KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan
tuntunan-Nya, maka laporan geolistrik 2 dimensi ini berhasil diselesaikan.
Laporan mengenai kegiatan penyelidikan geolistrik 2 dimensi ini menguraikan
tentang kondisi batuan di bawah permukaan, kuantitas dan persebarannya
berdasarkan korelasi hasil pengambilan data line geolistrik 2 dimensi di Quarry Split
di Desa Loli Dondo, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.
Terima kasih kami sampaikan atas bantuan dari semua pihak yang telah terlibat
maupun membantu dalam dilaksanakannya kegiatan geolistrik ini sehingga laporan
geolistrik yang berlokasi di Desa Loli Dondo, Kecamatan Banawa, Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah ini dapat disusun dengan baik. Dengan disusunnya
laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam dilaksanakannya kegiatan lanjutan
pada lokasi Quarry.
ii
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
DAFTAR ISI
iii
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
1.1 Area Geolistrik ........................................................................................ I-2
1.2 Lokasi Geolistrik ...................................................................................... I-2
1.3 Akses jalan pada area geolistrik ............................................................. I-4
1.4 Peta pengambilan data geolistrik ........................................................... I-4
1.5 Alat geolistrik .......................................................................................... I-5
1.6 Kabel geolistrik........................................................................................ I-5
1.7 Elektroda dan Kabel Penghubung .......................................................... I-6
1.8 Accu 12v .................................................................................................. I-6
1.9 GPS Garmin 64s ...................................................................................... I-6
2.1 Singkapan Batulempung Terubahkan pada lokasi IUP ........................... II-2
2.2 Singkapan Batupasir Terubahkan pada lokasi IUP.................................. II-2
2.3 Peta Geologi lokasi IUP disederhanakan dari Peta Geologi Regional Lembar
Palu oleh RAB. Sukamto (1973)............................................................... II-3
3.1 Prinsip kerja geolistrik............................................................................. III-3
3.2 Konfigurasi elektroda Wenner-Schlumberger ........................................ III-4
4.1 Bentuk lahan perbukitan struktural ....................................................... IV-1
4.2 Singkapan batuan di lokasi penelitian .................................................... IV-2
4.3 Penampang GLWB-1 ............................................................................... IV-4
4.5 Penampang GLWB-2 ............................................................................... IV-5
4.6 Penampang GLWB-3 ............................................................................... IV-6
4.7 Penampang GLWB-4 ............................................................................... IV-7
4.8 Penampang GLWB-5 ............................................................................... IV-8
4.9 Penampang GLWB-6 ............................................................................... IV-9
4.10 Penampang GLWB-7 ............................................................................... IV-10
4.11 Penampang GLWB-8 ............................................................................... IV-11
4.12 Penampang GLWB-9 ............................................................................... IV-12
4.13 Penampang GLWB-10 ............................................................................. IV-13
v
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
vi
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
3.1 Jenis batuan dan tahanan jenisnya ...................................................... III-7
3.2 Tahanan jenis material bumi ................................................................ III-7
4.1 Volume Sumberdaya Bahan Galian Seluruh Area IUP (20 Ha) ............ IV-23
4.2 Volume Sumberdaya Bahan Galian Area Timur IUP hingga batas
tengah area IUP (10 Ha) ...................................................................... IV-23
4.3 Volume Sumberdaya Bahan Galian Area Timur IUP hingga sekitar
GLWB-14 dan GLWB-15 (5,75 Ha) ........................................................ IV-24
vii
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
I-2
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
I-3
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
I-4
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
1.5. PERALATAN
Adapun peralatan yang digunakan sebagai berikut :
Alat Geolistrik / Resistivity :
Kabel Geolistrik
I-5
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
Elektroda
Aki
I-6
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
BAB II
GEOLOGI REGIONAL WILAYAH PENYELIDIKAN
II - 2
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
Gambar 2.3 Peta Geologi lokasi IUP disederhanakan dari Peta Geologi Regional Lembar Palu oleh RAB.
Sukamto (1973)
Rangkaian Formasi Tinombo Ahlburg (1913) seperti yang dipakai oleh Brouwer (1934)
tersingkap luas baik di pematang timur maupun barat. Batuan ini menindih Kompleks
Batuan Metamorf secara tidak selaras. Di dalamnya terkandung rombakan yang berasal
dan batuan metamorf. Endapan ini terutama terdiri dari serpih, batupasir, konglomerat,
batugamping radiolaria dan batuan gunungapi yang diendapkan di dalam lingkungan laut.
Di dekat intrusi terdapat sabak dan batuan terkersikkan dan lebih dekat pada persentuhan
terbentuk filit dan kuarsit. Bagian barat pematang barat mengandung lebih banyak
batupasir rijang dari padadi tempat lain. Diabas, spilit dan andesit di selatan Donggala dan
II - 3
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
di selatan Kasimbar dipetakan dengan endapan itu. Rombakan batuan gunungapi biasa
terdapat di dalam batupasirnya. Batugamping diamati hanya sebagai lapis-lapis tipis
dalam rangkaian sedimen tersebut.
Batuan- batuan itu serupa dengan Formasi Tinombo yang menyerupai flysch yang telah
diperikan oleh Bouwer (1934). Intrusi-intrusi kecil juga menerobos endapan ini. Batuan
Molasa Celebes Sarasin dan Sarasin (1901) terdapat pada ketinggian lebih rendah pada
sisi-sisi kedua pematang, menindih secara tidak selaras Formasi Tinombo dan Kompleks
Batuan Metamorf. Molasa ini mengandung rombakan yang berasal dari formasi-formasi
lebih tua dan terdiri dari konglomerat, batupasir, batulumpur, batugamping-koral serta
napal yang semuanya hanya mengeras lemah. Didekat Kompleks Batuan Metamorf pada
bagian barat pematang timur endapan itu terutama terdiri dari bongkah - bongkah kasar
dan agaknya diendapkan di dekat sesar. Batuan-batuan itu ke arah laut beralih - alih jadi
batuan klastika berbutir lebih halus. Di dekat Donggala sebelah utara Enu dan sebelah
barat Labea batuannya terutama terdiri dari batugamping dan napal dan mengandung
Operculina sp., Cycloclypeus sp., Rotalia sp., Orbulina universa, Amphistegina sp.,
Miliolidae, Globigerina, foraminifera pasiran, ganggang gampingan, pelesipoda dan
gastoproda. Sebuah contoh dari tenggara Laebago selain fosil - fosil tersebut juga
mengandung Miogypsina sp. dan Lepidocyclina sp, yang menunjukkan umur Miosen
(Kadar, Dit. Geol). Foram tambahan yang dikenali oleh Socal meliputi Planorbulina sp.,
Solenomeris sp., Textularia sp., Acervulina sp., Spiroclypeus sp., Reussella sp.,
Lethoporella, Lithophyllum dan Amphiroa. Socal mengirakan bahwa fauna - fauna
tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah dan pengendapan di dalam laut dangkal.
Pada kedua sisi Teluk Palu dan kemungkinan juga di tempat lain endapan sungai Kuarter
juga dimasukkan ke dalam satuan ini.
Aluvium dan Endapan pantai terdiri dari kerikil, pasir, lumpur dan batugamping koral
terbentuk dalam lingkungan sungai, delta dan laut dangkal merupakan sedimen termuda
di daerah ini. Endapan itu boleh jadi seluruhnya berumur Holosen. Di daerah dekat
Labean dan Ombo terumbu koral membentuk bukit-bukit rendah.
II - 4
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
Telah diamati telah terjadi beberapa generasi intrusi. Yang tertua ialah intrusi andesit dan
basalt kecil-kecil di semenanjung Donggala. Intrusi-intrusi mi mungkin adalah saluran -
saluran batuan vulkanik di dalam Formasi Tinombo. Formasi Tinombo sendiri menindih
kompleks batuan metamorf secara tidak selaras. Di dalamnya terkandung rombakan yang
berasal dari batuan metamorf. Endapan itu terutama terdiri dari serpih, batupasir,
konglomerat, batugamping radiolaria dan batuan gunungapi yang diendapkan di
lingkungan laut.
II - 5
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
BAB III
KEGIATAN PENYELIDIKAN
III - 1
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
ρ adalah tahanan jenis, 2π konstanta, V beda potensial, I kuat arus dan a adalah jarak
elektroda.
Metode geolistrik lebih efektif jika digunakan untuk eksplorasi yang sifatnya dangkal, jarang
memberikan informasi lapisan di kealaman lebih dari 1000 atau 1500 kaki. Oleh karena itu
metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi minyak tetapi lebih banyak digunakan dalam
bidang geologi tambang, geologi teknik, pencarian sumber air dan ekplorasi mineral dan
panas bumi. Keunggulan metode geolistrik secara umum adalah, waktu yang dibutuhkan
cepat dan mobilisasi peralatan yang mudah karena sifat alat yang ringkas dan ringan
dengan personil yang tidak banyak (5 orang) dalam melakukan survey.
Prosedur pengukuran untuk masing-masing konfigurasi bergantung pada variasi resistivitas
terhadap kedalaman yaitu pada arah vertikal (sounding) atau arah lateral (mapping).
Metode resistivitas dengan konfigurasi Schlumberger dilakukan dengan cara
III - 2
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
mengkondisikan spasi antar elektrode potensial adalah tetap sedangkan spasi antar
elektrode arus berubah secara bertahap. Pengukuran resistivitas pada arah vertikal atau
Vertical Electrical Sounding (VES) merupakan salah satu metode geolistrik resistivitas untuk
menentukan perubahan resistivitas tanah terhadap kedalaman yang bertujuan untuk
mempelajari variasi resistivitas batuan di bawah permukaan bumi secara vertikal.
Metode ini dilakukan dengan cara memindahkan elektroda dengan jarak tertentu maka
akan diperoleh harga-harga tahanan jenis pada kedalaman yang sesuai dengan jarak
elektroda. Harga tahanan jenis dari hasil perhitungan kemudian diplot terhadap kedalaman
(jarak elektroda) pada kertas log yang merupakan hasil akuisisi data lapangan. Selanjutnya
log tersebut diterjemahkan menjadi jenis batuan dan kedalamannya.
Dengan memindahkan elektroda dengan jarak tertentu maka akan diperoleh harga-harga
tahanan jenis pada kedalaman yang sesuai dengan jarak elektroda. Prinsip konfigurasi
geolistrik ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Pengukuran resitivitas suatu titik sounding dilakukan dengan jalan mengubah jarak
elektroda secara sembarang tetapi mulai dari jarak elektroda kecil kemudian membesar
secara gradual. Jarak antar elektroda ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan yang
III - 3
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
terdeteksi. Makin besar jarak elektroda maka makin dalam lapisan batuan yang dapat
diselidiki. Interpretasi data resistivitas didasarkan pada asumsi bahwa bumi terdiri dari
lapisan-lapisan tanah dengan ketebalan tertentu dan mempunyai sifat kelistrikan homogen
isotrop, dimana batas antar lapisan dianggap horisontal. Survei resistivitas akan
memberikan gambaran tentang distribusi resistivitas bawah permukaan.
Harga resistivitas tertentu akan berasosiasi dengan kondisi geologi tertentu. Untuk
mengkonversi harga resistivitas ke dalam bentuk geologi diperlukan pengetahuan tentang
tipikal dari harga resistivitas untuk setiap tipe material dan struktur daerah survey. Harga
resistivitas batuan, mineral, tanah dan unsur kimia secara umum telah diperoleh melalui
berbagai pengukuran dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk proses konversi. Nilai
resistivitas sebenarnya dapat dilakukan dengan cara pencocokan (matching) atau dengan
metode inversi. Pada penelitian ini dilakukan dengan metode inversi, menggunakan
program RES2DINV.
Ada dua jenis penyelidikan tahanan jenis, yaitu Horizontal Profilling (HP) dan Vertical
Electrical Sounding (VES) atau penyelidikan kedalaman, dengan pembedaan penampang
anisotropis pada arah yang horisontal dan pembedaan pendugaan anisotropis pada arah
yang vertikal. Hasil profiling dan sounding sering dipengaruhi oleh kedua variasi yang
vertikal dan pada jenis formasi. Distribusi vertikal dan horisontal tahanan jenis di dalam
volume batuan disebut penampang geolistrik seperti gambar 3.2.
Horizontal Profiling
III - 4
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
Dari berbagai metode geolistrik, metode yang digunakan pada penyelidikan ini adalah
konfigurasi Wenner Schlumberger pada metode geoelektrikal didasarkan pada kebutuhan
penyelidikan perubahan tahanan jenis bawah permukaan kearah lateral (horizontal) yang
biasa disebut ilustrasi lateral mapping.
Metode geolistrik konfigurasi wenner-schlumberger merupakan modifikasi dari bentuk
konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger dapat digunakan pada sistem konfigurasi
yang menggunakan aturan spasi yang konstan dengan catatan faktor untuk konfigurasi ini
adalah perbandingan jarak antara elektroda C1-P1 dan C2-P2 dengan spasi antara
elektroda P-1-P2. Dimana, a adalah jarak antara elektroda P1-P2. Konfigurasi ini secara
efektif menjadi konfigurasi Schlumberger ketika faktor n menjadi 2 dan seterusnya.
Sehingga ini sebenarnya merupakan kombinasi antara konfigurasi Wenner-Schlumberger
yang menggunakan spasi elektroda yang konstan. Disamping itu cakupan horizontal lebih
baik, penetrasi maksimum dari konfigurasi ini 15 % lebih baik dari konfigurasi Wenner. Dan
untuk meningkatkan penyelidikan kedalaman maka jarak antara elektroda P1-P2
ditingkatkan menjadi 2a dan pengukuran diulangi untuk n yang sama sampai pada
elektroda terakhir, kemudian jarak antara elektroda P1-P2 ditingkatkan menjadi 3a.
Konfigurasi ini mempunyai faktor geometri.
III - 5
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
III - 6
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
III - 7
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
BAB IV
HASIL ANALISA DATA GEOLISTRIK
Lokasi pengambilan data geolistrik merupakan bagian dari perbukitan tektonik akibat
tumbukan antar lempeng yang terletak di Desa Loli Dondo, Kecamatan Banawa,
Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah dengan luas area IUP 20 Ha, kelerengan 30°-80°
menghadap Selatan dan Timur, elevasi terendah 35 mdpl di bagian Timur dan tertinggi
358 mdpl di bagian barat laut.
4.1 KONDISI GEOLOGI
Bentuk lahan pada lokasi IUP merupakan bentuk lahan perbukitan struktural akibat
proses tektonik yang membentuk struktur lipatan pada lapisan batuan sedimen
hingga mengubah sifat fisik batuan sehingga menjadi metasedimen yang menyusun
perbukitan Loli dengan batuan metasedimen seperti batupasir hingga phylite dan
batulempung hingga sekis. Tingkat kekerasan batuan terpengaruh dari besarnya
gaya tekan yang diterima lapisan batuan pada saat proses tektonisme sehingga
batuan pada kedalaman akan memiliki sifat yang lebih keras.
IV-1
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
Pada lokasi pengambilan data geolistrik dapat dijumpai beberapa singkapan batuan
dipermukaan tanah atau pada bagian-bagian bekas aliran air, secara umum dapat
dijumpai dua jenis batuan pada lokasi ini. Lihat Gambar 4.2.
(a) (b)
(a)
(b)
(a)
(b)
(a)
(c)
Gambar 4.2 Singkapan batuan di lokasi penelitian (a) batulempung terubahkan (metasedimen),
(b) batupasir terubahkan (metasedimen), (c) perlapisan batuan
IV-2
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
Melihat struktur dan tekstur batuan yang terdapat di lokasi pengambilan data
geolistrik dapat diinterpretasikan batuan di lokasi ini terbentuk akibat proses
sedimentasi yang kemudian terlitifikasi menjadi batuan sedimen dan mengalami
proses tektonik hingga mengubah kedudukan lapisan batuan menjadi terlipatkan dan
sifat fisik batulempung dan batupasir menjadi lebih resisten akan tetapi belum
mengubah tekstur batuan menjadi slate dan phylite.
Dari kondisi litologi yang dijumpai di lokasi penelitian dapat dilakukan korelasi dengan
Peta Geologi Regional Indonesia termasuk dalam rangkaian Formasi Tinombo Ahlburg
(Tt) (1913) satuan batuan ini menindih Kompleks Batuan Metamorf secara tidak
selaras. Di dalamnya terdapat rombakan yang berasal dan batuan metamorf. Endapan
ini terutama terdiri dari serpih dan batupasir. Menurut Peta Geologi Regional Lembar
Palu oleh RAB. Sukamto (1973) batuan ini berumur Eosen-Miosen Awal.
IV-3
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
IV-4
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
4.2.2 GLWB-2
Line GLWB-2 berada pada Utara area IUP pada elevasi 340 mdpl. Bentangan
Iine sepanjang 200 meter dengan arah Barat Laut-Tenggara. Berikut adalah
penampang 2D hasil pengambilan data Geolistrik pada GLWB-2.
IV-5
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
4.2.3 GLWB-3
Line GLWB-3 berada pada Utara area IUP pada elevasi 280 mdpl. Bentangan
Iine sepanjang 200 meter dengan arah Barat-Timur. Berikut adalah
penampang 2D hasil pengambilan data Geolistrik pada GLWB-3.
IV-6
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
4.2.4 GLWB-4
Line GLWB-4 berada pada Utara area IUP pada elevasi 324 mdpl. Bentangan
Iine sepanjang 200 meter dengan arah Utara-Selatan. Berikut adalah
penampang 2D hasil pengambilan data Geolistrik pada GLWB-4.
IV-7
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
4.2.5 GLWB-5
Line GLWB-5 berada pada Utara area IUP pada elevasi 324 mdpl. Bentangan
Iine sepanjang 200 meter dengan arah Barat-Timur. Berikut adalah
penampang 2D hasil pengambilan data Geolistrik pada GLWB-5.
IV-8
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
4.2.6 GLWB-6
Line GLWB-6 berada pada Barat area IUP pada elevasi 250 mdpl. Bentangan
Iine sepanjang 200 meter dengan arah Utara-Selatan. Berikut adalah
penampang 2D hasil pengambilan data Geolistrik pada GLWB-6.
IV-9
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
4.2.7 GLWB-7
Line GLWB-7 berada pada Barat area IUP pada elevasi 230 mdpl. Bentangan
Iine sepanjang 200 meter dengan arah Barat-Timur. Berikut adalah
penampang 2D hasil pengambilan data Geolistrik pada GLWB-7.
IV-10
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
4.2.8 GLWB-8
Line GLWB-8 berada pada Barat area IUP pada elevasi 240 mdpl. Bentangan
Iine sepanjang 200 meter dengan arah Barat-Timur. Berikut adalah
penampang 2D hasil pengambilan data Geolistrik pada GLWB-8.
IV-11
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
4.2.9 GLWB-9
Line GLWB-9 berada pada Selatan area IUP pada elevasi 204 mdpl.
Bentangan Iine sepanjang 200 meter dengan arah Barat-Timur. Berikut
adalah penampang 2D hasil pengambilan data Geolistrik pada GLWB-9.
IV-12
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
4.2.10 GLWB-10
Line GLWB-10 berada pada Selatan area IUP pada elevasi 200 mdpl.
Bentangan Iine sepanjang 200 meter dengan arah Barat-Timur. Berikut
adalah penampang 2D hasil pengambilan data Geolistrik pada GLWB-10.
IV-13
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
4.2.11 GLWB-11
Line GLWB-11 berada pada Tengah area IUP pada elevasi 250 mdpl.
Bentangan Iine sepanjang 200 meter dengan arah Barat-Timur. Berikut
adalah penampang 2D hasil pengambilan data Geolistrik pada GLWB-11.
IV-14
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
4.2.12 GLWB-12
Line GLWB-12 berada pada bagian tengah area IUP pada elevasi 250 mdpl.
Bentangan Iine sepanjang 200 meter dengan arah Utara-Selatan. Berikut
adalah penampang 2D hasil pengambilan data Geolistrik pada GLWB-12.
IV-15
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
4.2.13 GLWB-13
Line GLWB-13 berada pada bagian tengah area IUP pada elevasi 275 mdpl.
Bentangan Iine sepanjang 200 meter dengan arah Barat-Timur. Berikut
adalah penampang 2D hasil pengambilan data Geolistrik pada GLWB-13.
IV-16
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
4.2.14 GLWB-14
Line GLWB-14 berada pada bagian tengah area IUP pada elevasi 175 mdpl.
Bentangan Iine sepanjang 200 meter dengan arah Barat Laut-Tenggara.
Berikut adalah penampang 2D hasil pengambilan data Geolistrik GLWB-14.
IV-17
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
4.2.15 GLWB-15
Line GLWB-15 berada pada bagian Selatan area IUP pada elevasi 156 mdpl.
Bentangan Iine sepanjang 200 meter dengan arah Barat-Timur. Berikut
adalah penampang 2D hasil pengambilan data Geolistrik GLWB-15.
IV-18
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
4.2.16 GLWB-16
Line GLWB-16 berada pada bagian Timur area IUP pada elevasi 68 mdpl.
Bentangan Iine sepanjang 200 meter dengan arah Barat Laut-Tenggara.
Berikut adalah penampang 2D hasil pengambilan data Geolistrik GLWB-16.
IV-19
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
4.2.17 GLWB-17
Line GLWB-17 berada pada bagian Timur area IUP pada elevasi 75 mdpl.
Bentangan Iine sepanjang 200 meter dengan arah Barat-Timur. Berikut
adalah penampang 2D hasil pengambilan data Geolistrik GLWB-17.
IV-20
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
(a) (b)
(c)
Gambar 4.20 Permodelan 3D bahan galian (a) Model 3D lapisan tanah dan batuan
(Utara), (b) Model 3D lapisan tanah dan batuan (Selatan), (c) Model 3D batuan
metasedimen
IV-21
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
Dari permodelan batuan di atas diketahui bahwa target bahan galian pada
pekerjaan ini adalah lapisan satuan batuan metasedimen tak terpisahkan yang
terdapat pada lokasi IUP. Dari hasil permodelan di atas, batuan metasedimen
ditemukan paling tebal pada pada Area Barat IUP. Lapisan batuan metasedimen
pada area Barat dan Utara IUP terletak dibawah lapisan soil dengan tebal rata-rata
10 meter dan menerus hingga batas elevasi penggalian berdasarkan korelasi
dengan penggambaran line geolistrik pada area Timur IUP.
Pada area Barat Daya lapisan top soil yang ditemui mencapai ketebalan 15 meter
hal ini disebabkan pada area ini merupakan lembahan yang berbatasan dengan
sumber air sehingga dimungkinkan adanya pengaruh lebih tinggi pada lapukan
batuan. Pada area Selatan tubuh batuan juga menerus hingga ke batas penggalian
mengikuti morfologi bukit pada area IUP. Hal ini juga ditemukan pada area Timur
IUP dimana tubuh satuan batuan metasedimen masih menerus hingga
membentuk seperti balok segitiga pada area IUP.
Hal tersebut dapat diartikan bahwa lapisan satuan batuan metasedimen yang
merupakan sumber bahan galian pada Quarry Split Banawa di Desa Loli Dondo,
Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala memiliki bentuk tubuh batuan yang
mirip dengan bentukan bukit pada lokasi IUP, hal tersebut dapat disebabkan
karena proses pembentukan satuan batuan metasedimen pada lokasi
pengambilan merupakan proses hasil aktivitas tektonik masa lampau dari lokasi ini
yang menyebabkan lapisan lateral horizontal menjadi terangkat dan membentuk
lipatan-lipatan yang menyusun perbukitan di sekitar Banawa.
IV-22
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
b. Area ujung Timur IUP hingga batas tengah area IUP (10 Ha).
Volume sumberdaya bahan galian pada parameter ini dihitung berdasarkan
tebal lapisan satuan batuan metasedimen (penggalian 30 meter) dengan luasan
area IUP ujung Timur hingga bagian tengah IUP dengan luasan 10 Ha dan data
elevasi DEM SRTM. Didapatkan nilai volume sebagai berikut:
Jenis Lapisan Top Soil Satuan Batuan Metasedimen
Volume Sumberdaya 773.350 m3 8.146.585 m3
Tabel 4.2 Volume Sumberdaya Bahan Galian Area Timur IUP hingga batas tengah area
IUP (10 Ha)
IV-23
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
c. Area ujung Timur IUP hingga sekitar GLWB-14 dan GLWB-15 (5,75 Ha).
Volume sumberdaya bahan galian pada parameter ini dihitung berdasarkan
tebal lapisan satuan batuan metasedimen (penggalian 30 meter) dengan luasan
area ujung Timur IUP hingga sekitar line GLWB-14 dan GLWB-15 (5,75 Ha) dan
data elevasi DEM SRTM. Didapatkan nilai volume sebagai berikut:
IV-24
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya yang menyangkut kondisi geologi daerah
penyelidikan dalam kaitannya dengan data geolistrik 2 dimensi yang dihasilkan, maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
a. Daerah pengambilan data disusun oleh batuan metasedimen yaitu batulempung
terubahkan dan batupasir terubahkan dengan struktur perlapisan yang menyusun
satuan batuan metasedimen yang merupakan sumber bahan galian yang diolah
menjadi split.
b. Hasil pengukuran alat Geolistrik dengan konfigurasi Wenner-Schlumberger sebanyak
17 line dilakukan analisa dengan Software Res2Dinv diperoleh 3 zona nilai tahanan
jenis. Zona tahanan jenis rendah dengan resistivitas di bawah 100 Ωm, zona tahanan
jenis rendah diinterpretasikan lapisan tanah penutup (top soil). Lapisan ini terletak
pada kedalaman dari 0 m – 5 m dari permukaan tanah. Nilai resistivitas sedang di atas
100 Ωm dan kurang dari 400 Ωm merupakan batuan yang mengalami pelapukan
rendah. Lapisan ini terletak pada kedalaman dari 5 m – 10 m dari permukaan tanah.
Nilai resistivitas tinggi diatas 400 Ωm diidentifikasi sebagai satuan batuan
metasedimen tak terpisahkan yang tersusun dari batulempung terubahkan dan
batupasir terubahkan yang pejal dan fresh. Lapisan ini terletak pada kedalaman >10
m dari permukaan tanah.
c. Dilakukan permodelan dengan menggunakan Software Rockwork 15 dan didapatkan
volume sumberdaya satuan batuan metasedimen sebagai bahan galian, yaitu:
V-1
LAPORAN GEOLISTRIK 2D
QUARRY SPLIT BANAWA, DONGGALA
5.2. SARAN
Sesuai dengan analisa data dan melihat kondisi bawah permukaan lokasi IUP, dapat
diberikan beberapa rekomendasi, yaitu:
1. Disarankan melakukan penambangan dengan sistem tambang terbuka, menggunakan
cara mekanis karena bentuk bahan galian berupa tubuh batuan massif dengan top soil
tipis.
2. Bahan Galian memiliki lapisan tanah penutup yang relatif sama sehingga bentuk tubuh
batuan sumber bahan galian membentuk perbukitan.
V-2
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen, R.W., (1949), The Geology of Indonesia, Vol. IA, General Geology of
Indonesia and adjacent archipelagos, Martinus Nijhoff, The Hague.
RAB. Sukamto. (1973), Peta Geologi Tinjau Lembar Palu, Sulawesi. Bandung: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi
Line GLWB-2
Line GLWB-3
Line GLWB-4
Line GLWB-5
Line GLWB-6
Line GLWB-7
Line GLWB-8
Line GLWB-10
Line GLWB-11
Line GLWB-12
Line GLWB-13
Line GLWB-15
Line GLWB-16
Line GLWB-17