IL 3201
Anggota Kelompok :
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................................vi
DAFTAR GRAFIK..............................................................................................................vii
BAB I 1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
BAB II 4
METODE PENELITIAN.......................................................................................................4
BAB III 6
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................6
1
3.2.2 Sistem Sanitasi Terpusat.....................................................................................11
3.6.1 Manhole..............................................................................................................34
3.6.8 Syphon................................................................................................................40
3.6.11 Pompa...............................................................................................................44
2
3.6.16 Bak Pengendap II (clarifier)...........................................................................52
BAB IV 53
4.2.1 Kependudukan....................................................................................................54
4.2.2 Kontur................................................................................................................55
BAB V 58
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6. Contoh Layout Saluran Shallow Sewerage Pada Perumahan Tak Teratur (A)
Dan Teratur (B)......................................................................................................17
4
Gambar 23. Skematik Grit Chamber....................................................................................48
Gambar 25. Skema Tipikal Bak Pengendap Tipe Aliran Radial dan Aliran Ke Atas...........51
5
DAFTAR TABEL
Tabel 8. Design kriteria untuk masing masing tipikal bak pengendap pertama...................50
6
DAFTAR GRAFIK
7
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2
3
BAB II
METODE PENELITIAN
4
terhadap pemilihan jalur pengaliran air limbah menuju IPAL yang
direncanakan.
b. Wawancara
Dari data yang diperoleh penulis, baik berupa survey lapangan, studi
literatur, dan wawancara penulis akan mengolahnya dan menyajikannya
dalam bentuk peta yang menggambarkan jalur pengaliran air limbah yang
direncakan serta akan memuat rencana peletakkan IPAL di daerah yang
bersangkutan.
5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
6
5. Sedapat mungkin aliran air limbah dapat terus-menerus membawa benda-
benda yang terhenti atau mengendap di dalam jalur salurannya. Bila terjadi
pembusukan di dalam saluran akan timbul gas yang berbahaya dan
beracun.
Sistem penyaluran air limbah ini pada prinsipnya terdiri dari dua macam
yaitu sistem penyaluran terpisah dan sistem penyaluran campuran dengan
memanfaatkan limpasan air hujan. Air hujan yang jatuh sebagian masuk ke
dalam tanah dan yang lainnya mengalir di permukaan tanah (surface run-off).
Surface run-off dapat langsung masuk ke sungai atau danau, tetapi dapat juga
terperangkap di tempat tertentu sehingga dapat menjadi tempat berkembang
biaknya nyamuk atau serangga lain yang dapat mengganggu kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan sistem penyaluran air, yaitu sistem
terpisah dan sistem gabungan.
7
d) Operasi dan pemeliharaan merupakan tanggung jawab pribadi.
e) Dapat menggunakan bahan / material setempat
f) Tidak berbau dan cukup higienis jika pemeliharaannya baik
g) Hasil dekomposisi bisa dimanfaatkan sebagai pupuk.
8
Gambar 1. Skema On-site System
Sumber : Babbit, 1969
9
Jamban dengan struktur permanent mempunyai 2 lubang yang dapat
digunakan bergantian. Jamban ini tepat digunakan didaerah perkotaan,
dimana masyarakat sanggup membiayai dan tanpa harus
memindahkannya setiap tahun.
d) Jamban Cubluk Lubang Banyak Yang Diperbaiki dan Berventilasi.
Jamban lebih dari satu lubang yang lebih tepat digunakan di tempat-
tempat umum. Bau yang timbul dari dalam cubluk akan keluar akibat
adanya aliran udara di ujung pipa ventilasi yang dapat terbuat dari PVC.
Pemberian ventilasi ini juga memberikan peranan penting dalam
mengurangi perkembangbiakan nyamuk dan lalat.
10
leher angsa. Sistem ini mempunyai unit air perapat (water seal) yang
dipasang di bawah pelat jongkok atau tumpuan tempat duduk sehingga dapat
mencegah gangguan lalat dan masuknya bau ke toilet. Air buangan dapur dan
kamar mandi sebaiknya tidak dimasukkan ke dalam tangki septik kecuali bila
tanki tersebut direncanakan mampu menampung debit air buangan yang
besar. Tangki septik paling banyak digunakan penduduk sebagai penampung
sementara air buangan toilet karena biayanya yang relatif murah. Tangki
septik harus diletakkan pada lokasi yang tepat agar tidak mencemari sumber
air tanah.
11
3.2.2 Sistem Sanitasi Terpusat
Sistem sanitasi terpusat adalah sistem dimana air limbah dari seluruh
daerah pelayanan dikumpulkan dalam riol pengumpul, kemudian dialirkan ke
dalam riol kota menuju tempat pengolahan dan baru dibuang ke badan air
penerima. Sistem Sanitasi Terpusat (Off site sanitation) merupakan sistem
pembuangan air buangan rumah tangga (mandi, cuci, dapur, dan limbah
kotoran) yang disalurkan keluar dari lokasi pekarangan masing-masing rumah
ke saluran pengumpul air buangan dan selanjutnya disalurkan secara terpusat
ke bangunan pengolahan air buangan sebelum dibuang ke badan perairan.
Keuntungan dari sistem ini adalah (Fajarwati, 2000) :
a) Memberikan pelayanan lebih aman, nyaman dan menyeluruh.
b) Menampung semua air buangan rumah tangga sehingga pencemaran
terhadap saluran drainase dan badan air lainnya serta air tanah dapat
dihindari.
c) Cocok diterapkan di daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk
menengah sampai tinggi.
d) Tahan lama dikarenakan sistem ini dibuat dengan periode perencanaan
tertentu.
e) Tidak memerlukan lahan (permukaan) yang luas, sebab jaringan pipa
ditanam di dalam tanah.
12
a) Conventional Sewerage.
b) Shallow Sewers.
c) Small bore sewer dengan pengolahan.
13
bangunan pengolahan atau tempat pembuangan akhir seperti badan air
penerima. Sistem ini terdiri dari jaringan pipa persil, pipa lateral, dan pipa
induk yang melayani penduduk untuk suatu daerah pelayanan yang cukup
luas (Dewiandratika, 2002). Setiap jaringan pipa dilengkapi dengan lubang
periksa manhole yang ditempatkan pada lokasi-lokasi tertentu. Apabila
kedalaman pipa tersebut mencapai 7 meter, maka air buangan harus
dinaikkan dengan pompa dan selanjutnya dialirkan secara gravitasi ke lokasi
pengolahan dengan mengandalkan kecepatan untuk membersihkan diri .
Syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan sistem penyaluran
konvensional :
a. Suplai air bersih yang tinggi karena diperlukan untuk menggelontor.
b. Diameter pipa minimal 100 mm, karena membawa padatan.
c. Aliran dalam pipa harus aliran seragam.
d. Slope pipa harus diatur sehingga velocity cleansing terpenuhi (0.6
m/det). Aliran dalam saluran harus memiliki tinggi renang agar dapat
mengalirkan padatan.
e. Kecepatan maksimum pada penyaluran konvensional 3m/detik.
14
e. Lokasi pemukiman baru, dimana penduduknya memiliki penghasilan
cukup tinggi, dan mampu membayar biaya operasional dan perawatan.
f. Di pusat kota yang terdapat gedung-gedung bertingkat yang apabila
tidak dibangun jaringan saluran, akan diperlukan lahan untuk
pembuangan dan pengolahan sendiri.
g. Di pusat kota, dengan kepadatan penduduk > 300 jiwa/ha dan
umumnya. Penduduk menggunakan air tanah, serta lahan untuk
pembuatan sistem setempat sangat sulit dan permeabilitas tanah buruk.
15
Gambar 5. Sistem Konvensional
Sumber : Babbit,1969
16
Gambar 6. Contoh Layout Saluran Shallow Sewerage Pada Perumahan Tak Teratur (A) Dan Teratur
(B)
Sumber : Mara, 1996
17
Gambar 8. Shallow Sewerage System
Sumber : Babbit, 1969
Saluran pada sistem riol ukuran kecil (small bore sewer) ini dirancang,
hanya untuk menerima bagian-bagian cair dari air buangan kamar mandi,
cuci, dapur dan limpahan air dari tangki septik, sehingga salurannya harus
bebas zat padat. Saluran tidak dirancang untuk self cleansing, dari segi
ekonomis sistem ini. lebih murah dibandingkan dengan sistem konvensional
(Dewiandratika, 2002).
Daerah pelayanan relatif lebih kecil, pipa yang dipasang hanya pipa
persil dan servis yang menuju lokasi pembuangan akhir, pipa lateral dan
pipa induk tidak diperlukan, kecuali untuk beberapa daerah perencanaan
dengan kepadatan penduduk sangat tinggi dan timbulan air buangan yang
sangat besar. Sistem ini dilengkapi dengan instalasi pengolahan sederhana.
18
umumnya cocok untuk daerah yang datar dan mempunyai taraf muka air
tinggi.
19
Kekurangan Sistem Riol Ukuran Kecil atau System Small Bore Sewer
antara lain: (Geyer, et.al.,1968)
a. Memerlukan lahan untuk tangki.
b. Memungkinkan untuk terjadi clogging karena diameter pipa yang kecil.
Aliran air tanah yang masuk ke dalam saluran (infiltrasi) terjadi bila
letak sewer di bawah muka air tanah, inipun biasanya kecil sekali terhadap
sewer yang baru, sehingga sering diabaikan dalam perhitungan aliran. Jadi
20
perhitungan aliran infiltrasi ditentukan berdasarkan keadaan sewer dan
muka air tanah. Ukuran pipa minimum untuk sambungan rumah dengan
sistem small bore sewer berdiameter 50 mm, sedang pipa minimum bagi
sewer 100 mm. (Babbit, 1969)
21
diperlukannya perhitungan debit air hujan dan air buangan yang cermat. Selain itu
karena salurannya tertutup maka diperlukan ukuran riol yang berdiameter besar
serta luas lahan yang cukup luas untuk menempatkan instalasi pengolahan
buangan.
22
Kriteria perencanaan yang dipergunakan pada perencanaan jaringan
penyaluran air limbah domestik untuk daerah yang akan direncanakan,
didasarkan dan disesuaikan dengan keadaan dan kondisi daerahnya, yang
merupakan batasan serta parameter di dalam perencanaan teknis cara
pengaliran air limbah domestik dan perhitungan lainnya.
Supaya saluran tetap berfungsi dengan baik dalam keadaan debit
maksimum maupun minimum, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan,
yaitu:
a. Luas penampang saluran
b. Kemiringan saluran serta kekasarannya
c. Kondisi pengaliran (penuh, setengah penuh, steady atau unsteady)
d. Belokan atau rintangan lain
e. Karakteristik effluent
Syarat-syarat kecepatan pengaliran yang harus diperhatikan dalam
perencanaan Sistem Penyaluran Air Limbah adalah:
a. Pengaliran air limbah di dalam saluran harus secara gravitasi kecuali untuk
keadaan yang tidak memungkinkan, diperbolehkan pengaliran dengan
bertekanan, misalnya pada tempat-tempat yang memerlukan pemompaan.
b. Pengaliran hampir selalu unsteady dan terkadang dapat tidak
seragam/nonuniform (tinggi air pada setiap titik pada saluran tidak selalu
sama).
c. Beban yang besar berupa zat-zat yang dapat mengendap, zat-zat terlarut
dan benda-benda terapung harus dapat terbawa dan dihanyutkan oleh
aliran air buangan sampai ke instalasi bangunan pengolahan
d. Kecepatan aliran dalam saluran harus memungkinkan terjadinya self
cleansing dengan tidak menimbulkan kerusakan atau pengikisan pada
permukaan saluran.
e. Pengaliran air limbah bersifat terbuka di dalam saluran tertutup, yaitu
pengaliran secara gravitasi dengan permukaan air di dalam saluran
berhubungan dengan udara bebas melalui ventilasi, misalnya di lokasi
manhole. Selain itu ventilasi ini berguna untuk melepaskan gas-gas yang
23
terjadi akibat penguraian air limbah domestik sehingga tidak terakumulasi
di dalam saluran.
f. Pengaliran air limbah domestik harus tiba secepatnya sampai ke instalasi
pengolahan air limbah domestik untuk menghindari terjadinya
pembusukan. Lamanya pengaliran air limbah domestik dalam saluran tidak
lebih dari 18 jam.
24
Gambar 11. Penempatan dan Pemasangan Saluran
25
c. Untuk pelayanan > 100.000 jiwa Q max/ Q rata = 2,0 s/d 1,5 dan Q min/
Q rata = 0,55 s/d 0,6
Rata-rata pemakaian air adalah sebesar 20 ltr/kapita/hari dan air limbah
yang masuk ke jaringan perpipaan perpipaan adalah 80 % dari konsumsi air
tersebut atau kira-kira 100 ltr/ capita.hari.Kecepatan aliran maksimum
tergantung jenis pipa yang digunakan dan pada umumnya berkisarantara 2-4
m/det. Kecepatan aliran minimum diharapkan dapat menghindari
terjadinyapengendapan dalam pipa sehingga kecepatan aliran minimum harus
lebih besar dari 0,6 m/det.
Sistem perpipaan dalam penyaluran air limbah mulai dari sumber/asal air
limbah hingga sampai ke instalasi pengolahan terdiri dari :
1. Pipa persil
Pipa persil adalah saluran yang menyalurkan air limbah dari rumah
penduduk, bangunan umum, dan sebagainya ke pipa servis. Adapun syarat
yang perlu diperhatikan pada sambungan ke rumah adalah:
a. Letak pipa masih di dalam halaman, dengan kedalaman awal 0,45 m
0,6 m
b. Diameter minimum pipa ini ditetapkan 4-6 sedangkan diameter
maksimum tergantung dari volume air limbah yang dialirkan sesuai
dengan pipa air limbah gedung.
c. Dengan kemiringan saluran minimum tidak kurang dari 1 % 2 %
d. Pada ujung akhir pipa persil dilengkapi bak kontrol sebelum
dihubungkan dengan pipa servis, disebut pipa dinas sambungan pipa
persil servis.
e. Diameter saluran dihitung berdasarkan debit puncak satuan air limbah
hari maksimum
f. Sambungan tidak mengganggu jalannya aliran air buangan dalam
jaringan pengumpul, sehingga penyambungan dilakukan menyerong
dengan besar sudut maksimum 45o. Apabila perbandingan debit antara q
26
(dari rumah) dengan Q saluran pengumpul kecil sekali, maka
penyambungan dapat dilakukan secara tegak lurus.
g. Sedapat mungkin sambungan-sambungan tersebut diperiksa agar
mempermudah pemeliharaan saluran.
h. Air dalam jaringan pengumpul jangan sampai menghambat air yang
berasal dari rumah tangga, untuk itu sambungan dari rumah-rumah
harus diletakkan di atas permukaan aliran air limbah yang tertinggi.
2. Pipa Retikulasi
Pipa retikulasi terdiri dari pipa servis dan pipa lateral. Satu unit daerah
retikulasi mempunyai daerah pelayanan sekitar 10 ha dan panjang pipa
retikulasi sekitar 5 km. Pipa servis adalah saluran yang menyalurkan air limbah
yang menghubungkan beberapa sambungan dari rumah, bangunan umum, dan
sebagainya (dari pipa persil) ke pipa lateral. Adapun syarat yang perlu
diperhatikan:
a. Terdapat dua macam perletakan di trotoar dan brandgang, diameter pipa
ini paling kecil 6 , dengan kedalaman benam awal 60 cm.
3. Pipa lateral adalah saluran yang menampung air limbah dari pipa servis untuk
dialirkan ke pipa cabang. Untuk sistim yang kecil, pipa servis dapat berfungsi
sebagai pipa lateral, sedangkan untuk jaringan yang besar pipa lateral dapat
berkembang sebagai pipa cabang. Adapun syarat yang perlu diperhatikan
adalah :
27
a. Umumnya pipa lateral berdiameter lebih besar dari 12 atau tergantung
dari debit dan performa hidrolis yang diinginkan.
d. Dan harus diperhatikan pada unung awal pipa lateral kedalam air tidak
e. Boleh lebih dari 0,6 diameter dan pada bagian hilir tidak boleh lebih dari
0,8 diameter.
4. Pipa Mayor
28
Gambar 12. Jaringan Perpipaan Pola Interseptor
Pola zona atau wilayah adalah pola yang dipergunakan pada daerah
pelayanan tersebut, atau pipa penyebrangan tidak mungkin atau sangat
mahal dibangun maupun karena kondisi topografi daerah tersebut.
3. Pola Kipas
29
Gambar 14. Jaringan Perpipaan Pola Kipas
4. Pola Radial
5. Bahan Perpipaan
Seperti telah diuraikan sebelumnya, saluran air limbah harus tertutup dan
kedap air. Sebagian besar biaya dalam membangun suatu jaringan pipa, baik air
bersih maupun air limbah, digunakan untuk biaya perpipaan. Karena itu
30
sangatlah penting menentukan jenis pipa yang paling sesuai sehingga
pemakaiannya bisa optimal dan ekonomis.
Tabel 1. Perbandingan Bahan Saluran
31
6. Perletakan Pipa
b. Apabila kedalaman ujung saluran telah mencapai 7,00 m, maka aliran air
buangan dalam saluran harus dinaikkan dengan menggunakan pompa,
yaitu dengan bangunan drop manhole.
c. Penempatan saluran dapat di tengah jalan jika badan jalan tidak terlalu
lebar dan lalu lintas kendaraan tidak terlalu ramai.
d. Bila beban penerimaan air limbah dari kanan dan kiri jalan tidak sama,
saluran ditempatkan di tepi jalan di bagian yang paling banyak
memberikan air buangan.
32
e. Bila beban penerimaan air limbah dari kanan dan kiri jalan sama dan
badan jalan cukup lebar, arus lalu lintas cukup padat maka saluran
ditempatkan di kanan dan kiri jalan.
7. Jenis Pengaliran
Ada dua jenis pengaliran di dalam sistim penyaluran air limbah, yaitu :
a. Pengaliran di bawah tekanan, yaitu pengaliran yang disebabkan gaya dari
luar, seperti tekanan hidraulik atau pemompaan.
33
akan tertahan sehingga akan menyumbat aliran. Untuk menghindari hal ini,
maka :
1. Pada pipa cabang dan pipa induk, kedalaman aliran di awal saluran
diperhitungkan sebesar 60% dari diameter pipa atau d/D = 0,6.
4. Pada saat debit minimum tidak tercapai kedalaman berenang maka saluran
harus digelontor.
3.6.1 Manhole
34
d. Pada jarak tertentu
b. Tangga manhole
c. Dasar manhole
d. Diameter manhole
35
e. Drop manhole
36
dengan diameter tertentu yang sesuai dengan diameter saluran, dan
disambungkan vertikal dengan menggunakan Y connection dan bend,
kemudian bagian atasnya ditutup dengan frame yang terbuat dari besi
tuang, biasanya bangunan ini terletak pada bagian awal saluran, yaitu
pada pipa servis dan mempunyai jarak ke manhole sekitar 50 75 m.
37
3.6.6 Transition dan Junction
38
tidak mengandung partikel padat atau kolodial dan tidak bersifat asam atau
basa. Pada waktu penggelontoran harus diperhitungkan kecepatan
gelombang aliran penggelontoran yang aman terhadap pipa atau terjadinya
water hammer.
39
konstan memerlukan dimensi saluran lebih besar, terjadi
penambahan beban hidrolis pada BPAB.
2. Sistem Periodik
V gelontor = tg x Qg
Keterangan:
V gelontor : Volume air gelontor (m3)
Tg : Waktu gelontor (detik)
Qg : Debit air gelontor (m3/detik)
c. Alternatif Sumber Air Penggelontor
40
Air penggelontor yang dari luar harus tawar (bukan air asin), untuk
menghindari terjadinya penambahan kadar endapan/suspensi atau kadar
kekerasan dan kontaminan yang lebih besar
3.6.8 Syphon
41
iii. Kecepatan pengaliran harus konstan agar mampu menghanyutkan
kotoran atau buangan padat, kecepatan desain biasanya lebih besar
(0.6-0.9) m/detik.
vi. Pada awal dan akhir siphon harus dibuat sumur pemeriksaan untuk
memudahkan pembersihan.
b. Pendimensian
Q = A.V=1/4 D2.V
Keterangan:
h = v2/2g (1+a+b.L/D)
a = 1/v-1
b = 1,5 (0.019819+0.0005078)
Keterangan:
42
b : Koefisien gaya gesek antar air dengan pipa
L : Panjang pipa
D : Diameter pipa
43
manhole, selanjutnya dipo mpa. Bentuknya berupa pipa horizontal yang
dihubungkan dengan pipa siphon dan menggunakan Y connection
serta dilengkapi dengan valve. Diameternya sama dengan diameter
pipa siphon. Tempat penyambungannya pada bagian sisi pipa siphon
yang menurun.
.
1. Mengangkut air limbah dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih
tinggi.
2. Memberikan head yang cukup pada proses pengolahan.
3.6.11 Pompa
Umumnya dalam penyaluran air limbah dipakai dua jenis pompa, yaitu
pompa sentrifugal dan pneumatic ejector. Pompa sentrifugal dapat
digolongkan dalam :
a. Axial flow pump (propeller)
44
penanggulangan banjir serta untuk keperluan irigasi. Sedangkan mixed
flow pump mempunyai kapasitas yang leibh kecil dari axial flow pomp
dengan head berkisar antara 7,6-10m. Untuk radial flow pump kapasitas
hampir sama dengan axial flow pump.
Grease trap adalah alat perangkap grease atau minyak dan oli. Alat ini
membantu untuk memisahkan minyak dari air, sehingga minyak tidak
menggumpal dan membeku di pipa pembuangan dan membuat pipa
tersumbat. Terbuat dari pasangan bata maupun stainless steel sehingga
aman dari korosi. Alat ini cocok digunakan di rumah tangga dan di
restoran.
45
padat yang lebih besar untuk aplikasi aliran limbah yang tinggi
seperti pada restoran atau rumah sakit. Trap ini biasa disebut
pencegat gravitasi (gravity interceptors). Pencegat / trap memerlukan
waktu retensi dari 30 menit untuk memungkinkan lemak, minyak,
gemuk dan limbah padat makanan untuk menetap di tangki. Semakin
banyak limbah masuk ke tangki maka begitu pula air yang bebas
lemak didorong keluar dari tangki.
3. Jenis ketiga yaitu sebuah sistem GRD (Grease Recovery Devices /
Perangkat Pemulihan Lemak), menghapus lemak / minyak
permukaan secara otomatis ketika terjebak.
46
Kecepatan aliran lewat celah (m/dt) 0,3-0,6 0,6-1
Ukuran Penampang Batang
Lebar (mm) 4-8 8-10
Tebal (mm) 25-50 50-75
Jarak bersih dua batang (mm) 25-75 10-50
Kemiringan terhadap horisontal (derajat) 45-60 75-85
Kehilangan tekanan lewat celah (mm) 150 150
Kehilangan tekanan Max (saat 800 800
tersumbat(mm)
Seperti diketahui bahwa debit air limbah berfluktuasi yang terdiri dari
aliran maksimum,minimum dan rata-rata. Maka untuk menghadapi variasi
debit tersebut beberapa hal yang dapatdilakukan atau dipertimbangkan
pada saat merencanakan grit chamber, yaitu:
47
b. Penampang melintang grit chamber tersebut dibuat mendekati bentuk
parabola untuk mengakomodasi setiap perubahan debit dengan
kecepatan konstan/tetap
c. Melengkapi grit chamber dengan pengatur aliran yang disebut control
flame yang dipasang pada ujung aliran
48
Tabel 7. Kriteria Desain Grit Chamber
Sumber : Kriteria Teknis Prasarana dan sarana Pengelolaan Air Limbah, PU, 2006
Terdapat tiga (3) tipe unit pengedap yang biasa digunakan yaitu:
49
mengendap akan naik dan saling bertumbukansehinga terjadi selimut
lumpur
Tabel 8. Design kriteria untuk masing masing tipikal bak pengendap pertama
Sumber : Kriteria Teknis Prasarana dan sarana Pengelolaan Air Limbah, PU. 2006
50
Gambar 24. Skema Bak Persegi Panjang Tipe Aliran Horizontal
51
Gambar 25. Skema Tipikal Bak Pengendap Tipe Aliran Radial dan Aliran Ke Atas
52
Hasil effluent yang keruh memperlihatkan suatu kegagalan proses
pengendapan. Berdasarkanpengalaman empirik untuk desain beban
permukaan/surface loading (Q/A) digunakan 30-40m3/m3.hari.
Sedangkan untuk desagn yang aman, harus menggunakan aliran
maksimum.Kedalaman bak pengendap dengan weir minimal 3 m dan
waktu detensi (td) 2 jam untuk aliranpuncak, Jika perhitungan
menggunakan aliran rata-rata, maka waktu detensi berkisar antara 4,5-6
jam. Besarnya beban pada weir (loading rate) adalah sebesar 124
m3/m.hari.
53
BAB IV
Gambar 27. Peta Wilayah Studi Gambar 28. Peta Wilayah Studi
54
Pada Kelurahan Sukagalih terdapat wilayah perkampungan dan
perumahan, termasuk di RW 2. RW 2 merupakan salah satu wilayah yang
padat penduduk, sehingga sanitasinya kurang baik khususnya dalam
pengelolaan air limbah. Didaerah perkampungan tidak ada rumah yang
memiliki septic tank, air limbah grey water dan black water langsung
dibuang atau dialirkan ke drainase atau saluran yang ada disamping-
samping rumah atau di depan rumah tanpa di treatment terlebih dahulu
sehingga sangat berpotensi untuk mencemari sungai cipedes sebagai badan
air penerima di wilayah tersebut. Sedangkan di wilayah perumahan hanya
bebrapa wilayah yang mempunyai septic tank, sisanya sama seperti wilayah
perkampungan yakni air limbah grey water dan black water dibuang
langsung ke saluran drainase. Terdapat tanah kosong sejauh 343,5 m diukur
dari jarak terdekat wilayah RW 2 dengan tanah kosong tersebut. Tanah
kosong tersebut direncanakan akan dibuat IPAL untuk wilayah RW 2. Luas
wilayah tanah kosong adalah 20 m x 22 m. Tanah kosong tersebut berada di
wilayah RW 4 pada elevasi 761 m di atas permukaan laut.
Fasilitas umum yang terdapat di wilayah RW 2 antara lain :
1. Cafe and Resto
2. Masjid
3. Musholla
4. Hotel
5. Koperasi
4.2.1 Kependudukan
55
1.777 jiwa yang terdiri dari 904 jiwa penduduk laki-laki dan 873 jiwa
penduduk perempuan. Jumlah penduduk produktif (15-64 tahun) pada
Kelurahan Sukagalih adalah 13.489 jiwa sedangkan usia non produktif (<15
tahun dan > 64 tahun) adalah 5.332 jiwa.
Rasio jenis kelamin di RW 2 Kelurahan Sukagalih pada Januari 2017
adalah 104,8. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah RW 2 jumlah penduduk
laki-laki lebih besar dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Menurut
data yang diperoleh, yaitu jumlah penduduk laki-laki 1.449 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan 1382 jiwa.
Rata-rata pendidikan masyarakat RW 2 pada daerah perkampungan
adalah lulusan SMA namun ada juga yang lulusan akademi dan sarjana.
Sedangkan pada daerah perumahan rata-rata pendidikan masyarakat yaitu
tingkat sarjana. Mata Pencaharian masyarakat RW 2 bervariasi antara lain
dagang, pegawai swasta, pegawai negeri, TNI, dan ada juga yang pensiunan.
4.2.2 Kontur
Kelurahan Sukagalih terletak pada ketinggian antara 760-790 m diatas
permukaan laut. Untuk wilayah RW 2 sendiri terletak antara 772-784 m
diatas permukaan laut. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah RW 2
merupakan daerah yang tinggi diantara RW lainnya di Kelurahan Sukagalih.
Wilayah yang memiliki kontur tinggi menunjukkan bahwa kedalaman air
tanah pada wilayah tersebut juga cukup tinggi.
56
tidak memiliki tangki septik sebagai tempat pembungan tinja. Hanya
beberapa warga yang mempunyai tangki septik di rumah mereka, dimana
didominasi oleh warga yang tinggal di kompleks perumahan. Berdasarkan
keterangan salah satu warga yang tinggal di permukiman padat, mengatakan
bahwa tidak ada pengelolaan spesifik untuk air limbah yang dihasilkan dari
aktivitas rumah tangga. Limbah yang dihasilkan seperti grey water yang
berasal dari dapur akan langsung dialirkan ke aliran pipa yang terdapat di
bawah tanah. Sama halnya dengan limbah black water yang berasal dari
toilet juga akan bermuara ke sungai dengan jalur yang sama seperti grey
water. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa semua jenis
limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga dialirkan ke sungai terdekat
melalui perpipaan bawah tanah. Limbah yang masuk ke sungai semua
bercampur, tidak ada pemisahan antara limbah padat (tinja) dan limbah cair.
Ketika aliran limbah ini sampai di sungai, inilah yang akan menyebabkan
aliran sungai tercemar dengan indikator air sungai yang bewarna hitam dan
ditemukannya gundukan yang terkenali sebagai sisa BAB.
Jika ditinjau dari keadaan yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa tidak ada sistem pengaliran air limbah yang baik untuk
pengelolaan lanjutan. Fungsi drainase yang ada pun telah bergeser. Sebagian
drainase yang ada malah menanpung aliran air limbah dari rumah warga.
Sehingga air pada drainase tersebut terkesan kotor, berwarna coklat, dan
mengeluarkan aroma tidak enak. Drainase yang sebenarnya berfungsi untuk
menampung air hujan yang turun dan mengalirkannya kembali ke sungai
sebagai air baku, bukan mengalirkan air limbah untuk mencemari sumber
air.
57
Gambar 29. Drainase di Depan Rumah Warga Gambar 30. Sungai Cipedes
Sumber : dokumentasi pribadi Sumber : dokumentasi pribadi
58
BAB V
STRATEGI PENANGANAN AIR LIMBAH
Dalam wilayah RW 02, terdapat kurang lebih 600 KK yang secara spesifik
berjumlah 2.831 jiwa. Jika dilihat dari kontur wilayah, kelompok kami
menggunakan pengaliran secara gravitasi dari rumah warga menuju IPAL,
sehingga tidak diperlukan rumah pompa sebagai bangunan pelengkap IPAL.
59
Pemilihan sistem off-site didasarkan pada jumlah KK. Berdasarkan informasi
dari Sony, 2017 mengemukakan bahwa sistem on-site diterapkan pada wilayah
yang memiliki maksimal 11 KK, lebih dari itu dapat diterapkan sistem off-site.
Selain itu sistem on-site dapat diterapkan di wilayah dengan kepadatan
penduduk yang rendah dan memerlukan lahan yang luas, sedangkan
bedasarkan hasil survey, wilayah studi memiliki kepadatan penduduk yang
tinggi dan sulit sekali untuk menemukan lahan untuk pembangunan sistem on-
site yang dapat melayani beberapa rumah penduduk. Oleh karena itu,
kelompok kami memilih sistem pelayanan off-site perpipaan bawah tanah
dengan pengolahan lanjutan IPAL.
60
Gambar 31. Peta wilayah studi dengan jalur pengaliran
Dapat dilihat pada peta di atas, telah digambarkan jalur pengaliran air
limbah yang diwakilkan dengan garis berwarna tosca dan hijau. Pada peta
terlihat bahwa jalur tosca dimulai pada daerah atas RW 02 yang kemudian
menuju ke daerah bawah dan akan berakhir pada jalan raya yang merupakan
saluran pengaliran primer. Garis tosca pada peta menggambarkan saluran pipa
sekunder yang akan melayani pengelolaan limbah dari rumah-rumah warga
RW 02 sebelum dialirkan menuju pipa primer yang diwakilkan dengan garis
warna hijau. Air limbah yang dihasilkan dari rumah tangga akan terhubung ke
saluran pipa sekunder melalui sambungan rumah tangga. Setelah dari
sambungan rumah tangga air limbah akan mengalir ke pipa sekunder
dilanjutkan ke pipa primer yang kemudian akan berakhir masuk ke IPAL untuk
diolah. Kemudian limbah yang sudah melalui proses pengolahan dan
memenuhi baku mutu akan dialirkan ke badan sungai penerima yaitu Sungai
Cipedes.
61
Penentuan sistem pengelolaan air limbah berdasarkan pada kriteria dasar
perencaan yang merupakan parameter utama untuk pemilihan sistem
pengelolaan air buangan sekaligus teknologi teknologi yang sesuai dengan
kondisi masyarakat setempat.
Tabel 9. Kriteria dasar pemilihan sistem dengan metodenya
62
Berdasarkan tabel di atas, dengan keadaan masyarakat di RW 02
Kelurahan Sukagalih dengan kondisi masyarakat berpendapatan rendah-
menengah dengan kondisi perumahan sangat padat, sehingga dibentuk sistem
off-site sanitation. Lokasi penempatan sistem off-site sanitation berada jauh
dari lingkungan RW 02 dengan mempertimbangkan keuntungan penggunaan
sistem tersebut sebagai berikut :
a) Memberikan pelayanan lebih aman, nyaman dan menyeluruh.
b) Menampung semua air buangan rumah tangga sehingga pencemaran
terhadap saluran drainase dan badan air lainnya serta air tanah dapat
dihindari.
c) Cocok diterapkan di daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk
menengah sampai tinggi.
d) Tahan lama dikarenakan sistem ini dibuat dengan periode perencanaan
tertentu.
e) Tidak memerlukan lahan (permukaan) yang luas, sebab jaringan pipa
ditanam di dalam tanah.
63