UTAMA
DOKUMEN INFORMASI KINERJA
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP DAERAH (DIKPLHD)
KABUPATEN SLEMAN
TAHUN 2019
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN SLEMAN
DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
TAHUN 2020
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................... i
iv
4. Pengaruh (Impact) Masalah Kualitas Air ................... II-78
5. Tanggapan (Response) Atas Masalah Kualitas Air ........ II-90
C. Kualitas Udara ..................................................... II-100
1. Faktor Pemicu (Driving Force) Masalah Kualitas Udara II-100
2. Tekanan (Pressure) Terhadap Kondisi Kualitas Udara . II-103
3. Kondisi (State) Kualitas Udara ............................. II-125
4. Pengaruh (Impact) Kondisi Kualitas Udara ............... II-132
5. Tanggapan (Response) Atas Masalah Kualitas Udara ... II-138
D. Resiko Bencana .................................................... II-156
1. Faktor Pemicu (Driving Force) Bencana .................. II-156
2. Tekanan (Pressure) Terhadap Bencana ................... II-157
3. Kondisi (State) Kejadian Bencana Alam .................. II-158
4. Pengaruh (Impact) Kejadian Bencana Alam ............. II-161
5. Tanggapan (Response) Atas Kejadian Bencana Alam .. II-165
E. Perkotaan ........................................................... II-169
1. Faktor Pemicu (Driving Force) Terhadap Masalah Perkotaan
.................................................................. II-169
2. Tekanan (Pressure) Terhadap Masalah Perkotaan ...... II-171
3. Kondisi (State) Masalah Perkotaan ........................ II-173
4. Pengaruh (Impact) Dari Masalah Perkotaan ............. II-181
5. Tanggapan (Response) Terhadap Masalah Perkotaan .. II-187
F. Tata Kelola ......................................................... II-195
1. Faktor Pemicu (Driving Force) Kondisi Tata Kelola .... II-195
2. Tekanan (Pressure) Terhadap Masalah Tata Kelola .... II-200
3. Kondisi (State) Mengenai Tata Kelola .................... II-202
4. Pengaruh (Impact) Masalah Tata Kelola .................. II-203
5. Tanggapan (Response) Masalah Tata Kelola ............. II-203
v
B. E-Retribusi ........................................................... IV-2
C. Kreatifitas Pengolahan Sampah dan Limbah oleh Warga
Sukunan, Gamping, Sleman ....................................... IV-3
D. Slogan Stop Buang Air Besar Sembarangan ..................... IV-5
E. Produksi Air Minum Daxu .......................................... IV-5
F. Brand “Beras Sleman” .............................................. IV-5
G. Rapel: Pengelolaan Sampah Berbasis Ponsel Pintar ........... IV-7
PENUTUP ...................................................................V-1
A. KESIMPULAN ...........................................................V-1
B. RENCANA TINDAK LANJUT ..........................................V-1
L A M P I R A N ....................................................................... D
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
Gambar IV-4 Produk Air Kemasan Daxu ...................................... IV-5
Gambar IV-5 Produk Beras Sleman ............................................ IV-7
viii
DAFTAR GRAFIK
ix
Grafik II-38 Jumlah rumah yang rusak akibat angin kencang ...........II-161
Grafik II-39 Nilai kerugian akibat bencana banjir di tiap kecamatan .II-162
Grafik II-40 Nilai kerugian kebakaran lahan di tiap kecamatan ........II-162
Grafik II-41 Nilai kerugian akibat bencana longsor lahan ...............II-163
Grafik II-42 Nilai kerugian akibat bencana angin kencang ..............II-164
Grafik II-43 Kerugian akibar bencana alam ditiap kecamatan .........II-165
Grafik II-44 Persentase nilai kerugian tiap jenis bencana alam ........II-165
Grafik II-45 Jumlah Penduduk per Kecamatan akhir semester Tahun 2019
............................................................................II-169
Grafik II-46 Kepadatan penduduk tiap kecamatan .......................II-170
Grafik II-47 Komposisi penduduk di Kabupaten Sleman .................II-171
Grafik II-48 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis
Kelamin Tahun 2019 ...................................................II-173
Grafik II-49 Perbandingan pengguna sumber air sumur dan ledeng selama
empat tahun terakhir .................................................II-177
Grafik II-50 Jenis Penyakit Utama dan Jumlah Penderita ...............II-182
Grafik II-51 Gambar pembuangan sampah liar dan kegiatan pemasangan
spanduk pelarangan buang sampah liar ............................II-188
Grafik II-52 Tingkat Pendidikan Personil Dinas Lingkungan Hidup .....II-202
Grafik II-53 Jenis produk hukum bidang lingkungan hidup ..............II-204
Grafik II-54 Prosentase hasil pengawasan izin lingkungan ..............II-205
x
DAFTAR TABEL
Tabel II-1 Jenis-Jenis Satwa di CA dan TWA Gunung Gamping .......... II-30
Tabel II-2 Lokasi dan Kelas Kualitas Air Sungai ............................ II-40
Tabel II-3 Hasil Pengukuran Status Mutu Air Sungai berdasarkan
pengukuran kualitas air di bulan Januari – Februari 2019 ....... II-46
Tabel II-4 Hasil Pengukuran Status Mutu Air Sungai berdasarkan
pengukuran kualitas air di bulan Juli - Agustus 2019 ............. II-50
Tabel II-5 Analisis Kualitas Air Embung ...................................... II-61
Tabel II-6 Analisis kualitas Air sumur ........................................ II-67
Tabel II-7 Kualitas air dari mata air .......................................... II-75
Tabel II-8 Gerakan kebersihan sungai ....................................... II-91
Tabel II-9 Daftar komunitas sungai di Kabupaten Sleman................ II-94
Tabel II-10 Penjualan Kendaraan Bermotor di Kabupaten Sleman ....II-107
Tabel II-11 Jumlah Kendaraan Bermotor di Kabupaten Sleman ........II-108
Tabel II-12 Curah Hujan Bulanan dan Sifat Hujan Tahun 2019 Kabupaten
Sleman ...................................................................II-115
Tabel II-13 Curah Hujan Rata-rata Kabupaten Sleman Tahun 1981 – 2010
............................................................................II-118
Tabel II-14 Suhu Udara Rata-Rata Bulanan di Kabupaten Sleman tahun
2019 ......................................................................II-121
Tabel II-15 Suhu Udara Bulanan Tahun 2007 - 2019 tahun di Kabupaten
Sleman ...................................................................II-122
Tabel II-16 Hasil Pengujian Kadar Sulfur Dioksida di 4 lokasi ..........II-125
Tabel II-17 Hasil Pengujian Kadar Nitrogen Dioksida di 4 lokasi .......II-126
Tabel II-18 Penghitungan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) untuk
Parameter Sulfur Dioksida ............................................II-130
Tabel II-19 Penghitungan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) untuk
Parameter Nitrogen Dioksida ........................................II-130
Tabel II-20 Hasil Pengujian Emisi Kendaraan Tahun 2019 ...............II-140
Tabel II-21 Hasil Jumlah dan Jenis Bahan Bakar kendaraan yang diuji emisi
berdasarkan tahun produksi .........................................II-141
Tabel II-22 Jumlah penderita menurut jenis penyakit ...................II-144
Tabel II-23 Hasil Uji Kandungan Pb Dalam Darah di lokasi SPBU .......II-145
Tabel II-24 Kualitas cerobong di Kabupaten Sleman .....................II-150
Tabel II-25 Hasil Pengujian Kualitas Air Hujan Tahun 2019 .............II-153
Tabel II-26 Kecamatan Yang Terkena Banjir ..............................II-159
Tabel II-27 Kegiatan yang dilakukan oleh Pemda untuk mencegah bencana
banjir dan longsor tahun 2019 .......................................II-167
Tabel II-28 Pengguna air bersih di Kabupaten Sleman ...................II-176
Tabel II-29 Kegiatan Lingkungan Hidup tahun 2019 ......................II-189
Tabel II-30 Sarana dan Prasaran Persampahan ............................II-191
Tabel II-31 Izin Pengelolaan Limbah B3 menurut jenis usaha ..........II-195
Tabel III-1 Tim penyusunan IKPLHD dan perumus isu prioritas ........... III-1
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel Data
2. Peta Administrasi Kabupaten Sleman
3. Keputusan Bupati Sleman No. 2.14/Kep.KDH/A/2020
4. Keputusan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Nomor 67/Kep.Ka.DLH/2020
5. Biodata Tim Penyusun Dokumen IKPLHD Tahun 2019
xii
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
I-1
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
1. Geografi
I-2
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
I-3
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
2. Topografi
I-4
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Ketinggian 100–499 meter dpl seluas 43,246 ha, atau 75,32% dari
luas wilayah, terdapat di 17 kecamatan. Ketinggian 500-999 meter dpl
meliputi luas 6.538 ha, atau 11,38% dari luas wilayah ditemui di Kecamatan
Tempel, Turi, Pakem, dan Cangkringan. Ketinggian >1.000 meter dpl seluas
1.495 ha, atau 2,60% dari luas wilayah, terdapat di Kecamatan Turi, Pakem,
dan Cangkringan.
3. Geohidrologi
I-5
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
sumber air bersih dan irigasi. Terdapat 154 sumber mata air yang airnya
mengalir ke sungai-sungai utama, yaitu Sungai Boyong (Code), Kuning,
Gendol, dan Krasak.
Jenis tanah di Kabupaten Sleman terbagi menjadi litosol, regosol,
grumosol, dan mediteran. Sebagian besar wilayah Sleman didominasi oleh
jenis tanah regosol sebesar 49.262 ha (85,69%), mediteran 3.851 ha
(6,69%), litosol 2.317 ha (4,03%), dan grumosol 1.746 ha (3,03%).
4. Hidrologi
I-6
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
I-7
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Sungai Krasak, Sungai Putih, Sungai Konteng, Sungai Jetis, Sungai Bedog,
sedangkan Sungai Denggung, Sungai Winongo, Sungai Code, Sungai Gajah
Wong, Sungai Tambak Bayan, Sungai Kuning bermuara di Sungai Opak.
Semua sungai tersebut merupakan sungai Perenial, yang disebabkan
karena curah hujannya yang tinggi, sifat tanahnya permiabel dan akuifer
tebal, sehingga aliran dasar (base flow) pada sungai-sungai tersebut cukup
besar.
5. Klimatologi
I-8
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
I-9
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
I-10
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
I-11
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
I-12
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
I-13
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
I-14
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
I-15
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
I-16
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
I-17
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Driving Force
•Kondisi
Demografi
Response Pressure
•Upaya •Kepadatan
Pemerintah Penduduk
Impact State
•Perkembangan •Penggunaan
Penduduk Lahan
II-1
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Kondisi Demografi
Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat menjadi pemicu
berbagai permasalahan lingkungan hidup, khususnya untuk penyediaan
lahan. Tiga komponen utama demografi penduduk meliputi besar
penduduk, struktur atau komposisi penduduk, dan perkembangan
penduduk. Besar penduduk meliputi jumlah, kepadatan dan persebaran
penduduk. Yang termasuk struktur atau komposisi penduduk adalah
komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, komposisi menurut
status perkawinan, komposisi menurut tingkat pendidikan, komposisi
menurut mata pencaharian, pemukiman, agama, kewarganegaraan dan
sebagainya. Perkembangan penduduk komponen komponennya terdiri dari
kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan (migrasi).
Populasi manusia seringkali menjadi ancaman terhadap masalah
lingkungan hidup. Setiap orang memerlukan energi, lahan dan sumber daya
yang besar untuk bertahan hidup. Jika populasi penduduk dapat bertahan
pada taraf yang ideal, maka keseimbangan antara lingkungan hidup dan
regenerasi populasi dapat tercapai. Tetapi kenyataannya adalah populasi
tumbuh lebih cepat daripada kemampuan bumi dan lingkungan untuk
memperbaiki sumber daya yang ada sehingga pada akhirnya kemampuan
bumi akan terlampaui dan berimbas pada kualitas hidup manusia yang
rendah.
Perkembangan penduduk perkotaan dapat ditandai dengan semakin
tinggi dan menyebarnya jumlah penduduk di kota tersebut. Secara
demografis, tiga sumber pertumbuhan penduduk perkotaan adalah
pertambahan penduduk alamiah yaitu jumlah kelahiran bayi dikurangi
dengan jumlah orang meninggal; migrasi yaitu perpindahan penduduk dari
wilayah pedesaan (rural) ke wilayah perkotaan (urban); serta reklasifikasi
yaitu perubahan status suatu ”desa” (lokalitas) dari ”lokalitas rural” menjadi
II-2
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-3
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Kepadatan Penduduk
Angka kepadatan penduduk didapat dari perbandingan antara
jumlah penduduk dibandingkan dengan luas wilayahnya. Kepadatan
penduduk ini menunjukkan berapa jumlah kepadatan penduduk yang
mendiami dalam wilayah satu kilometer persegi (km2). Dengan luas wilayah
574,82 km2, maka kepadatan penduduk Kabupaten Sleman tahun 2019
adalah 1.924 jiwa per km2, yang artinya setiap 1 km2 wilayah di Kabupaten
Sleman dihuni atau ditempati oleh 1.924 orang.
Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi dan dapat
dimasukkan ke dalam kategori padat adalah Kecamatan Depok dengan
kepadatan penduduk 4.181 jiwa/km2. Kecamatan Depok menjadi wilayah
yang paling padat penduduknya karena merupakan salah satu pusat
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sleman. Kemudian disusul Kecamatan
Mlati dan Kecamatan Gamping dengan kepadatan penduduk masing-masing
adalah 2.391 jiwa/km2 dan 3.280 jiwa/km2. Di ketiga kecamatan ini
II-4
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-5
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-6
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
fragmentasi dan reduksi lahan atau penurunan luasan bidang tanah yang
digunakan oleh masing-masing rumah tangga keluarga untuk mencapai
keseimbangan kecukupan lahan di perkotaan. Hal ini menggambarkan
adanya hubungan terbalik antara pertumbuhan spasial kota dan
peningkatan jumlah penduduk, sehingga yang terjadi adalah proses
pemadatan/dentifikasi.
Pertumbuhan permukiman di Kabupaten Sleman cukup tinggi seiring
dengan pertambahan penduduk yang cukup tinggi. Hal tersebut
menimbulkan konsekuensi logis berupa pemenuhan kebutuhan akan
permukiman. Kabupaten Sleman berada pada jalur utama yang
menghubungkan jalur utara selatan dari Yogyakarta dan Jawa Tengah yang
juga dilalui oleh jalan utama jalur selatan menyebabkan lokasi Kabupaten
Sleman sangat strategis. Daya dukung lahan Kota Yogyakarta yang sangat
terbatas karena keterbatasan lahan di kota menyebabkan Kabupaten
Sleman menjadi pilihan utama pengembangan permukiman di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Dibandingkan dengan daerah lain seperti Kabupaten
Bantul, Kabupaten Sleman memiliki fasilitas umum yang lebih lengkap,
terutama fasilitas pendidikan yang memang menjadi magnet bagi
Yogyakarta secara umum.
Kabupaten Sleman sebagai daerah tujuan wisata dan kota pelajar
akan mengundang banyak investor untuk melakukan berbagai aktifitas
usaha. Lima tahun terakhir banyak bermunculan pembangunan hotel,
apartemen, pusat perbelanjaan, fasilitas wisata, fasilitas pelayanan jasa
kesehatan, tempat kuliner dan pondokan mahasiswa. Trend laju
pembangunan baik yang dilakukan oleh swasta maupun pemerintah dari
waktu ke waktu cenderung meningkat.
Tekanan demografi yang begitu kuat serta didorong oleh pesatnya
kebutuhan akan papan/perumahan, maka tanpa disadari terus mendorong
terjadinya perubahan fungsi lahan serta berkurangnya tutupan vegetasi di
Kabupaten Sleman. Berkurangnya lahan hijau, persawahan dan area hutan
pada akhirnya dapat menyebabkan menurunnya ketersediaan produksi
II-7
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Penggunaan Lahan
Lahan sebagai salah satu sumberdaya alam, memegang peranan
penting karena merupakan wadah dari semua sumberdaya yang ada di
muka bumi. Satu kesatuan dari unsur-unsur lahan saling berinteraksi dan
membentuk suatu sistem lahan. Sistem lahan yang terbentuk berkolaborasi
antar unsur yang bervariasi menjadikan adanya diferensiasi agihan dan
potensi yang variatif dalam dimensi ruang dan waktu. Di samping sebagai
wadah bagi sumberdaya lain, lahan juga berfungsi sebagai wadah untuk
kegiatan hidup manusia yang direprensentasikan dalam penggunaan lahan.
Perubahan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian tidak dapat
dihindari seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. Dari tahun
ke tahun pengajuan izin perubahan penggunaan lahan terus meningkat.
Tercatat di tahun 2019 luas perubahan penggunaan lahan adalah 70,57 ha,
sementara dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 terjadi perubahan
sebesar 78,113 Ha. Di tahun 2019, perubahan terbesar untuk kegiatan
II-8
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-9
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-10
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-11
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Adapun data tutupan lahan tahun 2019 ini sudah didasarkan pada
penggunaan lahan yang dikembangkan dari Peta Dasar Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) tiap kecamatan di seluruh wilayah Kabupaten Sleman. Data
yang cukup akurat ini menunjukan bahwa alih fungsi lahan tidak dapat
dipungkiri merupakan permasalahan yang dihadapi oleh Kabupaten Sleman.
Berdasarkan data pengajuan izin di Dinas Penanaman Modal Pelayanan
Perizinan Terpadu (DPMPT) tahun 2019 tercatat, alih fungsi lahan terbesar
diperuntukan untuk permukiman seluas 24,518 Ha, disusul selanjutnya
untuk perdagangan dan jasa seluas 13,413 ha, dan lainnya seluas 11,765
ha, sedangkan untuk pertanian seluas 2,107 ha (Lampiran Tabel 13).
Bidang Pertanian
Dampak yang paling terlihat terkait dengan alih fungsi lahan adalah
pada sektor pertanian. Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumberdaya
hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan
baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan
II-12
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-13
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Grafik II-6 Perbandingan Luas Lahan Sawah dan Non Pertanian per
Kecamatan
II-14
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-15
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-16
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Bidang Pertambangan
Kemudian juga, alih fungsi lahan yang sebagian besar berdampak
mempersempit lahan pertanian, mendorong masyarakat, terutama yang
II-17
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-18
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-19
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Gambar II-5 Pertambangan tanpa izin yang dilakukan tidak pada alur
sungai
Kawasan Peruntukan Pertambangan di Kabupaten Sleman
ditetapkan hanya berada di sungai dengan jenis bahan galian berupa pasir
dan batu. Berdasarkan Lampiran Tabel 15, kegiatan pertambangan yang
berizin di Kabupaten Sleman pada tahun 2019 terdapat di Sungai Gendol,
Sungai Bebeng, Sungai Bedog, Sungai Kuning, Sungai Krasak dan Sungai
Progo. Luas area pertambangan mencapai 58,17 Ha. Angka ini diperoleh
dari penjumlahan luas area tambang dari Lampiran Tabel 15. Jenis bahan
yang ditambang adalah pasir dan batu. Kapasitas produksi total mencapai
721.690 m³ per tahun.
II-20
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-21
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-22
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-23
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-24
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
seluas 1,069 Ha; dan Taman Nasional (Gunung Merapi) seluas 1.794,25 Ha.
(Lampiran Tabel 3).
II-25
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-26
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-27
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-28
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
biasa, kipasan belang, kipasan ekor merah, jalak putih-sayap hitam dan
burung kacamata jawa. Di Kabupaten Sleman juga dijumpai 1 jenis
tumbuhan dilindungi yaitu cakra geni (Rhododendron javanicum).
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan endemik Pulau Jawa dan Bali.
Berdasarkan sebarannya, di Kabupaten Sleman terdapat beberapa
jenis fauna yang hanya dijumpai di wilayah Pulau Jawa (endemik pulau
jawa). Jenis-jenis fauna tersebut adalah 1 jenis mamalia yaitu lutung
budeng dan 11 jenis burung yaitu elang jawa, cekakak jawa, tesia jawa,
ekek jawa, puyuh gonggong jawa, serindit jawa, kipasan ekor merah, beluk
watu jawa, ciung-mungkal jawa, ciu jawa, dan opior jawa.
Sejak bulan September 2018 terdapat beberapa flora – fauna yang
berganti status dari dilindungi menjadi tidak dilindungi, meliputi burung
kuntul kerbau, burung madu sriganti, burung cekakak sungai, burung kuntul
kecil, burung kuntul perak, burung madu gunung, burung madu jawa,
burung madu sepah raja, burung madu kelapa, burng madu pengantin dan
burung madu bakau, sehingga secara otomatis dinyatakan tidak dilindungi
lagi.
Diantara sekian banyaknya jenis flora dan fauna di Kabupaten
Sleman, jenis salak pondoh (Zallaca edulis Reinw cv Pondoh) dan burung
Burung Anis merah (Zoothera citrina)/Oranged-headed Thrush atau dikenal
dengan burung punglor dipilih dan ditetapkan menjadi flora fauna identitas
Kabupaten Sleman. Salak pondoh dipilih menjadi flora identitas karena
merupakan salak khas di wilayah Sleman dan menjadi kebanggaan
masyarakat Kabupaten Sleman. Burung anis merah juga tidak jauh
perannya dari pohon salak. Pada awalnya, burung ini merupakan pemangsa
hama pada tanaman salak jawa, meskipun pada saat ini masyarakat lebih
memilih mengembangkan varietas salak pondoh. Habitat anis merah adalah
hutan sekunder dataran rendah dengan ketinggian hingga 900 m di atas
permukaan air laut. Pada saat ini, populasi burung ini sangat sedikit.
Di Kabupaten Sleman terdapat Cagar Alam dan Taman Wisata Alam
Gunung Gamping yang merupakan kawasan konservasi yang dikelola oleh
II-29
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-30
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Status Konservasi
No Nama Umum Nama Ilmiah Family Permenlhk
IUCN P.106/2018,
PP No.7/1999
17 BajingKelapa (Callosciurus Sciuridae LC N/A
notatus)
Sumber : BKSDA Yogyakarta
II-31
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
B. Kualitas Air
II-32
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-33
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
bakteri E. Coli di badan air disebabkan oleh berbagai faktor. Selain karena
limbah rumah tangga, limbah dari peternakan dan pertanian juga
menyebabkan kandungan bakteri E. Coli di sungai dan air tanah meningkat.
Disisi lain, Kabupaten Sleman menjadikan sektor pertanian dalam arti
luas sebagai salah satu sektor andalan. Penetapan lahan pertanian abadi
(LP2B) menjadi salah satu indikator tersebut. Sekalipun lahan sering terjadi
konflik antara upaya mempertahankan lahan pertanian dengan
meningkatkan perekonomian dalam bentuk penyediaan lahan bagi kegiatan
pembangunan properti atau jasa, namun sejauh ini ketersediaan lahan
masih memenuhi. Intesifikasi pertanian kemudian menjadi alternatif
peningkatan hasil produksi pertanian. Kualitas manajemen pertanian
ditingkatkan dengan penyediaan bahan dan peralatan yang lebih modern.
Adanya bakteri E. Coli dalam jumlah yang tinggi di sungai
dimungkinkan juga karena banyaknya kegiatan pertanian dan juga
peternakan yang berada ditepi sungai dan juga memandikan ternak di
sungai. Disamping itu penggunaan pupuk organik dari kotoran hewan, yang
seharusnya apabila pembuatan pupuk organik dilaksanakan dengan baik
dan benar tidak akan mencemari air. Namun pada kenyataannya
dimungkinkan pembuatan pupuk organik yang kurang sempurna, tetap
mengakibatkan pencemaran bakteri E. Coli.
II-34
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-35
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
4. Air kelas empat adalah air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Untuk melihat gambaran bagaimana kualitas air dapat dimanfaatkan,
perlu diukur melalui Indeks Kualitas Air (IKA) berdasarkan data yang
disajikan pada Lampiran Tabel 29. Perhitungan IKA ini menggunakan
Metode Indeks Pencemaran (Pollution Indeks) dimana digunakan untuk
menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air
yang diijinkan. Indeks Pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu peruntukan,
kemudian dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh
bagian badan air atau sebagian dari suatu sungai. Pengelolaan IKA atas
dasar Indeks Pencemaran ini dapat memberi masukan pada pengambil
keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan
serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi
penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar. Indeks
Pencemaran mencakup berbagai kelompok parameter kualitas yang
independent dan bermakna, dimana ditentukan dari nilai maksimum dan
nilai rerata rasio konsentrasi per-paramater terhadap nilai baku mutunya.
Dari 14 parameter yang sudah diukur, ada 5 parameter utama yang
digunakan untuk menghitung IKA menggunakan metode Indeks
Pencemaran , yaitu parameter TSS, DO, COD,Fosfat, BOD, Coli Tinja (Fecal
coliform) dan Total Coli (Total coliform). Parameter-parameter ini dipilih
karena berkaitan dengan penggunaan air untuk keperluan domestik yang
ada di sekitar lokasi sungai yang diukur.
Faktor curah hujan memiliki peranan penting terhadap kualitas air
sungai di wilayah Kabupaten Sleman. Terdapat perbedaan nilai Indeks
Pencemaran yang berbeda antara perhitungan yang menggunakan sampel
air sungai yang diambil pada musim penghujan dengan musim kemarau
pada lokasi yang sama seperti disajikan pada Lampiran Tabel 29. Sampel
yang diambil pada musim penghujan, yaitu pada selang waktu diantara
bulan Januari sampai Februari, memiliki nilai nilai Indeks Pencemaran yang
II-36
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
lebih baik, yaitu 55,33, dimana tidak ada sungai yang menunjukan adanya
pencemaran pada kelas berat. Sekitar 50% atau 30 lokasi sampel air masuk
dalam kategori kualitas airnya memenuhi baku mutu, 27% atau 16 lokasi
sampel termasuk kualitas ringan dan 23% kualitas air sedang.
Gambar II-10 Persentase status mutu air sungai pada sampel di bulan
Januari – Februari 2019
Kondisi sampel air sungai yang diambil pada bulan Juli sampai
Agustus 2019 yang mewakili musim kemarau, memiliki nilai IP yang lebih
rendah dari musim penghujan, yaitu 36. Perbedaan mencolok adalah pada
persentase sampel air yang masuk kategori memenuhi hanya 15% atau 9
lokasi sampel saja. Kemudian juga ada yang masuk kategori kualitas air
tercemar berat, bahkan mencapai 25% atau 15 lokasi sampel.
II-37
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Gambar II-11 Persentase status mutu air sungai pada sampel di bulan Juli
- Agustus 2019
Ada beberapa catatan yang perlu mendapat perhatian, antara lain
adalah kondisi kualitas air sungai di Sungai Code yang menjadi salah satu
sungai penting di Yogyakarta. Pada Musim Penghujan, kualitas air
sungainya sangat bagus dan bahkan jauh lebih baik dari sungai lain
disekitarnya. Semua sampel yang diambil pada ruas Sungai Code
dikategorikan memenuhi, akan tetapi pada sampel yang diambil pada
Musim Kemarau, justru menunjukan bahwa kualitas air di sungai ini ebih
buruk, masuk dalam kategori sedang sampai berat. Hal ini menunjukan
adanya fluktuasi kualitas air sungai yang cukup tinggi di sungai-sungai yang
ada di Kabupaten Sleman. Sekalipun tidak lebih tinggi dari yang terjadi di
Sungai Code, fluktuasi ini juga terjadi pada Sungai Gajahwong dan Sungai
Konteng.
Sungai di wilayah Kabupaten Sleman sebagian besar ditetapkan
sebagai sungai kelas I (satu) berdasarkan Peraturan Gubernur DIY Nomor
22 Tahun 2007 tentang Penetapan Kelas Air Sungai di Provinsi DIY. Air
sungai kelas I (satu) adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
air baku air minum dan kebutuhan lainnya yang mempersyaratkan mutu air
yang sama.
II-38
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-39
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
2. SUNGAI KRUWET
1. Sungai Kruwet 1, Jembatan Jalan Turi-Tempel Kelas II
S 07O39.050’ E 110O20.773’
2. Sungai Kruwet 2, Jembatan Surowangsan (Jalan
Magelang) Kelas II
S 07O40.224’ E 110O20.054’
3. Sungai Kruwet 3, Jembatan Sonoharjo
(Sayegan)
Kelas II
S 07O43.065’ E 110O17.819’
4. Sungai Kruwet 4, Jembatan Kruwet (Jalan
Godean) Kelas II
S 07O45.626’ E 110O15.675’
5. Sungai Kruwet 5, Sangu Banyu (Moyudan)
S 07O47.300’ E 110O15.516’
Kelas II
3. SUNGAI KONTENG
1. Sungai Konteng 1, Jembatan Ngablak (Jalan Kelas II
Turi-Tempel)
S 07O39.022’ E 110O20.895’
2. Sungai Konteng 2, Jembatan GKBI Medari Kelas II
(Jalan Magelang)
S 07O40.818’ E 110O20.310’
3. Sungai Konteng 3, Jembatan RSUD Muranggan Kelas II
(Jalan Magelang)
S 07O41.250’ E 110O20.511’
II-40
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
KELAS
NO TITIK LOKASI
SUNGAI
4. Sungai Konteng 4, Jembatan Bedingin (Mlati)
S 07O43.909’ E 110O19.331’ Kelas II
4. SUNGAI BEDOG
1. Sungai Bedog 1, Jembatan Donokerto Kelas I
(Puskesmas Turi)
S 07O43.157’ E 110O21.295’
2. Sungai Bedog 2, Jembatan Sempor (Jalan Kelas I
Magelang)
S 07O42.371’ E 110O21.125’
3. Sungai Bedog 3, Jembatan Pangukan (Barat Kelas I
DLH Sleman)
S 07O43.051’ E 110O20.884’
Kelas I
4. Sungai Bedog 4, Jembatan Kronggahan (Youth
Center)
S 07O44.188’ E 110O20.862’
5. Sungai Bedog 5, Jembatan Demak Ijo (Godean) Kelas I
S 07O46.617’ E 110O19.753’
6. Sungai Bedog 6, Jembatan Pelem Gurih
Kelas II
(Gamping)
S 07O47.910’ E 110O19.639’
5. SUNGAI WINONGO
1. Sungai Winongo 1, Jembatan Nangsri (Turi) Kelas I
S 07O37.760’ E 110O23.771’
2. Sungai Winongo 2, Jembatan Gondang
(Perbatasan Ngaglik-Turi) Kelas I
S 07O40.667’ E 110O22.585’
3. Sungai Winongo 3, Jembatan Karang Asem Kelas I
(Sleman)
S 07O42.043’ E 110O22.007’
II-41
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
KELAS
NO TITIK LOKASI
SUNGAI
4. Sungai Winongo 4, Jembatan Mulungan (Jalan
Magelang Selatan Dengung) Kelas I
S 07O43.484’ E 110O21.720’
5. Sungai Winongo 5, Jembatan Demit (Ringroad
Utara UTY)
S 07O44.770’ E 110O21.166’ Kelas I
6. Sungai Winongo 6, Jembatan Blambangan
(SKE) Kelas II
S 07O45.972’ E 110O21.080’
II-42
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
KELAS
NO TITIK LOKASI
SUNGAI
5. Sungai Gadjah Wong 5, Jembatan JIH Kelas II
S 07O45.510’ E 110O24.124’
6. Sungai Gadjah Wong 6, Jembatan Museum
Affani-UIN Kelas II
S 07O46.986’ E 110O23.789’
8. SUNGAI BLOTAN
1. Sungai Blotan 1, Jembatan Pelita (Padasan, Kelas II
Pakem)
S 07O39.424’ E 110O25.366’
2. Sungai Blotan 2, Jembatan Pakem Gede
(Pakem) Kelas II
S 07O40.058’ E 110O25.340’
3. Sungai Blotan 3, Jembatan Sembung (Sardono,
Kelas II
Ngaglik)
S 07O42.064’ E 110O25.110’
4. Sungai Blotan 4, Jembatan Krapyak Kelas II
S 07O43.431’ E 110O25.012’
5. Sungai Blotan 5, Jembatan Tambak Bayan
(Ringroad Utara UPN) Kelas II
S 07O45.463’ E 110O25.032’
6. Sungai Blotan 6, Jembatan Hotel Jayakarta
Kelas III
S 07O46.597’ E 110O25.079’
9. SUNGAI TEPUS
1. Sungai Tepus 1, Jembatan Kali Jeruk Kelas I
S 07O40.958’ E 110O26.857’
2. Sungai Tepus 2, Jembatan Pucangan Kelas I
S 07O42.052’ E 110O26.911’
Kelas I
3. Sungai Tepus 3, Jembatan Dayakan
S 07O43.888’ E 110O27.425’
4. Sungai Tepus 4, Jembatan Ngebruk PDHI (Jalan Kelas II
Solo)
S 07O46.649’ E 110O27.502’
5. Sungai Tepus 5, Jembatan Sumber Lor Kelas II
S 07O48.301’ E 110O27.022’
II-43
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
KELAS
NO TITIK LOKASI
SUNGAI
10. SUNGAI KALI KUNING
1. Sungai Kali Kuning 1, Jembatan Kali Kuning Kelas I
S 07O37.329’ E 110O25.652’
2. Sungai Kali Kuning 2, Jembatan Pokoh Kelas I
S 07O40.087’ E 110O25.837’
3. Sungai Kali Kuning 3, Jembatan Kabunan Kelas I
S 07O43.070’ E 110O26.418’
Kelas II
4. Sungai Kali Kuning 4, Jembatan Surogenen
S 07O47.015’ E 110O26.368’
5. Sungai Kali Kuning 5, Jembatan Krikilan Kelas II
S 07O48.246’ E 110O26.277’
II-44
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-45
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Tabel II-3 Hasil Pengukuran Status Mutu Air Sungai berdasarkan pengukuran kualitas air di bulan Januari – Februari 2019
No. Nama Lokasi/ Koordinat Periode/ TSS DO BOD COD Fosfat Fecal Total- Indeks Status
Sungai Tanggal Coli Coliform Pencemaran Mutu Air
1 Jembatan Nangsri 2 8,85 1,85 12,85 0,24 560 560 -0,26 Memenuhi
2 Jembatan Gondang 7 7,72 0,32 10,39 0,11 730 910 0,80 Memenuhi
Sungai Winongo
14-Feb-19
2300 Ringan
Karangasem
4 Jembatan Mulungan 5,5 7,15 2,85 8,67 0,34 560 560 -3,75 Memenuhi
5 Jembatan Demit 6,5 6,84 1,94 12,26 0,33 300 560 -3,75 Memenuhi
6 Jembatan 16,5 7,26 2,66 11,41 0,38 1500 560 -3,75 Memenuhi
Blambangan
7 Jembatan Kemiri 5,5 7,81 1,72 29,35 0,49 730 300 -1,61 Memenuhi
8 Jembatan Boyong 5 9,76 1,76 18,44 0,26 730 730 0,32 Memenuhi
Sungai Code
300
10 Jembatan Ngentak 4 7,47 0,29 46,28 0,23 560 560 -3,75 Memenuhi
11 Jembatan Asrama 10 10,41 3,21 31,0089 0,32 560 300 -5,11 Memenuhi
Haji
12 Jembatan Batas 11 9,08 2,48 48,16 0,4 910 230 -5,69 Memenuhi
kota
13 Jembatan Pakem 7,5 8,62 1,12 18,84 0,21 560 730 0,32 Memenuhi
Su Sungai Gadjahwong
Klanduhan
15 Jembatan Turen 3,5 8,62 2,03 31,62 0,21 2100 9300 5,84 Sedang
16 Jembatan Dayu 15 9,3 1,91 38,39 0,26 46000 46000 5,82 Sedang
17 Jembatan RS JIH 15,5 7,49 3,09 34,76 0,55 1400 15000 3,39 Ringan
18 Jembatan IAIN 6,5 8,62 2,62 37,4 0,47 910 1500 -1,61 Memenuhi
19 Jembatan Ngablak 6 7,34 2,54 27,66 0,18 400 -0,99 Memenuhi
Feb
nga
08-
-19
nte
400
Ko
ng
i
II-46
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
No. Nama Lokasi/ Koordinat Periode/ TSS DO BOD COD Fosfat Fecal Total- Indeks Status
Sungai Tanggal Coli Coliform Pencemaran Mutu Air
20 Jembatan Jl. 32 7,42 2,71 22,69 0,21 7500 7500 5,38 Sedang
Magelang dekat
PT.GKBI
21 Jembatan Jl. 20 7,21 2,71 68,17 0,2 1500 9300 5,84 Sedang
Magelang dekat
RSUD Sleman
22 Jemb. Bedingin 28 8,66 2,97 26,29 0,3 400 300 -1,61 Memenuhi
23 Jembatan Klajoran 64 6,78 2,69 35,1 0,51 420 4300 4,17 Ringan
24 Jembatan Kosekan 144 6,18 5,79 21,53 0,56 2300 2300 2,81 Ringan
25 Jembatan 49 9,09 1,89 16,6 0,19 560 1500 1,88 Ringan
Randusongo
26 Jembatan Sempor 7 9,29 2,29 27,78 0,17 300 300 -1,61 Memenuhi
Sungai Bedog
13-Feb-19
Jl. Magelang
27 Jembatan Pangukan 3 9,49 2,49 9,02 0,22 2800 7500 5,38 Sedang
28 Jembatan 5,5 8,48 0,88 12,84 0,01 1500 4300 4,17 Ringan
Kronggahan
29 Jembatan Demakijo 15 8,16 0,96 11,47 0,37 300 300 -1,61 Memenuhi
30 Jembatan Gamping 13 10,3 3,3 14,52 0,4 4300 4300 4,17 Ringan
31 Jembatan 2 8,55 3 40,96 0,26 1100 9300 5,84 Sedang
Cangkringan
32 Jembatan Kuroulum 8,8 6,72 1,17 22,0026 0,3 9300 46000 9,31 Sedang
Sungai Opak
28-Feb-19
33 Jembatan Jl. Tulung 8,8 9,77 4,42 38,57 0,64 9100 9100 5,80 Sedang
- Kalasan
34 Jembatan Jl. Yogya 10 7,96 1,38 22,59 0,62 1500 1500 1,88 Ringan
- Solo
35 Jembatan Jl. 11,6 7,35 1,57 19,48 0,69 910 3900 3,96 Ringan
Kalasan - Potrojayan
II-47
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
No. Nama Lokasi/ Koordinat Periode/ TSS DO BOD COD Fosfat Fecal Total- Indeks Status
Sungai Tanggal Coli Coliform Pencemaran Mutu Air
36 Jembatan 15,2 6,94 0,55 19,87 0,68 910 2300 2,81 Ringan
Tanjungtirto
37 Jembatan Kalijeruk 11 7,45 0,85 21,15 0,31 2800 110000 7,71 Sedang
38 Jembatan Pucangan 5,5 7,65 2,7 11,76 0,36 4300 2,35
Sungai Tepus
9300 Ringan
27-Feb-19
39 Jembatan Dayakan 6,75 4,59 1,5 11,76 0,73 910 2300 -0,69 Memenuhi
40 Jembatan Jl. Solo 11,5 7,96 1,57 13,36 0,62 910 910 -2,70 Memenuhi
41 Jembatan Sumber 7,5 7,75 3,01 21,48 0,71 730 4300 0,67 Memenuhi
Jl. Berbah-
Tanjungtirto
42 Jembatan Kali 6,5 7,75 0,74 16,48 0,24 910 2300 2,81 Ringan
Kuning
Sungai Kuning
28-Feb-19
43 Jembatan Pokoh 6,5 9,59 2,58 45,92 0,22 5600 9100 5,80 Sedang
44 Jembatan Kabunan 3,6 10,41 3,4 21,64 0,34 5600 1500 1,88 Ringan
45 Jembatan 8 6,63 1,48 27,28 0,68 2300 2300 -0,69 Memenuhi
Sorogenen
46 Jembatan Krikilan 9,2 9,59 3 25,26 0,74 1500 1500 -1,61 Memenuhi
47 Jembatan Padasan 4,5 8,62 1,83 51,77 0,28 300 560 -3,75 Memenuhi
48 Jembatan Pakem 16,5 8,4 2 19,102 0,22 1100 2000 -0,99 Memenuhi
Gede
Sungai Blotan
21-Feb-19
49 Jembatan Sembung 2,5 8,62 2,62 6,98 0,29 300 910 -2,70 Memenuhi
50 Jembatan Krapyak 4,5 7,71 3,31 9,48 0,4 2000 2800 -0,26 Memenuhi
51 Jembatan Jl. 16,5 5,67 3,27 16,48 0,39 300 300 -5,11 Memenuhi
Ringroad Utara
52 Jembatan Jl. Solo 2,5 7,04 3,44 21,67 0,44 300 300 -5,11 Memenuhi
Caturtunggal
II-48
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
No. Nama Lokasi/ Koordinat Periode/ TSS DO BOD COD Fosfat Fecal Total- Indeks Status
Sungai Tanggal Coli Coliform Pencemaran Mutu Air
53 Jembatan 72 8,75 1,33 32,59 0,4 9,41
Sungai Progo
31-Jan-19
Sendangagung
54 Jembatan Ngapak 92 8,55 1,75 35,56 0,39 240000 240000 9,41 Sedang
55 Jembatan Bantar 106 8,94 3,19 58,81 0,39 240000 240000 9,41 Sedang
56 Jembatan Jl. 5 6,66 1,53 57,86 0,15 46000 9300 2,35 Ringan
Tempel-Turi
Sungai Kruwet
07-Feb-19
Suriwangsan
58 Jembatan Jl. 46 7,01 1,46 34,69 0,92 9300 1500 -1,61 Memenuhi
Sayegan-Minggir
59 Jembatan Kruwet 49 8,24 1,64 46,31 0,35 110000 110000 7,71 Sedang
60 Jembatan 61 8,04 0,65 35,66 0,54 11000 21000 4,12 Ringan
Sangubanyu
Sumber : DLH Kabupaten Sleman, 2019
II-49
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Tabel II-4 Hasil Pengukuran Status Mutu Air Sungai berdasarkan pengukuran kualitas air di bulan Juli - Agustus 2019
No. Nama Lokasi/ Koordinat Periode/ TSS DO BOD COD Fosfat Fecal Coli Total- Indeks Status Mutu
Sungai Tanggal Coliform Pencemaran Air
1 Jembatan Nangsri 2,4 9 1,09 20,32 0,06 18000 18000 7,28 Sedang
2 Jembatan 2,8 8 2,2 9,27 0,27 45000 45000 9,27 Sedang
Gondang
Sungai Winongo
3 Jembatan 5,8 7,18 0,1 22,85 0,35 61000 61000 9,93 Sedang
31-Jul-19
Karangasem
4 Jembatan 2,3 7,36 1,45 24,12 0,12 18000 18000 7,28 Sedang
Mulungan
5 Jembatan Demit 2,15 6,77 0,76 19,66 0,38 180000 180000 12,28 Berat
6 Jembatan 3,2 7,44 1,16 17,2 0,36 180000 180000 8,78 Sedang
Blambangan
7 Jembatan Kemiri 7,2 6,9 0,43 19,73 0,27 60000 60000 9,89 Sedang
8 Jembatan Boyong 4,3 7,51 0,58 23,98 0,06 18000 45000 9,27 Sedang
9 Jembatan 18,5 8,12 0,17 6,21 0,24 18000 18000 7,28 Sedang
01 Agustus 2019
Sungai Code
Rejondani
10 Jembatan 9,8 8,32 1,19 16,8 0,15 180000 180000 12,28 Berat
Ngentak
11 Jembatan Asrama 4,1 6,19 1,61 27,15 0,55 610000 1200000 12,90 Berat
Haji
12 Jembatan 1 7,92 0,31 17,025 0,45 180000 610000 11,43 Berat
Blunyah,Batas
kota
13 Jembatan 6,7 8,98 1,2 17,36 0,067 610 11000 6,21 Sedang
Gadjahwong
07-Aug-19
Tanen,Pakem
Sungai
14 Jembatan 3,4 8,68 5,1 12,36 0,13 450 1400 1,73 Ringan
Klanduhan
15 Jembatan Turen 3,9 7,14 0,1 21,75 0,56 1800 4500 4,27 Ringan
II-50
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
No. Nama Lokasi/ Koordinat Periode/ TSS DO BOD COD Fosfat Fecal Coli Total- Indeks Status Mutu
Sungai Tanggal Coliform Pencemaran Air
16 Jembatan Dayu 3,8 8,98 1,96 32,84 0,3 26000 70000 10,23 Berat
17 Jembatan RS JIH 4,4 7,08 1,83 23,54 1,38 35000 350000 10,23 Berat
18 Jembatan IAIN 4,2 6,9 5,28 28,43 0,75 43000 350000 10,23 Berat
19 Jembatan 8,2 7,16 1,12 15,14 0,13 930000 4900000 15,96 Berat
Ngablak
20 Jembatan Jl. 7,3 6,6 0,17 16,34 0,19 2100000 14000000 18,24 Berat
Magelang dekat
Sungai Konteng
PT.GKBI
24-Jul-19
21 Jembatan RSUD 4,2 6,7 2,77 14,01 0,41 7000000 7000000 16,73 Berat
Sleman Jl.
Magelang
22 Jemb. Bedingin 4,5 6,94 0,13 6,36 0,35 24000000 24000000 19,41 Berat
23 Jembatan 50,5 6,45 0,46 18,86 0,52 2600 14000 3,24 Ringan
Klajoran
24 Jembatan 6,3 5,59 0,48 11,51 0,78 35000 35000 5,23 Sedang
Pasekan
25 Jembatan 5,6 7,14 0,1 23,68 0,115 1200 7000 5,23 Sedang
Randusongo
26 Jembatan Sempor 3,9 8,16 0,82 10,38 0,15 7000000 14000000 21,73 Berat
Jl. Magelang
27 Jembatan 2,2 7,35 0,1 7,92 0,21 4300 7000 5,23 Sedang
Sungai Bedog
25-Jul-19
Pangukan
28 Jembatan 10,3 5,51 3,91 26,08 0,69 1200000 1,6E+08 27,02 Berat
Kronggahan
29 Jembatan 6,7 4,69 0,1 14,63 0,35 92000 92000 10,82 Berat
Demakijo
30 Jembatan 4 5,31 0,1 16,04 0,45 7000 7000 1,73 Ringan
Gamping
Pelemgurih
II-51
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
No. Nama Lokasi/ Koordinat Periode/ TSS DO BOD COD Fosfat Fecal Coli Total- Indeks Status Mutu
Sungai Tanggal Coliform Pencemaran Air
31 Jembatan 5 7,07 0,1 5,58 0,2 14000 49000 9,45 Sedang
Cangkringan
32 Jembatan 2,3 8,69 1,1 8,16 0,24 4300 7000 5,23 Sedang
Koroulon
33 Jembatan Jl. 3,1 7,47 0,1 5,29 0,58 180 180 -2,72 Memenuhi
Sungai Opak
21-Aug-19
Tulung - Kalasan
34 Jembatan Jl. 0,7 9,9 0,6 5,21 0,62 1800 1800 2,28 Ringan
Yogya - Solo
35 Jembatan Jl. 1,6 9,29 0,4 5,34 0,52 1800 1800 2,28 Ringan
Kalasan -
Potrojayan
36 Jembatan 6,7 7,07 0,1 7,51 0,27 1800 450 -0,73 Memenuhi
Tanjungtirto
37 Jembatan 2,7 7,76 0,6 8,62 0,297 14000 24000 7,90 Sedang
Kalijeruk
38 Jembatan 0,6 5,71 0,1 8,039 0,31 930 930 0,84 Memenuhi
Sungai Tepus
Pucangan
14-Aug-19
39 Jembatan 1,1 6,94 1,59 10,12 0,52 1800 4500 4,27 Ringan
Dayakan
40 Jembatan 3,5 7,35 1 11,099 0,57 1800 1800 -1,22 Memenuhi
Ngebruk Jl. Solo
41 Jembatan Sumber 6,1 6,02 0,57 10,74 0,64 9300 9300 2,35 Ringan
Kulon
42 Jembatan Kali 3,6 9,6 3,33 14,68 0,14 1500 1500 1,88 Ringan
Sungai Kuning
15-Aug-19
Kuning
43 Jembatan Pokoh 9,5 11,68 2,96 12,24 0,13 930 4900 4,45 Ringan
44 Jembatan 3,9 8,71 1,39 10,403 0,17 1800 1800 2,28 Ringan
Kabunan
II-52
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
No. Nama Lokasi/ Koordinat Periode/ TSS DO BOD COD Fosfat Fecal Coli Total- Indeks Status Mutu
Sungai Tanggal Coliform Pencemaran Air
45 Jembatan 11,8 6,73 1,57 13,94 0,34 14000 140000 8,24 Sedang
Sorogenen
46 Jembatan Krikilan 6,05 8,91 2,39 11,74 0,79 40000 40000 5,52 Sedang
47 Jembatan Pelita, 5,1 6,54 0,59 20,58 0,06 8400000 1,6E+08 23,53 Berat
Padasan
48 Jembatan Pakem 1,6 7,12 0,39 17,17 0,03 4900 14000 3,24 Ringan
Gede
49 Jembatan 1 7,12 0,45 17,18 0,22 4500 9300 2,35 Ringan
Sungai Blotan
21-Feb-19
Sembung
50 Jembatan 0,2 6,44 1,56 17,81 0,77 1400 1400 -1,76 Memenuhi
Krapyak
51 Jembatan Tambak 20,9 6,92 1,56 15,54 0,17 1800 110000 7,71 Sedang
Bayan Jl.
Ringroad Utara
52 Jembatan Jl. Solo 6,6 4,42 0,1 11,13 0,54 14000 26000 4,58 Ringan
Caturtunggal
53 Jembatan 14,3 8,66 0,5 0,5 0,29 1400 11000 6,21 Sedang
17-Jul-19
Kebonagung
Sungai
Progo
54 Jembatan Ngapak 2,6 10,82 2,88 2,88 0,32 450 930 0,84 Memenuhi
55 Jembatan Bantar 14,5 9,78 1,66 1,66 0,255 1800 4500 4,27 Ringan
56 Jembatan Jl. 5,7 7,84 0,1 4,92 0,128 930 2100 -0,88 Memenuhi
Tempel-Turi
57 0,67
Sungai Kruwet
Surowangsan
58 Jembatan Jl. 109 4,9 1,44 8,26 0,6 180 2100 -0,88 Memenuhi
Sayegan-Minggir
59 Jembatan Kruwet 50,7 6,45 3,57 8,04 0,3 49000 110000 7,71 Sedang
60 Jembatan 5 6,11 1,53 12,93 0,26 49000 110000 7,71 Sedang
Sangubanyu
II-53
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-54
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-55
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
embung ini, yaitu untuk parameter Coli Tinja yang sedikit diatas baku
mutu, yaitu 1.300 MPN/100 ml.
5. Embung Kaliaji
Embung Kaliaji berada di Dusun Sangurejo, Wonokerto, Turi yang hanya
berupa Penampungan Air Hujan (PAH) dengan luas 100 m2 dan volume
sebanyak 80 m3. Ada satu parameter yang tidak memenuhi baku mutu,
yaitu BOD yang sebesar 4,05 mg/l.
6. Embung Kemiri
Embung Kemiri berada di Dusun Ngelosari, Kemiri, Purwobinangun,
Pakem memiliki luas sebesar 0,8 Ha dan volume airnya adalah 25.000
m3. Embung ini memiliki 2 parameter yang tidak sesuai, yaitu Nitri dan
Coli Tinja. Kandungan Nitrit mencapai 0,087 mg/l sedangkan Coli Tinja
mencapai 3.300 MPN/100 ml, dimana nilai ini cukup jauh dari baku mutu
yang sebesar 1.000 MPN/100 ml.
7. Embung Pancoh
Embung Pancoh berada di Dusun Pancoh, Girikerto, Turi, dimana
embung ini memiliki volume air sebesar 35.000 m3 dengan luas embung
adalah 1,2 Ha. Embung ini memiliki 2 parameter yang tidak sesuai, yaitu
Nitri dan Coli Tinja. Kandungan Nitrit mencapai 0,099 mg/l sedangkan
Coli Tinja mencapai 2.300 MPN/100 ml, dimana nilai ini cukup jauh dari
baku mutu yang sebesar 1.000 MPN/100 ml.
8. Embung Tlogo Putri
Embung Tlogo Putri berada di Dusun Kaliurang, Hargobinangun, Pakem
memiliki luas 0,3 Ha dan volume sebesar 4.000 m3. Embung ini hanya
memiliki satu parameter yang tidak sesuai yaitu kandungan nitrit.
9. Embung Sempu/Pakembinangun
Embung Sempu atau Pakembinangun ini berlokasi di Dusun Sempu,
Pakembinangun, Pakem dengan luas 1,4 Ha dan volume air sebesar
42.000 m3. Tidak ada parameter yang tidak memenuhi baku dan bahkan
dianggap sebagai embung dengan kualitas air terbaik pada pengujian
ini.
II-56
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-57
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-58
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-59
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-60
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-61
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
TDS / Zat Total Nitrit - Nitrat - BOD 5 Ammonia Gol Coli Tinja
DO Detergen
No. Nama Embung Padat Terlarut pH Phospat - NO2-N NO3-N Hari (NH3-N) (MPN/100
(mg/L) (µg/L)
(mg/L) PO4 (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) ml)
15 Embung 188,6 7,14 10,09 0,242 1,479 1,559 0,95 0,062 <0,002 33 x 102
Gancahan
16 Embung 125,5 7,26 9,81 <0,010 0,419 2,683 4,19 <0,006 <0,002 23 x 102
Klampeyan
17 Embung Jering 133,6 7,19 8,17 0,233 0,060 3,211 3,88 0,217 109 > 1600 x 103
18 Embung 127,0 7,22 8,28 0,112 0,058 0,069 1,11 0,030 4 23 x 102
Barepan /
Tirtoagung
19 Embung 146,2 7,21 8,66 <0,010 0,936 5,779 8,11 63 ???? 49 x 102
Tambakboyo
20 Embung Lembah 132,2 7,3 6,32 0,063 1,547 2,679 1,54 <0,006 138 350 x 103
UGM
21 Embung Desa 151,1 6,45 5,72 0,211 0,242 9,360 <0,86 <0,006 <0,002 > 1600 x 103
Tempel
22 Embung 169,5 7,55 5,27 0,015 0,012 0,359 3,10 <0,006 <0,002 > 1600 x 103
Plataran
23 Embung 158,7 7,59 6,09 <0,010 0,091 1,207 <0,86 <0,006 <0,002 220 x 103
Tegaltirto
24 Embung 127,4 7,58 5,50 <0,010 0,009 0,486 5,22 <0,006 <0,002 70
Bimomartani
25 Embung 131,3 7,62 6,78 <0,010 0,001 0,231 <0,86 <0,006 <0,002 > 1600 x 103
Gedongan/
Watu Manten
II-62
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-63
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-64
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-65
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
parameter Fluoride, yaitu kran dapur Rumah Bpk. Ashadi Rt.5 Rw.26 (IPAL
Ben Sehat, Gundengan Kidul, Margorejo, Tempel).
II-66
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-67
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
NO3 Nitrit
TDS Besi Mangan Khlorida Fluoride Sulfat Total coliform
NO Lokasi Sumur Ph kekeruhan Warna Rasa Bau sbg N sbg N
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (jmlh/100ml)
(mg/L) (mg/L)
10 Kran Luar Rumah Bpk. Yulianto Rt.09
Tidak Tidak
Rw.05 (IPAL Roso Tunggal, Kronggahan, 7,14 0,18 0 283 7,3016 < 0,001 0,129 17,84 0,262 < 0,001 25,88 110
berasa Berbau
Trihanggo, Gamping)
11 Kran Luar Rumah Bpk. Yulianto Rt.03
Tidak Tidak
Rw.28 (PAL Madurejo, Sembir, 6,99 1 1 343 7,978 < 0,001 0,025 24,35 0,328 0,02 52 > 1600
berasa Berbau
Madurejo, Prambanan, Sleman)
12 Kran depan Bpk. Haryanto Rt.03 Rw.28
Tidak Tidak
(PAL Madurejo, Sembir, Madurejo, 7,63 0,2 0 324 3,972 < 0,001 0,047 19,04 0,652 < 0,001 39,17 > 1600
berasa Berbau
Prambanan, Sleman)
13 Kran Luar Ibu Tutik Rt.01 Rw.03 (PAL
Tidak Tidak
Guyub Rukun, Kalongan, Maguwoharjo, 7,5 0,17 0 339 5,038 < 0,001 0,047 24,35 0,34 0,005 79,39 > 1600
berasa Berbau
Depok)
14 Kran Luar Bapak Surono Rt.02 Rw.03
Tidak Tidak
(PAL Guyub Rukun, Kalongan, 7,18 0,29 0 286 3,981 < 0,001 0,028 19,04 0,338 < 0,001 53,05 11
berasa Berbau
Maguwoharjo, Depok)
15 Kran Depan Bpk. Sukimin Rt.07 Rw.55
Tidak Tidak
(IPAL Sedoyo Bhakti, Sambilegi Lor, 7,24 0,63 0 235 2,642 < 0,001 < 0,001 14,22 0,237 0,007 49,08 350
berasa Berbau
Meguwoharjo, Depok)
16 Kran Depan Bpk. Sudiman Rt.07 Rw.55
Tidak Tidak
(IPAL Sedoyo Bhakti, Sambilegi Lor, 7,93 0,28 0 293 4,166 < 0,001 0,006 19,04 0,358 0,013 49,57 350
berasa Berbau
Meguwoharjo, Depok)
17 Kran Luar Bpk. Sumarno Rt.05 Rw.59
Tidak Tidak
(IPAL Sengkan Sehat, Sengkan, 7,16 0,34 1 163 8,267 < 0,001 < 0,001 6,51 0,134 < 0,001 5,69 540
berasa Berbau
Condongcatur, Depok, Sleman)
18 Kran Luar Bpk. Hadi Sutrisno Rt.05
Tidak Tidak
Rw.59 (IPAL Sengkan Sehat, Sengkan, 7,08 1,06 0 332 6,137 < 0,001 < 0,001 21,94 0,324 0,004 11,58 350
berasa Berbau
Condongcatur, Depok, Sleman)
II-68
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
NO3 Nitrit
TDS Besi Mangan Khlorida Fluoride Sulfat Total coliform
NO Lokasi Sumur Ph kekeruhan Warna Rasa Bau sbg N sbg N
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (jmlh/100ml)
(mg/L) (mg/L)
19 Kran Luar Bpk. Yunanto Rt.4 Rw.10
Tidak Tidak
(IPAL Ngudi Mulyo, Mendira, Sukoharjo, 7,09 0,38 0 156 5,846 < 0,001 < 0,001 7,23 0,275 < 0,001 12,95 13
berasa Berbau
Ngaglik, Sleman)
20 Kran Luar Bpk. Taufik Rt.4 Rw.10 (IPAL
Tidak Tidak
Ngudi Mulyo, Mendira, Sukoharjo, 7,2 0,31 0 154 5,39 < 0,001 < 0,001 7,47 0,419 < 0,001 10,33 33
berasa Berbau
Ngaglik, Sleman)
21 Kran Luar Ibu Suparmi Rt.6 Rw.36 (IPAL
Tidak Tidak
Ngudi Sehat, Ngabean Kulon, 6,88 0,43 3 185 7,741 < 0,001 < 0,001 11,09 0,382 0,006 11,81 350
berasa Berbau
Sinduharjo, Ngaglik)
22 Kran Luar Ibu Wardi Rt.3 Rw.20 (IPAL
Tidak Tidak
Ngudi Sehat, Ngabean Kulon, 7,01 0,58 2 241 8,172 < 0,001 < 0,001 15,91 0,132 < 0,001 17,17 130
berasa Berbau
Sinduharjo, Ngaglik)
23 Kran Luar Bpk. Barozi Rt.3 Rw.20 (IPAL
Tidak Tidak
Banyu Aji, Gandok, Tambakan, 7,07 0,94 0 251 9,263 < 0,001 < 0,001 17,12 0,422 0,002 20,51 240
berasa Berbau
Sinduharjo, Ngaglik)
24 Kran Luar Bpk. Sudarmo Rt.3 Rw.20
Tidak Tidak
(IPAL Banyu Aji, Gandok, Tambakan, 6,67 0,43 0 303 5,424 < 0,001 < 0,001 23,38 0,313 < 0,001 22,94 240
berasa Berbau
Sinduharjo, Ngaglik)
25 Kran Luar Bpk. Sugeng Rt.2 Rw.35 (IPAL
Tidak Tidak
Tirta Mili, Jangkang, Sariharjo, Ngaglik, 6,87 0,08 0 279 4,606 < 0,001 < 0,001 25,79 0,0441 0,001 30,12 130
berasa Berbau
Sleman)
26 Kran Dapur Rumah Ibu Sunarti Rt.2
Tidak Tidak
Rw.35 (IPAL Tirta Mili, Jangkang, 6,73 0,1 0 278 4,112 < 0,001 < 0,001 25,31 0,766 0,001 29,2 350
berasa Berbau
Sariharjo, Ngaglik, Sleman)
27 Kran Rumah Bpk. Sagito Rt.1 Rw.7 (IPAL
Tidak Tidak
Dani Tirta, Donikerto, Sariharjo, Ngahlik, 7,26 0,14 0 255 4,457 < 0,001 < 0,001 10,37 1,048 0,002 58,66 540
berasa Berbau
Sleman)
II-69
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
NO3 Nitrit
TDS Besi Mangan Khlorida Fluoride Sulfat Total coliform
NO Lokasi Sumur Ph kekeruhan Warna Rasa Bau sbg N sbg N
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (jmlh/100ml)
(mg/L) (mg/L)
28 Kran Rumah Bpk. Sugeng Rt.1 Rw.7
Tidak Tidak
(IPAL Dani Tirta, Donikerto, Sariharjo, 7,22 0,12 0 230 7,485 < 0,001 < 0,001 9,88 0,572 0,043 27,96 540
berasa Berbau
Ngahlik, Sleman)
29 Sumur Gali Bpk. Walji Rt1 Rw.3 (IPAL Tidak Tidak
7,1 5,95 10 230 4,087 0,993 < 0,001 11,33 0,683 0,009 22,26 920
Wahana Sejahtera, Ndrono) berasa Berbau
30 Kran Rumah Bpk. Wakid Rt.2 Rw.3 (IPAL
Tidak Tidak
Wonosari Sehat, Wonosari, Donoharjo, 7,18 0,14 1 206 5,469 < 0,001 < 0,001 11,33 0,45 < 0,001 15,29 > 1600
berasa Berbau
Ngaglik)
31 Kran Rumah Bpk. Sriyoto Rt.1 Rw.8
Tidak Tidak
(IPAL Candi Indah, Candi Karang, 7,11 0,23 0 160 3,346 < 0,001 < 0,001 8,92 0,629 < 0,001 14,49 350
berasa Berbau
Sardonoharjo, Ngaglik)
32 Kran Rumah Bpk. Gunadi Rt.1 Rw.8
Tidak Tidak
(IPAL Candi Indah, Candi Karang, 6,98 0,1 0 221 5,521 < 0,001 < 0,001 13,74 0,887 < 0,001 22,25 920
berasa Berbau
Sardonoharjo, Ngaglik)
33 Kran Rumah Ibu Nitirejo Rt.4 Rw.33
Tidak Tidak
(IPAL Wahana Sejahtera, Ndrono, 7,36 0,13 0 178 3,938 < 0,001 < 0,001 8,92 0,33 < 0,001 12,63 240
berasa Berbau
Sardonoharjo, Ngaglik)
34 Kran Rumah Bpk. Sabari Rt.3 Rw.33
Tidak Tidak
(IPAL Wahana Sejahtera, Ndrono, 7,39 0,15 0 173 4,932 < 0,001 < 0,001 10,37 0,544 < 0,001 10,52 920
berasa Berbau
Sardonoharjo, Ngaglik)
35 Kran Luar Bpk. Mujiono Rt.4 Rw.10
Tidak Tidak
(IPAL Wonokerso Sehat, Wonokerso, 6,96 0,31 4 182 6,174 0,049 < 0,001 10,85 0,214 0,001 17,21 170
berasa Berbau
Sariharjo, Ngaglik)
36 Kran Luar Bpk. Maryono Rt.4 Rw.10
Tidak Tidak
(IPAL Wonokerso Sehat, Wonokerso, 6,73 0,5 2 179 7,476 < 0,001 < 0,001 10,85 0,282 < 0,001 15,32 1600
berasa Berbau
Sariharjo, Ngaglik)
II-70
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
NO3 Nitrit
TDS Besi Mangan Khlorida Fluoride Sulfat Total coliform
NO Lokasi Sumur Ph kekeruhan Warna Rasa Bau sbg N sbg N
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (jmlh/100ml)
(mg/L) (mg/L)
37 Kran Luar Bpk. Suwarno Rt.7 Rw.20
Tidak Tidak
(IPAL Bangun Sehat, Karangwuni, 6,79 0,24 2 132,1 3,857 < 0,001 0,004 9,88 0,345 < 0,001 28,76 33
berasa Berbau
Bangunkerto, Turi, Sleman)
38 Kran Luar Bpk. Suwandi Rt.1 Rw.20
Tidak Tidak
(IPAL Bangun Sehat, Karangwuni, 6,72 2,67 2 140 3,656 < 0,001 < 0,001 10,37 0,364 < 0,001 24,69 33
berasa Berbau
Bangunkerto, Turi, Sleman)
39 Kran Luar Bpk. Supriyanto Rt.1 Rw.17
Tidak Tidak
(IPAL Sapta Mulia, Kepitu, Trimulyo, 6,86 0,31 0 151 8,294 < 0,001 0,004 8,44 0,381 < 0,001 5,44 350
berasa Berbau
Sleman)
40 Kran Luar Bpk. Dahyar Sosrodiharjo Rt.1
Tidak Tidak
Rw.10 (IPAL Sapta Mulia, Kepitu, 6,74 0,9 2 166 5,952 0,017 < 0,001 8,92 0,037 < 0,001 20,33 540
berasa Berbau
Trimulyo, Sleman)
41 Kran Kamar Mandi Bpk. Sartono Rt.01
Tidak Tidak
Rw.10 (IPAL Mardi Waras, Karangkepuh, 7 0,24 0 158 8,54 < 0,001 < 0,001 9,88 0,155 0,002 4,09 >1600
berasa Berbau
Pandowoharjo, Sleman)
42 Kran Luar Bpk Nurtamaji Rt.1 Rw.10
Tidak Tidak
(IPAL Mardi Waras, Karangkepuh, 6,89 0,44 0 130,2 7,589 < 0,001 0,179 7,96 0,242 < 0,001 1,34 23
berasa Berbau
Pandowoharjo, Sleman)
43 Kran Belakang Rumah Bpk. Bambang
Tidak Tidak
Sutata Rt.1 Rw.17 (IPAL Bagas Waras, 6,73 0,23 0 172 3,929 < 0,001 0,055 12,29 0,797 < 0,001 15,99 49
berasa Berbau
Surowangsan, Margorejo, Tempel)
44 Kran Depan Rumah Bpk. Ratno Rt.6
Tidak Tidak
(IPAL Sido Lancar, Jetis,Caturharjo, 7,05 0,13 0 154 4,096 < 0,001 < 0,001 13,26 0,819 < 0,001 23,88 1600
berasa Berbau
Sleman)
45 Kran Samping Rumah Bpk. Marjono
Tidak Tidak
Rt.01 Rw.17 (IPAL Bagas Waras, 7,05 0,12 0 209 5,618 < 0,001 0,035 14,22 0,748 0,003 27,83 33
berasa Berbau
Surowangsan, Margorejo, Tempel)
II-71
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
NO3 Nitrit
TDS Besi Mangan Khlorida Fluoride Sulfat Total coliform
NO Lokasi Sumur Ph kekeruhan Warna Rasa Bau sbg N sbg N
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (jmlh/100ml)
(mg/L) (mg/L)
46 Kran Depan Rumah Ibu Yantini Rt,5
Tidak Tidak
Rw.26 (IPAL Ben Sehat, Gundengan 6,83 0,53 0 226 7,018 < 0,001 < 0,001 15,19 0,548 < 0,001 30,05 240
berasa Berbau
Kidul, Margorejo, Tempel)
47 Kran Dapur Rumah Bpk. Ashadi Rt.5
Tidak Tidak
Rw.26 (IPAL Ben Sehat, Gundengan 6,91 < 0,001 0 155 0,002 < 0,001 4,157 27,47 13,29 0,802 42 >1600
berasa Berbau
Kidul, Margorejo, Tempel)
48 Kran Depan Rumah Bpk. Ngatijo Rt.5
Tidak Tidak
(IPAL Sido Lancar, Jetis, Caturharjo, 7,53 0,14 0 200 6,128 < 0,001 < 0,001 13,74 0,727 0,01 30,52 170
berasa Berbau
Sleman)
49 Sumur Depan Rumah Trisno Warsito
Tidak Tidak
(IPAL Dukuh Berbakti, Dukuh, Tridadi, 6,85 0,08 0 204 7,379 < 0,001 < 0,001 10,85 0,217 < 0,001 25,01 13
berasa Berbau
Sleman)
50 Sumur Depan Rumah Sumarto (IPAL Tidak Tidak
6,71 0,32 0 136 3,674 < 0,001 < 0,001 7,47 0,643 < 0,001 16,81 1600
Dukuh Berbakti, Dukuh, Tridadi, Sleman) berasa Berbau
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman
Keterangan:
XXX : Nilai tidak sesuai baku mutu
II-72
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-73
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-74
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-75
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
No Parameter Bau pH Warna Kekeruhan Besi Mangan Nitrat Nitrit Flourida Chlorida Sulfat Kesadahan Zat TDS Total
(Fe) (Mn) (F) (Cl) (SO4) (CaCO3) Organik Koliform
(KMnO4)
Satuan - - Skala Skala NTU mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L (MPN)/100ml
Ptco
Baku Mutu Tidak 6,5 - 50 25 1 0,5 10 1 1,5 - 400 500 10 1000 50
Berbau 8,5
Sardonoharjo,
Ngaglik
9 Mata Air Tidak 8,53 0 0,67 < 0,001 < 0,001 < 0,003 0,279 35,44 59,62 78 0,278 330 540
Pajangan, Berbau 0,001
Wedomartani,
Ngemplak
10 Mata Air Blue Tidak 7,48 0 0,13 < 0,001 < 0,001 4,078 0,001 0,237 5,54 < 0,001 52 0 152 240
Lagon, Berbau
Wedomartani,
Ngemplak
11 Mata Air Joho Tidak 7,02 0 0,14 < 0,001 < 0,001 2,036 0,001 0,433 6,03 < 0,001 56 0 159 130
Lanang, Berbau
sindumartani
Ngemplak
12 Mata Air Bebeng, Tidak 8,12 3 0,41 < 0,001 < 0,001 < 0,003 0,057 1,69 4,21 14 2,629 78,3 220
Glagahharjo, Berbau 0,001
Cangkringan
13 Mata Air Mudal Tidak 6,66 0 0,29 < 0,001 < 0,001 3,55 0,001 0,121 9,4 19,62 70 0,278 178 33
Argomulyo, Berbau
Cangkringan
14 Mata Air Umbul Tidak 7,82 0 0,19 < 0,001 0,097 1,349 < 0,39 10,37 40,73 27 0 161 < 1,8
Lanang, Berbau 0,01
Umbulharjo,
Cangkringan
II-76
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
No Parameter Bau pH Warna Kekeruhan Besi Mangan Nitrat Nitrit Flourida Chlorida Sulfat Kesadahan Zat TDS Total
(Fe) (Mn) (F) (Cl) (SO4) (CaCO3) Organik Koliform
(KMnO4)
Satuan - - Skala Skala NTU mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L (MPN)/100ml
Ptco
Baku Mutu Tidak 6,5 - 50 25 1 0,5 10 1 1,5 - 400 500 10 1000 50
Berbau 8,5
15 Mata Air Umbul Tidak 6,98 1 0,52 < 0,001 0,058 2,053 0,001 0,421 18,08 60,14 31 0,278 196 1600
Wadon, Berbau
Umbulharjo,
Cangkringan
16 Mata Air Tidak 6,98 0 0,53 < 0,001 < 0,001 5,988 0,055 < 0,001 15,19 7,35 92 2,041 201 > 1600
Bagusan, Berbau
Sidoagung ,
Godean
17 Mata Air Tidak 7,71 3 1,27 < 0,001 0,025 1,789 0,03 0,522 12,78 8,43 98 4,392 206 < 1,8
Klangkapan, Berbau
margoluwih,
Seyegan
18 Mata Air Karang Tidak 7,37 0 0,14 < 0,001 < 0,001 6,341 0,002 0,14 11,33 12,3 56 0,866 0,866 169
Bajang, tlogoadi, Berbau
Mlati
19 Mata Air Jongke, Tidak 7,39 0 0,18 < 0,001 < 0,001 3,365 < 0,239 8,44 2,28 58 0,278 145 70
Sendangadi, Mlati Berbau 0,001
20 Mata Air Sempor, Tidak 8,16 0 0,14 < 0,001 < 0,001 6,095 < 0,188 9,4 10,38 82 1,454 175 13
Beteng, Tridadi, Berbau 0,001
Sleman
II-77
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-78
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-79
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Sungai Konteng yang masuk dalam Kelas II, dari hasil uji kualitas air
badan air di yang diambil sebanyak 6 (enam) titik pemantauan, pada musim
penghujan menunjukkan ada 2 lokasi yang memiliki status mutu air
memenuhi yaitu di Jembatan Ngablak dan Jembatan Bedingin, 2 lokasi
dengan status mutu air ringan, yaitu di Jembatan Klajoran dan Jembatan
Kosekan dan 2 lokasi dengan status sedang yaitu di Jembatan dekat PT
GKBI dan Jembatan dengan RSUD Sleman. Cukup menarik bahwa dua
lokasi terakhir ini memiliki kadar Fecal Copi dan Total Coliform cukup tinggi,
sehingga perlu ada kesadaran untuk mengurangi pencemaran di area ini.
Pada musim kemarau, kondisinya menjadi lebih buruk, yaitu 4 lokasi
berstatus mutu air berat, yaitu di Jembatan Ngablak, Jembatan dekat
PT.GKBI, Jembatan RSUD Sleman dan Jembatan Bedingin. Faktor
pernyebab peningkatan status ini juga karena debit air yang menurun
sehingga kadar Fecal Coli dan Total-Coliform menjadi tinggi. Dua lokasi lain,
yaitu Jembatan Pasekan berstatus sedang dan Jembatan Klajoran berstatus
ringan.
Hasil uji kualitas air badan air di Sungai Bedog (Kelas I) yang diambil
sebanyak 6 (enam) titik pemantauan, menunjukkan pada musim penghujan
2 lokasi sudah memenuhi status mutu airnya, yaitu di Jembatan Sempor
dan Jembatan Demakijo, kemudian di di Jembatan Randusongo, Jembatan
Kronggahan dan Jembatan Gamping memiliki status mutu air adalah ringan.
Untuk yang masuk kategori status mutu air sedang adalah di Jembatan
Pangukan yang di musim kemarau statusnya tetap sedang. Tetapi untuk
lokasi di Jembatan Sempor, Jembatan Kronggahan dan Jembatan Demakijo
status mutu airnya menjadi berat, yang sekali lagi disebabkan karena kadar
Fecal Coli dan Total Coliform yang meningkat.
Di Sungai Opak (Kelas I) yang diambil sebanyak 6 (enam) titik
pemantauan dimana menunjukkan pada musim penghujan status mutu
airnya adalah ringan sampai sedang. Sungai Opak termasuk sungai utama,
sehingga mendapat masukan air dari beberapa anak sungainya. Dari 6
lokasi, tidak ada yang status mutu airnya memenuhi, Fecal Coli dan Total
II-80
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Coliform melebihi baku mutu semua lokasi. Pada musim kemarau justru
status mutu airnya lebih baik, dimana ada 2 lokasi yang memenuhi, yaitu di
Jembatan Jl. Tulung – Kalasan dan Jembatan Jl. Kalasan – Potrojayan.
Bahkan umumnya kadar Fecal Coli dan Total Coliform mengalami
penurunan dibandingkan dengan sampel yang diambil pada musim
penghujan.
Di Sungai Tepus yang masuk Kelas I dan II, yang diambil sebanyak
5 (lima) titik pemantauan. Pada musim penghujan menunjukkan status
mutu air di 3 lokasi adalah memenuhi, yaitu di Jembatan Dayakan,
Jembatan Jl. Solo dan Jembatan Jl. Berbah – Tanjungtirto. Untuk Sungai
Tepu yang berlokasi di Jembatan Kalijeruk masuk kategori Sedang dan di
Jembatan Pucangan memiliki status mutu air ringan. Faktor Total Coliform
berpengaruh pada status mutu airnya. Pada musim kemarau hanya sedikit
perubahan, yaitu status mutu air di lokasi Jembatan Dayakan berubah dari
memenuhi menjadi ringan.
Hasil uji kualitas air badan air di Sungai Kuning (Kelas I dan II) yang
diambil sebanyak 5 (lima) titik pemantauan pada musim penghujan
menunjukan 2 lokasi berstatus mutu air memenuhi, yaitu di lokasi Jembatan
Sorogenen dan Jembatan Krikilan. Kemudian 2 lokasi lain memiliki status
ringan, yaitu Jembatan Kali Kuning dan Jembatan Kabunan, sedangkan
Jembatan Pokoh memiliki status sedang. Fecal Coli dan Total Coliform cukup
tinggi di lokasi Jembatan Pokoh. Pada musim kemarau terjadi peningkatan
status mutu air dimana di Jembatan Pokoh turun menjadi ringan, namun 2
lokasi yang pada musim penghujan adalah memenuhi, berubah menjadi
sedang, yaitu di Jembatan Sorogenen dan Jembatan Krikilan.
Sungai Blotan (Kelas II dan kelas III) yang diambil sebanyak 6
(enam) titik pemantauan. Pada musim penghujan menunjukkan semua
lokasi memiliki status yang sama yaitu memnuhi, kualitas air disini tergolong
baik. Akan tetapi pada musim kemarau, hanya lokasi di Jembatan Krapyak
saja yang tetap, yang lainnya berubah. Bahkan di Jembatan Padasan yang
pada musim penghujan memiliki status memenuhi, pada musim kemarau
II-81
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
berubah menjadi status mutu airnya berat dan termasuk yang paling tinggi
pada kajian status mutu air saat ini. Untuk lokasi di Jembatan Pakem Gede,
Jembatan Sembung dan Jembatan Jl. Solo – Caturtunggal hanya berubah
menjadi status ringan, kemudian yang di Jembatan Jl Ring Road Utara
berubah menjadi sedang.
Sungai Progo (Kelas I) hanya diambil sebanyak 3 (tiga) titik
pemantauan, dan yang menarik disini adalah status mutu airnya justru lebih
baik pada musim kemarau. Kadar Fecal Coli dan Total Coliform lebih tinggi
pada musim penghujan yang membuat status mutu air di 3 lokasi sama
yaitu sedang. Pada musim kemarau lokasi di Jembatan Bantar berubah lebih
baik menjadi ringan, dan bahkan untuk lokasi di Jembatan Ngapak berubah
status menjadi memenuhi.
Sungai Kruwet (Kelas II) juga relatif lebih baik justru pada musim
kemarau. Dari sungai ini diambil sebanyak 5 (lima) titik pemantauan dimana
hanya ada 1 lokasi yang berstatus memenuhi pada musim penghujan.
Sedangkan pada musim kemarau justru ada 3 lokasi yang memiliki status
mutu air memenuhi, yaitu di Jembatan Jl. Tempel – Turi, Jembatan
Suriwangsan dan Jembatan Jl. Sayegan – Minggir.
Adanya beberapa parameter kualitas air yang tidak memenuhi baku
mutu dimungkinkan adanya bahan-bahan buangan yang terdiri dari bahan-
bahan organik dan mungkin beberapa bahan anorganik. Polutan semacam
ini berasal dari berbagai sumber, seperti kotoran hewan maupun manusia,
tanaman-tanaman mati atau sampah organik, bahan-bahan buangan dari
industri pengolahan pangan, dan lain-lain.
II-82
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
dalam kualitas air tanah di Kabupaten Sleman adalah zat besi, mangan,
seng.
Zat besi banyak terdapat di alam. Senyawa besi dalam jumlah kecil
di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembentuk sel-sel darah merah,
dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari yang sebagian diperoleh dari air.
Tetapi zat besi yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh manusia
dapat menimbulkan masalah kesehatan. Kandungan zat besi dalam sel
darah merah bertugas untuk mengikat oksigen yang sangat penting bagi
proses pembakaran yang terjadi dalam sel-sel tubuh. Namun jika
kandungannya berlebihan dapat menyebabkan pembengkaan pada hati,
karena tubuh manusia tidak dapat mengsekresi Fe.
Zat besi dapat mencegah penyerapan obat, sehingga tidak baik
dikonsumsi jika sedang mengkonsusmsi suatu obat. Kadar Fe dalam air
yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan
kulit. Apabila kelarutannnya besi dalam air melebihi 10 mg/l akan
menyebabkan air berbau seperti telur busuk. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk menurunkan kadar besi dalam air adalah dengan cara
aerasi. Teknologi ini juga dapat dikombinasikan dengan sedimentasi dan
filtrasi.
Coliform yang tinggi merupakan indikasi adanya pencemaran yang
bersumber dari kotoran hewan atau manusia yaitu adanya bakteri-bakteri
yang ditemukan di dalam saluran pencernaan dari hewan dan atau manusia.
Sumber pencemar coliform yang dominan di lingkungan tempat tinggal
umumnya adalah bersumber dari septictank.
II-83
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
kualitas air pada air sungai dan embung, terdapat juga potensi
permasalahan pada kuantitas air, terutama kuantitas air tanah. Berdasarkan
data pengukuran kedalaman muka air tanah antara tahun 2016 – 2019 dari
Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral
(DPUPESM) DIY, di Kabupaten Sleman terjadi penurunan air tanah sebesar
12-90 cm per tahun (Tabel Tambahan TT-8). Adapun grafik-grafik pola
fluktuasinya adalah sebagai berikut ini.
II-84
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-85
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-86
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-87
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-88
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-89
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-90
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-91
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Waktu
No Lokasi Peserta
Pelaksanaan
Desa Trimulyo
Kecamatan Sleman
II-92
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Waktu
No Lokasi Peserta
Pelaksanaan
13 Kali Klanduhan, Desa Komunitas Kali Pelang Minggu,
Minomartani 4 – 8 - 2019
Kecamatan Ngaglik
14 Kali Tepus, Dusun Komunitas Kali Tepus / Minggu,
Kiyaran Desa Wukirsari KKT 1 – 9 - 2019
Kecamatan
Cangkringan
15 Kali Giri, Dusun Girirupo Komunitas Kali Giri Minggu,
Desa Sukoharjo 1 – 9 - 2019
Kecamatan Ngaglik
16 Sungai Gayam, Dusun Organisasi Pemuda Minggu,
Jetisuruh dan Dusun Peduli Kali Gayam 1 – 9 - 2019
Suruh Desa Donoharjo Jetissuruh/ORDAKAMTIS
Kecamatan Ngaglik
17 Sungai Denggung, Forum Komunikasi Minggu,
Padukuhan Denggung Winongo Asri/FKWA 8 September
Desa Tridadi 2019
Kecamatan Sleman
18 Sungai Kuning – Opak Komunitas Kali Minggu,
Berbah, Padukuhan Blendangan 15 September
Blendangan Desa 2019
Jogotirto Kecamatan
Berbah
19 Bataran Sungai Krasak Komunitas Pegiat Kali Sabtu,
Dusun Gimberan Krasak 21 September
Padukuhan Donojayan 2019
Desa Merdikorejo
Kecamatan Tempel
20 Kali Dolo, Padukuhan Komunitas Kali Dolo Minggu, 22
Pucanganom Desa September
Wedomartani 2019
Kecamatan Ngemplak
21 Kali Buntung, Mesan Forum Komunikasi Minggu,
Padukuhan Jatirejo Winongo Asri/FKWA 22 September
Desa Sendangadi 2019
Kecamatan Mlati
22 Kali Konteng Komunitas Konco Pacet Minggu,
Padukuhan 22 September
Jonggrangan Desa 2019
Sumberadi Kecamatan
Mlati
II-93
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Waktu
No Lokasi Peserta
Pelaksanaan
23 Kali Pelang Padukuhan Komunitas Kali Pelang Sabtu, 19
Gandok Desa Oktober 2019
Caturtunggal
Kecamatan Depok
24 Sungai Bedog, Dusun Komunitas Regul Bedog Minggu,
Dowangan Desa 20 Oktober
Banyuraden Kecamatan 2019
Gamping
25 Kali Sembung Komunitas Sungai Minggu,
Padukuhan Sembung Sembung Asri/KSSA 24 Nopember
Desa Sukoharjo 2019
Kecamatan Ngaglik
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman
II-94
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-95
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-96
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-97
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-98
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-99
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Saat ini semua kepala keluarga atau rumah tangga sudah memiliki
sarana sanitasi untuk buang air kecil dan buang air besar, namun demikian
kandungan coli di air masih tinggi. Ini menunjukan bahwa ketersediaan
sarana sanitasi masih belum tuntas dalam merubah perilaku masyarakat
dalam buang air besar sembarangan. Didalam laporan penelitian formatif
dikatakan bahwa faktor yang memudahkan seseorang melakukan buang air
besar di area terbuka didasarkan pada faktor kognitif yaitu menguntungkan
(praktis, dekat, hemat dan tidak berefek) dan belajar dari orang tua dan
tetangga yang melakukan hal yang sama dan faktor emosional meliputi
kenyamanan suasana dan tempat, merasa puas dan budaya turun -
temurun.
Didalam penelitian lain menunjukkan bahwa perubahan perilaku
buang air besar sembarangan tergantung kesadaran seseorang untuk
menggunakan fasilitas, akses jamban dan persepsi seseorang tentang tinja
dan hubungannya dengan penyakit, sehingga dalam hal ini diperlukan
monitoring pasca pemicuan sarana sanitasi.
C. Kualitas Udara
II-100
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-101
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
suhu perairan Indonesia cukup dingin. Namun bila kondisi suhu perairan
Indonesia cukup hangat, El Nino tidak menyebabkan berkurangnya
curah hujan secara signifikan di Indonesia. Disamping itu, mengingat
luasnya wilayah Indonesia, tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi
oleh El Nino. Sedangkan La Nina secara umum menyebabkan curah
hujan di Indonesia meningkat apabila disertai dengan menghangatnya
suhu permukaan laut di perairan Indonesia. Seperti halnya El Nino,
dampak La Nina tidak berpengaruh ke seluruh wilayah Indonesia.
2. Indian Ocean Dipole (IOD)
Indian Ocean Dipole (IOD) merupakan fenomena interaksi laut–
atmosfer di Samudera Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai
(selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika
dengan perairan di sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali
suhu muka laut dimaksud disebut sebagai Dipole Mode Index (DMI).
Nilai DMI positif, umumnya berdampak kurangnya curah hujan di
Indonesia bagian barat. Sedangkan nilai DMI negatif, berdampak
terhadap meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.
3. Sirkulasi Monsun Asia – Australia
Sirkulasi angin di Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan
udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola
peredaran matahari dalam setahun yang mengakibatkan sirkulasi angin
di Indonesia umumnya membentuk pola monsun, yaitu sirkulasi angin
yang mengalami perubahan arah setiap setengah tahun sekali. Pola
angin baratan terjadi karena adanya tekanan tinggi di Asia yang
berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di sebagian besar
wilayah Indonesia. Pola angin timuran/ tenggara terjadi karena adanya
tekanan tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya
musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia.
4. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence
Zone/ ITCZ)
II-102
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik,
kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan
kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, serta mengganggu estetika dan
kenyamanan. Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber
alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti
polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi
udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat
bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.
Pencemar udara dibedakan menjadi dua, yaitu pencemar primer dan
pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang
ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon monoksida
adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena merupakan hasil
dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang
II-103
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-104
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-105
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-106
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-107
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Grafik II-29 Penjualan kendaraan beban penumpang umum, bus, truk dan
roda tiga
II-108
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-109
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
berangkat dan pulang kerja atau sekolah serta saat liburan akhir minggu
dan libur panjang. Kemacetan di Jl. Magelang juga terjadi di BPD, Denggung
juga pada momen yang sama, yaitu jam sibuk dan saat liburan. Pada
simpangan Jl. Magelang dengan Selokan Mataram sampai TVRI juga sering
terjadi kemacetan yang lebih diakibatkan parkir kendaraan yang berada
pada tepi jalan.
Untuk kemacetan yang terjadi pada ruas Jalan Nasional Jl. Solo,
terjadi pada titik tertentu yang lebih disebabkan karena arus wisatawan
yang sedang berlibur, terutama saat libur panjang. Seperti kemacetan yang
terjadi di di dekat pintu masuk Candi Prambanan sampai pertigaan Bogem.
Kemacetan yang serupa juga terjadi di pertigaan Kedaulatan Rakyat sampai
ke pintu masuk Bandara. Sedangkan kemacetan di Jl. Solo yang terjadi di
dekat pertigaan Babarsari, lebih disebabkan karena parkir kendaraan di ruas
jalan dan disebabkan kegiatan terkait upacara wisuda yang diselenggarakan
oleh kampus. Pada ruas Jl. Adisucipto juga ada titik macet yang disebabkan
oleh kegiatan prosesi pernikahan yang dilaksanakan di Gedung Wanita.
Pada kemacetan di Jl. Wates yang berlokasi di dekat Jemabatan Pelemgurih
sampai Balecatur, disebabkan banyaknya arus wisatawan yang berlibur di
daerah Yogyakarta.
Pada saat-saat tertentu, ruas Jalan Provinsi juga tidak luput dari
kemacetan. Penyebab kemacetan pada ruas ini adalah tingginya jumlah
kendaraan pada saat jam sibuk, yaitu pagi dan sore hari, pada saat liburan,
baik liburan akhir minggu maupun libur panjang, keberadaan pertokoan
besar, pasar serta sentra-sentra kuliner. Kemacetan karena jam sibuk dan
libur akhir minggu, terjadi pada Jl. Palagan Tentara Pelajar mulai dari
pertigaan Jl. Damai sampai Hotel Hyatt, kemudian terjadi juga di Jl. Monjali
dari perempatan Monjali sampai perempatan Jl. Sardjito. Untuk kemacetan
di Jl. Kaliurang, mulai dari pertigaan Pamungkas, Pertigaan Besi sampai
Mirota - Kentungan, selain karena jam sibuk, juga karena adanya pertokoan
besar di ruas-ruas tersebut. Untuk kemacetan yang diakibatkan keramaian
pertokoan dan pasar terjadi di Jl. Godean di sekitar Pasar Godean dan
II-110
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Munggur serta yang terjadi di Jl. Tajem mulai dari Pasar Setan sampai
perempatan Tajem.
Jalan Kabupaten, sekalipun ruas jalannya tidak terjalu besar, namun
pada jam-jam sibuk untuk bekerja dan sekolah, juga mengalami tekanan
pengendara yang cukup besar, dan bahkan terkadang melebihi kapasitas
jalan hingga pengendara sepeda motor juga melintas sampai ke pedestrian
yang mengganggu pejalan kaki. Kemacetan pada jam sibuk tersebut terjadi
di perempatan Kronggahan, perempatan Cebongan, di Jl Anggajaya
(Terminal Condongcatur), perempatan Jl. Affandi (Gejayan) sampai
Jembatan Merah, Jl. Seturan sampai pertokoan Babarsari, dan pertigaan Jl.
Affandi (Pasar Buah Colombo) sampai ke perempatan Syantikara.
Sedangkan kemacetan yang terjadi di Jl. Nologaten lebih disebabkan karena
aktifitas perbelanjaan di pertokoan Outlet Biru. Kemacetan-kemacetan
seperti ini memberi kontribusi yang cukup tinggi terhadap terjadinya
pencemaran udara.
Kondisi Cuaca
Cuaca di wilayah Kabupaten Sleman juga dipengaruhi oleh letak
geografi atau lintang tempat dan beberapa hal baik fenomena global,
regional maupun kondisi lokal, fenomena global El-Nino dapat
menyebabkan pengurangan jumlah curah hujan dan La-Nina merupakan
fenomena yang dapat menyebabkan penambahan jumlah curah hujan di
wilayah Sleman. Fenomena regional Dipole Mode positif (DM+)
menyebabkan aliran massa uap air dari Indonesia ke Samudera Hindia dan
sebaliknya Dipole Mode negatif (DM-). Wilayah Kabupaten Sleman juga
dipengaruhi oleh angin Monsun Asia dan Monsun Australia atau dikenal
dengan angin baratan (berakibat terjadi musim hujan) dan angin timuran
(terjadi musim kemarau). Topografi lokal wilayah Kabupaten Sleman yang
terdiri dari perbukitan sangat mempengaruhi kondisi iklim, dimana Sleman
bagian utaramerupakan dataran tinggi sehingga suhunya lebih dingin di
banding bagian selatan yang lebih rendah, begitu juga dengan curah
hujannya.
II-111
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Dari peta rata-rata curah hujan dapat diketahui bahwa jumlah curah
hujan terdegradasi dari Sleman bagian utara keselatan curah hujannya
semakin berkurang dengan kisaran jumlah curah hujan 100 mm s/d
400mm/tahun. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat
(topografi) wilayah Sleman. Curah hujan (mm) sendiri merupakan
ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak
menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 millimeter,
artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar
tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu
liter.
II-112
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-113
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Dari peta curah hujan dapat diketahui bahwa jumlah curah hujan
terdegradasi dari Sleman utara keselatan curah hujannya semakin
berkurang, kondisi ini dipengaruhi oleh topografi wilayah Sleman dimana
semakin ke selatan semakin rendah, Jumlah curah hujan tahun 2019
wilayah Sleman berkisar antara 1.400 mm hingga 3.000 mm/tahun.
Kondisi cuaca dapat dilihat dari Sifat Hujan yang maknanya
merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu
tertentu (bulanan, musiman, tahunan) dengan jumlah curah hujan
normalnya. Pada kajian ini diambil dari rata-rata selama 30 tahun periode
tahun 1981-2000. Sifat hujan sendiri dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu:
Atas Normal (AN) : Jika nilai curah hujan lebih dari 115%
terhadap rata-ratanya.
Normal (N) : Jika nilai curah hujan antara 85% --115%
terhadap rata-ratanya.
Bawah Normal (BN) : Jika nilai curah hujan kurang dari 85%
terhadap rata-ratanya
Bila dibandingkan dengan rata-ratanya secara umum curah hujan di
wilayah Kabupaten Sleman bersifat Bawah Normal (lebih rendah dari rata-
ratanya) hingga Normal (sama dengan rata-ratanya). Selengkapnya kondisi
sifat hujannya dapat dilihat pada peta berikut ini.
II-114
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Tabel II-12 Curah Hujan Bulanan dan Sifat Hujan Tahun 2019 Kabupaten
Sleman
Nama dan Lokasi Curah Hujan Bulanan (mm)
No.
Stasiun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1 Adisutjipto 301 201 726 172 14 - 0 0 - - 42 176
Rata-Rata 283 338 267 242 92 31 26 2 1 90 209 422
Batas Bawah 241 287 227 206 78 26 22 2 1 77 178 359
Batas Atas 325 389 307 278 106 36 30 2 1 103 240 485
Sifat Hujan N BN AN BN BN BN BN BN BN BN BN BN
2 Banjarharjo 620 336 723 361 20 - - - - - 174 609
Rata-Rata 390 402 269 208 137 67 32 21 43 142 288 344
Batas Bawah 332 342 229 177 116 57 27 18 37 121 245 292
Batas Atas 449 462 309 239 158 77 37 24 49 163 331 396
Sifat Hujan AN BN AN AN BN BN BN BN BN BN BN AN
3 Beran 457 337 560 413 22 - 1 1 - - 164 390
Rata-Rata 360 360 311 235 166 77 25 13 31 174 285 417
Batas Bawah 306 306 264 200 141 65 21 11 26 148 242 354
Batas Atas 414 414 358 270 191 89 29 15 36 200 328 480
Sifat Hujan AN N AN AN BN BN BN BN BN BN BN N
4 Berbah 297 254 648 125 5 - 0 - - - 36 426
Rata-Rata 330 316 237 131 77 48 27 15 26 86 180 313
Batas Bawah 281 269 201 111 65 41 23 13 22 73 153 266
Batas Atas 380 363 273 151 89 55 31 17 30 99 207 360
Sifat Hujan N BN AN N BN BN BN BN BN BN BN AN
5 Bronggang 553 370 788 414 33 - - - - - 169 364
Rata-Rata 397 413 273 219 121 64 34 19 41 143 296 348
Batas Bawah 337 351 232 186 103 54 29 16 35 122 252 296
II-115
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-116
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-117
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Tabel II-13 Curah Hujan Rata-rata Kabupaten Sleman Tahun 1981 – 2010
Curah Hujan Rerata Tahun 1981 - 2010
No Nama Pos Hujan
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1 Adisutjipto 283 338 267 242 92 31 26 2 1 90 209 422
2 Banjarharjo 390 402 269 208 137 67 32 21 43 142 288 344
3 Beran 360 360 311 235 166 77 25 13 31 174 285 417
4 Berbah 330 316 237 131 77 48 27 15 26 86 180 313
5 Bronggang 397 413 273 219 121 64 34 19 41 143 296 348
6 Cebongan 392 374 336 203 131 86 39 18 59 161 292 402
8 Dadapan 349 355 333 260 165 85 25 24 66 224 317 331
Gununganyar
9 Jambon 343 356 290 212 120 55 28 19 48 145 262 354
10 Jangkang 347 360 250 172 110 55 23 17 25 132 267 329
11 Juwangen/Kadirojo 330 351 286 151 98 63 21 12 14 84 161 289
12 Kalasan 234 240 238 121 59 48 10 8 26 66 126 251
13 Kebonagung 315 355 322 198 130 48 13 13 23 141 238 308
14 Kolombo 439 410 310 225 134 66 33 19 49 115 232 373
15 Ledoknongko 404 446 375 295 213 105 46 29 64 252 415 441
16 Maguwoharjo 381 422 340 204 106 67 42 20 22 132 220 387
17 Medari 375 392 299 228 136 77 45 16 44 186 309 387
18 Ndolo 331 354 262 184 107 47 19 24 34 103 206 353
19 Ngaglik Sonayan 301 295 271 165 88 47 19 18 31 99 154 305
20 Ngentak 281 308 238 148 118 38 18 23 38 147 225 277
21 Pakem 368 405 295 242 128 77 35 19 40 155 300 327
22 Patukan 290 338 283 191 93 61 31 16 46 116 225 274
II-118
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-119
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Gambar II-23 Peta Awal Musim Kemarau Kab. Sleman Tahun 2019
II-120
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
hujan di wilayah Kabupaten Sleman dapat dilihat pada peta awal musim
hujan di bawah ini.
Gambar II-24 Peta Awal Musim Hujan Kab. Sleman Tahun 2019
II-121
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Tabel II-15 Suhu Udara Bulanan Tahun 2007 - 2019 tahun di Kabupaten
Sleman
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2007 26,5 26,1 X 26,1 26,6 25,4 24,7 24,6 25,0 26,5 25,8 26,8
2008 27,2 25,1 25,5 26,0 25,7 24,9 23,9 25,1 26,1 27,0 25,6 25,6
2009 24,8 25,6 26,4 26,6 26,3 26,1 X 24,7 26,1 26,8 26,8 26,7
2010 26,3 26,5 26,8 26,9 26,8 26,4 26,0 26,3 26,2 26,1 26,4 25,7
2011 25,8 25,9 25,7 25,8 26,1 25,3 24,8 24,6 26,8 28,2 27,3 20,8
2012 26,0 26,1 25,3 X X X X X X X 27,0 26,6
II-122
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2013 26,4 26,4 27,0 27,2 26,7 26,2 25,5 25,1 25,6 27,1 26,3 26,0
2014 25,8 26,1 26,8 26,7 27,1 X 25,3 25,3 25,5 27,5 26,7 26,0
2015 26,2 26,2 26,3 26,4 26,2 25,2 24,6 24,8 25,6 26,8 27,8 26,9
2016 27,5 26,6 26,8 27,3 27,2 26,4 26,5 26,2 26,8 26,7 26,3 26,5
2017 26,0 26,1 26,4 26,5 26,4 26,3 25,0 25,2 25,8 26,9 25,8 26,3
2018 25,9 26,0 26,4 27,0 26,2 25,6 24,2 24,4 25,8 27,1 27,0 26,5
2019 26,4 26,6 26,2 27,2 26,7 25,0 24,2 24,5 25,4 26,8 27,5 27,5
Rata-
26,2 26,1 26,3 26,6 26,5 25,8 25,1 25,1 25,9 27,0 26,6 25,9
Rata
SD 0,7 0,4 0,6 0,5 0,5 0,6 0,8 0,6 0,6 0,6 0,7 1,7
Max 27,5 26,6 27,0 27,3 27,2 26,4 26,5 26,3 26,8 28,2 27,8 26,9
Min 24,8 25,1 25,3 25,8 25,7 24,9 23,9 24,6 25,0 26,1 25,6 20,8
Sumber: Stasiun klimatologi Yogyakarta
II-123
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-124
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Kualitas Udara
Setiap tahun, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman melakukan
pengujian kualitas udara ambien. Pemantauan dan pengujian kualitas udara
ambien mulai tahun 2017 dilakukan bekerjasama dengan Balai pengujian,
Informasi Permukiman dan Bangunan dan Pengembangan Jasa Konstruksi
(Balai PIPBPJK). Untuk tahun 2019 ini menggunakan metode passive
sampler dengan lokasi pengambilan sampel udara ambien pada 4 titik
pantau padat lalu lintas dan fasilitas umum, yaitu:
1. Terminal Condong Catur, Jl. Anggajaya 1 Gejayan, Condongcatur,
Kec. Depok
2. PT Weska Pusaka Kusuma, Jl. Magelang KM. 16 Kemloko Catur.
3. Perumahan Sleman Permai 1, Tridadi , Sleman
4. Dinas Perhubungan Kabupaten Sleman, Drono Tridadi
Pengukuran pada setiap titik tersebut dilakukan berkala sebanyak masing-
masing 4 kali pengukuran sepanjang tahun 2019. Dua sampel dilakukan
oleh DLH Sleman dan 2 sampel lain oleh KLHK. Pengukuran dilakukan pada
23 April - 6 Mei, 2 - 15 Juli, 6 - 19 Agustus, dan 8 - 21 Oktober. Sampling
dilakukan selama 14 hari pada masing-masing titik lokasi. Parameter yang
diuji meliputi Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen Dioksida (NO2) (Lampiran
Tabel 37). Baku mutunya untuk waktu pengukuran tersebut mengacu
pada Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 153
Tahun 2002. Dari hasil pemantauan dan pengujian kualitas udara pada 2
parameter tersebut, SO2, dan NO2 didapatkan bahwa nilainya masih di jauh
bawah nilai ambang batas baku mutu lingkungan yang ditetapkan tersebut.
Tabel II-16 Hasil Pengujian Kadar Sulfur Dioksida di 4 lokasi
No Lokasi Sulfur Dioksida (SO2) (µ/m3)
23 April 2 - 15 6 - 19 8 - 21
- 6 Mei Juli Agustus Oktober
1 Terminal Condong Catur, Jl. 12,94 9,73 13,11 < 2,57
Anggajaya 1 Gejayan,
Condongcatur, Kec. Depok
II-125
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-126
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-127
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-128
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
pada kajian ini. Sedangkan nilai SO2 terrencah pada bulan Oktober
sebesar < 2,57 µ/m3, keduanya terjadi pada awal musim penghujan.
Pada pengukuran Nitrogen Dioksida (NO2), nilai rerata yang diperoleh
adalah 15,96 µ/m3, dimana nilai tersebut masih dibawah baku mutu
Nitrogen Dioksida yang sebesar 400 µ/m3. Kadar teringgi adalah pada
di bulan Juli yaitu 27,90 µ/m3 dan yang terrendah pada bulan Oktober
sebesar 8,90 µ/m3.
d. Dinas Perhubungan Kabupaten Sleman, Drono Tridadi
Rerata kadar Sulfur Dioksida (SO2) di lokasi ini adalah 3,50 µ/m3, jauh
dibawah baku mutu. Puncak tertinggi kadar SO2 dilokasi ini terjadi di
bulan Agustus -September sebesar 6,28 µ/m3. Sedangkan nilai SO2
terrencah pada bulan Mei – Juni, Juli dan Oktober sebesar < 2,57 µ/m3.
Lokasi ini secara umum memiliki kadar Sulfur Dioksida yang paling
rendah.
Pada pengukuran Nitrogen Dioksida (NO2), lokasi ini juga memiliki nilai
rerata yang paling rendah, yaitu 14,80 µ/m3. Kadar teringgi adalah pada
di bulan Juli yaitu 22,90 µ/m3 dan3yang terrendah pada bulan Agustus
- September sebesar 10,60 µ/m3.
Hasil pengukuran Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) pada
tahun 2019 yang didasarkan pada 2 parameter yaitu SO2, dan NO2 sebagai
berikut tabel di bawah ini.
II-129
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-130
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-131
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Pencemaran Udara
Udara yang kualitasnya buruk dapat menghambat pengikatan
oksigen dalam darah, dan beberapa unsur tidak dapat diproses oleh organ-
organ dalam tubuh. Akibatnya akan menimbulkan berbagai macam
gangguan kesehatan baik yang sifatnya sementara maupun menahun.
Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan dapat dibedakan atas
dampak sementara, dampak menetap, dan dampak mematikan.
Dampak sementara adalah dampak pencemaran udara yang bersifat
sementara terhadap kesehatan, artinya, dampak tersebut dapat segera
hilang jika kontak antara seseorang dengan zat pencemar tersebut
dihentikan. Dampak inipun kadang-kadang tidak segera hilang melainkan
memerlukan waktu untuk pemulihan atau penyembuhan. Dampak
pencemaran udara sementara, contohnya antara lain: batuk, tenggorokan
II-132
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
gatal, memicu penyakit infeksi (bronkitis dan sinusitis, mata perih, kepala
pusing).
Dampak menetap adalah dampak pencemaran udara yang bersifat
menetap atau akumulatif (penimbunan). Dampak menetap menyebabkan
kondisi kesehatan tidak dapat dikembalikan ke kondisi semula seperti
sebelum terjadi pajanan oleh zat pencemar. Dampak pencemaran udara
menetap, contohnya: penyempitan saluran pernafasan (obstruksi),
kerusakan paru-paru menetap, tekanan darah tinggi, gangguan
perkembangan otak, menurunnya tingkat intelejensia (IQ) pada anak-anak,
dan kanker paru.
Dampak akut mematikan adalah dampak yang ditimbulkan oleh zat-
zat pencemar tertentu dan pada kadar cukup tinggi sehingga menimbulkan
kematian. Contohnya gas karbon monoksida (CO) dan hidrogen sulfida
(H2S).
Secara ringkas sifat-sifat dan dampak pencemaran udara dari
kendaraan bermotor adalah sebagai berikut:
a. Hydro Carbon (HC), yaitu uap organik yang keluar akibat dari tidak
terbakarnya sebagian bahan bakar. HC berbau dan mudah
menguap. Jika HC bereaksi dengan NOx dengan bantuan sinar
matahari dapat membentuk senyawa oksidan yaitu ozon. Ozon di
lapisan troposfer dapat menimbulkan gangguan iritasi mata, pusing
kepala, penyakit saluran pernafasan atas, dan memicu serangan
asma. Sedangkan HC aromatik dan senyawa turunannya seperti
aldehida bersifat karsinogenik.
b. Karbon Monoksida (CO), yaitu gas tidak berbau, tidak berwarna, dan
tidak mudah larut dalam air, yang keluar sebagai hasil dari
pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna. CO dalam udara jika
diberikan api akan terbakar dengan mengeluarkan asap biru dan
menjadi CO2. CO memliki afinitas dengan hemoglobin 200 kali lebih
tinggi daripada oksigen dengan hemoglobin, sehingga pengaliran
oksigen dalam darah terhalang. Pada konsentrasi tinggi, CO dapat
II-133
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-134
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-135
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Ketika arus lalu lintas padat maka terjadilah kemacetan lalu lintas.
Dalam kondisi lalu lintas macet, pembakaran bahan bakar (bensin, solar)
pada mesin kendaraan bermotor tetap berlangsung, Pada proses
pembakaran ini maka akan dikeluarkan senyawa-senyawa seperti karbon
monoksida, nitrogen oksida, belerang oksida, partikel padatan dan
senyawa-senyawa fosfor timbal. Senyawa ini selalu terdapat dalam bahan
bakar dan minyak pelumas mesin.
Pembakaran bensin maupun solar akan lebih efisien jika mobil atau
motor dilarikan dengan kecepatan yang konstan, dan mengurangi frekuensi
pengereman dan menstarter. Sebaliknya dalam kondisi jalanan macet maka
pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor tidak akan efisien lagi dan
tidak sempurna, pada saat itu yang terjadi adanya pengumpulan senyawa-
senyawa yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor pada satu tempat.
Konsumsi bahan bakar pun menjadi lebih boros. Hal tersebut terlihat
bagaimana kepulan asap hitam kendaraan bermotor terutama kendaraan
jenis truk atau bis yang menggunakan bahan bakar solar, yang dapat
mengakibatkan sesak nafas dan mata menjadi pedih.
Pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor yang tidak efisien
atau boros dan tidak sempurna akan menghasilkan banyak bahan yang
tidak diinginkan dan meningkatkan pencemaran. Akibatnya udara menjadi
tercemar sementara itu dalam proses pembakaran banyak digunakan
oksigen, pada pembakaran yang sempurna memakan jumlah oksigen yang
memadai dan komposisi bahan bakar yang cocok dan hanya mengeluarkan
karbondioksida sedangkan pada pembakaran tidak sempurna dapat
menghasilkan bahan pencemar misalnya jelaga dan karbon monoksida.
Kemacetan yang berlangsung lama menimbulkan pemborosan
masal, karena kerugian ekonomi di berbagai aspek, mulai dari waktu kerja
produktif yang berkurang, kesehatan menurun, waktu tempuh pengantaran
barnag menjadi lebih lama dan lain-lain.
Sudah disampaikan bahwa sesak nafas dan mata perih akibat asap
hitam yang keluar dari kendaraan merupakan dampak kesehatan yang
II-136
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
langsung diterima oleh pengguna jalan pada saat kemacetan lalu lintas
terjadi. Ada beberapa penyakit lain yang juga dapat timbul sebagai dampak
negatif dari kemacetan, meskipun tidak timbul secara langsung saat terjadi
kemacetan, yaitu:
1. Stress
Gangguan kesehatan utama yang disebabkan oleh kemacetan adalah
stress. Bila kemacetan telah menjadi sesuatu yang terjadi secara terus
menerus dan harus dialami setiap kali bepergian, maka stress yang
dialami pun menjadi berkepanjangan. Stress yang terus menerus ini
akan berpengaruh banyak terhadap kesehatan organ tubuh dan tidak
jarang pula berbagai penyakit muncul diakibatkan oleh stress yang
berkepanjangan.
2. Nyeri Sendi dan Punggung
Nyeri sendi dan nyeri punggung dapat terjadi akibat terjebak
kemacetan. Saat terjebak macet, tubuh terpaksa harus berada di satu
posisi dalam waktu lama sehingga akan menimbulkan nyeri sendi. Belum
lagi kaki yang harus selalu siaga menginjak pedal gas, rem dan kopling,
mengakibatkan sendi kaki utamanya akan terasa nyeri saat terjebak
macet. Punggung pun akan terasa nyeri karena harus berada dalam
posisi yang tetap selama jangka waktu yang lama.
3. Gangguan pernafasan
Akibat kemacetan yang terjadi setiap hari dalam jangka waktu bertahun-
tahun akan berdampak buruk terhadap saluran pernafasan. Meskipun
mungkin menaiki mobil dan tidak banyak terpapar udara luar, namun
tetap saja mobil tidak kedap udara sehingga kita pun tetap akan
menghirup berbagai gas beracun dari kendaraan.
4. Jantung dan hipertensi
Stress yang kita alami saat terjebak macet, juga berdampak buruk
terhadap jantung dan tekanan darah kita. Saat terjebak macet, terutama
saat kemacetan tersebut membuat waktu perjalanan menjadi lebih
lama, dapat membuat kita stress yang berarti jantung akan berdetak
II-137
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
lebih kencang dan tekanan darah kita akan meningkat. Mungkin bagi
yang masih muda dan tidak mengidap hipertensi, peningkatan detak
jantung ini tidak menjadi masalah, tetapi yang sudah menginjak usia
paruh baya, detak jantung yang terlalu kencang dapat berakibat fatal
pada tubuh.
5. Diabetes
Berada di jalan selama berjam-jam dapat meningkatkan kadar gula
darah. Terjebak macet dapat meningkatkan risiko penyakit diabetes,
apalagi bila sambil mengonsumsi camilan manis selama di dalam
kendaraan. Sebaiknya perbanyaklah minum air putih dan pilih camilan
sehat, seperti buah atau yoghurt, untuk menemani perjalanan.
Pada kendaraan yang melintas dengan cepat, tidak seluruh berat
kendaraan menekan pada jalan, namun kendaraan yang melintas dengan
perlahan menyebabkan beban berat kendaraan yang menekan jalan
menjadi lebih tinggi. Jalan yang menerima beban yang lebih besar tentu
saja akan berpeluang menjadi rusak lebih cepat. Pada jalan-jalan protokol
yang dilalui oleh kendaraan-kendaraan besar, pada ruas disekitar
perempatan dibuat dengan lebih kokoh agar dapat menahan beban lebih
berat. Ini disebabkan agar lebih kuat dalam menahan berat kendaraan.
Pada ruas jalan persimpangan, umumnya kendaraan akan menurunkan
kecepatannya, baik karena agar lebih mudah membelok, menjaga
keamanan atau karena harus berhenti akibat rambu lalu lintas. Kecepatan
kendaraan yang melambat ini dipersimpangan ini diantisipai dengan
membangun jalan yang kekuatannya lebih tinggi daripada di ruas jalan yang
lain.
Kualitas Udara
Sudah cukup banyak data dan informasi mengeni dampak buruk
yang disebabkan oleh turunnya kualitas udara karena pencemaran udara.
II-138
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-139
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-140
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-141
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-142
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-143
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Jumlah
No Jenis Penyakit
Penderita
1 Commond Cold 125.302
2 Hipertensi primer 113.964
3 Penyakit pulpa dan jaringan periapikal 113.015
4 Diabetes Melitus 51.299
5 Dispepsia 48.551
6 ISPA 46.328
7 Bronkhitis acut 41.257
8 Deman tidak diketahui sebabnya 34.712
9 Karies gigi 34460
10 Otitis Media 33.927
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2019
II-144
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-145
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-146
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-147
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-148
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
34,2
34
33,95 33,95
33,8
33,6
2016 2017 2018 2019
II-149
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-150
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Nitrogen
Total Total
Opasitas Dioksida
No Lokasi Partikel Partikel
(%) (NO2)
(mg/m3) (SO2)
(µ/m3)
15 Cerobong Genzet Operasional 1 7,00 22,33 77,33 121,18
Abhayagiri Restaurant &
Sumberwatu Heritage Resort
16 Cerobong Genzet Sendratari 7,00 17,00 67,70 113,75
Abhayagiri Restaurant &
Sumberwatu Heritage Resort
17 Cerobong Genzet 1 RSUD 7,00 26,00 55,29 108,70
Prambanan
Sumber : DLH Kabupaten Sleman
II-151
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-152
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-153
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-154
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-155
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
D. Resiko Bencana
II-156
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-157
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Utara telah ditetapkan sebagai kawasan strategis resapan air dan dibagian
Barat ditetapkan sebagai kawasan lahan pertanian.
Pengaruh pembangunan pada dekade terakhir ini telah membawa
perubahan besar, tidak saja pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat,
akan tetapi juga pada pola penggunaan lahan yang telah memberi dampak
sangat nyata terhadap fungsi-fungsi hidrologi, dan fungsi-fungsi lahan
pertanian. Laju pertumbuhan penduduk Sleman yang signifikan yakni
sebesar 0,96%% pada tahun 2019 dibandingkan tahun sebelumnya
(Lampiran Tabel 48). Pertumbuhan penduduk ini juga berdampak pada
tingginya kebutuhan lahan di Kabupaten Sleman, sehingga mengurangi
area ruang terbuka untuk resapan air hujan dan mengurangi area lahan
pertanian.
Disimpulkan bahwa perubahan penggunaan lahan telah terjadi
dalam skala cukup luas dan bersifat sporadis, lahan-lahan terbuka untuk
peresapan air hujan banyak berubah fungsi menjadi bangunan fisik seperti
hotel, apartemen, perumahan, pertokoan, telah memberi dampak nyata
terhadap penurunan luasan area terbuka dan menurunnya kapasitas
infiltrasi air sehingga berpengaruh terhadap semakin meningkatnya
frekuensi banjir genangan dan sumur kering. Penurunan infiltrasi air
mengakibatkan terjadinya aliran permukaan (run-off) yang bermuara di
saluran-saluran drainase yang sudah disediakan. Kapasitas saluran drainase
yang masih belum mencukupi, kondisi topografi yang menurun dan
kapasitas aliran permukaan yang cukup besar menciptakan genangan-
genangan bahkan banjir di beberapa wilayah Sleman, terutama kawasan
perkotaan.
II-158
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-159
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Grafik II-37 Luas (Ha) lahan yang terkena bencana kebakaran lahan
Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Sleman
II-160
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
dampak 1.395 unit rumah rusak, 1.669 pohon tumbang dan mengakibatkan
1 orang korban jiwa (Lampiran Tabel Tambahan TT-1).
II-161
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-162
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-163
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Kerugian yang dialami tidak kecamatan tidak selalu sama untuk tiap
jenis bencana alam yang terjadi. Demikian pula jenis bencana yang dominan
terjadi juga tidak selalu sama. Kerugian akibat bencana yang terjadi di Kec.
Minggir sangat besar, dimana mencapai 7,5 milyar rupiah lebih, namun
dominan disebabkan karena satu jenis bencana alam saja, yaitu kebakaran
lahan. Di Kec. Prambanan selalu ada kerugian akibat kejadian 4 jenis
bencana alam, namun nilai kerugian totalnya tidak sebesar yang terjadi di
Kec. Minggir. Kecuali Kec. Moyudan, setiap kecamatan harus mengalami
kerugian akibat bencana angin kencang.
Dari semua kejadian bencana alam yang menyebabkan kerugian,
Bencana kebakaran lahan adalah yang paling banyak menimbulkan
kerugian, kemudian diikuti oleh tanah longsor, angin kencang dan banjir.
II-164
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-165
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-166
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-167
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-168
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
E. Perkotaan
Grafik II-45 Jumlah Penduduk per Kecamatan akhir semester Tahun 2019
Sumber: Dinas Dukcapil Kabupaten Sleman
II-169
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-170
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-171
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-172
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Persampahan
Sebagai salah satu Kabupaten di DIY dengan jumlah penduduk yang
padat, sampah menjadi tantangan yang memerlukan perhatian lebih.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang mencapai 1.075.575
jiwa pada tahun 2019, tidak dapat dipungkiri membuat jumlah sampah akan
semakin meningkat. Berdasarkan asumsi 2,5 liter per orang per hari atau
0,70 - 0,8 kg/orang/hari (berat jenis sampah 169,44 kg/m3) namun
Kabupaten Sleman mengambil angka 0,65 kg/orang/hari sesuai kondisi riil
di lapangan, sehingga jumlah sampah pada tahun 2019 mencapai sebesar
II-173
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
699.124 kg per hari atau setara 2.307 m3 per hari. Pada tahun 2019
perkiraan timbulan sampah paling banyak adalah di wilayah Kecamatan
Depok yaitu sebesar 79.498 kg per hari. Sedangkan jumlah timbulan
sampah terkecil adalah di Kecamatan Cangkringan yaitu sebanyak 20.351
kg per hari (Lampiran Tabel 50). Jumlah tersebut tentu dapat lebih besar
bila dihitung dari aktivitas yg terjadi di Kabupaten Sleman mengingat
Kabupaten Sleman merupakan daerah pendidikan dan wisata dengan
jumlah penduduk tidak tetap yang cukup tinggi.
Dari sampah yang ada di Kabupaten Sleman tersebut diperkirakan
60% diantaranya merupakan sampah Plastik. Sampah-sampah ini bisa
dianggap sebagai potensi apabila dikelola secara profesional, namun bisa
juga menjadi masalah bila tidak mampu mengelolanya.
Untuk pengelolaan sampah ini dibutuhkan sinergisitas dan upaya
bersama dari seluruh pihak, baik Pemerintah maupun masyarakat yang
berperan sebagai subjek maupun objek dalam permasalahan ini. Salah
satunya dapat dimulai dengan mengelola sampah melalui 3R (Reduce,
Reuse, Recycle) yaitu mulai mengelola sampah dengan mengurangi
timbunan sampah terutama sampah Plastik, misalnya, dengan beralih
menggunakan tas ramah lingkungan saat berbelanja dan juga melalui
pemilahan sampah yang teratur.
Upaya-upaya pengelolan sampah ini memang masih membutuhkan
waktu, tidak bisa dengan mudah mengajak dan mendorong masyarakat
dalam jumlah yang besar untuk segera mengubah cara pandang dan
perilaku mengenai sampah. Di tahun 2019 ini sudah dibentuk 242 kelompok
pengelolaan sampah, baik itu Bank Sampah, PSM, KSM, dan KPSM diseluruh
wilayah Kabupaten Sleman, dimana 133 diantaranya masih aktif Lampiran
Tabel 51). Unit pelayanan kelompok pengelola sampah ini adalah lingkup
RW sampai padukuhan. Di beberapa lokasi yang aktif, sampah dapat
disalurkan dengan baik, warga yang tinggal di sekitar lokasi kelompok
pengelola sampah ini sudah merasakan manfaatnya, dimana lingkungan
menjadi lebih bersih serta dapat meningkatkan ekonomi bagi segenap
II-174
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Air Bersih
Air merupakan sumber kehidupan makhluk hidup yang tak ternilai
harganya. Air minum dapat berasal dari berbagai sumber antara lain
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), ledeng, mata air, sumur, air hujan,
dan lain sebagainya. Sumber air minum yang paling banyak digunakan
rumah tangga di Kabupaten Sleman pada tahun 2019 masih sama dengan
tahun-tahun sebelumnya yaitu sumur. Derajat pemakaian sumber air bersih
yang kedua adalah PDAM, disusul penggunaan air hujan dan yang terakhir
adalah sumber air lainnya. Pada tahun 2016 jumlah rumah tangga pemakai
sumur mencapai 343.734 rumah tangga, sedangkan pada tahun 2017
meningkat mencapai 346.155 rumah tangga, pada tahun 2018 turun
menjadi 322.833 rumah tangga. Kemudian jumlah rumah tangga pemakai
air sumur pada tahun 2019 ini tidak mengalami perubahan, tetap pada
angka 322.833 KK. Pemakaian air ledeng pada 3 tahun terakhir yaitu pada
tahun 2016 adalah 20.969 rumah tangga, pada tahun 2017 sampai tahun
2019 sama yaitu mencapai 23.824 rumah tangga.
Sumber air lain yang terinventarisasi meliputi air hujan 1.329 rumah
tangga dan air lainnya (PAMDES) 306 rumah tangga. Pelanggan air ledeng
terbanyak pada tahun 2019 adalah penduduk di Kecamatan Depok yaitu
II-175
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-176
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Grafik II-49 Perbandingan pengguna sumber air sumur dan ledeng selama
empat tahun terakhir
Sumber : SLHD 2016, SLHD 2017, DIKPLHD 2018, Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil, Dinas Kesehatan
Pariwisata
Pariwisata saat ini telah menjadi kebutuhan pokok sebagian besar
manusia. Istilah tersebut sudah tidak asing lagi di telinga kita. Pada
hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses bepergian sementara dari
seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya.
Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena
kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan,
maupun kepentingan lain seperti sekedar ingin tahu, menambah
pengalaman, atau pun untuk belajar. Berdasarkan Lampiran Tabel 35
Tahun 2019 terdapat sumber pencemaran limbah cair yang berasal dari
kegiatan pariwisata, kesehatan, dan industri.
Banyak orang berpendapat bahwa industri pariwisata dengan
sendirinya akan dilaksanakan dengan cara yang akrab lingkungan terhadap
alam. Pendapat ini didasari pengandaian bahwa daya tarik wisata, antara
II-177
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-178
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
bintang lima. Jumlah hotel atau penginapan ini akan semakin bertambah
mengingat pada tahun 2019 Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman
telah mengeluarkan izin lingkungan sebanyak 10 untuk kegiatan
perhotelan/penginapan dan apartemen (non pemondokan) terlihat dalam
Lampiran Tabel 41.
Industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan
mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai
tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling
dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya
berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
Globalisasi menuntut setiap negara, daerah dan bahkan
masyarakat untuk berkompetisi. Oleh karenanya untuk memenangkan
persaingan harus dikembangkan keunggulan daya saing. Hanya dengan
kekuatan daya saing suatu negara, daerah dan masyarakat mampu eksis
dalam percaturan ekonomi dunia.
Kekuatan ekonomi dunia dikuasasi oleh keunggulan kompetisi,
barang-barang yang merupakan hasil industri dengan keunggulan kompetisi
tanpa disadari telah menerobos masuk kerumah-rumah serta kantor-kantor
dan tidak ada suatu kekuatan apapun yang dapat membendungnya. Upaya
peningkatan daya saing daerah dan masyarakat, merupakan
tanggungjawab bersama antara pemerintah, institusi pendidikan dan
penelitian, industri dan masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu
diintensifkan kerjasama, kolaborasi dan sinergi untuk meningkatkan
kemampuan teknologi masyarakat. Hal ini dikarenakan kemampuan
teknologi masyarakat yang merupakan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan teknologi sendiri serta mengasimilasikan berbagai jenis
teknologi impor dengan kondisi lokal sangat ditentukan oleh kualitas sistem
pendidikan, kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana sistem produksi,
II-179
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-180
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-181
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-182
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-183
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-184
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-185
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-186
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Sistem Pengaduan
Berdasarkan Lampiran Tabel 53 timbulan sampah ini pada tahun
2019 telah mengakibatkan adanya aduan kasus pembuangan sampah liar
sebanyak 8 aduan, tentang limbah sebanyak 41 aduan. Upaya penanganan
melalui pembinaan dan penegakan hukum telah diupayakan, dimana 41
tentang sampah dan limbah ini kasus telah berhasil diselesaikan sedangkan
7 kasus sedang dalam proses penyelesaian. Dari total 136 kasus yang
diadukan ke sistem pengaduan di Pemerintah Kabupaten Sleman ini, 92%
atau 125 pengaduan dapat di selesaikan dengan baik, namun masih ada 11
pengaduan yang sampai akhir tahun 2019 masih belum dapat diselesaikan.
Khusus untuk penanganan pengaduan mengenai lingkungan hidup atau
yang menjadi lingkup dari Dinas Lingkungan Hidup Kab. Sleman, jumlah
yang ditangani sebanyak 48, sedangkan jumlah pengaduan yang masuk
II-187
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-188
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-189
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Jumlah
No Kegiatan
Kegiatan
Pelatihan Pengelolaan Persampahan (Daur ulang sampah
21 4
menjadi kompos dan kerajinan tangan)
22 Koordinasi Pengelolaan IPAL Komunal 4
23 Pembinaan Pemerhati Lingkungan 4
24 Pembinaan Teknis Pengelolaan Jaringan Terpusat 4
25 Sosialisasi Penanaman 3
Sosialisasi Pemeliharaan IPAL Komunal dan Penyedotan
26 3
Lumpur Tinja Terjadwal
27 Pembinaan Saka Kalpataru 3
28 Pembinaan pengelolaan Limbah Domestik 3
29 Rehab/Optimalisasi Lokasi Jaringan Terpusat 3
30 Produksi Bersih Ramah Lingkungan 2
31 Pembinaan Toksikologi Lingkungan 2
32 Pembinaan Lahan Kritis 2
33 Sosialisasi Pemeliharaan Jaringan IPAL Komunal 2
34 Sosialisasi B3 2
35 Sosialisasi Lahan Kritis 2
36 Bimtek Anggrek 2
37 Sosialisasi Operasional IPLT Madurejo 2
38 Rapat Koordinasi Penarik Retribusi IPAL Terpusat 2
39 Sosialisasi Rencana Pembangunan IPAL Kawasan 1
40 Rehab/Optimalisasi Lokasi Jaringan IPAL Komunal 1
41 Sosialisasi SPAH 1
42 Sosialisasi Pengambilan Sample Uji Air Limbah 1
43 Study Banding kelompok pengelola sampah mandiri TPS 3R 1
44 Bimtek Gas Rumah Kaca 1
45 Pelatihan TFL SPALD-S Skala Individu 1
46 Pembinaan Teknis Jaringan IPAL Terpusat 1
Pelatihan Pengelolaan Persampahan (Daur ulang sampah
47 1
Organik menjadi kompos)
48 Pelatihan KSM SPALD-S Skala Individu 1
49 FGD SPALD-T Skala Permukiman/IPAL Komunal 1
50 Pembinaan masyarakat sepanjang sungai 1
Sosialisasi Pembayaran retribusi non tunai dan pelatihan
51 1
pengurasan Tangki Septic/IPAL Komunal
52 Pertemuan masyarakat peduli sungai 1
Total 414
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman
II-190
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-191
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-192
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-193
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
tanggung jawab oleh Allah SWT sebagai khalifah di bumi untuk memetri
bumi dan memayu hayuning bawono (merawat dan memperindah bumi dan
seisinya), sebuah tanggung jawab yang berat sekaligus agung untuk umat
manusia. Sehat dengan air hujan, tema tersebut dipilih untuk menggedor
kesadaran kita bahwa air hujan itu memang menyehatkan. Sekian lama kita
terdogma dengan paham bahwa air hujan itu jelek, tidak sehat,
menimbulkan penyakit, dan lain sebagainya.
Penanganan Limbah B3
Mengingat dampak limbah B3 sangat berbahaya bagi manusia dan
lingkungan, maka diperlukan pengelolaan yang baik dan benar terhadap
limbah B3 tersebut. Upaya untuk menerapkan pengelolaan limbah B3 yang
baik dan benar dapat dilakukan dengan menerapkan perizinan pengelolaan
di bidang limbah B3. Berdasarkan kewenangan, kabupaten mempunyai
kewenangan memberikan Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk Kegiatan
Penyimpanan Sementara Limbah B3 dan Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
Kegiatan Pengumpul Limbah B3 skala kabupaten. Di Kabupaten Sleman
pada tahun 2016 telah mempunyai peraturan perundang-undangan di
bidang pengelolaan limbah B3 yaitu berupa Perda Kabupaten Sleman
Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pelindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang didalamnya memuat ketentuan Izin pengelolaan limbah B3,
sehingga sejak tahun 2016 sudah mengeluarkan izin yang berkaitan dengan
limbah B3. Pada tahun 2019 sudah dikeluarkan 27 ijin Tempat Penyimpanan
(TPS) Limbah B3 terhadap Bengkel dan Showroom, Rumah Sakit, Industri,
Hotel dan Klinik Kecantikan. Izin terhadap Rumah sakit dan Bengkel
merupakan yang terbanyak dikeluarkan, masing-masing 9 izin di tahun
2019 ini. Hal ini mencerminkan bagaimana kegiatan ini memiliki intesitas
yang tinggi sehingga perlu pengawasan terhadap pengolahan limbah B3
yang cukup ketat. . (Lampiran Tabel 42).
II-194
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
F. Tata Kelola
II-195
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Kearifan Lokal
Hasil dari olah pikir terhadap pengalaman masa lampau ini tentunya
akan membentuk pola perilaku bagaimana masayarakat tersebut
berinteraksi dengan lingkungannya. Baik dalam pemanfaatan potensi
maupun mengatasi masalah yang dihadapi. Apa yang harus dilakukan,
bagaimana melakukannya, dan apa yang tidak boleh dilakukan. Beberapa
temuan tersebut dikemas masyarakat dalam bentuk pedoman (tidak
tertulis) untuk kegiatan sehari-hari bahkan tidak jarang dijadikan sebagai
tradisi, kearifan lokal atau kebudayaan. Bermacam istilah untuk yang
berkaitan dengan temuan dari olah pikir dan perilaku masyarakat selama
berinteraksi dengan masyarakat. Sebutan dimaksud antara lain: (1) Tradisi.
Dalam bahasa klise dinyatakan, tradisi adalah kebijakan turun temurun. (2)
Kearifan lokal (Local Wisdom) atau disebut juga dengan istilah pengetahuan
II-196
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-197
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
kepada Tuhan atas nikmat dari Masyarakat Lereng Merapi. Ritual yang
berkaitan dengan Alam.
Merti Kali juga merupakan bentuk kearifan lokal yang diadakan di
Dusun Brayut, Wukirsari, Cangkringan, Sleman, pada tanggal 5 Mei 2019.
Merti Kali adalah wujud kearifan lokal masyarakat untuk menjaga
kelestarian sungai yang mengandung nilai luhur untuk menjaga sinergitas
(melindungi dan menjaga kelestarian) kehidupan manusia dengan
lingkungannya. Dalam kegiatan Merti Kali terkandung ucapan syukur
kepada Tuhan sebagai pengingat dan menghentikan sifat manusia agar
tidak mengeksploitasi sungai (membuang limbah baik domestik maupun
industri) yang merusak lingkungan. Keterlibatan masyarakat ini dalam
menata sungai guna mencapai kualitas lingkungan sungai yang lebih baik.
Ritual yang berkaitan dengan alam juga diselenggarakan pada setiap
kegiatan yang diselenggarakan secara kolektif dan dipandang penting baik
untuk kepentingan individu maupun kepentingan masyarakat. Sebagai
ilustrasi Ritual Wiwitan yang diselenggarakan oleh masyarakat petani. Ritual
ini dilakukan agar kegiatan yang diselenggarakan dapat memperoleh hasil
yang baik (sukses) dan mempunyai manfaat bagi seluruh warga (mendapat
Berkah), serta terhindar dari masalah/gangguan (tolak balak). Wiwitan yang
diselenggarakan penanaman atau panen padi padi dapat berfungsi sebagai
perekat solidaritas warga desa dan pelestarian seni budaya Jawa. Dalam
kerangka kerjasama wiwitan akan memberikan “ruh nyambut gawe
bebarengan” (bekerja bersama-sama).
Warga Dusun Krandon, Wedomartani, Kecamatan Ngemplak,
menggelar tradisi wiwitan, Rabu tanggal 10 April 2019 di area persawahan
daerah setempat. Tradisi tersebut digelar sebelum panen sebagai wujud
terima kasih dan rasa syukur. Wiwitan dalam bahasa jawa berarti mulai
diaman tradisi dan ritual ini pada jaman dahulu selalu diselenggarakan oleh
kaum tani menjelang panen padi. Tradisi wiwitan ini merupakan
perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Sang Pencipta atas panenan
sebelum hasil panen dinikmati oleh semua. Padi yang dipanen digambarkan
II-198
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
sebagai Dewi Sri yang memberi dan memelihara tanaman padi, dengan
segala energi yang tidak kelihatan. Tradisi Wiwitan ini merupakan
perwujudan dari upaya melestarikan keberadaan lahan pertanian pangan.
Terdapat juga Upacara Tuk Si Bedug yakni sebuah kebudayaan yang
merupakan tradisi turun temurun untuk mengenang dan menghormati
perjalanan Sunan kalijaga dalam menyebarkan ajaran Islam di wilayah
Margodadi. Selain itu, upacara ini juga bermakna sebagai ungkapan terima
kasih masyarakat kepada Allah yang telah memberikan rejeki dan ‘tuk’
(sumber air) yang tidak pernah kering dan memberikan berkah untuk
masyarakat setempat. Terdapat dua prosesi yaitu prosesi pengambilan air
dan prosesi napak tilas Sunan Kalijaga. Prosesi pengambilan air
menggunakan kendi dilakukan pada Kamis Wage, dilakukan tujuh hari
sebelum pelaksanaan prosesi napak tilas Sunan Kalijaga kemudian dikirap
menuju Balai Desa Margodadi untuk disemayamkan. Seminggu berselang,
hari Jum’at Pahing, diselenggarakan prosesi napak tilas Sunan Kalijaga
tepatnya pada pukul 14.00 WIB. Tradisi Tuk Si Bedug adalah upaya untuk
melestarikan dan menjaga keberadaan sumber air.
II-199
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
permasalahan tersebut. Oleh sebab air hujan dapat digunakan sebagai air
minum yang memiliki nilai ekonomis, praktis dan higienis. Praktek
pemanfaatan air hujan untuk air konsumsi ini tengah diperkenalkan kepada
masyarakat luas. Dengan pemanfaatan air hujan ini diharapkan tidak terjadi
lagi eksploitasi air tanah berlebihan yang berpotensi memunculkan
permasalahan air di lingkungan, dan masyarakat dapat menghemat
pengeluaran untuk mendapatkan air bersih.
II-200
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Untuk aduan terkait sampah dan limbah, dari 49 aduan masih ada 7 aduan
yang dalam proses sampai akhir tahun 2019.
Aduan lain yang dilaporkan masyarakat selain aduan tentang limbah
dan sampah antara lain adalah:
Pengerukan dibawah jembatan gantung menggunakan backhoe
di Boyong, Hargobinangun, Pakem
Keberadaan kandang babi di Cibuk Lor, Seyegan menyebabkan
pencemaran air sungai dan bau
Ada pohon yang cukup besar dan rimbun, sehingga berbahaya
untuk pengguna jalan raya
Sepanjang jl. Affandi pohon-pohon perindang yang berada
ditengah jalan daun dan ranting sudah menempel dikabel listrik
Bau menyengat karena ada nya warga disekitar memelihara
unggas yang tidak terawat tempat nya dan banyak keluhan dari
warga lain yang melintas sehingga sangat menggangu kesehatan
dan kenyamanan lingkungan
II-201
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-202
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-203
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-204
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
II-205
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
III-1
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
III-2
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
III-3
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Data Tabel
RTRW
Kebijakan penataan ruang wilayah terdiri atas:
a. pengintegrasian dan pengembangan pusat kegiatan di luar kawasan
bencana;
b. pengelolaan kawasan rawan bencana alam dan kawasan lindung
geologi;
c. pemeliharaan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
d. pengembangan kawasan pertanian dalam rangka keamanan dan
ketahanan pangan;
e. pengembangan kawasan pariwisata terintegrasi;
f. pengembangan kawasan pendidikan;
g. pengembangan industri menengah, kecil dan mikro yang ramah
lingkungan;
h. pengembangan kawasan permukiman yang aman, nyaman, dan
berwawasan lingkungan;
i. pemantapan prasarana wilayah; dan
j. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara
III-4
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
III-5
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
III-6
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
III-7
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
3. Tahapan Perumusan
Rapat Koordinasi
Penentuan isu prioritas lingkungan hidup dilakukan melalui analisis
dan rapat koordinasi dengan melibatkan para pemangku kepentingan
meliputi instansi terkait, perguruan tinggi dan lembaga masyarakat yang
dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2020. Hasil yang diperoleh dari
kegiatan ini adalah daftar panjang isu prioritas lingkungan hidup.
Bahan yang didiskusikan pada rapat koordinasi ini adalah kajian
terhadap sejumlah data yang berkaitan dengan tema-tema sebagai berikut:
Luas Hutan Berdasarkan Fungsi/Status, Lahan Kritis di Dalam dan
Luar Kawasan Hutan dan Luas Perubahan Penggunaan Lahan
Pertanian
Luas Areal dan Produksi Pertambangan Menurut Jenis Bahan
Galian
Kualitas dan Kuantitas Air Tanah, Air Sungai,
Danau/Waduk/Situ/Embung dan Kualitas Udara Ambien
Jumlah Rumah Tangga Miskin dan Fasilitas Tempat Buang Air
Besar
Jenis Penyakit Utama Diderita Penduduk
Jumlah Kendaraan Bermotor dan Jenis Bahan Bakar yang
digunakan dan Perubahan Penambahan Ruas Jalan
Bencana Banjir, Tanah Longsor, Gempa Bumi, Korban dan
Kerugian
Jenis Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah dan Perkiraan
Jumlah Timbunan Sampah Per Hari
Status Pengaduan Masyarakat
Pengawasan Izin Lingkungan (AMDAL, UKL/UPL, Surat
Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL)
III-8
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
III-9
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
III-10
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
III-11
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
III-12
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Isu Prioritas:
Masih adanya koversi lahan pertanian menjadi
pemukiman tanpa melalui izin
Produksi sampah rumah tangga yang tinggi
Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap
lingkungan dan masih banyak masyarakat yang
membuang sampah sembarangan
Penurunan kualitas dan kuantitas air
permukaan
III-13
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Pada tema mengenai alih fungsi lahan yang selalu menjadi isu
lingkungan hidup di Kabupaten Sleman sejak lama, ditemukan bahwa
penggunaan lahan sawah mengalami penurunan sebesar 5,20% (994 ha)
dari tahun 2017 ke tahun 2018. Tekanan penduduk yang mendorong
peningkatan kebutuhan perumahan serta upaya peningkatan ekonomi
dengan maraknya pembangunan sarana perdagangan dan jasa merupakan
faktor utama beralihnya lahan pertanian menjadi lahan non pertanian.
Metode penghitungan luas perubahan lahan pada tahun 2019 ini
sudah didasarkan pada interpretasi foto udara yang didapatkan dari
Pusdatin Kementerian Pertanian. Meskipun demikian alih fungsi lahan tidak
dapat dipungkiri merupakan permasalahan yang dihadapi oleh Kabupaten
Sleman. Berdasarkan data pengajuan izin di Dinas Penanaman Modal
Pelayanan Perizinan Terpadu (DPMPT) tahun 2019 tercatat, alih fungsi
lahan terbesar diperuntukan untuk permukiman seluas 24,518 Ha, disusul
selanjutnya untuk perdagangan dan jasa seluas 13,413 ha, dan lainnya
seluas 11,765 ha, Perairan/Kolam seluas 8,518 Ha, Industri seluas 7,036
Ha, dan Perkebunan seluas 3,21 Ha, sedangkan untuk pertanian seluas
2,107 ha yang juga termasuk kegiatan perikanan. (Lampiran Tabel 13).
Meski lahan pertanian masih cukup luas, namun alih fungsi lahan
yang terjadi sejauh ini sangat masif untuk berbagai penggunaan seperti
permukiman, perumahan, apartemen, hotel, industri dan jasa serta non
pertanian lainnya. Alih fungsi lahan yang sangat sulit dikendalikan adalah
pada lahan milik pribadi atau tanah perorangan. Usaha tani saat ini kurang
diminati oleh generasi muda karena kurang mampu mendukung kondisi
perkonomian keluarga. Petani saat ini banyak digeluti oleh orang tua. Pada
saat panen raya harga komoditi pertanian jatuh sehingga tidak sebanding
dengan biaya dan tenaga untuk produksi, sehingga banyak petani yang
miskin dan menyumbang angka kemiskinan di Sleman. Kondisi ini
III-14
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
III-15
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
III-16
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
III-17
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
III-18
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Hasil uji kualitas air badan air di Sungai Gajah Wong (Kelas I dan II)
yang diambil sebanyak 6 (enam) titik pemantauan, menunjukkan pada
musim penghujan ada 3 lokasi yang status mutu airnya sudah memenuhi,
yaitu Jembatan Pakem, Jembatan Klanduhan dan Jembatan IAIN, 1 lokasi
yaitu di Jembatan RS JIH statusnya ringan lalu 2 lokasi di Jembatan Turen
dan Jembatan Dayu memiliki status mutu air sedang. Perlu ada perhatian
pada lokasi di Jembatan Dayu dimana angka Fecal Coli dan Total
Coliformnya cukup tinggi. Bisa jadi pencemaran limbah domestik di sekitar
lokasi tersebut sudah terjadi. Pada musim kemarau, karena kurangnya debit
air, kadar pencemar tersebut semakin meningkat, sehingga ada 3 lokasi
yang masuk dalam status mutu air berat, yaitu pada Jembatan Dayu,
Jembatan RS JIH dan Jembatan IAIN. Satu lokasi berstatus sedang yaitu di
Jembatan Tanen dan 2 lokasi yaitu di Jembatan Klanduhan dan Jembatan
Turen berstatus ringan.
Sungai Konteng yang masuk dalam Kelas II, dari hasil uji kualitas air
badan air di yang diambil sebanyak 6 (enam) titik pemantauan, pada musim
penghujan menunjukkan ada 2 lokasi yang memiliki status mutu air
memenuhi yaitu di Jembatan Ngablak dan Jembatan Bedingin, 2 lokasi
dengan status mutu air ringan, yaitu di Jembatan Klajoran dan Jembatan
Kosekan dan 2 lokasi dengan status sedang yaitu di Jembatan dekat PT
GKBI dan Jembatan dengan RSUD Sleman. Cukup menarik bahwa dua
lokasi terakhir ini memiliki kadar Fecal Copi dan Total Coliform cukup tinggi,
sehingga perlu ada kesadaran untuk mengurangi pencemaran di area ini.
Pada musim kemarau, kondisinya menjadi lebih buruk, yaitu 4 lokasi
berstatus mutu air berat, yaitu di Jembatan Ngablak, Jembatan dekat
PT.GKBI, Jembatan RSUD Sleman dan Jembatan Bedingin. Faktor
pernyebab peningkatan status ini juga karena debit air yang menurun
sehingga kadar Fecal Coli dan Total-Coliform menjadi tinggi. Dua lokasi lain,
yaitu Jembatan Pasekan berstatus sedang dan Jembatan Klajoran berstatus
ringan.
III-19
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
III-20
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Tabel 30) dengan baku mutu, dari 25 sampel air embung, hanya ada 4
embung yang nilai seluruh parameternya tidak melanggar ketentuan baku
mutu. Embung tersebut adalah Embung Karang Geneng di Purwobinangun,
Pakem, Embung Jetis Suruh di Donoharjo, Ngaglik dan Embung Sempu,
Pakembinangun, Pakem dan Embung Temuwuh di Balecatur, Gamping.
Ketidaksesuaian dengan baku mutu terbanyak adalah pada 4 parameter
yang terjadi di 2 embung, yaitu Embung Tirta Artha di Tridadi, Sleman dan
Embung Jering di Sidorejo, Godean.
Embung Tirta Artha berada di Beran, Tridadi, Sleman. Ukurannya
tidak terlalu luas, hanya 0,8 Ha dengan volume air sebanyak 15.000 m 3.
Embung ini menjadi salah satu yang paling banyak terdapat parameter yang
tidak memenuhi, yaitu pH jauh diatas batas 8,5, Kandungan nitrit (NO2)
mencapai 0,066 mg/l dari harusnya maksimal 0,06 mg/l. Kemudian
kandungan BOD (Biological Oxygen Demand) juga terlalu tinggi, yaitu 6,38
mg/l dari seharusnya maksimal 3 mg/l. Untuk kandungan Coli Tinja
maksimum adalah 1.000 MPN/100 ml, tetapi disini mencapai 1.700
MPN/100 ml. Jadi total ada 4 parameter yang tidak memenuhi ambang batu
mutu.
Embung Jering berlokasi di Dusun Jering, Bantut, Sidorejo, Godean.
Ukurannya 1 Ha dengan volume air sebanyak 36.000 m3. Embung ini juga
menjadi salah satu yang paling banyak terdapat parameter yang tidak
memenuhi, yaitu Total Phospat sebesar 0,233 mg/l (baku mutu 0,2 mg/l),
Kandungan nitrit (NO2) sama dengan baku mutu sebesar 0,060 mg/l.
Kemudian kandungan BOD (Biological Oxygen Demand) sedikit diatas baku
mutu, yaitu 3,88 mg/l. Untuk kandungan Coli Tinja maksimum adalah 1.000
MPN/100 ml, tetapi disini justru mencapai > 1.600.000 MPN/100 ml. Jadi
total ada 4 parameter yang tidak memenuhi ambang batu mutu.
III-21
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Sekalipun isu mengenai kualitas dan kuantitas air sungai dan embung
terus menjadi permasalahan yang sering diungkap, namun dibalik itu, sudah
ada berbagai upaya perbaikan yang telah dilakukan oleh berbagai pihak.
Upaya perbaikan terhadap kualitas sungai telah dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Sleman melalui Program Kali Bersih (PROKASIH) yang
dilaksanakan tiap tahun di 17 kecamatan berupa gerakan kebersihan
sungai, penyisiran sungai, pembinaan dan pemberian bantuan septictank
dan pembuatan IPAL komunal bagi masyarakat di pinggiran sungai, serta
merti kali dan festifal kali. Khusus untuk kegiatan merti kali ini gerakan
kebersihan sungai dilakukan dengan memasukan unsur budaya dengan
beberapa upacara adat.
Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dalam pencapaian
kondisi kualitas maupun kuantitas air sungai sejauh ini disebabkan karena
dukungan dari berbagai pihak, termasuk komunitas sungai. Komunitas
III-22
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
sungai ini umumnya berasal dari warga masyarakat yang tinggal di sekitar
sungai dan memiliki kepedulian terhadap bagaimana menjaga kualitas
lingkungan hidup, khususnya terkait dengan air sungai. Tahun 2019 tercatat
ada 16 komunitas sungai yang berasal dari bantara Kali Kuning, Kali Pelang,
Kali Bedog, Kali Giri, Kali Klanduhan, Kali Boyong, Kali Winongo, Kali Opak,
Kali Bayem, Kali Adem, dan Kali Konteng. Komunitas ini tidak hanya berasal
dari lebih ke hilir sungai saja, melainkan juga dari warga yang tinggal di
bagian hulu, misalnya komunitas Sedulur Kabeh yang berasal dari
Donokerto, Turi.
III-23
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Lingkungan hidup adalah salah satu aspek yang paling dinamis dan
berdampak paling luas, dan sudah menjadi pemahaman umum bahwa
permasalahan lingkungan hidup merupakan permasalahan global yang
berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan. Ancaman permasalahan
lingkungan hidup seperti ini membutuhkan daya dan upaya yang besar
untuk mengatasinya, sehingga keran penemuan dan inovasi dibuka
sebesar-besar. Diharapkan dapat lahir gagasan-gagasan inovatif yang
mampu menjadi solusi komprehensif bagi permasalahan lingkungan hidup
yang ada saat ini.
Menghadapi berbagai macam masalah lingkungan hidup, maka
pemerintah daerah dituntut adanya inovasi yang terus menerus. Inovasi
daerah berupa inisiatif-inisiatif yang dilakukan oleh kepala daerah dalam
upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Inisiatif yang dilakukan
dapat bermacam-macam, antara lain dalam bentuk pendanaan lingkungan
hidup melalui DAK dan APBD, peningkatan kapasitas personil,
pengembangan jejaring kerja, peningkatan transparansi dan akuntabilitas
kepada publik.
Pembangunan berkelanjutan tidak hanya tanggung jawab
pemerintah daerah. Pihak swasta/dunia usaha dan masyarakat juga sangat
berperan penting dalam pembangunan berkelanjutan, sehingga inovasi
daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup juga perlu dilakukan oleh pihak
swasta dan masyarakat.
A. Lapor Sleman
IV-1
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
B. E-Retribusi
IV-2
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
IV-3
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
IV-4
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Sumber: pdamsleman.co.id
Gambar IV-4 Produk Air Kemasan Daxu
IV-5
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
dari menanam beras konvensional ke beras organik sejak 2011. Tidak hanya
sekedar mengklaim bahwa produk yg dihasilkan adalah organik namun hal
ini dibuktikan dengan perolehan sertifikat organik dari Lembaga sertifikasi
mutu pertanian PERSADA dan lembaga sertifikasi pangan organik. Sertifikat
organik diperoleh dari Persada Yogyakarta dengan luasan lahan 3,5 Ha,
kemudian ditahun 2015 re-sertifikat dengan luasan 9,95 Ha.
Padi yang dibudidayakan kelompok tani rukun merupakan varietas
lokal yang saat ini telah terdaftar di pusat perlindungan varietas tanaman
dan Perizinan Pertanian dengan nama varietas sembada hitam untuk beras
hitam, sembada merah untuk beras merah dan mentik susu. Beranggotakan
33 orang petani, kelompok tani rukun dalam sekali panen mampu
menghasilkan 7 ton lebih setiap hektarnya, dengan harga bandrol varietas
sembada hitam 20rb/kg dan 13rb/kg untuk sembada merah dan mentik
susu.
Hasil produksi ini tidak hanya dipasarkan di pasar lokal dan pedagang
namun juga sudah di pasar kan di Jakarta, Semarang dan Surabaya. Setiap
minggunya Kelompok Tani Rukun rutin mendapat permintaan beras
organik, baik dari Jakarta, Semarang dan Jogja. Permintaan rutin yang
harus dipenuhi untuk daerah Jakarta sebanyak 500 kg/minggu untuk
varietas mentik susu, semarang sebanyak 500 kg/minggu untuk varietas
sembada hitam dan Jogjakarta sebanyak 1 ton/bulan untuk varietas
sembada hitam dan sembada merah.
IV-6
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
IV-7
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Saat ini layanan Rapel yang sudah dimulai sejak April 2019 ini tidak
hanya menjangkau wilayah Kabupaten Sleman saja, tetapi juga di wilayah
DIY, seperti wilayah Kota Yogyakarta, Bantul, Kulon Progo dan
IV-8
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Booking
Ketemu
Pemilahan Timbang
Posting sampah Beli sampah
Ambil sampahnya
User/Pengguna Kolektor
Transaksi
IV-9
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
PENUTUP
A. KESIMPULAN
V-1
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
V-2
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
DAFTAR PUSTAKA
A
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
Ir. Sri Bebasari, M.Si. 2016. Pengelolaan Sampah Tidak Hanya Pendekatan
Teknologi atau Ilmu Rekayasa. Engineer Weekly hal. 3.
Kementerian Dalam Negeri. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan. Jakarta: Kementerian Dalam Negeri.
Krueckeberg, Donald A., dan Arthur L. Silvers. 1974. Urban Planning
Analysis: Methods and Models. New York: John Wiley & Sons.
Pahlewi, R.B. 2017. Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu (Lepidoptera) Di
Tiga Kondisi Habitat Di Resort Cangkringan Taman Nasional Gunung
Merapi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata.
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Pemerintah Pusat;. 2012. PP No. 81 tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga. Jakarta.
R. D, Ratnani. 2008. Teknik Pengendalian Pencemaran Udara Yang
Diakibatkan Oleh Partikel. Jurnal Ilmiah Momentum (Fakultas Teknik
Unwahas Semarang) 4: Vol 4 No 2.
Sinulingga, BD. 2005. Pembangunan Kota, Tinjauan Regional dan Lokal.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Sitanala Asrsyad, Ernan Rustiadi. 2008. Penyelamatan Tanah, Air, dan
Lingkungan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sukaryono, Indra. 2006. Integrasi Pertimbangan Lingkungan Dalam
Rencana Tata Ruang. Jurnal Penataan Ruang Edisi 3 KLH.
Sunjoto. 2009. Konsep Hamemayu Hayuning Bawono dalam Pengelolaan
Sumberdaya Air Berkelanjutan. Pidato Guru Besar Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
Supit, N.S. 2018. Keanekaragaman Kupu-Kupu (Lepidoptera) di Dusun
Pentingsari, Desa Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta. Program Studi
Pendidikan Biologi, Jurusan MIPA FKIP. Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
B
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
C
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
LAMPIRAN
1. Tabel Data
2. Peta Administrasi Kabupaten Sleman
3. Keputusan Bupati Sleman No. 2.14/Kep.KDH/A/2020
4. Keputusan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Nomor 67/Kep.Ka.DLH/2020
5. Biodata Tim Penyusun Dokumen IKPLHD Tahun 2019
D
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2019
TABEL DATA