Anda di halaman 1dari 42

SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di

Prop. Sumatera Barat

BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN

2.1 KONDISI TOPOGRAFI DAN GEOLOGI


2.1.1 Kondisi Topograf Kabupaten Dharmasraya
Kabupaten Dharmasraya dengan ibukota Pulau Punjung adalah salah satu kabupaten di
Sumatera Barat yang berada di persimpangan Jalur Lintas Sumatera yang
menghubungkan antara Padang, Pekanbaru hingga Jambi. Terletak di ujung tenggara
Sumatera Barat antara 00 47’ 7” LS – 10 41’ 56” LS & 1010 9’ 21” BT – 1010 54’ 27” BT.
Kondisi dan topografi Kabupaten Dharmasraya mayoritas merupakan lahan datar dengan
ketinggian dari 82 meter sampai 1.525 meter dari permukaan laut.

Sebelah Utara Kabupaten Dharmasraya berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung dan


Prop. Riau, sebelah Selatan dan di sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Jambi
sedangkan di sebelah Barat dengan Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan.

Luas wilayah Kabupaten Dharmasraya berdasarkan Perda No 4 Tahun 2009 yaitu 3.023,25
Km² (302.325 Ha). Kabupaten Dharmasraya merupakan salah satu kabupaten yang cukup
berpotensi di Propinsi Sumatera Barat. Sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten
Dharmasraya adalah untuk sektor pertanian hingga mencapai 89,98% dimana lahan
perkebunan adalah yang terbesar mencapai 51,95% sedangkan lahan untuk sawah
sebesar 2,25 %.

1
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

2 Peta Kabupaten Dharmasraya

2.1.2 Kondisi Topograf Kabupaten Solok Selatan


Secara astronomis, Kabupaten Solok Selatan terletak antara 010 17' 13' – 010 46 '
45” Lintang Selatan dan 1000 53' 24” - 1010 26' 27” Bujur Timur. Kabupaten Solok
Selatan mempunyai luas wilayah sekitar 3 346,20 Km2.

Kabupaten Solok Selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Solok, Provinsi


Jambi, Kabupaten Pesisir Selatan, dan Kabupaten Dharmasraya.

Kabupaten Solok Selatan mempunyai 7 kecamatan dengan Kecamatan Sangir Balai


Janggo memiliki wilayah terluas, yaitu 686,94 Km2 atau sekitar 20,52 % dari luas
Kabupaten Solok Selatan. Sedangkan Kecamatan Sangir Jujuan memiliki luas
daerah terkecil, yakni 278,06 Km2 atau sekitar 8,3 % dari luas Kabupaten Solok
Selatan.

2
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

3 Peta Kabupaten Solok Selatan

2.1.3 Kondisi Geologi Kabupaten Dharmasraya dan Solok Seatan


Kondisi geologi Kabupaten Dharmasraya dan Solok Selatan termasuk dalam peta
geologi lembar solok dan lembar painan. Adapun peta geologi lembar solok dan lembar
painan dapat dilihat pada gambar berikut:

3
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

4 Peta Geologi Lembar Painan


Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi

4
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

5 Peta Geologi Lembar Solok


Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi

5
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

Pekerjaan SI dan DD Embung Tersebar WS Batanghari di Provinsi Sumatera


Barat secara umum masuk dalam peta geologi lembar Solok, Sumatera. Adapun
pembahasan Geologi Regional ini akan ditinjau dari beberapa aspek, pertama aspek
fisiografi, aspek stratigrafi regional dan aspek struktur dan tektonik geologi regional
yang akan diterangkan sebagaimana penjelasan dibawah ini.
Fisiograf
Secara Fisiografi lembar peta geologi Solok ini terletak pada 100 o 45’ BT ~ 101o
15’ BT. dan 0o 30‘ LS ~ 1o 00’ LS dan lembar peta geologi Painan terletak pada 100 o
BT~ 102o BT dan 1o 00’ LS ~ 2o 00’. Berdasarkan hasil studi peta geologi terhadap
analisa peta topografi, maka morfologi daerah pekerjaan menunjukkan bentuk
morfologi yang cukup kasar dengan beberapa puncak yang mencapai ketinggian
beberapa ratus meter. Sedangkan aliran air sungai umumnya tenggara - baratlaut
dengan pola saliran berbentuk mendaun.
Stratigraphi Regional
Berdasarkan peta geologi Lembar Solok, Sumatera ( P.H. Silitonga dan
Kastowo, 1995), maka daerah penyelidikan dapat dikatagorikan menjadi 3
kelompok jenis satuan batuan, yaitu kelompok batuan sedimen dan batuan
volkanik & intrusi, serta batuan metamorfosis (melihan).
Adapun urutan stratigrafi dari Muda ke Tua adalah sebagai berikut :
Kelompok Batuan Sedimen:
 Anggota Atas Formasi Ombilin (Tmou)
Satuan ini secara umum terdiri atas lempung dan napal dengan sisipan
batupasir, konglomerat mengandung kapur dan berfosil. Kelompok Satuan
batuan ini berumur Miosen. Penyebaran dari satuan ini tersebar disekitar
daerah bagian barat dari lembar peta atau disekitar Bukit Kudabarkatuk dan
Palangki.
 Batugamping (Tol)
Batugamping ini terutama terdiri dari batugamping pasiran dan berfosil.
Umur dari batugamping ini Miosen. Penyebaran dari batugamping ini
muncul secara setempat, khususnya disekitar batu manjulur.

6
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

 Anggota Bawah Formasi Ombilin (Tmol)


Satuan ini terdiri dari batupasir kuarsa mengandung mika sisipan arkose,
serpih lempungan, konglomerat kuarsa dan batubara. Satuan ini berumur
Miosen Bawah. Pelamparannya dijumpai disekitar bagian barat dari lembar
peta atau singkapan yang baik dapat dilihat disekitar sungai Umbilin.
 Anggota Bawah Formasi Telisa (Tmtl)
Satuan ini terdiri dari napal lempungan, batupasir lignit, tuf, breksi andesit
dan batupasir glaukonitan. Umur dari satuan batuan ini Miosen Bawah.
Pelamparannya berkembang secara setempat-setempat yaitu disekitar
bagian timur dari lembar peta.
Kelompok Batuan Metamorfosis (Melihan):
 Anggota Batusabak dan Serpih Formasi Tuhur (TRts)
Satuan ini terdiri dari atas batusabak, serpih, serpih napalan sisipan rijang,
radiolarit, serpih hitam terkersikan; dan lapisan tipis grewake
termetamorfosakan. Pelamparannya tersebar cukup luas yakni disekitar
sebelah barat bagian selatan dari lembar peta ini.
 Anggota Batugamping Formasi Tuhur (TRtl)
Satuan ini terdiri dari atas batugamping pasiran, batugamping konglomerat,
pelamparannya tersebar secara setempat-setempat di bagian barat ke
selatan dari lembar peta.
 Anggota Batugamping Formasi Silungkang (Psl)
Satuan ini terdiri dari batugamping mengandung sisipan tipis serpih,
batupasir dan tuf. Singkapan yang tampak muncul adalah disekitar
Silungkang pada bagian barat ke utara dari lembar peta.
 Anggota Filit dan Serpih Formasi Kuantan (PCks)
Anggota ini terdiri dari atas serpih dan filit, sisipan batusabak, kuarsit,
batulanau, rijang dan aliran lava. Pelamparan dari anggota ini banyak
tersebar di bagian timur dari lembar peta, singkapan yang baik terlihat di
Sungaibitung.

7
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

 Anggota Batugamping Formasi Kuantan (PCkl)


Anggota ini terdiri dari atas batugamping batusabak, filit, serpih terkersikan
dan kuarsit. Pelamparannya dibagian timur yang berarah utara ke selatan
pada lembar peta, singkapan dapat dijumpai di Tanjunglolo 2.
 Anggota Bawah Formasi Kuantan (PCkq)
Anggota ini terdiri dari atas kuarsit dan batupasir kwarsa sisipan filit,
batusabak, serpih, batuan gunungapi, tuf klorit, konglomerat dan rijang.
Pelamparannya dalam lembar peta ini cukup luas baik di bagian timur
maupun bagian tengah ke selatan dari lembar peta.
Kelompok Batuan Volkanik dan Intrusi:
 Andesit sampai Basal (Ta)
Batuan ini terdiri dari atas aliran lava, breksi, aglomerat dan batuan
hipabisal. Pelamparan dari batuan ini muncul dibagian barat dari lembar
peta atau pada bukit Guguk Jihak.
 Granit (g)
Batuan ini susunannya berkisar dari leuco-granit sampai monzonit kuarsa.
Pelamparannya muncul hampir disemua lembar peta di bagian selatan.
 Granodiorit (gd)
Batuan ini susunannya granodiorit, biotit, hornblenda; setempat
terkloritkan. Pelamparannya muncul dibagian tengah sebelah barat dari
lembar peta.
 Kuarsa Porfir (qp)
Batuan ini susunannya kuarsa porfir, dengan fenokris kuarsa dan felspar.
Pelamparannya muncul dibagian barat sebelah utara dari lembar peta.
 Formasi Silungkang (Ps)
Formasi ini terdiri dari andesit hornblenda, andesit augit, meta-andesit
dengan sisipan tipis tufa, batugamping, serpih dan batupasir. Batugamping
pasiran, batupasir gampinga dan serpih lempung. Pelamparannya muncul
dibagian barat bagian tengah atau disebelah barat sawahlunto.

8
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

Struktur dan Tektonika


Sejarah struktur P. Sumatera bagian timur meliputi kejadian-kejadian tektonik sejak
Mesozoikum Akhir sampai Resen. Unsur-unsur struktur utama dari batuan di lembar
ini adalah perlipatan dan pensesaran.
Pelipatan didalam batuan Pra-Tersier umumnya berstruktur tertutup, baik setangkup
maupun tak setangkup. Pelipatan tersebut tersingkap hanya di hulu S. Saling dan S.
Lingsing di Pegunungan Gumai, dan intensitas deformasinya menunjukkan
terjadinya lebih dari satu perioda pelipatan, walaupun tidak dilaporkan adanya
bukti-bukti pelipatan ulang. Arah perlapisan di dalam batuan hampir utara-selatan
dengan kemiringan berkisar antara 40o-70o. Deformasi utama diduga terjadi pada
Kapur Awal dan tidak mempengaruhi batuan granit di daerah ini.
Arah sumbu pelipatan batuan Tersier dan Kuarter lebih kurang baratlaut-tenggara,
sejajar dengan arah struktur Sumatera (de Coster, 1974). Deformasinya lebih kecil
bila dibandingkan dengan di dalam batuan Pra-Tersier, dan menghasilkan lipatan
tegak, terbuka dan landai, tanpa belahan. Di dalam batuan berumur Tersier Awal-
Tersier Tengah, pelipatan lebih kuat daripada di dalam batuan Tersier Akhir dan
Kuarter; pada batuan yang lebih tua kemiringan berkisar dari 20o-40o, tetapi dalam
satuan Tersier Akhir sampai Kuarter kuran dari 10o sampai hampir horisontal. Hal
ini mungkin menunjukkan adanya dua peristiwa deformasi selama Kenozoikum.
Pada pelipatan batuan Tersier di Pegunungan Gumai terdapat penyimpangan
setempat dari arah umum baratlaut-tenggara. Di bagian barat sumbu lipatan lebih
kurang berarah baratlaut-tenggara, makin ke timur berubah menjadi baratbaratlaut-
timurtenggara, dan akhirnya timur-barat. Perubahan arah tersebut mungkin
disebabkan oleh adanya batuanalas Pra-Tersier yang miring curam di dalam inti
antiklin yang membaji kearah timur. Kemiringan curam setempat yang dijumpai
disayap utara struktur ini merupakan akibat dari pensesaran yang terjadi kemudian.

Pensesaran

9
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

Pensesaran dalam batuan Pra-Tersier di Lembar ini lebih intensif daripada di dalam
batuan yang menutupinya, tetapi pada umumnya mempunyai arah yang sama.
Sebanyak empat arah dari sesar utama dapat dikenali yaitu: baratlaut-tenggara,
utara-selatan, timurlaut-baratdaya, dan timur-barat.

Sesar baratlaut-tenggara
Secara mendatar, sesar-sesar tersebut sangat menonjol, dengan panjang
seluruh zona sesar mencapai 75-80 Km dan masing-masing sesar mencapai panjang
40 Km. Sesar-sesar tersebut pada permukaan menunjukkan gerakan mendatar
menganan, walaupun dari data bawah permukaan pada sesar yang sama juga
ditemukan gejala sesar membalik. Sesar-sesar tersebut khas merupakan ciri batas
dari tinggian Pra-tersier, dan merupakan salah satu unsur sesar utama yang
mengontrol geometri dan pengembangan cekungan sedimen Tersier. Holder (1990)
menganggap bahwa sesar-sesar membalik dan sesar normal, mencerminkan
peremajaan dari sesar renggut yang dulunya merupakan ”dextral extentional
wrench fault”.
Sesar utama berarah baratlaut-tenggara di daerah ini, yakni Sesar
Ketaun dan Sesar Musikeruh, dijumpai di bagian tengah Lembar dan dianggap
merupakan bagian Lajur Sesar Sumatera. Di sekitar Gunungapi Kaba sesar-sesar
tersebut tampak saling bergeser. Berdasarkan adanya kelurusan yang jelas berarah
timurlaut-baratdaya seperti terlihat pada citra SAR yang meliput daerah ini, maka
diduga mungkin terdapat jalur sesar utama berarah timurlaut-baratdaya yang
melalui daerah G. Kaba.
Seperti telah disebutkan diatas, sesar regional berarah baratlaut-
tenggara tersebut ditafsirkan merupakan bagian sistem Sesar Sumatera. Mungkin
sistem sesar ini terjadi sebagai akibat gaya kompresi yang berarah utara-selatan
pada awal Tersier atau bahkan akhir dari Kapur, dan telah digiatkan lagi selama
Pliosen Akhir-Plistosen (Holder, 1990). Pergeseran akibat sesar timur-barat dan
timurlaut-baratdaya, dan perubahan arah jurus dari lapisan Tersier di Pegunungan
Gumai tampaknya diakibatkan oleh tektonik Plio-Plistosen. Bukti adanya kegiatan
pada zaman Resen di sepanjang sesar ini dibuktikan oleh terjadinya gempa bumi di

10
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

daerah Tes, dimana pada saat itu tercatat alih setempat secara mendatar sepanjang
500 m di Desa Turunlanang dan Desa Tes di daerah S. Ketaun (Kraeff, 1953).
Pembentukan Danau Tes diduga juga akibat gerakan mendatar di sepanjang struktur
tersebut selama Kuarter yang membentuk suatu terban lokal.

Sesar timurlaut-baratdaya.
Seperti disebutkan diatas, sesar-sesar ini berkembang setempat di
Pegunungan Gumai dan mungkin di sekitar daerah G. Kaba – Curup. Yang
tersebut terakhir mungkin terdiri dari lebih dari satu sesar yang jadinya
mengalih tempatkan secara mengenan Sistem Sesar Sumatera. Holder (1990)
mengemukakan bahwa sistem sesar timurlaut-baratdaya tersebut terbentuk
sebagai pasangan dari sesar baratlaut-tenggara pada awal Tersier, dan
digiatkan lagi selama Plio-Plistosen dengan suatu gaya kompresi dan disusul
oleh alih tempat secara menganan. Data bawah permukaan dari luar Lembar
ini menunjukkan bahwa sesar-sesar yang berarah seperti itu membentuk
batas-batas utama antara cekungan sedimen Tersier dan tinggian yang terletak
diantaranya, yang menunjukkan perpindahan tegak yang berumur Tersier
Bawah (c.f. de Coster, 1974). Walaupun di permukaan tidak begitu jelas, sesar
timurlaut-baratdaya tersebut merupakan sesar yang penting dan merupakan
struktur yang sangat berperan.

Sesar utara-selatan.
Sesar-sesar ini kelihatan terutama sebagai kelurusan pada citra SAR.
Pengamatan rinci tidak dilakukan dilapangan, terhadap umur maupun sejarah
perpindahannya, namun sesar-sesar tersebut dianggap sebagai sesar turun
yang berumur Miosen Awal-Miosen Tengah. Kelurusan-kelurusan sejajar yang
terletak di dekat Jalur Sesar Sumatera diduga merupakan struktur sekunder
terhadap Sesar Sumatera Utama dan berumur Kuarter hinggan Resen.

Sesar timur-barat

11
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

Sesar-sesar ini terdapat dibagian utara Pegunungan Gumai, diduga


merupakan sesar turun dengan bagian utara turun; mungkin sesar-sesar
tersebut telah giat sejak permulaan Tersier.
Kekar banyak dijumpai didalam batugamping Sepingtiang, dan dapat
dibagi dalam tiga kelompok. Kelompok awal berarah utara-selatan yang
dipotong oleh sesar geser berarah timur-barat, yang menunjukkan
perpindahan secara menganan; kelompok kemudian merupakan Kekar
tegangan terbuka berarah baratbaratlaut-timurtenggara yangbiasanya diisi
oleh Kalsit. Baik kekar tegangan maupun Kekar geser juga dijumpai dalam
batuan Tersier, tetapi belum dipelajari secara rinci.
Aspek Kegempaan
Faktor utama yang menyangkut pemilihan parameter desain embung air tahan
gempa, tergantung pada kondisi geologi dan kegempaan di daerah sekitar
bangunan air tersebut. Bukti geologis aktivitas kegempaan tercermin pada
struktur lipatan, kekar, sesar, dan struktur geologi lainnya. Didalam
penerapannya tergantung pada jenis, masa guna, dan lokasi bangunan, serta
kondisi tanah atau batuan di lokasi bangunan tersebut.
Dalam perencanaan struktur suatu bangunan baik gedung, bendung, dam
maupun jembatan disuatu lokasi diwilayah Indonesia tidak terlepas dari
adanya pengaruh beban gempa. Hal ini disebabkan oleh pontesi sumber
gempa yang begitu banyak dan bervariasi tingkat percepatannya terhadap
batuan dasar. Dibawah ini akan disajikan beberapa peta zonasi gempa di
Indonesia :

12
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

6 Memperlihatkan posisi Indonesia yang dipengaruhi oleh tiga lempeng dunia,


yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifc

7 Peta hazard gempa Indonesia di Batuan dasar pada kondisi PGA (T = 0 detik)
untuk 10 % PE 50 Tahun

13
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

8 Peta hazard gempa Indonesia di Batuan dasar pada kondisi PGA (T = 0,2 detik)
untuk 10 % PE 50 Tahun

9 Peta hazard gempa Indonesia di Batuan dasar pada kondisi PGA (T = 1 detik)
untuk 10 % PE 50 Tahun

14
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

10 Peta Wilayah Gempa Indonesia dengan Percepatan Puncak Batuan Dasar dengan
Periode Ulang Gempa 500 Tahun (SNI 03-1726-2002)

Jika memperhatikan gambar-gambar peta tersebut diatas, maka atas dasar


gambar ini lokasi pekerjaan, khususnya lokasi Propinsi Sumatera Barat
menunjukkan bahwa nilai percepatan gempa pada batuan dasar seperti yang
tercantum dalam Peta Gempa Wilayah Indonesia adalah 0,30 g. atau termasuk
dalam Wilayah 6.
Guna keperluan perencanaan struktur, maka nilai percepatan pada batuan
dasar yang direkomendasikan untuk digunakan adalah sebesar 0.25 – 0.30 g.

2.2 KONDISI PENDUDUK


2.2.1 Kependudukan Kabupaten Dharmasraya
Jumlah penduduk suatu wilayah dipengaruhi oleh faktor kelahiran, kematian dan
migrasi/ perpindahan penduduk. Jumlah penduduk Kabupaten Dharmasraya terus
mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan 2,85% per tahun hingga pada
tahun 2015 jumlah penduduk Kabupaten Dharmasraya sebanyak 223.112 orang
yang terdiri dari 115.502 laki-laki dan 107.610 perempuan. Perubahan struktur dan
komposisi penduduk dapat dilihat dari perbandingan piramida penduduk dimana

15
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

penduduk Kabupaten Dharmasraya didominasi oleh penduduk usia muda. Secara


umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk
perempuan. Hal ini dapat dilihat oleh besarnya angka/nilai sex ratio dimana pada
tahun 2015, sex ratio sebesar 107,33 menunjukkan bahwa untuk setiap 100
penduduk perempuan terdapat 107 penduduk laki-laki.
Distribusi jumlah penduduk menurut kecamatan, terbanyak berdomisili di
Kecamatan Pulau Punjung sebanyak 42.514 orang dan distribusinya sebesar 19,06
persen dari total penduduk Dharmasraya. Selanjutnya kedua terbanyak di
Kecamatan Koto Baru sebesar 14,86 persen. Sedangkan jumlah penduduk paling
sedikit berada di Kecamatan Padang Laweh yang hanya menyumbang 2,93 persen
dari total penduduk Dharmasraya. Kepadatan penduduk dapat dihitung
berdasarkan jumlah penduduk untuk setiap kilometer persegi. Penduduk yang
paling padat berada di Kecamatan Sungai Rumbai yaitu sebesar 421 orang per Km 2,
dan paling jarang penduduknya di Kecamatan IX Koto yakni 17 orang per Km2.

Menurut data tahun 2015 jumlah penduduk di Kabupaten Dharmasraya


berdasarkan rasio jenis kelamin adalah sebagai berikut:
11 Sex Ratio Kabupaten Dharmasraya

Sumber: BPS Kab. Dharmasraya

16
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

2.2.2 Kependudukan Kabupaten Solok Selatan


Penduduk Kab. Solok Selatan tahun 2015 hasil proyeksi penduduk sebanyak
159.796 jiwa yang terdiri dari 80.519 laki-laki dan 79.277 perempuan dengan rasio
jenis kelamin 101,59 Dibandingkan tahun lalu penduduk telah bertambah sebanyak
2.895 jiwa atau meningkat 1,85 persen. Struktur umur penduduk Kab. Solok Selatan
termasuk kategori penduduk muda.
Tingkat kepadatan penduduk Kab. Solok Selatan tahun 2015 , rata-rata 47,75 orang
per Km2. Kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Sangir Batang Hari hampir
mencapai 68,13 orang per Km2, sedangkan yang paling rendah terdapat di
kecamatan Sangir Balai Janggo yaitu sekitar 24,70 jiwa per km 2.
Menurut data tahun 2015 jumlah penduduk di Kabupaten Solok Selatan
berdasarkan rasio jenis kelamin adalah sebagai berikut:
12 Sex Ratio Kabupaten Solok Selatan

Sumber: BPS Kab. Solok Selatan

2.3 KONDISI PERTANIAN


2.3.1 Pertanian Kabupaten Dharmasraya
Pada tahun 2015, luas lahan sawah di Dharmasraya mencapai 6.497 hektar. Kecamatan
dengan luas lahan sawah tertinggi terdapat di Kecamatan Sitiung yaitu sebanyak 1.875
hektar. Sementara itu Kecamatan dengan luas lahan sawah terendah terdapat di
Kecamatan Sungai Rumbai.
Sementara itu, total luas lahan bukan sawah di Kabupaten Dharmasraya pada tahun
2015 sebesar 33.507 hektar. 26.359 hektar diantaranya adalah lahan tegal/kebun,
1.169 hektar merupakan lahan lading/huma dan sisanya 5.979 hektar merupakan
lahan yang sementara tidak diusahakan.

17
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

Luas panen padi di Dharmasraya selama tahun 2015 mencapai 259.042,1 hektar.
Dimana 6.497,1 hektar merupakan padi sawah dan 252.545 hektar merupakan padi
ladang. Kecamatan yang memiliki luas panen padi sawah tertinggi di Dharmasraya
adalah Kecamatan Sitiung, yang terendah adalah Kecamatan Sungai Rumbai.
Sementara itu, luas panen padi ladang tertinggi terdapat di Kecamatan Koto Besar
sebesar 47.764 hektar sedangkan yang terendah terdapat pada Kecamatan Sungai
Rumbai yaitu sebesar 3.075 hektar.
Sedangkan untuk data luas panen dan produksi tanaman palawija yang tercatat disini
adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kacang hijau, kacang tanah dan
kacang panjang.
Jika dilihat dari luas panen maka jagung masih mendominasi tanaman palawija selama
tahun 2015. Luas panen tanaman jagung selama tahun 2015 tercatat seluas 129 hektar
jauh lebih luas dibandingkan dengan luas panen jenis palawija lain. Luas panen jagung
tertinggi terdapat di Kecamatan Koto Salak. Jagung hanya terdapat pada beberapa
kecamatan yaitu Kecamatan Sungai Rumbai, Kecamatan Koto Besar, Kecamatan Asam
Jujuhan, Kecamatan Koto Salak, Kecamatan Tiumang dan Kecamatan Timpeh. Dari
beberapa kecamatan tersebut, kecamatan Asam Jujuhan dan Kecamatan Timpeh
adalah dua kecamatan dengan luas panen jagung terkecil yaitu hanya sekitar 1 hektar.
Kedelai hanya terdapat pada Kecamatan Padang Laweh yaitu sebesar 9 hektar.
Sementara komoditas kacang tanah terdapat hampir di semua kecamatan di Kabupaten
Dharmasraya, kecuali Kecamatan Koto Baru dan Kecamatan Padang Laweh. Kedua
kecamatan tersebut tidak memiliki lahan yang ditanami/dipanen kacang tanah.
Sementara itu, untuk kacang hijau, tidak ada satupun kecamatan di Dharmasraya
memiliki lahan panen kacang hijau sehingga luas panen kacang hijau di Dharmasraya
adalah nol.
Komoditas ubi kayu terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Dharmasraya kecuali
Kecamatan Koto Baru. Sementara itu, luas panen ubi kayu tertinggi terdapat pada
Kecamatan Pulau Punjung sebesar 8 hektar.
Sementara itu untuk komoditas ubi jalar, hanya beberapa kecamatan di Kabupaten
Dharmasraya yang memiliki luas panen yaitu Kecamatan Sungai Rumbai, Kecamatan
Koto Besar, Kecamatan Asam Jujuhan, Kecamatan Koto Salak, Kecamatan Tiumang dan

18
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

Kecamatan Padang Laweh. Total luas panen ubi jalar di Kabupaten Dharmasraya
sebesar 30 hektar dimana Kecamatan Tiumang adalah kecamatan tertinggi luas panen
ubi jalar.
Komoditas hortikultura di Kabupaten Dharmasraya hanya bawang merah dan cabai.
Itupun tidak terlalu signifikan. Luas panen bawang merah hanya sebesar 4 satuan dan
cabai hanya 32 satuan. Luas panen bawang merah terdapat di Kecamatan Koto Besar
dan Kecamatan Pulau Punjung.
Sementara itu, produksi hortikultura di Kabupaten Dharmasraya untuk komoditas
bawang merah hanya sebanyak 572 dan cabai hanya 586. Produksi bawang merah
terbesar terdapat di Kecamatan Pulau Punjung. Sementara itu, produksi cabai tertinggi
terdapat di Kecamatan Koto Salak.
Produksi buah-buahan di Dharmasraya secara rata-rata mengalamai kenaikan. Buah-
buahan yang cukup banyak diproduksi di Dharmasraya adalah durian dan pisang.
Dimana produksi Durian paling besar dari Kecamatan Koto Salak dan produksi pisang
paling besar di Kecamatan Pulau Punjung. Produksi durian di Dharmasraya selama 2015
sebesar 22.873,5 ton dan produksi pisang 17.903,8 ton. Buah-buahan yang paling
sedikit di Dharmasraya adalah nanas yaitu hanya 19,5 ton dan hanya terdapat di
Kecamatan Sungai Rumbai, Kecamatan Koto Salak dan Kecamatan Sembilan Koto.
Berikut merupakan data luas lahan sawah beserta jenis pengairan di Kabupaten
Dharmasraya :
13 Luas Panen Sawah Padi Menurut Kecamatan di Kabupaten Dharmasraya

Sumber: BPS Kab. Dharmasraya

19
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

2.3.2 Pertanian Kabupaten Solok Selatan


Berdasarkan data dari Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Solok
Selatan produksi padi pada tahun 2015 adalah 136.866 ton. Produksi padi ini paling
banyak terdapat di Kecamatan Sangir (42.910 ton). Untuk palawija, produksi jagung
menempati posisi pertama, yaitu sebanyak 54.074 ton, selanjutnya produksi ubi kayu
mencapai 4.522 ton.
Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Solok Selatan,
pada tahun 2015, produksi karet di Kabupaten Solok Selatan mencapai 12.027.100 kg.
Selanjutnya kelapa sawit sebanyak 2.576.996 kg, kayumanis sebanyak 1.353.066 kg,
kelapa sebanyak 1.629.480 kg, kopi sebanyak 1.624.678 kg.
Sepanjang tahun 2015, Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Solok
Selatan mencatat populasi sapi sebanyak 9.659 ekor dan kerbau 6.664 ekor, dimana
populasi sapi terbanyak terdapat di Kecamatan Sangir Balai Janggo, sedangkan populasi
kerbau terbanyak terdapat di Sangir Jujuan.
Berikut merupakan data untuk luas tanam, luas panen dan jumlah produksi untuk
tanaman pangan di Kabupaten Solok Selatan:
14 Luas Tanah, Luas Panen dan Jumlah Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis
Komoditas di Kabupaten Solok Selatan

Sumber: BPS Kab. Solok Selatan

2.4 KONDISI SOSIAL


2.4.1 Kabupaten Dharmasraya
Tingkat pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi untuk mencapai masyarakat yang sejahtera. Pendidikan juga merupakan
elemen penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam

20
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

pembangunan. Dengan pendidikan masyarakat akan mampu menerima pesan-


pesan serta informasi yang bermanfaat. Dalam rangka pemenuhan pendidikan
tersebut diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. Pencapaian dalam bidang
pendidikan terkait erat dengan ketersediaan fasilitas pendidikan. Selama tahun
2015, jumlah sekolah SD di Kabupaten Dharmasraya adalah sebanyak 150 buah
dengan jumlah murid dan guru masing-masing 27.518 orang dan 1.871 orang.
Artinya, rasio murid-guru tingkat SD adalah sebesar 14,71.
Peningkatan pelayanan kesehatan bertujuan untuk menghasilkan derajat
kesehatan masyarakat lebih tinggi sehingga memungkinkan masyarakat hidup lebih
produktif. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat antara
lain tersedianya sarana kesehatan, jumlah tenaga kesehatan dan keadaan
lingkungan yang memadai dan mutu makanan yang dikonsumsi. Jika dilihat dari
segi fasilitas kesehatan jumlah nya relatif tidak berubah dari tahun 2012. Namun
Kecamatan Tiumang yang belum terdapat fasilitas kesehatan sama sekali pada
tahun 2013 sudah memiliki Puskemas. Untuk tenaga kesehatan seperti bidan
mengalami penurunan pada tahun ini. Sedangkan dokter bertambah serta dokter
gigi sama dengan tahun sebelumnya.
Tindak kejahatan yang dilaporkan pada tahun 2015 mengalami penurunan
dari 748 kasus menjadi 675 kasus. Tindak kejahatan terbanyak dilaporkan pada
satuan kepolisian Sungai Rumbai yaitu sejumlah 207 kasus setelah itu satuan
kepolisian Koto Baru, Pulau Punjung dan Sitiung. Dibandingkan tahun sebelumnya,
jumlah tindak pidana yang dilaporkan di satuan kepolisian Pulau Punjung
mengalami penurunan yang paling drastic yaitu dari 221 kasus menjadi 170 kasus.
(Sumber: BPS Kabupaten Dharmasraya)
2.4.2 Kabupaten Solok Selatan
Pada tahun 2015, berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Solok
Selatan, Taman Kanak-kanak ( negeri dan swasta ) sebanyak 100 . Sekolah Dasar,
baik negeri dan swasta, berjumlah 146 pada tahun 2015. Lalu Sekolah Menengah
Pertama ( negeri dan swasta ) pada tahun 2015 sebanyak 38 sekolah, sedangkan
Sekolah Menengah Atas ( negeri dan swasta ) sebanyak 9 sekolah pada tahun 2015.

21
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

Sementara untuk lembaga perguruan tinggi tidak mengalami banyak penambahan


dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Solok Selatan, pada tahun
2015 terdapat 8 puskesmas, 49 puskesmas pembantu, dan 273 posyandu. Jumlah
Dokter pada tahun 2015 sebanyak 54 orang , sedangkan bidan, menjadi 82 orang
pada tahun 2015. Jumlah perawat sebanyak 207 orang pada tahun 2015. (Sumber:
BPS Kabupaten Solok Selatan)

2.5 KONSEP RENCANA EMBUNG


Dalam perencanaan embung diperlukan analisis dan perhitungan yang tepat
guna menentukan dimensi dan desain. Berikut adalah kondisi lapangan yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan embung :
1. Kondisi topografi, diperlukan cekungan yang cukup besar agar bisa
menampung air yang lebih banyak
2. Kondisi hidrologi dan klimatologi, hal ini harus sangat diperhatikan
mengingat besarnya volume air bergantung pada kondisi tersebut dan
sebagai batas desain untuk kondisi banjir
3. Kondisi geologi, kondisi geologi yang mempunyai nilai permeabilitas rendah
akan mengurangi resiko kehilangan air terhadap infiltrasi
4. Kondisi lingkungan dan sosial, kondisi flora dan fauna disekitar lokasi
embung mampu mendukung kelayakan embung dan dukungan dari
masyarakat untuk kebutuhan lahan sekitar
Dalam memilih site embung dipilih alternatif yang paling menguntungkan, baik
dari aspek teknis maupun ekonomis. Dalam studi ini dalam penentuan lokasi
embung ini akan dipilih lokasi dengan persetujuan Direksi dan masyarakat
setempat, baik untuk site embung maupun daerah genangan, dengan masih
mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas.
Selain dari aspek teknis dan ekonomi, pemilihan site embung juga harus
didasarkan pada aspek lingkungan maupun aspek sosial. Dari aspek lingkungan
harus mempertimbangkan dampak negatif terhadap lingkungan, sedangkan dari
aspek sosial harus diperhitungkan sejak awal tentang status lahan, rencana

22
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

pembebasan lahan, bagaimana respon masyarakat, serta tentang pemerataan


lokasi embung itu sendiri apakah dalam satu desa itu sudah terdapat embung atau
belum.

2.6 RENCANA DESAIN EMBUNG


2.6.1 Alternatif Lokasi Embung Kabupaten Dharmasraya
2.6.1.1 Embung Kampung Surau
Embung Kampung Surau terdapat di jorong Kampung Surau Nagari Gunung
Selasih kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. Mayoritas penduduk di
jorong Kampung Surau berprofesi sebagai petani. Lokasi yang diusulkan oleh
masyarakat berupa bendung Balik Parit yang mengairi sawah seluas 75 Ha.
Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat adalah kehilangan air dari bendung
akibat banyak saluran yang bocor, sehingga dibutuhkan suatu fungsi tampungan air
dari embung.
Jarak embung dari akses jalan desa terdekat sejauh 250 m dengan dan dapat
ditempuh dengan jalan kaki. Calon tampungan diperkirakan memiliki luas genangan
mencapai 0.26 Ha dengan luas catchment area sebesar 19.6 km2.

15 Rencana Lokasi Embung Kampung Surau

23
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

16 Dokumentasi Rencana Lokasi Embung Kampung Surau

2.6.1.2 Embung Kubang Panjang


Embung Kubang Panjang terdapat di jorong Kubang Panjang Nagari IV Koto
kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. Lokasi yang diusulkan oleh
masyarakat berada di daerah rawa dengan sumber air yang berasal dari mata air.
Rencana usulan masyarakat dari pembangunan embung ini akan dimanfaatkan
untuk irigasi sawah dan perikanan. Jarak dari lokasi usulan embung ke area irigasi
sekitar 150 m. Status kepemilikan lahan adalah milik warga yang siap untuk
dibebaskan seluas 1.5 Ha.
Jarak embung dari akses jalan desa terdekat sejauh 100 m dengan dan dapat
ditempuh dengan jalan kaki. Calon tampungan diperkirakan memiliki luas genangan
mencapai 0.86 Ha dengan luas catchment area sebesar 1.22 km2.

24
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

17 Rencana Lokasi Embung Kubang Panjang

18 Dokumentasi Rencana Lokasi Embung Kubang Panjang

2.7 Embung Pinang Gadang


Lokasi rencana Embung Pinang Gadang terdapat di jorong Pinang Gadang
Nagari Koto Padang kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya. Lokasi yang
diusulkan oleh masyarakat berada di daerah rawa dengan sumber air yang berasal
dari mata air. Di rencana lokasi sudah ada embung eksisting namun tidak berfungsi
sebagaimana mestinya dikarenakan kekurangan suplai air dari mata air. Lokasi mata
air dengan embung eksisting terpisah oleh jalan raya, dan saluran penghubung
antara mata air dengan embung eksisting sudah tertutup dan tidak terawat.
Sehingga dengan adanya rencana usulan embung ini, diharapkan dapat membuat

25
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

fungsi tampungan yang nantinya akan digunakan untuk mensuplai air ke embung
eksisting.
Manfaat dari embung eksisting maupun embung yang akan direncanakan
adalah untuk mengaliri sawah dan juga untuk menunjang pariwisata karena daerah
sekitar embung tersebut merupakan daerah pengembangan sport center
Kabupaten Dharmasraya.
Lokasi calon embung berada tepat di tepi jalan menuju sport center. Calon
tampungan diperkirakan memiliki luas genangan mencapai 1.26 Ha dengan luas
catchment area sebesar 1.43 km2.

19 Rencana Lokasi Embung Pinang Gadang

26
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

20 Dokumentasi Rencana Lokasi Embung Pinang Gadang

2.7.1.1 Embung Ranah Lintas


Lokasi rencana Embung Ranah Lintas terdapat di jorong Ranah Lintas Nagari
Tebing Tinggi kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya. Lokasi yang
diusulkan oleh masyarakat berada di daerah rawa dengan sumber air yang berasal
dari anak sungai Batanghari. Rencana usulan masyarakat dari pembangunan
embung ini akan dimanfaatkan untuk irigasi sawah seluas 50 Ha dan pariwisata.
Jarak dari lokasi usulan embung ke area irigasi sekitar 800 m. Status kepemilikan
lahan adalah milik warga (perseorangan) yang dihibahkan seluas 1.5 Ha. Kondisi
lingkungan di daerah lokasi embung merupakan komplek perumahan dengan
elevasi dasar sungai pada lokasi embung berada dibawah elevasi sawah tertinggi
Lokasi calon embung berada tepat di tepi jalan perumahan seberang kantor
DPRD Kab. Dharmasraya. Calon tampungan diperkirakan memiliki luas genangan
mencapai 0.52 Ha dengan luas catchment area sebesar 4.43 km2.

21 Rencana Lokasi Embung Ranah Lintas

27
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

22 Dokumentasi Rencana Lokasi Embung Ranah Lintas

2.7.1.2 Embung Trimulya


Lokasi rencana Embung Trimulya terdapat di jorong Trimulya III Nagari
Panyubarangan kecamatan Timpeh Kabupaten Dharmasraya. Lokasi yang diusulkan
oleh masyarakat berada di daerah perkebunan dengan sumber air yang berasal dari
mata air. Rencana usulan masyarakat dari pembangunan embung ini akan
dimanfaatkan untuk irigasi sawah seluas 80 Ha. Letak sawah layanan irigasi dari
rencana embung berbatasan dengan lokasi rencana embung. Status kepemilikan
lahan adalah milik warga (perseorangan) yang dihibahkan. Kondisi lingkungan di
daerah lokasi embung merupakan daerah perkebunan sawit dan persawahan.
Kondisi irigasi sawah eksisting memanfaatkan aliran dari mata air yang langsung di
distribusikan ke saluran tersier.
Jarak embung dari akses jalan perkebunan kelapa sawit terdekat sejauh 500 m
dengan dan dapat ditempuh dengan jalan kaki atau motor. Calon tampungan
diperkirakan memiliki luas genangan mencapai 2.65 Ha dengan luas catchment area
sebesar 2.1 km2.

28
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

23 Rencana Lokasi Embung Trimulya

24 Dokumentasi Rencana Lokasi Embung Trimulya

2.7.1.3 Embung Ranah Jaya


Lokasi rencana Embung Ranah Jaya terdapat di jorong Ranah Jaya Nagari koto
Gadang kecamatan Koto Besar Kabupaten Dharmasraya. Lokasi yang diusulkan oleh
masyarakat berupa embung eksisting yang dimanfaatkan untuk irigasi. Rencana
usulan masyarakat dari pembangunan embung ini akan dimanfaatkan untuk irigasi
sawah seluas 22 Ha. Letak sawah layanan irigasi dari rencana embung berbatasan
dengan lokasi rencana embung. Status kepemilikan lahan adalah aset milik daerah
yang dimanfaatkan oleh Nagari. Dari usulan warga nantinya diharapkan ada
pembangunan embung dengan area genangan yang lebih luas yang akan

29
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

dimanfaatkan untuk irigasi dan perikanan serta untuk menunjang potensi


pariwisata.
Jarak embung dari akses jalan desa terdekat sejauh 95 m dengan dan dapat
ditempuh dengan jalan kaki atau motor. Calon tampungan diperkirakan memiliki
luas genangan mencapai 0.61 Ha dengan luas catchment area sebesar 0.69 km 2.

25 Rencana Lokasi Embung Ranah Jaya

26 Dokumentasi Rencana Lokasi Embung Ranah Jaya

2.7.1.4 Embung Siluluk


Lokasi rencana Embung Siluluk terdapat di jorong Siluluk Nagari Siguntur
kecamatan Sitiung Kabupaten Dharmasraya. Lokasi yang diusulkan oleh masyarakat

30
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

berupa bendung eksisting yang sudah rusak. Rencana usulan masyarakat dari
pembangunan embung ini akan dimanfaatkan untuk irigasi sawah seluas 30 Ha.
Letak sawah layanan irigasi dari rencana embung berbatasan dengan lokasi
rencana embung. Status kepemilikan lahan adalah aset milik daerah yang
dimanfaatkan oleh Nagari. Sumber air untuk embung ini akan memanfaatkan aliran
anak Sungai Durian. Lokasi aliran anak Sungai Durian berada 750 m dari lokasi
rencana as embung.
Kondisi aliran air sungai durian merupakan daerah banjir yang menggenangi
area sawah di hulu rencana embung, sehingga area sawah di hulu embung
sementara tidak ditanami. Rekomendasi oleh Dinas PU Kabupaten Dharmasraya
adalah untuk mengatur aliran anak Sungai Durian sehingga sawah di hulu embung
dapat kembali dimanfaatkan, dan juga rencana embung mendapat suplai air
langsung dari anak Sungai Durian.
Jarak embung dari akses jalan desa terdekat sejauh 250 m dengan dan dapat
ditempuh dengan jalan kaki atau motor. Calon tampungan diperkirakan memiliki
luas genangan mencapai 0.43 Ha dengan luas catchment area sebesar 1.24 km 2.

27 Rencana Lokasi Embung Siluluk

31
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

28 Rencana Lokasi Embung Siluluk

2.7.2 Alternatif Lokasi Embung Kabupaten Solok Selatan


2.7.2.1 Embung Lasung Batu
Lokasi rencana Embung Lasung Batu terdapat di jorong Lasung Batu Nagari
Kapau Alam Pauh Duo kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan. Lokasi yang
diusulkan berupa lahan terbuka yang dimanfaatkan untuk perkebunan warga.
Rencana usulan dari pembangunan embung ini akan dimanfaatkan untuk irigasi
sawah seluas 50 Ha. Letak sawah layanan irigasi berjarak 800 m dari lokasi rencana
embung. Status kepemilikan lahan adalah aset milik warga. Dari usulan ini nantinya
diharapkan ada pembangunan embung dengan area genangan yang luas yang akan
dimanfaatkan untuk irigasi.
Jarak embung dari akses jalan desa terdekat sejauh 480 m dengan dan dapat
ditempuh dengan jalan kaki. Lokasi ini memiliki baseflow dengan debit pengamatan
sebesar 0.03 m3/det dengan dasar calon area tampungan berupa lempung. Calon
tampungan diperkirakan memiliki luas genangan mencapai 1.2 Ha. Dengan luas
catchment area sebesar 0,67 km2 dan memiliki baseflow yang berasal dari mata air.

32
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

29 Rencana Lokasi Embung Lasung Batu

30 Dokumentasi Rencana Lokasi Embung Lasung Batu

2.7.2.2 Embung Sungai Sirih


Lokasi rencana Embung Sungai Sirih terdapat di jorong Jolok Sungai Sirih Nagari
Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan. Lokasi yang diusulkan
berupa lahan tegalan dan perkebunan warga. Rencana usulan dari pembangunan
embung ini akan dimanfaatkan untuk irigasi sawah seluas 70 Ha. Letak sawah
layanan irigasi berjarak 200 m dari lokasi rencana embung. Status kepemilikan
lahan adalah aset milik warga. Dari usulan ini nantinya diharapkan ada

33
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

pembangunan embung dengan area genangan yang luas yang akan dimanfaatkan
untuk irigasi.
Jarak embung dari akses jalan desa terdekat sejauh 200 m dengan dan dapat
ditempuh dengan jalan kaki. Namun kondisi akses jalan menuju lokasi adalah
medan berat yang harus ditempuh menggunakan kendaraan mobil 4x4. Calon
tampungan diperkirakan memiliki luas genangan mencapai 4.66 Ha. Dengan luas
catchment area sebesar 3.18 km2.

31 Rencana Lokasi Embung Sungai Sirih

32 Dokumentasi Rencana Lokasi Embung Sungai Sirih

2.7.2.3 Embung Air Angek

34
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

Lokasi rencana Embung Air Angek terdapat di jorong Sapan Aia Angek Nagari Sapan
Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatan. Lokasi yang
diusulkan berupa lahan lembah diantara 2 bukit yang dibawahnya terbentang
sawah rencana layanan seluas 70 Ha. Letak sawah layanan irigasi berjarak 50 m dari
lokasi rencana embung. Status kepemilikan lahan adalah aset milik warga. Dari
usulan ini nantinya diharapkan ada pembangunan embung dengan area genangan
yang akan dimanfaatkan untuk irigasi.
Jarak embung dari akses jalan desa terdekat sejauh 300 m dengan dan dapat
ditempuh dengan jalan kaki. Calon tampungan diperkirakan memiliki luas genangan
mencapai 0.11 Ha dengan luas catchment area seluas 0.27 km2.

33 Rencana Lokasi Embung Air Angek

35
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

34 Dokumentasi Rencana Lokasi Embung Air Angek

2.7.2.4 Embung Balun Sawatau I


Lokasi rencana Embung Balun Sawatau I terdapat di jorong Balun Sawatau Nagari
Pakan Rabaa Tangah Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok
Selatan. Lokasi yang diusulkan berupa anak sungai diantara 2 bukit yang
dibawahnya terbentang sawah rencana layanan seluas 120 Ha. Letak sawah layanan
irigasi berjarak 100 m dari lokasi rencana embung. Status kepemilikan lahan adalah
aset milik warga. Dari usulan ini nantinya diharapkan ada pembangunan embung
dengan area genangan yang akan dimanfaatkan untuk irigasi.
Jarak embung dari akses jalan desa terdekat sejauh 275 m dengan dan dapat
ditempuh dengan jalan kaki. Calon tampungan diperkirakan memiliki luas genangan
mencapai 1.58 Ha. Lokasi ini memiliki baseflow dengan debit pengamatan sebesar
0.0295 m3/det dan luas catchment area seluas 1.13 km2.

36
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

35 Rencana Lokasi Embung Balun Sawatau I

36 Dokumentasi Rencana Lokasi Embung Balun Sawatau I

2.7.2.5 Embung Balun Sawatau II


Lokasi rencana Embung Balun Sawatau II terdapat di jorong Balun Sawatau Nagari
Pakan Rabaa Tangah Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok
Selatan. Lokasi yang diusulkan berupa anak sungai diantara 2 bukit yang
dibawahnya terbentang sawah rencana layanan seluas 300 Ha. Letak sawah layanan
irigasi berjarak 130 m dari lokasi rencana embung. Status kepemilikan lahan adalah
aset milik warga. Dari usulan ini nantinya diharapkan ada pembangunan embung
dengan area genangan yang akan dimanfaatkan untuk irigasi.
Jarak embung dari akses jalan desa terdekat sejauh 576 m dengan dan dapat
ditempuh dengan jalan kaki. Namun akses jalan desa menuju calon lokasi embung
adalah medan berat yang hanya dapat dilalui mobil 4x4. Calon tampungan
diperkirakan memiliki luas genangan mencapai 2.11 Ha. Lokasi ini memiliki
baseflow dengan debit pengamatan sebesar 0.0272 m3/det dan luas catchment
area seluas 1.25 km2.

37
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

37 Rencana Lokasi Embung Balun Sawatau II

38 Dokumentasi Rencana Lokasi Embung Balun Sawatau II

2.7.2.6 Embung Gaduang


Lokasi rencana Embung Gaduang terdapat di jorong Gaduang Nagari Lubuk Gadang
Timur Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan. Lokasi yang diusulkan berupa
dataran luas diantara 2 bukit dengan rencana layanan seluas 40 Ha. Letak sawah
layanan irigasi berjarak 750 m dari lokasi rencana embung. Status kepemilikan
lahan adalah aset milik warga. Dari usulan ini nantinya diharapkan ada
pembangunan embung dengan area genangan yang akan dimanfaatkan untuk
irigasi, perikanan dan pariwisata.

38
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

Jarak embung dari akses jalan desa terdekat sejauh 2.4 km dengan dan dapat
ditempuh dengan jalan kaki atau motor. Calon tampungan diperkirakan memiliki
luas genangan mencapai 11.6 Ha dengan luas catchment area seluas 0.94 km2.

39 Rencana Lokasi Embung Gaduang

40 Dokumentasi Rencana Lokasi Embung Gaduang

2.7.2.7 Embung Tangga Aka


Lokasi rencana Embung Tangga Aka terdapat di Jorong Tangga Aka Nagari Lubuk
Gadang Utara Kecamatan Sangir Kabupaten Solok Selatan. Lokasi yang diusulkan
berupa dataran pertanian dengan rencana layanan seluas 400 Ha. Letak sawah
layanan irigasi berjarak 50 m dari lokasi rencana embung. Status kepemilikan lahan
adalah aset milik warga. Dari usulan ini nantinya diharapkan ada pembangunan

39
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

embung dengan membangun poulder di sekitar area genangan yang akan


dimanfaatkan untuk irigasi, perikanan dan pariwisata.
Jarak embung dari akses jalan desa terdekat sejauh 150 m dengan dan dapat
ditempuh dengan jalan kaki. Calon tampungan diperkirakan memiliki luas genangan
mencapai 0.1 Ha dengan luas catchment area seluas 0.32 km2.

41 Rencana Lokasi Embung Tangga Aka

42 Dokumentasi Rencana Lokasi Embung Tangga Aka

2.7.2.8 Embung Pekonina


Lokasi rencana Embung Pekonina terdapat di Jorong Pekonina Nagari Alam Pauh
Duo nan Batigo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan. Lokasi yang
diusulkan berupa dataran pertanian dengan rencana layanan seluas 100 Ha. Letak
sawah layanan irigasi berjarak 500 m dari lokasi rencana embung. Status

40
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

kepemilikan lahan adalah aset milik warga. Dari usulan ini nantinya diharapkan ada
pembangunan embung dengan area genangan yang akan dimanfaatkan untuk
irigasi.
Jarak embung dari akses jalan desa terdekat sejauh 60 m dengan dan dapat
ditempuh dengan jalan kaki atau motor. Calon tampungan diperkirakan memiliki
luas genangan mencapai 0.78 Ha dengan luas catchment area seluas 1.38 km2.

43 Rencana Lokasi Embung Pekonina

44 Dokumentasi Rencana Lokasi Embung Pekonina

2.7.2.9 Embung Bukik Sakumpah


Lokasi rencana Embung Bukik Sakumpah terdapat di Jorong Bukik Sakumpah Nagari
Alam Pauh Duo nan Batigo Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan. Lokasi
yang diusulkan berupa dataran pertanian dengan rencana layanan seluas 40 Ha.

41
SI & DD Embung Tersebar WS Batanghari di
Prop. Sumatera Barat

Letak sawah layanan irigasi berjarak 60 m dari lokasi rencana embung. Status
kepemilikan lahan adalah aset milik warga. Dari usulan ini nantinya diharapkan ada
pembangunan embung dengan membangun poulder di sekitar area genangan yang
akan dimanfaatkan untuk irigasi.
Jarak embung dari akses jalan desa terdekat sejauh 150 m dengan dan dapat
ditempuh dengan jalan kaki. Calon tampungan diperkirakan memiliki luas genangan
mencapai 0.38 Ha dengan luas catchment area seluas 1.13 km2.

45 Rencana Lokasi Embung Bukik Sakumpah

46 Dokumentasi Rencana Lokasi Embung Bukik Sakumpah

42

Anda mungkin juga menyukai