Anda di halaman 1dari 78

Pelaporan hasil eksplorasi,

sumberdaya dan cadangan


mineral

2022
CV. ELOK & SON
KATA PENGANTAR

Pelaporan hasil ekplorasi, sumberdaya dan cadangan mineral ini disusun


dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan CV. ELOK & SON untuk
memperpanjang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi di Nagari
Siguntur, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan.

Dokumen pelaporan hasil ekplorasi, sumberdaya dan cadangan mineral ini


merupakan dokumen yang memberikan gambaran mengenai hasil,
sumberdaya dan cadangan di wilayah operasi produksi CV. ELOK & SON.

Atas tersusunnya laporan ini, maka kami mengucapkan terimakasih kepada


semua pihak yang telah membentuk kelancaran penyusunan laporan ini.

Padang, 2022
CV. Elok and Son

LIAN SUDARGO
Direktur Utama

i
DAFTAR ISI

Halaman.

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vi
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang dan tujuan ....................................................................1


1.2 Lingkup kajian dan pendekatan .........................................................2
1.3 Kajian pendukung dan laporan yang relevan..............................3
1.4 Institusi yang mengeluarkan laporan .............................................3
1.5 Standar akurasi estimasi .......................................................................4

BAB II DESKRIPSI PROYEK

2.1 Lokasi dan akses ........................................................................................5


2.2 Aspek legalitas dan perizinan .............................................................12
2.3 Hasil kunjungan lapangan ...................................................................14

BAB III KONDISI GEOLOGI DAN LOKAL

3.1 Geologi lokal ................................................................................................15


3.2 Geologi regional .........................................................................................17

BAB VI PROGRAM EKSPLORASI DAN SURVEY

4.1 Pengeboran eksplorasi ...........................................................................24


4.2 Logging geofisika.......................................................................................24
4.3 Pencatatan litologi ....................................................................................24
4.4 Pengambilan dan preparasi contoh .................................................25

ii
4.5 Collar survey ...............................................................................................25
4.6 Survey topografi ........................................................................................25

BAB V PEMODELAN GEOLOGI, ESTIMASI, DAN PELAPORAN

SUMBERDAYA MINERAL

5.1 Interpretasi database eksplorasi .......................................................26


5.2 Pemodelan geologi ...................................................................................26
5.3 Estimasi sumber daya .............................................................................26
5.4 Kualifikasi dan pernyataan orang yang berkompeten ............27

BAB VI KAJIAN TEKNIS

6.1 Kajian geoteknik ........................................................................................28


6.2 Kajian hidrologi-hidrogeologi.............................................................28
6.3 Kajian air asam tambang .......................................................................29
6.4 Kajian metalurgi dan pengolahan .....................................................29
6.5 Kajian pendukung lainnya yang relevan........................................29

BAB VII PELAPORAN CADANGAN MINERAL

7.1 Verifikasi dan validasi pemodelan geologi sumberdaya........31


7.2 Optimalisasi penambangan ..................................................................33
7.3 Desain penambangan ..............................................................................39
7.4 Perencanaan sepanjang umur tambang.........................................39
7.5 Evaluasi keekonomian proyek tambang........................................39
7.6 Tinjauan faktor pengubah ....................................................................40
7.7 Kriteria klasifikasi ....................................................................................40
7.8 Estimasi cadangan ....................................................................................41

BAB VIII KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Luas Per Nagari Kecamatan Koto XI Tarusan .............................. 6


Tabel 2.2 Titik Koordinat Wilayah IUP CV. ELOK & SON ......................... 8
Tabel 2.3 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun 2019 ......................... 9
Tabel 5.1 Hitungan Sumber Daya Clay Pada WIUP OP ............................... 27
Tabel 6.1 Perhitungan kuwalitas udara ............................................................. 30
Tabel 7.1 Sumberdaya dan Cadangan pada Jabuari 2022 .......................... 41
Tabel 1.6 Neraca Sumber Daya dan Cadangan Tahun 2021 & 2022.............. 42

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Siguntur................................................................. 5


Gambar 2.2 Peta Kesampaian Daerah CV. ELOK & SON............................... 7
Gambar 7.1 Peta Geologi ..................................................................................... 32
Gambar 7.2 Tahap Penambangan ....................................................................... 34

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor 544-186-2017.


Lampiran 2. Peta Topografi dan Penampang Wilayah Rencana Operasi Produksi CV.
ELOK % SON

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Tujuan
CV.ELOK & SON merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan yang melakukan kegiatan Operasi Produksi berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat No.544-186-2017.
Mempedomani Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara, bahwa permohonan perpanjangan
Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi diajukan dengan salah
satu syarat bahwa pemegang IUP diharuskan membuat dokumen
Pelaporan Hasil Eksplorasi, Sumberdaya dan Cadangan Mineral yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Provinsi
Sumatera Barat tentang berapa lama perpanjangan Izin Usaha
Pertambangan (IUP) Operasi produksi dapat diberikan.
Laporan Hasil Eksplorasi, Sumberdaya dan Cadangan Mineral CV. ELOK &
SON dimaksudkan untuk memberikan deskripsi atau gambaran tentang :
 Berapa besar sumberdaya dan cadangan Clay pada awal Izin Usaha
Pertambangan (IUP) Operasi Produksi diberikan.
 Kegiatan Operasi Produksi yang berkaitan dengan berapa besar
sumberdaya dan cadangan Clay yang telah diproduksi selama
kegiatan Operasi Produksi berlangsung.
 Berapa besar sumberdaya dan cadangan yang tersisa setelah
kegiatan operasi produksi berlangsung.
Sedangkan tujuan yang hendak dicapai dengan penyusunan Laporan Hasil
Eksplorasi, Sumberdaya dan Cadangan Mineral CV. ELOK & SON adalah
sebagai berikut:

1
 Sebagai bahan pertimbangan dan pedoman di dalam pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan berapa lama perpanjangan
Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi dapat diberikan
kepada CV. ELOK & SON.
 Sebagai salah satu pemenuhan kewajiban pelaporan kepada
Instansi terkait.

1.2 Lingkup Kajian dan Pendekatan


Lingkup penyusunan Laporan Hasil Eksplorasi, Sumberdaya dan Cadangan
Mineral berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral
Nomor 1827.k/30/mem2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan yang baik
Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam pembuatan Laporan Hasil
Eksplorasi, Sumberdaya dan Cadangan Mineral ini, seperti :
1. Pendekatan teknologi
Kegiatan eksplorasi mempunyai hubungan yang erat dengan teknologi
yang tersedia, baik berupa peralatan, metode analisis dan interpretasi,
serta sarana komputasi.
Berikut dijabarkan beberapa hal penting berkaitan dengan teknologi
Sarana transportasi/komunikasi yang memadai (untuk keamanan dan
kemudahan akses serta logistik)
a. Geological mapping (survei topografi, interpretasi foto udara dan
citra satelit, identifikasi batuan & mineral baik di lapangan maupun
dilaboratorium dan sistem navigasi yang presisi dan modern)
b. Sistim data base dan manajemen informasi
c. Kartografi dan peta-peta digital (digitasi)
d. Pemodelan endapan baik manual maupun dengan bantuan
perangkat lunak (geostatistik s/d pemodelan 3D)

2
e. Pengelolaan sistem komputer
2. Pemahaman untuk dapat menghasilkan (mengembangkan) suatu
bentuk pemikiran lateral dari pengetahuan konseptual (teoritis)
terhadap karakteristik suatu endapan yang dicari, yang sebelumnya
belum diketahui keberadaannya, melalui teknik-teknik (teknologi-
metodologi) yang sesuai dengan karakteristik endapan tersebut
3. Pendekatan Institusi
Pendekatan institusi merupakan mekanisme kelembagaan yang akan
dilakukan oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan eksplorasi
sumberdaya dan cadangan. Dalam pendekatan ini perusahaan tetap
melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan terus menyampaikan
laporan secara berkala

1.3Kajian pendukung dan laporan yang relevan


Setiap kegiatan eksplorasi dilaksanakan (direncanakan) secara bertahap,
dan unsur design menjadi dasar dalam perencanaan setiap tahapan, mulai
dari metode yang paling sederhana sampai dengan metode yang lebih
kompleks dan akurat, serta dari biaya yang relatif murah sampai dengan
biaya yang lebih mahal. Hal ini menjadi pertimbangan apakah kegiatan yang
dilakukan menghasilkan sesuatu yang prospek untuk diteruskan, atau
dianggap sudah tidak prospek lagi untuk dilanjutkan ke tahap lebih detil
dalam laporan studi kelayakan.

1.4Institusi yang mengeluarkan laporan


Institusi yang mengeluarkan laporan Hasil Eksplorasi, Sumberdaya dan
Cadangan Mineral adalah CV. ELOK & SON

3
1.5Standar Akurasi Estimasi
Metode yang digunakan dalam perhitungan sumberdaya dapat
menggunakan metoda penampang atau cross section
Data-data yang digunakan sebagai input untuk bahan dasar pembuatan garis
sayatan yaitu peta topografi, data koordinat, serta top dan bottom seam clay.
Software yang digunakan untuk penghitungan volume yaitu Autocad LD
2014

4
BAB II
DESKRIPSI PROYEK

2.1Lokasi dan Akses


2.1.1 Lokasi dan kesampaian daerah
Kabupaten Pesisir Selatan secara geografis terletak antara 0 59’ LS - 2
29’ LS serta antara 100° 19’ - 100° 18’ BT, dengan luas daratan mencapai
5.794,95 km2. Kabupaten ini terletak di pantai barat Provinsi Sumatera
Barat yang memiliki batas wilayah dengan:
− Sebelah Utara : Kota Padang
− Sebelah Selatan : Provinsi Bengkulu
− Sebelah Barat : Samudera Indonesia
− Sebelah Timur : Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan dan
Provinsi Jambi.
Secara administratif Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari 15 kecamatan,
182 nagari dan 480 kampung. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan
Lengayang dengan luas 590.60 km2 dan yang terkecil adalah Kecamatan
Bayang dengan luas 77.50 km2.

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Siguntur

5
Topografi daerah Kabupaten Pesisir Selatan memiliki topografi wilayah
berbukit-bukit dengan ketinggian berkisar 0-1000 m dari permukaan laut,
memiliki 47 buah pulau serta dialiri sebanyak 23 batang sungai. Kondisi
permukaan lahan Kabupaten Pesisir Selatan sebagian besar lahan hutan
yaitu 70,54% hutan lebat dan 13,37% hutan berlukar, lahan sawah 6,07%,
perkebunan 2,30% dan sisanya adalah perkampungan, kebun campuran
dan kebun rakyat lainnya.

Kecamatan Koto XI Tarusan merupakan daerah yang mempunyai banyak


nagari di Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu sebanyak 23 Nagari. Batas
wilayah Kecamatan Koto XI Tarusan sebelah utara adalah Kecamatan
Bungus Teluk Kabung, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Bayang, sebelah timur berbatas dengan Kabupaten Solok dan Bukit
Barisan, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Mentawai
dan Samudra Indonesia. Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik
Kecamatan Koto XI Tarusan Dalam Angka 2021. Dari keseluruhan wilayah
di Kecamatan Koto XI Tarusan, 98,62% digunakan sebagai lahan pertanian
sedangkan sisanya bukan lahan pertanian.

Tabel 2.1 Luas Per Nagari Kecamatan Koto XI Tarusan


No. Nagari Luas Daerah
(km2 )
1 Kapuh 12,20
2 Ampang Palu 6,00
3 Nanggalo 4,01
4 Batu Hampar 7,00
5 Duku 20,41
6 Barung Barung Balantai 17,02
7 Sungai Pinang 29,15
8 Siguntur 56,22
9 Taratak Sungai Lundung 80,64
10 Kapuh Utara 9,42
11 Mandeh 6,48

6
12 Barung Barung Balantai Selatan 15,52
13 Jinang Kampung Pansur Ampang Pulai 4,60
14 Pulau Karam Ampang Pulai 4,00
15 Cerocok Anau Ampang Pulai 15,01
16 Sungai Nyalo Mudiak Aie 21,34
17 Setara Nanggalo 24,71
18 Batu Hampar Selatan 8,91
19 Duku Utara 10,41
20 Barung Barung Balantai Timur 15,12
21 Siguntur Tua 19,50
22 Kampung Baru Korong Nan Ampek 22,36
23 Barung Barung Balantai Tengah 15,60
Jumlah 425,63
Sumber: Kecamatan Koto XI Tarusan Dalam Angka 2020

Secara administratif daerah ekplorasi terletak di Desa Teluk Kabung,


Nagari Siguntur, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan,
Provinsi Sumatera Barat.

Gambar 2.2 Peta Kesampaian Daerah CV. ELOK & SON

7
Dari hasil pengecekan dari Dinas Kehutanan lokasi ini termasuk dalam
status API (Areal Penggunaan Lain) dan tidak termasuk Lokasi Penundaan
Pemberian Izin Baru (PPIB). Secara geografis, wilayah yang merupakan
lokasi eksplorasi berada antara garis lintang utara 00˚03’40.00”–00˚03’57.
60” dan garis bujur timur 100˚44’22.30”–100˚44’54,90” dengan titik
koordinat sebagaimana dirinci pada tabel 2.2 dibawah ini :
Tabel 2.2
Titik Koordinat Lokasi IUP Operasi Produksi
Titik Garis Bujur Timur Garis Lintang Utara
01 100° 26’ 10.8” 1° 04’10.0”
02 100° 26’ 19.0” 1° 04’10.0”
03 100° 26’ 11.0” 1° 04’ 02.9”
04 100° 26’ 19.0” 1° 04’ 2.89

Penambangan clay (tanah liat) dari lokasi ini untuk pengangkutannya akan
melalui rute dan kondisi sarana jalan sebagaimana diuraikan dibawah ini :
 Siguntua – Padang ± 35 Km
Kondisi jalan sangat baik dapat ditempuh dengan kendaraan roda
empat berbagai jenis dalam waktu tempuh ± 1 jam.
 Jalan Masuk – Lokasi penambangan ± 10 meter
Kondisi saat ini sudah ada jalan masyarakat yang siap digunakan jika
dibersihkan dan dilakukan pelebaran.

2.1.2 Keadaan Lingkungan Daerah


a. Penduduk
Berdasarkan Kabupaten Pesisir Selatan dalam Angka 2020, daerah
Kecamatan Koto XI Tarusan memiliki luas wilayah ± 425,63 km2 atau
7,4% dari luas Kabupaten Pesisir Selatan. Jumlah penduduk 53.848

8
jiwa, yang terdiri atas 27.136 jiwa penduduk laki-laki dan 26.712 jiwa
penduduk berjenis kelamin perempuan. Nagari Siguntur yang
mempunyai 11 jorong, dengan luas daerah 56,22 km2 atau 13,21%
dari luas wilayah Kecamatan Koto XI Tarusan. Jumlah penduduk
Nagari Siguntur sebanyak 3.248 jiwa. Penduduk laki–laki berjumlah
sebanyak 1.602 jiwa, sedangkan perempuan sebanyak 1.646 jiwa.
Sumber mata pencaharian penduduk adalah petani (90%), pedagang
(8%) dan jasa serta lain – lain (2%)
b. Iklim dan Curah hujan
Seperti daerah-daerah di Indonesia lainnya, lokasi penambangan
beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata 28 ˚C, tertinggi 33˚ C dan
terendah 22˚ C. Gambaran mengenai keadaan curah hujan di Nagari
Siguntur Kabupaten Pesisir Selatan terlihat dari jumlah curah hujan
setiap bulan dan jumlah hari hujan dalam setiap tahunnya. Menurut
pendataan dari Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten Pesisir
selatan, menunjukan perkembangan curah hujan setiap bulannya
pada tahun 2019 seperti yang terlihat di tabel dibawah ini.
Tabel 2.3 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun 2019
No. Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan
1. Januari 295,00 15
2. Februari 525,30 12
3. Maret 558,00 21
4. April 263,10 17
5. Mei 0,00 0
6. Juni 304,00 19
7. Juli 128,00 10
8. Agustus 248,00 13

9
9. September 547,00 5
10. Oktober 44,50 10
11. November 183,50 11
12. Desember 363,00 21
Jumlah 3.459,4 154
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesisir Selatan

Dari Tabel 2.3 di atas, secara keseluruhan setahun adalah 3.459,4


mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata adalah 154 hari/tahun.
Jumlah hari hujan tertinggi terjadi Bulan Maret dan Desember yaitu
21 hari dan hari hujan terendah terjadi pada Bulan Mei yang sama
sekali tidak terjadi hujan disetiap harinya.

c. Vegetasi Flora dan Fauna


Dengan kondisi sebagaimana disebutkan bahwa jenis-jenis vegetasi
yang banyak dijumpai adalah jenis vegetasi yang tumbuh alami dan
tanaman budidaya yang utama adalah karet (havea brasiliensis). Jenis
tanaman budidaya sekitar perkarangan penduduk antara lain jambu
mete (anacardium occidantele), rambutan (nephelium lappaceum),
kelapa (cocos nucifera), mangga (mangifera indica), nangka
(artocarpus heterophyllus),jambu air (syzygium aqueum), selain
jenis-jenis tanaman budidaya terdapat berbagai vegetasi yang
tumbuh alami dan vegetasi budidaya lainnya.
Beberapa jenis satwa liar yang masih dapat dijumpai di wilayah studi
antara lain rusa, babi hutan, monyet, berbagai jenis hewan melata,
berbagai jenis burung dan berbagai jenis ikan tawar. Dapat diketahui
bahwa fauna darat yang dijumpai di wilayah rencana lokasi
penambangan digolongkan menjadi 2 divisi yakni invertebrata

10
(hewan yang tidak bertulang belakang) dan vertebrata (hewan
bertulang belakang). Divisi invertebrata didominasi oleh golongan
cacing tanah dan pacet dan arachnida. Untuk divisi vertebrata terdiri
dari golongan reptile, mamalia dan aves. Divisi vertebrata sangat sulit
dijumpai secara langsung di lapangan, kecuali untuk eutropis
multifasciata (lacertilian), Aheululla prasina (ophidian). Berdasarkan
hasil wawancara dengan penduduk dapat diketahui mamaliaseperti
harimau, singa dan monyet sudah sangat langka untuk ditemukan
pada lokasi.
Berdasarkan jumlah cacah spesiesnya, secara keseluruhan
keanekaragaman jenis satwa liar yang terdapat di sekitar lokasi kajian
adalah tergolong sedang. Namun apabila melihat cacah spesies
mamalia yang rendah, menggambarkan bahwa hutan sudah bukan
lagi habitat yang mendukung kehidupan satwa liar.

d. Agama dan Sarana Ibadah


Berdasarkan agama yang dianut oleh penduduk di Kecamatan
Siguntur mayoritas menanut Agama Islam, sedangkan sarana ibadah
yang ada di Kecamatan Siguntur adalah masjid sebanyak 36 buah dan
Mushalla sebanyak 18 buah, untuk sarana ibadah bagi umat lain tidak
ada.
e. Sosial Ekonomi
Sebagian besar penduduk di wilayah penyelidikan mempunyai mata
pencarian perkebunan berupa sawit, karet dan gambir disamping
usaha perdagangan. Sarana transportasi yang menghubungkan
Kecamatan Siguntur sangat memadai yaitu lalu lintas Siguntur –
Padang dengan kondisi jalan aspal hotmix. Jalan utama yang
merupakan jalan penghubung antar nagari di Kecamatan Siguntur

11
kondisinya sebagian besar sudah di aspal dan sebagian sudah
dilakukan pengerasan dengan sirtu. Aktivitas jual beli tidak menemui
kendala dengan adanya pasar umum, kios dan warung makan.
Masyarakat di wilayah penyelidikan terdiri dari berbagai etnis
Minangkabau dan Jawa. Interaksi sosial penduduk pendatang dengan
masyarakat setempat cukup baik.

2.2. Aspek legalitas dan Perizinan


2.2.1 Identitas Perusahaan
1. Nama Perusahaan : CV. ELOK & SON
2. Direktur Utama : Lian Sudargo
3. Jenis Perusahaan : Comanditaire Vennotschap
4. NPWP :
5. Alamat Kantor : Jln. Dr. Muhammd Hatta No. 48A Telp. (0751)
33628 Padang
6. Jenis Usaha : Penambangan Clay (Tanah Liat)
7. Lokasi Tambang : Nagari Siguntur, Kecamatan Koto Tarusan
Pesisir Selatan
2.2.2 Dasar Hukum
Peraturan perundang-undangan sebagai asas/dasar hukum pelaksanaan
diantaranya adalah:
 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara
 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlidungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

12
 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentangRencana Tata Ruang
Wilayah Nasional
 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah
Pertambangan
 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaah Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara
 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pasca
tambang;
 Perataruran Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 11 Tahun
2018 tentang Tata Cara Pemberian Wilayah, Perizinan dan Pelaporan Pada
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor26 Tahun 2018
tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Mineral dan Batubara;
 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 25 Tahun
2018 yang diubah menjadi Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 11 Tahun 2019 tentang Pengusahaan Pertambangan
Mineral dan Batubara
 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
1796.K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Permohonan,
Evaluasi serta Penerbitan Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan
Batubara;
 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Minerak Nomor
1827.K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan Yang Baik.

13
 Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
1825 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pemasangan Tanda Batas
Wilayah Izin Usaha Pertambangan atau Wilayah Izin Usaha Pertambangan
Khusus Operasi Produksi
2.2.3 Perizinan
Berdasarkan keputusan Gubernur Sumatera Barat, Nomor : 544–627–2015,
tanggal 14 Agustus 2015, tentang persetujuan izin usaha pertambangan
eksplorasi mineral non logam di Kabupaten Pesisir Selatan. CV. ELOK &
SON sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan
terutama komoditas clay (tanah liat), berusaha memenuhi kebutuhan industri
dalam menunjang kegiatan pembangunan fisik yang dilaksanakan oleh
pemerintah terutama untuk pembangunan sarana jalan dan pembangunan fisik
lainnya. Hal ini dilakukan CV. ELOK & SON, karena pembangunan fisik
yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah setiap tahun membutuhkan bahan
baku yang tidak terbatas jumlahnya terutama bahan baku clay (tanah liat).
Dilihat dari persediaan bahan baku yang ada sangat banyak, namun yang
memiliki izin pertambangan yang beroperasi masih sedikit.

2.3 Hasil Kunjungan Lapangan


Berdasarkan hasil kunjungan lapangan lokasi penambangan diketahui
bahwa lokasi eksplorasi terdapat bahan galian Clay (Tanah Liat).
Berdasarkan pengamatan singkapan dan test pit yang dijumpai di lapangan
pengamatan Clay (Tanah Liat) ini berwarna kemerah-merahan. Lokasi
eksplorasi ini sangat layak untuk diteruskan menjadi lokasi usaha
penambangan Clay (Tanah Liat).

14
BAB III
KONDISI GEOLOGI LOKAL DAN REGIONAL

3.1 Geologi Lokal


3.1.1 Topografi/Batimetri
Topografi daerah Kabupaten Pesisir Selatan memiliki topografi
wilayah berbukit-bukit dengan ketinggian berkisar 0-1000 m dari
permukaan laut, memiliki 47 buah pulau serta dialiri sebanyak 23 batang
sungai. Kondisi permukaan lahan Kabupaten Pesisir Selatan sebagian
besar lahan hutan yaitu 70,54% hutan lebat dan 13,37% hutan berlukar,
lahan sawah 6,07%, perkebunan 2,30% dan sisanya adalah
perkampungan, kebun campuran dan kebun rakyat lainnya.
3.1.2 Litologi
Berdasarkan hasil pengamatan geologi lapangan terdapat dua
jenis litologi di daerah penyelidikan terdiri dari satuan tuf dan satuan
batulempung.
a. Satuan tuf
Satuan ini merupakan batuan penyusunan pada daerah
penyelidikan yang termasuk formasi Batuan Gunung api Oligo Miosen
(Tomp), terdiri dari lava, breksi, breksi tuf, tuf hablur, ignimbrite dan tuf
sela, kebanyakan bersusunan Clayan dan dasitan. Singkapan tuf secara
utuh sulit ditemukan karena pada umumnya sudah lapuk menjadi
lempung, sebagian masih dapat diamati dalam bentuk nodul pada
lempung.

Berdasarkan hasil pengamatan secara megaskopis karakteristik


tuf yang berada di lokasi IUP CV. ELOK and Son pada umumnya sudah
terubah (alterasi), berwarna coklat keputihan, kondisi lapuk-sangat

15
lapuk, getas dan memiliki kondisi keairan yang tinggi. Jenis batuan ini
memiliki ukuran butir homogen dengan kemas tertutup. Sangat sulit
menemukan gejala struktur geologi berupa kekar karena pada umumnya
kondisi batuan sangat lapuk.
b. Satuan Batulempung
Satuan ini cukup dominan (hamper 80%) di daerah penelitian
menutupi satuan tuf. Satuan batulempung memiliki potensi untuk bahan
galian clay dan tanah urugan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
singkapan batulempung secara umum berwarna coklat-coklat keabuan,
kondisi lapuk-sangat lapuk, plastis-hingga agak plastis, mudah dicongkel,
ukuran butir lempung-lanau, setempat teramati nodul tuf.

Satuan ini memiliki porositas buruk dan bersifat mengembang


apabila terkena air (swelling). Ketebalan satuan batulempung lebih dari 2
meter sehingga cukup mendukung untuk dibukanya tambang bahan
galian tanah liat (clay). Profil litologi (gambaran vertikal) menunjukkan
ketebalan tanah sekitar 25 cm sebelum bertemu dengan lempung-
lanauan

3.1.3 Struktur Geologi


Pengamatan lapangan untuk struktur geologi terkendala oleh kondisi
batuan yang sudah lapuk dan vegetasi yang cukup rapat sehingga tidak
ditemukan adanya indikasi kekar atau patahan. Berdasarkan peta geologi
Lembar Painan dan Bagian Timur Laut Muara Siberut skala 1:250.000
(H.M.D. Rosidi, dkk., 1996) bagian timur IUP teridentifikasi patahan
berarah relatif utara-selatan sejajar dengan arah Sesar Besar Sumatera
(Great Sumateran Fault) yang mempengaruhi bentuk morfologi secara
umum di kawasan pesisir barat pulau Sumatera.

16
3.2 Geologi Regional

3.2.1 Topografi/Batimetri
Berdasarkan Peta Geologi daerah ini termasuk ke dalam Lembar
Painan, skala 1 : 250.000 yang dibuat oleh M.C.G. Clarke, W. Kartawa, A.
Djunuddin, E. Suganda dan M. Bagdja, 1982 diterbitkan oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung, terlihat bahwa daerah
lokasi penyelidikan termasuk dalam jalur pegunungan Bukit Barisan
dengan bentuk morfologi perbukitan sedang sampai tinggi (700 sampai
dengan 1,4250 m) di atas permukaan laut. Relief di bagian utara lebih
kasar dan terjal dibanding pada bagian selatannya.Sungai – sungai yang
mengalir di daerah ini pada umumnya sungai membentuk pola dendritik
dengan tebing-tebingnya berbentuk V (stadium erosi muda) sehingga
lereng dan tebingnya sangat terjal.

3.2.2 Litologi

Dari hasil pendataan sekunder yang dilakukan, ternyata memiliki


potensi sumberdaya mineral yang cukup beragam dan memiliki cadangan
yang besar. Kecamatan Koto XI Tarusan, Pesisir Selatan memiliki
berbagai bahan galian non logam yang dapat dikembangkan,
diantarannya Claygranit, batugamping, kuarsit, tanah liat dan sirtu.
Sedangkan bahan galian logam cukup prospek untuk dikembangkan
adalah emas, mangan, timah hitam dan perak.

3.2.3 Struktur Geologi


Proses sedimentasi di Cekungan Sumatera Tengah dimulai pada
awal tersier (paleogon), mengikuti proses pembentukaan cekunan half
graben yang sudah berlangsung sejak zaman kapur hingga awal tersier.

17
Konfigurasi basement cekungan tersusun oleh batuan-batuan
metasedimen berupa greywacke, kuarsit dan argilit.batuan dasar ini
diperkirakan berumur mesozoik. Pbeberapa tempat, batuan
metasedimen ini terintruksi oleh granit (koning & Darmono, 1984 dalam
Wibowo, 1995).
Secara umum proses sedimentasi pengisian cekungan ini dapat
dikelompokkansebagai berikut :
A. Rift ( Siklis Pematang)
Secara keseluruhan sedimen pengisi cekungan pada fase tektonik
ekstensional (riff) ini dikelompokkan sebagai kelompok pematang yang
tersusun oleh batulempung, serpih karbon, batu pasir halus, batulanau
aneka warna.Lemahnya fasies yang berasosiasi dengan lingkungan
lakustrin.
Pengendapan pada awal proses rifting berupa sedimentasi klastika
darat dan lakustrin dari lower Red Bed Formation dan Brown Shale
Formation. Ke arah atas menuju fase late rofting, sedimentasi berubah
sepenuhnya menjadi lingkungan lakustrin dan diendapkan Formasi
Pematang sebagai Lacustrin Fill Sendiments
1. Formasi Lower Red Bed
Tersusun oleh batulempung berwarna merah – hijau,
batulanau, batupasir kerikilan dan sedikit konglomerat serta
bereaksi yang tersusun oleh pebble kuarsit dan filit. Kondisi
lingkungan pengendapan diinterprestasikan berupa alluvial
braid –plain dilihat dari banyaknya muddy matrix di dalam
konglomerat dan bereaksi
2. Formasi Brown Shale
Formasi ini cukup banyak mengandung material organik,
dicirikan oleh warna yang coklat tua sampai hitam. Tersusun

18
oleh serpih dengan sisipan batulanau, dibeberapa tempat
terdapat selingan batupasir, konglomerat dan paleosol.
Ketebalan formasi ini mencapai lebih dari 530 m dibagian
depocenter
Formasi ini diinterprestasikan diendapkan di lingkungan
danau dalam dengan kondisi anoxid dilihat dari tidak adanya
bukti bioturbasi. Interkasi batupasir – konglomerat
diendapkan oleh proses fluvial channel fill menyelingi bagian
tengah formasi ini, terdapat beberapa horizon paleosol yang
dimungkinkan terbentuk pada bagian pinggiran / batas danau
yang muncul ke permukaan (likal horst), diperlihatkan oleh
rekaman inti batuan di kelompok Bukit Susah.
3. Formasi Coal Zone
Secara lateral, formasi ini beberapa tempat equivalen dengan
Formasi Brown Shale. Formasi ini tersusun oleh perselingan
serpih dengan batubara dan sedikit batupasir. Lingkungan
pengendapan dari formasi ini diinterprestasikan berupa
danau dangkal dengan control proses fluvial yang tidak
dominan. Ditinjau dari konfigurasi cekungannya, formasi ini
diinterprestasikan berupa dananu dangkal dengan control
proses fluvial yang tidak dominan. Ditinjau dari konfigurasi
cekungannya, formasi ini diendapkan di daerah dangkal pada
bagian aktif garben menjauhi depocenter.
4. Formasi Lake Fill
Tersusun oleh batu pasir, konglomerat dan serpih. Komposisi
batuan terutama berupa klastika batuan filit yang dominan,
secara vertikal terjadi penambahan kandungan litoklas kuarsa
dan kuarsit. Struktur sedimen gradasi normal dengan

19
beberapa gradasi terbalik mengindentifikasi lingkungan
pengendapan fluvial-deltaic. Formasi ini diendapkan secara
progradasi pada lingkungan fluvial menuju delta pada
lingkungan danau. Selama pengendapan formasi ini, kondisi
tektonik mulai tenang dengan penurunan cekungan yang
mulai melambat (late rifting stage). Ketebalan formasi
mencapai 600 m

5. Formasi Fanglomerate
Diendapkan disepanjang bagian turun dari sesar sebagai seri
dari endapan alluvial. Tersusun oleh batupasir, konglomerat,
sedikit batulempung berwarna hijau sampai merah. Baik
secara Lowe Red Bed, Brown Shale, Coal Zone dan Lake Fill.
Di beberapa daerah seperti halnya di Sub-cekungan Aman, dua
formasi terakhir (Lake Fill dan Fanglomerat) dianggap satu
kesatuan yang equivalen dengan formasi pematang
berdasarkan sifat dan penyebarannya pada penampang
seismik.

B. Sag
Secara tidak selaras di atas Kelompok Pematang diendapkan
sedimen Neongen. Fase sedimentasi ini diawali oleh episode transgresi
yang diawali oleh Kelompok Sihapas dan mencapai puncaknya pada
Formasi Telisa.

1. Kelompok Formasi Sihapas


Kelompok sihampas yang berbentuk pada awal episode
transgresi terdiri dari Formasi Menggala, Formasi Bangko,
Formasi Bekasap dan Formasi Duri. Kelompok ini tersusun
oleh batuan klastika lingkungan fluvial-deltatic sampai

20
dangkal. Pengendapan kelompok ini berlangsung pada Miosen
awal-Miosen tengah.
a. Formasi menggala
Tersusun oleh batupasir konglomeratan dengan ukuran
butir kasar berkisar dari gravel hingga ukuran sedang.
Secara lateral, batupasir ini bergradasi menjadi batupasir
sedang hingga halus. Komposisi utama batuan berupa
kuarsa yang dominan dengan struktur sedimen trough
cross-bedding dan erosional basal scour. Berdasarkan
litologi penyusunannya diperkirakan diendapkan pada
fluvial-channel lingkungan braided stream.
Formasi ini dibedakan dengan lake Fill Formation dari
kelompok pematang bagian atas berdasarkan tidak
adanya lempung merah terigen pada matrix (Wain et al.,
1995). Ketebalan formasi ini mencapai 250 m,
diperkirakan berumur awal Miosen bawah.
b. Formasi blangko
Formasi ini tersusun oleh serpih karbonan dengan
perselingan batupasir halus-sedang. Diendapkan pada
lingkungan paparan laut terbuka. Dari fosil foraminifera
planktonic didapatkan umur N5 (Blow, 1963). Ketebalan
maksimum formasi kurang lebih 100 m.
c. Formasi Bekasap
Formasi ini tersusun oleh batupasir masih berukuran
sedang-kasar dengan sedikit interkalasi serpih, batubara
dan batu gamping.
Berdasarkan ciri litologi dan fosilnya ini diendapkan pada
lingkaran air payau dan laut terbuka. Fosil pada serpih

21
menunjukkan umur N6-N7. Ketebalan seluruh formasi ini
mencapai 400 m
d. Formasi Duri
Dibagian atas pada beberapa tempat, formasi ini equivalen
dengan formasi Bekasap. Tersusun oleh batupasir halus-
sedang dan serpih. Ketebalan maksimum mencapai 300 m.
Formasi ini berumur N6 – N8.
2. Formasia Telisa yang mewakili episode sedimentasi pada
puncak transgresi tersusun oleh serpih dengan sedikit
interkalasi batupasir halus pada bagian bawahnya. Di
beberapa tempat terdapat lensa-lensa batugamping pada
bagian bawah formasi. Ke arah atas, litologi berubah menjadi
lingkungan pengendapan formasi ini berupa lingkungan
Neritik-Bathyal atas.
Secara regional, serpih marine dari formasi ini memiliki umur
yang sama dengan Kelompok Sihapas, sehingga kontak
Formasi Telisa dengan dibawahnya adalah transisi fasies
litologi yang berbeda dalam posisi stratigrafi dan tempatnya.
Ketebalan formasi ini mencapai 550 m dari fosil didapatkan
umur N6-N11.
3. Formasi Petani Regres
Tersusun oleh serpih berwarna abu-abu yang kaya fosil,
sedikit karbonatan dengan beberpa lapisan batupasir dan
batulanau.Secara vertical, kandungan tuf dalam batuan
semakin meningkat. Selama pengendapan satuan ini, aktivitas
tektonik kompresi dan vulkanisme kembali aktif (awal
pengangkatan Bukit Barisan), sehingga dihasilkan material
vulkanik yang melimpah. Kondisi air laut global (eustasi)

22
berfluktuasi secara signifikan dengan penurunan muka air laut
sehingga terbentuk beberapa ketidakselarasan lokal di
beberapa tempat. Formasi ini diendapkan pada episode
regresif secara selaras diatas Formasi Telasi. Walaupun
demikian, ke arah timur laut secara lokal formasi ini memiliki
kontak tidak selaras dengan formasi dibawahnya. Ketebalan
maksimum formasi ini mencapai 1500 m, diendapkan pada
Miosen tengah-pliosen

23
BAB IV
PROGRAM EKSPLORASI DAN SURVEY
4.1 Pengeboran Eksplorasi
Dalam hal ini CV. ELOK & SON tidak melakukan pengeboran eksplorasi.
4.2 Logging Geofisika
Dalam hal ini CV. ELOK & SON tidak melakukan pengeboran eksplorasi.
4.3 Pencatatan litologi
Berdasarkan hasil pengamatan geologi lapangan terdapat dua jenis litologi
di daerah penyelidikan terdiri dari satuan tuf dan satuan batulempung.
1. Satuan tuf
Satuan ini merupakan batuan penyusunan pada daerah penyelidikan
yang termasuk formasi Batuan Gunung api Oligo Miosen (Tomp), terdiri
dari lava, breksi, breksi tuf, tuf hablur, ignimbrite dan tuf sela,
kebanyakan bersusunan Clayan dan dasitan. Singkapan tuf secara utuh
sulit ditemukan karena pada umumnya sudah lapuk menjadi lempung,
sebagian masih dapat diamati dalam bentukr4 nodul pada lempung.
Berdasarkan hasil pengamatan secara megaskopis karakteristik tuf
yang berada di lokasi IUP CV. ELOK and Son pada umumnya sudah
terubah (alterasi), berwarna coklat keputihan, kondisi lapuk-sangat
lapuk, getas dan memiliki kondisi keairan yang tinggi. Jenis batuan ini
memiliki ukuran butir homogen dengan kemas tertutup. Sangat sulit
menemukan gejala struktur geologi berupa kekar karena pada
umumnya kondisi batuan sangat lapuk.
2. Satuan Batulempung
Satuan ini cukup dominan (hamper 80%) di daerah penelitian
menutupi satuan tuf. Satuan batulempung memiliki potensi untuk
bahan galian clay dan tanah urugan. Berdasarkan hasil pengamatan
terhadap singkapan batulempung secara umum berwarna coklat-coklat

24
keabuan, kondisi lapuk-sangat lapuk, plastis-hingga agak plastis,
mudah dicongkel, ukuran butir lempung-lanau, setempat teramati
nodul tuf.
Satuan ini memiliki porositas buruk dan bersifat mengembang apabila
terkena air (swelling). Ketebalan satuan batulempung lebih dari 2
meter sehingga cukup mendukung untuk dibukanya tambang bahan
galian tanah liat (clay). Profil litologi (gambaran vertikal) menunjukkan
ketebalan tanah sekitar 25 cm sebelum bertemu dengan lempung-
lanauan
4.4 Pengambilan dan preparasi contoh
4.5 Collar survey
Dalam hal ini CV. ELOK & SON tidak melakukan Collar Survey.
4.6 Survey topografi
Topografi daerah Kabupaten Pesisir Selatan bervariasi antara datar,
bergelombang dan berbukit – bukit dengan ketinggian dari permukaan laut
antara 110 meter dan 2.261 meter. Didaerah ini terdapat 3 gunung berapi
yang tidak aktif yaitu Gunung Sago, Gunung Bungsu, Gunung Sanggul serta
17 sungai besar dan kecil yang mengalir dan telah banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk pengairan/irigasi.

25
BAB V
PEMODELAN GEOLOGI, ESTIMASI, DAN PELAPORAN
SUMBERDAYA MINERAL

5.1 Interpretasi database eksplorasi


5.2 Pemodelan geologi
Berdasarkan Peta Geologi daerah ini termasuk ke dalam Lembar Painan,
skala 1 : 250.000 yang dibuat oleh M.C.G. Clarke, W. Kartawa, A. Djunuddin,
E. Suganda dan M. Bagdja, 1982 diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Bandung, terlihat bahwa Daerah Lokasi
Penyelidikan termasuk dalam jalur pegunungan Bukit Barisan dengan
bentuk morfologi perbukitan sedang sampai tinggi (700 sampai dengan
1,4250 m) di atas permukaan laut. Relief di bagian Utara lebih kasar dan
terjal disbanding pada bagian Selatan nya.Sungai – sungai yang mengalir di
daerah ini pada umumnya sungai membentuk pola dendritic dengan
tebing-tebingnya berbentuk V (stadium erosi muda) sehingga lereng dan
tebingnya sangat terjal. Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan secara regional
termasuk bagian dari sistem Sesar Semangko, dimana mineralisasi
ditemukan dalam batuan berumur tua (Perm – Karbon) hingga clay
berumur tersier (Eosen – Miosen Akhir)
5.3 Estimasi sumber daya
5.3.1 Metoda
Metode yang digunakan dalam perhitungan sumberdaya menggunakan
metoda penampang atau cross section.
5.3.2 Parameter Estimasi
Data-data yang digunakan sebagai input untuk bahan dasar pembuatan
estimasi sumberdaya yaitu peta topografi, data koordinat, serta top dan

26
bottom seam Clay. Volume dihitung dengan cara menghitung luas
penampang. Software yang digunakan untuk penghitungan volume yaitu
Autocad LD 2014
5.3.3 Jumlah Dan Klasifikasi Sumberdaya
Sumber daya bahan galian yang dijumpai di lokasi rencana penambangan
CV. ELOK & SON adalah clay (tanah liat). Clay ini berupa tubuh soft. Tubuh
clay ini berwarna kemerah-merahan, dengan tekstur lembut. Komposisi
kimia Sio2 dan Al2O3.
Clay sangat cocok digunakan sebagai bahan campuran pembuatan semen.
Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa clay ini mempunyai berat
jenis 1.8. Hasil Hitungan dapat dilihat pada Tabel 5.1, penampang hasil
pengukuran terlampir.

Tabel 5.1 Hitungan Sumber daya Clay pada WIUP OP CV.ELOK & SON
DAFTAR VOLUME GALIAN CLAY CADANGAN DALAM IUP
No /Pot Luas Penampang Luas rata-rata Jarak Volume Satuan

1 8,576.662
9,482.803 50.00 474,140.15 M3
2 10,388.944
9,296.934 50.00 464,846.68 M3
3 8,204.923
6,612.189 50.00 330,609.43 M3
4 5,019.454
6,321.752 50.00 316,087.60 M3
5 7,624.050
Total Volume Galian Clay Cadangan Dalam 200.00 1,585,683.85 M3
IUP
Koreksi 20% 317,136.77 M3
Sumber daya Clay 1,268,547.08 M3

Berat Jenis 1.80


Total Sumber daya Clay 2,283,384.74 Ton

5.4 Kualifikasi dan pernyataan orang yang berkompeten

27
BAB VI
KAJIAN TEKNIS
6.1 Kajian Geoteknik
Analisis kestabilan lereng bertujuan umtuk menentukan geometri (tinggi
dan sudut kemiringan) lereng yang benar. Berdasarkan kelompok jenis
jenjangnya, lereng tambang dan lereng timbunan dibagi menjadi lereng
tunggal dan lereng keseluruhan. Disamping itu jenis lereng juga bisa
diterapkan berdasarkan jenis materialnya.
Lokasi penambangan CV. Elok and Son termasuk kedalam jenis lereng
untuk material normal (claystone, sandstone, serta silstone). Material
normal adalah jenis material yang mempunyai kekuatan serta kekerasan
dengan nilai sedang sampai dengan keras. Material yang tergolong dalam
kelompok ini adalah batupasir, batulempung dan batulanau. Secara
proposional material jenis ini merupakan yang paling banyak jumlahnya di
dalam satu area pit.
Berdasarkan hasil kajian geoteknik, maka besar sudut lereng untuk
material ini adalah 55 derajat, tinggi lereng adalah 10 meter, serta lebar
lantai jenjang adalah sebesar 5 meter

6.2 Kajian hidrologi-hidrogeologi


Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan sifat, fenomena dan
distribusi air di muka bumi khususnya distribusi air di daratan. Kondisi
hidrologi dalam hal ini meliputi potensi debit dan curah hujan dimana
termasuk di dalamnya perubahan iklim.
Jenis hidrologi di wilayah sekitar rencana IUP Operasi Produksi CV. ELOK
& SON ditandai dengan tersedianya air permukaan sepeti air sumur, kolam
dan air yang dialirkan melalui sungai kecil. Seperti daerah-daerah di

28
Indonesia lainnya, lokasi penambangan beriklim tropis dengan suhu udara
rata-rata 280 C, tertinggi 330 C dan terendah 220 C
Secara keseluruhan setahun adalah 3.459,4 mm/tahun dengan jumlah hari
hujan rata-rata adalah 154 hari/tahun. Jumlah hari hujan tertinggi terjadi
Bulan Maret dan Desember yaitu 21 hari dan hari hujan terendah terjadi
pada Bulan Mei yang sama sekali tidak terjadi hujan disetiap harinya
Hidrogeologi pada rencana WIUP OP CV. ELOK & SON akuifer produktif
sedang dengan penyebaran luas akuifer dengan keterusan sangat beragam,
kedalaman muka air tanah bebas umumnya dalam. Debit mata air
umumnya kurang dari 100 liter/detik. Debit sumur umumnya kurang dari
5 liter/detik.

6.3 Kajian air asam tambang


Tidak ada air asam dalam operasi produksi CV. ELOK & SON

6.4 Kajian metalurgi dan pengolahan


CV. ELOK & SON tidak melakukan pengolahan bahan galian

6.5 Kajian pendukung lainnya yang relevan


Kualitas udara ambie
Kualitas udara di lingkungan rencana kegiatan penambangan tanah liat
sangat dipengaruhi oleh sumber pencemaran udara yang ada di lokasi,
yakni yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor dan peralatan yang
digunakan. Keberadaan rencana penambangan tanah liat (clay) ini berjarak
100 m dari jalan jalur Padang-Painan yang cukup ramai dilalui oleh
kendaraan bermotor baik angkutan barang maupun penumpang. Untuk
mengetahui kualitas udara sebelum ada kegiatan penambangan tanah liat,
dilakukan pengambilan sampel kualitas udara di tapak kegiatan pada

29
koordinat S: 01˚ 04’ 15.1”, E: 100˚ 26’ 11’’. Hasil pengukuran kualitas udara
ambient disekitar lokasi kegiatan disajikan pada Tabel 6.1
No Parameter Satuan Hasil Uji Baku Mutu*
1. Sulfur dioksida (SO₂) Uh/Nm³ 186,37 900
2. Nitrogen dioksida (N O₂) Uh/Nm³ 5,034 400
3. Karbon Monoksida ( (CO) Uh/Nm³ 7,805 30.000
Sumber: Hasil Analisis UPT Laboratorium Lingkungan Hidup Bapedalda
Kota Padang (2015)
Ket*): Baku mutu Menurut PP. No. 41 tahu 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara

Hasil pengukuran menunjukan bahwa kualitas udara di lingkungan


rencana kegiatan/ usaha penambangan tanah liat (clay) masih di bawah
baku mutu udara ambient yang diperbolehkan sesuai dengan PP RI. No. 41
Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Hal ini menunjukan
bahwa lingkungan sekitar rencana kegiatan penambangan tanah liat (clay)
tidak terindikasi terjadi pencemaran udara. Namun demikian, melihat
posisi tata letaknya dekat dengan jalan raya Padang-Painan yang cukup
ramai dilalui oleh kendaraan umum, maka akumulasi dari kontribusi zat
pencemar dari system transportasi merupakan potensi yang terabesar
terhadap pencemaran udara, sehingga akan mempengaruhi kualitas udara
lingkungan sekitarnya

30
BAB VII
PELAPORAN CADANGAN MINERAL

7.1 Verifikasi dan validasi pemodelan geologi sumberdaya


Berdasarkan Peta Geologi daerah ini termasuk ke dalam Lembar Painan,
skala 1 : 250.000 yang dibuat oleh M.C.G. Clarke, W. Kartawa, A. Djunuddin, E.
Suganda dan M. Bagdja, 1982 diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Bandung, terlihat bahwa Daerah Lokasi Penyelidikan
termasuk dalam jalur pegunungan Bukit Barisan dengan bentuk morfologi
perbukitan sedang sampai tinggi (700 sampai dengan 1,4250 m) di atas
permukaan laut. Relief di bagian Utara lebih kasar dan terjal disbanding pada
bagian Selatan nya.Sungai – sungai yang mengalir di daerah ini pada umumnya
sungai membentuk pola dendritic dengan tebing-tebingnya berbentuk V
(stadium erosi muda) sehingga lereng dan tebingnya sangat terjal.

Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan secara regional termasuk bagian dari


sistem Sesar Semangko, dimana mineralisasi ditemukan dalam batuan berumur
tua (Perm – Karbon) hingga clay berumur tersier (Eosen – Miosen Akhir)

Dari hasil pendataan sekunder yang dilakukan, ternyata memiliki potensi


sumber daya mineral yang cukup beragam dan memiliki cadangan yang besar.
Kabupaten Pesisir Selatan memiliki berbagai bahan galian non logam yang dapat
dikembangkan, diantaranya ; granit, batu gamping, kuarsit, tanah liat, pasir
kuarsa, dan sirtu. Sedangkan bahan galian logam yang cukup prospek untuk
dikembangkan adalah emas, mangan, timah hitam dan perak.

Hampir semua tanah liat yang ada di Indonesia disebut "lempung".


Lempung merupakan produk alam, yaitu hasil pelapukan kulit bumi yang
sebagian besar terdiri dari batuan feldspatik berupa batuan granit dan batuan
beku. Hasil pelapukan tersebut berbentuk partikel-partikel halus dan sebagian

31
besar dipindahkan oleh tenaga air, angin dan gletser ke suatu tempat yang lebih
rendah dan jauh dari tempat batuan induk. Sebagian lagi tetap tinggal di lokasi
dimana batuan induk berada. Alam memproduksi tanah liat secara terus
menerus, sehingga tidak mengherankan jika tanah liat terdapat dimana-mana
dan jumlahnya sangat besar. Karena jumlahnya sangat besar, dapat dipastikan
manusia tidak akan mampu menghabiskannya. Sesungguhnya bentuk
permukaan bumi selalu berubah, terjadinya gunung-gunung, lembah-lembah,
sungai-sungai, benua-benua, pulau-pulau dan sebagainya tidak dalam waktu
sekejap, tetapi memakan waktu jutaan tahun.

Permukaan bumi yang kita diami sekarang ini adalah hasil pendinginan
kulit bumi yang menutupi bagian dalam bumi yang masih sangat panas
(magma). Ketika bumi masih dalam massa lebur, bahan-bahan berat seperti
unsur logam cenderung mengendap ke tingkat terdalam. Karena proses
pengendapan, komposisi kimia kulit bumi di semua bagian mendekati seragam.
Semakin bumi mendingin, lapisan teratas yang disebut kulit bumi akan memadat
dan membatu. Batuan yang terbentuk karena proses pendinginan disebut
batuan beku (igneous rock).

Gambar 7.1 Peta Geologi CV. ELOK & SON

32
7.2 Optimalisasi penambangan
7.2.1 Sistem/Metoda dan Tata Cara Penambangan
Berdasarkan data penyebaran, ketebalan serta batas titik koordinat
maka kegiatan penambangan akan dilakukan secara bertahap. Awal
kegiatan penambangan dimulai dengan luas 1 Ha pada blok pertama dan
kemudian diteruskan pada blok berikutnya. Metode penggalian yang akan
dilakukan terbuka sistem open pit dengan teknik pengambilan gabungan
alat muat dan alat angkut. Pemilihan metode ini dikarenakan lokasi yang
berdekatan dan mempermudahkan rencana reklamasi lokasi pada bekas
area penambangan.
Dilihat dari bentuk atau karakteristik lokasi penambangan serta
lapisan penutupnya, sistem penambangan yang diterapkan adalah
tambang terbuka. Sehingga dalam penentuan metode penambangan dapat
mempertimbangkan beberapa aspek diantaranya.
 Kemampuan perusahaan untuk melakukan usaha penambangan yang
meliputi kemampuan teknis dan finansial serta target produksi per
tahun.
 Keadaan topografi daerah penambangan merupakan daerah
perbukitan dan lapisan tanah penutup tipis sehingga penambangan
secara terbuka dapat dilaksanakan.
 Kondisi daerah penyelidikan bukan merupakan daerah pemukiman
hanya merupakan daerah perbukitan sehingga pengelolaan lingkungan
dilakukan optimal melalui tata cara penambangan
 Kegiatan penambangan akan diawali dari blok I kemudian dilanjutkan
pada bagian berikutnya. Kegiatan penambangan pada awalnya
dilakukan penyediaan lokasi area disposal pada waktu mulai
penambangan. Strategi penambangan secara umum yang dilakukan
sebagai berikut:

33
 Pada tahun pertama akan dilakukan penambangan seluas 1 Ha,
pembuangan disposal awal berada di pinggiran dari blok tersebut.
 Awal penambangan pada tahun pertama harus diupayakan dengan
nisbah pengupasan minimum dengan memperhatikan lapisan tanah
penutupnya.
 Penambangan pada blok-blok potensial selalu memperhatikan
pencapaian target produksi tahunan.
 Penggunaan peralatan mekanis dilakukan seoptimum mungkin
disesuaikan dengan speksifikasi alat.
 Pencapaian target optimum dilakukan bertahap sesuai dengan
peningkatan pengadaan sarana penunjang dan kegiatan pembersihan
lahan serta pemindahan lapisan tanah tertutup.
 Curah hujan disekitar lokasi penambangan untuk penentuan produksi
bulanan harus diperhitungkan agar tidak menghambat produksi.
Dalam melakukan kegiatan penambangan, tentu mempunyai tata cara/
tahapan yang akan dilakukan, seperti gambar dibawah ini.

Gambar 7.2 Tahap Penambangan

34
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa, ada tiga tahapan penambangan
yang perlu dilakukan, antara lain:

1. Pembersihan Lahan (Land Clearing)


Sebelum melakukan penambangan maka terlebih dahulu dilakukan proses
pembersihan lahan yang akan dilaksanakan pada lahan yang potensial di mana
luas areal yang akan dilakukan pembersihan disesuaikan dengan rencana luas
bukan tambang.
Kegiatan pembersihan lahan non tambang adalah kegiatan pembersihan
lahan pada lokasi yang diperuntukan untuk fasilitas penunjang kegiatan-
kegiatan penambangan seperti lokasi untuk mendirikan bangunan kantor/base
camp, stockpile, gudang, bengkel dan fasilitas pendukung lainnya.
Kegiatan pembersihan vegetasi tanah penutup pada kegiatan ini akan
dilaksanakan pada lahan seluas 5.2 Ha dimana untuk areal penambangan seluas
4 Ha dan pembangunan sarana dan prasarana seluas 1,2 Ha. Kegiatan
pembersihan lahan akan dilakukan dengan cara semi tanpa pembakaran.
Vegetasi hasil dari pembersihan lahan tersebut akan dikumpulkan serta
dirapikan bersama hasil tebangan pepohonan pada tempat yang telah
ditentukan dan diharapkan dapat menjadi sumber bahan organik dengan adanya
proses dekomposisi. Untuk mencegah terjadinya kebakaran pada tumpukan
pepohonan maka kelembaban kondisi tumpukan hasil tebangan perlu dijaga
agar tidak mudah terbakar, selain itu hasil tebangan tersebut juga dimanfaatkan
untuk material tambahan pada kegiatan pembangunan sarana dan prasarana
penunjang lainnya.
Kegiatan pembersihan lahan ini selain menggunakan alat berat juga
menggunakan chain saw dan parang. Vegetasi hasil pembersihan dikumpulkan
dan dirapikan pada tempat yang telah ditentukan. Kegiatan pembersihan lahan
penambangan dilakukan pada lokasi-lokasi di mana tambang akan terbuka.

35
Berkaitan dengan tahap ini maka akan dilakukan beberapa pekerjaan antara
lain:
a. Pembabatan semak dan perdu
Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan bulldozer yang menjalankan
fungsi gali-dorong dengan memanfaatkan blade dan tenaga dorong yang
besar. Semak dan perdu yang menutupi area penambangan di dorong ke
daerah tepi penambangan.
b. Penebangan pohon dan pemotongan kayu
Sebelum dilakukan pembersihan lahan penambangan, maka perlu dilakukan
penebangan pohon dan pemotongan kayu. Penebangan pohon dilakukan
secara manual dengan alat chain saw dan potongan kayu tersebut dibersihkan
dan dikumpulkan pada suatu tempat. Potongan kayu ini dapat digunakan
untuk bahan pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi
penambangan seperti pembangunan kantor, base camp dan sebagainya.
Setelah dilakukan pengupasan tanah pucuk, selanjutnya akan dilakukan
pengupasan tanah penutup (overburden) yaitu tanah yang berada di atas
lapisan clay (tanah liat). Seperti halnya pada pekerjaan pengupasan tanah
pucuk, pada kegiatan pengupasan tanah penutup ini juga dilakukan pada
lahan potensial untuk dilakukan penambangan dengan menggunakan
bulldozer yang dilengkapi dengan bilah tipe straight dan alat garuk, kemudian
hasil tanah kupasan tersebut akan dimasukan ke dalam alat angkut dengan
menggunakan alat backhoe untuk diangkut ke lokasi penimbunan (disposal
area)
Pengupasan tanah penutup yang terdiri dari batu pasir dan batu lempeng
dilakukan dengan mendorong tanah penutup secara mendatar oleh bulldozer
ke tempat penimbunan tanah penutup. Teknik pengupasan tanah pucuk dan
tanah penutup ini menggunakan teknik countour mining. Untuk itu perlu
dirancang suatu bukaan tambang yang dilengkapi kolam bertingkat untuk

36
menanggulangi masalah air yang dapat mengganggu penambangan clay
(tanah liat) pada loading point, air tersebut bisa berasal dari air hujan, air
tanah, maupun mata air yang berasal sekitar pit. Mengatasi masalah tersebut,
perlu dibuat kolam-kolam sebagai penampung air serta pompa sebagai
pendistribusi dari satu kolam-kolam lainnya.
Kegiatan penggalian lapisan penutup berupa overburden ini dilakukan dengan
menggunakan excavator. Untuk material lemah sampai sedang, langsung
dilakukan penggalian dan pemuatan ke dump truck sebagai alat angkut.
Pemindahan material hasil penggalian lapisan penutup menggunakan
excavator sebagai alat muat dan dump truck sebagai alat angkut. Lapisan
penutup diangkut dari daerah penambangan ke lokasi penimbunan yang
telah direncanakan. Timbunan lapisan penutup itu harus ditutup dengan
lapisan tanah subur agar dapat ditanami kembali.
c. Pengangkutan Tanah Pucuk dan tanah Penutup
Hasil pengupasan tanah penutupan dimuat ke dalam dump truck dengan
menggunakan excavator untuk diangkut ke lokasi penimbunan (top soil
stock).
d. Pemindahan dan Penimbunan Tanah Pucuk dan Tanap Penutup
Lokasi penimbunan tanah pucuk diupayakan tidak mengganggu potensi clay
(tanah liat), daerah yang ditambangkan serta berdekatan dengan disposal
area. Tempat penimbunan tanah pucuk harus stabil dengan tinggi bench
maksimal 3 m dan kemiringan 30 derajat serta dirancang dengan sistem
berjenjang untuk menghindari terjadinya longsor.
Berikut ini merupakan cara pengolahan tanah pucuk yang harus dilakukan,
yaitu:
 Tempat penimbunan top soil harus stabil dengan tinggi bench maksimal
3 m dan kemiringan 30;

37
 Untuk menghindari terjadinya gully pada tempat penimbunan dilakukan
penanaman cover crop;
 Untuk menjaga unsur hara yang terkandung pada top soil maka
dilakukan pemupukan dan penyiraman pada saat musim kemarau.
2. Penambangan Clay (tanah liat)
Pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan setelah tahap penggalian overburden
selesai dilakukan dan pelaksanaannya mengikuti arah kemajuan dari penggalian
clay (tanah liat) dan pembongkaran dilakukan sesuai dengan rencana produksi
yang telah ditetapkan. Pada pekerjaan ini alat yang dilakukan adalah excavator.
Pengangkutan yang dilakukan langsung oleh dump truck dilihat dari pemilihan
pada clay (tanah liat) yang memiliki kekuatan lemah sampai sedang.
Penambangan direncanakan akan dimulai dari arah atas dengan sistem
jenjang/bench yang mengikuti arah kemiringan endapan agar pada musim hujan
front penambangan akan terbebas dari banjir dimana air tersebut akan berada
di belakang front penambangan. Ketinggian jenjang direncanakan maksimum 7
m atau disesuaikan dengan ketinggian penggalian alat gali excavator sedangkan
lebar diusahakan 12 m dengan kemiringan jenjang berkisar 45 -50 derajat.
Kemajuan front tambang penambangan akan di mulai dari atas jenjang yang
akan diikuti dengan penggalian di bawahnya oleh excavator sehingga bentuk
jenjang akan stabil. Jika potensi batuan yang berada di bawah permukaan tanah
menguntungkan, maka direncakan juga untuk pemberian dengan menggunakan
bahan peledak sesuai dengan kekerasan clay (tanah liat) yang akan diledakkan.
Untuk mencegah bukaan tambang tetap kering maka penanganan air limbasan
dan air hujan ditanggani dengan cara :
a) Merancang suatu bukaan tambang sedemikian rupa sehingga air limbasan
dapat tercegah masuk ke front, namun jika air tetap masuk ke dalam front,
air tersebut akan terkumpul pada lantai bukan pada tambang yang telah

38
dibuat sumur disuatu bagian yang terendah. Hal ini dilakukan agar tidak
mengganggu proses penambangan
b) Air hujan yang jatuh diluar front diusahakan semaksimal mungkin ke
dalam front dengan paritan/saluran disekeliling front untuk mengalirkan
air tersebut ke daerah lain yang lebih rendah.
c) Sistem pengaliran open sump ini dilakukan dengan cara membuat paritan
di dekat kaki jenjang untuk mengalirkan air menuju ke sumuran serta
mencegah genangan air di daerah jenjang.
3. Pemuatan dan Pengangkutan Clay (tanah liat)
Pengangkutan dimulai dari penambangan clay (tanah liat) pada lokasi
penambangan, kemudian diangkut dengan truk ke lokasi penimbunan. Clay
(tanah liat) yang bagian teratas dari truk dipadatkan menggunakan alat muat
untuk menghindari tumpahan di jalan.

7.3 Desain penambangan


Desain penambangan merupakan tahapan penambangan yang
menunjukan bagaimana suatu pit akan ditambang mulai dari bukaan awal
hingga bentuk akhir pit. Berikut desain penambangan CV. ELOK & SON terlampir

7.4 Perencanaan sepanjang umur tambang


Penambangan dilakukan dengan sistem tambang terbuka (open pit
mining). Untuk mencapai target produksi maka kegiatan penambangan
sebanyak 115.000 Ton/ Tahun, maka dalam pengambilannya perlu dilakukan
dengan menggunakan alat mekanis berupa exscavator.
7.5 Evaluasi keekonomian proyek tambang
Hasil dari perhitungan kelayakan rencana investasi CV. ELOK & SON
dengan menggunakan 5 (lima) metode diperoleh kesimpulan bahwa rencana
kegiatan penambangan clay dinyatakan layak.

39
Adapun perhitungan dari masing-masing metode yaitu:
a. ARR atas dasar Initial Investment adalah 3,49% dinyatakan layak
tetapi apabila perhitungan ARR atas dasar Avarage Investment adalah
7,65% dinyatakan tidak layak apabila minimum accounting rate of
return ditetapkan sebesar 15 %
b. Harga NPV 15% sebesar 1,879,242,968 dan NPV 20% sebesar
650,483,679 artinya kedua nilai tersebut adalah positif (+) sehingga
dinyatakan layak.
c. Payback Period akan dapat tercapai pada tahun kedua bulan ke 10
setelah kegiatan Operasi Produksi dimulai.
d. Intenal Rate of Return (IRR) dari perhitungan diperoleh 15,07%
sehingga dinyatakan layak karena lebih besar dari tingkat
keuntungan yang dikehendaki sebesar 15%.
e. Profitability Index (PI) dari hasil perhitungan PI (15%) sebesar 1,49%
dan PI (20%) sebesar1,17 %. Nilai PI > 1 sehingga dinyatakan layak.
7.6 Tinjauan faktor pengubah
7.7 Kriteria klasifikasi
Sumber daya bahan galian yang dijumpai di lokasi rencana penambangan
CV. Elok and Son adalah Clay (Tanah Liat). Clay ini berupa tubuh soft .
Tubuh clay ini berwarna kemerah-merahan,dengan tekstur lembut.
Komposisi kimia Sio2 dan Al2O3. Clay ini sangat cocok sekali digunakan
sebagai bahan campuran pembuatan semen,. Beberapa hasil penelitian
menunjukan bahwa clay ini mempunyai berat jenis 1,2 – 1,4.
Cadangan sumber daya lokasi rencana penambangan dihitung berdasarkan
perhitungan menggunakan cross section. Sehingga berdasarkan
perhitungan, total cadangan minable dari lokasi CV. Elok and Son adalah
2.017.955.74 Ton (Terlampir).

40
Jika penambangan direncanakan sebanyak 115.000 ton per Tahun, maka
umur tambang adalah : 2.017.955.74 ton /115.000= ± 17 tahun.
7.8 Estimasi cadangan
7.8.1 Metoda
Metode yang digunakan dalam perhitungan sumberdaya
dapatmenggunakan metoda penampang atau cross section
7.8.2 Parameter Estimasi
Data-data yang digunakan sebagai input untuk bahan dasar pembuatan
garis sayatan yaitu peta topografi, data koordinat, serta top dan bottom
seamclay.Software yang digunakan untuk penghitungan volume yaitu
Autocad LD 2014
7.8.3 Neraca Sumber Daya Cadangan
Sumberdaya dan cadangan Clay yang tersisa akibat aktifitas operasi
produksi yang dilakukan oleh CV. ELOK & SON mulai dari tahun 2017
sampai dengan tahun 2021 dapat dihitung dengan mengurangkan
besarnya sumberdaya cadangan Clay dengan besarnya produksi Clay yang
dilakukan mulai dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2021 sebesar :
2.017.955.74 Ton dengan rincian seperti pada Tabel 3.2.

Tabel 7.1 Sumberdaya dan Cadangan pada Jabuari 2022 Wilayah


IUP Operasi Produksi CV.ELOK & SON
Produksi JumlahCadangan
N Tahun BCM Ton (Ton)
o.
1 2017 2,283.384.74
2 2018 2,283.384.74
3 2019 2,283.384.74
4 2020 2,283.384.74
5 2021 477.774,00 265,430 2.017.955.74

41
SISA CADANGANJANUARI2022 2.017.955.74
Tabel 7.2 Neraca Sumber Daya dan Cadangan Tahun 2021 dan Tahun
2022 IUP Operasi Produksi CV.ELOK & SON
A. Sumber Daya
Sumber Daya Tahun 2021 Luas
Jenis Tereka Tertunjuk Terukur (Ha)
N BLOK
Materi Kadar Kadar Kadar Compete
o PROSPEK Ton Tonas
al Unsur Unsur Unsur Unsur Tonase Unsu Unsur nt Person
ase e
1 2 1 2 r1 2
JALAN
1 CLAY
PRODUKSI
2 IUP OP E& S CLAY 2,263,384.74 5.2
Total 2,263,384.74

Sumber Daya Tahun 2022 Luas


Jenis Tereka Tertunjuk Terukur (Ha)
N Nama
Materi Kadar Kadar Kadar Compete
o Blok/Prospek Ton Tonas
al Unsur Unsur Unsur Unsur Tonase Unsu Unsur nt Person
ase e
1 2 1 2 r1 2
1 JALAN CLAY
PRODUKSI
2 IUP OP E& S CLAY 2.017.955.74 5.2
Total 2.017.955.74

B. Cadangan
Cadangan Tahun 2021 Luas
Jenis Tereka Tertunjuk Terukur (Ha)
N BLOK Compet
Materi Kadar Kadar Kadar
o PROSPEK Ton ent
al Unsur Unsur Tonase Unsur Unsur Tonase Unsur Unsur
ase Person
1 2 1 2 1 2
1 JALAN CLAY
PRODUKSI
2 IUP OP E& S CLAY 2,263,384.74 5.2
Total 2,667,824.26

Cadangan Tahun 2022 Luas


Jenis Tereka Tertunjuk Terukur (Ha)
N Nama Compete
Materi Kadar Kadar Kadar
o Blok/Prospek Ton nt
al Unsur Unsur Tonase Unsur Unsur Tonase Unsur Unsur
ase Person
1 2 1 2 1 2
1 JALAN CLAY
PRODUKSI
2 IUP OP E& S CLAY 2.017.955.74 5.2

Total 2.017.955.74

42
BAB VIII
KESIMPULAN

Dari hasil studi yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:


1. Total sumberdaya dan cadangan pada wilayah IUP OP pada rencana
cutting jalan produksi IUP OP CV. ELOK & SON adalah 2.017.955.74 Ton.

43
DAFTAR PUSTAKA

DinasEnergidanSumberDaya Mineral Provinsi Sumatera Barat. 2008.


“PotensiPertambangandanEnergiProvinsi Sumatera Barat”.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas


Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tetang Pertambangan Mineral
dan Batubara

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1827


K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan yang Baik
……., KlasifikasiSumberdaya Mineral danCadanganStandarNasional
Indonesia- SNI 4726,2011.

Laporan Eksplorasi CV ELOK & SON Tahun 2020.


StudiKelayakan CV. ELOK & SON Tahun 2020.

44
659838 659949 660059
,635997 ,052505 ,469013

PETA SITUASI
CV.ELOK AND SON
/
" /
"

NAGARI SIGUNTUR,
KECAMATAN XI, KOTO TARUSAN
KABUPATEN PESISIR SELATAN
2021

4
,759509

,759509
9881913

9881913
SKALA 1:1.000
Kilometers
0 0,015 0,03 0,06 0,09

Coordinate System : PROJECTED COORDINATES SYSTEM


Datum : WGS 84
Zona : 47 S

Legenda
Jalan Hauling
Parit
,801350

,801350
Kantor_Sementara
9881821

9881821
Tempat_Penimbunan_Bahan_Bakar_Cair
IUP Area

100°21'0"E 100°24'30"E 100°28'0"E 100°31'30"E

Lubuk Begalung Tambang CV. ELOK & SONTalang


Gunung

1°2'30"S

1°2'30"S
Bungus Teluk Kabung

Koto Xi Tarusan

1°6'0"S

1°6'0"S
/
" /
"

100°21'0"E 100°24'30"E 100°28'0"E 100°31'30"E


,843191

,843191
Sumber Data
9881729

9881729
1. DATA FOTO UDARA NOVEMBER 2021
2. DATA BATAS IUP CV. ELOK & SON

KONTRAKTOR PELAKSANA
CV. ELOK & SON
659838
,635997
659949
,052505
660059
,469013
2021
Adjustment Page 1 of 3

GPS Observations
Name dN (m) dE (m) dHt (m) Horz RMS Vert RMS
Base1−GCP3 -13442.755 -1280.681 95.769 0.007 0.006
Base1−GCP4 -13435.964 -1220.122 120.982 0.007 0.013
Base1−TTK 1 -13377.197 -1389.816 60.218 0.007 0.012
Base1−TTK 5 -13324.153 -1279.616 116.540 0.005 0.009
Base1−TTK 6 -13335.477 -1208.256 132.674 0.011 0.012
Base1−log20211011_174107_H548 -13434.957 -1349.673 70.589 0.006 0.010
GCP3−TTK 1 64.671 -110.457 -34.132 0.033 0.040
GCP3−TTK 5 118.615 1.061 20.794 0.004 0.008
GCP4−TTK 6 100.485 11.843 11.665 0.004 0.006
TTK 1−log20211011_174107_H548 -57.759 40.137 10.361 0.003 0.005

GPS Occupations
Point Name Original Name
Base1 Base1
TTK 5 TTK 5
TTK 1 TTK 1
TTK 6 TTK 6
log20211011_174107_H548 log20211011_174107_H548
GCP4 GCP4
GCP3 GCP3

Map View

Occupation View

file:///C:/Users/LABOR%20UKUR%20TAMBANG/AppData/Local/Temp/TTRD23C.htm 11/13/2021
Adjustment Page 2 of 3

Observation View

Point Summary
Name Grid Northing (m) Grid Easting (m) Elevation (m) WGS84 Latitude WGS84 Longitude WGS84 Ell.Height (m)
Base1 9895149.418 661195.641 110.515 0°56'53.91618"S 100°26'55.19872"E 110.515
GCP3 9881706.663 659914.960 206.284 1°04'11.62851"S 100°26'13.96549"E 206.284
GCP4 9881713.454 659975.519 231.497 1°04'11.40645"S 100°26'15.92432"E 231.497
TTK 1 9881772.220 659805.831 170.743 1°04'09.49562"S 100°26'10.43442"E 170.743
TTK 5 9881825.277 659916.022 227.078 1°04'07.76640"S 100°26'13.99802"E 227.078
TTK 6 9881813.939 659987.362 243.162 1°04'08.13450"S 100°26'16.30590"E 243.162
log20211011_174107_H548 9881714.461 659845.968 181.104 1°04'11.37563"S 100°26'11.73364"E 181.104

Project

Adjustment
Project name: Tes11Nov2021
Project folder: C:\Users\LABOR UKUR TAMBANG\Documents\hari kamis, 5 November 2020
Creation time: 11/13/2021 12:57:55 PM
Created by: Riko
Comment:
Linear unit: Meters
Angular unit: DMS
Projection: UTMSouth-Zone_47 : 96E to 102E

file:///C:/Users/LABOR%20UKUR%20TAMBANG/AppData/Local/Temp/TTRD23C.htm 11/13/2021
PEMERINTAH PROVINSI SUMAT'ERA BARAT
DINAS PENANAMAN MODAL
DAN PELAYAN TERPADU SATU PINTU
Jl.Setia Budi No.{5"Te1p.0751411341, 81 1343 Fax.075{-81 1342
http :/ld pmpptspsumbar. go. id
PADANG

KEPUTU$AN GUBERNUR SUMATERA BARAT


NOMOR 5{4- ,96 -2AlT
TENTAHG
PERSETUJUAN PEHIHOKATAN IZIN U$AHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI
ilE[rADl mNUSAHA PERTAiIBAHGAI'I OPERASI PRODUKSI iTINERAL NON LOGATU
KEPADA CV. ELOK& SON DI KABUPATET{ PE$lslrtSELATAT{ PROVINSI $U;IIATERA BARAT
GUBERNUR SUMATERA BARAT,

Menimbang a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah, Persetujuan Penlngk#n lzin Usaha Pertambangan Eksplorasi Menjadi lzin
Usaha Pertambangan Operaoi Produksi Mineml Non Logam merupakan kewenangan
Pemerintah Daerah Provinoi;
b. bahwa berdasarkan Pasal 46 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, setiap pemegang lzin Usaha pertambangan
Eksplorasid'ljamin untuk memperoleh lzin Usaha Pertambangan (lUP) Opera*i Produksi
sebaga i kelanj utan keg iatan uoaha pertam bangan nya ;
c. bahwa berdasarkan hasil lGjian Teknis oleh Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
ProvinEiSumatera Barat, permohonan izin Usaha Pertambangan (lUP) Operasi Produksi
Mineral Non Logam CV. Elok & Son dapat diproses lebih lanjut, sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelakeanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral dan Baturabara;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan
huruf cr perlu memberikan Persetujuan Peningkatan lzin Usaha Pertambangan
Eksplorasi menjadi lzin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Mineral Non Logam
kepada CV. Elok & Son di l&bupaten Pesisir Selatan Provinsi $urnatera Barat dan
menetapkannya dengan Keputusan Gubemur $umatera Barat;

Merqingat 1, UndangrUndang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undangh-Undang Darurat


Nomor 19 Tahun t957 tentang Pembenfukan Daer:ah-Daereh Swatantra Tingkat I
Sumatera Barat, Jambidan Riau Sebagai Undang*Undang (Lembaran Negara Republik
lndonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia
Nomor 1646) ;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria
(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik lndonesie Nomor 203);
3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 bntang Pertambangan Mineral dan Batubara
(Lernbaran Negam Republik lndonesia Tahsn 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran
Negara Republik lndonesia Nomor 49SS);
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik lndonEsia Nomor 50ag);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintiahan Daerah, (Lembaran
Negara Republik lndonesia Tahun 2014 Namor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik lndonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor I Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Abc Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik lndoneeia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahen Lembaran Negara Republik
lndonesia Nomor 5679);

[&mi*"*u*'l
L_--* jt
6. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran
Negara Republik lndonesia Tahun 2014 Nsmor 292, Tambahan Lembaran Negara
Republik lndonesia Nomor 5601);
7. Peraturan Femerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor a833);
8. Pereturan Pemerintah Nomor 23 Tahun ?010 tentang Pelaksanaan Kegiabn Usaha
Pertambangan Mineraldan Batubara (Lembaran Negara Republik lndonesii Tahun 2010
Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5111), sebagaimana
telah diubah beberapa kali, tarakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor t Tahun 2014
(Lembaran Negana Repubtik lndonesia Tahun 2014 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Republik lndonesia Nomor 5489);
9. Peraturen Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang lzin Lingkungan (Lembaran Negara
Republik lndonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
lndonesia Nomor 5285);
10. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 43 Tahun 2015 tentang Tata
Cara Evaluasi Penerbitan lzin Uoaha Pertambangan Mineral Dan Batubara (Berita
Negara Republik lndonesia Tahun 2015 Nomor2O4):
1'1. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 34 Tahun 2017 tentang
Perizinan Di Bidang Pertambangan Mineml dan Batubara (Eerita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 668);
12. Peraturan Daemh Provinsi Sumatem Bar:at Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Usaha Pertambangan Mineraldan Batubara (Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2012 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 69);
13. Peraturan Gubemur Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu $atu Pintu Provinsi $umatera Barat sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Gubemur Nomor 15Tahun2017;
14. Keputusan Gubemur $urnatera Barat Nomor 57A-54-2017 tentang Pendelegasian
Wewenang Penyelenggaraan Pelayanan dan Penandatanganan Jenis Perizinan dan Non
-
Perizinan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Gubernur Nomor 570 422 -
2017:

Mempernatil€n : 1. Surat Permohonan Direktur GV. Elol( & Son Nomor 19/ES12016 tanggal 17 Februari2016
perihal Permohonan lzin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Mineral Bukan Logam
dan Batuan;
2. Surat Kepala Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi $umatera Barat Nomor
540/38UMBPA/ESDM/2015 tanggal 3Maret 2016 perihal Kajian Teknis Pemohonan IUP
OperasiPnrdulcsiCV. Elok & $on;
4. Surat Badan Linglrungan Hidup Kahupaten Pesisir Selatan Nomor 660/04-I!/TL-PHL-
BLH-PS/2016 tanggal 9 Februari 2016 perihal Rekomendasi atas persetujuan Dokumen
UKL-UPL Rencana Kegiatan Penambangan Bahan Galian C,/Tanah Liat (Clay) di Nagari
Siguntur Kecamatan Xl Koto Tarusan, KabupaEn Pesisir Selatan;
5. Keputusan Bupati Pesisir $elatran Nomor 5T0I09IiUDPMPPTSP-PSI|V/2017, tanggal 18
April2017 tentang lzin Lingkungan Rencana Kegiatan Pertambangan Mineral Non Logam
(Ianah Clay) CV. Elok dan Son di Kampung Jirat Nagari Siguntur Kecamatan Koto Xl
Tarusan Kabupaten Pesisir Seletan;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan
KESATU Memherikan Persetujuan Peningkatan lzin Usaha Fertambangan Eksplorasi Menjadi lzin
Usaha Pertambangan Operasi Produksi Mineral Non Logam kepada :

Nsma Perusanasn : cv. ELor(& soN


NPWP : 03.119.231.3-201.000
Nama Direktur : JUNAIDIZAKIR
Alamat : Jl. Dr. M. Hatta No.4E A Padang
Pemegang saham perusahaan dengan mencantumkan :
Nilai/persenta$i eaham
1. Nama Persero Pengurus JUNAIDIZAKIR
NIK 1371490?;42590005
Pekerjaan Wiraswasta
Alamat Dr. M. Hatta No.48 A Padang
Nilai/persentasi saham _Jl.

2. Nama Persero Komanditer SYOFRIANI


NIK 13714947A1650003
Pekerjaan Rumah Tangga
Alamat Jl. Dr. M. Haffa No.48 A Padang
Nilai/persentasi saham
Lokasi Penamhangan NageriSiguntur Kecematan Xl Koto Tarusan Kabupaten
Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat
Komoditas Mineral Non Logam (Clay)
Luas Areal 5,2 (lima koma dua) Hektar.
dengan Peta dan daftar koordinat IUP sebagaimana tercantum dalam Lampimn I dan
Lampiran ll Keputusan ini,
KEDUA Pemegang IUP Operasi Produksi Mineral Non Logam mempunyai hak untuk melakukan
kegiatan konstruksi, produksi, serta pengangkutan dan penjualan serta pengolahan dan
pemumian dalam WIUF untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua)
kali masing-masing S (lima) tahun (sesuai dengan ltomoditas tamhang, sesuai Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 2009);
KETIGA CV. Elok & Son sebagai pemegang IUP Openasi Produksi Batuan sebetum rnelakukan
kegiaten oPerasi produksi waiib menyelesaikan hal( atas tanah dengan pemegang hak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
KEEMPAT IUP Operasi Produksi ini dilarang dipindahtangankan kepada pihak lain tanpa persetujuan
Gubernur Sumatera Barat.
KELIMA CV. Elok & Son sebagai Pemegang IUP Operasi Produksi Mineral Non Logam dalam
melaksanakan kegiatannya mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana tercantum dalam
lampimn lll Keputusan ini.
KEENAM Paling lambat 60 (enam puluh) hari kerja setelah ditetapkannya Keputusan ini pernegang
IUP Operasi Produksi Batuan sudah harus menyampaikan Rencana Kerja dan Anggaran
Biaya (RKAB) kepada Gubernur Sumatera Bamt c.q Dinas Energidan Sumher daya Mineral
Provinsi Sumatera Barat
KETUJUH Paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kerja sejak disetujui rencana kerja dan anggaran
biaya sebagaimana dimalcud dalam Diktum KELIMA, pemegang IUP Operasi Produksi
Batuan harus memulai aktifitas di tapangan.
KEDELAPAN : IUP Operasi Produksi Mineral Non Logam ini dapat dihentikan sementara, dicabut atau
dibatalkan apabila pemegang IUP Operasi Produl(Si tidak memenuhi l(ewajiban,
sebagaimana dimaksud pada Diktum KEEMPAT dan Diktum KELIMA serta melanggar
larangan sebegaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA.

KESEMtsILAN : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.


Ditetapkan diPadang
pada tanggal

An. GUBERNUR BARAT


KEPALA DINAS MODAL
DAN PEISYANAN SATU PINTU,

Pembina Tk. l
Nh. 1s74091€ 199311 1,001
Tembusan : dieampaikan keoad€ Ylh :
1. Menteri Energi dsn $umber Daya Mineral di Jakarta;
2. Menteri Keuangan di Jakarta;
3. Sekretaris JendEral Kementerian Eneryi dar Sumber Daya Mineral di Jakarla;
4. lnspekturJendsral Kernenterian Energi dan $umbor Baya Mineral di Jahart6;
5. Dilektur Jenderal Pajak, Kemenlerian Keuangan di Jakarta;
6. Dircktur Jenderal Perbendaharaan, KemEnterian keuangan di Jakata;
7. DipkturJendeml Pendapatan DaErah. OepErtemen Dalarn Negeri di Jakarta;
L Bupeti P€oisir S6latan:
9. Kepala Biro Hukum dan Humas/Kepala Biro tGuanganlt(epala Biro Psrcncanaan den Kerjesema Luar Negeri,
Setien Dspartremen Energi dan $umber Daya Mineral di Jakarta;
10. Sekretaris Direktorat Jenderal Minsral dan Batubara di Jakarta;
11. DirekturTeknik dan Ungkungan Mineral dan Batubara di Jakarta;
12. DireKur Pembinasn Progrem Mineral dan Batubara di Jekarta;
13. Direktur Pembinaan Pengusahan Mineral dan Batrbara di Jakarta;
11. Biro Perekonomian Selda Pmvinsi Sumatera Barat;
15. lGpala Dlnas Energidan Sumberdaya Mineral, Provin$lSum#ra tsarat dipadarq;
16. Kepala DPMPPTSP Kabupabn Peslsir &letan;
17. Arsip.
(u
e(l) o,
tsc 3
Efr x
;l a
Y
8l
z-t ,1, l
l]J
0 "li
; .'
Lxl i1 v, ..!r;
ol
rxl I t':
E<
<6.
Jl I LU
o ri

atrE
>vfr
6=<
<<04 3
(f (4 J F
oz
uJ

3I3
@4)
oE
E C)
L
q
frg2 <
(r)

7*? #3
ro)
z.a'o
< 4V. (I,r
m=[L -= dt
-ct.i-
tr(q
74fr
Et< zq az
zz
64"
rN
o,
HRd (D 6s
UI
<&cr>
ro-Ir :) 15 .9.'
o z
fin* i 6H
-duJ
4|U-J IL
Ui(f
.
E N*z
zYH
H $6$
fit ". E6$
7,*.a
LEz rU(u
=6
q* zfto
o
eX

E!
5[g (JF(E
ia
H . E=d
t#5 CD >=
-fru
f; se t qeH
A$
2......
HfiA
-EO5
5 B; P=EE s
Job=.=V-.9
-(gCO

fi J.n -t 5 * q::A p
ru.r
> t"t y8.6,8
(J z'f, B5
0) }( tL s)
'6,
(!
U9EE
=E8E -o
. cc
g.g
z E c r
E.q -g.E.E
t
tr 5: s,SE &'E
=
5
&# E H H H E a
om:5vvYo-
LAMPIRAN II KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT
N0MOR : 5{d-lg,6-eOtZ
TANGGAL , ii,
TENTANG : PERSETUJUAN PENINGI(ATAI'I IZIN UBAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI
MENJADI IZIN USAI-IA PERTAMBANGAN OPERASI PRODUKSI MINERAL
NON
LOGAM KEPADA CV. ELOK & SON DI KABUPATEN PESISIR SEI.ATAN PROVINSI
SUMATERA BARAT

DAFTAR TITIK KOORDINAT LOKASI IUP OPERASI PRODUKSI M'NERAL


NON LOGAM
Lokasi NagariSiguntur Kecamatan Xl Koto Tarusan
Kabupaten/Kota Pesisir Selatran
Provinsi Sumatera Barat
Komodibs Mineral Non Logam (Ctay)
Luas 5,2 (lima koma dua) Hektare

Spesifikasi Proyeksi

GAR|S BUJUR (BT) GARIS LINTANG Keterangan


No. Titik
Koordinat
0 0 LU/LS

1 100 26 10,80 1 4 10,00 LS


2 100 26 19,00 1 4 10.00 LS
3 100 26 19,00 1 4 2,90 LS
4 100 26 10,80 1 4 2,90 LS

An. GUBERNUR MATERA BARAT


KEPALA DINAS MODAL
DAN PELAYANAN SATU PINTU,

DEDI, M.Si
Pernbina;Tk. I
Hitr,!g-r*1018{ 9931 I 1.001

[&'lini--,sprrl
r:tl:"_-"_ . . )
LAMPIMN III : KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATEM BARAT

NOMOR ; 844- l8G - zorz


TANGGAL : |,i' lli
TENTANG : PERSETUJUAN PENINGKATAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI
MENJADI IZIN USAHA PERTAMBANGAN OPERASI PRODUKSI MINERAL NON
LOGAM KEPADA CV. ELOK & SON DI KABUPATEN PESISIR SEI.ATAN
PROVINSI SUMATERA BARAT

I{AK DAN NEWAJIBAN PEIilEGANG IUP OPERASI PRODUKSI IIiINERAL NON LOGAIIfr
A. HAK
1. MemasukiWUP $esuai dengan peta dan dafiar koordinat;
2. Melaksanakan kegiatan IUP Operasi Produksi (konstruksi, produksi, pengolahan dan pemumian serta
penjualan) sesuai dengan ketentuan pemturan perundang-undangan;
- P-engangkutan dan
3. Membangun fasilit;as penunjang kegiatan IUP Openasi Produksi (konstruksi, produkii, pengolahan dan
pemurnian serta pengangkutan dan penjualan) didalam maupun diluarWIUP;
4. Dapat mengajukan permohonan untuk sewaktu-ruaktu menghentikan kegiatan IUP Operasi produksi di
getiqn bagian qtau pgbegpa bagian W|UP dengan alasan bahwa kelanjutan dari kegiatan Operasi
Produksi tersebut tidak layak ateu tidak praktis secara komersial maupun keadaan kihar, keadaan
yeng menghalangi sehingga menimbulkan penghentian sebagian atau seluruh kegiatan usaha
pertambangan; .a
5. Mengajukan permohonan pengusahaan mineral lain yang bukan merupakan asosiasi mineral utiama
yang diketemukan dalam WUP;
6. Mengajukan pemyatean tidek berminat terhadap pengusahaan mineral lain yang bukan merupakan
asosiesi mineral uteme yang diketemukan dalam WIUP:
7. Memanfaatkan sarana dan prasarana umum untuk keperluan kegiatan IUP Operasi Produksi
(konstruksi, produksi, pengolahan dan pemurnian serta pengangkutan dan penjualan) setelah
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan;
8. Dapat melakukan kerjasama dengan perusahaan lain dalam rangka penggunaan setiap fasilitas yang
dimiliki oleh perusahaan lain baik yang berafiliasi dengan parusahaan atau tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.;
9. Dapat membangun sarana dan prasarana pada WIUP lain setelah mendapat izin dari pemegang IUP
bersangkutan.

B. KEWAJIBAN
1. Memilih yuri$diksi pada Pengadilan Negeri tempat dimana lokasiWIUP berada;
2. Selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah ditetapkannya keputusan ini, pemegang IUP Operasi
ProduksiMineral Non Logam harus sudah melaksanakan dan menyampaikan laporan pematokan baEs
wilayah IUP Operasi Produksi;
3. Hubungan antara pemegang IUP Operasi Produksi Mineral Non Logam dengan pihak ketiga menjadi
tanggung jawab pemegang IUP sesuai ketentuan perundang-undangan;
4. Menyampaikan rencana reklamasi;
5. Menyampaikan rencana pasca tiambang;
6. Menempatkan jaminan penutupan tarnbang (sesuai umur tambang);
7. Menyampaikan RI{AB yang meliputi rencana bhun depan dan reali$asi kegiatan sefiap tahun berjalan
kepada Gubemur Sumatera Barat c.q. Dinas Eneqgi dan Sumber Daya Mineral Propinsi Sumatera Barat
dengan tembusan kepada:
- Menteri Energidan Sumber Daya Mineml
- Bupati PesiEir $elatan
8. Menyampaikan laporan triwulan yang harus diserahkan dalam jangka waKu 30 (tiga puluh) hari setelah
akhir bulan takwin secem berkala kepada Gubemur Sumatena Banat c.q Kepala Dinas EneEi dan
Sumber daya Mineral Propinsi Surnater:q Barat dengan tembusan kepada:
- Menteri Energidan Sumber Daya Mineral
- Bupatt Pesisir Selatan
9. Apabila ketentuan batas waktu penyampaian RI(AB dan pelaporan sebagaimana dimakEud pada angka
I
7 (tujuh) dan (delapan) tersebut di atas terlarnpaui, maka kepada pemegang lUp gperdai proCrifsi
akan diberikan peringatan tertulis;

10. Menyampail€n laporan produksidan pemasaran sesuaidengan ketentuan perundang-undangan;


11. Menyampaikan Rencana Kerja Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat sekitar wilayah
pertambangan sebagqi bagian_dari RI(AB kepada Gubemur Sumatera Bardt c.q Dinas Energi itan
Eumber Daya Mineral Propinsi$umatera Barat;
12. Menyampaikan RKfiL setiap tahun sebelum penyarnpaian RKAB;
13. Memenuhi ketentuan perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
14. Memhayar Pajak Batuan se$uai dengan ketentuan peraturan perundang.undangan;
15. Menempatkan jaminan reklamasi sebelum rnelakukan kegiatan produksi dan rencana penutupan
tambang sesuai dengan ketentuan peratumn perundang-undangan;
16. Menyampaikan Rencana Penutupan Tambang sebelum kegiatan produksi berakhir;
17- Mengangkat seorang Kepala Teknik Tambang yang bertanggung jawab atas kogiatan lUp Operasi
Produksi, keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan serta pengelolaan lingkungan;
18. Kegiatan produksi dimulai apabila kapasitas produksi terpasang sudah menoapai TATy yang
direncanakan;
19. Permohonan perpanjangan IUP untuk kegiatan produksi harus diajukan paling lembat 6 (enam) bulan
sebelum berakhirnya masa izin ini dengan disertai pemenuhan persyaratan;
20. Kelalaian atas ketentuan temebut pada butir 18 mengakihtkan IUP Opemsi Produksi Mineral Non
Logam hrakhir menurut hukum dan segala usaha perhmbangan dihentikan. Dalam jangka umKu
paling lama 6 (enam) bulan sejak berakhirnya keputusan ini pemegang IUP Operasi Produksi harus
mengangkat keluar segala sesuatu yang menjadi miliknya, kecuali benda-benda/bangunan-bangunan
yang dipergunakan untuk kepentingan umum;
2'1. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam butir 20, pemegang tUP Operasi produksi
Mineral Non Logam tidak melaksanakan maka barang/asset pemegang IUP menjadimilik pemerintah;
22- Pemegang .lUP Opragi Pruduksi Mineral Non Logam harus menyediakan data dan keterangan
seuaktu-waktu apabila dikehendaki oleh pemerintah;
23. Pemegang IUP Operasi ProduksiMineral Non Logam membolehkan dan menerima apabila pcmerintah
sewaktu-waktu melakukan pemeriksaan;
24. Menerapkan kaidah pertambangan yang baik;
25. Mengelola keuangan sesuaidengan sistem akuntansi lndonesia;

An. GUBERNUR BARAT


KEPALA DINAS MODAL
DAN PELAYANAN TU PINTU,

MASWAR DEDI, . M.Si


Pembina Tk.
NIp. 19748618 199311 1.001

Anda mungkin juga menyukai