Anda di halaman 1dari 33

PT.

KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

BAB VI. KAJIAN ASPEK HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI

Kajian Aspek Hidrologi dan Hidrogeologi dalam Studi studi kelayakan ini adalah
merupakan ringkasan dari Studi Hidrologi dan Hidrogeologi yang telah dilakukan,
yang ditekankan untuk mengetahui kondisi Hidrologi dan Hidrogeologi di sekitar
lokasi rencana penambangan yang akan berjalan. Studi Hidrologi dan Hidrogeologi
tersebut dilaksanakan secara terpusat di area rencana penambangan batubara di
Blok Tanjung Ranmbai & Muara Indung – HTI PT. Karya Bumi Baratama dan daerah
sekitarnya terutama dalam penentuan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) dan daerah
tangkapan air (catchment area), analisis pola aliran air. Dari hasil analisis tersebut
kemudian dibuat konsep dan sistem penanggulangan air secara keseluruhan agar
tidak mengganggu rencana operasi penambangan.

6.1 Analisis Hidrologi


Dari pengumpulan dan atau pengambilan data-data Meteorologi yang meliputi curah
hujan, hari hujan, suhu udara, kelembaban, tata guna lahan, dan lain-lain, dapat
diketahui kondisi Hidrologi daerah penambangan yang akan dibuka dan daerah di
sekitarnya.

Daerah rencana penambangan dan sekitarnya memiliki iklim Tropis dan mempunyai
dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Berdasarkan data Meteorologi yang
diperoleh, diketahui bahwa temperatur udara rata-rata tahunan berkisar antara 22 -
31 C, sedangkan curah hujan bulanan berkisar antara 80 mm – 250 mm/bulan.
Dalam konteks rencana penambangan, yang perlu diperhitungkan adalah intensitas
curah hujan dan jumlah atau debit air hujan per satuan luas areal tambang dan
daerah tangkapan di sekitarnya.

Tabel 6.1 Data Curah Hujan Kab. Sarolangun / Bulan, Tahun 2003 – 2007
Tahun Jan Feb March April May June July August Sept Oct Nov Dec
2003 151.3 211.4 125.7 202.8 58.3 13.9 45.6 61.8 62.6 80.3 146.8 236.2
2004 172.3 213.6 171.4 87.8 64.9 47.7 80.8 11.1 33.2 48.2 72.6 249.5
2005 138.4 69.8 173.4 194.6 110.8 69.1 147.8 202.7 238.4 213.5 352 301.8
2006 266.8 302.4 100.1 205.1 116.1 166.1 208.4 48.9 81.7 18.8 192.2 131.1
2007 320.1 51.4 156.9 209.2 64.8 64.8 78 84 115.4 201.8 137.7 310
Sumber : PEMDA, Kab. Sarolangun, Jambi

VI - 1
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Tabel 6.2 Data Curah Hujan Kab. Musi Rawas per Bulan, Tahun 2003 – 2007
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2003 179 274 127 316 91 9 94 56 157 271 402 445
2004 267 192 413 199 243 64 264 37 32 155 227 260
2005 248 224 413 225 253 182 172 67 151 149 242 222
2006 361 301 189 190 89 129 122 94 69 55 306 162
2007 297,2 302,3 257,7 369,5 202,3 97,3 161,2 103,3 108,4 199,7 129,7 268,8
Sumber : Badan Meterorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Klas II Kenten, 2006 & Musi Rawas dalam Angka Tahun
2008

Gambar 6.1 Grafik Curah Hujan Kab.Sarolangun


Rata-rata per hari Tahun 2003 – 2007

VI - 2
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Gambar 6.2 Grafik Curah Hujan Kab. Musi Rawas


Rata-rata per hari Tahun 2003 – 2007
Dari analisa grafik curah hujan diketahui adanya perbedaan curah hujan yang bisa
dikelompokkan menjadi bulan basah dan kering. Bulan kering pada Bulan Mei, Juni,
Juli, Agustus, September dan Oktober dengan hujan maksimum 30 mm/hari, dan
bulan basah pada Bulan Januari Februari, Maret, April, November dan Desember
dengan hujan maksimum 50 mm/hari.
Klasifikasi hujan yang digunakan adalah klasifikasi berdasarkan Badan Meteorologi
dan Geofisika, yaitu sebagai dalam tabel berikut ini.

Tabel 6.3 Klasifikasi Hujan

HUJAN mm/jam mm/hari


Ringan 1-5 5 - 20
Sedang 5 - 10 20 - 50
Lebat 10 - 20 50 - 100
Sangat Lebat > 20 > 100

Klasifikasi menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), ditunjukkan dalam dua
satuan, tiap satuan merupakan klasifikasi tersendiri. Jika data yang tersedia dalam
mm/jam maka klasifikasi hujan Badan Meteorologi dan Geofisika menggunakan
klasifikasi mm/jam. Dari data hujan yang tersedia, daerah lokasi pekerjaan memiliki
klasifikasi hujan sedang hingga hujan lebat.
Dari klasifikasi ini maka dapat diketahui bahwa pada musim kering atau pun pada
musim basah masih kemungkinan besar akan ada hujan sangat lebat. Kemudian
diestimasi hujan yang turun di lokasi tambang dengan periode ulang sesuai dengan
umur tambang beroperasi dengan metode Distribusi Gumbel. Kemudian, dengan
perhitungan mengunakan Rumus Mononobe diperoleh hasil perhitungan untuk hujan
rencana, sebagai berikut dalam Tabel 6.4.

Tabel 6.4 Estimasi hujan rencana dengan periode ulang

Intensitas Hujan (mm/jam)


T = 2 Thn T = 5 Thn T = 15 Thn T = 20 Thn
10,13 13,22 16,42 17,23

VI - 3
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Daerah tangkapan air hujan (Catchment Area) di lokasi rencana penambangan


berdasarkan studi pada Peta Topografi skala 1 : 2.000, diketahui seluas + 14.203,66
Ha (Gambar 6.3). Sungai utama yang ada di dalam daerah tangkapan air hujan
adalah Sungai Tembesi dengan tiga anak sungai yang melewati lokasi penelitian.
Dari analisa Catchment Area diketahui luasannya sebagaimana pada tabel 6.4.

VI - 4
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Gambar 6.3 Peta Daerah Aliran Sungai dan Tangkapan Air Hujan

VI - 5
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

(sumber peta : SRTM-NASA)

VI - 6
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Tabel 6.5 Luas Catchment Area

Lokasi m2 ha
Catchment 1 33105831 3,310.58
Catchment 2 38081815 3,808.18
Catchment 3 9223406 922.34
Catchment 4 7509706 750.97
Catchment 5 41811927 4,181.19
Catchment 6 5001954 500.20
Catchment 7 7301960 730.20

Dalam perhitungan dibedakan menjadi dua, yaitu dihitung dari air limpasan di luar
lokasi penambangan yang diperoleh dengan menjumlahkan air yang berasal dari
catchment area yang telah dibatasi dari aliran sungai yang ada, dan di dalam lokasi
penambangan itu sendiri. Air limpasan puncak dihitung dengan metode rasional
dengan rumus sbb :

Q=C.I.A

Dengan keterangan:
Q = debit air limpasan
C = koefisien limpasan
A = luas daerah tangkapan air (catchment area)
I = curah hujan

Berdasarkan Tabel 6.6, koefisien limpasan (C), dapat ditentukan sebagai berikut ;
 Untuk daerah hutan dan perkebunan, didapat nilai C = 0,3
 Untuk bukaan tambang Pit, nilai C = 0,9, artinya, air hujan akan ditangkap
seluruhnya ke dalam Pit.

VI - 7
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Nilai masing-masing koefisien limpasan seperti pada Tabel 6.5 6 berikut.

Tabel 6.6 Nilai Koefisien Limpasan


Koefisien
No Kemiringan Tata guna lahan tutupan (Land Use)
Limpasan
 Sawah, rawa 0,2
1. <3%  Hutan, perkebunan 0,3
 Perumahan dengan kebun 0,4
 Hutan, perkebunan 0,4
 Perumahan 0,5
2. 3 – 15 %
 Tumbuhan yang jarang 0,6
 Tanpa tumbuhan, daerah penimbunan 0,7
 Hutan 0,6
 Perumahan, kebun 0,7
3. > 15 %
 Tumbuhan yang jarang 0,8
 Tanpa tumbuhan, daerah tambang 0,9
Sumber : C.W Fetter. Applied Hidrogeology. 1994

Dengan acuan operasi tambang lebih lama dari 15 tahun, maka dipilih Intensitas
Hujan Rencana dengan periode ulang 15 tahunan, yaitu 16,42 mm/jam untuk kondisi
ekstrim dan 9 mm/jam untuk kondisi rata-rata sedang. Hasil perhitungan air limpasan
menjadi sebagai dalam Tabel 6.7 dan Tabel 6.8.

Tabel 6.7 Air limpasan dengan kondisi hujan ekstrim

Q
Lokasi m2 ha I (mm/jam) C* Q (m3/jam)
(m3/detik)
PIT 2A 2262613 226.26 16.42 0.9 33,436.89 9.29
PIT 2B 4550483 455.05 16.42 0.9 67,247.03 18.68
PIT 2C 3378835 337.88 16.42 0.9 49,932.43 13.87
PIT 2D 4547352 454.74 16.42 0.9 67,200.76 18.67
PIT 2E 2553091 255.31 16.42 0.9 37,729.58 10.48
PIT 2F 5779470 577.95 16.42 0.9 85,409.01 23.72
PIT 2G 8880246 888.02 16.42 0.9 131,232.27 36.45
PIT 1C 3323854 332.39 16.42 0.9 49,119.91 13.64
PIT 1B 5414851 541.49 16.42 0.9 80,020.67 22.23
PIT 1A 8762032 876.20 16.42 0.9 129,485.31 35.97

VI - 8
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Tabel 6.8 Air limpasan dengan kondisi hujan sedang

Q Q
Lokasi m2 ha I (mm/jam) C*
(m3/jam) (m3/detik)
PIT 2A 2262613 226.26 9 0.9 18,327.16 5.09
PIT 2B 4550483 455.05 9 0.9 36,858.91 10.24
PIT 2C 3378835 337.88 9 0.9 27,368.57 7.60
PIT 2D 4547352 454.74 9 0.9 36,833.55 10.23
PIT 2E 2553091 255.31 9 0.9 20,680.04 5.74
PIT 2F 5779470 577.95 9 0.9 46,813.71 13.00
PIT 2G 8880246 888.02 9 0.9 71,929.99 19.98
PIT 1C 3323854 332.39 9 0.9 26,923.21 7.48
PIT 1B 5414851 541.49 9 0.9 43,860.29 12.18
PIT 1A 8762032 876.20 9 0.9 70,972.46 19.71

Air limpasan pada area Waste Dump dihitung berdasarkan luas area miring dari
tumpukan waste ( + 30 % lebar Waste Dump areaArea) sesuai volume waste yang
dibuang. Dalam perencanaan, lebar waste dump dibuat relatif sama sehingga air
limpasan dari masing-masing Waste Dump area Area untuk semua sub blok
penambangan dianggap relatif sama. Dengan demikian, desain saluran pengalihan
air untuk mencegah masuknya air ke dalam pit dapat dibuat satu macam saja.
Limpasan dari Waste Dump area Area dapat dilihat pada Table 6.9 dan Tabel 6.10.

Tabel 6.9 Air limpasan dari Lereng Waste Dump area Pit 2A (hujan ekstrim)
I Q Total Q
Lokasi m2 ha C* 3 Q (m 3/detik)
(mm/jam) (m /jam) (m 3/detik)
WD Aa 335586.8 33.56 16.42 0.9 4,959.30 1.38
WD Ab 334754 33.48 16.42 0.9 4,946.99 1.37 4.79
Catchment 1487355 148.74 16.42 0.3 7,326.71 2.04

Tabel 6.10 Air limpasan dari Lereng Waste Dump area Pit 2A (hujan sedang)
I Q Total Q
Lokasi m2 ha C* 3 Q (m 3/detik)
(mm/jam) (m /jam) (m3/detik)
WD Aa 335586.8 33.56 9 0.9 2,718.25 0.76
WD Ab 334754 33.48 9 0.9 2,711.51 0.75 2.62
Catchment 1487355 148.74 9 0.3 4,015.86 1.12

Catatan : Perhitungan debit air limpasan dapat berubah apabila kemudian hari terjadi
perubahan tata guna lahan sehingga mempengaruhi nilai C*, walaupun mempunyai

VI - 9
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

intensitas hujan yang sama besarnya. Debit air yang dihitung merupakan dasar
untuk menentukan daya tampung maksimum saluran air yang akan dibuat, agar air
limpasan yang terjadi selalu cukup mengalir pada saluran itu.

6.2 Analisis Hidrogeologi

Penyelidikan hidrogeologi dilakukan dengan mengolah data lapangan seperti


koefisien kelulusan air melalui suatu lapisan batuan/tanah dan debit airtanah di
rencana lokasi penambangan. Telah dilakukan uji permeabilitas dengan
menggunakan uji packer pada lubang bor geoteknik. Berdasarkan RSNI 03-2411-
1991 untuk uji packer, perhitungan nilai koefisien permeabilitas dari batuan di lokasi
rencana penambangan dinyatakan dengan dua nilai koefisien kelulusan batuan (k)
dan nilai Lugeon. Koefisien kelulusan air pada salah satu lapisan batuan/tanah yang
diuji di lokasi rencana penambangan beserta cara penentuan nilai lugeonnya adalah
sebagai dalam Tabel 6.11 dan Gambar 6.34.

Tabel 6.11 Perhitungan hasil uji packer

Waktu Tekanan (kg/cm2) Meteran air (Ltr) Air yang masuk Permeabilitas
(menit) pm ps ptotal Awal Akhir Q (Lt/men) Q/m Lugeon k (cm/det)
1 0.3 0.93 1.23 2127 2174 47 8.393 68.235 4.624E-03
1 0.25 0.93 1.18 2179 2220 41 7.321 62.046 3.038E-03
1 0.25 0.93 1.18 2238 2280 42 7.500 63.559 2.496E-03
1 0.25 0.93 1.18 2351 2394 43 7.679 65.073 3.186E-03
1 0.25 0.93 1.18 2398 2434 36 6.429 54.479 3.542E-03

VI - 10
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Dari tabel di atas terlihat bermacam nilai lugeon pada berbagai urutan pengaliran
dengan gambaran sebagai berikut :

Nilai Lugeon untuk berbagai Urutan Pengaliran


Tekanan

4
Pengaliran ke

0.000 20.000 40.000 60.000 80.000


Niail Lugeon

Gambar 6.34 Diagram Cara Penentuan Uji Lugeon

Gambaran di atas, memberikan informasi bahwa aliran air yang melalui lapisan uji
cenderung bersifat Laminer, dikarenakan nilai Lugeonnya hampir sama. Sehingga
dalam pelaksanaannya, nilai Lugeon yang dipakai adalah nilai Lugeon rata-rata,
begitu juga dengan nilai koefisien kelulusannya, yang digunakan adalah nilai rata-
rata dari perhitungan koefisien kelulusan yang telah dilakukan. Nilai koefisien
permeabilitas dan nilai Lugeon dari hasil pengujian (Packer Test) yang dilakukan
dapat dilihat pada tabel 6.12.

Tabel 6.112 Koefisien Permeabilitas dan nilai Lugeon hasil uji Packer
Blok Tanjung RambaiI

VI - 11
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Lapisan yang Kedalaman Lapisan ∆ Koefisien permeabilitas Nilai


No Lubang uji Arti lugeon
diuji (m) Tebal lapisan (cm/det) lugeon
1 GT-KBB-01.A Batupasir 16.5 19.5 3 1.790E-04 5.140 Aliran Pengikisan
2 GT-KBB-01.B Batubara 60 63 3 1.140E-05 0.330 Aliran Penyumbatan
3 GT-KBB-01.C Batupasir 67 70.5 3.5 1.030E-04 2.440 Aliran Dilasi
4 GT-KBB-06.A Batupasir 30.8 33.8 3 3.420E-05 0.980 Aliran Penyumbatan
5 GT-KBB-06.B Batubara 45.5 48.5 3 2.860E-04 8.230 Aliran Torbulen
6 GT-KBB-06.C Batulempung 59 62 3 5.200E-05 1.490 Aliran Torbulen
7 GT-KBB-07.A Batupasir 11.6 14.6 3 1.630E-04 4.670 Aliran Penyumbatan
8 GT-KBB-07.B Batupasir 18.7 22.6 3.9 6.260E-04 13.060 Aliran Pengikisan
9 GT-KBB-07.C Batupasir 35 38.5 3.5 1.280E-04 3.400 Aliran Torbulen
10 GT-KBB-09 Batupasir 23 26.5 3.5 6.750E-04 16.080 Aliran Laminer

Tabel 6.13 Koefisien Permeabilitas dan nilai Lugeon hasil Uji Packer
Blok Muara Indung - HTI

VI - 12
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Lapisan yang Kedalaman Lapisan ∆ Koefisien permeabilitas Nilai


No Lubang uji Arti lugeon
diuji (m) Tebal lapisan (cm/det) lugeon
1 GT-KBB-10.1 Batupasir 18.6 24.6 6 4.122E-05 0.926 Aliran Torbulen
2 GT-KBB-10.2 Batupasir 29.6 33.6 4 8.931E-05 2.880 Aliran Penyumbatan
3 GT-KBB-10.3 Batubara 56.6 62.2 5.6 3.377E-03 62.678 Aliran Laminer
4 GT-KBB-11.1 Batupasir 18 27.4 9.4 3.762E-04 7.791 Aliran Dilasi
5 GT-KBB-11.2 Batubara 41.7 49.73 8.03 3.820E-03 52.149 Aliran Pengikisan
6 GT-KBB-11.3 Batupasir 64 69.47 5.47 6.210E-03 241.028 Aliran Pengikisan
7 GT-KBB-12.1 Batupasir 12 17 5 6.976E-05 1.975 Aliran Pengikisan
8 GT-KBB-12.2 Batupasir 59 61.8 2.8 3.974E-05 0.580 Aliran Pengikisan
9 GT-KBB-12.3 Batupasir 73.2 74 0.8 3.599E-05 0.642 Aliran Laminer
10 GT-KBB-13.1 Batupasir 25.65 31.65 6 1.695E-05 0.481 Aliran Dilasi
11 GT-KBB-13.2 Batubara 41.5 48.45 6.95 9.084E-07 0.006 Aliran Dilasi
12 GT-KBB-13.3 Batupasir 70 75.63 5.63 1.146E-06 0.015 Aliran Dilasi
13 GT-KBB-14.1 Batupasir 18 23.2 5.2 5.111E-05 1.489 Aliran Penyumbatan
14 GT-KBB-14.2 Batubara 45.4 51.8 6.4 1.796E-04 5.973 Aliran Laminer
15 GT-KBB-14.3 Batupasir 60 64.2 4.2 2.812E-05 0.705 Aliran Dilasi
16 GT-KBB-15.1 Batupasir 9.5 11.1 1.6 1.095E-04 11.806 Aliran Laminer
17 GT-KBB-15.2 Batupasir 19 21.8 2.8 7.131E-05 4.305 Aliran Torbulen
18 GT-KBB-15.3 Batupasir 52 57.5 5.5 9.924E-05 1.523 Aliran Laminer
19 GT-KBB-15.4 Batubara 62 65 3 1.160E-04 3.478 Aliran Laminer

Debit air tanah adalah volume air yang masuk ke dalam tambang (pit) yang berasal
dari rembesan batuan pada dinding lereng tambang. Debit air tanah dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :

Q = k. i. A (m3/detik)

Dengan keterangan :

Q = debit air tanah (m3/detik)


K = konduktivitas hidrolik (m/detik)
i = gradien hidraulik
A = luas penampang melintang batuan yang terembesi air (m2)

Perhitungan debit airtanah dilakukan dengan menggunakan data hasil pengolahan


nilai konduktivitas hidrolik yang diperoleh dari uji packer di lapangan, selain itu dilihat
juga nilai muka airtanahnya. Ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pola aliran
airtanah secara umum di lokasi penelitian sekaligus arah pergerakan aliran
airtanahnya. Di samping itu juga untuk memperkirakan nilai gradien hidraulik airtanah
mengacu pada elevasi airtanah terhadap pola aliran airtanah.

Tabel 6.14 Tabel Water Level pada lubang Bor Geoteknik

VI - 13
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Water Level Koordinat


Lubang Bor
(m) X Y
GT-01 10.19 256130 9742505
GT-06 7.94 250268 9741340
GT-07 3.67 252648 9741660
GT-09 5.15 250951 9741176
GT-10 4.9 257505 9740278
GT-12 4.85 259471 9740278
GT-14 2.15 258248 9740142
GT-15 4.4 259210 9739580

Gambar 6.45 Pola aliran airtanah

Dengan pola aliran airtanah seperti yang digambarkan di atas, diperoleh nilai
gradient hidraulik (i) dari aliran airtanah sebesar 0.0012, namun jika penambangan
dibuka, maka nilai gradient hidraulik akan lebih besar, dan dalam studi ini
diperkirakan (asumsi) = 0,3.

Tabel 6.15 Perhitungan Rembesan Airtanah ke dalam Pit

VI - 14
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Tebal Panjang Bukaan k k Luas Q Q


Lokasi Litologi i***
(m)* (m)** (cm/det) (m/det) (m )2 3 3
(m /det) (m /jam)
Batupasir 9.9 3.36E-06 3.36E-08 63188.27 6.37E-04 2.29
PIT 2 A 6382.6534 0.3
Batubara 3 9.08E-07 9.08E-09 19147.96 5.22E-05 0.19
Batupasir 9.9 3.36E-06 3.36E-08 85947.1 8.66E-04 3.12
PIT 2B 8681.5249 0.3
Batubara 3 9.08E-07 9.08E-09 26044.57 7.10E-05 0.26
Batupasir 8.6 3.360E-06 3.36E-08 63667.02 6.42E-04 2.31
PIT 2C 7403.1419 0.3
Batubara 6.95 9.084E-07 9.08E-09 51451.84 1.40E-04 0.50
Batupasir 14.87 3.360E-06 3.36E-08 126921.5 1.28E-03 4.61
PIT 2D 8535.4063 0.3
Batubara 8.03 9.084E-07 9.08E-09 68539.31 1.87E-04 0.67
Batupasir 14.87 3.360E-06 3.36E-08 102837.5 1.04E-03 3.73
PIT 2E 6915.7676 0.3
Batubara 8.03 9.084E-07 9.08E-09 55533.61 1.51E-04 0.54
Batupasir 14.5 3.360E-06 3.36E-08 144624.7 1.46E-03 5.25
PIT 2F 9974.1192 0.3
Batubara 3 9.084E-07 9.08E-09 29922.36 8.15E-05 0.29
Batupasir 14.5 3.360E-06 3.36E-08 137761.9 1.39E-03 5.00
PIT 2G 9500.8231 0.3
Batubara 3 9.084E-07 9.08E-09 28502.47 7.77E-05 0.28
Batupasir 6.3 3.360E-06 3.36E-08 46959.2 4.73E-04 1.70
PIT 1C 7453.841 0.3
Batubara 3 9.084E-07 9.08E-09 22361.52 6.09E-05 0.22
Batupasir 6.3 3.360E-06 3.36E-08 64782.68 6.53E-04 2.35
PIT 1B 10282.9645 0.3
Batubara 3 9.084E-07 9.08E-09 30848.89 8.41E-05 0.30
Batupasir 6.3 3.360E-06 3.36E-08 87790.15 8.85E-04 3.19
PIT 1A 13934.945 0.3
Batubara 3 9.084E-07 9.08E-09 41804.84 1.14E-04 0.41

*) asumsi diambil dari ketebalan maksimum batupasir


**) sepanjang sidewall dan highwall
***) asumsi maksimal karena pit akan mengubah gradien alami

6.3 Sistem Penanggulangan Air Tambang

Dengan mengetahui sifat, perkiraan debit, dan pola aliran air permukaan (run off)
dan air sungai, koefisien Permeabilitas lapisan batuan yang akan ditambang, dan
perkiraan debit air tanah yang potensial masuk ke dalam bukaan tambang, maka
sasaran akhir dari studi hidrologi dan hidrogeologi ini adalah membuat rekomendasi
sistem pengendalian air tambang secara keseluruhan

6.3.1 Penanggulangan Air Limpasan di Luar Pit Area

Air limpasan di luar Pit area akan dialihkan melalui saluran pengalihan air yang
disesuaikan dengan kondisi topografi dan posisi serta pola aliran air sungai dekat Pit
area. Perancangan dimensi saluran pengalihan air limpasan di luar Pit area
didasarkan atas perhitungan debit air limpasan di luar Pit area pada masing-masing
rencana penggalian.. Debit air limpasan ini adalah debit air limpasan dalam kondisi

VI - 15
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

skenario ekstrim, yaitu sebesar 9,56 m3/detik untuk Pit area kiri dan sebesar 3,84
m3/detik untuk Pit Kanan.

Penentuan dimensi saluran, dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut ini :

A5 / 3 S 1 / 2
Q
n.P 2 / 3
Dimana :
Q= debit
A= Luas penampang basah
S= gradient
N= koefisien kekasaran manning (kekasaran dinding saluran).
Untuk dinding beton n = 0.011, dan untuk dinding tanah, n =
0,02
P= keliling basah

Saluran yang direkomendasikan adalah bentuk trapezium untuk memudahkan


dalam pembuatannya. Dimensi saluran, akan ditentukan berdasarkan
perhitungan luas penampang basah dan keliling basah menggunakan
persamaan tersebut di atas. Gradien saluran ditentukan berdasarkan perbedaan
ketinggian topografi ujung rencana saluran, dan nilai kekasaran dinding saluran
adalah n = 0,02.
Dengan simulasi dan perhitungan pendekatan menggunakan rumus di atas,
maka dapat ditentukan luas saluran basah (A), keliling basah (P), dan kecepatan
aliran (v) untuk masing-masing rencana penggalian.

a. Pada waktu penggalian PIT 2A, debit air limpasan yang berpengaruh berasal dari
waste dump Aa, Ab, dan Catchment 2A, seperti dapat dilihat pada Gambar 6.6.
Total perkiraan air limpasannya, adalah 2,62 m 3/det. Dengan simulasi untuk
menentukan desain saluran, maka diperoleh dimensi saluran yang cukup
memenuhi jumlah air limpasan tersebut, sebagai dalam Tabel 6.126

VI - 16
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Tabel 6.16 Perhitungan Debit Air Limpasan dan Desain saluran pada Pit 2A

Q Total Q A P Q V V
Lokasi S* n **
(m3/detik) (m3/detik) (m2) (m) (m3/det)*** (m/det) (km/jam)
WD Aa 0.76
WD Ab 0.75 2.62 0.63 0.040 0.020 2.120 2.770 4.430 15.960
Catchment 2A 1.12
*) Diambil dari beda tinggi dibagi terhadap penurunan elevasi dari topografi
**) tipe saluran dengan dinding tanah
***) debit maksimum jika saluran terisi penuh

Saluran menuju
Saluran menuju sungai
sungai

Aa Catchment 2A

Outlet Saluran
menuju sungai
2A

Ab

Gambar 6.6 Penggalian PIT 2A

Dari perhitungan debit saluran hasil simulasi, direkomendasikan dimensi saluran


air limpasan berbentuk trapezium, sebagai dalam Gambar 6.6, dan
diperhitungkan cukup untuk mengalihkan air limpasan sepanjang waktu
penambangan.

1.5 m

0.5m
1m

Gambar 6.7 Skema Rekomendasi Dimensi saluran Air Limpasan PIT 2A

VI - 17
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

b. Pada waktu penggalian PIT 2B, debit air limpasan yang berasal dari waste dump
merupakan limpasan dari waste dump Ba , Bb dan catchment PIT 2A, seperti
dapat dilihat pada Gambar 6.8.
c. Pada akhir penambangan pit 2B ini, akan dibuat DAM untuk menahan air
limpasan dari mine out area PIT 2A dan 2B masuk ke PIT area 2C.

DAM 1

Ba

Aa
2B

2A

Bb

Ab

Gambar 6.88 Pengalihan Air Limpasan pada waktu Penambangan PIT 2B

d. Pada waktu penggalian PIT 2C, air limpasan berasal dari waste dump Ca dan
Cb, seperti dapat dilihat pada Gambar 6.99.

VI - 18
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Ca

Ba
2C

Aa
2B

Cb
2A

Bb

Ab

Gambar 6.99 Pengalihan Air Limpasan pada waktu Penambangan PIT 2C

e. Pada waktu penggalian PIT 2D, debit air limpasan berasal dari waste dump Da,
Db dan catchment PIT 2C, seperti dapat dilihat pada gambar 6.1010.
f. Pada akhir penambangan PIT 2D ini, juga akan dibuat DAM untuk menahan air
limpasan dari mine out area PIT 2C dan 2D masuk ke Pit area 2E.

VI - 19
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

DAM 2

Da

Ca

2D
Ba
2C

Aa
Db 2B

Cb
2A

Bb

Ab

Gambar 6.1010 Pengalihan Air Limpasan pada waktu Penambangan PIT 2D

g. Pada waktu Penggalian PIT 2E, debit air limpasan berasal dari waste dump Ea
dan Eb, seperti dapat dilihat pada Gambar 6.111.

VI - 20
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Ea

2E

Da

Eb Ca

2D
Ba
2C

Aa
Db 2B

Cb
2A

Bb

Ab

Gambar 6.111 Pengalihan Air Limpasan pada waktu Penambangan PIT 2E

h. Pada waktu penggalian PIT 2F, debit air limpasan berasal dari waste dump Fa,
Fb dan catchment PIT 2E, seperti dapat dilihat pada Gambar 6.122. Luas
catchment area dari PIT 2F adalah akumulasi dari PIT 2E dan 2F .

VI - 21
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Fa

Ea

2F

2E

Fb Da

Eb Ca

2D
Ba
2C

Aa
Db 2B

Cb
2A

Bb

Ab

Gambar 6.122 Pengalihan Air Limpasan pada waktu Penambangan PIT 2F

i. Pada waktu penggalian PIT 2G, debit air limpasan berasal dari waste dump Ga
dan air limpasan yang berasa dari catchment PIT 2E, 2F dan 2G, seperti dapat
dilihat pada Gambar 6.133.

VI - 22
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Ga

Fa

2G Ea

2F

2E
Gb

Fb Da

Eb Ca

2D
Ba
2C

Aa
Db 2B

Cb
2A

Bb

Ab

Gambar 6.133 Pengalihan Air Limpasan pada waktu Penambangan PIT 2G

j. Selanjutnya, pada waktu penggalian pada Blok 1 PIT 1C, pada penggalian ini
direncanakan juga untuk dilakukan backfill sehingga semakin maju
penambangan ke arah PIT B dan PIT A maka catchment areanya akan semakin
bertambah mengikuti luas catchment area masing-masing PIT. Debit air limpasan
pada PIT 1C berasal dari waste dump 1Ca dan 1Cb. Catchment area tidak ada
yang mempengaruhi PIT karena tertutup oleh area waste dump seperti terlihat
pada Gambar 6.144.

VI - 23
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Ga

Fa

2G Ea

2F
1Ca

2E
Gb
1C
Fb Da

Eb Ca

2D
Ba
1Cb
2C

Aa
Db 2B

Cb
2A

Bb

Ab

Gambar 6.144 Pengalihan Air Limpasan pada waktu Penambangan PIT 1C

k. Pada waktu penggalian PIT 1B, debit air limpasan berasal dari waste dump 1Ba,
1Bb dan Catchment PIT 1C, seperti dapat dilihat pada Gambar 6.155.

VI - 24
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Ga

Fa

2G Ea

2F
1Ca
1Ba
2E
Gb
1C
Fb Da

1B Eb Ca

2D
Ba
1Cb
2C
1Bb
Aa
Db 2B

Cb
2A

Bb

Ab

Gambar 6.1.55 Pengalihan Air Limpasan pada waktu Penambangan PIT 1B

l. Pada waktu penggalian PIT 1A, debit air limpasan berasal dari waste dump 1Aa,
1Ab dan dan Catchment PIT 1C serta PIT 1B, seperti dapat dilihat pada Gambar
6.166.

VI - 25
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Ga

Fa

2G Ea

2F
1Ca
1Ba
2E
Gb
1Aa 1C
Fb Da

1B Eb Ca

1A 2D
Ba
1Cb
2C
1Bb

Aa
Db 2B
1Ab

Cb
2A

Bb

Ab

Gambar 6.166 Pengalihan Air Limpasan pada waktu Penambangan PIT 1A

6.3.2 Penanggulangan Air di Dalam Pit

Air di dalam Pit area berasal dari air limpasan permukaan dari air hujan dan air tanah
yang merembes di bawah permukaan melalui lapisan batuan yang dapat
merembeskan air baik melalui pori-pori maupun melalui rekahan batuan.

Jumlah debit air yang masuk ke dalam masing-masing Pit (rencana


penggalian) dapat dilihat pada Tabel 6.137. Untuk penggalian yang telah dilakukan,
daerah bekas pit semestinya menjadi catchment area untuk pit berikutnya, namun
untuk menanggulangi semakin besar air yang akan masuk ke dalam pit berikutnya
yang akan dibuka, maka setiap selesai backfill pada pit akan dibuat saluran air
menuju sungai yang dimensinya hampir sama dengan perhitungan sebelumnya.
.

VI - 26
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Tabel 6.137 Debit air dalam Masing-masing Penggalian

Q Q (Total) Q (Total)
No Lokasi
(m3/detik) (m3/detik) (m3/Jam)

PIT 2A 9.29
1 Batupasir 2.29 11.769 42,367.879
Batubara 0.19
PIT 2B 18.68
2 Batupasir 3.12 22.054 79,394.737
Batubara 0.26
PIT 2C 13.87
3 Batupasir 2.31 16.685 60,066.877
Batubara 0.50
PIT 2D 18.67
4 Batupasir 4.61 23.945 86,202.076
Batubara 0.67
PIT 2E 10.48
5 Batupasir 3.73 14.757 53,125.294
Batubara 0.54
PIT 2F 23.72
6 Batupasir 5.25 29.266 105,359.132
Batubara 0.29
PIT 2G 12.68
7 Batupasir 5.00 21.193 76,294.290
Batubara 3.51
PIT 1C 13.64
8 Batupasir 1.70 15.568 56,044.281
Batubara 0.22
PIT 1B 22.23
9 Batupasir 2.35 24.881 89,573.204
Batubara 0.30
PIT 1A 35.97
10 Batupasir 3.19 39.564 142,430.410
Batubara 0.41

Penanggulangan air yang masuk ke dalam bukaan tambang (di permukaan Pit area)
dilakukan dengan membuat beberapa saluran penyaliran di setiap jenjang, sebagai
nampak dalam ilustrasi pada Gambar 6.177.

VI - 27
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Gambar 6.177 Skema Saluran Penyaliran pada Jenjang

Sistem penyaliran air pada jenjang ini bertujuan untuk mengalirkan air yang berada
di atas setiap jenjang dapat mengalir menuju sumuran pada lantai tambang,
sehingga tidak terjadi genangan air di atas jenjang. Pada setiap level jenjang, dibuat
saluran arah vertikal sebagai penghubung antar level jenjang dengan jarak setiap 60
meter. Pada lantai tambang di level terendah dibuat sumuran (Pit sump) yang
berfungsi sebagai tempat penampungan akhir dari air yang masuk ke dalam Pit area,
sebelum dialirkan ke luar dengan sistem pemompaan. Air pada Pit sump akan
dipompakan menuju ke settling pond yang disarankan dibuat di bagian atas dan
berada di luar pit. Air pada settling pond ini akan dialirkan lagi menuju ke kolam
pengontrol (monitoring pond) yang berfungsi untuk memantau kualitas air sebelum
dialirkan menuju ke sungai.
Perawatan dilakukan secara periodik 2 minggu sekali dengan cara mengontrol dan
menggali kembali material yang masuk dan mengendap ke dalam saluran, sehingga
kedalaman saluran tetap terjaga. Apabila material yang masuk sangat banyak, maka
dapat dibuat bak pengontrol dan barier sebagai penghalang.

VI - 28
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Tabel 6.18. Perhitungan Dimensi Saluran Air Limpasan pada Jenjang.

SATUAN Jenjang

Q (Limpasan) m3/det 1.14


Panjang Atas m 1
Panjang Bawah m 0.5
Tinggi m 0.75

Panjang sisi m 0.791


Sudut ° 71.57

Luas (A) m2 0.56


Keliling Basah (P) m2 2.08

Gradient (S ) 0.01
Koef. Manning (n) 0.02

Q m3/det 1.18
V m/det 2.09
V km/jam 7.52

Dari perhitungan debit saluran hasil simulasi, direkomendasikan dimensi saluran


air limpasan pada jenjang berbentuk trapezium, sebagai dalam Gambar di
bawah ini, dan diperhitungkan cukup untuk mengalihkan air limpasan sepanjang
waktu penambangan.

1m

0.75m
0.5 m

VI - 29
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Gambar 6.18 Skema rekomendasi dimensi saluran air limpasan Pada jenjang

6.3.3 Sistem Pemompaan

Pemilihan pompa yang akan digunakan untuk sistem pemompaan air tambang ini
perlu mempertimbangkan faktor-faktor kekeruhan air, pH, tinggi angkat total sistem
pemompaan (Total Head) dan kapasitas (Debit) dan karakteristik pompa. Data-data
ini dapat diperoleh dengan mengacu kepada desain tambang perencanaan tambang.
Setiap tipe pompa umumnya mempunyai kurva unjuk kerja (karakteristik) pompa,
yaitu grafik yang menunjukkan kemampuan atau kapasitas (debit) pemompaan
terhadap variasi tinggi angkat total sistem (head) serta efisiensi kerja pompa.
Pemilihan kapasitas pompa yang akan digunakan didasarkan atas debit air yang
diperkirakan tertampung pada Pit sump.
Berdasarkan perhitungan kapasitas dan perkiraan efisiensi total kerja Ppompa 65%,
maka jumlah pompa yang direkomendasikan yang dibutuhkan untuk setiap rencana
penggalian untuk disediakan dapat dilihat padaadalah sebagai dalam tabel 6.189 di
bawah ini:

Tabel 6.189 Kebutuhan Pompa pada setiap Rencana Penggalian

VI - 30
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Estimasi Estimasi Estimasi kebutuhan


Q Q (Total) Q (Total) Q pompa
No Lokasi kebutuhan kebutuhan Pompa Pompa dengan
(m3/detik) (m3/detik) (m3/Jam) (m3/Jam)
Pompa / jam / 4-8 jam kerja Head 180 m
PIT 2A 9.29
1 Batupasir 2.29 11.769 42,367.879 1260 33.63 8.41 18
Batubara 0.19
PIT 2B 18.68
2 Batupasir 3.12 22.054 79,394.737 1260 63.01 9.00 18
Batubara 0.26
PIT 2C 13.87
3 Batupasir 2.31 16.685 60,066.877 1260 47.67 8.67 18
Batubara 0.50
PIT 2D 18.67
4 Batupasir 4.61 23.945 86,202.076 1260 68.41 8.55 18
Batubara 0.67
PIT 2E 10.48
5 Batupasir 3.73 14.757 53,125.294 1260 42.16 8.43 18
Batubara 0.54
PIT 2F 23.72
6 Batupasir 5.25 29.266 105,359.132 1260 83.62 10.45 18
Batubara 0.29
PIT 2G 36.45
7 Batupasir 5.00 44.962 161,862.253 1260 128.46 10.71 18
Batubara 3.51
PIT 1C 13.64
8 Batupasir 1.70 15.568 56,044.281 1260 44.48 8.90 18
Batubara 0.22
PIT 1B 22.23
9 Batupasir 2.35 24.881 89,573.204 1260 71.09 8.89 18
Batubara 0.30
PIT 1A 35.97
10 Batupasir 3.19 39.564 142,430.410 1260 113.04 9.42 18
Batubara 0.41

VI - 31
PT. KARYA BUMI BARATAMA Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk semua PIT jumlah jam kerja pemompaan
sekitar adalah sekitar 4 – 8 jam sehingga dibutuhkan pompa sekitar 9 unit. Dengan
mempertimbangkan kedalaman PIT yang paling dalam yaitu 180 m, maka untuk
dapat mengeluarkan air limpasan akan digunakan pompa yang dipasang secara seri,
sehingga kebutuhan pompa adalah dua kali dari jumlah pompa hasil perhitungan
yaitu sekitar 18 pompa.

D
Kapasitas pompa yang direkomendasikan untuk dipakai adalah pompa yang
mempunyai kapasitas setara dengan Pompa type HL 250 M, Merk Allight, dengan
kapasitas 350 lt/sec atau 1.260 m3/jam, sebagai nampak dalam Gambar 6.1819.

Gambar 6.18 19 Pompa Allight Type HL 250 M

VI - 32

Anda mungkin juga menyukai