Anda di halaman 1dari 24

KEBIJAKAN NASIONAL

DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP

Laksmi Wijayanti
Direktur Pencegahan Dampak Lingkungan Kebijakan Wilayah dan Sektor
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Semarang, 26 Juli 2017


POSISI DALAM UU NO. 32/2009
Penegakan
Pemanfaatan Pemeliharaan
hukum

Perencanaan Pengendalian Pengawasan

Mekanisme Instrumen
dan kerangka
pencegahan
RPPLH

• Daya dukung dan daya • KLHS, tata ruang, baku mutu LH,
tampung lingkungan hidup baku kerusakan LH, AMDAL, UKL-
UPL, izin lingkungan, instrumen
• RPPLH ekonomi lingkungan, dll
KERANGKA HUKUM : UU NO. 32/2009
• DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP :
– “Kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk
hidup lainnya dan keseimbangan antar keduanya”
– Mengandung unsur makna :
• Kapasitas penyediaan (supply) sistem & sumber alam
• Jumlah kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya (demand)
• Cukup, harmonis dan minim dampak negatif
• DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP :
– “Kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain
yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya”
– Mengandung unsur makna :
• Kapasitas ambien (supply)
• Hasil produk dan ekses dari suatu kegiatan (demand)
• Menampung dan menetralisir
Makna Operasional DDDTLH
1. Menjelaskan modal dan aset
– Inventori jumlah, lokasi, dan/atau karakteristik ketersediaan :
• sumber daya alam
• layanan alam
• Infrastruktur pendukung pelayanan alam
2. Memberikan batas
– Memberikan konteks ukuran :
• Batas yang dapat diterima
• Ketersediaan
• Intensitas penggunaan
3. Menjelaskan sifat dan bentuk interaksi supply-demand yang terjadi,
termasuk :
– Faktor-faktor yang mempengaruhinya : sosekbud, kebijakan, teknologi, dan
infrastruktur
4. Mengukur kinerja
KERANGKA KONSEP

Gambar 1.1 Konsepsi keterkaitan antara pemanfaatan sumberdaya alam


dan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
“BUILDING BLOCKS” PENERAPAN DDDTLH
Kerangka pikir

Ecosystem
Tata kelola Services

GOVERN- Supply ><


ANCE Demand
Kerangka ukur
kapasitas

Kerangka spasial Ecoregional Unit


BUILDING BLOCKS 1 :
KERANGKA ECOSYSTEM SERVICES

Dalam bahasa peraturan


hukum akan disebut sebagai :

JASA LINGKUNGAN
BUILDING BLOCKS 2 :
EKOREGION

Kesamaan
ciri :
• Iklim
• Tanah
• Air
• Flora
• Fauna
• Interaksi
manusia
BUILDING BLOCKS 3 :
KAPASITAS PENYEDIAAN TERHADAP PERMINTAAN

Prinsip :
• Seberapa besar
dan berlanjutnya
supply Jasa
Lingkungan
terhadap
permintaan
Gambar 1.1 Konsepsi keterkaitan antara pemanfaatan sumberdaya alam
dan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
BUILDING BLOCKS 4 :
INTERVENSI KEBIJAKAN DAN GOVERNANCE
• Intervensi kebijakan dan tata kelola dibutuhkan
untuk kondisi :
– Permintaan melampaui penyediaan
– Penyediaan tidak berkelanjutan
– Manfaat tidak merata
– Dampak dan resiko tidak merata
– Jasa lingkungan undervalued atau overvalued
KERANGKA KEBIJAKAN NASIONAL
Menstandarkan Kerangka Pikir
(Ecosystem Services Framework)

MENGATUR Dimandatkan diatur


TATA KELOLA dalam Peraturan
(Governance) Pemerintah

Mengkonsolidasikan ruang dan


kewenangan Menstandarkan ukuran
(Ecoregions/Ecosystem Units) (Supply – Demand Indicator)
ARAHAN KEBIJAKAN NASIONAL 1 :
OUTPUT DDDTLH UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN
• Menetapkan cara pemakaian :
1. DDDTLH Wilayah :
• Gambaran umum kapasitas suatu wilayah dalam mendukung
kehidupannya
• Alat ukur umum : populasi maksimum yang dapat didukung lingkungan
untuk kebutuhan jasa lingkungan dasar
• Status : terlampaui/tidak terlampaui
• Kinerja : sebaran spasial DDDTLH tinggi, sedang, rendah
2. DDDTLH Kegiatan
• Gambaran perkiraan kapasitas jasa lingkungan untuk menopang suatu
kegiatan tertentu (mis. Perkotaan, pertanian, industri, dll.)
• Alat ukur umum : populasi kegiatan atau baku mutu maksimum
• Status : terlampaui/tidak terlampaui
ARAHAN KEBIJAKAN NASIONAL 2 :
MEKANISME PENENTUAN DDDTLH
• Memilih metoda pengukuran :
– Ketersediaan dan efisiensi pemanfaatan jasa lingkungan
– Ketersediaan dan efisiensi pemanfaatan sumber daya alam
– Kapasitas biologi dan jejak ekologi
• Informasi disusun secara “bottom up”
• Menetapkan mekanisme penetapan status :
– Menteri dan Kepala daerah menentukan keputusan
terlampaui/tidak terlampaui DDDTLH wilayah
– Kepala lembaga menentukan keputusan terlampaui/tidak
terlampaui DDDTLH kegiatan sektoral
– DDDTLH dijadikan dasar untuk perijinan
ARAHAN KEBIJAKAN NASIONAL 3 :
PENGGUNAAN DDDTLH HARUS DI “CUSTOMIZED”
• DDDTLH harus digunakan dengan relevan :
– Disesuaikan dengan kebutuhan informasi dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan
– Distandarkan indikator dan metoda ukurnya untuk
kepentingan pembandingan dan keutuhan penyusunan
kebijakan skala nasional
– Dapat menggunakan indikator dan metoda ukur berbeda
asalkan informasi dasarnya tetap menggunakan ukuran yang
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang
ARAHAN KEBIJAKAN NASIONAL 4 :
PENGEMBANGAN KE DEPAN
• Metodologi DDDTLH wajib dikembangkan dan
disesuaikan dengan perkembangan IPTEK global, agar
:
– Dapat membuat kebijakan nasional yang relevan dengan
kebijakan global (contoh : ukuran perubahan iklim)
– Dapat membuat ukuran perbandingan dengan negara lain
atau melihat posisi kita terhadap negara lain (contoh : global
ecological footprint)
– Dapat menjembatani alat ukur monetasi dan dapat
diterjemahkan dalam nilai ekonomi untuk memperbaiki
kebijakan dan mekanisme pasar
Status daya dukung lingkungan hidup indikatif Pulau
Jawa
1. Daya dukung penyediaan pangan bagi penduduk Pulau Jawa BELUM
TERLAMPAUI;
2. Daya dukung penyediaan air bagi penduduk Jawa TELAH
TERLAMPAUI
3. Jumlah populasi penduduk maksimal yang dapat didukung
ketersediaan pangannya secara alamiah oleh Pulau Jawa adalah 275
juta jiwa populasi, atau kurang dari 2 (dua) kali lipat jumlah penduduk
eksisting pada tahun 2015 yang sebanyak 145 juta jiwa; dan
4. Jumlah populasi penduduk maksimal yang dapat didukung
ketersediaan airnya secara alamiah oleh Pulau Jawa adalah 31 juta
jiwa populasi, atau sekitar 1/5 (seperlima) dari jumlah penduduk
eksisting pada tahun 2015 yang sebanyak 145 juta jiwa.
Peta Status Daya Dukung Lingkungan Hidup berdasarkan Jasa Ekosistem Air
Bersih di Ekoregion Pulau Jawa
Peta Status Daya Dukung Lingkungan Hidup berdasarkan Jasa Ekosistem
Bahan Pangan di Ekoregion Pulau Jawa
Perkiraan Kinerja Jasa Lingkungan di Jawa
a. Distribusi daya dukung penyediaan pangan sebagai berikut :
1. Memiliki indeks TINGGI seluas 18 % dari luas Pulau Jawa
2. Memiliki indeks SEDANG seluas 24 % dari luas Pulau Jawa
3. Memiliki indeks RENDAH seluas 58 % dari luas Pulau Jawa
b. Distribusi daya dukung penyediaan air sebagai berikut :
1. Memiliki indeks TINGGI seluas 20 % dari luas Pulau Jawa
2. Memiliki indeks SEDANG seluas 49 % dari luas Pulau Jawa
3. Memiliki indeks RENDAH seluas 31 % dari luas Pulau Jawa
Peta daya dukung lingkungan hidup indikatif Pulau Jawa berdasarkan
jasa lingkungan penyedia pangan
Peta daya dukung lingkungan hidup indikatif Pulau Jawa berdasarkan
jasa lingkungan penyedia air permukaan
TANTANGAN DDDTLH PADA EKOSISTEM
SPESIFIK DAN ESENSIAL
• Pantai utara
• Karst di bagian Utara
• Karst di bagian Selatan
• Pantai selatan
Jawa : 36 Unit Ekoregion

NO UNIT EKOREGION Ekoregion Komplek Pegunungan Vulkanik G.Halimun G.Salak G.


1 Ekoregion Komplek Dataran Organik/Coral Jawa 19 Sawal
2 Ekoregion Komplek Dataran Fluvial Batang Demak Pati Blora 20 Ekoregion Komplek Pegunungan Vulkanik G.Muria
21 Ekoregion Komplek Pegunungan Vulkanik Lawu Utara
3 Ekoregion Komplek Dataran Fluvial Cilacap
22 Ekoregion Komplek Perbukitan Karst Alas Purwo
4 Ekoregion Komplek Dataran Fluvial Cilegon Indramayu Pekalongan 23 Ekoregion Komplek Perbukitan Karst Gunung Kidul
5 Ekoregion Komplek Dataran Fluvial Alas Purwo 24 Ekoregion Komplek Perbukitan Karst Pamekasan
6 Ekoregion Komplek Dataran Fluvial Bojonegoro Gresik Sidoarjo 25 Ekoregion Komplek Perbukitan Karst Pati Rembang Tuban
26 Ekoregion Komplek Perbukitan Karst Tasik Malaya
7 Ekoregion Komplek Dataran Struktural Bangkalan Sumenep
27 Ekoregion Komplek Perbukitan Karst Tulung Agung
8 Ekoregion Komplek Dataran Vulkanik Bantar Waru
Ekoregion Komplek Perbukitan Strukktural G. Beser Wadas
9 Ekoregion Komplek Dataran Vulkanik Bantul Nganjuk Probolinggo 28 Lintang
10 Ekoregion Komplek Dataran Vulkanik Serang Tangerang Depok 29 Ekoregion Komplek Perbukitan Strukktural Wonosari Trenggalek
11 Ekoregion Komplek Datarann Vulkanik Banyuwangi 30 Ekoregion Komplek Perbukitan Strukktural Ciamis
12 Ekoregion Komplek Datarann Vulkanik Jember Ekoregion Komplek Perbukitan Struktural Jonggol Sumedang
13 Ekoregion Komplek Pegunungan Struktural Meru Betiri 31 Cilacap
14 Ekoregion Komplek Pegunungan Vulkanik Wilis Ekoregion Komplek Perbukitan Struktural Kendal Pati Rembang
15 Ekoregion Komplek Pegunungan Vulkanik Bawean 32 Tuban Gresik
Ekoregion Komplek Pegunungan Vulkanik Besowo Gadungan Raden 33 Ekoregion Komplek Perbukitan Struktural Rembang Tuban
16 Soeryo Tretes Ekoregion Komplek Perbukitan Struktural Ujung Kulon Cikepuh
Ekoregion Komplek Pegunungan Vulkanik Bromo, Dataran Tinggi 34 Leuweung Sancang
17 Yang, Baluran Ekoregion Komplek Perbukitan Vulkanik Gunung Slamet Gunung
18 Ekoregion Komplek Pegunungan Vulkanik G.Ceremai 35 Merapi
36 Ekoregion Komplek Perbukitan Vulkanik Rawa Dano

Anda mungkin juga menyukai