TL-500
Disusun oleh :
NRP : 25-2013-011
Kota Tasikmalaya merupakan salah satu daerah otonom yang berada di wilayah
Provinsi Jawa Barat. Perkembangan Kota Tasikmalaya yang pesat dan adanya
tuntutan akan peningkatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, sehingga
pada tahun 2008 dilakukan pemekaran kecamatan, yang semula 8 (delapan)
kecamatan menjadi 10 (sepuluh) kecamatan, sesuai Perda Kota Tasikmalaya No.
6 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kecamatan Bungursari dan Purbaratu.
Sistem pengolahan air buangan di Kota Tasikmalaya menggunakan sistem on-
site dan akan direncanakan sistem off-site. Cakupan sistem on-site di Kota
Tasikmalaya meliputi 7 kecamatan, yaitu Kecamatan Kawalu, Kecamatan
Tamansari, Kecamatan Cbeureum, Kecamatan Purbaratu, Kecamatan
Mangkubumi, Kecamatan Indihiang, dan Kecamatan Bungursari. Kota
Tasikmalaya memiliki IPLT yang berlokasi di Kelurahan Singkup. Namun kini,
IPLT Singkup telah rusak dikarenakan kelebihan kapasitas.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 4 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya bahwa akan direncanakan sistem
pengelolaan air limbah terpusat di ketiga kecamatan, yaitu Kecamatan Tawang,
Kecamatan Cipedes, dan Kecamatan Cihideung. Dari ketiga kecamatan yang ada
maka dipilihlah Kecamatan Cihideung karena menurut studi Environmental
Health Risk Assessment (EHRA) Kecamatan yang paling beresiko dari ketiga
kecamatan yang ada ialah Kecamatan Cihideung. Faktor yang menentukannya
ialah, kepadatan penduduk, jumlah kk miskin, Pelayanan air minum, layanan
jamban, luas wilayah yang telah terbangun, dan sampah yang terangkut.
Nilai rata-rata dari keseluruhan parameter yang dijadikan untuk penentuan area
beresiko pada kecamatan yang ada di Kota Tasikmalaya antara lain : (
EHRA,2014)
2.1. Maksud
2.2. Tujuan
1. Merencanakan sistem jaringan perpipaan penyaluran air buangan di
Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya.
2. Merencanakan pipa induk dan lateral dengan memperhatikan kondisi
topografi, dan jalur utama.
3. Memperhitungkan debit setiap pipa, penempatan diameter, slope, dan
kecepatan aliran.
3. RUANG LINGKUP
a. Daerah perencanaan penyaluran air limbah domestik adalah Kecamatan
Cihideung, Kota Tasikmalaya.
b. Periode perencanaan jalur air limbah di Kecamatan Cihideung, Kota
Tasikmalaya selama 20 tahun.
c. Meninjau dan menganalisis kondisi fisik daerah perencanaan yang dapat
mempengaruhi perencanaan sistem penyaluran air limbah domestik di Kota
Tasikmalaya.
d. Melakukan perencanaan sistem penyaluran air limbah domestik yang meliputi
proyeksi jumlah penduduk dan proyeksi timbulan air limbah domestik serta
perencanaan sistem jaringan air limbah domestik di Kota Tasikmalaya.
e. Menghitung dimensi pipa induk dengan memperhatikan topografi, jalur air
bersih, kepadatan penduduk, risiko sanitasi, rencana pengembangan kota dan
jalan utama daerah perencanaan.
f. Membuat gambar desain sistem penyaluran air limbah domestik di Kota
Tasikmalaya.
g. Membuat perkiraan Rencana Anggaran Biaya (RAB) sistem penyaluran air
limbah domestik di Kota Tasikmalaya.
4. METODOLOGI PERENCANAAN
Berikut merupakan diagram alir dari perencanaan penyaluran air limbah domestik
di Kota Tasikmalaya yang tertuang dalam Gambar 1.
Mulai
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pengumpulan Data
TIDAK Kelengkapan
Data
YA
Pengolahan dan Analisa Data
1. Pra Perencanaan
Proyeksi Penduduk
Proyeksi Fasilitas
Proyeksi Kebutuhan Air Domestik
Proyeksi Kebutuhan Air Non-Domestik
Proyeksi Timbulan Air Limbah Domestik
2. Perencanaan
Membuat 3 Jalur Alternatif
Menghitung dimensi dan aksesoris pipa
Pemilihan Alternatif
1. metode Checklist
2. metode Weighted Ranking
Method (WRT)
Alternatif Terpilih
Selesai
1 Data Kependudukan (Demografi). Jumlah Jumlah penduduk merupakan dasar untuk menentukan banyaknya Desk Study (BPS Kota Tasikmalaya
Penduduk 10 tahun terakhir (2006, 2007, 2008, kebutuhan air bersih serta debit air limbah yang dihasilkan dalam Angka tahun 2007, 2008, 2009,
2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015) penduduk daerah perencaanaan untuk selanjutnya dilakukan 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015,
proyeksi agar kapasitas saluran dapat terpenuhi hingga akhir 2016)
periode perencanaan. Diambil data 10 tahun agar dapat dilihat
trend jumlah penduduk Kota Tasikmalaya
2 Sarana-Prasarana Kota Tasikmalaya (2016) Data sarana prasarana dibutuhkan untuk mengetahui kebutuhan Desk Studi (BPS Kota Tasikmalaya)
air non domestik untuk untuk selanjutnya diperoleh debit air
limbah non domestik yang akan disalurkan untuk selanjutnya
dilakukan proyeksi agar kapasitas saluran dapat memenuhi
timbulan air limbah Kota Tasikmalaya hingga akhir periode
perencanaan
3 Tata guna lahan Kota Tasikmalaya tahun data tata guna lahan diperlukan untuk mengetahui kondisi Desk Study (BAPPEDA Kota
terakhir (2016) eksisting dan penggunaaan lahan di daerah perencanaan untuk Tasikmlaya)
selanjutnya dapat menentukan jalur pipa dari sistem jaringan air
limbah yang direncanakan.
4 Kondisi PAB di Kota Tasikmalaya tahun Untuk mengetahui kondisi penyaluran air limbah domestik di Desk Study
terakhir (2016) daerah perencanaan, apakah bisa meningkatkan kapasitas dari (Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
yang sudah ada atau merencanakaan dari awal. Serta mengetahui Puskesmas Kota Tasikmalaya)
fasilitas sanitasi yang sudah dimiliki penduduk Kota Tasikmalaya
Tabel 1.1 Kebutuhan Data Sekunder
5 Topografi Kota Tasikmalaya (2016) Data topografi merupakan data penunjang untuk melakukan Desk Study (BPS Kota Tasikmalaya)
perencanaan untuk mengetahui kontur daerah perencanaan, agar
penyaluran air limbah domestik dapat dilakukan dengan sistem
gravitasi.
6 RTRW Kota Tasikmalaya tahun terakhir (2014) Untuk mengetahui kondisi pembangunan yang akan Desk Study (BAPPEDA Kota
dilaksanaakan sehingga jalur yang direncanakan tidak menutupi Tasikmalaya)
jalur yang direncanakan agar lebih memudahkan dalam operasi
dan maintenance jalur dikemudian hari. Selian itu juga untuk
mengetahui lahan yang bisa direkomendasikan untuk
pembangunan instalasi pengolahan air limbah.
7 Kebutuhan air bersih Kota Tasikmalaya tahun Data kebutuhan air bersih berupa akses air bersih yang digunakan Desk Study
terakhir (2016) oleh masyarakat Kota Tasikmalaya (PDAM/Sumur/Air (PDAM Kota Tasikmalaya
sungai/dll). Data ini dibutuhkan sebagai data awal dalam PDAM Tirta Sukawarna)
menghitung timbulan air limbah domestik yang ditimbulkan.
8 Profil Kota Tasikmalaya tahun terakhir (2016) Untuk mengetahui konidisi seperti batas administrasi dan letak Desk Study
geografis Kota Tasikmalaya. Untuk dikaitkan dengan urgensi (BPS Kota Tasikmalaya
kebutuhan penyaluran air limbah domestik dan menentukan BAPPEDA Kota Tasikmalaya)
daerah pelayananan yang akan direncanakan sistem penyaluran
air limbah domestik.
Tabel 1.1 Kebutuhan Data Sekunder
9 Kondisi Jalan Kota Tasikmalaya tahun terakhir Untuk mengetahui jalan yang akan dibuat jalur sistem penyaluran Desk Study
(2016) air limbah domestik (Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya
(PU Jalan)
BAPPEDA Kota Tasikmalaya)
10 Kondisi Hidrologi Kota Tasikmalaya tahun Untuk mengetahui potensi pencemaran air tanah oleh air limbah Desk Study (BPS Kota Tasikmalaya)
terakhir (2016) domestik
11 Kondisi Sanitasi Kota Tasikmalaya tahun untuk mengetahui data penunjang perencanaan seperti Desk Study (Dinas Kesehatan Kota
terakhir (2016) termuat dalam Laporan EHRA kepemilikan jamban dan perilaku buang air besar, presentase Tasikmalaya)
(Environmental Health Risk Assesment) 2016, waterborne disease, peta kawasan risiko sanitasi, saluran
Buku Putih Sanitasi 2016, Strategi Sanitasi pembuangan air limbah, dan perencanaan pemerintah setempat
Kabupaten (SSK), Memorandum Program terkait isu sanitasi dan program RPJMN 100-0-100.
Sanitasi Kota Banda Aceh 2016, serta Rencana
Kegiatan Pembangunan Sanitasi 2016.
12 Aspek Legal Pembangunan IPAL dan IPLT di Untuk mengetahui rencana pemerintah terhadap pembangunan Desk Study (BAPPEDA Kota
Kota Tasikmalaya tahun terakhir (2016) IPAL dan IPLT di Kota Tasikmalaya. Tasikmalaya
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya
(Pokja Sanitasi))
Tabel 1.1 Kebutuhan Data Sekunder
13 Harga Satuan Daerah untuk aksesoris pipa dan Untuk mengetahui harga satuan aksesoris pipa dan material Desk Study (Departemen Pekerjaan
material bangunan bangungan di daerah perencanaan. Umum (DPU) Cipta Karya)
14 Spesifikasi Teknis Penyaluran air limbah Untuk mengetahui spesifikasi teknis untuk merencanaakan Desk Study (Departemen Pekerjaan
domestik (Dasar-dasar Teknis PAB, jaringan penyaluran air limbah domestik serta menentukan hal-hal Umum (DPU) Cipta Karya)
Perencanaan Pengelolaan Air Limbah dengan yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan perencanaan,
Sistem Terpusat, Kriteria Sistem Terpusat, pembangunan serta operasi dan pemeliharaan guna menunjang
Harga Satuan Bangunan dan Upah) Rincian Anggaran Biaya yang diperlukan.
15 Data Jalur Pipa PDAM Data Jalur Pipa PDAM dibutuhkan guna memudahkan dalam PDAM Tirta Sukawarna
tahap penentuan jalur air limbah domestik agar tidak bertabrakan
atau tumpang tindih dengan pipa air minum jalur PDAM
4.4 Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data dirasa lengkap, maka bisa masuk ke tahapan berikutnya yaitu
tahap pengolahan dan analisis data. Pada tahap ini dilakukan pengolahan
terhadap data-data yang diperoleh, baik data sekunder atau pun data primer.
Pengolahan dan analisis data terbagi kedalam 2 tahap, yaitu:
1. Pra Perencanaan
Proyeksi Penduduk
Berdasarkan Peraturan Dalam Negeri No 40 tahun 2012 tentang
Pedoman Proyeksi Penduduk di Daerah, menyatakan bahwa
proyeksi penduduk dilakukan untuk jangka waktu 5 tahun sampai
dengan 25 tahun. Pada perencanaan ini, proyeksi penduduk untuk
Kota Banda Aceh ditetapkan selama jangka waktu 25 tahun.
Dengan tahun awal yang dimiliki adalah tahun 2015, maka bila
diproyeksikan untuk 25 tahun mendatang, data penduduk yang
diperoleh yaitu hingga tahun 2040.
Dalam melakukan proyeksi penduduk, metode yang cukup representatif
untuk memproyeksikan jumlah penduduk adalah secara matematis
diantaranya Metode Aritmatik, Metode Geometrik dan Metode Least
Square.
A. Metode Aritmatik
Metode ini diasumsikan bahwa pertumbuhan penduduk setiap tahunnya
adalah konstan, dengan kata lain metode aritmatik ini didasarkan pada
angka kenaikan jumlah penduduk rata-rata setiap tahunnyad dengan
kata lain pertumbuhan penduduknya linier. Metode aritmatik sangat
cocok untuk:
Menggambarkan kota-kota tua dimana kota-kota tersebut
memiliki daerah yang sangat luas.
Kota yang tidak memiliki daerah industri dan ekonomi kota masih
bergantung pada hasil pertanian.
Pertumbuhan penduduk yang relatif konstan.
Grafik pertumbuhan penduduknya linear.
Adapun persamaan metode ini adalah (PermenPU,2007) :
Pn = Po + a . n ................................................................. (5.1)
𝑃2−𝑃1
a = 𝑇2−𝑇1 .......................................................................... (5.2)
dimana:
Pn = jumlah penduduk tahun ke-n yang diproyeksikan
Po = jumlah penduduk tahun pertama data sensus
n = selang waktu tahun dari data penduduk dasar
a = faktor pertumbuhan tiap tahun
P1 = jumlah penduduk pada waktu t
P2 = jumlah penduduk yang diketahui
T1 = tahun ke 1 yang diketahui
B. Metode Geometrik
Metode geometrik didasarkan atas rasio pertambahan penduduk rata-
rata yang sama untuk setiap tahun dengan kata lain pertambahan
penduduk sebanding dengan angka penduduk saat itu dan bersida
logaritmis secara grafis. Metode Geometrik cocok untuk:
Kota tua dengan pertumbuhan lambat lambat (20–30 %)
Apabila digunakan pada kota muda dengan pertumbuhan
penduduk industri yang cepat maka hasilnya akan over estimate.
Adapun persamaan metoda Geometrik yaitu (PermenPU,2007):
Pn = Po (1 + rata – rata )n .................................................. (5.3)
dimana:
Pn = jumlah penduduk tahun ke-n yang diproyeksikan
Po = jumlah penduduk tahun pertama data sensus
r = rasio laju pertumbuhan penduduk (%)
n = selang waktu tahun dari data penduduk dasar
C. Metode Least Square
Metode Least Square hampir sama dengan Metode Aritmatika, dimana
metode proyeksi yang digunakan untuk kota dengan pertumbuhan
penduduk relatif mendekati jenuh. Metode Least Square cocok untuk:
Kota dengan pertumbuhan penduduk relatif konstan
Bukan kota tua
Kota yang sedang berkembang
Adapun persamaan Metode Least Square yaitu (PermenPU,2007):
Pn = a+bx......................................................................... (5.4)
dengan,
∑𝐲 𝐛 .∑ 𝐱
𝐚= − , dan ........................................................ (5.5)
𝐧 𝐧
(𝐧 .∑ 𝐱𝐲)− (∑ 𝐱 .∑ 𝐲)
𝐛= (𝐧 .∑ 𝐱 𝟐 − (∑ 𝐱)𝟐 )
........................................................ (5.6)
dimana:
y = jumlah penduduk hasil sensus
x = faktor tahun
n = jumlah data
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n
Dimana :
n-1 = Banyaknya data dikurangi 1 tahun
x = Jumlah Penduduk
x1, x2, x3 … xn = Banyaknya penduduk tiap tahun
x = nilai rata-rata data Pn
Koefisien Variansi (CV)
Koefisien variasi merupakan suatu ukuran variansi yang dapat
digunakan untuk membandingkan suatu distribusi data yang
mempunyai satuan yang berbeda. Jika membandingkan
berbagai variansi atau dua variabel yang mempunyai satuan
yang berbeda maka tidak dapat dilakukan dengan menghitung
ukuran penyebaran yang sifatnya absolut. (Barclay, 1983).
Perhitungan koefisien korelasi sebagai berikut:
CV = SD/x ........................................................... (5.8)
Dimana :
CV = Koefisien Variasi
SD = Standar Deviasi
X = nilai rata-rata dari Pn
Koefisien Korelasi (r)
Perkembangan penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang bekerja di daerah tersebut, tetapi juga dapat
di pengaruhi oleh faktor luar. Dalam matematika, faktor yang
mempengaruhi perkembangan penduduk ini disebut sebagai
“faktor penetu” atau peubah bebas. Hubungan antara variable
bebas Xi dengan jumlah penduduk (variable tidak bebas Yi)
perlu dibuktikan derajat kaitannya dengan menggunakan
koefisien korelasi (r).
Koefisien korelasi/Faktor korelasi merupakan suatu koefisien
yang menunjukan derajat hubungan antar variable. Nilai korelasi
dapat menunjukan hubungan yang benar jika nilainya mendekati
satu.
Rumus yang digunakan untuk menghitung faktor korelasi yaitu:
n . xy x . y
r
n . x x . n . y y 1
.............(5.9)
2 2 2 2 2
Dimana :
r = koefisien korelasi
x = selisih tahun terakhir dengan awal dari data
y = jumlah penduduk awal
n = jumlah data
Setelah diketahui koefisien korelasi, dapat diinterpretasikan
derajat hubungan antar kedua variabel dengan tabel 1.2.
1 0 Tidak Berkorelasi
2 Sarana Minimal :
Pendidikan Satuan lingkungan
dengan jumlah
TK 1 unit / 1.000 jiwa
penduduk < 30.000
penduduk
jiwa
SD 1 unit / 6.000 jiwa
penduduk
3 Sarana Minimal:
Kesehatan
2 Konsumsi 30 30 30 30 30
unit hidran
umu (HU)
l/o/h
3 Konsumsi 20 – 30 20 – 30 20 - 30 20 - 30 20 – 30
unit Non
Domestik
4 Kehilanga 20 – 30 20 – 30 20 - 30 20 - 30 20 – 30
n air (%)
7 Jumlah 5 5 6 6 10
Jiwa per
SR
9 Sisa 10 10 10 10 10
tekanan
dijaringan
distribusi
(mKa)
N0 URAIAN KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK
10 Jam 24 24 24 24 24
operasi
(jam)
11 Volume 20 20 20 20 20
reservoir
(%) (mak
day
demand)
12 SR : HU 50 : 50 s/d 50 : 50 s/d 80 : 20 70 : 30 70 : 30
(%) 80 : 20 80 : 20
13 Cakupan 90 90 90 90 90
pelayanan
(%) (60 pipa) (60 pipa) (60 pipa) (60 pipa) (60 pipa)
Sekolah 10 l/murid/hari
Puskesmas 2 m3/hari
Kantor 10 l/pegawai/hari
Pasar 12 m3/hektar/hari
- Aksesoris Pipa
Aksesoris pipa yang akan digunakan guna menunjang sistem
penyaluran air limbah domestik berupa manhole, terminal
clean out, dan aksesoris pipa lain sesuai kebutuhan
perencanaa.
4.5 Tahap Pemilihan Alternatif
Alternatif jalur dibuat dengan memperhatikan topografi, jalur air bersih,
kepadatan penduduk, risiko sanitasi, rencana pengembangan kota dan jalan
utama daerah perencanaan.Ada 2 metode untuk melakukan pemilihan
alternatif yaitu dengan metode checklist dan metode weighted ranking
technique (WRT) analisis biaya/keuntungan.
Metode Checklist
Metode ini akan menunjukan kelebihan dan kekurangan dari ketiga
alternatif yang bersifat kuantitatif.
Metode weighted ranking technique (WRT).
Kriteria pemilihan berdasarkan penialaian beberapa parameter
(metode pembobotan atau weighting methode) memberikan
penialain seobjektif mungkin dengan menampilkan beberapa
parameter yang cukup representatif, sehingga menekan
penyimpangan yang mungkin terjadi. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam pemilihan alternatif yaitu menentukan Koefisien
Pentingnya Faktor (KPF) dan Koefisien Pentingnya Alternatif
(KPA).
1. Sistem Pengaliran
Penilaian teringgi diberikan pada alternatif dengan sistem
penyaluran gravitasi.
2. Panjang Saluran
Penilaian teringgi diberikan pada alternatif yang memiliki
panjang saluran paling pendek.
3. Waktu Pengaliran hingga ke IPAL
Penilaian teringgi diberikan pada alternatif yang memiliki
waktu pengaliran ke IPAL paling singkat dan tidak lebih dari
18 jam.
4. Kecepatan Pengaliran
Penilaian teringgi diberikan pada kecepatan memenuhi
kriteria desain yaitu kecepatan minimum 0,6 m/detik dan
kecepatan maksimum 3 m/detik.
5. Jumlah aksesoris
Penilaian teringgi diberikan pada jumlah aksesoris paling
sedikit dikarenakan lebih ekonomis.
6. Diameter
Penilaian teringgi diberikan pada diameter terkecil
dikarenakan lebih ekonomis.
7. Kemudahan Maintenance dan Operation
Mudah untuk di lakukan pemeliharaan, semakin besar badan
jalan maka akan semakin memudahkan jalur.
4.6 Tahap Pembuatan Rincian Anggaran Biaya
Pembuatan rincian anggaran biaya dihitung berdasarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28 tahun 2016 tentang
Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Dalam
membuat rincian anggaran biaya perhitungannya meliputi biaya investasi
pembangunanan dan biaya pengelolaan seperti pekerjaan perpipaan,
pekerjaan tanah dan galian, pekerjaan pengadaan dan pemasangan pipa,
pekerjaan perlengkapan pipa dan biaya operasi dan pemeliharaan.
4.7 Membuat Gambar Detail
Membuat gambar detail perencanaan sistem penyaluran air limbah
domestik berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan seperti
menggambar 3 buah alternatif jalur pipa induk air limbah domestik, gambar
profil hidrolis, dan gambar penunjang perencanaan lain.
Tabel 1.7 Timeline Perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah Kota Tasikmalaya
2017
NO KEGIATAN JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Pustaka
Persiapan
2 Seminar
Metodologi
3 Seminar
Pengumpulan
4 Data
Sekunder
Pengumpulan
5
Data Primer
Pengolahan
dan Analisa
Data
Proyeksi
Penduduk
dan proyeksi
6 fasilitas
Proyeksi
kebutuhan air
domestik dan
non-domestik
2017
NO KEGIATAN JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Proyeksi
timbulan air
buangan
Membuat 3
jalur
alternatif
Menghitung
dimensi dan
aksesoris
pipa
Pemilihan
7
Alternatif
Pembuatan
Rincian
8
Anggaran
Biaya
Membuat
9
gambar detail
Penyusunan
10
laporan
11 Sidang Akhir
DAFTAR PUSTAKA