KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Allah SWT dan didorong oleh motivasi yang sungguh-
sungguh, sehingga akhirnya Laporan Akhir Penyusunan Dokumen Kajian Resiko
Bencana Kabupaten Kubu Raya tahun 2022 dapat diselesaikan. Pekerjaan ini
diselenggarakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu
Raya kerjasama dengan PT. Avista Planotama Konsultan selaku Pelaksana
Pekerjaan.
Laporan Akhir ini merupakan laporan yang terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu:
Bab 1 Pendahuluan, Bab 2 Kondisi Kebencanaan, Bab 3 Pengkajian Resiko
Bencana, Bab 4 Hasil Kajian Resiko Bencana dan Bab 5 Penutup.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah ikut
berpartisipasi dan mendorong penyelesaian penyusunan laporan ini, dan kami
juga mohon maaf jika pada laporan ini masih banyak kekurangannya. Semoga
laporan ini dapat memberikan gambaran pelaksanaan Penyusunan Dokumen
Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya tahun 2022.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................2
DAFTAR TABEL..............................................................................5
DAFTAR GAMBAR..........................................................................8
RINGKASAN EKSEKUTIF.............................................................10
BAB I PENDAHULUAN.................................................................15
1.3 Sasaran.................................................................................18
1.5 Pengertian.............................................................................20
2.1 Geografi.................................................................................27
2.2 Geologi...................................................................................28
2.3 Topografi................................................................................32
2.4 Iklim......................................................................................35
2.5 Hidrologi.................................................................................36
3.1 Metodologi..............................................................................54
BAB IV.........................................................................................94
4.1.1 Bahaya.............................................................................94
4.1.2 Kerentanan.......................................................................97
4.1.3 Kapasitas........................................................................100
4.1.4 Risiko.............................................................................100
4.2.1 Bahaya...........................................................................104
4.2.2 Kerentanan....................................................................107
4.2.3 Kapasitas........................................................................110
4.2.4 Risiko.............................................................................110
4.3.1 Bahaya...........................................................................113
4.3.2 Kerentanan.....................................................................116
4.3.3 Risiko.............................................................................120
4.4.1 Bahaya...........................................................................122
4.4.2 Kerentanan.....................................................................125
4.4.3 Kapasitas........................................................................128
4.4.4 Risiko.............................................................................128
4.5.1 Bahaya...........................................................................132
4.5.2 Kerentanan.....................................................................135
4.5.3 Kapasitas........................................................................139
4.5.4 Risiko.............................................................................139
4.6.1 Bahaya...........................................................................142
4.6.2 Kapasitas........................................................................149
4.6.3 Risiko.............................................................................149
4.7.1 Bahaya...........................................................................152
4.7.2 Kerentanan.....................................................................152
4.7.3 Kapasitas........................................................................154
4.7.4 Risiko.............................................................................155
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Luas dan pembagian wilayah administrasi Kabupaten Kubu
Raya...................................................................................................28
Tabel 2. 2 Formasi geologi di Kabupaten Kubu Raya..............................29
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Peta geologi Kabupaten Kubu Raya...................................31
Gambar 2. 2 Peta kemiringan lereng Kabupaten Kubu Raya...................34
Gambar 2. 3 Peta daerah aliran sungai di Kabupaten Kubu Raya............37
Gambar 2. 4 Peta tutupan lahan Kabupaten Kubu Raya.........................46
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kabupaten Kubu Raya menjadi salah satu daerah yang rawan akan bencana,
sehingga perlu melakukan peningkatan kesiapsiagaan bencana. Salah satu yang
dapat dilakukan sebagai upaya penanganan bencana dengan melakukan
perencanaan penanggulangan yang dimulai dengan menyusun rencana
penanggulangan bencana. Penyusunan rencana penanggulangan bencana
berdasar pada kajian risiko bencana agar mendapatkan hasil yang lebih fokus
dan terarah.
Penentuan tingkat risiko bencana dalam Kajian risiko bencana (KRB) dilakukan
dengan menganalisis tiga komponen yaitu potensi bahaya, kerentanan, dan
kapasitas daerah. Potensi bahaya menunjukkan jenis-jenis bahaya yang terdapat
di Kabupaten Kubu Raya baik yang pernah terjadi maupun berpeluang akan
terjadi. Kerentanan wilayah menunjukkan potensi kehilangan dan/atau kerugian
yang akan dialami jika bahaya terjadi seperti jumlah penduduk terpapar,
kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan. Komponen ketiga yaitu
kapasitas daerah menunjukkan kemampuan lembaga pemerintah dan kesiapan
masyarakat di Kabupaten Kubu Raya dalam kaitannya dengan upaya
pengurangan dan penanggulangan risiko bencana. Hasil pengkajian risiko
bencana disajikan dalam bentuk dokumen kajian yang dilengkapi lampiran
terpisah yaitu Album Peta Risiko Bencana dan Matriks Kajian Risiko Bencana
Kabupaten Kubu Raya. Kajian risiko bencana disusun melalui pendekatan dan
metodologi standar mengikuti pedoman yang tertera pada PERKA BNPB No. 2
Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Melalui kajian
risiko bencana besarnya risiko masing-masing bahaya di Kabupaten Kubu Raya
dapat diketahui.
Jenis bahaya bencana yang dianalisis dalam dokumen ini terdiri dari tujuh jenis,
yaitu meliputi banjir, covid-19, cuaca ekstrim, kebakaran hutan dan lahan, tanah
longsor, kekeringan, dan multi bahaya. Hasil analisis risiko menunjukkan bahwa
tingkat bahaya memiliki resiko dari sedang hingga tinggi. Pengambilan kelas
risiko di tingkat kecamatan didasarkan pada kelas risiko tertinggi di tingkat desa.
Kelas risiko tinggi di kecamatan tidak menunjukkan bahwa seluruh kecamatan
berisiko tinggi melainkan terdapat minimal satu desa yang berisiko tinggi di
kecamatan tersebut. Berikut deskripsi singkat risiko bencana tinggi di Kabupaten
Kubu Raya.
3. Hampir seluruh wilayah di Kabupaten Kubu Raya memiliki tingkat risiko yang
tinggi terhadap bencana cuaca ekstrim, kecuali Kecamatan Batu Ampar yang
masuk dalam kelas risiko rendah. Kelas risiko cuaca ekstrim dalam tingkat
kabupaten, maka Kabupaten Kubu Raya masuk ke dalam kelas risiko tinggi.
Luas risiko cuaca ekstrim yang terdapat di Kabupaten Kubu Raya adalah
sebesar 443.680 ha, dimana luas risiko tertinggi terdapat Kecamatan Sungai
Raya yaitu seluas 90.162 ha. Sedangkan luas risiko cuaca ekstrim paling kecil
terdapat di Kecamatan Rasau Jaya yaitu seluas 21.416 ha.
4. Tingkat risiko bencana kebakaran hutan dan lahan terdapat pada kelas risiko
tinggi di semua kecamatan. Hal ini masih perlu diwaspadai karena di wilayah
Kabupaten Kubu Raya memiliki banyak area hutan, lahan perkebunan dan
area semak belukar yang mudah terbakar. Selain dipicu oleh aktivitas
manusia, kebakaran hutan dan lahan ini disebabkan juga oleh cuaca kering
dan panas. Setiap kecamatan memiliki risiko terpapar bahaya kebakaran
hutan dan lahan. Luas risiko kebakaran hutan dan lahan yang terdapat di
Kabupaten Kubu Raya adalah sebesar 331.092 ha, dimana luas risiko
tertinggi terdapat Kecamatan Batu Ampar yaitu seluas 59.691 ha.
Sedangkan luas risiko kebakaran hutan dan lahan paling kecil terdapat di
Kecamatan Rasau Jaya yaitu seluas 18.336 ha.
7. Kelas risiko multi bahaya di Kabupaten Kubu Raya memiliki kelas dari sedang
hingga tinggi. Luas potensi risiko bencana multi bahaya di Kabupaten Kubu
Raya adalah sebesar 801,352 ha, dimana luas potensi risiko terbesar
terdapat di Kecamatan Batu Ampar yaitu seluas 221.237 ha, kemudian
diikuti oleh Kecamatan Sungai Raya seluas 128.610 ha. Sedangkan untuk
luas potensi risiko bencana multi bahaya paling kecil terdapat di Kecamatan
Kuala Mandor B yaitu seluas 12.440 ha dan diikuti oleh Kecamatan Rasau
Berdasarkan hasil kajian risiko bencana maka pemerintah Kabupaten Kubu Raya
maupun pihak terkait diharapkan dapat melegalkan dokumen kajian risiko
bencana ini sehingga dapat menjadi acuan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana di Kabupaten Kubu Raya. Selain itu, dokumen kajian
risiko bencana yang legal dapat menjadi dasar dalam penyusunan Rencana
Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD) di Kabupaten Kubu Raya.
BAB I
PENDAHULUAN
Kondisi wilayah yang beragam dan didukung faktor manusia tidak menutup
kemungkinan untuk terjadi bencana di Kabupaten Kubu Raya. Permasalahan lain
yang dapat menjadi pemicu peningkatan kerentanan yaitu pertumbuhan
penduduk yang sangat tinggi. Tingginya pertumbuhan penduduk membutuhkan
kawasan-kawasan hunian baru yang pada akhirnya kawasan hunian tersebut
akan terus berkembang dan menyebar hingga mencapai wilayah-wilayah yang
tidak selayaknya untuk dihuni dan menggunakan cara-cara tercepat untuk
pembukaan lahan baru tersebut.
Berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia (IRBI) yang dirilis Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) Tahun 2020, Kabupaten Kubu Raya termasuk
kedalam kelas risiko rawan bencana tinggi. Adapun Indeks Rawan Bencana
Indonesia merupakan suatu perangkat analisis kebencanaan yang menunjukkan
riwayat nyata kebencanaan yang telah terjadi dan menimbulkan kerugian pada
3. Pada tatanan masyarakat umum dapat digunakan sebagai salah satu bahan
dasar untuk menyusun aksi praktis dalam rangka kesiapsiagaan, seperti
menyusun rencana dan jalur evakuasi, pengambilan keputusan daerah
tempat tinggal, dan lain sebagainya.
1.3 SASARAN
Dokumen KRB Kabupaten Kubu Raya disusun berdasarkan beberapa
pengembangan pengkajian terkait metodologi pengkajian dari penyusunan
sebelumnya. Dasar pengkajian dilaksanakan adalah dari pedoman umum
pengkajian risiko bencana dan referensi pedoman lainnya yang ada di
kementerian/lembaga terkait lain di tingkat nasional sehingga lingkup dalam
penyusunan dokumen dibatasi seperti berikut:
1. Untuk jenis bencana dan metodologi yang sama, pengkajian dilakukan untuk
melihat perkembangan dan perubahan (tingkat bahaya, tingkat kerentanan,
tingkat kapasitas dan tingkat risiko bencana) yang dihasilkan dari pengkajian
sebelumnya;
2. Untuk jenis bencana sama namun metodologi berbeda, pengkajian
dilakukan untuk melihat perubahan komponen risiko yang dihasilkan;
3. Untuk jenis bencana baru dengan metodologi baru, maka pengkajian
dilakukan untuk melihat tingkat bahaya, tingkat kerentanan, tingkat
kapasitas dan tingkat risiko bencana;
4. Rekomendasi kebijakan penanggulangan risiko terjadinya bencana
berdasarkan hasil kajian dan pemetaan risiko bencana.
13. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 15 Tahun 2011
tentang Pedoman Mitigasi Bencana Gunungapi, Gerakan Tanah, Gempa
bumi, dan Tsunami;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2018
tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal
Sub-Urusan Bencana Daerah Kabupaten/Kota;
1.5 PENGERTIAN
Untuk memahami Dokumen KRB Kabupaten Kubu Raya ini, maka diberikan
pengertian-pengertian kata dan kelompok kata sebagai berikut:
3. Banjir Bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air
yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.
oleh faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
6. Cek Lapangan (Ground Check) adalah mekanisme revisi garis maya yang
dibuat pada peta berdasarkan perhitungan dan asumsi dengan kondisi
sesungguhnya.
12. Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti
rumah/permukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang
menimbulkan korban dan/atau kerugian.
13. Kebakaran Hutan dan Lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan
lahan dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan yang
menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan. Kebakaran
hutan dan lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang dapat
mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar.
14. Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk
kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Adapun
yang dimaksud kekeringan di bidang pertanian adalah kekeringan yang
terjadi di lahan pertanian yang terdapat tanaman (padi, jagung, kedelai dan
lain-lain) yang sedang dibudidayakan.
15. Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat
berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun
kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih
dari satu wilayah, maka dihitung sebagai satu kejadian.
16. Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau masyarakat
yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi
ancaman bencana.
19. Korban meninggal adalah orang yang dilaporkan tewas atau meninggal
dunia akibat bencana.
20. Korban hilang adalah orang yang dilaporkan hilang atau tidak ditemukan
atau tidak diketahui keberadaannya setelah terjadi bencana.
21. Korban luka/sakit adalah orang yang mengalami luka-luka atau sakit, dalam
keadaan luka ringan, maupun luka parah/berat, baik yang berobat jalan
maupun rawat inap.
24. Peta adalah kumpulan dari titik-titik, garis-garis, dan area-area yang
didefinisikan oleh lokasinya dengan sistem koordinat tertentu dan oleh
atribut non spasialnya.
25. Peta Risiko Bencana adalah gambaran tingkat risiko bencana suatu daerah
secara visual berdasarkan Kajian Risiko Bencana suatu daerah.
28. Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian,
luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
29. Skala Peta adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya
30. Tanah Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng
akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.
31. Tingkat Kerugian Daerah adalah potensi kerugian yang mungkin timbul
akibat kehancuran fasilitas kritis, fasilitas umum dan rumah penduduk pada
zona ketinggian tertentu akibat bencana.
33. Peta Risiko Bencana adalah peta yang menggambarkan tingkat risiko
bencana suatu daerah secara visual berdasarkan Kajian Risiko Bencana
suatu daerah.
36. Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian,
luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
Ringkasan Eksekutif
Bab I: Pendahuluan
Bab V: Penutup
Memaparkan hasil kajian dan simpulan dari penyusunan dokumen Kajian Risiko
Bencana Kabupaten Kubu Raya Tahun 2023-2028.
Daftar Pustaka
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN KEBENCANAAN
2.1 Geografi
Untuk mengetahui lebih jelas terkait luas wilayah kecamatan di Kabupaten Kubu
Raya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Berdasarkan Tabel 2.1 disebutkan bahwa luas wilayah Kabupaten Kubu Raya
secara keseluruhan adalah 6.985,24 km². Luas wilayah merupakan salah satu
dasar dalam kajian risiko bencana dalam hal penentuan potensi terpapar
bencana. Potensi tersebut diketahui berdasarkan kondisi wilayah yang rentan
pada setiap wilayah adminisitrasi di Kabupaten Kubu Raya. Semakin luas suatu
wilayah terpapar bencana, semakin besar potensi wilayah tersebut berisiko
terhadap suatu bencana yang ada di Kabupaten Kubu Raya.
2.2 Geologi
Wilayah Kabupaten Kubu Raya secara fisik terbentuk oleh berbagai macam
formasi geologi yang pada umumnya berumur antara jaman jura sampai pliosen
dan kuarter, secara keseluruhan terdapat 6 (enam) jenis formasi geologi dengan
penyebaran luas yang bervariasi. Formasi geologi yang paling dominan adalah
endapan aluvial-rawa dengan luasan mencapai 689.045,14 (98,64 %) dari total
luas wilayah kabupaten. Urutan selanjutnya adalah granit sukadana (Kus) 0,70 %,
tonalit sepauk (Kls) 0,19 %, batuan gunung api kerabai 0,19 %, batu pasir kempari
0,17 % dan batu pasir sekayam 0,11. Dengan formasi geologi seperti itu, maka
Kabupaten Kubu Raya tidak banyak memiliki variasi dan potensi alam, baik
potensi lahan maupun potensi bahan tambang. Bahan tambang yang ada di
wilayah ini antara lain emas, tembaga, perak, batu bara dan besi, yang tersebar
di berbagai tempat. Untuk mengetahui formasi geologi di Wilayah Kabupaten
Kubu Raya dapat dilihat pada tabel berikut.
Endapan aluvial
1. Lumpur, pasir, kerikil, sisa/bahan tumbuhan 689.045,14 98,64
dan rawa
Batuan gunung api Basal, andesit, dasit dan riolit, lava, breksi lava,
3. 1.313,83 0,19
kerabai tuf dam aglomerat.
tersebut juga membentang dari Pantai Barat Kubu Raya hingga perbatasan
sebelah timur antara Kabupaten Kubu Raya dengan Kabupaten Sanggau.
Formasi Hamisan (Toh) muncul dan tersebar di bagian Selatan Kecamatan Kuala
Mandor B, sedangkan formasi batuan gunung api Kerabai (Kuk) muncul sebagai
bukit-bukit kecil yang menyebar di bagian tengah dan Selatan Pulau Padang Tikar
dan di bagian Selatan Kecamatan Kubu. Di Pulau Padang Tikar ini juga dapat
dijumpai formasi batu pasir Kempari (Kuke) yaitu di bagian tenggara pulau.
31
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
2.3 Topografi
Berdasarkan pembagian wilayah fisiografis, yaitu suatu wilayah yang memiliki ciri
fisik dan geografis yang hampir sama RePPProT (1987) maka wilayah Kubu Raya
termasuk dalam satuan wilayah fisiografis Dataran Rawa Pantai Kapuas. Wilayah
ini mempunyai ketinggian berkisar antara 0-10 m dengan kemiringan lahannya
berkisar antara 0-2 %.
Secara fisiografis areal ini dicirikan oleh rawa-rawa sungai serta dataran aluvial
dan pasang surut dari Sungai Kapuas yang sangat luas. Hanya di beberapa
tempat ditempati oleh “incelbergs”. Di bagian ini Sungai Kapuas menempati
bagian-bagian rendah, alirannya mulai bercabang keluar melalui sistem komplek
mendaun di atas dataran aluvial dan pasang surut delta Sungai Kapuas dan
keluar ke arah barat di Laut Cina Selatan (Laut Natuna). Dataran aluvial sistem
alirannya kurang berkembang akibatnya sebagian tempat diisi oleh rawa-rawa.
Ditinjau dari bentang alamnya, areal studi termasuk group fisiografi aluvial
dengan bentuk lahan rawa belakang pelembahan aluvial, datar dengan sedimen
halus.
sistem lahan yang paling banyak dijumpai di wilayah Kubu Raya yakni sistem
lahan Kejapah (KJP) yaitu dataran lumpur di daerah pasang surut di bawah bakau
dan nipah; sistem lahan Kahayan (KHY) yaitu dataran pantai/sungai yang
tergabung yang menempati fisiografi dataran aluvial; sistem lahan Mendawai
(MDW) yaitu rawa-rawa gambut yang dangkal dan sistem lahan Gambut (GBT)
yaitu rawa-rawa gambut yang dalam dengan permukaan biasanya lengkung.
Sistem lahan lainnya menempati areal yang relatif kecil dan tersebar di berbagai
tempat.
Secara keseluruhan wilayah Kabupaten Kubu Raya terdiri dari dataran rendah,
umumnya datar, sebagian bergelombang dan sebagian kecil berbukit/bergunung
dengan kemiringan 0 % - > 60 %. Meskipun hampir seluruh Wilayah Kubu Raya
berupa dataran rendah dan rawa-rawa dengan ketinggian < 10 m dan kemiringan
< 2 %, namun sesuai dengan kondisi geologis dan geomorfologisnya masih dapat
dijumpai daerah-daerah dengan relief > 10 m dan dengan kemiringan berkisar
antara 2 - > 60 %. Daerah yang terakhir ini umumnya dijumpai pada dataran dan
bukit-bukit kecil yang muncul atau menyembul diantara dataran rendah dan
rawa-rawa.
34
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
2.4 Iklim
Sebagai daerah tropis yang dilalui garis khatulistiwa, Kabupaten Kubu Raya
umumnya memiliki suhu dan kelembaban udara yang tinggi. Kondisi iklim
makronya dipengaruhi oleh faktor-faktor klimatis daratan Asia dan Samudera
Pasifik dari arah utara-timur dan Samudera Hindia dari arah selatan.
Tabel 2. 4 Curah hujan, hari hujan dan penyinaran matahari di Kubu Raya tahun 2020
Rata-Rata Penyinaran
Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari)
Matahari (%)
Mengacu pada data diatas, secara rata-rata curah hujan Kabupaten Kubu Raya
berkisar 3.406,8 mm dalam satu tahun atau 283,9 mm per bulan. Kemudian hari
hujan Kabupaten Kubu Raya sebanyak 328 hari per tahun atau 27,3 hari per
bulan.
2.5 Hidrologi
Daerah Aliran Sungai (DAS) Kapuas mencakup sembilan kabupaten dan 1 kota
yang meliputi Kapuas Hulu, Sintang, Melawi, Sekadau, Sanggau, Landak, Kubu
Raya, Kayong Utara, Mempawah dan Pontianak dengan luas DAS Kapuas sebesar
100,284,04 km². Wilayah Sungai (WS) Kapuas di Kabupaten Kubu Raya mencakup
sembilan kecamatan dengan luas 6.958,20 km².
37
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
Dalam RTRW Kabupaten Kubu Raya pada Peraturan Daerah tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kubu Raya Tahun 2016-2036 menetapkan
wilayahnya menjadi 2 kawasan peruntukan, yaitu Kawasan Lindung dan Kawasan
Budidaya.
1. Kawasan Lindung
2. Kawasan Budidaya
46
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
Tabel 2. 5 Kejadian bencana kebakaran lahan di Kabupaten Kubu Raya tahun 2022
Proses
Personil Penyebab
Tanggal Jenis Lahan Informasi Pemadaman Personil Bantuan
Pemadaman Kebakaran Kecamatan
Kejadian Terbakar Laporan dari
Mulai Selesai (Orang) Lahan
Proses
Personil Penyebab
Tanggal Jenis Lahan Informasi Pemadaman Personil Bantuan
Pemadaman Kebakaran Kecamatan
Kejadian Terbakar Laporan dari
Mulai Selesai (Orang) Lahan
13 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:00 20:00 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Kakap
13 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:00 19:30 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Kakap
13 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:00 17:00 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Kakap
02 Apr Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:00 19:30 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Kakap
03 Apr Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:00 23:30 30 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Kakap
26 Feb Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:30 17:00 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
27 Feb Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:30 17:30 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
28 Feb Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:30 17:30 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
2 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:30 17:00 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
2 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 09:00 20:00 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
3 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:30 17:00 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
3 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 09:00 22:00 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
3 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 09:00 22:00 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
27 Feb Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:30 19:30 15 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
02 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 11:00 17:30 18 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
02 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:30 19:00 17 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
01 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 09:00 17:00 18 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
01 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:00 18:30 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
26 Feb Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:30 18:00 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
28 Feb Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:00 19:00 17 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
03 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 09:30 19:00 18 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
03 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 09:30 19:00 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
09 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:00 17:00 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
Proses
Personil Penyebab
Tanggal Jenis Lahan Informasi Pemadaman Personil Bantuan
Pemadaman Kebakaran Kecamatan
Kejadian Terbakar Laporan dari
Mulai Selesai (Orang) Lahan
11 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:00 17:30 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
04 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:00 19:00 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
04 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:00 19:00 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
14 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:00 18:30 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
14 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:00 17:00 18 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
15 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:00 17:30 18 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
16 Mar Lahan Belum Sungai
Masyarakat 08:00 19:00 16 Damkar Swasta
2022 Kosong Diketahui Raya
Angin puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63
km/jam yang bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian maksimum 5
menit. Kejadian bencana puting beliung di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2022
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. 6 Kejadian bencana puting beliung di Kabupaten Kubu Raya tahun 2022
Tanggak Jenis Tingkat
Keterangan Lainnya Kecamatan Desa
Kejadian Kerusakan Kerusakan
Menimpa 1 Sungai
7 Mar 2022 Berat Diakibatkan Angin Kencang Sungai Ambawang
buah rumah Malaya
BAB III
PENGKAJIAN RISIKO BENCANA
Hasil dari pengkajian risiko bencana berupa peta dan tabel kajian risiko bencana.
Peta memberikan informasi mengenai sebaran wilayah yang terdampak. Adapun
peta yang dihasilkan meliputi peta bahaya, kerentanan, kapasitas, dan risiko. Di
sisi lain, tabel kajian menyajikan data seperti luas, jumlah penduduk terpapar,
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, dan kelas. Dari hasil tersebut bisa
ditentukan tingkat ancaman, tingkat kerugian, tingkat kapasitas, dan tingkat
risiko masing-masing bahaya yang diklasifikasikan ke dalam tingkat rendah,
sedang, dan tinggi.
Secara umum tingkat ancaman menunjukkan bahwa tidak semua wilayah yang
terdampak bahaya memiliki tingkat ancaman tinggi. Sebagai contoh, tanah
longsor yang terjadi di bukit yang jauh dari permukiman memiliki tingkat
ancaman lebih rendah dibandingkan dengan tanah longsor yang terjadi di area
permukiman. Oleh karena itu, tingkat ancaman diperoleh dari perbandingan
antara tingkat ancaman dengan indeks kerugian. Tingkat kerugian menunjukkan
wilayah yang memiliki indeks dengan kerugian tinggi di wilayah dengan tingkat
ancaman sedang dan tinggi. Di sisi lain, tingkat kapasitas diperoleh dari tingkat
ancaman dan indeks kapasitas.
3.1 Metodologi
A. Banjir
apabila faktor penyebab banjir terjadi seperti air sungai meluap, air laut
pasang, dan hujan dengan intensitas tinggi dalam periode waktu yang
lama. Detail parameter serta sumber data yang digunakan dalam
perhitungan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.3, nilai GFI diperoleh dengan
membandingkan setiap titik di daerah aliran sungai antara kedalaman air
(hr) dengan perbedaan elevasi (H) antara titik yang diuji (warna hijau) dan
titik terdekat dengan jaringan sungai (warna merah). Kedalaman air (hr)
dihitung sebagai fungsi nilai kontribusi area (Ar) di dalam wilayah
terdekat dari jaringan sungai yang secara hidrologi terhubung dengan titik
yang diuji (Samela et al., 2015), yang dijelaskan pada Gambar 3.4.
B. COVID
C. Cuaca Ekstrim
Pada kajian ini yang dipetakan adalah wilayah yang berpotensi terdampak
oleh angin kencang, yaitu wilayah dataran landai dengan keterbukaan
lahan yang tinggi. Wilayah ini memiliki potensi lebih tinggi untuk terkena
dampak angin kencang. Sebaliknya, daerah pegunungan dengan
keterbukaan lahan rendah seperti kawasan hutan lebat memiliki potensi
lebih rendah untuk terdampak angin kencang. Oleh karena itu, semakin
luas dan landai (datar) suatu kawasan, maka potensi bencana angin
kencang semakin besar. Detail parameter dan sumber data yang
digunakan untuk kajian parameter tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.2,
serta tahapan pembuatan indeks bahaya pada Gambar 3.5.
3. Curah Hujan Tahunan Peta Curah Hujan Tahunan CHIRPS USGS EROS
Sumber: Diadaptasi dari Perka BNPB No. 2 Tahun 2012
0,333; jika kebun skornya 0,666; dan selain itu skornya 1. Parameter
ketiga yaitu curah hujan tahunan diidentifikasi berdasarkan peta curah
hujan. Data nilai curah hujan tahunan dikonversi ke dalam skor 0-1
dengan membagi nilainya dengan 5.000 (5.000 mm/tahun dianggap
sebagai nilai curah hujan tahunan tertinggi di Indonesia). Indeks bahaya
cuaca ekstrim diperoleh dengan melakukan analisis overlay terhadap tiga
parameter tersebut dengan masing-masing parameter memiliki
persentase bobot sebesar 33,33% (0,333) sehingga total persentase
ketiga parameter adalah 100% (1).
1. Jenis Hutan dan Lahan Peta Penutup Lahan KLHK & BIG
Gambar 3. 6 Diagram alir pembuatan indeks bahaya kebakaran hutan dan lahan
Sumber: Modul Teknis Penyusunan KRB Kebakaran Hutan dan Lahan, 2019
E. Kekeringan
Curah Hujan Bulanan Peta Curah Hujan CHIRPS USGS EROS 1988-2018
Sumber: Diadaptasi dari Perka BNPB No. 2 Tahun 2012
1. Data utama yang dianalisis adalah curah hujan bulanan pada masing-
masing data titik stasiun hujan yang mencakup wilayah kajian.
Rentang waktu data dipersyaratkan dalam berbagai literatur adalah
minimal 30 tahun;
2. Nilai curah hujan bulanan dalam rentang waktu data yang digunakan
harus terisi penuh (tidak ada data yang kosong). Pengisian data
kosong dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya yaitu
metode MNSC;
F. Tanah Longsor
3. Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah GIS Vektor (Polygon) RSNI 2015
Sumber: Diadaptasi dari Perka BNPB No. 2 Tahun 2012
30 - 50% 2 0.500
Kemiringan
1 0.3
Lereng
50 - 70% 3 0.750
>70% 4 1.000
NILAI
NO DATA PARAMETER PENGKELASAN SKOR BOBOT
KELAS
Barat 3 0.375
Timur 6 0.750
Tenggara 7 0.875
Selatan 8 1.000
<200 m 1 0.250
>1000 m 4 1.000
>400 1 0.200
2 Geologi
300 - 400 m 2 0.400
Jarak dari
2 Patahan/ Sesar 200 - 300 m 3 0.600 0.05
Aktif
100 - 200 m 4 0.800
0 -100 m 5 1.000
Berpasir 1 0.333
Tipe Tanah
1 Berliat - Berpasir 2 0.667 1
(tekstur tanah)
Berliat 3 1.000
30 - 60 cm 2 0.500
Kedalaman
2 0.05
Tanah (Solum)
60 - 90 cm 3 0.750
>90 cm 4 1.000
NILAI
NO DATA PARAMETER PENGKELASAN SKOR BOBOT
KELAS
>3000 mm 3 1.000
(Curah Hujan
Kerentanan Sosial
Kerentanan Fisik
Kerentanan Ekonomi
Kerentanan Lingkungan
Keterangan:
penyusun
tertinggi)
2. COVID
Kebakaran Lahan
4. * * 40% 60%
& Hutan
A. Kerentanan Sosial
Kelas
Bobot
Parameter
(%) Rendah Sedang Tinggi
(0-0.333) (0.334 - 0.666) (0.667 - 1.000)
Pr ij
Pij = n
Xd i
Σ i , j=1 Pr ij
Keterangan:
Keterangan:
B. Kerentanan Fisik
Kerentanan fisik terdiri dari parameter rumah, fasilitas umum (fasum) dan
fasilitas kritis (faskris). Masing-masing parameter dianalisis dengan
menggunakan metode MCDA sesuai Perka BNPB No. 2 Tahun 2012 untuk
memperoleh nilai indeks kerentanan fisik. Sumber data yang digunakan
dalam perhitungan setiap parameter kerentanan fisik dapat dilihat pada
Tabel 3.10 dan bobot parameternya dapat dilihat pada Tabel 3.11.
1. Jumlah Rumah
4. Fasilitas Kritis
Sumber: Perka BNPB No. 2 Tahun 2012
Rumah 40 < 400 juta 400 - 800 juta > 800 juta
Pij
r ij = dan jika Pij < 5 maka rij = 1
5
Keterangan:
umum telah banyak tersedia baik berupa titik (point) atau area (polygon).
Kebutuhan minimal data yang diperlukan adalah fasilitas pendidikan dan
fasilitas kesehatan. Data fasilitas umum yang terdampak bahaya dihitung
nilai kerugiannya di dalam satu desa dengan mengacu pada biaya
pengganti/perbaikan kerusakan fasilitas di kabupaten masing-masing
yang disesuaikan dengan kelas bahaya sebagai berikut.
Keterangan:
C. Kerentanan Ekonomi
PDRB 40 < 100 juta 100 juta - 300 juta > 300 juta
Lahan Produktif 60 < 50 juta 50 juta - 200 juta > 200 juta
Sumber: Modul Teknis Kajian Risiko Bencana BNPB, 2019
Keterangan:
D. Kerentanan Lingkungan
Midpoint
Parameter
Rendah Sedang Tinggi (min+
(0-0.333) (0.334-0.666) (0.667-1.000) (max-
min/2)
A. Ketahanan Daerah
lebih detail, cara penilaian ketahanan daerah dapat dilihat pada buku
Petunjuk Teknis Perangkat Penilaian Kapasitas Daerah (71 Indikator) yang
diterbitkan oleh Direktorat Pengurangan Risiko Bencana-BNPB. Nilai
indeks ketahanan daerah berada pada rentang nilai 0-1, dengan
pembagian kelas tingkat ketahanan daerah:
1/3
Jika IKD ≤ 0.4 maka IKDt = . IKD
0.4
B. Kesiapsiagaan Masyarakat
R = √3 H × V (1−C )
Sebagai ilustrasi, jika suatu desa memiliki luas 300 ha dengan hasil kajian
bahaya, kerentanan dan risiko menunjukkan sebesar 50 ha kelas rendah,
100 ha kelas sedang, dan 150 ha kelas tinggi, maka penarikan kesimpulan
kelas pada desa tersebut adalah tinggi. Sementara itu untuk tingkat
kecamatan, penentuan kelas menggunakan kelas desa maksimum yang
terdapat di kecamatan tersebut. Ilustrasinya, jika suatu kecamatan
memiliki 5 desa dengan 3 desa pada kelas rendah, 2 desa kelas sedang,
dan 1 desa kelas tinggi maka kesimpulan kelas di kecamatan tersebut
adalah tinggi. Hal yang sama juga berlaku untuk penarikan kesimpulan
Rendah
Tinggi
Keterangan: biru = tingkat ancaman rendah; kuning = tingkat ancaman sedang; merah = tingkat
ancaman tinggi
Berdasarkan matriks tersebut dapat disimpulkan bahwa jika indeks
bahaya berada pada kelas rendah dan indeks penduduk terpapar berada
pada kelas rendah maka tingkat ancaman berada pada kelas rendah. Jika
indeks bahaya berada pada kelas sedang dan indeks penduduk terpapar
berada pada kelas sedang maka tingkat ancaman berada pada kelas
sedang. Jika indeks bahaya berada pada kelas tinggi dan indeks penduduk
terpapar berada pada kelas tinggi, maka kesimpulan tingkat ancaman
berada pada kelas tinggi.
INDEKS KERUGIAN
TINGKAT KERUGIAN
Rendah Sedang Tinggi
Rendah
TINGKAT
Sedang
ANCAMAN
Tinggi
Keterangan: biru = tingkat kerugian rendah; kuning = tingkat kerugian sedang; merah = tingkat
kerugian tinggi
pada kelas tinggi, maka kesimpulan tingkat kerugian berada pada kelas
tinggi.
Rendah
Tinggi
Keterangan: biru = tingkat kapasitas rendah; kuning = tingkat kapasitas sedang; merah = tingkat
kapasitas tinggi
TINGKAT KAPASITAS
TINGKAT RISIKO BENCANA
Rendah Sedang Tinggi
Rendah
Sedang
Indeks Kerugian
Tinggi
Keterangan: biru = tingkat risiko bencana rendah; kuning = tingkat risiko bencana sedang; merah
= tingkat risiko bencana tinggi
tingkat kerugian berada pada kelas sedang dan tingkat kapasitas berada
pada kelas sedang maka tingkat risiko berada pada kelas sedang. Jika
tingkat kerugian berada pada kelas tinggi dan tingkat kapasitas berada
pada kelas tinggi, maka kesimpulan tingkat risiko berada pada kelas
sedang.
BAB IV
4.1.1 Bahaya
Wilayah yang masuk ke dalam area rawan banjir merupakan wilayah
dengan topografi datar dan berada di sekitar sungai. Penentuan kelas
bahaya banjir dianalisis berdasarkan nilai ketinggian genangan kurang dari
sama dengan 75 cm termasuk ke dalam kategori bahaya sedang; dan
wilayah dengan ketinggian genangan 75-150 cm termasuk dalam kategori
bahaya sedang; dan wilayah dengan ketinggian genangan di atas 150 cm
termasuk dalam kategori bahaya tinggi (BNPB, 2019). Kabupaten Kubu
Raya merupakan daerah yang dilalui banyak sungai.
Bahaya
No Kecamatan
Luas Bahaya (ha) Total Luas Kelas
96
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
4.1.2 Kerentanan
Kajian kerentanan untuk bencana banjir di Kabupaten Kubu Raya
ditampilkan dalam bentuk luasan wilayah rentan banjir. Selain berupa
luasan wilayah rentan banjir, kajian kerentanan untuk bencana banjir di
Kabupaten Kubu Raya juga menampilkan potensi jumlah penduduk
terpapar, potensi kerugian (fisik, ekonomi dan lingkungan). Potensi
jumlah penduduk terpapar dan potensi kerugian ini dianalisis dan
kemudian ditampilkan dalam bentuk kelas kerentanan bencana banjir.
Potensi luas wilayah terhadap kerentanan bencana banjir disajikan dalam
bentuk kelas kerentanan bencana banjir pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.2.
99
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
4.1.3 Kapasitas
Hasil kapasitas banjir di Kabupaten Kabupaten Kubu Raya diperoleh
berdasarkan penggabungan analisis ketahanan daerah dan kesiapsiagaan
desa. Berdasarkan data yang diperoleh dari https://inarisk.bnpb.go.id/,
kapasitas dari sembilan kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kubu
Raya terhadap banjir berada pada kelas rendah. Hal ini menunjukkan
kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan
pengurangan ancaman dan potensi kerugian akibat banjir masih belum
maksimal. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa perlunya
peningkatan kapasitas daerah baik melalui masyarakat maupun
pemerintah sendiri untuk mengantisipasi kejadian bencana banjir.
4.1.4 Risiko
Tingkat risiko banjir diperoleh dari hasil tingkat bahaya, kerentanan,
kapasitas banjir di Kabupaten Kubu Raya yang ditunjukkan dalam Tabel
4.5 dan Gambar 4.3.
Risiko
10
3 Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
4.2.1 Bahaya
Salah satu bencana non-alam yang dapat mengancam dan menganggu
kehidupan masyarakat yaitu pandemi COVID-19 (Corona Virus Disease
2019). Penyakit ini disebabkan oleh virus jenis betacoronavirus yang juga
menyebabkan endemik SARs-COV dan MERS COV yang sebelumnya telah
terjadi namun dengan tipe baru yang diberi nama Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-Cov-2) (World Health
Organization, 2020). covid-19 merupakan penyakit yang menyerang
sistem pernapasan manusia, umumnya risiko lebih parah dimiliki oleh
seorang yang memiliki penyakit komorbid dengan gejala yang muncul
setelah 4 hingga 14 hari setelah terinfeksi, gejala umum bagi pasien covid-
19 adalah hilangnya kemampuan indra perasa dan penciuman, serta
demam tinggi. Adapun kelas bahaya bencana covid-19 di Kabupaten Kubu
Raya pada tiap-tiap kecamatan dan desa dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan
Gambar 4.4.
Bahaya
10
6 Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
4.2.2 Kerentanan
Kajian kerentanan untuk bencana covid-19 di Kabupaten Kubu Raya
ditampilkan dalam bentuk luasan wilayah rentan covid-19. Selain berupa
luasan wilayah rentan covid-19, kajian kerentanan untuk bencana covid-
19 di Kabupaten Kubu Raya juga menampilkan potensi jumlah penduduk
terpapar. Untuk potensi kerugian fisik, ekonomi dan lingkungan tidak
dihitung karena covid-19 tidak berpengaruh terhadap varibel tersebut.
Potensi luas wilayah terhadap kerentanan bencana covid-19 disajikan
dalam bentuk kelas kerentanan bencana covid-19 pada Tabel 4.7 dan
Gambar 4.5.
10
9 Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
4.2.3 Kapasitas
Hasil kapasitas covid-19 di Kabupaten Kabupaten Kubu Raya diperoleh
berdasarkan penggabungan analisis ketahanan daerah dan kesiapsiagaan
desa. Berdasarkan data yang diperoleh dari https://inarisk.bnpb.go.id/,
kapasitas dari sembilan kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kubu
Raya terhadap covid-19 berada pada kelas rendah. Hal ini menunjukkan
kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan
pengurangan ancaman dan potensi kerugian akibat covid-19 masih belum
maksimal. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa perlunya
peningkatan kapasitas daerah baik melalui masyarakat maupun
pemerintah sendiri untuk mengantisipasi kejadian bencana covid-19.
4.2.4 Risiko
Tingkat risiko covid-19 diperoleh dari hasil tingkat bahaya, kerentanan,
kapasitas covid-19 di Kabupaten Kubu Raya yang ditunjukkan dalam Tabel
4.9 dan Gambar 4.6. Dalam tabel tersebut diperlihatkan bahwa seluruh
wilayah kecamatan di Kabupaten Kubu Raya memiliki tingkat risiko yang
rendah. Luas risiko covid-19 yang terdapat di Kabupaten Kubu Raya
adalah sebesar 25.200 ha, dimana luas risiko tertinggi terdapat
Kecamatan Sungai Raya yaitu seluas 11.014 ha. Sedangkan luas risiko
covid-19 paling kecil terdapat di Kecamatan Terentang yaitu seluas 30 ha.
Risiko
Risiko
No Kecamatan Luas Risiko (ha) Total Luas
Kelas
7 Sungai Raya 3.515 3.716 3.783 (ha)
11.014 Rendah
8 Teluk Pakedai 320 - - 320 Rendah
9 Terentang 30 - - 30 Rendah
Kabupaten Kubu Raya 15.206 5.856 4.138 25.200 Rendah
Sumber: Hasil Analisis, 2022
11
2 Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
4.3.1 Bahaya
Cuaca ekstrim adalah fenomena meteorologi yang ekstrim dalam sejarah,
khususnya fenomena cuaca yang mempunyai potensi menimbulkan
bencana, menghancurkan tatanan kehidupan sosial, atau yang
menimbulkan korban jiwa manusia. Pada umumnya cuaca ekstrim
didasarkan pada distribusi klimatologi, dimana kejadian ekstrim lebih kecil
sama dengan 5% distribusi. Potensi terjadinya bahaya cuaca ekstrim
berada di wilayah dengan keterbukaan lahan tinggi dan dataran yang
landai. Hasil analisis kelas bahaya bencana cuaca ekstrim di Kabupaten
Kubu Raya dapat dilihat pada tabel Tabel 4.10 dan Gambar 4.7.
Bahaya
No Kecamatan Luas Bahaya (ha) Total Luas
Kelas
Rendah Sedang Tinggi (ha)
11
5 Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
4.3.2 Kerentanan
Kajian kerentanan untuk bencana cuaca ekstrim di Kabupaten Kubu Raya
ditampilkan dalam bentuk luasan wilayah rentan cuaca ekstrim. Selain
berupa luasan wilayah rentan cuaca ekstrim, kajian kerentanan untuk
bencana cuaca ekstrim di Kabupaten Kubu Raya juga menampilkan
potensi jumlah penduduk terpapar, potensi kerugian (fisik, ekonomi dan
lingkungan). Potensi jumlah penduduk terpapar dan potensi kerugian ini
dianalisis dan kemudian ditampilkan dalam bentuk kelas kerentanan
bencana cuaca ekstrim. Potensi luas wilayah terhadap kerentanan
bencana cuaca ekstrim disajikan dalam bentuk kelas kerentanan bencana
cuaca ekstrim pada Tabel 4.11 dan Gambar 4.8.
11
9 Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
4.3.3 Risiko
Berdasarkan pengkajian risiko Kabupaten Kubu Raya dalam menghadapi
cuaca ekstrim, maka diperoleh kelas risiko dalam menghadapi bencana
cuaca ekstrim. Hasil analisis risiko untuk bencana cuaca ekstrim dapat
dilihat pada Tabel 4.14 dan Gambar 4.9.
Risiko
Jika dilihat pada tabel di atas maka hampir seluruh wilayah di Kabupaten
Kubu Raya memiliki tingkat risiko yang tinggi, kecuali Kecamatan Batu
Ampar yang masuk dalam kelas risiko rendah. Kelas risiko cuaca ekstrim
dalam tingkat kabupaten, maka Kabupaten Kubu Raya masuk ke dalam
kelas risiko tinggi. Luas risiko cuaca ekstrim yang terdapat di Kabupaten
Kubu Raya adalah sebesar 443.680 ha, dimana luas risiko tertinggi
terdapat Kecamatan Sungai Raya yaitu seluas 90.162 ha. Sedangkan luas
risiko cuaca ekstrim paling kecil terdapat di Kecamatan Rasau Jaya yaitu
seluas 21.416 ha.
12
0 Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
12
1 Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
4.4.1 Bahaya
Kebakaran hutan dan lahan merupakan kebakaran permukaan dimana api
membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan (misalnya: serasah,
pepohonan, semak, dan lain-lain), api kemudian menyebar tidak menentu
secara perlahan di bawah permukaan (ground fire), membakar bahan
organik melalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar/pohon
yang bagian atasnya terbakar.
Bahaya
No Kecamatan Luas Bahaya (ha) Total Luas
Kelas
8 Teluk Pakedai 248 872 29.392 (ha)
30.512 Tinggi
9 Terentang 369 25.286 56.085 81.740 Tinggi
Kabupaten Kubu Raya 16.996 66.044 617.248 700.288 Tinggi
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Gambar 4. 10 Peta bahaya kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kubu Raya
12
4 Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
4.4.2 Kerentanan
Kajian kerentanan untuk bencana kebakaran hutan dan lahan di
Kabupaten Kubu Raya ditampilkan dalam bentuk luasan wilayah rentan
kebakaran hutan dan lahan. Selain berupa luasan wilayah rentan
kebakaran hutan dan lahan, kajian kerentanan untuk bencana kebakaran
hutan dan lahan di Kabupaten Kubu Raya juga menghitung potensi jumlah
penduduk terpapar, potensi kerugian (fisik, ekonomi dan lingkungan).
Namun, dalam kebakaran hutan dan lahan tidak ditemui adanya
kerentanan sosial yang meliputi penduduk terpapar, sehingga potensi
penduduk terpapar tidak ditampilkan. Potensi luas wilayah terhadap
kerentanan bencana kebakaran hutan dan lahan disajikan dalam bentuk
kelas kerentanan bencana kebakaran hutan dan lahan pada Tabel 4.16
dan Gambar 4.11.
Kerentanan
No Kecamatan Luas Kerentanan (ha) Total Luas
Kelas
Rendah Sedang Tinggi (ha)
1 Batu Ampar - - 145.594 145.594 Tinggi
2 Kuala Mandor B - - 37.411 37.411 Tinggi
3 Kubu 3 - 124.122 124.125 Tinggi
4 Rasau Jaya 15 - 18.280 18.295 Tinggi
5 Sungai Ambawang - - 99.301 99.301 Tinggi
6 Sungai Kakap - - 42.851 42.851 Tinggi
Gambar 4. 11 Peta kerentanan bencana kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kubu Raya
12
7 Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
4.4.3 Kapasitas
Hasil kapasitas kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kabupaten Kubu
Raya diperoleh berdasarkan penggabungan analisis ketahanan daerah
dan kesiapsiagaan desa. Berdasarkan data yang diperoleh dari
https://inarisk.bnpb.go.id/, kapasitas dari sembilan kecamatan yang
terdapat di Kabupaten Kubu Raya terhadap kebakaran hutan dan lahan
berada pada kelas rendah. Hal ini menunjukkan kemampuan daerah dan
masyarakat untuk melakukan tindakan pengurangan ancaman dan
potensi kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan masih belum
maksimal. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa perlunya
peningkatan kapasitas daerah baik melalui masyarakat maupun
pemerintah sendiri untuk mengantisipasi kejadian bencana kebakaran
hutan dan lahan.
4.4.4 Risiko
Tingkat risiko kebakaran hutan dan lahan diperoleh dari hasil tingkat
bahaya dan kerentanan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kubu
Raya. Berdasarkan parameter risiko kebakaran hutan dan lahan tersebut,
maka diperoleh potensi luas risiko dan kelas bahaya kebakaran hutan dan
lahan di Kabupaten Kubu Raya, seperti pada Tabel 4.18 dan Gambar 4.12.
Risiko
No Kecamatan Luas Risiko (ha) Total Luas
Kelas
7 Sungai Raya 1.450 - 28.632 (ha)
30.082 Tinggi
8 Teluk Pakedai 665 2 29.847 30.514 Tinggi
9 Terentang 560 - 20.353 20.913 Tinggi
Kabupaten Kubu Raya 21.066 5 303.417 311.092 Tinggi
Sumber: Hasil Analisis, 2022
Pada tabel terlihat bahwa tingkat risiko bencana kebakaran hutan dan
lahan terdapat pada kelas risiko tinggi di semua kecamatan. Hal ini masih
perlu diwaspadai karena di wilayah Kabupaten Kubu Raya memiliki
banyak area hutan, lahan perkebunan, dan area semak belukar yang
mudah terbakar. Selain dipicu oleh aktivitas manusia, kebakaran hutan
dan lahan ini disebabkan juga oleh cuaca kering dan panas. Setiap
kecamatan memiliki risiko terpapar bahaya kebakaran hutan dan lahan.
Luas risiko kebakaran hutan dan lahan yang terdapat di Kabupaten Kubu
Raya adalah sebesar 331.092 ha, dimana luas risiko tertinggi terdapat
Kecamatan Batu Ampar yaitu seluas 59.691 ha. Sedangkan luas risiko
kebakaran hutan dan lahan paling kecil terdapat di Kecamatan Rasau Jaya
yaitu seluas 18.336 ha.
Gambar 4. 12 Peta risiko kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kubu Raya
13
1 Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
4.5.1 Bahaya
Tanah longsor adalah gerakan massa baik tanah, batuan, atau
percampuran keduanya menuruni lereng akibat gaya gravitasi. Tanah
longsor terjadi ketika lereng tidak mampu menyangga beban yang berada
di atasnya. Penyebabnya bisa bermacam-macam diantaranya hujan deras,
aktivitas vulkanik, gempa bumi, erosi sungai, perubahan ketinggian muka
air, aktivitas manusia, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Luas
bahaya dan kelas bahaya per kecamatan yang terdampak bencana tanah
longsor di Kabupaten Kubu Raya dapat dilihat pada Tabel 4.19 dan
Gambar 4.13.
13
4 Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
4.5.2 Kerentanan
Kajian kerentanan untuk bencana tanah longsor di Kabupaten Kubu Raya
ditampilkan dalam bentuk luasan wilayah rentan tanah longsor. Selain
berupa luasan wilayah rentan tanah longsor, kajian kerentanan untuk
bencana tanah longsor di Kabupaten Kubu Raya juga menampilkan
potensi jumlah penduduk terpapar, potensi kerugian (fisik, ekonomi dan
lingkungan). Potensi jumlah penduduk terpapar dan potensi kerugian ini
dianalisis dan kemudian ditampilkan dalam bentuk kelas kerentanan
bencana tanah longsor. Potensi luas wilayah terhadap kerentanan
bencana tanah longsor disajikan dalam bentuk kelas kerentanan bencana
tanah longsor pada Tabel 4.20 dan Gambar 4.14.
13
8 Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
4.5.3 Kapasitas
Hasil kapasitas tanah longsor di Kabupaten Kabupaten Kubu Raya
diperoleh berdasarkan penggabungan analisis ketahanan daerah dan
kesiapsiagaan desa. Berdasarkan data yang diperoleh dari
https://inarisk.bnpb.go.id/, kapasitas dari empat kecamatan yang
terdapat di Kabupaten Kubu Raya terhadap tanah longsor berada pada
kelas rendah. Hal ini menunjukkan kemampuan daerah dan masyarakat
untuk melakukan tindakan pengurangan ancaman dan potensi kerugian
akibat tanah longsor masih belum maksimal. Berdasarkan data tersebut
menunjukkan bahwa perlunya peningkatan kapasitas daerah baik melalui
masyarakat maupun pemerintah sendiri untuk mengantisipasi kejadian
bencana tanah longsor.
4.5.4 Risiko
Tingkat risiko tanah longsor diperoleh dari hasil tingkat bahaya dan
kerentanan tanah longsor di Kabupaten Kubu Raya. Berdasarkan
parameter risiko tanah longsor tersebut, maka diperoleh potensi luas
risiko dan kelas bahaya tanah longsor di Kabupaten Kubu Raya, seperti
pada Tabel 4.23 dan Gambar 4.15.
Risiko
No Kecamatan Luas Risiko (ha) Total Luas
Kelas
8 Teluk Pakedai - - - (ha) -
14
1 Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
4.6.1 Bahaya
Kekeringan merupakan bencana yang diakibatkan karena tingkat curah
hujan lebih rendah dari curah hujan normal. Secara umum, kekeringan
dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis yaitu kekeringan meteorologi,
pertanian, hidrologi, dan sosio-ekonomi. Potensi bahaya kekeringan
dihitung menggunakan metode SPI (Standard Precipitation Index).
Penggunaan metode SPI bertujuan untuk mengkuantifikasikan nilai defisit
curah hujan dari nilai curah hujan normalnya. Pada kajian ini dilakukan
perhitungan SPI 3 bulan. Secara sederhana nilai curah hujan selama 3
bulan tertentu dibandingkan dengan nilai total curah hujan selama 3
bulan yang sama untuk seluruh tahun dari jumlah tahun yang dihitung.
Misalnya, SPI 3 bulan di akhir bulan Mei 2017 itu sama dengan
membandingkan total curah hujan bulan Maret-April-Mei 2017 dengan
total curah hujan bulan Maret-April-Mei pada seluruh tahun data yang
dimiliki. Selain itu, melalui SPI 3 bulan dapat memberikan gambaran
mengenai kondisi curah hujan musiman. Berdasarkan hasil perhitungan
SPI, secara umum wilayah Kabupaten Kubu Raya memiliki potensi bahaya
kekeringan dengan kelas tinggi. Luas bahaya dan kelas bahaya per
kecamatan yang terdampak bencana kekeringan di Kabupaten Kubu Raya
dapat dilihat pada Tabel 4.24 dan Gambar 4.16.
Bahaya
No Kecamatan Luas Bahaya (ha) Total Luas
Kelas
7 Sungai Raya - - 117.114 (ha)
117.114 Tinggi
8 Teluk Pakedai - - 38.439 38.439 Tinggi
9 Terentang - - 85.668 85.668 Tinggi
Kabupaten Kubu Raya - - - 849.689 Tinggi
Sumber: Hasil Analisis, 2022
14
4 Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
4.6.4 Kerentanan
Kerentanan
14
8 Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
4.6.2 Kapasitas
Hasil kapasitas kekeringan di Kabupaten Kabupaten Kubu Raya diperoleh
berdasarkan penggabungan analisis ketahanan daerah dan kesiapsiagaan
desa. Berdasarkan data yang diperoleh dari https://inarisk.bnpb.go.id/,
kapasitas dari sembilan kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kubu
Raya terhadap kekeringan berada pada kelas rendah. Hal ini menunjukkan
kemampuan daerah dan masyarakat untuk melakukan tindakan
pengurangan ancaman dan potensi kerugian akibat kekeringan masih
belum maksimal. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa
perlunya peningkatan kapasitas daerah baik melalui masyarakat maupun
pemerintah sendiri untuk mengantisipasi kejadian bencana kekeringan.
4.6.3 Risiko
Tingkat risiko kekeringan diperoleh dari hasil tingkat bahaya dan
kerentanan kekeringan di Kabupaten Kubu Raya. Berdasarkan parameter
risiko kekeringan tersebut, maka diperoleh potensi luas risiko dan kelas
bahaya kekeringan di Kabupaten Kubu Raya, seperti pada Tabel 4.28 dan
Gambar 4.18. Tabel tersebut menunjukkan risiko setiap kecamatan
terpapar bahaya kekeringan. Secara keseluruhan desa di Kabupaten Kubu
Raya memiliki kelas risiko tinggi.
Risiko
No Kecamatan Luas Risiko (ha) Total Luas
Kelas
8 Teluk Pakedai 2.525 - 35.897 (ha)
38.422 Tinggi
9 Terentang 3.260 - 21.256 24.516 Tinggi
Kabupaten Kubu Raya 31.038 15 337.986 354.827 Tinggi
Sumber: Hasil Analisis, 2022
15
1 Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana Kabupaten Kubu Raya
Pemerintah Kabupaten Kubu Raya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kubu Raya
4.7.1 Bahaya
Hasil luasan multi bahaya dilakukan dengan menggabungkan beberapa
potensi bencana yang mengancam suatu wilayah. Penggabungan
dilakukan dengan mempertimbangkan nilai maksimum dari setiap
bencana yang terjadi sehingga gambaran bencana yang tampak pada
analisis multi bahaya adalah bencana yang memberikan pengaruh
terbesar terhadap suatu wilayah. Analisis multi bahaya juga dilakukan
perhitungan pada luas multi bahaya, kerentanan, kapasitas dan risiko
multi bahaya. Berdasarkan data yang diperoleh dari
https://inarisk.bnpb.go.id/ potensi bahaya dari bencana multi bahaya
memiliki kelas dari sedang hingga tinggi. Nilai potensi luas multi bahaya
dapat dilihat pada Tabel 3.29. Berdasarkan data yang diperoleh dari
https://inarisk.bnpb.go.id/ potensi bahaya dari bencana multi bahaya
memiliki kelas dari sedang hingga tinggi.
4.7.2 Kerentanan
Kajian kerentanan multibahaya dilakukan untuk mengetahui potensi
penduduk terpapar dan potensi kerugian di Kabupaten Kubu Raya.
Potensi luas kelas kerentanan sedang adalah sebesar 680.894 ha, dimana
potensi luas tertinggi terdapat di Kecamatan Batu Ampar sebanyak
169.011 ha dan terendah pada Kecamatan Sungai Kakap sebanyak 18.137
ha. Potensi luas untuk kelas kerentanan tinggi di Kabupaten Kubu Raya
adalah sebesar 389.101 ha. Untuk kelas kerentanan tinggi potensi luas
paling besar adalah di Kecamatan Batu Ampar yaitu sebanyak 91.534 ha
dan potensi paling kecil terdapat di Kecamatan Terentang dengan potensi
terpapar 0 ha. Jumlah potensi penduduk terpapar oleh bencana multi
bahaya di Kabupaten Kubu Raya adalah sebanyak 519.106 jiwa, dimana
potensi paling tinggi terdapat di Kecamatan Sungai Kakap sebanyak
185.514 jiwa dan Kecamatan Sungai Ambawang sebanyak 118.514 jiwa.
Sedangkan potensi paling rendah terdapat di Kecamatan Rasau Jaya,
yaitu sebanyak 3.181 jiwa.
4.7.3 Kapasitas
Hasil kapasitas multi bahaya di Kabupaten Kabupaten Kubu Raya
diperoleh berdasarkan penggabungan analisis ketahanan daerah dan
kesiapsiagaan desa. Berdasarkan data yang diperoleh dari
https://inarisk.bnpb.go.id/, kapasitas dari sembilan kecamatan yang
terdapat di Kabupaten Kubu Raya terhadap multi bahaya berada pada
kelas sedang. Hal ini menunjukkan kemampuan daerah dan masyarakat
untuk melakukan tindakan pengurangan ancaman dan potensi kerugian
akibat multi bahaya tidaklah buruk namun belum maksimal. Oleh karena
itu, masih diperlukan upaya untuk peningkatan kapasitas.
4.7.4 Risiko
Risiko multi bahaya dikaji melalui nilai bahaya, kerentanan dan
kapasitasnya sehingga akan diperoleh potensi luas risiko per kecamatan di
Kabupaten Kubu Raya, seperti yang ditampilkan pada Tabel 4.32.
Kelas risiko multi bahaya di Kabupaten Kubu Raya memiliki kelas dari
sedang hingga tinggi. Luas potensi risiko bencana multi bahaya di
Kabupaten Kubu Raya adalah sebesar 801,352 ha, dimana luas potensi
risiko terbesar terdapat di Kecamatan Batu Ampar yaitu seluas 221.237
ha, kemudian diikuti oleh Kecamatan Sungai Raya seluas 128.610 ha.
Sedangkan untuk luas potensi risiko bencana multi bahaya paling kecil
terdapat di Kecamatan Kuala Mandor B yaitu seluas 12.440 ha dan diikuti
oleh Kecamatan Rasau Jaya seluas 19.531 ha.
LAMPIRAN