Anda di halaman 1dari 5

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN

2.1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang
aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Penyelenggaraan penataan ruang harus memperhatikan salah satunya adalah daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup merupakan
salah satu muatan wajib KLHS.
Pelaksanaan penataan ruang menjelaskan perencanaan tata ruang menghasilkan: (Pasal 14)
a. Rencana umum tata ruang, terdiri dari:
- Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
- Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
- Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan Kota
b. Rencana rinci tata ruang, terdiri dari:
- Rencana Tata Ruang pulau/kepulauan dan kawasan strategis nasional
- Rencana Tata Ruang kawasan strategis provinsi
- Rencana Detail Tata Ruang kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota
Pasal 17 menyatakan peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi daya meliputi
peruntukan ruang untuk kegiatan pelestarian lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan
dan keamanan. Pelestarian lingkungan dalam rencana tata ruang wilayah ditetapkan kawasan
hutan paling sedikit 30% dari luas daerah aliran sungai.
Pemanfaatan ruang wilayah dilaksanakan sesuai dengan: (pasal 34)
a. Standar pelayanan minimal bidang penataan ruang
b. Standar kualitas lingkungan
c. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Sedangkan penataan ruang kawasan perdesaan diarahkan untuk: (pasal 48)
a. pemberdayaan masyarakat perdesaan;
b. pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya;
c. konservasi sumber daya alam;
d. pelestarian warisan budaya lokal;
e. pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahanan pangan; dan
f. penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaan-perkotaan.
2.2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2009, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan
14 (empat belas) asas, antara lain adalah tanggung jawab negara, kelestarian dan keberlanjutan,
keserasian dan keseimbangan, keterpaduan, manfaat, kehati-hatian, keadilan, ekoregion,
keanekaragaman hayati, pencemar membayar, partisipatif, kearifan lokal, tata kelola
pemerintahan yang baik, dan otonomi daerah.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 juga mengatur mengenai penguatan instrumen pencegahan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yaitu dengan instrumen Kajian Lingkungan

Laporan Pendahuluan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Rencana Detail Tata Ruang
Kabupaten Klaten 2019 | 2-1
Hidup Strategis (KLHS). Berdasarkan Pasal 15 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, Pemerintah
dan Pemerintah Daerah wajib menyusun KLHS:
1. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) beserta rencana rincinya
2. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
4. Kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau
risiko lingkungan hidup
Adapun mekanisme KLHS sesuai dengan pasal 15 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 sebagai
berikut:
1. Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi lingkungan
hidup di suatu wilayah;
2. Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program; dan
3. Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana, dan/atau
program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan Pasal 16 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, KLHS memuat kajian antara lain:
1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;
2. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;
3. Kinerja layanan/jasa ekosistem;
4. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
5. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan
6. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
Pasal 17 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 mengamanatkan bahwa:
1. Hasil KLHS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) menjadi dasar bagi kebijakan,
rencana, dan/atau program pembangunan dalam suatu wilayah.
2. Apabila hasil KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa daya dukung
dan daya tampung sudah terlampaui, maka:
a. Kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan tersebut wajib diperbaiki sesuai
dengan rekomendasi KLHS; dan
b. Segala usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup tidak diperbolehkan lagi.
Berdasarkan Pasal 19 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, untuk menjaga kelestarian fungsi
lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat, setiap perencanaan tata ruang wilayah wajib
didasarkan pada KLHS dan perencanaan tata ruang wilayah ditetapkan dengan memperhatikan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
2.3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang
Penyelenggaraan penataan ruang bagian penyusunan dan penetapan rencana umum tata ruang,
setiap pengolahan data dan analisis menggunakan teknik penentuan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup melalui KLHS.
Pengaturan penataan ruang oleh pemerintah daerah kabupaten atau kota sebagaimana
dimaksud dalam meliputi penyusunan dan penetapan: (Pasal 3)
“rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota, rencana tata ruang kawasan strategis
kabupaten/kota, rencana detail tata ruang kabupaten/kota termasuk peraturan zonasi yang
ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota”
Penyusunan dan penetapan rencana rinci tata ruang meliputi: (Pasal 39)

Laporan Pendahuluan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Rencana Detail Tata Ruang
Kabupaten Klaten 2019 | 2-2
a. penyusunan dan penetapan rencana tata ruang pulau/kepulauan;
b. penyusunan dan penetapan rencana tata ruang kawasan strategis nasional;
c. penyusunan dan penetapan rencana tata ruang kawasan strategis provinsi;
d. penyusunan dan penetapan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten/kota; dan
e. penyusunan dan penetapan rencana detail tata ruang untuk rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
Rencana rinci tata ruang kabupaten/kota merupakan dasar penyusunan rencana tata bangunan
dan lingkungan bagi zonazona yang pada rencana rinci tata ruang ditentukan sebagai zona yang
penanganannya diprioritaskan.
Penyusunan dan Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, pengolahan data dan
analisis setidakya meliputi: (Pasal 32)
1. teknik analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang ditentukan
melalui kajian lingkungan hidup strategis; dan
2. teknik analisis keterkaitan antar wilayah kabupaten.
Sedangkan perumusan konsepsi rencana paling sedikit memperhatikan: (Pasal 35)
a. perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian implikasi penataan ruang
kabupaten;
b. upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupaten;
c. keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten;
d. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
e. rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan; dan
f. rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten.
Kriteria kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
meliputi: (Pasal 51)
a. tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
b. kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora, dan/atau fauna yang
hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
c. kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian;
d. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
e. kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
f. kawasan rawan bencana alam; atau
g. kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan.
2.4. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko
Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, meliputi:
1. Kebijakan, Rencana, dan/atau Program pemanfaatan ruang dan/atau lahan yang ada di
daratan, perairan, dan udara yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko
Lingkungan Hidup yang meliputi:
a. Perubahan iklim;
b. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati;
c. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan,
dan/atau kebakaran hutan dan lahan;

Laporan Pendahuluan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Rencana Detail Tata Ruang
Kabupaten Klaten 2019 | 2-3
d. Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam;
e. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan;
f. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat; dan/atau
g. Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.
2. Kebijakan, Rencana, dan/atau Program lain berdasarkan permintaan masyarakat.
Penyelenggaraan KLHS sesuai dengan Pasal 5 dilakukan dengan tahapan:
1. Pembuatan dan pelaksanaan KLHS;
2. Penjaminan kualitas dan pendokumentasian KLHS; dan
3. Validasi KLHS.
Mekanisme pembuatan dan pelaksanaan KLHS sesuai dengan Pasal 13 Permen LHK 69/2017
dapat dilakukan melalui:
1. Pengkajian pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/atau Program terhadap kondisi Lingkungan
Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan;
2. Perumusan alternatif penyempurnaan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program; dan
3. Penyusunan rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.
2.5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.69/MENLHK/Setjen/Kum.1/12/2017 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis
Berdasarkan Pasal 1 Permen LHK 69/2017 Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang
selanjutnya disingkat KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan
partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program.
Penyelenggaraan KLHS menurut Pasal 2 Permen LHK 69/2017 meliputi:
1. Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang wajib dibuat dan dilaksanakan KLHS;
2. Pembuatan dan pelaksanaan KLHS;
3. Penjaminan kualitas dan pendokumentasian KLHS;
4. Validasi KLHS; dan
5. Pembinaan, pemantauan dan evaluasi KLHS.
Kebijakan, Rencana, dan/atau program tingkat Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (3) terdiri atas:
1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;
2. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten/Kota;
3. Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota;
4. Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten;
5. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten/Kota;
6. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten/Kota; dan
7. Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang berpotensi dampak dan/atau risiko Lingkungan
Hidup lainnya di tingkat kabupaten/kota.
Mekanisme pembuatan dan pelaksanaan KLHS sesuai dengan Pasal 13 Permen LHK 69/2017
dapat dilakukan melalui:

Laporan Pendahuluan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Rencana Detail Tata Ruang
Kabupaten Klaten 2019 | 2-4
1. Pengkajian pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/atau Program terhadap kondisi Lingkungan
Hidup dan Pembangunan Berkelanjutan;
2. Perumusan alternatif penyempurnaan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program; dan
3. Penyusunan rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan Pasal 31 penjaminan kualitas KLHS dilaksanakan melalui penilaian mandiri oleh
penyusun kebijakan, rencana, dan/atau program. Penilaian mandiri dilaksanakan dengan cara
penilaian bertahap; dan/atau penilaian sekaligus yang dilaksanakan di tahapan akhir
pembuatan dan pelaksanaan KLHS dengan mempertimbangkan:
1. Dokumen Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang relevan; dan
2. Laporan KLHS dari Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang terkait dan relevan.
Permohonan validasi KLHS sebagaimana dimaksud pada Pasal 36 dilengkapi dengan:
1. Surat permohonan;
2. Rancangan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang dilaksanakan KLHS;
3. Laporan KLHS yang mencakup bukti penjaminan kualitasnya; dan
4. Bukti pemenuhan standar kompetensi tenaga ahli.
Validasi KLHS yang digunakan sebagai dasar pengesahan Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program adalah validasi yang diberikan untuk KLHS yang seluruh tahapan pelaksanaan dan
penjaminan kualitasnya telah lengkap sampai tahap akhir.
Laporan KLHS sebagaimana dimaksud pada Pasal 35 ayat (2) memuat informasi tentang:
1. Dasar pertimbangan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program sehingga perlu dilengkapi KLHS;
2. Metode, teknik, rangkaian langkah-langkah dan hasil pengkajian pengaruh Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program terhadap kondisi Lingkungan Hidup;
3. Metode, teknik, rangkaian langkah-langkah dan hasil perumusan alternatif muatan
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program;
4. Pertimbangan, muatan, dan konsekuensi rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan;
5. Gambaran pengintegrasian hasil KLHS dalam Kebijakan, Rencana, dan/ atau Program;
6. Pelaksanaan partisipasi masyarakat dan keterbukaan informasi KLHS;
7. Hasil penjaminan kualitas KLHS; dan
8. Ringkasan eksekutif.

Laporan Pendahuluan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Rencana Detail Tata Ruang
Kabupaten Klaten 2019 | 2-5

Anda mungkin juga menyukai