BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN
Luas wilayah Kabupaten Dharmasraya berdasarkan Perda No 4 Tahun 2009 yaitu 3.023,25
Km² (302.325 Ha). Kabupaten Dharmasraya merupakan salah satu kabupaten yang cukup
berpotensi di Propinsi Sumatera Barat. Sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten
Dharmasraya adalah untuk sektor pertanian hingga mencapai 89,98% dimana lahan
perkebunan adalah yang terbesar mencapai 51,95% sedangkan lahan untuk sawah
sebesar 2,25 %.
1
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
2
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
3
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
4
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
5
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
6
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
7
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
8
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
Pensesaran
9
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
Pensesaran dalam batuan Pra-Tersier di Lembar ini lebih intensif daripada di dalam
batuan yang menutupinya, tetapi pada umumnya mempunyai arah yang sama.
Sebanyak empat arah dari sesar utama dapat dikenali yaitu: baratlaut-tenggara,
utara-selatan, timurlaut-baratdaya, dan timur-barat.
Sesar baratlaut-tenggara
Secara mendatar, sesar-sesar tersebut sangat menonjol, dengan panjang
seluruh zona sesar mencapai 75-80 Km dan masing-masing sesar mencapai panjang
40 Km. Sesar-sesar tersebut pada permukaan menunjukkan gerakan mendatar
menganan, walaupun dari data bawah permukaan pada sesar yang sama juga
ditemukan gejala sesar membalik. Sesar-sesar tersebut khas merupakan ciri batas
dari tinggian Pra-tersier, dan merupakan salah satu unsur sesar utama yang
mengontrol geometri dan pengembangan cekungan sedimen Tersier. Holder (1990)
menganggap bahwa sesar-sesar membalik dan sesar normal, mencerminkan
peremajaan dari sesar renggut yang dulunya merupakan ”dextral extentional
wrench fault”.
Sesar utama berarah baratlaut-tenggara di daerah ini, yakni Sesar
Ketaun dan Sesar Musikeruh, dijumpai di bagian tengah Lembar dan dianggap
merupakan bagian Lajur Sesar Sumatera. Di sekitar Gunungapi Kaba sesar-sesar
tersebut tampak saling bergeser. Berdasarkan adanya kelurusan yang jelas berarah
timurlaut-baratdaya seperti terlihat pada citra SAR yang meliput daerah ini, maka
diduga mungkin terdapat jalur sesar utama berarah timurlaut-baratdaya yang
melalui daerah G. Kaba.
Seperti telah disebutkan diatas, sesar regional berarah baratlaut-
tenggara tersebut ditafsirkan merupakan bagian sistem Sesar Sumatera. Mungkin
sistem sesar ini terjadi sebagai akibat gaya kompresi yang berarah utara-selatan
pada awal Tersier atau bahkan akhir dari Kapur, dan telah digiatkan lagi selama
Pliosen Akhir-Plistosen (Holder, 1990). Pergeseran akibat sesar timur-barat dan
timurlaut-baratdaya, dan perubahan arah jurus dari lapisan Tersier di Pegunungan
Gumai tampaknya diakibatkan oleh tektonik Plio-Plistosen. Bukti adanya kegiatan
pada zaman Resen di sepanjang sesar ini dibuktikan oleh terjadinya gempa bumi di
10
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
daerah Tes, dimana pada saat itu tercatat alih setempat secara mendatar sepanjang
500 m di Desa Turunlanang dan Desa Tes di daerah S. Ketaun (Kraeff, 1953).
Pembentukan Danau Tes diduga juga akibat gerakan mendatar di sepanjang struktur
tersebut selama Kuarter yang membentuk suatu terban lokal.
Sesar timurlaut-baratdaya.
Seperti disebutkan diatas, sesar-sesar ini berkembang setempat di
Pegunungan Gumai dan mungkin di sekitar daerah G. Kaba – Curup. Yang
tersebut terakhir mungkin terdiri dari lebih dari satu sesar yang jadinya
mengalih tempatkan secara mengenan Sistem Sesar Sumatera. Holder (1990)
mengemukakan bahwa sistem sesar timurlaut-baratdaya tersebut terbentuk
sebagai pasangan dari sesar baratlaut-tenggara pada awal Tersier, dan
digiatkan lagi selama Plio-Plistosen dengan suatu gaya kompresi dan disusul
oleh alih tempat secara menganan. Data bawah permukaan dari luar Lembar
ini menunjukkan bahwa sesar-sesar yang berarah seperti itu membentuk
batas-batas utama antara cekungan sedimen Tersier dan tinggian yang terletak
diantaranya, yang menunjukkan perpindahan tegak yang berumur Tersier
Bawah (c.f. de Coster, 1974). Walaupun di permukaan tidak begitu jelas, sesar
timurlaut-baratdaya tersebut merupakan sesar yang penting dan merupakan
struktur yang sangat berperan.
Sesar utara-selatan.
Sesar-sesar ini kelihatan terutama sebagai kelurusan pada citra SAR.
Pengamatan rinci tidak dilakukan dilapangan, terhadap umur maupun sejarah
perpindahannya, namun sesar-sesar tersebut dianggap sebagai sesar turun
yang berumur Miosen Awal-Miosen Tengah. Kelurusan-kelurusan sejajar yang
terletak di dekat Jalur Sesar Sumatera diduga merupakan struktur sekunder
terhadap Sesar Sumatera Utama dan berumur Kuarter hinggan Resen.
Sesar timur-barat
11
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
12
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
7 Peta hazard gempa Indonesia di Batuan dasar pada kondisi PGA (T = 0 detik)
untuk 10 % PE 50 Tahun
13
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
8 Peta hazard gempa Indonesia di Batuan dasar pada kondisi PGA (T = 0,2 detik)
untuk 10 % PE 50 Tahun
9 Peta hazard gempa Indonesia di Batuan dasar pada kondisi PGA (T = 1 detik)
untuk 10 % PE 50 Tahun
14
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
10 Peta Wilayah Gempa Indonesia dengan Percepatan Puncak Batuan Dasar dengan
Periode Ulang Gempa 500 Tahun (SNI 03-1726-2002)
15
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
16
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
17
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
Luas panen padi di Dharmasraya selama tahun 2015 mencapai 259.042,1 hektar.
Dimana 6.497,1 hektar merupakan padi sawah dan 252.545 hektar merupakan padi
ladang. Kecamatan yang memiliki luas panen padi sawah tertinggi di Dharmasraya
adalah Kecamatan Sitiung, yang terendah adalah Kecamatan Sungai Rumbai.
Sementara itu, luas panen padi ladang tertinggi terdapat di Kecamatan Koto Besar
sebesar 47.764 hektar sedangkan yang terendah terdapat pada Kecamatan Sungai
Rumbai yaitu sebesar 3.075 hektar.
Sedangkan untuk data luas panen dan produksi tanaman palawija yang tercatat disini
adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kacang hijau, kacang tanah dan
kacang panjang.
Jika dilihat dari luas panen maka jagung masih mendominasi tanaman palawija selama
tahun 2015. Luas panen tanaman jagung selama tahun 2015 tercatat seluas 129 hektar
jauh lebih luas dibandingkan dengan luas panen jenis palawija lain. Luas panen jagung
tertinggi terdapat di Kecamatan Koto Salak. Jagung hanya terdapat pada beberapa
kecamatan yaitu Kecamatan Sungai Rumbai, Kecamatan Koto Besar, Kecamatan Asam
Jujuhan, Kecamatan Koto Salak, Kecamatan Tiumang dan Kecamatan Timpeh. Dari
beberapa kecamatan tersebut, kecamatan Asam Jujuhan dan Kecamatan Timpeh
adalah dua kecamatan dengan luas panen jagung terkecil yaitu hanya sekitar 1 hektar.
Kedelai hanya terdapat pada Kecamatan Padang Laweh yaitu sebesar 9 hektar.
Sementara komoditas kacang tanah terdapat hampir di semua kecamatan di Kabupaten
Dharmasraya, kecuali Kecamatan Koto Baru dan Kecamatan Padang Laweh. Kedua
kecamatan tersebut tidak memiliki lahan yang ditanami/dipanen kacang tanah.
Sementara itu, untuk kacang hijau, tidak ada satupun kecamatan di Dharmasraya
memiliki lahan panen kacang hijau sehingga luas panen kacang hijau di Dharmasraya
adalah nol.
Komoditas ubi kayu terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Dharmasraya kecuali
Kecamatan Koto Baru. Sementara itu, luas panen ubi kayu tertinggi terdapat pada
Kecamatan Pulau Punjung sebesar 8 hektar.
Sementara itu untuk komoditas ubi jalar, hanya beberapa kecamatan di Kabupaten
Dharmasraya yang memiliki luas panen yaitu Kecamatan Sungai Rumbai, Kecamatan
Koto Besar, Kecamatan Asam Jujuhan, Kecamatan Koto Salak, Kecamatan Tiumang dan
18
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
Kecamatan Padang Laweh. Total luas panen ubi jalar di Kabupaten Dharmasraya
sebesar 30 hektar dimana Kecamatan Tiumang adalah kecamatan tertinggi luas panen
ubi jalar.
Komoditas hortikultura di Kabupaten Dharmasraya hanya bawang merah dan cabai.
Itupun tidak terlalu signifikan. Luas panen bawang merah hanya sebesar 4 satuan dan
cabai hanya 32 satuan. Luas panen bawang merah terdapat di Kecamatan Koto Besar
dan Kecamatan Pulau Punjung.
Sementara itu, produksi hortikultura di Kabupaten Dharmasraya untuk komoditas
bawang merah hanya sebanyak 572 dan cabai hanya 586. Produksi bawang merah
terbesar terdapat di Kecamatan Pulau Punjung. Sementara itu, produksi cabai tertinggi
terdapat di Kecamatan Koto Salak.
Produksi buah-buahan di Dharmasraya secara rata-rata mengalamai kenaikan. Buah-
buahan yang cukup banyak diproduksi di Dharmasraya adalah durian dan pisang.
Dimana produksi Durian paling besar dari Kecamatan Koto Salak dan produksi pisang
paling besar di Kecamatan Pulau Punjung. Produksi durian di Dharmasraya selama 2015
sebesar 22.873,5 ton dan produksi pisang 17.903,8 ton. Buah-buahan yang paling
sedikit di Dharmasraya adalah nanas yaitu hanya 19,5 ton dan hanya terdapat di
Kecamatan Sungai Rumbai, Kecamatan Koto Salak dan Kecamatan Sembilan Koto.
Berikut merupakan data luas lahan sawah beserta jenis pengairan di Kabupaten
Dharmasraya :
13 Luas Panen Sawah Padi Menurut Kecamatan di Kabupaten Dharmasraya
19
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
20
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
21
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
22
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
23
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
24
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
25
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
fungsi tampungan yang nantinya akan digunakan untuk mensuplai air ke embung
eksisting.
Manfaat dari embung eksisting maupun embung yang akan direncanakan
adalah untuk mengaliri sawah dan juga untuk menunjang pariwisata karena daerah
sekitar embung tersebut merupakan daerah pengembangan sport center
Kabupaten Dharmasraya.
Lokasi calon embung berada tepat di tepi jalan menuju sport center. Calon
tampungan diperkirakan memiliki luas genangan mencapai 1.26 Ha dengan luas
catchment area sebesar 1.43 km2.
26
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
27
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
28
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
29
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
30
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
berupa bendung eksisting yang sudah rusak. Rencana usulan masyarakat dari
pembangunan embung ini akan dimanfaatkan untuk irigasi sawah seluas 30 Ha.
Letak sawah layanan irigasi dari rencana embung berbatasan dengan lokasi
rencana embung. Status kepemilikan lahan adalah aset milik daerah yang
dimanfaatkan oleh Nagari. Sumber air untuk embung ini akan memanfaatkan aliran
anak Sungai Durian. Lokasi aliran anak Sungai Durian berada 750 m dari lokasi
rencana as embung.
Kondisi aliran air sungai durian merupakan daerah banjir yang menggenangi
area sawah di hulu rencana embung, sehingga area sawah di hulu embung
sementara tidak ditanami. Rekomendasi oleh Dinas PU Kabupaten Dharmasraya
adalah untuk mengatur aliran anak Sungai Durian sehingga sawah di hulu embung
dapat kembali dimanfaatkan, dan juga rencana embung mendapat suplai air
langsung dari anak Sungai Durian.
Jarak embung dari akses jalan desa terdekat sejauh 250 m dengan dan dapat
ditempuh dengan jalan kaki atau motor. Calon tampungan diperkirakan memiliki
luas genangan mencapai 0.43 Ha dengan luas catchment area sebesar 1.24 km 2.
31
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
32
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
33
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
pembangunan embung dengan area genangan yang luas yang akan dimanfaatkan
untuk irigasi.
Jarak embung dari akses jalan desa terdekat sejauh 200 m dengan dan dapat
ditempuh dengan jalan kaki. Namun kondisi akses jalan menuju lokasi adalah
medan berat yang harus ditempuh menggunakan kendaraan mobil 4x4. Calon
tampungan diperkirakan memiliki luas genangan mencapai 4.66 Ha. Dengan luas
catchment area sebesar 3.18 km2.
34
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
Lokasi rencana Embung Air Angek terdapat di jorong Sapan Aia Angek Nagari Sapan
Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatan. Lokasi yang
diusulkan berupa lahan lembah diantara 2 bukit yang dibawahnya terbentang
sawah rencana layanan seluas 70 Ha. Letak sawah layanan irigasi berjarak 50 m dari
lokasi rencana embung. Status kepemilikan lahan adalah aset milik warga. Dari
usulan ini nantinya diharapkan ada pembangunan embung dengan area genangan
yang akan dimanfaatkan untuk irigasi.
Jarak embung dari akses jalan desa terdekat sejauh 300 m dengan dan dapat
ditempuh dengan jalan kaki. Calon tampungan diperkirakan memiliki luas genangan
mencapai 0.11 Ha dengan luas catchment area seluas 0.27 km2.
35
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
36
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
37
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
38
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
Jarak embung dari akses jalan desa terdekat sejauh 2.4 km dengan dan dapat
ditempuh dengan jalan kaki atau motor. Calon tampungan diperkirakan memiliki
luas genangan mencapai 11.6 Ha dengan luas catchment area seluas 0.94 km2.
39
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
40
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
kepemilikan lahan adalah aset milik warga. Dari usulan ini nantinya diharapkan ada
pembangunan embung dengan area genangan yang akan dimanfaatkan untuk
irigasi.
Jarak embung dari akses jalan desa terdekat sejauh 60 m dengan dan dapat
ditempuh dengan jalan kaki atau motor. Calon tampungan diperkirakan memiliki
luas genangan mencapai 0.78 Ha dengan luas catchment area seluas 1.38 km2.
41
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat
Letak sawah layanan irigasi berjarak 60 m dari lokasi rencana embung. Status
kepemilikan lahan adalah aset milik warga. Dari usulan ini nantinya diharapkan ada
pembangunan embung dengan membangun poulder di sekitar area genangan yang
akan dimanfaatkan untuk irigasi.
Jarak embung dari akses jalan desa terdekat sejauh 150 m dengan dan dapat
ditempuh dengan jalan kaki. Calon tampungan diperkirakan memiliki luas genangan
mencapai 0.38 Ha dengan luas catchment area seluas 1.13 km2.
42