Anda di halaman 1dari 52

UNIVERSITAS DIPONEGORO

MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA

Tim Studio Penataan Ruang-MPWK 2012

Outline
Pendahuluan Gambaran umum

Isu Strategis dan Permasalahan


Analisis perencanaan dalam 6 aspek pengembangan kawasan (fisik, sosial kependudukan, tata guna lahan, ekonomi, sarana prasarana, kebijakan dan kelembagaan) Konsep Perencanaan Rencana Tata Ruang Koridor Pengembangan Kota Magelang Kota Yogyakarta (2012-2032) Kesimpulan dan penutup

Pendahuluan
Koridor pengembangan Kota Magelang-Yogyakarta: Kawasan strategis dimana terdapat daerah-daerah yang berpotensi saling berinteraksi, yaitu Kota Magelang, Kota Yogyakarta, dan beberapa kecamatan di Kab. Magelang dan Kab. Sleman. Pengembangan perkotaan: desa-desa pinggiran sepanjang jalur koridor arteri primer memiliki sifat kekotaan. Akibat perubahan sebagai dampak dari proses aglomerasi pusatpusat pertumbuhan yang tidak terencana dengan baik dan permasalahan yang dihadapi oleh desa-urban yang belum siap untuk memberikan pelayanan optimal bagi masyarakat permasalahan penataan ruang sepanjang koridor.

Tujuan
Mewujudkan pengembangan ekonomi wilayah koridor pengembangan sebagai kawasan strategis perkotaan dengan memperhatikan aspek pembangunan berkelanjutan dan kearifan lokal penataan ruang kawasan strategis perkotaan yang berciri identik dengan keunikan lokal daerah, nyaman, aman dan mensejahterakan masyarakat.

Gambaran Umum
Makro

Kawasan cepat tumbuh pada koridor jalan arteri nasional terbentuk hubungan saling interaksi antara Kota Yogyakarta dan Kota Magelang. Kota Magelang memiliki status sebagai PKW seperti yang tercantum di RTRW Provinsi Jawa Tengah.
Mikro Koridor pengembangan yang terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan meliputi 4 Kecamatan di Kabupaten Magelang (Mertoyudan, Mungkid, Muntilan, Salam), dan 3 Kecamatan di Kabupaten Sleman (Tempel, Sleman dan Mlati).

Gambaran Umum
Kriteria Desa Terpilih

1
2 3

Desa atau kelurahan yang dilalui jalur koridor Magelang Yogyakarta


Desa atau kelurahan yang berdasarkan perhitungan Indeks Marshall termasuk dalam hirarki I dan II dalam skala kecamatan Desa atau kelurahan yang memiliki sektor unggulan non pertanian

PETA LOKASI 27 DESA TERPILIH DI SEPANJANG KORIDOR KOTA MAGELANG KOTA YOGYAKARTA

27 Desa Terpilih :
Kecamatan Mertoyudan Desa Mertoyudan Sumberrejo Danurejo Blondo Senden Ambartawang Mungkid Paremono Bojong Pabelan Taman Agung Sedayu Pucungrejo Muntilan Gunungpring Gulon Jumoyo Sucen Kadiluwih Salam Lumbungrejo Margorejo Caturharjo Triharjo Tridadi Sendangadi Sinduadi

Mungkid

Muntilan

Muntilan

Salam

Tempel Sleman Mlati

FISIK, SDA, DAN LINGKUNGAN

SARANA DAN PRASARANA Kebutuhan masyarakat akan infrastruktur perkotaan tidak terpenuhi secara maksimal

TATA GUNA LAHAN Kota cenderung berkembang ke arah kapital dan tidak memperhatikan pengembangan kota yang berkelanjutan SOSIAL DAN KEPENDUDUKAN
Menurunnya kualitas hidup masyarakat yang tinggal di sepanjang koridor pengembangan

KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN EKONOMI


Menurunnya kualitas produk tata ruang di daerah yang kurang mengusung potensi lokal di daerah

Akibat

Degradasi lingkungan, bencana alam seperti banjir, longsor, dsb

Terhambatnya percepatan pertumbuhan wilayah

Tidak optimalnya fungsi kawasan strategis perkotaan yang kurang memperhatikan keseimbangan pertumbuhan kawasan fungsi budidaya dengan fungsi lindung

Permasalahan Utama
Kurangnya pengelolaan sumber daya lokal yang bernilai bagi pengembangan ekonomi wilayah

Tidak terpelihara nya fungsi lindung kawasan (hutan lindung, kawasan resapan air, DAS, dll)

Kurangnya prasarana dan sarana infrastruktu r perkotaan

Perubahan fungsi lahan pertanian menjadi permukim an dan area komersil

Kepadatan penduduk di wilayah sepanjang koridor yang semakin tinggi dan persebarannya yang kurang merata

Penyebab

Masih rendahnya kapasitas kelembagaan untuk memajukan potensi lokal daerah

Isu Strategis
Potensi kawasan yang didominasi fungsi lindung karena berada pada kaki Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Gunung Sumbing serta banyak dilalui DAS

Adanya ancaman bencana Gunung Merapi yang sekaligus menimbulkan potensi wisata bencana
Terdapatnya situs-situs cagar budaya yang tersebar di seluruh koridor perencanaan Adanya potensi kemacetan di beberapa titik di sepanjang koridor perencanaan terutama pada persimpangan menuju kawasan Borobudur Adanya kebutuhan yang tinggi akan infrastruktur perkotaan yang memadai Tekanan pertumbuhan menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah menjadi permukiman dan fungsi komersil Belum optimalnya potensi pariwisata (alam dan budaya) di sepanjang koridor Belum optimalnya pengembangan sektor pertanian dan pengolahan hasil pertanian sebagai sektor unggulan

ANALISIS PERENCANAAN KORIDOR KOTA MAGELANG KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN 6 ASPEK PENGEMBANGAN

Analisis Fisik, SDA dan Lingkungan


Aspek kesesuaian lahan :
Topografi Litologi Klimatologi

Aspek Alam dan Lingkungan :


Daerah Aliran Sungai Daerah Rawan Bencana

Analisis Fisik, SDA dan Lingkungan

Analisis Fisik, SDA dan Lingkungan


Tabel Skoring Kesesuaian Lahan di Koridor Pengembangan Magelang Jogjakarta

Topografi Kemiringan Skor 20 20

Litologi Jenis Skor Tanah Alluvial Latosol Regosol Regosol Alluvial Latosol Regosol 15 30 75 75 15 30 75

Klimatologi Intensitas Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Skor 30 30 30 40 30 30 30 Total Fungsi Kawasan Kawasan Budidaya Kawasan Budidaya Kawasan Penyangga Kawasan Penyangga Kawasan Budidaya Kawasan Budidaya Kawasan Lindung

65 80 125 135 85 100 185

0-8 %
20 20 40 8-15 % 40 25-40% 80

Sumber: Analisis Kelompok, 2012

35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0

Mertoyudan Sumberrejo Danurejo Blondo Senden Ambartawang Mungkid Paremono Bojong Pabelan Taman Agung Sedayu Pucungrejo Muntilan Gunungpring Gulon Jumoyo Sucen Kadiluwih Salam Lumbungrejo Margorejo Caturharjo Triharjo Tridadi Sendangadi Sinduadi

Jumlah Total 293.005 jiwa

Aspek Sosial Kependudukan

Jumlah Penduduk Proyeksi untuk Tahun 2032


10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 5,000 0

Jumlah Penduduk di Wilayah Studi Tahun 2010

Mertoyudan Sumberrejo Danurejo Blondo Senden Ambartawang Mungkid Paremono Bojong Pabelan Taman Agung Sedayu Pucungrejo Muntilan Gunungpring Gulon Jumoyo Sucen Kadiluwih Salam Lumbungrejo Margorejo Caturharjo Triharjo Tridadi Sendangadi Sinduadi

Proyeksi Jumlah Penduduk di Wilayah Studi Tahun 2032

Jumlah Penduduk Eksisting Tahun 2010


Jumlah Total 250.216 jiwa

Persebaran Kepadatan Penduduk Eksisting Tahun 2010

Persebaran Kepadatan Penduduk Proyeksi Tahun 2032

Aspek Tata Guna Lahan


Perubahan presentase penggunaan lahan pada desa-desa terpilih sepanjang koridor (2000-2010)
KEBUN/TEGA VEGETASI PERAIRAN LAN 0% 1% 10% PEMUKIMAN 33% SAWAH 56% SAWAH 52% KEBUN/TEGA PERAIRAN LAN VEGETASI 1% 9% 0%

PEMUKIMAN 38%

Diagram Presentase Penggunaan Lahan (2000)

Diagram Presentase Penggunaan Lahan (2010)

Secara umum penggunaan lahan di 27 desa di sepanjang koridor masih didominasi fungsi persawahan Luas lahan sawah berkurang sebanyak 397,82 Ha dalam 10 tahun terakhir Secara keseluruhan semua fungsi mengalami penurunan luasan kecuali fungsi permukiman yang meningkat seluas 488 Ha atau sebesar 5%

Luas perubahan lahan pada masing-masing desa


70.00

60.00
50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00

Kategorisasi desa berdasarkan intesitas konversi lahan: Itensitas konversi tinggi: Desa Mungkid Kec.Mungkid, Desa Sendangadi dan Sinduadi Kec. Mlati, Desa Caturharjo Kec. Sleman, Desa Danurejo Kec. Mertoyudan, serta Desa Margorejo kec. Sleman. Itensitas Konversi Sedang: Desa Mertoyudan Kec. Mertoyudan, Desa Tridadi dan Triharjo Kec. Sleman, Desa Pabelan Kec. Mungkid, Desa Tamanagung Kec. Muntilan, Desa Sumberejo Kec. Mertoyudan, Desa Lumbungrejo Kec. Tempel. Itensitas Konversi Kecil/rendah: desa Blondo, Ambartawang, Bojong, dan Paremono Kec. Mungkid; Desa Sedayu, Pucungrejo, Muntilan, Gunungpring Kec. Muntilan; Desa Gulon, Jumoyo, Salam Kec. Salam Tidak terjadi Konversi ke area terbangun: Desa Senden Kec. Mungkid; Desa Kadiluwih Kec. Salam.

Analisis kebutuhan luasan kawasan permukiman


Kategorisasi desa berdasarkan tingkat kebutuhan kawasan permukiman: 1. Kebutuhan Permukiman Tinggi: Desa Mertoyudan Kec. Mertoyudan; Desa Mungkid Kecamatan Mungkid; Desa Taman Agung, Desa Sedayu, Desa Pucungrejo, Desa Muntilan, Desa Gunungpring Kec. Muntilan; Desa Margorejo Ke. Tempel; Desa Sendangadi, Desa Sinduadi Kecamatan Mlati. 2. Kebutuhan Permukiman Sedang: Desa Sumberejo, Desa Danurejo Kec. Mertoyudan; Desa Blondo, Desa Bojong, Desa Pabelan Kec. Mungkid; Desa Jumoyo Kec. Salam; Desa Triharjo, Desa Tridadi Kec. Sleman. 3. Kebutuhan Permukiman Rendah: Desa Senden, Desa Ambartawang, Desa Paremono Kec. Mungkid; Desa Gulon, Desa Sucen, Desa Kadiluwih, Desa Salam Kec. Salam; Desa Lumbungrejo Kec. Tempel; Desa Caturharjo Kec. Sleman.

Aspek Ekonomi
Prosentase PDRB Sektor Ekonomi di Koridor Magelang - Yogyakarta
12.8% 24.5% 0.9%

PERTANIAN
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR MINUM

5.7% 7.0% 16.6% 8.0%

23.8%

BANGUNAN/KONSTRUKSI PERDAGANGAN, RESTORAN DAN HOTEL PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA

0.7%

Potensi dan Arahan Sektor Ekonomi di Koridor Magelang - Yogyakarta


Sektor unggulan yang didapatkan dari hasil analisis ekonomi koridor wilayah studi adalah sektor fisik dan jasa, Dalam kebijakan perlu dipertimbangkan keterpaduan antar setiap sektor, termasuk sektor yang tidak diunggulkan, sehingga kedepannya sektor yang tertinggal dapat secara perlahan meningkat namun hanya untuk mendukung sektor unggulan utama untuk lebih berkembang. Sebagai pertimbangan kebijakan keberlanjutan ekonomi koridor Magelang-Yogyakarta sektor pertanian diarahkan pada desa-desa di Kecamatan Mungkid, Muntilan, Salam dan Tempel, sedangkan sektor non pertanian diarahkan pada desa-desa Kecamatan Mertoyudan, Sleman dan Mlati.

Aspek Sarana dan Prasarana


ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA A. Jalan
Jaringan jalan arteri primer (Jalan Nasional Semarang-Yogyakarta) mulai dari penggal perbatasan Kota Magelang-Kabupaten Magelang hingga perbatasan Kota Yogyakarta-Kabupaten Sleman yang menghubungkan PKN Kota Yogyakarta dengan PKW Kota Magelang kondisi fisik baik. Kecamatan Mlati lebar jalan mulai menyempit karena tingginya hambatan samping pada ruas Jombor hingga perbatasan Kota Yogyakarta. Lalu lintas pada pusat Kota Muntilan terbilang padat tingginya aktivitas tersendatnya lalu lintas pada jam-jam tertentu.

B. Telekomunikasi
Wilayah Kabupaten Magelang Kebijakan penyediaan menara didirikan di luar wilayah sub kawasan penyangga Borobudur (SP-2) dan di luar wilayah sub kawasan cagar budaya Borobudur (SP-1), Desa Pabelan termasuk dalam SP-1. Wilayah Kabupaten Sleman Kebijakan Lokasi BTS Zona I, meliputi: Desa Sinduadi dan Desa Sendangadi Kecamatan Mlati, Desa Tridadi dan Desa Caturharjo di Kecamatan Sleman serta Desa Lumbungrejo di Kecamatan Tempel. Zona II, meliputi: Desa Margorejo, Kecamatan Tempel.

C. Listrik
SUTT melewati: Kecamatan Tempel; Kecamatan Sleman; Kecamatan Mlati. Adanya upaya pemanfaatan alam melalui pembangkit listrik sederhada bertenaga mikrohidro dan minihidro (dengan memanfaatkan potensi alam yang ada seperti penggunaan air pada saluran irigasi maupun sungai) serta pembangkit listrik tenaga surya.
Tabel Proyeksi Kebutuhan Listrik di Koridor Pengembangan Tahun 2032

Tahun 2010 2032

Jumlah Penduduk 250.216 293.005

Total (watt) 58.551.480 68.563.170

D. Drainase
Wilayah di Kabupaten Magelang Pelayanan jaringan drainase baru mencapai Kota Muntilan, sedangkan untuk wilayah lainnya masih menggunakan sistem drainase alami. Sistem jaringan drainase didukung dua buah sungai besar yaitu Sungai Pebelan dan Sungai Blongkeng serta sungai-sungai kecil Wilayah di Kabupaten Sleman Pembangunan sistem drainase cenderung pada sistem pembuangan air hujan ke sungai terdekat. Namun, di beberapa kawasan terbangun sudah dilayani oleh saluran drainase.

E. Air Bersih Tabel proteksi kebutuhan air bersih hingga akhir tahun rencana (2032)
Mertoyudan-Mungkid-Muntilan-Salam
Jumlah Penduduk (jiwa) 165.385 Jumlah kebutuhan air bersih (lt/org/hr) 21.830.820,00 Tempel-Sleman-Mlati Jumlah Penduduk (jiwa) 127.622 Jumlah kebutuhan air bersih (lt/org/hr) 14.293.440,00

F.

Persampahan
Ketersediaan prasarana: TPA Piyungan (lokasi TPA untuk wilayah Kabupaten Sleman) dan TPA Pasuruhan dan Kelegen (wilayah Kabupaten Magelang) Jumlah proyeksi sampah pada tahun 2032 9.522.663,88 liter/hari
No Lingkup Prasarana Kebutuhan TPS 1. 2. 3. 4. RW (2500 jiwa) Kelurahan (30.000 jiwa) Kecamatan(120.000) jiwa Kota (> 480.000 jiwa) TPS tipe I TPS tipe II TPS tipe III TPA 118 (atau sejumlah RW) 10 3 Status Kebutuhan unit tahun 2032

Peralatan Pendukung
1. 2. 3. 640 jiwa 3.200 jiwa 5.330 jiwa Gerobak sampah Container 6 m3 Container 10 m3 458 92 55
Berdasar SNI 32422008

G. Jaringan Irigasi
Sumber mata air yang memiliki debit paling tinggi ialah sumber Gending yang terletak di Kecamatan Mertoyudan. Debit airnya mencapai 1000 l/dt. Sumber-sumber mata air lain yang dimanfaatkan untuk kebutuhan irigasi tersebar di Kecamatan Mertoyudan dan Sleman.
Daftar Mata air di Koridor Pengembangan
No. 1. 2. 3. 4. 7. 8. 10 11. Nama Mata Air Bugel Gending Jogonegoro Pusung Sempor Sidandang Mangunan Tuk Sanggrahan Lokasi Debit (l/dt) 25 1000 150 14 8 15 Sifat Permanen Permanen Sementara waktu 16 Sementara Waktu 10 Permanen

Dusun
Blunyah Dukuh Lor Rejosari Mangunan Sanggrahan

Desa Mertoyudan Mertoyudan Mertoyudan Trimulyo Tridadi Tridadi


Caturharjo Caturharjo

Analisis Kebutuhan Prasarana


A. Pendidikan Eksisting Analisis Sarana perguruan tertinggi berada di Kecamatan Mertoyudan, Kecamatan Sleman, dan Kecamatan Mlati. Diperkirakan untuk UGM di Kecamatan Mlati memiliki skala wilayah nasional. Hasil proyeksi tahun 2032 untuk menuju jumlah sarana pendidikan ideal akan diperlukan penambahan unit sebanyak 111 TK/sederajat, 47 SD/sederajat, 21 SMP/sederajat, serta 26 SMA/sederajat yang tersebar di seluruh Kawasan Strategis Koridor Pengembangan Magelang-Yogyakarta.

Kesehatan

Eksisting
Analisis

Sarana Kesehatan yang ada meliputi: 18 unit posyandu, 81 balai pengobatan lingkungan, 47 BKIA, 10 poliklinik, 5 puskesmas pembantu, 50 apotek/toko obat, 6 puskesmas pembantu, dan 3 unit RS.
Hasil analisis proyeksi kebutuhan sarana kesehatan ideal untuk masyarakat di Koridor Pengembangan pada tahun 2032 diperlukan penambahan 18 unit posyandu, 81 unit balai pengobatan dengan skala pelayanan lingkungan seperti poskesdes dan polindes, dan 5 Puskesmas Pembantu.

C.

Perekonomian Eksisting Perdagangan dengan skala lokal terdistribusi dengan pola linier di sepanjang jalan desa. Kondisi lokasi menyatu dengan permukiman dengan memanfaatkan secara ganda tempat tinggal. Analisis Diperlukan perluasan dan penambahan fasilitas pendukung agar dapat menampung pertambahan pedagang dan mendukung pemasaran produk setempat serta perbaikan dan peningkatan kondisi sarana perdagangan yang sudah ada.

Aspek Kebijakan (Telaah RTRW dan RDTR)


Sisi Kabupaten Magelang: Perkotaan Mertoyudan, Mungkid, dan Muntilan berkedudukan sebagai PKL dalam RTRW kabupaten Magelang Kecamatan Mertoyudan merupakan wilayah aglomerasi dari Kota Magelang Kecamatan Mungkid merupakan pusat administrasi pemerintahan Kabupaten Magelang juga berperan sebagai kawasan agropolitan dan pariwisata Kecamatan Muntilan pusat aktivitas perdagangan dan jasa di sepanjang koridor, juga merupakan pusat aktivitas pelayanan pendidikan dan kesehatan Kecamatan Salam ditetapkan sebagai sentra pengembangan agribisnis terpadu dalam RTRW Kabupaten Magelang

Aspek Kebijakan (Telaah RTRW dan RDTR)


Sisi Kabupaten Sleman: Ciri perkotaan di kec. Sleman terutama terjadi di tepi jalan YogyaTempel dan seluruh wilayah desa Tridadi dan Triharjo Kecamatan Tempel merupakan wilayah penyangga (buffer zone) dan berfungsi sebagai pendukung dan batas perkembangan Kota Yogyakarta Kecamatan Sleman dalam sistem perkotaan kabupaten berkedudukan sebagai PKW dan merupakan pusat pemerintahan Kabupaten yang secara khusus terletak di Desa Tridadi Kecamatan Mlati merupakan daerah aglomerasi perkotaan Yogyakarta dan termasuk dalam Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY) berdasarkan RTRW Kab. Sleman dengan Desa Tlogodadi dan Tirtoadi sebagai kota satelit

Konsep Perencanaan
Mewujudkan Kawasan Strategis Perkotaan Koridor Pengembangan MagelangYogyakarta melalui Optimalisasi Kawasan Berbasis Keseimbangan antara Pertumbuhan Fungsi Budidaya dengan Fungsi Lindung yang Mengusung Potensi Kearifan Lokal. Interpretasi konsep: Perencanaan yang seimbang antara fungsi lindung dan fungsi budidaya dengan mengedepankan konsep pambangunan berkelanjutan (sustainable development) Compact city sebagai upaya mengintensifkan kegiatan untuk memanipulasi ukuran perkotaan, bentuk dan struktur serta sistem permukiman berbasis lingkungan, sosial dan manfaat general yang diperoleh dari konsentrasi fungsi perkotaan Optimalisasi fungsi pusat perkotaan dan sub-sub pusat kegiatan sehingga struktur internal kota akan bersifat sektoral dan berinteraksi dalam bentuk linear Pengembangan potensi lokal khususnya sektor pertanian dan pariwisata

RENCANA TATA RUANG KORIDOR PENGEMBANGAN KOTA MAGELANG-KOTA YOGYAKARTA (2012-2032)

Tujuan Penataan Ruang


Mewujudkan pemanfaatan ruang pada koridor kawasan perkotaaan Magelang-Yogyakarta sebagai pusat pertumbuhan wilayah dan penggerak ekonomi nasional berbasis pertanian dan pariwisata yang mengusung keunikan lokal di Jawa Tengah bagian Selatan dengan menjaga keharmonisan antara kawasan lindung dan budidaya serta sinergitas antara pembangunan desa-kota.

Kebijakan Penataan Ruang


Pengembangan dan pemantapan fungsi Kawasan Strategis Perkotaan bidang perekonomian cepat tumbuh koridor pengembangan Magelang-Yogyakarta sebagai pusat perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta mampu bersaing secara internasional; Peningkatan akses pelayanan dan sistem jaringan pada pusat-pusat kegiatan kawasan strategis perkotaan sebagai pembentuk struktur ruang perkotaan dan penggerak utama pengembangan wilayah; Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, serta prasarana perkotaan kawasan strategis perkotaan yang merata dan terpadu, dalam skala regional dan nasional; Peningkatan keharmonisan dan keterpaduan antarkegiatan lindung dan budi daya serta keseimbangan antara perkotaan dan perdesaan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan; Peningkatan fungsi, kuantitas, dan kualitas RTH dan kawasan lindung lainnya di kawasan strategis perkotaan; Peningkatan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi pembangunan kawasan strategis perkotaan melalui kerja sama antardaerah, kemitraan pemangku kepentingan, dan penguatan peran masyarakat; Pengembangan kawasan strategis perkotaan sebagai pusat pertumbuhan dan sentra pengolahan hasil produksi bagi pembangunan kawasan perkotaan inti dan kawasan perkotaan di sekitarnya; Pengoptimalan kegiatan pemantauan dan pelaporan secara berkala dalam rangka pengawasan penataan ruang di koridor pengembangan Magelang-Yogyakarta.

Rencana Struktur Ruang

Rencana Pola Ruang


Kawasan Lindung: Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan (UU 26/2007) Di dalam kawasan ini tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya yang dapat mengurangi atau merusak fungsi lindungnya, kecuali digunakan untuk meningkatkan fungsi lindungnya. Kawasan Budidaya: Kawasan Budidaya adalah kawasan yang memiliki kondisi fisik dan potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia (UU 26/2007)

Kawasan lindung
1.Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya (L1): Kawasan resapan air berada di sebagian Kecamatan Tempel, Kecamatan Sleman, dan Kecamatan Mlati. 2. Kawasan Perlindungan Setempat (L2) a. Kawasan Sekitar Mata Air: Pada desa-desa terpilih di sepanjang koridor terdapat 14 mata air yang berfungsi sebagai peneyedia air bersih dan air untuk minum (pemasok PDAM). b. Kawasan Sekitar Danau/Waduk Kawasan sekitar embung terdapat di Desa Tridadi Kecamatan Sleman c. Kawasan Sempadan Sungai: Terdapat 2 (dua) DAS yang melewati kawasan Koridor Magelang-Yogyakarta yaitu DAS Progo dan DAS Opak

Kawasan Lindung (2)


3. Ruang Terbuka Hijau (L3): Arahan penyediaan RTH mengikuti aturan Permen PU no.5/PRT/M/2008 tentang pedoman penyediaan dan pemanfataan RTH perkotan Dalam setiap 2.500 jiwa unit lingkungan, luas minimal RTH yang harus disediakan adalah sebesar 1.250 m2 RTH terdiri dari: RTH sabuk hijau, jalur jalan, pekarangan, taman lingkungan, area olah raga
1 2 3 4 5 6

No

Kecamatan

Desa

Luas Wilayah 390.98 347.92 312.13 236.50 224.50 214.90 174.50 467.02 249.30 382.60 303.20

Jumlah penduduk (estimasi 2032) 15,324 10,278 8,896 6,312 3,848 4,148 6,584 7,720 5,882 9,991 11,880

Luas RTH yang harus disediakan (Ha) 1.53 1.03 0.89 0.63 0.38 0.41 0.66 0.77 0.59 1.00 1.19

Presentase dari luas wilayah % 0.39 0.30 0.29 0.27 0.17 0.19 0.38 0.17 0.24 0.26 0.39

Mertoyudan

Mertoyudan Sumberrejo Danurejo Blondo Senden Ambartawang

7 8 9 10 11

Mungkid

Mungkid Paremono Bojong Pabelan Taman Agung

12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

Muntilan

Muntilan

Salam

Tempel

Sleman

Mlati TOTAL

Sedayu Pucungrejo Muntilan Gunungpring Gulon Jumoyo Sucen Kadiluwih Salam Lumbungrejo Margorejo Caturharjo Triharjo Tridadi Sendangadi Sinduadi

201.34 145.60 200.06 220.10 483.29 380.08 323.06 216.13 369.69 539.00 333.00 744.00 578.00 504.00 536.00 737.40
9,814.29

9,752 9,537 7,157 13,108 9,325 9,202 5,796 3,079 7,568 8,264 11,584 16,398 17,955 16,417 18,877 38,126
293,005.04

0.98 0.95 0.72 1.31 0.93 0.92 0.58 0.31 0.76 0.83 1.16 1.64 1.80 1.64 1.89 3.81
29.30

0.48 0.66 0.36 0.60 0.19 0.24 0.18 0.14 0.20 0.15 0.35 0.22 0.31 0.33 0.35 0.52

Kawasan lindung (3)


4. Kawasan Cagar Budaya (L4): Kriteria kawasan cagar budaya adalah tempat serta ruang disekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Di sepanjang Koridor Magelang-Yogyakarta telah diidentifikasi bahwa banyak peninggalan bersejarah berupa candi-candi dan makam para pendahulu Kawasan cagar budaya berada di Kecamatan Muntilan dan Salam.

Kawasan Lindung (7)


5. Kawasan rawan bencana alam (L5): a. Kawasan rawan bencana erupsi dan banjir lahar dingin gunung api Tempat penampungan pengungsi sementara di sepanjang Koridor Magelang-Yogyakarta antara lain tersebar di 5 (lima) kecamatan meliputi: Kecamatan Mungkid di Desa Mungkid, Desa Bojong, dan Desa Pabelan Kecamatan Muntilan di Desa Gunung Pring, Desa Tamanagung, Desa Pucungrejo, dan Desa Muntilan Kecamatan Salam di Desa Salam, Desa Gulon, dan Desa Jumoyo Kecamatan Tempel di Lumbungharjo, dan Kecamatan Mlati di Desa Sinduadi b. Kawasan rawan bencana alam gempa bumi: Berada di 4 (empat) kecamatan di Kabupaten Magelang dan sebagian desa di Kecamatan Sleman dan Mlati. c. Kawasan rawan bencana alam gerakan tanah: Gerakan tanah yang tinggi yang terletak di desa Ambartawang, sebagian Desa Paremono dan sebagian Mungkid di Kecamatan Mungkid, dan Desa Jumoyo dan Kadiluwih di Kecamatan Salam Gerakan Tanah yang menengah hanya teridentifikasi di Desa Gulon Kecamatan Muntilan d. Kawasan lindung geologi: Berupa kawasan imbuhan air yang ditetapkan untuk melindungi kawasan cekungan air tanah. Terletak di cekungan Magelang-Temanggung.

Kawasan Budidaya
1. Kawasan Perdagangan dan Jasa (B1): Diarahkan mendukung sektor unggulan pertanian dan pariwisata. Fasilitas perdagangan diprioritaskan sebagai sentra pemasaran hasil pertanian, fasilitas jasa diarahkan dalam bentuk hotel, rumah makan, tour wisata, dll Kawasan perdagangan dan jasa yang ada diarahkan tersebar pada sepanjang jalan arteri koridor Kota Magelang Kota Yogyakarta dengan aglomerasi terbesar terdapat pada ibukota-ibukota kecamatan berikut: a. Desa Pucungrejo dan Desa Gunungpring di Kecamatan Muntilan sebagai kawasan perkotaan inti b. Desa Mertoyudan dan Desa Sumberejo di Kecamatan Mertoyudan sebagai wilayah yang berbatasan langsung dan menerima dampak dari pengembangan Kota Magelang c. Desa Sendangdadi dan Desa Sinduadi di Kecamatan Mlati sebagai wilayah yang berbatasan langsung dan menerima dampak dari pengembangan Kota Yogyakarta

Kawasan Budidaya (2)


2. Kawasan Perkantoran (B2): a. Kawasan perkantoran pemerintahan Kabupaten Magelang Terletak di Desa Mungkid Kecamatan Mungkid. Sebagian besar perkantoran pemerintahan tersebut terpusat di Jalan Letnan Tukiyat dan sebagian lainnya tersebar di sepanjang jalan Mayor Unus dan Mayor Kusen. b. Kawasan perkantoran pemerintahan Kabupaten Sleman Terletak di Desa Tridadi Kecamatan Sleman. Sebagian besar perkantoran tersebut terpusat di sepanjang Jalan Parasamya dan sebagian lainnya tersebar di sepanjang Jalan Rorojongrang, Jalan Merapi, Jalan Magelang, Jalan Dr. Rajimin, Jalan Candi Gebang, dan Jalan Candi Boko. c. Kawasan Perkantoran Swasta Kawasan perkantoran menengah diarahkan pada kawasan perdagangan dan jasa Kawasan perkantoran kecil lokasinya dapat dikawasan permukiman dengan memperhatikan akses pelayanan.

Kawasan Budidaya (3)


3. Kawasan Permukiman (B3): Secara umum pengembangan permukiman perkotaan diarahkan pada Kecamatan Mertoyudan, Muntilan dan Mlati Permukiman perdesaan diarahkan tersebar di Kecamatan Mungkid, Salam, Tempel, dan Sleman. Adapun arahan lebih rinci mengenai kawasan permukiman tersebut adalah sebagai berikut: a. Permukiman kepadatan tinggi dengan KDB ditetapkan maksimal 80% b. Permukiman kepadatan sedang dengan KDB ditetapkan maksimal 60% c. Permukiman kepadatan rendah dengan KDB ditetapkan maksimal 40% 4. Kawasan Hutan Rakyat (B4): Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak lainnya dengan ketentuan luas minimum 0,25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50% (Permenhut Nomor : P.03/Menhut-V/2004) Hutan rakyat pada koridor terdapat di Kecamatan Salam dengan luas kurang lebih 105 Ha dan Kecamatan Tempel.

Kawasan Budidaya (5)


5. Kawasan Pertanian (B5): a. Kawasan pertanian lahan basah: b. Kawasan pertanian lahan kering: c. Kawasan perikanan darat: d. Kawasan peternakan
No Zona Pengembangan Ternak besar Komoditas pengembangan kawasan peternakan Kerbau Sapi perah Sapi potong Kambing Domba Kelinci Ayam Lokasi

Ternak sedang

Kec. Salam dan Kec. Tempel Kec. Tempel Kec. Tempel dan Kec. Mlati Semua kecamatan di Kab. Megelang Semua kecamatan di Kab. Magelang dan Kec. Tempel Kec. Tempel Kec. Salam dan kec. Mertoyudan

Unggas

6. Kawasan peruntukkan pertambangan (B6): Kawasan peruntukkan pertambangan pada koridor terdapat di: a. Peruntukkan pertambangan batuan pasir di Desa Ngawen Kec. Muntilan serta tersebar di Kecamatan Mungkid, Salam, dan Mlati b. Pertambangan tanah liat di Desa Gulon Kec. Salam dan Kec. Tempel c. Pertambangan andesit di Kec. Tempel

Kawasan budidaya (7)


7. Kawasan pariwisata (B7)
A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Objek Wisata Wisata Budaya Candi Mendut Museum H. Widayat Pemandian Blambangan Museum Buku Ayip Rosidi Candi Ngawen Seni Pahat Batu Prumpung Sidoharjo Makam Gunung Pring Makam Ky. Raden Santri dan Mbah Jogorejo Makam Pasteur Van Lith Pesarean Pangeran Singosari (Gunung Sari) Candi Gunung wukir Makam Ky R Syahid Pemakaman Cina Nggremeng Candi Borobudur Candi Pawon Museum Mini Wayang Nasional Wisata Alam Arung Jeram Elo Taman Anggrek Borobudur Kolam Pembibitan ikan ngrajeg Taman Aquarium Bojong Agro wisata Menoreh Desa Kriya Makam Ky Mijil Desa Wisata Majaksingi-Candirejo Taman Suroloyo Goa Gondopuro Wangi Mandala Wisata Kelurahan/Desa Mendut Pabelan Mendut Taman Agung Gunung Pring Gunung Pring

A 1 2 3 B 1 2 3

Jenis Peruntukkan Pariwisata Wisata Budaya Kesenian rakyat dan warisan budaya (cultural heritage) Kerajinan bambu dan bunga kering Anyaman mendong dan tikar Wisata Alam Kebun salak Arena/ kolam pemancingan Arena jogging Kebun salak Hiking, Pemandangan alam Gardu pandang untuk melihat sarang burung Blekok dan Kuntul Pelatihan Pertanian, Pemancingan Jogging Wisata hortikultura. Pelatihan pertanian, Pemancingan Jogging

Kelurahan/Desa Pandowoharjo Sendaridi Malangan, Brajan dan Mlangi. Gabugan Trumpon Ketingan

Gulon
Somokaton Borobudur Wanurejo Wanurejo Mendut Ngrajeg Bojong Kawasan Bukit Menoreh Wanurejo Candirejo Majaksingi-Candirejo Kawasan Bukit Menoreh Kenalan Wanurejo

4 5

Pundong Tanjung

Kawasan budidaya (8)


8. Kawasan Industri (B8): a. Kawasan peruntukan industri mikro, kecil, menengah tersebar di masing-masing kecamatan di Kab. Megelang dan di Kec. Mlati Kab. Sleman; b. Kawasan peruntukan industri yang menggunakan bahan baku dan/atau proses produksinya memerlukan lokasi khusus tersebar di masing-masing kecamatan. c. Kawasan peruntukan industri besar tidak terdapat pada koridor 9. Kawasan peruntukkan pelayanan umum (B9): Meliputi kawasan kawasan fasilitas kesehatan, peribadatan, serta keamanan dan keselamatan.

Arahan Pemanfaatan Ruang


(Program Unggulan)
1. Mengoptimalkan fungsi kota sebagai pusat pemerintahan, pusat pertumbuhan dan pusat pelayanan: a. Pengoptimalan fungsi Terminal kelas B yang dapat melayani penumpang dalam provinsi b. Peningkatan pelayanan rumah sakit hingga menjangkau 1 kabupaten (tipe B) c. Revitalisasi pasar tradisional skala regional dengan peningkatan fasilitas dagang di area pasar dan harga sewa yang terjangkau oleh pedagang asli d. Perbaikan fasilitas sekolah di pusat perkotaaan pada koridor pengembangan Menjaga keseimbangan pertumbuhan antara lindung dan budidaya: a. Mengarahkan pengembangan perkotaan pada arah barat dan barat laut b. Mengendalikan pengembangan di arah selatan, tenggara, serta daerah aliran sungai dan kawasan rawan bencana pada kawasan strategis perkotaan c. Pengoptimalan fungsi instrumen pengendalian pemanfaatan ruang berupa insentif dan disinsentif Pengembangan kawasan home industri yang tersebar di desa-desa pusat kegiatan sebagai pusat inti perkotaan yang berbasis one village one product (OVOP): a. Program pelestarian lahan pertanian pangan berkelanjutan dan pemantapan sentra produksi perkebunan pada kawasan penghasil produk unggulan yang berorientasi lokasi maupun berorientasi sektor unggulan b. Pengoptimalan potensi di hulu sebagai sentra kawasan sentra produksi hingga di hlir berupa kawasan agropolitannya c. Pengoptimalan kegiatan agropolitan mulai dari pengolahan, pengemasan dan kemudahan jaringan konsumen d. Peningkatan kemudahan akses dan jaringan pasar untuk menguatkan segmentasi pasar setiap desa-desa penghasil sektor unggulan Pengembangan sektor pariwisata yang bernilai tinggi bagi perekonomian daerah hingga ke tingkat internasional: a. Perlindungan lahan pariwisata yang berfungsi sebagai kawasan konservasi dan cagar budaya b. Pengembangan kawasan pariwisata di sepanjang koridor melalui penyediaan alokasi ruang untuk aktivitas pendudukung pariwisata seperti toko suvenir, hotel, rumah makan, dll c. Meningkatkan kualitas dan jangkauan jaringan prasarana transportasi untuk akses pencapaian ke obyek pariwisata

2.

3.

4.

Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Ketentuan perizinan Insentif dan Disinsentif Sanksi Administrasi

Kesimpulan dan Penutup


Koridor Pengembangan Kota Magelang Kota Yogyakarta merupakan kawasan strategis lintas provinsi dan lintas kabupaten, dimana terdapat daerah-daerah berpotensi yang saling berinteraksi dan menjadi daya tarik/magnetik bagi pengembangan wilayah Perkembangan kota bagi desa-desa (desa-kota) Koridor Pengembangan Kota Magelang Kota Yogyakarta terjadi di sepanjang jalur arteri primer Analisis 6 aspek pengembangan memperlihatkan kecenderungan pertumbuhan yang tinggi pada beberapa titik potensial sebagai pusat kegiatan dan pelayanan kawasan Tingginya tingkat pertumbuhan harus diantisipasi dengan penyediaan fasilitas perkotaan yang memadai Perkembangan kawasan ke arah mengkota mendorong pada alih fungsi lahan sawah dan fungsi lindung lainnya yang harus diantisipasi dengan kebijakan pengendalian ruang yang ketat Sektor pertanian dan pariwisata merupakan dua sektor unggulan yang potensinya harus ditingkatnya melalui rencana struktur, rencana pola, dan program pemanfaatan ruang yang mendukung.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai