Anda di halaman 1dari 51

Surat Perjanjian Pekerjaan (Kontrak)

Nomor: HK.02.03/Satker BWS.S.IV/PRC/2309/2015


Tanggal 07 Mei 2015
LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN


PEKERJAAN : Survey, Investigasi, dan Desain Air Baku Kabupaten Kolaka Timur
LOKASI : Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara - Wilayah Sungai Lasolo-
Konaweha ± 120 km.

SEJARAH PERUBAHAN DAN REVISI


Tanggal Catatan Perubahan Keterangan

Uraian Disusun Oleh Diperiksa Oleh Disahkan Oleh


Wagiyo, ST., M.Si. Riwin Andono, ST., MT.
Nama Ir. Soebagio, MT
(Nip. 196910072009111001) (NIP. 198603122009121001)
Jabatan Team Leader Direksi Pekerjaan Pejabat Pembuat Komitmen

Tanda Tangan

Tanggal ... November 2015 ... November 2015 ... November 2015

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur”


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Sehubungan dengan Surat Perjanjian Kerja/Kontrak Nomor : HK.02.03-BS.02/Satker


BWS.S-IV/PRC/2309/2015 Tanggal 7 Mei 2015 antara PPK Perencanaan Program Satker
Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV dengan PT.Angga Anugrah Konsultan untuk Pekerjaan
“Survei Investigasi dan Desain Air Baku Kabupaten Kolaka Timur”, maka dengan ini
sesuai persyaratan teknis kami PT.Angga Anugrah Konsultan menyampaikan Laporan
Geologi dan Mekanika Tanah.

Laporan ini disusun dalam 6 (Enam) Bab, yaitu Pendahuluan, Kondisi Umum Lokasi
Studi, Metodologi Penyelidikan Tanah, Analisis Geoteknik, Hasil dan Analisis Daya Dukung
Pondasi, dan Kesimpulan.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan banyak terima kasih kepada PPK
Perencanaan Program Satker Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV atas kepercayaan yang
diberikan serta Direksi Pekerjaan yang telah banyak membantu dalam penyusunan dokumen
ini.

Semoga hasil dari Pekerjaan Penyusunan “Survei Investigasi dan Desain Daerah Irigasi Air
Baku Kabupaten Kolaka Timur” ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.

Kendari, November 2015

PT.ANGGA ANUGRAH KONSULTAN

Ir. Soebagio, MT.


Team Leader

i
LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Kata Pengantar .................................................................................................................... i


Daftar Isi .......................................................................................................................... ii
Daftar Tabel ......................................................................................................................... iv
Daftar Gambar .................................................................................................................... v

Bab I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... I-1
1.2. Maksud dan Tujuan Pekerjaan....................................................................... I-3
1.3. Nama dan Lokasi Pekerjaan........................................................................... I-4
1.4. Penanggung Jawab Pekerjaan ........................................................................ I-5
1.5. Jangka Waktu Pelaksanaan Pekerjaan ........................................................... I-6

Bab II. Kondisi Umum Lokasi Studi


2.1. Umum .............................................................................................................. II-1
2.2. Studi yang Pernah Dilaksanakan ..................................................................... II-1
2.3. Kondisi Lokasi Area Proyek ............................................................................ II-1

Bab III. Metodologi Penyelidikan Tanah


3.1. Umum .............................................................................................................. III-1
3.2. Lingkup Pekerjaan............................................................................................ III-3
3.3. Metodologi Penyeidikan Tanah Lapangan....................................................... III-4
3.4. Metodologi Penyelidikan Tanah di Laboratorium ........................................... III-8

Bab IV. Analisis Geoteknik


4.1. Klasifikasi Tanah.............................................................................................. IV-1
4.2. Profil Lapisan Tanah ........................................................................................ IV-2
4.3. Parameter Tanah............................................................................................... IV-2
4.4. Analisis Penurunan (Setlement) ...................................................................... IV-3

Bab V. Hasil dan Analisis Daya Dukung Pondasi


5.1. Analisis Daya Dukung Tanah berdasarkan N-SPT .......................................... V-1
ii
LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

5.2. Kapasitas Daya Dukung Ijin Tiang Pancang.................................................... V-4


5.3. Hasil Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang ..................................... V-5

Bab VI.Kesimpulan

iii
LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Tabel 2.1. Luas Wilayah Kabupaten Kolaka Timur Menurut Kecamatan ...................... II-10
Tabel 2.2. Pembagian Daerah Administrasi Kabupaten Kolaka Timur .......................... II-10
Tabel 2.3. LuasWilayah menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Loea ........................ II-11
Tabel 2.4. Penyebaran Penduduk di Kecamatan Loea ................................................... II-12
Tabel 2.5. Luas Wilayah menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Tirawuta ................. II-13
Tabel 2.6. Penyebaran Penduduk di Kecamatan Tirawuta ............................................. II-14
Tabel 3.1. Hubungan antara Nilai SPT dan Relative Density pada Tanah Lanau
Lempung ........................................................................................................ III-6
Tabel 3.2. Hubungan antara Nilai SPT dan Relative Density pada Tanah Pasir ........... III-7
Tabel 4.1. Klasifikasi Tanah Lempung berdasarkan N-SPT........................................... IV-1
Tabel 4.2. Klasifikasi Tanah Pasir berdasarkan N-SPT .................................................. IV-1
Tabel 4.3. Rangkuman Hasil Analisa Immediate Settlement pada Pondasi .................... IV-4
Tabel 5.1. Rangkuman Hasil Uji SPT ............................................................................. V-1
Tabel 5.2. Rangkuman Hasil Perhitungan Kapasitas Ijin Pondasi Tiang Pancang pada
Kedalaman 14 meter....................................................................................... V-6

iv
LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Gambar 2.1. Lokasi IPA (Eksisting) dan IPA (Rencana) ........................................... II-2
Gambar 2.2. Lokasi System Penyediaan Air Baku Kota Kolaka Timur .................... II-3
Gambar 2.3. Lokasi System Penyediaan Air Baku Kota Kolaka Timur ..................... II-4
Gambar 2.4. Kondisi Topografi Lokasi Embung Tawainalu ..................................... II-5
Gambar 2.5. Peta Kawasan Hutan Daerah Lokasi Studi ............................................ II-6
Gambar 2.6. Peta Batas Lokasi Tapak Bangunan dan Genangan .............................. II-7
Gambar 2.7. Penyebaran Penduduk di Kecamatan Loea ........................................... II-12
Gambar 2.8. Penyebaran Penduduk di Kecamatan Tirawuta ..................................... II-15
Gambar 3.1. Lokasi Penyelidikan Tanah ................................................................... III-3
Gambar 3.2. Rotary Drilling Machine ........................................................................ III-5
Gambar 3.3. Tabung Shelby ....................................................................................... III-6
Gambar 3.3. Split Spoon Sampler .............................................................................. III-5
Gambar 4.1. Korelasi antara Nilai N-SPT dengan Kuat Geser Undrained ................ IV-2
Gambar 4.2. Korelasi antara Nilai N-SPT dengan Sudut Geser Dalam ..................... IV-3
Gambar 5.1. Ruang Lingkup Perhitungan Pondasi .................................................... V-2

v
LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PEKERJAAN

Untuk menunjang perkembangan penduduk, maka perlu dipikirkan


bagaimana memenuhi kebutuhan penduduk akan air baku untuk air minum.
Bahwa air minum rumah tangga menempati prioritas pertama, hal ini
merupakan acuan program untuk penyediaan air baku untuk mengatasi
kendala utama dimana yaitu :

 Air tidak tersedia pada waktu yang diperlukan,


 Air tidak tersedia pada ruang / tempat yang dibutuhkan,
 Air tidak tersedia dalam jumlah yang diperlukan dan
 Air tidak tersedia dalam mutu yang disyaratkan.

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 tahun 2005 tentang


”Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)” disebutkan bahwa
air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku
adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air
tanah (CAT) dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai
air baku untuk air minum.

Kegiatan berada dalam Program Pengelolaan Sumber Daya Air,


memanfaatkan potensi sumber daya air sebesar-besarnya untuk
kepentingan masyarakat. Dimana potensi yang ada akan terus dipelihara
demi kelangsungan pemanfaatannya. Manfaat pekerjaan ini akan dirasakan
oleh seluruh masyarakat Kab. Kolaka Timur, yang mata pencaharian utama
penduduknya adalah sebagai Petani. Selain itu, ada beberapa hal yang
termasuk dalam PP No. 16 Tahun 2005 yang bisa menjadi acuan dalam
program penyediaan air baku ini, antara lain :

a. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) diselenggarakan


berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum,
keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta
transparansi dan akuntabilitas.
b. Pengaturan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
bertujuan untuk :

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” I-1


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

 Terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas


dengan harga yang terjangkau
 Tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan
penyedia jasa pelayanan.
 Tercapainya peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air minum.
c. SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan
jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi :
 Unit air baku,
 Unit produksi,
 Unit distribusi,
 Unit pelayanan, dan
 Unit pengelolaan.

Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi :


 Sumur dangkal,
 Sumur pompa tangan,
 Bak penampungan air hujan,
 Terminal air,
 Mobil tangki air,
 Instalasi air kemasan atau bangunan perlindungan mata air.

Disamping itu sesuai penyampaian uraian pemenuhan 8 (delapan) syarat


teknis pembangunan air baku oleh kepala subdit air baku dan air tanah,
meliputi :

1) Alokasi air
2) Kontinuitas air
3) Kualitas air
4) Kelayakan teknis infrastruktur air baku beserta utilitasnya
5) Kelayakan proses pembangunan
6) Kelayakan ekonomi
7) Kelayakan operasional
8) Kelayakan keberlanjutan pemanfaatan prasarana air baku.

Sesuai dengan kebijakan penyediaan air bersih di atas dan mencermati


kondisi saat ini di Kab. Kolaka Timur yang masih mengalami kendala dalam
penyediaan air baku untuk air minum dimana kondisi sumber air diperkirakan
masih banyak yang belum teridentifikasi untuk dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat seiring dengan perkembangan dan
kemajuan daerah Kab. Kolaka Timur.

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” I-2


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Atas pertimbangan tersebut, maka Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV akan


melaksanakan kegiatan Study Penyediaan Air Baku Kab. Kolaka Timur.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PEKERJAAN

Maksud pekerjaan ini adalah :

a. Melakukan Study pada wilayah administratif Kab. Kolaka Timur yang


mempunyai potensi sumber air baku yang dapat dikembangkan menjadi
sarana air bersih / air minum untuk masyarakat.
b. Melaksanakan / melakukan identifikasi dan investigasi potensi dan
kendala yang ada dilokasi kegiatan ditinjau dari aspek teknis, sosial,
budaya, ekonomi dan lingkungan, kemudian merumuskan rencana
pemecahan masalah yang ada dalam rangka mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
c. Memberikan rekomendasi penanganan terhadap hasil studi penyediaan
air baku di Kab. Kolaka Timur kepada Pengguna Jasa.
d. Membuat Perencanaan Detail Desain sarana dan prasarana penyediaan
air baku seperti tampungan air baku dan atau Intake air baku, bangunan
utama serta instalasi atau jaringan air baku yang diperlukan.

Sedangkan tujuan dari pekerjaan ini adalah :

a. Untuk menyiapkan suatu produk/dokumen Study Potensi Air Baku di


wilayah Kab. Kolaka Timur yang layak teknis, ekonomi, sosial dan
lingkungan sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
b. Melaksanakan survey, investigasi dan desain pada lokasi Potensi
pengembangan air baku tersebut.
c. Menyiapkan suatu produk/dokumen pelaksanaan konstruksi sarana dan
prasarana penyediaanAir Baku di seluruh wilayah Kab. Kolaka Timur yang
memenuhi syarat teknis pembangunan air baku, meliputi:
1) Alokasi air
2) Kontinuitas air
3) Kualitas air
4) Kelayakan teknis infrastruktur air baku beserta utilitasnya
5) Kelayakan proses pembangunan
6) Kelayakan ekonomi
7) Kelayakan operasional
8) Kelayakan keberlanjutan pemanfaatan prasarana air baku. Sehingga
dapat dimanfaatkan oleh Pengguna Jasa.

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” I-3


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

1.3. NAMA DAN LOKASI PEKERJAAN

Nama pekerjaan ini adalah “Survey, Investigasi dan Desain (SID) Air
Baku Kabupaten Kolaka Timur”. Lokasi pekerjaan “SID Air Baku
Kabupaten Kolaka Timur” berada di Kabupaten Kolaka Timur, terletak di
Kabupaten Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara - Wilayah Sungai
Lasolo- Konaweha ± 120 KM sebelah Barat Kota Kendari Ibu Kota Provinsi
Sulawesi Tenggara dapat ditempuh menggunakan Kendaraan roda empat.

IPA Simbune

IPA Mowewe IPA Tawainalu

IPA Bend. Loea

IPA Bend. Ladongi

IPA Poli-Polia
IPA Lambandia

Rencana

Existing
ana
Konstruksi
Gambar 1.1. Peta Lokasi Pekerjaan
”SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur”

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” I-4


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

1.4. PENANGGUNG JAWAB PEKERJAAN

Penanggung jawab pekerjaan ini yang sekaligus sebagai organisasi


pengguna jasa layanan konsultan adalah Pejabat Pembuat Komitmen
Perencanaan dan Program, Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi IV
Provinsi Sulawesi Tenggara.

1.5. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Secara umum ruang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah


seluruh kegiatan/pekerjaan pengumpulan data meliputi : survey pengukuran,
penyelidikan dan perencanaan termasuk penyiapan peta, laporan, gambar-
gambar dan lain-lain dengan tetap mengacu pada kriteria yang telah
ditetapkan.

Dalam melaksanakan pekerjaan “SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur”


diperlukan secara detail tentang lingkup pekerjaan yang meliputi :

 KEGIATAN : Pekerjaan Persiapan

 KEGIATAN B : Pekerjaan Pendahuluan

 KEGIATAN C : Pekerjaan Survey dan Investigasi yang meliputi :


 Survey topografi, yang mencakup kegiatan survey dan pengukuran :
 Survey hidrologi dan hidrometri, antara lain :
 Investigasi geoteknik
 Sosek dan Lingkungan

 KEGIATAN D : Analisa Data Survey dan Investigasi

 KEGIATAN E : Kegiatan Perencanaan Desain, Meliputi :


 Perencanaan bangunan pengambilan
 Perencanaan desain pipa transmisi air baku
 Perhitungan volume pekerjaan dan RAB
 Penyusunan spesifikasi teknis dan dokumen tender
 Penggambaran desain

 KEGIATAN F : Diskusi dan Presentasi, meliputi :


 Diskusi RMK dan RK3K
 Presentasi draft laporan (pendahuluan, interim, final)
 Alih pengetahuan pada Staff BWS Sulawesi IV
 Pertemuan konsultasi masyarakat

 KEGIATAN G : Pembuatan Pelaporan, meliputi :


 Laporan RK3K
 Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK)
 Laporan Bulanan

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” I-5


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

 Laporan Pendahuluan (Draft dan Final)


 Laporan Pertengahan (Draft dan Final)
 Laporan Akhir (Draft dan Final)
 Laporan Executive Summary (Ringkaasn)
 Laporan Penunjang ( Hidrologi – Hidrometri, Topografi dan Diskripsi
BM, Geologi – Mektan, Sosek, dan Lingkungan)
 Laporan System Planning
 Laporan RAB dan Analisa Harga Satuan
 Laporan Spesifikasi Teknik / Spesifikasi Umum
 Laporan Pedoman Operasi dan Pemeliharaan
 Laporan Gambar Cetakan (Asli dan Copy)

1.6. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN

Jangka waktu pelaksanaan yang disediakan untuk menyelesaikan pekerjaan


“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” ini tidak boleh lebih dari 7 (Tujuh)
bulan atau 210 (Dua Ratus Sepuluh Hari) hari terhitung sejak tanggal
diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” I-6


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

BAB II
KONDISI UMUM LOKASI STUDI

2.1 UMUM

Data Sekunder dan informasi yang didapatkan yang berkaitan dengan


pekerjaan SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur ini akan sangat berguna
dalam menunjang pelaksanaan studi ini. Data yang didapatkan antara lain :

- Data Statistik : Data ini memberikan informasi yang menyangkut


kondisi penduduk, social ekonomi dan klimatologi
serta curah hujan
- Peta Top Car : Data ini memberikan informasi lokasi pekerjaan
dan kondisi topografi
- Peta Geologi Regional : Data ini memberikan informasi yang
menyangkut kondisi gejala geologi daerah
setempat yang diperlukan untuk perencanaan
- Data Hidrologi : Data ini memberikan informasi secara detail yang
menyangkut tentang kondisi curah hujan dan
kelimatologi dan terkadang ada pencatatan debit
air sungai.
- RUTR : Data ini memberikan informasi yang menyangkut
hal peta kawasan daerah study, alokasi ruang
untuk peruntukan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah daerah setempat, dan lainnya.

2.2 STUDI YANG PERNAH DILAKSANAKAN

Studi yang pernah dilaksanakan yang berkaitan dengan pekerjaan ini untuk
sementara ini masih Pola pengelolaan SDA. Dalam laporan study tersebut
direkomendasikan untuk peningkatan pelayanan air bersih dengan
pembangunan instalasi pengeloaan air minum yang baru, dengan
pembangunan dengan waduk atau embung di wialayah WS Toari – Lasusua.

2.3 KONDISI LOKASI AREA PROYEK


2.3.1 Lokasi dan Topografi

Lokasi pekerjaan “ SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” berada di


Kabupaten Kolaka Timur, terletak pada di wilayah Administratif Kabupaten
Kolaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara - Wilayah Sungai Lasolo-

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” II - 1


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Konaweha ± 120 KM sebelah Barat Kota Kendari Ibu Kota Provinsi Sulawesi
Tenggara yang dapat ditempuh menggunakan Kendaraan roda empat.
Berdasarkan hasil diskusi pendahuluan sebelumnya Lokasi layanan air baku
berada di perioritaskan di Kecamatan Loea dan Kecamatan Tirawuta. Berikut
peta lokasi pekerjaan dan lokasi IPA (existing) dan rencana pembangunan
IPA pada tahap selanjutnya yang sudah direkomendasikan baik dalam study
Pola Pengeloaan SDA maupun oleh PADM Pemerintah Kabupaten Kolaka
Timur

Gambar 2.1. Lokasi IPA (Existing) dan IPA (Rencana) Kabupaten Kolaka
Timur

Lokasi yang diperioritaskan saat ini berada di wilayah kecamatan Tirawuta,


dimana kota kabupaten ini berada di kecamatan ini dan penduduknya paling
padat dalam suatu wilayah administrasi kabupaten baru Kolaka Timur hasil
pemekaran dari Kabupaten Kolaka. Pelayanan air bersih saat ini berasal dari
IPA Simbune dengan kapasitas 45 liter/ detik, yang kondisinya saat ini masih

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” II - 2


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

belum mampu melayani kebutuhan air baku secara keseluruhan wilayah


kecamatan Tirawuta dan beberapa kecamatan lain (kecamatan Loeya,
sebelumnya juga meliputi Kec. Ladongi namun saat ini di ladongi sudah ada
IPA tersendir). Dalam kondisi tersebut IPA Simbune ini nanti direncakan
untuk alokasi kebutuhan layanan air minum untuk ibu kota kabupaten yang
berada di desa Lalingato sekitar 20 liter/ detik. Dengan kondisi ini maka akan
direncanakan pembuatan IPA baru yang terkoneksi nantinya dengan jaringan
PDAM Simbune ini, IPA baru tersebut direncanakan di desa Tawainalu yang
merupakan lokasi pekerjaan studi ini.

IPA Simbune
IPA Tawainalu

Gambar 2.2. Lokasi System Penyediaan Air Baku Kota Kolaka Timur

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” II - 3


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Lokasi Air Terjun

Lokasi Embung Tawainalu

Pipa Distribusi IPA Simbune


Di sepanjang Jalan Poros
Jalan Kendari - Kolaka

Gambar 2.3. Lokasi System Penyediaan Air Baku Kota Kolaka Timur

Kondisi Topografi lokasi studi untuk lokasi rencana site embung disebelah
kiri dan kanan sepanjang sungai mulai dari lokasi alternative 2 ke arah hulu
berupa perbukitan dengan kondisi cekungan yang cukup lebar yang
kemudian terus menyempit ke arah hulu sungai, sedangkan kondisi sungai
ke arah hulu kondisinya cukup terjal. Kondisi topografi ini dapat dilihat pada
gambar 2.4 di bawah berikut :

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” II - 4


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Site Alt. 1

Site Alt. 2

Site Alt. 3

Gambar 2.4. Kondisi Topografi Lokasi Embung Tawainalu

2.3.2 Peta Kawasan Daerah Study

Berdasarkan Pemetaaan kawasan di daerah lokasi study yang kami peroleh


dari data sekunder pembagian wilayah kawasan hutan dan penggunaan lain
adalah sebagai berikut :

saat ini (lampiran), sedangkan perincian penggunaan lahan trersebut


ditunjukkan pada tabel berikut dibawah ini :
a. Areal penggunaan lain
b. Hutan Lindung (HL)
c. Hutan Produksi (HP)
d. Hutan produksi Konversi (HPK)
e. Hutan Produksi Terbatas (HPT)
f. Hutan Marga Satwa (SM)

Adapun batas – batas kawasan tersebut dapat di lihat pada gambar 2.5
berikut :

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” II - 5


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Gambar 2.5. Peta Kawasan Hutan Daerah Lokasi Studi Kabupaten Kolaka
Timur

2.3.3Batas Tapak Bangunan dan Genangan

Berdasarkan hasil ploting rencana tapak bangunan dan areal genangan


Embung Tawainalu dengan Kawasan Hutan Lindung dapat dilihat pada
Gambar 2.6 Peta Batas Lokasi Tapak Bangunan dan Genangan.

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” II - 6


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

IPA Seimbune
Air Terjun

Tapak Bangunan dan Genangan


Embung Tawainalu

Gambar 2.6. Peta Batas Lokasi Tapak Bangunan dan Genangan

Lokasi tapak bangunan dan genangan berada pada areal penggunaan lain yang
mana sebelah kiri dan kanan serta di bagian hulu dan hlir masih berbatasan
dengan areal penggunaan lain, naman sudah berdekatan sekali dengan kawasan
hutan lindung, kecual di bagian hilir barat daya berbatasan secara penuh dengan
kawasan areal penggunaan lain.

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” II - 7


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

2.3.4 GEOLOGI REGIONAL

Di daerah Kendari, batuan dasar


secara tidak selaras ditindih
oleh formasi Meluhu berumur
Triassic, yang terdiri dari
sandstone, shale dan mudstone.
Formasi Meluhu disusun oleh 3
kelompok wilayah, yaitu; wilayah
Toronipa merupakan kelompok
yang paling tua, kemudian
Watutaluboto dan Tuetue yang
merupakan kelompok termuda.
Wilayah Toronipa terdiri dari
endapan sungai meandering dan
didominasi oleh sandstone
diselingi batuan sandstone
konglomerat, mudstone dan
shale.

Wilayah Watutaluboto adalah pengendapan tidal-delta yang didominasi


oleh mudstone dengan sisipan lapisan tipis sandstone dan batuan
konglomerat. Wilayah Tuetue terdiri dari mudstone dan sandstone yang
naik ke atas laut dangkal marjinal, napal dan limestone. Sandstone di
wilayah Toronipa terdiri dari litharenite, sublitharenite dan quartzarenite
berasal dari daur ulang sumber orogen. Fragmen batuan metamorf di
dalam sandstone mengindikasikan bahwa area sumber formasi Meluhu
didominasi oleh batuan dasar metamorfik. Batuan metamorf itu mungkin
tertutup oleh sedimen tipis. Adanya sedikit fragmen vulkanik dalam
formasi Meluhu menunjukkan bahwa batuan vulkanik juga membentuk
lapisan tipis dengan cakupan lateral terbatas di daerah sumber. Sedikit
fragmen igneous rock mungkin berasal dari dyke yang menerobos
basement metamorf. Umur formasi Meluhu setara dengan umur formasi
Tinala di dataran Matarombeo dan umur formasi Tokala di dataran
Siombok, hal ini disebabkan litologi ketiga formasi tersebut serupa,
dimana terdapat deretan klastik yang dominan di bagian yang lebih
rendah dan karbonat yang dominan di bagian yang lebih tinggi dari
ketiga formasi tersebut. Adanya Halobia dan Daonella di ketiga formasi
tersebut menunjukkan umur akhir Triassic, dimana kehadiran ammonoids
dan polen dalam wilayah Tuetue dari formasi Meluhu sangat mendukung
penafsiran ini.

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” II - 8


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

2.3.5 KABUPATEN KOLAKA TIMUR


2.3.5.1. Letak Geografis

Kabupaten Kolaka Timur merupakan salah satu daerah di jazirah tenggara


pulau Sulawesi dan secara geografis terletak pada bagian barat Propinsi
Sulawesi Tenggara memanjang dari utara

ke selatan berada diantara 2o00’ – 5o00’ Lintang Selatan dan membentang


dari barat ke timur diantara 120o45’ – 124o06’ Bujur Timur.

Batas daerah Kabupaten Kolaka Timur adalah sebagai berikut:


 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kolaka Utara yang
merupakan pecahan dari Kabupaten Kolaka.
 Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka.
 Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bombana.
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Konawe dan Konawe
Selatan.

Dari 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Kolaka Timur, wilayah kecamatan


dengan luas terbesar yaitu Kecamatan Uluiwoi sedangkan wilayah
kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Loea. Kecamatan Uluiwoi
dengan luas 2.154,25 Km2 sedangkan yang memiliki luas terkecil yaitu
Kecamatan Loea dengan luas 69,27 Km2.

2.3.5.2. Administratif

Kabupaten Kolaka Timur mencakup jazirah daratan dan kepulauan yang


memiliki wilayah daratan seluas ± 691.838 ha, dan wilayah perairan (laut)
diperkirakan seluas ± 15.000 Km2. Dari luas wilayah tersebut Kabupaten
Kolaka Timur dibagi dalam 12 (dua belas) kecamatan, yaitu: Kecamatan
Ladongi, Kecamatan Lalolae, Kecamatan Lambandia, Kecamatan Loea,
Kecamatan Mowewe, Kecamatan Poli-polia, Kecamatan Tinondo,
Kecamatan Tirawuta, Kecamatan Uluiwoi, Kecamatan Dangia, Kecamatan
Aere dan Kecamatan Ueesi. Dari 12 kecamatan tersebut, Kabupaten Kolaka
Timur terbagi menjadi 133 desa dan kelurahan, masing-masing 126 Desa
dan 7 Kelurahan. Kecamatan yang memliki jumlah desa/kelurahan yang
paling banyak adalah Kecamatan Tirawuta, dengan rincian 14 desa dan 2
kelurahan. Sedangkan kecamatan yang memiliki Desa/Kelurahan yang
paling sedikit adalah Kecamatan Lalolae yaitu 5 desa.

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” II - 9


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Tabel 2.1. Luas Wilayah Kabupaten Kolaka Timur Menurut Kecamatan

Luas
Prosenta
No Kecamatan Wilayah Keterangan
se (%)
(km2)
1 Ladongi 183.00 2.65
2 Lambandia 226.57 3.27
3 Tirawuta 206.80 5.51
4 Mowewe 92.75 1.34
5 Uluiwoi 2306.58 33.34
6 Poli-Polia Pemekaran Kec.
162.56 2.35
Ladongi
7 Lalolae Pemekaran Kec.
81.93 1.18
Tirawuta
8 Loea Pemekaran Kec.
107.94 1.56
Tirawuta
9 Tinondo Pemekaran Kec.
203.25 2.94
Mowewe
10 Dangia
11 Aere
12 Ueesi
Total 100.00
Sumber: Kabupaten Kolaka Timur Dalam Angka 2013

Tabel 2.2. Pembagian Daerah Administrasi Kabupaten Kolaka Timur

No. Kecamatan Ibukota Σ Desa ΣKelurahan Jumlah


1. Ladongi Atula 9 4 13
2. Lambandia Penanggo 19 1 20
Jaya
3.Tirawuta Rate-Rate 12 1 13
4.Mowewe Inebenggi 5 3 8
5.Uluiwoi Sanggona 12 1 13
6.Poli-Polia Poli-Polia 6 0 6
7.Lalolae Lalolae 6 2 8
8.Loea Loea 6 2 8
9.Tinondo Tinondo 8 0 8
10.Dangia
11.Aere
12.Ueesi
Kabupaten Kolaka Timur
Sumber: Kabupaten Kolaka Timur Dalam Angka 2013

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” II - 10


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

2.3.6 KECAMATAN LOEA


2.3.6.1. Letak Geografis

Kecamatan Loea terletak di Tenggara Kabupaten Kolaka. Secara geografis


terletak di bagian timur Kabupaten Kolaka, Kecamatan Loea di sebelah Utara
berbatasan dengan Kecamatan Tirawuta, sebelah Selatan berbatasan
dengan Kecamatan ladongi, sebelah Timur berbatasan Konawe Selatan, dan
sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lalolae Kabupaten Kolaka.

Luas wilayah kecamatan Loea adalah 107,94 km². Secara administrasi


Kecamatan Loea pada tahun 2013 terdiri atas delapan wilayah
desa/kelurahan, meliputi: Desa lamoare, kel. Loea, Desa Iwoikondo, Desa
Peatoa, Kel. Simbalai, Desa Teposua, Desa Mataiwoi, dan Desa lalowura..

Tabel 2.3. Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Loea

Desa/Kelurahan Luas
Km2 %
Lamoare 9.21 8.53
Loea 17.25 15.98
Iwoikondo 16.31 15.11
Peatoa 10.09 9.35
Simbalai 18.61 17.24
Teposua 10.62 9.84
Mataiwoi 12.71 11.78
Lalowura 13.14 12.71
Jumlah 107.94 100.00

2.3.6.2. Musim

Kecamatan Loea memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan.
Musim Kemarau terjadi antara Bulan Mei dan Oktober, dimana angin Timur
yang bertiup dari Australia tidak banyak mengandung uap air, sehingga
mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya Musim Hujan terjadi antara
Bulan November dan Maret, dimana angin Barat yang bertiup dari Benua
Asia dan Samudera Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi
musim hujan. Khusus pada Bulan April arah angin tidak menentu, demikian
pula curah hujan sehingga pada bulan ini dikenal sebagai musim pancaroba.

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” II - 11


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

2.3.6.3. Kondisi Sosial Ekonomi

a. Data Populasi dan Data Sumber Daya Manusia


Penduduk Kecamatan Loea dari tahun ke tahun mencatat kenaikan yang
cukup berarti. Sampai dengan tahun 2013 jumlah penduduk di Kecamatan
Loea sebanyak 6605 jiwa.

Tabel 2.4. Penyebaran Penduduk di Kecamatan Loea


Penyebaran Penduduk
Desa/Kelurahan

2011 2012 2013


Teposua - - 690
Mataiwoi - - 797
Lamoare - - 989
Tinomu - - 297
Twoikondo - - 422
Peatoa - - 566
Lalowura - - 699
Loea - - 1061
Simbalai - - 1084
Jumlah 6605

Gambar 2.7. Penyebaran Penduduk di Kecamatan Loea

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” II - 12


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

2.3.7 KECAMATAN TIRAWUTA


2.3.7.1. Letak Geografis

Kecamatan Tirawuta terletak di Tenggara Kabupaten Kolaka Timur. Secara


geografis terletak di bagian timur Kabupaten Kolaka Timur, Kecamatan
Tirawuta di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Mowewe, sebelah
Selatan berbatasan dengan Kecamatan Ladongi, sebelah Timur berbatasan
Kabupaten Konawe, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Lalolae.

Kecamatan Tirawuta mempunyai luas wilayah 206,8 km 2 . Secara


administrasi Kecamatan Tirawuta pada tahun 2013 terdiri atas tiga belas
wilayah desa/kelurahan, meliputi: Rate-Rate, Tawainalu, Simbune, Lalingato,
Tirawuta, Poni- Poniki, Tasahea, Orawa, Woiha, Lara, Tumbudadio, Roko-
Roko, dan Loka.

Tabel 2.5. Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Tirawuta


Desa/Kelurahan Luas

Km2 %
Rate-rate 26.63 12.88
Tawainalu 15.24 7.37
Simbune 17.03 8.24
Lalingato 20.24 9.79
Tirawuta 10.47 5.06
Poniki-poniki 12.37 5.96
Tasahea 15.16 7.33
Orawa 21.00 10.15
Woiha 16.02 7.75
Lara 19.45 9.41
Tumbudadio 14.05 6.79
Roko-roko 9.14 4.42
Loka 10.00 4.84
Jumlah 206.8 100.00

2.3.7.2. Musim

Kecamatan Tirawuta memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan


penghujan. Musim Kemarau terjadi antara Bulan Mei dan Oktober, dimana
angin Timur yang bertiup dari Australia tidak banyak mengandung uap air,
sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya Musim Hujan terjadi
antara Bulan November dan Maret, dimana angin Barat yang bertiup dari

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” II - 13


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Benua Asia dan Samudera Pasifik banyak mengandung uap air sehingga
terjadi musim hujan. Khusus pada Bulan April arah angin tidak menentu,
demikian pula curah hujan sehingga pada bulan ini dikenal sebagai musim
pancaroba.

2.3.8. KONDISI SOSIAL EKONOMI


2.3.8.1. Data Populasi dan Data Sumber Daya Manusia

Penduduk Kecamatan Loea dari tahun ke tahun mencatat kenaikan yang


cukup berarti. Sampai dengan tahun 2012 jumlah penduduk di Kecamatan
Tirawuta sebanyak 13042 jiwa.

Tabel 2.6. Penyebaran Penduduk di Kecamatan Tirawuta


Penyebaran Penduduk
Desa/kelurahan
Population Distribution
2011 2012 2013
Rate-rate 1961 2025 -
Tawainalu 1057 1088 -
Simbune 795 814 -
Lalingato 836 858 -
Tirawuta 706 723 -
Poniki-poniki 699 716 -
Tasahea 1206 1242 -
Orawa 1188 1223
Woiha 1236 1271 -
Lara 741 762 -
Tumbudadio 1159 1191 -
Roko-roko 623 637 -
Loka 479 492
Jumlah 12686 13042 -

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” II - 14


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Gambar 2.8. Penyebaran Penduduk di Kecamatan Tirawuta

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” II - 15


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

BAB III
METODOLOGI PENYELIDIKAN TANAH

3.1. UMUM

Pada umumnya bangunan teknik sipil dibuat atau didirikan di atas tanah
dasar, baik dengan fondasi berupa struktur penyanggah atau penopang baik
langsung di atas tanah dasar tersebut maupun berupa tanah timbunan.

Struktur yang dibuat sedemikian rupa agar mampu menahan beban dan stabil
terhadap pengaruh gerakan tanah dasar sekelilingnya. Besarnya daya
dukung dan perubahan bentuk tanah akibat pembebanan dapat dianalisis
dari data - data karakteristik tanah/batuan pada tempat yang akan diletakkan
fondasi atau struktur lainnya. Oleh karena itu untuk merencanakan suatu
struktur teknik sipil yang baik diperlukan informasi karakteristik material geologi
yang memadai.khususnya kondisi bawah permukaan,di tempat akan
diletakan bangunan bawah (substruktur) dengan melakukan investigasi
geoteknik. Investigasi geoteknik dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh informasi bawah permukaan dan karakteristik material yang
akan digunakan agar tidak terjadi perencanaan yang berlebihan karena tidak
adanya informasi bawah permukaan, dan sebaliknya untuk menghindari
timbulnya bahaya akibat perencanaan yang tidak memadai karena kondisi
yang belum dapat diperkirakan. Investigasi geoteknik dilakukan untuk
memberikan informasi bagi Perencana tentang kondisi bawah permukaan,
sifat - sifat mekanis dan sifat - sifat fisik termasuk kemampuan memikul
beban dari material yang digunakan untuk struktur suatu bangunan teknik
sipil.

Sasaran investigasi geoteknik meliputi penentuan dan identifikasi hal-hal


sebagai berikut :

- Luas lahan, kedalaman dan ketebalan dari setiap lapisan yang dapat di
identifikasi pada kedalaman terbatas yang tergantung pada ukuran dan
sifat struktur, bersama dengan keterangan (pemerian) tanah,mencakup
tingkat kepadatannya jika tanah dari jenis tidak kohesif.
- Kedaman sampai permukaan bedrock dan karakter batuan yang
mencakup item-item misalnya: lithologi, luas lahan, kedalaman, ketebalan
setiap lapisan, jurus, kemiringan dan spasi kekar serta bidang pelapisan
adanya zona sesar dan ketentuan pelapukan atau dekomposisi serta
diskontinyuitas lainya.

III - 1
“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur”
LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

- Lokasi air tanah dan adanya serta besarnya tekanan artesis.


- Sifat - sifat mekanis dari tanah atau batuan di tempat misalnya seperti
: Permeabilitas, kompresibilitas dan kuat geser.

Untuk melaksanakan Soil Investigasi di lapangan dapat dilaksanakan dengan


beberapa metode seperti :

- Sumuran uii dangkal sampai dalam (Pemboran Uji)


- paritan uji
- Lubang berdiameter besar (test pit)
- Terowongan uji
- Pemboran tangan (Hand Boring)
- Metode Penggantian ( Displacement Method)
- Pendugaan batang (sounding dan probing)
- Pendugaan dinamis (Dinamic Cone Penetrometer)
- Penyondiran (Ducth Cone Penetrometer)

Sehubungan dengan SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi


Tenggara, telah dilakukan penyelidikan tanah untuk mendapatkan data
keadaan tanah untuk selanjutnya data tersebut digunakan untuk keperluan
analisis geoteknik di lokasi SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur di
Tawainalu Kab. Kolaka Timur tersebut. Penyelidikan tanah yang
dilakukan berupa pemboran uji sebanyak 4 titik (2 titik pada lokasi
alternatif 01 dan 2 titik pada lokasi alternatif 02), Hand Boring sebanyak 4
titik (2 titik pada lokasi alternatif 01 dan 2 titik pada lokasi alternatif 02),
dan test pit sebanyak 3 titik dan pengujian laboratorium. Penyelidikan tanah
di lapangan tersebut dilakukan mulai tanggal 29 Agustus 2015 hingga
tanggal 02 September 2015. Adapun lokasi penyelidikan tanah adalah
sebagai berikut :

III - 2
“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur”
LAPORAN

X=38.0

X=38.50

X=384.0
GEOLOGI DAN MEKTAN

X=3825.0

X=385.0
X=3820.

X=380.
Hand Bor
Bor Mesin
Tes Pit

Gambar 3.1. Lokasi Penyelidikan Tanah

3.2. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan penyelidikan tanah ini meliputi penyelidikan lapangan dan


pengujian laboratorium yang terdiri dari:
a. Pekerjaan bor dalam (Deep Boring) sebanyak 4 titik
- Pengeboran inti 4 titik
- SPT interval 2.00 meter
b. Pengujian Sampel di Laboratorium, yang meliputi :
- Pengujian Kadar Air Tanah (Moisture Content)
- Pengujian Berat Volume Tanah
- Pengujian Berat Jenis Tanah
- Pengujian Analisa Saringan
- Pengujian Konsistensi Atterberg
- Pengujian Geser Langsung (Direct Shear)
- Pengujian Unconfined Compressive Strength Test
- Pengujian Permeabilitas

III - 3
“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur”
LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

3.3. METODOLOGI PENYELIDIKAN TANAH LAPANGAN

Penyelidikan tanah yang dilakukan sesuai dengan American Standard


for Testing Material (ASTM). Penyelidikan tanah ditujukan untuk
memahami struktur tanah dan sifat mekanika tanah di wilayah proyek.
Lingkup pekerjaan penyelidikan tanah yang dilakukan meliputi:

3.3.1.Pemboran

Pemboran inti sebanyak 4 titik bor (2 titik pada lokasi alternatif 01 dan 2
titik pada lokasi alternatif 02) dilakukan hingga mencapai kedalaman
pemboran sedalam maksimal 30 m atau setelah diperoleh nilai N-SPT lebih
dari 60. Selama pengeboran, dilakukan pengamatan secara visual terhadap
lapisan tanah. Pada kedalaman tertentu dilakukan pengambilan contoh
tanah (disturbed sample dan undisturbed sample) dan Standard Penetration
Test (SPT).

Prosedur pelaksanaan dan peralatan pemboran dalam mengacu pada


ASTM D 1452-80, “Standard Practice for Soil Investigation and Sampling by
Auger Borings”, ASTM D 420 - 93, “Standard Guide for Investigating and
Sampling Soil and Rock”, ASTM D 2488 - 93, “Standard Practice for
Description and Identification of Soils (Visual-Manual Procedure)” dan ASTM D
2113 - 83, “Standard Practice for Diamond Core Drilling for Site Investigation”.

Data hasil pemboran dalam disajikan dalam field logs (Bore - Logs) yang di
dalamnya tercakup: identifikasi proyek, nomor boring, lokasi, orientasi, tanggal
mulai pemboran, tanggal akhir pemboran, dan nama operator,
klasifikasi/deskripsi tanah (kekerasan, warna, derajat pelapukan, dan
identifikasi lainnya yang masih berhubungan), deskripsi litologi, kondisi
air tanah, pengambilan contoh tanah, in situ test di bore hole, dst.

III - 4
“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur”
LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Gambar 3.2. Rotary Drilling Machine

3.3.2.Pengambilan Contoh Tanah Tidak Terganggu (UDS)

Pelaksanaan pengambilan contoh tanah tidak terganggu mengacu pada


ASTM D 1587-94 “Standard Practice for Thin-Walled Tube Geotechnical
Sampling of Soils”. Contoh tanah undisturbed diambil dari kedalaman tertentu
dengan menggunakan Shelby tube sampler (thin walled tube sampler).
Kemudian contoh tanah dilindungi dari goncangan, getaran dan perubahan
kadar air, yang bertujuan untuk menjaga struktur tanah dan komposisi fisiknya
tetap seperti kondisi aslinya, sampai contoh tersebut dikeluarkan untuk
kemudian diuji di laboratorium. Kedalaman bagian atas contoh dan panjang
sampler dicatat di boring log.

III - 5
“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur”
LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Gambar 3.3. Tabung Shelby

Pengambilan contoh tanah asli (undisturbed sample) pada umumnya


dilakukan terhadap tanah dari jenis lempung, lanau pasir kelempungan atau
pasir + lanau. Sifat dari tanah yang akan diambil adalah dari sangat lunak
sampai dengan kokoh (firm). Untuk tanah bersifat kenyal dan keras umumnya
tidak mungkin. Hubungan antara nilai SPT tanah lanau lempung terhadap
kepadatan relative (relative density) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.1. Hubungan antara Nilai SPT dan Relative Density Pada Tanah
Lanau Lempung

Relative Density Harga N

Very Soft (sangat lunak) 2


Soft (lunak) 2- 4
Medium (medium) 4-8
Stiff (agak kenyal) 8-15
Very Stiff (sangat kenyal) 15-30
Hard (keras) > 30

Hubungan antara nilai SPT tanah pasir terhadap kepadatan relative (relative
density) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

III - 6
“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur”
LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Tabel 3.2. Hubungan antara Nilai SPT dan Relative Density Pada Tanah Pasir
Relative Density Harga N
Very loose (sangat lepas) 0-4
loose (lepas) 4- 10
Medium dense (agak kompak) 10-30
Dense (kompak) 30-50
Very dense (sangat kompak) >50

3.3.3.SPT (Standard Penetration Test)

SPT (Standard Penetration Test) yang dilakukan dengan interval kedalaman


lebih kurang setiap 2.0 m. Prosedur pelaksanaan dan peralatan Standard
Penetration Test mengacu pada ASTM D 1586 - 84, "Standard Method for
Penetration Test and Split Barrel Sampling of Soils". Hammer yang
digunakan seberat 140 lbs (63 kg) dengan tinggi jatuh 30” (76.2 cm). Jumlah
total tumbukan yang dibutuhkan untuk penetrasi tanah 3 × 15 cm dicatat.
Nilai SPT, dinyatakan dengan nilai N, didapat dari jumlah tumbukan yang
diperlukan untuk penetrasi 2 × 15 cm terakhir.

Gambar 3.4. Split Spoon Sampler

3.3.4.Penyelidikan Hand Boring

Titik hand boring dimana penyelidikan tanah akan dilakukan


ditetapkan sesuai urgensi bangunan atas petunjuk pemberi pekerjaan.
Pelaksanaan boring dilakukan dengan maksud untuk mengobservasi
lapisan tanah pada kedalaman yang dispesifikasikan. Pekerjaan boring
mengikuti langkah kegiatan berikut ini; Sebelum pengeboran dilakukan

III - 7
“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur”
LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

pembersihan top soil sampai kedalaman 0,2 m dibuka dan mata bor
dipasang pada elevasi tersebut.

Pengeboran dilakukan sampai kedalaman 4,0 meter, dilakukan tahap demi


tahap pada setiap interval kedalaman 0,1-0,2 m sesuai kapasitas Hand Bor
Auger. Interpretasi lapisan tanah dilakukan visualisasi langsung dilapangan
dari tanah yang dikeluarkan dari hand auger. Hasilnya disajikan pada Hand
Boring Log.

3.3.5.Test Pit

Test pit dilakukan untuk pengambilan sampel tanah terganggu (disturbed


sample) dengan membuat lubang berkuran 1 m2 dengan kedalaman sekitar
1 meter, selanjutnya dilakukan pengambilan sampel. Sampel terganggu ini
biasanya digunakan untuk keperluan pekerjaan soil fill (tanah timbunan).

3.4. METODOLOGI PENYELIDIKAN TANAH DI LABORATORIUM

Uji laboratorium yang akan dilaksanakan terhadap sampel tanah asli (UDS)
adalah :

- Pengujian Kadar Air Tanah (Moisture Content)


- Pengujian Berat Volume Tanah
- Pengujian Berat Jenis Tanah (specific gravity)
- Pengujian Analisa Saringan
- Pengujian Konsistensi Atterberg
- Pengujian Geser Langsung (Direct Shear)
- Pengujian Unconfined Compressive Strength Test
- Pengujian Permeabilitas

Metoda pelaksanaan uji laboratorium mengikuti standar-standar berikut ini:

3.4.1.Water Content / Moisture Content

Moisture content, w, didefinisikan sebagai perbandingan antara berat air


di dalam contoh tanah dengan berat partikel solid. Contoh basah mula-mula
ditimbang, kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 230° F (110° C)
hingga mencapai berat konstan. Berat contoh setelah dikeringkan adalah
berat partikel solid. Perubahan berat yang terjadi selama proses
pengeringan setara dengan berat air. Untuk tanah organik, terkadang
disarankan untuk menurunkan suhu pengeringan hingga mencapai 140° F
(60°C).

III - 8
“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur”
LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Test dilakukan mengacu pada ASTM D 2216-92, ”Test Method for


Laboratory Determination of Water (Moisture) Content of Soil and Rock”.
Moisture content diperlukan untuk menentukan properties tanah dan dapat
dikorelasikan dengan parameter-parameter lainnya.

3.4.2.Specific Gravity

Specific gravity dari tanah, Gs, didefinisikan sebagai perbandingan


massa volume partikel tanah di udara dengan massa volume yang
sebanding dengan g a s free distilled water di udara pada suhu kamar
(umumnya 68° F {20° C}). Specific gravity ditentukan berdasarkan jumlah dari
pycnometer yang sudah dikalibrasi, dimana massa dan suhu dari contoh
tanah deaerasi/air distilasi diukur.

Test dilakukan berdasarkan ASTM D 854-92, ”Standard Test Method for


Specific Gravity of Soils”. Metoda ini digunakan pada contoh tanah dengan
komposisi ukuran partikel lebih kecil daripada saringan No. 4 (4.75 mm).
Untuk partikel dengan ukuran lebih besar dari saringan tersebut, prosedur
pelaksanaan mengacu pada ”Test Method Specific Gravity and Absorption
of Coarse Aggregate (ASTM C 127-88)”. Specific gravity dari tanah
diperlukan untuk menentukan hubungan antara berat dan volume tanah, dan
digunakan untuk perhitungantest laboratorium lainnya.

3.4.3.Sieve Analysis (Analisis Saringan)

Tanah yang mengandung butiran kasar dan butiran halus di uji secara
berurutan. Analisis saringan memberikan pengukuran secara langsung
terhadap distribusi ukuran partikel tanah dengan cara melewatkan contoh
pada sejumlah wire screens, dari ukuran yang terbesar hingga terkecil.
Jumlah material yang tertahan di tiap-tiap saringan kemudian ditimbang.
Prosedur pelaksanaan pengujian ini mengacu pada ASTM C 136-95a,
”Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates”.

Hasil analisis dicatat dalam combined grain size distribution plot sebagai
persentase contoh yang lebih kecil beratnya versus log diameter partikel.
Data ini diperlukan di dalam klasifikasi tanah. Kurva tersebut juga dapat
menunjukkan parameter-parameter lainnya, seperti diameter efektif (D10)
dan koefisien uniformity (Cu). Test dilakukan berdasarkan ASTM D 422-63
”Method for Particle Size Analysis of Soils.

3.4.4.Atterberg’s Limit

Liquid limit dilakukan dengan cara meletakkan pasta tanah dalam mangkuk

III - 9
“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur”
LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

kuningan kemudian digores tepat ditengahnya dengan alat penggores


standar.Dengan menjalankan alat pemutar,mangkuk kemudian dinaikturunkan
dariketinggian 0.4 inci (10 mm) dengan kecepatan 2 drop/detik. Liquid limit
dinyatakan sebagai moisture content dari tanah yang dibutuhkan untuk
menutup goresan yang berjarak 0.5 inci (13 mm) sepanjang dasar contoh
tanah dalam mangkuk sesudah 25 pukulan. Pengujian dilakukan menurut ASTM
D 4318.

Plastic limit ditentukan dengan mengetahui secara pasti moisture content


terkecil, dimana material dapat digulung hingga diameter 0.125 inches (3.2
mm) tanpa mengalami keretakan. Pengujian dilakukan sesuai dengan ASTM
D 4318-95, ”Test Method for Liquid Limit, Plastic Limit and Plasticity Index of
Soils”.

3.4.5.Geser Langsung (Direct Shear)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kohesi (c) dan sudut


geser tanah (θ). Peralatan pengujian meliputi kotak geser dari besi, yang
berfungsi sebagai tempat benda uji. Kotak geser tempat benda uji dapat
berbentuk bujur sangkar maupun lingkaran, dengan luas kira-kira 19,35 cm2
sampai 25,8 cm2 dengan tinggi 2,54 cm (1”). Kotak terpisah menjadi 2
bagian yang sama. Tegangan normal pada benda uji diberikan di atas kotak
geser. Gaya geser diterapkan pada setengah bagian atas dari kotak geser,
untuk memberikan geseran pada tengah- tengah benda ujinya.

III - 10
“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur”
LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

BAB IV
ANALISIS GEOTEKNIK

4.1 KLASIFIKASI TANAH

Dengan menggunakan nilai N-SPT dapat ditentukan konsistensi dari lapisan


tanah lempung dan pasir seperti yang terlihat pada Tabel 3-1. Sedangkan untuk
menentukan besarnya sudut geser dalam berdasarkan nilai N-SPT pada tanah
pasir dapat digunakan Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Klasifikasi Tanah Lempung Berdasarkan N-SPT (After Bowles, 1988)

Tabel 4.2. Klasifikasi Tanah Pasir Berdasarkan N-SPT (After Bowles, 1988)

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” IV - 1


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

4.2 PROFIL LAPISAN TANAH

Lapisan tanah di lokasi SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur di Tawainalu
Kab. Kolaka Timur secara umum terbagi atas lapisan tanah lanau berwarna
abu-abu hingga lanau gravelan padat berwarna coklat abu-abu. Simplifikasi
lapisan tanah yang dijumpai di lokasi SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur di
Tawainalu Kab. Kolaka Timur ini dapat dilihat pada lampiran boring log.

4.3 PARAMETER TANAH


4.3.1.Hasil Uji Laboratorium

Pengujian parameter tanah di laboratorium dilakukan pada sampel tanah asli


tidak terganggu (undisturbed sample) yang diambil pada kedalaman 5,0 – 5,5
meter dan 7,5 - 8,0 meter untuk masing masing titik bor, serta pada
kedalaman 2,5 meter – 3,0 meter pada titik hand boring. Hasil pengujian
laboratorium di sajikan pada lampiran.

4.3.2.Korelasi Parameter Tanah

Parameter tanah ditentukan berdasarkan hasil penyelidikan tanah. Pada


kondisi dimana tidak terdapat hasil pengujian tanah atau properti tanah sulit
diukur secara langsung, parameter tanah ditentukan berdasarkan engineering
judgment maupun korelasi terhadap properti tanah. Korelasi properti tanah
disajikan dalam Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.

Gambar 4.1. Korelasi Antara Nilai N-SPT Dengan Kuat Geser Undrained
(Terzaghi & Peck, 1967)

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” IV - 2


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Gambar 4.2. Korelasi Antara Nilai N-SPT Dengan Sudut Geser Dalam (Terzaghi)

4.4 ANALISIS PENURUNAN (SETTLEMENT)

Settlement dari suatu lapisan tanah yang dibebani dapat dibedakan menjadi
2 (dua) jenis, yaitu : immediate/elastic settlement dan consolidation settlement.

Elastic settlement dari tanah terjadi sewaktu atau setelah masa


konstruksi suatu struktur, sedangkan Consolidation settlement merupakan
settlement yang bergantung pada waktu dan terjadi sebagai hasil dari
pengaliran air pori dari rongga yang berada pada tanah lempung jenuh
(saturated clayey soils). Pengaliran air pori dari rongga terjadi saat tanah
lempung jenuh dikenai beban tambahan. Analisis penurunan dilakukan pada
immediate settlement berdasarkan data pengujian N-SPT.

Hasil penyelidikan lapangan dari uji SPT (standard penetration test) yang
dilakukan oleh Meyerhof (1965) untuk tanah pasir memberikan hubungan
persamaan sebagai berikut :

untuk B < 1,2 m

dan

untuk B > 1,2 m


“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” IV - 3
LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Dimana :
Si = Penurunan segera dalam inci (1 inci = 2,54 cm)
2
q = Intensitas beban yang diterapkan dalam kip/ft2 (1kip/ft2= 0,49 kg/cm )
B = Lebar fondasi dalam ft (1 ft = 30,48 cm)
N = Jumlah Pukulan pada Uji SPT

4.4.1.Hasil Analisis Penurunan Segera (Immediate Settlement) dengan data


SPT

Berdasarkan data tanah hasil Uji SPT di lokasi SID Air Baku Kabupaten
Kolaka Timur Di Tawainalu Kab. Kolaka Timur, dengan menggunakan
pendekatan formula Meyerhoff untuk intensitas beban (q) yang diterapkan
sebesar 2 kip/ft2 , maka dapat diketahui nilai immediate settlement seperti
tabel di bawah ini.

Tabel 4.3. Rangkuman Hasil Analisa Immediate Settlement pada Pondasi

Immediate Settlement
N ilai Intensitas
Formula M ey erhoff (Inch)
Kedalaman SPT Beban (q)
Titik Bor 2
B=1 M eter B=2 M eter B=3 M eter
(m) (N ) (kip/ft )

2 20 2 0,40 0,09 0,14


4 16 2 0,50 0,11 0,17
6 21 2 0,38 0,08 0,13
BM -01
8 53 2 0,15 0,03 0,05
Alternatif 01
10 40 2 0,20 0,04 0,07
12 53 2 0,15 0,03 0,05
14 60 2 0,13 0,03 0,05

2 27 2 0,30 0,06 0,10


4 20 2 0,40 0,09 0,14
6 24 2 0,33 0,07 0,11
BM -02
8 24 2 0,33 0,07 0,11
Alternatif 01
10 37 2 0,22 0,05 0,07
12 60 2 0,13 0,03 0,05
14 60 2 0,13 0,03 0,05

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” IV - 4


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

2 22 2 0,36 0,08 0,12


4 19 2 0,42 0,09 0,14
6 22 2 0,36 0,08 0,12
BM -01
8 23 2 0,35 0,07 0,12
Alternatif 02
10 32 2 0,25 0,05 0,09
12 54 2 0,15 0,03 0,05
14 60 2 0,13 0,03 0,05

2 21 2 0,38 0,08 0,13


4 25 2 0,32 0,07 0,11
6 24 2 0,33 0,07 0,11
BM -02
8 21 2 0,38 0,08 0,13
Alternatif 02
10 39 2 0,21 0,04 0,07
12 52 2 0,15 0,03 0,05
14 60 2 0,13 0,03 0,05

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” IV - 5


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

BAB V
HASIL DAN ANALISIS DAYA DUKUNG
PONDASI

5.1. ANALISIS DAYA DUKUNG TANAH BERDASARKAN DATA N-SPT


5.1.1.Hasil Uji Standard Penetration Test (SPT)

Pengujian SPT telah dilakukan sebanyak 3 (tiga) titik. Bor titik 01 (BH.01), Bor
titik 02 (BH.02) dan Bor titik 03 (BH.03). Nilai N-SPT yang diperoleh dari hasil
pengujian adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1. Rangkuman Hasil Uji SPT


Nilai Nilai
Titik Bor Kedalaman SPT Titik Bor Kedalaman SPT
(m) (N) (m) (N)
2 20 2 22
4 16 4 19
6 21 6 22
BH-01 Alternatif 01 8 53 BH-01 Alternatif 02 8 23
10 40 10 32
12 53 12 54
14 60 14 60
2 27 2 21
4 20 4 25
6 24 6 24
BH-02 Alternatif 01 8 24 BH-02 Alternatif 02 8 21
10 37 10 39
12 60 12 52
14 60 14 60

5.1.2.Kapasitas Daya Dukung Pondasi Tiang Pancang

Pondasi Tiang Pancang biasa digunakan untuk memastikan suatu bangunan


berada dalam kondisi aman dan dilokasi yang lapisan tanah kerasnya berada
pada lapisan tanah dalam. Situasi yang memerlukan Tiang Pancang sebagai
sistem pondasi adalah sebagai berikut:

- Lapisan tanah keras pada lokasi pekerjaan berada pada lapisan tanah
yang dalam.
- Struktur atas menerima gaya horizontal.
- Struktur atas menerima gaya uplift.

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” V- 1


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Pondasi Tiang Pancang menahan beban kompresi melalui tahanan selimut


dan tahanan ujung, beban uplift ditahan melalui tahanan selimut dan beban
lateral ditahan oleh kekakuan tiang dan tanah disekelilingnya. Perhitungan
kapasitas daya dukung pondasi dilakukan dengan meninjau beberapa kondisi
sebagai berikut:

1. Kapasitas daya dukung tiang Tiang Pancang


- Kapasitas daya dukung aksial Tiang Pancang tunggal
- Kapasitas daya dukung group Tiang Pancang

2. Interaksi tanah dan group pile

Gambar 5.1. Ruang Lingkup Perhitungan Pondasi

5.1.3Kapasitas Daya Dukung Aksial Tiang Pancang Tunggal

Secara umum, kapasitas daya dukung ultimate aksial dari pondasi


Tiang Pancang, dapat diperoleh dengan menjumlahkan kapasitas daya
dukung ujung dan tahanan geser selimut tiang. Kapasitas daya dukung
tersebut dapat ditulis seperti terlihat pada persamaan dibawah ini.

Qu = Qp + Qs
dimana:
Qu = kapasitas daya dukung ultimate
Qp = kapasitas daya dukung ujung ultimate
Qs = tahanan geser selimut tiang ultimate

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” V- 2


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Qs

Qp

Gambar 5.2. Daya Dukung Aksial Pondasi Tiang Pancang

5.1.4.Tahanan Geser Selimut Tiang Pancang

Secara umum, kontribusi kohesi tanah untuk tahanan geser selimut


tiang ultimate dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :

Dimana,
α = faktor adhesi
cu-i = kohesi tanah undrained pada lapisan ke-i
li = panjang tiang pada lapisan ke-i
p = keliling tiang

Besarnya nilai faktor adhesi, α, dapat ditentukan dengan


menggunakan metoda dari API sebagai berikut :

Gambar 5.3. Faktor Adhesi API Method 2 (1986)

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” V- 3


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

5.1.5.Tahanan Ujung Pondasi Tiang Pancang

Secara umum, kapasitas daya dukung ujung pondasi Tiang Pancang


dapat dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :

Qp = 40 Nb.Ap

Dimana,
Nb = Nilai N-SPT
Ap = Luas Penampang dasar tiang

5.1.6.Kapasitas Tarik Tiang Pancang

Desain Tiang Pancang terhadap beban tarik sangat penting untuk


struktur yang mengalami beban seismik. Pada beberapa kondisi, kapasitas
tarik tiang menentukan kedalaman penetrasi minimum yang diperlukan.

Menurut Nicola dan Randolph (1993), pada tanah kohesif berbutir halus
(fine grained), dimana pembebanan diasumsikan terjadi pada kondisi
undrained, tahanan sisi tiang pada kondisi tekan dihitung sama dengan
kondisi tarik. Sedangkan pada tanah non-kohesif atau tanah teralirkan
bebas (free-draining), Nicola dan Randolph (1993) menyatakan bahwa
tahanan sisi biasanya dihitung 70% dari tahanan sisi untuk kondisi tekan.
Karena tanah dasar pada lokasi proyek terdiri dari tanah kohesif dan non
kohesif, tahanan sisi untuk kondisi tarik dihitung 70% dari tahanan sisi untuk
kondisi tekan.
5.2 KAPASITAS DAYA DUKUNG IJIN TIANG PANCANG

Dalam analisis dengan metoda statik, beban desain dari Tiang Pancang
dengan panjang yang diketahui, secara umum telah diperhitungkan dengan
cara membagi daya dukung ultimate pada lapisan tanah pendukung atau :

Qall = QU / SF

Dimana,
Qall = Daya dukung ijin pile
Qu = Daya dukung ultimate
SF = Angka keamanan

Kisaran angka keamanan terutama tergantung pada reliabilitas dari metoda


analisis statik tertentu dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” V- 4


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

• Faktor ketidakpastian data tanah yang ada.


• Variasi dari lapisan tanah.
• Efek dan konsistensi dari metoda instalasi tiang yang diusulkan.
• Tingkat pengawasan konstruksi.

Pada umumnya, angka keamanan yang sering digunakan berkisar


antara 2 - 4 untuk kondisi operasional atau untuk beban yang bekerja
selama operasi.

Canadian Foundation Engineering Manual dan AASHTO 1992 menyarankan


penggunaan angka keamanan sebesar 2.5 untuk kapasitas tiang.

Selain harus mampu menahan beban yang bekerja pada kondisi


operasional maka pondasi tiang juga harus mampu menahan beban yang
bekerja pada kondisi gempa. Untuk itu, pondasi harus mampu
mengantisipasi momen dan gaya cabut yang terjadi akibat kondisi
gempa. Kapasitas tekan pondasi tiang terhadap beban gempa (temporary
load) dimana beban gempa didasarkan pada Peraturan Gempa baru
(2003) yang berlaku adalah 1.3 lebih besar daripada kapasitas ijin untuk
kondisi operasi.

Berdasarkan hal tersebut, untuk memenuhi persyaratan angka keamanan


dalam seluruh desain pondasi tiang pada SID Air Baku Kabupaten Kolaka
Timur Di Tawainalu Kab. Kolaka Timur - ini, diambil angka keamanan
sebagai berikut:

o Angka keamanan tekan pondasi tiang pada kondisi operasi = 2.0


o Kapasitas ijin tekan saat kondisi gempa adalah 1,3 x kapasitas ijin
untuk kondisi operasi, atau SF = 1.6
o Angka keamanan tarik pondasi tiang =2.5

5.3 HASIL ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG

Pada analisis daya dukung pondasi Tiang Pancang, digunakan pile dengan
diameter 0.40 m, 0.45 m, 0.50 m dan 0.60 m. Rangkuman hasil
perhitungan pondasi Tiang Pancang dapat dilihat pada table di bawah ini.
Perhitungan pondasi tiang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran.

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” V- 5


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

Tabel 5.2. Rangkuman hasil perhitungan kapasitas ijin pondasi Tiang


Pancang pada kedalaman 14,0 meter
Kapasitas Ijin Tiang (Qall)
Ref. Properti Pile
(KN)
Boring
Diameter Kedalaman
No. Jenis Pile Compression Pull Out
(m) (m)
0,60 14,0 1825,6 870,4
BH.01
Tiang 0,50 14,0 1474,2 720,1
Alternatif
Pancang 0,45 14,0 1305,6 645,7
01
0,40 14,0 1141,7 571,8
0,60 14,0 1763,4 835,6
BH.02
Tiang 0,50 14,0 1422,4 691,1
Alternatif
Pancang 0,45 14,0 1259,0 619,6
01
0,40 14,0 1100,3 548,6
0,60 14,0 1650,4 772,3
BH.01
Tiang 0,50 14,0 1328,2 638,3
Alternatif
Pancang 0,45 14,0 1174,2 572,1
02
0,40 14,0 1024,9 506,4
0,60 14,0 1706,9 803,9
BH.02
Tiang 0,50 14,0 1375,3 664,7
Alternatif
Pancang 0,45 14,0 1216,6 595,8
02
0,40 14,0 1062,6 527,5

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” V- 6


LAPORAN
GEOLOGI DAN MEKTAN

BAB VI
KESIMPULAN

Hasil penyelidikan lapangan dan test laboratorium di atas dapat disimpulkan


sebagai berikut:

1. Lapisan tanah pada lokasi SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur di
Tawainalu Kab. Kolaka Timur , pada umumnya adalah sebagai berikut :

- Lapisan tanah di lokasi SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur di Tawainalu
Kab. Kolaka Timur secara umum terbagi atas lapisan tanah lanau berwarna
abu-abu hingga lanau gravelan padat berwarna coklat abu-abu. Simplifikasi
lapisan tanah yang dijumpai di lokasi SID Air Baku Kabupaten Kolaka
Timur di Tawainalu Kab. Kolaka Timur ini dapat dilihat pada lampiran boring
log.

2. Titik Bor 01 dan Bor 02 pada Alternatif 01, Lapisan tanah dengan nilai
SPT > 60 telah ditemukan pada kedalaman 13,0 meter dan 14 meter dari
elevasi titik boring. Sedangkan Titik bor 01 dan Bor 02 pada Alternatif 2,
Lapisan tanah dengan nilai SPT > 60 telah ditemukan pada kedalaman 14,0
meter dari elevasi titik boring.

3. Dapat dipertimbangkan penggunaan pondasi Tiang Pancang dengan


kedalaman pondasi yang disesuaikan dengan beban struktur bangunan atau
hingga mencapai lapisan tanah keras.

“SID Air Baku Kabupaten Kolaka Timur” VI - 1

Anda mungkin juga menyukai