Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lingkungan merupakan suatu kesatuan ruang yang berisikan interaksi antara
beberapa komponen lingkungan hidup, baik lingkungan geofisik-kimia, biotis dan
sosial pada bumi dan atmosfer. Berbagai kegiatan pada bumi sangat tergantung daya
dukung dan daya tampung lingkungan yang tersedia serta dampak lingkungannya.
Dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup dan peningkatan kesejahteraan hidupnya,
manusia melakukan kegiatan yang memanfaatkan sumberdaya alam di bumi. Bentuk
pemanfaatan sumberdaya alam yang dilakukan berupa kegiatan eksplorasi, eksploitasi,
serta pengolahan bahan tambang dan hasil pemboran minyak bumi. Semua bentuk
kegiatan pemanfaatan sumberdaya tersebut membutuhkan upaya pengelolaan
lingkungan demi menjaga kelestarian fungsi bumi.
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta memiliki kualifikasi kompetensi
lulusan yang didasari oleh 3 (tiga) pilar pokok, yaitu (1) pelestarian fungsi bumi dan
atmosfer, (2) pengendalian limbah dan pencemaran, dan (3) pengendalian kerusakan
lingkungan hidup dan kebencanaan. Tiga pilar pokok tersebut akan diterapkan ke
dalam beberapa bentuk kelompok bidang keahlian (KBK), yaitu (1) Pengelolaan
Lingkungan Industri Perminyakan, Gas, dan Panas Bumi, (2) Pengelolaan Lingkungan
Industri Pertambangan Mineral dan Batubara, dan (3) Pengelolaan Lingkungan Binaan
dan Mitigasi Bencana.

1.2. Tujuan Ekskursi Lingkungan Binaan


Ekskursi Lingkungan Binaan Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
bertujuan agar mahasiswa mengetahui bentuk konkrit penerapan ilmu-ilmu dalam
perkuliaha di lapangan.

1.3. Manfaat Ekskursi Lingkungan Binaan


Manfaat dari Kegiatan Ekskursi Lingkungan Binaan Program Studi Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta ini adalah mahasiswa dapat melihat, mengetahui, dan
menerapkan berbagai ilmu yang telah diterima, baik dalam perkuliahan maupun di
lapangan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

1
BAB II
HASIL KUNJUNGAN

2.1. Sumur Tua Eksploitasi Minyak Bumi Bojonegoro


2.1.1. Nama Obyek Kunjungan
Nama : Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten
Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur.
Alamat : Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten
Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur.

2.1.2. Sejarah Obyek Kunjungan


Sejarah Sumur Tua Eksploitasi Minyak Bumi Bojonegoro berawal saat
ditemukannya minyak oleh Dordsche Petroleum Maatschappij (DMP), salah satu
perusahaan minyak milik Belanda di Lapangan Ledok yang berlokasi di Cepu,
Jawa Tengah (Kristiati, dalam Sungkowo, dkk., 2019). Wilayah kontrak minyak
dan gas bumi Blok Cepu meliputi daerah dengan luasan 919,19 km2 yang termasuk
Kabupaten Bojonegoro (Jawa Timur), Kabupaten Blora (Jawa Tengah), dan
Kabupaten Tuban (Jawa Timur). Sumur-sumur tersebut sempat berhenti diproduksi
ketika masa penjajahan Jepang, namun pada tahun 2008 kembali di produksi secara
tradisional oleh warga setempat dibawah pengawasan Pertamina Eksplorasi dan
Produksi (EP) Asset 4 Field Cepu. Minyak yang dapat diproduksi oleh sumur-
sumur tua di Wonocolo ini hanya mencapai 100 barel perhari
(Nationalgeographic.grid.id, diakses pada 6 Juli 2019 pukul 13.55 WIB).

2.1.3. Hasil Kunjungan


Kegiatan yang dilakukan di sumur-sumur tua minyak dan gas bumi di
Wonocolo ini mencangkup kegiatan pengeboran dan produksi. Kegiatan
pengeboran dilakukan untuk pembersihan lubang bor, memperdalam sumur, dan
pembukaan lubang bor baru. Sedangkan kegiatan produksi dilakukan untuk
mengambil minyak dan gas bumi.
Produksi minyak dan gas bumi dilakukan tergantung tingkat produktivitas
masing-masing sumur. Terdapat sumur yang dapat memproduksi minyak dan gas
bumi 24 jam sehari, ada pula sumur yang hanya mampu memproduksi minyak dan
gas bumi dalam 2 jam saja. Minyak mentah berwarna kehitaman yang telah
diproduksi kemudian akan disuling agar menjadi produk yang dapat dipasarkan.
Proses penyulingannya menggunakan peralatan dan material yang sederhana.

2
Pertama-tama, minyak yang telah diproduksi akan dialirkan ke lubang di dalam
tanah yang telah diletakkan drum besi, lalu dibakar selama 5 jam untuk menjadi
minyak siap pakai. Pembakaran minyak mentah tersebut menggunakan bahan
bakar berupa gas yang juga dihasilkan oleh sumur-sumur tua di Wonocolo.

Gambar 1. Pemasakan Minyak Gambar 2. Selang Gas


(Koleksi Pribadi) (Koleksi Pribadi)
Setelah pembakaran, minyak masak akan dialirkan ke bak sublimasi dan
pendinginan. Minyak dibagian permukaan akan dimbil dan dialirkan melalui pipa-
pipa di bagian dasar bak. Pipa tersebut dipasang miring untuk memanfaatkan gaya
gravitasi. Pipa-pipa tersebut menyalurkan minyak dari bak sublimasi dan
pendinginan ke bak penampungan minyak.

Gambar 3. Bak Sublimasi dan Pendinginan


(Koleksi Pribadi)
Produk yang pertama kali terbentuk adalah premium, kemudian minyak
tanah, dan terakhir solar. Minyak murni hasil produksi (minyak mentah) dijual
Rp650.000 per 200 liter (per drum), sedangkan solar akan dijual Rp880.000 per
200 liter (per drum). Kerak-kerak endapan sulingan pun akan dijual untuk bahan
campuran aspal. Gas bumi yang terproduksi akan dimanfaatkan untuk pembakaran
atau dibuang saja.

3
Bak Sublimasi Bak
Sumur Tua Pemasakan dan Penampungan Distribusi
Pendinginan Hasil

Gambar 4. Alur Produksi Minyak Bumi di Wonocolo

2.1.4. Pembahasan
Sumur Tua Eksploitasi Minyak Bumi tepatnya berada di Zona Randublatung
yang merupakan bagian lembah atau daerah yang lebih rendah dan di antara
Pegunungan Remang dan Pegunungan Kendeng. Zona Rembang merupakan
bagian dari Cekungan Jawa Timur Utara (Northeast Java Basin), yang berkembang
di ujung tenggara Sundaland. Sundaland merupakan massa daratan yang terbentuk
oleh gabungan berbagai mikrokontinen melalui sejarah subduksi dan kolisi yang
panjang semenjak Mesozoikum (Hall & Morley, dalam Husein, dkk., 2015).

Gambar 5. Peta Geologi Regional Cepu


(Kadar dan Sudijono, dalam Husein, dkk., 2016)
Dalam Peta Geologi Regional Cekungan Jawa Timur (Kadar dan Sudijono,
dalam Husein, 2016) yang disusun oleh Kadar dan Sudijono, stratigrafi daerah
penelitian tersusun oleh Formasi Tawun, Formasi Ngrayong, Formasi Bulu,

4
Formasi Wonocolo, Formasi Ledok, dan Formasi Mundu. Formasi Tuban tersusun
atas batulempung dengan sisipan batugamping dan napal, berumur Miosen Bawah
yang terendapkan pada lingkungan laut dangkal. Formasi Tawun tersusun oleh
perselingan serpih, batupasir serpihan, dan serpih pasiran dengan sisipan
batugamping orbitoid yang berwarna coklat, berumur Miosen Bawah dan
terendapkan pada lingkungan laut terbuka dangkal. Formasi Ngrayong didominasi
oleh batupasir kuarsa, disisipi oleh serpih pasiran dan batugamping dan kadang-
kadang terdapat lignit atau batubara dengan struktur laminasi sejajar dan silang
siur, dengan lingkungan pengendapan satuan ini berada di fluvial atau estuarina
hingga laut dangkal. Formasi Bulu tersusun atas platy limestone, batugamping
pasiran dengan sisipan napal pasiran, dan keterdapatan foraminifera besar
Cycloclypeous annulatus yang sangat melimpah pada formasi ini mengindikasikan
umur Miosen Tengah, dengan lingkungan pengendapan laut dangkal – terbuka.
Formasi Wonocolo tersusun oleh sekuen transgresif dari napal dan batulempung,
batugamping pasiran dan batupasir karbonatan, berkembang pada Miosen Tengah
– Akhir, dengan lingkungan pengendapan di lingkungan laut dalam dan sublitoral
luar. Formasi Ledok tersusun oleh sekuen regresif dari batupasir glaukonitan
dengan sisipan platy calcarenite dan batulempung, yang berumur Miosen Akhir.
Formasi Mundu tersusun oleh napal massif berwarna putih – abu-abu dengan
kandungan foraminifera planktonik yang melimpah dan menutupi Formasi Ledok,
dan berkembang pada Miosen sampai Pliosen pada lingkungan laut dalam atau
batial (Husein, dkk., 2016). Selain itu, dapat dilihat struktur geologi berupa sesar-
sesar yang mana minyak dapat keluar melalui sesar-sesar tersebut. Dalam Peta
Geologi Regional Cekungan Jawa Timur, terdapat Pegunungan Rembang,
Cekungan Randublatung, dan Pegunungan Kendeng yang membentuk cekungan di
bagian barat laut Jawa Timur. Menurut para ahli, daerah Pegunungan Rembang
hingga Pegunungan Kendeng merupakan antiklinorium. Antiklinorium yang
dimaksud adalah bentukan antiklin dan sinklin yang kecil dan banyak, sehingga
rata-ratanya membentuk antiklin-sinklin. Ahli lain menyebutkan bahwa daerah
Randublatung merupakan graben karena tersesarkan.
Minyak mentah yang dihasilkan oleh sumur-sumur tua di Desa Wonocolo
tersebut diolah menjadi tiga jenis minyak siap pakai, yaitu jenis premium, minyak
tanah, dan solar. Meski begitu, produk minyak tersebut tidak dijual ke khalayak
umum karena kualitasnya tidak sebaik hasil produksi perusahaan besar. Produk
premium dijual ke warga setempat untuk dijadikan bahan bakar kendaraan roda
dua, sedangkan solar dijual kepada truk-truk yang beroperasi di sekitar Desa
Wonocolo.

5
2.2. Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi
(PPSDM) Cepu
2.2.1. Nama Obyek Kunjungan
Nama : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak
dan Gas Bumi (PPSDM) Cepu, Jawa Timur
Alamat : Jalan Blora, Kampungbaru.
Jalan Sorogo No.1, Kampungbaru, Karangboyo, Cepu,
Kabupaten Blora, Jawa Tengah, 58315.
Nomor telepon : 0296 - 421888

2.2.2. Sejarah Obyek Kunjungan


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas (PPSDM) Cepu awal
mulanya bernama Dordtche Petroleum Maatschappij (DPM) pada awal abad ke-
19 yang kemudian berganti nama menjadi Bataafsche Petroleum Maatschappij
(BPM) tahun 1886 hingga tahun 1942. Setelah kependudukan Jepang, BPM
beralih nama menjadi Perusahaan Tambang Minyak Nasional (PTMN) pada tahun
1948. Setelah pergantian nama menjadi nama Indonesia, PPSDM mengalami
beberapa kali pergantian nama hingga pada tahun 2016 ditetapkanlah nama
menjadi Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi
(PPSDM Migas) tahun 2016.
PPSDM memiliki beberapa tugas pokok, yaitu (1) penyiapan penyusunan
kebijakan teknis pengembangan sumber daya manusia di bidang minyak dan gas
bumi; (2) penyusunan program, akuntabilitas kinerja dan evaluasi serta
pengelolaan informasi pengembangan sumber daya manusia di bidang minyak dan
gas bumi; (3) penyusunan perencanaan dan standarisasi pengembangan sumber
daya manusia di bidang minyak dan gas bumi; (4) pelaksanaan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan di bidang minyak dan gas bumi; (5) pelaksanaan
pengelolaan sarana prasarana dan informasi pengembangan sumber daya manusia
di bidang minyak dan gas bumi; (6) pemantauan, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan tugas di bidang pengembangan sumber daya manusia Minyak dan
Gas Bumi; dan (7) pelaksanaan administrasi Pusat Pengembangan Sumber Daya
Manusia Minyak dan Gas Bumi.

2.2.3. Hasil Kunjungan


PPSDM Cepu memiliki beberapa laboratorium, dua diantaranya adalah
Instalasi Pengolahan Air dan Laboratorium Eksploitasi-Produksi Menggung.
Instalasi Pengolahan Air secara rutin mengolah air baku, yaitu air Sungai

6
Bengawan Solo sebagai air baku. Hasil pengolahan air baku tersebut nantinya
digunakan sebagai air untuk menunjang kegiatan eksplorasi dan produksi
perusahaan-perusahaan minyak dan gas bumi di Cepu, namun bukan sebagai air
minum.
Pengolahan air Sungai Bengawan Solo dilakukan secara fisika, kimiawi, dan
biologis. Air baku dari sungai akan diambil dengan pipa-pipa menuju kolam-
kolam penampungan, kemudian akan diberikan koagulan dan flokulan berupa
tawas atau kaporit yang bertujuan untuk merubah warna air. Setelah itu, air akan
dialirkan ke bak filter dengan bahan pasir kuarsa sebagai filternya. Dalam bak
filter, selain terjadi proses filtrasi, terdapat juga proses aerasi dan terdapat lumut-
lumut. Sehingga, secara tidak langsung terjadi proses biofilter dalam bak filtrasi
tersebut. Proses aerasi dalam bak filtrasi tersebut berfungsi untuk mengikat
mineral-mineral, sehingga nantinya akan terangkat. Proses pengolahan air
selanjutnya adalah penambahan desinfektan untuk membunuh bakteri yang ada
dalam air, kemudian air akan ditampung dalam bak penampungan. Sebelum air
hasil olahan didistribusikan, air akan diuji terlebih dahulu.

Gambar 6. Bak Filter Pasir Kuarsa Gambar 7. Bak Penampungan


(Koleksi Pribadi) (Koleksi Pribadi)
Di samping instalasi pengolah air, terdapat Laboratorium Eksploitasi-
Produksi Menggung yang menyuguhkan alat peraga eksploitasi-produksi minyak
dan gas bumi (laboratorium outdoor) dan laboratorium indoor yang digunakan
untuk sertifikasi operator produksi. Alat peraga yang terdapat di laboratorium
outdoor, yaitu well natural flow, uplift intermittent, suckrote pump, dan stasiun
pengumpul.

7
Gambar 8. Wellhead Gambar 9. Uplift Intermittent
(Koleksi Pribadi) (Koleksi Pribadi)

2.2.4. Pembahasan
Well natural flow atau sumur natural merupakan sumur minyak dan/atau gas
bumi yang masih dapat memproduksi minyak dan/atau gas bumi dengan tekanan
aslinya (tanpa tekanan tambahan). Peralatan yang ada di sumur ini adalah wellhead
yang berfungsi sebagai BOP (Blow Out Prevented) (setelah produksi) dan sebagai
exmass-tree single ring (ketika produksi) (migas-indonesia.com diakses pada 7
Juli 2019 pukul 21.40 WIB).
Uplift intermittent merupakan salah satu metode untuk memproduksi minyak
bumi dengan menginjeksi gas ke dalam sumur. Hal tersebut bertujuan untuk
meringankan minyaknya, sehingga dapat bermigrasi. Untuk menginjeksikan gas
ke dalam sumur, digunakan pipa anulus yang diletakkan di anatara tubing dan
casing, sehingga ukuran pipa anulus tersebut lebih kecil dari ukuran besar dari
ukuran tubing dan lebih kecil dari ukuran casing.
Suckrote pump atau disebut pipa angguk merupakan salah satu metode untuk
memproduksi minyak dan gas bumi dengan gas enginee yang akan menggerakkan
pipa dan mengangkat minyak. Suckrote pump ini hanya dapat diletakkan di sumur
yang berada di daratan. Sekali naikan dan sekali turunan suckrote pump ini disebut
satu stroke. Semakin banyak stroke setiap menitnya, maka minyak yang
diproduksi semakin banyak (petrowiki.org diakses pada 7 Juli 2019 pukul 21.42
WIB).
Stasiun pengumpul merupakan alat untuk mengumpulkan minyak setelah
diproduksi. Masuknya minyak melalui manifol. Fungsi manifol ini untuk
mengatur aliran minyak yang nantinya akan masuk ke separator test dan separator
produksi.

8
2.3. PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (PT SIER) Surabaya, Jawa Timur
2.3.1. Nama Obyek Kunjungan
Nama : PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (PT SIER)
Surabaya, Jawa Timur
Alamat : Jl. Rungkut Industri Raya 10, Surabaya. 60293.
Nomor telepon : (+6231) 8439981, 8439581, 8418282, 8439813.

2.3.2. Sejarah Obyek Kunjungan


Basis perekonomian yang semula bersifat agraris, sedikit demi sedikit mulai
beralih menjadi ekonomi industri yang memberikan pemasukan lebih besar. Hal
ini memberikan peluang terhadap pengembangan kawasan industri di Jawa Timur.
Oleh karena itu pemerintah kemudian mengembangkan kawasan industri melalui
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di berbagai daerah seperti Jakarta, Surabaya,
Cilacap, Medan, Makasar, dan Lampung. Hingga pada tahun 1974 pemerintah
mendirikan PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) di Surabaya dan
termuat dalam Akte Nomor: 166 Tanggal 28 Pebruari 1974 yang dibuat dihadapan
Abdul Latief, Sarjana Hukum, Notaris di Surabaya. Sampai saat ini Tanggal 28
Februari diperingati sebagai hari ulang tahun PT SIER.
Pada awal pendiriannya, PT SIER membebaskan lahan seluas ± 245 Ha di
Kecamatan Rungkut, Surabaya (Sekarang pecah menjadi Kecamatan Rungkut,
Kecamatan Tenggilis, dan Kecamatan Gunung Anyar). Lokasi ini dinilai strategis
karena letaknya dekat dengan jalan tol, jalan provinsi, pelabuhan, dan bandara
udara. Karna sebelumnya merupakan daerah persawahan, proses pemerataan
tanah relatif mudah karena kontur tanah yang datar.
PT SIER kemudian membangun pusat pegolahan air limbah yang mengolah
limbah hasil industri dan limbah rumah tangga dari pabrik-pabrik di kawasan
untuk dinetralisir sebelum dialirkan ke Sungai Tambak Oso. Pusat pengolahan air
limbah ini mulai beroperasi pada tahun 1981. Pada tahun 1985, PT SIER
memperluas Kawasan Rungkut ke wilayah selatan dengan membebaskan ± 87 Ha
lahan di daerah Berbek, Waru, Sidoarjo. Kawasan yang baru ini menyambung
dengan kawasan yang berada di Rungkut sehingga memunculkan kawasan yang
membentang dari Jalan Rungkut Industri Raya hingga Jalan Brigjen Katamso di
Waru.
Melihat perkembangan industri yang semakin maju, PT SIER kemudian
menciptakan berbagai usaha lain seperti persewaan Bangunan Pabrik Siap Pakai
(BPSP), bangunan pergudangan, gudang logistik, dan Sarana Usaha Industri Kecil
(SUIK), dan perkantoran. Tahun 2000, PT SIER juga mendirikan PT SIER

9
PUSPA UTAMA yang bergerak di bidang jasa supplier dan kontraktor. Tahun
2017 PT SIER mengembangkan Total Logistic Solution. Hal ini ditujukan untuk
menunjang kegiatan logistik dan rantai pasok bagi pabrik-pabrik yang berada di
dalam kawasan.

2.3.3. Hasil Kunjungan


PT SIER mengelola IPAL industrial yang termasuk pengolahan air dan
pengelolaan Pelabuhan Tanjung Priok dan Tol yang terkhusus bagi investor (± 300
perusahaan). Lahan milik PT SIER meliputi lahan untuk fasilitas umum, pabrik,
dan fasilitas pengolah air limbah. Pengolahan air limbah yang diterapkan oleh PT
SIER hanya menggunakan metode mekanis dan biologis karena limbah yang
dihasilkan oleh industri-industri cukup berbahaya dan volumenya yang besar.
Kapasitas limbah yang diolah oleh PT SIER setiap harinya mencapai 6.000
hingga 7.000 m3. Angka tersebut lebih kecil dari besarnya limbah yang diolah
ketika tahun 2008 yang dikarenakan banyak industri dan berpindah tempat dari
kawasan SIER. Karakteristik limbah yang dapat diolah oleh PT SIER memiliki
kriteria-kriteria tertentu, terutama tidak boleh mengandung logam berat, sehingga
tidak semua jenis usaha dapat menyewa tempat di lahan milik PT SIER tersebut.
PT SIER menggunakan baku mutu Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72
Tahun 2013.
PT SIER merupakan perusahaan yang memiliki proper biru, sehingga dalam
penanganan limbah dan industrinya sangat memperhatikan lingkungan. Air
limbah yang akan diolah dan setelah diolah akan diuji terlebih dahulu setiap satu
jam sekali untuk memastikan limbah aman untuk diolah dan dibuang ke badan air.
PT SIER juga memiliki sumur pantau yang terletak dekat dengan pemukiman
warga.
Proses pengolahan air limbah oleh PT SIER dilakukan pertama kali adalah
mengumpulkan limbah-limbah dalam bak pengumpul atau bak ekualisasi yang
bertujuan untuk menyamakan kadar limbah. Debit masuk setiap harinya mencapai
6.000 m3 dengan bak berbentuk silinder berdiameter 10 meter dan kedalaman 8
meter.

10
Gambar 10. Bak Ekualisasi
(Koleksi Pribadi)
Setelah limbah disamakan kadarnya, akan diolah secara mekanis, yaitu
pengendapan awal. Fungsi dari bak pengendapan awal ini adalah untuk
memisahkan padatan terapung (kemudian dialirkan ke bak flotasi) dan padatan
terendap (akan dialirkan ke drying bed).

Gambar 11. Bak Pengendapan Awal


(Koleksi Pribadi)
Limbah yang telah terpisahkan dari padatan-padatan akan diolah dengan
proses biologis pada bak oksidasi menggunakan lumpur aktif yang bertujuan
untuk mendegradasi polutan. PT SIER memiliki 4 buah bak oksidasi dnegan waktu
tinggal setiap baknya 24 jam. Bak oksidasi tersebut memiliki kedalaman 1,6 m
dan penggunaan lumpur 4 hingga 6 gram/liter.

11
Gambar 12. Bak Oksidasi
(Koleksi Pribadi)
Pengolahan selanjutnya adalah pengendapan akhir. Bak pengendapan akhir
ini berbentuk lingkaran dengan diameter lebih dari 10 meter dan waktu tinggalnya
1 jam. Air yang telah melalui bak pengendapan akhir ini berwarna cukup jernih
untuk dibuang.

Gambar 13. Bak Pengendapan Akhir


(Koleksi Pribadi)
Air limbah yang telah melalui proses mekanis dan biologis akan diuji
sebelum dibuang ke badan Sungai Oso dengan uji lab dan uji bioikdikator (ikan).
Lumpur bekas pengolahan akan dikeringkan pada drying bed. Sedangkan limbah
B3 dari proses pengolahan akan disimpan dalam TPST B3, termasuk lumpur
kering bekas pengolahan, bohlam lampu, sisa hasil uji laboratorium.

12
Gambar 14. Drying Bed
(Koleksi Pribadi)

Bak Kontrol

Bak Ekualisasi

Bak Pengendapan Awal

Bak Oksidasi

Bak Pengendapan Akhir

Output

Bak Sublimasi dan

Gambar 15. Alur Pengolahan Limbah PT SIER


(Koleksi Pribadi)

2.3.4. Pembahasan
Pengolahan air limbah yang dilakukan oleh PT SIER hanya menggunakan
sistem mekanis dan biologis yang ditujukan untuk pengolahan limbah yang tidak
mengandung logam berat. Limbah yang sudah terkumpul pada bak ekualisasi akan
disalurkan ke bak pengendapan awal. Pengendapan awal ini termasuk dalam
proses pre-treatment limbah yang bertujuan untuk menghilangkan padatan

13
tersuspensi dan material kasar (Soewondo, dkk., 2009). Pengolahan limbah
selanjutnya menggunakan lumpur aktif termasuk proses secondary treatment
untuk menghilangkan kandungan organik terlarut dalam air limbah (Soewondo,
dkk., 2009). Sedangkan pengendapan akhir yang dilakukan pada limbah yang
telah diolah secara biologis dilakukan setelah ada pengolahan lumpur aktif,
sehingga pengendapan akhir dilakukan dengan waktu tinggal 1 jam.

2.4. Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Jawa Timur


2.4.1. Nama Obyek Kunjungan
Nama : Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Jawa
Timur
Alamat : Jalan Tidar Nomor 123, Surabaya, Jawa Timur
Nomor Telepon : 031 – 5319338

2.4.2. Sejarah Obyek Kunjungan


Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Jawa Timur selanjutnya
disebut Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur menurut Peraturan Gubernur Jawa
Timur Nomor 73 Tahun 2016 mempunyai tugas membantu Gubernur
melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah
Provinsi di bidang energi dan sumber daya mineral serta tugas pembantuan. Dinas
dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi-fungsi, yaitu perumusan
kebijakan di bidang energi dan sumber daya mineral; pelaksanaan kebijakan di
bidang energi dan sumber daya mineral;. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di
bidang energi dan sumber daya mineral; pelaksanaan administrasi Dinas di bidang
energi dan sumber daya mineral; dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
Gubernur terkait dengan tugas dan fungsinya.

2.4.3. Hasil Kunjungan


Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur terbagi atas beberapa bidang tugas,
yaitu:
a. Kesekertariatan
b. Ketenagalistrikan
c. Energi
d. Pertambangan
e. Geologi dan Airtanah
f. UPT Pengujian Energi dan Sumberdaya Mineral

14
Provinsi Jawa Timur memiliki banyak cadangan energi dan sumberdaya
mineral, terlebih bagian minyak bumi, gas bumi, dan pertambangan, untuk itu
terdapat prosedur tertentu untuk pengajuan perizinan untuk eksplorasi dan
produksi. Dokumen-dokumen yang diperlukan untuk pengajuan perizinan
pertambangan baik minyak bumi, gas bumi, maupun pertambangan mineral, yaitu:
a. Dokumen Eksplorasi
b. Studi Kelayakan
c. Rancangan Anggaran Belanja
d. Rencana Reklamasi dan Pasca Tambang (Mempersiapkan jaminan
reklamasi)
e. Dokumen UKL-UPL atau AMDAL
Selain pertambangan, perminyakan, dan energi lain, Dinas ESDM Provinsi
Jawa Timur juga mengurusi masalah airtanah. Terkait airtanah di Surabaya sudah
terjadi penurunan muka airtanah sebesar 5 hingga 10 mm pertahun, sehingga dari
Walikota Surabaya mulai melarang pengambilan airtanah. Permasalahan lain yang
krusial yang dihadapi Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur adalah masalah sosial
terkait segala sektor pertambangan dan perminyakan, termasuk masalah semburan
lumpur lapindo. Selain itu, masalah-masalah sosial dapat terjadi akibat adanya
kebijakan-kebijakan baru dari pemerintah.

2.5. Semburan Lumpur Lapindo


2.5.1. Nama Obyek Kunjungan
Nama : Semburan Lumpur Lapindo
Alamat : Pengeboran Lapindo Brantas Inc. di Dusun Balongnongo,
Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur

2.5.2. Sejarang Obyek Kunjungan


Medici atas nama Alton International Indonesia dengan kontraktor
pengeboran PT Medici Citra Nusantara melakukan pengeboran sumur Banjar
Panji-1 pada awal Maret 2006. Pada awalnya sumur tersebut direncanakan hingga
kedalaman 8.500 kaki (2.590 meter) untuk mencapai formasi Kujung (batu
gamping). Sumur tersebut akan dipasang casing yang ukurannya bervariasi sesuai
dengan kedalaman untuk mengantisipasi potensi circulation loss (hilangnya
lumpur dalam formasi) dan kick (masuknya fluida formasi tersebut ke dalam
sumur) sebelum pengeboran menembus formasi Kujung.

15
Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo telah memasang casing sebesar
30 inci pada kedalaman 150 kaki, casing 20 inci pada 1.195 kaki, casing (liner) 16
inci pada 2.385 kaki, dan casing 13 3/8 inci pada 3.580 kaki (Lapindo Press
Release ke wartawan, 15 Juni 2006). Ketika Lapindo mengebor lapisan bumi dari
kedalaman 3.580 kaki sampai ke 9.297 kaki, mereka “belum” memasang casing 9
5/8 inci yang rencananya akan dipasang tepat di kedalaman batas antara formasi
Kalibeng Bawah dengan formasi Kujung (8.500 kaki).
Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan
pengeboran ini dengan membuat prognosis pengeboran yang salah. Mereka
membuat prognosis dengan mengasumsikan zona pengeboran mereka di zona
Rembang dengan target pengeborannya adalah formasi Kujung. Padahal mereka
membor di zona Kendeng yang tidak ada formasi Kujung-nya. Alhasil, mereka
merencanakan memasang casing setelah menyentuh target yaitu batu gamping
formasi Kujung yang sebenarnya tidak ada. Selama mengebor mereka tidak meng-
casing lubang karena kegiatan pemboran masih berlangsung. Selama pemboran,
lumpur overpressure (bertekanan tinggi) dari formasi Pucangan sudah berusaha
menerobos (blow out) tetapi dapat diatasi dengan pompa lumpur Lapindo (Medici)

Gambar 16. Underground Blowout


(www.google.com)
Setelah kedalaman 9.297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu gamping.
Lapindo mengira target formasi Kujung sudah tercapai, padahal mereka hanya

16
menyentuh formasi Klitik. Batu gamping formasi Klitik
sangat porous (berlubang-lubang). Akibatnya lumpur yang digunakan untuk
melawan lumpur formasi Pucangan hilang (masuk ke lubang di batu gamping
formasi Klitik) atau circulation losssehingga Lapindo kehilangan/kehabisan
lumpur di permukaan.
Akibat dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur formasi Pucangan
berusaha menerobos ke luar (terjadi kick). Mata bor berusaha ditarik tetapi
terjepit sehingga dipotong. Sesuai prosedur standar, operasi pengeboran
dihentikan, perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig segera ditutup dan segera
dipompakan lumpur pengeboran berdensitas berat ke dalam sumur dengan tujuan
mematikan kick. Kemungkinan yang terjadi, fluida formasi bertekanan tinggi
sudah telanjur naik ke atas sampai ke batas antara open-hole dengan selubung di
permukaan (surface casing) 13 3/8 inci. Di kedalaman tersebut, diperkirakan
kondisi geologis tanah tidak stabil dan kemungkinan banyak terdapat rekahan
alami (natural fissures) yang bisa sampai ke permukaan. Karena tidak dapat
melanjutkan perjalanannya terus ke atas melalui lubang sumur disebabkan BOP
sudah ditutup, maka fluida formasi bertekanan tadi akan berusaha mencari jalan
lain yang lebih mudah yaitu melewati rekahan alami tadi dan berhasil. Inilah
mengapa surface blowout terjadi di berbagai tempat di sekitar area sumur, bukan
di sumur itu sendiri. Perlu diketahui bahwa untuk operasi sebuah kegiatan
pengeboran migas di Indonesia setiap tindakan harus seizin BPMIGAS, semua
dokumen terutama tentang pemasangan casing sudah disetujui oleh BPMIGAS.

2.5.3. Hasil Kunjungan


Di obyek kunjunga terdapat fenomena alam berupa semburan lumpur yang
masih aktif di satu titik, walau saat ini semburannya kecil. Fenomena semburan
lumpur ini terjadi tidak lama setelah terjadinya gempa bumi di selatan Provinsi
Yogyakarta pada 2006 lalu. Gempa tersebut kemungkinan menimbulkan retakan-
retakan di titik pengeboran minyak bumi di Sidoarjo ini. Sesungguhnya, jenis
semburan semacam ini tidak hanya terjadi di Sidoarjo saja, namun beberapa
tempat lain di bagian utara Pulau Jawa, seperti di Blora dan Ungaran. Hal tersebut
kemungkinan terjadi karena daerah Jawa bagian utara terdapat lapisan lumpur atau
mud.
Semburan pertama Lapindo terjadi pada 29 Mei 2006 yang titiknya berada
di barat daya sumur dan saat ini semburan pertama tersebut masih aktif. Semburan
kedua terjadi pada 1 Juni 2006 pada timur laut sumur. Terakhir terjadi semburan
ketiga pada 2 Juni 2006 di barat daya sumur dan beberapa ratus meter jaraknya

17
dari semburan kedua. Permasalahan semburan lumpur ini terjadi akibat belum
dipasangnya casing 5/8 inchi pada sumur, sehingga dinilai tidak aman ketika
terjadi perbedaan tekanan.

Gambar 17. Bekas Semburan Lumpur Lapindo


(Koleksi Pribadi)

2.5.4. Pembahasan
Dalam AAPG 2008 International Conference and Exhibition dilaksanakan
di Cape Town International Conference Center, Afrika Selatan, tanggal 26-29
Oktober 2008 yang dihadiri oleh ahli geologi seluruh dunia, menghasilan
pendapat ahli: 3 (tiga) ahli dari Indonesia mendukung gempa Bantul 2006 sebagai
penyebab, 42 (empat puluh dua) suara ahli menyatakan pengeboran sebagai
penyebab, 13 (tiga belas) suara ahli menyatakan kombinasi gempa dan
Pengeboran sebagai penyebab, dan 16 (enam belas suara) ahli menyatakan belum
bisa mengambil opini. Laporan audit Badan Pemeriksa Keuangan tertanggal 29
Mei 2007 juga menemukan kesalahan-kesalahan teknis dalam proses
pengeboran.

2.6. Balai Riset dan Observasi Laut Bali


2.6.1. Nama Obyek Kunjungan
Nama : Balai Riset dan Observasi Laut Bali
Alamat : Jl. Baru Prancak, Budeng, Jembrana, Budeng, Kec.
Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali 82218
Nomor Telepon : (0365) 44266

18
2.6.2. Sejarah Obyek Kunjungan
Balai ini adalah salah satu wadah pelaksanaan kegiatan – kegiatan the
Southeast Asia Center for Ocean Research and Monitoring (SEACORM).
Perjalanan historis lahan Perancak jika disimak secara menyeluruh
menggambarkan keunikan tersendiri. Salah satunya adalah bagaimana upaya –
upaya yang dilakukan untuk merubah tata guna lahan yang awalnya merupakan
lahan budidaya tambak, menjadi suatu kawasan riset – terapan dan observasi
kelautan yang handal berskala global. Hal tersebut bermula pada bulan Oktober
2002 (Raker BRKP – DKP) ketika lahan tersebut diserahterimakan dari Pusat
Riset Perikanan Budidaya ke Pusat Riset Teknologi Kelautan – BRKP.
Pada Tahun Anggaran 2003 Bagian Proyek Inventarisasi untuk pertama
kali dilaksanakan di Perancak yang pada saat itu bernama ‘Laboratorium Alam'.
Dua tahap pengembangan sarana dan infrastruktur riset dan observasi kelautan
dilaksanakan pada tahun 2003 dan 2004 menginduk pada Pusat Riset Teknologi
Kelautan. Sejak terbentuknya Instalasi Observasi Kelautan dan Tambak Penelitian
tahun 2005, SEACORM telah cukup aktif melaksanakan program kerjanya yang
meliputi kegiatan riset, diseminasi, kerjasama maupun pengembangan
kelembagaan. Instalasi Observasi Kelautan merupakan cikal berkembangnya
institusi penelitian ini menjadi Balai.
Pengesahan Balai Riset dan Observasi Kelautan melalui Peraturan Menteri
pada bulan Agustus 2005 merupakan suatu momentum khusus yang dijadikan
motivator dari keseluruhan aspek riset yang dapat dilakukan. Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan NOMOR.PER10/MEN/2005 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Balai Riset dan Observasi Kelautan menyatakan, diantaranya, bahwa
BROL merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang bertanggung jawab
langsung kepada Pusat Riset Teknologi Kelautan (PRTK) – BRKP.

2.6.3. Hasil Kunjungan

Gambar 18. Foto Bersama Dosen dan Mahasiswa Teknik Lingkungan di BROL
(Koleksi Pribadi)

19
Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) merupakan balai riset dibawah
Kementerian Kelautan dan Perikanan yang terletak di daerah Perancak, Bali.
BROL melakukan riset dan penelitian yang mencangkup bidang inderaja laut,
oceanografi, dan dinamika pesisir. Produk-produk yang dihasilkan oleh BROL
diantaranya PPDPI, PELIKAN, dan Prediksi Pasang Surut. BROL juga memiliki
fasilitas laboratorium pengujian air, peminjaman alat survey, permintaan data
kelautan, pengolahan data kelautan, pelatihan, kunjungan, magang, dan
peminjaman buku ilmiah.
BROL selain menangani permasalahan kelautan, juga membantu
menangani permasalahan semburan lumpur Lapindo dengan cara memetakan
volume dari lumpur tersebut, kemudian memperkirakan letak dan arah
pembentukan sedimen pembuangan lumpur di laut, atau dengan nama lain
pemodelan.

2.6.4. Pembahasan
Produk-produk yang diciptakan oleh BROL menggunakan berbagai
perangkat lunak SIG. Metode yang digunakan ini adalah pendekatan SIG dengan
teknik analisis spasial yaitu teknik yang dipergunakan dalam menganalisa kajian
keruangan/spasial. Overlay atau tumpang susun peta atau superimposed peta
digunakan untuk menentukan kendala, daerah limitasi dan kemungkinan
pengembangan dalam penyusunan peta jalur penangkapan di perairan Kalimantan
Barat. Buffering dan query berguna untuk menampilkan, mengubah, dan
menganalisis data. Spasial query merupakan peran yang penting sesuai dengan
tujuan atau kebutuhan para penggunanya (Harahap dan Yanuarsyah, 2012).

2.7. Instalasi Pembuangan Sampah Terpadu Sarbagita, Bali


2.7.1. Nama Obyek Kunjungan
Nama : Instalasi Pembuangan Sampah Terpadu Sarbagita, Bali
Alamat : Jl. TPA Suwung No.200, Sesetan, Kec. Denpasar Sel.,
Kota Denpasar, Bali

2.7.2. Sejarah Obyek Kunjungan


Instalasi Pembuangan Sampah Terpadu (IPST) Sarbagita didirikan pada
tahun 1984 dengan luasan awal 32 Ha yang menampung sampah dari 4 kabupaten,
yaitu Denpasar, Gianyar, Badun, dan Tabanan. Awalnya IPST ini menggunakan
sistem pengelolaan sanitary landfill, namun dalam praktiknya menerapkan sistem
open dumping.

20
2.7.3. Hasil Kunjungan
IPST Sarbagita berdiri tahun 1984 dengan luas 32 Ha dengan sampah yang
masuk berkisar 1.200 hingga 1.400 ton perhari dari kurang lebih 800 truk yang
berasal dari 4 kabupaten di Bali, yaitu Denpasar, Gianyar, Badun, dan Tabanan.
Jenis sampah yang masuk didominasi oleh sampah-sampah organik sisa dari sesaji
untuk kegiatan keagamaan. Saat ini tinggi sampah yang tertumpuk setinggi 52 m.
Saat pembuatan IPST Sarbagita ini menggunakan geomembran pada dasar
tumpukan sampah, sehingga air lindi yang terbentuk tidak merembas ke hutan
mangrove di sekitarnya. Pengelolaan air lindi di IPST Sarbagita dilakukan dengan
sistem mekanik dan sederhana, seperti aerasi dan kolam pengendapan.
Awal perencanaan IPST Sarbagita menggunakan sistem sanitary landfill,
namun karena pengelolaan yang kurang sistem yang diterapkan di lapangan
menjadi open dumping. Saat ini sedang dilakukan upaya revitalisasi IPST
Sarbagita yang diperuntukkan sebagai fasilitas umum ecopark.

Gambar 19. Lahan untuk Ecopark


(Koleksi Pribadi)
Revitalisasi yang direncanakan untuk ecopark dilakukan dengan menimbun
sampah-sampah di IPST, dipadatkan, dan ditata agar membentuk bukit. Bukit
sampah tersebut nantinya akan ditutup dengan tanah kemudian dilakukan
reboisasi. Selain itu, lahan revitalisasi nantinya akan dilengkapi fasilitas-fasilitas
umum yang saat ini telah terealisasi 92%.
Selain ecopark, nantinya di IPST Sarbagita akan didirikan Pembangkit
Listrik Tenaga Sampah (PLTSA) yang menggunakan teknologi dari Jerman untuk
mengonversi sampah-sampah menjadi energi dengan menerapkan sistem
pembakaran (insinerasi). Fly ash yang nantinya terbentuk dari pembakaran
sampah akan dibuang dengan sistem sanitary landfill pada lahan yang telah
disediakan.

21
2.7.4. Pembahasan
Sanitary landfill adalah metode TPA yang paling maju saat ini dimana
sampah diurug dan dibuang secara sistematis. Setiap hari sel sampah
ditutup/dilapisi dengan tanah. Pembuatan ketinggian dan lebar sel sampah juga
diperhitungkan. Pada dasar tempat pembuangan, dibuat pipa-pipa pengalir air lindi
yang kemudian diolah menjadi energi. Di antara sel-sel sampah juga dipasang
pipa-pipa penangkap gas metan yang kemudian diolah menjadi energi. Sanitary
memiliki fasilitas lebih lengkap dan mahal dibanding controlled landfill. Sanitary
landfill adalah jenis TPA yang diakui secara internasional (www.
blhd.serangkota.go.id, diakses pada 7 Juli 2019 pukul 23.32 WIB). Sanitary
landfill memang bentuk ideal untuk pembuangan sampah agar tidak memakan
lahan yang luas dan pencemaran akibat sampah juga sedikit. Namun, pada
kenyataannya penerapan sanitary landfill tersebut juga sulit diterapkan karena
pengelolaannya yang sulit.

2.8. Pantai dan Pura Tanah Lot


2.8.1. Nama Obyek Kunjungan
Nama : Pantai dan Pura Tanah Lot
Alamat : Beraban, Kec. Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali. 82121.

2.8.2. Sejarah Obyek Kunjungan


Menurut masyarakat Bali, Pura Tanah Lot dibangun oleh seorang
brahmana bernama Danghyang Niratha yang tadinya mengembara dari Pulau
Jawa. Beliau berhasil menguatkan kepercayaan mayoritas warga Bali tentang
ajaran agama Hindu di abad 16. Namun, saat ia menjalani misi, Bendesa Beraban
merasa iri dan ingin mengusir Danghyang Niratha dari tempat meditasinya.
Danghyang Niratha sempat mengeluarkan kesaktiannya untuk memindahkan
batu besar. Jadi, Pura Tanah Lot dipercaya tercipta dari kekuatan spiritual
Danghyang Niratha yang memindahkan bongkahan batu besar ke tengah pantai
dan menjadi tempat meditas beliau.
Setelah batu berhasil dipindahkan, dibangunlah sebuah pura dan dijaga
oleh penjaga pura yang tercipta dari seledang poleng milik Danghyang Niratha.
Lalu selendang itu diubah menjadi seekor kuda laut yang biasa disebut lipi poleng
(ular hitam-putih). Ular tersebut dipercaya sebagai penjaga pura yang
menjauhkan masyarakat dari ancaman kejahatan dan kerusakan. Menurut warga

22
setempat apabila akan terjadi musibah atau bencana alam, ular tersebut akan
dijadikan pertanda lewat raja atau ratu ular laut warna merah yang muncul.

2.8.3. Hasil Kunjungan


Pantai Tanah Lot berada di bagian barat laut Pulau Bali merupakan pantai
karang terjal dan ombak yang relatif besar. Ketika dilakukan kunjungan, keadaan
di Pantai tersebut sedang surut, sehingga pengunjung dapat menyebrang ke Pura
Tanah Lot.

Gambar 20. Pantai dan Pura Tanah Lot


(Koleksi Pribadi)
Di sepanjang jalan menuju pantai, dipenuhi pedagang-pedagang souvenir
atau oleh-oleh khas Bali yang menarik. Hal tersebut merupakan salah satu
kegiatan perekonomian warga setempat untuk menunjang sektor pariwisata Pulau
Bali.

2.8.4. Pembahasan
Wilayab pesisir adalah salah satu sistem Iingkungan, di dalamnya terdapat
zona intertidal atau zona pasang surut yang merupakan daerah yang terkecil dari
semua daerab di samudera dunia (Nugroho, 2012). Menurut NYBAKKEN
(dalam Nugroho, 2012) zona intertidal merupakan daerah yang paling sempit
diantara zona laut yang lainnya. Zona intertidal dimulai dari pasang tertinggi
sarnpai pada surut terendah. Zona ini hanya terdapat pada daerah pulau atau
daratan yang luas, dengan pantai yang landai. Semakin landai pantainya maka
zona intertidalnya semakin luas. Sebaliknya semakin terjal pantainya maka zona
intertidalnya akan semakin sempit.
Pada dasarnya pembagian zonasi untuk pantai berbatu dilihat dari pasang
surut yang terjadi. Jenis pantai ini didominasi oleh substrat dari batuan berukuran

23
2 - 16 mm (Wentworth, dalam Nugraha, 2012). Umumnya pantai berbatu terdapat
bersama-sama atau berseling dengan pantai berdinding barn. Kawasan ini paling
padat makroorganismenya dan mempunyai keragaman fauna maupun flora yang
paling besar. Tipe pantai inibanyak ditemui di selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara
dan Maluku (Triatmodjo, dalam Nugraha, 2012). Salah satu contoh pantai yang
berbatu ini adalah Pantai Tanah Lot.

24
BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan hasil ekskursi lingkungan binaan yang telah
dilaksanakan di Jawa Tengah-Jawa Timur-Bali, dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pemanfaatan sumberdaya mineral dan sumberdaya alam lainnya yang dilakukan oleh
manusia tentunya mendatangkan dampak, baik dampak baik maupun dampak buruk
terhadap lingkungan dan manusia sendiri. Maka dari itu, diperlukan pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungannya agar fungsi lingkungan tetap lestari.

25

Anda mungkin juga menyukai