Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL TUGAS AKHIR

TL-500

PERENCANAAN SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DOMESTIK


KECAMATAN CIHIDEUNG KOTA TASIKMALAYA

Disusun oleh :

Nama : Dicky Rifqy

NRP : 25-2013-011

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2017
1. Uraian Umum
1.1 Judul
Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah Domestik Kecamatan Cihideung,
Kota Tasikmalaya

1.2 Identitas Mahasiswa


Nama Lengkap : Dicky Rifqy
NRP : 25-2013-011
Jurusan : Teknik Lingkungan
Telepon : 087701841077
Email : dickyrifqy@yahoo.co.id

1.3 Subjek Penelitian


Jaringan Pipa Penyaluran Air Limbah Domestik di Kecamatan Cihideung, Kota
Tasikmalaya.

1.4 Periode Perencanaan


Perencanaan dilakukan selama 6 (enam) bulan mulai Bulan Juli hingga Januari
2018.

1.5 Periode Pelaksanaan Perencanaan


Pelaksanaan perencanaan sistem penyaluran air limbah domestik di Kota
Tasikmalaya ditetapkan selama periode 20 tahun dimulai pada tahun 2019-2040.

1.6 Lokasi Penelitian


Wilayah Administratif Kota Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat.

1.7 Hasil yang Ditargetkan

Memperoleh perencanaan penyaluran air limbah domestik sebagai bahan


masukan dan pertimbangan terhadap pengelolaan sistem sanitasi yang lebih baik.
1.8 Instansi yang Terlibat
 BAPPEDA Kota Tasikmalaya
 PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya
 Dinas Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya
 Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
 Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
 BPS Kota Tasikmalaya
 Puskesmas Cihideung
 Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya

1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Kota Tasikmalaya merupakan salah satu daerah otonom yang berada di wilayah
Provinsi Jawa Barat. Perkembangan Kota Tasikmalaya yang pesat dan adanya
tuntutan akan peningkatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, sehingga
pada tahun 2008 dilakukan pemekaran kecamatan, yang semula 8 (delapan)
kecamatan menjadi 10 (sepuluh) kecamatan, sesuai Perda Kota Tasikmalaya No.
6 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kecamatan Bungursari dan Purbaratu.
Sistem pengolahan air buangan di Kota Tasikmalaya menggunakan sistem on-
site dan akan direncanakan sistem off-site. Cakupan sistem on-site di Kota
Tasikmalaya meliputi 7 kecamatan, yaitu Kecamatan Kawalu, Kecamatan
Tamansari, Kecamatan Cbeureum, Kecamatan Purbaratu, Kecamatan
Mangkubumi, Kecamatan Indihiang, dan Kecamatan Bungursari. Kota
Tasikmalaya memiliki IPLT yang berlokasi di Kelurahan Singkup. Namun kini,
IPLT Singkup telah rusak dikarenakan kelebihan kapasitas.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 4 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya bahwa akan direncanakan sistem
pengelolaan air limbah terpusat di ketiga kecamatan, yaitu Kecamatan Tawang,
Kecamatan Cipedes, dan Kecamatan Cihideung. Dari ketiga kecamatan yang ada
maka dipilihlah Kecamatan Cihideung karena menurut studi Environmental
Health Risk Assessment (EHRA) Kecamatan yang paling beresiko dari ketiga
kecamatan yang ada ialah Kecamatan Cihideung. Faktor yang menentukannya
ialah, kepadatan penduduk, jumlah kk miskin, Pelayanan air minum, layanan
jamban, luas wilayah yang telah terbangun, dan sampah yang terangkut.
Nilai rata-rata dari keseluruhan parameter yang dijadikan untuk penentuan area
beresiko pada kecamatan yang ada di Kota Tasikmalaya antara lain : (
EHRA,2014)

1. Kecamatan Kawalu : 7,36%


2. Kecamatan Tamansari : 7,24%
3. Kecamatan Cibeureum : 8,51%
4. Kecamatan Purbaratu : 6,23%
5. Kecamatan Tawang : 16,32%
6. Kecamatan Cihideung : 18,07%
7. Kecamatan Mangkubumi : 7,51%
8. Kecamatan Indihiang : 8,61%
9. Kecamatan Bungursari : 5,11%
10. Kecamatan Cipedes : 15,03%

Kecamatan Cihideung memiliki jumlah penduduk 73.934 jiwa dengan


kepadatan penduduknya 13.467 jiwa/km2. Jumlah kepadatan penduduk tersebut
merupakan yang tertinggi di daerah Kota Tasikmalaya. Hal ini disebabkan oleh
wilayah yang cukup kecil yaitu sebesar 5,49 km2.
Selain itu, di daerah Kecamatan Cihideung belum terdapat fasilitas penyaluran
dan pengolahan air buangan. Jadi selama ini air limbah dibuang ke sungai dan
saluran drainase setempat. Dampak dari belum adanya saluran air limbah di
Kecamatan Cihideung adalah timbulnya penyakit, berikut adalah beberapa
penyakit dan jumlah penderitanya untuk diare 1.010 jiwa, dysentri 1 jiwa, typhus
3 jiwa, dan demam berdarah sebanyak 34 jiwa.( BPS dan Dinas Kesehatan 2011 )
Maka dari itu, dibutuhkan Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah
Domestik Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya agar dapat menunjang
tercipta lingkungan masyarakat di Kecamatan Cihideung yang sehat dan
produktif.

2. MAKSUD DAN TUJUAN

2.1. Maksud

Maksud dari perencanaan ini adalah merencanakan sistem penyaluran air


limbah domestik di Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya.

2.2. Tujuan
1. Merencanakan sistem jaringan perpipaan penyaluran air buangan di
Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya.
2. Merencanakan pipa induk dan lateral dengan memperhatikan kondisi
topografi, dan jalur utama.
3. Memperhitungkan debit setiap pipa, penempatan diameter, slope, dan
kecepatan aliran.

3. RUANG LINGKUP
a. Daerah perencanaan penyaluran air limbah domestik adalah Kecamatan
Cihideung, Kota Tasikmalaya.
b. Periode perencanaan jalur air limbah di Kecamatan Cihideung, Kota
Tasikmalaya selama 20 tahun.
c. Meninjau dan menganalisis kondisi fisik daerah perencanaan yang dapat
mempengaruhi perencanaan sistem penyaluran air limbah domestik di Kota
Tasikmalaya.
d. Melakukan perencanaan sistem penyaluran air limbah domestik yang meliputi
proyeksi jumlah penduduk dan proyeksi timbulan air limbah domestik serta
perencanaan sistem jaringan air limbah domestik di Kota Tasikmalaya.
e. Menghitung dimensi pipa induk dengan memperhatikan topografi, jalur air
bersih, kepadatan penduduk, risiko sanitasi, rencana pengembangan kota dan
jalan utama daerah perencanaan.
f. Membuat gambar desain sistem penyaluran air limbah domestik di Kota
Tasikmalaya.
g. Membuat perkiraan Rencana Anggaran Biaya (RAB) sistem penyaluran air
limbah domestik di Kota Tasikmalaya.

4. METODOLOGI PERENCANAAN
Berikut merupakan diagram alir dari perencanaan penyaluran air limbah domestik
di Kota Tasikmalaya yang tertuang dalam Gambar 1.

Mulai

Studi Pustaka

Tinjauan Awal dan Identifikasi Masalah

Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pengumpulan Data

Data Sekunder (Desk Study Method)


Data Primer - Data Kependudukan
Metode Observasi - Data Fasilitas Umum
Lapangan - RTRW
- Peta Wilayah dan Topografi
- Regulasi,
- PDAM Kota Tasikmalaya

TIDAK Kelengkapan
Data
YA
Pengolahan dan Analisa Data
1. Pra Perencanaan
 Proyeksi Penduduk
 Proyeksi Fasilitas
 Proyeksi Kebutuhan Air Domestik
 Proyeksi Kebutuhan Air Non-Domestik
 Proyeksi Timbulan Air Limbah Domestik
2. Perencanaan
 Membuat 3 Jalur Alternatif
 Menghitung dimensi dan aksesoris pipa

Pemilihan Alternatif

1. metode Checklist
2. metode Weighted Ranking
Method (WRT)

Pembuatan Rincian Anggaran


Biaya (RAB)

Alternatif Terpilih

Selesai

Gambar 1. Diagram Alir Perencanaan

4.1 Tahap Studi Pustaka


Studi pustaka berarti malakukan peninjauan kembali terhadap pustaka-pustaka
yang berkaitan dengan perencanaan yang dilakukan. Pustaka-pustaka tersebut
dapat berupa buku, jurnal, regulasi, dan sebagainya. Pustaka-pustaka tersebut
dapat dijadikan dasar atau landasan teori dalam perencanaan, sebagai acauan
dalam membandingkan fakta yang ada dilapangan dengan teori yang ada, dapat
juga dijadikan dari pemecahan suatu permasalahan.

4.2 Tahap Tinjauan Awal dan Identifikasi Masalah

Metode yang digunakan dalam melakukan Tinjauan data dan Identifikasi


masalah yaitu desk study. Dijelaskan dalam Buku II Metode verifikasi lapangan
dari Dinas Kehutanan Provinsi Jawa barat dan Sekolah Ilmu dan Teknologi
Hayati ITB (2012), desk study merupakan metode untuk mendapatkan keadaan
indikator dengan melakukan kajian dan penelaahan terhadap dokumen dan
laporan dari instansi terkait.
Dengan Metode Desk Study, dilakukan analisa deskriptif dengan
mengkombinasikan analisa kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif
dilakukan melalui studi pustaka mengenai kondisi sanitasi daerah perencanaan.
Analisa Kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pustaka yang berasal buku
laproran EHRA (Environmental Health Risk Assesment), data yang berasal dari
Badan Pusat Statistik (BPS) juga meninjau regulasi dan perencanaan terkait
penyaluran air limbah domestik seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),
Memorandum Program Sanitasi (MPS), Buku Putih Sanitasi, dan Strategi
Sanitasi Kabupaten (SSK) untuk selanjutnya dilakukan identifikasi
permasalahan yang akan dibahas, serta menentukan batasan permasalahan yang
dilakukan, kemudian dapat disimpulkan urgensi penyaluran air limbah
domestik di Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya. Namun data yang
didapatkan bukan merupakan data aktual dikarenakan belum pada tahap
pengumpulan data kepada instansi terkait, pustaka didapat dari internet.
4.3 Tahap Pengumpulan Data
Untuk melakukan pengumpulan data, haruslah melalui 2 tahap. Yaitu tahap
persiapan dan tahap pengumpulan data.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan langkah awal untuk memulai pengumpulan
data. Pada tahap persiapan dibuat susunan rencana dalam pengambilan
data agar waktu yang digunakan lebih efektif.
 Studi pustaka terhadap materi untuk proses perencanaan
 Menentukan kebutuhan data
 Mendata instansi dan institusi yang menjadi sumber data
 Pengadaan persyaratan administratif/ surat-menyurat untuk
keperluan pengumpulan data.
2. Tahap Pengumpulan data
Berdasarkan cara memperolehnya, data dibedakan menjadi 2 buah, yaitu
data primer dan data sekunder.
a) Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data
pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian dengan kata lain data
primer diperoleh dari sumber data primer yaitu sumber data pertama
di mana sebuah data dihasilkan. (Bungin,2005)
Metode yang digunakan untuk mencari data primer yaitu dengan
observasi. Menurut Bungin (2005), Observasi adalah kemampuan
seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja
pancaindera mata serta dibantu pancaindera lainnya.
Observasi dilakukan terhadap kondisi sistem penyaluran air limbah
domestik di daerah perencanaan.
b) Data Sekunder
Data merupakan data yang diperoleh dari sumber sekunder, yaitu
sumber data kedua sesudah sumber data primer. Sumber data sekunder
diharapkan dapat berperan membantu mengungkap data yang
diharapkan. Begitu pula pada keadaan semestinya yaitu sumber data
primer dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan, sumber data
sekunder dapat membantu memberi keterangan, atau data pelengkap
sebagai bahan pembanding. (Bungin,2005)
Metode yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data
sekunder yaitu desk study.
Berbeda dengan tahap Tinjauan Awal dan Identifiaksi Masalah daerah
perencanaan yang memiliki data yang belum aktual, pada tahap
pengumpulan data, data yang akan diperoleh merupakan data aktual
dari instansi terkait.
Data sekunder yang dibutuhkan dalam perencanaan sistem penyaluran
air limbah domestik di Kota Tasikmalaya termuat dalam tabel 1.1:
Tabel 1.1 Kebutuhan Data Sekunder

Cara Mendapatkan Data/Sumber


No Data yang diperlukan Kegunaan Data
Data

1 Data Kependudukan (Demografi). Jumlah Jumlah penduduk merupakan dasar untuk menentukan banyaknya Desk Study (BPS Kota Tasikmalaya
Penduduk 10 tahun terakhir (2006, 2007, 2008, kebutuhan air bersih serta debit air limbah yang dihasilkan dalam Angka tahun 2007, 2008, 2009,
2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015) penduduk daerah perencaanaan untuk selanjutnya dilakukan 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015,
proyeksi agar kapasitas saluran dapat terpenuhi hingga akhir 2016)
periode perencanaan. Diambil data 10 tahun agar dapat dilihat
trend jumlah penduduk Kota Tasikmalaya

2 Sarana-Prasarana Kota Tasikmalaya (2016) Data sarana prasarana dibutuhkan untuk mengetahui kebutuhan Desk Studi (BPS Kota Tasikmalaya)
air non domestik untuk untuk selanjutnya diperoleh debit air
limbah non domestik yang akan disalurkan untuk selanjutnya
dilakukan proyeksi agar kapasitas saluran dapat memenuhi
timbulan air limbah Kota Tasikmalaya hingga akhir periode
perencanaan

3 Tata guna lahan Kota Tasikmalaya tahun data tata guna lahan diperlukan untuk mengetahui kondisi Desk Study (BAPPEDA Kota
terakhir (2016) eksisting dan penggunaaan lahan di daerah perencanaan untuk Tasikmlaya)
selanjutnya dapat menentukan jalur pipa dari sistem jaringan air
limbah yang direncanakan.

4 Kondisi PAB di Kota Tasikmalaya tahun Untuk mengetahui kondisi penyaluran air limbah domestik di Desk Study
terakhir (2016) daerah perencanaan, apakah bisa meningkatkan kapasitas dari (Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
yang sudah ada atau merencanakaan dari awal. Serta mengetahui Puskesmas Kota Tasikmalaya)
fasilitas sanitasi yang sudah dimiliki penduduk Kota Tasikmalaya
Tabel 1.1 Kebutuhan Data Sekunder

Cara Mendapatkan Data/Sumber


No Data yang diperlukan Kegunaan Data
Data

5 Topografi Kota Tasikmalaya (2016) Data topografi merupakan data penunjang untuk melakukan Desk Study (BPS Kota Tasikmalaya)
perencanaan untuk mengetahui kontur daerah perencanaan, agar
penyaluran air limbah domestik dapat dilakukan dengan sistem
gravitasi.

6 RTRW Kota Tasikmalaya tahun terakhir (2014) Untuk mengetahui kondisi pembangunan yang akan Desk Study (BAPPEDA Kota
dilaksanaakan sehingga jalur yang direncanakan tidak menutupi Tasikmalaya)
jalur yang direncanakan agar lebih memudahkan dalam operasi
dan maintenance jalur dikemudian hari. Selian itu juga untuk
mengetahui lahan yang bisa direkomendasikan untuk
pembangunan instalasi pengolahan air limbah.

7 Kebutuhan air bersih Kota Tasikmalaya tahun Data kebutuhan air bersih berupa akses air bersih yang digunakan Desk Study
terakhir (2016) oleh masyarakat Kota Tasikmalaya (PDAM/Sumur/Air (PDAM Kota Tasikmalaya
sungai/dll). Data ini dibutuhkan sebagai data awal dalam PDAM Tirta Sukawarna)
menghitung timbulan air limbah domestik yang ditimbulkan.

8 Profil Kota Tasikmalaya tahun terakhir (2016) Untuk mengetahui konidisi seperti batas administrasi dan letak Desk Study
geografis Kota Tasikmalaya. Untuk dikaitkan dengan urgensi (BPS Kota Tasikmalaya
kebutuhan penyaluran air limbah domestik dan menentukan BAPPEDA Kota Tasikmalaya)
daerah pelayananan yang akan direncanakan sistem penyaluran
air limbah domestik.
Tabel 1.1 Kebutuhan Data Sekunder

Cara Mendapatkan Data/Sumber


No Data yang diperlukan Kegunaan Data
Data

9 Kondisi Jalan Kota Tasikmalaya tahun terakhir Untuk mengetahui jalan yang akan dibuat jalur sistem penyaluran Desk Study
(2016) air limbah domestik (Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya
(PU Jalan)
BAPPEDA Kota Tasikmalaya)

10 Kondisi Hidrologi Kota Tasikmalaya tahun Untuk mengetahui potensi pencemaran air tanah oleh air limbah Desk Study (BPS Kota Tasikmalaya)
terakhir (2016) domestik

11 Kondisi Sanitasi Kota Tasikmalaya tahun untuk mengetahui data penunjang perencanaan seperti Desk Study (Dinas Kesehatan Kota
terakhir (2016) termuat dalam Laporan EHRA kepemilikan jamban dan perilaku buang air besar, presentase Tasikmalaya)
(Environmental Health Risk Assesment) 2016, waterborne disease, peta kawasan risiko sanitasi, saluran
Buku Putih Sanitasi 2016, Strategi Sanitasi pembuangan air limbah, dan perencanaan pemerintah setempat
Kabupaten (SSK), Memorandum Program terkait isu sanitasi dan program RPJMN 100-0-100.
Sanitasi Kota Banda Aceh 2016, serta Rencana
Kegiatan Pembangunan Sanitasi 2016.

12 Aspek Legal Pembangunan IPAL dan IPLT di Untuk mengetahui rencana pemerintah terhadap pembangunan Desk Study (BAPPEDA Kota
Kota Tasikmalaya tahun terakhir (2016) IPAL dan IPLT di Kota Tasikmalaya. Tasikmalaya
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
(Pokja Sanitasi))
Tabel 1.1 Kebutuhan Data Sekunder

Cara Mendapatkan Data/Sumber


No Data yang diperlukan Kegunaan Data
Data

13 Harga Satuan Daerah untuk aksesoris pipa dan Untuk mengetahui harga satuan aksesoris pipa dan material Desk Study (Departemen Pekerjaan
material bangunan bangungan di daerah perencanaan. Umum (DPU) Cipta Karya)

14 Spesifikasi Teknis Penyaluran air limbah Untuk mengetahui spesifikasi teknis untuk merencanaakan Desk Study (Departemen Pekerjaan
domestik (Dasar-dasar Teknis PAB, jaringan penyaluran air limbah domestik serta menentukan hal-hal Umum (DPU) Cipta Karya)
Perencanaan Pengelolaan Air Limbah dengan yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan perencanaan,
Sistem Terpusat, Kriteria Sistem Terpusat, pembangunan serta operasi dan pemeliharaan guna menunjang
Harga Satuan Bangunan dan Upah) Rincian Anggaran Biaya yang diperlukan.

15 Data Jalur Pipa PDAM Data Jalur Pipa PDAM dibutuhkan guna memudahkan dalam PDAM Tirta Sukawarna
tahap penentuan jalur air limbah domestik agar tidak bertabrakan
atau tumpang tindih dengan pipa air minum jalur PDAM
4.4 Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data dirasa lengkap, maka bisa masuk ke tahapan berikutnya yaitu
tahap pengolahan dan analisis data. Pada tahap ini dilakukan pengolahan
terhadap data-data yang diperoleh, baik data sekunder atau pun data primer.
Pengolahan dan analisis data terbagi kedalam 2 tahap, yaitu:
1. Pra Perencanaan
 Proyeksi Penduduk
Berdasarkan Peraturan Dalam Negeri No 40 tahun 2012 tentang
Pedoman Proyeksi Penduduk di Daerah, menyatakan bahwa
proyeksi penduduk dilakukan untuk jangka waktu 5 tahun sampai
dengan 25 tahun. Pada perencanaan ini, proyeksi penduduk untuk
Kota Banda Aceh ditetapkan selama jangka waktu 25 tahun.
Dengan tahun awal yang dimiliki adalah tahun 2015, maka bila
diproyeksikan untuk 25 tahun mendatang, data penduduk yang
diperoleh yaitu hingga tahun 2040.
Dalam melakukan proyeksi penduduk, metode yang cukup representatif
untuk memproyeksikan jumlah penduduk adalah secara matematis
diantaranya Metode Aritmatik, Metode Geometrik dan Metode Least
Square.
A. Metode Aritmatik
Metode ini diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk setiap tahunnya
adalah konstan, dengan kata lain metode aritmatik ini didasarkan pada
angka kenaikan jumlah penduduk rata-rata setiap tahunnyad dengan
kata lain pertumbuhan penduduknya linier. Metode aritmatik sangat
cocok untuk:
 Menggambarkan kota-kota tua dimana kota-kota tersebut
memiliki daerah yang sangat luas.
 Kota yang tidak memiliki daerah industri dan ekonomi kota masih
bergantung pada hasil pertanian.
 Pertumbuhan penduduk yang relatif konstan.
 Grafik pertumbuhan penduduknya linear.
Adapun persamaan metode ini adalah (PermenPU,2007) :
Pn = Po + a . n ................................................................. (5.1)
𝑃2−𝑃1
a = 𝑇2−𝑇1 .......................................................................... (5.2)

dimana:
Pn = jumlah penduduk tahun ke-n yang diproyeksikan
Po = jumlah penduduk tahun pertama data sensus
n = selang waktu tahun dari data penduduk dasar
a = faktor pertumbuhan tiap tahun
P1 = jumlah penduduk pada waktu t
P2 = jumlah penduduk yang diketahui
T1 = tahun ke 1 yang diketahui

B. Metode Geometrik
Metode geometrik didasarkan atas rasio pertambahan penduduk rata-
rata yang sama untuk setiap tahun dengan kata lain pertambahan
penduduk sebanding dengan angka penduduk saat itu dan bersida
logaritmis secara grafis. Metode Geometrik cocok untuk:
 Kota tua dengan pertumbuhan lambat lambat (20–30 %)
 Apabila digunakan pada kota muda dengan pertumbuhan
penduduk industri yang cepat maka hasilnya akan over estimate.
Adapun persamaan metoda Geometrik yaitu (PermenPU,2007):
Pn = Po (1 + rata – rata )n .................................................. (5.3)
dimana:
Pn = jumlah penduduk tahun ke-n yang diproyeksikan
Po = jumlah penduduk tahun pertama data sensus
r = rasio laju pertumbuhan penduduk (%)
n = selang waktu tahun dari data penduduk dasar
C. Metode Least Square
Metode Least Square hampir sama dengan Metode Aritmatika, dimana
metode proyeksi yang digunakan untuk kota dengan pertumbuhan
penduduk relatif mendekati jenuh. Metode Least Square cocok untuk:
 Kota dengan pertumbuhan penduduk relatif konstan
 Bukan kota tua
 Kota yang sedang berkembang
Adapun persamaan Metode Least Square yaitu (PermenPU,2007):
Pn = a+bx......................................................................... (5.4)
dengan,
∑𝐲 𝐛 .∑ 𝐱
𝐚= − , dan ........................................................ (5.5)
𝐧 𝐧
(𝐧 .∑ 𝐱𝐲)− (∑ 𝐱 .∑ 𝐲)
𝐛= (𝐧 .∑ 𝐱 𝟐 − (∑ 𝐱)𝟐 )
........................................................ (5.6)

dimana:
y = jumlah penduduk hasil sensus
x = faktor tahun
n = jumlah data
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n

Tahapan untuk pemilihan 3 metode diatas dilakukan dalam beberapa


tahapan, yaitu:
1. Melakukan perhitungan pertambahan jumlah penduduk hingga
akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2040 dengan tiga metode,
yaitu Metode Aritmatik, Metode Geometrik dan Metode Least
Square;
2. Untuk menentukan metode proyeksi terpilih, dilakukan analisa
terhadap ketiga metode dengan beberapa perhitungan parameter,
yaitu perhitungan nilai simpangan baku / Standar Deviasi (SD),
perhitungan koefisien variansi (CV), dan perhitungan nilai
korelasi (r) antara data eksisting dengan data menurut model
proyeksi; Interpretasi untuk Standar Deviasi yaitu semakin kecil
standar deviasi maka data tersebut makin mendekati harga yang
sebenarnya, dan semakin besar nilai standar deviasi maka data
tersebut makin jauh dari harga sebenarnya, untuk koefisien
variansi (CV) yang memiliki nilai paling kecil, dan untuk Nilai
korelasi (r) dapat menunjukan hubungan yang benar jika
nilainya mendekati satu.
 Standar Deviasi (SD)
Standar deviasi disebut juga simpangan baku. Seperti halnya
varians, standar deviasi juga merupakan suatu ukuran dispersi
atau variasi. Standar deviasi merupakan ukuran dispersi yang
paling banyak dipakai. Hal ini mungkin karena standar deviasi
mempunyai satuan ukuran yang sama dengan satuan ukuran data
asalnya. Misalnya, bila satuan data asalnya adalah cm, maka
satuan Standar deviasinya juga cm. Sebaliknya, varians memiliki
satuan kuadrat dari data asalnya (misalnya cm2).
Standar deviasi menunjukkan seberapa jauh nilai yang ada
terhadap nilai reratanya. Semakin kecil standar deviasi maka
data tersebut makin mendekati harga yang sebenarnya, dan
semakin besar nilai standar deviasi maka data tersebut makin
jauh dari harga sebenarnya. Bila nilai standar deviasi kecil,
berarti menunjukkan nilai tersebut mendekati persamaan yang
didapat. (Barclay,1982)
Rumus yang digunakan dalam menghitung Standar Deviasi
adalah sebagai berikut:
𝟏
SD = √𝒏−𝟏 . ∑𝒏𝒊=𝟏( 𝒙𝒊 − 𝒙)^𝟐 ........................... (5.7)

Dimana :
n-1 = Banyaknya data dikurangi 1 tahun
x = Jumlah Penduduk
x1, x2, x3 … xn = Banyaknya penduduk tiap tahun
x = nilai rata-rata data Pn
 Koefisien Variansi (CV)
Koefisien variasi merupakan suatu ukuran variansi yang dapat
digunakan untuk membandingkan suatu distribusi data yang
mempunyai satuan yang berbeda. Jika membandingkan
berbagai variansi atau dua variabel yang mempunyai satuan
yang berbeda maka tidak dapat dilakukan dengan menghitung
ukuran penyebaran yang sifatnya absolut. (Barclay, 1983).
Perhitungan koefisien korelasi sebagai berikut:
CV = SD/x ........................................................... (5.8)
Dimana :
CV = Koefisien Variasi
SD = Standar Deviasi
X = nilai rata-rata dari Pn
 Koefisien Korelasi (r)
Perkembangan penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang bekerja di daerah tersebut, tetapi juga dapat
di pengaruhi oleh faktor luar. Dalam matematika, faktor yang
mempengaruhi perkembangan penduduk ini disebut sebagai
“faktor penetu” atau peubah bebas. Hubungan antara variable
bebas Xi dengan jumlah penduduk (variable tidak bebas Yi)
perlu dibuktikan derajat kaitannya dengan menggunakan
koefisien korelasi (r).
Koefisien korelasi/Faktor korelasi merupakan suatu koefisien
yang menunjukan derajat hubungan antar variable. Nilai korelasi
dapat menunjukan hubungan yang benar jika nilainya mendekati
satu.
Rumus yang digunakan untuk menghitung faktor korelasi yaitu:
n .  xy  x .  y 
r
n .  x   x . n .  y   y   1
.............(5.9)
2 2 2 2 2

Dimana :
r = koefisien korelasi
x = selisih tahun terakhir dengan awal dari data
y = jumlah penduduk awal
n = jumlah data
Setelah diketahui koefisien korelasi, dapat diinterpretasikan
derajat hubungan antar kedua variabel dengan tabel 1.2.

Tabel 1.2 Interpretasi nilai Koefisien Korelasi


No R Interpretasi

1 0 Tidak Berkorelasi

2 0.1 – 0.20 Korelasi Sangat Rendah

3 0.21 – 0.40 Korelasi Rendah

4 0.41 – 0.60 Korelasi Agak Rendah

5 0.61 – 0.80 Korelasi Cukup Kuat

6 0.81 – 0.99 Korelasi Tinggi

7 1 Korelasi Sangat Tinggi

Sumber: Stastistika Lingkungan, 2007

3. Analisa rencana pengembangan wilayah;


Selain dilakukan analisa dari hasil perhitungan matematis,
dianalisa juga terhadap pengembangan wilayah atau segi kondisi
kota. Karena baik metode aritmatika, geometrik dan Least
Square memiliki kecocokan terhadap jenis kota tertentu.
4. Pemilihan metode proyeksi;
Pemilihan metode proyeksi dilakukan dengan metode checklist
terhadap parameter juga dari kondisi kota.
5. Menentukan data hasil proyeksi dari metode terpilih.
Tahap terakhir dari proyeksi penduduk yaitu menentukan data
hasil proyeksi dari metode terpilih untuk periode 25 tahun
mendatang.
 Proyeksi Fasilitas
Proyeksi fasilitas sarana prasarana yang ada di daerah perencanaan
bertujuan mengetahui pertumbuhan fasilitas umum atau kegiatan
bersifat non-domestik yang ada di daerah perencanaan. Semakin
banyak fasilitas maka akan semakin banyak kebutuhan air dan
timbulan air limbah domestik dari fasilitas tersebut yang perlu
dilayani.
Proyeksi fasilitas sarana dan prasarana daerah perencanaan
dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah No.534/KPTS/M/2001 tentang Standar
Pelayanan Minimal untuk Permukiman.

Tabel. 1.3 Standar Pelayanan Minimal Untuk Permukiman


No Jenis Fasilitas Cakupan Kriteria

1 Sarana Niaga Minimal 1 pasar


/30.000 jiwa
penduduk

2 Sarana Minimal :
Pendidikan Satuan lingkungan
dengan jumlah
TK 1 unit / 1.000 jiwa
penduduk < 30.000
penduduk
jiwa
SD 1 unit / 6.000 jiwa
penduduk

SLTP 1 unit / 25.000 jiwa


penduduk
No Jenis Fasilitas Cakupan Kriteria

SMA 1 unit / 30.000 jiwa


penduduk

Perguruan 1 unit / 70.000 jiwa


Tinggi penduduk

3 Sarana Minimal:
Kesehatan

Puskesmas 1 unit / 120.000 jiwa


penduduk

Rumah Sakit 1 unit / 240.000 jiwa


penduduk

4 Sarana 1 unit/ 2.500 jiwa


Peribadatan penduduk

Sumber : KEPMENKIMPRASWIL, 2001


 Proyeksi Kebutuhan Air Domestik
Kebutuhan air domestik merupakan kebutuhan air yang dibutuhkan
penduduk guna menunjang aktifitas sehari-hari. Kondisi wilayah
perencanaan akan mementukan kebutuhan air bersih untuk daerah
perencanaan, faktor yang sangat mempengaruhi pola pemakaian air
bersih diantaranya pertambahan jumlah penduduk dan tingkat
sosial ekonomi penduduk serta status kotanya.
Berdasarkan cara pelayanan untuk kebutuhan air domestik dibagi
menjadi dua jenis yaitu sambungan rumah dan hidran umum.
Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen PU mengeluarkan
Kriteria Perencanaan Air Bersih dengan masing-masing kategori
kota berdasarkan jumlah penduduk.
Tabel 1.4 Kriteria Perencanaan Air Bersih

N0 URAIAN KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK

METRO BESAR SEDANG KECIL DESA

1 Konsumsi 190 170 150 130 30


unit
sambunga
n rumah
(SR) l/o/h

2 Konsumsi 30 30 30 30 30
unit hidran
umu (HU)
l/o/h

3 Konsumsi 20 – 30 20 – 30 20 - 30 20 - 30 20 – 30
unit Non
Domestik

4 Kehilanga 20 – 30 20 – 30 20 - 30 20 - 30 20 – 30
n air (%)

5 Faktor 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1


maksimu
day

6 Faktor 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5


peak -
Hour

7 Jumlah 5 5 6 6 10
Jiwa per
SR

8 Jumlah 100 100 100 100 - 200 200


jiwa per
HU

9 Sisa 10 10 10 10 10
tekanan
dijaringan
distribusi
(mKa)
N0 URAIAN KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK

METRO BESAR SEDANG KECIL DESA

10 Jam 24 24 24 24 24
operasi
(jam)

11 Volume 20 20 20 20 20
reservoir
(%) (mak
day
demand)

12 SR : HU 50 : 50 s/d 50 : 50 s/d 80 : 20 70 : 30 70 : 30
(%) 80 : 20 80 : 20

13 Cakupan 90 90 90 90 90
pelayanan
(%) (60 pipa) (60 pipa) (60 pipa) (60 pipa) (60 pipa)

Sumber : Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen PU, 2003

 Proyeksi Kebutuhan Air Non-domestik


Kebutuhan air non-domestik adalah kebutuhan air yang digunakan
untuk pemakaian di luar kepentingan rumah tangga. Pada sektor
non domestik, air digunakan untuk menunjang kegaitan non-
domestik seperti fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan, fasilitas
kesehatan dll.
Proyeksi kebutuhan air non-domestik didasarkan pada kondisi
aatau jumlah sarana prasarana non-domestik di awal perencanaan,
dan kemungkinan perkembangannya sampai akhir periode
perencanaan.
Untuk melakukan perhitungan kebutuhan air non-domestik, Dirjen
Cipta Karya PU memiliki regulasi terkait Standardisasi Kebutuhan
Air Minum Fasilitas Perkotaan.
Tabel 1.5 Standardisasi Kebutuhan Air Minum Fasilitas
Perkotaan
FASILITAS KATEGORI KOTA
BESAR

Sekolah 10 l/murid/hari

Rumah Sakit 200 l/tempat tidur/hari

Puskesmas 2 m3/hari

Mesjid Sampai 2 m3/hari

Kantor 10 l/pegawai/hari

Pasar 12 m3/hektar/hari

Hotel 150 l/tempat tidru/hari

Rumah Makan 100 l/tempat duduk/hari

Komplek Militer 60 l/orang/hari

Kawasan Industri 0,2 - 0,8 l/detik/ha

Kawasan Pariwisata 0,1 - 0,3 l/dt/ha

Sumber : Dirjen Cipta Karya PU, 1998

 Proyeksi Timbulan Air Limbah Domestik


Proyeksi timbulan air limbah domestik akan terbagi kedalam 2
sektor yaitu timbulan air limbah domestik dan timbulan air limbah
non-domestik.
- Untuk timbulan air limbah domestik, menurut Babbit
(1969), semakin tinggi jumlah penduduk, maka jumlah air
limbah yang dihasilkan semakin tinggi karena 60% - 80%
dari air bersih akan menjadi air limbah. Urutan untuk
mencari proyeksi timbulan air limbah domestik ialah :
 Debit rata-rata Air Limbah ( Qr )
Rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya debit rata-
rata adalah (Babbitt 1922):
Qr = Fab × Qam ............................................ (5.10)
Qr = debit rata-rata air buangan (L/detik)
Fab = faktor timbulan air buangan (60-80%)
Qam = kebutuhan air minum (L/detik)
Kebutuhan air minum didapat dari pemakaian air bersih untuk
domestik dan non domestik. Untuk kebutuhan domestik didapat
dari kebutuhan air bersih sambungan langsung dah hidran
umum, sedangkan kebutuhan non domestik diasumsikan 30%
dari kebutuhan air bersih domestik.
 Debit Infiltrasi (Qinf) dan Debit Inflow (Qsf)
Debit air buangan dalam saluran pada kenyataanya akan
bertambah akibat adanya infiltrasi dan inflow dari air tanah, air
permukaan, dan air hujan, yang seharusnya tidak boleh masuk
kedalam saluran. Hal ini disebabkan oleh:
 Penyambungan pipa yang kurang sempurna
 Bahan saluran yang digunakan
 Kondisi tanah dan adanya air tanah
 Adanya celah-cela dari bangunan pelengkap
Rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya debit
infiltrasi adalah (Babbit,1982):
Qinf = (L/1000) × qinf ...................................... (5.11)
Dimana:
Qinf = debit infiltrasi (L/detik)
L = panjang saluran
qinf = debit infiltrasi air tanah = (1-3) (L/detik)

Rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya debit


inflow (Qinf persil) adalah (H.E.Babbit,1960):

Qsf = Cr × P × Qr .............................................. (5.12)


Dimana:
Qsf = debit inflow (L/detik)
Cr = koefisien inflow (0,1-0,3)
P = Jumlah ekivalensi populasi yang dilayani dalam ribuan
Qr = debit rata-rata air buangan (Liter /detik).
 Debit Puncak (Qpeak)
Kuantitas air buangan yang dihasilkan berfluktuasi karena
pengaruh musim dan cenderung mengikuti pola pemakaian air
bersih. Penentuan dimensi saluran air buangan adalah
berdasarkan Qpeak akhir tahap perencanaan, agar saluran dapat
melayani beban air buangan dalam keadaan berfluktuasi.
Debit puncak pada dasarnya sama dengan debit jam
maksimum, dimana perkiraan debit air buangan sesuai dengan
perkiraan pemakaian air bersih yang paling banyak dalam jam
tertentu selama satu hari.
Rumus yang digunakan untuk menentukan besarnya debit
puncak adalah:
Qpeak = 5 Ptotal(1-Z) × qmd ............................ (5.13)
Dimana:
Qpeak= debit puncak (L/detik)
P = jumlah penduduk total (ribuan kapita atau jiwa)
Z = log4/logP
Qinfre= debit infiltrasi retikulasi Debit Minimum (Qmin)
 Debit Minimum (Qmin)
Untuk penentuan kuantitas air buangan minimum digunakan
persamaan berikut ini, yaitu (H.E Babbit,1960):
Qmin = 0,2 Ptotal(1+Z) × Qr ............................ (5.14)
Dimana:
Ptotal = jumlah penduduk total (ribuan kapita)
Qr = debit rata-rata air buangan (L/detik)
Ketika debit minimum, kemungkinan kecepatan aliran dalam
saluran menjadi kecil, sehingga dapat menyebabkan
pengendapan zat-zat organik. Oleh karena itu diperlukan
penggelontoran jika kecepatan aliran mengecil.
- Untuk timbulan air limbah non-domestik, perhitungan
timbulan air limbah untuk setiap peruntukan bangunan akan
berbeda, standar yang digunakan untuk menghitung debit
air limbah non-domestik adalah Lampiran II Peraturan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 122 tahun 2005
tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Perbedaan pada tiap
peruntukan bangunan meliputi pemakaian air limbah serta
debit air limbah serta nilai population equation (PE).
Perhitungan menggunakan PE dipakai pabila tidak ada data
aktual jumlah pemakai air bersih per hari. Selain itu terdapat
pula SNI yang mengatur tingkat pemakaian air minum non
rumah tangga, yaitu SK-SNI Air Minum tahun 2000.
2. Perencanaan
 Membuat 3 jalur Alternatif
Dalam membuat 3 jalur alternatif, hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah topografi, rencana perkembangan kota, jalur pipa air bersih,
permasalahan sanitasi, jalur pipa dapat melayani sebanyak mungkin
rumah tangga, Jalur pipa mengikuti jalan umum milik pemerintah
dengan mengikuti hirarki jalan guna mendukung operasi dan
pemeliharaan, serta demografi khususnya kepadatan penduduk.
 Hal-hal yang perlu diperhatikan dan menjadi pertimbangan dalam
perencanaan sistem penyaluran air buangan adalah :
(Harjosuprapto, 2000)
- Disalurkan dalam saluran tertutup dan harus rapat;
- Pengaliran air limbah dilakukan dengan sistem gravitasi.
- Jalur saluran diusahakan sedemikian rupa sehingga melalui
daerah pelayanan sebanyak-banyaknya sehingga jalur saluran
sambung-menyambung mulai dari saluran awal hingga saluran
induk, yang selanjutnya dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air
Limbah. Jalan saluran akan mengikuti jalan-jalan yang berada
di Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya.
- Sistem penyaluran air limbah domestik yang direncanakan
adalah sistem terpisah, air limbah domestik dan air hujan
dilayani oleh sistem terpisah.
- Aliran air limbah harus mampu membawa kotoran dan tidak
boleh merusak saluran. Kecepatan minimum 0,6 m/detik dan
kecepatan maksimum 3 m/detik.
- Kedalaman aliran air limbah mampu digunakan untuk
berenangnya benda-benda yang ada di dalamnya dan tidak
boleh penuh, kecuali pengaliran yang memerlukan
pemompaan;
- Sedapat mungkin aliran air limbah dapat terus-menerus
membawa benda di dalamnya tanpa ada benda yang
mengendap sehingga terjadi pembusukan yang menghasilkan
gas yang bau dan berbahaya.
- Waktu pengaliran air limbah harus tiba secepatnya ke IPAL
untuk menghindari pembusukan. Waktu pengaliran untuk
wilayah tropis adalah tidak lebih dari 18 jam.

 Menghitung dimensi dan Aksesoris pipa.


- Menghitung dimensi pipa dilakukan guna mengetahui diameter
dan kecepatan pengaliran agar memenuhi kriteria desain yang
ditetapkan. Berikut merupakan beberapa persamaan yang akan
digunakan dalam perhitungan:
Tabel 1.6 Perhitungan Dimensi Pipa
No Parameter Persamaan Sumber
1 Debit Rata-rata, Qr 0,8 x Qam Metcalf and Eddy, 1991
2 Debit Harian Maksimum, Qmd fmd(1,1-1,25) x Qr Hardjosuprapto, 2000
No Parameter Persamaan Sumber
3 Debit Puncak, Qpeak 1,5 x Qr Hardjosuprapto, 2000
4 Debit satuan Infiltrasi dalam pipa, qinf 2 l/detik/1000 m Hardjosuprapto, 2000
5 Debit Desain, Qd Qp + Qinf Hardjosuprapto, 2000
2/3 1/2
6 Kontrol Kecepatan V= 1/n.R .S Hardjosuprapto, 2000
7 Kecepatan Minimum 0,6 m/detik Hardjosuprapto, 2000
8 Kecepatan Maksimum 3,0 m/detik Hardjosuprapto, 2000
9 Diameter Pipa,D Hardjosuprapto, 2000
10 Debit Saat Penuh, Qfull A x Vfull Hardjosuprapto, 2000
11 Kedalaman air pada awal pipa d/D = 0,6 Hardjosuprapto, 2000

- Aksesoris Pipa
Aksesoris pipa yang akan digunakan guna menunjang sistem
penyaluran air limbah domestik berupa manhole, terminal
clean out, dan aksesoris pipa lain sesuai kebutuhan
perencanaa.
4.5 Tahap Pemilihan Alternatif
Alternatif jalur dibuat dengan memperhatikan topografi, jalur air bersih,
kepadatan penduduk, risiko sanitasi, rencana pengembangan kota dan jalan
utama daerah perencanaan.Ada 2 metode untuk melakukan pemilihan
alternatif yaitu dengan metode checklist dan metode weighted ranking
technique (WRT) analisis biaya/keuntungan.
 Metode Checklist
Metode ini akan menunjukan kelebihan dan kekurangan dari ketiga
alternatif yang bersifat kuantitatif.
 Metode weighted ranking technique (WRT).
Kriteria pemilihan berdasarkan penialaian beberapa parameter
(metode pembobotan atau weighting methode) memberikan
penialain seobjektif mungkin dengan menampilkan beberapa
parameter yang cukup representatif, sehingga menekan
penyimpangan yang mungkin terjadi. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam pemilihan alternatif yaitu menentukan Koefisien
Pentingnya Faktor (KPF) dan Koefisien Pentingnya Alternatif
(KPA).

Parameter yang digunakan untuk pembobotan dengan metode WRT


sebagai berikut:

1. Sistem Pengaliran
Penilaian teringgi diberikan pada alternatif dengan sistem
penyaluran gravitasi.
2. Panjang Saluran
Penilaian teringgi diberikan pada alternatif yang memiliki
panjang saluran paling pendek.
3. Waktu Pengaliran hingga ke IPAL
Penilaian teringgi diberikan pada alternatif yang memiliki
waktu pengaliran ke IPAL paling singkat dan tidak lebih dari
18 jam.
4. Kecepatan Pengaliran
Penilaian teringgi diberikan pada kecepatan memenuhi
kriteria desain yaitu kecepatan minimum 0,6 m/detik dan
kecepatan maksimum 3 m/detik.
5. Jumlah aksesoris
Penilaian teringgi diberikan pada jumlah aksesoris paling
sedikit dikarenakan lebih ekonomis.
6. Diameter
Penilaian teringgi diberikan pada diameter terkecil
dikarenakan lebih ekonomis.
7. Kemudahan Maintenance dan Operation
Mudah untuk di lakukan pemeliharaan, semakin besar badan
jalan maka akan semakin memudahkan jalur.
4.6 Tahap Pembuatan Rincian Anggaran Biaya
Pembuatan rincian anggaran biaya dihitung berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28 tahun 2016 tentang
Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Dalam
membuat rincian anggaran biaya perhitungannya meliputi biaya investasi
pembangunanan dan biaya pengelolaan seperti pekerjaan perpipaan,
pekerjaan tanah dan galian, pekerjaan pengadaan dan pemasangan pipa,
pekerjaan perlengkapan pipa dan biaya operasi dan pemeliharaan.
4.7 Membuat Gambar Detail
Membuat gambar detail perencanaan sistem penyaluran air limbah
domestik berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan seperti
menggambar 3 buah alternatif jalur pipa induk air limbah domestik, gambar
profil hidrolis, dan gambar penunjang perencanaan lain.
Tabel 1.7 Timeline Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah Kota Tasikmalaya

2017
NO KEGIATAN JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Pustaka
Persiapan
2 Seminar
Metodologi
3 Seminar
Pengumpulan
4 Data
Sekunder
Pengumpulan
5
Data Primer
Pengolahan
dan Analisa
Data

Proyeksi
Penduduk
dan proyeksi
6 fasilitas

Proyeksi
kebutuhan air
domestik dan
non-domestik
2017
NO KEGIATAN JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Proyeksi
timbulan air
buangan

Membuat 3
jalur
alternatif

Menghitung
dimensi dan
aksesoris
pipa

Pemilihan
7
Alternatif
Pembuatan
Rincian
8
Anggaran
Biaya
Membuat
9
gambar detail
Penyusunan
10
laporan
11 Sidang Akhir
DAFTAR PUSTAKA

1. Bungin, Burhan.2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta:


Kencana.
2. Hardjosuprapto, Masduki (Moduto). 2000. Penyaluran Air Buangan :
Volume II. ITB, Bandung.
3. H.E, Babbit. 1982. Sewage and Sewerage Treatment Plant. New York :
McGraw Hill
4. Dinas Kehutanan Provinsi Jawa barat dan Sekolah Ilmu dan Teknologi
Hayati ITB .2012. Buku II Metode verifikasi lapangan.ITB,Bandung
5. Hardjosuprapto, Masduki (Moduto). 2000. Penyaluran Air Buangan :
Volume II. ITB, Bandung.
6. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534 tahun
2001. Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai