatan provinsi
di wilayah Kabupaten Bandung;
2. Perwujudan sistem prasarana utama Kabupaten Bandung, yang mencakup sistem
jaringan transportasi darat dan sistem jaringan perkeretaapian.
3. Perwujudan sistem prasarana lainnya Kabupaten Bandung, yang mencakup
a) Perwujudan sistem jaringan prasarana energi/kelistrikan;
b) Perwujudan sistem jaringan prasarana telekomunikasi;
c) Perwujudan sistem jaringan prasarana sumber daya air;
d) Perwujudan sistem jaringan prasarana wilayah lainnya.
II. Perwujudan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Bandung, dengan cakupan :
1. Perwujudan Kawasan Lindung; dan
2. Perwujudan Kawasan Budidaya.
III. Perwujudan Kawasan Strategis wilayah Kabupaten Bandung.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan dalam pengembangan pembangunan,
maka perlu disusun tahapan pelaksanaan kegiatan sesuai UU 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, bahwa pelaksanaan pembangunan memiliki jangka waktu pelaksanaan
selama 20 (dua puluh) tahun, pentahapan kegiatan tersebut dituangkan dalam kegiatan per 5
(lima) tahun. Indikasi program utama lima tahun pertama diuraikan per tahun kegiatan.
Tahap pelaksanaan program pembangunan lima tahunan tersebut yaitu:
Tahap I : kurun waktu 2017 - 2021
Tahap II : kurun waktu 2022 – 2026
Tahap III : kurun waktu 2027 - 2031
Tahap IV : kurun waktu 2032 – 2036
Adapun program-program yang direncanakan, dapat dikelompokkan dalam beberapa
program kegiatan. Untuk lebih jelasnya mengenai indikasi program dapat di lihat pada Tabel
6.1.
Waktu Pelaksanaan
Sumber Instansi
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4
No Program Utama Lokasi Dana Pelaksana
2022- 2027- 2032-
2017 2018 2019 2020 2021
2026 2031 2036
A. PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG
Penyusunan Ketentuan Teknis Peraturan Zonasi Kawasan Banjaran, Majalaya, Baleendah, Cileunyi-
APBD Prov., APBD Kab. Bappeda, Dipertasih
Perkotaan Rancaekek dan Cicalengka
Banjaran, Majalaya, Baleendah, Cileunyi-
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) APBD Prov., APBD Kab. Dipertasih
Rancaekek dan Cicalengka
Banjaran, Majalaya, Baleendah, Cileunyi-
Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota APBD Prov., APBD Kab. Dipertasih
Rancaekek dan Cicalengka
Dispertasih, Dinas Koperasi,
Banjaran, Majalaya, Baleendah, Cileunyi-
Penataan pusat perdagangan dan pertokoan APBD Prov., APBD Kab. UKM, Perindustrian dan
Rancaekek dan Cicalengka
Perdagangan
Pengembangan pusat distribusi pertanian dan perkebunan Ciwidey, Nagreg, Pangalengan, APBD Prov., APBD Kab.,
Distanbunhut, Dipertasih
(agribisnis) Cilengkrang dan Cimenyan Swasta
Ciwidey, Rancabali, Pasirjambu, Dipertasih, Dinas Pemuda, Olah
Pengembangan sentra wisata APBD Kab., Swasta
Pangalengan Raga dan Pariwisata, Swasta
Margaasih, Margahayu, Dayeuhkolot, APBN, APBD Kab., Swasta, Bappeda, Dispertasih, Swasta,
Penataan kawasan Permukiman Perkotaan
Bojongsoang, Ciparay Masyarakat Masyarakat
Penyediaan Terminal Tipe B Banjaran, Nagreg, Ciwidey APBD Kab. Bappeda, Dishub
Penyediaan Terminal Tipe C Rancaekek, Rancabali APBD Kab. Bappeda, Dishub
Pengembangan pelayanan Kesehatan minimal Puskesmas Rawat Pangalengan, Ciwidey, Ciparay,
APBD Prov., APBD Kab. Bappeda, Dinkes, Dispertasih
Inap Dayeuhkolot, Margahayu
Margaasih, Margahayu, Dayeuhkolot,
Penyusunan Rencana RTH permukiman perkotaan APBD Kab. Dispertasih
Bojongsoang, Ciparay
d. Pengembangan dan Penataan PPL
Perkotaan Kiaracondong-Rancaekek-
Pembangunan jalur ganda KA APBD Prov., APBD Kab. Dishub, PT. KAI
Cicalengka
Koridor Cicalengka – Nagreg APBD Prov., APBD Kab. Dishub, PT. KAI
Koridor Bandung – Dayeuh Kolot –
Peningkatan jalur KA APBD Prov., APBD Kab. Dishub, PT. KAI
Banjaran
Koridor Banjaran-Soreang-Ciwidey APBD Prov., APBD Kab. Dishub, PT. KAI
Koridor Rancaekek-Tanjungsari APBD Prov., APBD Kab. Dishub, PT. KAI
Perkotaan Rancaekek-Jatinangor-
Reaktivasi jalur KA Perkotaan APBN, swasta Kemenhub
Tanjungsari
Perkotaan Cikudapateuh-Soreang-
APBD Prov., APBD Kab. Dishub, PT. KAI
Ciwidey
Perkotaan Kiarocondong-Ciwidey APBD Prov., APBD Kab. Dishub, PT. KAI
Perkotaan Padalarang-Kiaracondong-
Elektrifikasi jalur KA APBD Prov., APBD Kab. Dishub, PT. KAI
Cicalengka
Pembangunan dry port Bandung Urban Railway Transport APBN, APBD Prov., APBD
Padalarang-Cicalengka Line Dishub, PT. KAI, Swasta
Development, Electrification Kab., Swasta
APBN, APBD Prov., APBD
Pengembangan monorel Bandung Raya Koridor Leuwipanjang - Jatinangor Dishub, PT. KAI, Swasta
Kab., Swasta
APBN, APBD Prov., APBD
Koridor Leuwipanjang - Soreang Dishub, PT. KAI, Swasta
Kab., Swasta
APBN, APBD Prov., APBD
Koridor Gedebage - Majalaya Dishub, PT. KAI, Swasta
Kab., Swasta
Peningkatan jaringan prasarana jalan rel untuk mendukung APBN, APBD Prov., APBD
Gedebage Dishub, PT. KAI, Swasta
pengembangan pelabuhan darat (dry port) Kab., Swasta
APBN, APBD Prov., APBD
Perbaikan persinyalan kereta api Jalur Gedebage-Cicalengka Dishub, PT. KAI
Kab., Swasta
ruas Bandung –Kopo- Soreang, Bandung APBN, APBD Prov., APBD
Penggantian moda angkutan umum massal jalan raya Dishub, Swasta
-Dayeuhkolot- Banjaran Kab., Swasta
Bandung –Baleendah-Ciparay- Majalaya APBD Kab., Swasta Dishub, Swasta
Bandung Cileunyi – APBN, APBD Prov., APBD
Dishub, Swasta
Rancaekek/Cicalengka-Majalaya Kab., Swasta
APBN, APBD Prov., APBD
Soreang-Banjaran-Baleendah-Majalaya Dishub, Swasta
Kab., Swasta
Jalur Leuwipanjang – Soreang,
APBN, APBD Prov., APBD
Pembangunan jalur LRT (Light Rapid Transport) Martadinata – Banjaran, dan Gedebage - Dishub, PT. KAI, Swasta
Kab., Swasta
Majalaya
APBN, APBD Prov., APBD
Pembangunan jalur Kereta Cepat Jakarta - Bandung Jalur Tegalluar Dishub, PT. KAI, Swasta
Kab., Swasta
Stasiun angkutan penumpang jalur
Peningkatan Prasarana perkeretaapian APBD Kab. Dishub, PT. KAI
Padalarang-Cicalengka
APBN, APBD Prov., APBD
Pembangunan Stasiun Kereta Api Untuk Angkutan Barang Gedebage, Cicalengka Dishub, PT. KAI
Kab.
Penambahan sarana KRD baru beserta perbaikan Kab. Bandung APBN, APBD Prov., APBD Dishub, PT. KAI
Rencana Tata Ruang Wilayah
VI - 7
Kabupaten Bandung Tahun 2016 - 2036
BUKU RENCANA
Waktu Pelaksanaan
Sumber Instansi
PJM-1 PJM-2 PJM-3 PJM-4
No Program Utama Lokasi Dana Pelaksana
2022- 2027- 2032-
2017 2018 2019 2020 2021
2026 2031 2036
dipo/bengkelnya Kab.
APBN, APBD Prov., APBD Dishub, PT. KAI, Dinas Bina
Perbaikan persilangan antara KA dan jalan Kab. Bandung
Kab. Marga
Cimekar Kec. Cileunyi, Rancaekek,
APBN, APBD Prov., APBD Dishub, PT. KAI, Dinas Bina
Pengembangan stasiun angkutan penumpang Soreang, Dayeukolot, Banjaran,
Kab. Marga
Majalaya, Nagreg, Ciwidey
Pembangunan stasiun dan depo sebagai bagian dari APBN, APBD Prov., APBD Dishub, PT. KAI, Dinas Bina
Stasiun dan Depo Tegalluar
pembangunan Kereta Cepat Jakarta - Bandung Kab., Swasta Marga
Penyediaan dan pemanfaatan saluran drainase terpisah dari APBN, APBD Prov., APBD
Kab. Bandung Dinas SDAPE, Dispertasih
saluran buangan air limbah, baik domestik maupun non domestik Kab.
Penataan saluran drainase pada kawasan perkotaan dan kawasan APBN, APBD Prov., APBD
Kab. Bandung Dinas SDAPE, Dispertasih
yang memiliki tingkat genangan air dan rawan banjir Kab.
- Drainase tertutup pada kawasan
perdagangan dan jasa, perkantoran
pemerintahan, sarana pelayanan umum
dan sosial serta kawasan industri APBN, APBD Prov., APBD Dinas SDAPE, Dispertasih,
Pengembangan jaringan drainase sistem kombinasi
sebagai antisipasi masuknya sampah Kab. Bappeda
menuju saluran di Kab. Bandung
- Drainase terbuka dikembangkan pada
kawasan permukiman di Kab. Bandung
1. Kawasan Lindung
a. Hutan Lindung
Bappeda, Distanbunhut,
Penyediaan dan pengelolaan Hutan Kota pada kawasan Industri Kab. Bandung APBD Prov., APBD Kab.
Dispertasih, Swasta
Penyediaan Taman Kota Kab. Bandung APBD Kab. Dispertasih, Swasta
f. Rawan Bencana
SUB DAS Hulu Citarum, SUB DAS Cirasea APBN, APBD Prov., APBD
Rehabilitasi lahan dan air BPLHD, Dinas SDAPE
dan SUB DAS Cisangkuy Kab.
Kecamatan Sub Das Cisangkuy,
Cangkuang, Tegalluar, Margaasih,
APBN, APBD Prov., APBD BPLHD, Dinas SDAPE, BPPD
Pengendalian penanganan banjir dan genangan Dayeuhkolot, Bojongsoang, Baleendah,
Kab. Kabupaten, BNPB.
Rancaekek, Pameungpeuk, Banjaran,
Ciparay, dan Majalaya, Cicalengka
Kertasari, Pangalengan, Pasirjambu, APBN, APBD Prov., APBD
Rehabilitasi lahan Hutan dan kritis BPLHD, Distanbunhut, BNPB.
Rancabali, Pacet dan Ibun. Kab.
Kecamatan Pangalengan, Banjaran, APBN, APBD Prov., APBD
Inventarisasi dan penggunaan bangunan tahan gempa BPBD Kabupaten, BNPB.
Cimaung, Kertasari dan Cilengkrang Kab.
Kecamatan Cileunyi, Cilengkrang,
Cimenyan, Ciwidey, Pasirjambu, APBN, APBD Prov., APBD Bappeda, Dipsertasih, BPBD
Pembatasan pembangunan (lahan terbangun)
Rancabali dan dampak Gunung Kab. Kabupaten
Papandayan di Kecamatan Kertasari.
Kecamatan Soreang, Pangalengan,
Bojongsoang, Baleendah, Margaasih, APBN, APBD Prov., APBD
Upaya penanggulangan angin puting beliung BPPD Kabupaten, BNPB.
Katapang, Cicalengka, Cileunyi dan Kab.
Kecamatan Nagreg
Pemanfaatan jaringan jalan utama dan jalan lingkungan sebagai APBN, APBD Prov., APBD
Kab. Bandung BPPD Kabupaten, BNPB.
jalur evakuasi Kab.
Penyediaan ruang evakuasi dengan memanfaatkan fasilitas umum APBN, APBD Prov., APBD
Kab. Bandung BPPD Kabupaten, BNPB.
dan sosial, kantor pemerintahan, RTH, lapangan olahraga Kab.
Penyediaan tanda peringatan pada kawasan rawan bencana dan APBN, APBD Prov., APBD
Kab. Bandung BPPD Kabupaten, BNPB.
sistem informasi dini kebencanaan Kab.
g. Kawasan lindung geologi
Pendayagunaan Kawasan Cagar Alam Geologi Kawasan Geologi Batu Obsidian Nagreg APBD Prov., APBD Kab. Badan Geologi
2. Kawasan Budidaya
Penertiban pertambangan tanpa izin Kab. Bandung APBD Kab., Swasta. Dinas SDAPE, Pol PP
Pengembangan dan pelestarian kegiatan wisata budaya - Gunung Padang di Kecamatan APBN, APBD Prov., APBD Dinas Pemuda, Olah Raga dan
- Agrowisata Strawberry di
Kecamatan Pasirjambu, Kecamatan
Rancabali, Kecamatan Ciwidey,
Kecamatan Pacet, Kecamatan
Arjasari, Kecamatan Pangalengan,
Kecamatan Ibun, Kecamatan Paseh;
- Agrowisata Teh di Kertamanah,
Malabar (Kecamatan Pangalengan),
Rancabali (Kecamatan Rancabali),
Gambung (Kecamatan Pasirjambu); Dinas Pemuda, Olah Raga dan
APBD Kab., Swasta,
Penataan dan pengembangan pariwisata agro - Agrowisata Sayuran di Kecamatan Pariwisata, PTPN, Perhutani,
Masyarakat.
Pasirjambu, Kecamatan Rancabali, Swasta, Masyarakat.
Kecamatan Ciwidey, Kecamatan
Pacet, Kecamatan Kertasari,
Kecamatan Arjasari, Kecamatan
Pangalengan;
- Agrowisata Herbal di Kecamatan
Rancabali, Kecamatan pasirjambu,
Kecamatan Ciwidey.
WP Margahayu - Margaasih, WP
Cileunyi – Rancaekek, WP Cimenyan –
Pengembangan hunian vertical pada kawasan permukiman Cilengkrang, WP Baleendah, WP APBN, APBD Prov., APBD Kemen PU, Diskimrum Prov.,
perkotaan Soreang – Katapang – Kutawaringin, WP Kab., Swasta Dispertasih, Swasta.
Banjaran, WP Cicalengka, dan WP
Majalaya;
Penyediaan perumahan perdesaan melalui bantuan pemerintah APBN, APBD Prov., APBD
Kab. Bandung Dispertasih, Swasta.
dan pembangunan perumahan swadaya Kab..
Revisi RTR KSK Kawasan Terpadu Permukiman dan Industri APBD Prov., APBD Kab.,
Kecamatan Margaasih Bappeda, Dispertasih, Swasta.
Margaasih Swasta
Pengembangan kawasan peruntukan permukiman dan indsutri Kecamatan Margaasih APBD Kab., Swasta Dispertasih, Swasta
Pemanfaatan Terbatas
Jika sebuah pemanfaatan ruang memiliki tanda T atau merupakan pemanfaatan yang
terbatas, berarti penggunaan tersebut mendapatkan izin dengan diberlakukan pembatasan-
pembatasan, seperti :
• Pembatasan pengoperasian. Baik dalam bentuk pembatasan waktu beroperasinya sebuah
pemanfaatan ataupun pembatasan jangka waktu pemanfaatan ruang tersebut untuk
kegiatan yang diusulkan.
• Pembatasan intensitas ruang. Baik KDB, KLB, KDH, jarak bebas, ataupun ketinggian
bangunan pembatasan ini dilakukan oleh pemerintah daerah dengan menurunkan nilai
maksimum atau meninggikan nilai minimum dari intensitas ruang.
• Pembatasan jumlah pemanfaatan. Jika pemanfaatan yang diusulkan telah ada, masih
mampu melayani, dan belum memerlukan tambahan (contoh, dalam sebuah kawasan
perumahan yang telah cukup jumlah Mesjid nya, tidak diperkenankan membangun masjid
baru), maka pemanfaatan tersebut tidak boleh diperbolehkan, atau diperbolehkan
dengan pertimbangan-pertimbangan khusus.
• Pengenaan aturan-aturan tambahan seperti disintetif, keharusan menyediakan analisis
dampak lalulintas, dan sebagainya
Pemanfaatan Bersyarat
Jika sebuah pemanfaatan ruang memiliki tanda B atau merupakan pemanfaatan bersyarat,
berarti untuk dapat diperbolehkan, diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu.
Persyaratan ini diperlukan mengingat pemanfaatan tersebut memiliki dampak yang besar.
bagi lingkungan sekitarnya. Persyaratan ini antara lain :
• Penyusunan dokumen AMDAL
• Penyusunan Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL)
• Penyusunan Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALIN)
• Mengenakan biaya dampak pembangunan (development impact fee), dan atau aturan
disinsentif lainnya.
Ketentuan pemanfaatan dan pengendalian ruang (yang tidak mengubah struktur/pola ruang)
diatur secara terperinci dalam bentuk matriks pemanfaatan ruang sebagaimana dituangkan
dalam matriks berikut. Matriks ini disusun berdasarkan pertimbangan :
• Tidak mengubah struktur/pola ruang
• Meminimalkan terjadinya konflik pemanfaatan ruang
• Meminimalkan dampak terhadap lingkungan sekitar
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk PKN disusun dengan ketentuan :
a. diperbolehkan dilakukan pengembangan dengan syarat maksimum
yang ditetapkan dalam rencana rinci;
b. diperbolehkan untuk kegiatan perkotaan yang didukung fasilitas dan
prasarana sesuai skala kegiatan;
c. diperbolehkan dengan syarat intensitas pemanfaatan ruang yang tidak
mengganggu fungsi sistem perkotaan dan jaringan prasarana; dan
d. tidak diperbolehkan dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi
dasarnya.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk PKL disusun dengan ketentuan :
a. diperbolehkan dilakukan pengembangan dengan syarat maksimum
yang ditetapkan dalam rencana rinci;
b. diperbolehkan untuk kegiatan perkotaan yang didukung fasilitas dan
prasarana sesuai skala kegiatan;
c. diperbolehkan dengan syarat intensitas pemanfaatan ruang yang tidak
mengganggu fungsi sistem perkotaan dan jaringan prasarana; dan
d. tidak diperbolehkan dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi
dasarnya.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk PKLp disusun dengan ketentuan :
a. diperbolehkan dilakukan pengembangan dengan syarat maksimum
yang ditetapkan dalam rencana rinci;
b. diperbolehkan untuk kegiatan perkotaan yang didukung fasilitas dan
prasarana sesuai skala kegiatan;
a. Diperbolehkan
Beberapa kegiatan yang diperbolehkan pada kawasan hutan lindung antara
lain:
Kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian hutan lindung;
Kegiatan pengembangan sumber resapan air, cagar alam dan suaka
margasatwa, Kegiatan penataan dan pembangunan sempadan sungai, danau
dan mata air;
Kegiatan pemanfaatan ruang lainnya yang dapat meningkatkan fungsi
konservasi.
b. Diperbolehkan Terbatas
Beberapa kegiatan yang diperbolehkan secara terbatas pada kawasan hutan
lindung antara lain:
Jasa Pariwisata;
Pendirian bangunan yang merupakan bagian dari suatu jaringan atau
transmisi bagi kepentingan umum yang keberadaannya telah mendapat
persetujuan dari instansi terkait, misal: pos pengamat kebakaran, pos
penjagaan, papan petunjuk/penerangan, patok triangulasi, tugu.
c. Diperbolehkan bersyarat
Beberapa kegiatan yang diperbolehkan secara bersyarat pada kawasan hutan
lindung antara lain:
Kegiatan pembangunan transmisi, relay, dan distribusi listrik,
telekomunikasi dan energi;
Kegiatan pertambangan yang digolongkan menjadi pertambangan panas
bumi, pertambangan mineral logam, pertambangan batuan dan
pertambangan migas;
Bangunan penunjang/prasarana bagi hutan lindung dan kegiatan
pariwisata (wanawisata).
d. Tidak diperbolehkan
Kegiatan yang tidak diperbolehkan pada kawasan hutan lindung adalah semua
pemanfaatan ruang baik untuk budidaya pertanian maupun budidaya non
pertanian termasuk mendirikan bangunan kecuali yang dikategorikan
diperbolehkan terbatas dan bersyarat tersebut di atas.
e. Dilakukan pengendalian/pembatasan kegiatan pemanfaatan mata air untuk
industri air minum dalam kemasan
a. Diperbolehkan
Kegiatan penataan dan pembangunan sempadan sungai, danau dan mata air;
Kegiatan jasa seperti jasa usaha pelayanan rekreasi dan hiburan serta jasa
pariwisata;
c. Diperbolehkan bersyarat
Penggalian dan pemotongan lereng pada kelerengan lebih besar dari 40%
(empat puluh) persen;
Kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan perusakan terhadap
keutuhan kawasan dan ekosistemnya.
- pasar lingkungan;
- penyaluran grosir;
- supermarket;
- mall;
- plaza;
- shopping centre; dan
- jenis perdagangan lainnya.
Pembangunan TPS; dan
Pengembangan dan pembangunan RTH, seperti taman kota dan RTH
lainnya.
b. Diperbolehkan Terbatas
Beberapa kegiatan yang diperbolehkan secara terbatas pada kawasan
perdagangan/jasa antara lain:
Kegiatan pembangunan/penataan sekitar danau dan mata air;
Kegiatan pembangunan kantor pemerintahan (kabupaten, kecamatan,
desa/kelurahan) dan kantor publik lainnya;
Kegiatan pembangunan sarana pendukung industri lainnya;
Kegiatan pembangunan fasilitas pendukung Hankam (mess, diklat,
perkantoran, polsek, koramil, polda);
Kegiatan pegembangand an pembanguan ruang terbuka hijau seperti
rekreasi taman (taman pasif) dan hutan kota.
c. Diperbolehkan bersyarat
Beberapa kegiatan yang diperbolehkan secara bersyarat pada kawasan
perdagangan/jasa antara lain:
Kegiatan pembangunan fasilitas lingkungans seperti IPAL / IPLT, TPA dan
Fasilitas pengelolaan lingkungan lainnya;
Kegiatan pertambangan yang digolongkan menjadi pertambangan panas
bumi, pertambangan mineral logam, pertambangan batuan dan
pertambangan migas.
d. Kegiatan yang tidak diperbolehkan pada kawasan perdagangan dan jasa
adalah semua pemanfaatan ruang baik untuk budidaya pertanian maupun
budidaya non pertanian kecuali yang dikategorikan diperbolehkan terbatas
dan bersyarat tersebut di atas.
e. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di KBU menggunakan
ketentuan intensitas pemanfaatan ruang yang mengacu pada peraturan
perundang-undangan.
A. Izin Lokasi
Izin lokasi adalah merupakan izin yang diberikan kepada orang atau badan hukum untuk
memperoleh tanah/pemindahan hak atas tanah/menggunakan tanah yang diperlukan
dalam rangka penanaman modal. Atas tanah yang dimohonkan izinnya itu dikenakan
batasan luas tertentu yang dibedakan antara yang diperuntukan bagi usaha pertanian dan
usaha non-pertanian.
Izin lokasi diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk luas 1 (satu) hektar sampai 25 (dua puluh lima) hektar diberikan izin selama 1
(satu) tahun;
b. untuk luas lebih dari 25 (dua puluh lima) hektarsampai dengan 50 (lima puluh)
hektar diberikan izin selama 2 (dua) tahun; dan
c. untuk luas lebih dari 50 (lima puluh) hektar diberikan izin selama 3 (tiga) tahun.
Penanganan izin lokasi pada umumnya dilakukan oleh Kantor Pertanahan, tetapi ada pula
yang dilakukan dinas pertahanan atau dengan sebutan lain, kantor penggendalian
pertanahan daerah (KPPD), misalnya, yang dibentuk oleh kabupaten yang bersangkutan
sesuai dengan mekanisme otonomi daerah. Tidak semua perusahaan yang memperoleh
tanah dalam rangka penanaman modal diwajibkan memiliki izin lokasi. Izin lokasi tidak
diperlukan dan dianggap sudah dimiliki dalam hal:
a. Tanah yang akan diperoleh merupakan pemasukan (inbreng) dari para pemegang
saham;
b. Tanah yang akan diperoleh merupakan tanah yang sudah dikuasai oleh perusahaan
lain dalam rangka melanjutkan pelaksanaan sebagian atau seluruh rencana
penanaman modal perusahaan lain tersebut sepanjang jenis peruntukannya sama,
dan untuk itu telah diperoleh persetujuan dari instansi yang berwenang;
c. Tanah yang akan diperoleh diperlukan dalam rangka melaksanakan usaha industri
dalam suatu kawasan industri;
d. Tanah yang akan diperoleh berasal dari otorita atau badan penyelenggara
pengembangan suatu kawasan pengembangan tersebut;
e. Tanah yang diperoleh diperuntukan untuk perluasan usaha yang sudah berjalan dan
untuk perluasan itu telah diperoleh izin perluasan usaha sesuai ketentuan yang
terlalu, dan letak tanah itu berbatasan dengan lokasi usaha yang bersangkutan.
f. Ketentuan lebih lanjut mengenai izin lokasi akan ditetapkan dengan peraturan bupati.
Izin lokasi mempunyai masa berlaku berbeda-beda, tergantung luas tanah yang
dimohonkan izinnya. Izin lokasi berlaku satu tahun untuk tanah yang luasnya sampai
dengan 25 hektar. Izin lokasi berlaku dua tahun untuk tanah yang luasnya lebih dari 25
hektar sampai 40 hektar. Untuk tanah yang luasnya diatas 50 hektar, Izin lokasi berlaku
selama tiga tahun. Bila jangka waktu izin habis, izin dapat diperpanjang satu kali untuk
jangka waktu selama satu tahun dengan ketentuan tanah yang sudah diperoleh mencapai
lebih dari 50% dariluas tanah yang ditunjuk dalam izin lokasi.
Untuk memperoleh izin lokasi, pihak yang mengajukan permohonan harus memenuhi
persyaratan tertentu, yaitu:
a. Fotocopy KTP pemohon yang masih berlaku;
b. Fotocopy akta pendirian perusahaan dan pengesahannya;
c. Sketsa letak tanah;
d. Bagan/rencana tampak bangun/ site plan sementara;
e. Surat pernyataan bermaterai cukup tentang kesanggupan ganti kerugian dan/atau
menyediakan tempat penampungan bagi pemilik tanah/yang berhak atas tanah;
f. Surat pernyataan kerelaan dari pemilik tanah bermaterai cukup;
g. Proposal ditangani pemohon dan cap perusahaan;
h. Fotocopy nomor pokok wajib pajak (NPWP);
i. Surat persetujuan dari presiden/BKPM/BKPMD bagi perusahaan PMA/PMDN;
j. Surat pernyataan bermaterai cukup tentang tanah-tanah yang sudah dimiliki oleh
perusahaan;
k. Surat keterangan terdaftar sebagai anggota REI;
l. Surat kuasa bermaterai cukup bila diurus orang lain.
Dalam penerbitan izin lokasi, instansi yang berwenang dapat mempertimbangkan
beberapa hal, diantaranya aspek rencana tata ruang,aspek penguasaan tanah yang
meliputi perolehan hak, pemindahan hak, dan penggunaan tanah, serta aspek konomi,
sosial budaya, dan lingkungan.
kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang,
dan berkelanjutan; serta keterbukaan, persamaan, keadilan, dan perlindungan hukum).
2. Penyediaan perangkat yang bersifat insentif dan disinsentif dalam implementasi
pemanfaatan ruang dengan menghormati hak penduduk dan masyarakat sebagai warga
negara.
Perangkat insentif adalah instrumen pengaturan yang bertujuan mendorong pengembangan
kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan tujuan rencana tata ruang.
Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif terdiri atas:
a. insentif yang diberikan kepada masyarakat berupa imbalan terhadap upayanya
dalam mendukung perwujudan RTRW; dan
b. disinsentif yang diberikan untuk merubah pola pikir masyarakat dalam rangka
mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak
sejalan dengan rencana tata ruang.
Melalui perangkat insentif diberikan kemudahan tertentu dengan memperhatikan aspek
kebijakan, aspek ekonomi dan aspek pengadaan infrasturktur oleh Pemerintah Daerah. Jenis
perangkat insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dapt terdiri dari:
Pemanfaatan tidak sesuai fungsi ruang yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang.
Pelanggaran Blok Peruntukan (BL),
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan arahan peruntukan ruang yang telah
ditetapkan.
Pelanggaran persyaratan Teknis (OT),
Pemanfaatan sesuai fungsi dan peruntukan, tetapi persyaratan teknis ruang bangunan
tidak sesuai dengan ketentuan dalam rencana tata ruang dan peraturan bangunan
setempat.
Bentuk-bentuk penertiban yang dapat dilakukan dalam usaha mencapai “tertib ruang’ adalah:
a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara kegiatan;
c. Penghentian sementara pelayanan umum;
d. Penutupan lokasi;
e. Pencabutan izin;
f. Pembatalan izin;
g. Pembongkaran bangunan;
h. Pemulihan fungsi ruang;
i. Denda administratif.
Secara garis besar ada empat langkah yang perlu ditempuh dalam tindakan penertiban, yaitu:
a. Pengumpulan Bukti,
Berkaitan dengan bentuk pelanggaran yang mungkin terjadi dalam pemanfaatan ruang,
maka dalam pengumpulan bukti-bukti pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang
dibutuhkan informasi kunci mengenai :
Saat dimulainya kegiatan pemanfaatan ruang, apakah dilaksanakan sebelum atau
setelah rencana tata ruang ditetapkan dan diundangkan.
Bentuk pelanggaran yang dilakukan dalam pemanfaatan ruang.
Ketentuan/aturan/persyaratan teknis yang termuat dalam dokumen perijinan.
Motif pelanggaran, apakah kesengajaan atau kealpaan.
b. Pengajuan Bukti,
Sesudah bukti-bukti penyebab pelanggaran terkumpul, langkah berikutnya adalah
mengajukan alat-alat bukti ke meja pengadilan (persidangan).
c. Pembuktian,
Pembuktian menempati posisi penting dalam pemeriksaan suatu kasus. Hakim dalam
menjatuhkan putusan/vonis akan berpedoman kepada hasil pembuktian ini.
d. Pengenaan sanksi,
Bentuk vonis yang akan dikenakan kepada pelanggar dapat berupa sanksi administrasi,
sanksi perdata, dan/atau sanksi pidana akan disesuaikan dengan bentuk pelanggaran, motif
pelanggaran dan waktu terjadinya pelanggaran.
Aparat pemerintah dan/atau masyarakat yang melakukan pelanggaran rencana tata ruang
dikenakan sanksi administratif dan/atau sanksi pidana sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif diatur
dengan peraturan bupati.
7.5. PENGAWASAN
Dalam rangka tercapainya penyelenggaraan penataan ruang dilakukan pengawasan terhadap
kinerja pengaturan, pembinaan dan pelaksanaan penataan ruang.
Pengawasan diselenggarakan melalui 3 kegiatan yang dilakukan secara terintegrasi dan
terkoordinasi, yaitu :
a. Pelaporan yang menyangkut segala hal tentang pemanfaatan ruang;
b. Pemantauan terhadap perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan; dan
c. Evaluasi sebagai upaya menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan ruang dalam mencapai
tujuan rencana tata ruang.
Kegiatan pengawasan dimaksudkan untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan
fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana.
Pengawasan tersebut dilakukan oleh Pemerintah daerah dengan melibatkan peran
masyarakat