BAB 1
Proporsi penduduk terhadap sanitasi yang layak secara nasional sampai dengan tahun 2015
mencapai 62,14%. Sementara itu target nasional pelayanan sanitasi pada tahun 2019 adalah
sebesar 100%. Dari angka pencapaian sanitasi tersebut, hanya sekitar 2% penduduk yang
terlayani sistem terpusat dan selebihnya dilayani oleh sistem setempat.
Penyelenggaraan pelayanan pengelolaan lumpur tinja harus dilakukan secara pro aktif dan
terintegrasi secara menyeluruh, dimulai dari sumber lumpur tinja di tangki septik,
penyedotan, dan pengangkutan lumpur tinja untuk diolah di Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja (IPLT) sampai dengan pemanfaatan produk olahan. Lumpur tinja yang berasal dari
sistem setempat/ tangki septik harus diangkut dan diolah di IPLT. Untuk meningkatkan
pelayanan pengelolaan lumpur tinja dan membentuk sistem yang terpadu ini, maka
dibutuhkan suatu pelayanan penyedotan lumpur tinja secara terjadwal.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan pendampingan tersebut, maka di tahun 2017 akan
dilakukan pendampingan untuk optimalisasi pelayanan lumpur tinja dan penerapan LLTT di
21 kab/kota.
Dengan adanya optimalisasi pelayanan lumpur tinja dan penerapan LLTT oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota diharapkan akan lebih meningkatkan pelayanan sanitasi, khususnya Sistem
Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat (SPALD-S), serta lebih menjamin adanya
keberfungsian dan keberlanjutan IPLT, baik dari sisi teknis maupun non teknis.
1.3 SASARAN
Pendampingan kepada pengelola IPLT dalam tahap optimalisasi pelayanan lumpur tinja akan
dilakukan di 8 kab/kota, sedangkan pendampingan untuk persiapan penerapan Layanan
Lumpur Tinja Terjadwal (LLTT) akan dilakukan di 13 kab/kota.
1. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan rencana kerja pengelolaan lumpur tinja yang
telah disusun pada tahun 2016;
3. Mengevaluasi data operasional IPLT, termasuk jumlah pasokan lumpur tinja, jumlah
ritasi, jumlah dan kondisi truk tinja dan perlengkapannya, operator truk, dan hal-hal
terkait operasional lainnya;
5. Mengevaluasi sistem pengelolaan IPLT, termasuk mekanisme dan SOP dalam penyedotan
lumpur tinja, pembayaran, dan hal-hal terkait sistem pengelolaan IPLT lainnya;
6. Melakukan survey sosial ekonomi yang meliputi survey kemampuan dan kemauan
masyarakat membayar biaya pengurasan tangki septik;
7. Mengkaji kembali SOP teknis dan SOP administrasi yang telah tersedia serta
menyesuaikan dengan kondisi eksisting dan rencana pengembangan;
8. Memberi masukan kepada Pemerintah Daerah dalam penyusunan draft regulasi dan MoU
terkait pengelolaan air limbah yang memuat penerapan program LLTT;
10. Mengkaji kondisi eksisting pelayanan lumpur tinja dan mengkaji penerapan sistem on -
call / L2T3;
12. Mendampingi Pemerintah Daerah dalam optimalisasi pelayanan penyedotan lumpur tinja
dengan sistem on - call / L2T3;
13. Mengevaluasi sistem eksisting IPLT secara keseluruhan (kapasitas, dimensi, profil
hidrolis, layout, dan kemungkinan pengembangan);
14. Mengevaluasi data operasional IPLT, termasuk jumlah pasokan lumpur tinja, jumlah
ritasi, jumlah dan kondisi truk tinja dan perlengkapannya, operator truk, dan hal-hal
terkait operasional lainnya;
15. Mengadakan FGD di Kab./Kota dampingan sebanyak 2 kali untuk berkoordinasi dengan
Pemerintah Daerah setempat;
16. Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian persiapan yang telah dilakukan oleh
Pemerintah Daerah dengan Pedoman LLTT, meliputi sensus SPAL-S, kinerja pengelolaan
lumpur tinja eksisting, persiapan penyusunan regulasi, identifikasi awal area target
pelayanan, dan penyusunan dokumen rencana pengelolaan lumpur tinja;
17. Mengevaluasi sistem pengelolaan IPLT, termasuk mekanisme dan SOP dalam penyedotan
lumpur tinja, pembayaran, dan hal-hal terkait sistem pengelolaan IPLT lainnya;
18. Melakukan survey sosial ekonomi yang meliputi survey kemampuan dan kemauan
masyarakat membayar biaya pengurasan tangki septik;
19. Melakukan pengambilan contoh dan menganalisis parameter kualitas air limbah (BOD5,
COD, TSS, pH, Minyak dan Lemak, Amoniak, dan Total Coliform) dari influent dan
effluent di setiap unit pengolahan di IPLT dan dibandingkan dengan standar baku mutu
air limbah domestik (Permen LH No. P. 68 tahun 2016);
20. Mengkaji kembali SOP teknis dan SOP administrasi yang telah tersedia serta
menyesuaikan dengan kondisi eksisting dan rencana pengembangan;
24. Memberi masukan kepada Pemerintah Daerah dalam penyusunan draft regulasi dan MoU
terkait pengelolaan air limbah yang memuat penerapan program LLTT;
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan ini selama kurang lebih 240 (dua ratus empat puluh)
hari kalender sejak diterbitkan Surat Perintah Melaksanakan Kerja (SPMK).
Sistematika/struktur yang tertuang didalam Proposal Teknis ini, disusun seperti tertuang di
bawah ini.
Bab 1 PENDAHULUAN
Menguraikan secara singkat latar belakang, maksud dan tujuan kegiatan uraian mengenai
kegiatan berdasarkan KAK, dasar penulisan dan sistematika penulisan proposal
Menguraikan secara singkat keahlian, pengalaman dan list pemberi tugas & rekanan.
Pengalaman perusahan terkait dengan kegiatan, serta struktur organisasi perusahaan
Menguraikan berbagai pendekatan dan metode yang akan digunakan oleh Konsultan untuk
memenuhi seluruh persyaratan teknis pekerjaan yang diminta dalam KAK
Menguraikan mengenai komposisi tim, tugas dan tanggungjawabnya serta matriks penugasan
TA pada setiap tahapan kegiatan, struktur organisasi tim dan Fasilitas pendukung yang
dipakai dalam penyelesaian pekerjaan
Menguraikan jadwal mobilisasi personil yang bekerja dan jumlah orang-bulan masing-masing
personil
Menguraikan kualifikasi tenaga ahli yang diusulkan disertai data riwayat hidup masing-
masing TA dan data pendukung lainnya
LAMPIRAN