Anda di halaman 1dari 36

Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)

Puskesmas Badau

A. Pemahaman Terhadap KAK


1. Umum
Dari kerangka Acuan Kerja dan penjelasan pekerjaan yang telah disampaikan oleh pemberi
tugas, pada prinsipnya dapat dipahami secara jelas oleh Penyedia Jasa. Dalam pekerjaan
“Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) Puskesmas Badau” akan
dilakukan perumusan kondisi eksiting dan tingkat perkembangan di masa yang akan datang.
Penyedia Jasa telah mempelajari dengan seksama dan memahami kerangka acuan kerja (KAK)
yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas Hulu, maka kami susun pendekatan
dan metodologi pelaksanaan pekerjaan yang diharapkan akan menghasilkan suatu Dokumen
DPLH yang sesuai.

2. Tanggapan Terhadap Kerangka Acuan Kerja


Secara garis besar Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk pekerjaan penyusunan Dokumen
Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) Puskesmas Badau yang ada sudah memenuhi alur kerja
yang sistematis dan pada hakikatnya merupakan patokan dasar dalam pelaksanaan pekerjaan
yang di dalamnya telah di jelaskan secara rinci. oleh karena itu, pihak Penyedia Jasa akan
mengikuti semua ketentuan yang tercantum dalam KAK dan syarat-syarat tersebut mulai dari
tahapan mengikuti seleksi umum ini sampai dengan tahapan pelaksanaan pekerjaan apabila
pihak kami mendapat kepercayaan untuk memenangkan seleksi ini.
Di samping itu dengan maksud untuk dapat memberikan masukan atau pertimbangan bagi
pihak panitia/direksi sehingga akan lebih menyempurnakan Kerangka Acuan Kerja yang ada,
diperlukan beberapa tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja. Untuk tanggapan yang lebih
khusus tentang pemahaman terhadap kerangka acuan kerja pekerjaan tersebut di atas dapat
dilihat sebagai berikut :

Uraian Tanggapan
1. Latar Belakang Setelah Penyedia Jasa mempelajari dengan seksama bagian
pendahuluan dan latar belakang yang terdapat pada Kerangka Acuan
Kerja (KAK) untuk pekerjaan Penyusunan Dokumen Pengelolaan
Lingkungan Hidup (DPLH) Puskesmas Badau pada prinsipnya
kerangka acuan untuk pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan
sudah jelas dan dapat memberikan gambaran mengenai bentuk
pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2. Landasan Hukum Menurut pemahaman Penyedia Jasa, landasan hukum yang terdapat
di dalam Kerangka Acuan Kerja sudah cukup untuk dijadikan sebagai
landasan dalam pekerjaan ini, adapun landasannya yaitu :
1) Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan;
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan;
3) Permen LHK Nomor : P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016
Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup

Penawaran Administrasi dan Teknis | 1


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Telah Memiliki Izin Usaha


Dan/Atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan
Hidup;
4) Surat MENLHK Nomor S.541/MENLHK/SETJEN/PLA.4/12/2016
perihal penyelesaian dokumen lingkungan hidup bagi kegiatan
yang telah berjalan tanggal 28 Desember 2016;
5) Surat Edaran MENLH Nomor : SE.07/MENLHK/SETJEN/
PLA.4/12/2016 tentang Kewajiban Memiliki Dokumen Lingkungan
Hidup Bagi Orang Perseorangan atau Badan Usaha yang telah
memiliki izin usaha dan/atau Kegiatan.
3. Maksud dan Tujuan Dengan memperhatikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan
sasaran pekerjaan di dalam Kerangka Acuan Kerja dapat dipahami.
4. Sasaran Penyedia Jasa memahami bahwa terdapat beberapa sasaran untuk
mencapai tujuan yang telah diuraikan. Sasaran adalah serangkaian
proses dan tahapan yang harus dilalui sehingga dapat mencapai
garis akhir yakni tujuan dari pekerjaan penyusunan DPLH.
5. Nama dan Organisasi Penyedia Jasa memahami Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas
Pejabat Pembuat Hulu sebagai Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen
Komitmen adalah Nanang Padli, SE. M.Si. dan Satuan Kerja adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten Kapuas Hulu
6. Sumber Pendanaan dan Penyedia Jasa memahami sumber pendanaan bersumber dari APBD
Biaya Kabupaten Kapuas Hulu.
7. Ruang Lingkup Penyedia Jasa memahami bahwa ruang lingkup pekerjaan
Pengadaan dan Data Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau sesuai dengan tertera di dalam Kerangka Acuan
Kerja.
8. Lokasi Pekerjaan Cukup Jelas
9. Keluaran Penyedia Jasa memahami bahwa keluaran dari kegiatan ini adalah
Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau yang sesuai dengan pedoman penyusunan DPLH.
10. Jangka Waktu Penyedia Jasa memahami bahwa waktu pelaksanaan pekerjaan
Penyelesaian Pekerjaan penyusunan DPLH Puskesmas Badau adalah 1,5 bulan sesuai
Kerangka Acuan Kerja terhitung sejak ditandatanganinya kontrak.
11. Personil Konsultan memahami kebutuhan Tenaga ahli yang diprasyaratkan
untuk melaksanakan kegiatan ini telah sesuai dengan substansi
pekerjaan.
Adapun tenaga ahli yang diprasyaratkan adalah :
1. Tenaga Ahli Lingkungan (Team Leader)
2. Tenaga Ahli Kesehatan Lingkungan
3. Tenaga Ahli Geofisik Kimia
Selain itu Penyedia Jasa dibantu oleh tenaga pendukung sebagai
berikut :
1. Surveyor
2. Documentator/Administrator
3. Operator Komputer
12. Data Dasar Penyedia jasa memahami data dasar yang digunakan di dalam
penyusunan dokumen ini didapat dari hasil pengamatan dan
pemeriksaan langsung pada lokasi pekerjaan secara komprehensif.

Penawaran Administrasi dan Teknis | 2


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

13. Rujukan/Referensi Penyedia jasa memahami di dalam penyusunan dokumen ini perlu
Pelaksanaan Pekerjaan adanya rujukan atau referensi yang digunakan untuk
menyempurnakan dokumen yang disusun adapun rujukan/referensi
pelaksanaan pekerjaan yang digunakan di antaranya adalah :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan;
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :
129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor
P.102/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2016 Tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau
Kegiatan Yang Telah Memiliki Izin Usaha Dan/Atau Kegiatan
Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup Lampiran II;
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor 68
Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik

Serta Konsultan merasa perlu ditambahkan di dalam


Rujukan/Referensi Pelaksanaan Pekerjaan mengenai Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor : P.56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Tata Cara Dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
8. Fasilitas Penunjang Penyedia jasa memahami fasilitas penunjang cukup jelas.
9. Peralatan, Material, Penyedia Jasa memahami Peralatan, Material, Personil dan Fasilitas
Personil, dan Fasilitas dari Pejabat Pembuat Komitmen cukup jelas.
dari Pejabat Pembuat
Komitmen
10. Bidang dan Sub Bidang Penyedia Jasa memahami bidang dan sub bidang layanan jasa
Layanan Jasa Penyedia Jasa yang dipersyaratkan cukup jelas.
Konsultansi
11. Lingkup Kewenangan Penyedia Jasa memahami lingkup kewenangan penyedia jasa cukup
Penyedia Jasa jelas.

12. Pedoman Penyedia Jasa memahami pedoman pengumpulan data lapangan


Pengumpulan Data cukup jelas.
Lapangan
13. Alih Pengetahuan Penyedia Jasa memahami alih pengetahuan cukup jelas.
14. Penutup Cukup Jelas

Penawaran Administrasi dan Teknis | 3


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

B. Apresiasi dan Inovasi


1. Umum
Proses pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia harus diselenggarakan
berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan
amanah Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemanfaatan sumber daya alam masih menjadi modal dasar pembangunan di Indonesia saat
ini dan masih diandalkan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, penggunaan sumber daya
alam tersebut harus dilakukan secara bijak. Pemanfaatan sumber daya alam tersebut hendaknya
dilandasi oleh tiga pilar pembangunan berkelanjutan, yaitu menguntungkan secara ekonomi
(economically viable), diterima secara sosial (socially acceptable), dan ramah lingkungan
(environmentally sound).
Pesatnya pertumbuhan industri pelayanan kesehatan di Indonesia memberikan kontribusi
signifikan dalam menghasilkan limbah. Karakteristik utama limbah pelayanan kesehatan adalah
adanya limbah medis dan limbah non medis. Limbah medis adalah limbah yang berasal dari
kegiatan pelayanan medis. Berbagai jenis limbah medis yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan
di puskesmas dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan terutama pada
saat pengumpulan, pemilahan, penampungan, penyimpanan, pengangkutan dan pemusnahan
serta pembuangan akhir.
ICRC (2011) mengemukakan tentang risiko kesehatan akibat limbah medis, dibagi dalam
lima kategori yakni risiko terjadinya trauma, resiko terjadinya infeksi, risiko zat kimia, risiko
ledakan/ terbakar, dan risiko radioaktif. Chua Say Tiong (2012) dalam penelitiannya tentang
manajemen pengelolaan limbah medis pada klinik swasta di Taiping, mengatakan bahwa limbah
medis berpotensi menularkan infeksi seperti Hepatitis B virus (HBV), Hepatitis C virus (HCV),
Human Immunodeficiency Virus (HIV) kepada manusia. Dampak lain yang ditimbulkan akibat
keberadaan limbah medis adalah terjadinya penurunan kualitas lingkungan yang
mengakibatkan gangguan kenyamanan dan estetika. Penampilan puskesmas dapat memberikan
efek psikologis bagi pemakai jasa, karena adanya kesan kurang baik akibat limbah yang tidak
ditangani dengan baik.
Selain itu dalam peraturan perundangan juga disebutkan bahwa kegiatan dan/atau usaha
wajib memiliki Izin Lingkungan, yaitu izin yang wajib dimiliki setiap orang yang melakukan usaha
dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan. Tujuan
diterbitkannya Izin Lingkungan antara lain untuk memberikan perlindungan terhadap
lingkungan hidup yang lestari dan berkelanjutan, meningkatkan upaya pengendalian Usaha
dan/atau Kegiatan yang berdampak negatif pada lingkungan hidup, memberikan kejelasan
prosedur, mekanisme dan koordinasi antar instansi dalam penyelenggaraan perizinan untuk
Usaha dan/atau Kegiatan, dan memberikan kepastian hukum dalam Usaha dan/atau Kegiatan.
Salah satu dokumen lingkungan tersebut diperlukan bagi usaha atau kegiatan yang akan
memulai kegiatannya. Jenis dokumen lingkungan mana yang diwajibkan, tergantung pada jenis
kegiatan dengan segala karakteristiknya. Proses penentuan jenis dokumen lingkungan yang

Penawaran Administrasi dan Teknis | 4


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

wajib dibuat oleh suatu rencana usaha atau kegiatan disebut proses penapisan yang merujuk
pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha
Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Sedangkan untuk kegiatan atau usaha yang telah berjalan tetapi belum memiliki dokumen
lingkungan, pemerintah telah mengeluarkan PermenLH No. 14 Tahun 2010 pada tanggal 7 Mei
2010, tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan / atau Kegiatan yang Telah Memiliki
Izin Usaha dan / atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup.
Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa untuk kegiatan yang telah memiliki izin usaha
atau telah melakukan kegiatan konstruksi sebelum diundangkannya UU No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan (3 Oktober 2009), maka wajib untuk
membuat Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) bagi kegiatan yang wajib AMDAL atau
Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) bagi kegiatan yang wajib UKL UPL. Selain itu,
untuk kegiatan yang telah memiliki dokumen lingkungan tetapi tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, maka wajib untuk menyusun DELH atau DPLH.
Penyusunan dalam 1 (satu) DPLH dimaksudkan agar terwujud efisiensi dan efektivitas
dalam pemeriksaan DPLH dan dampak kumulatif yang mungkin timbul akibat keterkaitan antar
Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan dapat diidentifikasi dengan jelas. Dalam
penyusunan studi DPLH akan dianalisis secara lebih komprehensif potensi dan kemungkinan
terjadinya dampak terhadap komponen lingkungan hidup (fisik-kimia, biologi, sosial dan
ekonomi dan kesehatan masyarakat) yang diakibatkan oleh kegiatan operasional usaha
dan/atau kegiatan. Dari dampak-dampak yang telah diidentifikasi selanjutnya dirumuskan upaya
pengelolaan dan pemantauan lingkungan dengan tujuan untuk mengembangkan dampak
positif dan meminimalkan dampak negatif. Studi ini dilaksanakan sesuai dengan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.102/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2016 Tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Telah
Memiliki Izin Usaha Dan/Atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup.

2. Peraturan Perundangan Mengenai DPLH


Sebagai landasan dalam penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
2. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
3. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
4. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
5. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
6. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
7. Keputusan Menteri Kesehatan No. 718/MENKES/Per/XI/1987, tentang Kebisingan yang
Berhubungan dengan Kesehatan.

Penawaran Administrasi dan Teknis | 5


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

8. Keputusan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/Per/IX/1990, tentang Syarat-Syarat dan


Pengawasan Kualitas Air Bersih.
9. Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MENKES/Per/2002, tentang Syarat-Syarat
Pengawasan Air Minum
10. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
11. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
12. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 102 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang Telah
Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup
14. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 56 Tahun 2015 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
15. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu
Air Limbah Domestik

3. Definisi, Tujuan, dan Manfaat DPLH


Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disingkat DPLH, adalah
dokumen yang memuat pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dikenakan bagi
usaha dan/atau kegiatan yang telah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki
UKL-UPL. Adapun tujuan DPLH antara lain:
a. Sebagai pedoman untuk melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup
b. DPLH akan dapat digunakan oleh pemrakarsa sebagai pedoman dalam mengelola yang
meliputi berbagai aspek : Parameter lingkungan yang dikelola, Lokasi pengelolaan, Waktu
pengelolaan, Metode pengelolaan, serta Instansi yang mengelola, mengawasi dan
menerima hasil pengelolaan
c. Untuk dapat dipergunakan sebagai bahan / pedoman untuk mengetahui kinerja pemrakarsa
dalam ketaatan hukum dan pengelolaan lingkungan.

Manfaat yang diharapkan dari tersusunnya Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
antara lain:
a. Bagi Pemrakarsa
- Untuk turut serta dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan
- Terwujudnya pedoman yang sistematis tentang berbagai bentuk manajemen
pengelolaan lingkungan hidup yang dapat dilaksanakan sejalan dengan pelaksanaan
kegiatan dan pemantauannya.
- Merupakan wujud komitmen pemrakarsa kegiatan dalam turut andil untuk
mempertahankan, mengendalikan dan melestarikan lingkungan hidup dari dampak
kegiatan pembangunan yang dilakukan

Penawaran Administrasi dan Teknis | 6


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

- Sebagai pedoman dan rujukan dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pengelolaan


dan pemantauan terhadap setiap potensi dampak yang mungkin terjadi serta upaya
alternatif penanganannya.
b. Bagi Pemerintah
- Sebagai teladan dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan mengenai
pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup.
- Sebagai obyek evaluasi pada tingkat efektivitas ketentuan-ketentuan yang terkadang
dalam peraturan perundangan tersebut
c. Bagi Masyarakat
- Memberikan kepastian bahwa ada kepedulian pada pemrakarsa terhadap pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup di dalam kawasan Puskesmas Badau
- Mencegah terjadinya konflik sosial antara masyarakat yang terlibat langsung maupun
tidak langsung dalam kawasan Puskesmas Badau

4. Kewajiban Dokumen DPLH


DELH atau DPLH wajib disusun oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
usaha dan/atau kegiatan yang memenuhi kriteria:
a. telah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan;
b. telah melaksanakan usaha dan/atau kegiatan;
c. lokasi usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan rencana tata ruang; dan
d. tidak memiliki dokumen lingkungan hidup atau memiliki dokumen lingkungan hidup
tetapi dokumen lingkungan hidup tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Penyusunan Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) diberlakukan bagi kegiatan yang wajib
AMDAL, sedangkan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) bagi kegiatan yang wajib
UKL-UPL.
Kegiatan wajib AMDAL telah diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan
Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, di mana bila kegiatan
dan/atau usaha tersebut tercantum dalam daftar usaha dan/atau kegiatan wajib AMDAL maka
kegiatan tersebut wajib dilengkapi dengan AMDAL sedangkan jika tidak maka wajib UKL-UPL.
Selain itu jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal dapat ditetapkan
menjadi rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak wajib memiliki Amdal, apabila dampak
dari rencana Usaha dan/atau Kegiatan tersebut dapat ditanggulangi berdasarkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan/atau berdasarkan pertimbangan ilmiah,
tidak menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup. Jenis rencana usaha dan/atau
kegiatan tersebut wajib memiliki UKL-UPL atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.
Puskesmas Badau adalah fasilitas kesehatan yang telah berdiri dan beroperasi serta bukan
termasuk kegiatan yang wajib AMDAL, maka Puskesmas Badau wajib untuk memiliki Dokumen
Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) agar dapat memberikan perlindungan terhadap

Penawaran Administrasi dan Teknis | 7


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

lingkungan hidup yang lestari dan berkelanjutan, meningkatkan upaya pengendalian Usaha
dan/atau Kegiatan yang berdampak negatif pada lingkungan hidup, memberikan kejelasan
prosedur, mekanisme dan koordinasi antar instansi dalam penyelenggaraan perizinan untuk
Usaha dan/atau Kegiatan, dan memberikan kepastian hukum dalam Usaha dan/atau Kegiatan.
Pedoman penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) diatur dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor
P.102/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2016 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan
Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Telah Memiliki Izin Usaha Dan/Atau Kegiatan Tetapi
Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup. Pedoman penyusunan Dokumen Pengelolaan
Lingkungan Hidup (DPLH) berfungsi sebagai:
1. Acuan dalam penyusunan Pedoman Teknis Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
(DPLH) bagi departemen terkait
2. Acuan penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)bagi pemrakarsa di
lapangan
3. Instrumen pengikat bagi pihak pemrakarsa untuk melaksanakan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan.
Dengan adanya pedoman ini, maka pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan baik, lebih
terarah, efektif dan efisien. Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) perlu disusun
sedemikian rupa, sehingga dapat:
1. Langsung mengemukakan informasi penting setiap jenis rencana usaha atau kegiatan yang
merupakan sifat khas kegiatan tersebut dan dapat menimbulkan dampak potensial terhadap
lingkungannya
2. Informasi komponen lingkungan yang terkena dampak.
3. Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang harus dilakukan oleh
pemrakarsa

5. Rencana Atas Kegiatan dan Komponen Lingkungan


Ruang lingkup dalam penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau adalah :
1) Survey Komponen Lingkungan.
Konsultan akan melakukan survei di daerah studi untuk mengetahui kondisi lingkungan awal
Puskesmas Badau. Survei dimaksud terutama dilakukan terhadap komponen lingkungan
hidup yang diprakirakan terkena dampak kegiatan/usaha antara lain; survei komponen
lingkungan fisik-kimia, survey biologi dan survey sosial.
2) Pengolahan Data dan Analisis Data.
Data-data komponen lingkungan yang diperoleh (baik primer maupun sekunder) kemudian
diolah dan selanjutnya dianalisis untuk mengetahui gambaran umum mengenai rona
lingkungan awal.
3) Deskripsi Kegiatan.
Deskripsi kegiatan yang akan diuraikan meliputi: Jenis usaha/kegiatan, Lokasi kegiatan,
Hubungan rencana kegiatan dengan kegiatan lain di sekitarnya, dan Uraian kegiatan.

Penawaran Administrasi dan Teknis | 8


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

4) Perkiraan Dampak.
Prakiraan dampak dilakukan dengan menginteraksikan rencana kegiatan dengan komponen
lingkungan. Dengan melakukan interaksi tersebut, selanjutnya dianalisis apakah kegiatan
berdampak signifikan terhadap lingkungan hidup atau tidak.
5) Penyusunan DPLH.
Penyusunan DPLH dirumuskan berdasarkan hasil analisis dalam prakiraan dampak. Kalau
hasil analisis menunjukkan perubahan lingkungan yang akan terjadi signifikan maka perlu
dilakukan upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL)
dalam bentuk Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH).
Dalam penyusunan DPLH, hal-hal yang perlu diuraikan secara lebih detail adalah:
(1) Sumber Dampak.
(2) Jenis Dampak.
(3) Indikator Dampak.
(4) Pengelolaan yang Dilakukan.
(5) Lokasi Pengelolaan.
(6) Waktu Pengelolaan.
(7) Pelaksana dan Pengawas.
6) Presentasi DPLH.
Konsultan akan mempresentasikan DPLH di Lingkungan Intern dan Ekstern (Instansi terkait)
pada waktu yang telah ditentukan.
7) Persetujuan DPLH.
Persetujuan DPLH dikeluarkan oleh Kepala Daerah terhadap Dokumen DPLH yang telah
dilakukan perbaikan/penyempurnaan sesuai dengan masukan tanggapan pada saat
presentasi. Konsultan akan memonitor perihal persetujuan dokumen tersebut.

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor


P.102/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2016 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan
Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Telah Memiliki Izin Usaha Dan/Atau Kegiatan Tetapi
Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup Lampiran II, DPLH memuat:
a. Identitas penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan, di antaranya:
1. Nama usaha dan/atau kegiatan
2. Alamat usaha dan/atau kegiatan
3. Nomor telepon
4. Nomor faks
5. Email
6. Nama penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
7. Jabatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
8. Instansi yang membina usaha dan/atau kegiatan
b. Perizinan yang dimiliki, di antaranya:
1. Izin usaha dan/atau kegiatan
2. Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)

Penawaran Administrasi dan Teknis | 9


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

Muatan informasi meliputi jenis izin, lembaga penerbit izin, lingkup izin, masa berlaku izin,
dan persyaratan yang tersurat dalam izin (apabila ada).
c. Usaha dan/atau kegiatan yang telah berjalan, di antaranya:
1. Nama usaha dan/atau kegiatan
2. Lokasi usaha dan/atau kegiatan
3. Mulai beroperasi
4. Deskripsi usaha dan/atau kegiatan
a) Kegiatan utama dan kegiatan pendukung (fasilitas utama dan fasilitas penunjang)
yang telah berjalan beserta skala besaran kegiatannya;
b) Informasi kegiatan dan kondisi lingkungan di sekitar;
c) Kegiatan yang menjadi sumber dampak dan besaran dampak lingkungan yang telah
terjadi.
Catatan:
- Tuliskan ukuran luasan, panjang, volume, kapasitas, dan/atau besaran lain yang dapat
digunakan untuk memberikan gambaran tentang skala besaran kegiatan
- Berbagai informasi pendukung deskripsi kegiatan dapat disampaikan, baik berupa
peta, gambar, foto, sketsa, tata letak, dll.
5. Uraian mengenai komponen kegiatan yang telah berjalan dan dampak lingkungan yang
ditimbulkan.
Uraian usaha dan/atau kegiatan yang diketahui dapat menimbulkan dampak terhadap
lingkungan. Selain itu disampaikan pengelolaan atau pemantauan lingkungan yang telah
dilaksanakan melalui SOP (Standard Operation Procedure) yang dimiliki atau mengacu
pada Baku Mutu Lingkungan yang berlaku dan izin PPLH yang dimiliki.
Bagi usaha dan/atau kegiatan yang belum pernah melakukan pengelolaan atau
pemantauan lingkungan agar mengacu pada SOP (Standard Operation Procedure) atau
Praktik terbaik (Best practice) usaha dan/atau kegiatan sejenis yang menjadi dasar bagi
upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.
Dalam hal terdapat izin PPLH yang diperlukan, maka dalam bagian ini, penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan menuliskan daftar jumlah dan jenis izin PPLH yang
diperlukan berdasarkan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
d. Upaya Pengelolaan dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Pada bagian ini diuraikan melalui tabel/matriks, yang merangkum mengenai:
1. Sumber, jenis, dan besaran dampak lingkungan usaha dan/atau kegiatan:
a. kegiatan yang menjadi sumber dampak, yang diisi dengan informasi mengenai jenis
kegiatan penghasil dampak;
b. jenis dampak, yang diisi dengan informasi tentang seluruh dampak lingkungan yang
timbul dari sumber dampak; dan
c. besaran dampak, yang diisi dengan informasi besaran parameter dampak
lingkungan yang terjadi, besaran dampak sedapat mungkin dinyatakan secara
kuantitatif.
2. Upaya Pengelolaan Lingkungan, memuat:

Penawaran Administrasi dan Teknis | 10


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

a. pengelolaan lingkungan hidup, yang diisi dengan informasi mengenai bentuk/jenis


pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan/diusulkan untuk mengelola setiap
dampak lingkungan yang ditimbulkan;
b. lokasi pengelolaan lingkungan hidup, yang diisi dengan informasi mengenai lokasi
di mana pengelolaan lingkungan dimaksud dilakukan (dapat dilengkapi dengan
narasi yang menerangkan bahwa lokasi tersebut disajikan lebih jelas dalam peta
pengelolaan lingkungan pada lampiran DPLH); dan
c. periode pengelolaan lingkungan hidup, yang diisi dengan informasi mengenai
waktu/periode dilakukannya pengelolaan lingkungan hidup.
3. Upaya pemantauan lingkungan, memuat:
a. pemantauan lingkungan hidup, yang diisi dengan informasi mengenai cara, metode,
dan/atau teknik untuk melakukan pemantauan yang telah dilakukan/diusulkan atas
kualitas lingkungan hidup yang menjadi indikator keberhasilan pengelolaan
lingkungan hidup (dapat termasuk di dalamnya: metode pengumpulan dan analisis
data kualitas lingkungan hidup, dan lain sebagainya);
b. lokasi pemantauan lingkungan hidup, yang diisi dengan informasi mengenai lokasi
di mana pemantauan lingkungan dimaksud dilakukan (dapat dilengkapi dengan
narasi yang menerangkan bahwa lokasi tersebut disajikan lebih jelas dalam peta
pemantauan lingkungan pada lampiran DPLH); dan
c. periode pemantauan lingkungan hidup, yang diisi dengan informasi mengenai
waktu/periode dilakukannya bentuk upaya pemantauan lingkungan hidup.
4. Pihak/institusi pengelola dan pemantauan lingkungan hidup yang akan:
a. melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup;
b. melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup;
c. menerima pelaporan secara berkala atas hasil pelaksanaan komitmen pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup sesuai dengan lingkup tugas instansi yang
bersangkutan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam bagian ini, penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dapat melengkapi
dengan peta, sketsa, atau gambar dengan skala yang memadai terkait dengan program
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Peta yang disertakan harus
memenuhi kaidah-kaidah kartografi.

Penawaran Administrasi dan Teknis | 11


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

Contoh Tabel/Matriks Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan


seperti pada tabel berikut:

e. Jumlah dan jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dibutuhkan
f. Pernyataan komitmen penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melaksanakan
ketentuan yang tercantum dalam DPLH.
Bagian ini berisi pernyataan/komitmen penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
melaksanakan DPLH yang ditandatangani di atas kertas bermeterai.
g. Daftar pustaka
Pada bagian ini utarakan sumber data dan informasi yang digunakan dalam penyusunan
DPLH baik yang berupa buku, majalah, makalah, tulisan, maupun laporan hasil-hasil
penelitian. Bahan-bahan pustaka tersebut agar ditulis dengan berpedoman pada tata cara
penulisan pustaka.
h. Lampiran
Formulir DPLH juga dapat dilampirkan data dan informasi lain yang dianggap perlu atau
relevan, antara lain:
a. izin usaha dan/atau kegiatan;
b. bukti formal bahwa lokasi usaha dan/atau kegiatan telah sesuai dengan rencana tata
ruang (kesesuaian tata ruang ditunjukkan dengan adanya surat dari Badan Koordinasi
Perencanaan Tata Ruang Nasional (BKPTRN), atau instansi lain yang bertanggung jawab
di bidang penataan ruang);
c. informasi detail lain mengenai rencana kegiatan (jika dianggap perlu);
d. peta yang sesuai dengan kaidah kartografi dan/atau ilustrasi lokasi dengan skala yang
memadai yang menggambarkan lokasi pengelolaan lingkungan hidup dan lokasi
pemantauan lingkungan hidup; dan
e. data dan informasi lain yang dianggap perlu.

Penawaran Administrasi dan Teknis | 12


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

C. Pendekatan & Metodologi Serta


Program Kerja
1. Umum
1.1. Latar Belakang
Dokumen lingkungan hidup adalah dokumen yang memuat pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup yang terdiri atas analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL), upaya
pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UKL-UPL), surat
pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (SPPL), dokumen
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (DPPL), studi evaluasi mengenai dampak
lingkungan hidup (SEMDAL), studi evaluasi lingkungan hidup (SEL), penyajian informasi
lingkungan (PIL), penyajian evaluasi lingkungan (PEL), dokumen pengelolaan lingkungan hidup
(DPL), rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan (RKL-RPL),
dokumen evaluasi lingkungan hidup (DELH), dokumen pengelolaan lingkungan hidup (DPLH),
dan Audit Lingkungan;
Dalam rangka pelaksanaan ketentuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, ditetapkan di dalam pasal 22 ayat (1) dan 34
ayat (1), “setiap Usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup
wajib memiliki Amdal” dan “setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria
wajib Amdal wajib memiliki Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL)”. Pasal 36 ayat (1) “setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki
AMDAL atau UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan”;
Penerapan kewajiban dokumen lingkungan hidup dan izin lingkungan bagi kegiatan yang
telah memiliki usaha dan/atau kegiatan namun belum memiliki dokumen lingkungan hidup,
sebagai tindak lanjut dari Surat Menteri LHK Nomor S.541/MENLHK/SETJEN/PLA.4/-12/2016,
tanggal 28 Desember 2016 perihal penyelesaian dokumen lingkungan hidup dari kegiatan yang
telah berjalan dan surat Menteri LHK nomor SE.7/MENLHK/SETJEN/PLA.4/-12/2016,tanggal 28
Desember 2016 tentang kewajiban memiliki dokumen lingkungan hidup bagi orang
perseorangan atau badan usaha yang telah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan;
Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disingkat DPLH, adalah
dokumen yang memuat pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dikenakan bagi
usaha dan/atau kegiatan yang sudah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan tetapi belum
memiliki UKL-UPL. DPLH wajib disusun oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang memenuhi kriteria:
a) telah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan;
b) telah melaksanakan usaha dan/atau kegiatan;
c) lokasi usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan rencana tata ruang; dan
d) tidak memiliki dokumen lingkungan hidup atau memiliki dokumen lingkungan hidup tetapi
dokumen lingkungan hidup tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penawaran Administrasi dan Teknis | 13


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

Berdasarkan penjelasan di atas Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu dalam hal ini Dinas
Kesehatan Kabupaten Kapuas Hulu perlu melakukan penyusunan DPLH bagi usaha dan/atau
kegiatan yang telah berjalan salah satunya adalah Puskesmas Kecamatan Badau.

1.2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud Kegiatan
Maksud dilaksanakannya pekerjaan ini adalah sebagai pedoman pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.
b. Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan ini adalah mengelola dan memantau lingkungan hidup yang
diakibatkan dari kegiatan Puskesmas Badau baik itu dampak positif dan dampak negatif.

1.3. Sasaran
Sasaran dari pekerjaan ini adalah melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup dari kegiatan Puskesmas Badau.

1.4. Landasan Hukum


1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan;
2) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3) Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4) Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Sampah;
5) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan;
6) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
7) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air;
8) Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun;
9) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
10) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup
11) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 56 Tahun 2015 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan

1.5. Lokasi Kegiatan


Lokasi pelaksanaan pekerjaan ini dilaksanakan di Puskesmas Badau, Kecamatan Badau,
Kabupaten Kapuas Hulu.

Penawaran Administrasi dan Teknis | 14


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

1.6. Lingkup Pekerjaan


Substansi ruang lingkup pekerjaan ini adalah melakukan Pengadaan/penyusunan Dokumen
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (DPLH) Puskesmas Badau tersebut dengan
metode dan pendekatan yang dapat dipertanggung-jawabkan dan memenuhi ketentuan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor :
P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan
Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Telah Memiliki Izin Usaha Dan/Atau Kegiatan Tetapi
Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup
Secara garis besar ruang lingkup pekerjaan ini meliputi :
1) Telaah terhadap rencana kegiatan pekerjaan yang mengemukakan informasi penting dari
kegiatan yang merupakan sifat khas pekerjaan itu sendiri dan dapat menimbulkan dampak
potensial terhadap lingkungan sekitarnya;
2) Survei Rona Lingkungan, yang terdiri dari survei iklim, fisiografi, hidrologi, ruang, lahan, dan
tanah;
3) Pengamatan terhadap aspek sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat yang
dilakukan dalam wilayah studi yang berada dalam tapak pekerjaan atau di sekitarnya. Data
komponen sosial diambil dalam studi bersumber dari data primer dan data sekunder;
4) Merumuskan DPLH yang meliputi masalah/keadaan dan hasil survei lapangan (survei
kualitas air, tanah, udara, biologi, sosekbudkesmas) dan dokumentasi, serta kemajuan dan
segala kesimpulan penting yang ditemui selama pelaksanaan pekerjaan.
Dengan menampilkan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Memuat data-data yang diperlukan;
b. Memuat Batasan dan ketentuan-ketentuan yang digunakan;
c. Menyusun Langkah-langkah studi;
d. Melakukan identifikasi dan analisis fasilitas pengelolaan limbah yang terdiri dari :
(1) Fasilitas Pengelolaan Limbah padat yang mencakup reduksi limbah dimulai dari sumber
dan harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya,
beracun dan setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai
dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan;
(2) Fasilitas Pengolahan Limbah Cair yang mencakup pengumpulan dalam kontainer yang
sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur
penanganan dan penyimpanannya. Sekaligus optimalisasi Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) yang ada.
e. Memberikan rekomendasi/rumusan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup Puskesmas
Badau, sehingga diharapkan DPLH Puskesmas Badau dapat memenuhi sebagaimana diatur
dalam peraturan yang berlaku.
Dalam pelaksanaan pekerjaan lingkup pelaksanaan pekerjaan minimal mengacu pada hal-
hal berikut ini:
(1) Tahap Persiapan
- Melakukan perumusan masalah dan penyusunan rencana kerja;

Penawaran Administrasi dan Teknis | 15


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

- Mempersiapkan anggota tim yang akan melakukan penilaian;

(2) Survei dan pengumpulan data


- Melakukan survei, pendekatan dan kajian/studi;
- Melakukan verifikasi data terhadap hasil survei, pendekatan dan kajian/studi;
- Melakukan koordinasi dengan unit-unit kerja terkait seperti Dinas Lingkungan Hidup,
Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman dan tim sanitasi dan lingkungan hidup
Puskesmas Badau;
(3) Identifikasi dan analisis
- Identifikasi Kebijakan dan Hukum;
- Identifikasi Teknis dan daya dukung lingkungan;
- Identifikasi karakteristik limbah yang dihasilkan;
- Identifikasi Aspek – aspek lain yang dianggap relevan;
- Identifikasi pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang cocok dan relevan;
Analisis yang mesti dilakukan meliputi analisis terhadap karakteristik semua limbah yang
dihasilkan dari kegiatan Puskesmas dalam bentuk padat, cair, pasta (gel) maupun gas yang
dapat mengandung mikroorganisme patogen bersifat infeksi, bahan kimia beracun, dan
sebagian bersifat radioaktif.
(4) Memberikan rekomendasi/rumusan sementara hasil pekerjaan Penyusunan Dokumen
Pengelolaan Lingkungan Hidup Puskesmas Badau.
(5) Presentasi dan pembahasan
Presentasi draf laporan akhir dilaksanakan guna menyempurnakan hasil pekerjaan
Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup Puskesmas Badau perlu adanya
masukan-masukan serta saran-saran dari stakeholder yang diselenggarakan oleh konsultan
dan difasilitasi oleh Manajemen Puskesmas Badau dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten
Kapuas Hulu.
(6) Perumusan Dokumen Lingkungan Puskesmas Badau;
Memberikan rekomendasi/rumusan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau.
Data dan fasilitas yang dapat disediakan oleh PA/KPA/PPK adalah:
a) Data Teknis maupun Non Teknis Puskesmas Badau;
b) surat menyurat kepada instansi terkait dalam rangka pengumpulan data dan survei;

1.7. Keluaran
Hasil/produk yang akan dihasilkan dari Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan
Hidup Puskesmas Badau adalah berupa Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau yang memenuhi aspek perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan
perbaikan berkelanjutan atas pengelolaan lingkungan puskesmas.

Penawaran Administrasi dan Teknis | 16


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

2. Uraian Pendekatan
2.1. Pendekatan Studi
Metodologi studi yang akan digunakan merupakan pendekatan pelaksanaan kegiatan studi
yang komprehensif, tepat dan efisien dengan cara memanfaatkan seluruh potensi informasi
yang ada. Dengan metode tersebut diharapkan hasil dari studi akan lebih berimbang,
menyeluruh dan bisa mengakomodasi semua kepentingan terkait, serta pada akhirnya output
studi akan lebih sesuai dengan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Tahapan penyusunan
Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (DPLH) Puskesmas Badau ini dimulai
dari pengumpulan data dan informasi, review dokumen perencanaan terdahulu, pengumpulan
data, pengkajian standar atau aturan yang berlaku, analisis dokumen.

2.2. Konsep Pendekatan Pengelolaan Lingkungan


Dalam pengelolaan lingkungan dampak lingkungan yang digunakan dalam penyusunan
DPLH pada dasarnya dilakukan upaya pencegahan sebagai berikut:
1) Pengelolaan lingkungan bertujuan untuk menghindari atau mencegah dampak negatif
lingkungan
2) Pengelolaan lingkungan bertujuan untuk menanggulangi, mengeliminir atau mengendalikan
dampak negatif yang muncul saat operasional kegiatan
3) Pengelolaan lingkungan bertujuan untuk memberikan pertimbangan ekonomis, sebagai
dasar pemberian kompensasi atas sumber daya yang tidak dapat dipulihkan kembali, baik
dalam artian fisik, ekonomi dan sosial.

Program pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan ditunjukkan untuk


menekan/meminimalkan dampak negatif yang terjadi dan memaksimalkan dampak positif
terhadap lingkungan hidup. Pendekatan yang dilakukan dapat berupa pendekatan teknologi,
sosial ekonomi- budaya dan institusi, yakni :
a. Pendekatan Teknologi
Pengelolaan dampak lingkungan dengan pendekatan teknologi, pada prinsipnya
merupakan upaya untuk mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak penting
lingkungan yang bersifat negatif dan mengembangkan dampak positif yang terjadi, dengan
memanfaatkan rekayasa teknik atau teknologi yang saling menguntungkan antara
pembangunan dengan lingkungan sekitarnya. Pada pendekatan teknologi, pengelolaan
dampak lingkungan dilakukan dengan memanfaatkan rekayasa teknologi yang tepat, yaitu
dengan cara membatasi atau mengisolasi dampak yang terjadi.
Pendekatan teknologi dilakukan untuk mencari teknologi yang tepat dalam upaya
pengelolaan yang dilakukan yang berpotensi menimbulkan dampak perubahan kualitas
lingkungan antara lain:
- Dalam rangka meningkatkan dampak positif berupa peningkatan nilai tambah dari
dampak positif yang telah ada, misalnya melalui peningkatan dan daya guna dari dampak
positif tersebut.
- Teknologi yang akan dipilih adalah teknologi yang telah dikuasai dan materialnya tersedia.

Penawaran Administrasi dan Teknis | 17


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

- Biaya yang dibutuhkan sedapat mungkin bisa terjangkau, serta menghindari pembiayaan
yang berkesinambungan.
- Pendekatan teknologi untuk udara ambient (debu dan gas) dan kebisingan dilakukan
dengan melakukan penanaman buffer zone (tanaman penyangga) sepanjang jalan yang
dilewati alat-alat angkutan dan operasional.
- Untuk iklim (suhu dan kelembaban udara), perubahan kualitas tanah dan erosi dilakukan
dengan melakukan perhitungan dampak yang akan terjadi dari kegiatan operasional
puskemas, sehingga peruntukan lahan tidak akan terganggu dan segera mungkin
melakukan upaya pengelolaan lingkungan bila terjadi dampak yang timbul dari kegiatan
tersebut.
- Pendekatan teknologi untuk pengelolaan kualitas air sungai yaitu dengan melakukan
upaya pengelolaan terhadap proses erosi tanah baik dari lahan yang terbuka

b. Pendekatan Sosial Ekonomi


Pengelolaan dampak lingkungan dengan pendekatan sosial ekonomi, merupakan langkah-
langkah yang akan ditempuh pemrakarsa dalam upaya menanggulangi dampak penting,
melalui tindakan-tindakan yang berlandaskan interaksi sosial, dan bantuan peran dari
pemerintah. Dengan demikian, upaya untuk mengelola dampak dengan pendekatan sosial
ekonomi, diharapkan mampu untuk menanggulangi dampak negatif akibat operasional.
Alternatif pengelolaan lingkungan yang dilakukan dengan cara pendekatan sosial ekonomi,
antara lain :
- Melibatkan masyarakat di sekitarnya, untuk ikut serta berperan aktif dalam pengelolaan
lingkungan.
- Memprioritaskan penggunaan tenaga kerja dari sekitar lokasi, atau memberikan manfaat
kesempatan kerja yang dapat dinikmati oleh masyarakat sekitarnya.
- Menjalin koordinasi yang harmonis antara pemrakarsa dengan masyarakat setempat,
dalam pembina hubungan interaksi sosial.
- Melakukan penyuluhan dan sosialisasi secara berkala kepada masyarakat di sekitar
Puskesmas Badau
- Pengalokasian anggaran perusahaan yang mencukupi untuk mendukung pelaksanaan
upaya pengelolaan lingkungan secara optimal.

c. Pendekatan Institusi
Pengelolaan dampak lingkungan dengan pendekatan institusi, adalah upaya pengelolaan
dengan memanfaatkan mekanisme kelembagaan yang ada, alternatif yang dilakukan antara
lain :
- Menjalin kerja sama dengan instansi-instansi yang berkepentingan dan berkaitan dengan
pengelolaan lingkungan hidup, terutama dalam hal penanganan dampak negatif.
- Menjalin kerja sama dengan instansi teknis, berkaitan dengan pemberian penyuluhan
secara berkala tentang menjaga kelestarian lingkungan.
- Memberi kewenangan pengawasan yang penuh terhadap hasil unjuk kerja pengelolaan
lingkungan hidup, kepada instansi yang berwewenang.

Penawaran Administrasi dan Teknis | 18


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

- Memberikan pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup, secara berkala kepada


instansi yang berkepentingan.
- Menyusun Standard Operational Prosedure (SOP) pencegahan, pengendalian dan
penanggulangan pencemaran lingkungan dengan mengacu pada ketentuan perundang-
undangan yang berlaku termasuk mengembangkan dan mengoptimalkan komunikasi dan
koordinasi serta kerja sama dengan aparat pemerintahan dan aparat keamanan dalam
patroli perlindungan dan pengamanan lingkungan.
- Mengembangkan komunikasi, koordinasi dan tukar informasi dengan aparat
pemerintahan setempat, dinas instansi terkait terhadap kegiatan yang berpotensi
menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
- Membangun kerja sama dan komunikasi kemitraan dengan masyarakat untuk
mempelajari dan menilai usulan dan permohonan bantuan yang disampaikan masyarakat
serta memberikan masukan kepada pihak manajemen dalam pelaksanaan program
community development atau dengan kerja sama kemitraan.
- Mengembangkan kegiatan sosial kemasyarakatan secara bersama-sama untuk
mempererat hubungan sosial dan semangat kerja sama antara perusahaan dan
masyarakat di sekitar lokasi.

2.3. Pendekatan Pemantauan Lingkungan


Pemantauan yang dilakukan erat kaitannya dengan upaya pengelolaan lingkungan yang
dilakukan, dan pelaksanaan pemantauannya akan dilakukan dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pemantauan lingkungan perlu memperhatikan hal-hal
berikut ini: komponen lingkungan yang dipantau, indikator dampak, sumber dampak, parameter
lingkungan yang dipantau, tujuan dilakukannya pemantauan, metode pemantauan, lokasi
pemantauan, jangka waktu dan frekuensi pemantauan, serta institusi pemantauan.

3. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan


3.1. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
Secara umum, pekerjaan Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup Puskesmas
Badau ini, melalui proses sebagai berikut:

Penawaran Administrasi dan Teknis | 19


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

Tabel 1. Alur Tahapan Pekerjaan

PERSIAPAN PELAKSANAAN HASIL

 Mobilisasi Tim Kerja  Survei lokasi Dokumen Pengelolaan


 Studi  Pengambilan Lingkungan Hidup
literatur/referensi sampling Puskesmas Badau
 Review kebijakan  Kompilasi data
 Analisis

Dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan, maka berdasarkan ketiga proses dasar
tersebut disusun suatu tahapan pekerjaan yang secara garis besar meliputi :
a. Persiapan
b. Pengumpulan data
c. Analisis data
d. Penyusunan DPLH
e. Pelaporan/Pembahasan

Dalam setiap tahapan-tahapan tersebut dapat dijabarkan metode-metode yang digunakan


untuk memperoleh pencapaian yang diharapkan. Penerapan metode yang digunakan dalam
tahapan yang direncanakan adalah :
a. Persiapan
 Metode persiapan : briefing awal dan diskusi internal tim
 Keterlibatan : Tim Konsultan
 Perangkat : Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Materi Usulan Teknis
 Sasaran : Penjelasan tugas masing-masing tenaga ahli, penyempurnaan jadwal dan
metode kerja, dan Koordinasi pembagian tugas
b. Pengumpulan data
 Metode Pengumpulan data primer
- Pengamatan/observasi lapangan
o Metode pelaksanaan: Survei ke lapangan
o Sumber pengumpulan data: lokasi puskesmas
o Keterlibatan : Tim Konsultan & Tim Teknis
o Perangkat : Kamera/video
o Sasaran : Profil lingkungan hidup lokasi survei, Identifikasi kondisi aktual
lingkungan hidup dilihat dari berbagai aspek terkait, dan Rekaman (foto/video)
- Wawancara
o Metode pelaksanaan: wawancara dan pengambilan sampel
o sumber pengumpulan data: instansi-instansi terkait dengan aspek yang dikaji
dan masyarakat di sekitar lokasi puskesmas
o Keterlibatan : Tim Konsultan, Perangkat instansi terkait, dan Masyarakat
o Perangkat : Kuesioner/daftar pertanyaan, Kamera, dan Tape recorder

Penawaran Administrasi dan Teknis | 20


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

o Sasaran : pola pengelolaan dan pemantauan lingkungan puskesmas, sampel


air, tanah dan udara, serta respons dan tanggapan masyarakat terhadap
operasional kegiatan
 Pengumpulan Data Sekunder
- Survei data instansi
o Sumber pengumpulan data: Badan Pusat Statistik dan Instansi terkait
o Keterlibatan : Tim Konsultan
o Perangkat : Daftar kebutuhan data
o Sasaran : kebijakan daerah terkait dengan pembangunan, data statistik terkait,
serta peta, gambar atau denah pendukung.
- Studi literatur
o Metode pengumpulan data: Kajian/studi akademis
o Keterlibatan : Tim Konsultan
o Perangkat : Daftar kebutuhan data
c. Analisis data
 Metode analisis : Kompilasi dan kategorisasi data, analisis data kualitatif, analisis data
kuantitatif, serta Identifikasi permasalahan dan isu terkini
 Keterlibatan : Tim Konsultan
 Perangkat : data hasil survei dan wawancara (data primer), data hasil studi literatur (data
sekunder), dan data hasil penelitian laboratorium
 Target : pengelompokan data, identifikasi permasalahan, serta analisis penajaman aspek
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
d. Penyusunan DPLH (Perumusan Hasil Kajian)
 Metode perumusan : Perumusan strategi pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup untuk Puskesmas Badau
 Keterlibatan : Tim Konsultan
 Perangkat : Hasil analisis
 Target : Perumusan hasil analisis pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
kegiatan puskesmas
e. Pelaporan/Pembahasan
 Metode : Rapat Pembahasan
 Keterlibatan : Tim Konsultan dan Tim Teknis
 Perangkat : Laporan DPLH
 Target : Dokumen Pelaporan dan Masukan substansi dalam Rapat Pembahasan

3.2. Metodologi Dalam Penyusunan Dokumen


A. Metode Penilaian Para Ahli
Penggunaan metode ini ditujukan untuk menganalisis dan memberikan interpretasi atas
suatu fenomena dampak lingkungan yang cenderung bersifat kualitatif dan subyektif. Prakiraan
dampak lingkungan dengan metode ini sangat dipengaruhi oleh ketajaman narasumber dan
kepakaran para ahli yang dijadikan narasumber dalam metode studi. Penggunaan metode ini

Penawaran Administrasi dan Teknis | 21


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

dipilih bila metode empiris dan metode analogi tidak dapat secara tepat memberi makna atau
interpretasi atas fenomena dampak lingkungan yang terjadi.

B. Metode Penerapan Baku Mutu


Penggunaan metode ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai parameter kualitas
komponen lingkungan yang terukur saat kegiatan beroperasi / kondisi eksiting dengan ambang
batas baku mutu lingkungan yang menjadi acuan dalam studi DPLH ini. Nilai kualitas lingkungan
yang terukur pada saat kegiatan beroperasi yang melebihi ambang batas (baku mutu)
lingkungan yang telah ditetapkan, dengan cara mengidentifikasi terjadinya pencemaran atau
penurunan kualitas lingkungan yang signifikan dan memerlukan upaya penanganan dan
pengelolaan lebih lanjut. Sementara itu, bila nilai kualitas lingkungan yang terukur menunjukkan
masih berada di bawah ambang batas baku mutu lingkungan, hal ini mengidentifikasi bahwa
perubahan kualitas lingkungan yang terjadi masih dapat ditoleransi atau tergolong rendah.

C. Metode Identifikasi Kualitas Lingkungan


Identifikasi kualitas lingkungan dimaksudkan sebagai pengumpulan data untuk mengetahui
kualitas lingkungan pada saat kegiatan dan/atau usaha beroperasi. Identifikasi ini dilakukan
secara sistematis untuk menghindari terabaikannya dampak negatif sebagai sumber polutan dari
kerusakan lingkungan secara keseluruhan. Implementasi dari identifikasi kualitas lingkungan ini
adalah melakukan analisis kuantitatif untuk data-data yang terkait dengan lingkungan fisik, kimia
dan biologi, serta data sosial, ekonomi, dan budaya yang dilakukan secara kualitatif yang
dideskripsikan berdasarkan tingkat pengelompokannya.
Dari hasil identifikasi ini juga dapat diketahui dampak lingkungan yang dapat terjadi.
Operasional puskesmas sendiri dapat berupa peningkatan limbah infeksius, peningkatan limbah
cair, peningkatan limbah B3, peningkatan pencemaran udara, serta peningkatan volume lalu
lintas di sekitar puskesmas. Dari identifikasi tersebut dapat dilakukan perumusan strategi untuk
mengelola dan memantau lingkungan kegiatan agar tidak menimbulkan pencemaran.

a) Metodologi Pengumpulan dan Analisis Data


Pengumpulan data sekunder dan data primer merupakan 2 (dua) kegiatan yang akan
dilakukan dalam studi ini. Data sekunder diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan
maupun dari studi literatur serta dari informasi instansi terkait. Data-data tersebut
diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi lingkungan dalam lingkup
studi, sehingga dapat menunjang proses identifikasi dan perkiraan dampak yang akan
timbul. Sedangkan data primer yang dikumpulkan meliputi beberapa parameter lingkungan
yang diduga akan terkena dampak kegiatan. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan,
pengukuran dan wawancara.
Komponen lingkungan yang diamati meliputi lingkungan fisik-kimia, komponen lingkungan
hayati, komponen sosial-ekonomi budaya dan komponen kesehatan masyarakat.

(1) Komponen Fisik-Kimia


(a) Meteorologi
Kondisi meteorologi merupakan salah satu faktor penentu proses pencemaran
udara karena merupakan media perantara dan penyebaran pencemar hingga ke

Penawaran Administrasi dan Teknis | 22


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

penerima/reseptor. Unsur–unsur meteorologi yang berhubungan dengan proses


pencemaran udara meliputi: arah dan kecepatan angin, suhu udara, radiasi matahari,
kelembaban udara, tekanan udara serta curah hujan.
Metode pengumpulan data dan informasi iklim mikro di wilayah studi dilakukan
melalui data-data sekunder dari instansi terkait, yang dalam hal ini Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan dianggap cukup untuk memperoleh gambaran
atas kondisi iklim mikro di wilayah studi.
(b) Kualitas Udara
Kualitas udara ditentukan dengan pengukuran langsung di lapangan dengan
parameter yang dipantau untuk udara ambien paling sedikit meliputi: sulfur dioksida
(SO2), karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), oksidan (O3), dan PM10.
Pemantauan dilakukan secara manual di lokasi kegiatan, kemudian dilakukan analisis
dengan cara membandingkan hasil pengukuran lapangan (hasil tes laboratorium)
dengan baku mutu lingkungan (BML) yang telah ditetapkan berdasarkan PP No. 41
tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional. Metode pengukuran kualitas
udara ambien dan baku mutu lingkungan tersebut tersaji pada tabel berikut:

Tabel 2. Metode Pengukuran dan Baku Mutu Kualitas Udara Ambien


Parameter Satuan Standar Kualitas Instrumen Analisis
Waktu Standar
Sampling (Maks)
Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 1 jam 900 Spectrophotometer
Karbon Monoksida (CO) µg/Nm3 1 jam 30000 NDIR – Analyzer
Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 1 jam 400 Spectrophotometer
Ozon (O3) µg/Nm3 1 jam 235 Spectrophotometer
Hidrokarbon (HC) µg/Nm3 3 jam 160 Gas
Chromatography
Debu (TSP) µg/Nm3 24 jam 230 Hi – Vol
Timbal (Pb) µg/Nm3 24 jam 2 Hi – Vol & AAS
Partikel < 10 unit (PM10) µg/Nm3 24 jam 150 Hi – Vol
Partikel < 2,5 unit µg/Nm3 24 jam 65 Hi – Vol
(PM2,5)
(c) Kebisingan
Pengujian kebisingan akan dilakukan dengan menggunakan Integrated Sound Level
Meter dengan pengukuran dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, di mana pengukuran
mewakili siang hari dan masing-masing pengukuran dilakukan selama 1 (satu) jam. Nilai
kebisingan dibandingkan dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-
48/MENLH/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Baku Tingkat Kebisingan untuk
rumah sakit atau sejenisnya adalah 55 dB.
(d) Hidrologi
Metode pendekatan yang dilakukan dalam studi ini adalah metode deterministik
melalui pengkajian data hasil pengamatan, pengukuran dari pengambilan sampel
langsung di lapangan serta studi literatur dan hasil penyelidikan sebelumnya. Beberapa
jenis parameter yang akan diuji meliputi parameter fisik dan kimia mengacu pada

Penawaran Administrasi dan Teknis | 23


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan


Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Pengambilan contoh berpedoman pada SNI 06-2421-1991 tentang Pedoman
pengambilan contoh untuk pengujian Kualitas Air. Pengambilan dilakukan secara place
and time composite, yaitu contoh air dari beberapa titik sampling tersebut diambil
dengan volume yang sama dan di uji laboratorium. Analisa terhadap kualitas air
permukaan dan air tanah dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran
dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Pengukuran ini bertujuan untuk
mendapatkan kelas air. Pengambilan dan pengukuran sampel air sungai dan air sumur
terutama dilakukan terhadap parameter-parameter kunci berikut ini.

Tabel 3. Parameter dan Metode Analisis Kualitas Air Sungai


No Parameter Satuan Metode Analisis
I. FISIKA
1. Suhu °C Thermometer Air Raksa
2. TSS mg/L Gravimetri
3. TDS mg/L Gravimetri
4. Kekeruhan Skala Nefelometri
NTU
II. KIMIA ANORGANIK
1. pH - Potensiometri
2. Timbal Mg/L Spektrofotometri Serapan Atom
3. Amonia Mg/L Spektrofotometri
4. Sulfida Mg/L Ion Selektif Meter
III. KIMIA ORGANIK
1. BOD Mg/L Titrimetri-Potensiometri
2. COD Mg/L Titrimetri-Potensiometri
Sumber: Kumpulan SNI Bidang Pekerjaan Umum mengenai Kualitas Air

Tabel 4. Parameter dan Metode Analisis Kualitas Air Sungai


No Parameter Satuan Metode Analisis
I. FISIKA
1. Bau - -
2. Kekeruhan Skala NTU Gravimetri
3. Suhu °C Thermometer Air Raksa
4. Warna Skala TCU Colorimeter
II. KIMIA
1. Raksa Mg/L Spektrofotometri Serapan Atom
2. Besi Mg/L Spektrofotometri
3. Kadmium Mg/L Spektrofotometri Serapan Atom
4. Kesadahan (CaCO3) Mg/L Spektrofotometri
5. Klorida Mg/L Spektrofotometri Serapan Atom
6. Kromium Valensi 6 Mg/L Spektrofotometri
7. Mangan Spektrofotometri
8. Nitrat sebagai N Mg/L Spektrofotometri
9. Nitrit sebagai N Mg/L Spektrofotometri
10. pH - Potensiometri

Penawaran Administrasi dan Teknis | 24


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

No Parameter Satuan Metode Analisis


11. Seng Mg/L Spektrofotometri
12. Sianida Mg/L Ion Selektif Meter
13. Sulfat Mg/L Spektrofotometri
14. Tembaga Mg/L Spektrofotometri
15. Timbal Mg/L Spektrofotometri
16. Zat Organik Mg/L Spektrofotometri
III. MIKROBIOLOGI
1. MPN-Kuman Gol.Koli JPT/100 ml Inkubator
Sumber: Kumpulan SNI Bidang Pekerjaan Umum mengenai Kualitas Air, Departemen Pekerjaan Umum,
Permenkes RI. No.416/Menkes/Per/IX/1990

(2) Komponen Biologi


Pengamatan atas keragaman vegetasi dimaksudkan untuk mendapatkan informasi
pelengkap bagi pengkajian vegetasi dalam studi ini. Pengamatan dilakukan secara
okuler dan pembahasannya yang dilakukan secara deskriptif. Analisis dan interpretasi
data dilakukan secara deskriptif. Rekonstruksi keragaman vegetasi alam di kawasan ini
dilaksanakan berdasarkan informasi yang tersedia di instansi terkait.
(3) Komponen Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Komponen sosial yang ditelaah di antaranya yaitu data kependudukan, agama serta
tingkat pendidikan masyarakat, komponen ekonomi yaitu tingkat mata pencaharian
penduduk sedangkan komponen sosial budaya meliputi adat istiadat dan persepsi
masyarakat. Analisis terhadap komponen sosial, ekonomi dan budaya dilakukan
dengan mengolah data sekunder yang ada secara kuantitatif dan kualitatif.
(4) Komponen Kesehatan Masyarakat
Pada komponen kesehatan masyarakat yang akan ditelaah yaitu meliputi tingkat
kesehatan masyarakat serta sarana dan prasarana kesehatan yang ada. Pengumpulan
data komponen kesehatan masyarakat diperoleh dari data sekunder yang ada di
instansi terkait yang ada di wilayah studi. Sedangkan analisis data dilakukan secara
deskriptif analisis.

b) Metode Prakiraan Dampak


Dalam memprakirakan dampak kegiatan operasional Puskesmas Badau terhadap
lingkungan hidup, metode yang digunakan adalah :
(1) Metode Formal
Metode formal adalah metode prakiraan dampak dengan memakai formula matematik,
seperti prakiraan debit air larian, perhitungan kebisingan dll.
(2) Metode Non Formal
Metode non formal adalah metode yang digunakan pada parameter-parameter yang
tidak dapat diprakirakan dengan metode perhitungan. Parameter-parameter tersebut
antara lain permasalahan sosial, permasalahan kesehatan masyarakat dll. Adapun
metode nonformal yang akan digunakan adalah metode analogi, perbandingan baku
mutu lingkungan dan professional judgment.

Penawaran Administrasi dan Teknis | 25


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

4. Program Kerja
Program kerja merupakan gambaran menyeluruh dan komprehensif usulan dari Penyedia
Jasa dalam melaksanakan pekerjaan yang akan ditangani sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja
(KAK) yang telah diberikan. Dalam rencana kerja ini akan diuraikan urutan – urutan pekerjaan,
konsep penanganan masalah, tanggung jawab dan personil yang terlibat, pengerahan sarana
maupun personil pendukung, schedule pelaksanaan pekerjaan serta schedule personil. Untuk
memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan, maka harus disusun Bagan Alir Pelaksanaan
Pekerjaan. Bagan Alir ini berisikan tahapan-tahapan pekerjaan yang akan dikerjakan, sehingga
dalam penyusunan jadwal pelaksanaan pekerjaan harus berpatokkan pada Bagan Alir
Pelaksanaan Pekerjaan tersebut.
Keselarasan dan keterpaduan secara teknis dilakukan dengan pengamatan parameter yang
mempengaruhi, sedangkan keterpaduan dalam pengambilan keputusan adalah proses
penyusunan yang melibatkan stakeholder. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
kegiatan ini, meliputi :
(1) Menghimpun berbagai data yang sudah dibuat berdasarkan penelitian/studi maupun
berdasarkan beberapa penelitian/studi terdahulu, agar dapat diketahui gambaran
mengenai pola rona lingkungan awal (kondisi lingkungan hidup) Kabupaten Kapuas Hulu.
(2) Melakukan survei lapangan bersama instansi terkait di wilayah studi.
(3) Melakukan identifikasi daya dukung, potensi dan permasalahan serta melakukan analisis
secara kuantitatif dan kualitatif terhadap hasil-hasil pengamatan lapangan (survei) dan
literatur.
(4) Menyusun Dokumen Lingkungan (DPLH) Puskesmas Badau secara komprehensif
berdasarkan hasil identifikasi dan analisis yang akan digunakan sebagai materi
pembahasan.
(5) Melakukan Pembahasan secara intensif di Dinas Lingkungan Hidup, Perumahan Rakyat dan
Kawasan Pemukiman Kabupaten Kapuas Hulu dan/atau dinas terkait
(6) Perumusan Dokumen Lingkungan (DPLH) Puskesmas Badau Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.102/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016
Tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau
Kegiatan Yang Telah Memiliki Izin Usaha Dan/Atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki
Dokumen Lingkungan Hidup dan sesuai peraturan terkait yang berlaku dan hasil konsultasi
publik.
Secara garis besar, ada 5 (lima) kegiatan utama yang akan dilakukan oleh konsultan dalam
melaksanakan Pekerjaan Jasa Konsultan Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau ini yakni: persiapan, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data,
penyusunan DPLH, serta pembahasan DPLH. Rencana kerja pelaksanaan pekerjaan diuraikan
sebagai berikut :

A. Tahap Pendahuluan/Persiapan
Dalam tahap persiapan, kegiatan yang dilakukan adalah; melakukan konsolidasi dan
pengorganisasian tim, pemahaman dan pendalaman materi pekerjaan, koordinasi dengan
pemberi tugas dan instansi-instansi terkait lainnya dan menyiapkan rencana survey dan

Penawaran Administrasi dan Teknis | 26


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

pengukuran lapangan. Dalam tahap ini juga mencakup kegiatan penyusunan laporan
pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, metodologi dan
pendekatan serta pengorganisasian pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Dokumen Lingkungan
Hidup (DPLH) Puskesmas Badau. Secara rinci langkah-langkah yang dilakukan dalam Tahap
Pendahuluan adalah :
1) Pemahaman KAK
Pemahaman KAK bertujuan untuk mengetahui ruang lingkup dan output pekerjaan yang
sesuai dengan keinginan pemberi pekerjaan. Pemahaman KAK merupakan dasar
pertimbangan untuk membuat rencana kerja dan metode pelaksanaan pekerjaan.
2) Persiapan dan mobilisasi personil
Persiapan awal dan mobilisasi personil merupakan tahapan yang perlu dilakukan pada awal
pekerjaan yang bertujuan untuk brainstorming awal sekaligus menyamakan persepsi antar
personil dalam hal pekerjaan. Tahapan ini melibatkan seluruh personil sesuai dengan yang
diuraikan pada KAK.
3) Penyiapan referensi pekerjaan dan studi literatur
Referensi pekerjaan dan studi literatur diperlukan sebagai pertimbangan tentang beberapa
dasar hukum terkait pekerjaan dan studi sejenis untuk memperkaya metodologi pelaksanaan
pekerjaan.
4) Pemantapan metodologi
Pemantapan metodologi diperlukan untuk menyempurnakan metodologi yang diusulkan
pada usulan teknis dan secara lebih jelas diuraikan secara diagram.
5) Penyusunan rencana kerja
Penyusunan rencana kerja dilakukan dengan menyempurnakan rencana kerja yang diusulkan
pada usulan teknis yang disesuaikan dengan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan
tahapan-tahapan pada pelaksanaan pekerjaan.
6) Koordinasi dengan pemberi kerja
Koordinasi dengan pemberi kerja dilakukan dengan bentuk konsultasi substansi kepada tim
teknis untuk mencapai kesepakatan, terutama mengenai metodologi dan rencana kerja
konsultan untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam Penyusunan Dokumen Lingkungan
Hidup (DPLH) Puskesmas Badau.
7) Pengumpulan data awal
Pengumpulan data awal lebih bertujuan pada pengenalan wilayah pengamatan, terutama
dalam hal geografis, kondisi fisik alam, kependudukan, sarana dan prasarana, perekonomian
dan sosial budaya masyarakat.
8) Orientasi & observasi lapangan (awal)
Orientasi dan observasi lapangan awal bermanfaat untuk observasi awal tentang kondisi
sarana dan prasarana sanitasi pada wilayah pengamatan.

B. Tahap Antara/Survei dan Analisis Data


1) Penyiapan Desain Survei

Penawaran Administrasi dan Teknis | 27


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pengumpulan data terdiri atas persiapan
survei dan pelaksanaan survei. Persiapan survei meliputi :
 Persiapan dasar, berupa pengkajian data/informasi dan literatur yang telah ada, yang
berkaitan dengan pedoman yang hasilnya dapat berupa kebutuhan data yang akan
digunakan untuk analisis.
 Mempersiapkan instrumen survei berupa :
- Peta dasar lokasi puskesmas
- Menyusun daftar kebutuhan data dan informasi.
- Alat-alat ukur dan instrumen pelengkap lainnya.
Sedangkan pelaksanaan survei meliputi :
 Survei data instansional, berupa pengumpulan data dari instansi pemerintah terkait.
Hasil yang diharapkan berupa uraian, data angka, atau peta mengenai keadaan
wilayah, keadaan wilayah di sekitarnya
 Survei lapangan, untuk menguji data instansional dan untuk mengetahui keadaan
yang sebenarnya.
Hasilnya berupa peta-peta yang mencakup :
- Data wilayah yang menggambarkan kondisi bentang alam, ekosistem, pusat-
pusat permukiman dan lain sebagainya, serta program dan proyek yang sudah
berjalan yang dipandang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
kawasan
- Data lingkup wilayah pengamatan, mencakup data yang perlu dipetakan
meliputi: penggunaan lahan, kondisi bangunan dan lingkungan, topografi dan
kemiringan lahan, geologi atau daya dukung tanah, hidrologi, sumber air,
kegiatan penduduk.
- Diperlukan pula tambahan data mengenai keanekaragaman hayati
 Observasi dan interview untuk melengkapi survei tersebut di atas dan untuk
memperoleh data/ informasi yang lebih rinci.
Setelah teridentifikasi kebutuhan data, selanjutnya melakukan proses pengumpulan
data. Pengumpulan data merupakan proses awal yang menentukan bagi proses
selanjutnya. Kelengkapan suatu data adalah salah satu prasyarat keberhasilan analisis
dan rencana yang nantinya akan dihasilkan. Metode pengumpulan data yang akan
digunakan dalam studi ini meliputi metode pengumpulan data primer dan metode
pengumpulan data sekunder.
2) Pengumpulan Data Primer
Metode pengumpulan data primer merupakan pengumpulan data secara langsung dari
subjek/objeknya. Cara memperoleh data primer dalam penelitian ini adalah
menggunakan teknik observasi lapangan dan wawancara. Kegiatan pengumpulan data
sekunder dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pendukung yang diperlukan
untuk penyusunan DPLH. Pengumpulan data primer terdiri dari kegiatan-kegiatan:
 Tinjauan Lapangan: dimaksudkan untuk mengetahui kondisi lingkungan di wilayah
studi secara visual di lapangan dan melihat lokasi Kawasan Kolong Keramik .

Penawaran Administrasi dan Teknis | 28


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

 Wawancara: kegiatan ini bertujuan untuk menjaring seluas-luasnya aspirasi


masyarakat di wilayah studi yang berkaitan dengan kegiatan puskesmas
 Survei dan orientasi lapangan: meliputi orientasi area kegiatan dan survei/orientasi
kondisi lingkungan di sekitar area kegiatan.
 Kegiatan Pengukuran Lapangan: meliputi kegiatan pengambilan sampel air (air
sumur dan air sungai) dan pengukuran kualitas udara dan kebisingan di sekitar lokasi
kegiatan.
- Pengambilan sampel air; sebanyak 2 (dua) titik terdiri dari 1 (satu) titik sumur
penduduk dan 1 (satu) titik air permukaan/sungai terdekat. Lokasi pengambilan
akan ditentukan kemudian.
- Pengukuran kualitas udara; sebanyak 1 (satu) titik sampel yang lokasinya akan
ditentukan kemudian oleh pemberi tugas.
 Kegiatan Laboratorium: merupakan kegiatan analisis laboratorium yang dilakukan
terhadap parameter kualitas air dan udara yang tidak bisa diukur langsung di
lapangan.

3) Metode Pengumpulan Data Sekunder


Pengumpulan data sekunder merupakan pengumpulan data secara tidak langsung dari
sumber/obyeknya, yang dapat diperoleh melalui laporan tahunan instansi, dokumen
penelitian atau melalui buku data terbitan resmi dari instansi. Sumber yang terkait bisa
dari institusi pemerintah, pendidikan maupun swasta. Instansi-instansi yang dapat
menjadi sumber data di antaranya Dinas/Instansi Teknis di lingkungan Pemerintah pada
lokasi terpilih. Pengumpulan data juga didapat dari hasil-hasil penelitian lain yang
berkaitan dengan wilayah perencanaan. Teknik pengumpulan data sekunder dalam
pekerjaan ini menggunakan teknik pengumpulan data yang dilaksanakan melalui
kunjungan instansional. Kegiatan pengumpulan data sekunder terdiri dari:
 Pengumpulan data deskripsi kegiatan: meliputi data-data yang berkaitan dengan
data-data perencana dan data-data rencana kegiatan lainnya. Data ini dapat
diperoleh dari pemrakarsa kegiatan operasional Puskesmas Badau.
 Pengumpulan data komponen lingkungan: meliputi data-data kondisi fisik wilayah
studi, data sosial dan ekonomi, data kesehatan masyarakat dan lain-lain. Data-data
tersebut dapat diperoleh dari dinas/instansi terkait baik di tingkat desa, tingkat
kecamatan maupun dinas/instansi terkait lainnya
4) Kompilasi data
Metode kompilasi data merupakan proses pengolahan dan penyajian data dan informasi
agar memudahkan proses analisis. Data yang telah dikumpulkan, kemudian diolah
melalui tahapan sebagai berikut:
 Tahap identifikasi data, yaitu dengan memilih dan memilah data yang telah
terkumpul sesuai dengan jenis dan pemanfaatannya.
- Editing
Semua data yang diperoleh baik yang berupa data primer maupun data
sekunder diolah dengan melakukan reduksi data atau memilah data yang benar-

Penawaran Administrasi dan Teknis | 29


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

benar dibutuhkan dan mendukung kegiatan serta memisahkan data yang


sekiranya tidak mendukung, sehingga mudah dalam menganalisis data tersebut.
Data yang perlu dilakukan editing pada kegiatan ini meliputi semua data yang
telah diperoleh selama melakukan survei lapangan dan kunjungan instansional.
- Klasifikasi
Klasifikasi yaitu proses pemilahan data sesuai analisis masing-masing. Data yang
telah terkumpul akan diklasifikasikan sesuai kebutuhan analisisnya.
- Tabulasi
Tabulasi merupakan tahap pengelompokan data dengan memasukkan data
dalam bentuk tabel. Data yang diolah dengan tabulasi ini terutama data yang
akan dianalisis dengan teknik komparatif baik mengomparasikan tahun data
maupun wilayah.
 Tahap verifikasi data, yaitu pemeriksaan keabsahan data agar data yang diperoleh
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Tahap ini juga disebut sebagai tahap
validasi data.
 Tahap penyajian data, yaitu penampilan data hasil olahan agar mudah dimengerti
dan dipahami oleh pembaca.
Data yang telah diperoleh dan diolah serta diklasifikasikan berdasarkan jenisnya,
kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi (tabel), gambar (peta), dan grafik.
5) Penyusunan Komponen Lingkungan yang terkena dampak dan prakiraan dampak
Pada tahap ini dilakukan penyusunan matriks yang merangkum mengenai :
 Sumber dampak, yang diisi dengan informasi mengenai jenis subkegiatan penghasil
dampak kegiatan
 Jenis dampak,yang diisi dengan informasi mengenai seluruh dampak lingkungan
yang mungkin timbul dari kegiatan pada setiap tahapan kegiatan.
 Besaran dampak, yang diisi dengan informasi mengenai : untuk parameter yang
bersifat kuantitatif, besaran dampak harus dinyatakan secara kuantitatif.
6) Penyusunan draft laporan
Penyempurnaan laporan dengan penyempurnaan materi berdasarkan masukan dari tim
teknis.

C. Tahap Akhir/Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup


Pada tahap ini berisi tahapan sebagai berikut :
1) Penyusunan DPLH
DPLH Puskesmas Badau akan disusun sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Dan Kehutanan Nomor P.102/Menlhk/Setjen/Kum.1/12/2016 Tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Telah
Memiliki Izin Usaha Dan/Atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan
Hidup Lampiran II.
2) Pembahasan DPLH

Penawaran Administrasi dan Teknis | 30


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

Pembahasan DPLH bersama tim teknis dilakukan di depan tim pengarah DPLH/UKL-UPL
Kabupaten Kapuas Hulu. Pembahasan ini dimaksudkan untuk menerima
koreksian/masukan-masukan dari tim pengarah DPLH/UKL-UPL Kabupaten Kapuas
Hulu. Dengan adanya koreksian dan masukan, diharapkan dokumen DPLH akan lebih
sempurna lagi.
3) Persetujuan DPLH
Penyempurnaan DPLH dan sudah mendapatkan persetujuan dari tim pembahas dari
serangkaian diskusi/seminar.

5. Bagan Alir Pekerjaan


Metodologi Studi Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) Puskesmas Badau akan
disusun berdasarkan latar belakang, maksud dan tujuan serta lingkup pekerjaan yang telah
ditetapkan pemberi tugas melalui KAK. Untuk memudahkan pemahaman metodologi pekerjaan
ini, maka digambarkan melalui bagan alir metodologi yang disajikan dalam gambar berikut.

Puskesmas Badau Peraturan Perundangan

Deskripsi Kegiatan Pemrakarsa

Pengumpulan Data
INTERAKSI

Primer dan Sekunder

Pengolahan Data dan


Analisis

Rona Lingkungan

Prakiraan Dampak Metode Formal dan Non Formal

Pendekatan Teknologi
Penyusunan DPLH
Pendekatan Sosekbud

Pembahasan DPLH

Persetujuan DPLH

Gambar 1. Bagan Alir Metodologi Studi

Penawaran Administrasi dan Teknis | 31


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

6. Organisasi dan Personil


6.1. Organisasi
Berdasarkan pada pengalaman Penyedia Jasa dalam pelaksanaan pekerjaan studi selama
ini, sangat diperlukan struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan yang mantap, disertai pula
dengan penempatan personil tenaga ahli yang berkualitas sesuai dengan spesialisasi masing-
masing, di samping penyediaan sarana peralatan kerja dengan kualitas yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan pada akhir pekerjaan studi ini, maka tim Penyedia
Jasa telah menyiapkan organisasi pelaksanaan pekerjaan seperti yang tertera pada Gambar
Bagan Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan. Organisasi pelaksanaan pekerjaan menggambarkan
hubungan antar personil Penyedia Jasa dan hubungan kerja antara Penyedia Jasa dengan
Pemberi pekerjaan sesuai hierarki tugas, tanggung jawab dan wewenangnya masing-masing.

Pengguna Jasa
Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas Hulu
Tim Teknis

Penyedia Jasa
DW KONSULTAN

Ahli Teknik Lingkungan (Team Leader)


..............................................

Ahli Geofisik Kimia Ahli Kesehatan Lingkungan


.................................. ....................................

Surveyor
...................................
..

Administrasi
...................................
..

Operator Komputer
...................................
..
Gambar 2. Struktur Organisasi Pekerjaan Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
(DPLH) Puskesmas Badau Kabupaten Kapuas Hulu

6.2. Personil
Komposisi personil yang akan dilibatkan dan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab
masing-masing untuk penanganan kegiatan ini adalah sebagai berikut :

Penawaran Administrasi dan Teknis | 32


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

NO. NAMA/PENDIDIKAN POSISI TUGAS


a. Tenaga Ahli
1. Tenaga Ahli  Merumuskan permasalahan mengenai skala
Teknik prioritas yang dihadapi selama penyusunan
Lingkungan kajian.
(Team Leader)  Mengadakan konsultasi dengan klien,
memberikan pengarahan kepada anggota tim
dan mengoordinir pelaksanaan kegiatan studi
dan pembuatan draft serta bertanggung jawab
baik dalam bidang teknis pelaksanaan kegiatan
maupun administrasi.
 Bertanggung jawab dalam pengumpulan data
& informasi yang berkaitan dengan lingkungan
hidup yang berkaitan dengan pekerjaan
Penyusunan Dokumen Pengelolaan
Lingkungan Hidup (DPLH) Puskesmas Badau,
dan menyusun DPLH tersebut bersama-sama
dengan tenaga ahli lainnya.
2. Tenaga Ahli  Membantu Ketua Tim dalam menetapkan
Kesehatan konsep Kesehatan Lingkungan RS
Lingkungan  Menyusun DPLH bersama-sama dengan tenaga
ahli lainnya serta membantu Ketua Tim dalam
mengadakan konsultasi dengan klien
3. Ahli Geofisik  Membantu Ketua Tim dalam menganalisis
Kimia kondisi geofisika kimia lingkungannya
 Menyusun DPLH bersama-sama dengan tenaga
ahli lainnya serta membantu Ketua Tim dalam
mengadakan konsultasi dengan klien
b. Tenaga Pendukung
1. Suryeyor  Melakukan kegiatan survei dan pengambilan
data bagi penyusunan DPLH sesuai arahan dari
ketua tim dan seluruh data yang diperoleh
harus dapat dipertanggung jawabkan kepada
ketua Tim.
2. Administrator  Membantu dalam mengurus segala sesuatu
yang berkaitan dengan administrasi pekerjaan
2. Operator  Membantu Ketua Tim dalam penyelesaian
Komputer administrasi, presentasi dan pelaporan. Serta
melakukan koordinasi dengan klien.

7. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan


Dalam proses pelaksanaan pekerjaan penyusunan dokumen Dokumen Pengelolaan
Lingkungan Hidup (DPLH) Puskesmas Badau Kabupaten Kapuas Hulu, Penyedia Jasa akan
memperhatikan ruang lingkup kegiatan serta jangka waktu pelaksanaan. Hal ini dimaksudkan
agar produk nantinya tidak bertentangan dengan ketentuan yang terdapat pada Kerangka

Penawaran Administrasi dan Teknis | 33


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
Puskesmas Badau

Acuan Kerja (KAK) yang sudah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas Hulu serta
dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Sesuai dengan jadwal tahapan pelaksanaan kegiatan yang tercantum dalam KAK, Penyedia
Jasa telah mencermati secara sungguh-sungguh ragam kegiatan dan waktu pelaksanaannya,
sehingga perhitungan man-month personel dan perhitungan volume pekerjaan yang akan
dilaksanakan harus mampu ditransfer pada sebuah rencana kerja yang matang, yang efisien dan
terkendali oleh sebuah jalur aktivitas yang mantap. Pekerjaan akan dibagi menjadi dua bagian
yaitu pekerjaan lapangan dan pekerjaan kantor. Waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja adalah 45 (empat puluh lima) hari kalender. Semua
kerangka berpikir dalam program kerja ini dituangkan ke dalam bentuk jadwal pelaksanaan
pekerjaan dan bagan alir pelaksanaan pekerjaan. Secara teknis administrasi, jadwal pelaksanaan
pekerjaan disusun berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :
1. Pekerjaan dimulai setelah proses administrasi kontrak kerja antara Penyedia Jasa dengan
pihak pemberi tugas diselesaikan.
2. Penyelesaian keseluruhan pekerjaan diselesaikan dalam 1,5 bulan kalender atau 45 (empat
puluh lima) hari kalender sesuai dengan berita acara rapat penjelasan umum terhitung sejak
dikeluarkannya Surat Perintah Kerja (SPK).
3. Rencana kerja yang diusulkan oleh Penyedia Jasa sesuai dengan KAK berkaitan dengan
tugas-tugas Penyedia Jasa, maka untuk lebih jelasnya secara umum jadwal terinci dapat di
lihat dalam tabel yang terdapat pada tabel berikut.

NO URAIAN KEGIATAN WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN


(BULAN-MINGGU)
I II
1 2 3 4 1 2
I Persiapan
II Pengambilan Data Primer dan Sekunder
III Penyusunan DPLH
IV Diskusi dan Pembahasan Draft DPLH
V Revisi Laporan
VI Penyerahan Laporan

Penawaran Administrasi dan Teknis | 34


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) Puskesmas Badau

8. Komposisi Tim dan Penugasan


NO NAMA PERUSAHAAN TENAGA LINGKUP POSISI URAIAN PEKERJAAN JUMLAH
PERSONIL AHLI KEAHLIAN DIUSULKAN ORANG
LOKAL/ BULAN/HARI
ASING
A. Tenaga Ahli (Personil Inti)
1. Lokal S1 Teknik Tenaga Ahli Melakukan koordinasi dengan instansi 1 Orang 1,5
Lingkungan/ S2 Lingkungan terkait dan mengoordinir tenaga ahli dan Bulan
Ilmu Lingkungan (Team Leader) tenaga pendukung untuk melakukan
penyusunan dokumen.
2. Lokal S1/S2 Kesehatan Tenaga Ahli Melakukan analisis di bidang Kesehatan 1 Orang 1,5
Masyarakat Kesehatan Lingkungan. Bulan
Lingkungan
3. Lokal S1 Ilmu Biologi/ Tenaga Ahli Melakukan analisis di bidang Geofisik 1 Orang 1,5
Ilmu Kimia Geofisik Kimia Kimia Bulan
B. Tenaga Pendukung (Personil Lainnya)
1. Lokal S1/D3/ Semua Surveyor Melakukan Survei dan Pengumpulan 1 Orang 3 Hari
Jurusan data lapangan
2. Lokal D3 Manajemen/ Administrator Melaksanakan berbagai kegiatan yang 1 Orang 1,5
Administrasi berkaitan dengan administrasi Bulan
3. Lokal D3 Komputer/ Operator Melaksanakan berbagai kegiatan yang 1 Orang 1,5
Manajemen Komputer berkaitan dengan pengoperasian Bulan
Informatika komputer untuk mendukung pekerjaan

Penawaran Administrasi dan Teknis | 35


Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) Puskesmas Badau

9. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli


NO. NAMA PERSONIL POSISI PENUGASAN BULAN KE ORANG BULAN (OB)
1 2
A. Tenaga Ahli
1 Tenaga Ahli Lingkungan (Team Leader) 1 Orang 1,5 Bulan
2 Tenaga Ahli Geofisik Kimia 1 Orang 1,5 Bulan
3 Tenaga Ahli Kesehatan Lingkungan 1 Orang 1,5 Bulan
B. Tenaga Pendukung
1 Surveyor 1 Orang 3 Hari
2 Administrator 1 Orang 1,5 Bulan
2 Operator Komputer 1 Orang 1,5 Bulan

Penawaran Administrasi dan Teknis | 36

Anda mungkin juga menyukai