KATA PENGANTAR
INFRASTRUKTUR BERKUALITAS UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Pembangunan yang dilaksanakan oleh insan Ditjen Cipta Karya sedianya merupakan akumulasi dari proses teknokratik dan partisipatif tanpa melupakan aspek
estetika dan kebermanfaatan, sehingga setiap infrastruktur yang dibangun oleh Ditjen Cipta Karya merupakan interpretasi lengkap dari kebutuhan masyarakat
dan memenuhi prinsip dasar teknis yang dipersyaratkan.
Pada tahun 2015-2019, Ditjen Cipta Karya menghadapi tantangan berat untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman dengan indikator kunci 100% akses
aman air minum, 0 % kawasan kumuh dan 100% akses sanitasi layak. Seluruh stakeholder Ditjen Cipta Karya perlu menyatukan langkah untuk dapat mewujudkan
target tersebut dengan mengedepankan kualitas hasil pembangunan.
Buku Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya hadir untuk memberikan panduan pelaksanaan kegiatan pembangunan bagi seluruh insan Ditjen
Cipta Karya. Kami harapkan buku ini menjadi referensi buat kita semua dalam menghadirkan karya-karya infrastruktur yang andal, produktif dan berkelanjutan di
Indonesia. Buku ini membandingkan kualitas visual fisik yang baik dan kurang baik, meskipun secara fungsional telah dimanfaatkan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penyusunan buku ini sehingga bisa dimanfaatkan bersama.
Mudah-mudahan buku ini dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas lingkungan permukiman.
Selamat berkarya.
Imam S. Ernawi
Plt. Direktur Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
13
17
18
18
RUANG LINGKUP
20
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Pertumbuhanyangsignifikantanpadiikutipengelolaanyangbaikdisisi
lain melahirkan persoalan-persoalan yang menurunkan kualitas hidup
di kawasan permukiman. Degradasi lingkungan, merebaknya luasan
kawasan kumuh, dan kemiskinan adalah beberapa contoh persoalan
yang timbul akibat tidak seimbangnya kecepatan pertumbuhan
kawasan dengan daya dukung lingkungannya.
pembangunan yang berubah dari berorientasi kepada Pemerintah Pusat menjadi pembangunan sesuai dengan komitmen internasional dan regional seperti Rio 20+,
bertumpu kepada Pemerintah Daerah dan inisiatif masyarakat. Perubahan agenda habitat nasional, dan MDGs. Prinsip pembangunan yang berkelanjutan,
paradigma ini menuntut Pemerintah Pusat untuk memperkuat aspek pembinaan berorientasi lingkungan, inovatif, dan kreatif harus dapat dicerminkan baik dalam
dan pengaturan sehingga seluruh kegiatan pembangunan memiliki standar dan tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pemeliharaan infrastruktur.
kualitas yang sama sesuai dengan peraturan perundangan yang telah diterbitkan.
Sementara itu, tantangan global yang berkembang saat ini menuntut Indonesia Mengamati seluruh tantangan tersebut, maka dirasakan perlu bagi Direktorat
untuk mampu meningkatkan kualitas layanan infrastruktur seperti pemenuhan Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,
layanan dasar air minum, pemenuhan layanan dasar sanitasi, dan mewujudkan untuk menerbitkan buku Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya.
kota tanpa kawasan kumuh. Agenda lain yang menjadi perhatian adalah Buku ini sebagai implementasi fungsi pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan
penanganan kawasan perbatasan, penataan kota hijau dan pusaka serta bidang Cipta Karya, baik di pusat ataupun daerah.
meningkatkan pembangunan dengan pemberdayaan masyarakat.
Buku ini menjadi salah satu persiapan Ditjen Cipta Karya dalam rangka memenuhi
target pemerintah mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan dalam
kerangka keluaran 100-0-100.
7
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN 2015-2019
Pemerintahan Kabinet Kerja 2014-2019 memiliki visi besar Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Salah satu misi yang ditetapkan dalam dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah meningkatkan kualitas hidup manusia yang kemudian
diterjemahkan dalam salah satu program aksi yaitu Membangun infrastruktur.
Dalam dokumen RPJMN 2015-2019, beberapa indikator pembangunan infrastruktur yang relevan dengan upaya
meningkatkan kualitas layanan dasar di kawasan permukiman adalah mewujudkan universal access untuk 100%
layanan air minum dan 100% layanan sanitasi layak. Selain itu program aksi lain adalah mewujudkan kota tanpa
kawasan kumuh di tahun 2019.
9
Penyediaanaksesamanairminummerupakansalahsatuindikatorkunciyangmenjadiacuandalammengukurkualitashidupmasyarakat.Dalam MillenniumDevelopment
Goals (MDGs), Pemerintah Indonesia sendiri mentargetkan capaian akses aman air minum mencapai 68,87% di tahun 2015. Sementara itu, perkiraan capaian akses aman
air minum telah mencapai 70,5% di tahun 2014. Pada tahun 2019, pemerintah memasang target 100% akses aman air minum melalui 60% akses perpipaan dan 40% akses
Bukan Jaringan Perpipaan (BJP). Hal ini dapat dicapai dengan beberapa kondisi diantaranya tercukupinya kebutuhan air baku 128 m3/detik, kondisi 100% PDAM yang
sehat, menurunnya tingkat kebocoran hingga 20% serta pemanfaatan idle capacity sebesar 75%.
Strategi yang diterapkan untuk mewujudkan target 100% akses aman air minum diantaranya peningkatan akses aman air minum, peningkatan kemampuan pendanaan,
peningkatan penyediaan air baku, pengembangan dan penerapan NSPK, peningkatan keterlibatan swasta dan masyarakat, serta inovasi teknologi.
Pada tahun 2015-2019, pola penanganan kawasan kumuh menerjemahkan amanat UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dimana
pola penanganan terbagi menjadi; (i) pengawasan dan pengendalian; (ii) pemberdayaan masyarakat; (iii) pemugaran; (iv) peremajaan; dan (v) permukiman kembali.
Mengacu pada persoalan yang dihadapi di periode 2010-2014, maka beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan 2015-2019 adalah; (i) belum tersedianya
data dan informasi yang akurat untuk menginformasikan luasan kawasan kumuh yang perlu ditangani; (ii) kemampuan pemerintah daerah yang terbatas sehingga belum
dapat melaksanakan penanganan permukiman kumuh sesuai dengan amanat UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; serta (iii) belum
terintegrasinya penanganan kawasan kumuh yang selama ini dilaksanakan sehingga tidak memberikan hasil yang optimal.
11
Untuk sektor sanitasi, dua sub sektor yang menjadi perhatian adalah pengelolaan air
limbah dan persampahan. Mengacu pada perkiraan capaian air limbah di tahun 2014
yang mencapai 60,61 %, maka terdapat gap sebesar 39,09 % atau kurang lebih 120 juta
jiwa yang harus dipenuhi pada tahun 2019. Pada tahun 2019 diharapkan pelayanan air
limbah mencapai 100%, dimana untuk kawasan perkotaan 95% ditangani melalui Sistem
Pengolahan Air Limbah (SPAL) setempat dan 5 % melalui SPAL terpusat kota. Sedangkan
secara kelembagaan diharapkan seluruh Pemerintah Daerah memiliki lembaga pengelola
air limbah.
Untuk sub sektor persampahan, dari kondisi saat ini sebesar 79,8 % akses pengelolaan sampah
diharapkan mencapai 100% di tahun 2019, dimana untuk kawasan perkotaan diharapkan
50% sudah diolah di pembuangan akhir dan 50% di kelola di sumber serta untuk kawasan
perdesaan 100% terkelola di sumber. Pendekatan yang dilaksanakan di sektor sanitasi
menggunakan pendekatan berbasis masyarakat untuk skala lingkungan atau kawasan, dan
berbasis institusi untuk yang bersakala kota dan regional.
Untuk mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, maka
diperlukan kualitas fisik kota yang secara visual tertata, aman dan berperspektif lingkungan.
Untuk itu aspek penyelenggaraan bangunan gedung dan penataan bangunan menjadi
salahsatukonsentrasiDitjenCiptaKaryaterutamadalammendukungperwujudanlingkungan
yang layak huni dan berkelanjutan. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Penataan
Bangunan Gedung akan dilaksanakan melalui beberapa langkah yaitu; (i) tersedianya
payung hukum sebagai acuan penyelenggaraan bangunan gedung; (ii) meningkatkan
kompetensi aparat Pemerintah Daerah; (iii) meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
penyelenggaraan bangunan gedung; dan (iv) meningkatkan kualitas lingkungan.
Seluruh target dan sasaran yang hendak dicapai oleh Ditjen Cipta Karya memerlukan kerja
keras seluruh pihak baik di pusat atau daerah. Pendekatan pembangunan yang berbasis
kolaborasi baik dari sisi program atau pendanaan diharapkan dapat meningkatkan sinergi
dan keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman.
Selain itu, kualitas infrastruktur permukiman yang andal akan memberikan kesempatan
yang lebih besar bagi warga untuk menikmati hasil pembangunan yang dilaksanakan.
Pelaksanaan kegiatan yang memenuhi aspek dan persyaratan teknis akan memaksimalkan
pemanfaatan prasarana dan sarana itu sendiri dalam memenuhi seluruh target yang
ditetapkan pemerintah.
Kondisi infrastruktur bidang Cipta Karya tidak terlepas dari berbagai permasalahan diantaranya kurang cermat dalam perencanaan, kurang memahami
spesifikasi peralatan, kurang memahami tata cara kerja, kurang disiplin dalam waktu pelaksanaan, dan kurang memperhatikan estetika. Karena itu diperlukan
manajemen mutu untuk mengukur kualitas dari hasil pekerjaan yang berkualitas dan berkelanjutan.
DASAR HUKUM
PP No. 29 Tahun 2000 Pasal 30 ayat 1 (a) :
Untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggara pekerjaan konstruksi, penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan,
meliputi persyaratan keselamatan umum, konstruksi bangunan, mutu hasil pekerjaan, mutu bahan dan atau komponen bangunan, dan mutu peralatan sesuai
dengan standar atau norma yang berlaku.
13
DIMENSI KUALITAS
Memenuhi
fungsi
Elemen
Handal PERFOR- tambahan
MANCE
RELIABI-
FEATURES
LITY
AESTHE- SERVICE-
TICS ABILITY
PERCEIVED Kemudahan
Citarasaseni QUALITY
perbaikan
Layak
(Sumber: David Garvin, 1984)
14
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
TQM memiliki strategi antara lain focus on consumer, continuous improvement, quality improvement, accurate evaluation, dan involve all people and functions.
Strategi pertama, Focus on Cunsomer (fokus pada kepuasan pengguna) mencakup tahap konstruksi (Pengguna Barang/Jasa) dan tahap operasional
(masyarakat pengguna).
Strategi kedua dalam mengelola kualitas untuk memuaskan pengguna melalui continuous improvement (perbaikan berkelanjutan). Strategi ini dapat
digambarkan dalam siklus PDCA, yaitu Plan (merencanakan), Do ( melaksanakan), Check (evaluasi), dan Act (tindakan penyesuaian).
TQM memiliki fungsi antara lain; (i) Updating data menjadi teratur; (ii) Peringatan dini (early warning) potensi masalah pada paket pekerjaan; (iii) Alat bantu
informasi setiap paket pekerjaan; (iv) Kepastian akses informasi pada level yang berwenang
15
PENERAPAN TQM
1. Peningkatan kualitas
- Tidak saja mutu Produk/Jasa, tetapi juga biaya, delivery, keselamatan kerja
2. Evaluasi:
- Unit kerja
- Bagian manajemen kualitas
3. Partisipasi:
- Pimpinan hingga staf
- Unit kerja terkait
KUNCI KEBERHASILAN
Ada tiga kunci keberhasilan TQM, yaitu:
1. Mengkondisikan pola pikir:
Menempatkan mutu sebagai strategi untuk meningkatkan kinerja
Buku ini disusun berdasarkan hasil kajian teknis dan pengamatan lapangan terhadap pembangunan infrastruktur permukiman yang pernah dilaksanakan, baik dengan
dana APBN, APBD, swasta dan masyarakat. Kualitas pekerjaan yang baik ataupun kurang baik dari berbagai kegiatan kemudian didokumentasikan dan dikaji untuk
kemudian dimasukkan dalam buku panduan ini.
Beberapa manfaat yang sekiranya dapat diambil dengan keberadaan buku ini adalah:
- Menjadi panduan para pelaksana untuk memastikan hasil pembangunan berfungsi dan memenuhi kaidah teknis yang dipersyaratkan.
- Memberikan inspirasi bagi para pelaksana kegiatan dalam meningkatkan kualitas kegiatan baik dalam tahapan perencanaan, pelaksanaan ataupun pengawasan.
- Menjadi masukan bagi para pelaksana kegiatan dalam upaya meningkatkan kebermanfaatan prasarana dan sarana yang telah dibangun.
Melalui buku ini, ada harapan besar bahwa pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh para pelaksana kegiatan tidak sebatas kepada upaya pemenuhan
kewajiban dalam kontrak. Pembangunan infrastruktur yang diharapkan menjadi upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kehadiran infrastruktur yang
andal, produktif, dan berkelanjutan. Infrastruktur yang dibangun oleh pelaksana kegiatan di Ditjen Cipta Karya dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat ataupun
stakeholder lainnya mengenai kehadiran prasarana dan sarana dengan kualitas yang baik dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat.
17
SIAPA YANG DAPAT MENGGUNAKAN BUKU INI?
Buku ini diperuntukkan buat para pelaksana kegiatan di Ditjen Cipta Karya untuk melaksanakan pembangunan sesuai dengan kaidah dan tujuan
pembangunan yang diinginkan. Buku ini diharapkan menjadi referensi bagi beberapa pihak, yaitu Satker di lingkungan Ditjen Cipta Karya, kontraktor,
fasilitator, dan kelompok masyarakat, dalam melaksanakan pembangunan infrastruktur permukiman.
Tidak tertutup kemungkinan buku ini diperuntukkan bagi stakeholder yang lebih luas sebagai referensi pelaksanaan pembangunan sarana prasarana
permukiman baik yang didanai oleh APBD, CSR ,atau sumber pendanaan lainnya.
RUANG LINGKUP
Buku Panduan Kualitas Visual Infrastruktur Bidang Cipta Karya terdiri atas
beberapa bagian buku diantaranya:
Buku Umum
Buku 1 Prasarana dan Sarana Air Minum
Buku 2 Prasarana dan Sarana Sanitasi
Buku 3 Pengembangan Kawasan Permukiman
Buku 4 Bina Penataan Bangunan
Buku 5 Pemberdayaan Masyarakat
Tiap-tiap buku berisikan informasi dan deskripsi terkait kualitas pekerjaan yang
secara visual terlihat baik dan kurang baik pada masing-masing tahapan
pekerjaan di tiap sektor terkait sarana prasarana permukiman. Pembagian buku
ini ke dalam beberapa bagian diharapkan dapat mempermudah bagi para
pelaksana kegiatan dalam mencari referensi untuk tiap-tiap tahapan pekerjaan
sesuai dengan jenis kegiatan yang dilaksanakan masing-masing Satker.
19
TIM PENYUSUN
20
TATA KELOLA ORGANISASI
DITJEN CIPTA KARYA
1 3 5
TujuanTata Kelola Organisasi Internalisasi Nilai Aktualisasi Nilai
Ditjen Cipta Karya Cipta Karya Cipta Karya
7
Pilar
Cipta Karya