Anda di halaman 1dari 105

COVER

KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
LAMPIRAN...........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG......................................................................................1

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN................................................................................1

1.3. RUANG LINGKUP DAN METODE STUDI.................................................2

1.4. KEGIATAN YANG TELAH DILAKUKAN.................................................3

1.4.1. Analisa Data Sekunder dan Kepustakaan...................................................3

1.4.2. Pekerjaan Studio.........................................................................................4

BAB II SUMBERDAYA DAN CADANGAN........................................................5


2.1. GEOTEKNIK...................................................................................................5

2.2. KEADAAN ENDAPAN...................................................................................6

2.2.1. Bentuk Dan Penyebaran Endapan...............................................................6

2.2.2. Endapan Batuan..........................................................................................6

2.2.3. Sumberdaya Dan Cadangan........................................................................7

2.2.4. Estimasi Sumberdaya Terunjuk..................................................................7

2.2.5. Estimasi Cadangan Terkira.........................................................................9

BAB III RENCANA PENAMBANGAN..............................................................12


3.1. SISTEM DAN TATA CARA PENAMBANGAN........................................12

3.2. TATA CARA PENAMBANGAN..................................................................13

3.2.1. Tahapan Kegiatan Penambangan..............................................................14

3.3. RENCANA PRODUKSI DAN UMUR TAMBANG....................................17

iii
3.4. PERALATAN.................................................................................................26

3.5. RENCANA PENANGANAN SISA CADANGAN PADA PASCA


TAMBANG.................................................................................................................43

BAB IV RENCANA PENGOLAHAN.................................................................44


4.1. TATA CARA PENGOLAHAN.....................................................................44

4.1.1. Tahapan Pengolahan.................................................................................44

4.1.2. Bagan Alir................................................................................................45

4.2. PERALATAN PENGOLAHAN....................................................................45

4.3. HASIL PENGOLAHAN DAN RENCANA PEMANFAATAN MINERAL


IKUTAN.....................................................................................................................53

4.4. JENIS, JUMLAH, KUALITAS HASIL PENGOLAHAN..........................53

BAB V PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN............................................55


5.1. TATA CARA..................................................................................................55

5.2. PERALATAN.................................................................................................58

BAB VI LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA...60


6.1. LINGKUNGAN..............................................................................................60

6.1.1. Dampak Kegiatan.....................................................................................60

6.2. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)...............................76

6.2.1. Organisasi Penanganan K-3......................................................................77

6.2.2. Peralatan, Perlengkapan dan Manual Penanganan K-3.............................78

6.2.3. Langkah-langkah Penanganan K-3...........................................................79

BAB VII ORGANISASI DAN TENAGA KERJA..............................................82


7.1. BAGAN ORGANISASI.................................................................................82

7.2. JUMLAH DAN KRITERIA TENAGA KERJA..........................................86

7.3. TINGKAT GAJI DAN UPAH.......................................................................89

7.4. SISTEM KERJA............................................................................................91

iv
v
DAFTAR GAMBAR

vi
DAFTAR TABEL

vii
LAMPIRAN

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


CV. X adalah suatu perusahaan swasta nasional, merencanakan akan
melakukan kegiatan penambangan Batu di Dusun Simpang Klibang, Desa Nanga
Semangut, Kecamatan Bunut Hulu, Kabupaten Kapaus Hulu, Provinsi Kalimantan
Barat.

Dari hasil eksplorasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa Izin Usaha
Pertambangan Eksplorasi CV. X mengandung endapan Batu yang potensial untuk
dikembangkan. Penelitian tersebut diteruskan dengan penelitian geologi secara
lebih detail pada sebagian daerah yang dinilai mempunyai prospek yang akan
ditindaklanjuti untuk kegiatan penambangan.

Untuk mengetahui nilai ekonomis dari Batu tersebut, maka CV. X


menganggap perlu dibuat suatu Studi Kelayakan (Feasibility Study).

Dengan mempertimbangkan kebutuhan batu sebagai bahan baku


pembangunan inftastruktur dan pengembangan properti, baik domestik maupun
eksport, maka CV. X telah mempersiapkan diri untuk memulai melakukan
kegiatan penambangan pada wilayah Izin Usaha Pertambangan di daerah tersebut.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dilakukan kajian kelayakan ini adalah untuk mengevaluasi aspek
geologi (sumberdaya/ cadangan) endapan, geoteknik, merancang/ desain
penambangan, transportasi/ pengangkutan, evaluasi aspek lingkungan dan K3
serta aspek keekonomian seperti menghitung jenis dan kebutuhan investasi
(capital cost), menghitung biaya operasi (operating cost) dan biaya-biaya lainnya
(corporate tax, royalty, community development).

1
Kajian ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai kelayakan penambangan
endapan Batu di Dusun Simpang Klibang, Desa Nanga Semangut, Kecamatan
Bunut Hulu, Kabupaten Kapaus Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, sehingga dapat
dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan kegiatan eksploitasi dan investasi
penambangan tersebut.

1.3. RUANG LINGKUP DAN METODE STUDI


Ruang lingkup studi kelayakan yang dilakukan dalam rangka perhitungan
teknis dan nilai ekonomis endapan Batu di wilayah Izin Usaha Pertambangan ini
meliputi beberapa aspek kajian, yaitu :

1. Kesampaian daerah ke lokasi daerah penyelidikan atau lokasi


rencana penambangan.
2. Keadaan geologi; topografi; dan cadangan endapan Batu meliputi;
litologi; arah penyebaran; ketebalan endapan; serta jumlah cadangan.
3. Rencana penambangan yang mencakup metoda; tahapan pekerjaan;
jenis dan jumlah peralatan tambang.
4. Sarana jalan dan transportasi tambang.
5. Unit Pengolahan.
6. Pelabuhan.
7. Sarana penunjang, seperti; basecamp, perkantoran, workshop, dll.
8. Investasi dan analisa ekonomi.
9. Analisa prospek pemasaran.
10. Organisasi.

Untuk mencapai sasaran tersebut, dilakukan berbagai studi yaitu :


1. Studi kepustakaan
2. Studi laporan eksplorasi
3. Studi tata-cara dan alat penambangan
4. Studi pemasaran
5. Analisa ekonomi

Metoda studi yang dilakukan meliputi tahapan-tahapan kegiatan, yaitu :

2
1. Pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari CV. X dan data
primer yang diperoleh dari hasil survei lapangan.
2. Analisa data untuk menghasilkan perhitungan jumlah cadangan;
sistem penambangan, jumlah peralatan; sarana penunjang dan
perhitungan analisa kelayakan ekonomi.
3. Evaluasi data, untuk menentukan kelayakan teknis dan ekonomis
tentang rencana penambangan endapan Batu pada CV. X.

1.4. KEGIATAN YANG TELAH DILAKUKAN


Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh CV. X selama periode
eksplorasi antara lain :

1.4.1. Analisa Data Sekunder dan Kepustakaan

Melakukan analisa data yang berasal dari penyelidikan terdahulu, informasi


dari instansi terkait serta peta-peta yang memuat daerah penyelidikan, antara lain :

1. Peta topografi sebagai peta dasar; terutama yang mencakup daerah


penelitian
2. Hasil penyelidikan terutama yang meliputi geologi di areal rencana
penambangan
3. Peta geologi regional
4. Data dari hasil penyelidik terdahulu terutama yang beraspek geologi

Pengamatan dan pemetaan geologi, terutama di daerah “pilot project”


rencana penambangan Batu antara lain meliputi aspek morfologi, struktur dan
sifat fisik batuan serta stratigrafi (urut-urutan) batuan di daerah penyelidikan.
Dalam pekerjaan ini diambil beberapa contoh batuan untuk di analisis. Beberapa
kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan meliputi :

1. Pemetaan geologi
2. Pembuatan penampang stratigrafi
3. Pengamatan langsung unsur struktur geologi.

3
4. Pengambilan percontoh batuan dan foto untuk dokumentasi interpretasi
data lapangan, melalui rekonstruksi stratigrafi, struktur geologi,
geomorfologi dan juga hubungannya dengan kondisi geologi regional.
1.4.2. Pekerjaan Studio

Pekerjaan studio meliputi pengambaran model geologi dan penyebaran Batu


berdasarkan data eksplorasi.

1. Melakukan perhitungan sumberdaya mineral Batu daerah telitian


2. Membuat acuan rencana teknis (Term of Reference) untuk pekerjaan
pemetaan geologi, topografi, dsb.

4
BAB II
SUMBERDAYA DAN CADANGAN

2.1. GEOTEKNIK
Kajian kemantapan lereng ini akan menghasilkan rekomendasi untuk
geometri lereng baik lereng tunggal (single slope). Rekomendasi selanjutnya akan
menjadi acuan untuk membuat geometri lereng jenjang penambangan.

Dalam kajian kemantapan lereng rencana penambangan di lokasi IUP


digunakan konsep kesetimbangan batas. Secara prinsip, gaya geser yang
diperlukan untuk mempertahankan kemantapan akan dibandingkan dengan gaya
yang menyebabkan kelongsoran. Pada longsoran berbentuk busur, gaya-gaya
tersebut di atas diperhitungkan pada bidang gelincir yang berbentuk busur. Gaya
penyebab kelongsoran yang selanjutnya disebut sebagai momen penggerak
berasal dari berat tanah dan berat air yang berada di atas bidang gelincir.
Sedangkan gaya atau momen penahan kelongsoran berasal dari kekuatan geser
tanah sepanjang bidang gelincir. Kedua momen ini dibandingkan sehingga
didapatkan faktor keamanan (FK) pada tersebut. Dengan cara perhitungan
berulang-ulang (iterative) yang diperkirakan sebagai bidang gelincirnya, akan
diperoleh faktor keamanan terkecil yang menyatakan bidang gelincir yang paling
berbahaya.

Untuk menghitung kajian kemantapan lereng tambang perhitungan yang


dilakukan dengan metode analitik kesetimbangan batas. Sebagai pedoman lereng
dalam keadaan mantap diambil angka FK adalah > 1,30 untuk lereng tunggal
maupun lereng keseluruhan.

1. Lereng Tunggal (Single Slope)


a. Geometri Lereng Tunggal (Single Slope)
Bench height : 5 meter
Bench Width : 7 meter
Slope angle : 680

Gambar 3.4. Dimensi Jenjang Single Slope

2. Lereng Keseluruhan (Overall Slope)


b. Geometri lereng untuk overall slope
Tinggi jenjang keseluruhan : 50 meter
Tinggi jenjang tunggal : 5 meter
Lebar jenjang keseluruhan : 90 meter
Lebar jenjang tunggal : 7 meter
Single slope angle : 68º
Overall slope angle : 29º

Gambar 3.5. Dimensi Jenjang Overall Slope

2.2. KEADAAN ENDAPAN


2.2.1. Bentuk Dan Penyebaran Endapan

Ditinjau dari bentuk dan penyebaran endapan, maka dapat diketahui bahwa
dilokasi penelitian (IUP) kurang lebih 7,2 hektar, dan yang dilakukan eksplorasi
detail adalah pada wilayah bagian puncak bukit dari wilayah IUP yang
direncanakan sebagai blok penambangan. Dari hasil pengamatan dapat diketahui
bahwa lokasi penyelidikan disusun oleh batuan beku intrusi yang ditutupi oleh
tanah penutup dengan ketebalan 1,87 meter.

Penyebaran endapan bahan galian di daerah penelitian hampir merata dan


masif di sebagian besar wilayah IUP. Endapan yang terbentuk di wilayah IUP
berupa endapan intrusif massif dari batuan. Hal ini dapat interpretasikan melalui
gejala geologi dan batuan yang tersingkap di wilayah penelitian. Sehingga hampir
seluruh wilayah tersebut tersusun dari batuan yang menggunung.
2.2.2. Endapan Batuan

1. Tanah Penutup
Hasil pengamatan di lapangan diperoleh bahwa tanah penutup
tersingkap menutupi tubuh intrusi batuan beku ini yang merupakan
hasil pelapukan batuan beku itu sendiri dan telah bercampur dengan
material organik akar-akaran maupun sisa-sisa tumbuhan. Umumnya
tanah ini telah melapuk dan bersifat lepas yang berwarna kecoklatan
dan terkadang banyak kita dapatkan sedikit butiran kuarsa yang berasal
dari lapukan batuan aslinya dengan ketebalan 1,87 meter.

2.2.3. Sumberdaya Dan Cadangan

Kegiatan yang telah dilakukan adalah kegiatan permukaan dan bawah


permukaan untuk mengetahui gambaran letak, sebaran, dan tebal dari bahan
galian batuan yang akan dilakukan proses eksploitasi.

Metode perhitungan cadangan yang digunakan adalah metode “cross


section”, yaitu dengan cara membuat profil atau penampang bentuk bukit batu
tersebut. Dari data hasil perhitungan luas pembuatan penampang yang ada (lihat
tabel) kemudian dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

( A1+A2 )
V= ×D
2

Keterangan :
V = Volume Cadangan (M3)
A = Luas Penampang Tegak (M2)
D = Jarak antara dua penampang (m)

2.2.4. Estimasi Sumberdaya Terunjuk

Luas lahan IUP adalah seluas 7,2 Hektar. Perhitungan cadangannya


didasarkan pada kondisi batuan yang penyebaran body rock nya massif dengan
ketebalan tanah penutup rata-rata 1,87 meter. Adapun dari perhitungan yang
dilakukan diperoleh sumberdaya sebesar 10,576,027 m3.
Gambar 3.12. Peta Perhitungan Sumberdaya Tertunjuk
Gambar 3.13. Penampang Perhitungan Sumberdaya A-A’ dan B-B’
Gambar 3.14. Penampang Perhitungan Sumberdaya C-C’ dan D-D’
Gambar 3.15. Penampang Perhitungan Sumberdaya E-E’ dan F-F’

Tabel. 3.2.
Perhitungan Sumberdaya Terunjuk IUP

Jarak Luas Luas Volume


No Volume Batu Volume
Penampang Penampang Penampang Penampang Antar
. (m³) OB (m³)
(m) Batu (m²) OB (m²) Penampang
1 A-A' 250 3,608 731 AB 1,771,472 213,300
2 B-B' 250 10,564 976 BC 2,677,541 261,128
3 C-C' 250 10,856 1,113 CD 2,567,325 292,131
4 D-D' 250 9,683 1,224 DE 2,372,314 287,789
5 E-E' 250 9,296 1,079 EF 1,187,374 239,145
6 F-F' 250 203 835 FG    

TOTAL 10,576,027 1,293,494


2.2.5. Estimasi Cadangan Terkira

Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan mengacu dari peta


topografi permukaan dan sumberdaya yang diperhitungkan sebelumnya,
sehingga diestimasikan cadangan terkira dapat dihitung dengan
mendetailkan perhitungan cadangan menggunakan metode penampang
dengan jarak lebih detail yaitu 150 meter. Perhitungan cadangan terukur
direkonstruksi dengan metode penampang sayatan yang dibagi dalam 9
penampang dengan jarak persayatan adalah 150 meter. Adapun dari
perhitungan yang dilakukan diperoleh cadangan sebesar 4,771,897 m3.
Seperti terlihat dalam perhitungan cadangan berikut ini.
Gambar 3.16. Peta Perhitungan Cadangan Terkira
Gambar 3.17. Penampang Perhitungan Cadangan A-A’ dan B-B’
Gambar 3.18. Penampang Perhitungan Cadangan C-C’ dan D-D’
Gambar 3.19. Penampang Perhitungan Cadangan E-E’ dan F-F’
Gambar 3.20. Penampang Perhitungan Cadangan G-G’, H-H’ dan I-I’

Tabel 3.3.
Perhitungan Cadangan Terkira IUP

Jarak
No Penampan Luas Penampang Luas Penampang Volume Antar Volume Batu Volume
Penampang
. g Batu (m²) OB (m²) Penampang (m³) OB (m³)
(m)
1 A-A' 150 1,839 448 AB 226,298 68,219
2 B-B' 150 1,178 461 BC 356,724 87,933
3 C-C' 150 3,578 711 CD 648,096 112,234
4 D-D' 150 5,063 785 DE 796,786 124,044
5 E-E' 150 5,561 869 EF 687,913 133,797
6 F-F' 150 3,611 915 FG 770,121 131,020
7 G-G' 150 6,657 832 GH 844,304 117,310
8 H-H' 150 4,601 732 HI 441,656 100,794
9 I-I' 150 1,288 611      
TOTAL 4,771,897 875,352
BAB III
RENCANA PENAMBANGAN

3.1. SISTEM DAN TATA CARA PENAMBANGAN


Sistem dan metode penambangan yang akan digunakan dapat dianalisa dari
beberapa faktor terkait dalam penentuan sistem dan metode itu sendiri, adapun
faktor-faktor yang diperhatikan dalam penambangan yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut :
a. Keadaan Endapan
Kondisi endapan dapat dianalisa dari bentuk, tebal, dan juga
kedalaman. Endapan di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) secara
umum terdapat di dekat permukaan bumi dengan ketebalan tanah penutup
relative tipis dengan kisaran ketebalan ± 2 meter. Endapan ini merupakan
endapan primer hasil pembekuan magma dengan penyebaran yang intrusif
masif dan menyeluruh pada seluruh tubuh bukit.
Endapan batu yang mendapatkan prioritas utama untuk ditambang
adalah endapan yang berada pada posisi topografi tinggi (puncak bukit).
Karakteristik endapan batu yang memiliki kekuatan batuan dengan
kemampuan galian yang sukar bahkan tidak mungkin dilakukan
penambangan dengan melakukan penggalian maupun penggaruan maka,
untuk penambangan dilakukan dengan alat mekanis rock breaker.
b. Tanah Penutup
Tanah penutup berdasarkan hasil pengamatan lapangan merupakan
tanah penutup (top soil) yang tersingkap menutupi tubuh batuan, dengan tebal
tanah penutup berkisar ± 2 meter. Tanah penutup tersebut penggaliannya
dapat dilakukan dengan metode gali bebas (excavating) dengan menggunakan
alat mekanis.
c. Kedalaman Penambangan Dalam Desain Tambang
Berdasarkan jenis endapan pada areal penambangan yang berbentuk
perbukitan dengan letak cadangan pada elevasi kurang dari 270 m. maka
diperlukan pembuatan lereng berjenjang dalam proses penambangan. Karena
begitu lapisan dibongkar akan mempengaruhi kemantapan lereng sehingga
perlu dianalisa melalui kajian desain kemantapan lereng penambangan. Telah
diketahui bahwa di lokasi penyelidikan memiliki kekuatan batuan yang cukup
resisten dan kuat sehingga dapat di desain dengan sudut kemiringan lereng
yang relatif hampir tegak. Parameter yang digunakan untuk membuat desain
penambangan diperoleh dari hasil studi geoteknik. Adapun penjelasan
mengenai desain tambang sebagai berikut:
• Geometri jenjang tunggal (single slope) akhir penambangan
Tinggi jenjang : 5 meter
Lebar berm : 5 meter
Kemiringan jenjang : 70o
• Geometri lereng akhir tambang (final pit Slope)
Tinggi jenjang : 120 meter
Kemiringan jenjang : 36o
Berdasarkan faktor-faktor di atas dan pertimbangan bahwa endapan batu
dekat dengan permukaan tanah, biaya operasi tambang terbuka lebih murah
daripada tambang bawah tanah maka dapat ditentukan sistem/metode yang
cocok diterapkan pada lokasi wilayah IUP Eksplorasi sistem tambang
terbuka dengan metode quarry mining.

3.2. TATA CARA PENAMBANGAN


Tata cara kegiatan penambangan yang akan dilakukan dengan
menggunakan alat mekanis secara umum terdiri dari pembersihan lahan,
pengupasan tanah penutup, pembongkaran, pemuatan, pengangkutan,
pengolahan dan pemasaran.
Gambar 4.1. Diagram Alir Kegiatan Penambangan Batu Gunung Quarry Besar

3.2.1. Tahapan Kegiatan Penambangan

Secara teknis pada blok tambang direncanakan akan ditambang dengan


sistem tambang terbuka (quarry mining). Tahapan kegiatan penambangan yang
akan dilakukan terdiri dari serangkaian kegiatan meliputi :
1. Pembersihan lahan atau land clearing
Pembersihan lokasi penambangan untuk menyingkirkan atau
membuang pepohonan, belukar ataupun ilalang yang tumbuh di lokasi
penambangan, pepohonan yang tumbuh di lokasi penambangan dilakukan
mulai puncak pada ketinggian kurang dari 270 m. Alat berat yang
digunakan dalam pekerjaan pembabatan pepohonan ini adalah bulldozer Cat
Tipe D7G. Dengan perhitungan produktivitas alat bulldozer adalah sebesar
1.880,87 m3/hari.

2. Pengupasan tanah penutup


Volume tanah penutup yang akan dikupas adalah sebesar 259,697
BCM. Metode pengupasan yang dilakukan menggunakan alat Excavator
Komatsu PC 200. Tanah penutup hasil galian dimuat ke alat angkut
Mitsubishi Colt Diesel 136 PS untuk diangkut pada tempat penimbunan.
Rata- rata Jarak dari tambang ke tempat penimbunan tanah penutup sejauh ±
0.8 km. Jumlah alat yang dibutuhkan adalah 1 unit Backhoe PC 200 dan 1
unit Mitsubishi Colt Diesel 136 PS .
Dengan perhitungan produktivitas alat pada kegiatan pengupasan
tanah penutup maka dapat diketahui waktu backhoe dilakukan pertahun
dengan target pengupasan tanah penutup pertahun adalah 100.000
LCM/tahun.

3. Pembongkaran dengan Rock Breaker


Kegiatan pembongkaran dilakukan dengan menggunakan bantuan alat
mekasis rock breaker. Upaya kegiatan pembongkaran ini diharapkan dapat
memenuhi target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 250.000 BCM/tahun
atau sekitar 406,504 BCM/Tahun.
Jika rencana volume batu yang dapat dibongkar sebesar 250.000
BCM/tahun atau sekitar 406,504 BCM/Tahun maka dari data perusahaan
diketahui faktor kehilangan untuk operasi pembongkaran yang dihasilkan
setiap hari sebesar 3%, maka volume pembongkaran yang dihasilkan
sebesar 394,309 LCM/tahun.
Hasil pembongkaran ditargetkan hingga sampai fragmen batu ukuran
boulder ≤500 mm dengan menggunakan alat mekanis Rock Breaker
Komatsu JTHB 210. Ukuran tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan
umpan material sesuai ukuran spec hopper dibawah 500 mm pada kegiatan
peremukan.

4. Pemuatan Batu Gunung Quarry Besar


Pemuatan adalah proses pemindahan batuan dari front penambangan
ke alat angkut. Dari hasil pembongkaran batu diketahui volume batu yang
harus dimuat ke alat angkut sebesar 394,309 LCM/tahun berupa fragmentasi
diameter ukuran 50 cm. Pemuatan dilakukan dengan alat back hoe Komatsu
PC 200-8 yang mempunyai kapasitas mangkuk 0,8 m3. Pemuatan batu
dilakukan ke dalam dump truck Mitsubishi Colt Diesel 136 PS yang
memiliki kapasitas bak angkut 5 m3. Pemuatan ke dalam truk curah
dilakukan sampai 7 kali pemuatan. Waktu edar pemuatan adalah 24
detik/truk.
Diketahuinya besar kapasitas bucket 0,8 m3, faktor pengisian
mangkuk back hoe adalah 1 dan efisiensi kerja 83 %, maka dapat diketahui
produksi pemuatan oleh back hoe Komatsu PC 200-8 adalah sebesar 796,80
m3/hari. Maka dibutuhkan 2 unit alat muat backhoe.

5. Pengangkutan Batu Gunung Quarry Besar


Alat angkut yang digunakan untuk kegiatan pengangkutan batu dari
lokasi penambangan ke lokasi peremuk batu adalah alat angkut truk curah.
Jarak angkut antara lokasi pemuatan sampai dengan lokasi peremukan
adalah berbeda pertahun karena kemajuan penambangan pertahun semakin
dekat jaraknya terhadap lokasi pengolahan. Truk curah yang digunakan
adalah Mitsubishi Colt Diesel 136 PS, yang memiliki kapasitas bak 5 m3.
Jumlah tuang pemuatan oleh mangkuk alat muat sebanyak 7 kali dengan
waktu edar pengangkutan berbeda-beda tiap tahunnya dikarenakan jarak
angkut tiap tahun yang semakin dekat. Diketahui besarnya cycle time rata-
rata pengangkutan 7.62 menit, kapasitas bak truck 5 m3, efisiensi kerja 83%,
maka produktivitas alat angkut rata-rata tiap tahun sebesar 264.36 m3/hari.
Dari data perusahaan diketahui faktor kehilangan untuk operasi
pemuatan dan pengangkutan yang dihasilkan sebesar 2%, maka volume
hasil pemuatan dan pengangkutan yang dihasilkan setiap tahun sebesar
386,423 LCM/hari.

6. Pengolahan Batu Gunung Quarry Besar


Pengolahan batu bertujuan untuk memperkecil ukuran (size
reduction) batu dari front penambangan dari ukuran maksimal 500 mm
menjadi ukuran produk akhir yang dinginkan adalah batu split ukuran -30
mm+20 mm, -20 mm+10 mm, -10 mm +5 mm dan -5 mm.

Kegiatan peremukan batu dilakukan dengan 3 instalasi peremuk


rahang dan dipisahkan menurut ukuran material dengan bantuan unit ayakan
tiga tingkat. Dimana diketahui material umpan proses peremukan sebesar
386,423 LCM/tahun. Dengan asumsi loss material 1% sehingga produk
yang dihasilkan akan sesuai dengan target produksi yaitu 382,559
LCM/tahun.

7. Penjualan atau pemasaran Batu Gunung Quarry Besar


Produk batu pecah dari tambang setelah melewati sistem quality
control kemudian akan direncanakan perusahaan rekanan yang sudah
melakukan kontrak jual beli akan melakukan sistem pengambilan
mengambil sendiri seluruh produk batu pecah di lokasi .

Sistem pembayaran kontrak penjualan dapat dilakukan dengan sistem


FOB (Free On Board). Sistem transaksi penjualan dengan sistem FOB
artinya poin perubahan kepemilikan barang adalah saat barang sudah
dinaikkan ke atas truk angkut buyer. Hal ini semua biaya sampai barang
selesai dimuat di atas truk sudah termasuk dalam harga yang disebut dan
pihak penjual hanya bertanggung jawab sampai barang berada di atas alat
angkut.
3.3. RENCANA PRODUKSI DAN UMUR TAMBANG
Target produksi yang direncanakan oleh adalah sebesar 382,559 m3/tahun.
Berdasarkan jumlah jam kerja yang diterapkan pada sebanyak 1 shift dengan
masing-masing shift sebanyak 8 jam, dan dengan dikurangi oleh 1 jam digunakan
sebagai jam istirahat untuk setiap shiftnya dan efektifitas kerja diasumsikan 83%
didapatkan jumlah jam kerja sebesar 8 jam/hari. Maka masing-masing jam kerja
sebanyak 2.400 jam/tahun, sehingga untuk target produksi tertambang yang
direncanakan oleh 382,559 m3/tahun.

Waktu kerja yang dimaksud disini adalah waktu yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan penambangan, seperti penggalian, pemuatan,
pengangkutan, maupun penimbunan. Waktu kerja yang digunakan adalah 8
jam/hari dengan 1 shift/hari. Jam kerja efektif dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1. Waktu Kerja Tambang


No Deskripsi Waktu
1 Jumlah hari setahun 365 hari
2 Jumlah hari libur setahun 65 hari
- Hari minggu 52 hari
  - Hari libur nasional 13 hari
3 Jumlah hari kerja setahun 300 hari
4 Jumlah hari kerja sebulan 25 hari/bulan
5 Jumlah shift/hari 1 shift/hari
6 Shift I (hari biasa)  
07.00 - 12.00 (5 jam kerja)
12.00 - 13.00 (1 jam istirahat) 8 jam kerja
13.00 - 16.00 (3 jam (kerja)
8 Waktu kerja dalam satu hari 8 jam/hari
9 Waktu kerja dalam satu tahun 2400 jam/tahun

(Sumber: Manajemen , 2017)

Rencana penambangan yang akan dilakukan oleh adalah selama 14 tahun.


Target produksi tertambang rata – rata pertahun kurang lebih 382,559 m3.
Areal yang akan menjdi fokus untuk dilakukan penambangan adalah area
prospek cadangan Batu. Umur tambang yang dapat dikerjakan adalah
Cadangantertambang
=
Target Produksi

5,248,407
=
382,559

= 13,72 tahun

≈ 14 tahun

Kegiatan urutan atau sekuen penambangan direncanakan dilakukan mulai


dari atas terlebih dahulu hingga semakin ke bawah. Sehingga urutan sekuen
penambangan terbagi menjadi 14 tahun penambangan.

Berdasarkan perhitungan cadangan terukur batu dan jumlah overburden


(tanah penutup) seperti terlihat di bawah ini :
Cadangan Terkira = 3,429,806 BCM
Jumah overburden/tanah penutup = 259,697 m3
Maka dapat dihitung perbandingan dari stripping ratio penambangan yaitu :
Stripping ratio = 259,697 : 3,429,806
= 1 : 13,2
Sehingga untuk mendapatkan batu sebesar 13,2 m3 diperlukan mengupas
tanah penutup sebesar 1 m3.
Gambar 4.2. Peta Situasi Lokasi Pertambangan

Gambar 4.3. Kenampakan 3D Situasi Final Penambangan

Gambar 4.4. Sayatan Front Tambang

Gambar 4.5. Penampang Front Tambang A-A’

Gambar 4.6. Penampang Front Tambang B-B’


Tabel. 4.2. Rencana Produksi Cadangan

Loss Material (LCM) Target Produksi Per


Tahu Produksi dari
Elevasi (mdpl) crest-toe Pembongkaran Pemuatan & Pengolahan Ukuran Batu Pecah
n Tambang
3% Pengangkutan 2 % 1% (LCM/tahun)
275-270 103,964 394,309 386,423 382,559 -5 mm 39,693
270-265 111,741       -10 + 5 mm 60,362
1 265-260 34,295       -20 + 10 mm 107,435
Jumlah (BCM) 250,000      
-30 + 20 mm 175,070
Jumlah (LCM) 406,504      
265-260 89,472 -5 mm 39,693
260-255 135,810 -10 + 5 mm 60,362
2 255-250 24,718 394,309 386,423 382,559 -20 + 10 mm 107,435
Jumlah (BCM) 250,000
-30 + 20 mm 175,070
Jumlah (LCM) 406,504
255-250 124,461 -5 mm 39,693
250-245 125,539 -10 +5 mm 60,362
3 394,309 386,423 382,559
Jumlah (BCM) 250,000 -20 +10 mm 107,435
Jumlah (LCM) 406,504 -30 +20 mm 175,070
250-245 25,608 -5 mm 39,693
245-240 158,886 -10 + 5 mm 60,362
4 240-235 65,506 394,309 386,423 382,559 -20 + 10 mm 107,435
Jumlah (BCM) 250,000
-30 + 20 mm 175,070
Jumlah (LCM) 406,504
240-235 99,388 -5 mm 39,693
5 394,309 386,423 382,559
235-230 150,612 -10 +5 mm 60,362
Jumlah (BCM) 250,000 -20 +10 mm 107,435
Jumlah (LCM) 406,504 -30 +20 mm 175,070
235-230 7,738 -5 mm 39,693
230-225 161,041 -10 + 5 mm 60,362
6 225-220 81,221 394,309 386,423 382,559 -20 + 10 mm 107,435
Jumlah (BCM) 250,000
-30 + 20 mm 175,070
Jumlah (LCM) 406,504
225-220 82,462 -5 mm 39,693
220-215 164,009 -10 + 5 mm 60,362
7 215-210 3,529 394,309 386,423 382,559 -20 + 10 mm 107,435
Jumlah (BCM) 250,000
-30 + 20 mm 175,070
Jumlah (LCM) 406,504
215-210 158,664 -5 mm 39,693
210-205 91,336 -10 +5 mm 60,362
8 394,309 386,423 382,559
Jumlah (BCM) 250,000 -20 +10 mm 107,435
Jumlah (LCM) 406,504 -30 +20 mm 175,070
210-205 69,457 -5 mm 39,693
205-200 158,472 -10 + 5 mm 60,362
9 200-195 22,071 394,309 386,423 382,559 -20 + 10 mm 107,435
Jumlah (BCM) 250,000
-30 + 20 mm 175,070
Jumlah (LCM) 406,504
200-195 133,927 -5 mm 39,693
195-190 116,073 -10 +5 mm 60,362
10 394,309 386,423 382,559
Jumlah (BCM) 250,000 -20 +10 mm 107,435
Jumlah (LCM) 406,504 -30 +20 mm 175,070
195-190 37,553 -5 mm 39,693
11 190-185 151,564 394,309 386,423 382,559 -10 + 5 mm 60,362
185-180 60,882 -20 + 10 mm 107,435
Jumlah (BCM) 250,000
-30 + 20 mm 175,070
Jumlah (LCM) 406,504
185-180 88,793 -5 mm 39,693
180-175 152,631 -10 + 5 mm 60,362
12 175-170 8,575 394,309 386,423 382,559 -20 + 10 mm 107,435
Jumlah (BCM) 250,000
-30 + 20 mm 175,070
Jumlah (LCM) 406,504
175-170 148,718 -5 mm 39,693
170-165 101,282 -10 +5 mm 60,362
13 394,309 386,423 382,559
Jumlah (BCM) 250,000 -20 +10 mm 107,435
Jumlah (LCM) 406,504 -30 +20 mm 175,070
170-165 55,068 -5 mm 33,017
165-160 124,738 -10 +5 mm 44,023
14 283,597 277,925 275,146
Jumlah (BCM) 179,806 -20 +10 mm 85,295
Jumlah (LCM) 292,368 -30 +20 mm 112,810
CADANGAN TERTAMBANG =       5,248,407 LCM
CADANGAN TERKIRA = 3,429,806 BCM 5,576,921      
MINING RECOVERY = 94.11 %
UMUR TAMBANG = 13 TAHUN 9 BULAN    
Gambar 4.7. Peta Rona Awal Sebelum Kegiatan Penambangan

Gambar 4.8. Peta Sekuen Penambangan Tahun Ke-1

Gambar 4.9. Peta Sekuen Penambangan Tahun Ke-2

Gambar 4.10. Peta Sekuen Penambangan Tahun Ke-3

Gambar 4.11. Peta Sekuen Penambangan Tahun Ke-4

Gambar 4.12. Peta Sekuen Penambangan Tahun Ke-5

Gambar 4.13. Peta Sekuen Penambangan Tahun Ke-6

Gambar 4.14. Peta Sekuen Penambangan Tahun Ke-7

Gambar 4.15. Peta Sekuen Penambangan Tahun Ke-8

Gambar 4.16. Peta Sekuen Penambangan Tahun Ke-9

Gambar 4.17. Peta Sekuen Penambangan Tahun Ke-10

Gambar 4.18. Peta Sekuen Penambangan Tahun Ke-11

Gambar 4.19. Peta Sekuen Penambangan Tahun Ke-12

Gambar 4.20. Peta Sekuen Penambangan Tahun Ke-13

Gambar 4.21. Peta Sekuen Penambangan Tahun Ke-14


3.4. PERALATAN
Perhitungan jumlah unit bulldozer, excavator, dump truck dan yang
dibutuhkan berdasarkan rencana produksi dan pengupasan overburden. Dalam
melakukan perhitungan jumlah kebutuhan unit peralatan tersebut baik untuk
operasi penambangan harus diperhatikan beberapa batasan-batasan yang
berkaitan dengan karakteristik maupun karakteristik masing-masing peralatan
yang digunakan serta asumsi-asumsi yang perlu ditetapkan berkaitan dengan
gambaran operasional penambangan yang direncanakan. Berdasarkan besarnya
volume pekerjaan pemindahan batu pecah dari front tambang ke crushing plant
hingga stockpile serta volume pekerjaan pemindahan tanah penutup ke
“dumping area” perbulan yang targetkan, maka dapat ditentukan jumlah
kebutuhan peralatan utama tambang untuk operasi penambangan dan
pengolahan .

Peralatan yang digunakan dalam tahapan proses penambangan batu


pecah terdiri dari beberapa peralatan tambang yaitu :

Tabel 4.3. Peralatan Penambangan Batu Pecah Batu Gunung Quarry Besar
Produktivitas Jumlah Status
No Jenis Alat Nama Alat Alat Alat
Alat gusur untuk Bulldozer Caterpillar Milik
1 1.880,87 m3/hari 1 unit
pembersihan lahan D7G Sendiri
Alat gali muat tanah Excavator Komatsu PC Milik
2 796,80 m3/hari 1 unit
penutup 200-8 Sendiri
Alat muat batu pecah Excavator Komatsu PC Milik
3 796,80 m3/hari 2 unit
hasil pembongkaran 200-8 Sendiri
Alat angkut tanah Dump Truck Mitsubishi Milik
4 418,79 m3/hari 1 unit
penutup ke disposal Colt Diesel 136 PS Sendiri
Alat angkut batu dari
Dump Truck Mitsubishi Milik
5 front penambangan ke 299,85 m3/hari 6 unit
Colt Diesel 136 PS Sendiri
crushing plant
Milik
6 Alat Pembongkaran Batu 2 unit
Rock Breaker Komatsu JTHB 210 Sendiri
Alat memuat batupecah
Wheel Loader Liu Gong Milik
7 dari stockpile ke truck 2.048,91 m3/hari 2 unit
ZL50CN Sendiri
buyer

1. Bulldozer
Bulldozer Catterpillar D7G untuk kegiatan land clearing. Dengan
spesifikasi alat sebagai berikut :
Merk : Catterpillar
Type : D7G
Blade capacities : 5,75 m3
Dimensi Blade : - Length = 3,82 m
- Width = 1,21 m
- Height = 1,27 m
- Ground clearance = 1288 mm
Jarak Dorong : 25 m
Kecepatan maju : 3,9 km/h
Kecepatan mundur : 4,5 km/h

Gambar 4.22. Bulldozer Cat D7G

Perhitungan produktivitas alat Bulldozer Catterpilar D7G seperti sebagai berikut :


Tabel 4.4. Produktivitas Bulldozer Catterpilar D7G
PRODUKTIVITAS        
Bulldozer Cat D7G        
Target land clearing = m3/hari  
1.000
Waktu Positionong & Ganti Gear = 0,5 menit
Kapasitas Blade = 5,75 m3
Blade Factor = 1  
Jarak Dorong = 25 m
Mechanical Availability (MA) = 95%  
Effectivity Utilization (EU)= 83%  
Kecepatan maju = 3,90 km/jam 3900 m/jam
Kecepatan mundur = 4,50 km/jam 4500 m/jam
 
Jam kerja efektif = 49,8 menit
Efisiensi kerja thd alat = 47,31 menit  
Waktu mendorong maju = 0,0064 jam 0,38 menit
Waktu mundur = 0,0056 jam 0,33 menit
Cycle time = 1,22 menit
Jumlah trip/jam = 40,89 trip/jam
Produksi Bulldozer Per jam = 235,11 LCM/jam
Produksi Bulldozer Per hari = 1.880,87 LCM/hari
LCM/bula
Produksi Bulldozer Per bulan = 37.617,35 n
451.408,1 LCM/tahu
Produksi Bulldozer Per tahun = 7 n  
Bulldozer yg bekerja di lapangan = 0,53 unit 1 unit
Bulldozer yg disediakan = 0,56 unit 1 unit
Jumlah Cadangan Bulldozer = 0 unit  
2. Excavator Komatsu PC 200
Excavator Komatsu PC 200 sebagai alat penambangan untuk menggali dan
memuat tanah penutup maupun batupecah dengan spesifikasi sebagai
berikut :
Merk : Komatsu
Tipe : PC 200-8
Kekuatan mesin Gross : 155 HP / 2000 rpm
Kekuatan mesin Net : 148 HP / 2000 rpm
Kapasitas bucket heaped : 0,8 m³
Maximum digging height : 9500 mm
Maximum dumping height : 6630 mm
Maximum digging depth : 5380 mm
Operating weight : 19.400 kg
Dimensi :
- Overall arm length = 9480 mm
- Overall width = 2800 mm
- Operating height = 3040 mm

Gambar 4.23. Excavator Komatsu PC 200

A. Perhitungan Produktivitas Alat Gali Muat Tanah Penutup


Tabel 4.5. Perhitungan Produktivitas dan Jumlah Alat Gali Muat Tanah Penutup
Excavator Komatsu PC 200
PRODUKTIVITAS
Excavator Komatsu PC 200  
Swell Factor OB = 0.8  
Density loose OB = 1.12 ton/LCM  
Density insitu OB = 1.4 ton/BCM
324,62
259,697
Volume OB = BCM 1 LCM
Target pengupasan = 100,000 LCM/tahun
detik/bucke
Cycle time = 24 t
Kapasitas Bucket = 0.8 m3
Fill Factor Bucket = 1  
MA = 95%  
EU = 83%    
Kapasitas DT = 8 ton 7.14 LCM
 
bucke
Banyaknya Bucket = 8.93 bucket 9 t
Waktu untuk mengisi 1 DT = 216.00 detik 3.60 menit
Produksi Excavator per jam = 99.60 LCM/jam
Produksi Excavator per hari = 796.80 LCM/hari
Produksi Excavator per bulan = 19,920.00 LCM/bulan
239,040.0
Produksi Excavator per tahun = 0 LCM/tahun  
Jumlah Excavator yg bekerja di lapangan
= 0.42 unit 1 unit
Jumlah Excavator yg harus disediakan = 0.44 unit 1 unit
Jumlah cadangan Excavator = 0 unit  

B. Perhitungan Produktivitas Alat Muat Batu Batu Gunung Quarry Besar


Tabel 4.6. Perhitungan Produktivitas dan Jumlah Alat Muat Batu Batu Gunung
Quarry BesarExcavator Komatsu PC 200
PRODUKTIVITAS
Excavator PC 200  
Swell factor batu = 0.615  
Density loose batu = 1.6 ton/LCM
Density insitu batu = 2.6 ton/BCM
Target produksi = 406,504 m3/tahun
detik/bucke
Cycle time = 24 t
Kapasitas Bucket = 0.8 m3
Fill Factor Bucket = 1  
Mechanical Availability (MA) = 95%    
Effectivity Utilization (EU)= 83%  
5.0
Kapasitas Dump Truck = 8 ton 0 LCM
 
bucke
Banyaknya Bucket = 6.25 bucket 7 t
2.8
Waktu untuk mengisi 1 DT = 168.00 detik 0 menit
Produksi Back Hoe per jam = 99.60 LCM/jam
Produksi Back Hoe per hari = 796.80 LCM/hari
Produksi Back Hoe per bulan = 19,920.00 LCM/bulan
Produksi Back Hoe per tahun = 239,040.00 LCM/tahun  
Jumlah Back Hoe yg bekerja di lapangan
= 1.70 unit 2 unit
1.7
Jumlah Back Hoe yg harus disediakan = 9 unit 2 unit
Jumlah Cadangan Back Hoe = 0 unit  

3. Dump Truck Mitsubishi Colt Diesel FE SHD 136 PS


Dump truck Mitsubishi Colt Diesel FE SHD 136 PS digunakan untuk
mengangkut tanah penutup dan batupecah dari front penambangan ke unit
pengolahan.
Merk = Mitsubishi
Tipe = Colt Diesel
Model = FE SHD
Mesin = Model 4D342AT7
Kekuatan Mesin = 136 PS = 135 HP
Transmisi = Tipe 5 gigi maju dan 1 gigi mundur
Kapasitas Tangki = 100 liter
Heaped Capacity = 8 ton
Panjang Keseluruhan = 5,96 m
Lebar keseluruhan = 1,97 m
Tinggi Keseluruhan = 2,12 m
Rimpull untuk percepatan = 20 lb/ton
Effisiensi mesin = 100 %
Berat Truk Kosong = 2,33 Ton
Berat truk bermuatan = 10,33 Ton
Radius Putar Minimum =7m
Kecepatan maksimum : 110 km/jam

Tabel 4.7.
Spesifikasi Gigi dan Kecepatan DT Mitsubishi Colt Diesel 136 PS
Gigi Kecepatan (km/jam)
1 15
2 28
3 55
4 77
5 103
Mundur 15

Gambar 4.24. Dump Truck Mitsubishi Colt Diesel FE SHD 136 PS


A. Perhitungan Produktivitas Alat Angkut Tanah Penutup
Tabel 4.8. Produktivitas dan Jumlah Alat Dump Truck yang Dibutuhkan
PRODUKTIVITAS
DT Mitsubishhi Colt Diesel SHD 136 PS  

Volume OB = 259,697 BCM 324,621 LCM

Target pengupasan = 100,000 LCM/tahun 333 LCM/hari


Swell factor OB = 0.8    
Power = 136 PS 135 HP
Mechanical Availability (MA) = 95%  
Effectivity Utilization (EU)= 83%  
Density Loose OB = 1.12 ton/LCM  
Kapasitas Bak = 8 ton 7.14 LCM
Waktu ganti gear+dumping+manuver = 2 menit
detik/bucke
Waktu loading muatan = 24.00 t
Banyaknya Bucket pengisian = 7 bucket  
Berat truck kosong = 2.33 ton 2,330.00 kg
Berat truck muatan = 10.33 ton 10,330.00 kg
Rolling Ressistance = 5%    
Rimpull Tiap Gear
Rimpull Rimpull
Gigi Kecepatan (km/jam) (m/jam) (lb) (kg)
1 15 15,000 3,198 1,451
2 28 28,000 1,713 777
3 55 55,000 872 396
4 77 77,000 623 283
5 103 103,000 466 211
  Total 3,117
BERMUATAN  
Required Rimpull = 517 kg    
Karena Rimpull yg dibutuhkan 517 kg maka digunakan gigi 2 dengan kecepatan km/jam 28 km/jam
KEMBALI KOSONG  
Required Rimpull = 117 kg    
Karena Rimpull yg dibutuhkan 117 kg maka digunakan gigi 3 dengan kecepatan km/jam 40 km/jam

Tabel 4.9. Produktivitas dan Jumlah Alat Dump Truck Untuk Mengangkut OB
Produktivtas Dump Truck Mitsubishi Colt Diesel FE SHD 136 PS
TAHUN
Dump Truck Colt Diesel FE SHD 136 PS SATUAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kapasitas bak truck C 7.14 7.14 7.14 7.14 7.14 7.14 7.14 7.14 7.14 7.14 7.14 7.14 7.14 7.14 LCM
Jumlah tuang excavator n 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
Cycle time excavator cms 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 menit
Jarak pengangkutan D 0.95 0.95 0.95 0.95 0.94 0.94 0.94 0.71 0.71 0.65 0.65 0.65 0.65 0.35 km
Kecepatan truck bermuatan V1 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 km/jam
Kecepatan truck kosong V2 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 km/jam
Waktu loading (n x cms) t1 2.86 2.86 2.86 2.86 2.86 2.86 2.86 2.86 2.86 2.86 2.86 2.86 2.86 2.86 menit
Waktu ganti gear +dumping +manuver t2 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 menit
Waktu tempuh bermuatan t3 2.04 2.04 2.04 2.04 2.02 2.02 2.02 1.53 1.53 1.38 1.40 1.40 1.40 0.75 menit
Waktu kembali kosong t4 1.43 1.40 1.36 1.33 1.28 1.26 1.23 0.91 0.89 0.79 0.78 0.77 0.75 0.40 menit
Cycle time dump truck (t1+t2+t3+t4) cmt 8.33 8.30 8.26 8.23 8.16 8.13 8.10 7.29 7.27 7.03 7.04 7.02 7.01 6.00 menit
Effective utilization EU 83% 83% 83% 83% 83% 83% 83% 83% 83% 83% 83% 83% 83% 83% %
Mechanical availability MA 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% %
Produktivitas ( (60/cmt) x C x EU) HP 42.69 42.87 43.04 43.21 43.60 43.75 43.90 48.77 48.90 50.57 50.53 50.64 50.75 59.25 LCM/jam
Produktivitas (Q) per hari 341.51 342.95 344.33 345.66 348.77 349.99 351.17 390.18 391.20 404.60 404.25 405.14 405.99 474.02
LCM/hari
(HP x 8 jam/hari)
Target produksi pengangkutan T 333 333 333 333 333 333 333 333 333 333 333 333 333 333 LCM/hari
Jumlah dump truck yang bekerja di lapangan N1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 unit
Jumlah dump truck yang harus disediakan N2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 unit
Jumlah cadangan dump truck N3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 unit

B. Perhitungan Produktivitas Alat Angkut Batu Gunung Quarry Besar


Tabel 4.10. Produktivitas dan Jumlah Alat Dump Truck yang Dibutuhkan
PRODUKTIVITAS
Mitsubishi Colt Diesel FE SHD 136 PS  

Target produksi batu = 406,504 m3/tahun 1,355 LCM/hari


Swell factor batu = 0.615    
Power = 136 PS 135 HP
Mechanical Availability (MA) = 95%
Effectivity Utilization (EU)= 83%  
Density Loose batu = 1.60 ton/LCM  
Kapasitas Bak = 8 ton 5 LCM
Waktu ganti gear+dumping+manuver = 2 menit
detik/bucke
Waktu loading muatan = 24.00 t
Banyaknya bucket pengisian = 7 bucket  
Berat truck kosong = 2.33 ton 2,330 kg
Berat truck muatan = 10 ton 10,330 kg
Rolling Resistance = 5%    
Rimpull Tiap Gear
Rimpull
Gigi Kecepatan (km/jam) (m/jam) Rimpull (lb)
(kg)
1 15 15,000 3,198 1,451
2 28 28,000 1,713 777
3 55 55,000 872 396
4 77 77,000 623 283
5 103 103,000 466 211
      Total 3,117
BERMUATAN        
Required Rimpull = 517 kg  
Karena RP yg dibutuhkan 517 kg maka digunakan gigi 2 dengan kecepatan km/jam 28 km/jam
         
KEMBALI KOSONG        
Required Rimpull = 117 kg  
Karena RP yg dibutuhkan 117 kg maka digunakan gigi 3 dengan kecepatan km/jam 40 km/jam
Tabel 4.11. Produktivitas dan Jumlah Alat Dump Truck Untuk mengangkut Batu Batu Gunung Quarry Besar
4.

Produktivitas Mitsubishi Colt Deisel FE SHD 136 PS


TAHUN
Dump Truck Mitsubishi Colt Diesel FE SHD 136 PS
1 2 3 4 5 6 7 8
Kapasitas bak truck C 5 5 5 5 5 5 5 5
Jumlah tuang backhoe n 7 7 7 7 7 7 7 7
Cycle time backhoe cms 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40
Jarak pengangkutan D 1.10 1.07 1.07 0.95 0.94 0.94 0.94 0.71
Kecepatan truck bermuatan V1 28 28 28 28 28 28 28 28
Kecepatan truck kosong V2 40 41 42 43 44 45 46 47
Waktu loading (n x cms) t1 2.80 2.80 2.80 2.80 2.80 2.80 2.80 2.80
Waktu ganti gear +dumping +manuver t2 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
Waktu tempuh bermuatan t3 2.35 2.29 2.29 2.04 2.02 2.02 2.02 1.53
Waktu kembali kosong t4 1.65 1.56 1.53 1.33 1.28 1.26 1.23 0.91
Cycle time dump truck (t1+t2+t3+t4) cmt 8.80 8.66 8.62 8.18 8.10 8.07 8.05 7.24
Effective utilization EU 83% 83% 83% 83% 83% 83% 83% 83%
Mechanical availability MA 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95% 95%
Produktivitas ( (60/cmt) x C x EU) HP 28.29 28.77 28.89 30.46 30.73 30.84 30.95 34.41
Produktivitas (Q) per hari 226.33 230.15 231.15 243.65 245.86 246.73 247.57 275.2
(HP x 8 jam/hari)
Target produksi pengangkutan T 1,355 1,355 1,355 1,355 1,355 1,355 1,355 1,355
Jumlah dump truck yang bekerja di lapangan N1 6 6 6 6 6 6 6 5
Jumlah dump truck yang harus disediakan N2 7 7 7 7 7 7 7 6
Jumlah cadangan dump truck N3 1 1 1 1 1 1 1 1

Rock Breaker Komatsu JTHB 210


Komatsu PC 200-8 sebagai alat penambangan untuk Menghancurkan batu dengan
kombinasi Rock Breaker JTHB 210, Spesifikasi sebagai berikut

Spesifikasi Komatsu PC 200-8

Merk : Komatsu
Tipe : PC 200-8
Kekuatan mesin Gross : 155 HP / 2000 rpm
Kekuatan mesin Net : 148 HP / 2000 rpm
Kapasitas bucket heaped : 0,8 m³
Maximum digging height : 9500 mm
Maximum dumping height : 6630 mm
Maximum digging depth : 5380 mm
Operating weight : 19.400 kg
Dimensi :
- Overall arm length = 9480 mm

- Overall width = 2800 mm

- Operating height = 3040 mm

Spesifikasi Hydraulic Breakers:


Merk : Komatsu
Model : JTHB 210-3
Operating Weight : 1.830Kg
Oil Flow : 160-200 l/min
Operating Pressure : 140-180 bar
Impact Rate : 490-630 bpm
Tool Diameter : 135 mm
Hose Size : 1Inch
Gas Pressure : 11 Bar
Base machine Weight Range : 18-25 Ton
Gambar 4.25. Rock Breaker Komatsu JTHB 210

5. Wheel Loader Liu Gong ZL50CN


Wheel Loader Liu Gong ZL50CN untuk memuat batupecah dari stockpile ke dump truck
untuk dipasarkan. Spesifikasi Wheel Loader seperti sebagai berikut :
Merk = Liu Gong
Tipe = ZL50CN
Mesin = Cummins 6LT9.3
Gross Power = 220 HP @ 2.200 rpm
Net Power = 201 HP @ 2.200 rpm
Operating Weight = 16.700 kg
Standart Bucket Size = 3 m3
Standart Breakout Force = 167 kN
Standart Dump Clearance = 2.970 m
Gambar 4.26. Wheel Loader Liu Gong ZL50CN
Perhitungan Produktivitas Pemuatan Batu Pecah Di Stockpile
Tabel 4.12. Perhitungan Produktivitas Wheel loader Liu Gong ZL50CN
PRODUKTIVITAS
Wheel Loader  
Target Pemuatan batu pecah = 382,559 LCM/tahun
Kapasitas bucket = 3 m3
Cycle time = 35 detik/bucket
Fill factor bucket = 1
Swell Factor batu pecah = 61.5%
Effectivity Utilization (EU)= 83%
Mechanical Availability (MA) = 95%  
Density Loose batu pecah = 1.60 ton/LCM  
Kapasitas DT = 8 ton 5.00 LCM
 
Banyaknya bucket = 1.67 bucket 2 bucket
Waktu untuk mengisi 1 DT = 70.00 detik 1.17 menit
Produksi Wheel Loader per jam = 256.11 LCM/jam
Produksi Wheel Loader per hari = 2,048.91 LCM/hari
Produksi Wheel Loader per bulan = 51,222.86 LCM/bulan
614,674.2
Produksi Wheel Loader per tahun = 9 LCM/tahun  
Jumlah Wheel Loader yg bekerja di lapangan = 1.52 unit 2 unit
Jumlah Wheel Loader yg harus disediakan = 1.60 unit 2 unit

3.5. RENCANA PENANGANAN SISA CADANGAN PADA PASCA TAMBANG


Diketahui umur tambang adalah 14 tahun. Sedangkan menurut UU No. 4 tahun 2009
Tentang Pertambangan Umum Mineral dan Batubara bahwa izin operasi produksi komoditas
batuan diberikan maksimal 5 tahun dengan dua kali perpanjangan sehingga total adalah 14
tahun. Pada kondisi ini dapat diperkirakan bahwa akan terdapat sisa cadangan yang belum
tertambang.
Adapun untuk sisa cadangan yang belum terambil selama kegiatan penambangan,
maka direncanakan akan tetap dibiarkan sebagaimana asalnya dan akan dilaporkan dalam
bentuk laporan konservasi.
BAB IV
RENCANA PENGOLAHAN

4.1. TATA CARA PENGOLAHAN


4.1.1. Tahapan Pengolahan

Fraksi batu hasil penambangan sebagai umpan direncanakan


berukuran maksimum 50 cm. Sedangkan ukuran produk akhir yang
diinginkan adalah batu ukuran -1 x 2 cm, 1 x 1 cm, 0.5 x 1 cm dan <0.5 cm
(abu batu). Proses pengolahan Batu memiliki beberapa tahap. Batuan
berasal dari penambangan diangkut menggunakan dump truck. Selanjutnya
material didumping di hopper. Selanjutnya oleh feeder dimasukkan ke
dalam jaw crusher I untuk diremuk dan menghasilkan produk dengan
ukuran ≤ 15 cm. Kemudian material hasil peremukan diangkut dengan
menggunakan belt conveyor II untuk dibawa ke jaw crusher II dan
menghasilkan produk ≤ 3 cm. Produk hasil peremukan kedua dimasukkan
ke dalam ayakan jenis triple deck vibrating screen dengan ukuran lubang 2
cm untuk deck I, ukuran lubang ayakan 1 cm untuk deck II, ukuran lubang
ayakan 0,5 cm untuk deck III.
Material oversize ayakan deck I kemudian diangkut menggunakan
belt conveyor III untuk dimasukkan dalam jaw crusher III dan diremuk
ulang untuk menghasilkan produk dengan ukuran ≤ 20 mm. Produk hasil
jaw crusher III kemudian dimasukkan kembali ke triple deck vibrating
screen.
Hasil produk yang tertahan pada masing-masing deck akan
ditumpahkan ke stockpile dengan menggunakan belt conveyor V untuk
produk 2 x 1 cm. Untuk belt conveyor VI mengangkut produk 1 x 1 cm.
Untuk belt conveyor VII mengangkut produk 1 x 0.5 cm. Produk yang lolos
screen deck III diangkut menggunakan belt conveyor VIII menuju stockpile.
4.1.2. Bagan Alir

ROM

Hopper

Feeder

Jaw Crusher I

Belt Conveyor
II

Jaw Crusher II
Jaw Crusher
III Belt Conveyor
Belt Conveyor
I
IV
Triple deck vibrating screen
Belt Conveyor
III

Belt Conveyor V Belt Conveyor VI Belt Conveyor VII Belt Conveyor VIII
Produk < 0.5 cm Produk 1 x 0,5 cm Produk 1 x 1 cm Produk 1 x 2 cm

Stock pile I Stock pile II Stock pile III Stock pile IV

Gambar 5.1. Diagram Alir Pengolahan Batu

4.2. PERALATAN PENGOLAHAN


Jenis-jenis peralatan yang digunakan dalam kegiatan proses pengolahan batu
seperti pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Peralatan Pengolahan Pada Unit Crushing Plant
No. Peralatan Jumlah
1. Hopper 1 unit
2. Grizzly Feeder 1 unit
3. Jaw Crusher I 1 unit
4. Belt Conveyor I 1 unit
5. Jaw Crusher II 1 unit
7. Belt Conveyor II 1 unit
9. Vibrating Screen (3 deck) 1 unit
10. Belt Conveyor III 1 unit
11. Jaw Crusher III 1 unit
12. Belt Conveyor IV 1 unit
13. Belt Conveyor V 1 unit
14. Belt Conveyor VI 1 unit
15. Belt Conveyor VII 1 unit
16. Belt Conveyor VIII 1 unit

Peralatan dan fasilitas penunjang yang digunakan pada proses pengolahan Batu
adalah :
1. Hopper
Hopper berfungsi sebagai tempat penampungan material sebelum
diremuk. Hopper dapat dibuat dengan bentuk limas segiempat terpancung.
Umpan yang masuk ke dalam hopper berasal dari wheel loader. Perhitungan
penentuan dimensi hopper adalah sebagai berikut :
Panjang atas (a) :4m
Lebar atas (b) :3m
Tinggi atas (c ) : 0,5 m
Tinggi bawah (d) :2m
Panjang bawah (e) :3m
Lebar bawah (f) :3m
 Luas atas (La) = a x b = 4 x 3 = 12 m²
 Luas bawah (Lb) = e x f = 3 x 3 = 9 m²
 Kapasitas Hopper = (La x c) + x d x [La+Lb+(La+Lb)1/2 ]
= (12 x 0,5) + x 2 x [12+9+(12+9)1/2 ]
= 23,06
Tampak Depan
Tampak Samping

Tampak Atas

Gambar 5.2. Dimensi Hopper


2. Feeder
Feeder adalah alat untuk mengatur keluarnya material dari hopper
ditempatkan tepat di bawah hopper sehingga material tidak hilang (loss material).
Ukuran feeder disesuaikan dengan ukuran lubang output pada hopper. Feeder
hanya meneruskan jalanya material dari hopper sehingga material yang diteruskan
oleh feeder sama dengan material yang masuk dalam hopper yaitu 255 ton/jam.
Feeder yang digunakan adalah Reelprocoating Plate feeder merk
NAKAYAMA tipe PF-820, ukuran umpan maksimal adalah 500 mm dengan
kapasitas 269 ton/jam.
Produksi dari tambang : Batu
Densitas loose Batu : 1,6 ton/LCM
Kapasitas : 269 ton/jam
Ukuran Terbesar : 50 cm
3. Jaw Crusher I
Jaw Crusher I berfungsi sebagai peremuk pertama yang merupakan
tahap pertama (primary crusher) pada pengolahan batu. Alat jaw crusher yang
digunakan adalah merk NAKAYAMA dengan Model RC3624. Dengan feed
opening (815 x 475) mm, motor power 45-55 kW, setting range 70-150 mm
dan kapasitas alat jaw crusher 1 adalah (150-269) ton/jam. Berdasarkan
ukuran produk terbesar yang diinginkan maka dipasang closed side setting =
15 cm.
Feed : 255 ton/jam
Distribusi ukuran produk Jaw Crusher I :
Tabel 5.2. Distribusi Produk Jaw Crusher I Dengan Setting 15 cm
Distribusi ukuran Berat Persen Berat Berat Komulatif Persen Berat
produk Jaw material Materal (%) material lolos material lolos
Crusher I (mm) (ton/jam) (ton/jam) (%)
-150 +50 91.35 36% 253.76 100
-50 +30 78.67 31% 162.41 64
-30 +20 38.06 15% 83.74 33
-20 +10 25.38 10% 45.68 18
-10 +5 12.69 5% 20.30 8
-5 7.61 3% 7.61 3
Jumlah 253.76 100%

Diketahui untuk faktor kehilangan material pada proses pengolahan


adalah 1 %. Maka diasumsikan pada masing-masing peremukan hilang
material sejumlah 0,5% pada jaw crusher 1 dan 0,5% pada jaw crusher II.
Sehingga hasil produk pada peremukan jaw crusher 1 mempunyai total produk
253.76 ton/jam.
4. Jaw Crusher II
Alat jaw crusher yang digunakan adalah merk NAKAYAMA dengan
Model AC3219. Dengan feed opening (600 x 370) mm, motor power 45-55
kW, setting range 45-60 mm dan kapasitas alat jaw crusher I1 adalah (150-
269) ton/jam. Berdasarkan ukuran produk terbesar yang diinginkan maka
dipasang closed side setting = 5 cm.
Feed : 253.76 ton/jam
Distribusi ukuran produk Jaw Crusher II :
Tabel 5.3. Distribusi Produk Jaw Crusher II Dengan Setting 50 mm
Distribusi Berat Persen Berat Persen Berat
ukuran produk material Berat Komulatif material lolos
Jaw Crusher 2 (ton/jam Materal material lolos (%)
(mm) ) (%) (ton/jam)
-50 +30 90.90 36% 252.50 100.0
-30 +20 78.27 31% 161.60 64.0
-20 +10 42.92 17% 83.32 33.0
-10 +5 25.25 10% 40.40 16.0
-5 15.15 6% 15.15 6.0
Jumlah 252.50 100%

Diketahui untuk faktor kehilangan material pada proses peremukan pada jaw
crusher 2 adalah 0,5%. Sehingga hasil produk pada peremukan jaw crusher I1
mempunyai total produk 252.50 ton/jam.
5. Ayakan Getar ( Vibrating Screen )
Ayakan getar yang digunakan adalah merk NAKAYAMA tipe triple deck
vibrating screen, panjang 3000 mm, lebar 2000 mm. Saat ini ukuran lubang ayakan
yang digunakan berukuran 30 mm untuk deck I, dan 20 mm untuk deck II, dan 10
mm untuk deck III.
Produk hasil proses peremukan jaw crusher 2 akan dimasukkan ke vibrating
screen ini . Namun masih ada ukuran butir yang masih lebih besar dari permintaan
pasar sehingga ukuran fraksi -3 + 2 cm yang tertahan pada deck I akan di remuk
ulang ke jaw crusher III untuk mendapatkan ukuran yang sesuai dengan
permintaan pasar agar memenuhi target produksi.
Oversize diasumsikan sebanyak 37% atau sama dengan 93.44 ton/jam
sebagai umpan pada jaw crusher III. Sehingga jumlah umpan yang lolos vibrating
screen (material undersize) adalah 252.50 ton/jam.
6. Jaw Crusher III
Alat jaw crusher yang digunakan adalah merk NAKAYAMA dengan Model
AC1410. Dengan feed opening (350 x 255) mm, motor power 7,5-15 kW, setting
range 30-50 mm dan kapasitas alat jaw crusher III adalah (150-269) ton/jam.
Berdasarkan ukuran produk terbesar yang diinginkan maka dipasang closed side
setting = 3 cm.
Feed : 93.44
Distribusi ukuran produk Jaw Crusher III :
Tabel 5.4. Distribusi Produk Jaw Crusher III Dengan Setting 3 cm
Distribusi Berat Persen Berat Persen Berat
ukuran produk material Berat Komulatif material
Jaw Crusher 3 (ton/jam Materal material lolos lolos (%)
(mm) ) (%) (ton/jam)
-30 +20 38.44 41% 93.44 100.00
-20 +10 28.70 31% 55.00 58.86
-10 +5 14.99 16% 26.30 28.15
-5 11.31 12% 11.31 12.11
Jumlah 93.44 100%

Produk hasil peremukan jaw crusher III dengan fraksi -3 cm kemudian


dimasukkan kembali ke vibrating screen untuk di ayak sesuai dengan ukuran
butir masing-masing fraksi. Sehingga umpan yang lolos ke vibrating screen
(material undersize) adalah 93.44 ton/jam.

Kapasitas produk yang dihasilkan oleh unit peremuk keseluruhan


adalah sebagai berikut :
1) Produk ukuran < 0.5 cm sebesar 11.31 + 15.15 = 26.46 ton/jam
Produk < 0.5 cm sebesar 26.46 ton/jam, dengan demikian produksi
pertahunnya adalah
Kapasitas produk = (26.46 ton/jam x 2400 jam/tahun) : 1,6 ton/m3=
39,693 m3/tahun.
2) Produk ukuran 1 cm x 0.5 cm sebesar 14.99 + 25.25 = 40.24 ton/jam
Produk 1 cm x 0.5 cm sebesar 40.24 ton/jam, dengan demikian produksi
pertahunnya adalah :
Kapasitas produk = (40.24 ton/jam x 2400 jam/tahun) : 1,6 ton/m3=
60,362 m3/tahun.

3) Produk ukuran 1 cm x 1 cm sebesar 42.92 + 28.70 = 71.62 ton/jam.


Produk 1 cm x 1 cm sebesar 71.62 ton/jam, dengan demikian produksi
pertahunnya adalah :
Kapasitas produk = (71.62 ton/jam x 2400 jam/tahun) : 1,6 ton/m3=
107,435 m3/tahun.

4) Produk ukuran 2 cm x 1 cm sebesar 38.44 + 90.90 = 116.71 ton/jam.


Produk -30 mm +20 mm sebesar 116.71 ton/jam, dengan demikian
produksi pertahunnya adalah :
Kapasitas produk = (116.71 ton/jam x 2400 jam/tahun) : 1,6 ton/m3=
175,070 m3/tahun.
Sehingga total produksi batu pecah dalam setahun adalah :

= 39,693 + 60,362 + 107,435 + 175,070


= 382,559 m3/tahun.
7. Stockpile
Stockpile berfungsi sebagai tempat menimbun material hasil
penambangan. Pada disediakan stockpile untuk penampungan batu perhari.
Jumlah tampungan Batu hasil penambangan yang ditampung perhari adalah :
1) Volume stockpile ukuran < 0.5 cm
= Produksi Batu perhari : density losses
= 211.69 ton/hari : 1,6 ton/m3
= 132.31 m3/hari
2) Volume stockpile ukuran 0.5 x 1 cm
= Produksi Batu perhari : density losses
= 321.93 ton/hari : 1,6 ton/m3
= 201.21 m3/hari
3) Volume stockpile ukuran 1 x 1 cm
= Produksi Batu perhari : density losses
= 572.98 ton/hari : 1,6 ton/m3
= 358.12 m3/hari
4) Volume stockpile ukuran 2 x 1 cm
= Produksi Batu perhari : density losses
= 933.71 ton/hari : 1,6 ton/m3
= 583.57 m3/hari
Sehingga total volume stockpile keseluruhan adalah :
= 140.90 m3/hari + 281.46 m3/hari + 411.04 m3/hari + 696.84 m3/hari
= 1,275 m3/hari
Dimensi stockpile dirancang dengan ukuran :
Panjang = 55 m
Lebar = 35 m
Tinggi =3m
Volume stockpile = p xl x t
= 55 x 35 x 3
= 5,250 m3
Dengan luas kapasitas stockpile tersebut sehingga mampu menampung jumlah
material hasil penambangan sesuai target produksi tiap harinya.

3m

50 m

Gambar 5.3. Dimensi Stockpile


4.3. HASIL PENGOLAHAN DAN RENCANA PEMANFAATAN
MINERAL IKUTAN
PT. X menghasilkan produk utama berupa agregat batu split berukuran
< 0.5 cm (abu batu), 1 x 0.5 cm, 1 x 1 cm, 2 x 1 cm dengan total kapasitas
produksi sebesar 382,559 m3/tahun.
Secara umum belum ada kaijan lebih lanjut mengenai mineral ikutan
dari material batuan di lokasi PT. X . Namun pihak perusahaan berkomitmen
untuk mengolah batuan sesuai dengan perencanaanya yaitu sebagai batu
pecah/batu split tanpa mengambil atau mengolah batuan tersebut untuk
pemanfaatan lain.

4.4. JENIS, JUMLAH, KUALITAS HASIL PENGOLAHAN


Adapun untuk jenis, jumlah, kualitas hasil pengolahan daripada batu
yang dihasilkan dari kegiatan penambangan akan dijelaskan seperti pada table
5.5. berikut ini :

Tabel 5.5. Jenis, Jumlah dan Pemanfaatan Hasil Pengolahan

Jenis Jumlah Produksi


No Pemanfaatan
Produksi (m3/tahun)

Baik untuk material


Batu pecah 2 x jalan, bahan
1 175,070
1 cm bangunan gedung
dan perumahan
Pengecoran jalan,
Batu pecah 1 x
2 107,435 gedung, dermaga,
1 cm
jembatan
Material pembuatan
Batu pecah 1 x
3 60,362 jalan, Pengaspalan
0.5 cm
jalan, pondasi
4 Abu Batu < 0.5 39,693 Pengaspalan,
cm pembuat bahan
batako & gorong-
gorong
BAB V
PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN

5.1. TATA CARA


Penambangan bahan galian Batu direncanakan menggunakan metode
quarry mining dengan sistem tambang terbuka, yaitu sistem penambangan yang
banyak diterapkan pada umumnya pada bahan galian Batu. Penambangan
dilakukan pada tiap-tiap level dengan membuat jenjang pada tiap levelnya. Metode
ini dipilih dengan pertimbangan bahwa kondisi bahan galian yang letaknya didekat
permukaan tanah sehingga sangat efektif jika menggunakan tambang terbuka.
Material Batu yang diproduksi digunakan sebagai pondasi dengan sasaran
produksi 382,559 LCM/tahun. Waktu kerja yang dipakai sebanyak satu shift yang
terdiri dari 8 jam kerja/shift maka target produksi yang akan direncanakan untuk
14 tahun produksi.
Salah satu kegiatan yang penting dalam usaha pertambangan adalah
pengangkutan. Pengangkutan dimaksudkan untuk mengangkut hasil penambangan,
penyediaan peralatan penambangan maupun pengolahan dan tenaga kerja.
Kelancaran target produksi per-tahun tergantung pada pengangkutan Batu dari
ROM menuju ke crushing plant dengan alat angkut dumptruck.
Adapun jenis proses pengangkutan yang akan ditempuh dalam kegiatan
penambangan meliputi pengangkutan batu dari front penambangan (ROM)
crushing plant kemudian dari hasil pengolahan ditempatkan di stockpile.
Sedangkan untuk pembeli yang akan mengambil Batu yang sudah diolah langsung
di stockpile lalu untuk pemuatannya dengan menggunakan wheel loader.
Adapun jenis pengangkutan yang akan ditempuh dalam kegiatan penambangan ini
meliputi :
1. Pengangkutan material dari front penambangan (quarry) ke crushing plant.
Tata cara pengangkutan material yaitu batu yang telah diledakkan
kemudian digali dan dimuat ke dalam bak truk menggunakan alat gali-muat
excavator, setelah bak truk penuh muatan, material diangkut menuju ke unit
pengolahan. Pengangkutan dari pit penambangan (quarry) ke unit
pengolahan (crushing plant) dilakukan dengan cara sebagai berikut :
 Alat angkut yang digunakan adalah truck Mitsubitshi Colt Diesel
136 PS dengan kapasitas angkut 8 ton.
 Jalur pengangkutan batu Batu melalui jalan tambang dan
selanjutnya dibawa ke unit pengolahan dengan lebar jalan angkut
sebesar 7 meter.
 Jarak tempuh pengangkutan batu Batu dari lokasi penambangan ke
lokasi unit pengolahan ini adalah ± 0.81 km.

2. Pengangkutan lapisan tanah penutup (overburden) dari pit penambangan


(quarry) ke disposal.
Sesuai dengan strategi dan metode penambangan yang direncanakan,
pengangkutan dan penimbunan lapisan tanah penutup (overburden) hasil
penggalian di quarry akan dilakukan dengan cara penimbunan di disposal
dan khusus tanah pucuk penimbunan ditimbun dipisahkan dengan
overburden. Hal ini dilakukan karena tanah pucuk yang dikupas merupakan
tanah yang subur sehingga mudah untuk ditanami tanaman (revegetasi)
dalam kegiatan reklamasi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka rencana
pengangkutan lapisan penutup (overburden) dari Quarry adalah sebagai
berikut :
 Alat angkut yang digunakan adalah dump truck truck Mitsubitshi
Colt Diesel 136 PS dengan kapasitas angkut 8 ton.
 Jalur pengangkutan material overburden melalui jalan tambang
yang sama dengan jalan pengangkutan material batuan selebar 7
meter.
 Jarak tempuh pengangkutan tanah penutup (overburden) dari lokasi
penambangan ke disposal ini adalah ± 0.81 km.

Kecepatan alat angkut bermuatan yang direncanakan ± 28 km/jam dan


kecepatan alat angkut kondisi kosong muatan adalah ± 40 km/jam. Pada kegiatan
penambangan terutama dalam proses pemilihan alat ada beberapa geometri yang
perlu diperhatikan dan dipenuhi terhadap jalan angkut supaya tidak menimbulkan
hambatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan operasi kegiatan pengangkutan.
Dalam hal ini berkaitan dengan target produksi yang direncanakan, karena fungsi
jalan angkut adalah untuk menunjang kelancaran kegiatan dalam pengangkutan.
Dalam mendesain suatu jalan angkut, geometri jalan angkut harus diperhatikan
meliputi :
1) Lebar Jalan Angkut
Semakin lebar jalan angkut maka akan semakin aman dan lancar lalu
lintas alat angkut dalam kegiatan pengangkutan. Lebar jalan angkut minimum
yang diperlukan hendaknya disesuaikan dengan lebar daripada alat angkut
terbesar yang akan melintas pada jalan tersebut. Untuk menghitung lebar jalan
angkut pada jalan lurus dan lebar jalan angkut pada belokan.
a) Lebar jalan angkut
Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan
pada Rule of Thumb yang dikemukakan oleh AASHTO Manual Rural
Highway Design adalah sebagai berikut :

L = n . Wt + (n + 1) (0,5 Wt)
Keterangan:
L = Lebar jalan angkut minimum (m)
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar alat angkut total (m)
Sehingga lebar jalan angkut dapat dihitung sebagai berikut :
= 2 x 1,97 + (2+1) (0,5 . 1,97)
= 3,94 + 2,955 meter
= 6,895 ~ 7 meter
Maka lebar jalan angkut minimum dapat direncanakan dengan dua
jalur menjadi 7 m.

1m 2m 1m 2m 1m

70°
36°
Gambar 6.1. Desain Jalan Angkut

5.2. PERALATAN
Penentuan peralatan pengangkutan disesuaikan dengan jenis material
dan sasaran produksi yang direncanakan. Pemilihan jenis peralatan
pengangkutan ditentukan oleh faktor-faktor seperti kondisi lapangan, target
produksi dan jenis material yang akan diangkut.
Peralatan yang digunakan untuk memuat material batu dan lapisan
tanah penutup (overburden) adalah excavator sedangkan alat pengangkutan
yang membawa material dari lokasi pit penambangan (quarry) ke lokasi unit
pengolahan (crushing plant) dan disposal adalah dump truck.
Berikut peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengangkutan dan
penimbunan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6.1. Jumlah Peralataan Yang Digunakan Untuk Memuat dan Mengangkut Batu
maupun Tanah Penutup
Produktivitas Jumlah Status
No Jenis Alat Nama Alat Alat Alat
Alat gusur untuk Bulldozer Caterpillar Milik
1 1.880,87 m3/hari 1 unit
pembersihan lahan D7G Sendiri
Alat gali muat tanah Excavator Komatsu PC Milik
2 796,80 m3/hari 1 unit
penutup 200-8 Sendiri
Alat muat batu pecah Excavator Komatsu PC Milik
3 796,80 m3/hari 2 unit
hasil pembongkaran 200-8 Sendiri
Alat angkut tanah Dump Truck Mitsubishi Milik
4 418,79 m3/hari 1 unit
penutup ke disposal Colt Diesel 136 PS Sendiri
5 Alat angkut batu Batu Dump Truck Mitsubishi 299,85 m3/hari 6 unit Milik
dari front penambangan Colt Diesel 136 PS Sendiri
ke crushing plant
Milik
6 Alat Pembongkaran Batu 2 unit
Rock Breaker Komatsu JTHB 210 Sendiri
Alat memuat batupecah
Wheel Loader Liu Gong Milik
7 dari stockpile ke truck 2.048,91 m3/hari 2 unit
ZL50CN Sendiri
buyer

Untuk perhitungan produktivitas alat masing-masing dapat dilihat pada Bab 4


tentang Rencana Penambangan.
BAB VI
LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

6.1. LINGKUNGAN
Kegiatan penambangan Batu, termasuk transportasi dan penggunaan atau
pemanfaatannya, dapat memberikan suatu nilai keuntungan namun dapat pula
memberikan suatu dampak yang berarti bagi lingkungan hidup. Berdasarkan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 05 Tahun
2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
analisis mengenai dampak lingkungan hidup, kegiatan penambangan umum
dengan luas perizinan (KP) atau Izin Usaha Pertambangan (IUP) < 200 ha tidak
wajib dilengkapi dokumen AMDAL. Dokumen tersebut merupakan pembahasan
dan telaahan yang mendalam dari berbagai aspek, baik fisik-kimia, biologi maupun
sosial dengan tujuan agar perusahaan “melakukan kegiatan dengan berwawasan
lingkungan”.
Dalam dokumen ini diuraikan secara ringkas dampak penting yang akan
terjadi akibat kegiatan penambangan Batu dan mineral pengikutnya, serta rencana
pengelolaan yang akan dilakukan.

6.1.1. Dampak Kegiatan

1. Dampak Terhadap Perubahan Bentang Alam


Dampak lingkungan yang sangat nampak di dalam kegiatan penambangan
adalah terjadinya perubahan bentang alam dan menurunnya morfologi tanah yang
disebabkan oleh kegiatan penambangan terutama adanya kegiatan peledakan, baik
yang berada di atas permukaan tanah maupun di bawah permukaan tanah. Pada
kegiatan penambangan, lapisan tanah penutup Batu digali dari tempat dan kondisi
asal, kemudian dipindahkan ke tempat lain (lokasi penimbunan tanah penutup dan
lokasi penimbunan Batu). Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya daerah bekas
penambangan yang kondisinya berbeda dengan aslinya, dimana lokasi tersebut
akan menjadi terbuka dan membentuk lubang-lubang bekas tambang.
Dengan demikian upaya penanggulangan dampak terhadap kegiatan
peledakan dan penambangan ini adalah melakukan reklamasi terhadap daerah-
daerah yang di tambang. Pelaksanaan reklamasi ini haruslah dipandang sebagai
kegiatan yang terintegrasi dalam perencanaan dan operasi penambangan Batu, baik
dari segi lingkungan, teknis maupun dari segi ekonomis.

2. Dampak Terhadap Kualitas Udara dan Kebisingan


Penambangan Batu diperkirakan akan meningkatkan kadar debu udara serta meningkatkan
kebisingan. Kegiatan pemuatan dan pengangkutan batu juga menyebabkan hamburan
debu di udara. Penurunan kualitas udara akan berdampak lebih lanjut terhadap gangguan
kesehatan pekerja yang ada di sekitar lokasi penambangan. Upaya penanggulangan
dampak terhadap emisi debu adalah dengan melakukan cara-cara sebagai berikut :

a. Melakukan penyiraman di lokasi penambangan dan jalan angkut


dekat pemukiman.
b. Karyawan yang bekerja di lokasi penambangan diwajibkan
menggunakan masker penutup hidung, ear plug dan helm pengaman.
c. Melakukan penanamam pohon di sekitar jalan angkut.
d. Melakukan pemerikasaan kesehatan karyawan yang bekerja
dekat sumber dampak.

3. Dampak Terhadap Erosi


Dampak lain yang juga diperkirakan akan terjadi akibat kegiatan
penambangan Batu adalah terjadinya erosi pada lahan-lahan yang terbuka, seperti
daerah-daerah penambangan dan daerah-daerah tempat penimbunan tanah. Erosi
adalah proses abrasi, benturan dan pengangkatan puing-puing batuan atau tanah
ke tempat yang lebih rendah oleh media air atau angin. Di Indonesia, umumnya
media yang lebih berperan dalam terjadinya erosi adalah air. Pada lahan yang
terbuka, aktifitas air mulai dari tetes hujan sampai terjadinya aliran permukaan
tanah, akan melakukan pengikisan yang mengakibatkan material-material
terkelupas dan terangkat melalui alur-alur, kemudian mengalir ke sungai yang
pada akhirnya akan terendapkan pada tempat yang alirannya sudah tidak lagi
mampu mengangkat material tersebut.
Erosi yang tidak terkendali dapat mengakibatkan hilangnya lapisan-
lapisan tanah subur di sekitar daerah hulu sungai, sedangkan di daerah hilir sungai
sering menimbulkan banjir. Banjir ini banyak membawa lumpur yang akan
mengakibatkan warna air sungai menjadi keruh kecoklat-coklatan, karena kadar
lumpur yang tinggi. Mekanisme erosi yang umumnya terjadi di daerah
penambangan diawali dengan proses erosi permukaan (sheet erotion), dilanjutkan
dengan erosi alur (riil erotion), dan diteruskan dengan erosi lembah (gully erotion).
Erosi permukaan pada umumnya terjadi pada lahan yang terbuka di
sekitar lokasi penambangan, dimana sifat materialnya mudah terkikis bila terkena
air hujan. Akumulasi erosi permukaan pada beberapa lokasi penambangan akan
terbawa oleh air ke tempat yang lebih rendah dan akan bersatu membetuk alur-alur
erosi yang lebih besar. Dari alur-alur tersebut kemudian terkumpul dalam suatu
jumlah volume yang lebih besar dan menuju ke arah permukaan yang lebih rendah,
seperti lembah-lembah, yang pada akhirnya aliran erosi akan menuju sungai dan
mengalir bersama-sama dengan aliran sungai.
Dengan demikian daerah aliran dekat lokasi tambang yang akan dibuka,
memiliki potensi menjadi daerah endapan lumpur hasil erosi. Diperkirakan selama
periode tertentu akan terjadi pendangkalan pada aliran sungai tersebut. Upaya
penanggulangan dampak terhadap erosi adalah dengan melakukan cara-cara
sebagai berikut :
a) Membuat saluran pada lereng (ditch, trench) dan bak
penampung
Pada lereng-lereng yang masih aktif digunakan pada saat operasi
penambangan, dibangun “ditch” (saluran horizontal) dan “trench” (saluran
vertikal) dengan tujuan untuk menampung air permukaan yang masuk ke lereng
tambang yang dalam kondisi terbuka dan rentan terhadap erosi permukaan. Saluran
ini berfungsi untuk mengarahkan aliran air permukaan menuju lubang tambang.
Pada pertemuan antara “ditch” dan “trench” juga dibangun suatu bak penenang,
dengan maksud untuk mengurangi tekanan air limpasan pada saat mengalir ke
bawah.

b) Pengatapan dengan alang-alang


Untuk melindungi lereng-lereng tambang yang akan ditinggalkan dari
erosi permukaan, maka digunakan alang-alang sebagai penutup permukaan.
Dengan demikian lereng-lereng tambang tersebut tidak langsung terkikis air hujan
pada saat turunnya hujan.

4. Dampak Terhadap Pencemaran Air


Terjadinya erosi diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap
penurunan kualitas air, seperti peningkatan kekeruhan air sungai yang digunakan
masyarakat. Dampak tersebut dapat menimbulkan dampak turunan berupa
gangguan kehidupan biota-biota air. Upaya penanggulangan dampak terhadap
pencemaran air adalah dengan melakukan cara-cara sebagai berikut :
a) Membuat kolam pengendapan (settling pond)
Penanggulangan pencemaran air di tambang dilakukan dengan membuat
kolam pengendapan (settling pond) pada titik terendah lantai kerja tambang (mine
floor). Kolam ini berfungsi sebagai tempat penampungan akhir dari seluruh muara
aliran air yang masuk ke pit, sebelum dialirkan keluar dengan menggunakan
pemompaan. Selain untuk menampung air, kolam juga dapat difungsikan untuk
mengendapkan partikel-partikel yang terangkut oleh aliran air, sehingga setelah
melalui proses pengendapan dapat dilakukan pemisahan antara air yang relatif
lebih bersih dengan partikel pengotor. Setelah melalui penanganan dengan kolam
pengendapan, air yang akan dipompa dari kolam pengendapan untuk dibuang ke
sungai terdekat, sudah dalam keadaan bersih dan terpisah dari partikel-partikel
pengotor.

b) Membuat kolam pengontrol (monitoring pond)


Kolam pengontrol akan dibuat pada lokasi diantara pit tambang dengan
titik buangan air di sungai. Kolam ini berfungsi untuk memantau kualitas air yang
akan dibuang ke sungai. Air yang dipompa dari kolam pengendapan sebelum
dibuang ke sungai dialirkan terlebih dahulu ke kolam pengontrol ini. Dengan
mefungsikan kolam pengontrol sebagai habitat dari kehidupan ikan, jika diketahui
ada gangguan terhadap ikan tersebut, dengan mudah dapat diketahui kemungkinan
terjadinya pencemaran pada air tersebut.
Gambar 7.1. Desain Settling Pond

5. Dampak Terhadap Biologi Air dan Biologi Darat


Dampak terhadap pencemaran air akan berdampak turunan kepada
kualitas biologi air. Upaya penanggulangan dampak terhadap pencemaran biologi
air adalah dengan melakukan pengelolaan yang sama dengan pengelolaan
pencemaran air. Dampak terhadap biologi darat disebabkan karena adanya
pembukaan lahan untuk penambangan, dimana terjadi migrasi dari biota-biota
darat. Upaya penanggulangan dampak terhadap biota darat tersebut dapat
dilakukan dengan cara :
a) Melakukan tahapan-tahapan pada saat pembukaan lahan, dalam arti kata
lahan yang akan dibuka tidak sekaligus, melainkan secara bertahap dan benar-
benar dipilih pada lokasi yang benar-benar diangap perlu untuk dibuka.
b) Melakukan reklamasi daerah bekas bukaan tambang termasuk melakukan
penghijauan kembali (reklamasi). Pada saat melakukan reklamasi daerah bekas
penambangan, akan dilakukan pengkajian yang disesuaikan dengan perencanaan
makro dan rencana tata ruang wilayah kabupaten X. Untuk itu direncanakan akan
dilakukan langkah koordinasi antara perusahaan dengan pihak-pihak terkait seperti
Bappeda dan Bapedalda Kabupaten X.

6. Dampak Terhadap Sosial Ekonomi Budaya dan Kesehatan


Masyarakat
Kegiatan penambangan Batu, pada saat tahap persiapan operasi maupun
pasca operasi akan menimbulkan dampak terhadap sosial ekonomi budaya dan
kesehatan masyarakat, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak-
dampak tersebut antara lain :
 Kependudukan
- Jumlah dan kepadatan penduduk
- Struktur penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin
- Laju pertumbuhan penduduk

 Perekonomian
- Pola pemanfaatan sumberdaya alam
- Kesempatan kerja dan berusaha
- Mata pencaharian penduduk
- Tingkat pendapatan
- Sarana dan prasarana perekonomian

 Sosial Budaya
- Suku dan adat istiadat/pola kebiasaan
- Pranata sosial/lembaga kemasyarakatan
- Agama/kepercayaan
- Pendidikan masyarakat
- Proses sosial di kalangan masyarakat
- Kelompok dan organisasi sosial
- Sikap dan persepsi masyarakat terhadap lingkungan hidup
- Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana penambangan Batu
Gunung Quarry Besar, seng dan mineral pengikutnya.

 Kesehatan Masyarakat
- Insidensi dan prevalensi penyakit yang terkait dengan rencana
kegiatan
- Sanitasi lingkungan
- Jenis dan jumlah fasilitas kesehatan
- Pelayanan tenaga dokter dan paramedik

Upaya penanggulangan terhadap dampak-dampak tersebut adalah


melakukan upaya-upaya pengembangan dampak positif dan penurunan dampak
negatif pada setiap komponen lingkungan pada masing-masing komponen
kegiatan.
KOMPONEN KOMPONEN DAMPAK DAMPAK
KEGIATAN LINGKUNGAN PRIMER SEKUNDER

Keresahan
Persepsi Masyarakat Persepsi Masyarakat Masyarakat
Pembebasan
lahan
Tataguna Lahan Perubahan Fungsi & Pengembangan
Penguasaan Lahan Wilayah

kependudukan

Penerimaan Mata Pencaharian Migrasi


Tenaga Kerja &pendapatan Persepsi
Masyarakat
Pendapatan Penduduk
Peluang Kerja

Mobilisasi
Peralatan Morfologi Pola Aliran Debit Air

Pembangunan Kualitas Udara Debu & Kebisingan Gangguan


Sarana & Prasarana Kesehatan Masyarakat

Tanah Erosi
Biota Air

Hidrologi Kualitas Air


Kesuburan Tanah

Iklim Mikro Suhu & Kelembaban


Pembersihan Gangguan Kenyamanan
Lahan
Flora Penutup Jumlah & Jenis
Keanekaan Flora Satwa Liar

Gambar 7.2. Diagram Alir Identifikasi Sumber Dampak Pada Tahap Persiapan
KOMPONEN KOMPONEN DAMPAK DAMPAK
KEGIATAN LINGKUNGAN PRIMER SEKUNDER

Pengupasan Tanah
Pucak & Penutup Morfologi Pola Aliran Debit Air

Pemindahan Tanah
Penutup Tanah Erosi Kesuburan Tanah

Kesuburan Tanah Kualitas Air


Penambangan Batu
Gunung Quarry Besar Kualitas Udara

Debu & Kebisingan Gangguan Kesehatan


Masyarakat
Pengangkutan
Batu Gunung Quarry Besar
Hidrologi Kualitas Air Keresahan Masyarakat

Pengisian Kembali
Lubang Bekas
Tambang Persepsi Masyarakat

Mata pencaharian Peningkatan


& Pendapatan Pendapatan
Pengolahan
Batu Gunung Quarry Besar Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat

Penimbunan Kesehatan Gangguan Kesehatan


Batu Gunung Quarry Besar Masyarakat Masyarakat

Biota Perairan

Gambar 7.3. Diagram Alir Identifikasi Sumber Dampak Pada Tahap Operasi Produksi
KOMPONEN KOMPONEN DAMPAK DAMPAK
KEGIATAN LINGKUNGAN PRIMER SEKUNDER

Morfologi Pola Aliran Kualitas dan Debit air

Reklamasi
Lahan Setelah Operasi Tanah Erosi

Satwa Liar

Jumlah dan Jenis


Flora Penutup Keanekaragaman Biota

Iklim Mikro Persepsi Masyarakat

Penanganan Tenaga Mata Pencaharian dan


Kerja Setelah Operasi Peluang Kerja Pendapatan

Gambar 7.4. Diagram Alir Identifikasi Sumber Dampak Pada Tahap Pasca Operasi
i. Pengelolaan Lingkungan
Pada saat selesai melakukan kegiatan penambangan (pascatambang) pada
suatu daerah tertentu, maka akan dilakukan pengelolaan terhadap daerah bekas
penambangan. Pengelolaan daerah bekas penambangan di wilayah tambang akan
dilakukan dengan cara reklamasi termasuk melakukan kegiatan penghijauan. Pada
saat melakukan reklamasi daerah bekas penambangan, akan dilakukan pengkajian
yang disesuaikan dengan perencanaan makro dan rencana tata ruang wilayah
Kabupaten X. Untuk itu direncanakan akan dilakukan langkah koordinasi antara
dengan pihak-pihak terkait seperti Bappeda dan Bapedalda Kabupaten X serta
instansi teknis dari Dinas ESDM Provinsi Kalimantan Barat.
Salah satu alternatif kegiatan reklamasi akan diupayakan untuk
mengembalikan fungsi pemanfaatan lahan tanah pada daerah-daerah bekas
penambangan, dengan tingkat produktifitas yang diupayakan akan sama dengan
keadaan semula. Dengan mempertimbangkan bahwa sebagian besar lahan bekas
tambang adalah berupa hutan, maka rencana reklamasi yang akan dilakukan adalah
penanaman kembali (revegetasi). Program tersebut adalah program jangka
panjang, sebab membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk program tersebut.
Di samping program revegetasi, maka akan diupayakan program yang lebih cepat,
yaitu dengan cara memilih tanaman yang lebih cepat pertumbuhannya, seperti
lamtoro gung, akasia, pinus, maupun jenis tanaman lokal yang sesuai. Pemilihan
jenis tanaman juga akan diimbangi dengan cara perawatan tanaman tersebut,
sehingga program penghijauan dapat terlaksana dengan baik. Alternatif lain dari
kegiatan reklamasi lahan adalah melakukan penataan lahan terhadap kestabilan
lereng pada daerah-daerah terbuka (bukaan tambang) yang sangat rawan terhadap
erosi atau longsor.

ii. Pemantauan Lingkungan


Setelah dilaksanakan kegiatan reklamasi seluruh area aktifitas
penambangan selesai maka selanjutnya ada kegiatan pemantauan selama waktu
tertentu. Pemantauan area penambangan batu ini akan berlangsung selama 1 tahun
setelah aktifitas penambangan berakhir. Kegiatan pemantauan diperlukan untuk
memastikan bahwa semua aspek dari pekerjaan pengakhiran tambang dapat
berjalan dengan baik menuju ke arah kriteria yang telah disepakati bersama.
Kegiatan pemantauan akan dilakukan mulai dari masa pengakhiran tambang
sampai kriteria tersebut telah tercapai.

1. Kestabilan Fisik
Pemantauan terhadap pergerakan tanah atau kestabilan lereng dilakukan
pada lereng timbunan, lereng bukaan tambang atau daerah kritis di sekitar lokasi
kegiatan penambangan. Pengamatan terhadap adanya bahaya erosi dapat dilakukan
observasi secara langsung dengan mengumpulkan data parameter penyebab erosi.
Kegiatan pengamatan ini dilakukan secara periodik dan berkelanjutan.

2. Timbunan Material Tanah Penutup


Pemantauan pada lokasi timbunan material tanah penutup dilakukan guna
menghindari terjadinya erosi atau longsoran tanah yang setiap saat dapat terjadi
walaupun telah dilakukan pengelolaan, dimana erosi atau longsoran tanah tersebut
dapat menimbulkan dampak lanjutan sehingga akan mengganggu area sekitarnya.

3. Kualitas Air Permukaan dan Udara


Pemantauan terhadap kualitas air permukaan dan udara akan dilakukan
secara periodik dan berkelanjutan dari sebelum dilakukannya kegiatan
penambangan hingga ke tahap pascatambang. Parameter yang dianalisa adalah
merupakan parameter fisika dan kimia sesuai dengan Kadar Maksimum yang telah
diatur dalam PERMENKES RI nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 dan Kelas Mutu
Air berdasarkan lampiran Peraturan Pemerintah RI nomor 82 tahun 2001 serta
Baku Mutu Embien (kualitas udara) berdasarkan Peraturan Pemerintah RI nomor
41 tahun 1999. Kegiatan pemantauan ini dilakukan dengan cara pengambilan
sampel dilapangan dan kemudian dilakukan pengujian di laboratorium yang
terakreditasi.

4. Biologi Akuatik dan Teresterial


Upaya pemantauan terhadap komponen biologi akuatik dan teresterial
adalah dengan melakukan inventarisasi jenis dan keragaman flora dan fauna
dilokasi kegiatan penambangan. Dengan memantau kondisi pertumbuhan tanaman
dan hadirnya satwa liar diareal yang telah direklamasi menunjukan salah satu
indikasi bahwa kegiatan pengelolaan lingkungan berjalan dengan baik. Selanjutnya
kegiatan pemantauan ini disajikan dalam suatu laporan yang memuat data-data
dalam bentuk tabulasi silang dan prosentase, dilengkapi dengan uraian deskriptif.

5. Sosial Budaya dan Ekonomi


Dengan berakhirnya kegiatan penambangan tentunya memiliki dampak
yang signifikan terhadap keadaan sosial budaya dan ekonomi masyarakat disekitar
lokasi penambangan, upaya pemantauan yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan wawancara langsung menggunakan kuisioner terhadap masyarakat
yang berada dilokasi penambangan kemudian data tersebut dianalisis secara
deskriptif kuantitaf.

iii. Hasil Analisa Laboratorium


Adapun hasil analisa laboratorium tentang lingkungan sebagai berikut :

Tabel 7.1. Hasil Pengukuran Kualitas Air di Lokasi Rencana Pertambangan


Batu Gunung Quarry Besar ( Titik A1 )
KELAS MUTU AIR **)
 
KADAR
 
NO PARAMETER SATUAN HASIL METODE
 
MAKS
I II III IV
*)
Residu
1 mg/L - 50 50 400 400 22 Spectrofotometri
Tersuspensi (TSS)
Residu Terlarut
2 mg/L 1500 1000 1000 1000 2000 42 TDS Meter
(TDS)
deviasi deviasi deviasi
3 Temperatur ⁰C ±3 deviasi 3 25 Ion selektif
3 3 5
Skala
4 Turbidity 25 25 25 25 25 35 Turbiditimeter
NTU
5 Warna Pt.Co 15 50 50 50 50 126 Spectrofotometri

6 Arsen (As) mg/L 0,05 0,05 1 1 1 0,001 Spectrofotometri

7 Amoniak (NH) mg/L - 0,5 - - - 0,28 Spectrofotometri


8 Besi (Fe) mg/L 1,0 0,3 - - - 1,42 SM Ed.21 Th 2005

9 Cadmium (Cd) mg/L 0,005 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 Spectrofotometri

10 COD mg/L - 10 25 50 100 12,05 Spectrofotometri

11 BOD mg/L - 2 3 6 12 3,01 BOD meter

12 DO mg/L - 6 4 3 0 5,52 DO meter

13 Fluorida (F) mg/L 1,5 0,5 1,5 1,5 - 0,015 Spectrofotometri

14 Klorida (Cl) mg/L 600 600 - - - 16,5 Spectrofotometri


Klorin bebas,
15 mg/L - 0,03 0,03 0,03 - 0,00 Spectrofotometri
(sebagai Cl₂)
Kromium Valensi
16 mg/L 0,05 0,05 0,05 0,05 1 0,001 Spectrofotometri
6 (Cr⁶)
17 Kalsium (Ca) mg/L 200 200 200 200 200 28 Spectrofotometri
Kesadahan
18 mg/L 500 500 500 500 500 38 Spectrofotometri
(CaCO₃)
19 Merkuri (Hg) mg/L 0,001 0,001 0,002 0,002 0,005 ≤ 0,0001 AAS

20 Mangan (Mn) mg/L 0,5 0,1 - - - 0,005 Spectrofotometri

21 Nitrat (NO₃) mg/L 10 10 10 20 20 4,52 Spectrofotometri

22 Nitrit (NO₂) mg/L 1,0 0,06 0,06 0,06 - 0,05 Spectrofotometri

23 pH mg/L 6,5-9,0 6,0-9,0 6,0-9,0 6,0-9,0 5,0-9,0 6,05 pH Meter

24 Selenium (Se) mg/L 0,01 0,01 0,05 0,05 0,05 0,001 Spectrofotometri

25 Seng (Zn) mg/L 15 0,05 0,05 0,05 2 0,015 Spectrofotometri

26 Sianida (CN) mg/L 0,1 0,02 0,02 0,02 - 0,00 Spectrofotometri

27 Sulfat (SO₄) mg/L 400 400 - - - 11,09 SM Ed.21 Th 2005

28 Sulfida (H₂S) mg/L - 0,002 0,002 0,002 - 0,01 Spectrofotometri

29 Timbal (Pb) mg/L 0,05 0,03 0,03 0,03 1 ≤ 0,001 AAS

30 Tembaga (Cu) mg/L 1,0 0,02 0,02 0,02 0,2 0,010 Spectrofotometri
Total Fosphat,
31 mg/L - 0,2 0,2 1 5 0,18 Spectrofotometri
(PO₄)
32 Fenol mg/L 0,002 0,001 0,001 0,001 (-) 0,017 Spectrofotometri

33 Minyak& Lemak mg/L - 1 1 1 (-) 0,014 Gravimetri

34 Deterjen (MBAS) mg/L - 0,2 0,2 0,2 (-) 0,022 Spectrofotometri

Tabel 7.2. Hasil Pengukuran Kualitas Air di Lokasi Rencana Pertambangan Batu
Gunung Quarry Besar ( Titik A2)
KELAS MUTU AIR **)

KADAR
NO PARAMETER SATUAN HASIL METODE
MAKS
I II III IV
*)
Residu
1 mg/L - 50 50 400 400 25 Spectrofotometri
Tersuspensi (TSS)
Residu Terlarut
2 mg/L 1500 1000 1000 1000 2000 36 TDS Meter
(TDS)
deviasi deviasi deviasi
3 Temperatur ⁰C deviasi 3 26,5 Ion selektif
3 3 5
Skala
4 Turbidity 25 25 25 25 25 45 Turbiditimeter
NTU
5 Warna Pt.Co 15 50 50 50 50 108 Spectrofotometri

6 Arsen (As) mg/L 0,05 0,05 1 1 1 0,001 Spectrofotometri

7 Amoniak (NH) mg/L - 0,5 - - - 0,50 Spectrofotometri

8 Besi (Fe) mg/L 1,0 0,3 - - - 1,80 SM Ed.21 Th 2005

9 Cadmium (Cd) mg/L 0,005 0,01 0,01 0,01 0,01 0,001 Spectrofotometri

10 COD mg/L - 10 25 50 100 1,50 Spectrofotometri

11 BOD mg/L - 2 3 6 12 4,26 BOD meter

12 DO mg/L - 6 4 3 0 5,43 DO meter

13 Fluorida (F) mg/L 1,5 0,5 1,5 1,5 - 0,011 Spectrofotometri

14 Klorida (Cl) mg/L 600 600 - - - 9,67 Spectrofotometri


Klorin bebas,
15 mg/L - 0,03 0,03 0,03 - 0,001 Spectrofotometri
(sebagai Cl₂)
Kromium Valensi
16 mg/L 0,05 0,05 0,05 0,05 1 0,001 Spectrofotometri
6 (Cr⁶)
17 Kalsium (Ca) mg/L 200 200 200 200 200 26 Spectrofotometri
Kesadahan
18 mg/L 500 500 500 500 500 40 Spectrofotometri
(CaCO₃)
19 Merkuri (Hg) mg/L 0,001 0,001 0,002 0,002 0,005 ≤ 0,0002 AAS

20 Mangan (Mn) mg/L 0,5 0,1 - - - 0,02 Spectrofotometri

21 Nitrat (NO₃) mg/L 10 10 10 20 20 8,18 Spectrofotometri

22 Nitrit (NO₂) mg/L 1,0 0,06 0,06 0,06 - 0,08 Spectrofotometri

23 pH mg/L 6,5-9,0 6,0-9,0 6,0-9,0 6,0-9,0 5,0-9,0 6,21 pH Meter

24 Selenium (Se) mg/L 0,01 0,01 0,05 0,05 0,05 0,001 Spectrofotometri

25 Seng (Zn) mg/L 15 0,05 0,05 0,05 2 0,002 Spectrofotometri

26 Sianida (CN) mg/L 0,1 0,02 0,02 0,02 - 0,00 Spectrofotometri

27 Sulfat (SO₄) mg/L 400 400 - - - 9,60 SM Ed.21 Th 2005

28 Sulfida (H₂S) mg/L - 0,002 0,002 0,002 - 0,002 Spectrofotometri

29 Timbal (Pb) mg/L 0,05 0,03 0,03 0,03 1 ≤ 0,001 AAS

30 Tembaga (Cu) mg/L 1,0 0,02 0,02 0,02 0,2 0,07 Spectrofotometri
Total Fosphat,
31 mg/L - 0,2 0,2 1 5 0,15 Spectrofotometri
(PO₄)
32 Fenol mg/L 0,002 0,001 0,001 0,001 (-) 0,010 Spectrofotometri

33 Minyak& Lemak mg/L - 1 1 1 (-) 0,015 Gravimetri

34 Deterjen (MBAS) mg/L - 0,2 0,2 0,2 (-) 0,036 Spectrofotometri

Berdasarkan hasil analisis laboratorium tersebut dapat diketahui bahwa


kualitas air permukaan di lokasi pertambangan Batu masih dalam kondisi baik,
karena sebagian besar parameter di bawah Baku Mutu berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.

Tabel 7.3. Hasil Pengukuran Kualitas Udara di Lokasi Rencana Pertambangan Batu
Gunung Quarry Besar

Hasil
No Parameter Satuan Baku Mutu Metode
Pemeriksaan
A FISIKA    

1 Kebisingan dB (A) 52,2 **) Sound Level Meter

2 Suhu ⁰C 31,6 - Multigas analyser

3 Kelembaban % 67,8 - Quest Temp

4 Kecepatan Angin m/s 1,12 - Anemometer

B KIMIA      

1 Sulfure Dioksida (SO₂) µg/Nm³ 3,5 365 *) Multigas analyser

2 Karbon Monoksida (SO) µg/Nm³ 5,8 10.000 *) Multigas analyser

3 Nitrogen Oksid (Nox) µg/Nm³ 0,6 150 *) Multigas analyser

4 Hidrogen Sulfide (H₂S) ppm 0,03 0,02 ***) Multigas analyser

5 Amonia (NH₃) µg/Nm³ 0,18 0,5 ****) Gastec

6 Partikel Debu (SPM) µg/Nm³ 12 230 *) Laser Dust Monitor

Berdasarkan hasil analisis laboratorium tersebut dapat diketahui bahwa


kualitas udara dilokasi Pertambangan Batu masih dalam kondisi baik, karena
semua parameter yang diuji nilainya berada di bawah Baku Mutu Udara Ambien
Nasional berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

6.2. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K-3)


Untuk dapat menghasilkan produktivitas kerja yang baik dari para pekerja
dan untuk tetap menjaga kesehatan para pekerja, maka perlu penciptaan
lingkungan kerja yang baik, aman, dan sehat. Masalah yang sering dijumpai
berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja adalah :

a. Seringnya terjadi polusi debu yang menimbulkan gangguan


kesehatan
b. Seringnya timbul suara keras yang melebihi nilai ambang batas.
c. Seringnya terjadi kecelakaan yang mengakibatkan luka-luka
bahkan cacat atau meninggal dunia.
d. Seringnya terjadi pencemaran air yang mengakibatkan
timbulnya penyakit gatal-gatal.
Masalah-masalah tersebut sering terjadi akibat timbulnya kelalaian-
kelalaian dalam memperhatikan standard pencemaran dan standard K-3 yang
ditetapkan untuk kegiatan industri khususnya pertambangan. Di dalam pelaksanaan
kerja sehari-hari, apabila dijumpai parameter-parameter yang telah melebihi nilai
standard, maka diindikasikan bahwa lingkungan kerja telah mengalami
pencemaran. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka pencemaran yang akan
terjadi semakin berat dan pada akhirnya akan membahayakan keselamatan dan
kesehatan kerja, baik terhadap karyawan maupun penduduk di sekitar lokasi
kegiatan. Oleh sebab itu pihak perusahaan akan memberikan perhatian yang serius
terhadap aspek-aspek tersebut, agar keselamatan dan kesehatan kerja dapat
terjamin.

Keselamatan dan kesehatan kerja khususnnya bagi para karyawan adalah


suatu hal yang penting guna meningkatkan produktivitas kerja. Hal tersebut
didasari atas berbagai pertimbangan, yaitu :

a. Dengan tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi, maka


tingkat kecelakaan kerja dapat dikurangi bahkan ditekan seminim
mungkin. Hal ini juga berpengaruh terhadap pembiayaan yang lebih kecil
bagi peruntukan biaya kecelakaan kerja.
b. Tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi, umumnya
sejalan dengan program penggunaan dan pemeliharaan peralatan yang
baik dan benar, yang pada akhirnya akan menghasilkan produktifitas
kerja yang tinggi dan effisiensi peralatan yang baik.
c. Tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi umumnya
akan menciptakan kondisi-kondisi yang mendukung kenyamanan dan
kegairahan kerja.
d. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat
dipisahkan dari keterampilan, dimana kedua-duanya merupakan unsur-
unsur penting bagi kelangsungan proses produksi
e. Program keselamatan dan kesehatan kerja yang dibuat oleh
perusahaan dan dijalankan dengan baik dan benar oleh seluruh para
pekerja, akan membantu terciptanya hubungan baik antara perusahaan
dan para pekerja, dimana hal ini merupakan landasan yang kuat bagi
terciptanya produktifitas kerja yang tinggi.

6.2.1. Organisasi Penanganan K-3

Untuk menangani program K-3, maka perusahaan akan merencanakan


membentuk suatu Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Komite K-3) yang
beranggotakan wakil-wakil dari setiap unit kerja yang ada di dalam perusahaan.
Komite K-3 ini akan bekerja sama dengan Kepala Bagian Pemantau Pengelolaan
Lingkungan Tambang dan Kepala Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tambang yang ada di dalam Divisi Pertambangan yang bertindak sebagai
fasilitator dalam penanganan K-3 di perusahaan. Tugas pokok dari Komite K-3 ini
adalah :
a) Menjamin bahwa kebiasaan keselamatan dan kesehatan kerja
harus selalu dipatuhi oleh seluruh para pekerja.
b) Melakukan pengkajian secara menyeluruh pada setiap kejadian
kecelakaan kerja dan membuat saran-saran perbaikannya.
c) Membina kesadaran bekerja yang aman dan selamat di kalangan para
pekerja.
d) Menjadi panutan dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja
bagi para pekerja.

6.2.2. Peralatan, Perlengkapan dan Manual Penanganan K-3

Untuk dapat melakukan penanganan K-3 dengan baik dan benar, maka
direncanakan pada unit-unit kerja yang ada, akan dilengkapi dengan peralatan dan
perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja, serta manual keselamatan dan
kesehatan kerja. Peralatan dan perlengkapan K-3 ini meliputi peralatan pemadam
kebakaran, perlengkapan P3K, perlengkapan pakaian kerja, helm, sepatu lapangan,
baju kerja standard, rompi. Beberapa peralatan dan perlengkapan keselamatan dan
kesehatan kerja yang harus dipenuhi untuk lokasi kerja, seperti terlihat pada Tabel
7.4.
Disamping peralatan dan perlengkapan kerja, juga merencanakan akan
menyusun buku manual K-3, yaitu buku pedoman tentang standard penanganan K-
3 pada perusahaan.

Tabel 7.4. Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

No. Lokasi Peralatan Keselamatan & Jumlah


Kesehatan Kerja
1 Tambang  Helm pengaman  49 unit
 Sepatu pengaman  49 unit
 Kacamata  49 unit
 Sarung tangan  49 unit
 Masker debu  49 unit
 Alat pemadam api dan  1 unit
perlengkapan P3K di masing-
masing kendaraan, baik alat
tambang maupun kendaraan
sarana
2 Pengolahan  Helm pengaman  49 unit
 Sepatu pengaman  49 unit
 Kacamata  49 unit
 Sarung tangan  49 unit
 Masker debu  49 unit
 Alat pemadam api dan  1 unit
perlengkapan P3K
3 Bengkel  Helm pengaman  49 unit
 Sepatu pengaman  49 unit
 Kacamata pengaman  49 unit
 Alat pemadam api dan  1 unit
perlengkapan P3K

4 Gudang suku  Helm pengaman  49 unit


cadang  Sepatu pengaman  49 unit
 Kacamata pengaman  49 unit
 Alat pemadam api dan  1 unit
perlengkapan P3K

6.2.3. Langkah-langkah Penanganan K-3

Beberapa langkah-langkah yang akan ditempuh perusahaan dalam rangka


penanganan K-3 adalah :

Tabel 7.5. Langkah – langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan

No Kegiatan Uraian
1 Patroli keamanan a. Implementasi peninjauan/pengecekan untuk
mengantisipasi kekurangan dan kondisi yang
tidak aman

b. Melakukan tindakan pencegahan dengan


pemberhentian dan peringatan atau menyarankan
jika terdapat hal-hal yang bertentangan dengan
peraturan K-3

c. Melaporkan secara lisan/tertulis ke


supervisor dari pelanggar peraturan

d. Batas kecepatan truk bermuatan ≤ 40


km/jam dan kendaraan personil ≤ 60 km/jam

2 Inspeksi keamanan a. Cek kondisi dari alat pemadam api, buat


inventaris

b. Cek kondisi dari fasilitas transportasi

c. Cek kondisi dari fasilitas bengkel

d. Cek kondisi dan penataan dari gedung

e. Cek kondisi dan penataan deri camp utama


dan lokasi kerja

3 Diskusi masalah a. Diskusi masalah keselamatan pada saat jam


keselamatan kerja

b. Diskusi pagi dengan karyawan, membantu


dan memonitor realisasi dari diskusi pagi

4 Kampanye a. Implementasi pengutamaan keselamatan


keselamatan kerja pada setiap tingkat pekerjaan yang
dilakukan dengan sistem pendekatan pribadi,
pemberian pelajaran dan slogan yang diedarkan

b. Evaluasi kontes keselamatan

5 Pelindung keamanan a. Inventarisasi alat pencegajan sendiri

b. Melengkapi kekurangan

c. Memonitor pemakaian

d. Cek dan lengkapi pelindungan keselamatan


pada alat-alat

e. Cek dan lengkapi rambu-rambu

6 Pemilihan operator Cek jenis peralatan


7 Laporan keselamatan a. Laporan kecelakaan
kerja
b. Laporan bulanan

c. Laporan pelatihan
BAB VII
ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

7.1. BAGAN ORGANISASI


Tahap operasi penambangan batuan dalam kegiatan kegiatan tambang
batu mempunyai tujuan menghasilkan batu dengan sasaran produksi optimal
yang telah disinggung pada pembahasan sebelumnya, dapat ditinjau sebagai
kegiatan yang dikategorikan sebagai sistem produksi. Sistem ini memiliki
salah satu karakteristik dibatasi oleh sumberdaya, ruang, waktu dan finansial.
Selain itu di dalam sistem ini dilibatkan personil yang memiliki latar
belakang yang heterogen. Dengan adanya pembatasan sumberdaya, ruang,
waktu dan finansial maka sebagai implikasinya dalam pengelolaan sistem ini
dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan yang komprehensif dalam
penanganannya. Demikian juga karena latar belakang yang heterogen, maka
diperlukan aspek koordinasi dan pemeliharaan yang sinambung dari
keutuhan hubungan antar personil.
Struktur Bagan Organisasi dapat dilihat seperti gambar berikut di
bawah ini.
Gambar 8.1.
Struktur Organisasi Kegiatan Pertambangan Batu
Oleh karena itu untuk kepentingan operasi penambangan batu,
diperlukan penanganan dan persiapan yang menyeluruh dalam aspek sistem
perencanaan organisasi kegiatan. Keberhasilan dalam persiapan dan
penanganan sistem organisasi kegiatan akan menentukan pencapaian tujuan
kegiatan penambangan batu. Sistem organisasi yang direncanakan untuk
kegiatan tambang harus mempertimbangkan kebijakan-kebijakan yang telah
berjalan dalam organisasi. Fungsi bisnis yang direncanakan adalah berupa
fungsi bisnis produksi dengan menjalankan operasi penambangan batu dan
operasi pengangkutannya.
Agar manajemen operasi kegiatan penambangan batu dapat
mencapai tujuan yang diharapkan, maka dibutuhkan suatu organisasi
kegiatan untuk menanganinya. Bentuk organisasi yang direncanakan untuk
melaksanakan manajemen operasi penambangan ini adalah organisasi garis
dan staff (Line and staff organization), dengan pertimbangan :
a. Terdapat spesialisasi yang beraneka ragam yang dapat dipergunakan
secara maksimal.
b. Dalam melaksanakan kegiatan kegiatan, anggota garis dapat meminta
pengarahan serta informasi dari staff.
c. Pengarahan yang diberikan oleh staff dapat dijadikan pedoman bagi
pelaksana.
d. Staff mempunyai pengaruh yang besar dalam pelaksanaan pekerjaan.
Dari sistem yang diterapkan tersebut maka akan tercipta suatu
manajemen dengan tingkat efisiensi yang tinggi dimana staff dan karyawan-
karyawan akan selalu berpikir dan bertindak secara profesional demi
kepentingan perusahaan. Kedua unsur tersebut yaitu efisiensi dan
profesionalisme bisa menciptakan suatu sinergi dalam manajemen
operasional. Dengan bentuk organisasi garis dan staff untuk kepentingan
manajemen produksi batu, maka akan dapat merasakan beberapa manfaat,
antara lain :
o Adanya pembagian tugas yang jelas (juklak) antara unit-unit yang
melaksanakan tugas pokok dan penunjang.
o Keputusan yang diambil biasanya telah dipertimbangkan secara
matang oleh segenap unit yang ada didalam organisasi, termasuk staff
o Adanya kemampuan dan bakat yang berbeda-beda dari unit-unit
organisasi yang memungkinkan dikembangkannya spesialisasi
keahlian.
o Adanya ahli-ahli dalam staff akan menghasilkan mutu pekerjaan yang
lebih baik.
o Disiplin para anggota organisasi tinggi, karena tugas yang
dilaksanakan oleh unit organisasi sesuai dengan bidang keahlian,
pendidikan dan pengalamannya.
o Staff dan karyawan akan loyal ke perusahaan, sehingga bisa
meminimalkan keluar masuknya karyawan dimana mereka merasa
selalu terjamin kehidupan dan kesejahteraannya.

Fungsi tiap bagian secara garis besar adalah sebagai berikut:


1. Divisi Perencanaan, Produksi Dan Operasional Tambang
Bagian perencanaan membantu tugas-tugas manajer dan bertanggung
jawab terhadap perencanaan tambang, laporan produksi
harian/mingguan/bulanan, penentuan sasaran produksi, kualitas produk.
Perencanaan tambang juga bertanggung jawab pada perencanaan tambang
baik jangka pendek maupun jangka panjang yang dibagi kembali dalam
bagian short term dan long term.
Bagian Operasi terdiri dari bagian penambangan yaitu menangani
pekerjaan di daerah tambang yang meliputi :
 Pembongkaran Peledakan
 Penggalian dan penimbunan tanah penutup
 Pembongkaran, pemuatan, dan pengangkutan
2. Divisi Pengolahan
Divisi ini dikepalai oleh Kabag. Pengolahan dan dibantu oleh staff.
Bertanggung jawab terhadap proses pengolahan sehingga menjadi
produk yang memiliki nilai jual tinggi, yang mana dilokasi
pengolahan, kualitas dari batunapal yang akan dijadikan produk akan
diawasi oleh quality control pada pengolahan.
3. Divisi Lingkungan, dan K3
Divisi K-3, dan Lingkungan bertanggung jawab terhadap:
a. Keselamatan dan kesehatan kerja (K-3)
b. Lingkungan, mencegah dampak negative yang timbul karena
operasi tambang, mengontrol, reklamasi dan penghijauan daerah
tambang.
c. Perawatan kendaraan ringan dan alat-alat berat.
d. Sarana penerangan daerah tambang .
e. Bangunan kantor dan pabrik pengolahan
f. Security/satpam
g. Hubungan kepada masyarakat dan pemerintah setempat
h. Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja.

4. Divisi Administrasi dan Keuangan


Divisi Administrasi dan Keuangan terdiri dari empat bagian yaitu bagian
pemasaran, bagian keuangan, bagian umum, dan bagian personalia.
Divisi ini membantu manajer dan bertanggung jawab terhadap
kegiatan-kegiatan yang mendukung operasi tambang, antara lain:
a. Keuangan dan pembayaran gaji (payroll)
b. Administrasi dan surat menyurat
c. Personalia dan umum

7.2. JUMLAH DAN KRITERIA TENAGA KERJA


Mempertimbangkan sistem organisasi yang telah direncanakan untuk mendukung
kegiatan operasi penambangan, operasi pengolahan beserta admisnistrasinya,
seperti yang telah diterangkan diatas, maka dalam merencanakan kebutuhan
tenaga kerja untuk mengisi formasi dalam sistem organisasi tersebut, disusun
kriteria tenaga kerja. Tenaga kerja untuk mengisi formasi dalam sistem organisasi
dibagi menjadi 2 kelompok tenaga kerja, yaitu :
 Tenaga Kerja Tetap
Adalah tenaga kerja yang diangkat sebagai karyawan tetap perusahaan
berdasarkan perjanjian kerja yang disepakati bersama. Sebagai karyawan
tetap, masa kerja dan kompensasi dari karyawan ini bukan merupakan fungsi
dari jumlah produksi batuan yang dihasilkan oleh perusahaan. Yang
dimiliki dalam kelompok tenaga kerja tetap adalah para karyawan yang
diangkat untuk mengisi formasi yang ada dalam struktur organisasi.
 Tenaga Kerja Tidak Tetap
Adalah tenaga kerja yang diangkat sebagai karyawan tidak tetap perusahaan
berdasarkan perjanjian kerja yang disepakati bersama. Sebagai karyawan
tidak tetap, masa kerja dan kompensasi dari karyawan ini merupakan fungsi
dari jumlah produksi batuan yang dihasilkan oleh perusahaan. Yang
termasuk dalam kelompok tenaga kerja tidak tetap adalah para karyawan
perusahaan yang dikontrak selama waktu tertentu untuk melakukan
pekerjaan langsung operasi penambangan dan pengolahan batu.
Kualifikasi dan jumlah yang dibutuhkan pada masing-masing
organisasi bergantung pada jumlah target produksi batu. Sehingga pada
setiap ada perbedaan target produksi batu, akan terjadi perbedaan pada
kualifikasi dan jumlah karyawan yang dibutuhkan.
Tabel 8.1.
Distribusi tingkat pendidikan dan jumlah tenaga kerja
Pendidikan Jumlah Tenaga kerja

S1/D3 7
SMA dan STM 30
Umum 8

Total 45

Tabel 8.2.
Klasifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja
Pekerjaan Pendidikan Pengalama Total Status
n
General Manager S1 ≥ 7 Th 1 Tetap
Tambang/KTT Geologi/Tambang
Divisi Perencanaan Dan Operasi Tambang
Kadiv. S1 Tambang ≥ 4 Th 1 Tetap
Perencanaan dan
Operasi Tambang
Mine Plan Engineer S1 Tambang ≥ 2 Th 1 Tetap
Mekanik STM/SMK ≥ 1 Th 10 Tetap

Driver Dump STM/SMK ≥ 1 Th 7 Tetap


Truck
Operator STM/SMK ≥ 1 Th 3 Tetap
Excavator
Operator Bulldozer STM/SMK ≥ 1 Th 1 Tetap
Operator Wheel STM/SMK ≥ 1 Th 2 Tetap
Loader
Operator Rock STM/SMK ≥ 1 Th 2 Tetap
Breaker
Operator Vibratory STM/SMK ≥ 1 Th 1 Tetap
Compactor
Operator Motor STM/SMK ≥ 1 Th 1 Tetap
Grader
Divisi Pengolahan
Kadiv. Pengolahan S1 Tambang ≥ 4 Th 1 Tetap
Staff Umum ≥ 1 Th 2 Tetap
Divisi Lingkungan dan K3
Kadiv. Lingkungan S1 Lingkungan ≥ 3 Th 1 Tetap
Dan K3
Security SMA ≥ 1 Th 2 Tetap
Staff Umum ≥ 1 Th 2 Tetap
Divisi Administrasi Dan Keuangan
Kadiv. S1 Adm. Bisnis ≥ 3 Th 1 Tetap
Administrasi dan
Keuangan
Personalia S1 Manajemen ≥ 3 Th 1 Tetap
Staff SMK ≥ 1 Th 1 Tetap
Juru Masak Umum ≥0 2 Tidak
Tetap
Buruh/Helper Umum ≥0 2 Tidak
Tetap
Total 45  

7.3. TINGKAT GAJI DAN UPAH


Setiap gaji dan upah diberlakukan untuk kualifikasi atau level dalam
kelompok karyawan tetap atau tidak tetap perusahaan. Komponen-
komponen yang diperhitungkan dalam gaji dan upah seorang karyawan
tetap perusahaan antara lain penerimaan gaji seorang karyawan merupakan
penjumlahan gaji pokok. Sistem kerja ini direncanakan untuk tenaga kerja
tidak tetap perusahaan. Karyawan tidak tetap, masa kerja dan
kompensasinya merupakan fungsi dari jumlah produksi batuyang dihasilkan
oleh perusahaan.
Dengan demikian untuk tenaga kerja tidak tetap akan dikontrak
selama waktu tertentu untuk melakukan pekerjaan langsung operasi
penambangan dan pengolahan batudi perusahaan. Kualifikasi dan jumlah
tenaga kerja tidak tetap yang akan dikontrak pada masing-masing operasi
bergantung pada jumlah terget produksi batu. Sehingga pada setiap target
produksi batu, akan dikontrak sejumlah karyawan tidak tetap. Masa kontrak
untuk setiap karyawan direncanakan per 6 bulan sampai 1 tahun, dan
sesudahnya dapat dilakukan pembaharuan isi kontrak. Selama masa kontrak,
pegawai atau karyawan tersebut bekerja berdasarkan uraian kerja yang
ditetapkan perusahaan, dan berpegang pada peraturan ketenagakerjaan
perusahaan.
Tabel 8.3.
Komponen dalam Perhitungan Standar Gaji dan Upah Karyawan
KOMPONEN URAIAN
Gaji Pokok Jumlah gaji pokok yang diterima oleh karyawan tetap setiap
bulannya tergantung pada posisinya dalam struktur
organisasinya
Tabel 8.4. Rencana Gaji dan Upah Karyawan
Pekerjaan Besaran Gaji Jumlah Status
General Manager Rp. 15.000.000 1 Tetap
Tambang/KTT
Divisi Perencanaan Dan Operasi Tambang
Kadiv. Rp 10.000.000 1 Tetap
Perencanaan dan
Operasi Tambang
Mine Plan Engineer Rp 7.000.000 1 Tetap
Mekanik Rp 4.000.000 10 Tetap

Driver Dump Rp 4.000.000 7 Tetap


Truck
Operator Rp 4.000.000 3 Tetap
Excavator
Operator Bulldozer Rp 4.000.000 1 Tetap
Operator Wheel Rp 4.000.000 1 Tetap
Loader
Operator Rock Rp 4.000.000 2 Tetap
Breaker
Operator Vibratory Rp 4.000.000 1 Tetap
Compactor
Operator Motor Rp 4.000.000 1 Tetap
Grader
Divisi Pengolahan
Kadiv. Pengolahan Rp 10.000.000 1 Tetap
Staff Rp 3.000.000 2 Tetap
Divisi Lingkungan dan K3
Kadiv. Lingkungan Rp 10.000.000 1 Tetap
Dan K3
Security Rp 3.000.000 2 Tetap
Staff Rp 3.000.000 2 Tetap
Divisi Administrasi Dan Keuangan
Kadiv. Rp 10.000.000 1 Tetap
Administrasi dan
Keuangan
Personalia Rp 4.000.000 1 Tetap
Staff Rp 3.000.000 1 Tetap
Juru Masak Rp 2.500.000 2 Tidak Tetap
Buruh/Helper Rp 2.500.000 2 Tidak Tetap

7.4. SISTEM KERJA


Mempertimbangkan pengertian-pengertian yang telah diterangkan dalam konsep
perencanaan organisasi diatas, maka dalam perencanaan organisasi untuk
perusahaan akan dibuat struktur organisasi. Dalam sistem organisasi itu setiap unit
akan diatur tentang :
 Kedudukan
 Garis Tanggung jawab
 Tugas dan Fungsi
 Wewenang
Perencanaan sumberdaya manusia untuk kegiatan penambangan batu, perlu
dilakukan. Hal ini selain karena adanya tingkat resiko yang dihadapi organisasi
kegiatan yang berupa ketidakpastian, akan tetapi juga karena keberadaan
sumberdaya yang dimiliki perusahaan terbatas, situasi keterbatasan itu memberi
petunjuk bahwa sumberdana, sumberdaya yang ada termasuk sumberdaya
manusia yang harus direncanakan dan digerakkan sedemikian rupa sehingga
diperoleh manfaat yang semaksimal mungkin. Perencanaan sumberdaya manusia
yang matang memungkinkan menerima banyak manfaat, antara lain:
 Pemanfaatan Sumber Daya Manusia yang Sudah Ada Dalam Organisasi
Secara Lebih Baik
Dalam perencanaan sumber daya manusia untuk unit operasi penambangan
perlu diawali dengan kegiatan inventarisasi sumberdaya manusia yang telah
ada, yang menyangkut :
o Jumlah tenaga kerja yang ada
o Jenis/ macam kualifikasi
o Masa kerja masing-masing
o Pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki, baik karena
pendidikan formal maupun karena program latihan yang pernah diikuti
o Bakat yang masih perlu dikembangkan
o Minat pekerja yang bersangkutan, terutama yang berkaitan
dengan kegiatan diluar tugas pekerjaannya sekarang.
Hasil inventarisasi demikian sangat penting, bukan hanya dalam rangka
pemanfaatan sumberdaya manusia dalam melaksanakan tugas-tugas
sekarang, akan tetapi untuk paling sedikit empat kepentingan di masa depan,
yaitu :
o Promosi orang-orang tertentu mengisi lowongan jabatan yang lebih
tinggi jika karena berbagai sebab terjadi kekosongan.
o Peningkatan kemampuan melaksanakan tugas yang sama.
o Dalam hal terjadinya alih wilayah kerja yang berarti seseorang
ditugaskan ke lokasi baru tetapi sifat tugas dan jabatannya tidak
mengalami perubahan.
o Dalam terjadinya alih tugas yang berarti seseorang mendapatkan tugas
atau jabatan baru tanpa perubahan tingkatan hirarki organisasi.

 Peningkatan Produktivitas Kerja dari Tenaga Kerja yang Sudah Ada


Hal ini dapat terwujud melalui adanya penyesuaian-penyesuaian tertentu,
seperti peningkatan disiplin kerja dan peningkatan ketrampilan sehingga
setiap orang menghasilkan sesuatu yang berkaitan langsung dengan
kepentingan organisasi. Tidak dapat disangkal bahwa peningkatan
produktivitas kerja seluruh tenaga kerja dalam organisasi mutlak perlu
dijadikan sasaran perhatian manajemen. Perhatian dan usaha demikian
penting antara lain, karena :
o Penelitian dan pengalaman banyak orang menunjukkan bahwa potensi
para karyawan belum selalu sepenuhnya digali dan dimanfaatkan.
Artinya, biasanya terdapat kesenjangan antara pengetahuan efektif dan
riil dengan kemampuan potensial.
o Selalu terjadi perubahan dalam proses produksi barang dan jasa dan
atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi, baik karena perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi maupun karena perubahan tuntutan
para konsumen dalam arti mutu, kuantitas dan bentuk sesuai dengan
perkembangan jaman.
o Bentuk, jenis dan intensitas persaingan antara berbagai perusahaan
yang mungkin saja meningkat dan ada kalanya berkembang tidak sehat
terutama apabila makin banyak perusahaan yang menghasilkan barang
atau jasa yang sejenis.
Dengan demikian jelas terlihat bahwa terdapat ikatan yang sangat erat antara
peningkatan produktivitas dengan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.

 Penentuan Kebutuhan akan Tenaga Kerja di Masa Depan secara Lebih Baik
Agar perusahaan dapat memperoleh tenaga-tenaga yang benar-benar untuk
kepentingan kegiatan penambangan, yang sesuai dengan kebutuhan, baik
jumlah maupun kualifikasi, titik tolak yang tidak boleh dilupakan adalah :
o Tujuan dan sasaran strategis yang ingin dicapai kurun waktu tertentu di
masa depan.
o Tenaga kerja yang sudah berkarya dalam organisasi dilihat bukan
hanya dari segi jumlah dan tugasnya sekarang. Akan tetapi juga
potensi yang dimilikinya yang perlu dan dapat dikembangkan sehingga
mampu melaksanakan tugas baru nanti.
o Kebijaksanaan yang dianut oleh organisasi tentang lateral entry points
artinya, perlu kejelasan apakah dalam hal terjadinya lowongan,
pengisiannya dalam tenaga kerja yang sudah ada dalam organisasi
yang dikenal istilah “promosi dari dalam” ataukah terbuka pula
kesempatan bagi tenaga-tenaga kerja baru yang sengaja direkrut dari
luar organisasi. Sebaiknya organisasi menganut kebijaksanaan nasional
“promosi dari dalam”. Akan tetapi mungkin saja ada faktor-faktor
yang berakibat pada tidak selalu memungkinkan ditempuhnya
kebijaksanaan seperti itu.
 Penyelenggaraan Sistem Informasi Ketenagakerjaan yang Baik Bagi
Perusahaan
Sistem informasi ketenagakerjaan sangat penting bagi perusahaan, terutama
menyangkut tentang :
o Jumlah tenaga kerja yang dimiliki
o Masa kerja setiap pekerja
o Status perkawinan dan jumlah perkerja serta jumlah tanggungan
o Jabatan yang pernah dipangku
o Tenaga karir yang telah dimiliki
o Jumlah penghasilan
o Pendidikan dan pelatihan yang pernah ditempuh
o Keahlian dan ketrampilam khusus yang dimiliki oleh para pegawai
o Informasi lainnya mengenai kekaryaan setiap pegawai

Informasi komprehensif demikian diperlukan tidak hanya satuan kerja yang


mengelola sumberdaya manusia dalam organisasi, akan tetapi juga oleh
satuan kerja yang lain. Pemilikan informasi seperti itu akansangat
membantu satuan-satuan kerja dalam memberikan pelayanan kepada para
anggotanya, misalnya dalam merencanakan karir masing-masing. Bagi
berbagai satuan kerja informasi tersebut dapat membantu dalam menyusun
rencana ketenegakerjaan bagi satuan kerja yang bersangkutan di masa
depan. Juga sangat bermanfaat bagi organisasi sebagai keseluruhan dalam
usaha memanfaatkan secara maksimal tenaga kerja yang sudah ada dan
menyusun rencana tenaga kerjaan secara tepat.

 Kepentingan Penelitian Ketenagakerjaan


Seperti telah dimaklumi salah satu kegiatan pendahuluan dalam melakukan
perencanaan termasuk perencanaan sumberdaya manusia adalah penelitian.
Berdasarkan bahan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan untuk
kepentingan perencanaan sumberdaya manusia, akan timbul pemahaman
yang tepat tentang situasi pasar tenaga kerja, dalam arti :
o Permintaan pemakaian tenaga kerja dilihat dari segi jumlah,
jenis, kualifikasi dan lokasinya.
o Jumlah pencari kerja beserta bidang keahlian, ketrampilan, latar
belakang profesi, tingkat upah atau gaji dan sebagainya.
o Pemahaman demikian penting karena bentuk rencana yang
disusun dapat disesuaikan dengan situasi pasar tenaga kerja yang ada.

 Membantu Penyusunan Program Kerja Sumber Daya Manusia dalam


Perusahaan
Salah satu aspek program kerja tersebut adalah pengadaan tenaga kerja baru
guna memperkuat tenaga kerja yang sudah ada demi peningkatan
kemampuan organisasi mencapai tujuan dan sasarannya. Tanpa perencanaan
sumberdaya manusia, sukar menyusun program kerja yang realistis.

 Perencanaan Program Diklat


Dengan perkembangan teknologi yang demikian maju, maka perencanaan
program pengembangan sumberdaya manusia menjadi suatu prioritas
tersendiri bagi rencana pengembangan pertambangan batudi perusahaan.
Program pengembangan sumberdaya manusia ini diarahkan untuk
menyiapkan tenaga kerja yang memilki budaya yang maju, memiliki
kesadaran dan tanggung jawab serta memiliki kemampuan professional,
sesuai bidang keahliannya masing-masing. Penyiapan sumberdaya manusia
yang unggul tersebut, selain dikaitkan dengan kebutuhan perusahaan untuk
menyukseskan kegiatan pertambangan batu di wilayah tambang ; juga
dalam kerangka jangka panjang, bila dikaitkan dengan aspek perkembangan
wilayah, adalah untuk mendukung program perusahaan dalam memberi
kesempatan yang semakin terbuka bagi tenaga-tenaga lokal untuk
berpartisipasi aktif dalam pembangunan pertambangan.
Hal ini mengingat bahwa sampai dengan saat ini, jumlah tenaga-tenaga
lokal yang dapat terlibat dalam penguasaan teknologi penambangan
batumasih dirasakan minim. Program pembinaan dan pengembangan
sumberdaya manusia untuk perusahaan direncanakan untuk dilakukan
secara terus menerus dan terencana.Untuk itu kepada para karyawan,
khususnya yang berstatus tetap direncanakan untuk ditugaskan mengikuti
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang masing-masing.
Program pendidikan dan pelatihan ini dikelompokkan menjadi 4 (empat)
dengan tujuan menambah pengetahuan, ketrampilan dan wawasan yang
meliputi :
 Diklat manajerial/ berjenjang, untuk tenaga-tenaga
dalam kelompok manajemen dan staff
 Diklat peningkatan wawasan, untuk tenaga-tenaga
dalam kelompok staf dan supervisor
 Diklat peningkatan ketrampilan, untuk tenaga-tenaga
dalam kelompok operator dan supervisor
 Diklat khusus, untuk tenaga-tenaga dalam kelompok
yang disiapkan untuk kepentingan khusus.

 Perencanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan


Penciptaan lingkungan kerja yang baik akan sangat berpengaruh dalam
pemberian motivasi dan pencapaian prestasi dan karyawan. Beberapa
masalah yang sering ditemukan berkaitan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja karyawan yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja bagi
karyawan antara lain :
 Polusi debu yang menimbulkan gangguan pernafasan
 Suara yang terlampau keras yang melewati ambang batas
 Kecelakaan yang mengakibatkan luka-luka bahkan cacat
 Polusi air yang mengakibatkan problem gangguan kulit (gatal-gatal),
mata, dll.

Gangguan tersebut dapat terjadi, karena adanya kelalaian dalam


memperhatikan beberapa nilai baku standar yang ditetapkan untuk kegiatan
industri pertambangan. Dalam praktek di lapangan apabila diketahui adanya
elemen dari materi melebihi nilai baku standar yang ditetapkan, maka
mengindikasikan bahwa lingkungan kerja telah menjadi masalah bagi
karyawan. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka gangguan-
gangguan yang terjadi akan semakin berat. Tentu saja ini sangat
membahayakan bagi keselamatan kerja karyawan. Misalnya, bila kandungan
emisi debu melebihi dari yang ditetapkan juga dapat mengakibatkan
gangguan pernafasan, demikian juga akibat suara yang melewati batas dB
yang ditentukan akan merusak pendengaran karyawan. Dengan demikian
maka perusahaan dituntut untuk memberikan perhatian khusus pada aspek
lingkungan diatas, agar keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dapat
lebih terjamin.
Beberapa upaya yang dapat ditempuh oleh perusahaan yang diusulkan
dalam rangka keselamatan dan kesehatan kerja karyawan, antara lain :
 meningkatkan mutu lingkungan kerja sesuai dengan standar baku yang
ditetapkan
 menjaga kebersihan lingkungan
 menanam pohon dan membuat taman lebih semarak di lingkungan
kerja (green zone)
 memasang alat dan pengaman kebakaran pada lokasi-lokasi tertentu
 melakukan pelatihan dalam bidang keselamatan, kesehatan,
kebersihan, dan keamanan kerja (pelatihan K3 bagi karyawan)
 menetapkan bulan tertentu sebagai bulan kualitas lingkungan
 melakukan patroli rutin, mengawasi kondisi lingkungan kerja dan
lingkungan hidup
 membuat komite P3K
 menyediakan alat peredam suara
 memasang alat penangkap dan pembuang dan pembuang debu
 melengkapi pekerja dengan peralatan pengamanan kerja
 menyediakan fasilitas kesehatan
 mangasuransikan karyawan (Jamsostek ataupun asuransi tambahan
lain sesuai kebijaksanaan perusahaan)
 memasang rambu-rambu peringatan daerah bahaya
 memberikan informasi mengenai apa saja yang membahayakan
pekerja
 mengingatkan karyawan untuk memasang alat pengaman sebelum
memulai kegiatannya.
 Menerapkan S.O.P. (Standart Operation Procedure) dan M.O.P.
(Maintenance Operation Procedure)

Keterlibatan karyawan dalam program K3 perusahaan dapat ditempuh


secara proaktif maupun berupa saran-saran, antara lain :
 melibatkan karyawan dalam komite P3K
 membangun jalan bagi pejalan kaki di halaman
 mengadakan kampanye kebersihan dan kesehatan lingkungan
 membentuk gugus dan kendali mutu dan mengadakan pertemuan rutin
harian untuk membicarakan masalah harian dan perusahaan sesuai
dengan bidangnya.
 mengadakan pertemuan bulanan
 membentuk komite di setiap departemen
 membuat kotak saran
 membuat check list atas kualitas lingkungan kerja
 menilai kinerja setiap unit kerja
 meningkatkan keselamatan dan keamanan lingkungan kerja dan
lingkungan perusahaan.
 memperbaharui manual K3, dalam hal pelatihannya, penggunaan alat-
alat, mengaudit penyebab kecelakaan kerja, dan observasi/ analisis
keamanan tempat kerja.

 Perencanaan Peraturan Ketenagakerjaan


Peraturan ketenagakerjaan ini direncanakan untuk menjadi pegangan bagi
perusahaan maupun karyawan, yang berisikan tentang hak dan kewajiban
masing-masing pihak dengan tujuan memelihara hubungan kerja yang baik
dan harmonis antara dengan karyawannya, dalam usaha bersama
meningkatkan kesejahteraan karyawan dan kelangsungan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai