2021
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Kata Pengantar
i
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................................ii
Daftar Tabel............................................................................................................................iii
Daftar Gambar........................................................................................................................v
1 Identitas Pemegang Persetujuan Lingkungan.............................................................1-1
1.1 Identitas Pemegang Persetujuan Lingkungan...................................................1-1
1.2 Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup yang Dimiliki...........................1-1
2 Jenis Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan................................................................2-1
3 Deskripsi Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan..........................................................3-1
4 Rona Lingkungan Hidup...............................................................................................4-1
4.1 Komponen Lingkungan Hidup............................................................................4-1
4.1.1 Komponen Geofisik Kimia......................................................................4-1
4.1.2 Komponen Biologi................................................................................4-22
4.1.3 Komponen Sosial Ekonomi Budaya.....................................................4-30
4.1.4 Komponen Kesehatan Masyarakat......................................................4-37
4.2 Usaha dan/atau Kegiatan di Sekitarnya...........................................................4-38
5 Evaluasi Dampak Lingkungan Hidup.........................................................................5-39
5.1 Potensi Dampak Lingkungan Akibat Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan....5-39
5.1.1 Tahapan dan Kegiatan yang Terpengaruh oleh Perubahan Usaha
dan/atau Kegiatan................................................................................5-39
5.1.2 Identifikasi dan Evaluasi Dampak Potensial........................................5-41
5.2 Sifat Penting Dampak Lingkungan...................................................................5-48
Lampiran..............................................................................................................................5-1
ii
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Daftar Tabel
iii
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
iv
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Daftar Gambar
v
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
1
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
12 Sertifikat layak operasi Usaha dan/atau Kegiatan yang lebih ketat dari --
Persetujuan Lingkungan yang dimiliki.
13 Penciutan/pengurangan Usaha dan/atau Kegiatan --
14 Terdapat perubahan dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup --
berdasarkan hasil kajian analisis risiko Lingkungan Hidup dan/atau audit
Lingkungan Hidup yang diwajibkan
Sumber : Lampiran V PP No.22 Tahun 2021 dan Hasil Analisis 2021.
1
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
3 Lebar 20 m -- --
4 Tinggi 5m -- --
1
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
C Tambatan Perahu
1 Jumlah 4 unit -- --
D Penanaman/Revitalisasi Mangrove
1 Luas 2.450 m2 : -- --
2
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
A. Klimatologi
1. Iklim
Wilayah studi terletak di Kota Palu yang beada di sekitar garis ekuator
(khatulistiwa) pada letak lintang antara 0°51’ LS - 0°53’ LS, yang secara umum
memiliki tipe iklim tropis. Wilayah ini memiliki kondisi cuaca yang unik, karena
kondisi cuacanya dipengaruhi oleh kondisi geografi dan topografi. Kota Palu diapit
oleh dua wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Sigi dan Donggala dan berada di
Teluk Palu, serta dikeliling oleh bukit dan pegunungan, sehingga kondisi cuaca,
seperti hujan dan angin dipengaruhi cuaca lokal. Artinya cuaca di Kota Palu ini
tidak selalu mengikuti atau dipengaruhi oleh zona musim yang pada umum terdiri
dari musim kemarau yang dipengaruhi oleh angin muson timur (bulan Maret-
Oktober), dan musim penghujan yang dipengaruhi oleh angin muson barat (bulan
Oktober-Maret).
Keunikan cuaca ini dapat dilihat dari beberapa kejadian hujan, misalnya di
beberapa wilayah kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah terjadi hujan lebat,
tetapi di Kota Palu tidak. Dan sebaliknya, pada saat di beberapa wilayah tersebut
tidak hujan, tetapi di Kota Palu terjadi hujan. Dari data curah hujan selama 10
tahun terakhir terjadi hujan sepanjang tahun di Kota Palu meski dengan intensitas
yang relatif kecil jika dibandingkan dengan beberapa wilayah kabupaten yang ada
di sekitarnya.
Keunikan lain dari kondisi cuaca tersebut juga dapat dilihat dari arah angin yang
cenderung mengarah ke utara sepanjang tahun. Hal ini berbeda dengan beberapa
wilayah kabupaten lainnya yang dipengarui oleh angin muson barat dan angin
muson timur.
2. Curah hujan
Sebagaimana telah diulas sebelumnya, bahwa kondisi cuaca di Kota Palu unik,
dimana wilayahnya banyak dipengaruhi oleh cuaca lokal. Di Kota Palu terjadi
hujan sepanjang tahun, meskipun dengan intensitas yang relatif kecil. Jika
dibandingkan dengan beberapa wilayah kabupaten di sekitarnya, curah hujan di
Kota Palu tergolong rendah, dimana dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan November tahun 2016, yaitu sebesar 187,3 mm.
Curah hujan tahunan tertinggi sebesar 905,7 mm pada tahun 2016 dan terendah
sebesar 492,7 mm pada tahun 2015.
1
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
3. Suhu udara
Suhu minimum rata-rata di Kota Palu selama kurun waktu 10 tahun terakhir (2009-
2018) tercatat sebesar 23,7 °C, dimana suhu minimum rata-rata terendah terjadi
pada bulan Juli tahun 2009 yaitu 22,5 °C, dan suhu minimum rata-rata tertinggi
terjadi pada bulan Mei tahun 2016 yaitu 25,3 °C. Untuk suhu maksimum rata-rata
selama kurun waktu 10 tahun tersebut sebesar 33,4 °C, dimana suhu maksimum
rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Oktober tahun 2015 yaitu 36,1 °C. sedangkan
suhu maksimum terendah terjadi pada bulan Januari tahun 2014, yaitu sebesar
30,0 °C. Besarnya suhu harian rata-rata di Kota Palu selama 10 tahun terakhir
tercatat sebesar 27,6 °C. Jika dilihat dari kondisi suhu minimum, maksimum, dan
rata-rata diatas, maka Kota Paliu memiliki suhu yang relatif hangat panas. Hal ini
disebabkan karena lokasi tapak proyek berada di wilayah pesisir.
4. Kelembaban udara
Kelembaban udara rata-rata di Kota Palu tahun 2009-2018 tercatat sebesar
77,5%, dimana besarnya kelembaban rata-rata terendah adalah 68,5% yang
terjadi pada bulan September tahun 2015, dan tertinggi adalah 85,9% yang terjadi
pada bulan Juni tahun 2017.
5. Penyinaran matahari
Berdasarkan data penyinaran matahari harian selama 10 tahun (2009-2018),
dalam setahun rata-rata terdapat 81 hari dengan penyinaran matahari sempurna,
dan bulan yang paling banyak terjadi penyinaran sempurna tersebut adalah bulan
Agustus dan September.
6. Kecepatan dan arah angin
Data kecepatan angin (wind speed) dan data arah angin (wind direction) di wilayah
studi diperolah dari National Oceanic and Atmospheric Administration – NOAA,
dari stasiun Mutiara Sis-Al Jufri tahun 2010-2018. Kecepatan angin rata-rata di
Kota Palu pada tahun 2010-2018 tercatat sebesar 2,96 m/s dengan arah dominan
pada 439° atau ke utara (North-N). Berdasarkan skala Beaufort, kecepatan angin
tersebut tergolong dalam kategori 3 (angin pelan/lemah) yang umumnya ditandai
dengan hembusan angin yang terasa pada wajah, daun-daun bergerak dan
menggerisik, dan alat pengukur arah angin mulai bergerak.
Sebagaimana telah diulas sebelumnya, bahwa Kota Palu memliki kondisi cuaca
yang unik, salah satunya aspek arah angin. Dari hasil pengolahan data dapat
diketahui bahwa tiap bulan angin cenderung mengarah ke Utara (N).
B. Topografi
Kondisi topografi di wilayah studi dapat dilihat dari bentuk permukaan lahan dan
ketinggian tempat. Berdasarkan bentuk permukaan lahannya, wilayah studi didoniasi
oleh dataran rendah, dengan kemiringan 0-15% dan ketinggian rata-rata yang kurang
dari 50 m. Kelurahan Silae dan Kelurahan Besusu Barat lahannya berupa dataran,
sedangkan untuk Kelurahan Lere dan Talise terdapat perbukitan dengan persentase
yang relatif kecil. Kondisi permukaan lahan dan ketinggian tempat di wilayah studi
dapat dilihat pada Gambar berikut
2
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
3
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
C. Geologi
1. Fisiografi
Sungai Palu melewati Kota Palu, sebagian besar kota umumnya berkembang di
atas daerah aliran sungai. Morfologi RBT Palu-Lariang dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu: dataran rendah, bukit dan gunung. The Palu-Lariang RBT disahkan oleh
patahan aktif dari Palu Koro sebagai manifestasi dari proses deformasi kerak bumi
yang sedang berlangsung yang merupakan titik panas dari proses tabrakan antara
tiga lempeng utama (Subduction Zone) yaitu Pasifik, Eurasia , dan Australia yang
diarahkan Barat Laut Utara - Tenggara Tenggara sepanjang 300 km dari Palu di
Utara ke Teluk Bone di Selatan (Tjia & Zakaria, 1974). Oleh karena itu, Palu-
Lariang RBT adalah daerah tektonik aktif yang sering terjadi gempa bumi, baik
skala kecil atau besar di sepanjang Sesar Palu-Koro.
Mengenai DAS Palu, pola aliran sungai di Palu-Lariang RBT umumnya berkelok-
kelok di atas wilayah Kota Palu; untuk jangkauan hulu dan tengah, karena
kemiringan yang curam, alirannya cenderung memotong dasar sungai ke bawah
untuk menciptakan lembah Vshape. Ini menunjukkan bahwa daerah tersebut
memiliki siklus geologi muda. Sebagian besar kondisi tanah berpori, aliran sungai
tidak terus menerus karena tindakan infiltrasi dominan, dan kadang-kadang
bahkan membuat aliran dasar hilang. Dalam kondisi seperti itu, ketika hujan lebat
terjadi di daerah hulu, banjir bandang terjadi.
2. Stratigrafi
Secara umum, struktur stratigrafi Palu terdiri dari tiga kelompok batuan, yaitu:
kelompok batuan Pra Tersier, kelompok batuan Tersier dan Grup Rock Kuarter
(Hall, 2010). Kelompok batuan pra-tersier dapat ditemukan di laut batuan sedimen
dan dalam bentuk batuan metamorf oleh granit dan granodiorite batuan yang
berumur dari Tersier, dan tertindas tidak selaras dengan Kelompok Batuan
kuarter, yang terdiri dari beberapa endapan, yaitu: endapan sedimen, sungai
deposit, endapan sedimen yang melimpah dan endapan fan alluvium kuno. Pesisir
endapan yang bisa berupa pasir pantai dan pecahan batu sering ditemukan di
sekitar Teluk Palu. Secara geografis, dataran Kota Palu terbentuk karena proses
graben, yang merupakan blok kerak planet yang dibatasi oleh patahan paralel.
Proses Graben yang membuat beberapa permukaan tanah terangkat cukup tinggi
(membentuk bukit hingga gunung) seperti yang terlihat di sepanjang pantai barat
Teluk Palu. Wilayah Kota Palu ditandai oleh bentuk utama sebuah lembah
(graben) di mana pusat kota terletak di tengah lembah. Orientasi lembah ini
mengikuti arah utama jalur gunung di kedua sisinya, yang relatif utara-selatan
(Bappenas Report, 2010). Berdasarkan hasil studi dari tim revisi peta gempa
Indonesia (dalam Irsyam, M, et al., 2010) struktur geologi aktif yang melewati Kota
Palu dalam bentuk PKF (Palu Koro Fault) dan MF (Matano Fault) keduanya sesar
aktif yang ditemukan di sekitar lembah Palu.
Kesalahan Palu-Koro (PKF) ada di Arah Utara-Selatan sementara beberapa
darinya berarah Barat Daya - Timur Laut. Sesar aktif yang berada di arah Utara-
Selatan ini adalah sesar aktif karena peremajaan dari struktur lama yang dapat
4
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
aktif kembali, sedangkan patahan berarah Barat Daya - Timur laut adalah struktur
yang sangat aktif saat ini. Secara geologis, fisiografi Kota Palu terkait dengan
proses structural yang sama seperti jenis-jenis batu karang yang membentuk Kota
Palu saat ini, pada sisi kiri dan kanan Kota Palu adalah garis patahan utama, yaitu
patahan Palu-Koro namun daerah ini terdiri dari batu yang lebih keras dari bagian
lembah.
5
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
6
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
7
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
8
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
2. Pasang surut
Gerakan massa air di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh keadaan
geografisnya. Berdasarkan data pasang surut di stasiun pengamatan Pelabuhan
Pantoloan pada Tanggal 16-27 November 2018 memiliki tinggi muka air
maksimum saat pengamatan (Highest Water Level) +2.66 m dan muka air
terendah (Lowest Water Level) -0.36 m. berikut ini lokasi stasiun pasut Pelabuhan
Pantoloan dan grafik pengamatan data pasang surut di Pelabuhan Pantoloan.
9
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
10
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
11
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Keterangan :
Baku mutu : Lampiran VII PP No.22 Tahun 2021
Lokasi :
U-1 : Kelurahan Talise (0°53'02.00"S, 119°52'15.00"E)
U-2 : Kelurahan Besusu Barat (0°53'11.00"S, 119°51'36.00"E)
U-3 : Kelurahan Lere (0°53'03.00"S, 119°51'13.00"E)
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa semua parameter udara masih memenuhi baku
mutu sesuai Lampiran VII Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021.
Hasil pengukuran kebisingan di lokasi KB-1, KB-2, dan KB-3 disajikan pada Tabel 4.2
berikut ini.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa semua lokasi telah melebihi baku
tingkat kebisingan sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996
Tentang Baku Tingkat Kebisingan. Tingginya kebisingan ini dipengaruhi oleh aktivitas
transportasi lokal, yaitu suara bisingan dari pergerakan kendaraan pada ruas jalan.
Tingkat kebisingan di lokasi KB-1 (permukiman di Kelurahan Talise) dan di KB-3
(permukiman di Kelurahan Lere) cenderung tinggi dibandingkan dengan tingkat
kebisingan di KB-2 (permukiman di Kelurahan Besusu Barat). Hal tersebut
dimungkinkan karena intensitas pergerakan kendaraan yang relatif lebih tinggi.
12
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
13
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
14
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Keterangan :
Baku mutu : Permenkes Nomor 32 Tahun 2017
Lokasi :
AB-1 : Kelurahan Talise (0°52'53.00"S, 119°52'17.00"E)
AB-2 : Kelurahan Lere (0°53'13.00"S, 119°51'25.00"E)
15
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
16
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Berdasarkan deskripsi hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas air di
lokasi AB-1 belum tercemar (masih memenuhi baku mutu), tetapi memiliki potensi
tercemar karena beberapa parameter memiliki tingkat kritis tinggi yang disebabkan
oleh faktor antropogenik. Sedangkan kualitas air bersih di AB-2 telah tercemar (telah
melebihi baku mutu), yang dipengaruhi oleh faktor alamiah (letak dan kondisi batuan).
Untuk penggunaan air bersih perlu dilakukan treatment pada kedua lokasi tersebut.
H. Kualitas Air Sungai
Data kualitas air sungai di wilayah studi diperoleh dari hasil pengambilan dan
pengujian sampel kualitas air sungai. Lokasi pengambilan sampel kualitas air sungai
dilakukan pada 2 (dua) titik, yaitu pada lokasi upstream dan downstream Sungai Palu.
Hasil pengujian kualitas sungai di lokasi AP-1 dan lokasi AP-2 selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 4.4 berikut.
17
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Hasil Pengujian
Parameter Satuan Baku Mutu
AP-1 AP-2
H2 S mg/L - <0,001 <0,001
Organik
Minyak dan Lemak mg/L 10 <1 <1
Fenol mg/L 0,02 <0,001 <0,001
MBAS mg/L - <0,025 <0,025
Biologi
Total koli Jml/100ml 10000 440 820
Koli tinja Jml/100ml 2000 <2 12
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PT. Global Quality Analitical, 2019
Keterangan :
Baku mutu : Lampiran VI PP No.22 Tahun 2021 (Air Kelas IV)
Lokasi :
AP-1 : Downstream Sungai Palu (0°53'24.00"S, 119°51'34.00"E)
AP-2 : Upstream Sungai Palu (0°53'55.00"S, 119°51'57.00"E)
Berdasarkan deskripsi pengujian kualitas air sungai tersebut maka secara umum dapat
disimpulkan bahwa kualitas air di Sungai Palu pada lokasi downstream (AP-1) dan
upstream (AP-2) telah tercemar, dimana terdapat parameter yang telah melebihi baku
mutu lingkungan, yaitu mangan (Mn) yang dipengaruhi oleh faktor antropogenik
(aktivitas) yaitu pembuangan air limbah di lokasi hulu Sungai Palu, dan dipengaruhi
oleh faktor alamiah yaitu kondisi batuan setempat.
I. Kualitas Air Laut
Pengambilan sampel kualitas air laut dilakukan pada 2 (dua) lokasi, yaitu perairan laut
Teluk Palu di Kelurahan Talise dan di Kelurahan Besusu Barat, dimana kondisi dasar
laut berupa koral. Dari analisis laboratorium, hasil pengujian sampel kualitas air laut di
AL-1 dan AL-2 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
18
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Hasil Pengujian
Parameter Satuan Baku Mutu
AL-1 AL-2
Lamun 28 – 30
DO mg/L >5 5,3 5,3
BOD5 mg/L 20 <1,0 <1,0
NH3-N mg/L 0,3 0,06 0,03
PO4-P mg/L 0,015 0,076 0,021
NO3-N mg/L 0,008 0,033 0,017
CN mg/L 0,5 <0,01 <0,01
H2 S mg/L 0,01 <0,001 <0,001
Total fenol mg/L 0,002 <0,001 <0,001
MBAS mg/L 1 <0,025 <0,025
Minyak dan Lemak mg/L 1 <1 <1
Logam Terlarut
Hg mg/L 0,001 <0,0002 <0,0002
Cr6+ mg/L 0,005 <0,001 <0,001
As mg/L 0,012 <0,002 <0,002
Cd mg/L 0,001 0,001 0,002
Cu mg/L 0,008 0,009 0,011
Pb mg/L 0,008 0,011 0,011
Zn mg/L 0,05 0,023 0,022
Ni mg/L 0,05 0,013 0,013
Biologi
Total koli mg/L 1000 24 30
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PT. Global Quality Analitical, 2019
Keterangan :
Baku mutu : :Lampiran VIII PP No.22 Tahun 2021
Lokasi :
AL-1 : Perairan Laut Teluk Palu di Kelurahan Besusu Barat (0°53‘01.00"S, 119°51'13.00"E)
AL-2 : Perairan Laut Teluk Palu di Kelurahan Talise (0°52'48.00"S, 119°52'15.00"E)
Berdasarkan deskripsi hasil pengujian kualitas air laut tersebut diatas maka dapat
disimpulkan bahwa kualitas air laut di AL-1 (perairan laut Teluk Palu di Kelurahan
Besusu Barat) dan di AL-2 (perairan laut Teluk Palu di Kelurahan Talise) telah
tercemar karena beberapa parameter telah melebihi baku mutu air laut sesuai
Lampiran VIII Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Terjadinya pencemaran air laut
tersebut dipengaruhi oleh faktor alamiah berupa aktivitas pelapukan dasar laut dan
dekomposisi di wilayah perairan laut, serta faktor antropogenik berupa kegiatan
budidaya pertanian yang ada di wilayah hulu yang menghasil residu pupuk, serta
pembuangan air limbah di wilayah hulu terutama dari kegiatan industri.
19
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
20
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
21
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
A. Flora
Tipe vegetasi yang terdapat di lokasi rencana kegiatan merupakan vegetasi
pekarangan yang berpadu dengan pohon-pohon pelindung jalan raya dan pelindung
pantai. Secara umum tumbuh-tumbuhan yang ditemukan merupakan jenis tumbuhan
yang sering ditemukan di wilayah perkotaan, dan jenis tumbuhan yang biasa
ditemukan di pekarangan dan pohon pelindung. Pada area sekitar pesisir pantai yang
berjarak dari Pembangunan Tanggul Pengaman pantai sejauh ± 200 m 2 dari pesisir
pantai , terdapat jalur hijau yang membatasi lahan. Pada jalur hijau tersebut terdapat
beberapa jenis tumbuhan dengan kategori pohon dan perdu.
Selain tumbuhan yang terdapat di Ruang Terbuka Hijau (RTH) di lokasi rencana
kegiatan pengaman pantai, di sekitar lokasi juga ditemukan beberapa tumbuhan
keras/pohon dan perdu yang berfungsi sebagai pohon pelindung jalan dan peneduh,
Selengkapnya, jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di lokasi rencana kegiatan dapat
dilhat pada Tabel 4.6 berikut.
B. Fauna
Pada lokasi rencana kegiatan, tidak ditemukan fauna yang termasuk kategori langka
maupun dilindungi oleh Undang-undang. Fauna yang ditemukan merupakan jenis
fauna umum yang ditemukan di sekitar permukiman manusia, mengingat kondisi ruang
terbuka hijau di lokasi rencana kegiatan terletak di tengah-tengah kota. Beberapa
fauna yang ditemukan meliputi kelompok Aves/Burung, kelompok mammalia, kelompk
reptilia, kelompok Insecta.
1. Aves/Burung
22
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
2. Reptilia
Jenis reptilia yang secara langsung ditemukan merupakan spesies umum dengan
penyebaran luas yang terdapat di habitat sekitar wilayah studi. Jenis reptilia di
lokasi kegiatan disajikan pada Tabel 4.8 berikut
3. Mamalia
Jenis mamalia yang secara langsung ditemukan merupakan spesies umum
dengan penyebaran luas yang terdapat di habitat sekitar lokasi studi disajikan
pada Tabel 4.9 berikut
C. Biota Air
1. Ikan
Sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18/PERMEN-KP/2014,
potensi sumberdaya ikan Teluk Palu merupakan bagian dari stok ikan di Wilayah
Pengelolaan Perikanan RI (WPPRI) Selat Makassar dan Laut Flores (WPPRI-
713). Hasil pengkajian stok sumberdaya ikan di Indonesia yang telah dilakukan
oleh Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP bekerjasama dengan P3O-LIPI
23
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Plankton-Bentos pada Perairan Laut Teluk Palu di Kelurahan
Besusu Barat
Kelimpahan
No Jenis
(sel/m3)
A Fitoplankton
1 Anabaena sp. 0
2 Phormidium sp. 0
3 Scenedesmus sp. 0
4 Cosmarium sp. 0
5 Pediastrum sp. 20.253
6 Achnantehs sp. 0
7 Amphora sp. 1.266
8 Fragillaria sp. 16.456
9 Bacillaria sp. 7.595
24
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Kelimpahan
No Jenis
(sel/m3)
10 Nitzschia sp. 3.797
11 Navicula sp. 1.266
12 Pinnualria sp. 2.532
13 Synedra sp. 1.266
14 Chaetoceros sp. 0
15 Rhizosolenia sp. 0
16 Coscinodiscus sp. 0
17 Cymbella sp. 0
18 Suriella sp. 0
19 Diatoma sp. 0
Kelimpahan 54.430
Jumlah Taksa (S) 8
Indeks Keseragaman (E) 0,77
Indeks Dominansi (D) 0,26
Indeks Diversitas (H) 1,60
B Zooplankton
1 Vorticella sp. 503
2 Archella sp. 0
3 Philodina sp. 0
4 Notholca sp. 0
5 Nauplius sp. 503
Kelimpahan 1.066
Jumlah Taksa (S) 2
Indeks Keseragaman (E) 1,00
Indeks Dominansi (D) 0,50
Indeks Diversitas (H) 0,69
C Makrobentos
1 Neresis sp. 0
2 Nassarius sp. 1
Kelimpahan 1
Jumlah Taksa (S) 1
Indeks Keseragaman (E) 0,00
Indeks Dominansi (D) 1,00
Indeks Diversitas (H) 0,00
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PT. Global Quality Analitical, 2019
Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Plankton-Bentos pada Perairan Laut Teluk Palu di Kelurahan
Talise
25
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Kelimpahan
No Jenis
(sel/m3)
A Fitoplankton
1 Anabaena sp. 0
2 Phormidium sp. 0
3 Scenedesmus sp. 0
4 Cosmarium sp. 0
5 Pediastrum sp. 20.253
6 Achnantehs sp. 0
7 Amphora sp. 0
8 Fragillaria sp. 32.911
9 Bacillaria sp. 0
10 Nitzschia sp. 7.595
11 Navicula sp. 5.063
12 Pinnualria sp. 0
13 Synedra sp. 0
14 Chaetoceros sp. 10.127
15 Rhizosolenia sp. 2.532
16 Coscinodiscus sp. 2.532
17 Cymbella sp. 0
18 Suriella sp. 0
19 Diatoma sp. 0
Kelimpahan 81.103
Jumlah Taksa (S) 7
Indeks Keseragaman (E) 0,81
Indeks Dominansi (D) 0,26
Indeks Diversitas (H) 1,58
B Zooplankton
1 Vorticella sp. 0
2 Archella sp. 0
3 Philodina sp. 0
4 Notholca sp. 503
5 Nauplius sp. 0
Kelimpahan 503
Jumlah Taksa (S) 1
Indeks Keseragaman (E) 0,00
Indeks Dominansi (D) 1,00
Indeks Diversitas (H) 0,00
C Makrobentos
1 Neresis sp. 1
2 Nassarius sp. 0
Kelimpahan 1
Jumlah Taksa (S) 1
Indeks Keseragaman (E) 0,00
Indeks Dominansi (D) 1,00
Indeks Diversitas (H) 0,00
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PT. Global Quality Analitical, 2019
26
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
27
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Kelimpahan
No Jenis
(sel/m3)
1 Neresis sp. 0
2 Nassarius sp. 0
Kelimpahan 0
Jumlah Taksa (S) 0
Indeks Keseragaman (E) 0,00
Indeks Dominansi (D) 0,00
Indeks Diversitas (H) 0,00
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium PT. Global Quality Analitical, 2019
Indeks diversitas plankton-bentos di lokasi PB-1, PB-2, dan PB-3 terangkum pada
Tabel 4.13 berikut ini.
28
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
29
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
A. Tenaga kerja
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional tahun 2017 menurut kegiatannya
penduduk usia 15 tahun ke atas dapat dibedakan menjadi angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja. Pada tahun 2017 jumlah angkatan kerja Kota Palu sebesar 190.455
orang dan bukan angkatan kerja 699.275 orang. Selanjutnya dari angkatan kerja
tersebut terdapat penduduk bekerja sebanyak 93,44 persen dan mencari pekerjaan
sekitar 6,56 persen (Tabel 3.2.1). Jumlah Pencari Kerja Terdaftar di Kota Palu pada
Dinas Koperasi, UMKM dan Tenaga Kerja Kota Palu pada Tahun 2017 sebesar 2.993
pekerja. Dari 2.993 Pekerja yang terdaftar sebanyak 257 orang telah ditempatkan
bekerja. Proporsi terbesar pencari kerja yang mendaftar pada Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja Kota Palu berpendidikan terakhir SMA yaitu sebesar 50,68% (1.517
pekerja).
Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara
garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga
kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut
telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur
15 tahun – 64 tahun
30
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
2. Perekonomian lokal
Perekonomian lokal di wilayah Kota Palu dapat dilihat dari kondisi Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Nilai PDRB Kota Palu atas dasar harga berlaku
pada tahun 2018 mencapai 22.629 triliun rupiah. Secara nomnal nilai PDRB ini
mengalami kenaikan sebesar 2,212 triliun rupiah dibandingkan dengan tahun 2017
yang mencapai 20,416 triliun rupiah. Naiknya nilai PDRB ini dipengaruhi oleh
meningkatnya produksi di seluruh lapangan usaha dan adanya inflasi.
Berdasarkan harga konstan tahun 2010, angka PDRB juga mengalami kenaikan
dari 14,587 triliun rupiah pada tahun 2017 menjadi 15,325 triliun rupiah pada tahun
2018. Hal ini menunjukkan selama tahun 2018 Kota Palu mengalami pertumbuhan
ekonomi sekitar 5,05%, lebih lambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kenaikan PDRB ini murni disebabkan oleh meningkatnya produksi di seluruh
lapangan usaha dan tidak dipengaruhi oleh inflasi.
a. Struktur Ekonomi
Besarnya peranan berbagai lapangan usaha ekonomi dalam memproduksi
barang dan jasa sangat menentukan struktur ekonomi yang terbentuk dari nilai
tambah yang diciptakan oleh setiap lapangan usaha menggambarkan
seberapa besar ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan
berproduksi dari setiap lapangan usaha.
Selama lima tahun terakhir (2014-2018) struktur perekonomian Kota Palu
didominasi oleh 4 kategori lapangan usaha, diantaranya: lapangan usaha
kategori Konstruksi; kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor; kategori Transportasi dan Pergudangan; serta kategori
Administrasi Pemerintahan, Pertanahan dan Jaminal Sosial Wajib. Hal ini
dapat dilihat dari peranan masing-masing lapangan usaha terhadap
pembentukan PDRB Kota Palu.
Empat sektor dengan peranan terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Palu
pada tahun 2018 dihasilkan oleh lapangan usaha Konstruksi, denagn level
16,46%, angka ini meningkat dari tahun sebelumnya dengen level 16%. Pada
peringkat kedua terdapat kategori Administrasi Pemerintahan, Pertanahan dan
Jaminan Sosial Wajib dengan kontribusi sebesar 14,32%, angka ini
mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 13,52%.
Selanjutnya kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor, dan kategori Transportasi dan Pergudangan menyumbang
masing-masing sebesar 9,81% dan9,72%. Keempat kategori lapangan usaha
tersebut menyumbang 50,31% dari total PDRB Kota Palu.
31
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Tabel 4.18 Distribusi Persentase PDRB Kota Palu Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014─2018
%
Lapangan Usaha
2014 2015 2016 2017 2018
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,29 4,20 4,21 4,20 4,11
B Pertambangan dan Penggalian 5,96 6,38 6,69 6,96 6,42
C Industri Pengolahan 8,63 8,20 7,98 7,55 7,11
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,14 0,11 0,12 0,13 0,13
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 0,31 0,30 0,29 0,29 0,28
F Konstruksi 16,63 16,99 16,16 16,00 16,46
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor 9,54 9,60 9,98 9,96 9,81
H Transportasi dan Pergudangan 9,33 9,21 9,19 9,55 9,72
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,04 1,10 1,14 1,15 1,10
J Informasi dan Komunikasi 8,30 8,44 8,47 8,58 8,81
K Jasa Keuangan dan Asuransi 6,04 5,66 6,02 6,00 5,60
L Real Estate 2,60 2,56 2,54 2,53 2,50
M,N Jasa Perusahaan 1,18 1,15 1,19 1,17 1,17
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib 13,80 13,74 13,75 13,52 14,32
P Jasa Pendidikan 8,47 8,57 8,40 8,40 8,39
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,79 2,85 2,89 3,01 3,10
R,S,T,U Jasa lainnya 0,95 0,96 0,99 0,98 0,97
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : PDRB Kota Palu Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2018
b. Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator makro untuk melihat
kinerja perekonomian secara riil di suatu wilayah. Laju pertumbuhan eknomi
dihitung berdasarkan perubahan PDRB atas dasar harga konstan tahun yang
bersangkutan terhadap tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat
dipandang sebagai pertambahan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh
semua lapangan usaha kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah selama
kurun waktu setahun.
Berdasarkan harga konstan 2010, nilai PDRB Kota Palu tahun 2018
mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya
produksi di seluruh lapangan usaha yang sudah bebas dari pengaruh inflasi.
Nilai PDRB Kota Palu atas dasar harga konstan 2010, berada pada level
15.325 triliun rupiah. Angka tersebut naik dari 14,587 triliyun rupiah pada
tahun 2017. Hal tersebut menunjukkan bahwa selama tahun 2018 terjadi
pertumbuhan ekonomi sebesar 5,05%. Pertumbuhan ekonomi pada tahun
2018 mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya dengan level
5,54%.
Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha kategori Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 11,99%. Salah satu penyebab
kenaikan sektor ini yaitu terjadinya bencana alam yang membuat kenaikan
kebutuhan jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Dari 17 lapangan usaha
32
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Tabel 4.19 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kota Palu Tahun
2014─2018
%
Lapangan Usaha
2014 2015 2016 2017 2018
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,39 6,24 4,11 5,21 2,72
B Pertambangan dan Penggalian 11,53 13,62 9,87 10,49 0,66
C Industri Pengolahan 4,17 2,77 1,36 0,67 0,13
D Pengadaan Listrik dan Gas 16,65 17,11 6,22 5,67 7,36
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 5,50 5,74 4,38 4,01 4,08
Limbah dan Daur Ulang
F Konstruksi 9,18 7,92 -0,11 2,49 8,42
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 7,82 6,10 7,01 4,01 2,85
Mobil dan Sepeda Motor
H Transportasi dan Pergudangan 8,10 6,89 8,62 8,62 5,85
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 14,56 17,07 9,01 7,47 0,12
J Informasi dan Komunikasi 11,03 12,46 8,11 7,76 8,60
K Jasa Keuangan dan Asuransi 2,92 3,54 14,20 7,00 1,08
L Real Estate 7,61 7,01 3,19 4,31 3,87
M,N Jasa Perusahaan 7,79 6,95 6,60 5,54 4,30
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 10,35 9,09 5,74 5,12 7,91
Jaminan Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 7,53 7,56 3,95 5,72 4,14
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9,88 9,03 8,01 11,82 11,99
R,S,T,U Jasa lainnya 8,99 8,07 6,67 5,13 2,53
PDRB 8,06 7,74 5,50 5,54 5,05
Sumber : PDRB Kota Palu Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014-2018
33
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Tabel 4.20 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kota Palu, 2012‒2017
Penduduk Miskin
Garis Kemiskinan
Tahun Jumlah (000. Persen
(Rupiah)
jiwa) (%)
2012 336.509 30,14 8,58
2013 378.455 25,9 7,24
2014 405.195 25,67 7,05
2015 419.596 27,19 7,42
2016 451.437 26,24 7,06
2017 473.555 25,5 6,74
Sumber : Kota Palu Dalam Angka, 2018
D. Kegiatan perikanan
1. Sarana dan prasarana
Rumah Tangga Perikanan Tangkap (RTP) adalah rumah tangga yang melakukan
kegiatan penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air dengan tujuan
sebagian/seluruh hasilnya untuk dijual. Jumlah RTP di Kota Palu pada tahun 2017
tercatat sebanyak 780 RTP yang terdiri dari 50 RTP tanpa perahu, 80 RTP dengan
perahu jukung, 176 RTP dengan perahu papan, 268 RTP dengan peramotor
tempel, 7 RTP menggunakan kapal motor, 199 RTP mengusahakan kolam.
Jumlah ini menurun dari beberapa tahun sebelumnya.
34
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Tabel 4.21 Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Menurut Kategori Usaha Perikanan Di
Kota Palu Tahun 2013-2017
Jumlah Rumah Tangga
Tahun Perahu Tak Bermotor Perahu
Tanpa Kapal
Motor Kolam
Perahu Jukung Papan Motor
Tempel
2013 62 271 252 141 2 225
2014 62 271 252 141 8 183
2015 54 276 243 153 45 178
2016 62 486 - 446 4 199
2017 50 80 176 268 7 199
Sumber : Kota Palu Dalam Angka, 2018
Jumlah sarana penangkapan berupa perahu motor yang ada di Kota Palu pada
tahun 2017 tercatat sebanyak 531 unit, yang terdiri dari 80 unit perahu jukung, 176
unit perapu papan, 268 unit perahu motor tempel, dan 7 unit kapal motor. Jumlah
perahu pada tahun ini cenderung menurun jika dibandingkan dengan beberapa
tahun sebelumnya. Data jumlah perahu dapat dilihat pada Tabel 4.20.
Tabel 4.22 Jumlah Perahu/Kapal Perikanan Laut menurut Jenisnya di Kota Palu Tahun 2013-
2017
Perahu Tak Bermotor Perahu Motor
Tahun Kapal Motor
Jukung Papan Jumlah Tempel
2013 271 252 523 141 2
2014 271 252 523 141 8
2015 54 276 243 153 16
2016 486 - 486 446 4
2017 80 176 256 268 7
Sumber : Kota Palu Dalam Angka, 2018
Selain perahu, sarana produksi perikanan yang digunakan berupa alat tangkap.
Jumlah alat tangkap yang digunakan pada tahun 2017 berupa 52 unit jaring insang
hanyut, 83 unit jaring insang tetap, serta 759 unit pancing yang lain.
Tabel 4.23 Jumlah Alat Penangkap Ikan pada Usaha Perikanan Laut di Kota Palu Tahun 2013-
2017
Pengu-
mpul
Jenis Alat Tangkap Rumput
Tahun Laut
Jaring Jaring
Pukat Pukat Jaring Pancing Perang-
Insang Insang
Pantai Cincin Angkat yang lain kap
Hanyut Tetap
2013 25 - 136 88 - 406 10 -
2014 25 - 136 88 - 406 10 -
2015 21 5 137 91 7 728 53 15
2016 11 - 62 677 7 605 51 -
2017 - - 52 283 7 759 - -
Sumber : Kota Palu Dalam Angka, 2018
2. Aktivitas produksi
35
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Jumlah produksi perikanan di Kota Palu pada tahun 2016 tercatat sebesar
2.944,54 ton yang terdiri dari 2.944,54 ton dari perikanan laut, dan 79,54 ton dari
perikanan darat. Jika dilihat dari perkembangannya, produksi perikanan di Kota
Palu cenderung meningkat meskipun terjadi penurunan jumlah sarana
penangkapan ikan. Data produksi perikanan di Kota Palu menurut jenis usaha
perikanan pada tahun 2013-2016 selengkapnya ditampilkan pada Tabel 4.22.
Tabel 4.24 Produksi Menurut Jenis Usaha Perikanan di Kota Palu Tahun 2013-2016
Produksi (ton)
Tahun Perikanan
Perikanan Laut Jumlah
Budidaya
2013 2.721,59 48,55 2.721,59
2014 2.678,30 53,7 2.678,30
2015 2.872,40 60,5 2.872,40
2016 2.944,54 79,54 2.944,54
Sumber : Kota Palu Dalam Angka, 2018
Nilai produksi usaha perikanan di Kota Palu pada tahun 2016 tercatat sebesar
8,38 miliar rupiah yang terdiri dari 8,1 miliar rupiah dari perikanan laut dan 0,2
miliar rupiah dari perikanan budidaya. Nilai produksi perikanan tangkap ini
cenderung meningkat dari beberapa tahun sebelumnya. Data mengenai nilai
produksi usaha perikanan di Kota Palu pada tahun 2013-2016 selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 4.23.
Tabel 4.25 Nilai Produksi Usaha Perikanan di Kota Palu Tahun 2013-2016
Nilai Produksi (000 Rupiah)
Tahun Perikanan
Perikanan Laut Jumlah
Budidaya
2013 47.189.700 1.218.695 48.408.395
2014 45.907.900 1.226.657 47.134.557
2015 65.607.940 2.012.750 67.620.690
2016 81.825.746 2.017.480 83.843.226
Sumber : Kota Palu Dalam Angka, 2018
E. Proses sosial
F. Persepsi dan sikap masyarakat
Persepsi dan sikap masyarakat terhadap kegiatan pembangunan secara umum di
wilayah Kota Palu telah mengalami pergeseran sebagaimana wilayah-wilayah lain di
Indonesia, dimana masyarakat mulai terbuka terhadap kegiatan pembangunan yang
dilaksanakan. Masyarakat telah berani untuk menyampaikan saran, masukan, dan
pendapatnya terhadap rencana atau kegiatan yang akan dilaksanakan di wilayahnya.
Disamping itu masyarakat juga berharap dapat ikut serta berpartisipasi dalam
pembangunan tersebut, tidak hanya sebagai obyek tetapi juga ingin menjadi subyek
dari pembangunan.
A. Pola penyakit
36
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Berdasarkan data dari Puskesmas-puskesmas di Kota Palu Tahun 2018, jenis penyakit
yang terbanyak di kota ini dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 4.27 Grafik Sepuluh Penyakit Yang Sering Di Derita Masyarakat Setempat
B. Angka Kesakitan
37
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Angka kesakitan atau biasa disebut morbiditas adalah persentase penduduk yang
mengalami keluhan kesehatan dan merasa terganggu dalam aktivitas sehari-hari
sehingga tidak dapat melakukan kegiatan secara normal sebagaimana biasanya
seperti bekerja, sekolah atau kegiatan sehari-hari lainnya. Angka kesakitan di Kota
Palu disajikan pada Gambar berikut.
38
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
5.1.1 Tahapan dan Kegiatan yang Terpengaruh oleh Perubahan Usaha dan/atau
Kegiatan
A. Tahapan dan Kegiatan yang Telah Dilingkup dalam Dokumen Amdal Sebelumnya
Tahapan dan kegiatan yang dimaksud tersebut adalah tahapan dan kegiatan yang
telah dilingkup dalam dokumen lingkungan hidup sebelumnya, yaitu dokumen Amdal
yang telah mendapatkan keputusan kelayakan lingkungan pada tahun 2020. Dalam
dokumen Amdal tersebut, tahapan dan kegiatan dalam Rencana Pembangunan
Pengaman Pantai ditampilkan pada gambar berikut.
39
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
1. Sosialisasi
Tahap
Pra Konstruksi
2. Pembebasan Lahan
7. Demobilisasi Peralatan
Gambar 5.19 Tahapan dan Kegiatan yang Telah Dilingkup Sebelumnya (Amdal, 2019)
B. Tahapan dan Kegiatan yang Terpengaruh oleh Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
Perubahan usaha dan/atau kegiatan pada Rencana Pembangunan Pengaman Pantai
Kota Palu adalah perubahan konstruksi bangunan tambatan perahu. Sebagaimana
telah disampaikan pada Tabel 3.1 (Deskripsi Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan),
perubahan konstruksi bangunan tambatan perahu tersebut mencakup :
– Perubahan lokasi bangunan tambatan perahu
– Perubahan tipe dan desain bangunan tambatan perahu
Dengan melihat Gambar 5.1 diatas, maka komponen kegiatan yang terpengaruh oleh
perubahan konstruksi bangunan tambatan perahu adalah :
1. Pekerjaan Konstruksi Bangunan Tambatan Perahu pada tahap konstruksi
2. Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pengaman Pantai” pada tahap operasi
Dengan adanya perubahan lokasi serta tipe dan desain bangunan tambatan perahu,
maka secara langsung akan mempengaruhi kegiatan pekerjaan konstruksi bangunan
tambatan perahu pada tahap konstruksi, dan selanjutnya pada tahap operasi akan
mempengaruhi kegiatan operasional dan pemeliharaan bangunan pengaman pantai.
Tahapan dan kegiatan yang terpengaruh oleh perubahan konstruksi bangunan
tambatan perahu ditampilkan pada Gambar 5.2.
40
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
1. Sosialisasi
Tahap
Pra Konstruksi
2. Pembebasan Lahan
7. Demobilisasi Peralatan
Kegiatan yang tidak terpengaruh oleh perubahan Kegiatan yang terpengaruh oleh perubahan usaha
usaha dan/atau kegiatan dan/atau kegiatan
Gambar 5.20 Tahapan dan Kegiatan yang Terpengaruh Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
Komponen kegiatan kegiatan yang pengaruh oleh perubahan usaha dan/atau kegiatan
tersebut yang akan dievaluasi dampaknya, untuk menentikan sifat dampak tersebut,
apakah berpotensi menimbulkan jenis DPH baru atau tidak, serta apakah mengubah
batas wilayah studi atau tidak.
A. Dampak Potensial dan Dampak Penting Hipotetik (DPH) yang Telah Dilingkup dalam
Dokumen Amdal Sebelumnya
Dalam dokumen Amdal sebelumnya telah diidentifikasi komponen lingkungan hidup
yang diprakirakan terkena dampak serta dampak potensial yang mungkin terjadi pada
kegiatan Pekerjaan Konstruksi Bangunan Tambatan Perahu pada tahap konstruksi,
serta kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pengaman Pantai pada tahap
operasi. DPH serta batas wilayah studi dan batas waktu kajian dari hasil evaluasi
dampak potensial yang telah dilakukan dalam dokumen Amdal sebelumnya, khusus
untuk kegiatan Pekerjaan Konstruksi Bangunan Tambatan Perahu pada tahap
konstruksi dan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pengaman Pantai pada
tahap operasi ditampilkan pada Tabel 5.1 berikut.
41
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Tabel 5.28 Dampak Potensial dan DPH yang Telah Dilingkup dalam Dokumen Amdal Sebelumnya
Komponen Lingkungan Hidup Terkena Identifikasi dan Hasil Evaluasi Dampak
Komponen Kegiatan Dampak Potensial Wilayah Studi Waktu Kajian
Penyebab Dampak
Komponen Parameter Dampak Potensial DPH / DTPH
Tahap Konstruksi
Pekerjaan Konstruksi Kualitas Udara Emisi debu (TSP) Penurunan Kualitas DTPH -- --
Bangunan Tambatan dan gas buang Udara
Perahu Kebisingan Tingkat kebisingan Peningkatan DPH 500 m dari lokasi tapak proyek 3 bulan
Kebisingan
Getaran Kecepatan getaran Timbulnya Getaran DPH 500 m dari lokasi tapak proyek 3 bulan
mekanis
Aktivitas Nelayan Mobilitas nelayan Gangguan Aktivitas DTPH, dikelola Kelurahan Silae, Kelurahan Lere, --
Nelayan dan dipantau Kelurahan Besusu Barat, Kelurahan Talise
Perekonomian Tingkat pendapatan Penurunan Pendapatan DTPH -- --
Rumah Tangga
Kualitas Air Laut TSS Penurunan Kualitas Air DPH Wilayah perairan laut sejauh 1 km dari 3 bulan
Laut lokasi tapak proyek
Biota Air Indeks Diversitas Gangguan Biota Air DPH Wilayah perairan laut sejauh 1 km dari 3 bulan
lokasi tapak proyek
Kesehatan Angka kesakitan Gangguan Kesehatan DTPH -- --
Masyarakat
Tahap Operasi
Operasi dan Oceanografi Sedimentasi Timbulnya Sedimentasi DPH Wilayah perairan laut sejauh 4 km dari 5 tahun
Pemeliharaan muara
Bangunan Pengaman Kualitas Air Laut TSS Penurunan Kualitas Air DPH Wilayah perairan laut sejauh 4 km dari 5 tahun
Pantai Laut muara
Biota Air Indeks diversitas Gangguan Biota Air DPH Wilayah perairan laut sejauh 4 km dari 5 tahun
muara
Perekonomian Usaha yang Terbukanya Peluang DTPH - -
Lokal berkembang Usaha
Perekonomian Tingkat pendapatan Peningkatan DTPH - -
Rumah Tangga nelayan Pendapatan
Sumber : BWS III Sulawesi, 2019
42
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Tabel 5.29 Identifikasi Potensi Dampak Lingkungan Akibat Perubahan Usaha dan/atau
Kegiatan
Komponen Kegiatan Identifikasi dan Analisis Dampak Potensial
yang Terpengaruh Dampak Potensial Dampak
Perubahan Usaha Relevansi
yang Dilingkup Potensial Analisis Awal
dan/atau Kegiatan Dampak
Sebelumnya Baru
Tahap Konstruksi
Pekerjaan Konstruksi Penurunan Kualitas Relevan -- Potensi dampak
Bangunan Tambatan Udara lingkungan yang telah
Perahu Peningkatan Relevan dilingkup sebelumnya
Kebisingan masih relevan hingga
kondisi saat ini.
Timbulnya Getaran Relevan Perubahan usaha dan/
Gangguan Aktivitas Relevan atau kegiatan pada
Nelayan diprakirakan tidak
Penurunan Relevan berpotensi menimbulkan
Pendapatan dampak lingkungan
baru.
Penurunan Kualitas Relevan
Air Laut
Gangguan Biota Air Relevan
Gangguan Relevan
Kesehatan
Tahap Operasi
Operasi dan Timbulnya Relevan -- Potensi dampak
Pemeliharaan Sedimentasi lingkungan yang telah
Bangunan Pengaman Penurunan Kualitas Relevan dilingkup sebelumnya
Pantai Air Laut masih relevan hingga
kondisi saat ini.
Gangguan Biota Air Relevan Perubahan usaha dan/
Terbukanya Relevan atau kegiatan
Peluang Usaha diprakirakan tidak
Peningkatan Relevan berpotensi menimbulkan
Pendapatan dampak lingkungan
baru..
Sumber : Hasil Analisis, 2021
Berdasarkan tabel diatas, maka dampak potensial yang akan terjadi akibat perubahan
usaha dan/atau kegiatan relatif sama dengan dampak potensial sebagaimana yang
telah dilingkup sebelumnya.
43
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Tabel 5.30 Evaluasi Potensi Dampak Lingkungan Akibat Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan
Dampak Potensial
Komponen Lingkungan yang
Komponen Kegiatan yang Akibat Perubahan Evaluasi Potensi Dampak Lingkungan Akibat Perubahan Batas
Terpengaruh Perubahan Usaha Batas Wilayah
Terpengaruh Perubahan Usaha dan/atau Usaha dan/atau Kegiatan Waktu
dan/atau Kegiatan Studi
Usaha dan/atau Kegiatan Kegiatan Kajian
Komponen Parameter Evaluasi DPH / DTPH
Tahap Konstruksi
Pekerjaan Konstruksi Kualitas Udara Emisi debu (TSP) Penurunan Kualitas Emisi debu dan gas buang bersumber dari DTPH -- --
Bangunan Tambatan dan gas buang Udara aktivitas dan peralatan (pile driver hammer)
Perahu yang digunakan untuk pemasangan tiang
pancang untuk dermaga. Dengan adanya
perubahan tipe konstruksi bangunan
tambatan perahu dari dermaga menjadi
kolam pelabuhan, maka sudah tidak
digunakan peralatan tersebut dan tidak ada
aktivitas pemasangan tiang pancang.
Dengan demikian dampak penurunan
kualitas udara tidak menjadi dampak penting
hipotetik.
Kebisingan Tingkat Peningkatan Sebagaimana pada dampak penurunan DTPH -- --
kebisingan Kebisingan kualitas udara, dengan berubahnya tipe
konstruksi bangunan tambatan perahu dari
dermaga menjadi kolam pelabuhan, tidak
terjadi dampak kebisingan dari operasional
pile driver hammer. Pada kegiatan ini
dampak kebisingan masih terjadi dari
aktivitas pembuatan kolam pelabuhan, tetapi
kebisingan yang dihasilkan diprakirakan
relatif kecil. Dengan demikian dampak ini
tidak menjadi dampak penting hipotetik.
Getaran Kecepatan Timbulnya Getaran Sebelumnya telah diidentifikasi dampak DTPH -- --
getaran mekanis timbulnya getaran dari operasional pile
driver hammer untuk pemasangan tiang
pancang. Dengan berubahnya tipe
konstruksi bangunan tambatan perahu dari
dermaga menjadi kolam pelabuhan, maka
dampak timbulnya getaran dari peralatan
tersebut menjadi tidak ada. Dampak
44
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Dampak Potensial
Komponen Lingkungan yang
Komponen Kegiatan yang Akibat Perubahan Evaluasi Potensi Dampak Lingkungan Akibat Perubahan Batas
Terpengaruh Perubahan Usaha Batas Wilayah
Terpengaruh Perubahan Usaha dan/atau Usaha dan/atau Kegiatan Waktu
dan/atau Kegiatan Studi
Usaha dan/atau Kegiatan Kegiatan Kajian
Komponen Parameter Evaluasi DPH / DTPH
timbulanya getaran masih terjadi pada
kontruksi kolam pelabuhan (konstruksi
breakwater) tetapi dengan intensitas yang
relatif kecil. Dengan demikian dampak ini
tidak menjadi dampak penting hipotetik.
Aktivitas Mobilitas nelayan Gangguan Aktivitas Perubahan konstruksi bangunan tambatan DTPH, -- --
Nelayan Nelayan perahu tidak memberikan pengaruh yang dikelola dan
signifikan terhadap mobilitas nelayan, dipantau
dimana informasi perubahan ini akan tetap di
koordinasikan ke perkumpulan nelayan,
sehingga nelayan dapat memprakirakan
lokasi tempat sandar kapal.
Perekonomian Tingkat Penurunan Dampak penurunan pendapatan ini DTPH -- --
Rumah Tangga pendapatan Pendapatan merupakan dampak lanjutan dari dampak
terganggunya aktivitas nelayan akibat
pekerjaan konstruksi tambatan perahu.
Dampak penurunan pendapatan yang terjadi
diprakirakan kurang siginfikan karena
nelayan telah diberikan informasi jadwal
pelaksanaan konstruksi bangunan tambatan
perahu, sehingga nelayan dapat
menentukan lokasi tempat sandar kapal.
Kualitas Air Laut TSS Penurunan Kualitas Dengan adanya perubahan konstruksi DPH Wilayah 3 bulan
Air Laut bangunan tambatan perahu dari dermaga perairan laut
menjadi kolam pelabuhan tetap akan sejauh 1 km dari
berpengaruh terhadap penurunan kualitas air lokasi tapak
laut, terutama pada saat pengerukan kolam proyek
pelabuhan. Dengan demikian dampak
penurunan kualitas air laut akibat perubahan
konstruksi bangunan tambatan perahu
menjadi dampak penting hipotetik
Biota Air Indeks Diversitas Gangguan Biota Air Dampak gangguan biota air laut merupakan DPH Wilayah 3 bulan
dampak lanjutan dari dampak penurunan perairan laut
kualitas air laut. Dengan perubahan sejauh 1 km dari
45
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Dampak Potensial
Komponen Lingkungan yang
Komponen Kegiatan yang Akibat Perubahan Evaluasi Potensi Dampak Lingkungan Akibat Perubahan Batas
Terpengaruh Perubahan Usaha Batas Wilayah
Terpengaruh Perubahan Usaha dan/atau Usaha dan/atau Kegiatan Waktu
dan/atau Kegiatan Studi
Usaha dan/atau Kegiatan Kegiatan Kajian
Komponen Parameter Evaluasi DPH / DTPH
konstruksi bangunan tambatan perahu telah lokasi tapak
mengakibatkan perubahan kualitas air laut, proyek
sehingga dampak gangguan biota air juga
menjadi penting untuk dikaji lebih lanjut.
Dengan demikian dampak gangguan biota
air akibat perubahan konstruksi bangunan
tambatan perahu menjadi dampak penting
hipotetik.
Kesehatan Angka kesakitan Gangguan Dengan adanya perubahan konstruksi DTPH -- --
Masyarakat Kesehatan bangunan tambatan perahu, dampak
penurunan kualitas udara relatif menurun
karena tidak digunakan alat berat serta
aktivitas yang berpotensi meningkatkan
konsentrasi debu dan emisi gas buang.
Sebagai dampak lanjutan dari dampak
penurunan kualitas udara, maka dampak
gangguan kesehatan akibat perubahan
konstruksi bangunan tambatan perahu tidak
menjadi dampak penting hipotetik.
Tahap Operasi
Operasi dan Pemeliharaan Oceanografi Sedimentasi Timbulnya Sebelumnya dampak timbulnya sedimentasi TDPH, -- --
Bangunan Pengaman Sedimentasi ini merupakan dampak penting hipotetik, dikelola dan
Pantai karena adanya konstruksi dermaga. Dengan dipantau
berubahanya tipe konstruksi bangunan
tambatan perahu, maka dampak sedimentasi
di sekitar dermaga sudah tidak relevan.
Sedimentasi akan terjadi pada kolam
pelabuhan akibat aktivitas keluar-masuk
kapal. Dengan adanya pengerukan berkala,
dampak ini dapat dikelola dengan baik.
Kualitas Air Laut TSS Penurunan Kualitas Sebelumnya dampak penurunan kualitas air DPH Wilayah 5 tahun
Air Laut laut diprakirakan terjadi karena persebaran perairan laut
sedimen dari muara sungai ke wilayah sejauh 4 km dari
perairan laut yang disebabkan oleh faktor muara
46
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
Dampak Potensial
Komponen Lingkungan yang
Komponen Kegiatan yang Akibat Perubahan Evaluasi Potensi Dampak Lingkungan Akibat Perubahan Batas
Terpengaruh Perubahan Usaha Batas Wilayah
Terpengaruh Perubahan Usaha dan/atau Usaha dan/atau Kegiatan Waktu
dan/atau Kegiatan Studi
Usaha dan/atau Kegiatan Kegiatan Kajian
Komponen Parameter Evaluasi DPH / DTPH
alamiah (transportasi sedimen), dan
persebarannya dipengaruhi oleh keberadaan
bangunan pengaman pantai. Perubahan
konstruksi bangunan tambatan perahu
diprakirakan tidak memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap perubahan kualitas
air laut, dimana dampak ini tetap menjadi
dampak penting hipotetik sebagaimana yang
telah dilingkup sebelumnya.
Biota Air Indeks diversitas Gangguan Biota Air Dampak gangguan biota air laut merupakan DPH Wilayah 5 tahun
dampak lanjutan dari dampak penurunan perairan laut
kualitas air laut yang disebabkan karena sejauh 4 km dari
persebaran sedimentasi dari muara sungai. muara
Sejauh mana dampak penurunan kualitas air
laut akan berpengaruh terhadap biota air
perlu dikaji lebih lanjut.
Perekonomian Usaha yang Terbukanya Perubahan konstruksi bangunan tambatan DTPH - -
Lokal berkembang Peluang Usaha perahu diprakirakan tidak memberikan
perubahan yang terlalu signifikan terhadap
perubahan usaha yang berkembang,
sehingga dampak terbukanya peluang usaha
tidak menjadi dampak penting hipoitetik.
Perekonomian Tingkat Peningkatan Perubahan konstruksi bangunan tambatan DTPH - -
Rumah Tangga pendapatan Pendapatan perahu diprakirakan tidak memberikan
nelayan perubahan yang terlalu signifikan terhadap
perbahan tingkat pendapatan, sehingga
dampak peningkatan pendapatan tidak
menjadi dampak penting hipoitetik.
Sumber : Hasil Analisis, 2021
47
Laporan Penyajian Informasi Lingkungan
Rencana Pembangunan Pengaman Pantai Di Kawasan Tangguh Bencana Kota Palu
48
Lampiran
Lampiran A Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
Lampiran B Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dan Perubahannya