DAFTAR GAMBAR
2. Pertampalan Peta
Metode pertampalan analisis kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang
dilakukan dengan melakukan pertampalan terhadap penggunaan lahan eksisting dengan
peta rencana pola ruang beserta dengan ketentuan pemanfaatannya. Ketentuan pemanfaatan
dapat berupa ketentuan kegiatan dan peruntukan ruang yang terdapat dalam rencana rinci,
atau ketentuan umum peraturan zonasi yang terdapat pada Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten / Kota. Sebelum melakukan proses pertampalan, perlu dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
Menyamakan skala ketelitian peta penggunaan lahan eksisting dengan peta rencana tata
ruang yang digunakan.
Menyamakan pengelompokan penggunaan lahan.
Dalam melakukan pertampalan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Pemeriksaan bertahap
Pemeriksaan bertahap dalam rangka analisis kesesuaian pemanfaatan ruang dengan
rencana tata ruang melalui metode pertampalan dilakukan dalam dua langkah. Langkah
pertama adalah melakukan pertampalan penggunaan lahan eksisting dengan peta
rencana pola ruang. Hasil pertampalan tersebut menghasilkan peta yang menunjukkan
perbedaan penggunaan lahan terhadap peta rencana pola ruang. Langkah selanjutnya
adalah melakukan pengecekan masing-masing perbedaan penggunaan lahan terhadap
peta rencana pola ruang tersebut dengan ketentuan umum peraturan zonasi/ketentuan
peruntukan dan zonasinya apakah penggunaan lahan tersebut diperbolehkan atau tidak
diperbolehkan pada zona yang terkait. Berdasarkan pengecekan tersebut kemudian
didapatkan hasil identifikasi analisa kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata
ruang.
Menggunakan rumus fungsi berdasarkan atribut ketentuan pemanfaatan. Proses
pertampalan dalam rangka analisis kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata
ruang dapat dilaksanakan dalam satu langkah, yaitu menggunakan rumus fungsi logika
“if” dengan melihat ketentuan peraturan zonasi.
Dari hasil proses pertampalan peta dihasilkan plotting- plotting lokasi pada peta tata ruang
wilayah dan peta citra satellite.
3. Superimpose (Overlay)
Metode ini biasanya dilakukan dengan superimpose atau dengan kata lain dilakukan dengan
cara meng-overlay-kan tema – tema peta yang menjadi variabel Kesesuaian terhadap arah
pembangunan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah. Metode analisis ini digunakan
untuk mengkaji permasalahan yang terkait dengan alih fungsi lahan.
Studi Literatur
Hitung Debit Banjir
(Q)
Perhitungan kemampuan daya serap emisi karbon dioksida yaitu dengan mengkonversi nilai
kandungan biomassa hijau berdasarkan konsep persamaan reaksi kimia fotosintesis.
Citra Penginderaan Satelit
Penggunaan Lahan (Ha)
(Landsat)
Survei Lapangan
Keterangan:
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penginderaan Jauh
resolusi menengah berdasarkan kajian tingkat per piksel dengan menggunakan transformasi
indeks vegetasi (Normalized Difference Vegetation Index) NDVI. Sistem Informasi Geografis
digunakan untuk mendukung penyajian data secara spasial, penyajian terkait dengan informasi
luasan dan analisis data.
Metode pada penelitian ini dilakukan melalui dua pendektan yaitu analisis data spasial
perubahan penggunaan lahan dan estimasi emisi CO2-eq dengan menggunakan pendekatan
berbasis cadangan karbon. Kegiatan pengukuran biomassa pada berbagai perubahan
penggunaan lahan dilapangan yang dikombinasikan dengan teknologi citra satelit akan
memberikan pendugaan cadangan karbon di suatu wilayah.
Pendekatan untuk memperkirakan perubahan cadangan karbon akibat perubahan penggunaan
lahan dapat dilakukan dengan menggunakan 2 pendekatan yaitu dengan berbasis proses atau
disebut dengan Gain-Loss Method, yang memperkirakan keseimbangan akhir dari penambahan
dan penyerapan dari cadangan karbon dan pendekatan berbasis cadangan atau disebut dengan
Nilai 44/12 merupakan perbandingan antara berat molekul senyawa CO 2 dengan berat atom C,
berat atom unsur karbon 12 dan unsur oksigen16 bergabung menjadi CO 2 sehingga akan
menghasilkan berat molekul dengan total sebesar 44. Rumus pendugaan hilangnya cadangan
karbon terhadap senyawa CO2 merupakan pendugaan besarnya kandungan unsur karbon dalam
senyawa CO2 yang terlepas akibat perubahan penggunaan lahan.
1,000,000
990,000 1,000,887
980,000 987,597
970,000
974,115
960,000
950,000
940,000
2013 2014 2015 2016 2017
Sumber: Olahan data BPS Kabupaten Semarang, 2018
Gambar 4. 6 Jumlah Penduduk Kabupaten Semarang tahun 2013-2017
Sedangkan apabila dilihat dari angka sex ratio sebesar 96,59% pada tahun 2017. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih besar jika dibandingkan dengan
jumlah penduduk laki-laki. Komposisi penduduk laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada
piramida di bawah ini:
70 - 74
60 - 64
50 - 54
40 - 44 Perempuan
30 - 34 Laki-laki
20 - 24
10 - 14
0-4
60000 40000 20000 0 20000 40000 60000
Sumber: Olahan data BPS Kabupaten Semarang, 2018
Gambar 4. 7 Piramida Penduduk Kabupaten Semarang tahun 2017
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa bentuk piramida ini termasuk jenis
piramida expansive. Piramida ini memiliki ciri-ciri:
1. Sebagian besar berada pada kelompok penduduk muda
2. Kelompok usia tua jumlahnya sedikit
4.3.3. Perekonomian
Berdasarkan harga konstan, laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Semarang selama 4 tahun
terakhir terus mengalami penurunan. Laju pertumbuhan tertinggi yaitu pada tahun 2013
dengan laju pertumbuhan PDRB sebesar 5,97%. Sedangkan laju pertumbuhan terendah yaitu
pada tahun 2016 dengan laju pertumbuhan PDRB sebesar 5,27%. Sementara itu, untuk sektor
yang memiliki laju pertumbuhan paling tinggi pada tahun 2016 yaitu jasa pendidikan (8,89%),
sedangkan sektor yang memiliki laju pertumbuhan terendah yaitu pengadaan air, pengelolaan
sampah, limbah & daur ulang (3,35%).
Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Semarang secara keseluruhan dan menurut lapangan
usaha dapat dilihat pada Gambar dan Tabel berikut:
6.2
6
5.8
5.6
5.4
5.2
5
4.8
2013 2014 2015 2016
Sumber: BPS Kabupaten Semarang, 2018
Gambar 4. 8 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan di Kabupaten Semarang
Tahun 2013-3016 (dalam %)
Tabel 4. 2 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di
Kabupaten Semarang Tahun 2013-3016 (dalam %)
Uraian Kategori 2013 2014 2015 2016
Pertanian, Kehutanan, Perikanan 1,77 1,35 4,81 4,32
Pertambangan & Penggalian 1,88 2,05 2,4 4,36
Industri Pengolahan 7,01 6,86 5,71 4,73
Pengadaan Listrik & Gas 8,25 4,36 2,37 5,44
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah &
0,81 1,88 2 3,35
Daur Ulang
Konstruksi 7,46 5,79 3,85 3,94
Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi Mobil &
4,95 3,05 5,18 5,72
Sepeda Motor
Transportasi & Pergudangan 7,98 8,63 6,25 5,44
Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 3,21 6,08 6,64 7,49
Informasi & Komunikasi 8,25 14,85 7,34 8,15
Jasa Keuangan & Asuransi 5,79 5,42 7,85 7,95
Real Estate 6,72 7,48 6,74 6,43
Jasa Perusahaan 12,82 8,6 8 6,71
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & 2,33 0,74 5,52 5,13
Secara umum, jumlah PDRB atas dasar konstan Kabupaten Semarang terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2016, sektor yang peling besar kontribusinya yaitu
sektor: industri pengolahan yaitu sebesar Rp. 11.851.522,05 juta. Sedangkan yang terkecil
yaitu sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah & daur ulang yaitu sebesar Rp.
23.527,39 juta. Jumlah total PDRB Kabupaten Semarang tahun 2016 berdasarkan harga
konstan sebesar Rp. 30.286.380,79 juta. Jumlah PDRB Kabupaten Semarang menurut
lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2012 – 2016, dapat dilihat pada tabel di bawah
ini. Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat kontribusi yang diberikan tiap sektor.
Tabel 4. 3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten
Semarang Tahun 2012-3016 (dalam juta rupiah)
Uraian Kategori 2012 2013 2014 2015 2016
Pertanian, Kehutanan,
3.026.515,87 3.080.143,46 3.121.863,20 3.271.956,35 3.413.319,70
Perikanan
Pertambangan &
61.778,13 62.938,70 64.231,96 65.774,74 68.644,12
Penggalian
Industri Pengolahan 9.361.199,35 10.017.554,52 10.704.599,21 11.315.869,84 11.851.522,05
Pengadaan Listrik & Gas 32.127,15 34.779,23 36.295,98 37.156,53 39.177,24
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, 21.732,80 21.908,16 22.319,48 22.765,87 23.527,39
Limbah & Daur Ulang
Konstruksi 3.196.637,98 3.435.216,41 3.633.966,20 3.773.720,96 3.922.258,01
Perdagangan Besar &
Eceran; Reparasi Mobil 2.942.074,59 3.087.824,22 3.182.060,68 3.346.965,55 3.538.465,19
& Sepeda Motor
Transportasi &
503.601,02 543.766,37 590.697,48 627.641,35 661.785,48
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi
752.976,20 777.140,79 824.383,95 879.115,43 944.976,35
& Makan Minum
Informasi & Komunikasi 841.542,24 911.006,98 1.046.301,11 1.123.116,90 1.214.599,01
Jasa Keuangan &
801.315,16 847.740,07 893.719,72 963.902,77 1.040.508,63
Asuransi
Real Estate 751.077,42 801.522,20 861.464,36 919.515,52 978.682,79
Jasa Perusahaan 97.609,66 110.118,58 119.590,16 129.157,37 137.817,87
Administrasi
Pemerintahan,
749.670,50 767.171,17 772.880,86 815.548,02 857.350,02
Pertahanan & Jaminan
Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 735.841,91 795.574,86 885.286,62 952.500,17 1.037.144,90
Jasa Kesehatan &
156.274,38 164.537,54 179.597,37 192.069,34 207.632,61
Kegiatan Sosial
Jasa Lainnya 274.743,99 299.177,82 324.854,62 332.901,24 348.969,45
e. Jaringan Persampahan
Populasi penduduk Kabupaten Semarang yang terus meningkat mengakibatkan
produksi sampah di daerah ini juga terus mengalami peningkatan. Pihak Dinas
Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Semarang mencatat, produksi sampah saat ini
mencapai 320 ton per hari. Permasalahannya adalah, sampah yang masuk ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Blondo, di Kecamatan Bawen baru berkisar 100 ton per hari.
Sementara sekitar 220 ton sampah per hari tidak masuk ke TPA ini. Kemungkinan,
sampah-sampah ini dibuang ke sungai atau tempat lain yang tidak semestinya.
Kesadaran warga Kabupaten Semarang untuk membuang sampah pada tempatnya
masih kurang. Pembuangan sampah secara sembarangan bisa berdampak pada
lingkungan dan memicu terjadinya banjir. Oleh karena itu dibutuhkan peran serta
masyarakat untuk mengatasi masalah sampah di Kabupaten Semarang. Selain secara
teknis pengelolaan persampahan dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum, Badan
Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan juga mendukung pelaksanaan pengelolaan
persampahan sesuai dengan tugas pokok fungsi masing-masing. Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Semarang banyak memberikan sosialisasi dan penyuluhan kepada
Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Blondo terletak di Dusun Blondo, Desa Bawen,
Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Lokasi TPA berjarak ± 2,5 km dari jalan
regional SemarangBawen. TPA Blondo memiliki luas lahan 5 Ha. Area penimbunan
sampah TPA Blondo terbagi menjadi 5 zona seluas 3,6 Ha. TPA Blondo menggunakan
sistem Controlled Landfill, yaitu sampah yang ditimbun di TPA dipadatkan dan dilapisi
tanah dengan ketebalan tertentu dalam periode 2-3 hari sekali.
4.4. Isu Strategis Pembangunan di Kabupaten Semarang
1. Pertumbuhan pembangunan yang sangat cepat dan tidak terkendali di kawasan
perkotaan
2. Kepadatan lalu lintas di jalur Ungaran-Babadan-Karangjati-Bawen-Ambarawaterutama
saat peak hour pagi dan sore.
3. Penataan lahan seluas 33.050 meter persegi milik perumahan di Ungaran Barat
dianggap telah menimbulkan erosi dan banjir di Dusun Soka, RT 05 RW 04 (Kompas.com
06/06/2014, 16:36 WIB)
4. Alih fungsi lahan pertanian yang tidak terkendali untuk perumahan maupun
pengembangan industri