Oleh:
ANDRE ALISTIN
1610024427004
PROGRAM STUDI
TEKNIK PERTAMBANGAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND)
PADANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu potensi sumber daya alam yang cukup melimpah dimiliki oleh
Provinsi Sulawesi Tengah adalah potensi sirtu atau pasir batu alami yang di
beberapa Kabupaten, diantaranya berada di wilayah Kabupaten Donggala.
Sirtu adalah singkatan dari pasir batu merupakan bahan bangunan yang
banyak digunakan dalam industri konstruksi sipil. Sirtu merupakan bahan
bangunan banyak dipakai sebagai bahan campuran beton. Sirtu yang lepas
sangat baik untuk bahan pengeras jalan biasa maupun jalan tol, airport, dan
tanah urug. Sehingga kebutuhan sirtu guna mendukung proyek pembangunan
sangatlah besar. Diperlukan sumber cadangan sirtu yang cukup ekonomis dan
memenuhi spesifikasi teknis sebagai bahan campuran beton dan sekaligus
bernilai ekonomis untuk industri konstruksi.
PT. Tri Remethana Labuan sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di
bidang usaha pertambangan sirtu dan memegang izin usaha pertambangan eksplorasi
batuan dari Gubernur Sulawesi tengah dengan Nomor 540/219/IUP-
E/DPMPTSP/2018, tanggal 29 Maret 2018 bermaksud untuk melakukan kegiatan
Eksplorasi di Desa Labuan Toposo, Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala,
Provinsi Sulawesi Tengah, dengan melakukan kegiatan eksplorasi untuk mengetahui
daerah prospek dan cadangan yang ada di dalam wilayah IUP Eksplorasi PT. Tri
Remethana Labuan.
Kegiatan eksplorasi ini dituangkan dalam bentuk laporan yang berisi semua
kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh PT. Tri Remethana Labuan di Wilayah IUP
Eksplorasi yang dilaksanakan pada Bulan ke 1 (satu) setelah dikeluarkannya surat
IUP Eksplorasi sirtu PT. Tri Remethana Labuan
IDENTITAS PEMRAKARSA
Nama Perusahaan : PT. Tri Remethana Labuan
Alamat Perusahaan : Jl. Latigau Kecamatan Labuan, Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah
Lokasi Penambangan :
Desa : Labuan Toposo
Kecamatan : Labuan
Kabupaten : Donggala
Provinsi : Sulawesi Tengah
Maksud dari laporan ini adalah sebagai tahap awal survei lapangan dan
penyelidikan wilayah penambangan secara menyeluruh setelah dikeluarkannya
Ijin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi.
Keadaan Iklim
Tabel 1.2. Keadaan Curah Hujan Per Bulan Di Kec. Labuan, 2016
Pada ekplorasi ini metoda yang digunakan adalah Grab Rock Sample (RG)
Conto grab diambil dari permukaan singkapan/outcrop setelah bagian atasnya
dibersihkan terlebih dahulu, conto ini tidak mewakili terhadap suatu singkapan
secara keseluruhan. Dicatat lokasi project, nama sungai/bukit, posisi koordinat,
nomor conto, tipe conto, tanggal dan bulan pengambilan.
1. Palu Geologi
2. Kompas Geologi
3. GPS
4. Peta Dasar, dengan sekala yang memadai
5. Alat-alat tulis (buku lapangan, kertas, pensil, ballpoint, spidol)
6. Laptop dan Printer
7. Sepatu Lapangan
8. Tas Lapangan / Ransel
9. Topi Lapangan
10. Jas hujan
11. Kamera Digital dan Battery Alkaline
12. Clipboard
13. Kantong sampel
14. Roll meter
15. Parang
16. Linggis
17. Sekop
18. Obat-obatan P3K
1.7 Pelaksanaan
Ekplorasi ini sesuai dengan tujuannya untuk mengetahui potensi bahan
galian batuan maka tenaga ahli yang digunakan cukup dengan 1 orang tenaga ahli
Geologi/Pertambangan dan tenaga pendukung yaitu masyarakat sekitar.
BAB II
yang diuraikan di atas juga menerobos endapan ini. Batuan Molasa Celebes Sarasin
dan Sarasin (1901) terdapat pada ketinggian lebih rendah pada sisi - sisi kedua
pematang, menindih secara tidak selaras Formasi Tinombo dan Kompleks Batuan
Metamorf. Molasa ini mengandung rombakan yang berasal dari formasi-formasi lebih
tua dan terdiri dari konglomerat, batupasir, batulumpur, batugamping-koral serta
napal yang semuanya hanya mengeras lemah. Didekat Kompleks Batuan Metamorf
pada bagian barat pematang timur endapan itu terutama terdiri dari bongkah -
bongkah kasar dan agaknya diendapkan didekat sesar. Batuan-batuan itu ke arah laut
beralih - alih jadi batuan klastika berbutir lebih halus. Di dekat Donggala sebelah
utara Enu dan sebelah barat Labea batuannya terutama terdiri dari batugamping dan
napal dan mengandung Operculina sp., Cycloclypeus sp., Rotalia sp., Orbulina
universa, Amphistegina sp., Miliolidae, Globigerina, foraminifera pasiran, ganggang
gampingan, pelesipoda dan gastoproda. Sebuah contoh dari tenggara Laebago selain
fosil - fosil tersebut juga mengandung Miogypsina sp. dan Lepidocyclina sp, yang
menunjukkan umur Miosen (Kadar, Dit. Geol). Foram tambahan yang dikenali oleh
Socal meliputi Planorbulina sp., Solenomeris sp., Textularia sp., Acervulina sp.,
Spiroclypeus? sp., Reussella sp., Lethoporella, Lithophyllum dan Amphiroa. Socal
mengirakan bahwa fauna - fauna tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah dan
pengendapan di dalam laut dangkal. Pada kedua sisi Teluk Palu dan kemungkinan
juga di tempat lain endapan sungai Kuarter juga dimasukkan ke dalam satuan ini.
Aluvium dan Endapan pantai terdiri dari kerikil, pasir, lumpur dan batugamping koral
terbentuk dalam lingkungan sungai, delta dan laut dangkal merupakan sedimen
termuda di daerah ini. Endapan itu boleh jadi seluruhnya berumur Holosen. Di daerah
dekat Labean dan Ombo terumbu koral membentuk bukit-bukit rendah. Telah diamati
telah terjadi beberapa generasi intrusi. Yang tertua ialah intrusi andesit dan basalt
kecil-kecil di semenanjung Donggala. Intrusi-intrusi mi mungkin adalah saluran -
saluran batuan vulkanik di dalam Formasi Tinombo. Formasi Tinombo sendiri
menindih kompleks batuan metamorf secara tidak selaras. Di dalamnya terkandung
rombakan yang berasal dari batuan metamorf. Endapan Stratigrafi daerah di susun
berdasar hubungan relatif antara masing-masing unit batuan yang penamaannya di
dasarkan pada pusat erupsi dan genesa pembentukan batuan tersebut. Dari hasil
pemetaan lapangan, urutan batuan di daerah Lampio, Kecamatan Sirenja, Kabupaten
Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah terdiri dari 6 satuan batuan dengan urutan tua ke
muda sebagai berikut: Satuan Malihan (Km), Satuan granit Tinjuawo (Tmgt), Satuan
granit Sitiau (Tmgs), Satuan diorit (Opd), Satuan Gamping terumbu/koral (Qgt)
dan Satuan aluvium (Qa) (Gambar 4). Struktur Geologi di daerah penyelidikan
dicerminkan bentuk kelurusan tofografi (pantai, sungai dan bukit), paset segi tiga,
dinding patahan (gawir sesar), kekar, off-set batuan, zona hancuran
batuan/breksiasi (fractures), cermin sesar (slicen-side), seretan (drag-fault), kontak
intrusi (backing-effect), retas-retas/ intrusi kecil, bentuk batolit, bentuk kubah
(dome) dan pemunculan mata air panas. Berdasarkan data lapangan di atas dan
citra landsat (www.landsat.org, 2001) terdapat 3 arah sesar utama dari tua ke
muda adalah: • Sesar berarah utara timurlaut-selatan baratdaya (N 30-40º E). Sesar
normal tertua ini di namakan sesar Sibera dengan kemiringan > 70° barat. • Sesar
berarah utara baratlaut-selatan tenggara (N 345-350º E). Sesar normal generasi
kedua dinamakan sesar Mapane, berkemiringan > 80º ke timur. Awalnya sesar ini
hanya 1 buah, namun menjadi 3 sesar yang terpisah-pisah akibat tergeserkan (off-
set) oleh sesar mendatar yang lebih muda. Ke 3 sesar itu dinamakan sesar
Mapane, sesar Sitiau dan sesar Maleloro. • Sesar termuda sedikitnya ada 7 sesar
geser jurus (strict-sleep fault) berarah baratlauttenggara (N 320-330º E)
berkemiringan > 80°. Sesar itu antara lain Salapane, Lampio, Tompe, Sipi, Boya,
Bulu Tinjuawo. Selain sesar-sesar diatas terdapat juga kelurusan-kelurusan diduga
merupakan sesar lebih kecil berarah utara baratlaut-selatan tenggara dan sesar
baratlaut-tenggara
KEGIATAN PENYELIDIKAN
3.1. Persiapan
Beberapa pendekatan dan persiapan yang dilakukan dalam hal ini adalah
sebagai berikut :
1. Pendekatan Literatur
2. Pendekatan Lapangan
3. Persiapan Peralatan Lapangan
Pada tahapan ini akan dihasilkan suatu hipotesa mengenai hasil penelitian
pada daerah penelitian. Hipotesis tersebut terdiri dari interpretasi dari materi
geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi pada daerah penelitian. Hipotesis
tersebut akan dijelaskan sesuai dengan materi pembahasannya.
3.1.2. Pendekatan Lapangan
Pendekatan ini dilakukan untuk pengambilan data-data primer, yang
nantinya sangat berperan penting dalam penelitian geologi. Hal ini mencakup
pendekatan lapangan yaitu :
7. Buku lapangan
9. Komparator butir
10. Kamera
a. Traversing
b. Observasi Lapangan
▪
Penentuan Posisi Singkapan : Ketika menemukan singkapan batuan,
pertama kali yang dilakukan adalah penentuan posisi singkapan. Catat
posisi singkapan dengan marking di GPS dan catat koordinat dan
elevasi singkapan dalam buku catatan lapangan. Jika sinyal GPS hilang
pada posisi singkapan, lakukan passing and compass dari titik terdekat
yang mendapat sinyal GPS ke titik singkapan.
▪
Pembersihan Singkapan (Outcop Cleaning) : Sebelum melakukan
deskripsi batuan, pembersihan perlu dilakukan agar batuan tersebut
dapat diketahui tingkat pelapukannya (segar, lapuk, soil). Pembersihan
singkapan ini menggunakan alat bantu cangkul, parang, linggis dan
ganco.
▪
Kode Singkapan, Waktu Pemetaan, Keadaan Cuaca dan Geologist :
Semua poin diatas dicatat dalam buku catatan lapangan. Pemberian kode
singkapan harus teratur dan sistematis. Kode singkapan yang digunakan
pada pemetaan geologi di PT. Tri Remethana Labuan adalah urutan kode
perusahaan, nomor singkapan dan inisial satuan batuan. Contoh kode
singkapan adalah ST-01.
▪
Deskripsi Singkapan : Dalam deskripsi singkapan yang perlu
diperhatikan adalah Interval batuan yang di deskripsi dan deskripsi
batuan dan jenis litologi. Langkah deskripsi singkapan, yaitu:
- Buat sketsa singkapan.
- Arah Aliran sungai, Unsur Struktur Geologi (Pola Kekar,Sesar).
- Ukur dimensi batuan (panjang, lebar dan tinggi).
Struktur geologi merupakan hal yang penting dalam pemetaan geologi. Struktur
geologi sangat mempengaruhi model geologi nantinya. Langkah kerja dalam
observasi singkapan struktur geologi, sebagian besar sama dengan observasi
singkapan pasir, hanya perbedaannya yaitu pada deskripsi singkapan.
1. Interpretasi jenis struktur atau indikasi struktur seperti sesar (normal, naik
atau mendatar), off set sesar, breksiasi, fracture, lipatan dan lipatan mikro
(mikrofold), slicken side dan lain-lain.
2. Sketsa Singkapan
b. Penandaan singkapan
c. Dokumentasi singkapan
Evaluasi dilakukan selama proses dan setelah pengambilan data selesai. Setiap
data yang didapat dari lapangan, setelah sampai di camp, data harus selalu
dimasukkan ke dalam data base geologi dan diplot dalam peta lintasan, terutama
singkapan batuan (kode, posisi, tebal, tinggi dan lebar) dan struktur geologi.
Hal ini bertujuan untuk memperkirakan jenis batuan dan lokasi struktur geologi.
Setelah tahap pengambilan data selesai, maka dapat dilakukan interpretasi jenis
batuan, penyebaran, dan cadangannya. Hasil dari kegiatan ini adalah peta geologi
sementara.
Laporan Akhir dibuat dalam bentuk buku dengan lampiran yaitu peta geologi, peta
geomorfologi dan peta lintasan/singkapan.
Kemiringan tanah atau topografi merupakan bentuk dari muka bumi. Topografi
pada setiap wilayah memiliki kontur yang berbeda-beda. Tujuan Analisa topografi
untuk mengetahui dan menginterpretasikan garis-garis yang menghubungkan titik-
titik yang sama ketinggiannya di atas suatu bidang (garis kontur).Interpretasi
topografi PT. Tri Remethana Labuan menggunakan Peta Rupa Bumi Digital
Indonesia Lembar Paleleh 2217-12 skala 1 : 50.000. Sehingga dari Interpretasi
tersebut diperoleh karakteristik ketinggian dan bentuk morfologi di wilayah IUP
Eksplorasi PT. Tri Remethana Labuan seluas 10 Ha, sehingga hasil kegiatan ini
adalah peta topografi.
3.4. Pengolahan Data
Pengolahan data adalah suatu cara yang digunakan, hingga data tersebut
dapat lebih berguna dan lebih berarti dan menjadi informasi yang dapat digunakan
untuk mengambil suatu keputusan. Tahapan pekerjaan dalam pengolahan data
explorasi yang dilakukan terbagi 2 yaitu (1) tahapan pengolahan data awal (2)
Pengolahan data yang telah diolah.
1. Pengolahan data dasar, pengolahan data dasar ini berdasarkan data-data dari
pemetaan dan pemboran dan topografi, yang merupakan data asli dilapangan.
Proses pengolahan datanya meliputi tahapan sebagai berikut:
▪
Input Data meliputi mencatat data-data
▪
pengukuran singkapan meliputi deskripsi jenis batuan alterasi dan
tebal singkapan alterasi.
▪
Pengukuran topografi
▪
Pengukuran batas tataguna lahan, sungai dan jalan
HASIL PENYELIDIKAN
Pola aliran sungai yang berkembang adalah pola dendritik dengan bentuk
lembah yang lebar dan datar, erosi lateral cenderung mendominasi dan terbentuk
meander (kelokan sungai), sehingga sungainya menunjukan stadia sungai tua.
Gunungapi a. Penamaan
c. Ciri Litologi
e. Lingkungan Pengendapan
f. Kesebandingan Stratigrafi
e. Lingkungan Pengendapan
1. Blok Prospek dengan area sumber daya yang terukur seluas 10 Ha,
dengan lebar rata-rata sungai sekitar 90 Meter meliputi daerah
bantaran Sungai Labuan dan tepi sungai yang dimanfaatkan
sebagai tegalan atau ladang perkebunan masyarakat.
4.2.2. Sumber Daya Dan Cadangan Sirtu
Dari hasil pengamatan di lapangan terhadap beberapa singkapan,
berdasarkan komposisi dan jenis litologi dari masing- masing singkapan, potensi
sirtu terdapat pada daerah penelitian, sedangkan penyebaran dan ketebalannya
telah di uraikan pada pembahasan sebelumnya. Lapisan batuan yang mempunyai
potensi untuk dilakukan penambangan yaitu lapisan yang mengandung sirtu
terutama pada lapisan sirtu yang mempunyai ketebalan beberapa meter.
B = berat sirtu per satuan volume yang sesuai atau metrik ton
Dari hasil penggabungan data ini dapat diperkirakan sumber daya sirtu
daerah penyelidikan, sebagai berikut :
Perhitungan Blok Prospek Tambang
Berdasarkan debit air sungai rata – rata 5.668 M3/ detik atau 489.681,129 M3/hari
dan pada lokasi pengamatan mempunyai debit sedimen rata-rata 3,506 ton/ hari
dan berat jenis dari pasir adalah 3500 kg/ M3 sehingga sedimentasi di sungai
Labuan setiap harinya adalah 3,5 x 3,506 = 8,771 M3/ Hari/ Ha tetapi pada musim
penghujan debit air sedimen tersebut meningkat sehingga jumlah sedimen
tersuspensi setiap Bulannya adalah = 30 x 8,771 x 10 = 2.631,3 M3/ bulan dan
untuk lima tahun material tersuspensi adalah = 2.631,3 M3 x 12 x 5 = 157.878 M3
Sehingga sumber daya terukur dan terunjuk Blok Prospek Tambang = 157.878 M3
+ 350.000 M3 = 507.878 M3
4.2.4. Cadangan
Berdasarkan data luas serta ketebalan lapisan batuan yang mengandung
pasir dan batu (sirtu) di atas, dari hasil penggabungan data di atas dapat, maka
dapat diperkirakan sumber daya sirtu daerah penelitian, sebagai berikut :
Blok Prospek Tambang
Sumber daya sirtu dengan daerah pengaruh sampai 100 meter (sumberdaya
terukur ), yaitu sebesar 507.878 M3, untuk wilayah IUP PT. Tri Remethana
Labuan cadangan dan sumber daya dianggap sama yaitu 507.878 M3
Sumber Daya
Lokasi Luas Cadangan Terkira
Terunjuk
KESIMPULAN