Kegiatan Penyusunan Kajian Desa Wisata di DIY merupakan langkah penting yang
diperlukan untuk menyusun Instrumen standardisasi/guidelines desa wisata
sebagai paduan pengembangan sebuah kampung/desa untuk menjadi desa
wisata. Melalui kegiatan ini, diharapkan seluruh upaya pembangunan dan
penataan desa wisata di DIY yang dilakukan oleh pemangku kepentingan terkait
dapat dilaksanakan secara lebih terarah, dalam kerangka keterpaduan
pemanfaatan potensi desa sebagai destinasi pariwisata, tanggap terhadap
dinamika pasar, serta dikelola secara berkelanjutan.
Laporan ini merupakan “Laporan Akhir” yang disusun sebagai laporan ketiga
dari tiga tahap pelaporan pekerjaan “Kajian Desa Wisata di DIY”. Laporan akhir
ini di dalamnya memuat uraian mengenai pendahuluan, pendekatan, batasan
kajian desa wisata serta profil desa amatan yang menjadi dasar penyusunan
Instrumen standardisasi/guidelines desa wisata sebagai paduan pengembangan
sebuah kampung/desa untuk menjadi desa wisata, analisis, instrumen
standarisasi/ guidelines pengembangan desa wisata serta strategi dan program
pengembangan desa wisata. Sekaligus studi kasus penerapan program pada desa
wisata Pentingsari.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
Laporan Akhir
Kajian Pengembangan Desa Wisata di DIY
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Gambar vi
1.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1–1
2.
ii
BAB 2
BATASAN KAJIAN DESA WISATA
2.1. Pengertian Wisata Pedesaan dan Desa Wisata 2–1
2.6.2. Aksesibilitas 2 – 19
2.6.3. Fasilitas 2 – 20
3.
BAB 3
PROFIL DESA WISATA AMATAN
3.1. Batasan Lingkup Amatan 3–1
iii
3.2.2.1. Desa Wisata Nglanggeran 3 – 19
4.
BAB 4
PENDEKATAN PENGEMBANGAN DESA WISATA
4.1. Pendekatan Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable
Tourism Development) 4–1
iv
5.
BAB 5
ANALISIS PENGEMBANGAN DESA WISATA
6.
BAB 6
INSTRUMEN STANDARISASI/ GUIDELINES
PENGEMBANGAN DESA WISATA
6.1. Instrrumen Dasar Pengembangan Desa Wisata 6–1
6.2.2. Berkembang 6 – 10
6.2.3. Maju 6 – 11
7.
BAB 7
PROGRAM IMPLEMENTASI BERDASAR TINGKAT
PERKEMBANGAN
7.1. Strategi Pengembangan 7–1
8.
BAB 8
MONITORING DAN EVALUASI
8.1. Tujuan dan Sasaran 8–1
v
9.
BAB 9
STUDI KASUS – DESA WISATA PENTINGSARI
9.1. Justifikasi Pemilihan 9–1
10.
BAB 10
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
10.1. Kesimpulan 10 – 1
10.2. Rekomendasi 10 – 3
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Contoh Desa Wisata Candirejo di kawasan
1–7
Borobudur, Jawa Tengah
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Pengelompokkan SDM pariwisata 3 - 34
11.
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
KAJIAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA DI DIY
Laporan Akhir 1 - 0
1.1. LATAR BELAKANG
Laporan Akhir 1 - 1
yang integrated dan saling menguntungkan (simbiosis mutualisme).
Namun, sesuai hukum pasar, suatu destinasi harus mengerti benar
kaidah dan permasalahan pasar. Kepercayaan, adalah kata kunci
bila akan bergerak dibidang jasa. Berbagai bidang jasa saling
berhubungan erat dalam Industri Pariwisata seperti perbankan,
money changer, jasa tranportasi, pertanian dan perkebunan (agro
wisata), dan masih banyak lagi. Persaingan, perjanjian,
penghindaran klaim, proteksi, inteljen bisnis dilakukan oleh para
pelaku dan pengelola pariwisata. Dia harus mengenal siapa
konsumennya, kompetitornya dan potensinya sehingga destinasi
tersebut dapat mengerti posisi dan kemampuannya dalam
mempengaruhi pasar. Analisa komprehensif terhadap keinginan
konsumen diperlukan untuk mengetahui varian dan kualitas produk
yang diinginkan atau laku Dijual. Kualitas dan bauran
(keanekaragaman) produk yang dihasilkan, merupakan cermin
kemampuan produsen. Kemampuan produsen merupakan output
dari proses pembinaan dan pembelajaran. Pemberdayaan
masyarakat dengan model atur diri sendiri dibarengi dengan
kualitas dan bauran produksi signifikan serta ketergantungan
penghidupan pada kelestrian destinasi, merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan ekonomi rakyat, utamanya disekitar destinasi.
Kualitas, validitas, ketersediaan dan menejemen data merupakan
hal terpenting dalam upaya untuk mengerti terhadap kemampuan
diri sendiri dan kemampuan pesaing. Output Perencanaan (solusi)
yang tepat hanya akan diperoleh apabila masukan (data) tentang
permasalahan dapat diperoleh dengan cepat dan tepat.
Pariwisata sering dipersepsikan sebagai wahana untuk
meningkatkan pendapatan, terutama meningkatkan pendapatan
pemerintah, khususnya pendapatan devisa, sehingga
perkembangannya lebih bersifat ekonomi-sentris dan berorientasi
pada pertumbuhan. Karena jumlah pendapatan devisa ditentukan
oleh jumlah kunjungan, pengeluaran, dan lama kunjungan
wisatawan ke negara destinasi, maka tolok ukur keberhasilan
pengembangan pariwisata sering dinilai dengan pencapaian target :
a. Jumlah kunjungan wisatawan
Laporan Akhir 1 - 2
b. Pengeluaran wisatawan (expenditures)
c. Lama tinggal wisatawan (lengh of stay)
(Renstra Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata Nasional tahun
2005 – 2009)
WTO (World Tourism Organization) memprediksi bahwa
pertumbuhan Industri Pariwisata Dunia (travel Industry) adalah 4,2%
pertahun dalam jangka waktu 10 tahun (2000 s/d 2010). Tingkat
pertumbuhan terbesar akan dimiliki oleh beberapa negara
dikawasan Asia. Optimisme yang sama disampaikan oleh World
Travel & Tourism Council (WWTC) yang menyatakan bahwa :”
Disadari atau tidak, Kepariwisataan dunia akan menjelma menjadi
‘Mega Industri’ dan diperkirakan akan menjadi salah satu penggerak
utama perekonomian di abad 21”. WWTC juga memprediksikan
Industri pariwisata akan menggerakkan antara 850 juta hingga 1
miliar wisatawan mancanegara di seluruh dunia pada tahun 2005.
Bahkan, melihat tren perkembangan pariwisata tahun 2020,
perjalanan wisata dunia akan mencapai 1,6 milyar orang, 438 juta
orang akan berkunjung ke kawasan Asia-pasifik dan 100 juta ke
Cina.
Pada tahun 2002, pengeluaran wisatawan internasional di seluruh
dunia mencapai US$ 474 miliar, dimana US$ 94,7 miliar diantaranya
diterima oleh negara-negara di kawasan Asia-Pasifik (WTO,2003).
Dengan perolehan US$ 4,496 miliar pada tahun 2002, penerimaan
devisa Indonesia baru mewakili 0,95% dari pengeluaran wisatawan
dunia. Indonesia diperkirakan akan dikunjungi oleh 10 juta orang
wisatawan pada tahun 2009 dengan perolehan devisa (diperkirakan)
sebesar US$ 10 miliar.
Laporan Akhir 1 - 3
negara. Destinasi Pariwisata yang dibentuk oleh serangkaian
komponen produk, wilayah dan citra atau karakter atraksi menjadi
fokus penting dalam pengembangan kepariwisataan, khususnya
dalam mengembangkan keunggulan banding dan keunggulan saing
dalam berkompetisi untuk menarik pasar wisatawan regional
maupun internasional.
Dalam konteks Indonesia, pengembangan destinasi pariwisata masih
mengalami sejumlah kendala dan hambatan, baik dari manajemen
produk wisata yang dikembangkan didalamnya, maupun koordinasi
dan dukungan sektoral yang masih terbatas serta koordinasi lintas
wilayah/ daerah yang belum bisa berjalan efektif karena ego/
semangat kedaerahan.
Di lain pihak, perkembangan pariwisata dan tren pasar dunia
semakin menuntut pengembangan dan pengelolaan destinasi
pariwisata yang mampu memberikan daya tarik yang atraktif,
manajemen atraksi yang kreatif dan non konvensional, pengalaman
wisata dan pelayanan yang berkualitas serta berbagai kemudahan
dari segi akses informasi, aksesibilitas inter-regional maupun
kemudahan dan kenyamanan berwisata lainnya.
Dari dinamika perkembangan kepariwisataan nasional sangat
terlihat bagaimana implikasi sektor kepariwisataan terhadap
pembangunan ekonomi. Pariwisata sangat dipengaruhi oleh situasi
dan kondisi perekonomian. Dengan ekonomi yang maju pariwisata
akan berkembang karena didukung oleh kesejahteraan penduduk
dan fasilitas daerah tujuan wisata yang memadai. Hal sebaliknya
juga dapat terjadi yaitu pariwisata dapat mendorong perekonomian
regional dan nasional. Kegiatan pariwisata akan menimbulkan
demand akan barang dan jasa yang selanjutnya akan merangsang
pertumbuhan produksi.
Pengembangan destinasi pariwisata memiliki keterkaitan lintas
sektor yang mampu membuka peluang investasi sangat luas. Sektor
pariwisata bukanlah sektor yang berdiri sendiri, tetapi merupakan
industri multi sektor. Karena itu maka dampak ekonomi yang
ditimbulkan pariwisata juga berdimensi multi sektor. Dampak
ekonomi tersebut dapat berupa pertumbuhan industri/usaha yang
Laporan Akhir 1 - 4
terkait dengan pariwisata atau industri/usaha yang berkarakteristik
pariwisata, peningkatan pendapatan penduduk, kesempatan kerja
dan investasi.
Sektor pariwisata berkaitan secara langsung dan tak langsung
dengan berbagai sektor perekonomian yang memproduksi barang-
barang dan jasa-jasa yang sebagian atau seluruhnya dikonsumsi
oleh wisatawan, baik itu wisatawan mancanegara maupun
wisatawan nusantara. Dengan demikian berarti pertumbuhan sektor
pariwisata dapat dianggap sebagai pendorong laju pertumbuhan
sektor-sektor lain termasuk pertanian. Dampak ekonomis pariwisata
yang lintas sektor ini bahkan juga melintas multi sektor dalam
bentuk pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan investasi.
Sistem keterkaitan produk dan jasa layanan dalam kegiatan
kepariwisataan akan melibatkan unsur-unsur jaringan maskapai
penerbangan, tranportasi, jaringan hotel, biro-biro perjalanan,
industri jasa boga dan berbagai jasa terkait lainnya dari seluruh
dunia.
Laporan Akhir 1 - 5
Bercermin kepada pola konsumsi wisatawaan terutama
mancanegara maka dewasa ini banyak bermunculan wisatawan
minat khusus yang orientasinya tidak lagi terbelenggu oleh
keindahan alam semata tetapi lebih kepada suatu interaksi baik
terhadap budaya, masyarakat maupun alam setempat. Effektifitas
dan wujud dari interaksi yang maksimal dapat direalisasikan melalui
keunikan suatu kawasan. Terutama jika dikawasan tersebut ditemui
hal– hal yang tidak lazim dan berbeda dari kesehariam wisatawan
tersebut. Keunikan tersebut dapat tertuang dalam suatu bentuk
kebiasaan, aktivitas sehari-hari, ritual serta pola hidup yang
harmonis dengan alam. Berlandaskan semangat untuk meningkatkan
taraf kehidupan masyarakat serta menyikapi keinginan wisatawan
untuk mencari sesuatu hal yang baru, eksotisme, maka konsep desa
wisata merupakan salah satu sarana untuk menyatukan kedua
elemen tersebut.
Adanya trend atau kecenderungan yang signifikan pada dua dekade
terakhir ini, yaitu segmen pasar wisata minat khusus memberikan
pengaruh kepada perkembangan desa wisata. Wisatawan dengan
berbagai motivasi melakukan perjalanan wisata ke desa wisata
untuk bisa menikmati kehidupan masyarakat, berinteraksi secara
aktif dalam berbagai aktivitas di lokasi desa wisata dan juga belajar
kebudayaan lokal setempat. Atraksi yang ada pada desa wisata
akan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pola kunjungan
wisatawan di desa wisata. Beberapa desa wisata seperti Candirejo
di kawasan Borobudur dan desa wisata Karangbanjar di Purbalingga
menawarkan suasana dan aktivitas pedesaan yang dikemas dalam
bentuk paket wisata. Menurut Daldjoeni (1998), setiap desa akan
memiliki geographical setting dan human effort yang berbeda-beda
satu dengan lainnya. Hal ini akan mempengaruhi strategi
masyarakat sebagai host community dalam memanfaatkan potensi
yang ada untuk dikemas sebagai atraksi yang menarik bagi
wisatawan. Wisatawan memiliki preferensi tertentu dengan atraksi
yang disajikan sehingga atraksi harus dikembangkan dan dikelola
sesuai dengan potensi desa sehingga mampu memenuhi apa yang
diharapkan oleh wisatawan.
Laporan Akhir 1 - 6
Gambar 1.1.
Laporan Akhir 1 - 7
dianggap mampu meminimalkan potensi urbanisasi masyarakat dari
pedesaan ke perkotaan dikarenakan mampu menciptakan aktifitas
ekonomi di wilayah pedesaan yang berbasis pada kegiatan
pariwisata (ekonomi pariwisata). Daya produktif potensi lokal
termasuk didalamnya adalah potensi-potensi wilayah pedesaan akan
dapat didorong untuk tumbuh dan berkembang dengan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh desa, sehingga akan
dapat menjadi instrumen yang efektif dalam mendorong
pengembangan bidang sosial budaya dan ekonomi masyarakat
pedesaan. Lebih lanjut, akan dapat didorong berbagai upaya untuk
melestarikan dan memberdayakan potensi keunikan berupa budaya
lokal dan nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) yang ada di
masyarakat yang cenderung mengalami ancaman kepunahan akibat
arus globalisasi yang sangat gencar dan telah memasuki wilayah
pedesaan.
Sejalan dengan mengemukanya agenda pembangunan pariwisata
berkelanjutan (sustainable tourism development) sebagai respon
atas kepedulian yang semakin tinggi akan lingkungan, serta nilai
manfaat pariwisata bagi masyarakat, maka dalam konteks
pengembangan kepariwisataan muncul konsep wisata alternatif
(alternative tourism) sebagai bentuk penyeimbang atas dominannya
perkembangan wisata massal (mass tourism) dalam ranah
pengembangan produk kepariwisataan.
Salah satu bentuk wisata alternatif yang menyentuh langsung
kepada masyarakat dan secara signifikan dapat mengurangi
kecenderungan fenomena urbanisasi masyarakat dari desa ke kota
adalah pengembangan wisata pedesaan (village tourism)
yangberbasis pada pemanfaatan potensi desa dengan segala entitas
masyarakat, alam, dan budaya yang ada di dalamnya sebagai
kekuatan daya tarik wisata.
Lebih darisatu dekade terakhir, pengembangan wisata pedesaan
dan desa wisata berjalan begitu pesat dan menyebar di hampir
seluruh wilayah provinsi di Indonesia, terlebih dengan adanya
dorongan program PNPM Mandiri Pariwisata, banyak desa wisata
baru bermunculan diberbagai daerah yang mencoba untuk
Laporan Akhir 1 - 8
menangkap peluang perkembangan kepariwisataan serta minat
pasar untuk mencari destinasi wisata alternatif diluar destinasi-
destinasi populer yang sudah banyak dikenal dalam konteks wisata
massal (mass tourism) dan wisata konvensional.
Laporan Akhir 1 - 9
semua pihak, serta memberi manfaat yang signifikan bagi seluruh
masyarakat desa melalui tumbuh dan berkembangnya ekonomi
pariwisata berbasis pemberdayaan masyarakat.
Pengembangan sebuah desa wisata memerlukan kajian sehingga
dampak dari pengembangan kegiatan kepariwisataan di kawasan
pedesaan dapat dikontrol, diantaranya melalui pengembangan skala
terbatas (small scale development), dengan memperhatikan faktor
daya dukung (carrying capacity) dan keberlangsungan
(sustainability) serta dapat memberikan manfaat ekonomi baik
secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat desa.
Oleh karenanya, pengembangan suatu desa wisata perlu menitik-
beratkan pada pentingnya pemberdayaan masyarakat melalui
Community Based Tourism.
1.2.1. TUJUAN
Tujuan dari kegiatan Kajian Pengembangan Desa Wisata di DIY
adalah:
1. Meningkatkan pemberdayaan masyakat lokal dalam pariwisata,
khususnya dalam konsep desa wisata berbasis alam dan ekonomi
kreatif
2. Membangun sektor pariwisata sebagai salah satu pilar utama
pembangunan perekonomian Yogyakarta yang berkelanjutan
3. Memetakan potensi dan permasalahan desa wisata Yogyakarta
sebagai media edukasi, pariwisata dan peningkatan sosial
ekonomi masyarakat pedesaan.
Laporan Akhir 1 - 10
1.2.2. SASARAN
Sasaran dari kegiatan Kajian Pengembangan Desa Wisata di DIY
adalah:
1. Tersusunnya dokumen pemetaan potensi desa wisata
Yogyakarta sebagai media edukasi, pariwisata dan peningkatan
sosial ekonomi masyarakat pedesaan
2. Tersusunnya dokumen klasifikasi desa wisata yang sesuai
dengan tipologi desa-desa wisata sehingga program
pengembangan desa wisata DIY dapat tepat sasaran dan sesuai
dengan kondisi desa wisata tersebut
3. Meningkatnya pemberdayaan masyakat lokal dalam pariwisata
Laporan Akhir 1 - 11
b. Analisis lingkungan eksternal, mencakup analisis dinamika
eksternal baik dalam konteks paradigma, regulasi atau
kesepakatan global/ internasional, tren dan aspek-aspek
lain yang berkaitan langsung dan tak langsung terhadap
konteks pengembangan desa wisata
D. Isu-isu strategis sebagai dasar perencanaan dan pengembangan
desa wisata di DIY
E. Instrumen standardisasi/guidelines desa wisata sebagai paduan
pengembangan sebuah kampung/desa untuk menjadi desa
wisata, yang mencakup di dalamnya:
a. Instrumen daya tarik wisata
b. Instrumen aksesibilitas/ transportasi
c. Instrumen fasilitas pariwisata
d. Instrumen pemberdayaan masyarakat
e. Instrumen pemasaran dan promosi
f. Instrumen Kelembagaan dan SDM
Laporan Akhir 1 - 12
1.4. ALUR PIKIR
Laporan Akhir 1 - 13
BAB 2
BATASAN KAJIAN
DESA WISATA
KAJIAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA DI DIY
Usulan Teknis - 0
2.1. PENGERTIAN WISATA PEDESAAN DAN DESA WISATA
A. Pengertian
Laporan Akhir 2 - 1
remote villages and learn about village life and the local
environment. Terjemahan bebas : Wisata pedesaan dimana
sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam atau dekat
dengan suasana tradisional, sering di desa-desa yang
terpencil dan belajar tentang kehidupan pedesaan dan
lingkungan setempat.
Laporan Akhir 2 - 2
khas, adat istiadat dan tradisi budaya, seni
kerajinan dan kesenian tradisional, dsbnya).
Laporan Akhir 2 - 3
Potensi SDM lokal Memiliki dukungan ketersediaan sumber daya
yang mendukung manusia (SDM) lokal yang cukup dan memadai untuk
mendukung pengelolaan desa wisata. Hal tersebut
sangat penting dan mendasar karena pengembangan
desa wisata dimaksudkan untuk memberdayakan
potensi SDM setempat sehingga mampu meningkatkan
kapasitas dan produktifitasnya secara ekonomi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan
melalui bidang-bidang yang dimilikinya. Dengan
demikian dampak positif pengembangan pariwisata di
desa tersebut akan dapat dirasakan langsung
masyarakat setempat, dan bukannya pihak lain.
Peluang akses Potensi dasar yang dimiliki oleh suatu desa untuk
terhadap pasar
menjadi desa wisata selanjutnya perlu didukung
wisatawan
dengan faktor peluang akses terhadap akses pasar.
Faktor ini memegang peran kunci, karena suatu desa
yang telah memiliki kesiapan untuk dikembangkan
sebagai desa wisata tidak ada artinya manakala tidak
memiliki akses untuk berinteraksi dengan pasar/
wisatawan. Oleh karena itu kesiapan desa wisata harus
diimbangi dengan kemampuan untuk membangun
jejaring pasar dengan para pelaku industri pariwisata,
dengan berbagai bentuk kerjasama dan pengembangan
media promosi sehingga potensi desa tersebut muncul
dalam peta produk dan pemaketan wisata di daerah,
regional, nasional maupun inernasional. Sedemikian
sehingga dapat dijaring peluang kunjungan wisatawan
ke desa tersebut.
Laporan Akhir 2 - 4
Memiliki alokasi ruang/ area untuk pengembangan
fasilitas pendukung wisata pedesaan, seperti :
akomodasi/ homestay, area pelayanan umum, area
kesenian dan lain sebagainya. Hal tersebut sangat
Ketersediaan area/
ruang untuk penting dan mendasar karena aktifitas wisata
pengembangan pedesaan akan dapat berjalan baik dan menarik
fasilitas
apabila didukung dengan ketersediaan fasilitas
pendukung wisata
pedesaan. penunjang yang memungkinkan wisatawan dapat
tinggal, berinteraksi langsung dengan masyarakat
lokal, dan belajar mengenai kebudayaan setempat,
kearifan lokal dan lain sebagainya.
Gambar 2.1.
Tipologi Desa Wisata
Laporan Akhir 2 - 5
Gambaran tipologi desa wisata tersebut, selanjutnya dapat
diuraikan sebagai berikut:
Laporan Akhir 2 - 6
Yaitu wilayah pedesaan yang memiliki keunikan dan daya tarik
sebagai tujuan wisata melalui keunikan aktifitas ekonomi
kreatif yang tumbuh dan berkembang dari kegiatan industri
rumah tangga masyarakat local, baik berupa kerajinan,
maupun aktifitas kesenian yang khas.
Laporan Akhir 2 - 7
2.3. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN DESA WISATA
Laporan Akhir 2 - 8
desa tersebut sehingga dapat mencerminkan kelokalan dan
keaslian wilayah setempat. Bahan-bahan/material yang
digunakan untuk bangunan rumah, interior, peralatan
makan/minum dan fasilitas lainnya hendaknya memberikan
nuansa yang alami dan menggambarkan unsur kelokalan dan
keaslian. Bahan-bahan seperti kayu, gerabah, bambu dan sirap
serta material alami lainnya hendaknya mendominasi suasana,
sehingga menyatu dengan lingkungan alami sekitarnya.
Penggunaan bahan-bahan tersebut selain meningkatkan daya
tarik desa yang bersangkutan juga sesuai dengan konsep dasar
lingkungan.
Laporan Akhir 2 - 9
e. Memperhatikan Daya Dukung dan Daya Tampung serta
Berwawasan Lingkungan.
Laporan Akhir 2 - 10
2.4. MODEL PENGEMBANGAN DESA WISATA
3) Interaksi Langsung
Laporan Akhir 2 - 11
Wisata di Koanara, Flores. Desa wisata yang terletak di
daerah wisata Gunung Kelimutu ini mempunyai aset wisata
budaya berupa rumah-rumah tinggal yang memiliki arsitektur
yang khas. Dalam rangka mengkonservasi dan
mempertahankan rumah-rumah tersebut, penduduk desa
menempuh cara memuseumkan rumah tinggal penduduk yang
masih ditinggali. Untuk mewadahi kegiatan wisata di daerah
tersebut dibangun juga sarana wisata untuk wisatawan yang
akan mendaki Gunung Kelimutu dengan fasilitas berstandar
resor minimum dan kegiatan budaya lain.
Laporan Akhir 2 - 12
2.5. PRINSIP PENGEMBANGAN DESA WISATA
Laporan Akhir 2 - 13
kreatif, inovatif, dan kooperatif. Tidak semua kegiatan pariwisata
yang dilaksanakan di desa adalah benar-benar bersifat desa wisata,
oleh karena itu agar dapat menjadi pusat perhatian pengunjung,
desa tersebut pada hakikatnya harus memiliki hal yang penting,
antara lain:
1) Daya tarik wisata alam adalah daya tarik wisata yang berupa
keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam.Daya tarik
wisata alam selanjutnya dapat dijabarkan, meliputi:
Laporan Akhir 2 - 14
a) Daya tarik wisata alam yang berbasis potensi
keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam di wilayah
perairan laut, yang berupa antara lain :
Laporan Akhir 2 - 15
gunung Rinjani, TN Komodo,
TN Bromo – Tengger –
Semeru, dsbnya).
Laporan Akhir 2 - 16
monumen), museum, kota
tua, dan sejenisnya. Contoh
: Candi Borobudur, Keraton
Kasunanan Surakarta,
Komplek Trowulan,
Monumen Tugu Pahlawan,
Museum Nasional, Kuta Tua
Jakarta – Sunda Kelapa,
dsbnya.
perkampungan tradisional
dengan adat dan tradisi
budaya masyarakat yang
khas; (misalnya: kampung
Naga, perkampungan suku
Badui, desa Sade, desa
Penglipuran)
Laporan Akhir 2 - 17
Kesenian; contoh : kesenian
angklung, kesenian sasando,
kesenian reog, dsb.
fasilitas peristirahatan
terpadu (integrated resort);
yaitu kawasan
peristirahatan dengan
komponen pendukungnya
yang membentuk kawasan
terpadu; misalnya :kawasan
Nusa Dua resort, kawasan
Laporan Akhir 2 - 18
Tanjung Lesung, dan
sebagainya.
2.6.2. AKSESIBILITAS
Laporan Akhir 2 - 19
3) Durasi Waktu & Aktifitas
Laporan Akhir 2 - 20
bank/money changer, rest area, dan
sebagainya.
Laporan Akhir 2 - 21
Pentingnya pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan digaris
bawahi oleh Murphy (1988), yang memandang bahwa
pengembangan kegiatan pariwisata merupakan “kegiatan yang
berbasis komunitas”, yaitu bahwa sumber daya dan keunikan
komunitas lokal baik berupa elemen fisik maupun non fisik (tradisi
dan budaya) yang melekat pada komunitas tersebut merupakan
unsur penggerak utama kegiatan pariwisata itu sendiri; di lain pihak
komunitas lokal yang tumbuh dan hidup berdampingan dengan
suatu objek wisata tidak dapat dipungkiri sebenarnya telah menjadi
bagian dari sistem ekologi yang saling kait mengkait.
Laporan Akhir 2 - 22
kesejahteraan masyarakat. Hasil yang lebih berkelanjutan akan
dicapai jika masyarakat diberikan kepercayaan agar dapat
menentukan proses pembangunan yang dibutuhkan oleh mereka
sendiri. Masyarakat dapat menganalisa masalah dan peluang yang
ada serta mencari jalan keluar sesuai sumber daya yang mereka
miliki. Masyarakat sendiri yang membuat keputusan dan rencana,
mengimplementasikan serta mengevaluasi keefektifan kegiatan
yang dilakukan. Peran dari pemerintah dan lembaga lain sebatas
mendukung dan memfasilitasi.
Gambar 2.2.
Skema Upaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat
Laporan Akhir 2 - 23
Memutuskan tindakan yang harus dilaksanakan (peningkatan
kemampuan masyarakat berorganisasi dalam skala kelompok dan
menjadi mitra pemerintah dalam pembangunan desa/ kelurahan).
Laporan Akhir 2 - 24
4. Mengurangi ketergantungan;
Laporan Akhir 2 - 25
Gambar 2.3.
Aspek Keterlibatan Masyarakat dalam Konsep Pemberdayaan
Laporan Akhir 2 - 26
2.6.5. PEMASARAN DAN PROMOSI
a. Segmentasi geografis
b. Segmentasi demografis
Laporan Akhir 2 - 27
dan keinginan konsumen paling sering dipengaruhi oleh
variabel-variabel demografis ini.
c. Segmentasi psikografis
Laporan Akhir 2 - 28
2. Pencitraan Desa Wisata dan Media Komunikasi Pemasaran
a. Slogan (Branding)
Laporan Akhir 2 - 29
Gambar 2.4.
Skema Proses Pembentukan Branding
Sumber: Tourist Destination Image, Risk De Keyser, 1993
Laporan Akhir 2 - 30
2.6.6. KELEMBAGAAN DAN SDM
A. Aspek Kelembagaan
a. Organisasi Pemerintah
c. Organisasi Swasta
d. Organisasi Masyarakat
Laporan Akhir 2 - 31
e. Regulasi dan Mekanisme Operasional di Bidang
Kepariwisataan
Laporan Akhir 2 - 32
kondisi yang selaras. Tiga elemen good regulation governance
yang dirancang untuk memaksimumkan efisiensi dan efektivitas
regulasi didasarkan pada pendekatan terpadu yang saling
sinergi, yaitu: (1) adopsi kebijakan regulasi pada tingkat politis,
(2) alat kontrol kualitas regulasi, dan (3) kapasitas manajemen
regulasi yang berkelanjutan melalui kelembagaan. Sehingga
diharapkan dapat menghasilkan regulasi yang berdampak positif
terhadap semua stakeholders. Diharapkan tidak ada lagi
regulasi yang tumpang tindih (overlapping), meningkatnya
persepsi positif dunia usaha terhadap regulasi pemerintah dan
terciptanya iklim investasi yang mendukung dalam
kelembagaan, serta berkembangnya kegiatan ekonomi daerah
dan nasional.
B. Aspek SDM
c. Institusi Swasta
Laporan Akhir 2 - 33
Tabel 2.1.
Pengelompokkan SDM pariwisata
TINGKATAN
NO SDM PARIWISATA KETERANGAN
KOMPETENSI
Laporan Akhir 2 - 34
BAB 3
PROFIL DESA
WISATA AMATAN
KAJIAN PENGEMBANGAN
Laporan Pendahuluan 4 - 0
3.1. BATASAN LINGKUP AMATAN
Laporan Akhir 3 - 1
mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menentukan pola
Kajian Desa Wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Laporan Akhir 3 - 2
3.2. PROFIL DESA WISATA AMATAN
Gambar 3.1.
Peta Administratif Daerah Istimewa Yogyakarta
Laporan Akhir 3 - 3
Secara astronomis Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 7.33° -
8.12° Lintang Selatan dan 110° - 110.50° Bujur Timur. Adapun batas-batas
wilayahnya sebagai berikut :
Dengan luas wilayah 3.185,80 km² atau 0,17 dari luas wilayah Indonesia,
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi terkecil setelah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, dan secara administatif meliputi 4 kabupaten dan 1
kota, yaitu :
Tabel 3.1.
Luas Wilayah, Ketinggian, dan Jarak Lurus ke Ibukota Provinsi menurut
Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta
Laporan Akhir 3 - 4
Gambar 3.2.
Peta
Sebaran
Desa
Wisata di
DIY
Laporan Akhir 3 - 5
Gambar 3.3.
Peta
Sebaran
Desa Wisata
Amatan
Laporan Akhir 3 - 6
3.2.1. DESA WISATA BERBASIS KEUNIKAN SUMBER DAYA BUDAYA LOKAL
A. Daya Tarik
a. Wisata Tani
Desa Wisata Kebon agung memiliki daya tarik sebagai desa wisata
tani, dimana kegiatan wisatawan mengamat dan ikut merasakan
cara membajak sawah, menanam padi, menyemprot, memanen,
menumbuk padi dengan lesung, serta menanak nasi secara
tradisional. Selain itu, wisatawan juga dapat merasakan meng-
angon atau mengembala bebek dan cara berternak sapi.
Laporan Akhir 3 - 7
b. Wisata Air
Wisata ini merupakan salah satu paket wisata yang dapat dinikmati
wisatawan. Keberadaan Bendungan Tegal yang membendung aliran
Kali Opak menjadi daya tarik utama dari wisata ini. Di tempat ini
para wisatawan dapat menikmati pemandangan sambil berwisata
air dengan menggunakan perahu naga. Selain itu, wisatawan juga
dapat menyaksikan para penggemar olahraga dayung melakukan
latihan serta lomba perahu aga yang sering digelar ditempat ini.
c. Wisata Budaya
1) Kenduri, yaitu suatu kegiatan yang biasa dilakukan
masyarakat setempat untuk merayakan atau memperingati
momen-momen tertentu seperti perayaan selamatan
menempati rumah baru, upacara tujuh bulanan bagi ibu
hamil, serta doa atau tahlilan kematian.
2) Wiwit atau labuh, yaitu upacara pemberian sesajen berupa
hasil pertanian sebagai ungkapan rasa syukur atas segala
karunia yang diberikan Tuhan Yang Mahakuasa kepada
seluruh warga sekaligus sebagai pengharapan agar mereka
mendapat keselamatan dan kedamaian dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, termasuk permohonan kesuburan atas
tanaman mereka.
3) Wisata kesenian daerah, wisatawan yang berkunjung ke
Desa Kebon Agung selain menikmati berbagai pertunjukkan
Laporan Akhir 3 - 8
seni juga dapat belajar cara menabuh gamelan serta
tembang-tembang yang sering dilantunkan oleh masyarakat
setempat misalnya :seni karawitan/gamelan, macapat,
solawatan/ shalawatan, jathilan/kuda kepang dan gejok
lesung.
Salah satu paket wisata yang ditawarkan Desa Kebon Agung ini
adalah belajar membuat kerajinan dari desa ini antara lain : tatah
sungging, natik tulis, batik keramik, batik topeng kayu dan wisata
kuliner.
Laporan Akhir 3 - 9
e. Wisata Museum
B. Aksesibilitas
Laporan Akhir 3 - 10
C. Fasilitas
D. Pemberdayaan Masyarakat
Laporan Akhir 3 - 11
E. Pemasaran dan Promosi
Laporan Akhir 3 - 12
3.2.1.2. Desa Wisata Tanjung
A. Daya Tarik
Rumah Joglo atau yang lebih dikenal dengan nama Joglo Tanjung
merupakan joglo tertua dan masih memiliki bentuk aslinya
meskipun telah beberapa kali di renovasi. Bahkan beberapa
diantaranya masih asli, seperti : sentong, gandok kiwo-tengen, dan
gebyok yang merupakan bangunan 9 X 10 meter dengan rangka dari
kayu nangka. Relief gaya kuno menghiasi pada tiang dan dinding
bagian dalam Joglo Tanjung ini.
Laporan Akhir 3 - 13
B. Aksesibilitas
C. Fasilitas
Home stay yang ditawarkan berupa rumah joglo yang telah berusia
± 200 tahun. Untuk berkunjung ke desa ini, pengunjung dikenakan
biaya Rp. 40.000,-/hari sudah termasuk makan 3 kali sehari. Untuk
biaya pelatihan seperti membatik dan kesenian tradisional,
pengunjung dikenakan biaya tambahan masing - masing Rp.
20.000,-/orang/2 jam untuk belajar membatik dan Rp. 5.000,-
/orang/2 jam untuk belajar kesenian tari tradisional.
D. Pemberdayaan Masyarakat
Laporan Akhir 3 - 14
E. Pemasaran dan Promosi
Laporan Akhir 3 - 15
Jalan Suryotomo dan Jalan Los Pasar Beringharjo. Sejak 200 tahun
yang lalu daerah ini menjadi tempat masyarakat Tionghoa tinggal
dan mencari nafkah, sehingga diakui sebagai kawasan Pecinan kota
Jogja. Kampung Ketandan lahir pada akhir abad 19, sebagai pusat
permukiman orang Cina pada jaman Belanda. Pemerintah Belanda
kemudian menerapkan aturan pembatasan pergerakan
(passentelsel) serta membatasi wilayah tinggal Tionghoa
(wijkertelsel). Tetapi dengan izin Sri Sultan Hamengku Buwono II,
warga Tionghoa tersebut tetap dapat menetap di tanah yang
terletak di utara Pasar Beringharjo ini, dengan maksud turut
memperkuat aktivitas perdagangan dan perekonomian masyarakat.
A. Daya Tarik
Laporan Akhir 3 - 16
tercermin pada arsitektur bangunan akulturasi budaya Cina dengan
kebudayaan Jawa.
B. Aksesibilitas
C. Fasilitas
Laporan Akhir 3 - 17
becak yang siap mengantar para wisatawan jalan-jalan melihat
suasana kampung Ketandan dan Malioboro.
Laporan Akhir 3 - 18
3.2.2. DESA WISATA BERBASIS KEUNIKAN SUMBER DAYA ALAM
Laporan Akhir 3 - 19
pemerintah kabupaten Gunungkidul bersama pihak akademisi pada
tanggal 8 Oktober tahun 2010.
A. Daya Tarik
Laporan Akhir 3 - 20
B. Aksesibilitas
C. Fasilitas
Laporan Akhir 3 - 21
Pengunjung dapat menikmati fasilitas berbagai kegiatan luar ruang,
seperti rock climbing dengan 28 jalur, trekking, dan pengenalan
budaya daerah Nglanggeran
D. Pemberdayaan Masyarakat
Laporan Akhir 3 - 22
3.2.2.2. Desa Wisata Ketingan
Salah satu desa wisata yang ada di Kabupaten Sleman adalah Desa
Wisata Ketingan atau sering juga disebut dengan desa wisata
burung kuntul (bangau). Desa ini menjadi begitu istimewa karena
keberadaan koloni burung kuntul dan burung blekok yangberjumlah
ribuan. Setiap pagi, burung-burung tersebut akan terbang
berpencar meninggalkan desa menuju ke persawahan yang banyak
airnya untuk mencari makan. Saat menjelang senja, burung-burung
ini akan kembali ke Dusun Ketingan. Mereka akan bertengger dan
bersarang di pepohonan yang memang masih banyak terdapat di
Desa Ketingan.
Laporan Akhir 3 - 23
juga menawarkan paket wisata pembuatan jamu, bertani,
menyaksikan upacara daur hidup, serta kesenian gejog lesung.
A. Daya Tarik
Laporan Akhir 3 - 24
bertani, membuat jamu, gejog lesung, serta menyaksikan upacara
daur hidup. Wisatawan yang memilih paket liburan dengan belajar
bertani, wisatawan dapat mencoba menggarap tegal (ladang),
menanam padi, membajak sawah, atau memanen padi yang sudah
menguning.
Ritual khusus Merti Bumi yang digelar setahun sekali. Ritual ini
digelar sebagai bentuk ucapan syukur atas hasil bumi yang
melimpah. Dalam kegiatan ini warga Ketingan akan mengenakan
pakaian tradisional, kemudian berjalan mengelilingi desa sambil
membawa gunungan hasil bumi.
Laporan Akhir 3 - 25
B. Aksesibilitas
C. Fasilitas
D. Pemberdayaan Masyarakat
Laporan Akhir 3 - 26
serta berbagai macam kegiatan lain yang menunjang kegiatan
wisata di Dusun Ketingan.
Laporan Akhir 3 - 27
Masyarakat Nglinggo masih menjaga tradisi kehidupan Jawa dan
kesenian tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Para pengunjung
bisa tinggal bersama keluarga di rumah pedesaan termasuk terlibat
dalam aktivitas penderesan gula aren, memetik teh, kopi dan
memerah susu kambing Peranakan Etawa.
A. Daya Tarik
Laporan Akhir 3 - 28
Pesona wisata yang bisa menjadi paket kunjungan di Dusun Nglinggo
antara lain: Wisata trekking pedesaan (nuansa pedesaan &
panorama Menoreh/sunrise, air terjun Watu Jonggol, Watu Bentar,
Perkebunan teh), Wisata pertanian (proses pemetikan teh & kopi,
pembuatan minyak atsiri, peternakan kambing PE), Wisata budaya
penderesan gula aren, rumah pedesaan (joglo, kampung, dan
limasan)
B. Aksesibilitas
C. Fasilitas
Laporan Akhir 3 - 29
c. Pusat Informasi yang akan melayani wisatawan pengunjung Desa
Wisata Nglinggo setiap hari.
d. Kios – kios sebagai pusat jajanan yang menawaran makanan dan
minuman khas Kulon Progo
e. Area parkir.
D. Pemberdayaan Masyarakat
Desa Wisata Nglinggo hingga saat ini dikelola secara sinergis antara
Pemerintah Kabupaten Kulon (Pemkab) Kulon Progo dan masyarakat
desa secara swadaya. Keduanya saling bekerja sama untuk menjaga
keasrian dan kelestarian wilayah desa dengan berbagai program
pembangunan berbasis masyarakat, dengan model pengelolaan ini,
masyarakat diajak untuk ikut memiliki desa dengan harapan,
mereka akan menjaga keasrian dan kealamian lingkungan Desa
Nglinggo dan sekitarnya secara mandiri.
Laporan Akhir 3 - 30
3.2.3. DESA WISATA BERBASIS PERPADUAN KEUNIKAN SUMBER DAYA
BUDAYA DAN ALAM
A. Daya Tarik
a. Wisata Budaya
Selain dari Pasar dan Gudang Garam terdapat juga rumah kuno
berukuran 10 x 12 m berbentuk Sinom yang merupakan bekas
kecamatan Pakem Lama yang berada di sebelah timur pasar. Rumah
kuno ini dahulu merupakan pusat Kecamatan.
Laporan Akhir 3 - 31
Selain Bangunan bersejarah, di lokasi ini juga terdapat rumah yang
dahulu ditinggali oleh Sayuti Melik, penulis naskah Proklamasi
Kemerdekaan yang berada di dusun Kadisobo untuk mengenang
kembali sejarah perjuangan bangsa pada waktu itu untuk
memperoleh kemerdekaan.
Kerajinan yang ditonjoljkan dari desa wisata ini antara lain tunggak
bambu berupa kentongan dan bebek-bebekan sedang industri kecil
berupa pembuatan tempe dan slondok.
b. Wisata Alam
Laporan Akhir 3 - 32
makan spesial air tawar. Terdapat juga embung yang dapat
dimanfaatkan sebagai wisata tirta.
B. Aksesibilitas
Laporan Akhir 3 - 33
C. Fasilitas
a. Banyu Sumilir
1) Family Gathering
Laporan Akhir 3 - 34
2) Adventure Education Based Outdoor Activity
Program ini dibuat khusus bagi para pelajar mulai dari tingkat SD,
SMP, dan SMA yang menginginkan sebuah kegiatan wisata alam
selama sehari semalam dengan berbagai kegiatan outward bound
basic level. Program ini dikemas sebagai sarana untuk
meningkatkan komunikasi, toleransi, kerjasama (kekompakan)
Laporan Akhir 3 - 35
empat. Hal tersebut dikarenakan jalan menuju lokasi telah diaspal
meskipun transportasi umum tidak tersedia di lokasi ini.
b. Panggung Kesenian
Laporan Akhir 3 - 36
bahasa internasional. Masalah promosi ini juga merupakan salah
satu penghambat desa wisata Srowolan untuk mendatangkan tourist
dengan skala besar ke dusun tersebut.
Laporan Akhir 3 - 37
alam sebagai sajian wisata bagi pengunjung. Program-program yang
dirancang dan dibangun di desa wisata ini mengedepankan edukasi
atau pendidikan bagi anak-anak khususnya.
A. Daya Tarik
Laporan Akhir 3 - 38
Paket –paket wisata Desa Wisata Kembangarum antara lain:
Laporan Akhir 3 - 39
B. Aksesibilitas
C. Fasilitas
Laporan Akhir 3 - 40
rumah khusus dengan bangunan unik, dengan suasana udara yang
sejuk dan nyaman. Jadikan desa wisata kembangarum sebagi
tempat singgah sementara untuk keluarga, kehangatan,
kebersamaan dan pendidikan.
D. Pemberdayaan Masyarakat
Laporan Akhir 3 - 41
juga mencetak brosur kemudian disebarkan pada para tamu atau
koneksi.
lima orang tim kreatif yang terdiri dari Pak Marsaid, Pak Ngatiman,
Pak Muji, Pak Yuli dan Bu Jarwati. Tim ini menangani acara-acara
yang diinginkan oleh tamu. Tamu yang ingin beriwisata di desa ini
awalnya akan melakukan survey lalu reservasi ke kantor yang ada di
Sanggar Pratista. Dengan reservasi, pengelola Kembang Arum bisa
menyiapkan segala hal yang dibutuhkan oleh tamu secara maksimal
dan hampir semua keinginan tamu diakomodasi oleh pengelola.
Kemudian Pak Hery akan menyampaikan ini kepada tim kreatif yang
sudah terbentuk. Tim kreatif akan membuat anggaran untuk
akomodasi dan lain-lainnya untuk disampaikan kepada ketua RT dan
ibu-ibu PKK. Ketua RT membagi tugas warga untuk menjadi
pemandu di acara outbound dan sebagai guide wisata sedangkan
ibu-ibu PKK menyediakan masakan untuk wisata kulinernya. Sistem
pembagian keuntungan antara Sanggar Pratista dengan warga sudah
dimusyawarahkan di awal pendirian desa wisata. Jika ada tamu
yang datang, uang yang didapat dari tamu tersebut akan digunakan
untuk mengisi kas wisata yaitu sebesar 5000 rupiah per tamu. Kas
lain yang juga diisi adalah kas kumpulan bapak-bapak, kas PKK
serta infaq masjid. Warga yang terlibat membantu kegiatan
outbound juga akan mendapat fee sesuai dengan jam kerjanya.
Laporan Akhir 3 - 42
berhubungan langsung dengan tanah di sekeliling kelurahan
Umbulharjo sampai ke pelataran gunung Merapi. Dusun Pentingsari
terdiri dari dua dusun yaitu Bonorejo dan Pentingsari. Pentingsari
ditetapkan sebagai desa wisata pada tanggal 15 Mei 2008.
A. Daya Tarik
a. Pancuran Suci Sendangsari
b. Luweng
Laporan Akhir 3 - 43
c. Rumah Joglo
Rumah ini merupakan rumah adat di DIY dan Jawa Tengah. Rumah
Joglo berada di poros Desa Wisata Pentingsari, disamping
menampilkan karakteristik keindahan dan budaya di rumah Joglo
ini dapat digunakan sebagai tempat pertemuan, diklat, pentas seni
dan budaya
d. Wisata Alam
e. Batu Dakon
Batu dakon yang ada di Dewi berbeda dengan batu dakon pada
umunya yang biasa digunanakan untuk bermain anak-anak
,disamping memiliki nilai mistis batu dakon ini konon masih ada
kaitanya dengan obyek Luweng, batu ini dipercaya sebagai tempat
mengatur setrategi perang dan meramal nasip pada waktu
perjuangan mengusir penjajah Belanda.
f. Batu Persembahan
Laporan Akhir 3 - 44
g. Ponteng
h. Jalur Traking
B. Aksesibilitas
Untuk saat ini, belum ada transportasi umum yang dapt mencapai
kawasan Desa Pentingsari. Oleh karena itu, disarankan bagi para
wisatawan yang berkunjung untuk menggunakan kendaraan sewaan
jika ingin menyambangi desa wisata ini. Di Yogyakarta, mobil
sewaan bisa didapat dengan kisaran harga Rp.250.000 hingga
Rp.400.000, tergantung jenis mobil yang ingin disewa. Namun, bagi
pengunjung yang datang dari luar Yogyakarta, pengurus Desa Wisata
Pentingsari akan menyediakan sarana penjemputan di Bandara Adi
Sutjipto.
C. Fasilitas
Laporan Akhir 3 - 45
D. Pemberdayaan Masyarakat
Laporan Akhir 3 - 46
E. Pemasaran dan Promosi
Bagi pihak desa wisata permasalahan yang timbul yaitu dalam hal
pemasaran produknya ke masyarakat luas yang kurang cepat dan
kurang mudah. Sulitnya pelanggan yang berada diluar daerah dalam
melakukan pemesanan, sulitnya pelanggan dalam melihat atraksi
dan keunikan desa wisata menjadi bagian dari permasalahan bagi
desa wisata Pentingsari, sehingga dibutuhkan media yang efektif
dan efisien yang bisa menyebarkan informasi secara cepat dan
mudah, maka dibuatlah sistem pemasaran dan pemesanan berbasis
internet. Sedangkan untuk menjaring kunjungan tamu selain
bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman dan
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, juga dengan media cetak
(koran) dan elektronik (televisi), biro perjalanan dan sekolah-
sekolah unggulan baik di Yogyakarta maupun di Kota besar seperti
Jakarta dan Surabaya. Kerjasama juga dilakukan dengan kelompok
masyarakat sekitar seperti kelompok ternak sapi perah, kelompok
petani jamur, kelompok tani kopi Merapi dan sebagainya yang
berada di sekitar lereng Merapi.
Laporan Akhir 3 - 47
3.2.4. DESA WISATA BERBASIS KEUNIKAN AKTIFITAS EKONOMI KREATIF
Laporan Akhir 3 - 48
sejak pertengahan 1980-an masyarakat mulai bergeser menjadi
perajin. Kerajinan batik kayu dari Bobung sudah menembus dunia.
A. Daya Tarik
Laporan Akhir 3 - 49
bekerja di sektor kerajinan topeng dan batik kayu itu kini bukan
hanya menjadi milik petani. Seiring perjalanan waktu rasulan
menjadi syukuran sekitar 250 warga yang bekerja di sektor
kerajinan topeng dan batik kayu
B. Aksesibilitas
Laporan Akhir 3 - 50
C. Fasilitas
Fasilitas yang dimiliki oleh Desa Wisata Bobung ini juga relatif
lengkap. Fasilitas yang ada diantaranya adalah tempat parkir yang
luas dan kamar mandi umum. Wisatawan juga dapat menyaksikan
langsung proses pembuatan topeng - topeng kayu di bengkel kerja
para pengerajin. Lokasi tersebut juga dilengkapi dengan t ruang
gallery / ruang pameran dimana kita bisa melihat produk -produk
hasil kerajinan tangan para pengerajin. Tersedia juga home visit
yang diperuntukan bagi wisatawan yg ingin belajar membuat topeng
kayu.
D. Pemberdayaan Masyarakat
Laporan Akhir 3 - 51
3.2.4.2. Desa Wisata Kasongan
Laporan Akhir 3 - 52
mebuat gerabah perkakas untuk keperluan dapur ataupun mainan
untuk anak – anak. Berawal dari kegiatan seperti itulah kebiasaan
membuat gerabah dimulai.
A. Daya Tarik
Laporan Akhir 3 - 53
B. Aksesibilitas
C. Fasilitas
Laporan Akhir 3 - 54
D. Pemberdayaan Masyarakat
Laporan Akhir 3 - 55
3.2.4.3. Kampung Wisata Prawirotaman
Laporan Akhir 3 - 56
A. Daya Tarik
Laporan Akhir 3 - 57
B. Aksesibilitas
C. Fasilitas
D. Pemberdayaan Masyarakat
Laporan Akhir 3 - 58
E. Pemasaran dan Promosi
Laporan Akhir 3 - 59
3.3. ISU-ISU STRATEGIS TERKAIT PENGEMBANGAN DESA
WISATA
Laporan Akhir 3 - 60
monotoni atraksi sebagai ancaman serius bagi aktraktivitas desa-
desa wisata negeri tersebut. Pengelola desa wisata terlalu cepat
puas ketika rombongan wisatawan berkunjung dalam jumlah besar
dalam jangka pendek, kemudian tidak tahu ingin berbuat apa ketika
masa kunjungan berlalu. Hal ini diperburuk oleh program
pemasaran yang tidak tepat membidik sasaran. Tidak jarang juga
pengelola desa wisata cenderung menunggu pasar daripada proaktif
menyisir segmen pasar potensial.
Laporan Akhir 3 - 61
D. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) Pariwisata di Desa
Wisata
Laporan Akhir 3 - 62
terbatas, sedangkan penggunaan bahan baku asing sering
diutamakan di dalam pembangunan infrastruktur pariwisata, baik
karena alasan kepraktisan, maupun karena tututan citra modern.
Laporan Akhir 3 - 63
wisatawan, berpeluang untuk tidak menjangkau segmen penduduk
miskin.
Laporan Akhir 3 - 64
BAB
PENDEKATAN
4
PENGEMBANGAN DESA WISATA
KAJIAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA DI DIY
Laporan Pendahuluan 2 - 0
4.1. PENDEKATAN PARIWISATA BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE
TOURISM DEVELOPMENT)
Laporan Akhir 4 - 1
sistem integrasi kebudayaan, proses ekologi yang esensial, keragaman
biologi, dan life support.
Gambar 4.1.
Laporan Akhir 4 - 2
4.2. PENDEKATAN EKOWISATA
Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip
konservasi, bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga
menggunakan strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat
dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem
di areal yang masih alami. Bahkan dengan ekowisata pelestaraian alam
dapat ditingkatkan kualitasnya karena desakan dan tuntutan dari pada eco
– traveler.
Laporan Akhir 4 - 3
Untuk mengembangkan ekowisata dilaksanakan dengan cara pengembangan
pariwista pada umumnya, ada dua aspek yang perlu dipikirkan, pertama
aspek destinasi, kemudia kedua adalah aspek market. Untuk
pengembangan ekowisata dilaksanakan dengan konsep product driven.
Meskipun aspek market perlu dipertimbangkan namun macam, sifat dan
perilakuk obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya diusahakan untuk
menjaga kelestarian dan keberadaannya.
Pada bulan Juli 2000, Bank Dunia mulai memikirkan bagaimana caranya
menanggulangi masalah kemiskinan melalui sektor pariwisata yang
kemudian dikenal dengan “ community-based tourism ” (CBT). Selanjutnya
diidentifikasi adanya tiga kegiatan pariwisata yang dapat mendukung
konsep CBT yakni adventure travel, cultural travel dan ecotourism.
Laporan Akhir 4 - 4
dampak positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat
yang pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan
rasa bangga dari penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan
kegiatan pariwisata. Jadi sesungguhnya CBT adalah konsep ekonomi
kerakyatan di sektor riil, yang langsung dilaksanakan oleh masyarakat dan
hasilnyapun langsung dinikmati oleh mereka.
Gambar 4.2.
Laporan Akhir 4 - 5
masyarakat lokal memiliki kedudukan yang sama pentingnya sebagai salah
satu pemangku kepentingan (stakeholders) dalam pengembangan
pariwisata, selain pemerintah dan swasta.
Laporan Akhir 4 - 6
Dr. Heddy Shri Ahimsa – Putra (2000) menjelaskan bahawa pengembangan
wisata budaya pada dasarnya tidak hanya mencakup obyke wisata ataupun
paket wisata itu sendiri, tetapi juga unsur – unsur lain yang terkait di
dalamnya, yang juga tidak dapat diabaikan, jika pengembangan tersebut
diinginkan keberhasilannya. Paling tidak ada tiga hal yang harus
diperhatikan dalam pengembangan wisata budaya; (1) pengembangan
obyek wisata itu sendiri; (2) pengembangan paket wisata budaya; (3)
pengembangan pelayanan wisata budaya ; (4) pengembangan promosi
wisata budaya tersebut. Tiga hal ini terkait satu sama lain. Kegagalan yang
satu akan dapat menyebabkan terjadinya kegagalan pada keseluruhan.
Laporan Akhir 4 - 7
(Bintarao Tjokroamidjojo), tata-pemerintahan yang baik (UNDP), dan ada
juga yang mengartikan secara sempit sebagai pemerintahan yang bersih
(clean government).
Laporan Akhir 4 - 8
d. Daya tanggap (responsiveness); dalam arti adanya kemampuan
kelembagaan dari pemerintah untuk memproses dan melayani keluhan
dan pendapat semua anggota masyarakat.
i. Visi strategik: disini berarti bahwa pemimpin dan publik harus sama
sama memiliki perspektif yang luas dan jauh kedepan tentang
pemerintahan yang baik, pengembangan manusia dan kebersamaan
serta mempunyai kepekaan atas apa yang diperlukan untuk
pembangunan dan perkembangan bersama.
Laporan Akhir 4 - 9
Gambar 4.3.
Laporan Akhir 4 - 10
tuntutan permintaan pasar (wisatawan), maka dapat diperkirakan bahwa
arus wisatwan akan meningkat di masa depan.
1. Kualitas dan kuantitas (jenis dan jumlah) atraksi wisata yang telah
berkembang dan dikunjungi/ dimanfaatkan wisatawan
Gambar 4.4.
Laporan Akhir 4 - 11
4.7. PENDEKATAN PENGEMBANGAN WILAYAH
a. Pusat pertumbuhan
b. Integrasi fungsional
c. Desentralisasi
Laporan Akhir 4 - 12
Gambar 4.5.
Laporan Akhir 4 - 13
BAB
ANALISIS PENGEMBANGAN
5
DESA WISATA
KAJIAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA DI DIY
Laporan Akhir 5 - 0
Kajian pengembangan desa wisata menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan desa wisata di DIY, diantaranya
adalah:
A. Keunggulan dan keunikan per aspek kajian
B. Kelemahan per aspek kajian
C. Peluang dan dukungan ke depan pengembangan aspek kajian
Dengan meliputi beberapa aspek kajian sebagai berikut:
A. Daya Tarik
B. Aksesibilitas
C. Fasilitas
D. Pemberdayaan Masyarakat
E. Pemasaran dan Promosi
F. Kelembagaan dan SDM
Berikut adalah matrik analisis desa wisata amatan:
Laporan Akhir 5 - 1
INSTRUMEN KAJIAN
DESA WISATA AMATAN
PEMBERDAYAAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
MASYARAKAT
Potensi utama berupa Akses menuju Desa Wisata Rumah warga Kebon Agung Pengelolaan Desa Wisata Melalui cetak berupa Awal terbentuknya Desa
kehidupan masyarakat Kebun Agung mudah sebagai homestay yang Kebon Agung di lakukan leaflet dan brosur-brosur Wisata Kebon Agung, pada
pedesaan seperti bercocok dicapai dengan kendaraan mampu menampung oleh warga Desa Kebon tentang Desa Wisata Kebon tahun 1998, melalui
tanam, permainan umum, lokasi desa yang sebanyak 60 orang Agung sendiri sepenuhnya, Agung. prakarsa penduduk desa
tradisional, pembuatan tidak jauh dengan Makam wisatawan dengan bantuan pelatihan Penggunaan Media promosi dan Kepala Desa kala itu,
masakan kuliner khas Desa Imogiri, Pasar Imogiri serta Pendopo yang disediakan dan pendampingan dari online melalui media membentuk sebuah usaha
Kebon Agung, acara Terminal Imogiri, khusus untuk ruang Pemerintah Kabupaten jejaring sosial untuk mengenalkan dan
kenduri, dsb. memudahkan wisatawan pertemuan di Desa Wisata Peningkatan kesadaran dan mendidik masyarakat yang
untuk mengunjungi Desa Pendampingan dari sudah mulai melupakan
Festival kesenian Kebon Agung. peran serta masyarakat pemerintah daerah,
tradisional gejog lesung Wisata Kebun Agung. dalam menunjang kegiatan kehidupan pedesaan yang
Beberapa bangunan Joglo melalui pameran – masih tradisional.
BERBASIS KEUNIKAN SUMBER DAYA BUDAYA LOKAL
Pengunjung diajak untuk Dengan kondisi jalan raya tradisional untuk kegiatan wisata di Desa Wisata pameran yang diikuti
tinggal dan mengikuti hotmix yang terawat seperti acara kenduri, Kebon Agung. pemda di berbagai kota Oleh beberapa pemrakarsa
kegiatan keseharian para dengan baik, wisatawan kegiatan membatik, dan Karang Taruna Desa Kebon Desa Wisata kemudian
dapat berkunjung, dari Kerja sama dengan dibentuk badan
penduduk Desa Wisata kegiatan karawitan. Agung yang dilibatkan beberapa travel agent
Kebun Agung di dalam arah Terminal Giwangan dalam sebagai pemandu pengelolaan Desa Wisata
Yogyakarta, wisatawan Bangunan Rumah sebagai yang telah menjadi Kebon Agung, yang di
rumah rumah penduduk kantor sekretariat Desa dalam kegiatan-kegiatan rekanan pihak pengelola
yang dijadikan sebagai dapat berkunjung dengan kepariwisataan di Desa anggotai warga Desa Kebon
KEBONAGUNG
kedaraan pribadi maupun Wisata Kebon Agung. Desa Wisata Kebon Agung. Agung sendiri.
homestay bagi para Kebon Agung.
kendaraan umum, cukup Puskesmas, sebagai Kerja sama dengan pihak –
DESA WISATA
wisatawan yang ingin Penduduk Desa Kebon Peningkatan SDM bagi para
menginap. menyusuri Jalan Imogiri pendukung kegiatan wisata pihak sekolah untuk pengelola Desa Wisata
Timur ke arah Makam di Desa Kebon Agung. Agung menyediakan mengenalkan kehidupan
Kegiatan wisata alam Rumahnya, sebagai berupa pendampingan dan
Raja-Raja Mataram di masyarakat pedesaan. pelatihan dari
berupa hiking menyusuri Imogiri, Desa Wisata Kebon homestay bagi para
kawasan Desa Kebon wisatawan untuk tinggal Kerja sama promosi pemerinatah antara lain
Agung hanya terletak dengan desa wisata lain melalui PNPM dan
Agung, Flyingfox, serta kurang lebih satu bersama penduduk
Kegiatan wisata berperahu Pokdarwis.
kilometer dari Makam Penyediaan warung-
naga menyusuri Sungai Imogiri. warung yang menjajakan Pengelola Desa Wisata
Opak yang terletak di makanan tradisional Kebon Agung melakukan
sebelah desa kerjasama dengan desa-
Kegiatan pendukung desa lain di sekitarnya
berupa kegiatan kerajinan untuk menunjang kegiatan
dan kesenian dari desa- wisata di Desa Wisata
desa lain disekitar yang Kebon Agung, antara lain
didatangkan ke Desa berupa, mendatangkan
Kebon Agung seperti tenaga pelatihan untuk
kegiatan membatik, kegiatan membatik,
pembuatan kerajinan maupun kerajinan gerabah
gerabah tradisional, dari desa lain, kegiatan
kesenian karawitan dsb. promosi bersama dengan
desa lain.
Terdapat bangunan
Museum Tani Jawa
Indonesia
Laporan Akhir 5 - 2
INSTRUMEN KAJIAN
DESA WISATA AMATAN
PEMBERDAYAAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
MASYARAKAT
Memiliki adat joglo Akses sangat mudah, Terdapat rumah Joglo yang Masyarakat Melalui travel Agent Juli 2001 awal
Tanjung, yaitu rumah terletak di sebelah utara masih terjaga keaslianya, mempertahankan pola Melalui berapa Hotel di terbentuknya desa wisata
berarsitektur Jawa yang kota Yogyakarta. Berjarak yang dapat digunakan kehidupan tradisional Yogyakarta Tanjung.
utuh dengan usia 200 5km dari Monumen jogja untuk makan siang dan Masyarakat menyediakan Terdiri dari 3 Pedukuhan:
tahun, yang sering Kembali. sebagai tempat studi Media promosi online
sarana akomodasi di melalui media jejaring Banteran, Bakalan, dan
digunakan untuk studi Akses jalan raya baik arsitektur rumah adat rumah-rumah mereka Bantarjo.
arsitektur Jawa. Jawa (Joglo). sosial
Kendaraan umum untuk dengan imbalan tertentu, Biaya akomodasi dan
pola kehidupan Tersedia rumah-rumah sesuai peraturan yang
mencapai lokasi relatif konsumsi terjangkau,
masyarakatnya yang masih terbatas penduduk yang dapat telah ditetapkan oleh dengan pembagian 50%
TANJUNG
tradisional. ditinggali (sekitar 40 pengelola. untuk pemilik rumah,
Pada hari tertentu dan rumah disewakan, dari sekitar 40% utk makan,
malam bulan purnama total 320 rumah yang ada dan 10% untuk kas desa.
masyarakat melakukan di desa ini)
Pengelolaan wisata di Desa
aktivitas tradisional Tanjung sudah terbentuk
seperti: dolanan anak, termasuk dengan
menari Angguk dan peraturan mengenai
Pekbung oleh remaja pembagian dari kunjungan
putri, Jathilan oleh remaja wisata.
putra, dan Cokekan oleh
orang yg sudah tua.
Pengunjung dapat belajar
membatik dan tari klasik
di desa ini
Merupakan saksi sejarah Akses sangat mudah, Terdapat berbagai Keterlibatan masyarakat Kampung ini terletak di Kampung Ketandan muncul
akulturasi masyarakat terletak di pusat kota bangunan berasitektur tinggi, terutama saat wilayah yang sangat pada pada akhir abad 19
Tionghoa dengan keraton Yogyakarta. Cina, namun sebagian perayaan Imlek dimana strategis, yaitu di icon dan awal abad 20, sebagai
serta masyarakat Moda transportasi mudah, telah mengalami seluruh komunitas Yogyakarta (JL. akibat kebijakan Belanda
Yogyakarta. dapat ditempuh dengan perubahan karena masyarakat Ketandan turut Malioboro), sehingga (wijkertersel), yaitu
Kampung Pecinan kendaraan umum seperti digunakan sebagai tempat serta memeriahkan event sangat diuntungkan dari pembatasan wilayah
KETANDAN
Ketandan, peninggalan trans Jogja, bus kota, usaha berupa toko tahunan yang segi pemasaran tinggal bagi warga
yang diunggulkan adalah taksi. Untuk berkeliling (sebagian berupa toko diselenggarakan di Kampung ini bekerjasama Tionghoa.
ciri khas perkampungan dapat digunakan becak. mas/perhiasan). Kampung Ketandan ini. dengan Pemerintah Kota Pengunjung tidak ditarik
Tionghoa seperti bangunan Fasilitas disekitar memadai Sebagian besar warga Yogyakarta dan komunitas biaya untuk berkunjung
berarsitektur Cina. Namun dan lengkap, karena Kampung Ketandan masyarakat Tionghoa di Sebagian bangunan tua
sebagian besar adalah terletak di pusat Kota merupakan warga Yogyakarta. tidak dihuni, namun
bangunan yang telah Yogyakarta di dekat Jl. Tionghoa dengan tingkat Event tahunan yang diupayakan dirawat dan
direnovasi dan menjadi Malioboro dan Ps. ekonomi menengah keatas diselenggarakan adalah direnovasi oleh Pemerintah
toko yang sebagian besar Beringharjo. (sebagian besar Pekan Kebudayaan DIY.
adalah toko mas. pedagang), sehingga Tionghoa
warganya secara ekonomi
relatif kuat.
Laporan Akhir 5 - 3
INSTRUMEN KAJIAN
DESA WISATA AMATAN
PEMBERDAYAAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
MASYARAKAT
Ada 2 (dua) daya tarik Jalan menuju Desa Wisata Akomodasi disediakan Masyarakat sangat Desa Wisata Nglanggeran Pembentukan Desa Wisata
utama dari Desa Wisata Nglanggeran cukup bagus, pihak desa wisata mendukung dengan adanya sudah sangat terkenal, Nglanggeran pada tahun
Nglanggeran, yaitu Puncak dengan kondisi jalan yang menggunakan beberapa Desa Wisata Nglanggeran. baik di dunia pariwisata 1999, diawali dengan
Gunung Api Purba dan lebar, dan mudah dilalui. rumah penduduk yang Masyarakat sangat pada umumnya, maupun ide/gagasan dari pemuda-
Embung Nglanggeran. Lokasi parkir di kedua daya telah dipersiapkan untuk berperan dan terlibat dunia maya di bidang pemuda Desa Nglanggeran
Selain dua wisata alam tarik wisata cukup homestay. langsung dalam semua pariwisata. untuk membuka Gunung
tersebut, Desa Wisata memadai. Pusat cenderamata dan kegiatan desa wisata Diawali dengan promosi Api Purba menjadi lokasi
Ngalnggeran juga memiliki tempat makan/restoran (pemandu, tim SAR, kepada pihak-pihak wisata minat khusus
Penanda (signing) sudah (camping, hiking,
kekayaan potensi wisata cukup jelas dan belum dibangun secara petugas kebersihan, sekolah, akademisi
NGLANGGERAN
budaya, agrowisata. layak di wilayah Desa petugas parkir, tuan rumah (penelitian), instansi adventure). Dengan dana
mencukupi. swadaya masyarakat,
Tema wisata homestay dan Penempatannya juga Wisata Nglanggeran, hanya untuk kegiatan live-in, sampai dengan menjalin
beberapa kios telah pelaku seni dan budaya, kerjasama dengan tour mulai membuat lapangan
live-in juga diusung oleh sesuai dengan kebutuhan. parkir yang layak.
Desa Wisata Nglanggeran tersedia untuk membeli pembuat makanan khas) operator dan tour agent
Moda transportasi yang jajanan khas Nglanggeran, yang ada di Prov. DI Peningkatan promosi dan
Wisata budaya juga dapat digunakan ke lokasi Masyarakat juga menjadi pembangunan jaringan
dan beberapa pernak- pengurus desa wisata, Yogyakarta.
disajikan di Desa Wisata desa wisata ini adalah pernik khas Nglanggeran yang kuat, serta beberapa
Nglanggeran untuk maksimal menggunakan yang melibatkan kaum kali meraih penghargaan
yang dikelola oleh muda Desa Nglanggeran.
kegiatan live-in, micro bus (bus sedang, masyarakat sekitar. sebagai desa wisata
menyambut tamu, kapasitas 25 seat) terbaik tingkat nasional,
BERBASIS KEUNIKAN SUMBER DAYA ALAM
adalah Fauna Burung dijadikan panduan. lebih 250 orang (48 pertunjukan. lain seperti tour operator, dikelola oleh warga
Kuntul, maka keberadaan Apabila menggunakan rumah), dan kendaraan Selain berbekal tenaga dan desa wisata yang lain telah masyarakat Desa Ketingan.
daya dukung sangat fasilitas transportasi antar jemput wisatawan. keterampilan, sebagian dilakukan sejak awal
diperlukan. umum, dapat ditempuh Program andalan yang masyarakat juga sudah pembentukan desa wisata
Daya dukung konservasi dengan colt micro umum, ditawarkan oleh Desa mempersiapkan rumahnya ini.
yang ada di Desa Ketingan dilanjutkan dengan jasa Wisata Ketingan adalah untuk menjadi homestay
adalah pohon melinjo, ojek. program pengamatan bagi wisatawan, dengan
sawo, mahoni, johar, Pengelola desa wisata juga burung (bird watching), melakukan pembenahan
nangka, flamboyan dan menyediakan transportasi kegiatan pertanian, seni pada beberapa bentuk
bambu yang tersebar jemputan pada lokasi yang pertunjukan (upacara daur bagian rumah, sehingga
hampir diseluruh penjuru telah ditentukan. hidup, rumawahan, gejog dapat diterima sebagai
desa, diantara rumah- lesung yang umurnya standard wisatawan.
rumah penduduk. sudah ratusan tahun),
serta membuat makanan
dan minuman khas (jamu-
jamuan tradisional).
Laporan Akhir 5 - 4
INSTRUMEN KAJIAN
DESA WISATA AMATAN
PEMBERDAYAAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
MASYARAKAT
Potensi utama desa Akses untuk menuju Desa Akomodasi tersedia untuk Desa Wisata Nglinggo Media promosi Desa Wisata Desa Wisata Nglinggo
Nglinggo adalah Wisata Nglinggo masih sekitar 200 orang yang merupakan desa wisata Nglinggo masih sebatas terbentuk atas desakan
agrowisata, berupa sangat kurang memadai, akan ditempatkan di yang mengedepankan promosi yang sederhana wisatawan yang
perkebunan teh, kopi, mengingat jalan masuk ke rumah-rumah warga yang kesejahteraan masyarakat, dan terkesan tradisional, menemukan keindahan,
tanaman buah, karet. Desa Wisata Nglinggo telah disiapkan untuk sehingga peran serta yaitu hanya mengandalkan keaslian Desa Nglinggo.
Potensi yang lainnya merupakan jalan yang homestay dengan fasilitas masyarakat dalam promosi dari para Kepala Dusun Nglinggo,
berupa wisata yang masuk dalam kelas jalan yang memadai. memajukan Desa Wisata wisatawan dan pelaku saat itu mencoba
mengandung sisi edukasi, lokal, sempit, banyak Belum ada pusat Nglinggo sangat tinggi. wisata yang pernah hadir mendesain sendiri bentuk
seperti peternakan tikungan tajam, tanjakan cinderamata, pusat oleh- Kesadaran wisata bagi dan menikmati suguhan desa wisata beserta
kambing etawa, mulai dari dan turunan yang ekstrim. oleh yang ada di kawasan masyarakat Nglinggo untuk Desa Wisata Nglinggo. organisasi karang taruna,
memberi makan, memeras Sudah disediakan angkutan Desa Wisata Nglinggo. menjadi tuan rumah yang Selain promosi yang dengan referensi dari
susu, sampai dengan jemputan berupa mobil baik bagi wisatawan sederhana, Desa Wisata dinas, studi banding, dan
TIC masih bergabung menjadikan Desa Wisata berbagai sumber yang lain.
mengolah susu menjadi berjenis van, apabila dengan pengurus Nglinggo telah merambah
minuman siap saji; memerlukan transit dari Nglinggo menjadi semakin ke dunia maya, melalui Sistem pengelolaan
pemerintahan desa, belum maju dan berkembang
pembuatan gula aren. jalan utama (Kalibawang, berdiri sendiri sebagai situs resmi dinas sepenuhnya masih menjadi
Kulonprogo-Kalikotak, baik. pariwisata Kabupaten tanggung jawab kepala
Dari segi seni dan budaya, suatu organisasi
Desa Wisata Nglinggo Purworejo). kepariwisataan yang Masyarakat secara Kulonprogo, web/blog dari Dusun Nglinggo, sedangkan
memiliki upacara adat Perlu disediakan lokasi khusus menangani bidang langsung dapat menerima wisatawan yang pernah ke untuk teknis pelaksanaan
merti desa dengan transit untuk kendaraan desa wisata. manfaat yang baik dengan Desa Wisata Nglinggo. diberikan kepada
menampilkan kesenian massal ukuran besar yang adanya Desa Wisata organisasi Karang Taruna
daerah sambil berkeliling tidak dapat langsung Nglinggo, sehingga keingin Nglinggo. Kedepan,
ke seluruh wilayah desa, menjangkau Desa Wisata ikut sertaan masyarakat administrasi dan
NGLINGGO
dalam rangka upacara Nglinggo, baik berupa area dalam semua kegiataan keorganisasian Desa Wisata
nyadran. Jathilan, Tarian parkir maupun tempat desa wisata sangat tinggi. Nglinggo ini akan diberikan
Lengger Tapeng, yang peristirahatan sementara sepenuhnya masalah
merupakan sajian khas (rest area). pengelolaannya kepada
tarian tradisonal Desa Karang Taruna Nglinggo.
Penanda (signing) masih
Nglinggo sangat kurang. Terumata Desa Wisata Nglinggo telah
Wisata tema alam dan di bagian jalan masuk pada membangun kerjasama
tema minat khusus jalur utama. yang cukup rapi dan saling
menjadi daya tarik lainnya menguntungkan dengan
Moda transportasi umum, daya tarik wisata maupun
dari desa wisata Nglinggo, microbus, hanya bisa
disamping lokasi yang desa wisata yang lain di
sampai pintu masuk di Kabupaten Kulonprogo.
berada pada puncak jalur utama Kalibawang-
perbukitan Menoreh, Kalikotak, sedangkan
pemandangan alam (Curug untuk jalur masuk menuju
Watu Jonggol, Puncak lokasi jalan kaki, atau
Perkebunan Teh) yang ada menggunakan mobil
di Desa Wisata Nglinggo jemputan yang telah
menjadi daya tarik disiapkan oleh pihak desa
tersendiri. Beberapa wisata.
rumah penduduk telah
disiapkan untuk menjadi
tempat homestay bagi
wisatawan yang ingin
menginap dan melakukan
live-in bersama
masyarakat desa nglinggo.
Laporan Akhir 5 - 5
INSTRUMEN KAJIAN
DESA WISATA AMATAN
PEMBERDAYAAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
MASYARAKAT
Daya tarik utama adalah Akses jalan, diantaranya: Sarana akomodasi berupa Pemberdayaan masyarakat Sudah terdapat biro Organisasi yang secara
wisata sejarah dengan jalan tanah sepanjang penginapan atau home di Desa Wisata Srowolan perjalanan yang secara khusus mengelola desa
keberadaan: 1100 m, jalan conblock stay siap huni sejumlah cukup mendapat apresiasi khusus menawarkan desa wisata Srowolan sudah
a. Pasar Pejuangan sepanjang 600 m, jalan 159 kamar dan dapat yang baik dari masyarakat wisata sebagai suatu paket terbentuk, organisasi ini
Srowolan, pasar kuno aspal sepanjang 3550 m, menampung 318 lokal, hal ini terbukti wisata, seperti Tourista terdiri dari tokoh-tokoh
yang menjadi saksi bisu namun belum di lalui oleh wisatawan, yang tersebar dengan adanya organisasi Tour yang menawarkan masyarakat, ibu-ibu PKK
perjuangan masyarakat angkutan umum. di Dusun Srowolan, pengurus desa wisata desa-desa wisata di DIY dan Karang Taruna dari
melawan tentara Srowolan belum Kadilobo dan Srowolan termasuk desa wisata dusun Srowolan, dusun
Belanda pada saat clas terjangkau layanan mobil Karanggeneng Pengelolaan desa wisata Srowolan, seperti yang Kadilobo dan dusun
ke II tahun 1948. Pasar angkutan umum. Belum ada pusat juga sebagian besar dapat dilihat dari situs Karanggeneng. Organisasi
ini tempat bagi penjual cinderamata, pusat oleh- dilakukan oleh masyarakat internet tersebut belum secara
aksesibilitas masih http://www.bhutours.com khusus mengadakan
untuk menawarkan terbatas dalam oleh yang ada di kawasan lokal itu sendiri, dengan
kuliner tradisional, Desa Wisata Srowolan. beberapa bantuan dari /desawisata pertemuan, pertemuan
pengelolaan infrastruktur, diadakan saat akan
seperti: opor bebek, seperti: kondisi jalan dan Lingkungan desa wisata tenaga profesional, informasi tentang desa
sayur lompong dan misalnya dalam kegiatan wisata Srowolan belum mengadakan kegiatan atau
rambu-rambu penanda. Srowolan masih sangat komunikasi untuk
salak pondoh. Sekaligus alami dengan atmosfer outbound sebagai dapat menjangkau daerah
sebagai tempat bagi Sebagian besar jalan sudah instruktur atau pemandu yang luas, hal ini membicarakan masalah
beraspal, hanya sebagian pedesaan yang sangat dalam lingkup desa wisata
even-even temporer kental, sehingga pada wisata kemungkinan disebabkan
(senam, merti bumi, kecil jalan setapak yang adanya media promosi Srowolan.
masih tanah. Kondisi jalan waktu malam hari kondisi Rumah-rumah penduduk
wayang orang) lingkungan desa masih juga banyak yang yang kurang. Dalam pengembangannya
cukup baik untuk dilalui sebagai desa wisata,
b. Gudang Garam, minim penerangan, seperti difungsikan menjadi Brosur wisata merupakan
oleh kendaraan roda Srowolan telah
bangunan kuno yang empat, dengan kondisi lampu jalan ataupun homestay, sehingga sumber informasi yang
dahulu sebagai tempat lampu di pemukiman. masyarakat dapat paling banyak diakses bekerjasama dengan
aspal yang halus, namun di berbagai pihak dalam hal
penyimpanan garam merasakan langsung wisatawan sebagai salah
beberapa titik terdapat Desa wisata Srowolan peningkatan kualitas
pada waktu jaman manfaat dari pariwisata satu media promosi,
lubang pada aspal. Lebar mempunyai beberapa sumber daya masyarakat
BERBASIS PERPADUAN KEUNIKAN SUMBER DAYA BUDAYA DAN ALAM
Proklamasi Pelajar Utara dan Selatan, meliputi: air bersih serta perjalanan wisata dan
DESA WISATA
Kemerdekaan, berada jalan Turi – Pakem dan jaringan sanitasi dan instansi-instansi dalam
di dusun Kadilobo. jalan Magelang. Diantara drainase. Di desa wisata memasarkan desa wisata
e. Sekolah Kasultanan, beberapa jalan masuk Srowolan, persediaan air Srowolan.
tempat pendidikan tersebut, kondisi jalan bersih cukup melimpah hal Pengelola desa wisata
pada jaman dahulu, Palagan Tentara Pelajar ini disebabkan oleh adanya Srowolan telah
berada di Barat Pasar Selatan merupakan jalan sumur yang dapat bekerjasama dengan pihak
Srowolan. yang paling sering dilewati menyediakan air bersih lain, misalnya Disparda
Daya tarik wisata oleh wisatawan, selain untuk satu RT, air dari Sleman, universitas-
pendukung: kondisi jalannya yang sumur ini disalurkan universitas, tour operator,
cukup baik, namun juga dengan adanya pompa air. pecinta alam dan instansi-
a. Kesenian yang ada di mempunyai jarak yang Pompa air tersebut
Pasar Srowolan, antara instansi dalam
cukup dekat dari jalan diperoleh dari dana yang pengembangan SDM dan
lain: seni tari, seni utama (Jalan Palagan dikumpulkan secara
suara, membatik, kuda usaha untuk menarik serta
Tentara Pelajar) menuju swadaya oleh penduduk mempromosikan desa
lumping dan karawitan. desa wisata Srowolan. setempat. wisata Srowolan.
b. Tradisi Pertanian,
Mempunyai potensi moda Pelatihan dan peningkatan
kegiatan pertanian
transportasi lokal, yaitu SDM masyarakat desa
seperti angler, tedun
sepeda dan gerobak sapi wisata Srowolan belum
dan wiwit.
sebagai moda sekaligus dapat memberi manfaat
c. Tradisi Daur Hidup, daya tarik secara langsung kepada
seperti selapanan, Laporan Akhir 5 - 6
masyarakat karena belum
mitoni, mantenan dan
adanya ketertarikan dan
ruwatan.
keseriusan untuk
d. Upacara Adat, seperti
INSTRUMEN KAJIAN
DESA WISATA AMATAN
PEMBERDAYAAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
MASYARAKAT
Daya tarik utama: wisata Akses dari kota Jogja Terdapat rumah yang Melibatkan masyarakat Website Kawasan merupakan tanah
pendidikan (sanggar lukis, cukup mudah untuk dibangun khusus untuk langsung sebagai pengelola Brosur kas daerah dan sanggar
perpustakaan, membatik) dijangkau oleh kendaraan para tamu dan desa wisata Pratista yang di kelola oleh
yang dikemas secara alam pribadi dan angkutan penginapan. Rumah ini Kerjasama dengan pihak Pengelola desa wisata
Masyarakat terjun langsung lain melalui sanggar
Daya tarik pendukung: umum (Terminal Giwangan dibangun dari bambu, sebagai pelaku wisata Kembangarum
(bus Jogja-Tempel) – turun berlantai tanah, dan Pratista
Agrowisata salak, (pembimbing, instruktur, Kegiatan-kegiatan dalam
KEMBANGARUM
di Pasar Sleman – naik dihiasi dengan wayang dan pemandu wisata) Penyelenggaraan even desa wisata ini banyak
Permainan tradisional jalur D4) lukisan-lukisan (pijat massal, lomba dll)
seperti enggrang, engklek, melibatkan peran
dakon, gobak sodor, dan Jalan di kawasan desa Masjid Acara di televisi nasional masyarakat Kembang Arum
lainnya dapat dimainkan di Kembangarum ditata Homestay (Si Bolang, Wisata Kuliner, sendiri. Dengan
lokasi tersebut. sedemikian rupa dengan Jelang Siang dll) melibatkan warga secara
Pagar batu yang ditata, Arena pemainan langsung (pengelola,
Terdapat juga Sungai di
tampak menyatu dengan Sanggar lukis pendamping dll)
desa ini juga dijadikan
alam, natural dan Perpustakaan wisata Pelatihan sebagai
sebagai sarana permainan
sederhana. Berbagai instruktur lukis, pemandu,
(outbound), area Mobil untuk jelajah alam
tanaman hias ditanam di pemijat dll
pemancingan, kuliner khas Rumah makan
sepanjang gang.
(nasi takir), pijat dengan Desa mendapatkan
Perpaduan ini jelas
nuansa alami dan keuntungan langsung dari
membedakan desa
tradisional, retribusi pengunjung
Kembangarum dari desa
biasa.
Laporan Akhir 5 - 7
INSTRUMEN KAJIAN
DESA WISATA AMATAN
PEMBERDAYAAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
MASYARAKAT
Daya Tarik Utama: Akses masuk ke lokasi Desa Akomodasi tersedia dalam Masyarakat sangat antusias Desa wisata Pentingsari Desa wisata Pentingsari
Watu Gendong, Watu Wisata Pentingsari cukup bentuk homestay yang dan berperan aktif dalam telah bekerjasama secara ditetapkan menjadi desa
Payung, Watu Gajah, Watu memadai dan terbilang menjadi satu dengan mengelola dan aktif dengan Pemerintah wisata pada tanggal 15
Persembahan, Watu cukup memadai. permukiman warga yang mengembangkan desa Pusat melalui April 2008 berdasarkan
Dakon, Makam Pentingsari Penanda (signage) yang berjumlah 70 rumah, yang wisata Pentingsari, hal ini Kemenparekraf dan surat Dinas Pariwisata
(lokasi pejuang tahun dipasang cukup jelas. didalamnya termasuk terlihat dari kesiapan pemerintah Kota Kabupaten Sleman nomor
1948-1949), Sendang Sari, menyediakan makanan masyarakat menyediakan Yogyakarta dalam kegiatan 556/336, dengan
Micro bus dapat digunakan harian. Selain itu fasilitas-fasilitas dan promosinya. Selain itu mengangkat tema alam
Luweng Sunan Kalijaga sampai ke area parkir yang
(sejak tahun 1477). akomodasi juga didukung kegiatan pendukung desa wisata Pentingsari budaya dan pertanian yang
telah disiapkan oleh desa homestay yang masih kepariwisataan bagi telah menjadi desa wisata berwawasan lingkungan.
Daya Tarik Pendukung: wisata. dalam tahap wisatawan. unggulan yang menjadi Berangkat dari kehidupan
Camping, Outbound, pengembangan sebanyak percontohan bagi desa sederhana masyarakat
Masyarakat desa wisata
Kesenian (kuda lumping, 52 rumah. wisata-desa wisata yang desa yang ingin
Pentingsari juga berperan
angguk, Sholawatan, lain. mengembangkan desa
aktif dalam setiap
karawitan, cokekan, tarian Pentingsari sebagai desa
kegiatan yang seringkali Desa Wisata Pentingsari
jawa, tradisi wisata agar dapat
diadakan dalam sudah sangat terkenal,
manten/pernikahan, memberikan tambahan
menyambut wisatawan baik di dunia pariwisata
tradisi kenduri, gamelan, nilai ekonomi, social dan
yang datang, baik dalam pada umumnya, maupun
membatik, kreasi janur). budaya bagi warganya.
bentuk pentas kesenian dunia maya di bidang
(tari penyambutan, pariwisata. Dengan dukungan
gamelan, karawitan, dll), Kementerian Pariwisata
PENTINGSARI
Laporan Akhir 5 - 8
INSTRUMEN KAJIAN
DESA WISATA AMATAN
PEMBERDAYAAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
MASYARAKAT
Daya tarik utama desa Akses masuk ke lokasi Desa Akomodasi hanya tersedia Sebagian besar masyarakat Desa Wisata Bobung lebih Banyaknya permintaan
wisata Bobung adalah Wisata Bobung sangat di beberapa rumah, hanya Desa Bobung berprofesi terkenal sebagai desa untuk ikut mempelajari
kerajinan topeng (batik memadai dan terbilang untuk 50an tamu sebagai pengrajin topeng pengrajin topeng kayu cara pembuatan topeng,
kayu) cukup bagus. menginap, karena kayu (batik kayu), dengan daripada desa wisata pada maka tahun 2006
Pendukung daya tarik Penanda yang dipasang sebagaian besar wisatawan penetapan Desa Bobung umunya. Sehingga promosi dibentuklah desa wisata
utamanya adalah belajar juga sangat jelas. ke desa wisata ini rata- menjadi desa wisata, maka dan kemitraan yang yang disyahkan oleh
BERBASIS KEUNIKAN AKTIFITAS EKONOMI KREATIF
membuat topeng, rata hanya membutuhkan profesi masyarakat Bobung dilakukan sebatas dalam pemerintah daerah
Micro bus dapat digunakan waktu setengah hari untuk menjadi bertambah, yaitu hal pengembangan usaha Kabupaten Gunung Kidul.
membatik kayu, dan sampai ke area parkir yang
pagelaran kesenian budaya mengikuti kegiatan sebagai pelaku wisata penjualan hasil kerajinan Selain untuk pertunjukan
telah disiapkan oleh desa pelatihan membatik kayu. (pemandu wisata, topeng kayu.
Desa Bobung. wisata. menerima tamu di desa
Pusat cenderamata ada di pengelola desa wisata) Namun, dalam beberapa wisatanya sendiri,
hampir setiap rumah di Masyarakat sangat antusias tahun terakhir, kegiatan kesenian Desa Wisata
pinggir jalan Desa Bobung, dengan adanya desa wisata kepariwisataan di Desa Bobung sering digunakan
yaitu berupa showroom Bobung, hal ini terlihat Wisata Bobung mulai untuk membantu
DESA WISATA
BOBUNG
kerajinan topeng, dan ukir dengan kesiapan terasa dampaknya, pertunjukan di desa wisata
kayu. masyarakat untuk masyarakat disamping yang lain (seperti,
membuat area parkir bagi menjadi pengrajin, juga Nglanggeran).
wisatawan. dapat menjadi pemandu Mendapatkan bantuan
wisata yang bagus, bibit, pupuk untuk
kesenian tradisi diaktifkan tanaman kayu yang
kembali, bahkan diajarkan digunakan sebagai bahan
kepada masyarakat yang dasar pembuatan
masih berusia sekolah. kerajinan. Bibit dan pupuk
di bagikan kepada seluruh
masyarakat, dengan
harapan, hasilnya
disamping untuk
mencukupi kebutuhan
dasar barang kerajinan
seluruh Bobung, juga
dapat meningkatkan
penghasilan masyarakat
sekitar.
Laporan Akhir 5 - 9
INSTRUMEN KAJIAN
DESA WISATA AMATAN
PEMBERDAYAAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
MASYARAKAT
Daya tarik utama berupa Akses menuju Desa Wisata Terdapat banyak 98% Penduduk Dusun Pemasaran yang paling Kegiatan pembuatan
wisata belanja kerajinan Ksongan dari arah Kota showroom di sepanjang Kasongan bermata banyak berasal dari kerajinan gerabah
gerabah dan kerajinan lain Yogyakarta melalui Jalan jalan desa yang digunakan pencaharian sebagai kegiatan perdagangan kasongan telah dilakukan
dari desa disekitar Raya Bantul. Dengan untuk memasarkan pengrajin gerabah kerajinan gerabah sejak jaman kolonial
kasongan kualitas jalan raya antar kerajinan gerabah tradisional Kasongan, termasuk ekspor Belanda, dilakukan secara
Kegiatan pelatihan kota. kasongan Pengelolaan desa wisata barang kerajinan hingga ke turun temurun.
pembuatan gerabah khas Pengunjung dapat Beberapa rumah warga belum terstruktur luar negeri. Tidak ada sistem
kasongan menggunakan kendaraan yang digunakan sebagai Wisatawan sebagian besar Melalui media massa pengelolaan secara khusus
Kegiatan live in di pribadi maupun kendaraan homestay datang untuk berbelanja elektronik dari televisi untuk kegiatan Desa
beberapa homestay yang umum jurusan Jogja bangunan koperasi dan gerabah, maupun maupun online Wisata
disediakan di Kasongan Bantul. UPT Setya Bawana yang kerajinan lain ditampung Pemasaran melalui Kerajinan yang di pasarkan
KASONGAN
Terdapat Gerbang Desa disediakan oleh oleh showroom secara kunjungan wisata dari di Desa Wisata Kasongan
Wisata Kasongan yang unik pemerintah sebagai personal travel agent terdapat berbagai macam,
dan sangat mudah dikenali tempat pelatihan Pengunjung yang ingin khusus untuk kerajinan
untuk memasuki kawasa pembuatan gerabah melakukan kegiatan gerabah berasal dari Dusun
Kasongan. Edotel kasongan, kerja pelatihan pembuatan Kasongan, sedangkan
sama antara pemerintah kerajinan gerabah dipandu kerajinan lain berasal dari
desa dengan SMK N 1 oleh pengelola UPT Setya desa – desa lain yang ada
Sewon Bawana. disekitarnya.
Area parkir yang cukup Kegiatan wisata lain yang Pemerintah Desa
luas yang dapat ada di Desa Wisata Bangunjiwo membentuk
menampung bus pariwisata Kasongan dilakukan oleh sebuah jejaring KAJIGELEM
maupun kendaraan umum individu. (Kasongan, Jipangan,
lain Gendheng dan Lemah
Dadi) sebuah jejaring
antar dusun penghasil
kerajinan didalam Desa
Bangunjiwo.
Laporan Akhir 5 - 10
INSTRUMEN KAJIAN
DESA WISATA AMATAN
PEMBERDAYAAN
DAYA TARIK AKSESIBILITAS FASILITAS PEMASARAN DAN PROMOSI KELEMBAGAAN DAN SDM
MASYARAKAT
Prawirotaman sebagai Akses sangat terjangkau, Terdapat berbagai macam Masyarakat sebagai Melalui travel Agent Prawirotaman sebagai
sebuah kampung pusat terletak di bagian selatan penginapan mulai dari pengelola utama kawasan Media promosi online sebuah kampung dikenal
industri batik cap yang kota Yogyakarta. guest house, hotel melati, prawirotaman, sekaligus melalui media jejaring sejak abad ke-19, saat
dikelola oleh keturunan Moda transportasi mudah, hotel bintang hingga perencana kawasan sosial facebook, twitter, seorang bangsawan kraton
seorang bangsawan kraton dapat ditempuh dengan boutique hotel tersebut. Pengelolaan path, instagram bernama Prawirotomo
yang bernama kendaraan umum seperti Terdapat berbagai macam kebersiha dan keamanan menerima hadiah sepetak
Prawirotomo. merupakan tanggung Group Backpacker tanah dari kraton.
trans Jogja, bus kota, restaurant dengan nuansa
Prawirotaman dikenal taksi, becak, andong, . tradisional, nasional jawab dari seluruh Brosur pariwisata milik Sejak awal, kampung ini
sebagai kampung turis. Untuk berkeliling dapat internasional, pastry cafe, masyarakat prawirotaman. pemerintah memang mempunyai peran
Penginapan murah untuk digunakan becak. bakery, warung dan Sebagian besar hotel dan agoda.com yang tak kecil bagi
sebagainya fasilitas pariwisata lainnya Yogyakarta. Masa pra
PRAWIROTAMAN
Keunikan daya tarik desa wisata yang baik cinderamata) (sebagai pengambil daerah Terdapat pelatihan
wisata unggulan dan dan mempunyai Kualitas fasilitas keputusan, pegelola, dari pemerintah
pelaku wisata) Kerjasama dengan
adanya daya tarik rambu-rambu yang pariwisata yang baik pihak lain dalam maupun dari organisasi
wisata pendukung cukup jelas yang mencukupi Usaha pariwisata di memasarkan desa desa wisata langsung
sebagai pelengkap Mempunyai moda kebutuhan wisatawan kawasan desa wisata wisatanya (tour agent, untuk pengembangan
konsep something to transportasi yang khas Mempunyai/ dekat (homestay, toko hotel dll) ketrampilan para
see, something to do di dalam kawasan desa dengan fasilitas umum cinderamata, rumah masyarakat desa
dan something to buy wisata lainnya makan) yang langsung wisata dalam hal
dikelola oleh pengelolaan desa
Penanda kawasan masyarakat lokal wisata
(landmark) yang
mudah dikenali
sebagai suatu daya
tarik wisata.
Laporan Akhir 5 - 11
BAB
INSTRUMEN STANDARISASI/
6
GUIDELINES PENGEMBANGAN
DESA WISATA
KAJIAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA DI DIY
Laporan Akhir 6 - 0
6.1. INSTRUMEN DASAR PENGEMBANGAN DESA WISATA
6.1.1. INSTRUMEN DASAR DESA WISATA
Suatu desa dapat dikembangkan menjadi Desa Wisata apabila
memiliki kriteria dasar sebagai berikut:
A. Potensi Daya Tarik Wisata yang Unik dan Khas
Memiliki potensi produk/ daya tarik yang unik dan khas yang
mampu dikembangkan sebagai daya tarik kunjungan wisatawan
(sumber daya wisata alam, budaya). Potensi obyek dan daya
tarik wisata merupakan modal dasar bagi pengembangan suatu
kawasan pedesaan menjadi Desa Wisata. Potensi-potensi
tersebut dapat berupa:
1) Potensi fisik (persawahan, perbukitan, bentang alam,
lingkungan perkampungan yang unik dan khas, arsitektur
bangunan yang unik dan khas, dan sebagainya).
2) Potensi kehidupan sosial budaya masyarakat (pola
kehidupan keseharian masyarakat yang unik dan khas, adat
istiadat dan tradisi budaya, dan sebagainya).
3) Potensi industri kreatif dari hasil karya masyarakat
(kerajinan tangan, gerabah, dan sebagainya)
Laporan Akhir 6 - 1
B. Dukungan aksesbilitas yang baik, baik menuju dan di dalam
kawasan
Memiliki daya dukung berupa aksesibilitas yang mudah
dijangkau oleh wisatawan, baik dengan kendaraan pribadi
maupun kendaraan umum. Dan didukung dengan rambu-rambu
penanda yang memudahkan wisatawan dalam menuju kawasan
desa wisata tersebut. Serta mempunyai dukungan akses yang
baik di dalam kawasan desa wisata (akses jalan yang aman dan
nyaman, rambu-rambu penanda, moda transportasi lokal yang
unik dan menarik yang dapat menjadi daya tarik tersendiri
dalam menikmati wisata di kawasan tersebut.)
Laporan Akhir 6 - 2
dapat berjalan baik dan menarik apabila didukung dengan
ketersediaan fasilitas penunjang yang memungkinkan wisatawan
dapat tinggal, berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal,
dan belajar mengenai kebudayaan setempat, kearifan lokal dan
lain sebagainya.
Laporan Akhir 6 - 3
Untuk itu perlu adanya semangat dan motivasi yang kuat dari
masyarakat dalam menjaga karakter yang khas dari lingkungan
fisik alam pedesaan dan kehidupan budaya yang hidup dan
tumbuh dalam masyarakat setempat.
Laporan Akhir 6 - 4
F. Potensi dan Kemampuan dalam Menciptakan Pasar
Wisatawan
Memiliki potensi dan kemampuan dalam menciptakan pasar
wisatawan sebagai salah satu unsur pendukung kesinambungan
pengembangan desa wisata. Kesiapan desa wisata harus
diimbangi dengan kemampuan untuk membangun jejaring pasar
dengan para pelaku industri pariwisata, dengan berbagai bentuk
kerjasama dan pengembangan media promosi sehingga potensi
desa tersebut muncul dalam peta produk dan pemaketan wisata
di daerah, regional, nasional maupun internasional. Sehingga
dapat dijaring peluang kunjungan wisatawan ke desa tersebut,
termasuk promosi dan pemasaran juga dilakukan oleh pengelola
Desa Wisata langsung kontak kepada Pasar.
Laporan Akhir 6 - 5
6.1.2. KOMPONEN DASAR DESA WISATA
Laporan Akhir 6 - 6
6.1.3. PERSYARATAN DASAR PEMBENTUKAN DESA WISATA
A. Maksud
Dengan maksud agar pembentukan dan pengelolaan desa wisata
yang tidak sedikit melibatkan anggota masyarakat pendukungnya
dapat berjalan sebagaimana mestinya, terarah/ terpandu atas
kreatifitas dan solidaritas serta keterlibatan social yang tumbuh
atau ditumbuhkan maka, diperlukan semacam surat keputusan
pengukuhan dari pemerintah (Gubernur/ Bupati) atas keberadaan
desa wisata.
Selanjutnya surat keputusan pengukuhan dari pemerintah ini
diarahkan untuk:
1) Meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya
pengelolaan desa wisata. Pariwisata pedesaan adalah
pariwisata dengan daya tarik berupa kehidupan desa yang
memiliki ciri – ciri khusus dalam masyarakatnya.
2) Membangun generasi muda berkenaan dengan pentingnya daya
baca dan daya paham generasi dimaksud terhadap pelestarian,
pengelolaan, pun pemeliharaan desa wisata yang melingkupi
budaya dan alam desa itu.
3) Menumbuh – kembangkan sikap apresiasi masyarakat terhadap
potensi daya tarik alam dan budaya.
4) Dapat berupaya “mendiskripsikan” dan “mendistribusikan”
berbagai hal terkait dengan produk wisata berbasis potensi
wisata pedesaan tanpa mengabaikan aspek lingkungan.
5) Dapat berupaya untuk senantiasa peduli terhadap masa depan
desa untuk pengelolaan/ pengembangan wisata. Dengan
demikian masyarakat lebih tergerak hatinya untuk bertanggung
jawab melestarikan dengan menjual desa tanpa kehilangan
desanya.
6) Menghimpun berbagai masukan untuk menyusun dan
mengembangkan kebijakan pembangunan yang berkaitan
dengan upaya pelestarian dan pengembangan desa wisata yang
sejalan dengan pendekatan pembangunan berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan.
Laporan Akhir 6 - 7
B. Persyaratan
Bagi masyarakat yang ingin membentuk, mengelola desanya
menjadi desa wisata harus memiliki surat keputusan Pengukuhan
dari pemerintah (Gubernur/ Bupati) dengan persyaratan yang harus
dipenuhi, antara lain; sebagai berikut:
1) Desanya memiliki daya tarik yang aseli, otentik, dan unik
berciri khas pedesaan/ perkampungan.
2) Memiliki sumber daya manusia dan lembaga yang mumpuni
untuk mengelola desanya.
3) Memperoleh daya dukung yang sungguh – sungguh dari
masyarakat yang dapat terpresentasikan melaui pengamalan
sapta pesona pariwista (aman, tertib, bersih, sejuk, indah,
ramah – tamah, dan kenangan).
4) Memiliki sarana/ prasarana penunjang yang memadai. Misal:
sekretariat, akses, MCK, homestay, kesenian, tempat pentas,
penunjang atraksi, papan nama/ petunjuk, sarana teknologi
informasi.
5) Memiliki aktifitas sebagai upaya tindakan pengelolaan yang
“kredibel” dan laku “jual”. Mampu melakukan atau membuat
pelatihan, pengemasan produk wisata, kegiatan usaha, Data
kunjungan, marketing dan promosi, “net – working”.
6) Mengajukan permohonan untuk memperoleh Surat Keputusan di
maksud, siap dan sanggup dilakukan penilaian oleh pihak yang
“berwenang” dengan apa adanya.
(Dinas Pariwisata DIY, 2012 dalam Purwanggono, 2013)
Laporan Akhir 6 - 8
6.2. INSTRUMEN STANDARISASI/ GUIDELINES PENGEMBANGAN
DESA WISATA
Untuk mengembangkan sebuah desa wisata, penting untuk
mengetahui terlebih dahulu sejauh mana potensi dan
perkembangan yang sudah terjadi di sebuah desa wisata sehingga
dapat disusun strategi dan program yang sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Berdasarkan Tourism Life Cycle dan Product Life Cycle maka
tingkat perkembangan suatu desa wisata sebagai sebuah produk
wisata dapat dikategorikan ke dalam 3 (tiga) tahapan yaitu embrio/
potensial, berkembang, dan maju. Sementara, indikator untuk
masing-masing tahapan adalah sebagai berikut:
Laporan Akhir 6 - 9
No. INSTRUMEN INDIKATOR
sebagainya)
5. Pemasaran dan a. Belum ada/ masih sedikit sekali
promosi wisatawan yang berkunjung
b. Belum adanya media promosi
tentang desa wisata tersebut
6. Kelembagaan dan a. Belum memiliki organisasi
SDM kepengurusan desa wisata
b. Masih secara spontan dalam
menerima kunjungan wisatawan
c. Belum adanya pengembangan
kualitas dalam bidang
kepariwisataan
6.2.2. BERKEMBANG
Berkembang. Pada tingkatan ini, sebuah desa dicirikan sebagai
berikut:
No. INSTRUMEN INDIKATOR
1. Daya Tarik a. Potensi daya tarik sudah mulai
dikelola
b. Munculnya aktifitas perdagangan
disekitar daya tarik wisata
c. Munculnya daya tarik wisata dari
aktifitas dan budaya lokal dari
masyarakat
2. Aksesibilitas a. Terdapat rambu-rambu penanda
keberadaan desa wisata
b. Terdapat angkutan umum menuju
kawasan tersebut
c. Mempunyai akses untuk kendaraan
pribadi
3. Fasilitas a. Sudah terdapat pengembangan
sarana prasarana dan fasilitas
pariwisata
b. Pengunaan fasilitas umum desa dan
fasilitas pribadi masyarakat sebagai
fasilitas wisata secara spontan
4. Pemberdayaan a. Sudah mulai tercipta lapangan
Laporan Akhir 6 - 10
No. INSTRUMEN INDIKATOR
Masyarakat pekerjaan dan aktifitas ekonomi
bagi masyarakat setempat
b. Kesadaran masyarakat terhadap
potensi wisata sudah mulai tumbuh.
5. Pemasaran dan a. Sudah mulai dikenal dan dikunjungi
promosi wisatawan
b. Sudah mempunyai media promosi
(website, brosur)
6. Kelembagaan dan a. Mempunyai organisasi kepengurusan
SDM desa wisata
b. Masih memerlukan pendampingan
dari pihak terkait (pemerintah,
swasta)
6.2.3. MAJU
Maju. Pada tingkatan ini, sebuah desa dicirikan sebagai berikut:
No. INSTRUMEN INDIKATOR
1. Daya Tarik a. Daya tarik wisata sudah berkembang
dan menjadi tujuan wisata rutin
para wisatawan
b. Terdapat aktifitas perdagangan di
sekitar daya tarik wisata, sekaligus
sebagai daya tarik tersendiri
c. Daya tarik wisata dari aktifitas dan
budaya masyarakat sudah
berkembang
2. Aksesibilitas a. Memiliki rambu-rambu penanda
yang jelas untuk menuju kawasan
tersebut
b. Mempunyai akses untuk kendaraan
pribadi dan kendaraan umum besar
c. Mempunyai moda transportasi di
dalam kawasan yang sekaligus dapat
menjadi daya tarik
3. Fasilitas a. Sarana prasarana dan fasilitas
pariwisata sudah memadai
b. Berkembangnya fasilitas wisata yang
memanfaatkan potensi dari
Laporan Akhir 6 - 11
No. INSTRUMEN INDIKATOR
masyarakat (homestay, persawahan,
kebun dsb)
4. Pemberdayaan a. Masyarakat sudah sepenuhnya sadar
Masyarakat akan potensi wisata termasuk
pengembangannya.
b. Masyarakat terlibat langsung dalam
pengelolaan daya tarik wisata
5. Pemasaran dan a. Sudah menjadi destinasi wisata yang
promosi dikenal dan banyak dikunjungi oleh
wisatawan
b. Mampu melakukan promosi dan
pemasaran secara swadaya serta
mengembangkan jaringan kerjasama
dengan pihak luar.
6. Kelembagaan dan a. Masyarakat sudah mandiri dan
SDM mampu mengelola usaha pariwisata
secara swadaya (SDM, produk,
organisasi, dsb).
b. Dapat menjadi model percontohan
bagi pengembangan desa-desa
wisata lainnya.
Laporan Akhir 6 - 12
BAB
PROGRAM PENGEMBANGAN
7
DESA WISATA
KAJIAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA DI DIY
Laporan Akhir 7 - 0
7.1. STRATEGI PENGEMBANGAN
Dalam rangka mengantisipasi berbagai dinamika yang terkait
dengan pengelolaan desa wisata, dan mempertimbangkan kondisi
objektif sebagian besar desa-desa wisata saat ini dan dengan tujuan
untuk mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya yang tersedia desa
wisata agar dapat dilakukan dan dikendalikan oleh masyarakat
lokal. Beberapa langkah yang dapat ditempuh antara lain.
A. Skala Usaha Kecil
Idealnya usaha tersebut berskala kecil agar mampu menjadi
jembatan bagi masyarakat untuk mengasah ketrampilan bisnis
(Nasikun, 1997; WTO, 2003). Salah satu bentuk konkretnya adalah
jasa akomodasi, seperti homestay atau jenis usaha lain yang
berskala kecil. Seperti umum diketahui, bahwa usaha-usaha kecil
nonpertanian sudah cukup lama berkembang di pedesaan dan
memberikan kontribusi penting bagi diversifikasi dan peningkatan
pendapatan rumahtangga (Sawit, et.al, 1993; Effendi, et.al, 1996;
Abdullah, et.al, 1995). Meskipun usaha-usaha demikian umumnya
berskala mikro, namun pengelolanya memiliki ketrampilan khusus,
keuletan, kerja keras yang produktif di dalam menjalankan
usahanya. Hal ini dapat lebih mudah ditransformasikan ke sektor
jasa, seperti usaha pariwisata.
B. Padat Karya
Usaha pariwisata di desa sebaiknya tidak padat modal (capital
intensive), tetapi berbasis padat karya (labour intensive). Besaran
modal ini lebih sesuai dengan kondisi umum yang dihadapi oleh
pengelola usaha pariwisata tentang kesulitan memperoleh modal.
Sebaliknya, membiarkan modal besar sebagai kekuatan
pengembangan akan mengakibatkan tersingkirnya penduduk lokal
dari arena kompetisi.
Laporan Akhir 7 - 1
C. Penyerapan Tenaga Kerja Lokal
Dalam pengelolaan usaha pariwisata sebaiknya menggunakan
tenaga kerja setempat, agar dapat menghindari marjinalisasi
penduduk lokal dalam pengembangan pariwisata pedesaan. Namun
demikian, syarat pemanfaatan tenaga kerja lokal ini cukup
dilematis ketika berhadapan dengan realitas mutu atau kompetensi
yang masih rendah. Di sisi lain keterbatasan jumlah tenaga kerja
trampil ini mengakibatkan okupasi-okupasi strategis di sektor
pariwisata dikuasai oleh kaum pendatang (Vorlaufer, 1979;
Damanik, 2001; Karim, 2008). Oleh sebab itu harus dicari solusi
cerdas berupa pemberian pelatihan yang berorientasi pada
kompetensi teknis bagi tenaga kerja lokal.
Laporan Akhir 7 - 2
E. Menekan Eksploitasi Sumberdaya lokal dan Pencemaran
Lingkungan
Pengelolaan desa wisata sebaiknya mampu menekan potensi
pencemaran lingkungan dan eksploitasi sumberdaya lokal. Salah
satu kekuatan desa wisata adalah alam yang relatif asri dan lestari.
Penggerusan kelestarian alam atas alasan apa pun pasti akan
menjadi bumerang yang mematikan bagi desa wisata. Oleh sebab
itu keseimbangan pemanfaatan kawasan menjadi syarat penting.
Daerah pedesaan yang menawarkan pertanian sebagai basis atraksi
wisata harus dikendalikan untuk tetap menjaga keseimbangan luas
area pertanian dengan zona pengembangan infrastruktur
pariwisata. Pemanfaatan sumberdaya lokal, misalnya air, yang
digunakan baik untuk keperluan pertanian maupun pariwisata perlu
dikendalikan agar tidak mematikan salah satu atau kedua aktivitas
tersebut. Pedesaan yang mengembangkan pariwisata pantai dan
bahari harus mampu menciptakan langkah pelestarian lingkungan,
misalnya dengan membangun instalasi limbah cair dan padat,
perluasan zona sempadan pantai yang steril dari bangunan buatan,
ekspansi tanaman penyangga abrasi dan sebagainya.
Laporan Akhir 7 - 3
7.2. PROGRAM PENGEMBANGAN
Dalam pengembangan desa wisata dibutuhkan strategi atau langkah yang tepat sesuai dengan tingkat
perkembangan desa tersebut agar dapat memberikan hasil yang maksimal sesuai dengan yang diinginkan. Dengan
memperhatikan aspek-aspek daya tarik, aksesibilitas, fasilitas, pemberdayaan masyarakat, pemasaran dan
promosi serta kelembagaan dan SDM, maka bisa disusun implikasi program yang disesuaikan dengan tingkat
perkembangan desa wisata (embrio/ potensial-berkembang-maju), yang diuraikan dalam tahap perencanaan-
implikasi, seperti yang tertera dalam matriks berikut:
1. Daya Tarik Wisata 1. Mengidentifikasi dan 1. Implementasi rencana 1. Melakukan Inovasi terhadap
menginventarisir potensi dan pengembangan potensi dan produk yang ada
karakteristik desa dari semua karakteristik desa menjadi daya 2. Memperkaya produk yang ada
aspek tarik wisata utama dan dengan produk baru yang sesuai
2. Mensosialisasikan potensi kepada pendukung dengan perkembangan
seluruh masyarakat 2. Menyusun paket wisata kebutuhan pasar
3. Menyusun rencana kerja berdasarkan potensi dan
pengembangan desa wisata karakter desa
Laporan Akhir 7 - 4
NO ASPEK EMBRIO BERKEMBANG MAJU
3. Fasilitas 1. Merintis pengembangan fasilitas 1. Pengembangan fasilitas dan 1. Melengkapi fasilitas pendukung
dan sarana prasarana sarana prasarana pendukung yang sudah ada sesuai dengan
wisata kebutuhan wisata
5. Pemasaran dan 1. Menyusun informasi mengenai 1. Menyusun paket wisata dan 1. Memperluas pemasaran paket
Promosi potensi dan karakter serta melakukan promosi dan wisata
produk yang akan dipasarkan pemasaran (fam trip, roadshow, 2. Mempresentasikan informasi
(profil desa) penyebaran bahan promosi) mengenai potensi dan
2. Mengidentifikasi semua potensi 2. Membangun sistem promosi dan keunggulan/ karakteristik
lokal sebagai modal bersama pemasaran melalui (brosur, produk
(SDM, Kelompok Masyarakat, leaflet, proposal, website statis, 3. Membangun kerjasama dan
Aset Desa, Sarana dan papan/ peta petunjuk dan jaringan dengan berbagai pihak
Prasarana) informasi di tempat yang (ASITA, PHRI, BPW, dll)
strategis)
4. Membuka peluang investasi baik
3. Mengembangkan potensi lokal di lingkup internal maupun
menjadi modal dalam bentuk eksternal desa dengan prinsip
daya tarik, produk wisata dan saling menguntungkan (win win
fasilitas pendukung solution).
Laporan Akhir 7 - 5
NO ASPEK EMBRIO BERKEMBANG MAJU
6. Kelembagaan dan 1. Merintis pengembangan 1. Memberikan pelatihan tentang 1. Memperkuat kelembagaan dan
SDM kelembagaan lokal untuk kelembagaan dan manajemen manajemen dengan kelengkapan
pengelolaan potensi wisata yang lebih modern, misalnya lainnya yang diperlukan untuk
2. Mensosialisasikan manajemen koperasi pelayanan
dan kelembagaan desa wisata 2. Membentuk Forum Komunikasi 2. Mengembangkan Jaringan
kepada masyarakat Desa Wisata di daerah kerjasama Desa Wisata di
tingkat regional/ nasional
3. Meningkatkan kompetensi
dengan melakukan pelatihan
secara rutin dengan yang materi
yang lebih tinggi
Laporan Akhir 7 - 6
BAB
MONITORING DAN EVALUASI
8
KAJIAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA DI DIY
Laporan Kemajuan 7 - 0
Dalam pengembangan desa wisata diperlukan monitoring dan
evaluasi atas pelaksanaan program dikaitkan dengan tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai dari implementasi program tersebut.
Khususnya bagi masyarakat maupun bagi wilayah sasaran.
Monitoring dan evaluasi tersebut sangat penting untuk
menemukenali tingkat keberhasilan dan sekaligus kekurangan dan
hambatan yang terjadi, sehingga dapat diperoleh solusi dan
rekomendasi untuk pengembangan program desa wisata di masa
mendatang
Laporan Akhir 8 - 1
8.2. INSTRUMEN EVALUASI
Instrumen evaluasi merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mengevaluasi program pengembangan suatu desa wisata. Dalam
penyusunan instrumen evaluasi desa wisata, dapat dilakukan
dengan cara mengidentifikasikan karakteristik desa wisata yang
diteliti dan menjabarkan indikator dari setiap desa wisata yang
diuraikan dalam matriks sebagai berikut:
NO KARAKTERISTIK INDIKATOR
1. DAYA TARIK 1. Peningkatan inovasi / penciptaan dan
pengelolaan produk wisata berbasis
potensi sumber daya lokal di desa
wisata
2. Peningkatan modifikasi / daur ulang
produk wisata sesuai dengan kebutuhan
pasar
3. Peningkatan kunjungan wisatawan di
desa wisata
4. Peningkatan lama tinggal wisatawan di
desa wisata
5. Peningkatan pertumbuhan (jumlah dan
kualitas) usaha pariwisata yang dikelola
masyarakat setempat di desa wisata
6. Peningkatan kualitas lingkungan desa
wisata (termasuk sarana prasarana
lingkungan untuk mendukung kegiatan
kepariwisataan)
7. Peningkatan konservasi sumber daya
(alam dan budaya) di desa wisata
2. AKSESIBILITAS 1. Peningkatan kemudahan akses menuju
kawasan desa wisata
2. Peningkatan kemudahan akses si dalam
kawasan desa wisata
3. Peningkatan moda transportasi lokal
menjadi daya tarik wisata
3. FASILITAS 1. Peningkatan kualitas fasilitas pariwisata
(misalnya: homestay)
2. Peningkatan jumlah fasilitas pariwisata
3. Peningkatan pembangunan fasilitas
pariwisata dalam mendukung
pengembangan sebagai desa wisata (kios
souvenir, parkir dll)
4. PEMBERDAYAAN 1. Peningkatan kompetensi dan
Laporan Akhir 8 - 2
MASYARAKAT keterampilan masyarakat si desa wisata
dalam bidang kepariwisataan
2. Peningkatan kapasitas dan peran
masyarakat/ SDM setempat dalam
inisiasi dan pelaksaaan program desa
wisata
3. Peningkatan swadaya masyarakat di
desa wisata
4. Peningkatan penciptaan lapangan kerja
di desa wisata
5. Peningkatan penyerapan tenaga kerja
lokal di desa wisata
6. Peningkatan pendapatan masyarakat
dari kegiatan kepariwisataan di desa
wisata
5. PEMASARAN DAN 1. Peningkatan kunjungan wisatawan di
PROMOSI desa wisata
2. Peningkatan lama tinggal wisatawan di
desa wisata
3. Peningkatan pangsa pasar / market
share
4. Peningkatan minat / permintaan pasar
terhadap desa wisata
6. INVESTASI 1. Peningkatan modal dalam bentuk daya
tarik, produk wisata dan fasilitas
pendukung di desa wisata
2. Peningkatan investasi baik di lingkup
internal maupun eksternal desa wisata
dengan prinsip saling menguntungkan
(win win solution)
7. KELEMBAGAAN DAN 1. Peningkatan jaringan kerjasama desa
SDM wisata di tingkat regional/ nasional
2. Peningkatan kinerja dan kemampuan
lembaga masyarakat setempat dalam
memfasilitasi dan mengelola program
desa wisata
3. Peningkatan kompetensi dan
keterampilan masyarakat si desa wisata
dalam bidang kepariwisataan
4. Peningkatan kapasitas dan peran
masyarakat/ SDM setempat dalam
inisiasi dan pelaksaaan program desa
wisata
Laporan Akhir 8 - 3
BAB 9
STUDI KASUS: DESA WISATA
PENTINGSARI
KAJIAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA DI DIY
Laporan Akhir 9 - 0
9.1. JUSTIFIKASI PEMILIHAN
Dalam studi kasus penerapan kajian pengembangan desa wisata di
DIY ini dipilih desa wisata Pentingsari sebagai studi kasus serta
percontohan penerapannya, hal ini dilandasi beberapa justifikasi,
antara lain:
1. Memiliki daya tarik wisata yang unik, yaitu perpaduan alam
pegunungan dan daya tarik sejarah serta budaya sekaligus
daya tarik khusus, seperti camping ground dan kolam
pemancingan
2. Sarana dan prasarana yang sudah cukup memadai
3. Memiliki pasar wisatawan yang cukup signifikan
4. Memiliki dukungan ketersediaan sumber daya manusia (SDM)
lokal dengan pengelolaan langsung dari masyarakat lokal
5. Mendapatkan penghargaan dalam bidang pariwisata sebagai
desa wisata
6. Telah siap sebagai kawasan pariwisata dalam menerima
wisatawan nusantara maupun mancanegara
Laporan Akhir 9 - 1
9.2. PROGRAM PENGEMBANGAN
Program pengembangan Desa Wisata Pentingsari sebagai salah satu desa percontohan, dapat di bagi menjadi 6
(enam) instrumen, antara lain: daya tarik, aksesibilitas, fasilitas, pemberdayaan masyarakat, pemasaran dan
promosi serta kelembagaan dan SDM. Jabaran program dapat dilihat pada matrik berikut:
TAHAPAN
INDIKASI PROGRAM INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAAN
I II III
1.1. Indentifikasi dan inventarisasi ulang seluruh daya Tarik dan Dinas Pariwisata Rp. 50.000.000,- tiap
potensi keunikan yang tersedia di Desa Wisata Pentingsari Masyarakat tahapan kegiatan
1.2. Beautification daya Tarik wisata di desa wisata Pentingsari Dinas Pariwisata Rp. 300.000.000,- tiap
(penanaman vegetasi, jalur pedestrian dll) Masyarakat tahapan kegiatan
1.3. Peningkatan kebersihan di sekitar daya Tarik wisata desa Masyarakat Rp. 50.000.000,- tiap
wisata pentingsari antara lain Watu Gendong, Watu Payung, Dinas Pariwisata tahapan kegiatan
Watu Gajah, Watu Persembahan, Watu Dakon, Makam
Pentingsari (lokasi pejuang tahun 1948-1949), Sendang Sari,
Luweng Sunan Kalijaga (sejak tahun 1477), Camping,
Outbound, Kesenian (kuda lumping, angguk, Sholawatan,
karawitan, cokekan, tarian jawa, tradisi manten/pernikahan,
tradisi kenduri, gamelan, membatik, kreasi janur).
Laporan Akhir 9 - 2
TAHAPAN
INDIKASI PROGRAM INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAAN
I II III
1.4. Studi penetapan tata aturan Tentang Tata Bangunan Dan Dinas Pariwisata Rp. 50.000.000,- tiap
Lingkungan di dalam kawasan Desa Wisata Pentingsari sesuai Masyarakat tahapan kegiatan
dengan tata aturan tentang desa wisata
1.5. Penguatan modal bagi masyarakat terkait pengembangan Dinas Pariwisata Rp. 50.000.000,- tiap
pariwisata di Desa Wisata Pentingsari BKPM tahapan kegiatan
Kemendag
Masyarakat
1.6. Penanaman pohon dan penangkaran burung liar sebagai upaya Dinas Pariwisata Rp. 50.000.000,- tiap
konservasi dan pengelolaan berkelanjutan sumber daya Kehutanan tahapan kegiatan
kepariwisataan dan lingkungan di Desa Wisata Pentingsari
Masyarakat
1.7. Pembangunan dan renovasi sarana prasarana dasar seperti PU Rp. 50.000.000,- tiap
kamar mandi, pos kesehatan, pusat informasi dan pengelola Dinas Pariwisata tahapan kegiatan
untuk meningkatkan kualitas kegiatan kepariwisataan di sekitar
lokasi daya tarik wisata Masyarakat
Laporan Akhir 9 - 3
9.2.2. AKSESIBILITAS
TAHAPAN
NO INDIKASI PROGRAM INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAAN
I II III
1.1. Penanda di dalam kawasan Desa Wisata, yang menunjukkan Dinas pariwisata Rp. 10.000.000,-
lokasi daya tarik/ lokasi aktivitas, termasuk di dalamnya tiap tahapan kegiatan
peta lokasi (you’re here map)
1.2. Penanda di jalur utama menuju Desa Wisata, mulai dari jalan Dinas pariwisata Rp. 50.000.000,-
penghubung antar provinsi, sampai jalan masuk ke Desa Dinas Lalu Lintas tiap tahapan kegiatan
Wisata dan Angkutan Jalan
Raya
1.3. Baliho/ penanda di jalan masuk Desa Wisata Dinas pariwisata Rp. 10.000.000,-
tiap tahapan kegiatan
Laporan Akhir 9 - 4
TAHAPAN
NO INDIKASI PROGRAM INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAAN
I II III
2.2.3. Pengecoran bahu jalan
3.1. Pembuatan terminal/transit zone di jalan masuk Desa Wisata Dinas Pariwisata Rp. 500.000.000,-
PU/Perhubungan tiap tahapan kegiatan
Laporan Akhir 9 - 5
9.2.3. FASILITAS
TAHAPAN
NO INDIKASI PROGRAM INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAAN
I II III
1. 1.1. Peningkatan fasilitas homestay yang sudah ada sebanyak 70 Dinas Pariwisata Rp. 1.400.000.000,- tiap
unit Masyarakat tahapan kegiatan
1.2. Pengembangan fasilitas homestay yang sedang dikembangkan Dinas Pariwisata Rp. 2.600.000.000,- tiap
sebanyak 52 unit Masyarakat tahapan kegiatan
1.3. Pengembangan fasilitas Tourism Information Center (TIC) Dinas Pariwisata Rp. 150.000.000,- tiap
tahapan kegiatan
1.4. Pengembangan fasilitas kios souvenir pada area parkir Dinas Pariwisata Rp. 300.000.000,- tiap
wisatawan/meeting point. tahapan kegiatan
Laporan Akhir 9 - 6
9.2.4. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
TAHAPAN
NO INDIKASI PROGRAM INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAAN
I II III
1.1. Penyuluhan / Sosialisasi Kelompok Sadar Wisata/pengelola Dinas terkait Rp. 50.000.000,- tiap
desa wisata kepada Masyarakat tentang Sapta Pesona secara pemberdayaan tahapan kegiatan
berkala dengan tujuan untuk mendorong dan memotivasi masyarakat bidang
masyarakat agar menjadi TUAN RUMAH yang baik dalam pariwisata
mendukung kegiatan kepariwisataan di daerahnya.
1.2. Penyuluhan / Sosialisasi Kelompok Sadar Wisata/pengelola Dinas terkait Rp. 50.000.000,- tiap
desa wisata kepada Masyarakat tentang peningkatan kualitas pemberdayaan tahapan kegiatan
lingkungan dan daya tarik wisata setempat masyarakat bidang
pariwisata
Dinas terkait
Lingkungan Hidup
1.3. Bimbingan teknis peningkatan kualitas (ketrampilan) dan Dinas terkait Rp. 100.000.000,- tiap
kuantitas usaha dan jasa wisata masyarakat lokal dalam pemberdayaan tahapan kegiatan
rangka pelibatan aktif masyarakat dalam bidang masyarakat bidang
kepariwisataan di desanya pariwisata
Dekranasda
1.4. Bimbingan teknis penguatan kemampuan pengelola desa Dinas terkait Rp. 50.000.000,- tiap
wisata dalam mengelola bidang usaha pariwisata dan usaha pemberdayaan
Laporan Akhir 9 - 7
TAHAPAN
NO INDIKASI PROGRAM INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAAN
I II III
terkait lainnya. masyarakat bidang tahapan kegiatan
pariwisatav
2.1. Pelatihan pembuatan proposal kerjasama dengan bidang Dinas terkait Rp. 50.000.000,- tiap
usaha pariwisata dan usaha terkait lainnya pemberdayaan tahapan kegiatan
masyarakat bidang
pariwisata
2.2. Pelatihan peningkatan ketrampilan kelompok usaha Dinas terkait Rp. 100.000.000,- tiap
pariwisata dan usaha terkait lainnya di luar desa wisata yang pemberdayaan tahapan kegiatan
mendukung kegiatan wisata di desa wisata sebagai dampak masyarakat bidang
multiganda pariwisata; (contohnya yaitu penyediaan buah pariwisata
dan sayuran, bahan baku cinderamata, grup kesenian, dan
usaha jasa lainnya)
2.3. Workshop jaringan komunikasi dan kerjasama antar pengelola Dinas terkait Rp. 50.000.000,- tiap
desa wisata tingkat Kabupaten pemberdayaan tahapan kegiatan
masyarakat bidang
pariwisata
2.4. Workshop jaringan komunikasi dan kerjasama antar pengelola Dinas terkait Rp. 50.000.000,- tiap
desa wisata tingkat Provinsi pemberdayaan tahapan kegiatan
Laporan Akhir 9 - 8
TAHAPAN
NO INDIKASI PROGRAM INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAAN
I II III
masyarakat bidang
pariwisata
2.5. Workshop jaringan komunikasi dan kerjasama antar pengelola Dinas terkait Rp. 75.000.000,- tiap
desa wisata tingkat Nasional pemberdayaan tahapan kegiatan
masyarakat bidang
pariwisata
Laporan Akhir 9 - 9
9.2.5. PEMASARAN DAN PROMOSI
TAHAPAN
NO INDIKASI PROGRAM INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAAN
I II III
1. 1.1. Pembuatan Website yang informatif tentang desa wisata Pengelola Desa Rp. 100.000.000,- tiap
Pentingsari, sekaligus perawatan dan pengelolaan website Wisata tahapan kegiatan
Dinas Kominfo
Dinas Pariwisata
1.2. Pelatihan admin website yang bertugas untuk update Pengelola Desa Rp. 25.000.000,- tiap
informasi tentang desa wisata dan merespon dengan segera Wisata tahapan kegiatan
pertanyaan dan permintaan informasi. Dinas Kominfo
Dinas Pariwisata
1.3. Intensifikasi pemasaran melalui media sosial (Facebook, Pengelola Desa Rp. 25.000.000,- tiap
twitter, instagram, path) selain website yang up-to-date Wisata tahapan kegiatan
sebagai alat pemasaran wajib. Dinas Kominfo
1.4. Identifikasi ulang daya tarik di masing-masing Desa Wisata Pengelola Desa Rp. 50.000.000,- tiap
dan explorasi daya tarik potensial yang akan dikembangkan Wisata tahapan kegiatan
agar pasar terhindar dari kejenuhan. ASITA
1.5. Pembentukan forum desa agar tercipta hubungan usaha Pengelola Desa Rp. 50.000.000,- tiap
yang baik dan berkelanjutan serta menghindari perang Wisata tahapan kegiatan
harga diantara desa wisata yang pada akhirnya akan ASITA
merugikan Desa Wisata itu sendiri. Sekaligus penetapan
harga yang jelas dan atraktif, baik bagi para wisatawan
Laporan Akhir 9 - 10
TAHAPAN
NO INDIKASI PROGRAM INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAAN
I II III
maupun bagi para travel agent.
1.6. Pembentukan jejaring aktif dengan menjalin hubungan Pengelola Desa Rp. 25.000.000,- tiap
lembaga pendidikan terkait dengan Pariwisata, untuk Wisata tahapan kegiatan
menjalin kerjasama secara bekelanjutan, dapat berupa Institusi Pendidikan
kegiatan pengiriman pelajar/mahasiswa dalam rangka tinggi (terutama
praktek atau penelitian yang bermutu, membuka akses terkait pariwisata)
pasar baru, dan menjadi mitra dalam pengembangan Desa
Wisata.
1.7. Pembentukan jejaring aktif menjajaki pasar lembaga dan Pengelola Desa Rp. 25.000.000,- tiap
korporasi, baik lembaga pendidikan maupun lembaga Wisata tahapan kegiatan
lainya, terutama untuk pangsa pasar live-in desa Wisata Institusi Pendidikan
yang memungkinkan untuk diselenggarakan kegiatan (TK – Perguruan
semacam ini. tinggi)
Dinas Pendidikan
1.8. Pemantapan daya tarik utama desa wisata Pentingsari. Pengelola Desa Rp. 25.000.000,- tiap
Wisata tahapan kegiatan
Dinas Pariwisata
Laporan Akhir 9 - 11
9.2.6. KELEMBAGAAN DAN SDM
TAHAPAN
NO INDIKASI PROGRAM INSTANSI TERKAIT ESTIMASI PEMBIAYAAN
I II III
1. 1.1. Pembentukan forum pengelola desa wisata tingkat kabupaten Dinas Pariwisata Rp. 100.000.000,- tiap
dan provinsi Masyarakat tahapan kegiatan
1.2. Penyelenggaraan forum pengelola desa wisata tingkat Dinas Pariwisata Rp. 50.000.000,- tiap 6
kabupaten dan provinsi tiap 6 (enam) bulan Forum desa wisata (enam) bulan
Masyarakat
1.3. Pelatihan peningkatan kompetensi secara rutin dengan yang Dinas Pariwisata Rp. 150.000.000,- tiap
materi yang lebih tinggi Forum desa wisata kegiatan
Masyarakat
1.4. Program magang (trainning program) Dinas Pariwisata Rp. 150.000.000,- tiap
Forum desa wisata kegiatan
Masyarakat
Swasta
1.5. Program pendidikan dengan bekerjasama dengan PTN/PTS Dinas Pariwisata Rp. 10.000.000,- tiap
yang mempunyai Jurusan Pariwisata untuk peningkatan mutu Forum desa wisata SDM
kualitas SDM pada desa wisata terkait (D2/D3/D4/S1/S2)
Masyarakat
Swasta
Laporan Akhir 9 - 12
BAB 10
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
KAJIAN PENGEMBANGAN
DESA WISATA DI DIY
Laporan Kemajuan 7 - 0
10.1. KESIMPULAN
Secara umum pengembangan desa wisata di DIY dapat digambarkan
sebagai berikut :
A. DAYA TARIK WISATA
Belum mengemuka secara informatif , komunikatif dan
menarik serta “menjual”. Masih diperlukan upaya untuk
mendiskripsikan dan mendistribusikan potensi yang
dimiliki agar dapat dikenal secara meluas.
Otensitas, originalitas, dan karakteristik desa belum
begitu nampak. Namun masyarakat desa telah berusaha
untuk menampakkannya.
Potensi pedesaan yang dimiliki perlu dipilih dan
diklasifikasikan untuk menemukan “icon” yang ingin
diandalkan.
Secara umum potensi berada pada posisi sudah siap
untuk dikembangkan.
Diperlukan upaya tekun mengolah diri agar potensi
tersebut dapat dikelola sedemikian rupa sehingga dapat
memberi manfaat ekonomi, sosial, budaya dan
lingkungan.
Laporan Akhir 10 - 1
- Setting tata ruang
- Dukungan terhadap kegiatan wisata
- Kontribusi terhadap kebutuhan wisatawan.
C. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Secara umum nampak semangat warga untuk
mewujudkan adanya desa wisata, namun masih perlu
dipandu agar totalitas peran masyarakat dapat kompak
dan “guyub”
Laporan Akhir 10 - 2
Kemitraan dengan travel-travel agent yang masih
terbatas, sehingga diperlukan jejaring kemitraan yang
luas dalam memasarkan desa wisata.
10.2. REKOMENDASI
Peningkatan kualitas desa wisata sangatlah diperlukan dengan cara
mengoptimalkan potensinya dengan pengelolaan yang baik, benar
dan tepat. Berikut rekomendasi yang dapat dilakukan dalam
pengembangan desa wisata di DIY, antara lain:
Laporan Akhir 10 - 3
A. MANAJEMEN DAYA TARIK
Dapat merupakan tindakan pengelolaan yang membutuhkan
kemampuan untuk :
Penyelenggaraan atraksi
Penyajian keunikan dan keragaman obyek
Pengadaan akses & fasilitas
Kreasi aktifitas
Mengantisipasi aspek aspek teknis yang diperlukan,
misalnya ;
B. MANAJEMEN INFORMASI
Adalah tindakan layanan informasi, Misalnya :
Layanan informasi berkenaan dengan obyek
Layanan informasi berkenaan dengan atraksi
Layanan informasi berkenaan dengan amenitas
Layanan informasi dapat disajikan dalam bentuk :
Media cetak /elektronik
Laporan Akhir 10 - 4
Hal ini sangat penting karena dapat mempengaruhi kondisi
fisik dan mental wisatawan. Berbagai hal mengenai
manajemen akses & amenitas ini sangat tergantung pada :
Ketersediaan
Kualitas fisik & Non Fisik
Setting tata ruang
Dukungan terhadap kegiatan wisata
Kontribusi terhadap kebutuhan wisatawan
D. MANAJEMEN LINGKUNGAN
Merupakan tindakan pengelolaan lingkungan demi
keberlangsungan pariwisata itu sendiri. Hal demikian
berhubungan dengan :
Keselamatan/ keamanan
Kebersihan lingkungan
Kualitas fisik lingkungan
Kualitas sanitasi
E. MANAJEMEN KELEMBAGAAN
Membangun jejaring pokdarwis dan desa wisata
Konsep pengembangan desa wisata yang sejalan seiring
dengan “Jogja – Incorporated”
1) Identifikasi potensi
Laporan Akhir 10 - 5
Sudah maju
Sudah berkembang
Baru mulai berkembang
2) Identifikasi jalur terpadu
Poros dan jeruji
b. Analisis pasar dan preferensi wisatawan
1) Wisnus
2) Wisman
3) Produk tersaji
c. Pemekatan Produk (paket wisata)
1) Paket wisata berbasis alokasi waktu
2) Paket wisata berbasis tema
3) Paket wisata berbasis “event”
4) Paket wisata berbasis bauran
d. Pengelolaan dan pengembangan
1) Pengelola
2) Produk yang ditawarkan
3) Contact person/address
4) Promosi/ pemasaran (channel/outlet pemasaran)
G. PRODUK HUKUM
Perlunya mengagas produk hukum desa wisata, dengan
penyelenggaraan loka karya. Hal ini diperlukan untuk
menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dalam
pengembangan desa wisata, khususnya di DIY
Laporan Akhir 10 - 6