Anda di halaman 1dari 63

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

BUDIDAYA TIRAM MUTIARA


PT. TIMOR OTSUKI MUTIARA

MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR

Berdasarkan Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :


SE.7/MENLHK/SETJEN/PLA.4/12/2016 Tanggal 28 Desember 2016 tentang
Kewajiban memiliki Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Orang Perseorangan atau Badan
Usaha yang Telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan maka PT. Timor Otsuki
Mutiara yang telah memiliki izin Usaha dan/atau Kegiatan tetapi belum memiliki
dokumen lingkungan hidup sesuai dengan aturan yang berlaku, diwajibkan menyusun
Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH).

Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) ini disusun berdasarkan


Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor: P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah Memiliki
Izin Usaha dan/atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup
(Lampiran II Format DPLH).

Semoga Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) ini bermanfaat


bagi kami sebagai pemrakarsa, pengelola dan penanggung jawab kegiatan serta instansi
terkait dalam upaya untuk mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan di
Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan.
Dengan selesainya dokumen ini, diucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang terkait dalam proses penyelesaian dokumen ini.

Barru, Juli 2017

TONY Z. SUMANTI
General Manager

■■■■ ■■■■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ■■■■■■■ I

DPLH Budidaya Tram Mutiara


PT Timor Otsuki Mutiara
DAFTAR ISi

KATAPENGANTAR i
DAFTAR ISi.........................................................................................................................................
ii DAFTAR TABEL
iii DAFTAR GAMBAR
iv DAFTAR LAMPIRAN
V

BAB I IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB USAHA DAN/ATAU KEGIATAN 1


BAB II PERIZINAN YANG TELAH DIMILIKI.. 3
2.1 Izin Usaha dan/atau Kegiatan................................................................................................ 3
2.2 izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH).............................. 6
BAB III USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN 7
3.1 Nama Usaha dan/atau Kegiatan 7
3.2 Lokasi Usaha dan/atau Kegiatan.......................................................................................... 7
3.3 Mulai Beroperasi 8
3.4 Deskripsi Usaha dan/atau Kegiatan.................................................................................... 8
3.5 Uraian Mengenai Komponen Kegiatan yang Telah Berjalan dan Dampak
Lingkungan yang ditimbulkan 41
BAB IV UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN 44
SURAT PERNYATAAN 50
DAFTAR 51
PUSTAKA...........................................................................................................................

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara ii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Rincian Luas Blok untuk Budidaya 11


Mutiara........................................................
Tabel 3.2. Spesifikasi Teknis Peralatan yang 11
digunakan......................................................
Tabel 3.3. Sarana dan Prasarana Penunjang Budidaya PT. Timar Otsuki Mutiara 19
..
Tabel 3.4. Luas Wilayah Kecamatan Mallusetasi 21
Tabel 3.5 Jumlah Hari Hujan dan Banyaknya Hari Hujan Di
Kecamatan
Mallusetasi...................................................................................................................... 21
....
Tabel 3.6. Hasil Analisis Laboratorium Kualitas Air Lokasi Budidaya
Tiram
27
Mutiara di Lokasi
Tabel 3.7. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Di Mallusetasi 29
Tabel 3.8. Banyaknya Rumah Tangga Kecamatan Mallusetasi, 2016 29
Tabel 3.9. Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Mallusetasi
Tahun
30
2015
Tabel 3.10. Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Di
Kecamatan
30
Soppeng Riaja, 2016
Tabel 3.11. Statistik Ketenagakerjaan Kecamatan Soppeng Riaja 31
Tabel 3.12. Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Soppeng
Riaja
Tahun 2015 31
Tabel 3.13. Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Desa diKecamatan Soppeng
Riaja
Tahun 2015 31
Tabel 3.14. Fasilitas yang Dibutuhkan dalam Usaha 35
Budidaya............................................
Tabel 3.15. Fasiltas dan Perlengkapan Lain yang Dibutuhkan dalam
Budidaya
35
Mutiatra
Tabel 4.1. Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Kegiatan
Budidaya
46
Tiram Mutiara PT Timar Otsuki Mutiara

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Struktur Organisasi PT. Timor Otsuki Mutiara 2


Gambar 2.1. Lokasi PT. Timar Otsuki Mutiara dalam Peta Administrasi Kabupaten
Barru 4
Gambar 2.2. Lokasi Budidaya PT.Timor Otsuki Mutiara........................................................... 5
Gambar 3.1. Dermaga Speed Boat Di Desa Mangkoso................................................................
22
Gambar 3.2. Aktivitas Di Lingkungan Sekitar Budidaya Tiram Mutiara berupa PLTU
Barru dan Pelabuhan Garongkong serta Budidaya Benur..............................
23
Gambar 3.3. Lokasi Keramba Apung di Perairan Desa Mangkoso 23
Gambar 3.4. Beberapa Jenis Burung yang di Temukan di Sekitar Lokasi Budidaya
Tiram Mutiara...................................................................................................................
24
Gambar 3.5. Kondisi Lingkungan Perairan Pesisir Kabupaten Barru.................................. 28
Gambar 3.6. Kantor Administrasi dan Laboratorium.................................................................
32
Gambar 3.7. RakitApung PT Timar Otsuki Mandiri di Kabupaten Barru
33
Gambar 3.8. Frame Besi Coatyng Plastik dan Pelampung
34
Gambar 3.9. Spat Kolektor 35
Gambar 3.10. (a) Rumah Apung Di Kelurahan Mangkoso dan (b) Rumah Apung Di
Desa Kupa 37
Gambar 3.11. Rumah Apung/Ponton Di Desa Mangkoso 41
Gambar 3.12. Rumah Apung/Ponton Di Desa Batupute 43
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Arahan Penyusunan Dokumen Lingkungan Kegiatan Budidaya Mutiara


Di Kabupaten Barru Ll-1
Lampiran 2. Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan tentang Rekomendasi Kesesuaian
RTRW Provinsi Pada Kawasan Strategis Provinsi dan Lintas Wilayah
Provinsi Sulawesi Selatan................................................................................................
L2-1
Lampiran 3. Kajian Teknis Tentang Sinkronisasi Pemanfaatan Ruang RTRW Prov.
Sulsel Sekaitan Kegiatan Pembudidayaan Kerang Mutiara di Kabupaten
Barru L3-1
Lampiran 4. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Air......................................................................... L4-
1
Lampiran 5. Dokumentasi Pengambilan Sampel Air LS-1
Lampiran 6. Dokumentasi Pengambilan Data Sosial Ekonomi.................................................. L6-
1
Lampiran 7. Hasil Analisis Laboratorium L7-1
Lampiran 8. Peta Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup LS-1
Lampiran 9. Peta Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup........................................................... L9-
1
Lampiran 10. Tata Cara Penyimpanan Sementara Limbah B3 L10-
1
Lampiran 11. Curriculum Vitae Penyusun Ll 1-
1
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara V
BAB I
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
USAHA DAN/ ATAU KEGIATAN

1. Nama usaha dan/atau kegiatan : PT. Timor Otsuki Mutiara


2. Alamat usaha dan/atau kegiatan : Midplaza I Lt. 4 JI. Jend Sudirman Kav.
10-11 Jakarta Pusat
N omor telepon : (021)57900575
Nama penanggung jawab : Tony Z. Sumanti
usaha dan/atau kegiatan
Jabatan penanggung jawab : General Manager
usaha dan/atau kegiatan

Struktur organisasi pada Pembudidayaan Kerang Mutiara PT. Timor Otsuki


Mutiara di Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan menggunakan struktur
organisasi matrik dengan garis koordinasi yang terarah. Struktur organisasi terdiri
dari:

a. Direktur
b. General Manager
c. Manager
d. Manager Operasional
e. Assisten Manager
f. Staff Budidaya

Untuk lebih jelasnya Secara umum struktur organisasi PT. Timor Otsuki
Mutiara dapat dilihat pada Garnbar 1.1. berikut ini.

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 1
DI REKTUR


GENERAL MANAGER

FACTORY MANAGER

l
MANAGER OPERASIONAL

STA F •
MANDOR
KARYAWAN

Gambar 1.1 Struktur Organisasi PT. Timor Otsuki Mutiara

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 2
BAB II
PERIZINAN YANG DIMILIKI

2.1 Izin usaha dan/atau


kegiatan

Kegiatan investasi yang bergerak di Bidang Budidaya Tiram Mutiara yang berlokasi di
perairan Desa Kupa, Kalurahan Mallawa I, dan Kelurahan Mallawa 2 Kecamatan
Mallusetasi serta Desa Batupute dan Kelurahan Mangkoso Kecamatan Soppeng Riaja
Kabupaten Barru oleh PT. Timor Otsuki Mutiara (PT. TOM) telah mendapatkan
rekomendasi/lzin dari:

a. Rekomendasi Bupati Barru Nomor 69/REK/V/2011 yang diterbitkan pada


Bulan
Mei 2011 untuk budidaya di wilayah perairan Desa Kupa Kecamatan Mallusetasi.
b. Rekomendasi Bupati Barru Nomor 43/Rek/Vl/2015 yang diterbitkan pada 22 Juni
2015 untuk budidaya di wilayah perairan Kecamatan Mallusetasi dan Kecamatan
Soppeng Riaja
c. Rekomendasi izin lokasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah
Kabupaten Barru Nomor 523/124/V/2011 tertanggal 6 Mei 2011.
d. Kajian Teknis Nomor 056/881/P.Ruang tentang Singkronisasi Pemanfaatan Ruang
RTRW Provinsi SulSel Sekaitan Kegiatan Usaha Pembudidayaan Kerang Mutiara Di
Kab. Barru Tertanggal 28 Desember 2016
e. Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 1/Q.02/P2T/01/2017 tentang
Rekomendasi Kesesuaian RTRW Provinsi Pada Kawasan Strategis Provinsi dan
Lintas Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan tertanggal OS Januari 2017

Berdasarkan uraian diatas, pada prinsipnya kegiatan Budidaya Tiram Mutiara oleh PT.
Timor Otsuki Mandiri telah memenuhi syarat administrasi.

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara
3
PETA ADMINISTRASI
KABUPATEN BARRU
PROVINSI SULAWESI SELATAN
119300E 119500E

-. KEC.WATANG PULU
KEC.SUPPA AB.PAREPARE '
KAB.PINRANGec.BA&UKIKBARAT
!
l
KEC.TELLULIMPOE
KEC.BACUKIKI
25 125 0
SKALA 1 :250.000

a.ab.ab.a
25 5 75 10 125
~...., KEC.PANC
7

'. ,
Proyeksi Transverse Mercator, WGS KAB.SIDENRENG pt
1984
KEC.DANAUIRA
RA
i

'i
\
.J
?
KEC.MALLUSETASI !
l\.
«
,
<-·--J
!

&
EC.SOPPENG RIAJA
%} JI
> I

44,32"4
t\
!
t
i

Jt
i\
\.
i
?
ri
I
it
!
%
K

:
%
Legenda
• Russ Jalgn Nasional
Ja la Arter
Bt Propint
Diagram Lokasi IRING UT} 'RANG Batas Kabupaten
Batas Kecaratan
.A Kot Propins
.Kota Kabupaen

kas.as ewe
or
Lut
Sunga

<, "

•••
Surber Peta
i ahun 2010
~------~
1 Peta Adrrunistraw BPS

~
2Peta RBI (BG) Sl8 150 000 Tahun 2006

D
r
11930OE 11940'0E 119'500E

Gamlar 2.1 L PT.Tmokoar Ositsu datliaa etaKabuAp ministrasi


Mkui mr P aten Barrcu
a

DLHBdda Tam Mic


PImorTOsikiMticu
PETA LOKASI BUDIDAYA KERANG MUTIARA
PT. TIMOR OTSUKI MUTIARA KA BUPATEN
BARRU
PROVINSI SULAWESI SELATAN
11938'0E

c_ SaloKupa
•BULUARAWA

05025 0
SKALA 1.50.000
0.5 1.5 25
km
0
Desa Kupa
r~ .BULU ~~
'"'" ,.,~-
Proyeksi Transverse Mercator, WGS
1984

. •
sutu Lo
BULU MANGKEMANGKE

noNG BULU

Mallawa 1

TONDOLABUNGE

•Salo Jalange
-
K ECAMATAN MALUSETAS

BULU LEBAH

.
Pakka

Mallawa 2 Salo Batu
- 4

%
i
edo

~l ••Pattarong

{"% Lanrae°

• "f
Cengkengnge


Lapepping •

"
%
id4gs%a,pa¢ 5j. LawarungparungBarantang
lo alngenggellangnge


'id

Batupute alungenggellangnge V
st"
\ Kampunge ~P ~
Awerange KECAMATAN SG 'PENG RIAJA
' Ujungr e
e
~•
L
i , KAB.BARRU
i-"
i.-s '
Batturebbang BULU LASARANG
e

j ° Pase
~
m,
•~Labulobulu ~ BUUJ7:A~

h
eeppags

••
¢ Berrue

M anub
e_Binuang

BULU LOPU
Legenda

Ruas Jalan Nasional
Jalan Arter
Batas Propinsi
Batas Kabupaten

• A

Batas Kecamatan
Kota Propinst
Kota Kabupaten
» Danau

Lokasi Kegiatan


Desa Batu Pute

0 Desa Kupa
Desa Mallawa 1
Mangkoso 6 Desa Mallawa 2


Sumber Peta
Kelurahan Mang0so

1. Peta Administrasi BPS Tahun 2010


2 Peta RBI (BIG) Sala 1.50.000 Tahun 2006

11934'0E 11936'0E 11938'0E

Gamlar 2.2 Lokasi Budicdaya PT.TimorOtsukiMutiara


DLHBdda Tam Mic
PImorTOsikiMticu
2.2 Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)

Berdasarkan penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan menyebutkan Izin Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) antara lain:

1. izin pembuangan limbah cair,


2. izin pemanfaatan air limbah untuk aplikasi ke tanah,
3. izin penyimpanan sementara limbah bahan berbahaya dan beracun,
4. izin pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun,
5. izin pengangkutan limbah bahan berbahaya dan beracun,
6. izin pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun,
7. izin pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun,
8. izin penimbunan limbah bahan berbahaya dan beracun,
9. izin pembuangan air limbah ke laut,
10. izin dumping,
11. izin reinjeksi ke dalam formasi, dan/atau izin venting.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa pada rencana Kegiatan Budidaya Kerang
Mutiara di Perairan Kabupaten Barru diperlukan izin:

1. Izin Pembuangan Limbah Cair


2. Izin Pembuangan Air Limbah Ke Laut
3. Izin Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ■■■■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■


DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 6
BAB III

USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG


TELAH BERJALAN

3.1 Nama usaha dan/atau kegiatan

Usaha atau kegiatan yang telah berjalan yang akan dikaji dalam dokumen ini
adalah Budidaya Tiram mutiara oleh PT Timar Otsuki Mutiara di sepanjang
perairan Kabupaten Barru yang tersebar di Desa Kupa, Kalurahan Mallawa I, dan
Kelurahan Mallawa 2 Kecamatan Mallusetasi serta Desa Batupute dan Kelurahan
Mangkoso Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2 Lokasi usaha dan/atau kegiatan

Kegiatan Budidaya Kerang Mutiara berada di sepanjang perairan Kabupaten


Barru yang tersebar di 5 titik lokasi pembudidayaan yakni di perairan Desa Kupa,
Kalurahan Mallawa I, dan Kelurahan Mallawa 2 Kecamatan Mallusetasi serta Desa
Batupute dan Kelurahan Mangkoso Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru
Provinsi Sulawesi Selatan.

Secara geografis, lokasi pembudidayaan kerang mutiara PT. Timar


Otsuki
Mutiara terletak pada:

a. 0490804,80" LS dan 119036'08,40" BT Perairan Laut Desa


Kupa
b. 04909'10,80" LS dan 119035'42,60" BT Perairan Kelurahan Mallawa
(1) c. 04910'51,00" LS dan 119936'07,20" BT Perairan Kelurahan
Mallawa (2) d. 040912'51,00" LS dan 119935'52,20" BT Perairan Laut Desa
Batupute
e. 04091631,20 LS dan 119035'47,40" BT Perairan Kelurahan
Mangkoso

Sedangkan lokasi kegiatan didarat yang terdiri dari base camp tempat breeding
di laboratorium dan lokasi administrasi terletak di JI. Porns Makassar-Parepare
KM
141 Dusun Labuange, Desa Kupa, Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru Provinsi
Sulawesi Selatan.

■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ■■■■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■


DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 7
3.3 Mulai beroperasi

Kegiatan budidaya Tiram Mutiara di sepanjang perairan Kabupaten Barru yang


tersebar di 5 titik lokasi pembudidayaan yakni di perairan Desa Kupa, Kalurahan
Mallawa I, dan Kelurahan Mallawa 2 Kecamatan Mallusetasi serta Desa
Batupute dan Kelurahan Mangkoso Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru
Provinsi Sulawesi Selatanmulai beroperasi sejak21 Januari Tahun 2011.

3.4 Deskripsi usaha dan/atau kegiatan


3.4.1 Kegiatan utama dan kegiatan pendukung
Kegiatan utama yang akan dikaji dalam dokumen ini berupa kegiatan pemeliharaan
budidaya dan kegiatan pendukung berupa aktivitas administrasi perkantoran.
Untuk lebih jelasnya masing-masing kegiatan dirinci sebagai berikut:
A. Kegiatan Pemeliharaan Budidaya Tiram Mutiara

Kegiatan utama dalam kajian ini yakni kegiatan pemeliharaan Tiram Mutiara.

a) Kerang Mutiara
Tiram mutiara termasuk dalam phylum mollusca, phylum ini terdiri atas 6
klas yaitu: Monoplancohora, Amphineura, Gastropoda, lamellibrachiata, atau
Pellecypoda, seaphopoda, dan Cephalopoda. Tiram merupakan hewan yang
mempunyai cangkang yang sangat keras dan tidak simetris. Hewan ini tidak
bertulang belakang dan bertubuh lunak (Phi/um mollusca). Klasifikasi tiram
mutiara sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Sub kingdom : Invertebrata

Philum : Mollusca

Kelas : Pellecypoda

Ordo :

Anysomyaria Famili

: Pteridae Genus :

Pinctada

Spesies : Pinctada maxima

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 8
Jenis-jenis tiram mutiara yang terdapat di Indonesia adalah: Pinctada maxima,
Pinctada margaritefera, Pinctada Jucata, Pinctada chimnitzii, dan Pteria penguin.
Sebagai penghasil mutiara terpenting adalah tiga spesies, yaitu, Pinctada maxima,
Pinctada margaritifera dan Pinctada martensii. Sebagai jenis yang ukuran
terbesar adalah Pinctada maxima (Sutaman, 2000).

b) Faktor Pembatas Budidaya Tiram Mutiara


Ketepatan pemilihan lokasi merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya
tiram mutiara. Syarat dan Metode dalam melakukan Usaha Budidaya tiram mutiara
menurut Winanto(2004) adalah sebagi berikut:

• Lokasi usaha untuk budidaya tiram mutiara ini berada di perairan laut yang
tenang. Pemilihan lokasi pembenihan maupun budidaya berada dekat pantai
dan terlindung dari pengaruh angin musim dan tidak terdapat gelombang
besar. Lokasi dengan arus tenang dan gelombang kecil dibutuhkan untuk
menghindari kekeruhan air dan stress fisiologis yang akan mengganggu
kerang mutiara, terutama induk.

• Dasar perairan sebaiknya dipilih yang berkarang dan berpasir. Lokasi


yang terdapat pecahan-pecahan karang juga merupakan alternatif tempat
yang sesuai untuk melakukan budidaya tiram mutiara.

• Arus tenang merupakan tempat yang paling baik, hal ini bertujuan
untuk menghindari teraduknya pasir perairan yang masuk ke dalam
tiram dan mengganggu kualitas mutiara yang dihasilkan. Pasang surut air
juga perlu diperhatikan karena pasang surut air laut dapat menggantikan
air secara total dan terus-menerus sehingga perairan terhindar dari
kemungkinan adanya limbah dan pencemaran lain.

• Dilihat dari habitatnya, tiram mutiara lebih menyukai hidup pada


salinitas yang tinggi. Tiram mutiara dapat hidup pada salinitas 24 ppt
dan SO ppt untuk jangka waktu yang pendek, yaitu 2-3 hari. Pemilihan
lokasi sebaiknya di perairan yang memiliki salinitas antara 32-35 ppt.
Kondisi ini baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram mutiara.

• Perubahan suhu memegang peranan penting dalam aktivitas biofisiologi


tiram didalam air. Suhu yang baik untuk kelangsungan hidup tiram mutiara

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 9
adaiah berkisar 25-30 0C. Suhu air pada kisaran 27-31 0C juga
dianggap
Iayak untuk tiram mutiara.

• Kecerahan air akan berpengaruh pada fungsi dan struktur invertebrata


daiam air. Lama penyinaran akan berpengaruh pada proses pembukaan dan
penutupan cangkang. Cangkang tiram akan terbuka sedikit apabila ada
cahaya dan terbuka Iebar apabila keadaan geiap. Menurut Sutaman (2000),
untuk pemeliharaan tiram mutiara sebaiknya kecerahan air antara 4,5-6,5
meter. Jika kisaran meiebihi batas tersebut, maka proses pemeliharaan akan
sulit dilakukan. Untuk kenyamanan, induk tiram harus dipelihara di
kedaiaman meiebihi tingkat kecerahan yang ada.

• Derajat keasaman air yang Iayak untuk kehidupan tiram pinctada


maxima berkisar antara 7,8-8,6 pH agar tiram mutiara dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Pada prinsipnya, habitat tiram mutiara di perairan
adaiah dengan pH Iebih tinggi dari 6,75. Tiram tidak akan dapat berproduksi
Iagi apabila pH meiebihi 9,00. Aktivitas tiram akan meningkat pada pH 6,75
- pH 7,00 dan menurun pada pH 4,0-6,5.

• Oksigen teriarut dapat menjadi faktor pembatas keiangsungan hidup


dan perkembangannya. Tiram mutiara akan dapat hidup baik pada
perairan dengan kandungan oksigen terlarut berkisar 5,2-6,6 ppm. Pinctada
maxima untuk ukuran 40-50 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,339 1/l,
ukuran
50 - 60 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,650 1/l, untuk ukuran 60 •
70 mm mengkonsumsi sebanyak 1,810 1/l.

• Kandungan fosfat yang Iebih tinggi dari batas toieransi akan mengakibatkan
tiram mutiara mengaiami hambatan pertumbuhan. Fosfat pada kisaran
0,1001-0,1615 g/l merupakan batasan yang Iayak untuk normalitas
hidup dan pertumbuhan organisme budidaya. Lokasi budidaya dengan
fosfat berkisar antara 0,16-0,27 g/l merupakan kandungan fosfat yang baik
untuk budidaya mutiara.

Kisaran nitrat yang Iayak untuk organisme yang dibudidayakan sekitar


0,2525-0,6645 mg/I dan nitrit sekitar 0,5-5 mg/I. Konsentrasi nitrit 0,25
mg/I dapat mengakibatkan stres dan bahkan kematian pada organisme yang
dipelihara.

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 10
■ Pencurian dan sabotase merupakan faktor yang juga perlu dipertimbangkan
dalam menentukan lokasi budidaya mutiara. Risiko ini terutama pada
saat akan panen atau setelah satu tahun penyuntikan inti mutiara bulat
(nucleus).

c) Skala Besaran/Rencana Kegiatan


Skala besaran/Rencana kegiatan budidaya tiram mutiara PT Timor Otsuki Mutiara
terdiri dari lokasi blok budidaya dan kapasitas produksi.

1) Luas Blok Budidaya Mutiara


Luas perairan untuk lokasi blok budidaya tiram mutiara oleh PT Timor Otsuki
Mutiara adalah seluas 48 Ha yang tersebar di di 5 titik lokasi pembudidayaan yakni
di perairan Desa Kupa, Kalurahan Mallawa I, dan Kelurahan Mallawa 2 Kecamatan
Mallusetasi serta Desa Batupute dan Kelurahan Mangkoso Kecamatan Soppeng Riaja
Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi blok budidaya dirinci sebagai
berikut:

Tabel 3. 1. Rincian Luas Blok untuk Budidaya Mutiara


No Peruntukan Luas m2
1 Petak (Blok-1) 38.000
2 Petak (Blok-2) 38.000
3 Petak (Blok-3) 38.000
4 Petak (Blok-4) 38.000
5 Petak (Blok-5) 38.000
6 Petak (Blok-6) 38.000
7 Petak (Blok- 7) 38.000
8 Petak (Blok-8) 38.000
9 Petak (Blok-9) 38.000
10 Fasilitas Penunjang 18.000
Sumber: PT. Timor Otsuki Mutiara, 2016

Tabel 3.2. Spesifikasi Teknis Peralatan yang digunakan


No Kegiatan Spesifikasi Alat
Pembuatan Rakit Kayu, bambu, drum plastik, pengikat kawat,
1 Pemeliharaan tali tambang
Keranjang Pemeliharaan
2 Induk Jaring plastik, tali
3 Spat Kolektor Pipa, tali tambang, jaring plastik
4 Bak Pencucian Fiberglass
Kayu, bambu, atap daun sagu, drum plastik,
5 Pembuatan Rumah Apung tambang
Sumber: PT. Timor Otsuki Mutiara, 2016
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 11
2) Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi tiram mutiara oleh PT Timor Otsuki Mutiara sebesar 200.000-
300.000 ekor/tahun.

d) Sarana dan Prasarana Operasional


1) Sarana Transportasi Darat
Sarana transportasi darat digunakan untuk mobilisasi kegiatan
produksi didarat yang terdiri dari:
1. Mobil Kijang Minibus 1 (satu) unit dengan bahan bakar premium
2. Mobil Kijang Pick Up 1 (satu) unit dengan bahan bakar premium.
2) Sarana transportasi Laut
Sarana transportasi laut digunakan untuk mobilisasi dari darat ke lokasi rumah
terapung dan lokasi pembudidayaan. Sarana yang digunakan berupa:
1. Ponton yang menggunakan mesin diesel berkapasitas 18 pk sebanyak 12
(dua belas) unit berbahan bakar solar.
2. Speed boat yang menggunakan mesin tempel yamaha dengan kapasitas
mesin 40 pk sebanyak 10 (sepuluh) unit berbahan bakar premium.
3) Sarana dan prasarana basecamp di darat
Sarana dan prasarana base camp didarat merupakan sarana untuk kegiatan
pembibitan melalui proses breeding laboratorium. Sarana prasarana yang
digunakan:
1. Bak pemijahan, bak pemeliharaan larva dan spat, bak penjarangan dan
penempelan, serta spat kolektor masing-masing dengan kapasitas 500 liter.
Bak breeding berjumlah 34 pcs.
2. Tempat kultur pakan dengan ukuran 3m x 7m.
3. Fasilitas Listrik. Kapasitas listrik yang dibutuhkan untuk menunjang
kegiatan di darat sebesar 13.000 Kva yang disuplai melalui PLN dan
persediaan Genset.
4. Air Tawar. Untuk menunjang kegiatan didarat utamanya pada proses
breeding dilaboratorium dibutuhkan air tawar sebanyak ±500 liter
yang bersumber dari sumur bor.

■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ■■■■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■


DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 12
4) Kebutuhan Bahan Bakar
a. Bahan Bakar Premium
Bahan bakar premium yang digunakan selama operasional sekitar 5.000
liter/bulan.
b. Bahan Bakar Solar
Bahan bakar solar yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional sebanyak
6.500 liter.
5) Sarana dan Prasarana Budidaya
a. Sarana Pembenihan:
• Bangunan
Pada prinsipnaya, bangunan ini harus memenuhi persyaratan teknis operasional
yang terdiri dari ruang kultur alga, ruang aklimatisasi, ruang pemijahan, ruang
pemeliharaan larva dan spat, serta ruang staf. Dalam kegiatan tata letak
bangunan sedapat mungkun jauh dari aktifitas sehari-hari sehingga organisme yang
dipelihara selalu dalam suasana terang. Hal ini di sesuaikan dengan habitat dari
organisme pemeliharan tersebut.

• Suplai Air Laut


Penyediaaan air laut yang bersih merupakan salah satu faktor penting, karena
air laut merupakan media tumbuh dan berkembangnya plankton dan larva
tiram mutiara. Pengambilan air laut dibantu dengan mesin pompa air 2-2,5 inci
dan pipa PVC. Air yang digunakan telah melalui beberapa proses fertilisasi,
antara lain melewati saringan pasir (sand filter) dan bak pengendapan. Untuk
pemeliharaan larva khususnya, air laut melalui beberapa perlakuan, seperticartage
atau saringan bertingkat dari 15 mm, 10 mm, dan 5 mm; sterilisasi dengan
autoclav; dan saringan kapas (cottonfilter).

• Bak Pemijahan Induk


Bak ini terbuat dari fiberglass bervolume 3 ton menyerupai bentuk tabung serta
berwarna bening transpran. Bak ini berfungsi sebagai tempat tempat memijahnya
induk tiram mutiara dengan jumlah 3 buah.

• Baktelur
Sebagai tempat meletakkan telur hasil pemijahan dari induk tiram. Ini
digunakan wadah toples plastik dengan volume 30 liter sebanyak 20 buah.

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 13
• Bak pemeliharaan larva dan spat
Bak ini terbuat dari polikarbinat atau juga fiberglass dengan volume 5 ton
warna bak ini hitam, dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air.

• Bak penjarangan dan penempelan spat


Terbuat dari fiberglass, ukuran bak ini tidak menentu tergantung dari ukuran
kolektor. Tetapi pada umumnya bak ini berukuran 90 cm x 60 cm x 50 cm. warna
bak ini gelap agar kontras dengan warna spat yang putih transparan, sehingga spat
yang menempel pada kolektor dan jatuh didasar bak bisa terlihat dan diambil
kembali.

• Spat kolektor
Merupakan tempat menempelnya tiram muda atau spat. Spat kolektor ini
terbuat dari bahan paranet. Wadah yang digunakan sebagai wadah kolektor
adalah keranjang jaring dengan ukuran 40cm x 60cm.

• Tempat kultur pakan alami


Tempat kultur pakan alami digunakan rak yang terbuat dari kerangka kayu dan besi
siku. Untuk penerangan setiap rak dilengkapi dengan 4 lampu TL 40 wat.
Ukuran rak di sesuaikan dengan ukuran ruangan dan kapasitas produksi yang
diinginkan.

• Rumah pompa
Sebagai tempat meletakkan mesin pompa untuk penyedotan air laut ke ruang
laboratorium.

• Rumah genset
Tempat untuk meletakkan genset, yang berfungsi sebagai listrik listrik.

• Tower air tawar


Berfungsi untuk menampung air tawar sebelum digunakan ke rumah
karyawan, kantor dan hatchery.

• Bak penampung air laut.


Mempunyai fungsi sebagai penampung air laut sebelum digunakan dalam kegiatan
kultur pakan alami dan pembenihan dihatchery.

b. Sarana Pembesaran
Bahan-bahan pembuatan sarana pembesaran sangat penting dalam
pemeliharaan tiram dari ukuran spat sampai ukuran siap operasi dan
pemanenan. Bahan-bahan

■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ■■■■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■


DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 14
ini digunakan untuk sarana rakit apung, bahan sarana pembuatan tali rentang (long
line) dan pembuatan keranjang pemeliharaan.

1) Bahan Sarana RakitApung


Bahan-bahan yang digunakan dalam kontruksi rakit apung tersebut adalah sebagai
berikut:

• Kerangka rakit, terbuat dari kayu bakau yang berdiameter 10-15 cm


dan panjang 9 meter.
• Pelampung, berbentuk silinder dengan diameter 60 cm dan panjang 1 meter
yang terbuat dari bahan drum plastik atau styrofoam yang di lapisi
plastik berwarna kuning/biru yang tahan bocor.
• Pengikat rakit, digunakan kawat dengan berdiameter 3 mm.
• Tali jangkar dan jangkar, terbuat dari tali polyethelen dengan berdiameter 5
cm dengan panjang 2-3 kali kedalaman air. Untuk menahan rakit agar tidak
terbawa arus digunakan jangkar yang terbuat dari besi/blok semen.
• Tali gantung keranjang, terbuat dari polyethelen berwarna hitam atau biru.
Tali untuk gantungan keranjangan siput ini dengan diameter 8 mm
dan panjang 5 meter.

Rakit digunakan sebagai tempat pemeliharaan tiram mutiara, baik tiram sebelum
operasi maupun pasca operasi. Dalam satu unit rakit apung terdiri dari 6 rakit kecil
dengan ukuran 9 x 9 m per rakit dan mampu menampung 100 keranjang yang
masing-masing berisi 8 ekor tiram. Sehingga dalam satu rakit kecil sebanyak
800 atau 4.800.ekor tiram mutiara dalam 1 unit rakit apung.

2) Bahan Sarana Tali Rentang (Long line)


Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan satu unit tali rentang (long
line)
tersebut adalah:

• Tali rentang, tali ini terbuat dari tali polyethelen yang berwarna biru
atau hitam dengan diameter 3 cm dan panjang 102 m.
• Bola pelampung, terbuat dari plastik berwarna biru atau hitam dengan
diameter 30 cm, bola pelampung diikat dengan tali polyethelen pada
tali rentang.
• Pemberat, bahan pembuatnya dari blok semen (beton).

■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ■■■■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■


DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 15
Dalam setiap tali rentang dipasang 25 buah pelampung dengan jarak antara
pelampung dapat diikat 4 buah tali gantung keranjang, jarak antara tali gantung
pocket net 80 cm. Sehingga setiap satu tali rentang dapat menampung 100
buah pocket net dan setiap pocket net berisi 8 tiram mutiara. Jadi setiap tali rentang
dapat memuat 800 ekor tiram atau satu unit tali rentang yang memiliki 10 tali
rentang dapat memuat 8000 ekor tiram mutiara.

3) Keranjang Pemeliharaan
Ada beberapa kategori keranjang yang digunakan dalam pemeliharaan tiram
mutiara, tergantung dari ukuran dan usia tiram mutiara.

• Pocket net atau Keranjang jaring


Ukuran keranjang pemeliharaan tiram ini sangat bervariasi tergantung ukuran
tiram mutiara. Untuk pemeliharaan tiram kecil (spat) digunakan Keranjang ukuran
mata jaring 0,3 m dengan 12 kamar ini ada yang terdiri dari 8 kamar, 9 kamar dan
24 kamar. Untuk yang 8 kamar dan 9 kamar diguakan untuk tiram mutiara
yang berukuran 4- 7 cm. Sedangkan yang 24 kamar digunakan tiram mutiara
masa pendederan.
• Keranjang plastik
Keranjang ini terbuat dari bahan plastik yang berwarna hitam dengan ukuran
panjang 92 cm, tinggi 16 cm dan luas 16 cm serta terdiri dari 20 kamar yang disekat•
sekat. Biasa keranjang digunakan pada tiram selesai operasi dan memasuki masa
bottom serta panen. Dengan ukuran tiram mutiara 8-12 cm.
• Waring.
Waring ini berukuran 0,3 cm digunakan untuk membungkus Keranjang kawat yang
mempunyai 10 kamar. Keranjang ini digunakan pada tiram mutiara yang memasuki
masa pelemasan tiram (yokusey). Keranjang ini berukuran panjang 74 cm, tinggi 23
cm dan lebar 23 cm.
Jumlah pocket net yang digunakan oleh PT Timar Otsuki Mutiara untuk
pemeliharaan budidaya di perairan Kabupaten Barru sebanyak 70.000 pcs dengan
frame berbahan besi coating plastik dan jaring berbahan tali PE 2 mm.

c. Sarana Penunjang Budidaya

Sarana penunjang yang digunakan dalam budidaya tiram mutiara yaitu antara
lain sebagai berikut:
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 16
1) Rumah Rakit
Rumah rakit terdiri dari 3 buah bangunan terapung (floating raft house) yang
dapat dipindah-pindahkan dengan speed boat. Rumah rakit ini terbuat dari kayu
yang tahan terhadap arus air dan pelampung Styrofoam untuk mengapungkan
rumah rakit tersebut. Ini digunakan untuk kegiatan pembersihan keranjang dan
tiram serta perbaikan sarana budidaya lainnya.

2) Speed Boat
Speed boat terdiri dari 12 buah unit, terbuat dari bahan fiberglass yang
dilengkapi dengan motor tempel berkekuatan 40 PK dan 80 PK. Speed boat
digunakan untuk mengangkut tiram mutiara, memindahkan rumah rakit, kegiatan
keamanan dilokasi budidaya serta kegiatan pemeliharaan mutiara.

3) Kapal Motor
Kapal motor terdiri dari 3 buah unit, yang terbuat dari kayu yang
dilengkapi dengan mesin dalam. Kapal motor ini digunakan untuk mengangkut
tiram mutiara dari lokasi unit cabang pembenihan ke lokasi pembesaran,
sarana transportasi karyawan/karyawati, pengangkutan air bersih untuk kegiatan
budidaya maupun ke rumah karyawan.

d. Bahan Sarana Operasi Pemasangan Inti mutiara Bulat dan Panen

Bahan sarana operasi sangat mempengaruhi dalam kegiatan pemasangan inti


mutiara bulat dan saat pelaksanaan pemanenan dilakukan. Bahan sanana
operasi dan pemanenan yang dibutuhkan tersebut adalah:
1. Rumah operasi, terbuat dari kayu yang ditanam dan tahan
terhadap gelombang serta terletak dekat dengan rakit apung (tempat
tiram akan dioperasi).
2. Meja operasi, terbuat dari kayu dengan sekat-sekat pada bagian kiri, kanan
dan depan untuk melindungi dari sinar matahari secara langsung.
3. Meja tiram, terbuat dari kayu dan letaknya harus berdekatan dengan
meja operasi, yang berfungsi sebagai tempat meletakkan tiram yang akan
dioperasi pemasangan inti mutiara bulat dan pemanenan.

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 17
e. Peralatan Operasi Pemasangan Inti Mutiara Bulat dan Panen

Peralatan operasi pemasangan inti mutiara dan pemanenan yang


digunakan adalah sebagai berikut:

1. Forsep (pembuka cangkang), alat ini digunakan untuk


membuka/memperbesar bukaan mulut cangkang tiran sebelum dipasang
baji dan untuk mepertahankan bukaan cangkang pada saat operasi atau
panen berlangsung.
2. Baji, erbuat dari kayu membentuk segi tiga siku-siku yang digunakan untuk
mempertahankan bukaan cangkang sebalum operasi atau pada saat panen.
3. Gunting, digunakan untuk memotong mantel dari organ tubuh tiram donor.
4. Tweezer, digunakan untuk mengangkat potongan mantel dari dalam
cangkang tiram donor.
5. Span mantel, digunakan untuk tempat memotong mantel menjadi bagian•
bagian tekecil, spon ini berfungsi menahan lender hitam pada lapisan
luar mantel sehingga pada saat mantel dimasukkan ke dalam organ tiram
lapisan mantel berwarna putih (tidak bernoda) serta dapat menyerap air.
6. Pisau pemotong (graff cutter), Ini digunakan untuk memotong potongan
mantel menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
7. Graft cutting block, digunakan sebagai landasan spons untuk memotong
mantel Pinset, digunakan untuk menyingkir dan mengangkat hama yang ada
dalam tubuh tiram.
8. Standar dengan penjepit (shell holder), digunakan untuk meletakkan
tiram yang akan dioperasi.
9. Pinset, digunakan untuk menyingkir dan mengangkat hama yang ada dalam
tubuh tiram.
10. Spatula, digunakan untuk menyibak mantel dan insang yang
menghalangi tempat penorehan.
11. Kait (hock), digunakan untuk menahan kaki sewaktu membuat
irisan/saluran dan saat pemasukan inti (nukleus) mutiara.
12. Incision knife, digunakan untuk menorah gonad tiram mutiara.
13. Probe, digunakan untuk membuat saluran pemasukan mantel dan inti serta
saluran keluarnya mutiara pada saat pemanenan.

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 18
14. Pemasukan mantel (graft currier), digunakan untuk memasukkan potongan
mantel kedalam organ tiram melalui saluran yang telah dibuat.
15. Nukleus carrier, digunakan untuk memasukkan inti (nukleus) kedalam gonad
melalui saluran dan untuk mengambil mutiara serta untuk mengambil
mutiara dari dalam gonad pada saat panen.
16. Gelas berisi air, digunakan untuk membersihkan alat pada setiap
pengoprasian satu buah tiram dan membasahi nucleus carrier agar
inti mutiara dapat menempel.
17. Wadah kecil, digunakan untuk menampung inti (nukleus) dan mutiara
dari hasil panen.

f. Peralatan Pembersih Tiram Mutiara

Salah satu peralatan yang tidak kalah penting dalam budidaya tiram mutiara
(Pincata maxima) adalah alat pembersih tiram dari organisme penempel dan
kotoran yang mengganggu kehidupan/pertumbuhan dari tiram mutiara. Adapun
peralatan pembersih yang digunakan sebagai berikut :

1. Mesin pencuci, alat ini digerakkan oleh mesin diesel yang diset diatas rumah
rakit dan speed boat. Mesin pencuci ini digunakan untuk membersihkan
keranjang pemeliharan dan membersihkan tiram dari organisme
penempel pada cangkang sebelum dan sesudah dibersihkan dengan pisau
atau parang kecil.
2. Pisau dan parang kecil, ini digunakan untuk membersihkan tiram
setelah melalui proses pembersihan pada mesin diesel.

Tabel 3.3. Sarana dan Prasarana Penunjang Budidaya PT. Timor Otsuki Mutiara
No Uraian Ukuran Jumlah Kapasitas Spesifikasi
A Bangunan 10mx 10 m
1 Bak pemijahan 500 liter
Bak pemeliharaan
2 larva dan spat 500 liter
Bak penjarangan dan
3 penempelan 500 liter
4 Spat kolektor 500 liter
5 Tempat kultur pakan 3mx7m
6 Rumahpompa NS 50/4 HP
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 19
No Uraian Ukuran Jumlah Kapasitas Spesifikasi
Bak penampung air Bangunan
7 laut SxS m
permanen
B Sarana Pembesaran
Bahan Sarana Rakit Tali nylon ukuran
1 Apung 100 X 100 22mm
Tali nylon ukura 22
mm, P=90m,
Bahan Sarana Tali menggunakan bola
Rentang (Long line) pelampung,
pemberat jangkar
2 pasir
Keranjang
3 Pemeliharaan:
Frame besi coatyng
4 (Pocket net) plastik,
70.000 Bahan PE
5 Jaring Tali 22mm pcs (polyethylene)
Panjang Tali Tali Nylon jenis PE
6 Gantungan 7m (polyethylene)
7 Pelampung:
P=1 m, D=80
a. Drum Gabus Cm Styreofom
b. Bola Pelampung D=40 Cm Plastik
Bak Breeding 34 Fyber
Sarana Penunjang
C Budidaya
1 Rumah Terapung 8x 16m
2 Speed Boat/ longboat 6 unit Fyber
3 Ponton deasel 12 unit Jiandong 18 pk
Sumber: PT. Timor Otsuki Mutiara

3.4.2 Informasi kegiatan dan kondisi lingkungan di sekitar

1) Letak Geografis

Kecamatan Mallusetasi memiliki luas wilayah 216,58 km. Wilayah Kecamatan


Mallusetasi terdiri dari 5 desa dan 3 Kelurahan yang berada pada ketinggian 1
sampai 2 meter dari permukaan laut, dengan batas-batas sebagai berikut;
Sebelah utara : berbatasan dengan Kota Pare-Pare
Sebelah selatan : berbatasan dengan Kecamatan Soppeng Riaja
Sebelah barat : berbatasan dengan Selat Makassar
Sebelah timur : berbatasan dengan Kabupaten Soppeng
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 20
Tabel 3.4. Luas Wilayah Kecamatan Mallusetasi

No. Desa/Kelurahan Luas (Km2) Jumlah Penduduk


1 Cilellang 13,85 1146
2 Manuba 36,88 304
3 Nepo 94,65 719
4 Palanro 4,5 1091
5 Mallawa 7,5 931
6 Kupa 20,23 705
7 Bojo 20,37 823
8 Bojo Baru 18,6 789
Sumber: Kecamatan Mallusetase dalam Angka,
2016

2) IKLIM

Berdasarkan tipe iklim dengan metode zone agroklimatologi yang


berdasarkanpada bulan basah (curah hujan lebih dari 200 mm/bulan) dan bulan
kering (curahhujan kurang dari 100 mm/bulan), di Kabupaten Barru memiliki
tipe iklim C yakni mempunyai bulan basah berturut-turut 5-6 bulan (Oktober
sampai dengan Maret), dan bulan kering berturut-turutkurang dari 2 bulan (April
sampai dengan September).

Tabel 3.5 Jumlah Hari Hujan dan Banyaknya Hari Hujan DI Kecamatan
Mallusetasi

Bulan Hari Hujan Curah Hujan


Januari 20 497
Februari 15 294
Maret 15 381
April 14 138
Mei 14 165
Juni 15 98
Juli 4 171
Agustus 3 40
September 1 10
Oktober 2 36
November 12 211
Desembar 22 753
Sumber: Kecamatan Mallusetase dalam Angka, 2016

Berdasarkan data statistik Kecamatan Mallusetase Tahun 2016 diketahui bulan


desember merupakan puncak musim penghujan dimana terdapat 22 hari hujan.
Sedangkan bulan sejak bulan Juli-Oktober merupakan musim kemarau
dengan jumlah hari hujan berkisar antara 4-1 hari dalam sebulan.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 21
3) Penggunaan Lahan

Berdasarkan hasil pengamatan langsung dilapangan, diketahui disepanjang pesisir


Kecamatan Mallusetase hingga perairan Kecamatan Soppeng Riaja terdapat
beberapa penggunaan lahan diantara hutan mangrove, permukiman, pelabuhan,
budidaya perairan, dan industri.

Gambar 3.1 Dermaga Speed Boat dan Ekosistem Mangrove Di Pesisir Desa
Mangkoso Kabupaten Barru

Secara fisik hutan mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi
pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta sebagai
perangkap zat-zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan,
melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan dan gelombang dan
angin kencang; mencegah intrusi garam (salt intrution) ke arah darat; mengolah
limbah organik, dan sebagainya.

Secara biologi hutan mangrove mempunyai fungsi sebagai daerah berkembang biak
(nursery ground), tempat memijah (spawning ground), dan mencari makanan
(feeding ground) untuk berbagai organisme yang bernilai ekonomis khususnya ikan
dan udang. Habitat berbagai satwa liar antara lain, reptilia, mamalia, hurting
dan lain-lain. Selain itu, hutan mangrove juga merupakan sumber plasma nutfah.
Ekosistem hutan mangrove memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas primer
ekosistem mangrove ini sekitar 400-500 gram karbon/m2/tahun adalah tujuh kali
lebih produktif dari ekosistem perairan pantai lainnya (White, 1987). Oleh
karenanya, ekosistem mangrove mampu menopang keanekaragaman jenis yang
tinggi.

■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ■■■■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■


DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 22
Gambar 3.2. Aktivitas Di Lingkungan Sekitar Budidaya Tiram Mutiara

Di wilayah pesisir lokasi budidaya juga terdapat beberapa aktivitas seperti PL


TU Barru, Pelabuhan Garongkong dan Budidaya Benur. Keberadaan kegiatan ini
dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif bagi pertumbuhan budidaya
tiram mutiara. Sehingga untuk menjaga keberlangsungan budidaya perlu dilakukan
tindakan preventif guna menjaga kualitas perairan agar tetap mendukung kualitas
perairan yang sesuai bagi pertumbuhan budidaya tiram.

Garn bar 3.3. Lokasi Keramba Apung di Perairan Desa Mangkoso


■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ■■■■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 23
4) Flora dan Fauna
Kerang mutiara termasuk biota laut bersifat plankton feeder, sehingga dipercaya
akan membersihkan mutu air dari kemungkinan adanya blooming plankton yang
tidak dikehendaki. Namun apabila kegiatan budidaya ini dalam kapasitas yang besar
dan melebihi daya dukung dari perairan diduga dapat juga menyebabkan krisis
plankton yang merupakan prod user primer dalam suatu ekosisitim perairan.

Dilain pihak dipertanyakan adanya ekskresi dan limbah buangan biofoulling


yang dihasilkan dari kegiatan budidaya.

Polikaeta yang menempel pada cangkang tiram terdiri dari 2 kelompok yakni
polikaeta penempel dan polikaeta pengebor. Polikaeta penempel adalah polikaeta
yang terdapat di permukaanluar cangkang tiram mutiara dan polikaeta
pengebor adalah polikaeta yang membuat lubang pada cangkang hingga lapisan
nacre pada cangkang bagian dalam. Polikaeta pengebor dikeluarkan dengan cara
merendam cangkang dengan larutan garam.

Polikaeta penempel ada 8 genus yaitu Eunice, Nereis, Syllis, Streblosoma,Lysidice,


Salmacing, Polycirrus, dan Phylodoce. Selain itu terdapat beberapa spesies dari
alga merah tiram non komersil.

Sedangkan hasil pengamatan di lapangan, keberadaan budidaya tiram mutiara


memberikan dampak positif bagi keberagaman ikan-ikan kecil dengan tersediannya
sumber makanan dari beberapa organisme penempel pada cangkang. Keberagaman
ikan kecil ini menjadi sumber makanan bagi beberapa burung laut yang
merupakan produsen sekunder dalam strata piramida makanan. Beberapa jenis
burung laut yang ditemukan pada lokasi budidaya dapat dilihat pada Garn bar 3.4.

Garnbar 3.4. Beberapa Jenis Burung yang di Temukan di Sekitar


Lokasi Budidaya Tiram Mutiara
■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ■■■■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 24
5) Kondisi Perairan
Parameter yang dianalisis pada kegiatan ini berupa parameter fisika, kimia dan
biologi. Parameter fisika berupa Bau, Suhu, dan Kekeruhan. Parameter kimia
yang dikaji berupa pH, BOD, Amoniak Total (NH3-N), Sulfida (H2S) dan
salinitas. Sedangkan parameter biologi yang diamatai hanya total coliform. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Hasil analisis laboratorium menunjukkan kondisi perairan dalam kondisi baik untuk
mendukung pertumbuhan biota budidaya utamanya budidaya tiram mutiara.
Beberapa hasil studi mengemukakan kondisi lingkungan perairan yang ideal
bagi lokasi budidaya tiram mutiara adalah kondisi lingkungan perairan yang
terbebas dari pencemaran laut.

Hasil pengukuran padatan tersuspensi dari 5 (lima) lokasi diketahui sebesar 2-


4 mg/L. Perairan Kelurahan Mangkoso merupakan perairan dengan kadar
padatan tersuspendi total tinggi atau diatas baku mutu. Kondisi ini dipengaruhi
oleh asupan padatan suspensi dari lingkungan pesisir yang merupakan kawasan
mangrove. Selain itu, faktor lain yang mungkin memepengaruhi adalah adanya
aktivitas PLN Kabupaten Barru. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
perbedaan padatan tersuspensi pada masing-masing stasiun diduga disebabkan oleh
komposisi material dasar perairan, pergerakan massa air dan aktifitas
pasang surut (Linda
2012)Pergerakan air berupa pasang surut akan mampu mengaduk sedimen
yang ada (Satria dan Widada 2004).

Hasil pegukuran parameter kimia berupa salinitas menunjukkan kadar salinitas


berkisar antara 55,47 - 66,2 %0. Kerang mutiara dapat bertahan hidup pada kisaran
salinitas yang tinggi berkisar diantara 20-50 ppt, akan tetapi salinitas yang baik
untuk pertumbuhan kerang mutiara adalah 32-35 ppt (Sutaman 1993).

Hasil pengukuran pH menunjukkan 7,98 - 8,15. Menurut Winanto (2004) pH yang


layak untuk kehidupan kerang mutiara berkisar antara 7,8-8,6. pH 7,9-8,2 kerang
mutiara dapat berkembang dan tumbuh dengan baik. Mulyanto (1987), juga
mengatakan bahwa pH perairan yang baik untuk hidup kerang mutiara adalah pada
pH 7,8-8,6.

Hasil analisis kualitas air di 5 stasiun menunjukkan nilai parameter yang berbeda di
beberapa parameter sesuai dengan karakteristik dari lingkungan budidaya. Lokasi
budidaya di Kelurahan Mangkoso diduga mendapat pengaruh dari kondisi
pesisir
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 25
yang merupakan kawasan mangrove sehingga kualitas airnya sedikit keruh.
Sementara di beberapa lokasi budidaya lainnya tidak terdapat mangrove di pesisir.
Perbedaan karakteristik seperti kualitas air, dapat memberikan perbedaan
keruangan faktor ekternal dan internal dari suatu badan air serta perbedaan
komposisi tingkat biota yang ada di dalamnya, di mana perubahan suatu lingkungan
biasanya akan direspon oleh spesies yang ada di dalamnya (Chapman, 1996).
Perbedaan karakteristik sebaran stasiun dapat juga dipengaruhi oleh perubahan
lingkungan yang berupa penurunan kualitas lingkungan perairan pesisir yang dapat
disebabkan salah satunya oleh buangan limbah budidaya perikanan laut selama
operasional yang mengandung konsentrasi tinggi bahan organik dan nutrien, dari
sisa pakan dan feces yang terlarut ke dalam perairan (Johnsen et al., 1993;
Buschmann et al., 1996). Limbah budidaya mengandung nitrogen inorganik
(ammonium, nitrat, nitrit). Di lingkungan perairan phospat diduga
mempengaruhi komposisi spesies atau produktivitas phytoplankton dan makroalga
(Barg,1992).

Hasil pengukuran parameter biologi menunjukkan tidak ditemukan parameter total


coliform di semua stasiun menunjukkan kondisi perairan yang baik untuk
lokasi budidaya.

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 26
Tabel 3.6. Hasil Analisis Laboratorium Kualitas Air Lokasi Budidaya Tiram Mutiara di Lokasi Budidaya

Batas
Hasil Pengujian Maksimum
No Parameter Satuan Spesifikasi Metode
yang
Diperbolehkan
1 2 3 4 5
A Fisika
- Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Alami APHA 2005.2150
1 Bau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau
SNI 060.6989.23-2005
2 Suhu** oC 21/21 (0)6 21/21 (0)6 21/21 (0)6 21/21 (0)6 21/21 (0)6 Alami Butir 3.3.1
3 Kekeruhan NTU 1,39 0,48 0,67 0,39 0,66 <5 SNI 006.6989.25-2005
4 Padatan Tersuspensi Total mg/L 4 2 2 2 3 coral:2 SNI 06.6989.03-2005
B Kimia
1 pH - 7,98 8,11 8,13 8,14 8,15 7-8,5 SNI 06.6989.11-2004
2 BOD mg/L 9,18 0,97 4,19 3,87 8,05 20 SNI 6989.72.2009

3 Amoniak Total (NH3-N) mg/L 0,11 <0,059 <0,059 <0,059 <0,059 0,3 SNI 06.6989.30-2005
4 Sulfida (H2S) mg/L <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 0,01 Fotometrik
SNI 06.2413.1991 Butir
%o 56,18 61,55 55,47 56,54 66,2 Alami
3.12
5 Salinitas
C Biologi
Total Coliform Jml/100 ml 0 0 0 0 0 1000 IKM/5.4.9/BTKL-MKS

Keterangan:
*· Berdasarkan Peraturan Gubernur Su!Sel Nomor 69 Tahun 2010 Lampiran 1 Poin C3 Tentang Keterangan:
Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut 1 : Perairan Kelurahan Mangkoso
**· pH dan Suhu di periksa di Laboratorium 2 : Perairan Desa Batupute
¢: Suhu lingkungan/Suhu Air 3 : Perairan Desa Mallawa 2
4 : Perairan Desa Mallawa 1
5 : Perairan Desa Kupa

i i 4 i i i 4 i i # i i i 4 i i 4 i i i .i i. l

DPLH Budidaya Kerang Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 27
Gambar 3.5. Kondisi Lingkungan Perairan Pesisir Kabupaten Barru

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 28
6) Demografi
1. Penduduk

Kurun waktu tahun 2011-2015 jumlah penduduk Kecamatan Mallusetase


mengalami peningkatan, jumlah penduduk akhir tahun 2011 sekitar 6384
jiwa dan terakhir pada tahun 2015 berjumlah 65.08 jiwa. Berdasarkan
jenis kelaminnya hampir semua desa di Kecamatan Mallusetasi mempunyai jumlah
perempuan lebih banyak dibanding laki-laki, sesuai dengan sex ratio-nya
dimana pada 100 perempuan terdapat 91 laki-laki.

Tabel 3.7. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Di Mallusetasi
No Desa/Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
1 Cilellang 2118 1412 4530 88
2 Manuba 659 640 1299 103
3 Nepo 1354 1394 2748 97
4 Palanro 1836 2216 4052 83
5 Mallawa 1774 1887 3661 94
6 Kupa 1405 1435 2840 98
7 Bojo 1647 1773 3420 93
8 Bojo Baru 1575 1698 3273 93
Sumber: Kecamatan Mallusetase dalam Angka, 2016

Tabel 3.8. Banyaknya Rumah Tangga Kecamatan Mallusetasi, 2016


No Desa/Kelurahan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Cilellang 1124 1127 1133 1140 1146
2 Manuba 299 299 300 302 304
3 Nepo 705 706 710 714 719
4 Palanro 1070 1073 1078 1084 1091
5 Mallawa 913 915 920 925 931
6 Kupa 691 693 697 701 705
7 Bojo 807 809 813 818 823
8 Bojo Baru 775 776 780 785 789
Sumber: Kecamatan Mallusetase dalam Angka, 2016

Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Tahun 2015,
di Kecamatan Mallusetasi terdapat 16.507 jiwa yang tergolong ke dalam penduduk
usia kerja. Sedangkan penduduk yang bukan termasuk usia kerja ada sebanyak
8.955 jiwa.

Berdasarkan statistik ketenagakerjaan Kecamatan Mallusetasi, nilai rasio


ketergantungan untuk tahun 2015 adalah 54,25. Hal ini berarti bahwa dari
100

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 29
penduduk usia produktif (usia15-64) menanggung beban sekitar 54 penduduk
usia non produktif (usia 0-14 dan usia 65+).

Tabel 3.9. Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Mallusetasi Tahun


2015
No Kelompok Umur Jumlah
1 0-4 2.250
2 5-9 2.258
3 10-14 2.408
4 15-19 2.126
5 20-24 1.853
6 25-29 1.846
7 30-34 1.673
8 35-39 1.823
9 40-44 1.740
10 45-49 1.789
11 50-54 1.460
12 55-59 1.264
13 60-64 933
+65 2.039
Sumber: Kecamatan Mallusetase dalam Angka, 2016

Sedangkan di Kecamatan Soppeng Riaja jumlah penduduk pada akhir 2016


mencapai 18.154 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 8.731 jiwa dan
jumlah penduduk perempuan sebanyak 9.327 jiwa.

Tabel 3.10. Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Di
Kecamatan
S oppeng Ria1a')a, 2016
Rumah Jumlah Laki- Sex
No Desa/ Kelurahan Tangga Perempuan
Penduduk Laki Ratio
1 Ajakkang 787 2755 1279 1462 87
2 Paccekke 176 595 268 323 83
3 Kiru-Kiru 658 2763 1479 1269 116
4 Mangkoso 740 3204 1446 1742 83
5 Lawallu 518 1991 947 1034 91
6 Siddo 903 3523 1691 1813 93
7 Batupute 807 3323 1621 1684 96
Total 18.154 8.731 9.327
Sumber: Kecamatan Soppeng Riaja dalam Angka, 2016

Ketenagakerj
aan

Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Pada
tahun
2015, di Kecamatan Soppeng Riaja terdapat sekitar 64,22% dari total
penduduk

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 30
Soppeng Riaja yang tergolong kedalam penduduk usia kerja. Sedangkan penduduk
yang bukan termasuk usia kerja proporsinya mencapai 35,78 %.

T a bel311.S tati' sti:kK etenaga k erj. aan Kecamatan s oppeng


R;1a]a
Penduduk Laki-Laki Perempuan Jumlah
Usia Kerja 5482 5984 11466
Bukan Usia Kerja 3130 3261 6391
Rasio Ketergantungan 57,10 54,50 55,74
Sumber: Kecamatan Soppeng Riaja dalam Angka,
2017

Berdasarkan statistik ketenaga-kerjaan di Kecamatan Soppeng Riaja, nilai rasio


ketergantungan untuk tahun 2015 adalah 55,74 penduduk. Hal ini berarti bahwa
dari 100 penduduk usia produktif (usia 15-64) menanggung beban sekitar 56
penduduk usia non produktif (usia 0-14 dan usia 65+).

Tabel 3.12. Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Soppeng Riaja Tahun
2015
No Kelompok Umur Jumlah
1 0-4 1560
2 5-9 1579
3 10-14 1844
4 15-19 1750
5 20-24 1225
6 25-29 1144
7 30-34 1087
8 35-39 1215
9 40-44 1289
10 45-49 1238
11 50-54 992
12 55-59 842
13 60-64 684
+65 1408
Sumber: Kecamatan Soppeng Riaja dalam Angka,2017

Tabel 3.13. Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Desa diKecamatan Soppeng Riaja
Tahun 2015
Tenaga Kesehatan Dukun
No Desa/Kelurahan
Dokter Perawat Bidan Bayi
1 Ajakkang 3 1 2
2 Paccekke 1 0 1
3 Kiru-Kiru 3 13 6 2
4 Mangkoso 0 1 4
5 Lawallu 0 1 4
6 Siddo 2 1 3
7 Batu Pute 1 1 3
Sumber: Kecamatan Soppeng Riaja dalam Angka,2017
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 31
3.4.3 Kegiatan yang menjadi sumber dampak dan besaran dampak lingkungan
yang telah terjadi.

A. Fasilitas Tempat Bekerja Di Darat (Base Camp)

Base camp di darat dan kantor administrasi terletak di Dusun Labuange, Desa Kupa,
Kecamatan Mallusetase, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan dengan
total luas 2,394m2 dengan panjang 76 m dan lebar 31,5 m. basecamp didarat
merupakan tempat pembibitan kerang yang dilakukan melalui proses breeding di
laboratorium selama 1,5 bulan untuk menghasilkan bibit kerang yang siap
dipelihara ke perairan laut.

Gambar 3.6. Kantor Administrasi dan Laboratorium

8. Fasilitas Budidaya Tiram Mutiara


1) Keramba RakitApung

Rakit apung selain sebagai tempat pemeliharaan induk, pendederan, dan


pembesaran, juga berfungsi sebagai tempat aklimatisasi (beradaptasi) induk pasca
pengangkutan. Bahan rakit dapat dibuat dari kayu dengan ukuran 7m x 7m. Selain
kayu, bahan rakit dapat pula terbuat dari bambu, pipa paralon, besi, ataupun
alumunium. Bahan pembuat ini disesuaikan dengan anggaran, ketersediaan bahan,
dan umur ekonomis. Rakit apung budidaya mutiara oleh PT. TOM terbuat dari kayu
dan bambu.

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 32
Untuk menjaga agar rakit tetap terapung, digunakan pelampung seperti pelampung
yang terbuat dari styrofoam, drum plastik, dan drum besi. Agar rakit tetap kokoh,
maka sambungan sambungan kayu diikat dengan kawat galvanizir. Apabila kayu
berbentuk persegi, maka sambungan dapat menggunakan baut. Pemasangan rakit
hendaknya dilakukan pada saat air pasang tertinggi dan diusahakan searah
dengan arus air atau sejajar dengan garis pantai. Hal ini bertujuan untuk
menghindari kerusakan rakit apabila terjadi gelombang besar. Agar rakit tetap
berada pada posisi semula, maka rakit diberi jangkar berupa pemberat yang
terbuat dari semen seberat 50-60 kg. Tali jangkar yang digunakan antara 4-5 kali
kedalaman tempat.

Rakit keramba apung merupakan rakit tempat pemeliharaan (pembesaran) selama


1,5 tahun hingga 2 tahun dengan luas rakit masing-masing titik lokasi pembesaran
sebesar 100 m x 100 m.

Gambar 3.7 Rakit Apung PT Timar Otsuki Mutiara di Kabupaten Barru

2) Keranjang Pemeliharaan Induk


Keranjang pemeliharaan induk bisa terbuat dari kawat galvanizir, plastik, atau
kawat alumunium. Jika menggunakan bahan dari kawat, sebaiknya keranjang
dilapisi atau dicelupkan dengan bahan plastik atau aspal sehingga daya tahan
keranjang tersebut lebih lama. Ukuran keranjang 25 cm x 25cm x 60 cm. Ukuran ini
dapat bervariasi, tergantung ukuran induk, ketersediaan bahan, biaya, dan
kemudahan penanganannya. Satu keranjang pemeliharaan dapat diisi dengan induk
ukuran dorso ventral 17-20 cm (DVM) sebanyak 8- 10 ekor.

Untuk pendederan atau pemeliharaan spat yang baru dipindahkan dari


hatchery, digunakan keranjang jaring ukuran 40 cm x 60 cm. Untuk spat
ukuran 2-3 cm dipelihara dalam keranjang dengan lebar jaring ukuran 0,5 -1 cm.
Lehar mata jaring yang digunakan disesuaikan dengan ukuran spat. Semakin besar
ukuran spat, maka

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 33
digunakan jaring dengan mata jaring yang lebih besar pula agar sirkulasi air dapat
terjaga dengan baik.

Gambar 3.8 Frame Besi Coatyng Plastik dan Pelampung

3) Spat Kolektor
Bahan yang digunakan untuk tempat penempelan spat atau sebagai substrat disebut
kolektor. Spat kolektor dapat terbuat dari berbagai jenis bahan, misalnya
serabut tali PE, tali PE, senar plastik, paranet, asbes gelombang, genteng fiber,
atau bilah pipa paralon. Jika terbuat dari bahan paranet, serabut tali, atau
bahan lain berbentuk serabut, maka harus digunakan kantong untuk
meletakkan bahan tersebut. Keranjang jaring dengan kerangka besi atau kawat
ukuran 40 cm x 60 cm juga dapat digunakan sebagai wadah kolektor. Potongan
paranet atau serabut tali dimasukkan ke dalam kantong-kantong jaring dan diikat
erat.

Pipa paralon juga dapat digunakan sebagai kolektor. Caranya pipa paralon
berdiameter 2-3 inci dipotong sepanjang 30- 50 cm, lalu dibelah menjadi dua.
Selanjutnya belahan pipa tersebut dijalin dengan tali PE (berdiameter 3- 5 mm)
sepanjang 40-50 cm.

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 34
Gambar 3.9. Spat Kolektor

4) Bak Pencucian
Bak pencucian digunakan untuk membersihkan tiram mutiara dari organisma dan
parasit lain yang menempel pada tiram mutiara. Organisma dan parasite yang
menempel di kulit tiram akan mengakibatkan lambatnya pertumbuhan tiram
mutiara. Bak pencucian biasanya terbuat dari fiberglass, tetapi ada juga bak
pencucian ini terbuat dari bahan lain yang awet, seperti dari semen, plastik dan
bahan lainnya.

T abel314. F asiil{iitas yang DiIb utu hk; an d.aI.am U sa h. a B


U diId aya
No Jenis Keranjang Ukuran
1 Keranjang Jaring 40 x 60 cm
2 Keranjang Kawat 25 cm x 25 cm x 60 cm
3 Keranjang Waring 40 cm x 60 cm
Sumber: Winanto, Tjahjo, Memproduksi Benih Tiram Mutiara,
Seri Agribisnis, Tahun 2004

Tabel 3.15. Fasiltas dan Perlengkapan Lain yang Dibutuhkan dalam Budidaya
Mutiatra

ur mis Um
No Jenis Fasilitas dan Peralatan Satuan Jumlah
Ekono
Konstruksi Tambak
1 Rakit Apung ukuran 7 m x 7 m Unit 2 5
2 Tali Tam bang untuk jalur Gulung 30 5
3 Pelampung jalur tambang Unit 300 5
4 Jangkar untuk 30 jalur Unit 60 10
Peralatan Budidaya Mutiara
1 Pengebor siput Unit 2 5
2 Tang Pembuka siput Unit 2 5
3 Keranjang Kawat Unit 120 5
4 Spat Kolektor Unit 300 5
5 Keranjang Jaring Unit 1.500 5
6 Genset Unit 2 5
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 35
Umur
No Jenis Fasilitas dan Peralatan Satuan Jumlah Ekonomis
7 bak pencucian Unit 5 5
8 mesin semprot jaring Unit 2 5
9 body perahu tanpa mesin Unit 1 5
10 mesin perahu 40 pk Unit 1 5
11 lampu sorot Unit 2 5
12 bola lampu sorot Unit 2 1
13 Bangunan 5
14 bangunan kantor m? 150 5
15 sewa bangunan gudang m? 200 5
16 menara pengawas Unit 2 5

Bila dilihat dari umur ekonomisnya, masing-masing peralatan memiliki umur


ekonomi relatif pendek, terutama untuk keranjang jaring, keranjang kawat, tali
tambang, pelampung jalur tambang, dan spat kolektor. Hal ini dikarenakan
peralatan dan fasilitas tersebut rentan terhadap korosi air laut.

C. Fasilitas Tempat Bekerja Di Laut Ponton dan Rumah


Terapung

Fasilitas tempat bekerja dilaut ponton/rumah terapung merupakan tempat untuk


melakukan pembersihan cangkang mutiara yang telah di suntikan nukleus.
Kegiatan pembersihan dilakukan untuk menghilangkan tiram dan alga yang
menempel pada cangkang tiram mutiara. Tiram dan alga yang menempel dapat
mengganggu dan menghambat pertumbuhan dan pembentukan mutiara.

Pembangunan Rumah Apung untuk fasilitas Budidaya Tiram Mutiara terdapat di


perairan laut Desa Kupa dan Kelurahan Mangkoso. Pekerjaan rumah apung
dilakukan dengan cara menggunakan peralatan seperti perahu motor. Sebagai
pondasi bangunan digunakan gabus, drum plastik, kayu blok. Luas bangunan
rumah apung PT Timor Otsuki Mutiara (PT. TOM) adalah 8x16 meter.

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 36
r
Gambar 3.10. (a) Rumah Apung Di Kelurahan Mangkoso dan (b) Rumah Apung Di
Desa Kupa

a. Administrasi Perkantoran
Kegaiatan perkantoran berupa kegiatan administrasi yang mengurusi kegiatan
budidaya, pengupahan, kontrol managemen dan kegiatan perkantoran lainnya.
Kantor utama terletak di Dusun Labuange, Desa Kupa, Kecamatan Mallusetase,
Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan satu gedung
dengan laboratorium.

b. Aktivitas Budidaya
• Pembibitan (Breeding)
Pembibitan kerang/tiram dilakukan melalui proses breeding di Laboratorium
dengan proses yang membutuhkan waktu sekitar 30-45 hari untuk
menghasilkan bibit kerang yang siap dipelihara ke perairan laut. Larva dalam media
pemeliharaan diberikan pakan sesuai kebutuhan. Selanjutnya tiram hasil
breeding yang telah melalui proses breeding dipindahkan ke area keramba
budidaya dalam lingkungan perairan untuk tahap pembesaran.
• Pembesaran
Benih dari pembenihan dimasukkan ke dalam keranjang pemeliharaan yang
telah disediakan. Setelah keranjang penuh kemudian diangkut ke rakit
pemeliharaan untuk digantung pada kedalaman 5 meter atau bisa juga digantung
pada palang cagak silang dengan kedalaman sama atau kurang dari 4 meter. Untuk
benih yang berukuran kurang dari 5 cm sebaiknya di pelihara dengan kedalaman 2-3
meter.

Pemeliharaan spat (benih) yang baru dipindahkan dari hatchery, digunakan


keranjang jaring ukuran 40 cm x 60 cm dengan kepadatan untuk 8-12
kerang/keranjang. Untuk spat ukuran 2-3 cm dipelihara dalam keranjang
dengan
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 37
lebar jaring ukuran 0,5 - 1 cm. Lehar mata jaring yang digunakan disesuaikan
dengan ukuran spat. Semakin besar ukuran spat, maka digunakan jaring
dengan mata jaring yang lebih besar pula agar sirkulasi air dapat terjaga dengan
baik.

Spat kolektor dijepit dengan 2 (dua) buah poket net yang telah dipasang orchid net
ppada permukaannya, bertujuan untuk memudahkan melakukan penjarangan
selama masa pemeliharaan tanpa mengganggu spat kerang mutiara, hal ini cukup
beralasan karena setelah 1-2 minggu spat yang melekat pada kolektor,
sebagian akan ada yang berpindah secara alami pada orchid net, sehingga untuk
penjarangan spat cukup dilakukan dengan cara memisahkan orchid net pada
poket net dari kolektornya.

Setelah dilakukan pembibitan selama 1,5 bulan, selanjutnya dilakukan pemeliharaan


(pembesaran) selama 1,5 - 2 Tahun.

• Operasi Suntik/Proses Pembuatan Mutiara


Kerang mutiara yang sudah berumur dewasa (± 2 Tahun) selanjutnya dilakukan
proses operasi suntik, yaitu dengan memasukkan bahan inti (nuclear) ke dalam
kantung mutiara, agar bahan inti tersebut dibungkus cairan atau lapisan
mutiara secara alami.
Tahapan dirinci sebagai berikut:
a) Seleksi Kerang Mutiara
Sebelum melakukan operasi atau penyuntikan, terlebih dahulu benih kerang
mutiara diseleksi. Kerang mutiara yang akan di operasi hams memenuhi
syarat yakni berumur 1,5-2 tahun dan berukuran 10-15 cm, serta kerang
mutiara dalam kondisi sehat atau tidak cacat dalam keadaan bersih.
b) Pemuasaan
Kerang mutiara yang akan dioperasi terlebih dahulu dilakukan pemuasaan
(Yokusei), yang bertujuan untuk mengurangi jumlah plankton yang dimakan
agar tubuh kerang mutiara menjadi cukup lemas. Dengan cara ini pada saat
operasi kerang mutiara tersebut tidak terlalu kuat mengadakan reaksi
terhadap terhadap sakitnya sayatan pada gonadnya. Benih kerang
mutiara yang di Yokusei, dimasukkan ke keranjang jaring (pocket) lalu
dibungkus menggunakan jaring ukuran 1 mm. Pemuasaan dilakukan
selama 3-5 hari, setelah itu kerang mutiara diangkat dari perairan dan
pembungkus dibuka, kemudian memulai penyuntikan.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 38
c) Persiapan alat/Bahan Insersi
Setelah proses seleksi kerang mutiara dan pemuasaan kemudian dilanjutkan
dengan penyuntikan nukleus. Pada proses ini, ada beberapa alat dan
bahan yang hams disiapkan yaitu hikake (penahan), piseto, sonyuki dan
shaibo okuri (pemasuk inti dan pemasuk mantel), mesu (pisau operasi),
donyuki (pembuka torehan), sonyuki (pembuka mantel), hera dan kai koki
(pembuka mantel dan forcep), dan shaibohasam (gunting, pemotong
mantel). Sedangkan bahan insersi yang ahrus disiapkan adalah siput donor,
siput siap operasi, nukleus.
d) Penyuntikan Nukleus
Insersi inti atau nukleus ke dalam tubuh kerang merupakan tahapan
yang paling krusial dalam budidaya mutiara laut. Ini terkait dengan
keahlian sesorang dalam menginsersi dan ketepatan waktu operasi.
Penyuntikan nukleus (inti) adalah upaya memperbanyak mutiara dengan
cara buatan yaitu dengan cara penyuntikan inti (nukleus) dengan harapan
memperoleh mutiara-mutiara dalam jumlah banyak dan berkualitas.
Cara pemasangan inti mutiara bulat pada tiram mutiara yang telah terbuka
cangkangnya, dengan menempatkannya dalam penjepit dengan posisi
bagian anterior menghadap ke pemasang inti. Setelah posisi organ
bagian dalam terlihat jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki
menuju gonad dengan hati-hati. Kemudian dengan graft carrier
masukkan graft tissue (potongan mantel) ke dalam torehan yang dibuat.
Inti dimasukkan dengan nucleus carrier secara hati-hati sejalur dengan
masuknya mantel dan penempatannya hams bersinggungan dengan
mantel. Setelah pemasangan inti selesai, tiram mutiara dipelihara dalam
keranjang pemeliharaan.

Untuk pemasangan inti mutiara setengah bulat (blister), tiram mutiara yang
telah terbuka cangkangnya diletakkan dalam penjepit dengan posisi bagian
ventral menghadap arah pemasang inti. Inti mutiara blister bentuknya
setengah bundar, jantung atau tetes air. Diameter inti mutiara blister
berkisar 1-2 cm. Setelah itu sibakkan mantel yang menutupi cangkang
dengan spatula, sehingga cangkang bagian dalam (nacre) terlihat jelas.
Inti mutiara blister yang telah diberi lem/perekat dengan alat blister
carrier ditempatkan pada posisi yang dikehendaki; minimal 3 mm di
atas otot adducator.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 39
Setelah cangkang bagian atas diisi inti mutiara blister, kemudian
tirammutiara dibalik untuk pemasangan inti cangkang yang satunya.
Diusahakan pemasangan inti ini tidak saling bersinggungan bila cangkang
menutup. Satu ekor tiram mutiara dapat dipasangi inti mutiara blister
sebanyak 8-12 buah, dimana setiap belahan cangkang dipasangi 4-6
buah, setelah pemasangan inti mutiara blister selesai, tiram mutiara
dipelihara dalam keranjang pemeliharaan di laut.

■ Perawatan
Kerang mutiara yang dipasangi inti mutiara perlu dilakukan pengaturan
posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan
keluar. Disamping itu, tempat dimasukkan inti pada saat operasi hams tetap
berada dibagian atas. Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah
kerang mutiara dipelihara selama 2-3 bulan, dengan maksud untuk
mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau tetap pada
tempatnya.

Pembersihan cangkang kerang mutiara (biofoulling) hams dilakukan secara


berkala agar tidak mengganggu kerang untuk menyerap makanan, maksimal
3-4 bulan tergantung dari kecepatan/kelimpahan organisme penempel.
Selain itu, kondisi rakit atau keranjang pemeliharaan perlu dikontrol secara
khusus, jangan sampai ada yang rusak atau rapuh dan jika itu terjadi segera
diperbaiki.

■ Tahap Panen dan Pasca Panen


Setelah dilakukan proses penyuntikan nukleus/inti pada kerang mutiara yang
berumur 1,5 tahun atau berukuran 10 cm dilakukan pemeliharaan hingga kerang
tersebut siap dipanen. Dalam kurun waktu 2-2,5 tahun akan dilakukan panen
operasi artinya 1 ekor kerang dapat dilakukan operasi sebanyak 2 kali dalam
siklus pembudidayaan mutiara dan atau 1 ekor kerang dapat menghasilkan 2
butir mutiara dalam 1 siklus pembudidayaan kerang mutiara (bila kondisi kerang
memungkinkan).

Akhir proses berupa hasil mutiara kemudian akan dikemas dalam bentuk hitungan
jumlah biji dan berat biji dan selanjutnya akan di ums dokumen Surat Keterangan
Asal Barang (SKAB) dari Dinas Kelauatan dan Perikanan Daerah setempat untuk
selanjutnya dikirim ke Jakarta dan di teruskan ke Jepang sebagai komoditi produk
eksport.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 40
3.5 Uraian mengenai komponen kegiatan yang telah berjalan dan
dampak lingkungan yang ditimbulkan

Komponen kegiatan yang telah berjalan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan
diuraikan sebagai berikut:
1. Pengoperasian Tempat 8ekerja di Darat
Pada saat pengoperasian tempat bekerja didarat terdapat beberapa aktifitas
yang berlangsung diantaranya pengoperasian bak kulturdilaboratorium,
pengoperasian workshop, genset, dan speed boat serta pengoperasian ruang
kantor. Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut diuraiakan sebagai
berikut:
a. Penurunan Kualitas Air akibat kegiatan pembersihan bak kultur
b. Peningkatan Limbah 83 berupa oli bekas
c. Peningkatan limbah 83 berupa lampu TL dan baterai remote AC dan remote
televisi, catridge dan botol sisa tinta.
d. Peningkatan timbulan limbah padat dari aktivitas kantor. Lim bah
padat
berupa kertas kegiatan administrasi.

Gambar 3.11. Rumah Apung/Ponton Di Desa Mangkoso


■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 41
2. Kegiatan Pengawasan Keramba Apung
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan pengawasan keramba apung terdiri
dari:
a. Penurunan kualitas air laut
b. Peningkatan limbah 83 berupa ceceran bensin, oli dan baterai
c. Peningkatan Potensi konflik
d. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

3. Kegiatan Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan meliputi kegiatan kegiatan pembersihan cangkang tiram
mutiara. Dampak dari kegiatan ini adalah:
a. Peningkatan Limbah 8iofouling. 8iofoulling adalah organisme yang
menmpel pada jaring/posket dan cangkang tiram yang dipelihara. 8erat
biofoulling yang dihasilkan bergantung pada ukuran luas cangkang. Rata•
rata cangkang berukuran 5-7,5 cm menghasilkan 181,85 gr, 7-10 cm
menghasilkan 489,59 gr, 11-12,5 cm menghasilkan 302,78 cm, dan 13-16 cm
menghasilkan 408,73 gr biofoulling (satuan berat basah).
b. Penurunan kualitas air laut
Penururnan kualitas air laut pada saat pemeliharaan bersumber dari limbah
feces yang dihasilkan oleh tiram. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Apri dan Arthana menyatakan rata-rata berat basah feces berkisar 0,71-
1,02 gr, dengan kadar anorganiknya lebih besar dari hasil organik. Hal ini
berpotensi terjadinya pengendapan bahan anorganik karena sifatnya yang
tidak dapat diurai oleh organisme pengurai.
4. Kegiatan Pengoperasian ponton/rumah apung
Dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan ini adalah
a. Penurunan kualitas air laut
b. Peningkatan timbulan sampah
c. Limbah 83 berupa oli dari opersioanl genset serta lampu TL. Limbah
83 dihasilkan dari sisa penggunaan oli mesin speed boat, genset, sebanyak
25 liter per bulan sedangkan lampu TL yang dihasilkan berkisar 18
buah/ponton x 5 ponton sehingga total 90 buah/Tahun untuk limbah
lampu neon di Ponton sedangkan lampu TL di Laboratorium dan Kantor
Utama dan penerangan lainnya diperkirakan berjumlah 25 buah/tahun.
Selain itu, terdapat limbah 83 yang bersumber dari sisa baterai yang
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 42
digunakan sebagai penerang pada kegiatan pengawaasan yang dilakukan
pada malam hari yakni sebanyak 20 buah/bulan.

.
,..
..

-•
es- -
,.j I
1-- t
·· ~

..l Li
"
adAllll A

Gambar 3.12. Rumah Apung/Ponton Di Desa Batupute

5. Kegiatan pemeliharaan rumah apung/ponton


Kegiatan pemeliharaan rumah apung/ponton yang dimaksud adalah
pemeliharaan rumah apung yang telah mengalami kerusakan atau penambahan
rumah apung/ponton akibat penambahan beban kerja pembersihan cangkang.
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan ini berupa:
a. Gangguan Estetika
b. Penurunan kualitas air laut
c. Kecelakaan dan keselamatan kerja
d. Kesempatan Kerja dan Berusaha

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 43
BAB IV
UPAYA PENGELOLAAN DAN
UPAYA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN

Hasil uraian dalam deskripsi kegiatan teridentifikasi beberapa komponen tahapan


rencana Kegiatan Budidaya Tiram PT Timar Otsuki Mutiara (PT. TOM) yang dapat
menimbulkan perubahan terhadap sejumlah komponen lingkungan hidup, sesuai
kriteria dampak penting berdasarkan Penjelasan Pasal 3 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Dampak yang timbul
dari rencana Kegiatan Budidaya Tiram PT Timar Otsuki Mutiara (PT. TOM), harus
dikelola secara terpadu, efektif dan efisien, agar dampak negatif yang timbul dapat
diminimalisasi dan dampak positif lebih ditingkatkan sehingga lebih
berdayaguna bagi kelestarian lingkungan hidup dan lingkungan sosial.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun


2012 tentang Pedaman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Maka uraian
rencana pengelolaan lingkungan hidup meliputi: dampak lingkungan yang dikelola
(dampak penting dan dampak lingkungan hidup lainnya), sumber dampak
(dampak penting dan dampak lingkungan hidup lainnya), indikator keberhasilan
pengelalaan lingkungan hidup, bentuk pengelalaan lingkungan hidup, lokasi
pengelolaan lingkungan hidup, periode pengelolaan lingkungan hidup dan institusi
pengelolaan lingkungan hidup (pelaksana pengelalaan lingkungan hidup, pengawas
pengelalaan lingkungan hidup, pelaporan hasil pengelalaan lingkungan hidup).

Pengelolaan lingkungan yang dilakukan atas berbagai dampak tersebut


digunakan beberapa pendekatan, seperti: pendekatan teknalagi, pendekatan
sosial ekonomi dan pendekatan institusional. Berdasarkan pertimbangan terhadap
ketiga pendekatan di atas, maka disusun rencana pengelolaan lingkungan hidup
dari rencana Kegiatan Budidaya Tiram PT Timar Otsuki Mutiara (PT. TOM), yang
dirinci menurutkegiatan yang telah berjalan.

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 44
Berdasarkan hasil identifikasi yang diuraikan, maka telah diidentifikasi beberapa
rencana Kegiatan Budidaya Tiram PT Timar Otsuki Mutiara (PT. TOM) di Kecamatan
Mallusetase dan Soppeng Riaja Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan yang
akan menimbulkan dampak baik negative maupun positif terhadap sejumlah
komponen lingkungan hidup. Rencana pengelolaan lingkungan hidup yang
dilakukan atas dampak yang ditimbulkan dalam rangka untuk menghindari,
mencegah, meminimisasi dan/atau mengendalikan dampak negatif dan
meningkatkan dampak positif, rencana pengelolaan dan pemantauan diuraikan di
dalam matriks Tabel 4.1 berikut ini :

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 45
Tabel4.1. Rencana Pengelolaan dan Pem LantauaKnegiataninBgukdiudnagya TniramMutiara PTTmor OtsukiMutiara
Besaran
Sumber Dampak Jenis Dampak Bentuk upaya Bentuk Upaya
Dampak Lokasi Periode Lokasi Pemantauan Periode lnstitusi Pengelola dan Pemantauan
pengelolaan LH Pemantauan

1. Pengoperasian Tempat Bekerja di Darat


a) Pengoperasian Bak kultur • Penurunan ■ Kualitas air ■ Pendekatan Teknologi • Pada Lokasi • Setiap kali akan 1) Melakukan • Pada lokasi
di laboratorium Kualitas Air pada lokasi • Air buangan bak kultur pembuangan air dilakukan pengukuran kualitas sekitar • Pengukuran kualitas air ■ Pelaksana:
b) Pengoperasian Worksop, akibat kegiatan pembuangan mengandung nutrisi cucian dari bak kultur pembersihan bak air untuk laboratorium minimal 6 bulan sekali 1) PT Timar Otsuki Mutiara
Genset dan Speed Boat pembersihan air kultur yang sehingga perlu ■ Workshop PT Timar pencucian mengetahui
kadar paramater dan • Pada lokasi sekitar • Dilakaukan setiap enam
c) Pengoperasian Ruang bak kultur mengandung meminimalisir Otsuki Mandiri • Setiap enam bulan perkembang-biakan workshop bulan sekali ■ Pengawas
Kantor • Peningkatan nutirisi tidak pembuangan air cucian sekali organisme tertentu 1) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Limbah 83 melebihi baku bak pencucian laut 2) Memantau data base Barru
berupa oli mutu sesuai yang dapat memicu produksi oli 2) Dinas Kelauatn dan Perikanan
bekas ketentuan yang pertumbuhan Kabupaten Barru
• Peningkatan berlaku organisme tertentu 3) Dinas, Kebersihan, Pertamanan dan
limbah 83 ■ Limbah 83 yang mendapatkan pemakaman Kabupaten Barru
berupa lampu berupa oli asupan nutrisi dari air 4) Camat Mallusetase dan Soppeng
TL dan baterai bekasyang tersebut. 5) Riaja
Kepala Desa masing-masing lokasi
remote AC dan dihasilkan • Membuat tempat kegiatan budidaya
remote televisi sebesar 25 liter penyimpanan sementara
• Peningkatan perbulan limbah 83 berupa oli
timbulan ■ Lampu TL yang bekas, lampu TL dan
dari aktivitas sebanyak 25 aturan yang
limbah padat dihasilkan baterai sesuai dengan
■ Lampu Neon yang dihasilkan sebanyak 90 buah/tahun 1) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Pelaporan
buah/bulan dengan simbol 83.
dipersyaratkanlengkap

kantor ■ Baterai remote Barru
AC dan Remote • Membuat data base 2) Dinas Kelauatan dan Perikanan
TV setiap produksi oli bekas dari Kabupaten Barru
pemeliharaan speed
bulan sebanyak
boat, genset dan
10 buah/bulan
peralatan lain yang
menghasilkan oli
• Membuang sampah/
limbah padat dari
aktivitas kantor pada
TPS sementara yang
disediakan

TPS sementara yang
disediakan harus
memisahkan jenis
■ Pendekatan
sampah sesuailnstansi
1) Melakukan Koordinasi
karakteristiknya
dengan Dinas
Lingkungan Hidup
Kabupaten Barru
2. Kegiatan Pengawasan Keramba Apung

Kegiatan pengawasan keramba ■ Penurunan • Limbah 83 ■ Pendekatan teknologi ■ Lokasi Pengawasan ■ Selama Proses ■ Memantau data base ■ Lokasi Pengawasan ■ Dilakaukan setiap enam ■ Pelaksana:
apung kualitas air laut berupa oli 1) Membuat data base Keramba Apung Pembesaran produksi oli Keramba Apung bulan sekali 1) PT Timar Otsuki Mutiara
■ Peningkatan bekasyang produksi oli dan jadwal ■ Memantau data base
limbah 83 berupa dihasilkan penggantian oli produksi limbah
ceceran bensin, sebesar 25 2) Pengisian bahan bakar baterai • Pengawas
oli dan baterai liter perbulan menggunakan ■ Melakukan observasi 1) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
■ Peningkatan • Jumlah baterai corong/pompa dan wawancara Barru
Potensi konflik yang 3) Meletakkan sisa oli dan langsung kepada 2) Dinas Kelauatn dan
■ Kesehatan dan dihasilkan dari minyak lainnya pada petugas pengawas Perikanan Barru
Kabupaten
Keselamatan pengunaan wadah sesuai dengan keramba apung 3) Polres Kabupaten Barru
Kerja senter selama ketentuan berlaku den 4) Camat Mallusetase dan Soppeng Riaja

PIorTOsikMdiau 46

.·urn-~r~~
Besaran
Sumber Dampak Jenis Dampak Bentuk upaya Bentuk Upaya
Dampak Lokasi Periode Lokasi Pemantauan Periode lnstitusi Pengelola dan Pemantauan
pengelolaan LH Pemantauan

pengawasan telah dilengkapi dengan 5) Kepala Desa masing-masing


lokasi sebanyak 25 simbol sesuai ketetapan kegiatan budidaya
buah/bulan. yang berlaku
• Kasus 4) Membuat database
pencurian
yang terjadi
produksi limbah baterai
5) Meletakkan baterai yang
Kabupaten selama proses tidak layak pakai pada
. Pelaporan
1) Dinas Lingkungan Hidup
Barru
pembesaran tempat penyimpanan 2) Dinas Kelauatan dan
Perikanan minimal 1 kali limbah 83 yang telah Kabupaten Barru
• Kecelakaan disediakan
kerja yang 6) Menggunakan
terjadi selama kelengkapan sesuai SOP
pengawasan K3 yang berlaku selama
minimal hanya melakukan patroli
1 kali pengawasan

. Pendekatan Sosial
1) Penyelesaian konflik
akibat pencurian
diselesaikan secara
kekeluargaan, jika tidak
menemukan
penyelesaian maka
diserahkan ke Pihak
yang berwajib

3. Kegiatan Pemeliharaan

Kegiatan pembersihan cangkang . Peningkatan . Setiap 1 ekor .


Pendekatan Teknologi Lokasi pengelolaan di . Setiap kali kegiatan . Melakukan . Di loaksi Pembersihan . Selama proses . Pelaksana:
tiram mutiara Limbah cangkang 1) Tidak membuang sisa ponton dan disekitar pembersihan pengamatan langsung cangkang tiram pembersihan cangkang 1) PT Timor Otsuki Mutiara

. Biofouling menghasilkan lumut yang menenpel base camp di darat cangkang dilokasi pembersihan tiram
Penurunan
kualitas air laut
l00gr alga
yang
menempel
pada tiram pada
perairan karena
berpotensimengganggu
cangkang ti ram
. Pengawas
1) Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten pada cangkang pertumbuhan karang, Barru
menghalangi sinar 2) Dinas Kelauatn dan
Perikanan matahari dan Kabupaten Barru
mengganggu kegiatan 3) Dinas, Kebersihan, Pertamanan
dan fotosintesis pemakaman Kabupaten Barru
2) Menyediakan wadah/ 4) Camat Mallusetase dan Soppeng
Riaja tempat khusus untuk 5) Kepala Desa masing-masing
lokasi
menampung sisa lumut
yang menempel pada
. kegiatan budidaya
Pelaporan
cangkang untuk 1) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
mencegah Barru
perkembangbiakan 2) Dinas Kelauatan dan
Perikanan vektor penyakit tertentu Kabupaten Barru
3) Membawa sisa alga ke
daratan untuk di
keringkan
4) Melakukan uji lanjut sisa
lumut yang berpotensi
menjadi pakan
5) Melakukan Kerjasama
dengan pihak tertentu
dalam mengelola sisa
biofouling
6) Untuk sisa kerang yang
telah di ambil
mutiaranya
dikumpulkan untuk

. ·urn-~T~~ .
PTmoTrOsikMdia 47
Besaran
Sumber Dampak Jenis Dampak Bentuk upaya Bentuk Upaya
Dampak Lokasi Periode Lokasi Pemantauan Periode lnstitusi Pengelola dan Pemantauan
pengelolaan LH Pemantauan

dijadikan kerajinan
tangan bagi
masyarakat
(pengahasilan
4. Pengoperasian ponton/Rumah Apung tambahan)

Kegiatan Pengoperasian Ponton a) Penurunan . Kualitas air . Pendekatan Teknologi Lokasi pengoperasian Selama operasionalisasi 1) Melakukan observasi Lokasi pemantauan Pemantauan dilakukan . Pelaksana:
kualitas air laut perairan tidak
melibihi baku
1) Menyediakan tempat
sampah di ponton
ponton ponton terhadap
pengelolaan kualitas
dilakukan di sekitar
pengoperasian ponton
minimal 6 bulan sekali
. 1) PT Timar Otsuki Mutiara
Pengawas
mutu dengan membedakan air 1) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Limbah B3 jenis sampah Barru
b) Peningkatan
timbulan sampah . yang dihasilkan 2) Tempat sampah yang
Perikanan dari disediakan harus
2) Melakukan
pengecekan
2) Dinas Kelauatn dan
Kabupaten Barru
operasionalisas dilapisi dengan plastik terhadap kriteria 3) Dinas, Kebersihan, Pertamanan
c) dan
Limbah B3 berupa i genset tidak sehingga air lindi dari tempat sampah pemakaman Kabupaten
oli dari opersioanl
Barru
mencemari sampah basah tidak sesuai peraturan 4) Camat Mallusetase dan Soppeng
genset serta lampu
Riaja
lingkungan mencemari lingkungan yang berlaku 5) Kepala Desa masing-masing lokasi
TL
3) Limbah B3 berupa oli 3) Melakukan
bekas dari operasional
gensetdiupayakan
agar tidak tercecer ke
pengecekan
terhadap jumlah oli . Pelaporan
yang dihasilkan dan 1) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
laut dan tidak jumlah yang telah Barru
membuang ke laut 2) Dinas Kelauatan dan Perikanan
diserahkan ke pihak
tetapi membuat tempat Kabupaten Barru
ketiga serta
penampungan dan melakukan
menyerahkan ke pihak pengecekan
ketiga
terhadap jumlah
4) Limbah B3 berupa lampu TL yang
Lampu TL yang tidak dihasilkan dan
berfungsi ditampung
jadwal penyerahan
dan menyerahkan ke ke pihak ketiga.
pihak ketiga serta tidak
membuat ke laut
5) Membuat pencatatan
terkait volume oli
bekas dan jumlah
lampu yang rusak
serta
membuat
penggantianjadwal
oli dan

. lampu TL
Pendekatan Sosial:
1) Melakukan sosialisasi
kepada pekerja ponton
untuk tidak membuang
sampah yang tidak
dapatteruraikelaut

.
4. Pemeliharaan Rumah Apung/Ponton
e. Pemeliharaan Fasilitas
Tempat Bekerja dilaut
(Ponton)/Rumah Apung dan
a. Gangguan
Estetika
b. Penurunan
Meningkatnya • Pendeatan Teknologi
volume,
tumpukan dan
1) Menyediakan TPS
sementara untuk
. Desa/ Kelurahan . Selama kegiatan
perakitan ponton
. Melakukan . Desa/Kelurahan lokasi
pembangunan
. Pemantauan
• Pelaksana
1) PT. Tomir Otsuki Mutiara

kualitas air laut sebaran menampung tempat kegiatan observasi langsung dilakukan selama 6
keramba apung
material Budidaya Tiram terhadap timbulan Budidaya Tiram setahun sekali • Pengawas
C. Kecelakaan dan sampah sisa rakitan Mutiara sisa material Mutiara 1) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
keselamatan disekitar ponton/rumah
apung pembuatan ponton/ Barru
kerja lokasi 2) Timbulan sampah dari rumah apung dan
d. Kesempatan
Kerja dan
perakitan
ponton/ruma
sisa-sisa perakitan
ponton diletakkan . keramba apung
Pengambilan sampel
2) Dinas Kelauatan dan Perikanan
Kabupaten Barru

. .
Berusaha h apung
pada tempat air laut 3) Dinas Kebersihan, Pertamanan dan

. ·urn- Tetesan

~T~~
PIorTOsikMdiau 48
Besaran
Sumber Dampak Jenis Dampak Bentuk upaya Bentuk Upaya
Dampak Lokasi Periode Lokasi Pemantauan Periode lnstitusi Pengelola dan Pemantauan
pengelolaan LH Pemantauan

minyakke penampungan ■ Melakukan pemakaman Kabupaten Barru


laut sampah sementara pengamatan 4) Camat Mallusetase dan Soppeng Riaja
■ Tidakada yang mudah diangkut langsung di lapangan 5) Kepala Desa masing-masing lokasi
pekerja yang budidaya
3) Melakukan serta wawancara
mengalami
pengangkutan sisa dengan tenaga kerja
kecelakaan material rakitan
kerja dan tentang penyediaan • Pelaporan
ponton/rumah apung alat safety kerja
tenggelam secara periodik 1) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
selama minimal satu kali sesuai SOP yang Barru
konstruksi sehari berlaku
ponton/ruma 4) Tidak membuang
h apung
sampah ke laut
• tingkat
5) Jika menggunakan
pendapatan
peralatan konstruksi
masyarakat
yang berbahan bakar
minimal sama
BBM maka harus
atau diatas
layak pakai untuk
upah
menghindari tetesan
minimum
minyak ke laut
Provinsi
Sulawesi 6) Dipersyaratkan
pekerja yang memiliki
Selatan Tahun
kemampuan berenang
2017 yaitu
sebesar Rp. 7) Peningkatan K3
2.500.000 per mengikuti SOP yang
bulan telah ditentukan
berdasarkan • Pendekatan Sosial Ekonomi
Keputusan 1) Mengijinkan
Gubernur masyarakat sekitar
Sulsel Nomor untuk menggunakan
sisa material sebagai
2233/XI/TAH
UN 2016 bahan bakar kayu
tentang 2) Sisa material bahan
penetapan bangunan yang dapat
UMP Provinsi digunakan kembali
Sulsel tahun diberikan ke
2016 masyarakat sekitar
untuk dimanfaatkan
3) Tenaga kerja yang
direkrut sebagai
buruh dalam
perakitan berasal dari
masyarakat sekitar
• Pendekatan lnstitusional
1) Melakukan koordinasi
ke Dinas Kebersihan,
Pertamanan dan
Permakaman
Kabupaten Barru
dalam melakukan
pengangkutan sampah
keTPA
2) Melakukan koordinasi
dengan Dinas Sosial,
Tenaga Kerja dan
transmigrasi
Kabupaten Barru
dalam rangka
sosialisasi/
penyuluhan kepada
pekeria

.·urn-~r~~ .
PIorTOsikMdiau 49
SURA T PERN YATAA
N

Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Republik Indonesia Nomor: P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang
Telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen
Lingkungan Hidup (Lampiran II Format DPLH) menyangkut Surat Pernyataan,
maka
yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Tony Z. Sumanti
Jabatan General Manager
Alamat Kantor Pusat Midplaza I Lt. 4 JI. Jend Sudirman Kav. 10-11
Jakarta Pusat
Alamat Usaha/Kegiatan Dusun Labuange, Desa Kupa, Kecamatan
Mallusetasi, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi
Selatan
Selaku Penanggungjawab atas usaha dan/atau kegiatan Budidaya Tiram
Mutiara PT. Timar Otsuki Mutiara di Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan.
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Bersedia melaksanakan program pengelolaan dan pemantauan lingkungan
yang
disusun berdasarkan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) yang
telah disetujui.
2. Bersedia melaporkan hasil pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup kepada Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup
(DPLH) Provinsi Sulawesi Selatan setiap semester (6 bulan).
3. Dalam melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup, maka
kami
akan melakukan koordinasi dengan lnstansi terkait di Kabupaten Barru dan
Provinsi Sulawesi Selatan.
4. Apabila kami lalai dalam melaksanakan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup, maka kami bersedia menghentikan kegiatan dan bersedia
menanggung resiko yang ditimbulkan serta bersedia pula ditindak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Barru, Juli 2017
PT. TIMOR OTSUKI MUTIARA

TONY Z. SUMANTI
General Manager
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 50
DAFTAR PUSTAKA

Apri. I. S. dan I W Arthana, Studi Kualitas Perairan Pada Kegiatan Budidaya


Tiram Mutiara (Pinctada maxima) Di Kecamatan Gerokgak,
Kabupaten Buleleng, Bali. Ecotrophic ♦ 4 (1): 1-7.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Barru. 2016. Kecamatan Mallusetase dalam


Angka Tahun 2016.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Barru. 2016. Kecamatan Soppeng Riaja dalam
Angka Tahun 2016.

Barg, U.C. 1992. Guidelines for the promotion of environmental management


of coastal aquaculture development. FAQ Fisheries Technical
Paper
328, FAO, Rome. 122.

Buschmann, A.H., D.A. Lopes and A Medina. 1996. A review of the


environmental effects and alternative production strategies of
marine aquaculture in Chile, Aquaculture Engineering, Vol. 15 (6)
:
397-421.

Chapman, D. 1996. Water Quality Assesments. E & FN Spon, London.

Johnson, RI., 0. Grahl-Nielsen, and B.T. Lunestad. 1993. Environmental


Distribution of Organik Waste from a Marine Fish Farm,
Aquaculture, 118: 229-244.

Linda AD, Johnson OS, Warren RS, Peterson BJ, Fleeger JW, Fagherazzi S,
Wollheim WM. 2012. Coastal eutrophication as a driver of salt
marsh loss. J. Nature. ( 490) ; 388-393.

Mulyanto. 1987. Teknik budidaya laut tiram mutiara di Indonesia (Mariculture


technique of pearl oyster in Indonesia). Direktorat Jenderal
Perikanan Jaringan Informasi Perikanan Indonesia (INFIS)
Manual Seri No. 45.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia


Nomor P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan yang telah memiliki Izin Usaha dan/atau
Kegiatan tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup.

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 51
Satriadi A Widada S. 2004. Distribusi Muatan Padatan Tersuspensi di Muara
Sungai Bodri, Kabupaten Kendal. Jurnal Ilmu Kelautan UNDIP. Vol
9 (2) hal 101- 107.

Sutaman. 1993. Tiram mutiara, teknik budidaya dan proses pembuatan mutiara.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Winanto T. 2004. Memproduksi benih tiram mutiara. Penebar Swadaya, Jakarta.


95 him.

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

DPLH Budidaya Tiram Mutiara


PT Tumor Otsuki Mutiara 52

Anda mungkin juga menyukai