Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN KERJA PRAKTIK – RE 141382

STUDI EVALUASI SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM PDAM PEKALONGAN

ALYA SYIFA DESYANTI

NRP.3314100010

VELDA RIFKA ALMIRA

NRP.3314100033

Dosen Pembimbing

Arseto Yekti Bagastyo, ST, MT, M.Phil, Ph.D

NIP. 19820804 200501 1 001

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
atas berkat, hikmat, anugerah dan pertolongan-Nya laporan Kerja Praktik dengan judul
“Studi Evaluasi Sistem Distribusi Air Minum PDAM Kota Pekalongan” dapat kami
selesaikan.
Penyusunan laporan kerja praktik ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan mata kuliah kerja praktik 2 SKS di Departemen Teknik Lingkungan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Laporan ini kami buat dengan melibatkan
berbagai pihak dari seluruh lapisan masyarakat, untuk itu kami ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Arseto Yekti Bagastyo, ST, MT, M.Phil, Ph.D selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam penyusunan laporan ini.
2. Seluruh Dosen, staf, dan karyawan Jurusan Teknik Lingkungan ITS.
3. Bapak Yani, Bapak Sugiyatmo, Bapak Sugeng, Bapak Purnomo, Bapak Asep,
Bapak Atik, Ibu Anik, dan seluruh karyawan dari PDAM Kota Pekalongan yang telah
membantu dalam penyusunan laporan kerja praktik ini.
4. Bapak, Ibu kami serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan yang
sangat besar baik secara material maupun spiritual.
8. Teman-teman S1 Teknik Lingkungan 2014 serta seluruh pihak yang telah
memberikan dukungan dalam penyusunan laporan kerja praktik ini.

Surabaya, 2017

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin berkembangnya Kota Pekalongan tentunya memicu pertambahan
jumlah penduduk dan mengakibatkan meningkatnya kebutuhan air minum. Kota
Pekalongan yang memiliki jumlah penduduk wilayah administratif padaun 2015 adalah
296.533 jiwa tersebar di 4 Kecamatan dan 47 Kelurahan (Kota Pekalongan Dalam
Angka 2016). Penyediaan air bersihnya diperoleh dari berbagai sumber seperti mata
air, sumur bor (artesis), dan air permukaan. Pemenuhan air bersih masyarakat Kota
Pekalongan dikelola oleh PDAM Kota Pekalongan. Sebagian besar pelanggan PDAM
Kota Pekalongan berada di wilayah perkotaan. Jumlah pelanggan yang membutuhkan
suplai air bersih meningkat setiap tahunnya. Hal ini tidak bisa dihindari karena jumlah
penduduk Kota Pekalongan terus menerus bertambah dan sektor usaha yang terus
berkembang setiap tahunnya.
PDAM Kota Pekalongan merupakan suatu instansi pemerintah yang bergerak
dalam bidang pelayanan pemenuhan kebutuhan air bersih di Kota Pekalongan.
Banyaknya masyarakat yang membutuhkan air bersih mendorong PDAM Pekalongan
untuk meningkatkan kualitas dan pelayanan bagi masyarakat Pekalongan, selain itu
juga terkait dengan pemenuhan RPJMN Tahun 2019 tentang akses pemenuhan air
bersih sebesar 100%. Keberhasilan dalam pencapaian target pelayanan 100%
tersebut juga dipengaruhi oleh sistem distribusi air minum, sehingga perlu dilakukan
evaluasi terkait sistem distribusi yang ada.

1.2 Maksud Tujuan Kerja Praktik


Maksud dari kegiatan Kerja Praktik yang kami lakukan :
1. Terjalinnya komunikasi dua arah antara dunia kerja (khususnya instansi pemerintah)
dengan dunia pendidikan, sehingga tercipta arus informasi yang timbal balik dan saling
menguntungkan.
2. Memperoleh gambaran nyata tentang penerapan atau implementasi dari ilmu atau
teori yang selama ini diperoleh di bangku kuliah dan membandingkannya dengan
kondisi yang nyata di lapangan.
3. Memberikan saran bagi PDAM Pekalongan atas permasalahan yang terdapat pada
permasalahan sistem distribusi.
Sedangkan tujuan dari kegiatan Kerja Praktik ini adalah mengkaji sistem
distribusi air bersih PDAM Pekalongan ke masyarakat.
1.3 Ruang Lingkup Kerja Praktik
Kerja praktik ini dilakukan di Kota Pekalongan selama bulan Juli sampai
dengan bulan Agustus 2017. Ruang lingkup kerja praktik ini adalah evaluasi mengenai
sistem distribusi air minum di Kota Pekalongan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
2.1.1 Pengertian Air
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk
hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.
Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air
minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu
sendir. (Slamet, 2007). Selain sebagai unsur yang mengisi tubuh manusia, keberadaan
air juga sangat dibuuthkan dlaam aktivitas sehari-hari, baik itu aktivitas mandi, kakus,
dan aktivitas memasak bahkan aktivitas industri juga membutuhkan air utamanya
adalah air bersih.

2.1.2 Sumber Air


Sumber air di alam terdiri atas air laut, air atmosfir (air metereologik), air
permukaan, dan air tanah (Sutrisno, 2004).

1. Air Laut
Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam
NaCl dalam air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.
2. Air Atmosfir, Air Meteriologik
Dalam kehidupan sehari-hari air ini dikenal sebagai air hujan. Dapat terjadi
pengotoran dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran – kotoran
industri/debu dan lain sebagainya tatapi dalam keadaan murni sangat bersih.
Sehingga untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya tidak
menampung air hujan pada saat hujan baru turun, karena masih mengandung banyak
kotoran. Selain itu air hujan memiliki sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur
maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi
(karatan). Disamping itu air hujan ini mempunyai sifat lunak sehingga akan boros
terhadap pemakaian sabun.

3. Air Permukaan.
Menurut Chandra (2006) dalam buku Pengantar Kesehatan Lingkungan, air
permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-
faktor yang harus diperhatikan, antara lain :
a. Mutu atau kualitas baku
b. Jumlah atau kuantitasnya
c. Kontinuitasnya
Air permukaan seringkali merupakan sumber air yang paling tercemar, baik
karena kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lainnya. Air permukaan meliputi :
a. Air Sungai
Air sungai memiliki derajat pengotoran yang tinggi sekali. Hal ini karena
selama pengalirannnya mendapat pengotoran, misalnya oleh lumpur, batang-batang
kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Oleh karena itu dalam
penggunaannya sebagai air minum haruslah mengalami suatu pengolahan yang
sempurna.
b. Air Rawa
Kebanyakan air rawa berwarna kuning coklat yang disebabkan oleh adanya
zat – zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air.
Dengan adanya pembusukan kadar zat organis yang tinggi tersebut, maka umumnya
kadar mangan (Mn) akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali
(anaerob), maka unsur-unsur mangan (Mn) ini akan larut.
4. Air Tanah
Menurut Chandra (2006) dalam buku Pengantar Kesehatan lingkungan , air
tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi dan menyerap
ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan tempat air
tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya
kesadahan pada air. Kesadahan pada air ini akan menyebabkan air mengandung zat-
zat mineral dalam konsentrasi. Zat-zat mineral tersebut antara lain kalsium,
magnesium, dan logam berat seperti besi dan mangan.
a. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari
permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian
bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat
kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang
mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah.
Lapisan tanah di sini berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan,
pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat
dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air yang akan
terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan
untuk sumber air minum melaui sumur-sumur dangkal.
b. Air Tanah Dalam
Air tanah dalam dikenal juga dengan air artesis. Air ini terdapat
diantara dua lapisan kedap air. Lapisan diantara dua lapisan kedap air tersebut
disebut lapisan akuifer. Lapisan tersebut banyak menampung air. Jika lapisan
kedap air retak, secara alami air akan keluar ke permukaan. Air yang
memancar ke permukaan disebut mata air artesis. Pengambilan air tanah
dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor
dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman
(biasanya antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapis air. Jika tekanan air
tanah ini besar, maka air dapat menyembur ke luar dan dalam keadaan ini,
sumur ini disebut dengan sumur artesis. Jika air tidak dapat ke luar dengan
sendirinya, maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah
dalam ini.
c. Mata Air
Mata air merupakan air tanah yang keluar dengan sendirinya ke
permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak
terpengaruh oleh musim dan kualitas/ kuantitasnya sama dengan keadaan air
dalam. Berdasarkan keluarnya (munculnya ke permukaan tanah) mata air
dapat dibedakan atas :
a. Mata Air Rembesan, yaitu mata air yang airnya keluar dari lereng-
lereng,
b. Umbul, yaitu mata air dimana airnya keluar ke permukaan pada suatu
dataran.
2.2 Pengertian Air Bersih dan Air Minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 pengertian air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung di minum. Sedangkan pengertian air bersih menurut Permenkes RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990 adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan
dan dapat diminum apabila telah dimasak.Parameter apakah air masuk dalam air
minum dapat dilihat di Permenkes Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010.
2.3 Penyediaan Air Bersih
Penyediaan Air Minum di Indonesia selama ini umumnya diselenggarakan oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Kinerja PDAM hingga tahun 2015 telah
melayani sekitar 44% penduduk Kota Pekalongan.
2.3.1 Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih
2.3.1.1 Persyaratan Kualitas
Persyaratan kualitas adalah menggambarkan mutu dari air minum yang terdiri
dari parameter wajib dan parameter tambahan. Persyaratan kualitas nair bersih adalah
sebagai berikut :
1. Persyaratan Fisik
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu
juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan
apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25oC ± 3oC.
2. Persyaratan kimiawi
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yan
melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total solid, zat
organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga
(Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.
3. Persyaratan bakteriologis
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang
mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya
bakteri E. coli atau fecal coli dalam air.
4. Persyaratan radioaktifitas
Persyaratan radioaktifitas mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat
yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta
dan gamma.
2.3.1.2 Persyaratan Kuantitas (Debit)
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari
banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang
akan dilayani.
Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang
dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan air
bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat
ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya. Besranya konsumsi air berdasarkan
kategori kota dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Konsumsi Air Berdsarkan Kategori Kota
Kategori Kota Jumlah Penduduk (orang) Konsumsi Air (lt/org/hari)

Sumber : Kimpraswil, 2003


2.3.1.3 Persyaratan Kontinuitas
Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan
fluktuasidebit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan.
Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau
setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut
hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk
menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara
pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air.
Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-
jam aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00. Kontinuitas aliran sangat
penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar
konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang
tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada waktu yang tidak ditentukan. Karena itu,
diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat.
2.3.1.4 Persyaratan Tekanan Air
Konsumen memerlukan sambungan air dengan tekanan yang cukup, dalam arti
dapat dilayani dengan jumlah air yang diinginkan setiap saat. Untuk menjaga tekanan
akhir pipa di seluruh daerah layanan, pada titik awal distribusi diperlukan tekanan yang
lebih tinggi untuk mengatasi kehilangan tekanan karena gesekan, yang tergantung
kecepatan aliran, jenis pipa, diameter pipa, dan jarak jalur pipa tersebut.
Dalam pendistribusian air, untuk dapat menjangkau seluruh area pelayanan
dan untuk memaksimalkan tingkat pelayanan maka hal wajib untuk diperhatikan adalah
sisa tekanan air. Sisa tekanan air tersebut paling rendah adalah 5mka (meter kolom
air) atau 0,5 atm (satu atm = 10 m), dan paling tinggi adalah 22mka (setara dengan
gedung 6 lantai). Menurut standar dari DPU, air yang dialirkan ke konsumen melalui
pipa transmisi dan pipa distribusi, dirancang untuk dapat melayani konsumen hingga
yang terjauh, dengan tekanan air minimum sebesar 10mka atau 1atm. Angka tekanan
ini harus dijaga, idealnya merata pada setiap pipa distribusi. Jika tekanan terlalu tinggi
akan menyebabkan pecahnya pipa, serta merusak alat-alat plambing (kloset, urinoir,
faucet, lavatory, dll). Tekanan juga dijaga agar tidak terlalu rendah, karena jika tekanan
terlalu rendah maka akan menyebabkan terjadinya kontaminasi air selama aliran
dalam pipa distribusi.
2.4 Kebutuhan Air
Kebutuhan air dapat dibedakan menjadi 2 (Mangkoedihardjo, 1985), yaitu:
1. Kebutuhan Air Domestik
2. Kebutuhan Air Non- Domestik
2.4.1 Kebutuhan Air Domestik
Kebutuhan air domestik dapat diketahui dari data penduduk yang ada.
Kebiasaan dan pola hidup serta tingkat hidup yang didukung perkembangan sosial
ekonomi memberi kecenderungan meningkatkan kebutuhan air dasar. Demikian pula
dengan semakin baiknya sanitasi yang memerlukan lebih banyak air untuk
menggelontor limbah, terkadang perlu diambil kebijaksanaan untuk mengurangi
banyaknya sambungan langsung dan memperbanyak hidran umum.
Jenis pelayanan air memberikan pengaruh terhadap konsumsi air, yang dikenal
dua kategori fasilitas penyediaan air minum yaitu:
1) Fasilitas Perpipaan meliputi:
 Sambungan Rumah (SR)
Kran disediakan sampai dalam rumah atau bangunan
 Sambungan Kran Umum (KU)
2) Fasilitas Non-Perpipaan meliputi:
Sumur umum, mobil air, dan mata air.
Berikut ini merupakan tabel kebutuhan air domestik menurut P.U Cipta Marga
dan P3KT (PELITA V):
Tabel 2.2 Kebutuhan Air Domestik Berdasarkan P.U. CIPTA MARGA

Penyedian air
No Kategori Kota Jumlah Penduduk (orang) Kehilangan air

SR KU
1 Metropolitan >1.000.000 190 30 20%
2 Besar 500.000-1.000.000 170 30 20%
3 Sedang 100.000-500.000 150 30 20%
4 Kecil 20.000-100.000 130 30 20%
5 IKK <20.000 100 30 20%
Sumber: P.U. CIPTA KARYA UNTUK PELITA V
Tabel 2.3 Kebutuhan Air Domestik Berdasarkan P3KT
Penyedian air
No Kategori Kota Jumlah Penduduk (orang) SR KU Kehilangan air
1 Metropolitan >1.000.000 120 30 15-25%
2 Besar 500.000-1.000.000 100 30 15-25%
3 Sedang 100.000-500.000 90 30 15-25%
4 Kecil 20.000-100.000 60 30 15-25%
5 IKK 3.000-20.000 45 30 15-25%
6 Sub IKK <20.000 30 30 15-25%
Sumber : P3KT
 NB : Penyediaan air dalam L/dt.org.hr
2.4.2 Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan dasar air non domestik ditentukan oleh banyaknya konsumen non
domestik yang berupa fasilitas-fasilitas antara lain sebagai berikut :
 Perkantoran (pemerintah dan swasta)
 Pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi)
 Tempat-tempat ibadah (masjid, gereja, dll)
 Kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll)
 Komersial (Toko, Hotel, Bioskop, dll)
 Umum (Terminal, Pasar, dll)
 Industri
Seiring dengan perkembangan sosial ekonomi, penggunaan air berkembang
untuk keperluan non domestik seperti untuk proses produksi industri, penyediaan air
kolam renang, pemadam kebakaran, dan lain-lain. Untuk memprediksi perkembangan
kebutuhan air dasar non domestik perlu diketahui rencana pengembangan kota dan
aktivitasnya. Bila tidak diketahui, maka prediksi dapat didasarkan pada satuan ekivalen
penduduk dimana konsumen non domestik dapat dihitung mengikuti perkembangan
kebutuhan air dasar konsumen domestik. Untuk kebutuhan air non domestik dapat
dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Kebutuhan Air Non Domestik
Kategori Kebutuhan Air
Umum:
Masjid 20 – 40 l/org.hr
Gereja 5 – 15 l/org.hr
Terminal 15 – 20 l/org.hr
Sekolah 15 – 30 l/org.hr
Rumah Sakit 220 – 300 l/org.hr
Kantor 25 – 40 l/org.hr
Industri:
Peternakan 10 – 35 l/org.hr
Industri Umum 40 – 400 l/org.hr
Komersial:
Bioskop 10 – 15 l/org.hr
Hotel 80 – 120 l/org.hr
Pasar 65 – 90 l/org.hr
Pertokoan 5 l/org.hr
Sumber : Standar PPPKT
Banyaknya air yang dipakai untuk berbagai penggunaan dikenal sebagai
konsumsi atau pemakaian air. Konsumsi air tergantung dari fungsi pemakai air
(konsumen) dan jenis pelayanan air, termasuk didalamnya ketergantungan pada
variabel penggunaan air. Untuk mempredikasikan perkembangan kebutuhan air non
domestik, perlu diketahui rencana pengembangan kota dan aktivitasnya. Bila tidak
diketahui maka prediksi dapat didasarkan pada satuan ekivalen penduduk dimana
konsumen non domestik dapat diperhitungkan mengikuti perkembangan kebutuhan air
konsumen domestik.

2.5 Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih


2.5.1 Sistem Distribusi Air Bersih
Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen, yang
mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh
daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya,
hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan (bila diperlukan), dan
reservoir distribusi (Enri Damanhuri, 1989). Sistem distribusi air minum terdiri atas
perpipaan, katup-katup, dan pompa yang membawa air yang telah diolah dari instalasi
pengolahan menuju pemukiman, perkantoran dan industri yang mengkonsumsi air.
Juga termasuk dalam sistem ini adalah fasilitas penampung air yang telah diolah
(reservoir distribusi), yang digunakan saat kebutuhan air lebih besar dari suplai
instalasi, meter air untuk menentukan banyak air yang digunakan, dan keran
kebakaran. Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah
tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi (kontinuitas
pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi
pengolahan. Tugas pokok sistem distribusi air bersih adalah menghantarkan air bersih
kepada para pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan faktor
kualitas, kuantitas dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal. Faktor yang
didambakan oleh para pelanggan adalah ketersedian air setiap waktu. Suplai air
melalui pipa induk mempunyai dua macam sistem yaitu:
 Continuous system
Dalam sistem ini air minum yang disuplai ke konsumen mengalir terus menerus
selama 24 jam. Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap saat dapat
memperoleh air bersih dari jaringan pipa distribusi di posisi pipa manapun. Sedang
kerugiannya pemakaian air akan cenderung akan lebih boros dan bila terjadi sedikit
kebocoran saja, maka jumlah air yang hilang akan sangat besar jumlahnya.
- Keuntungan:
a. Konsumen akan mendapatkan air minum setiap saat.
b. Air minum yang diambil dari titik pengambilan di dalam jaringan
pipa distribusi selalu didapatkan dalam keadaan segar.
- Kerugian :
a. Pemakaian air akan cenderung lebih boros.
b. Bila ada sedikit kebocoran saja, jumlah air yang terbuang besar.
 Intermitten system
Dalam sistem ini air bersih disuplai 2-4 jam pada pagi hari dan 2-4 jam pada
sore hari. Kerugiannya adalah pelanggan air tidak bisa setiap saat mendapatkan air
dan perlu menyediakan tempat penyimpanan air dan bila terjadi kebocoran maka air
untuk fire fighter (pemadam kebakaran) akan sulit didapat. Dimensi pipa yang
digunakan akan lebih besar karena kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai dalam
beberapa jam saja. Sedang keuntungannya adalah pemborosan air dapat dihindari dan
juga sistem ini cocok untuk daerah dengan sumber air yang terbatas.
- Keuntungan dari sistem ini adalah:
a. Pemakaian air cenderung lebih hemat.
b. Bila ada kebocoran, maka air yang terbuang relatif lebih kecil.
- Kerugian dari penggunaan sistem ini adalah:
a. Bila terjadi kebakaran pada saat tidak beroperasi maka air untuk
pemadam kebakaran tidak tersedia.
b. Setiap rumah perlu menyediakan tempat penyimpanan air yang
cukup agar kebutuhan air dalam sehari dapat disimpan.
c. Dimensi pipa yang dipakai akan lebih besar.
Dari kedua sistem distribusi air tersebut di atas dapat dilihat bahwa sistem
berkelanjutan (Continous System) merupakan sistem distribusi yang baik dan ideal.
(Kamala, bab VII hal 97)
2.5.2 Sistem Pengaliran Air Bersih
Untuk mendistribusikan air minum kepada konsumen dengan kuantitas, kualitas dan
tekanan yang cukup memerlukan sistem perpipaan yang baik, reservoir, pompa dan
dan peralatan yang lain. Metode dari pendistribusian air tergantung pada kondisi
topografi dari sumber air dan posisi para konsumen berada. Menurut Howard S Peavy
et.al (1985, Bab 6 hal. 324-326) sistem pengaliran yang dipakai adalah sebagai
berikut:
 Cara Gravitasi
Cara pengaliran gravitasi digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai
perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan
yang diperlukan dapat dipertahankan. Cara ini dianggap cukup ekonomis,
karena hanya memanfaatkan beda ketinggian lokasi.
 Cara Pemompaan
Pada cara ini pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan
untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke konsumen. Sistem ini
digunakan jika elevasi antara sumber air atau instalasi pengolahan dan daerah
pelayanan tidak dapat memberikan tekanan yang cukup.
 Cara Gabungan
Pada cara gabungan, reservoir digunakan untuk mempertahankan tekanan
yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat,
misalnya saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya energi. Selama periode
pemakaian rendah, sisa air dipompakan dan disimpan dalam reservoir
distribusi. Karena reservoir distribusi digunakan sebagai cadangan air selama
periode pemakaian tinggi atau pemakaian puncak, maka pompa dapat
dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata.
2.5.3 Sistem Hidrolika Dalam Distribusi
Setelah diolah, air bersih dimasukkan ke dalam reservoar. Dari reservoar
tersebut dengan perantaraan pipa hantar, air minum dialirkan ke kota atau ke
kompleks perumahan (daerah distribusi). Ada beberapa macam pendistribusian air,
diantaranya adalah sebagai berikut:
Untuk mendistribusikan air minum dapat dipilih salah satu sistem di antara tiga
sistem pengaliran berikut ini:
1. Sistem Pengaliran Gravitasi
Sistem ini digunakan bila elevasi sumber air baku atau pengolahan berada jauh
di atas elevasi daerah pelayanan dan sistem ini dapat memberikan energi
potensial yang cukup tinggi hingga pada daerah layanan terjauh. Sistem ini
merupakan sistem yang paling menguntungkan karena operasional dan
pemeliharaannya mudah.
2. Sistem Pemompaan
Sistem ini digunakan bila beda elevasi antara sumber air atau instalasi dengan
daerah pelayanan tidak dapat memberikan tekanan air yang cukup sehingga air
yang akan didistribusikan di pompa langsung ke jaringan pipa distribusi.
3. Sistem Kombinasi
Sistem ini merupakan sistem pengaliran dimana air minum dari sumber air atau
instalasi pengolahan dialirkan ke jaringan pipa distribusi dengan menggunakan
pompa dan reservoir distribusi, baik dioperasikan secara bergantian atau
bersama-sama, disesuaikan dengan keadaan topografi dari daerah pelayanan.
2.5.4 Sistem Jaringan Induk Distribusi
Sistem jaringan induk distribusi yang dipakai dalam pendistribusian air bersih
terdiri dari dua macam sistem, yaitu sistem cabang (Branch)dan sistem melingkar
(Loop).
2.5.4.1 Sistem Cabang (Branch)
Pada sistem ini air hanya mengalir dari satu arah dan pada setiap ujung
pipa akhir daerah pelayanan terdapat titik akhir (dead end), serta pipa distribusi
tidak saling berhubungan. Air disuplai ke area konsumen melalui satu jalur pipa
utama. Sistem ini biasanya digunakan pada daerah dengan sifat-sifat sebagai
berikut:
a. Perkembangan kota ke arah memanjang.
b. Sarangan jaringan tidak saling berhubungan.
c. Keadaan topografi daerah dengan kemiringan medan yang menuju
satu arah.
Keuntungan Sistem Cabang:
a. Jaringan distribusi relatif lebih sederhana.
b. Pemasangan pipa lebih murah.
c. Penggunaan pipa lebih sedikit karena pipa distribusi hanya dipasang
pada daerah yang paling padat penduduknya.
Kerugian Sistem Cabang:
a. Kemungkinan terjadinya penimbunan kotoran dan pengendapan
diujung pipa tidak dapat dihindari, sehingga harus dilakukan
pembersihan yang intensif untuk mencegah timbulnya bau dan
terhambatnya aliran.
b. Suplai air terganggu jika ada kebakaran atau kerusakan pada salah
satu bagian pipa.
c. Kemungkinan tekanan air yang diperlukan tidak cukup bila ada
sambungan baru.
d. Keseimbangan sistem pengaliran kurang terjamin terutama
terjadinya tekanan kritis pada bagian pipa yang terjauh.
2.5.4.2 Sistem Melingkar (Loop)
Pada sistem ini jaringan pipa induk distribusi saling berhubungan satu
dengan yang lain membentuk lingkaran-lingkaran, sehingga pada pipa induk
tidak ada titik mati (dead end) dan air akan mengalir kesuatu titik dengan
melalui beberapa arah atau jalan. Sistem ini diterapkan pada:
a. Daerah dengan jaringan jalan saling berhubungan.
b. Daerah dengan perkembangan kota cenderung ke segala arah.
c. Keadaan topografi yang relatif datar.
Keuntungan Sistem Melingkar:
a. Kemungkinan terjadinya penimbunan kotoran dan pengendapan
kotoran serta pengendapan lumpur dapat dihindari (air dapat
disirkulasi dengan bebas).
b. Bila terjadi kerusakan dan perbaikan di salah satu jaringan pipa atau
pengambilan air untuk pemadam kebakaran pada daerah tertentu,
maka suplai air pada sistem bagian lainnya tidak terganggu.
Kerugian Sistem Melingkar:
a. Sistem perpipaan rumit.
b. Perlengkapan pipa yang digunakan sangat banyak.
2.6 Analisis Jaringan Pipa Distribusi Air Bersih
Analisis jaringan pipa perlu dilakukan dalam pengembangan suatu jaringan
distribusi maupun perencanaan suatu jaringan pipa baru. Sistem jaringan perpipaan
didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu. Ukuran pipa harus tidak
melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi.
Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa
yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas
aliran terpenuhi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis sistem jaringan pipa
distribusi air bersih :
1. Peta distribusi beban, berupa peta tata guna lahan, kepadatan dan batas
wilayah. Juga pertimbangan dari kebutuhan/beban (area pelayanan).
2. Daerah pelayanan sektoral dan besar beban. Juga titik sentral pelayanan
(junction points).
3. Kerangka induk, baik pipa induk primer maupun pipa induk sekunder.
4. Untuk sistem induk, ditentukan distribusi alirannya berdasarkan debit puncak.
5. Pendimensian (dimensioneering). Dengan besar debit diketahui, dan kecepatan
aliran yang diijinkan, dapat ditentukan diameter pipa yang diperlukan.
6. Kontrol tekanan dalam aliran distribusi, menggunakan prinsip kesetimbangan
energi. Kontrol atau analisa tekanan ini dapat dilakukan dengan beberapa
metode, disesuaikan dengan rangka distribusi.
7. Detail sistem pelayanan (sistem mikro dari distribusi) dan perlengkapan
distribusi (gambar alat bantu).
8. Gambar seluruh sistem, berupa peta tata guna lahan, peta pembagian
distribusi, peta kerangka, peta sistem induk lengkap, gambar detail sistem
mikro.
Pada saat ini, tingkat kerumitan real system telah melebihi kemampuan
engineer untuk memodelkan setiap valve, bend, fitting dan setiap kemungkinan
operasional yang akan terjadi dalam suatu jaringan distribusi air bersih. Pertanyaan
dalam menganalisis suatu jaringan distribusi air bersih adalah bagaimana
menggabungkan teknik numerik dan mewujudkannya dalam model komputer dengan
deskripsi yang sederhana sehingga model tersebut dapat digunakan dengan tingkat
keyakinan yang tinggi. Mengembangkan model sistem distribusi air sangat berbeda
dengan menuliskan program untuk menyelesaikan permasalahan debit pada jaringan
pipa.
Pada jaringan pipa, selalu diasumsikan bahwa karakteristik pipa telah diketahui
demikian pula dengan kebutuhan air. Pada pengembangan model sistem distribusi,
metode untuk menentukan pemakaian air dan karakteristik pipa didiskusikan seiring
dengan bagaimana mengatur seluruh data yang terlibat dalam menganalisis sistem
distribusi air. Pertanyaan kemudian yang timbul adalah bagaimana memadatkan
sistem yang sedemikian luas ke dalam suatu program komputer yang dapat diterima
keakurasiannya.
2.6.1 Aplikasi Epanet 2.0 dalam Analisa Jaringan Distribusi Air Bersih
2.6.1.1 Umum
Pada awalnya, software jaringan distribusi hanya digunakan untuk melakukan
desain awal sistem distribusi. Dengan software yang un-user friendly membuat
operator enggan untuk menggunakan software-software distribusi tersebut dalam
menganalisis kondisi jaringannya. Namun seiring dengan perkembangan teknologi,
software distribusi telah berkembang sehingga menjadi lebih mudah digunakan.
Dengan software distribusi, operator dapat mensimulasikan berbagai kemungkinan
pengoperasian jaringan tanpa harus turun kelapangan dan bahkan tanpa harus
mengganggu kesinambungan pelayanan terhadap pelanggan. Jika pada awalnya
operator harus turun ke lapangan dan mengumpulkan data sebanyak mungkin untuk
mengetahui gambaran jaringannya maka kini operator hanya perlu turun ke lapangan
untuk mengumpulkan data seminimal mungkin dalam memahami jaringan
distribusinya.
Epanet adalah salah satu software distribusi yang user friendly dan banyak
digunakan untuk menganalisa jaringan sistem distribusi. Epanet 2.0 adalah program
komputer yang berbasis windows yang merupakan program simulasi dari
perkembangan waktu dari profil hidrolis dan perlakuan kualitas air bersih dalam suatu
jaringan pipa distribusi, yang didalamnya terdiri dari titik/node/junction pipa, pompa,
valve (aksesoris) dan reservoir baik ground reservoar maupun reservoir menara.
Output yang dihasilkan dari program Epanet 2.0 ini antara lain debit yang mengalir
dalam pipa, tekanan air dari masing masing titik/node/junction yang dapat dipakai
sebagai analisa dalam menentukan operasi instalasi, pompa dan reservoir serta
besarnya konsentrasi unsur kimia yang terkandung dalam air bersih yang
didistribusikan dan dapat digunakan sebagai simulasi penentuan lokasi sumber
sebagai arah pengembangan.
Epanet 2.0 didesain sebagai alat untuk mengetahui perkembangan dan
pergerakan air serta degradasi unsur kimia yang terkandung dalam air di pipa distribusi
air bersih, yang dapat digunakan untuk analisa berbagai macam sistem distribusi,
detail desain, model kalibrasi hidrolis. Analisa sisa khlor dan beberapa unsur lainnya.
2.6.1.2 Kegunaan EPANET 2.0 dalam Analisa Jaringan Distribusi Air Bersih
Kegunaan program epanet 2.0 :
 Didesain sebagai alat untuk mengetahui perkembangan dan pergerakan air
serta degradasi unsur kimia yang ada dalam air pipa distribusi.
 Dapat digunakan sebagai dasar analisa dan berbagai macam sistem distribusi,
detail desain, model kalibrasi hidrolik, analisa sisa khlor dan berbagai unsur
lainnya.
 Dapat membantu menentukan alternatif strategis managemen dan sistem
jaringan pipa distribusi air bersih seperti:
 Sebagai penentuan alternatif sumber / instalasi, apabila terdapat banyak
sumber / instalasi.
 Sebagai simulasi dalam menentukan alternatif pengoperasian pompa dalam
melakukan pengisian reservoir maupun injeksi ke sistem distribusi.
 Digunakan sebagai pusat treatment seperti dimana dilakukan proses khlorinasi,
baik diinstalasi maupun dalam sistem jaringan.
 Dapat digunakan sebagai penentuan prioritas terhadap pipa yang akan
dibersihkan/ diganti.
Epanet merupakan analisis hidrolis yang terdiri dari:
 Analisis ini tidak dibatasi oleh letak lokasi jaringan
 Kehilangan tekanan akibat gesekan (friction) dihitung dengan menggunakan
persamaan Hazen-Williams, Darcy-Weisbach atau Chezy-Manning formula.
 Disamping mayor losses, minor losses (kehilangan Tekanan di bend, elbow,
fitting) dapat dihitung.
 Model konstanta atau variabel kecepatan pompa
 Perhitungan energi dan biaya pompa
 Berbagai tipe model valve yang dilengkapi dengan shut off, check. Pressure
regulating dan valve yang dilengkapi dengan kontrol kecepatan.
 Reservoir dalam berbagai bentuk dan ukuran
 Faktor fluktuasi pemakaian air.
 Sebagai dasar operating system untuk mengontrol level air di reservoir dan
waktu.
Epanet juga memberikan analisa kualitas air.
 Model pergerakan unsur material non reaktif yang melalui jaringan tiap saat.
 Model perubahan material reaktif dalam proses desinfektan dan sisa khlor.
 Model unsur air yang mengalir dalam jaringan.
 Model reaksi kimia sebagai akibat pergerakan air dan dinding pipa.

2.6.1.3 Input data dalam Epanet 2.0


Data data yang dibutuhkan dalam Epanet 2.0 sangat penting sekali dalam proses
analisa, evaluasi dan simulasi jaringan air bersih berbasis epanet. Input data yang
dibutuhkan adalah:
1. Peta jaringan dan Node/junction/titik dari komponen distribusi.
2. Elevasi, Panjang pipa distribusi, dan Diameter dalam pipa
3. Jenis pipa yang digunakan dan Umur pipa
4. Jenis sumber (mata air, sumur bor, IPAM, dan lain lain)
5. Spesifikasi pompa (bila menggunakan pompa)
6. Bentuk dan ukuran reservoir
7. Beban masing-masing node (besarnya tapping)
8. Faktor fluktuasi pemakaian air dan Konsentrasi khlor di sumber
Output yang dihasilkan diantaranya adalah :
1. Hidrolik head masing - masing titik
2. Tekanan dan kualitas air (Epanet 2.0 Users Manual )

2.7 Perusahaan Pengelolaan Air Minum


2.7.1 PDAM sebagai Perusahaan Pengelolaan Air Minum
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Pekalongan yang selanjutnya disingkat
PDAM adalah Badan Usaha Milik Daerah yang bergerak dibidang pelayanan air
minum. Dipimpin oleh Direksi PDAM, diawasi oleh Dewan Pengawas PDAM dan
dijalankan oleh Pegawai PDAM. Jasa produksi berupa laba bersih setelah dikurangi
dengan penyusutan dan pengurangan yang wajar dalam perusahaan. Untuk
menjalankan roda perusahaan, PDAM didukung dengan organ dan kepegawaian yang
terdiri dari:
- Walikota selaku pemilik modal;
- Dewan Pengawas;
- Direksi.
Pelanggan PDAM adalah perorangan atau Badan yang memanfaatkan air
minum PDAM dan terdaftar sebagai pelanggan. Untuk penentuan standar kebutuhan
air minum, telah ditetapkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2006
tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Air Minum Pada PDAM yaitu
sebesar 10 meter kubik/kepala keluarga/bulan atau 60 liter/orang/hari atau sebesar
satuan volume lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintah dibidang sumber daya air.
Dalam peraturan tersebut juga menjelaskan tentang penarikan tarif yang
dilakukan oleh masing-masing PDAM. Tarif air minum PDAM yang selanjutnya disebut
tariff adalah kebijakan harga jual air minum dalam setiap meter kubik (m3) atau satuan
volume lainnya sesuai kebijakan yang ditentukan Kepala Daerah dan PDAM yang
bersangkutan.
2.7.2 Kelompok Pelanggan PDAM
Kelompok pelanggan PDAM dibagi menajdi 5 kelompok (berdasarkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 02 Tahun 1998), sebagai berikut:
A. Kelompok I antara lain terdiri dari :
1. Hidran Umum;
2. Kamar mandi/WC umum;
3. Terminal air;
4. Tempat ibadah.
B. Kelompok II antara lain terdiri dari :
1. Rumah Sangat Sederhana (RSS);
2. Panti Asuhan;
3. Yayasan Sosial;
4. Sekolah Negeri;
5. Rumah sakit pemerintah;
6. Instansi Pemerintah dan ABRI Tingkat Kecamatan dan Kelurahan.
C. Kelompok III antara lain terdiri dari :
1. Rumah selain Rumah Sangat Sederhana (RSS) dan Rumah Mewah;
2. Niaga Kecil;
3. Industri Rumah Tangga;
4. Instansi Pemerintah dan ABRI Tingkat Kabupaten/Kotamadya
D. Kelompok IV antara lain terdiri dari :
1. Rumah Mewah;
2. Industri dan Niaga Besar;
3. Instansi Pemerintah dan ABRI di Tingkat Pusat dan Tingkat I;
4. Kedutaan dan Konsulat Asing.
E. Kelompok Khusus adalah semua pelanggan yang tidak termasuk pada
kelompok I, II, III dan IV.
2.7.3 Indikator Penilaian Kinerja PDAM
BPPSPAM (Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum)
melakukan evaluasi kinerja penyelenggara SPAM PDAM menggunakan 4 (empat)
indikator yang diterapkan sejak tahun 2010. Disusun oleh tim BPPSPAM bekerja sama
dengan pihak BPKP dan Perpamsi, kriteria-kiteria yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Aspek Keuangan, bobot 25%, meliputi:
a. Return On Equity, dimana ratio tersebut mengukur kemampuan pengembalian
terhadap jumlah equity.
b. Operating Ratio, dengan tujuan untuk mengukur besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk memperoleh pendapatan.
c. Cash Ratio, untuk mengukur kemampuan kas untuk menutupi hutang yang
jatuh tempo.
d. Efektivitas penagihan, untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam hal
penarikan piutang perusahaan.
e. Solvabilitas, untuk mengukur kemampuan perusahaan terhadap semua
kewajibannya melalui aset yang dimilikinya.
2. Aspek Pelayanan, bobot 25%, meliputi:
a. Cakupan Pelayanan Teknis, mengukur berapa besar penduduk dalam wilayah
pelayanan yang telah dilayani.
b. Pertumbuhan Pelanggan, mengukur besaran pertambahan pelanggan dalam
jangka waktu setahun.
c. Tingkat Penyelesaian Aduan, mengukur tindak lanjut atau penyelesaian
pengaduan pelanggan.
d. Kualitas Air Pelanggan, mengukur/menilai kualitas air yang telah memenuhi
syarat.
e. Konsumsi air, untuk mengukur efektivitas pengelolaan sistem distribusi dan
pelayanan terhadap pelanggan Rumah Tangga.
3. Aspek Operasional, bobot 35%, meliputi:
a. Efisiensi produksi, untuk mengukur efisiensi sistem produksi.
b. Tingkat kehilangan air, untuk mengukur efisiensi sistem distribusi terhadap
penjualan air.
c. Jam operasi pelayanan, untuk mengukur efisiensi sistem secara keseluruhan
dan kaitannya dengan pelayanan.
d. Tekanan air pada sambungan pelanggan, mengukur jumlah pelanggan yang
dilayanani dengan tekanan yang sesuai dengan standar minimal.
e. Penggantian/kalibrasi meter air pelanggan, mengukur tingkat ketelitian meter
air pelanggan.
4. Aspek Sumber Daya Manusia, bobot 15%, meliputi:
a. Rasio Pegawai terhadap 1000 pelanggan, untuk mengukur efisiensi
penggunaan tenaga kerja dalam melayani setiap 1000 pelanggan.
b. Rasio Pendidikan dan Pelatihan Pegawai, mengukur kepedulian perusahaan
untuk meningkatkan kompetensi pegawai.
c. Rasio Biaya Pendidikan dan Pelatihan, mengukur kepedulian perusahaan untuk
mendanai dalam hal peningkatan kemampuan pegawai.
Nilai maksimum dari masing – masing aspek tersebut adalah 5, sehingga nilai tertinggi
menjadi:
Tabel 2.5. Penilaian PDAM oleh BPPSPAM

Aspek Bobot Nilai Maksimum Skoring


Keuangan 0.25 5 1.25
Pelayanan 0.25 5 1.25
Operasional 0.35 5 1.75

Evaluasi Kinerja PDAM yang dilakukan berdasarkan kriteria baru tersebut,


dikelompokkan kedalam 3 kategori yakni; Sehat, Kurang Sehat, dan Sakit, dengan
batasan nilai :
1) Kategori Sehat, memperoleh nilai lebih besar dari 2,8.
PDAM dengan kategori sehat adalah PDAM yang mampu berkembang dan dapat
memperbaiki kas dan kewajiban pinjaman, dan melakukan mengoperasikan instalasi
secara efisien dalam pelayanannya kepada pelanggan
2) Kategori Kurang Sehat, memperoleh nilai 2,2 – 2,8.
PDAM dengan kategori kurang sehat adalah PDAM yang menanggung resiko atas
keadaan kas dan pembayaran pinjaman dalam mengembangkan pelayanannya.
3) Kategori Sakit, memperoleh nilai kurang dari 2,2.
PDAM dengan kategori sakit adalah PDAM yang tidak mampu menanggung resiko kas
dan pinjaman dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
Berikut ini adalah daftar data kinerja PDAM seluruh Indonesia berdasarkan data yang
masuk ke BPPSPAM:
Tabel 2.6. Daftar Kinerja PDAM Seluruh Indonesia Hingga Tahun 2013

Gambar Grafik Jumlah PDAM Berdasarkan Kinerja dan Tarif FCR

Gambar Grafik Jumlah PDAM Berdasarkan Tingkat NRW


Gambar Grafik Jumlah PDAM Berdasarkan Tingkat NRW

2.8 Pengendalian Kehilangan Air

Air Tak Berekening (ATR) merupakan salah satu penyebab utama buruknya
kinerja Perusahaan Air Minum. Bila dihitung sebagai persentase selisih air yang terjual
terhadap air yang diproduksi. Tingkat kehilangan air PDAM di Indonesia sangat
bervariasi. Beberapa PDAM memiliki tingkat kehilangan air hanya sekitar 20 persen
bahkan kurang, tetapi banyak juga yang mencapai 60 persen atau lebih. Menurut data
resmi Departemen Pekerjaan Umum, rata – rata kehilangan air PDAM di Indonesia
mencapai sekitar 37 persen, Dengan tingkat kehilangan air 37 persen, peluang
pendapatan yang hilang mencapai Rp 1,139 triliun per tahun. Secara lebih rinci, tingkat
kehilangan air di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Tingkat Kehilangan Air di Indonesia

Bila diasumsikan harga air rata - rata Rp 1.500 per meter kubik, maka kerugian
yang timbul akibat air yang hilang mencapai Rp 1,139 triliun per tahun. Total kerugian
tertinggi yang mencapai Rp 714 Miliar ditanggung oleh 10 persen PDAM, dengan
volume air yang hilang mencapai 476 juta meter kubik per tahun.

Umumnya PDAM yang kehilangan airnya tinggi, tidak akan mampu memenuhi
permintaan kebutuhan air yang tidak pernah menurun, selalu meningkat. Akibatnya
PDAM kekurangan biaya. Karena kekurangan biaya, maka PDAM tidak mempu
mengaklokasikan dana untuk program penurunan kehilangan air, sehingga dengan
sendirinya kehilangan air tidak pernah turun, bahkan akan semakin meningkat.
Demikian siklus ini selalu berulang, sehingga semakin lama kehilangan air semakin
bertambah buruk. Siklus kehilangan air dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 3.4 Siklus Lingkaran Kehilangan Air

Siklus itu akan berbalik, apabila PDAM bersedia mengalokasikan dana untuk program
penurunan kehilangan air. Akibatnya, kehilangan air akan menurun, sehingga PDAM
mampu memenuhi permIntaan kebutuhan air yang selalu meningkat. Pendapatan
PDAM akan meningkat akibat PDAM bisa menjual air lebih banyak, sehingga mampu
membiayai program kehilangan air. Siklus ini menyebabkan kehilangan air akan
menurun, dan pendapatan semakin lama semakin meningkat terus. Keadaan ini yang
harus diciptakan oleh setiap pengelola penyedia air, syaratnya memahami tentang
kehilangan air dan dampaknya bagi operasi pengelolaan penyedia air minum.

2.8.1 Indikator Kehilangan Air

Kehilangan air biasa dinyatakan dalam % (persen), yaitu selisih antara volume
air yang didistribusikan dan air yang terjual dalam satu satuan waktu dibagi dengan
volume air yang didistribusikan dalam satu satuan waktu.

Indikator kinerja kehilangan air dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan


pengguna. Indikator yang dinyatakan dalam (%), lebih berguna untuk pihak-pihak
yang tidak berkecimpung dalam penyediaan air minum, misal untuk kalangan legistlatif
atau institusi lainnya.

Institusi pengguna indikator kehilangan air bisa;

• Perusahaan penyedia air minum


• Institusi pembuat kebijakan public

• Badan regulator Lembaga keuangan

• Organisasi internasional

Perusahaan penyedia air minum menggunakan indikator kehilangan air:

• Untuk memahami sebab-sebab kehilangan air

• Menetapkan target penurunan kehilangan air

• Menetapkan strategi penurunan kehilangan air

• Memperbaiki efisiensi manajemen

• Sosialisasi kepada pelanggan dan stake-holders

• Kerjasama dengan pihak ketiga (mitra swasta)

Sedangkan institusi pembuat kebijakan publik dan regulator seperti BPPSPAM


dan Ditjen Cipta Karya merlukan indikator kehilangan air untuk;

• Bench-marking (membandingkan) kinerja tingkat kehilangan air

• Mengembangkan norma, standar, pedoman dan manual

• Menyusun kebijakan, strategi, dan peraturan-peraturan untuk melindungi


kepentingan publik

• Pemantauan dan evaluasi implementasi kebijakan, strategi dan peraturan

• Menjaga keseimbangan kepentingan, PDAM, mitra swasta dan pelanggan

Lembaga keuangan dan lembaga internasional membutuhkan indikator kinerja untuk;

• Menilai kinerja pdam

• Menyusun prioritas investasi

• Menyusun target investasi

• Promosi teknik terbaik (best practice) dalam penurunan kehilangan air


Tabel 2.8 Indikator Kinerja Kehilangan Air

Sumber : IWA's Manual of Best Practice, Liemberger & Farley

2.8.2 Syarat Penurunan Air Tak Berekening

Sering kali manajemen PDAM tidak bisa menyusun strategi dan rencana dari mana
memulai kegiatan penurunan air tak berekening, karena tidak memahami kaitan
kehilangan air dan aspek lainnya.

1. Komitmen

Syarat awal untuk memulai kegiatan penurunan kehilangan air adalah komitmen penuh
dari manajemen PDAM, sebab penurunan kehilangan air adalah kegiatan dalam
jangka panjang. Wujud dari komitmen adalah penyediaan waktu yang khusus dan
alokasi dana yang memadai, dan penyediaan sumber daya manusia yang dikhususkan
untuk tujuan penurunan kehilangan air.

2. Neraca Air
Syarat berikutnya adalah penyusunan neraca air. Tanpa neraca air tidak mungkin bisa
ditetapkan target penurunan kehilangan air, karena kita tidak tahu dimana saja air
yang hilang. Neraca air merupakan dasar untuk diagnosis seberapa baik pengelolaan
suatu PDAM, khususnya dalam penanganan kehilangan air.

3. Tim Penurunan Kehilangan Air

Salah satu wujud komitmen adalah terbentuknya tim penurunan kehilangan air. Ketua
tim sebaiknya pejabat senior di PDAM, yang mempunyai kewenangan yang cukup
serta memahami metode dan strategi penurunan kehilangan air.

Pada prinsipnya, tim penurunan kehilangan air mempunyai dua tugas berbeda,
penurunan kehilangan fisik dan penurunan kehilangan komersial (non-fisik). Untuk
memberikan motivasi kerja yang tinggi, perlu dipertimbangkan insentif bagi staf
penurunan kehilangan air, walaupun ini bukan satu-satunya cara untuk
memberikan motivasi kerja.

2.9 Distrik Meter Air (DMA)

Kriteria penentuan DMA antara lain (NRW Handbook, 2008):

• Bentuk DMA (misalnya jumlah sambungan – umumnya antara 1.000 dan 2.500
sambungan)

• Jumlah katup yang harus ditutup untuk mengisolasi DMA

• Jumlah meter air untuk mengukur air masuk dan air keluar (semakin sedikit
meter yang diperlukan, semakin ecil biaya pembentukannya)

• Variasi permukaan tanah dan dengan demikian tekanan-tekanan di dalam DMA


(semakin datar kawasannya, semakin stabil tekanan yang ada dan semakin mudah
untuk membentuk kendali tekanan)

• Ciri-ciri topografis yang mudah terlihat yang bisa menjadi batas-batas untuk
DMA, seperti sungai, saluran pembuangan air, jalan kereta api, jalan raya, dsb.

Untuk membagi satu sistem yang besar menjadi serangkaian DMA, penting untuk
menutup katup-katup untuk mengisolasi satu kawasan tertentu dan memasang meter
air. Proses ini dapat berdampak pada tekanan-tekanan sistem, baik di dalam DMA
tertentu tersebut serta di wilayah wilayah sekitarnya.

Pemodelan jaringan merupakan satu proses pembentukan simulasi komputer untuk


satu jaringan pipa dengan menggunakan satu perangkat lunak komputer khusus
Simulasi ini dapat digunakan untuk memverifikasi dengan aliran dan tekanan diexisting
DMA. Penyesuaian model dilakukan untuk memastikan bahwa data simulasi
berkorelasi dengan data sesungguhnya sehingga terbentuk satu model jaringan
hidraulik yang terkalibrasi. Dengan menggunakan satu model jaringan hidraulik yang
terkalibrasi dalam sistem pasokan untuk mensimulasikan kemungkinan desain-desain
DMA akan memungkinkan analisis tekanan tekanan sistem dan aliran tanpa
berdampak pada layanan untuk pelanggan.

Gambar 3.5 Konsep District Meter Air (DMA)


BAB 3
GAMBARAN UMUM PDAM KOTA PEKALONGAN

3.1 Keadaan Geografis


Kota Pekalongan terletak di dataran pantai utara Pulau Jawa dengan ketinggian
kurang lebih 1 meter di atas permukaan air laut dengan posisi geografis antara: 6.50’
42 ‘’ – 6,55’ 44’’ Lintang Selatan, 109 37’55’’ – 109 42’ 19’’ Bujur Timur. Serta koordinat
fiktif 510.00 – 518.00 Km membujur dan 517,75 – 526,75 Km melintang.
Batas-batas wilayah administratif Kota Pekalongan adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kabupaten Batang
Sebelah Selatan : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang
Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan
Jarak terjauh dari utara ke selatan lebih kurang 9 Km dan dari barat ke timur lebih
kurang 7 Km. Luas daerah Kota Pekalongan 42,25 Km2.
Secara Administratif Kota Pekalongan dibagi menjadi Kecamatan dan 47
Kelurahan yang semuanya kelurahan swasembada. Kecamatan Pekalongan Barat
terdapat 13 Kelurahan, Kecamatan Pekalongan Timur 13 Kelurahan, Kecamatan
Pekalongan Selatan 11 Kelurahan, dan Kecamatan Pekalongan Utara 10 Kelurahan.

3.2 Bidang Usaha PDAM


PDAM Kota Pekalongan adalah Perusahaan Daerah yang bergerak dan
berusaha memberikan pelayanan air minum kepada masyarakat. Sebagai penyedia air
minum, PDAM berusaha senantiasa memacu kualitas pelayanannya sesuai dengan
tuntutan dan keinginan konsumen/pelanggan. PDAM Kota Pekalongan harus
memberikan pelayanan air bersih yang memadai baik secara kualitas, kuantitas,
maupun kontinuitas.

3.3 Cakupan Wilayah Pelayanan PDAM


Cakupan pelayanan PDAM Kota Pekalongan meliputi 4 Kecamatan dengan 47
Kelurahan yang sudah terlayani. Saat ini PDAM Kota Pekalongan telah mampu
melayani distribusi air bersih kepada penduduk Kota Pekalongan, termasuk di
dalamnya penduduk Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan yang berada di
pinggiran Kota Pekalongan sebanyak 25918 SR per Desember 2016

3.4 Sumber Air dan Kapasitas Produksi PDAM


Jumlah sistem yang digunakan PDAM Kota Pekalongan saat ini sebanyak 3
sistem yaitu pengolahan lengkap, mata air, dan pengolahan sederhana. Sedangkan
sumber yang dimanfaatkan adalah :
1. Air Permukaan/Sungai Kupang yang berada di Kabupaten Batang
2. Sumur dalam yang berada di Kota dan Kabupaten Pekalongan
3. Mata air yang berada di Kabupaten Pekalongan
Lokasi sumber air terletak di 3 wilayah yaitu wilayah Kota Pekalongan,
Kabupaten Pekalongan, dan Kabupaten Batang. Di wilayah Kota Pekalongan tersebar
dan terbagi ke dalam 27 lokasi sumber air, dan semuanya adalah jenis sumur bor (SB),
di wilayah Kabupaten Pekalongan terbagi menjadi 9 lokasi sumber air, yaitu 1 jenis
mata air dan 8 SB, di wilayah Kabupaten Batang terdapat 2 lokasi sumber air yaitu 1
jenis SB dan 1 IPA. Dengan berbagai sumber air tersebut PDAM Kota Pekalongan
dapat berproduksi sebanyak 415,5 l/detik. Untuk sampai masyarakat pelanggan PDAM
sebagian besar sistem pengalirannya menggunakan sistem perpompaan.

3.5 Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2015 adalah 296.533 jiwa
terdiri dari 148.295 laki-laki (50,01%) dan 148.238 perempuan (49,99%). Sedangkan
banyaknya rumah tangga adalah 74.133.
Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di wilayah Kecamatan Pekalongan
Barat yaitu sebesar 9240 orang/km2; lalu pada Kecamatan Pekalongan Timur sebesar
6789 orang/km2, Kecamatan Pekalongan Selatan sebesar 5520 orang/km2, dan
terakhir pada Kecamatan Pekalongan Utara sebesar 5341 orang/km2.
3.6 Golongan Pelanggan
Pelanggan PDAM Kota Pekalongan digolongkan menjadi 6 golongan, yaitu,
sosial, instansi, non niaga, niaga, industri, dan khusus. Golongan sosial dibedakan
menjadi sosial khusus (D1), dan sosial umum (D2). Golongan non niaga (rumah
tangga) dibedakan menjadi rumah tangga 1 (R1), rumah tangga 2 (R2), rumah tangga
3 (R3), dan Rumah Tangga 4 (R4). Golongan niaga dibedakan menjadi niaga 1 (N1),
niaga 2 (N2), niaga 3 (N3), niaga 4 (N4), dan niaga 5 (N5). Industri dibedakan menjadi
industri 1 (I1), industri 2 (I2), dan industri 3 (I3).
Menurut data dari PDAM Kota Pekalongan bahwa sampai dengan bulan
Desember 2016 jumlah pelanggan sebanyak 25.918 sambungan rumah (SR).
BAB 4
METODOLOGI KERJA PRAKTIK

1.1 Umum
Skema kerja yang digunakan dalam kerja praktik kali ini adalah :

STUDI EVALUASI SISTEM DAN RENCANA PENGEMBANGAN


JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM PDAM PEKALONGAN

Studi Literatur :

 Kondisi PDAM
 Informasi mengenai masalah yang ada di PDAM Pekalongan
 Persyaratan dalam penyediaan air bersih berdasarkan Permenkes
No. 492/MENKES/PER/IV/2010
 Kebutuhan air domestik dan non-domestik
 Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih
 Pompa dan Penggunaannya
 Jaringan Pipa Distribusi Air Bersih

Observasi dan Orientasi Lapangan:

 Sistem distribusi air minum yang digunakan


PDAM Pekalongan dan Permasalahannya
 Pemakaian Pompa
 Survey penduduk tentang pelayanan PDAM

Pengumpulan Data

 Data Primer :  Data Sekunder :


1. Interview (alasan perencanaan bentuk Buku-buku dan jurnal berupa data :
jalur pipa sistem distribusi) 1. Peta Jaringan Distribusi Kota Pekalongan
2. Studi Lapangan : 2. Jumlah pelanggan PDAM Pekalongan
 Keadaan pompa 3. Jumlah Penduduk Kota Pekalongan
 Fakta lapangan tentang kondisi distribusi 4. Permasalahan jaringan dan solusinya
air bersih 5. Cara mengatasi kebocoran pipa
 Survey kebocoran pipa
Analisis Data

Evaluasi Sistem Distribusi Air Evaluasi Pemakaian Pompa:


Bersih Kota Pekalongan:
 Efisiensi Pemakaian
 Sistem Pengaliran dan Pompa
Pemasangan Pipa  Kapasitas Pompa
 Analisa Kebocoran Pipa
1.2 Kerangka StudiPipa
Analisa Tekanan

Kesimpulan dan Saran

Penyusunan Laporan
BAB 5
PEMBAHASAN

5.1. Regulasi mengenai sistem penyediaan air minum


Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum. Sedangkan penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat,
bersih, dan produktif. Pada UU no. 7 tahun 2004 pasal 5, dikatakan bahwa negara
menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal
sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif. Maka dari
itu, perlu dilakukan pengelolaan dan pengolahan air agar dapat menjadi air minum,
yang tergolong dalam sistem penyediaan air minum. Dalam penyediaan air minum,
terdapat 2 sistem, yaitu SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) dan SPAM BJP (Sistem
Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan).
Sistem penyediaan air minum dengan jaringan perpipaan (SPAM) merupakan
satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum
yang unit distribusinya melalui perpipaan dan unit pelayanannya menggunakan
sambungan rumah/sambungan pekarangan, hidran umum, dan hidran kebakaran.
Sedangkan sistem penyediaan air minum bukan jaringan perpipaan (SPAM BJP)
merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana
air minum baik bersifat individual, komunal, maupun komunal khusus yang unit
distribusinya dengan atau tanpa perpipaan terbatas dan sederhana, dan tidak
termasuk dalam SPAM.
SPAM BJP sendiri terbagi menjadi 2 sistem, yaitu SPAM BJP terlindungi dan
tidak terlindungi. SPAM BJP terlindungi adalah SPAM BJP yang dibangun dengan
mengacu pada ketentuan teknis yang berlaku dan melalui ataupun tanpa proses
pengolahan serta memenuhi persyaratan kualitas air minum sesuai persyaratan
kualitas berdasarkan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang kesehatan, dan SPAM BJP tidak terlindungi adalah SPAM BJP yang
dibangun tanpa mengacu pada ketentuan teknis yang berlaku dan belum memenuhi
persyaratan kualitas air minum sesuai persyaratan kualitas berdasarkan peraturan
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Dalam setiap jangka tahun tertentu, sistem penyediaan air minum dalam
sebuah kota wajib dikembangkan. Dimana pengembangan SPAM ini adalah kegiatan
yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik)
dan non-fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum)
dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada
masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
Berdasarkan PERMEN PU 01/2014, kriteria air minum yang aman melalui
SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan
pokok minimal 60 liter/orang/hari adalah bahwa sebuah kabupaten/kota telah memiliki
SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi (sesuai
dengan standar teknis berlaku) dengan penyelenggara baik BUMN, BUMD, Badan
Usaha Swasta, Koperasi, maupun kelompok masyarakat, dengan kebutuhan pokok
minimal 60 liter/orang/hari dan diharapkan dapat meningkatkan cakupan
pelayanannya. Dengan definisi air minum terlindung/aman berdasarkan BPS adalah air
leding, keran umum, air hujan atau mata air dan sumur tertutup yang jaraknya lebih
dari 10 m dari pembuangan kotoran dan pembuangan sampah. Sumber air terlindung
tidak termasuk air dari penjual keliling, air yang dijual melalui tanki, air sumur dan mata
air tidak terlindung.
Disebutkan dalam paragraf di atas mengenai kebutuhan pokok minimal (yang
sebesar 60 liter/orang/hari), dimana definisi kebutuhan pokok minimal merupakan
kebutuhan untuk mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif, dengan
penggunaan air hanya untuk minum – masak, cuci pakaian, mandi (termasuk sanitasi),
bersih rumah, dan ibadah. Kebutuhan pokok minimal sendiri diharapkan mencukupi
lebih dari 60 liter/orang/hari, karena diperkirakan kebutuhan rata-rata masyarakat
berkisar antara 120-160 liter/orang/hari.
Disebutkan dalam PERMEN PU 01/2014, target pencapaian SPM (Sasaran
Pelayanan Minimum) air minum yang aman melalui SPAM dengan jaringan perpipaan
dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60
liter/orang/hari pada tahun 2019 adalah 81,77%. SPM air minum yang aman melalui
SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi adalah
persentase peningkatan jumlah masyarakat yang yang mendapatkan akses terhadap
air minum yang aman melalui SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan
perpipaan terlindungi pada akhir pencapaian SPM terhadap total masyarakat di seluruh
kabupaten/kota.
5.2. Sumber Air Minum di PDAM Kota Pekalongan
Berdasarkan UU no. 7 tahun 2004 mengenai sumber daya air, dikatakan bahwa
sumber daya air wajib dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan
lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang
berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dimana pengertian dari
pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau,
dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan
sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Dan pengelola sumber daya air
adalah institusi yang diberi wewenang untuk melaksanakan pengelolaan sumber daya
air, dengan mengikuti standar kualitas yang telah ada.
Dengan standar kualitas air yang ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No.
20 tahun 1990, yang terbagi menjadi 4 golongan :
1. Kualitas air golongan A sebagai baku mutu air untuk air minum tanpa pengolahan
terlebih dahulu.

2. Kualitas air golongan B sebagai baku mutu air untuk air baku.

3. Kualitas air golongan C sebagai baku mutu air untuk perikanan dan peternakan

4. Kualitas air golongan D sebagai baku mutu air untuk keperluan pertanian dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha di perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.

Kualitas air yang merupakan konsumsi kegiatan manusia merupakan kualitas


air golongan A dan B. Dari daftar kriteria kualitas air golongan B, ada beberapa
parameter yang harus diperhatikan, yaitu : parameter fisik, kimia, mikrobiologi, dan zat
radio aktif. Parameter fisik seperti kekeruhan, rasa, bau, dan warna pada umumnya
memengaruhi nilai estetika dari air. Parameter kimia dan mikrobiologi akan berbahaya
bagi manusia jika melebihi batas tertentu, sehingga perlu dikurangi/dihilangkan pada
proses pengolahan air minum.

Diketahui bahwa sumber air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM Kota
Pekalongan adalah air permukaan/sungai Kupang yang berada di Kabupaten Batang;
beberapa sumur dalam yang berada di Kota dan Kabupaten Pekalongan; dan mata air
yang berada di Kabupaten Pekalongan. Pengertian dari sumber air berdasar UU No. 7
Tahun 2004 adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada,
di atas, ataupun di bawah permukaan tanah. Air permukaan adalah semua air yang
terdapat pada permukaan tanah, seperti contoh sungai, danau, laut, dan lainnya.
Sedangkan air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah, seperti contoh air tanah dalam (sumur dalam), mata air, dan
lainnya.

Berikut merupakan dokumentasi yang diperoleh dari sumber air bersih yang
ada, yaitu instalasi pengolahan air minum (IPA) Cepagan dan sumur bor pantaisari.
Gambar 5.1. Instalasi Pengolahan Air Minum Cepagan

Gambar 5.2. Clarifier yang terdapat pada IPA Cepagan

Gambar 5.3. Aerator yang terdapat pada IPA Cepagan


Gambar 5.4. Tangki Pengendap di IPA Cepagan

Gambar 5.5. Pompa Distribusi pada IPA Cepagan

Gambar 5.6. Salah satu Pompa Sumur Bor Distribusi di Pekalongan Utara
5.3. Sistem Penyediaan Air Minum

5.3.1. Sistem Distribusi Air Minum

Sistem distribusi merupakan sistem yang berhubungan langsung dengan


pelanggan. Fungsi pokok adalah mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat
kualitas air bersih dari reservoir ke daerah pelayanan menggunakan sistem perpipaan.
Sistem distribusi air meliputi unsur perpipaan dan perlengkapannya, perpompaan,
tekanan yang tersedia, hidran kebakaran, dan reservoir distribusi.

PDAM Kota Pekalongan menggunakan setidaknya 4 jenis pipa, yaitu Asbestos


Cement Pipe (ACP), Galvanize Iron Pipe (GIP), Poly Vinyl Chloride (PVC), dan High
Density Poly Ethylene (HDPE). PVC merupakan jenis yang paling banyak digunakan
karena tahan terhadap korosi, tidak merusak sifat air, ringan, pemasangannya mudah
menggunakan rubbering. Kekurangan dari pipa PVC antara lain mudah pecah, tidak
tahan terhadap sinar matahari sehingga koefisien muai panasnya besar.

Pada PDAM Kota Pekalongan, diterapkan 2 macam sistem distribusi, yaitu


sistem distribusi secara gravitasi, dan sistem distribusi dengan pemompaan. Dengan
detail sebagai berikut :

Tabel 5.1. Head pada tiap Sumber Produksi

No. Sumber Produksi Sistem Pengaliran Head (m)


1. Mata Air Rogoselo Gravitasi 232
2. Sumur Bor Klego Pompa 80
3. Sumur Bor Slamaran Pompa 92
4. Sumur Bor Panjang Wetan Pompa 105
5. Sumur Bor Kantor PDAM Pompa 68
6. Sumur Bor Tirto Pompa 92
7. IPA Cepagan Pompa 105
8. Sumur Bor Salamanis/RSS Pompa 83
9. Sumur Bor Kraton Kidul Pompa 105
10. Sumur Bor Bendan Pompa 105
11. Sumur Bor Kandang Panjang Pompa 91
12. Sumur Bor Krapyak Lor Pompa 55
13. Sumur Bor Kerkop Pompa 83
14. Sumur Bor Limas Pompa 138
15. Sumur Bor Bandengan Pompa 100
16. Sumur Bor Sorogenen Pompa 100
17. Sumur Bor Medono Pompa 105
18. Sumur Bor Podosugih Pompa 100
19. Sumur Bor Pantaisari Pompa 105
20. Sumur Bor Kergon Pompa 100
21. Sumur Bor Pasirsari Pompa 100
22. Sumur Bor Apollo Pompa 105
23. Sumur Bor Perintis Pompa 138
24. SUMP Simbang Kulon Pompa 96
25. PKT 1 Pompa 105
26. PKT 2 Pompa 105
27. PKT 3 Pompa 80
28. PKT 4 Pompa 80
29. PKT 5 Pompa 80
30. PKT 6 Pompa 80
31. PKT 7 Pompa 80
32. PKT 8 Pompa 96
33. PKT 9 Pompa 96
34. Sumur Bor Banyurip Pompa 105
Sumur-sumur yang terdapat pada tabel di atas berfungsi sebagai booster untuk
jaringan distribusi PDAM Kota Pekalongan. Berikut merupakan daerah pelayanan
masing-masing sumber produksi.

Tabel 5.2. Daerah Pelayanan tiap Sumber


No. Sumber Produksi Tekanan (m) Rayon Lokasi Pelayanan Jumlah SR Tekanan pada lokasi (m) Jam Operasional
1 Mata Air Rogoselo 6 1 Kedungwuni 13 0.4
Debit : 37 l/detik 2 Wonopringgo 43 0.5
3 Karanganyar 01 288 0.5
4 Pekajangan 01 72 0.3
5 Pekajangan 02 38 0.3
6.1 Karanganyar 1 0.5
6.2 Kedungwuni 2 0.4
6.3 Pekajangan 7 0.3 24 Jam
6.4 Bligo 1 0.3
6.5 Simbang Kulon 5 0.3
6.6 Kertijayan 2 0.3
6.7 Simbang Wetan 2 0.3
19 Karanganyar 02 246 0.5
13 Pembangunan 56 0.2
18 Asrama Wopi 6 0.5
782
2 Sumur Bor Klego 0.7 17 Aspol Patiunus 0 0.8
Debit : 6 l/detik 1 Jlamprang (Klego) 80 1.1
6 Klego Timur 1,2,3 130 1.1
26 Truntum (Klego) 176 1.1
21 Jam
20 Patiunus 19 0.8
25 Sugihwaras 12 0.2
30 Teratai 204 0.3
6 Bantaran Klego 420 1.1
1041
3 Sumur Bor Slamaran 0.4 11 Kanfer 1,3,4, Dalam 62 0.3
Debit : 8.5 l/detik 12 Kanfer 2, Raya 44 0.3
13 Damar Raya, 1, 2, 4 75 0.3
14 Damar 3, 5, 6 54 0.3
15 Damar Dalam 1-4 79 0.3
16 Kruing Raya, 1 47 0.3
17 Kruing Dalam, 2, 3, DLM 1, 2 58 0.3
18 Mahoni Raya 47 0.3
21 jam
19 Rasanaka Raya 1-4, 1, 2 61 0.3
20 Meranti 85 0.3
21 Cemara 55 0.3
22 Rasamala Baru 73 0.3
23 Ulin 79 0.3
24 Sumur Slamaran 18 0.3
30 Pantai Dewi Slamaran 80 0.3
31 Bantaran Rusunawa (Slamaran) 9 0.3
926
4 Sumur Bor Panjang Wetan 0.66 2 Kusuma Bangsa / Tentara Pelajar 138 0.1
Sub Inti 9L/detik Debit : 9 L/detik 6 KD. Panjang gg 1,2 136 0.1
7 PJ. Baru, gang Pahlawan 162 0.2
8 Kusuma bangsa gg 5 48 0.1 21 Jam
9 Perum Sub Inti 131 0.1
10 Villa Kusuma Bangsa 32 0.2
23 Perum Citra Garden 167 0.2
814
5 Sumur Bor Kantor PDAM 0.6 5 Kemakmuran 27 0.3
Debit : 6 l/detik 6 Indragiri 86 0.3
7 Progo 127 0.2
10 Veteran 126 0.2
11 Bengawan 127 0.2
13 Imam Bonjol 12 0.2
21 Jam
14 Gajahmada Utara 30 0.2
15 Hayam Wuruk Utara 64 0.3
21 Sejahtera/Mulia 115 0.6
22 Merdeka 36 0.6
23 Pasar Ratu 15 0.6
1 Diponegoro 22 0.2
787
Sumur Bor Tirto 0.5 21 Grand Garden/Tirto 42 0.04
Debit : 6 l/detik 1 Tirto Indah 77 0.04
2 Perum Tirto 5, 6, 7 64 0.04
3 Perum Tirto 2, 3, 4 60 0.04
4 Tirto Gg. 14-17, Tegalrejo 435 0.04
5 Tirto Gg. 1, 5, 7, 9 405 0.04
6 Singosari, Blambangan, Pajajaran, Kutai 57 0.03
7 Jenggala, Panjalu, Sriwijaya, Kediri 95 0.03
6 8 Tunas Raya 1, 2 48 0.03 21 Jam
9 Brawijaya, Kertanegara, Erlangga 67 0.03
10 Seno, Rengganis, Manggar 30 0.03
29 Samborejo/Perum Griya Sejahtera 56 0.03
30 Griya Sambo Asri 7 0.03
31 Perum Tirto Hinggil 16 0.04
32 Pisma Garden 48 0.04
33 Tirta Utama 29 0.04
34 Permata Indah 13 0.04
1549
7 IPA Cepagan 4.5 6.8 Banyurip 8 0.6
I. 37 l/detik 6.11 Buaran 11 0.6
II. 23 l/detik 6.12 Jenggot 3 0.6
13 Buaran 03 (Banyurip) 214 0.6
34 Kavling Pringlangu 90 0.6
36 Puri Sidomukti 9 0.6
2 Kauman/Wahid Hasyim 16 0.3
4 Toba/Kwijan (Kauman) 14 0.2
6 Kintamani (Kauman) 6 0.2
4 Dr. Wahidin (Noyontaan) 182 0.4
16 Kartini 56 0.4
21 Dr. Sutomo (Sokorejo) 26 0.4
22 Budi Bhakti (Noyontaan) 8 0.4
1 KH. Dewantoro/Landungsari 102 0.9
2 HOS Cokro Aminoto/Kuripan 99 0.9
3 Warung Asem 71 0.8
4 A. Yani 83 0.8
5 Perum Baros 37 0.5
24 Jam
7 Tondano, Poncol 12, 13, 14 174 0.8
11 Perum Seruni (Degayu) 127 0.8
12 Setono/ Dekoro/ Gamer 235 0.8
13 Degayu 191 0.8
14 Kalisari/Baros 51 0.8
15 Pringgosari 88 0.8
16 Karang Malang 111 0.8
17 Perum Panguripan 123 0.8
19 Bantaran Poncol 346 0.6
20 Perum Arroyan 53 0.8
21 Perum Gamer Indah 36 0.8
22 Perum Citra Garden Gamer 0 0.8
24 Trikora Yosorejo 1 0.6
25 Perum Saphire Gamer 7 0.8
26 Perum Tukul Alaska (Setono/Bantaran Poncol) 44 0.6
27 Perum D' Cluster Fairuz (Karang Malang/Setono) 10 0.8
6 Asrama Brimob 37 0.8
8 Dinas Pendidikan 20 0.6
2689
8 Sumur Bor Salamanis/RSS 0.9 12 Samudra Gg. Tebu, Jambu 59 0.1
Debit : 7 l/detik 13 Kunti, Kunti Utara 64 0.1
14 RSS 246 0.3
17 GPI, Kresna, Nakula, Sadewa 55 0.2
21 Jam
18 Banowati, Arimbi, Srikandi, Arjuna 69 0.2
19 Griya Pesona 01 Blok A s/d J 146 0.1
20 Griya Pesona 02 Blok A s/d H 83 0.1
22 Kesambi 39 0.1
761
9 Sumur Bor Kraton Kidul 0.9 1 Kramatsari 01 190 0.2
Debit : 6.5 l/detik 2 Kramatsari 02 230 0.2
21 Jam
8 Bahagia Indah 50 0.2
16 Aspol Bahagia 63 0.2
1294
10 Sumur Bor Bendan 0.9 11 Kawung, Sutra, Liris (Gama Asri) 44 0.3
Debit : 6.5 l/detik 12 Raya, Tulis 38 0.3
25 Pondok Sriwijaya 41 0.2 21 Jam
26 Gama Permai 3 71 0.2
27 Bendan Sari (Sidomulyo) 246 0.1
440
11 Sumur Bor Kandang Panjang 0.5 21 Salamanis 518 0.2 21 Jam
Debit : 7 l/detik

12 Sumur Bor Krapyak Lor 0.5 2 Krapyak Kidul 1, 2, 3, 5 127 0.2


Debit : 7 l/detik 3 Krapyak Kidul 4, 6, 7 54 0.2
4 Krapyak Lor 3AB, 5 200 0.2
5 Krapyak Lor 6, 7, 9 176 0.2
7 Krapyak Kidul 5A, 8 271 0.2 21 Jam
8 Krapyak Lor 1 162 0.2
9 Krapyak Kidul 5 98 0.2
10 Stembok, Pegirikan (Krapyak Lor) 269 0.2
25 Krapyak Lor An- Najah 48 0.2
1405
13 Sumur Bor Kerkop 0.9 5 Kutilang 51 0.1
Debit : 12 l/detik 6 Bugisan 205 0.1
8 Panjang Wetan Gg. Ikan 282 0.1
9 Supratman Gg. 1 s/d 13 478 0.2 21 Jam
10 Supratman Raya Barat dan Timur 137 0.2
17 Aspol Jetayu 3 0.2
18 Supratman Lama 47 0.2
1203
14 Sumur Bor Limas 1.4 27 Limas Barat 135 0.7
Debit : 17 l/detik 28 Limas Timur 128 0.7
29 Limas CD 91 0.7
9 Limas Barat 0 0.7 21 Jam
10 Limas Timur 1 0.7
18 Limas CD 0 0.7
23 Truntum Timur (Klego Segorek) 76 0.7
431
15 Sumur Bor Bandengan 0.4 26 Beringin 51 0.1
Debit : 7 l/detik 27 Patriot Mas 126 0.1
21 Jam
29 Kapuas Indah 39 0.1
1 Kandang Panjang (Kapuas) 22 0.1
238
16 Sumur Bor Sorogenen 0.7 1 Semarang 13 0.1
Gabung dengan Sumur Bor Debit : 8.5 l/dt 2 Bandung 12 0.1
Surogenen Baru Debit : 15 l/dt 3 Surabaya 9 0.1
4 Cempaka 141 0.2
5 Seruni 31 0.2
6 Kenanga 15 0.1
7 Melati 4 0.2
8 Jeruk 6 0.2
9 Blimbing 37 0.2
21 Jam
10 Manggis 7 0.2
11 Salak 27 0.2
12 Mangga 4 0.2
16 Hasanudin (Sugihwaras) 49 0.1
17 Sultan Agung (Sugihwaras) 48 0.1
8 Teratai (Sorogenen) 288 0.2
5 Dr. Cipto Selatan (Keputran) 10 0.2
18 H. Agus Salim 45 0.2
19 Cipto Utara 15 0.2
761
17 Sumur Bor Medono 1.1 9 Karya/Darma Bakti 238 0.4
Debit : 10 lt/dt 10 Yudha/ Setia Bakti 234 0.4
21 Jam
20 Darma Yudha (Medono/Kebulen) 6 0.3
9 Kebulen 39 0.3
517
18 Sumur Bor Podosugih 1.4 1 Podosugih 91 0.3
Debit : 8.5 lt/dt 3 Lompo Batang / Rinjani (Podosugih) 26 0.3
8 Krakatau + MBB + MRB + T.Prau + Argo (Podosugih) 60 0.3
12 Slamet (Podosugih) 102 0.3
13 Kurinci (Podosugih) 249 0.3
23 Wilis (Podosugih) 22 0.3 21 Jam
13 Perak, Prunggu 79 0.3
14 Suasa, Nekel, Permata 78 0.3
15 Berlian, Tembaga, Kuningan 80 0.3
16 BS. Kuning, Intan, Baja 68 0.3
17 Emas, Singosari 38 0.3
893
19 Sumur Bor 0.5 7 Boyongsari, Gedangan 542 0.3
Pantaisari/Makadam Debit : 16 lt/dt 11 Sidomukti 1-3, Pase, PR. Kus 113 0.3
(Gabungan Sub Inti) 12 Sidomukti 13 s/d 20 85 0.3
13 Sidomukti 4 s/d 12 95 0.3
14 Pantaisari, Makadam 133 0.3
15 Selat Selayar, Selat Lombok 115 0.2 21 Jam
16 Wonosari gang hiu 75 0.2
19 Kandang Panjang Baru, Umbul, Bawal 167 0.2
20 Gandengsari 30 0.2
21 Wonosari Gg 1-5, Mujaer 91 0.2
22 Gang Gabus, Bandeng, DLL 39 0.2
1485
20 Sumur Bor Kergon 0.9 7 Jawa(Sapuro) 102 0.2
Debit : 9 lt/dt 10 Irian (Sapuro) 169 0.2
15 Sulawesi (Sapuro) 243 0.2
117 Sumatera (Sapuro) 129 0.2
21 Jam
18 Kalimantan (Sapuro) 86 0.2
19 Hayam Wuruk Selatan 45 0.1
24 The Green Java (jl. Jawa/Sapuro) 10 0.2
24 Pesindon 34 0.2
818
21 Sumur Bor Pasirsari 1.1 3 Kramatsari 03 143 0.1
Debit : 9 lt/dt 12 Pasir Sari 935 0.1
21 Jam
34 Jeruk Sari (Tegaldowo) 171 0.07
35 Randujajar 0 0.07
1249
22 Sumur Bor Apollo 1.4 4 Bandengan 786 0.1
Debit : 16 lt/dt 3 KD. Panjang Gg. 3 -6 105 0.1
4 Kd. Panjang Utara 77 0.1
5 Kd. Panjang Gg. 7 128 0.1 21 Jam
11 Apollo, Melati, Gg. Beji 102 0.3
15 Palapa Raya 4 77 0.2
16 Plapa 1 s/d 3 133 0.2
1408
23 Sumur Bor Perintis 1.4 9 Perintis Kemerdekaan 104 0.7
Debit : 17 lt/dt 15 Sekrending 142 0.4
19 Perum Taman Sari (Pabean) 6 0.7
21 Jam
28 Pabean Mas 162 0.7
31 Pabean Kampung 468 0.4
33 Griya Taman Bahagia (Pabean) 0 0.5
882
24 Sump Simbang Kulon 1.7 6.9 Kradenan 15 0.6
PKT 1 9 lt/dt 6.1 Pringlangu 8 0.6
PKT 2 10 lt/dt 7 Urip Sumoharjo (Medono) 161 0.6
PKT 3 9 lt/dt 8 Jensud Selatan 28 0.6
PKT 4 8 lt/dt 11 Buaran 01 (Simbang) 128 0.6
PKT 5 10 lt/dt 12 Buaran 02 (Jenggot/Buaran) 527 0.6
PKT 6 8 l/dt 14 Buaran 04 (Pringlangu/Kradenan) 421 0.6
PKT 7 9 l/dt 15 Buaran Indah 01 109 0.7
PKT 8 9 l/dt 16 Buaran Indah 02 93 0.7
PKT 9 10 l/dt 17 Buaran Indah 03 60 0.7
Sumur Bor Banyurip 10 l/dt 18 Aspol Jensud (Medono) 28 0.4
5 BG Kayumanis 21 0.7
6 BG Pala & Panili 48 0.7
7 BG PES/ Prambanan (jl. Untung Suropati) 161 0.7
10 BG T-48 50 0.7
11 BG Cengkeh + Tumbar 39 0.7
12 BG Karet + Kopi + Kunir 45 0.7
13 BG Belimbing 13 0.7
14 BG Durian 29 0.7
15 BG Mangga + Jambu 27 0.7
16 BG Delima 11 0.7
17 BG Arwana 40 0.7
18 BG Muria/ C-2 35 0.7
19 BG Laos + Jae + Coklat 36 0.7
20 BG Anggrek 43 0.7
21 BG B-1 40 0.7 24 jam
22 BG B-2 32 0.7
23 BG B-3 30 0.7
24 BG B-4 49 0.7
25 BG B-5 58 0.7
26 BG B-6 55 0.7
27 BG B-7 45 0.7
28 BG B-8 9 0.7
29 BG Kemiri/ Gambir 53 0.7
30 BG Rindang 55 0.7
31 BG Raya 70 0.7
35 Bumi Luxuri (Binatur/Medono) 4 0.4
11 Jensud Utara (Medono) 50 0.4
20 KHM Mansyur (Bendan) 218 0.4
14 Manunggal 66 0.5
32 Gajah Mada Selatan 32 0.5
18 PRG. Garuda 4 ABC (Medono) 49 0.4
19 PRG. Garuda 4 DEF (Medono) 50 0.4
20 PRG. Puspo 5 ABCD (Medono) 45 0.4
21 PRG. Puspo 5 EFGH (Medono) 54 0.4
22 KMBG Manggar 3 A-F (Medono) 52 0.4
23 PRG. Puspo / Liris 1,2 (Medono) 68 0.4
24 Gajah Mada Selatan 7 0.4
2 Serayu 7 0.4
3 Barito 3 0.4
4 Merak / Cendrawasih 47 0.4
3424
25 Sumur Bor Bumirejo 12 lt/dt 32 Bumirejo AD 106 0.5
33 Bumirejo BC 152 0.5
21 Jam
28 Perum Saphire 67 0.5
35 Bumirejo Kampung 39 0.5
364
5.3.2 Analisis Permasalahan Pada Jaringan Distribusi

Analisis yang dilakukan meliputi analisis permasalahan berdasar survey


pelanggan, analisis pembebanan jaringan, analisis tekanan dan debit, dan analisis
jaringan eksisting dengan program epanet.
Analisis pembebanan jaringan adalah mengkaji atau menilai atas jaringan pipa
terpasang yang dikaitkan dengan besarnya jumlah pelanggan yang membebani
jaringan pipa tersebut, yang dihitung berdasarkan pendekatan maksimum flowrate
yang mengalir pada jaringan tersebut yang dihubungkan dengan besarnya pemakaian
air yang ada. Penghitungan menggunakan rumus Hazen-William (Giles, 1986).
Sedangkan analisis tekanan dan debit dilakukan untuk dicocokkan dengan hasil
analisis pada epanet, dan dirumuskan masalah beserta solusi yang tepat.
Analisis permasalahan pada jaringan distribusi PDAM Kota Pekalongan
dilakukan dengan menggunakan aplikasi EPANET 2.0. EPANET 2.0 merupakan salah
satu perangkat lunak jaringan distribusi yang dikembangkan oleh WaterSupply and
Resources Division USEPA’s National Risk Management Research Laboratory. Epanet
menggambarkan simulasi hidrolis dan kecenderungan kualitas air di dalam jaringan
pipa. Dari hasil running dilakukan pada epanet, maka dapat diketahui apakah tekanan
ataupun kecepatan pada jaringan telah memenuhi standar atau belum.
Dari data-data sekunder yang telah didapat, kemudian dilakukan analisis
terhadap perubahan yang terjadi antara kondisi jaringan distribusi yang ada saat ini.
Beberapa parameter yang menjadi kriteria desain dari jaringan distribusi air minum,
seperti tekanan dalam pipa dan kecepatan aliran merupakan hal-hal yang menjadi
perhartian utama. Parameter-parameter tersebut harus memenuhi kriteria desain untuk
memastikan bahwa jaringan distribusi yang dibuat dapat beroperasi secara optimal.
Simulasi deteksi kebocoran (step test) dibatasi pada DMA Slamaran,
Kecamatan Pekalongan Utara. Ditentukan hanya pada daerah Slamaran karena
dianalisa daerah tersebut memiliki masalah pengaliran yang cukup krusial karena
berada tepat di pesisir laut, selain itu telah dilakukan analisis khusus daerah tersebut
karena akan dilakukan perbaikan jalan dan direncanakan adanya penambahan valve.
5.3.2.1. Permasalahan berdasar Survey Pelanggan
Analisis permasalahan yang dilakukan pada awal tahapan adalah
permasalahan berdasar keluhan pelanggan. Survey dilakukan secara online dan
offline.
Gambar 5.7. Survey di salah satu responden yang tinggal di wilayah kecamatan
Pekalongan Utara

Berdasar kecamatan tinggal para responden, diketahui bahwa responden dari


Pekalongan Timur sangat sedikit, dan hal itu dikarenakan mayoritas masyarakat
Pekalongan Timur tidak berlangganan PDAM, namun menggunakan air bantuan
PAMSIMAS dan beberapa menggunakan sumur pribadi. Jumlah responden sebanyak
42 orang, dan berikut persebaran responden berdasar kriterianya.

Responden berdasar Kecamatan

Pekalongan Utara

Pekalongan Timur

Pekalongan Selatan

Pekalongan Barat

0 5 10 15 20 25

Gambar 5.1. Grafik Jumlah Responden berdasar Kecamatan

WAKTU BERLANGGANAN PDAM


0-2 Tahun 2-5 Tahun 5-7 Tahun 7-10 Tahun >10 Tahun

3, 7%
6, 14%

2, 5%
25, 60%
6, 14%
Gambar 5.2. Grafik Jumlah Responden berdasar Waktu Berlangganan

Jumlah Responden berdasar Rentang Usia

>55 Tahun

46-55 Tahun

36-45 Tahun

26-35 Tahun

15-25 Tahun

0 5 10 15 20

Gambar 5.3. Grafik Jumlah Responden berdasar Usia


Setelah diketahui kriteria dari responden yang memberi jawaban, maka berikut
merupakan pendapat responden mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

PENDAPAT MENGENAI KUALITAS


Sangat Buruk Buruk Cukup Baik Sangat Baik

2%3%
14%

38%

43%

Gambar 5.4. Grafik Pendapat Responden Mengenai Kualitas Air PDAM


Berdasar grafik 5.4. di atas, dapat disimpulkan bahwa pelanggan merasa cukup
dengan pelayanan pihak PDAM. Namun, terdapat beberapa keluhan yang dirasakan,
yaitu sebagai berikut :
-) Air mengalir dengan kurang lancar/tidak deras,
-) Terkadang terdapat kotoran/pasir dalam air sehingga air berwarna kehitaman (terjadi
pada daerah kecamatan Pekalongan Barat),
-) Air sadah pada daerah kecamatan Pekalongan Utara, dibuktikan dengan sulitnya air
untuk matang ketika dididihkan,
-) Terkadang ada bau pada air di daerah kecamatan Pekalongan Utara,
-) Terkadang air berwarna pada daerah kecamatan Pekalongan Selatan, dimana
daerah tersebut dekat dengan banyak tempat industri batik,
-) Pencatatan meteran air kurang akurat, dikarenakan sering terjadi kasus dimana
meteran sudah rusak namun biaya diperkirakan dengan menaikkan biaya dari
pemakaian bulan sebelumnya.
Dari keluhan yang tertera di atas, keluhan yang paling banyak disampaikan
adalah keruhnya air dan tidak lancarnya aliran air. Keruhnya air dapat disebabkan
karena rata-rata sumber untuk boosting pump adalah sumur bor, dan air dari sumur
langsung dialirkan ke distribusi tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu.
Sedangkan keluhan mengenai kurang lancarnya aliran air, dapat disebabkan
oleh tekanan yang rendah, ataupun kecepatan yang rendah di dalam pipa. Dari data
pompa dan jaringan yang ada, akan dilakukaan analisis dengan epanet pada sub bab
selanjutnya untuk mengetahui permasalahan yang sekiranya terjadi.

Waktu saat Air Mengalir Tidak Lancar


25
Jumlah Responden

20
15
10
5
0

Waktu

Gambar 5.5. Grafik Pendapat Responden Mengenai Jam-jam Air Mengalir Tidak
Lancar (Responden diperkenankan untuk memilih lebih dari 1 waktu)

Waktu saat Air Mengalir Lancar

20.00 - 24.00

16.00 - 20.00

12.00 - 16.00

08.00 - 12.00

04.00 - 08.00

00.00 - 04.00

0 5 10 15 20 25 30

Gambar 5.6. Grafik Pendapat Responden Mengenai Jam-jam Air Mengalir Lancar
(Responden diperkenankan untuk memilih lebih dari 1 waktu)
Waktu pada saat Pemakaian Terbanyak
35
Jumlah Responden 30
25
20
15
10
5
0

Waktu

Gambar 5.7. Grafik Jam Pemakaian Air Terbanyak berdasar Responden (Responden
diperkenankan untuk memilih lebih dari 1 waktu)
Berdasar gambar 5.5 sampai dengan 5.7, dapat disimpulkan bahwa jam
pemakaian terbanyak terjadi pada sekitar pukul 04.00-08.00 dan 16.00-20.00. Namun
keluhan mengenai waktu air mengalir tidak lancar terjadi pada pukul 08.00-12.00 dan
16.00-20.00. Maka diperkirakan puncak pemakaian terjadi pada pukul 07.00-09.00,
dan 17.00-19.00, karena jam yang mencakup pukul 04.00-08.00 dan 08.00-12.00
adalah pukul 07.00-09.00. Hasil ini akan digunakan untuk mengevaluasi pattern jam
pemakaian yang telah diterapkan oleh pihak PDAM Kota Pekalongan pada tahun
2014. Jika tidak ada perubahan yang signifikan, maka pattern yang telah diterapkan
dapat diaplikasikan untuk analisis pada epanet.

Gambar 5.8. Grafik Jumlah Biaya Dikeluarkan per bulan berdasar Responden
Berdasarkan gambar 5.8, diketahui bahwa rata-rata responden yang terdata
mengeluarkan biaya sekitar 50.000-100.000 per bulan. Jika meninjau tarif dasar PDAM
yang bernilai sebesar Rp. 2700/m3, maka secara hitungan kasar, rata-rata responden
membutuhkan air sebanyak 30 m3/bulannya.
Dengan meninjau hasil survey yang diperoleh, maka akan mempermudah
dalam analisis permasalahan pada jaringan distribusi PDAM Kota Pekalongan. Serta
akan menambah masukan untuk evaluasi yang perlu dilakukan oleh pihak PDAM.
5.3.2.2. Permasalahan berdasar Analisis pada Epanet 2.0.
Epanet 2.0 adalah program komputer yang berbasis windows yang merupakan
program simulasi dari perkembangan waktu dari profil hidrolis dan perlakuan kualitas
air bersih dalam suatu jaringan pipa distribusi, yang di dalamnya terdiri dari
titik/node/junction pipa, pompa, valve (aksesoris) dan reservoir baik ground reservoar
maupun reservoir menara. Output yang dihasilkan dari program Epanet 2.0 ini antara
lain debit yang mengalir dalam pipa, tekanan air dari masing masing titik/node/junction
yang dapat dipakai sebagai analisis dalam menentukan operasi instalasi, pompa dan
reservoir serta besarnya konsentrasi unsur kimia yang terkandung dalam air bersih
yang didistribusikan dan dapat digunakan sebagai simulasi penentuan lokasi sumber
sebagai arah pengembangan. Faktor usia air (water age) dan pelacakan sumber juga
dapat disimulasikan di program ini.
Epanet 2.0 merupakan analisis hidrolis yang terdiri dari:
1. Analisis ini tidak dibatasi oleh letak lokasi jaringan.
2. Kehilangan tekanan akibat gesekan (friction) dihitung dengan menggunakan
persamaan Hazen-Williams, Darcy Weisbach, Chezy atau Manning formula.
3. Disamping mayor losses, minor losses (kehilangan tekanan di bend, elbow, fitting)
dapat dihitung.
4. Model konstanta atau variabel kecepatan pompa.
5. Berbagai tipe model valve yang dilengkapi dengan shut off, check. Pressure
regulating dan valve yang dilengkapi dengan kontrol kecepatan.
6. Reservoir dalam berbagai bentuk dan ukuran.
7. Faktor fluktuasi pemakaian air.
8. Sebagai dasar operating system untuk mengontrol level air di reservoir dan waktu.
Epanet dapat membantu dalam mengatur strategi untuk merealisasikan kualitas
air dalam suatu sistem. Semua itu mencakup :
 Alternatif penggunaan berbagai sumber dalam satu sistem
 Alternatif pemompaan di dalam penjadwalan pengisian/pengosongan tangki
 Penggunaan treatment, misalnya khlorinasi pada tangki penyimpan
 Penargetan waktu pembersihan dan penggantian pipa
Epanet memodelkan sistem distribusi air sebagai kumpulan garis yang
menghubungkan titik-titik yang di sebut sebagai node. Garis menggambarkan pipa,
pompa dan katub kontrol. Sedangkan node menggambarkan sambungan (Junction),
tangki, dan reservoir.
Data-data yang dibutuhkan untuk simulasi Pipa Jaringan Distribusi PDAM Kota
Pekalongan dengan Program Epanet 2.0 ialah sebagai berikut :
- Wilayah peta
Wilayah peta yang digunakan adalah peta daerah distribusi air bersih PDAM
Kota Pekalongan yang dilengkapi dengan elevasi tanah, rumah pelanggan dan
diameter pipa. Pada pembuatan pipa jaringan PDAM, analisis berdasarkan
elevasi tanahnya dengan memberikan node (titik) pemasangan pipa untuk
mempermudah perancangan simulasi pipa.
- Data Reservoir
Data isian reservoir pada program Epanet 2.0 diambil dari ketinggian tanahnya.
Hal ini dimaksudkan agar pengambilan air dapat ditentukan dengan pompa
atau gravitasi. Untuk data isian jumlah air yang akan disalurkan ke daerah Kota
Pekalongan berkisar 120 lt/hr/org.
- Data Elevasi Tanah
Data elevasi tanah pada program Epanet 2.0 meliputi analisis peta wilayah
Kecamatan Baki yang di dalamnya terdapat keterangan elevasi tanah.
Kemudian dimasukkan ke dalam program Epanet 2.0 dengan memberikan
node satu per satu seseuai yang dibuat di dalam peta tersebut. Node adalah
penghubung jaringan pipa yang digambarkan berupa titik.
- Data Pattern
Data pattern merupakan penyunting pola pemakaian air dari suatu node pada
periode waktu tertentu (data masukan simulasi pola max. 55 jam), bentuk
pemasukan data pattern untuk wilayah jaringan distribusi PDAM di Kota
Pekalongan meliputi pemakaian dalam kurun waktu 24 jam.

Diketahui dalam perencanaan jaringan distribusi PDAM Kota Pekalongan


menggunakan 1 pattern. Tidak terdapat perbedaan jam pemakaian yang signifikan
antara masing-masing kecamatan, oleh karena itu pattern pemakaian disamakan untuk
seluruh daerah. Berikut merupakan pattern pemakaian masing-masing kecamatan.

Gambar 5.9. Pattern Pemakaian Kota Pekalongan


Setelah diperoleh seluruh data yang diperlukan untuk input dalam epanet,
maka dilakukan running sesuai kondisi yang ada agar mengetahui apakah terjadi
masalah dalam kondisi eksisting. Dari hasil running epanet, diperoleh hasil error
sebagai berikut.
Gambar 5.10. Error running dalam Epanet
Diketahui dalam hasil run di atas bahwa terdapat beberapa pompa yang tidak
dapat mengalirkan air pada jam-jam tertentu, karena terjadi arus balik/pompa tertutup.
Daftar pompa yang bermasalah antara lain adalah :
1. Pompa PKT 4 (head pompa eksisting sebesar 58 m)
2. Pompa PKT 7 (head pompa eksisting sebesar 55 m)
3. Pompa PKT 8 (head pompa eksisting sebesar 55 m)
4. Pompa PKT 5 (head pompa eksisting sebesar 100 m)
5. Pompa PKT 2 (head pompa eksisting sebesar 55 m)
6. Pompa Jenggot (head pompa eksisting sebesar 40 m)
7. Pompa Warung Asem (head pompa eksisting sebesar 78 m)
8. Pompa Krapyak (head pompa eksisting sebesar 48 m)
9. Pompa Limas (head pompa eksisting sebesar 68 m)

Hal ini kemungkinan terjadi dikarenakan sumber air yang digunakan adalah
sumur bor, dengan rata-rata kedalaman dari muka tanah lebih dari 30 m. Sehingga
diperlukan head pompa yang lebih tinggi agar mencukupi kebutuhan untuk distribusi.
Direncanakan penggantian head pompa sebagai berikut.
1. Pompa PKT 4 direncanakan head sebesar 70 m
2. Pompa PKT 7 direncanakan head sebesar 75 m
3. Pompa PKT 8 direncanakan head sebesar 70 m
4. Pompa PKT 5 direncanakan head sebesar 60 m
5. Pompa PKT 2 direncanakan head sebesar 55 m
6. Pompa Jenggot direncanakan head sebesar 65 m
7. Pompa Warung Asem direncanakan head sebesar 90 m
8. Pompa Krapyak direncanakan head sebesar 70 m
9. Pompa Limas direncanakan head sebesar 80 m
Setelah diinput head pompa sesuai pergantian di atas, diperoleh hasil running
success, dengan detail sebagai berikut.

PNTSARI138
180
17854
505151 53
136 52
RSS
174176
135134 1.33
0.00
0.45
0.00
28.98 141
129
128137 49 52
27.54
131 0.07 0.20 26.72134
132 207
0.57
KDGPJG
126175 PJGWTN
132
177
109 1761785327.56146
50 133
150 142
130 KRPY SLMRN143
131140
153
139
K180
182
1.90
0.00
0.00
1.07
37.10
34.78
48 KRKOP
1770.32
179
55 135 136 181
179
139
144 8.92
0.01
30.85
1330.71 26.28
62145
0.05 216 8.92
0.42
2.63
1400.66
0.000.82
2.48
0.00
29.43
33.68
490.00
54 0.00 62
32.81
26.71 0.20
9.91
0.26
154
47
141 2.66
0.40 0.72
1.6210.25
23.90
10.98
0.00
12.84
129161 48 0.83
125 2
1.86
0.000.00
27.80 0.34
0.00
0.00
29.36
25.00 0.00
BDGN
44 175 46 25.97 15 25.66
61 0.12
0.05
24.74
0.08
173
45 0.72
0.56
155 55 24.50 0.59 24.69
45
144 47
0.27
156
0.07
46 0.66
23.54
1990.19
56 0.03 128
145 63 0.24
158
0.00 0.08
23.57
56 24.01 160LIMAS
172
61 151
174
424322.72
0.00
2.39
142 146
27.72
22.74
143 63 0.4557 591140.05
0.31
0.15
25.19
0.26
130
0.42 0.34
21.92
25.06
67188
21.81 0.18
183
183 59 1.36
126
66.64
124
147
110 0.2723.72
0.00 65186 58 24.76
0.03
60KLEGO 68.51
0.00
58
24.11
66 0.00
KRATON0.09 0.27
21.74 159 190 185
191187 106
35127
173
171
0.07
169171
43
148 157
1496439
21.64189
5723.61
187 330.25
41 370.13 16266
158182
0.16
64
65 0.18
23.72
1840.21
0.12
18411823.78
186
185 34
680.16 0.45
42 R01
109 38 0.100.1322.93
0.09
SRGNN
22.84
117
172 0.16
1.07
1.21
0.0010
24.30
0.00
66.61
24.59
68.59
69.78
KANTOR
40
1.7738
0.00
0.00
115
36
170
108
0.55
168
217 0.13
0.33
25.41
40 69 0.76
170
1930.15
0.19 32 22.76
0.13
0.53 0.01
23.95
39
41
0.5921.01
71
681057022.17
20.96
0.03 121
0.04 94
0.24
67 10
BENDAN 72 37 76116 122
148 22.30 0.21
120
22.18
123 119
192
22.11188
0.22
194 0.65
28
125
22.89
24.13
157 59.46 9
190 147 6.08
167
165
137 0.28 20.93
KERGON
0.12 7269 196
169
0.09
167 2.28
0.00
26.76
31.68
0.00
2.47
1.18
0.00
0.0327.66
21.97
0.000.00
0.120.05
21.88 0.51
25.51 0.28
0.77 0.08
156 0.56
115 21.88
113 20.92
0.10 0.54195
27
21.85
0.49
0.80
24.770.71
24.34
24.07 700.81 9 66.53
119
PDSGH
1.13118 114
168
112 1.20
160 25.80
23.28
63.66
45.47 1200.68
0.00
0.00
166
116
46.36
47.4435
1113621.14
0.42
151 2.10
0.00
31.73
35.96
0.00 189
29161
155
0.05
198 107 34 77
0.29
0.00
73
153 159 111 0.08 0.17 1.18 0.37
TIRTO
164104
113
166
106
112 44.25
2.18
1.9147.35
0.00
210.03 154
19.57 50.14
105
0.33791170.00
0.00
31.89
27.38
20.62 0.12 0.90 74
63.59
0.07
28 21
86152
2220.31
0.13
240.10
0.18
74 108 26 23.35
25.65
1.39
2.42
0.3913 20 0.00
19.54
0.39
0.280.29
25
19.6624 26
25 0.11
27
124
0.00
91 45.55
0.00
53.75
46.42197
8887 160
80 232219.32 75 71 0.31
0.00
81
45.22
908982
150
13.30
0.60 0.17
2320.38 0.21 1.058
92 SBASRI
138 164
149
162 19 19 19.30 7820.430.26 0.83
16.31
0.26
0.0513.28
0.01 0.03
77103
MDONO0.08
0.16 79 20.24 0.29
21.19
1.75 48.07
21.06
61.58
16.31 0.80
0.48
0.0416.31 81165
163
78 0.12 7
0.18
0.000.73 19.16
0.14 75 73
8 68.55
0.00
0.00
15.21
15.218019.17 0.15
12 17 83
0.29
2.53
0.00
15.07
0.00
25.54 4
8215.40
16.03 34.36 0.90
83 18
84
0.10 0.24 0.08
202
76
192
74.19
bny 163 0.68
87urip 0.15
20.17 85
16.74 JNGT 102 12 0.00
93 11 110
15.93
0.00
66.32
101 97 0.00
73.69
0.00 0.00
PKT8
84 13 0.33 5
23.59
0.00 65.52
0.70 0.00 7
0.00
0.00 100 104
18 11 0.44
62.95 0.00
94 8586
96 95 2931 0.94
206
V1
PUMP1
PUMP2198
194
V2
V3
30
PUMP3
0.59
215
199
208
209
204205
206
152
214
PKT9
207210
0.34
197 99
30 205
196 PKT6203 0.24
0.08 0.00
0.26 103 195
93
PKT40.17 62.72PKT5 98
0.28
62.41
92
62.79 32 0.00
0.00
104 31 1020.41 62.31
0.28
7.86
17.71
0.40
0.00
0.00
1.01
80.67
90.34
0.0017.71
90.34
0.40
1.01
0.22
0.00
54.23
0.00
1.01
0.65 0.00
0.61 0.00
4.82
4.82
0.59 0.00
0.16 62.65
62.55
0.18 0.00 201123
6
17 WRASEM122
200121
191
PKT7 95 6
90 0.08PKT1 97 107
0.5666.36
66.35
91 0.14 PKT2 53 67.80
208
33 99 89 96 1.16 0.94 68.49
0.00
0.00
0.00
62.93
100 98 PKT388 0.32 0.00
0.00
0.00
101
62.82 62.72 0.00 0.09
75.09
0.28 0.00 75.09
63.31 0.33 0.00
0.00
66.51
16
16 0.42
0.42 43

0.70
0.70
RESCPG RESCPG
CPGN1
CPGN3
CPGN4
CPGN5
CPGN2
210
127
181
211
44
202
1
2
a2
a1
20
200
201
203
204
202
1
2
a2
a1
20
200
201
203
204 209
212
213
86.99
0.00
84.44
88.44
86.99 0.29
0.22
0.22
0.00
0.22
0.29
0.00
86.99
0.00
84.44
88.44
86.99 Day 1, 7:00 AM

1614

11.73
1.99

14
15
1.06
0.95

BPT2

0.00

Gambar 5.11. Jaringan Distribusi PDAM Kota Pekalongan


218a
218
1.31
1.70
Berikut merupakan tabel yang menunjukkan nilai kecepatan, headloss, dan
juga tekanan pada jaringan jika diterapkan pergantian head pompa sesuai dengan
saran.
Tabel 5.3. Tekanan pada Seluruh Titik Jaringan
Elevation Base Demand Demand Head Pressure
Node ID
m LPS LPS m m
Junc 1 7 0 0 93.99 86.99
Junc 2 7 0 0 95.44 88.44
Junc 3 7 1.21 1.69 82.09 75.09
Junc 4 3.13 1.21 1.69 77.32 74.19
Junc 5 7 1.21 1.69 82.09 75.09
Junc 6 7 1.21 1.69 73.35 66.35
Junc 7 6.21 1.21 1.69 40.57 34.36
Junc 8 3.13 1.21 1.69 71.68 68.55
Junc 9 2.53 1.21 1.69 69.06 66.53
Junc 10 2.53 1.21 1.69 61.99 59.46
Junc 11 6 2.76 3.86 71.52 65.52
Junc 12 6 2.76 3.86 29.59 23.59
Junc 13 6 2.61 3.65 22.31 16.31
Junc 14 60 0 0 71.73 11.73
Junc 16 60 0 0 61.99 1.99
Junc 18 5.2 5.52 7.73 25.37 20.17
Junc 19 6 4.5 6.3 25.17 19.17
Junc 21 5.86 1.58 1.74 25.18 19.32
Junc 22 5.86 2.61 3.65 25.16 19.3
Junc 23 6 2.61 3.65 25.16 19.16
Junc 24 4.83 1.58 2.21 25.21 20.38
Junc 25 5.13 1.58 2.21 25.37 20.24
Junc 26 4.34 1.58 2.21 25.53 21.19
Junc 27 4.53 1.21 1.69 25.59 21.06
Junc 28 2.52 0.62 0.87 25.8 23.28
Junc 29 2.38 0.21 0.29 25.73 23.35
Junc 30 8.5 0 0 26.21 17.71
Junc 31 8.5 2.76 3.86 70.91 62.41
Junc 32 8.5 0 0 71.05 62.55
Junc 33 8.5 0 0 71.22 62.72
Junc 34 1.69 0.31 0.43 25.82 24.13
Junc 35 1.23 0.62 0.87 25.82 24.59
Junc 36 4.91 1.58 2.21 25.22 20.31
Junc 37 4.08 1.58 2.21 25.22 21.14
Junc 38 4.33 0.62 0.87 25.26 20.93
Junc 39 4.3 0.62 0.87 25.26 20.96
Junc 40 3.42 3.63 5.08 25.3 21.88
Junc 41 3.42 3.63 5.08 25.3 21.88
Junc 42 3.42 3.63 5.08 25.72 22.3
Junc 43 2.56 0 0 26.51 23.95
Junc 44 3.68 1.99 2.79 26.4 22.72
Junc 45 3.68 0 0 26.42 22.74
Junc 46 3.68 1.1 1.54 25.49 21.81
Junc 47 3.68 1.99 2.79 25.6 21.92
Junc 48 2.67 1.99 2.79 26.24 23.57
Junc 49 2.67 1.99 2.79 27.17 24.5
Junc 50 3.67 1.99 2.79 30.38 26.71
Junc 51 1.92 2.95 4.13 29.48 27.56
Junc 52 1.74 2.95 4.13 28.02 26.28
Junc 53 1.64 2.95 4.13 28.36 26.72
Junc 54 1.92 2.95 4.13 29.46 27.54
Junc 55 2.39 2.95 4.13 28.05 25.66
Junc 15 2.18 2.95 4.13 26.19 24.01
Junc 56 2.13 2.95 4.13 25.85 23.72
Junc 57 2.24 0.62 0.87 25.85 23.61
Junc 58 1.23 0.62 0.87 25.53 24.3
Junc 59 1.89 0.3 0.42 25.67 23.78
Junc 60 0.62 2.27 3.18 25.38 24.76
Junc 61 1.28 2.27 3.18 25.39 24.11
Junc 62 0.67 2.27 3.18 25.36 24.69
Junc 63 3.7 1.99 2.79 25.34 21.64
Junc 64 3.89 0.32 0.45 26.07 22.18
Junc 65 3 0.31 0.43 25.93 22.93
Junc 66 1.23 0.62 0.87 67.84 66.61
Junc 67 3.51 0.62 0.68 28.28 24.77
Junc 68 4.33 0.62 0.87 25.25 20.92
Junc 69 4.2 0.62 0.87 29.71 25.51
Junc 70 2.54 1.21 1.69 52.68 50.14
Junc 71 3.13 1.21 1.69 51.2 48.07
Junc 72 4.5 0 0 36.23 31.73
Junc 73 4.9 1.58 2.21 24.44 19.54
Junc 74 4.82 1.58 2.21 25.25 20.43
Junc 75 9.11 2.76 3.04 25.14 16.03
Junc 76 9.2 2.76 3.86 25.13 15.93
Junc 77 10 5.52 7.73 25.07 15.07
Junc 78 9.8 2.76 3.86 25.2 15.4
Junc 79 9.77 6.68 9.35 23.07 13.3
Junc 80 9.77 2.61 3.65 23.05 13.28
Junc 81 6 2.61 3.65 22.31 16.31
Junc 82 6 2.61 3.65 22.31 16.31
Junc 83 6 4.66 6.52 22.74 16.74
Junc 84 8.5 0 0 71.45 62.95
Junc 85 8.5 0 0 71.29 62.79
Junc 86 8.5 0 0 71.22 62.72
Junc 87 6.5 0 0 80.19 73.69
Junc 88 7 0 0 73.51 66.51
Junc 89 8.5 0 0 71.81 63.31
Junc 90 8.5 0 0 71.43 62.93
Junc 91 8.5 0 0 71.32 62.82
Junc 92 8.5 0 0 71.15 62.65
Junc 93 8.5 0 0 13.32 4.82
Junc 94 3.51 0.62 0.87 25.36 21.85
Junc 104 5.8 2.34 3.28 51.35 45.55
Junc 105 5.8 3.34 4.68 51.02 45.22
Junc 106 5.8 0 0 52.22 46.42
Junc 108 3.42 3.63 5.08 25.39 21.97
Junc 111 4.91 1.58 2.21 25.53 20.62
Junc 112 4.91 0 0 32.29 27.38
Junc 114 1 1.58 2.21 48.35 47.35
Junc 115 4.91 3.34 4.68 49.16 44.25
Junc 117 2.99 0 0 29.75 26.76
Junc 119 3.51 0.62 0.87 27.58 24.07
Junc 120 3.51 0.62 0.87 27.85 24.34
Junc 122 7 1.21 1.69 74.8 67.8
Junc 123 7 1.21 1.33 73.36 66.36
Junc 124 4.58 1.21 1.69 66.16 61.58
Junc 125 2.25 0.62 0.87 65.91 63.66
Junc 127 1.23 0 0 69.82 68.59
Junc 128 1.28 2.27 3.18 67.92 66.64
Junc 132 2.67 0 0 32.1 29.43
Junc 133 2.67 1.99 2.79 28.64 25.97
Junc 134 2.67 1.99 2.79 33.52 30.85
Junc 135 2.67 0 0 37.45 34.78
Junc 139 0.67 0 0 11.65 10.98
Junc 140 0.67 2.27 3.18 10.92 10.25
Junc 141 0.67 2.41 3.37 9.59 8.92
Junc 142 0.67 2.41 3.37 10.58 9.91
Junc 144 0.67 2.27 2.5 25.67 25
Junc 145 0.67 2.27 3.18 25.41 24.74
Junc 147 4.91 3.34 3.67 51.27 46.36
Junc 149 6 2.61 3.65 21.21 15.21
Junc 153 0.67 2.27 3.18 24.57 23.9
Junc 154 2.67 1.99 2.79 26.21 23.54
Junc 155 0.5 1.99 2.79 25.69 25.19
Junc 156 0.5 0.89 1.25 25.56 25.06
Junc 157 3.5 3.63 5.08 24.51 21.01
Junc 158 3.06 1.99 2.79 24.8 21.74
Junc 159 4.9 1 1.4 24.56 19.66
Junc 160 4.81 0.58 0.81 24.38 19.57
Junc 161 2.38 1 1.4 28.03 25.65
Junc 162 3.89 0.62 0.87 26.06 22.17
Junc a2 11 0 0 95.44 84.44
Junc a1 7 0 0 93.99 86.99
Junc 164 6 0 0 21.21 15.21
Junc 165 5.8 0 0 31.34 25.54
Junc 166 5.8 0 0 59.55 53.75
Junc 167 4.91 0 0 52.35 47.44
Junc 168 4.91 0 0 36.8 31.89
Junc 169 4.5 0 0 40.46 35.96
Junc 170 3.42 0 0 31.08 27.66
Junc 171 2.56 0 0 27.97 25.41
Junc 172 2.99 0 0 34.67 31.68
Junc 173 1.23 0 0 71.01 69.78
Junc 174 1.28 0 0 69.79 68.51
Junc 175 3.68 0 0 31.4 27.72
Junc 176 2.67 0 0 39.77 37.1
Junc 177 2.67 0 0 36.35 33.68
Junc 178 2.67 0 0 35.48 32.81
Junc 179 2.39 0 0 30.19 27.8
Junc 180 1.92 0 0 30.9 28.98
Junc 181 0.67 0 0 30.03 29.36
Junc 182 0.67 0 0 13.51 12.84
Junc 183 2.04 0.12 0.13 25.76 23.72
Junc 184 3.89 0.3 0.33 26 22.11
Junc 185 3 0.31 0.34 25.84 22.84
Junc 186 2.99 0.31 0.34 25.88 22.89
Junc 187 3 0.32 0.35 25.76 22.76
Junc 188 0.8 0 0 26.6 25.8
Junc 189 2.38 0 0 65.97 63.59
Junc 190 5.8 1 1.1 51.27 45.47
Junc 191 7 0 0 75.49 68.49
Junc 192 5.2 0 0 71.52 66.32
Junc 195 8.5 0 0 13.32 4.82
Junc 196 8.5 0 0 62.73 54.23
Junc 197 8.5 0 0 9.51 1.01
Junc 198 8.5 0 0 70.81 62.31
Junc 199 8.5 0 0 9.51 1.01
Junc 20 7 0 0 95.44 88.44
Junc 200 7 0 0 95.44 88.44
Junc 201 7 0 0 93.99 86.99
Junc 202 7 0 0 93.99 86.99
Junc 203 7 0 0 93.99 86.99
Junc 204 7 0 0 93.99 86.99
Junc 205 8.5 0 0 26.21 17.71
Junc 206 8.5 0 0 26.21 17.71
Junc 207 0.67 2 2.8 9.59 8.92
Junc 208 8.5 0 0 89.17 80.67
Junc 209 8.5 0 0 98.84 90.34
Junc 210 8.5 0 0 98.84 90.34
Junc 193 200 0 0 229.71 29.71
Resvr RESCPG 9 #N/A -40.05 9 0
Resvr BPT2 102 #N/A 14.13 102 0
Resvr 17 -28 #N/A -1.36 -28 0
Resvr 95 -5 #N/A -3 -5 0
Resvr 96 -5.5 #N/A -5.35 -5.5 0
Resvr 97 -5.5 #N/A -3.3 -5.5 0
Resvr 98 -5.5 #N/A -2.66 -5.5 0
Resvr 99 -34 #N/A -10.72 -34 0
Resvr 100 -28 #N/A -1.43 -28 0
Resvr 101 -28 #N/A -1.34 -28 0
Resvr 102 -8 #N/A -15.05 -8 0
Resvr 103 -28 #N/A -10.58 -28 0
Resvr 107 -28 #N/A -10.7 -28 0
Resvr 109 -28 #N/A -10.9 -28 0
Resvr 110 -28 #N/A -13.92 -28 0
Resvr 113 -28 #N/A -9.61 -28 0
Resvr 116 -28 #N/A -9.29 -28 0
Resvr 118 -28 #N/A -10.09 -28 0
Resvr 121 -28 #N/A -7.42 -28 0
Resvr 126 -28 #N/A -5.36 -28 0
Resvr 129 -28 #N/A -10.57 -28 0
Resvr 130 -28 #N/A -14.6 -28 0
Resvr 131 -28 #N/A -10.95 -28 0
Resvr 136 -28 #N/A -8.37 -28 0
Resvr 137 -31 #N/A -11.61 -31 0
Resvr 138 -31 #N/A -10.45 -31 0
Resvr 143 -46 #N/A -12.73 -46 0
Resvr 146 -31 #N/A -11.77 -31 0
Resvr 148 -31 #N/A -8.91 -31 0
Resvr 150 -31 #N/A 0 -31 0
Resvr 151 -31 #N/A -5.99 -31 0
Resvr 152 -9 #N/A -7 -9 0
Resvr 163 -31 #N/A -5.42 -31 0
Resvr bpt1 184 #N/A 19.3 184 0
Resvr bronkapt 232 #N/A -59.6 232 0
Tank R01 33.42 #N/A 21.87 33.54 0.12
Tank 194 8.5 #N/A 4.82 9.51 1.01
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa ada beberapa titik yang memiliki
tekanan terlalu tinggi (>60 m) dan ada pula yang belum memenuhi tekanan minimum
(10 m). Tekanan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pipa, sedangkan
jika tekanan terlalu rendah, maka pelanggan akan memperoleh air yang kurang lancer.
Lalu dicek pula kondisi kecepatan aliran pada jaringan distribusi, dan diperoleh hasil
sebagai berikut.
Tabel 5.4. Kecepatan pada Jaringan Distribusi
Length Diameter Roughness Flow Velocity Unit Headloss
Link ID
m mm LPS m/s m/km
Pipe 3 3643 200 120 22.05 0.7 3.27
Pipe 4 3643 180.8 120 17.99 0.7 3.67
Pipe 5 4049 226.2 120 17.57 0.44 1.18
Pipe 6 720 144.6 120 19.08 1.16 12.13
Pipe 7 4040 144.6 120 15.36 0.94 8.11
Pipe 8 780 150 120 15.88 0.9 7.22
Pipe 9 1813 144.6 120 6.06 0.37 1.45
Pipe 10 1440 99.4 120 4.37 0.56 4.9
Pipe 11 2900 144.6 120 3.86 0.24 0.63
Pipe 12 3094 144.6 120 1.72 0.1 0.14
Pipe 13 360 144.6 120 0 0 0
Pipe 14 3100 150 120 18.69 1.06 9.76
Pipe 15 3100 100 120 7.48 0.95 12.91
Pipe 16 15885 150 120 7.48 0.42 1.79
Pipe 17 883 350 120 22.67 0.24 0.23
Pipe 18 1867 350 120 32.9 0.34 0.45
Pipe 19 216 350 120 13.8 0.14 0.09
Pipe 20 348 350 120 -2.94 0.03 0.01
Pipe 21 185 350 120 -16.46 0.17 0.12
Pipe 22 448 350 120 -11.6 0.12 0.07
Pipe 23 335 350 120 -17.23 0.18 0.14
Pipe 24 566 350 120 -25.5 0.26 0.28
Pipe 25 190 350 120 -27.71 0.29 0.33
Pipe 26 737 350 120 -20.6 0.21 0.19
Pipe 27 562 350 120 -16.38 0.17 0.12
Pipe 29 255 300 120 -20 0.28 0.38
Pipe 30 567 300 120 -15.67 0.22 0.24
Pipe 31 1018 300 120 -13.01 0.18 0.17
Pipe 32 411 300 120 -5.55 0.08 0.04
Pipe 33 383 300 120 0.87 0.01 0
Pipe 34 334 250 120 -6.6 0.13 0.12
Pipe 35 583 250 120 -1.42 0.03 0.01
Pipe 36 201 250 120 -4.5 0.09 0.06
Pipe 37 291 250 120 -1.7 0.03 0.01
Pipe 38 340 200 120 -3.66 0.12 0.12
Pipe 39 188 144.6 120 0.51 0.03 0.01
Pipe 40 495 144.6 120 -4.58 0.28 0.86
Pipe 41 228 144.6 120 -9.66 0.59 3.44
Pipe 42 1021 144.6 120 1.48 0.09 0.11
Pipe 43 298 144.6 120 -1.31 0.08 0.09
Pipe 45 90 144.6 120 -5.54 0.34 1.23
Pipe 46 311 144.6 120 -7.37 0.45 2.08
Pipe 47 215 144.6 120 -10.91 0.66 4.31
Pipe 48 489 144.6 120 -13.7 0.83 6.57
Pipe 49 814 144.6 120 5.24 0.32 1.11
Pipe 50 303 144.6 120 1.11 0.07 0.06
Pipe 51 521 144.6 120 7.43 0.45 2.11
Pipe 52 716 144.6 120 3.3 0.2 0.47
Pipe 53 719 144.6 120 -0.83 0.05 0.04
Pipe 54 542.7 144.6 120 9.64 0.59 3.42
Pipe 55 338 144.6 120 5.01 0.31 1.02
Pipe 56 351 144.6 120 -0.08 0 0
Pipe 57 302 144.6 120 2.54 0.15 0.29
Pipe 58 288 144.6 120 3.45 0.21 0.51
Pipe 59 422 144.6 120 4.04 0.25 0.68
Pipe 60 454 144.6 120 2.58 0.16 0.3
Pipe 61 653 144.6 120 0.88 0.05 0.04
Pipe 62 832 144.6 120 0.74 0.05 0.03
Pipe 63 278 200 120 8.33 0.27 0.54
Pipe 64 496 200 120 4.21 0.13 0.15
Pipe 65 144 200 120 7.53 0.24 0.45
Pipe 66 307 144.6 120 3.17 0.19 0.44
Pipe 67 292 144.6 120 2.58 0.16 0.3
Pipe 68 908 99.4 120 -5.06 0.65 6.44
Pipe 69 396 144.6 120 -12.55 0.76 5.58
Pipe 70 538 144.6 120 -8.42 0.51 2.67
Pipe 71 328 144.6 120 0 0 0
Pipe 72 250 210 120 3.63 0.1 0.09
Pipe 73 1322 99.4 120 -8.13 1.05 15.5
Pipe 74 937 99.4 120 -2.37 0.31 1.58
Pipe 75 495 80 120 -8.8 1.75 51.72
Pipe 76 328 99.4 120 -9.29 1.2 19.87
Pipe 77 310 99.4 120 -3.02 0.39 2.47
Pipe 78 291 300 120 -20.85 0.29 0.41
Pipe 79 866 144.6 120 2.44 0.15 0.27
Pipe 80 353 144.6 120 2.56 0.16 0.29
Pipe 81 140 144.6 120 -4.76 0.29 0.93
Pipe 82 333 144.6 120 1.96 0.12 0.18
Pipe 83 98 144.6 120 1.36 0.08 0.09
Pipe 84 854 144.6 120 2.51 0.15 0.28
Pipe 85 481 144.6 120 0 0 0
Pipe 86 583 144.6 120 9.87 0.6 3.58
Pipe 87 349 144.6 120 13.09 0.8 6.04
Pipe 88 458 114.6 120 -0.52 0.05 0.05
Pipe 89 309 144.6 120 7.91 0.48 2.38
Pipe 90 433 144.6 120 0.61 0.04 0.02
Pipe 91 115 144.6 120 0.1 0.01 0
Pipe 92 1142 144.6 120 -2.94 0.18 0.38
Pipe 93 1517 144.6 120 -11.19 0.68 4.51
Pipe 94 1723 144.6 120 1.34 0.08 0.09
Pipe 95 601 200 120 8.19 0.26 0.52
Pipe 96 200 144.6 120 2.77 0.17 0.34
Pipe 97 1202 99 120 5.42 0.7 7.46
Pipe 98 1469 144.6 120 5.35 0.33 1.15
Pipe 99 1026 200 120 8.65 0.28 0.58
Pipe 100 1243 144.6 120 1.36 0.08 0.09
Pipe 101 601 200 120 4.36 0.14 0.16
Pipe 102 318 144.6 120 -2.66 0.16 0.32
Pipe 103 915 144.6 120 -10.72 0.65 4.17
Pipe 104 15885 200 120 18.69 0.59 2.4
Pipe 105 1124 150 120 0.87 0.05 0.03
Pipe 28 460 144.6 120 0 0 0
Pipe 112 212 144.6 120 -6.33 0.39 1.57
Pipe 113 33 99 120 10.7 1.39 26.31
Pipe 115 5 30 120 -4.3 6.08 1629.3
Pipe 116 111 80 120 9.61 1.91 60.93
Pipe 117 175 150 120 7.4 0.42 1.76
Pipe 118 107 99.4 120 0 0 0
Pipe 119 578 99.4 120 -2.21 0.29 1.39
Pipe 120 801 80 120 -1.65 0.33 2.33
Pipe 121 246 99.4 120 5.99 0.77 8.81
Pipe 122 144 144.6 120 8.86 0.54 2.93
Pipe 123 112 144.6 120 7.99 0.49 2.42
Pipe 107 1327 150 120 5.72 0.32 1.09
Pipe 108 1881 144.6 120 13.66 0.83 6.54
Pipe 110 3937 99.4 120 2.56 0.33 1.83
Pipe 111 749 99.4 120 0.87 0.11 0.25
Pipe 106 96 80 120 5.36 1.07 20.65
Pipe 114 752 100 120 0.56 0.07 0.11
Pipe 124 1437 80 120 2.25 0.45 4.12
Pipe 126 355 100 120 6.42 0.82 9.73
Pipe 128 189 100 120 -5.59 0.71 7.52
Pipe 129 247 100 120 -8.37 1.07 15.91
Pipe 131 151 150 120 12.73 0.72 4.79
Pipe 132 466 100 120 3.32 0.42 2.87
Pipe 133 465 100 120 1.59 0.2 0.74
Pipe 134 155 80 120 -0.05 0.01 0
Pipe 135 321 150 120 2.17 0.12 0.18
Pipe 136 206 150 120 -6.09 0.34 1.22
Pipe 137 308 99.4 120 5.24 0.68 6.87
Pipe 138 109 80 120 -3.65 0.73 10.16
Pipe 139 415 100 120 3.18 0.4 2.64
Pipe 1 263 80 120 0.15 0.03 0.03
Pipe 2 1253 80 120 -0.13 0.03 0.02
Pipe 109 408 144.6 120 10.77 0.66 4.21
Pipe 125 314 80 120 0.4 0.08 0.17
Pipe 130 290 80 120 -0.96 0.19 0.86
Pipe 140 242 80 120 3.64 0.72 10.06
Pipe 141 260 80 120 -0.36 0.07 0.14
Pipe 142 231 144.6 120 9.26 0.56 3.18
Pipe 143 158 144.6 120 4.36 0.27 0.79
Pipe 144 100 144.6 120 4.32 0.26 0.78
Pipe 145 242 80 120 2.11 0.42 3.68
Pipe 146 343 80 120 -1.33 0.27 1.57
Pipe 147 680 80 120 0.66 0.13 0.43
Pipe 148 325 80 120 2.79 0.55 6.15
Pipe 149 328 80 120 -1.64 0.33 2.29
Pipe 151 296 99.4 120 0.81 0.1 0.22
Pipe 152 402 80 0.5 0.01 0 1.93
Pipe 153 402 80 0.5 0 0 0.3
Pipe 154 401 80 120 1.4 0.28 1.72
Pipe 155 153 80 120 -4.51 0.9 15.01
Pipe 156 1372 80 120 -5.91 1.18 24.76
Pipe 157 754 80 120 -4.06 0.81 12.36
Pipe 158 298 200 120 -1.39 0.04 0.02
Pipe 159 458 80 120 0.53 0.1 0.28
Pipe 160 806 80 120 0.4 0.08 0.17
Pipe 161 496 80 120 1.2 0.24 1.3
Pipe 162 54 75 120 0 0 0
Pipe 163 54 73 120 10.58 2.53 113.65
Pipe 164 72 75 120 10.7 2.42 101.74
Pipe 165 60 100 120 8.91 1.13 17.86
Pipe 166 54 75 120 9.61 2.18 83.44
Pipe 167 54 75 120 9.29 2.1 78.33
Pipe 168 54 75 120 10.9 2.47 105.34
Pipe 169 36 100 120 13.92 1.77 40.77
Pipe 170 54 75 120 10.09 2.28 91.17
Pipe 171 42 75 120 5.36 1.21 28.27
Pipe 172 54 75 120 5.99 1.36 34.71
Pipe 173 50 75 120 10.57 2.39 99.46
Pipe 174 36 75 120 8.37 1.9 64.59
Pipe 175 36 75 120 11.61 2.63 118.25
Pipe 176 48 75 120 10.95 2.48 106.2
Pipe 177 48 100 120 14.6 1.86 44.55
Pipe 178 60 100 120 10.45 1.33 23.96
Pipe 179 36 75 120 11.77 2.66 121.27
Pipe 180 54 100 120 12.73 1.62 34.54
Pipe 182 936 99.4 120 4.1 0.53 4.36
Pipe 183 214 144.6 120 3.03 0.18 0.4
Pipe 184 357 200 120 6.45 0.21 0.33
Pipe 185 176 200 120 6.85 0.22 0.37
Pipe 186 151 80 120 0.79 0.16 0.59
Pipe 187 280 80 120 -0.67 0.13 0.43
Pipe 188 206 80 120 -0.62 0.12 0.38
Pipe 189 300 80 120 -0.76 0.15 0.55
Pipe 190 213 80 120 0.68 0.13 0.45
Pipe 191 332 80 120 0.47 0.09 0.23
Pipe 192 162 144.6 120 13.11 0.8 6.06
Pipe 193 411 80 120 -1.41 0.28 1.75
Pipe 194 163 144.6 120 11.7 0.71 4.9
Pipe 195 502 99.4 120 0.61 0.08 0.13
Pipe 196 842 80 120 -0.26 0.05 0.08
Pipe 197 621 99.4 120 -2.04 0.26 1.2
Pipe 198 1311 144.6 120 1.1 0.07 0.06
Pipe 199 455 80 120 0.9 0.18 0.76
Pipe 200 54 100 120 7.42 0.94 12.71
Pipe 201 1 100 120 4.39 0.56 4.82
Pipe 205 1 150 120 7 0.4 1.58
Pipe 207 1 300 120 20 0.28 0.38
Pipe 208 2 200 120 -2.78 0.09 0.07
Pipe 209 2 200 120 9 0.29 0.62
Pipe 212 2 250 120 11.03 0.22 0.31
Pipe 213 2 250 120 11.03 0.22 0.31
Pipe 214 2 350 120 0 0 0
Pipe 215 2 350 120 0 0 0
Pipe 216 155 80 120 -2.85 0.57 6.42
Pipe 217 5 100 120 -9.25 1.18 19.13
Pipe 150 465 150 120 4.63 0.26 0.74
Pipe 218a 3500 100 120 10.32 1.31 23.43
Pipe 218 3500 150 120 29.98 1.7 23.43
Pipe 219 50 150 120 43.09 2.44 45.87
Pipe 220 1200 200 120 16.51 0.53 1.91
Pipe 221 2550 100 120 8.93 1.14 17.92
Pipe 222 1400 150 120 35.86 2.03 32.65
Pipe 223 1000 100 120 14.8 1.89 45.71
Pada tabel di atas, terdapat beberapa kecepatan pada segmen pipa yang diberi
highlight merah dan kuning. Highlight merah artinya kecepatan pada pipa melebihi
kecepatan maksimum yaitu 2 m/s, sedangkan highlight kuning artinya kecepatan pada
pipa belum memenuhi kecepatan minimum, yaitu 0,3 m/s. Dari total 220 segmen pipa,
terdapat 116 pipa yang masih belum memenuhi syarat kecepatan air dalam pipa.
Lalu dilakukan pergantian pada berbagai aspek pada jaringan distribusi PDAM
Kota Pekalongan, seperti diameter pipa, ataupun head pompa. Dari trial terakhir
dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 5.5. Tekanan pada Seluruh Titik Jaringan Distribusi
Elevation Base Demand Demand Head Pressure
Node ID
m LPS LPS m m
Junc 1 7 0 0 94.15 87.15
Junc 2 7 0 0 95.55 88.55
Junc 3 7 1.21 1.69 82.67 75.67
Junc 4 3.13 1.21 1.69 78.06 74.93
Junc 5 7 1.21 1.69 82.67 75.67
Junc 6 7 1.21 1.69 74.33 67.33
Junc 7 6.21 1.21 1.69 44.14 37.93
Junc 8 3.13 1.21 1.69 72.62 69.49
Junc 9 2.53 1.21 1.69 70.05 67.52
Junc 10 2.53 1.21 1.69 63.2 60.67
Junc 11 6 2.76 3.86 62.99 56.99
Junc 12 6 2.76 3.86 34.1 28.1
Junc 13 6 2.61 3.65 24.91 18.91
Junc 14 60 0 0 71.74 11.74
Junc 16 60 0 0 61.99 1.99
Junc 18 5.2 5.52 7.73 29.07 23.87
Junc 19 6 4.5 6.3 28.67 22.67
Junc 21 5.86 1.58 1.74 28.81 22.95
Junc 22 5.86 2.61 3.65 28.75 22.89
Junc 23 6 2.61 3.65 28.54 22.54
Junc 24 4.83 1.58 2.21 29.19 24.36
Junc 25 5.13 1.58 2.21 29.4 24.27
Junc 26 4.34 1.58 2.21 29.56 25.22
Junc 27 4.53 1.21 1.69 29.62 25.09
Junc 28 2.52 0.62 0.87 30.09 27.57
Junc 29 2.38 0.21 0.29 29.93 27.55
Junc 30 8.5 0 0 29.87 21.37
Junc 31 8.5 2.76 3.86 69.74 61.24
Junc 32 8.5 0 0 70.22 61.72
Junc 33 8.5 0 0 71.42 62.92
Junc 34 1.69 0.31 0.43 30.47 28.78
Junc 35 1.23 0.62 0.87 29.92 28.69
Junc 36 4.91 1.58 2.21 29.45 24.54
Junc 37 4.08 1.58 2.21 30.57 26.49
Junc 38 4.33 0.62 0.87 32.37 28.04
Junc 39 4.3 0.62 0.87 31.9 27.6
Junc 40 3.42 3.63 5.08 33.24 29.82
Junc 41 3.42 3.63 5.08 32.81 29.39
Junc 42 3.42 3.63 5.08 33.38 29.96
Junc 43 2.56 0 0 33.84 31.28
Junc 44 3.68 1.99 2.79 32.63 28.95
Junc 45 3.68 0 0 32.93 29.25
Junc 46 3.68 1.1 1.54 31.96 28.28
Junc 47 3.68 1.99 2.79 32 28.32
Junc 48 2.67 1.99 2.79 32.43 29.76
Junc 49 2.67 1.99 2.79 33.15 30.48
Junc 50 3.67 1.99 2.79 35.8 32.13
Junc 51 1.92 2.95 4.13 34.78 32.86
Junc 52 1.74 2.95 4.13 31.02 29.28
Junc 53 1.64 2.95 4.13 32.66 31.02
Junc 54 1.92 2.95 4.13 33.66 31.74
Junc 55 2.39 2.95 4.13 32.87 30.48
Junc 15 2.18 2.95 4.13 31.38 29.2
Junc 56 2.13 2.95 4.13 31.17 29.04
Junc 57 2.24 0.62 0.87 30.92 28.68
Junc 58 1.23 0.62 0.87 29.31 28.08
Junc 59 1.89 0.3 0.42 29.9 28.01
Junc 60 0.62 2.27 3.18 29.5 28.88
Junc 61 1.28 2.27 3.18 28.8 27.52
Junc 62 0.67 2.27 3.18 29.13 28.46
Junc 63 3.7 1.99 2.79 31.9 28.2
Junc 64 3.89 0.32 0.45 31.25 27.36
Junc 65 3 0.31 0.43 31.01 28.01
Junc 66 1.23 0.62 0.87 68.52 67.29
Junc 67 3.51 0.62 0.68 32.93 29.42
Junc 68 4.33 0.62 0.87 30.77 26.44
Junc 69 4.2 0.62 0.87 34.31 30.11
Junc 70 2.54 1.21 1.69 54.52 51.98
Junc 71 3.13 1.21 1.69 53.2 50.07
Junc 72 4.5 0 0 40.56 36.06
Junc 73 4.9 1.58 2.21 28.42 23.52
Junc 74 4.82 1.58 2.21 29.28 24.46
Junc 75 9.11 2.76 3.04 27.91 18.8
Junc 76 9.2 2.76 3.86 27.73 18.53
Junc 77 10 5.52 7.73 28.14 18.14
Junc 78 9.8 2.76 3.86 28.28 18.48
Junc 79 9.77 6.68 9.35 26.62 16.85
Junc 80 9.77 2.61 3.65 26.25 16.48
Junc 81 6 2.61 3.65 24.92 18.92
Junc 82 6 2.61 3.65 25.53 19.53
Junc 83 6 4.66 6.52 28.04 22.04
Junc 84 8.5 0 0 71.87 63.37
Junc 85 8.5 0 0 70.47 61.97
Junc 86 8.5 0 0 70.06 61.56
Junc 87 6.5 0 0 79.59 73.09
Junc 88 7 0 0 73.66 66.66
Junc 89 8.5 0 0 72 63.5
Junc 90 8.5 0 0 76.33 67.83
Junc 91 8.5 0 0 73.96 65.46
Junc 92 8.5 0 0 70.87 62.37
Junc 93 8.5 0 0 13.32 4.82
Junc 94 3.51 0.62 0.87 31.95 28.44
Junc 104 5.8 2.34 3.28 54.25 48.45
Junc 105 5.8 3.34 4.68 53.88 48.08
Junc 106 5.8 0 0 55.17 49.37
Junc 108 3.42 3.63 5.08 33.54 30.12
Junc 111 4.91 1.58 2.21 29.75 24.84
Junc 112 4.91 0 0 36.35 31.44
Junc 114 1 1.58 2.21 50.37 49.37
Junc 115 4.91 3.34 4.68 51.17 46.26
Junc 117 2.99 0 0 34.16 31.17
Junc 119 3.51 0.62 0.87 32.11 28.6
Junc 120 3.51 0.62 0.87 32.44 28.93
Junc 122 7 1.21 1.69 75.69 68.69
Junc 123 7 1.21 1.33 74.34 67.34
Junc 124 4.58 1.21 1.69 67.14 62.56
Junc 125 2.25 0.62 0.87 66.28 64.03
Junc 127 1.23 0 0 70.38 69.15
Junc 128 1.28 2.27 3.18 68.7 67.42
Junc 132 2.67 0 0 37.3 34.63
Junc 133 2.67 1.99 2.79 34.23 31.56
Junc 134 2.67 1.99 2.79 38.42 35.75
Junc 135 2.67 0 0 41.78 39.11
Junc 139 0.67 0 0 11.65 10.98
Junc 140 0.67 2.27 3.18 10.92 10.25
Junc 141 0.67 2.41 3.37 9.58 8.91
Junc 142 0.67 2.41 3.37 10.58 9.91
Junc 144 0.67 2.27 2.5 29.77 29.1
Junc 145 0.67 2.27 3.18 29.53 28.86
Junc 147 4.91 3.34 3.67 53.02 48.11
Junc 149 6 2.61 3.65 24.42 18.42
Junc 153 0.67 2.27 3.18 28.67 28
Junc 154 2.67 1.99 2.79 32.26 29.59
Junc 155 0.5 1.99 2.79 32.18 31.68
Junc 156 0.5 0.89 1.25 32.03 31.53
Junc 157 3.5 3.63 5.08 31.16 27.66
Junc 158 3.06 1.99 2.79 31.49 28.43
Junc 159 4.9 1 1.4 28.59 23.69
Junc 160 4.81 0.58 0.81 28.23 23.42
Junc 161 2.38 1 1.4 31.99 29.61
Junc 162 3.89 0.62 0.87 31.15 27.26
Junc a2 11 0 0 95.55 84.55
Junc a1 7 0 0 94.15 87.15
Junc 164 6 0 0 24.42 18.42
Junc 165 5.8 0 0 29.67 23.87
Junc 166 5.8 0 0 57.09 51.29
Junc 167 4.91 0 0 54.01 49.1
Junc 168 4.91 0 0 37.44 32.53
Junc 169 4.5 0 0 41.55 37.05
Junc 170 3.42 0 0 34.8 31.38
Junc 171 2.56 0 0 35.05 32.49
Junc 172 2.99 0 0 35.35 32.36
Junc 173 1.23 0 0 71.5 70.27
Junc 174 1.28 0 0 70.48 69.2
Junc 175 3.68 0 0 34.06 30.38
Junc 176 2.67 0 0 43.77 41.1
Junc 177 2.67 0 0 38.28 35.61
Junc 178 2.67 0 0 36.99 34.32
Junc 179 2.39 0 0 34.8 32.41
Junc 180 1.92 0 0 34.93 33.01
Junc 181 0.67 0 0 30.82 30.15
Junc 182 0.67 0 0 13.51 12.84
Junc 183 2.04 0.12 0.13 30.53 28.49
Junc 184 3.89 0.3 0.33 31.18 27.29
Junc 185 3 0.31 0.34 30.84 27.84
Junc 186 2.99 0.31 0.34 30.71 27.72
Junc 187 3 0.32 0.35 30.24 27.24
Junc 188 0.8 0 0 31.04 30.24
Junc 189 2.38 0 0 66.61 64.23
Junc 190 5.8 1 1.1 53.76 47.96
Junc 191 7 0 0 76.35 69.35
Junc 192 5.2 0 0 62.99 57.79
Junc 195 8.5 0 0 13.32 4.82
Junc 196 8.5 0 0 62.73 54.23
Junc 197 8.5 0 0 9.51 1.01
Junc 198 8.5 0 0 69.64 61.14
Junc 199 8.5 0 0 9.51 1.01
Junc 20 7 0 0 95.55 88.55
Junc 200 7 0 0 95.55 88.55
Junc 201 7 0 0 94.16 87.16
Junc 202 7 0 0 94.16 87.16
Junc 203 7 0 0 94.16 87.16
Junc 204 7 0 0 94.16 87.16
Junc 205 8.5 0 0 29.87 21.37
Junc 206 8.5 0 0 29.87 21.37
Junc 207 0.67 2 2.8 9.59 8.92
Junc 208 8.5 0 0 89.66 81.16
Junc 209 8.5 0 0 98.84 90.34
Junc 210 8.5 0 0 98.84 90.34
Junc 193 200 0 0 230.16 30.16
Resvr RESCPG 9 #N/A -39.27 9 0
Resvr BPT2 102 #N/A 14.13 102 0
Resvr 17 -28 #N/A -2.66 -28 0
Resvr 95 -5 #N/A -1.6 -5 0
Resvr 96 -5.5 #N/A -5.3 -5.5 0
Resvr 97 -5.5 #N/A -3.19 -5.5 0
Resvr 98 -5.5 #N/A -2.77 -5.5 0
Resvr 99 -34 #N/A -10.72 -34 0
Resvr 100 -28 #N/A -2.1 -28 0
Resvr 101 -28 #N/A -0.64 -28 0
Resvr 102 -8 #N/A -14.34 -8 0
Resvr 103 -28 #N/A -10.86 -28 0
Resvr 107 -28 #N/A -11.07 -28 0
Resvr 109 -28 #N/A -10.3 -28 0
Resvr 110 -28 #N/A -12.53 -28 0
Resvr 113 -28 #N/A -9.49 -28 0
Resvr 116 -28 #N/A -9.09 -28 0
Resvr 118 -28 #N/A -10 -28 0
Resvr 121 -28 #N/A -7.22 -28 0
Resvr 126 -28 #N/A -5.18 -28 0
Resvr 129 -28 #N/A -10.11 -28 0
Resvr 130 -28 #N/A -13.85 -28 0
Resvr 131 -28 #N/A -10.64 -28 0
Resvr 136 -28 #N/A -7.69 -28 0
Resvr 137 -31 #N/A -11.17 -31 0
Resvr 138 -31 #N/A -9.75 -31 0
Resvr 143 -46 #N/A -12.73 -46 0
Resvr 146 -31 #N/A -11.62 -31 0
Resvr 148 -31 #N/A -8.55 -31 0
Resvr 150 -31 #N/A 0 -31 0
Resvr 151 -31 #N/A -5.82 -31 0
Resvr 152 -9 #N/A -7 -9 0
Resvr 163 -31 #N/A -5.6 -31 0
Resvr bpt1 184 #N/A 134.6 184 0
Resvr bronkapt 232 #N/A -174.9 232 0
Tank R01 33.42 #N/A 13.4 33.55 0.13
Tank 194 8.5 #N/A 5.66 9.51 1.01
Diketahui pada tabel di atas, bahwa tekanan pada jaringan distribusi PDAM
Kota Pekalongan belum sepenuhnya memenuhi persyaratan. Selain mengenai
tekanan, dilakukan pula cek pada kecepatan pipa jaringan PDAM Kota Pekalongan
karena dilakukan perubahan diameter pada beberapa segmen pipa. Kecepatan
minimum aliran pada pipa yang harus terpenuhi adalah 0,3 m/s agar air mengalir
lancer, sedangkan batas kecepatan maksimum air dalam pipa ada 2 m/s, karena jika
melebihi kecepatan tersebut, dapat terjadi penggerusan dan dapat merusak pipa.
Berikut merupakan hasil kecepatan setelah diameter dirubah.
Tabel 5.6. Kecepatan pada Jaringan Pipa
Length Diameter Roughness Flow Velocity Unit Headloss
Link ID
m mm LPS m/s m/km
Pipe 3 3643 200 120 21.62 0.69 3.15
Pipe 4 3643 180.8 120 17.65 0.69 3.54
Pipe 5 4049 226.2 120 17.27 0.43 1.14
Pipe 6 720 144.6 120 18.61 1.13 11.58
Pipe 7 4040 144.6 120 14.69 0.89 7.47
Pipe 8 780 150 120 15.58 0.88 6.97
Pipe 9 1813 144.6 120 5.99 0.36 1.42
Pipe 10 1440 99.4 120 4.29 0.55 4.76
Pipe 11 2900 99.4 120 3.86 0.5 3.91
Pipe 12 3094 69.2 120 0.72 0.19 1.01
Pipe 13 360 144.6 120 0 0 0
Pipe 14 3100 150 120 18.69 1.06 9.76
Pipe 15 3100 100 120 7.48 0.95 12.91
Pipe 16 15885 150 120 7.48 0.42 1.79
Pipe 17 883 300 120 21.94 0.31 0.45
Pipe 18 1867 350 120 32.06 0.33 0.43
Pipe 19 216 230.8 120 13.27 0.32 0.64
Pipe 20 348 147.6 120 -4.06 0.24 0.62
Pipe 21 185 300 120 -17.7 0.25 0.3
Pipe 22 448 207.8 120 -11.7 0.34 0.84
Pipe 23 335 300 120 -17.28 0.24 0.29
Pipe 24 566 350 120 -25.62 0.27 0.28
Pipe 25 190 350 120 -27.83 0.29 0.33
Pipe 26 737 300 120 -21.11 0.3 0.42
Pipe 27 562 300 120 -17.16 0.24 0.28
Pipe 29 255 300 120 -20 0.28 0.38
Pipe 30 567 230.8 120 -15.52 0.37 0.85
Pipe 31 1018 200 120 -12.75 0.41 1.18
Pipe 32 411 150 120 -5.2 0.29 0.91
Pipe 33 383 69.2 120 0.87 0.23 1.44
Pipe 34 334 150 120 -7.74 0.44 1.91
Pipe 35 583 100 120 -2.68 0.34 1.93
Pipe 36 201 100 120 -5.76 0.73 7.95
Pipe 37 291 100 120 2.45 0.31 1.63
Pipe 38 340 150 120 -9.07 0.51 2.56
Pipe 39 188 100 120 2.96 0.38 2.31
Pipe 40 495 101.6 120 -2.12 0.26 1.16
Pipe 41 228 144.6 120 -7.21 0.44 2
Pipe 42 1021 100 120 2.06 0.26 1.19
Pipe 43 298 69.2 120 -0.72 0.19 1.02
Pipe 45 90 101.6 120 -1.3 0.16 0.47
Pipe 46 311 144.6 120 -5.93 0.36 1.39
Pipe 47 215 144.6 120 -9.54 0.58 3.36
Pipe 48 489 144.6 120 -12.33 0.75 5.4
Pipe 49 814 144.6 120 5.58 0.34 1.24
Pipe 50 303 69.2 120 1.45 0.38 3.7
Pipe 51 521 144.6 120 7.07 0.43 1.93
Pipe 52 716 100 120 2.94 0.37 2.29
Pipe 53 719 69.2 120 -1.19 0.32 2.57
Pipe 54 542.7 144.6 120 8.53 0.52 2.73
Pipe 55 338 144.6 120 3.92 0.24 0.65
Pipe 56 351 101.6 120 1.63 0.2 0.71
Pipe 57 302 101.6 120 2.23 0.27 1.27
Pipe 58 288 101.6 120 2.87 0.35 2.02
Pipe 59 422 144.6 120 4.76 0.29 0.93
Pipe 60 454 100 120 2 0.25 1.12
Pipe 61 653 69.2 120 0.53 0.14 0.57
Pipe 62 832 69.2 120 0.66 0.18 0.87
Pipe 63 278 184.6 120 3.98 0.15 0.2
Pipe 64 496 69.2 120 0.04 0.01 0
Pipe 65 144 200 120 7.76 0.25 0.47
Pipe 66 307 100 120 1.61 0.21 0.75
Pipe 67 292 69.4 120 0.4 0.11 0.34
Pipe 68 908 99.4 120 -4.8 0.62 5.85
Pipe 69 396 144.6 120 -10.85 0.66 4.26
Pipe 70 538 144.6 120 -8.22 0.5 2.55
Pipe 71 328 144.6 120 0 0 0
Pipe 72 250 150 120 4.89 0.28 0.82
Pipe 73 1322 99.4 120 -7.89 1.02 14.69
Pipe 74 937 99.4 120 -2.22 0.29 1.4
Pipe 75 495 80 120 -8.42 1.67 47.64
Pipe 76 328 99.4 120 -9.09 1.17 19.05
Pipe 77 310 99.4 120 -3.01 0.39 2.47
Pipe 78 291 300 120 -20.89 0.3 0.41
Pipe 79 866 100 120 2.52 0.32 1.72
Pipe 80 353 100 120 2.36 0.3 1.53
Pipe 81 140 144.6 120 -5.01 0.31 1.02
Pipe 82 333 100 120 1.98 0.25 1.1
Pipe 83 98 80 120 1.46 0.29 1.87
Pipe 84 854 100 120 2.4 0.31 1.57
Pipe 85 481 144.6 120 0 0 0
Pipe 86 583 144.6 120 9.99 0.61 3.66
Pipe 87 349 144.6 120 13.68 0.83 6.55
Pipe 88 458 69.4 120 -0.64 0.17 0.8
Pipe 89 309 144.6 120 7.85 0.48 2.34
Pipe 90 433 58.2 120 0.55 0.2 1.41
Pipe 91 115 58.2 120 -0.13 0.05 0.09
Pipe 92 1142 100 120 -3.24 0.41 2.73
Pipe 93 1517 144.6 120 -10.48 0.64 4
Pipe 94 1723 69.4 120 0.64 0.17 0.82
Pipe 95 601 200 120 8.35 0.27 0.54
Pipe 96 200 100 120 2.75 0.35 2.02
Pipe 97 1202 99 120 5.6 0.73 7.93
Pipe 98 1469 144.6 120 5.3 0.32 1.13
Pipe 99 1026 200 120 8.48 0.27 0.56
Pipe 100 1243 100 120 2.66 0.34 1.91
Pipe 101 601 101.6 120 4.26 0.53 4.22
Pipe 102 318 100 120 -2.77 0.35 2.05
Pipe 103 915 144.6 120 -10.72 0.65 4.17
Pipe 104 15885 200 120 18.69 0.59 2.4
Pipe 105 1124 69.4 120 0.87 0.23 1.42
Pipe 28 460 144.6 120 0 0 0
Pipe 112 212 144.6 120 -6.69 0.41 1.74
Pipe 113 33 99 120 11.07 1.44 28.01
Pipe 115 5 230.8 120 -12.77 0.31 0.59
Pipe 116 111 80 120 9.49 1.89 59.53
Pipe 117 175 150 120 7.28 0.41 1.7
Pipe 118 107 99.4 120 0 0 0
Pipe 119 578 99.4 120 -2.21 0.29 1.39
Pipe 120 801 80 120 -2.02 0.4 3.38
Pipe 121 246 99.4 120 5.81 0.75 8.32
Pipe 122 144 144.6 120 9.68 0.59 3.45
Pipe 123 112 144.6 120 8.81 0.54 2.9
Pipe 107 1327 150 120 5.53 0.31 1.02
Pipe 108 1881 144.6 120 13 0.79 5.96
Pipe 110 3937 99.4 120 2.56 0.33 1.83
Pipe 111 749 80 120 0.87 0.17 0.71
Pipe 106 96 80 120 5.18 1.03 19.42
Pipe 114 752 80 120 0.49 0.1 0.24
Pipe 124 1437 80 120 2.16 0.43 3.83
Pipe 126 355 100 120 6.03 0.77 8.65
Pipe 128 189 100 120 -4.91 0.62 5.91
Pipe 129 247 100 120 -7.69 0.98 13.59
Pipe 131 151 150 120 12.73 0.72 4.79
Pipe 132 466 100 120 3.33 0.42 2.88
Pipe 133 465 100 120 1.59 0.2 0.74
Pipe 134 155 50 120 -0.05 0.02 0.03
Pipe 135 321 100 120 2.11 0.27 1.23
Pipe 136 206 150 120 -5.95 0.34 1.17
Pipe 137 308 99.4 120 4.87 0.63 6.01
Pipe 138 109 80 120 -3.65 0.73 10.16
Pipe 139 415 100 120 3.18 0.4 2.64
Pipe 1 263 50 120 -0.52 0.26 2.66
Pipe 2 1253 80 120 -0.54 0.11 0.3
Pipe 109 408 144.6 120 10.05 0.61 3.7
Pipe 125 314 50 120 0.58 0.3 3.33
Pipe 130 290 80 120 1.85 0.37 2.87
Pipe 140 242 80 120 3.24 0.64 8.13
Pipe 141 260 50 120 -0.24 0.12 0.65
Pipe 142 231 144.6 120 9.39 0.57 3.26
Pipe 143 158 144.6 120 4.76 0.29 0.93
Pipe 144 100 144.6 120 4.21 0.26 0.74
Pipe 145 242 80 120 1.84 0.37 2.84
Pipe 146 343 80 120 -1.15 0.23 1.2
Pipe 147 680 50 120 0.2 0.1 0.48
Pipe 148 325 80 120 3.26 0.65 8.23
Pipe 149 328 80 120 -1.62 0.32 2.24
Pipe 151 296 80 120 0.81 0.16 0.63
Pipe 152 402 80 0.5 0.01 0 2.56
Pipe 153 402 80 0.5 0 0 0.42
Pipe 154 401 80 120 1.4 0.28 1.72
Pipe 155 153 80 120 -4.25 0.85 13.43
Pipe 156 1372 80 120 -5.65 1.12 22.75
Pipe 157 754 80 120 -3.91 0.78 11.52
Pipe 158 298 100 120 -1.02 0.13 0.33
Pipe 159 458 50 120 0.16 0.08 0.29
Pipe 160 806 50 120 0.35 0.18 1.3
Pipe 161 496 80 120 0.7 0.14 0.47
Pipe 162 54 75 120 0 0 0
Pipe 163 54 100 120 10.86 1.38 25.74
Pipe 164 72 100 120 11.07 1.41 26.67
Pipe 165 60 100 120 8.55 1.09 16.52
Pipe 166 54 100 120 9.49 1.21 20.08
Pipe 167 54 100 120 9.09 1.16 18.5
Pipe 168 54 100 120 10.3 1.31 23.32
Pipe 169 36 100 120 12.53 1.6 33.57
Pipe 170 54 100 120 10 1.27 22.11
Pipe 171 42 75 120 5.18 1.17 26.59
Pipe 172 54 75 120 5.82 1.32 32.95
Pipe 173 50 100 120 10.11 1.29 22.56
Pipe 174 36 75 120 7.69 1.74 55.19
Pipe 175 36 100 120 11.17 1.42 27.12
Pipe 176 48 100 120 10.64 1.36 24.81
Pipe 177 48 100 120 13.85 1.76 40.38
Pipe 178 60 100 120 9.75 1.24 21.1
Pipe 179 36 100 120 11.62 1.48 29.19
Pipe 180 54 100 120 12.73 1.62 34.54
Pipe 182 936 99.4 120 4.19 0.54 4.55
Pipe 183 214 100 120 3.39 0.43 2.98
Pipe 184 357 150 120 6.32 0.36 1.31
Pipe 185 176 150 120 6.5 0.37 1.38
Pipe 186 151 50 120 0.47 0.24 2.25
Pipe 187 280 50 120 -0.4 0.21 1.69
Pipe 188 206 80 120 -1.29 0.26 1.48
Pipe 189 300 80 120 -1.12 0.22 1.13
Pipe 190 213 80 120 0.94 0.19 0.82
Pipe 191 332 50 120 0.42 0.21 1.82
Pipe 192 162 144.6 120 13.75 0.84 6.62
Pipe 193 411 80 120 -0.93 0.18 0.8
Pipe 194 163 144.6 120 12.83 0.78 5.81
Pipe 195 502 50 120 0.24 0.12 0.65
Pipe 196 842 80 120 -0.63 0.12 0.39
Pipe 197 621 99.4 120 -2.81 0.36 2.17
Pipe 198 1311 100 120 1.1 0.14 0.37
Pipe 199 455 80 120 1.06 0.21 1.03
Pipe 200 54 100 120 7.22 0.92 12.1
Pipe 201 1 100 120 4.2 0.53 4.43
Pipe 205 1 150 120 7 0.4 1.58
Pipe 207 1 300 120 20 0.28 0.38
Pipe 208 2 100 120 -2.66 0.34 1.9
Pipe 209 2 200 120 8.82 0.28 0.6
Pipe 212 2 150 120 10.8 0.61 3.54
Pipe 213 2 150 120 10.8 0.61 3.53
Pipe 214 2 350 120 0 0 0
Pipe 215 2 350 120 0 0 0
Pipe 216 155 80 120 -2.85 0.57 6.4
Pipe 217 5 100 120 -17.11 2.18 59.77
Pipe 150 465 150 120 4.63 0.26 0.74
Pipe 218a 3500 100 120 10.32 1.31 23.43
Pipe 218 3500 150 120 29.98 1.7 23.43
Pipe 219 50 258.6 120 160.24 3.05 36.79
Pipe 220 1200 200 120 14.66 0.47 1.53
Pipe 221 2550 100 120 8.98 1.14 18.1
Pipe 222 1400 258.6 120 151.04 2.88 32.97
Pipe 223 1000 100 120 14.88 1.9 46.16
Dalam tabel kecepatan pada jaringan distribusi di atas, terdapat beberapa data
pipa yang diberi highlight. Highlight berwarna kuning bermakna bahwa kecepatan pada
pipa masih belum memenuhi 0,3 m/s dan nilainya di bawah 0,25 m/s. Highlight
berwarna hijau muda bermakna bahwa kecepatan pada pipa masih belum memenuhi
0,3 m/s namun nilainya di atas 0,25 m/s (mendekati 0,3 m/s). Sedangkan highlight
berwarna merah memiliki makna bahwa pada segmen pipa tersebut memilik kecepatan
lebih dari 2 m/s.
Setelah dilakukan perubahan diameter, diketahui bahwa masih ada 74 total
pipa yang belum memenuhi syarat kecepatan air dalam pipa, dan dari 74 pipa tersebut
terdapat 27 pipa yang sudah mendekati syarat, namun belum sepenuhnya memenuhi
syarat aliran air minimum (0,3 m/s).
5.4. Kehilangan Air di PDAM Kota Pekalongan
Kehilangan air adalah perbedaan antara air yang diproduksi dan masuk ke
sistem distribusi dengan air yang terpakai dan terbayar oleh konsumen. Kehilangan air
dapat diklasifikasikan sebagai kehilangan air tercatat (accounted for water) dan
kehilangan air tidak tercatat (unaccounted for water). Kehilangan air tak tercatat dapat
dibedakan antara kehilangan secara fisik dan kehilangan non fisik.
Kehilangan air non fisik adalah kehilangan yang diakibatkan oleh pemakaian
oleh konsumen, tetapi tidak mendatangkan pendapatan. Kehilangan air secara fisik
adalah kebocoran akibat rusaknya pipa, pipa putus, kebocoran dari assesoris pipa, dan
kebocoran kedalam tanah oleh sebab-sebab lainnya. Seringkali kehilangan air secara
fisik juga didefinisikan sebagai kehilangan air nyata, sedangkan kehilangan air non fisik
didefinisikan sebagai kehilangan air tidak nyata. Kehilangan air nyata adalah
kehilangan air yang secara fisik nyata terbuang keluar dari sistem distribusi, sehingga
tidak dapat dimanfaatkan. Sedangkan kehilangan air tak nyata adalah kehilangan air
yang secara fisiknya tidak dapat terlihat keluar dari sistem distribusi.
Dalam memprediksi kebocoran pipa, PDAM umumnya masih menggunakan
sistem manual, yaitu dengan melihat secara kasat mata jika terjadi genangan air yang
berada diatas saluran pipa PDAM, atau dari laporan masyarakat tentang adanya
kebocoran atau tidak mengalirnya air di rumah mereka sedangkan menurut data
suplay pasokan air cukup tersedia. Dari laporan tersebut ditindaklanjuti dengan turun
kelapangan secara langsung untuk melihat kondisi dilapangan. Akan tetapi cara ini
merupakan cara yang memakan waktu yang lama, karena suatu jaringan penyediaan
air minum bisa saja mencakup area yang cukup luas dan kompleks.
Adapun metode yang umum digunakan dalam pemantauan kebocoran ini
adalah sistem zone (DMA) dimana suatu daerah layanan dibuat menjadi loop tertutup
dengan 1 meter induk in ke dalam zone dan 1 meter induk out ke luar daerah layanan
tersebut. Zone ini biasanya mencakup 500 - 1.000 pelanggan atau dapat juga
berdasarkan jaringan pipa sekunder yang ada. Tekanan air pada daerah-daerah
didalam zone dan kapasitas in dan out pada water meter dipantau serta dibandingkan
dengan pencatatan pada water meter pelanggan di dalam zoning tersebut untuk
jangka waktu yang bersamaan. Jika terjadi deviasi lebih dari yang dapat diterima
antara pencatatan kapasitas air maka dilakukan investigasi kebocoran (teknis dan non-
teknis ) pada daerah tersebut.
Investigasi kebocoran dapat menggunakan teknik step test untuk lokasi yang
terdiri dari beberapa zone yang kemudian dilanjutkan dengan menggunakan alat
deteksi kebocoran dan atau peralatan lainnya yang reliable. Tindakan teknis segera
diambil jika ditemui kebocoran seperti penggalian atau sounding.
Pada PDAM Kota Pekalongan, metode yang digunakan dalam mendeteksi
kebocoran adalah metode step test. Hanya terdapat 6 DMA di Kota Pekalongan, yaitu :
1. DMA Slamaran
2. DMA Binagriya 1
3. DMA Binagriya 2
4. DMA Tirto
5. DMA Salamanis
6. DMA Bendan
Berikut merupakan data kebocoran masing-masing DMA di Kota Pekalongan.
Tabel 5.7. Data Tabel ILI (Kebocoran) DMA Salamanis Tahun 2016
Jumlah NRW Level Tekanan Maksimu waktu CARL UARL
Jumlah Pemakaia Minimum Panjang
No Bulan Pelangga Air Input Rata-rata m pengalira ILI
Hari n Bocor (m3) NRW (%) Deviasi Pressure Pipa 3/
(m day) (m3/day)
n (m) Pressure n
1 Jan-16 31 482 11,450 9,002 2,448 21.4% 9.1 0.3 16.5 103 3,786 67.35 4.13 16.31
2 Feb-16 28 482 11,584 9,202 2,382 20.6% -0.8% 9 0.3 19 115 3,786 71.93 4.08 17.61
3 Mar-16 31 482 10,752 8,176 2,576 24.0% 3.4% 9.1 0.2 17.7 96 3,786 72.55 4.13 17.57
4 Apr-16 30 483 10,160 8,672 1,488 14.6% -9.3% 7 0.2 22 94 3,786 38.04 3.18 11.95
5 May-16 31 482 11,110 9,565 1,545 13.9% -0.7% 11 2.5 23 100 3,786 37.50 4.99 7.51
6 Jun-16 30 482 12,182 8,837 3,345 27.5% 13.6% 11 2.4 24 113 3,786 99.72 4.99 19.98
7 Jul-16 31 482 11,363 7,608 3,755 33.0% 5.6% 7.9 2.4 20 102 3,786 111.31 3.58 31.05
8 Aug-16 31 482 11,478 9,224 2,254 19.6% -13.4% 6.7 0.8 18.3 103 3,786 60.81 3.04 20.00
9 Sep-16 30 482 11,382 8,762 2,620 23.0% 3.4% 6.5 0.7 17 105 3,786 75.65 2.95 25.65
10 Oct-16 31 482 10,042 8,375 1,667 16.6% -6.4% 6 0.5 16.8 90 3,786 42.97 2.72 15.78
11 Nov-16 30 482 11,517 8,363 3,154 27.4% 10.8% 6 0.5 15 107 3,786 93.98 2.72 34.52
12 Dec-16 31 482 10,588 8,216 2,372 22.4% -5.0% 6 0.5 15.9 95 3,786 65.91 2.72 24.21

Tabel 5.8. Data Tabel ILI (Kebocoran) DMA Slamaran Tahun 2016
Jumlah NRW Level Tekanan Maksimu waktu CARL UARL
Jumlah Pemakaia Minimum Panjang
No Bulan Pelangga Air Input Rata-rata m pengalira ILI
Hari n Bocor (m3) NRW (%) Deviasi Pressure Pipa 3/
(m day) (m3/day)
n (m) Pressure n
1 Jan-16 31 918 20,341 18,388 1,953 9.6% 5 1.4 11.6 182 9,512 39.27 4.53 8.67
2 Feb-16 28 904 20,035 16,357 3,678 18.4% 8.8% 6 1.6 14.2 199 9,512 107.99 5.37 20.12
3 Mar-16 31 903 17,600 13,354 4,246 24.1% 5.8% 5.1 2.3 13 158 9,512 119.74 4.56 26.27
4 Apr-16 30 903 20,362 18,323 2,039 10.0% -14.1% 6.5 3.3 14.5 189 9,512 43.54 5.81 7.50
5 May-16 31 901 20,532 17,987 2,545 12.4% 2.4% 5.1 2.2 12 184 9,512 58.89 4.55 12.94
6 Jun-16 30 901 20,098 18,372 1,726 8.6% -3.8% 4 0.3 12 186 9,512 33.04 3.57 9.26
7 Jul-16 31 907 20,570 19,909 661 3.2% -5.4% 3.5 1.1 11;4 184 9,512 -4.37 3.14 -1.39
8 Aug-16 31 910 20,658 15,435 5,223 25.3% 22.1% 3.1 0.9 11.6 185 9,512 148.57 2.79 53.30
9 Sep-16 30 916 21,583 18,453 3,130 14.5% -10.8% 3.2 1.2 12 200 9,512 79.73 2.89 27.56
10 Oct-16 31 916 21,962 17,222 4,740 21.6% 7.1% 3.1 1 11.6 197 9,512 130.68 2.80 46.63
11 Nov-16 30 917 22,032 17,688 4,344 19.7% -1.9% 3 0.9 12.2 204 9,512 121.22 2.71 44.66
12 Dec-16 31 917 23,034 18,158 4,876 21.2% 1.5% 3.2 0.9 11.6 206 9,512 133.86 2.90 46.23

Tabel 5.9. Data Tabel ILI (Kebocoran) DMA Binagriya 1 Tahun 2015
Jumlah NRW Level Tekanan waktu CARL UARL
Jumlah Pemakaia Minimum Maksimum Panjang
No Bulan Pelangga Air Input Rata-rata pengalira ILI
Hari n Bocor (m3) NRW (%) Deviasi Pressure Pressure Pipa 3/
(m day) (m3/day)
n (m) n
1 Jan-15 31 657 24,504 14,877 9,627 39.3% 5.7 3.3 7.9 220 6,959 291.35 3.71 78.53
2 Feb-15 28 646 21,285 13,613 7,672 36.0% -3.2% 6.9 4.6 9.9 211 6,959 254.55 4.43 57.46
3 Mar-15 31 646 23,798 13,475 10,323 43.4% 7.3% 5.9 0.8 11.1 213 6,959 315.61 3.79 83.32
4 Apr-15 30 649 18,331 14,702 3,629 19.8% -23.6% 5.6 1.2 11 170 6,959 101.36 3.61 28.09
5 May-15 31 649 15,391 13,619 1,772 11.5% -8.3% 6.1 1.5 11.6 138 6,959 39.59 3.93 10.07
6 Jun-15 30 650 18,872 14,782 4,090 21.7% 10.2% 6.9 1 12.6 175 6,959 116.62 4.45 26.19
7 Jul-15 31 651 18,346 14,112 4,234 23.1% 1.4% 7 1.8 12.1 164 6,959 118.37 4.52 26.17
8 Aug-15 31 651 18,257 16,394 1,863 10.2% -12.9% 7 1.8 12.1 164 6,959 38.94 4.52 8.61
9 Sep-15 30 658 18,731 14,721 4,010 21.4% 11.2% 7.4 1.8 11.8 173 6,959 114.04 4.82 23.65
10 Oct-15 31 441 16,492 10,959 5,533 33.5% 12.1% 5.6 2.2 11.4 148 4,986 164.34 2.48 66.31
11 Nov-15 30 441 16,327 8,837 7,490 45.9% 12.3% 6.2 1.6 10.5 151 4,986 237.88 2.74 86.70
12 Dec-15 31 446 16,161 12,050 4,111 25.4% -20.4% 5.6 1.2 12.1 145 4,986 117.06 2.50 46.81
Tabel 5.10. Data Tabel ILI (Kebocoran) DMA Binagriya 2 Tahun 2015
Jumlah NRW Level Tekanan Maksimu waktu CARL UARL
Jumlah Minimum Panjang
No Bulan Pelangga Air Input Pemakaian Rata-rata m pengalira ILI
Hari Bocor (m3) NRW (%) Deviasi Pressure Pipa 3/
(m day) (m3/day)
n (m) Pressure n
1 Jan-15 31 1220 30,533 24,947 5,586 18.3% 5.2 1.4 11.2 274 8,932 148.00 5.91 25.04
2 Feb-15 28 1219 27,095 22,648 4,447 16.4% -1.9% 5.4 1.2 11.3 269 8,932 126.47 6.13 20.62
3 Mar-15 31 1221 29,730 21,505 8,225 27.7% 11.3% 5.2 1.5 12 266 8,932 237.57 5.92 40.16
4 Apr-15 30 1220 29,289 23,241 6,048 20.6% -7.0% 5.5 1.3 11.4 271 8,932 170.61 6.25 27.29
5 May-15 31 1219 29,462 20,373 9,089 30.8% 10.2% 5 1.4 12.2 264 8,932 266.91 5.68 46.99
6 Jun-15 30 1216 28,771 21,406 7,365 25.6% -5.3% 5.3 1 11.6 266 8,932 216.96 6.01 36.11
7 Jul-15 31 1215 29,998 22,989 7,009 23.4% -2.2% 5.1 1.3 11.1 269 8,932 196.43 5.78 34.00
8 Aug-15 31 1213 30,265 23,827 6,438 21.3% -2.1% 5.2 1.3 12 271 8,932 176.93 5.88 30.08
9 Sep-15 30 1216 29,030 22,302 6,728 23.2% 1.9% 5.7 1.4 12.2 269 8,932 194.53 6.46 30.11
10 Oct-15 31 1216 30,346 23,540 6,806 22.4% -0.7% 4.8 1.6 12.5 272 8,932 189.17 5.44 34.77
11 Nov-15 30 1216 29,367 23,300 6,067 20.7% -1.8% 5 1.2 11.3 272 8,932 171.17 5.67 30.20
12 Dec-14 31 1216 30,801 25,052 5,749 18.7% -2.0% 5.3 1.3 11.7 276 8,932 153.13 6.01 25.49

Sedangkan untuk DMA Tirto dan Bendan, belum dilakukan pendataan


kebocoran sampai dengan tahun 2015. Seharusnya deteksi kebocoran dilakukan
secara rutin berkala agar masalah kehilangan air dapat segera teratasi.

Anda mungkin juga menyukai