Anda di halaman 1dari 36

PEMODELAN EMISI PENCEMARAN UDARA

AKIBAT AKTIVITAS KENDARAAN BERMOTOR

TUGAS BESAR

Disusun Oleh :

1. Diah Eloka Sari H05216010


2. Yusril Khoirusyi H05216024
3. Dania Rachmawati H75216028
4. Exi Nur Setyawati H75216034
5. Nurfitri Anggraeni H H75216044
6. Azzam Fattahul Firdaus H75216054
7. Rafli Puji Firmanto H75216066

Mata kuliah :
Pengendalian Pencemaran Udara dan Kebisingan

Dosen Pengampu :
Ida Munfarida, M.T
Dyah Ratri Nurmaningsih, M.T

PRODI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2018
PEMODELAN EMISI PENCEMARAN UDARA
AKIBAT AKTIVITAS KENDARAAN BERMOTOR

LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS BESAR

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas pada


Mata Kuliah Pengendalian Pencemaran Udara dan Kebisingan

Jurusan Teknik Lingkungan


Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Ampel

Oleh:
1. Diah Eloka Sari H05216010
2. Yusril Khoirusyi H05216024
3. Dania Rachmawati H75216028
4. Exi Nur Setyawati H75216034
5. Nurfitri Anggraeni H H75216044
6. Azzam Fattahul Firdaus H75216054
7. Rafli Puji Firmanto H75216066

Disetujui oleh Dosen Pengampu Tugas Besar :

Dosen Pengampu I Dosen Pengampu II

Ida Munfarida, M.Si, M.T Dyah Ratri Nurmaningsih, M.T


NIP. 198411302015032001 NIP. 198503222014032003
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Tugas Besar Pengendalian Pencemaran Udara dan Kebisingan
dengan baik.

Tugas besar ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas besar.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan tugas besar ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik agar tugas besar ini tersusun dengan
baik.

Akhir kata kami berharap semoga tugas besar ini memberikan manfaat
maupun inspirasi kepada berbagai pihak.

Surabaya, Maret 2018

Penyusun
PEMODELAN EMISI PENCEMARAN UDARA
AKIBAT AKTIVITAS KENDARAAN BERMOTOR

ABSTRAK

Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor merupakan salah satu dampak


timbulnya pencemaran udara akibat emisi polutan dari lalu lintas kendaraan
bermotor. Emisi merupakan zat, energi, dan atau komponen lain yang dihasilkan
dari suatu kegiatan yang termasuk ke dalam udara ambien. Emisi gas buangan CO
dan CO2 merupakan senyawa yang berbahaya yang berasal dari kendaraan. Gas
CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, bahkan dapat menimbulkan kematian. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui besarnya konsentrasi CO yang dikeluarkan oleh lalu lintas
kendaraan bermotor.Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui
survei dan observasi lapangan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
pemodelan polusi udara skala mikro. Untuk menentukanpersentase CO yang
ditimbulkan oleh lalu lintas yaitu dengan membandingkan hasil perhitungan
pemodelandengan hasil pengukuran udara ambien.

Kata kunci : Transportasi, emisi, pencemaran udara


DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pelaksanaan Pengukuran Karakteristik Atmosfir dengan Alat
Intelligent Meter...........................................................................................

Gambar 2.2 CO Analyzer...........................................................................................

Gambar 2.3 Rumus Persamaan Model Dispersi Gauss..............................

Gambar 2.4 Parameter Koefisien Dispersi Vertikal..................................

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian....................................................................

Gambar 3.2 Skema plume dengan Dispersi Gauss...................................


DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Perkiraan dispersi berdasarkan kelas stabilitas atmosfir (Pasquil
Gifford)......................................................................................................

Tabel 3.2 Konstanta I, J dan K Pada Persamaan Mccullen Untuk Area Perkotaan
(Urban)....................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udara merupakan faktor yang paling penting dalam kehidupan, namun
dengan meningkatnya pembangunan kota dan berdirinya pusat-pusat industri
disertai dengan meningkatnya produksi kendaraan bermotor dalam hal ini
merupakan sektor transportasi mengakibatkan kepadatan lalu lintas dan hasil
sampingan dari sektor tersebut menyebabkan faktor penyumbang pencemaran
udara.
Akibat dari peningkatan penggunaan jumlah kendaraan bermotor yang
mengeluarkan gas-gas berbahaya akan sangat mendukung terjadinya emisi
pada kendaraan bermotor (Arifin, 2009).
Emisi gas buangan CO dan CO2 merupakan senyawa yang berbahaya yang
berasal dari kendaraan. Gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi)
dapat menyebabkan gangguan kesehatan, bahkan dapat menimbulkan
kematian dan gas CO2 di udara jika terus meningkat dan melebihi batas
toleransi 0,0035% serta tidak segera diubah oleh tumbuhan menjadi oksigen,
maka dapat menyebabkan terbentuknya gas rumah kaca yang efeknya akan
meningkatkan pemanasan global suhu bumi (global warming).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara bahwa udara sebagai sumber daya alam yang
mempengaruhi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga
dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk pemeliharaan kesehatan dan
kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi makhluk hidup lainnya. Udara
perlu diperlihara, dijaga dan dijamin mutunya melalui pengendalian
pencemaran udara agar dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
Salah satu langkah penting yang dilakukan dalam studi lingkungan jalan
adalah melakukan prediksi dampak pada suatu komponen lingkungan. Dalam
perencanaan suatu pembangunan konstruksi jalan maka diperlukan prediksi
kualitas udara yang akan terjadi. Perencanaan transportasi yang baik tidak
hanya memecahkan masalah akan kebutuhan lalu lintas saja, tetapi juga perlu
memperhatikan aspek lingkungan.
Untuk membuat pemodelan hubungan antara arus lalu lintas dan polusi
udara (CO) perlu diketahui Jumlah emisi pada suatu ruas jalan serta harus
mengetahui jumlah kendaraan dan kecepatan setiap kendaraan pada ruas jalan
itu untuk suatu waktu tertentu.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, Maka kami mendapatkan permasalahan yang dapat
dirumuskan yaitu
1. Bagaimanahasilpermodelan pada pengukuran gas emisi Kendaraan
bermotor ?
2. Bagaimana besaran konsentrasi gas emisi CO pada kendaraan
bermotor pada lokasi penelitian berdasarkan hasil pemodelan ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat diambil sebuah tujuan dari
penelitian ini yaitu
1. Untuk mengetahui hasilpermodelan pada pengukuran gas emisi
Kendaraan bermotor
2. Untuk menghitung besaran konsentrasi gas emisi CO pada kendaraan
bermotor pada lokasi penelitian berdasarkan hasil pemodelan

1.4 Batasan Masalah


Agar penelitian dapat terarah sesuai yang diharapkan, maka batasan masalah
pada penelitian sebagai berikut
1. Penelitian dilakukan di Frontage Jalan Ahmad Yani depan UIN Sunan
Ampel Surabaya
2. Objek penelitian adalah kendaraan penumpang, Kendaraan barang
(Truck), dan sepeda motor.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan batasan masalah diatas, kami dapat mengambil ruang lingkup
pada penelitian ini yaitu
1. Penelitian iniberlokasi di Frontage Jalan Ahmad Yani depan UIN
Sunan Ampel Surabaya
2. Sampel yang dipakai adalah kendaraan seperti : mobil penumpang,
mobil barang, sepeda motor.

1.6 Manfaat Penelitian


Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ambil manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Dapat mengetahui bentuk pemodelan pada pengukuran gas emisi
kendaraan bermotor
2. Dapat mengetahui penggunaan alat – alat pada penelitian ini secara
baik dan benar

1.7 Sistematika Penulisan Laporan


Laporan Tugas Besar ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi konsep dasar penyusunan laporan Tugas Besar
meliputi latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan,
manfaat, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisi penjelasan teori tentang pemodelan pencemaran
udara dari sumber – sumber pustaka yang dikutip

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Metodologi penelitian adalah bab yang berisikan tentang tahap-
tahap pengerjaan tugas besar secara sistematis
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bagian ini berisi data hasil pengujian dan perhitungan data dari
percobaan yang telah dilakukan.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Bab ini berisikan tentang data yang diperoleh dari penelitian yang
telah dilakukan disertai dengan pembahasan dari permasalahan yang ada.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


Berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, serta rekomendasi dan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya atau tercampurnya unsur-unsur
berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan
lingkungan sehingga menurunkan kualitas lingkungan.
Pencemaran Udara menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 12
Tahun 2010 tentang Pelaksanaaan Pengendalian Pencemaran Udara adalah
masuknya atau dimasukkannya zat,energi, dan/atau komponen yang lain ke
dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui baku mutu
udara yang telah ditetapkan.
Pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
41 tahun 1999 tahun tentang Pengendalian pencemaran Udara adalah
masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain dalam
udara ambien oleh kegiatan manusia, mutu udara ambien turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi
fungsinya.
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 1407 tahun 2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran
Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkanya zat, energo,
dan/atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu
udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi
kesehatan manusia.
2.1.1 Emisi
Emisi kendaraan bermotor merupakan gas buang (Exaust Gas)
hasil reaksi pembakaran darisuatu senyawa (dalam hal ini bahan
bakar fosil )dengan oksigen (O2) . Namun karena oksigendalam
udarah terdapat nitrogen, maka reaksipembakaran disini juga
melibatkan nitrogen (N2).Dalam pembakaran bensin dianggap
terdiri atas oktana murni) di dalammesin mobil terjadi pembakaran
sebagai berikut :
C8H18 + xO2 + x(3,76) N2 a a CO2 +bH2O + x(3,76) N2
Pencemaran udara diawali dengan sumber lalu lintas kendaraan
bermotor yang menghasilkanpolutan, lalu emisi polutan dengan
adanyainteraksi di atmosfer melalui proses penyebaran(dispersi
Polutan), Selanjutnya dengan adanyadispersi ini akan menurunkan
kualitas disekitarjalan raya.

2.1.2 Alat Pengukur Emisi


Dalam pengukuran emisi, peralatan yang dipakai dapat dibagi dua
bagian, yaitu :
1). Pengukuran arus lalulintas meliputi volume dan komposisi
serta kecepatan rata-rata masingmasing jenis kendaraan. Untuk
pengukuran ini digunakan beberapa alat bantu dalam
pengambilan data di lapangan antara lain alat pencacah (hand
tally counter ), formulir survey, alat tulis, alat ukur panjang
(meteran) dan stopwatch.
2). Pengukuran ambien udara CO di lokasi dimana dilakukan
pengukuran arus lalulintas. Pengukuran ambien udara ini terdiri
dari 2 bagian yaitu pengambilan sampling CO di udara dengan
menggunakan alat Ecoline 6000Gas Analyzer dan pengambilan
sampling suhu, kelembaban dan kecepatan angin, menggunakan
alat Intelligent Meter.

Gambar 2.1 Pelaksanaan Pengukuran Karakteristik


Atmosfir dengan Alat Intelligent Meter
Gambar 2.2 CO Analyzer

2.2 Sumber Bahan Pencemar


Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 12 tahun 2010
tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara, sumber pencemar
udara adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan
pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
Sumber pencemaran dapat merupakan kegiatan yang bersifat alami dan
kegiatan antropogenik. Contoh sumber alami akibat letusan gunung berapi,
kebakaran hutan, dekomposisi biotik, dan debu. Sedangkan kegiatan
antropogenik berupa kegiatan manusia, secara kuantitatif lebih besar.
Kendaraan bermotor merupakan sumber pencemaran udara dengan
dihasilkannya gas CO, NOx , hidrokarbon, SO2 , tetraethly lead, yang
merupakan bahan logam timah yang ditambahkan ke dalam ensin berkualitas
rendah untuk meningkatkan nilai oktan guna mencegah terjadinya letupan
pada mesin.

2.3 Jenis-Jenis Sumber Pencemar


Ada beberapa jenis pencemaran udara, yaitu (sunu,2001) :
a. Berdasarkan Bentuk
1. Gas
Uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat cair karena dipanaskan
atau menguap sendiri. Contohnya : Co2, CO, SOx , NOx
2. Partikel
Suatu bentuk pencemaran udara yang berasal dari zarah-zarah kecil
yang terdispersi ke udara, baik berupa padatan, cairan. Contohnya :
debu, asab, kabut, dan lain-lain.
b. Berdasarkan Tempat
1. Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) yang disebut
juga udara tidak bebas seperti di rumah, pabrik, sekolah.
2. Pencemaran udara di luar ruangan (outdoor air pollution) yang
disebut juga udara bebas seperti asap dari industri, maupun kendaraan
bermotor.
c. Berdasarkan gangguan atau efeknya terhadap kesehatan
1. Irritansi adalah zat pencemar yang dapat menimbulkan iritasi jaringan
tubuh, seperti SO2, Ozon, dan Nitrogen Oksida.
2. Aspeksi adalah keadaan dimana darah kekurangan oksigen dan tidak
mampu melepas CO2. Gas penyebab tersebut seperti CO, H2S, NH3,
dan CH4
3. Anestesia adalah zat yang mempunyai efek membius dan biasanya
merupakan pencemaran uadara dalam ruangan. Contohnya :
Formaldehide dan Alkohol.
4. Toksis adalah zat pencemar yang menyebabkan keracunan. Zat
penyebabnya seperti : Timbal, Cadmium, Flour, dan Insektisida.

2.4 Komponen Pencemar Udara


Gas buang dari mesin dibuang ke udara melalui pipa gas atau knalpot,
jenis zat-zat yang terkandung :
1. Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berbau, tidak berasa dan
juga tidak berwarna. Oleh karena itu lingkungan yang tercemar oleh gas
CO tidak dapat dilihat oleh mata. Gas CO dalam jumlah banyak
(konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan, bahkan
dapat menimbulkan kematian (wardhana,2004).
2. Karbon Dioksida (CO2)
CO2adalah hasil pembakaran (oksidasi)nyang sempurna. Gas
CO2berasal dari hasil pembakaran hutan, industri, pesawat terbang,
kapal,dan mesin-mesin seperti kendaran bermotor. Hasil pembakaran
tersebut akan meningkatkan kadar CO2, sehingga udara tercemar.
Apabila kadar CO2di udara terus meningkat dan melebihi batas
toleransi yaitu melebihi 0,0035% maka akan terbentuknya gas rumah
kaca yang efeknya meningkatkan pemanasan global suhu bumi (global
warming).
3. Nitrogen Oksida
Gas nitrogen oksida (NOx) ada dua macam, yaitu gas nitrogen
monoksida (NO) dan gas nitrogen dioksida (NO2). Udara yang telah
tercemar oleh gas nitrogen oksida tidak hanya berbahaya bagi manusia
dan hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupa tanaman.
4. Belerang Oksida (SOx)
Beleran oksida (SOx) terdiri dari atas gas SO2 dan SO3. Pencemar SO2
di udara terutama berasal dari pemakaian yang digunakan pada kegiatan
industri, transportasi, dan lain sebagainya.
5. Hidrokarbon
Hidrokarbon atau sering disingkat HC adalah pencemar udara yang
berupa gas, cairan maupun padatan. Keberadaan hidrokarbon sebagai
bahan pencemar di udara dapat berupa gas apabila termasuk suku
rendah, ataupun berupa cairan apabila termasuk suku sedang, atau
berupa padatan apabila hidrokarbon termasuk suku tinggi
(Wardhana,2004).

2.5 Dampak Pencemaran Udara


Menurut Darmono (2001), udara yang tercemar dapat merusak lingkungan
sekitarnya dan berpotensi terganggunya kesehatan. Lingkungan yang rusak
berarti berkurangnya daya dukung alam yang selanjutnya akan mengurangi
kualitashidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Pengaruh atau dampak
daripencemaran udara pada dasarnya dapat dibedakan menjadi :
1. Dampak terhadap manusia.
Pencemar udara dapat menjadi sumber penyakit virus, bakteri, dan
beberapajenis cacing. Udara yang tercemar dengan partikel dan gas
dapatmenyebabkan gangguan kesehatan terutama terjadi pada fungsi faal
dari organtubuh manusia seperti paru-paru dan pembuluh darah, atau
menyebabkan iritasi pada mata, iritasi pada kulit. Jenis-jenis penyakit dan
penyebabnya seperti bronchitis disebabkan karena partikel debu, anemia
dan kerusakan ginjal akibat kadar timah (Pb) yang tinggi dalam darah dan
keracunan gas COyang dapat menyebabkan sesak nafas dan kematian
akibat berkurangnya kadarO2 dalam darah serta NOx, SOx, H2S dapat
menyebabkan iritasi, peradangandan gangguan pada pernafasan.
2. Dampak terhadap hewan.
Beberapa polutan udara mengakibatkan keracunan kronis pada jenis
hewantertentu, biasanya keracunan melalui pakan yang tercemar. Dampak
negatifyang ditimbulkan seperti gangguan saluran pencernaan, saraf,
kejang-kejang,lumpuh, serta metabolisme pada telur ayam terganggu
sebagai akibat DDTyang berlebihandan penyakit-penyakit lainnya.
3. Dampak terhadap tumbuhan.
Meningkatnya suhu udara diatas normal akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman sehingga akan menurunkan produksi beberapa jenis
pangan, sayuran, buah-buahan. Selain kerugian ekonomis, pengaruh
utamanyapada daun mengakibatkan proses asimilasi terganggu seperti
keluar bintik-bintik pada permukaan daun akibat gas NOx, kerusakan
jaringan daun yang disebabkan oleh gas NOx . Kondisi tersebut dapat
berakibat daun-daun tanaman berguguran sehingga produksi tanaman akan
menurun.
4. Dampak terhadap bukan makhluk hidup.
Partikel dari polusi udara melalui atmosfer akan mempengaruhi kadar
ozonyang berpotensi terhadap perubahan iklim dan cuaca sehingga
dapatmenyebabkan kerusakan pada peralatan rumah tangga, abrasi pada
batu,berubahnya komposisi struktur tanah, korosif pada bahan seperti
besi,tembaga, dan pada kawat listrik yang akan mengakibatkan hubungan
pendek.

2.6 Standar pencemaran udara


Standar pencemaran udara adalah baku mutu yang diijinkan melalui ketetapan
dari yang berwenang baik melalui undang-undang maupun peraturan pemerintah.
Setiap pembebasan bahan atau zat-zat kedalam atmosfir tidak harus senantiasa
dikatakan polutan udara. Bahan atau zat-zat tersebut dapat dikatakan sebagai
polutan udara apabila berukuran dan berstandar, yang lazim dikenal dengan
“melebihi ambang batas” yang ditetapkan oleh lembaga yang terkait dengan
kesehatan lingkungan dan kualitas lingkungan yaitu Departemen Kesehatan,
Menteri Lingkungan Hidup/BAPEDAL dan/atau secara regional adalah PEMDA
(Tjokrokusumo,1999).

2.7 Pengendalian pencemar udara akibat kendaraan bermotor


Menurut Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Jawa Barat tahun 2007,
pengendalian pencemaran udara akibat kendaraan bermotor merupakan salah satu
bagian dalam pengendalian pencemaran udara akibat sistem dan sarana
transportasi. Kendaraan bermotor dalam hal ini merupakan salah satu sumber
pencemar yang terkait dengan sistem dan sarana transportasi. Dalam dasar
penetapan kebijakan pengendalian pencemaran udara pada dasarnya mencakup
banyak pertimbangan, baik aspek teknis dan teknologi pengendalian itu sendiri,
maupun aspek sosial dan ekonomi yang akan terkait dengan strategi pengendalian
dan teknologi pengendalian yang diterapkan. Kendaraan bermotor merupakan
sumber langsung yang mengemisikan pencemar ke atmosfer, sedangkan
jumlahtrip dan kendaraan per kilometer yang menentukan besaran emisi, lebih
banyak ditentukan oleh faktor perkotaan dalam sistem transportasi yang ada. Di
negaranegara maju, pengendalian polusi udara yang berasal dari kendaraan
bermotor sudah dilakukan. Sebagai usaha yang telah dilakukan untuk mengontrol
polusi di udara kebanyakan ditujukan untuk mengurangi polusi CO dari kendaraan
bermotor karena sebanyak 64% dari seluruh emisi CO dihasilkan dari transportasi
terutama yang menggunakan bahan bakar (oli/bensin). Hasil pembakaran mesin
ini selain mengandung CO juga mengandung campuran NOx, HC dan
partikelsehingga masalah yang harus dipecahkan juga kompleks.Menurut Ryadi,
S., (1982), pengendalian pencemaran udara akibat kendaraan bermotor mencakup
upaya-upaya pengendalian baik secara langsung maupun tidak langsung, yang
dapat menurunkan tingkat emisi gas buang yang berasal dari kendaraan bermotor
secara efektif. Pendekatan-pendekatan strategis yang mungkin diterapkan adalah :
1. Penurunan laju emisi dari setiap kendaraan untuk setiap kilometer jalan yang
ditempuh.
2. Penurunan jumlah dan kerapatan total kendaraan di dalam suatu daerah tertentu.
3. Melakukan pengujian kendaraan bermotor secara berkala terhadap setiap
kendaraan wajib uji yang merupakan serangkaian kegiatan menguji dan
memeriksa bagian-bagian kendaraan wajib uji dalam rangka pemenuhan
persyaratan teknis dan laik jalan.

2.8 Permodelan dispersi pencemar udara pada Emisi kendaraan bermotor


A. Pengertian Model Dispersi
Model Dispersi merupakan digunakan untuk mengkaji konsentrasi
pencemar di udara ambien. Tujuan dari model ini adalah
memformulasikan secara matematis hubungan antara sumber emisi
terhadap konsentrasi pencemar di udara ambien, sehingga hasil model
tersebut dapat menjadi acuan apakah suatu daerah tergolong pada
daerah yang tercemar atau tidak. Model dapat dibangun dari
persamaan yang sederhana hingga yang rumit, tergantung pada sifat
dari pencemar yang akan dikaji. Pencemar seperti CO dan SO2 tidak
membutuhkan model yang rumit untuk mengkajinya, karena pencemar
tersebut memiliki sifat yang sederhana, sehingga konsentrasinya di
ambien cukup hanya mempertimbangkan penyebaran fisis yang
sederhana. Sedangkan untuk pencemar yang reaktif, seperti NOX dan
O3, dibutuhkan model yang mampu mempertimbangkan reaksi-reaksi
yang dapat terjadi di udara. Meskipun kerumitan setiap model berbeda-
beda, namun tetap saja melibatkan persamaan dispersi pencemar yang
sederhana.
B. Macam-macam Model Dispersi
Model dispersi kualitas udara dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis
sumber, ground level, jenis polutan, waktu rata-rata dan reaksi
tmosferik. Beberapa contoh persamaan matematik yang digunakan
dalam menghitung konsentrasi dispersi polutan, antara lain:
 Model Pasquill, digunakan untuk analisis dampak terhadap
kualitas udara untuk sumber titik
 Model untuk sumber titik pada griund level
 Model untuk sumber area pada ground level atau sumber garis
Selain perhitungan matematis, sekarang juga telah dikembangkan
perhitungan dengan basis komputerisasi. Beberapa model dispersi
yang dikembangkan dalam bentuk software adalah SCREEN, FDM
(Fugitive Dust Model), EDMS (Emission and Dispersion Modeling
System), SLAB dan lain sebagainya. Model dispersi atmosferik dapat
diskenariokan dengan jenis dan kuantitas polutan udara yang berbeda.
Berikut adalah model disperse yang banyak digunakan dalam
permodelan kualitas udara:
1. Model Gaussian
Model kualitas udara digunakan untuk mengkaji konsentrasi pencemar
di udara ambien. Tujuan dari model ini adalah memformulasikan
secara matematis hubungan antara sumber emisi terhadap konsentrasi
pencemar di udara ambien, sehingga hasil model tersebut dapat
menjadi acuan apakah suatu daerah tergolong pada daerah yang
tercemar atau tidak.
Model dapat dibangun dari persamaan yang sederhana hingga yang
rumit, tergantung pada sifat dari pencemar yang akan dikaji. Pencemar
seperti CO dan SO2 tidak membutuhkan model yang rumit untuk
mengkajinya, karena pencemar tersebut memiliki sifat yang sederhana,
sehingga konsentrasinya di ambien cukup hanya mempertimbangkan
penyebaran fisis yang sederhana. Sedangkan untuk pencemar yang
reaktif, seperti NOX dan O3, dibutuhkan model yang mampu
mempertimbangkan reaksi-reaksi yang dapat terjadi di udara.
Meskipun kerumitan setiap model berbeda-beda, namun tetap saja
melibatkan persamaan dispersi pencemar yang sederhana. Persamaan
dispersi yang umumnya digunakan untuk mengkaji penyebaran
pencemar secara sederhana adalah persamaan Gauss. Pada persamaan
Gauss, penyebaran pencemar pada arah vertikal dan horizontal
diasumsikan terjadi secara difusi yang sederhana di sepanjang arah
angin berhembus. Berikut adalah bentuk persamaannya :

Gambar 2.3 Rumus Persamaan Model Dispersi Gauss


(Sumber : Permatasari, dkk. 2014)
dimana χ : Konsentrasi pencemar (g/m3)
Q : Laju emisi pencemar (g/s)
u : Kecepatan angin pada ketinggian cerobong (m/s)
σy : Standar deviasi konsentrasi pencemar dalam arah-y (m)
σz : Standar deviasi konsentrasi pencemar dalam arah-z (m)
y : Jarak horizontal reseptor dari sumber dalam arah-y
z : Jarak vertikal reseptor dari sumber dalam arah-y
H : Tinggi efektif pencemar (hs + dH)
dH : Plume rise
Persamaan tersebut memiliki beberapa asumsi, yaitu:
– Penyebaran kepulan memiliki distribusi normal/Gauss
– Laju emisi (Q) konstan dan berkesinambungan
– Kecepatan dan arah angin uniform
– Kondisi pencemar steady state, atau tidak akan berubah terhadap
waktu
– Reaksi yang melibatkan senyawa pencemar di udara diabaikan
Persamaan ini umumnya digunakan untuk memprediksi konsentrasi
pencemar yang diemisikan oleh suatu cerobong asap. Ilustrasi dibawah
ini dapat menggambarkan secara jelas pencemar yang diemisikan dari
sebuah cerobong dan penyebarannya yang mengikuti pola distribusi
Gauss

Pada gambar, terlihat bahwa pencemar hanya terdispersi ke arah


dimana angin (u) berhembus, maka dari itu persamaan Gauss memiliki
asumsi bahwa angin berhembus ke arah yang sama dengan magnitudo
yang konstan sepanjang waktu.
Terlihat pula bahwa ketinggian efektif pencemar (H) lebih tinggi
dibandingkan dengan ketinggian cerobongnya (hs), sehingga parameter
H harus dihitung terlebih dahulu, yaitu dengan cara menambahkan hs
dengan plume rise-nya. Nilai plume rise ini bergantung pada banyak
parameter.
Ukuran kepulan pencemar sangat bergantung pada stabilitas atmosfer
dan dispersi pencemar dalam arah horizontal dan vertikal. Koefisien
horizontal dan vertikal (σy and σz ) ini merupakan standar deviasi dari
distribusi Gauss dalam arah y dan z. Koefisien ini merupakan fungsi
dari angin, tutupan awan dan pemanasan oleh sinar matahari.
Model dispersi Gauss untuk wilayah perkotaan adalah sebagai berikut :
(Soleiman, 2008).

dalam hal ini,


C adalah estimasi konsentrasi ambien polutan PM10.
u adalah kecepatan angin rata-rata.
a Q adalah emisi per satuan luas.
a dan b adalah parameter koefisien dispersi vertikal

Gambar 2.4 Parameter Koefisien Dispersi Vertikal

2. Model Box (model Eddy)


Model Box dapat digunakan untuk jenis sumber polutan satu titik,
lebih dari satu titik, area, garis, dan hybrid type. Model ini
menggunakan konsep tinggi percampuran yang cocok untuk prediksi
dari sumber area. Model Box menggunakan persamaan matematik
dasar:
C= (Q t )/ (x y z)
Dimana :
C = Konsentrasi rata-rata gas atau partikel <20 mikron yang terdapat
dalam box termasuk backgroun level, µg/m3
Q =Debit rata-rata gas atau partikel < 20 mikron yang dikeluarkan dari
sumber, µg/sec
t = Periode waktu menggunakan asumsi bahwa terjadi pencampuran
sempurna dalam box, sec
x = Downwind dimension of box, m
y = Crosswind dimension of box, m
z = Vertical dimension of box, m
Pada Model Box menggunakan asumsi bahwa :
1.polutan yang diemisikan ke atmosfer adalah tercampur sempurna
dalam volume atau Box udara (Canter, 1985).
2. dimensi waktu dan fisik dalam kondisi steady state.
3. polutan trcampur sempurna dan proses dilusi terjadi secara instan
4. Material yang diemisikan memiliki kestabilan kimia dan tetap
tinggal dalam udara
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi literatur dengan mencari
refrensi teori yang relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan.
Refrensi teori yang diperoleh dengan jalan penelitian studi literatur dijadikan
sebagai bahan dasar dan alat utama bagi praktik penelitian di lapangan.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di jl. A Yani depan Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya. Pada hari kamis 15 maret 2018 pukul 09.00 wib.

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian

3.3 Metode Pengumpulan Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan
melakukan observasi dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku,
jurnal, dan internet.
3.4 Metode Analisis Data
Langkah-langkah pengukuran dalam pemodelan pencemaran udara CO
dari sumber garis dengan metode Gaussian secara garis besar adalah sebagai
berikut:
1. Menghitung jumlah kendaraan
2. Mengukur kecepatan kendaraan
3. Menentukan arah angin
4. Mengukur kecepatan angin
5. Mengukur Temperatur dan kelembaban
Menurut Bakar (2006), Model Dispersi Gauss merupakan salah satu model
perhitungan yang banyak digunakan untuk mensimulasikan pengaruh emisi
terhadap kualitas udara. Model Dispersi Gauss merupakan bentuk persamaan
matematika yang dapat dimasukkan ke dalam perhitungan variabel yang bersifat
fisik dan diberikan informasi yang lebih detail mengenai sumber cemaran pada
suatu daerah yang diteliti. Menurut Pasquill (1961), model ini banyak digunakan
untuk menilai dampak adanya sumber pencemaran udara terhadap kualitas udara
lokal dan perkotaan. Menurut Permatasari (2014) Model Dispersi Gaussian tetap
dianggap paling tepat untuk melukiskan secara matematis pola 3 dimensi dari
perjalanan semburan (plume) emisi. Dengan mengetahui konsentrasi dan pola
penyebaran emisi, maka sebaran polutan dapat diprediksi guna memantau dan
mengevaluasi polutan buangan yang berbahaya.
Metode perhitungan untuk menentukan sumber polutan berbentuk garis
(line sources) menggunakan Model Dispersi Gauss. Untuk membantu membuat
model sebaran dalam bentuk grafik, peneliti menggunakan software Matlab
karena Matlab merupakan perangkat lunak dengan kemampuan numerik yang
andal dan menyediakan fasilitas grafik yang memadai.

Rumus – Rumus Pehitungan Metode Gaussian :


1. Laju Emisi (q)
Laju emisi adalah besarnya massa polutan yang dilepaskan oleh
satu kendaraan per kilometer jarak tempuh.
𝑞𝐶𝑂 = 867,92 𝑉 −0.8648
2. Kekuatan Emisi (Q)
Kekuatan sumber emisi adalah besarnya massa polutan yang
dilepaskan ke udara oleh lalulintas sebagai sumber polusi udara dalam
satuan waktu tertentu.
𝑄 = 𝑛. q
n = smp/detik
3. Dispersi
Dispersi (penyebaran) sangat ditentukan oleh faktor meteorologi,
seperti kecepatan angin, suhu, kelembaban, yang dinyatakan dalam kelas
stabilitas atmosfir. Dispersi dihitung dengan mengambil asumsi jarak pada
arah angin 0,1 km.
4. Kestabilan Atmosfer (Pasquil-Gifford)
Stabilitas atmosfer adalah metode yang digunakan untuk
mengklasifikasi kemampuan atmosfer untuk mengencerkan dan
mencampur udara. Metode klasifikasi yang digunakan EPA juga
melibatkan mekanik angin karena dapat mendominasi efek pencampuran
panas.
Tabel 3.1 Perkiraan dispersi berdasarkan kelas stabilitas atmosfir(Pasquil-Gifford)

pancaran sinar matahari kondisi awan


kecepatan angin siang hari malam hari
permukaan banyak bersih
kuat sedang lemah
(> 4/8) (< 3/8)
<2 A A-B B E F
2-3 A-B B C E F
3-5 B B-C C D E
5-6 C C-D D D D
>6 C D D D D

Keterangan:
A = sangat tidak stabil D = netral
B = sedang tidak stabil E = lemah stabil
C = lemah tidak stabil F = stabil
5. Persamaan Mcmullen Untuk Area Perkotaan (Urban)
𝜎 = 𝐼𝑥 (1 + 𝐽𝑥)K
σ = Koefisien disperse (m)
x = Jarak searah dengan angin (km)
Tabel 3.2 Konstanta I, J dan K Pada Persamaan Mccullen Untuk Area Perkotaan (Urban)

kalas untuk menentukan nilai untuk menentukan nilai


stabilitas σz σy
pasquill
I J K I J K
A-B 320 0.4 -0.5 240 1 0.5
C 220 0.4 -0.5 200 0 0
D 160 0.4 -0.5 140 0.3 -0.5
E-F 110 0.4 -0.5 80 1.5 -0.5
Sumber : (lLaskarzewska & Meluvar, 2009)

6. Konsentrasi Polutan

Konsentrasi polutan adalah besarnya zat pencemar yang dilepaskan ke


udara oleh lalulintas dalam satuan volume.
Q −H 2 −Y 2
𝐶(𝑥, 𝑦, 𝑧) = exp { 2 } exp { 2 }
𝜋𝜇𝜎𝑦 𝜎𝑧 2σz 2σy
Dimana:
C = Konsentrasi polutan (kg/m3)
Q = Laju emisi pencemar (g/s)
𝜋 = Konstanta matematika dengan nilai (3,14)
𝜇 = Kecepatan angin rata – rata (m/s)
𝜎𝑦 = Standar deviasi konsentrasi pencemar dalam arah-y (m)
𝜎𝑧 = Standar deviasi konsentrasi pencemar dalam arah-z (m)
H = Tinggi Cerobong (m)
Y = Jarak pengamat jarak pengamat sejajar dengan sumbu-y dari sumber emisi (m)

Gambar 3.2 Skema plume denganDispersi Gauss


BAB 4
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Kendaraan


Tabel 4.1 Jumlah Kendaraan dalam 1 jam pengamatan
Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan (09.00-10.00)
Sepeda Motor 1237
K.Berpenumpang 200
K. Berat 6
Tabel 4.1 menunjukkan data kendaraan pada 1 jam pengamatan di
lapangan, dari pengamatan lapangan menunjukkan terdapat 1237 sepeda motor,
200 kendaraan penumpang, dan 6 kendaraan berat.

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan laju emisi dan kekuatan emisi

Jumlah
kendara Faktor
Kecepatan Total
Jenis an Kend/ pengali qCO Q (gr/
rata-rata (smp/
kendaraan (pukul detik emisi CO (gr/ jam) detik)
(km/jam) detik)
09.00- (smp)
10.00)
5,4227
Sepeda 0,3436 57 0,2062 26,3026
1237 0,6
motor
1,2438
Mobil 0,0556 50 0,0422 29,4585
200 0,76
penumpang
0,1149
Kendaraan 0,0017 40 35,7288
6 1,93 0,0032
Berat
6,7815
Total
Tabel 4.2 menunjukkan hasil dari pemrosesan data kendaraan yang telah
diolah. Dari Tabel 4.2 diperoleh laju emisi (q) untuk sepeda motor sebesar
26,3026 gr/jam, kendaraan berpenumpang sebesar 29,4585gr/jam, dan kendaraan
berat sebesar 35,7288gr/jam. Setelah itu menghitung kekuatan emisinya (Q).
kekuatan emisi adalah besarnya massa polutan yang dilepaskan ke udara oleh lalu
lintas sebagai sumber polusi udara dalam satuan waktu tertentu. Dari tabel
diperoleh kekuatan emisi untuk sepeda motor sebesar 5,4227 g/det, kendaraan
berpenumpang sebesar 1,2438 g/det, dan kendaraan berat sebesar 0,1149 g/det.
Dan jika ketiganya dijumlahkan maka diperoleh 4,56 g/det.

4.2 Data Meteorologi


Selanjutnya menghitung data-data meteorology diantaranya suhu,
kelembaban, kecepatan angin, stabilitas atmosfir, jarak (x). Data metereologi
diperoleh dari alat CO analyzer dan pengukur kecepatan angin. Data meteorologi
dapat dilihat dari tabel dibawah.
Tabel 4.3 Data Kondisi meteorologi

Kecepatan
Stabilitas x
Suhu Kelembaban angin σy σz
atmosfer (km)
(m/detik)
33o 61,3% 10,51 D 0,1 15,69 12,28

4.3 Pengolahan Data Dispersi


Penghitungan dispersi :

6,7815 −02 −02


𝐶(𝑥, 𝑦, 𝑧) = exp { } exp { }
𝜋(10,51)(15,69)(12,28) 2(15,69)2 2(12,28)2

C(x,y,z) = 0,001067 g/m3

= 10,67 . 102 µg/ m3


4.4 Koding Matlab

%--input--------
Q=6,7815; %laju emisi (s)
v=10,51; %laju angin (s)
H=0; %tinggi cerobong (s)
Dy=15,69; Dz=12,28; %dispersi
xstack=0; ystack=10; %stack location (s)
xmin=10; xmax=100; %interval sumbu x
ymin=0; ymax=10; %interval sumbu y
x=0; %jarak pengamat terhadap cerobong
y=0; %jarak pengamat sejajar sumbu y (=0 for centre of surface)
z=0; %koefisien z (=0 for ground surface)
gplot=1; %plot option (=1 yes; =0 no)
gcont=2; %contour plot option (=2 filled; =1 yes; =0 none)
%--execute--------
[x,y]=meshgrid(linspace(xmin,xmax,100),linspace(ymin,ymax,100));
c=zeros(size(x)); e=ones(size(x));
for i=size(Q,2)
xx=x-xstack(i); yy=y-ystack(i);
c=c+Q(i)*e./(4*pi*x^2*sqrt(Dy*Dz)).*exp(-
v*y^2.*y^2./(4*Dy*x^2)).*(exp(-v*(z-H(i))*e./(4*Dz*x^2))+exp(-
v*(z+H(i))*(z+H(i))*e./(4*Dz*x^2)));
end
%--output--------
if gplot
for i = 10:10:100
plot (c(:,i)); hold on;
end
end
if gcont
figure;
if gcont>1 contourf(x,y,c); colorbar
else
contour (x,y,c);
end
end
xlabel ('jarak(m)');
ylabel ('jarak (m)');
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
1.1 Pembahasan
Penelitian ini berjudul Permodelan Gaussian Berdasarkan Hasil
Surve. Dilakukan pada hari Kamis, 15 maret 2018 pada pukul 09.00 di
depan UIN Sunan Ampel Surabaya. Praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui hasil permodelan pada pengukuran gas emisi kendaraan
bermotor dan ntuk menghitung besaran konsentrasi gas emisi CO pada
kendaraan bermotor pada lokasi penelitian berdasarkan hasil
pemodelan.
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah stopwatch,
analyzer percobaan dilakukan selama satu jam dari jam 09.00-10.00
WIB dengan cara menghitung setiap kendaraan yang melintas baik
kendaraan bermotor, kendaraan penumpang, kendaraan barang. Selain
itu, dihitung kecepatan setiap kendaraan yang melintas dan dihitung
kecepatan anginnya.
BAB 6
KESIMPULAN
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Cahyonugroho, O. H. (2015). Penerapan Model Street Canyon Hertel Dan


Berkowicz Untuk Memprediksi Kualitas Udara Pada Jalur Transportasi Di
Kawasan Perdagangan Surabaya . Jurnal Rekayasa Perencanaan, Vol 1.
No.3.

Gurahe, I. M. (2015). Pemodelan Hubungan Antara Arus Lalu Lintas Dan Polusi
Udara (CO)(Studi Kasus : Ruas Jalan Ahmad Yani Depan Koni dan Ruas
Jalan Piere Tandean Sampin Patung Pahlawan). JUrnal Sipil Statik Vol.3
No.7 .

Ismiyati, M. S. (2014). Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan


Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi dan Logistik. Vol. 1, No.3.

Muziansyah, S. S. (2015). Model Emisi Gas Buangan Kendaraan Bermotor


Akibat Aktivitas Transportasi (Studi Kasus: Terminal Pasar Bawah
Ramayana Kota Bandar Lampung . JRSDD, Edisi Maret 2015, vol. 3,
No.1, 57-70.

Permatasari, S. B. (2014). Analis Dispersi Polutan Udara Menggunakan Model


Gispersi Gauss Dan Pemetaan Surfer 100. Jurnal EKOSAINS, Vol. 6, No.
3.

Rahmadani, A. (2017). Pemodelan Dispersi Pencemaran Udara Sumber Majemuk


Industri Semen Di Kabupaten Tuban Jawa Timur. Tugas Akhir - RE
141581.

Sengkey, J. W. (2011). Tingkat Pencemaran Udara CO Akibat LAlu Lintas


Dengan Mode Prediksi Polusi Udara Skala Mikro. Jurnal Ilmiah Media
Engineering Vol. 1, No.2.

Tiarani, S. H. (2016). Kajian Beban Emisi Pencemar Udara (TSP, NOx, SO2, HC,
CO) Dan Gas Rumah Kaca (CO2, CH4, N2O) Sektor Transportasi Darat
Kota Yogyakarta Dengan Metode Tier 1 Dan Tier 2 . Jurnal Teknik
Lingkungan, Vol.5, No.1.

Anda mungkin juga menyukai