BAB II
TINJAUAN UMUM
LS.
Untuk mencapai daerah penelitian dapat dicapai dengan rute sebagai berikut:
Gambar 2.1
Peta Lokasi Kesampaian Daerah
Musim kemarau pada bulan April sampai dengan bulan Oktober, yang
antara 1500 4500 mm per tahun. Curah hujan tertinggi (2500 4500 mm per
tahun) dapat dijumpai di Kabupaten Halmahera Selatan dan Kec. Gane Timur
dengan tipe A sampai C menurut klasifikasi Oldeman et al. Curah hujan terendah
8
(1500 2000 mm per tahun) dapat dijumpai di kecamatan Gane Barat, Gane
Halmahera Selatan umumnya bertipe iklim B, dengan rata-rata curah hujan per
tahun 1.869 mm Bulan basah adalah bulan dengan curah hujan lebih tinggi atau
sama dengan 60 mm. Bulan November dan bulan Desember adalah bulan dengan
curah hujan yang tertinggi. Periode curah hujan rendah berlangsung pada bulan
Agustus dan September dengan curah hujan terendah 99,6 mm pada bulan
September.
sesuai data pengamatan yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika.
450
400 2005 CH
350 2005 HH
300
2006 CH
250
200 2006 HH
150 2007 CH
100
50 2007 HH
0 2008 CH
2008 HH
2009 CH
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tingkat curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan November, Desember, Januari dan Februari, sedangkan tingkat
curah hujan terendah terjadi pada bulan April, Mei, Juni, Juli, Agustus dan
September.
2.2.1 Stratigrafi
kelompok batuan ultrabasa dan gabro terdiri dari: serpentinit, dunit, gabro, diabas
dan basalt. Serpentinit sebagai serpofit, antigorit dan krisotil, membentuk urat
halus dan berserabut sangat tipis. Gabro, abu-abu kehijauan, berkristal kasar,
terubah jadi clay, serisit, enstatit dan hipersten. Diabas berwarna hitam kehijauan,
bersusunan mineral labradorit, bitownit hipersten dan enstatit, diopsit dan augit.
gampingan; umumnya berlapis baik. Formasi Bacan; breksi dan lava. Breksi
piroksen, kristal halus, afanitik kelabu, porfiritik berwarna merah dengan piroksen
sebagai fenokrisnya, andesit piroksen warna kehijauan, basal porfiritik kelabu tua
10
dengan fenokris piroksen dan feldspar. Lava berkomposisi basal, masif, sangat
keras, faneritik, kelabu tua kehitaman, mineral mafik terutama piroksin, kristal
kasar, sering bertekstur breksi dengan rekahan terisi urat silika dan Karbonat.
Umur Oligosen Akhir - Miosen Awal (Kadar, 1976), tersebar secara luas di daerah
Pulau Morotai, bagian utara Halmaher Utara, Pulau Rau dan Pulau Doi. Formasi
Weda; Adalah batuan sedimen yang terdiri dari batupasir berselingan dengan
dari lava dan breksi. Lava bersusunan andesit sampai basal, kelabu tua hingga
yang terdiri dari batuapung, dan tufa pasiran, lunak, umumnya berlapis mendatar,
kelabu sangat lunak, mengandung lapisan tipis sisa tumbuhan. Batuan gunungapi
Holosen (Qhva/b) : Lava, breksi bersusunan andesit hingga basal (Qhvb). Diorit
mikrolit plagioklas. Andesit (An); warna kelabu muda sampai tua, tekstur
2.2.2. Litologi
ultrabasa, batuan vulkanik Formasi Bacan dan batuan sedimen Formasi Weda.
11
Kapur yang terdiri dari serpentinit, piroksenit dan dunit umumnya berwarna
garneriet. Basalt di dalam kompleks ini berwarna kelabu kehitaman, getas. Secara
pasiran, sisipan napal dan batupasir. Batu gamping pasiran, kelabu dan
coklat muda, sebagian kompak; sisipan napal dan batupasir, kelabu, umur
bawah, terdiri dari lava, breksi dan tufa, dengan sisipan konglomerat dan
batu pasir, Diantara komponen batuan beku yang dapat dikenal adalah
formasi ini.
Formasi Amasing (Tma) terjadi Kala Miosen Awal terdiri dari batupasir
batugamping.
g. Kd : Formasi Dodaga
Formasi dodaga di dominasi oleh batuan lanau, pasir dan batu gamping.
Untuk formasi kayasa tersusun oleh Lava, tufa, dan breksi bersusun
andesit dan basalt serta Batuan Beku, yaitu: Komplek Batuan Ultrabasa
Pada Kala Pliosen terjadi kegiatan gunungapi dan juga proses sedimentasi
Obit. terdiri dari breksi dengan sisipan tufa pasiran dan batu lempung
13
satuan morfologi yang dominan datar dan perbukitan tak teratur. Satuan ini
dibentuk oleh komplek Formasi Weda (Tmpw) yang terdiri dari batu pasir, napal,
tufa, konglomerat, dan batu gamping. Dan bongkahan andesit, yang dilengan
lingkungan sungai, delta dan rawa; yang sebelah selatan tanjung jere terdapat
endapan undak yang diduga dari kipas aluvium, termasuk dalam Formasi
Aluvium (Qa)
endapan pasir besi adalah batuan dari Formasi Bacan (Tomb) yang terdiri dari
breksi dan lava. Breksi memiliki komponen andesit dan basal, setempat
yang diperkirakan berkaitan erat dengan sumber pembentukan endapan pasir besi
di daerah yaitu dari batuan vulkanik, seperti breksi vulkanik, dan lava dari
Formasi Bacan.
Formasi Weda (Tmpw) yang terdiri dari batu pasir, napal, tufa, konglomerat, dan
batu gamping), dan endapan permukaan yaitu Aluvium (Qa) terdiri dari kerikil,
komponen batuan ultrabasa; diendapkan dalam lingkungan sungai, delta dan rawa;
yang sebelah selatan tanjung Gurua terdapat endapan undakyang diduga dari kipas
14
aluvium.
Formasi Aluvium (Qa) terdiri dari kerikil, pasir, lumpur dan bongkahan
diendapkan dalam lingkungan sungai, delta dan rawa; yang sebelah selatan
tanjung jere terdapat endapan undak yang diduga dari kipas aluvium.
permukaan yang berumur Holosen, terdiri dari lumpur, pasir, kerikil dan kerakal
anekabahan. Pada umumnya urutan lapisan dari atas ke bawah berupa pasir, pasir
besi, kerikil, kerakal dan batuan dasar berupa lempung atau batuan gampingan.
Dan sebagian terdapat Terumbu Korar Terangkat di sekitar pesisir pentai daerah
penyelidikan.
Gambar 2.2
Peta Geologi Halmahera Selatan
15
Pasir Besi adalah endapan pasir yang mengandung partikel bijih besi
penghancuran oleh cuaca, air permukaan dan gelombang terhadap batuan asal
yang mengandung mineral besi seperti magnetit, ilmenit, oksida besi, kemudian
berdasarkan genesanya:
Genesa Jenis
(air/sungai)
Placer alluvial/sungai
bergerak
langsung di atas batuan sumbernya (contoh : urat mengandung emas atau kasiterit)
bahan bahan batuan yang lebih ringan. Jenis cebakan ini hanya terbentuk pada
permukaan tanah yang hampir rata, dimana didalamnya dapat juga ditemukan
Placer sungai atau alluvial : Jenis ini paling penting terutama yang
berkaitan dengan bijih emas yang umumnya berasosiasi dengan bijih besi, dimana
penting dalam pembentukannya. Telah dikenal bahwa fraksi mineral berat dalam
cebakan ini berukuran lebih kecil daripada fraksi mineral ringan, sehubungan :
Pertama, mineral berat pada batuan sumber (beku dan malihan) terbentuk dalam
ukuran lebih kecil daripada mineral utama pembentuk batuan. Kedua, pemilahan
dan susunan endapan sedimen dikendalikan oleh berat jenis dan ukuran partikel
(rasio hidraulik).
Perlapisan menunjukkan urutan terbalik dari ukuran dan berat partikel, dimana
17
lapisan dasar berukuran halus dan/ atau kaya akan mineral berat dan ke bagian
atas berangsur menjadi lebih kasar dan/atau sedikit mengandung mineral berat.
Placer pantai (beach placer) terjadi pada kondisi topografi berbeda yang
disebabkan oleh perubahan muka air laut, dimana zona optimum pemisahan
mineral berat berada pada zona pasang-surut dari suatu pantai terbuka.
adalah : magnetit, ilmenit, emas, kasiterit, intan, monazit, rutil, xenotim dan
zirkon.
intan,emas (Au), platinum (Pt), Xenotim (YPO4), Zirkon (ZrSiO4) dan lain-lain.
melibatkan kegiatan erosi dan pelapukan, dimana proses fisika dan kimiawi
bahan-bahan lapuk dan menciptakan bahan baru yang tahan pelapukan untuk
lain dengan susunan kimia tertentu, untuk menjadi formasi mineral baru yang
berasosiasi dengan unsur-unsur dari zona oksidasi. Kondisi iklim, topografi dan
keterlibatan atmosfir (oksigen, nitrogen, CO2), hidrosfir (air, uap air, es) dan
tanah berlumpur (bogs), rawa-rawa, lagun dan air laut; dimana kondisi
akan diendapkan mineral Fe-hidroksida atau karbonat, dan tanpa adanya bahan
terbentuk pada lingkungan laut (marin), baik air laut dangkal maupun laut terbuka.
19
Daerah-daerah air dangkal seperti laguna atau tepi laut benua (epeiric sea)
adalah lingkungan pengendapan yang sesuai untuk bijih besi. Kondisi optimum
dipengaruhi oleh kondisi pH dan Eh air laut. Pirit (FeS2) akan diendapkan ketika
air sungai mengandung Fe bersifat sedikit asam memasuki air laut dengan Eh
rendah maupun pH asam atau alkalin. Sementara peningkatan Eh/pH pada air laut
akan mengendapkan siderit (FeCO3) dan kemudian hematit (Fe2O3), dan Fe-
oksida lainnya akan terjadi ketika air laut mengandung banyak O2 dan mempunyai
pH 7,8. Fe yang terlarut dan ditransport sebagai bikarbonat atau koloida dalam
larutan organik akan membentuk hematit atau goetit. Fe yang mencapai laut
organik; dibentuk oleh pellet koloida silika dan lempung, dimana koloida Fe
menggantikan alumina dan menyerap K dari air laut. Grinalit merupakan Fe-
silikat sebagai hasil reaksi alkalin dengan garam Fe; sedangkan chamosit adalah