NRP.3314100010
NRP.3314100033
Dosen Pembimbing
Surabaya 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
atas berkat, hikmat, anugerah dan pertolongan-Nya laporan Kerja Praktik dengan judul
“Studi Evaluasi Sistem Distribusi Air Minum PDAM Kota Pekalongan” dapat kami
selesaikan.
Penyusunan laporan kerja praktik ini merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan mata kuliah kerja praktik 2 SKS di Departemen Teknik Lingkungan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Laporan ini kami buat dengan melibatkan
berbagai pihak dari seluruh lapisan masyarakat, untuk itu kami ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Arseto Yekti Bagastyo, ST, MT, M.Phil, Ph.D selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam penyusunan laporan ini.
2. Seluruh Dosen, staf, dan karyawan Jurusan Teknik Lingkungan ITS.
3. Bapak Yani, Bapak Sugiyatmo, Bapak Sugeng, Bapak Purnomo, Bapak Asep,
Bapak Atik, Ibu Anik, dan seluruh karyawan dari PDAM Kota Pekalongan yang telah
membantu dalam penyusunan laporan kerja praktik ini.
4. Bapak, Ibu kami serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan yang
sangat besar baik secara material maupun spiritual.
8. Teman-teman S1 Teknik Lingkungan 2014 serta seluruh pihak yang telah
memberikan dukungan dalam penyusunan laporan kerja praktik ini.
Surabaya, 2017
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin berkembangnya Kota Pekalongan tentunya memicu pertambahan
jumlah penduduk dan mengakibatkan meningkatnya kebutuhan air minum. Kota
Pekalongan yang memiliki jumlah penduduk wilayah administratif padaun 2015 adalah
296.533 jiwa tersebar di 4 Kecamatan dan 47 Kelurahan (Kota Pekalongan Dalam
Angka 2016). Penyediaan air bersihnya diperoleh dari berbagai sumber seperti mata
air, sumur bor (artesis), dan air permukaan. Pemenuhan air bersih masyarakat Kota
Pekalongan dikelola oleh PDAM Kota Pekalongan. Sebagian besar pelanggan PDAM
Kota Pekalongan berada di wilayah perkotaan. Jumlah pelanggan yang membutuhkan
suplai air bersih meningkat setiap tahunnya. Hal ini tidak bisa dihindari karena jumlah
penduduk Kota Pekalongan terus menerus bertambah dan sektor usaha yang terus
berkembang setiap tahunnya.
PDAM Kota Pekalongan merupakan suatu instansi pemerintah yang bergerak
dalam bidang pelayanan pemenuhan kebutuhan air bersih di Kota Pekalongan.
Banyaknya masyarakat yang membutuhkan air bersih mendorong PDAM Pekalongan
untuk meningkatkan kualitas dan pelayanan bagi masyarakat Pekalongan, selain itu
juga terkait dengan pemenuhan RPJMN Tahun 2019 tentang akses pemenuhan air
bersih sebesar 100%. Keberhasilan dalam pencapaian target pelayanan 100%
tersebut juga dipengaruhi oleh sistem distribusi air minum, sehingga perlu dilakukan
evaluasi terkait sistem distribusi yang ada.
1. Air Laut
Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam
NaCl dalam air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.
2. Air Atmosfir, Air Meteriologik
Dalam kehidupan sehari-hari air ini dikenal sebagai air hujan. Dapat terjadi
pengotoran dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran – kotoran
industri/debu dan lain sebagainya tatapi dalam keadaan murni sangat bersih.
Sehingga untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya tidak
menampung air hujan pada saat hujan baru turun, karena masih mengandung banyak
kotoran. Selain itu air hujan memiliki sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur
maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi
(karatan). Disamping itu air hujan ini mempunyai sifat lunak sehingga akan boros
terhadap pemakaian sabun.
3. Air Permukaan.
Menurut Chandra (2006) dalam buku Pengantar Kesehatan Lingkungan, air
permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-
faktor yang harus diperhatikan, antara lain :
a. Mutu atau kualitas baku
b. Jumlah atau kuantitasnya
c. Kontinuitasnya
Air permukaan seringkali merupakan sumber air yang paling tercemar, baik
karena kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lainnya. Air permukaan meliputi :
a. Air Sungai
Air sungai memiliki derajat pengotoran yang tinggi sekali. Hal ini karena
selama pengalirannnya mendapat pengotoran, misalnya oleh lumpur, batang-batang
kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya. Oleh karena itu dalam
penggunaannya sebagai air minum haruslah mengalami suatu pengolahan yang
sempurna.
b. Air Rawa
Kebanyakan air rawa berwarna kuning coklat yang disebabkan oleh adanya
zat – zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air.
Dengan adanya pembusukan kadar zat organis yang tinggi tersebut, maka umumnya
kadar mangan (Mn) akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali
(anaerob), maka unsur-unsur mangan (Mn) ini akan larut.
4. Air Tanah
Menurut Chandra (2006) dalam buku Pengantar Kesehatan lingkungan , air
tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi dan menyerap
ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan tempat air
tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya
kesadahan pada air. Kesadahan pada air ini akan menyebabkan air mengandung zat-
zat mineral dalam konsentrasi. Zat-zat mineral tersebut antara lain kalsium,
magnesium, dan logam berat seperti besi dan mangan.
a. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari
permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian
bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat
kimia (garam-garam yang terlarut) karena melalui lapisan tanah yang
mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah.
Lapisan tanah di sini berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan,
pengotoran juga masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat
dengan muka tanah, setelah menemui lapisan rapat air, air yang akan
terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah ini dimanfaatkan
untuk sumber air minum melaui sumur-sumur dangkal.
b. Air Tanah Dalam
Air tanah dalam dikenal juga dengan air artesis. Air ini terdapat
diantara dua lapisan kedap air. Lapisan diantara dua lapisan kedap air tersebut
disebut lapisan akuifer. Lapisan tersebut banyak menampung air. Jika lapisan
kedap air retak, secara alami air akan keluar ke permukaan. Air yang
memancar ke permukaan disebut mata air artesis. Pengambilan air tanah
dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor
dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman
(biasanya antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapis air. Jika tekanan air
tanah ini besar, maka air dapat menyembur ke luar dan dalam keadaan ini,
sumur ini disebut dengan sumur artesis. Jika air tidak dapat ke luar dengan
sendirinya, maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah
dalam ini.
c. Mata Air
Mata air merupakan air tanah yang keluar dengan sendirinya ke
permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak
terpengaruh oleh musim dan kualitas/ kuantitasnya sama dengan keadaan air
dalam. Berdasarkan keluarnya (munculnya ke permukaan tanah) mata air
dapat dibedakan atas :
a. Mata Air Rembesan, yaitu mata air yang airnya keluar dari lereng-
lereng,
b. Umbul, yaitu mata air dimana airnya keluar ke permukaan pada suatu
dataran.
2.2 Pengertian Air Bersih dan Air Minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 pengertian air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung di minum. Sedangkan pengertian air bersih menurut Permenkes RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990 adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan
dan dapat diminum apabila telah dimasak.Parameter apakah air masuk dalam air
minum dapat dilihat di Permenkes Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010.
2.3 Penyediaan Air Bersih
Penyediaan Air Minum di Indonesia selama ini umumnya diselenggarakan oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Kinerja PDAM hingga tahun 2015 telah
melayani sekitar 44% penduduk Kota Pekalongan.
2.3.1 Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih
2.3.1.1 Persyaratan Kualitas
Persyaratan kualitas adalah menggambarkan mutu dari air minum yang terdiri
dari parameter wajib dan parameter tambahan. Persyaratan kualitas nair bersih adalah
sebagai berikut :
1. Persyaratan Fisik
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu
juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan
apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25oC ± 3oC.
2. Persyaratan kimiawi
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yan
melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total solid, zat
organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga
(Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.
3. Persyaratan bakteriologis
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang
mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya
bakteri E. coli atau fecal coli dalam air.
4. Persyaratan radioaktifitas
Persyaratan radioaktifitas mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat
yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta
dan gamma.
2.3.1.2 Persyaratan Kuantitas (Debit)
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari
banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang
akan dilayani.
Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang
dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan air
bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat
ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya. Besranya konsumsi air berdasarkan
kategori kota dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Konsumsi Air Berdsarkan Kategori Kota
Kategori Kota Jumlah Penduduk (orang) Konsumsi Air (lt/org/hari)
Penyedian air
No Kategori Kota Jumlah Penduduk (orang) Kehilangan air
SR KU
1 Metropolitan >1.000.000 190 30 20%
2 Besar 500.000-1.000.000 170 30 20%
3 Sedang 100.000-500.000 150 30 20%
4 Kecil 20.000-100.000 130 30 20%
5 IKK <20.000 100 30 20%
Sumber: P.U. CIPTA KARYA UNTUK PELITA V
Tabel 2.3 Kebutuhan Air Domestik Berdasarkan P3KT
Penyedian air
No Kategori Kota Jumlah Penduduk (orang) SR KU Kehilangan air
1 Metropolitan >1.000.000 120 30 15-25%
2 Besar 500.000-1.000.000 100 30 15-25%
3 Sedang 100.000-500.000 90 30 15-25%
4 Kecil 20.000-100.000 60 30 15-25%
5 IKK 3.000-20.000 45 30 15-25%
6 Sub IKK <20.000 30 30 15-25%
Sumber : P3KT
NB : Penyediaan air dalam L/dt.org.hr
2.4.2 Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan dasar air non domestik ditentukan oleh banyaknya konsumen non
domestik yang berupa fasilitas-fasilitas antara lain sebagai berikut :
Perkantoran (pemerintah dan swasta)
Pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi)
Tempat-tempat ibadah (masjid, gereja, dll)
Kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll)
Komersial (Toko, Hotel, Bioskop, dll)
Umum (Terminal, Pasar, dll)
Industri
Seiring dengan perkembangan sosial ekonomi, penggunaan air berkembang
untuk keperluan non domestik seperti untuk proses produksi industri, penyediaan air
kolam renang, pemadam kebakaran, dan lain-lain. Untuk memprediksi perkembangan
kebutuhan air dasar non domestik perlu diketahui rencana pengembangan kota dan
aktivitasnya. Bila tidak diketahui, maka prediksi dapat didasarkan pada satuan ekivalen
penduduk dimana konsumen non domestik dapat dihitung mengikuti perkembangan
kebutuhan air dasar konsumen domestik. Untuk kebutuhan air non domestik dapat
dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Kebutuhan Air Non Domestik
Kategori Kebutuhan Air
Umum:
Masjid 20 – 40 l/org.hr
Gereja 5 – 15 l/org.hr
Terminal 15 – 20 l/org.hr
Sekolah 15 – 30 l/org.hr
Rumah Sakit 220 – 300 l/org.hr
Kantor 25 – 40 l/org.hr
Industri:
Peternakan 10 – 35 l/org.hr
Industri Umum 40 – 400 l/org.hr
Komersial:
Bioskop 10 – 15 l/org.hr
Hotel 80 – 120 l/org.hr
Pasar 65 – 90 l/org.hr
Pertokoan 5 l/org.hr
Sumber : Standar PPPKT
Banyaknya air yang dipakai untuk berbagai penggunaan dikenal sebagai
konsumsi atau pemakaian air. Konsumsi air tergantung dari fungsi pemakai air
(konsumen) dan jenis pelayanan air, termasuk didalamnya ketergantungan pada
variabel penggunaan air. Untuk mempredikasikan perkembangan kebutuhan air non
domestik, perlu diketahui rencana pengembangan kota dan aktivitasnya. Bila tidak
diketahui maka prediksi dapat didasarkan pada satuan ekivalen penduduk dimana
konsumen non domestik dapat diperhitungkan mengikuti perkembangan kebutuhan air
konsumen domestik.
Air Tak Berekening (ATR) merupakan salah satu penyebab utama buruknya
kinerja Perusahaan Air Minum. Bila dihitung sebagai persentase selisih air yang terjual
terhadap air yang diproduksi. Tingkat kehilangan air PDAM di Indonesia sangat
bervariasi. Beberapa PDAM memiliki tingkat kehilangan air hanya sekitar 20 persen
bahkan kurang, tetapi banyak juga yang mencapai 60 persen atau lebih. Menurut data
resmi Departemen Pekerjaan Umum, rata – rata kehilangan air PDAM di Indonesia
mencapai sekitar 37 persen, Dengan tingkat kehilangan air 37 persen, peluang
pendapatan yang hilang mencapai Rp 1,139 triliun per tahun. Secara lebih rinci, tingkat
kehilangan air di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Bila diasumsikan harga air rata - rata Rp 1.500 per meter kubik, maka kerugian
yang timbul akibat air yang hilang mencapai Rp 1,139 triliun per tahun. Total kerugian
tertinggi yang mencapai Rp 714 Miliar ditanggung oleh 10 persen PDAM, dengan
volume air yang hilang mencapai 476 juta meter kubik per tahun.
Umumnya PDAM yang kehilangan airnya tinggi, tidak akan mampu memenuhi
permintaan kebutuhan air yang tidak pernah menurun, selalu meningkat. Akibatnya
PDAM kekurangan biaya. Karena kekurangan biaya, maka PDAM tidak mempu
mengaklokasikan dana untuk program penurunan kehilangan air, sehingga dengan
sendirinya kehilangan air tidak pernah turun, bahkan akan semakin meningkat.
Demikian siklus ini selalu berulang, sehingga semakin lama kehilangan air semakin
bertambah buruk. Siklus kehilangan air dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Siklus itu akan berbalik, apabila PDAM bersedia mengalokasikan dana untuk program
penurunan kehilangan air. Akibatnya, kehilangan air akan menurun, sehingga PDAM
mampu memenuhi permIntaan kebutuhan air yang selalu meningkat. Pendapatan
PDAM akan meningkat akibat PDAM bisa menjual air lebih banyak, sehingga mampu
membiayai program kehilangan air. Siklus ini menyebabkan kehilangan air akan
menurun, dan pendapatan semakin lama semakin meningkat terus. Keadaan ini yang
harus diciptakan oleh setiap pengelola penyedia air, syaratnya memahami tentang
kehilangan air dan dampaknya bagi operasi pengelolaan penyedia air minum.
Kehilangan air biasa dinyatakan dalam % (persen), yaitu selisih antara volume
air yang didistribusikan dan air yang terjual dalam satu satuan waktu dibagi dengan
volume air yang didistribusikan dalam satu satuan waktu.
• Organisasi internasional
Sering kali manajemen PDAM tidak bisa menyusun strategi dan rencana dari mana
memulai kegiatan penurunan air tak berekening, karena tidak memahami kaitan
kehilangan air dan aspek lainnya.
1. Komitmen
Syarat awal untuk memulai kegiatan penurunan kehilangan air adalah komitmen penuh
dari manajemen PDAM, sebab penurunan kehilangan air adalah kegiatan dalam
jangka panjang. Wujud dari komitmen adalah penyediaan waktu yang khusus dan
alokasi dana yang memadai, dan penyediaan sumber daya manusia yang dikhususkan
untuk tujuan penurunan kehilangan air.
2. Neraca Air
Syarat berikutnya adalah penyusunan neraca air. Tanpa neraca air tidak mungkin bisa
ditetapkan target penurunan kehilangan air, karena kita tidak tahu dimana saja air
yang hilang. Neraca air merupakan dasar untuk diagnosis seberapa baik pengelolaan
suatu PDAM, khususnya dalam penanganan kehilangan air.
Salah satu wujud komitmen adalah terbentuknya tim penurunan kehilangan air. Ketua
tim sebaiknya pejabat senior di PDAM, yang mempunyai kewenangan yang cukup
serta memahami metode dan strategi penurunan kehilangan air.
Pada prinsipnya, tim penurunan kehilangan air mempunyai dua tugas berbeda,
penurunan kehilangan fisik dan penurunan kehilangan komersial (non-fisik). Untuk
memberikan motivasi kerja yang tinggi, perlu dipertimbangkan insentif bagi staf
penurunan kehilangan air, walaupun ini bukan satu-satunya cara untuk
memberikan motivasi kerja.
• Bentuk DMA (misalnya jumlah sambungan – umumnya antara 1.000 dan 2.500
sambungan)
• Jumlah meter air untuk mengukur air masuk dan air keluar (semakin sedikit
meter yang diperlukan, semakin ecil biaya pembentukannya)
• Ciri-ciri topografis yang mudah terlihat yang bisa menjadi batas-batas untuk
DMA, seperti sungai, saluran pembuangan air, jalan kereta api, jalan raya, dsb.
Untuk membagi satu sistem yang besar menjadi serangkaian DMA, penting untuk
menutup katup-katup untuk mengisolasi satu kawasan tertentu dan memasang meter
air. Proses ini dapat berdampak pada tekanan-tekanan sistem, baik di dalam DMA
tertentu tersebut serta di wilayah wilayah sekitarnya.
3.5 Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Pekalongan pada tahun 2015 adalah 296.533 jiwa
terdiri dari 148.295 laki-laki (50,01%) dan 148.238 perempuan (49,99%). Sedangkan
banyaknya rumah tangga adalah 74.133.
Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di wilayah Kecamatan Pekalongan
Barat yaitu sebesar 9240 orang/km2; lalu pada Kecamatan Pekalongan Timur sebesar
6789 orang/km2, Kecamatan Pekalongan Selatan sebesar 5520 orang/km2, dan
terakhir pada Kecamatan Pekalongan Utara sebesar 5341 orang/km2.
3.6 Golongan Pelanggan
Pelanggan PDAM Kota Pekalongan digolongkan menjadi 6 golongan, yaitu,
sosial, instansi, non niaga, niaga, industri, dan khusus. Golongan sosial dibedakan
menjadi sosial khusus (D1), dan sosial umum (D2). Golongan non niaga (rumah
tangga) dibedakan menjadi rumah tangga 1 (R1), rumah tangga 2 (R2), rumah tangga
3 (R3), dan Rumah Tangga 4 (R4). Golongan niaga dibedakan menjadi niaga 1 (N1),
niaga 2 (N2), niaga 3 (N3), niaga 4 (N4), dan niaga 5 (N5). Industri dibedakan menjadi
industri 1 (I1), industri 2 (I2), dan industri 3 (I3).
Menurut data dari PDAM Kota Pekalongan bahwa sampai dengan bulan
Desember 2016 jumlah pelanggan sebanyak 25.918 sambungan rumah (SR).
BAB 4
METODOLOGI KERJA PRAKTIK
1.1 Umum
Skema kerja yang digunakan dalam kerja praktik kali ini adalah :
Studi Literatur :
Kondisi PDAM
Informasi mengenai masalah yang ada di PDAM Pekalongan
Persyaratan dalam penyediaan air bersih berdasarkan Permenkes
No. 492/MENKES/PER/IV/2010
Kebutuhan air domestik dan non-domestik
Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih
Pompa dan Penggunaannya
Jaringan Pipa Distribusi Air Bersih
Pengumpulan Data
Penyusunan Laporan
BAB 5
PEMBAHASAN
2. Kualitas air golongan B sebagai baku mutu air untuk air baku.
3. Kualitas air golongan C sebagai baku mutu air untuk perikanan dan peternakan
4. Kualitas air golongan D sebagai baku mutu air untuk keperluan pertanian dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha di perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.
Diketahui bahwa sumber air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM Kota
Pekalongan adalah air permukaan/sungai Kupang yang berada di Kabupaten Batang;
beberapa sumur dalam yang berada di Kota dan Kabupaten Pekalongan; dan mata air
yang berada di Kabupaten Pekalongan. Pengertian dari sumber air berdasar UU No. 7
Tahun 2004 adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada,
di atas, ataupun di bawah permukaan tanah. Air permukaan adalah semua air yang
terdapat pada permukaan tanah, seperti contoh sungai, danau, laut, dan lainnya.
Sedangkan air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah, seperti contoh air tanah dalam (sumur dalam), mata air, dan
lainnya.
Berikut merupakan dokumentasi yang diperoleh dari sumber air bersih yang
ada, yaitu instalasi pengolahan air minum (IPA) Cepagan dan sumur bor pantaisari.
Gambar 5.1. Instalasi Pengolahan Air Minum Cepagan
Gambar 5.6. Salah satu Pompa Sumur Bor Distribusi di Pekalongan Utara
5.3. Sistem Penyediaan Air Minum
Pekalongan Utara
Pekalongan Timur
Pekalongan Selatan
Pekalongan Barat
0 5 10 15 20 25
3, 7%
6, 14%
2, 5%
25, 60%
6, 14%
Gambar 5.2. Grafik Jumlah Responden berdasar Waktu Berlangganan
>55 Tahun
46-55 Tahun
36-45 Tahun
26-35 Tahun
15-25 Tahun
0 5 10 15 20
2%3%
14%
38%
43%
20
15
10
5
0
Waktu
Gambar 5.5. Grafik Pendapat Responden Mengenai Jam-jam Air Mengalir Tidak
Lancar (Responden diperkenankan untuk memilih lebih dari 1 waktu)
20.00 - 24.00
16.00 - 20.00
12.00 - 16.00
08.00 - 12.00
04.00 - 08.00
00.00 - 04.00
0 5 10 15 20 25 30
Gambar 5.6. Grafik Pendapat Responden Mengenai Jam-jam Air Mengalir Lancar
(Responden diperkenankan untuk memilih lebih dari 1 waktu)
Waktu pada saat Pemakaian Terbanyak
35
Jumlah Responden 30
25
20
15
10
5
0
Waktu
Gambar 5.7. Grafik Jam Pemakaian Air Terbanyak berdasar Responden (Responden
diperkenankan untuk memilih lebih dari 1 waktu)
Berdasar gambar 5.5 sampai dengan 5.7, dapat disimpulkan bahwa jam
pemakaian terbanyak terjadi pada sekitar pukul 04.00-08.00 dan 16.00-20.00. Namun
keluhan mengenai waktu air mengalir tidak lancar terjadi pada pukul 08.00-12.00 dan
16.00-20.00. Maka diperkirakan puncak pemakaian terjadi pada pukul 07.00-09.00,
dan 17.00-19.00, karena jam yang mencakup pukul 04.00-08.00 dan 08.00-12.00
adalah pukul 07.00-09.00. Hasil ini akan digunakan untuk mengevaluasi pattern jam
pemakaian yang telah diterapkan oleh pihak PDAM Kota Pekalongan pada tahun
2014. Jika tidak ada perubahan yang signifikan, maka pattern yang telah diterapkan
dapat diaplikasikan untuk analisis pada epanet.
Gambar 5.8. Grafik Jumlah Biaya Dikeluarkan per bulan berdasar Responden
Berdasarkan gambar 5.8, diketahui bahwa rata-rata responden yang terdata
mengeluarkan biaya sekitar 50.000-100.000 per bulan. Jika meninjau tarif dasar PDAM
yang bernilai sebesar Rp. 2700/m3, maka secara hitungan kasar, rata-rata responden
membutuhkan air sebanyak 30 m3/bulannya.
Dengan meninjau hasil survey yang diperoleh, maka akan mempermudah
dalam analisis permasalahan pada jaringan distribusi PDAM Kota Pekalongan. Serta
akan menambah masukan untuk evaluasi yang perlu dilakukan oleh pihak PDAM.
5.3.2.2. Permasalahan berdasar Analisis pada Epanet 2.0.
Epanet 2.0 adalah program komputer yang berbasis windows yang merupakan
program simulasi dari perkembangan waktu dari profil hidrolis dan perlakuan kualitas
air bersih dalam suatu jaringan pipa distribusi, yang di dalamnya terdiri dari
titik/node/junction pipa, pompa, valve (aksesoris) dan reservoir baik ground reservoar
maupun reservoir menara. Output yang dihasilkan dari program Epanet 2.0 ini antara
lain debit yang mengalir dalam pipa, tekanan air dari masing masing titik/node/junction
yang dapat dipakai sebagai analisis dalam menentukan operasi instalasi, pompa dan
reservoir serta besarnya konsentrasi unsur kimia yang terkandung dalam air bersih
yang didistribusikan dan dapat digunakan sebagai simulasi penentuan lokasi sumber
sebagai arah pengembangan. Faktor usia air (water age) dan pelacakan sumber juga
dapat disimulasikan di program ini.
Epanet 2.0 merupakan analisis hidrolis yang terdiri dari:
1. Analisis ini tidak dibatasi oleh letak lokasi jaringan.
2. Kehilangan tekanan akibat gesekan (friction) dihitung dengan menggunakan
persamaan Hazen-Williams, Darcy Weisbach, Chezy atau Manning formula.
3. Disamping mayor losses, minor losses (kehilangan tekanan di bend, elbow, fitting)
dapat dihitung.
4. Model konstanta atau variabel kecepatan pompa.
5. Berbagai tipe model valve yang dilengkapi dengan shut off, check. Pressure
regulating dan valve yang dilengkapi dengan kontrol kecepatan.
6. Reservoir dalam berbagai bentuk dan ukuran.
7. Faktor fluktuasi pemakaian air.
8. Sebagai dasar operating system untuk mengontrol level air di reservoir dan waktu.
Epanet dapat membantu dalam mengatur strategi untuk merealisasikan kualitas
air dalam suatu sistem. Semua itu mencakup :
Alternatif penggunaan berbagai sumber dalam satu sistem
Alternatif pemompaan di dalam penjadwalan pengisian/pengosongan tangki
Penggunaan treatment, misalnya khlorinasi pada tangki penyimpan
Penargetan waktu pembersihan dan penggantian pipa
Epanet memodelkan sistem distribusi air sebagai kumpulan garis yang
menghubungkan titik-titik yang di sebut sebagai node. Garis menggambarkan pipa,
pompa dan katub kontrol. Sedangkan node menggambarkan sambungan (Junction),
tangki, dan reservoir.
Data-data yang dibutuhkan untuk simulasi Pipa Jaringan Distribusi PDAM Kota
Pekalongan dengan Program Epanet 2.0 ialah sebagai berikut :
- Wilayah peta
Wilayah peta yang digunakan adalah peta daerah distribusi air bersih PDAM
Kota Pekalongan yang dilengkapi dengan elevasi tanah, rumah pelanggan dan
diameter pipa. Pada pembuatan pipa jaringan PDAM, analisis berdasarkan
elevasi tanahnya dengan memberikan node (titik) pemasangan pipa untuk
mempermudah perancangan simulasi pipa.
- Data Reservoir
Data isian reservoir pada program Epanet 2.0 diambil dari ketinggian tanahnya.
Hal ini dimaksudkan agar pengambilan air dapat ditentukan dengan pompa
atau gravitasi. Untuk data isian jumlah air yang akan disalurkan ke daerah Kota
Pekalongan berkisar 120 lt/hr/org.
- Data Elevasi Tanah
Data elevasi tanah pada program Epanet 2.0 meliputi analisis peta wilayah
Kecamatan Baki yang di dalamnya terdapat keterangan elevasi tanah.
Kemudian dimasukkan ke dalam program Epanet 2.0 dengan memberikan
node satu per satu seseuai yang dibuat di dalam peta tersebut. Node adalah
penghubung jaringan pipa yang digambarkan berupa titik.
- Data Pattern
Data pattern merupakan penyunting pola pemakaian air dari suatu node pada
periode waktu tertentu (data masukan simulasi pola max. 55 jam), bentuk
pemasukan data pattern untuk wilayah jaringan distribusi PDAM di Kota
Pekalongan meliputi pemakaian dalam kurun waktu 24 jam.
Hal ini kemungkinan terjadi dikarenakan sumber air yang digunakan adalah
sumur bor, dengan rata-rata kedalaman dari muka tanah lebih dari 30 m. Sehingga
diperlukan head pompa yang lebih tinggi agar mencukupi kebutuhan untuk distribusi.
Direncanakan penggantian head pompa sebagai berikut.
1. Pompa PKT 4 direncanakan head sebesar 70 m
2. Pompa PKT 7 direncanakan head sebesar 75 m
3. Pompa PKT 8 direncanakan head sebesar 70 m
4. Pompa PKT 5 direncanakan head sebesar 60 m
5. Pompa PKT 2 direncanakan head sebesar 55 m
6. Pompa Jenggot direncanakan head sebesar 65 m
7. Pompa Warung Asem direncanakan head sebesar 90 m
8. Pompa Krapyak direncanakan head sebesar 70 m
9. Pompa Limas direncanakan head sebesar 80 m
Setelah diinput head pompa sesuai pergantian di atas, diperoleh hasil running
success, dengan detail sebagai berikut.
PNTSARI138
180
17854
505151 53
136 52
RSS
174176
135134 1.33
0.00
0.45
0.00
28.98 141
129
128137 49 52
27.54
131 0.07 0.20 26.72134
132 207
0.57
KDGPJG
126175 PJGWTN
132
177
109 1761785327.56146
50 133
150 142
130 KRPY SLMRN143
131140
153
139
K180
182
1.90
0.00
0.00
1.07
37.10
34.78
48 KRKOP
1770.32
179
55 135 136 181
179
139
144 8.92
0.01
30.85
1330.71 26.28
62145
0.05 216 8.92
0.42
2.63
1400.66
0.000.82
2.48
0.00
29.43
33.68
490.00
54 0.00 62
32.81
26.71 0.20
9.91
0.26
154
47
141 2.66
0.40 0.72
1.6210.25
23.90
10.98
0.00
12.84
129161 48 0.83
125 2
1.86
0.000.00
27.80 0.34
0.00
0.00
29.36
25.00 0.00
BDGN
44 175 46 25.97 15 25.66
61 0.12
0.05
24.74
0.08
173
45 0.72
0.56
155 55 24.50 0.59 24.69
45
144 47
0.27
156
0.07
46 0.66
23.54
1990.19
56 0.03 128
145 63 0.24
158
0.00 0.08
23.57
56 24.01 160LIMAS
172
61 151
174
424322.72
0.00
2.39
142 146
27.72
22.74
143 63 0.4557 591140.05
0.31
0.15
25.19
0.26
130
0.42 0.34
21.92
25.06
67188
21.81 0.18
183
183 59 1.36
126
66.64
124
147
110 0.2723.72
0.00 65186 58 24.76
0.03
60KLEGO 68.51
0.00
58
24.11
66 0.00
KRATON0.09 0.27
21.74 159 190 185
191187 106
35127
173
171
0.07
169171
43
148 157
1496439
21.64189
5723.61
187 330.25
41 370.13 16266
158182
0.16
64
65 0.18
23.72
1840.21
0.12
18411823.78
186
185 34
680.16 0.45
42 R01
109 38 0.100.1322.93
0.09
SRGNN
22.84
117
172 0.16
1.07
1.21
0.0010
24.30
0.00
66.61
24.59
68.59
69.78
KANTOR
40
1.7738
0.00
0.00
115
36
170
108
0.55
168
217 0.13
0.33
25.41
40 69 0.76
170
1930.15
0.19 32 22.76
0.13
0.53 0.01
23.95
39
41
0.5921.01
71
681057022.17
20.96
0.03 121
0.04 94
0.24
67 10
BENDAN 72 37 76116 122
148 22.30 0.21
120
22.18
123 119
192
22.11188
0.22
194 0.65
28
125
22.89
24.13
157 59.46 9
190 147 6.08
167
165
137 0.28 20.93
KERGON
0.12 7269 196
169
0.09
167 2.28
0.00
26.76
31.68
0.00
2.47
1.18
0.00
0.0327.66
21.97
0.000.00
0.120.05
21.88 0.51
25.51 0.28
0.77 0.08
156 0.56
115 21.88
113 20.92
0.10 0.54195
27
21.85
0.49
0.80
24.770.71
24.34
24.07 700.81 9 66.53
119
PDSGH
1.13118 114
168
112 1.20
160 25.80
23.28
63.66
45.47 1200.68
0.00
0.00
166
116
46.36
47.4435
1113621.14
0.42
151 2.10
0.00
31.73
35.96
0.00 189
29161
155
0.05
198 107 34 77
0.29
0.00
73
153 159 111 0.08 0.17 1.18 0.37
TIRTO
164104
113
166
106
112 44.25
2.18
1.9147.35
0.00
210.03 154
19.57 50.14
105
0.33791170.00
0.00
31.89
27.38
20.62 0.12 0.90 74
63.59
0.07
28 21
86152
2220.31
0.13
240.10
0.18
74 108 26 23.35
25.65
1.39
2.42
0.3913 20 0.00
19.54
0.39
0.280.29
25
19.6624 26
25 0.11
27
124
0.00
91 45.55
0.00
53.75
46.42197
8887 160
80 232219.32 75 71 0.31
0.00
81
45.22
908982
150
13.30
0.60 0.17
2320.38 0.21 1.058
92 SBASRI
138 164
149
162 19 19 19.30 7820.430.26 0.83
16.31
0.26
0.0513.28
0.01 0.03
77103
MDONO0.08
0.16 79 20.24 0.29
21.19
1.75 48.07
21.06
61.58
16.31 0.80
0.48
0.0416.31 81165
163
78 0.12 7
0.18
0.000.73 19.16
0.14 75 73
8 68.55
0.00
0.00
15.21
15.218019.17 0.15
12 17 83
0.29
2.53
0.00
15.07
0.00
25.54 4
8215.40
16.03 34.36 0.90
83 18
84
0.10 0.24 0.08
202
76
192
74.19
bny 163 0.68
87urip 0.15
20.17 85
16.74 JNGT 102 12 0.00
93 11 110
15.93
0.00
66.32
101 97 0.00
73.69
0.00 0.00
PKT8
84 13 0.33 5
23.59
0.00 65.52
0.70 0.00 7
0.00
0.00 100 104
18 11 0.44
62.95 0.00
94 8586
96 95 2931 0.94
206
V1
PUMP1
PUMP2198
194
V2
V3
30
PUMP3
0.59
215
199
208
209
204205
206
152
214
PKT9
207210
0.34
197 99
30 205
196 PKT6203 0.24
0.08 0.00
0.26 103 195
93
PKT40.17 62.72PKT5 98
0.28
62.41
92
62.79 32 0.00
0.00
104 31 1020.41 62.31
0.28
7.86
17.71
0.40
0.00
0.00
1.01
80.67
90.34
0.0017.71
90.34
0.40
1.01
0.22
0.00
54.23
0.00
1.01
0.65 0.00
0.61 0.00
4.82
4.82
0.59 0.00
0.16 62.65
62.55
0.18 0.00 201123
6
17 WRASEM122
200121
191
PKT7 95 6
90 0.08PKT1 97 107
0.5666.36
66.35
91 0.14 PKT2 53 67.80
208
33 99 89 96 1.16 0.94 68.49
0.00
0.00
0.00
62.93
100 98 PKT388 0.32 0.00
0.00
0.00
101
62.82 62.72 0.00 0.09
75.09
0.28 0.00 75.09
63.31 0.33 0.00
0.00
66.51
16
16 0.42
0.42 43
0.70
0.70
RESCPG RESCPG
CPGN1
CPGN3
CPGN4
CPGN5
CPGN2
210
127
181
211
44
202
1
2
a2
a1
20
200
201
203
204
202
1
2
a2
a1
20
200
201
203
204 209
212
213
86.99
0.00
84.44
88.44
86.99 0.29
0.22
0.22
0.00
0.22
0.29
0.00
86.99
0.00
84.44
88.44
86.99 Day 1, 7:00 AM
1614
11.73
1.99
14
15
1.06
0.95
BPT2
0.00
Tabel 5.8. Data Tabel ILI (Kebocoran) DMA Slamaran Tahun 2016
Jumlah NRW Level Tekanan Maksimu waktu CARL UARL
Jumlah Pemakaia Minimum Panjang
No Bulan Pelangga Air Input Rata-rata m pengalira ILI
Hari n Bocor (m3) NRW (%) Deviasi Pressure Pipa 3/
(m day) (m3/day)
n (m) Pressure n
1 Jan-16 31 918 20,341 18,388 1,953 9.6% 5 1.4 11.6 182 9,512 39.27 4.53 8.67
2 Feb-16 28 904 20,035 16,357 3,678 18.4% 8.8% 6 1.6 14.2 199 9,512 107.99 5.37 20.12
3 Mar-16 31 903 17,600 13,354 4,246 24.1% 5.8% 5.1 2.3 13 158 9,512 119.74 4.56 26.27
4 Apr-16 30 903 20,362 18,323 2,039 10.0% -14.1% 6.5 3.3 14.5 189 9,512 43.54 5.81 7.50
5 May-16 31 901 20,532 17,987 2,545 12.4% 2.4% 5.1 2.2 12 184 9,512 58.89 4.55 12.94
6 Jun-16 30 901 20,098 18,372 1,726 8.6% -3.8% 4 0.3 12 186 9,512 33.04 3.57 9.26
7 Jul-16 31 907 20,570 19,909 661 3.2% -5.4% 3.5 1.1 11;4 184 9,512 -4.37 3.14 -1.39
8 Aug-16 31 910 20,658 15,435 5,223 25.3% 22.1% 3.1 0.9 11.6 185 9,512 148.57 2.79 53.30
9 Sep-16 30 916 21,583 18,453 3,130 14.5% -10.8% 3.2 1.2 12 200 9,512 79.73 2.89 27.56
10 Oct-16 31 916 21,962 17,222 4,740 21.6% 7.1% 3.1 1 11.6 197 9,512 130.68 2.80 46.63
11 Nov-16 30 917 22,032 17,688 4,344 19.7% -1.9% 3 0.9 12.2 204 9,512 121.22 2.71 44.66
12 Dec-16 31 917 23,034 18,158 4,876 21.2% 1.5% 3.2 0.9 11.6 206 9,512 133.86 2.90 46.23
Tabel 5.9. Data Tabel ILI (Kebocoran) DMA Binagriya 1 Tahun 2015
Jumlah NRW Level Tekanan waktu CARL UARL
Jumlah Pemakaia Minimum Maksimum Panjang
No Bulan Pelangga Air Input Rata-rata pengalira ILI
Hari n Bocor (m3) NRW (%) Deviasi Pressure Pressure Pipa 3/
(m day) (m3/day)
n (m) n
1 Jan-15 31 657 24,504 14,877 9,627 39.3% 5.7 3.3 7.9 220 6,959 291.35 3.71 78.53
2 Feb-15 28 646 21,285 13,613 7,672 36.0% -3.2% 6.9 4.6 9.9 211 6,959 254.55 4.43 57.46
3 Mar-15 31 646 23,798 13,475 10,323 43.4% 7.3% 5.9 0.8 11.1 213 6,959 315.61 3.79 83.32
4 Apr-15 30 649 18,331 14,702 3,629 19.8% -23.6% 5.6 1.2 11 170 6,959 101.36 3.61 28.09
5 May-15 31 649 15,391 13,619 1,772 11.5% -8.3% 6.1 1.5 11.6 138 6,959 39.59 3.93 10.07
6 Jun-15 30 650 18,872 14,782 4,090 21.7% 10.2% 6.9 1 12.6 175 6,959 116.62 4.45 26.19
7 Jul-15 31 651 18,346 14,112 4,234 23.1% 1.4% 7 1.8 12.1 164 6,959 118.37 4.52 26.17
8 Aug-15 31 651 18,257 16,394 1,863 10.2% -12.9% 7 1.8 12.1 164 6,959 38.94 4.52 8.61
9 Sep-15 30 658 18,731 14,721 4,010 21.4% 11.2% 7.4 1.8 11.8 173 6,959 114.04 4.82 23.65
10 Oct-15 31 441 16,492 10,959 5,533 33.5% 12.1% 5.6 2.2 11.4 148 4,986 164.34 2.48 66.31
11 Nov-15 30 441 16,327 8,837 7,490 45.9% 12.3% 6.2 1.6 10.5 151 4,986 237.88 2.74 86.70
12 Dec-15 31 446 16,161 12,050 4,111 25.4% -20.4% 5.6 1.2 12.1 145 4,986 117.06 2.50 46.81
Tabel 5.10. Data Tabel ILI (Kebocoran) DMA Binagriya 2 Tahun 2015
Jumlah NRW Level Tekanan Maksimu waktu CARL UARL
Jumlah Minimum Panjang
No Bulan Pelangga Air Input Pemakaian Rata-rata m pengalira ILI
Hari Bocor (m3) NRW (%) Deviasi Pressure Pipa 3/
(m day) (m3/day)
n (m) Pressure n
1 Jan-15 31 1220 30,533 24,947 5,586 18.3% 5.2 1.4 11.2 274 8,932 148.00 5.91 25.04
2 Feb-15 28 1219 27,095 22,648 4,447 16.4% -1.9% 5.4 1.2 11.3 269 8,932 126.47 6.13 20.62
3 Mar-15 31 1221 29,730 21,505 8,225 27.7% 11.3% 5.2 1.5 12 266 8,932 237.57 5.92 40.16
4 Apr-15 30 1220 29,289 23,241 6,048 20.6% -7.0% 5.5 1.3 11.4 271 8,932 170.61 6.25 27.29
5 May-15 31 1219 29,462 20,373 9,089 30.8% 10.2% 5 1.4 12.2 264 8,932 266.91 5.68 46.99
6 Jun-15 30 1216 28,771 21,406 7,365 25.6% -5.3% 5.3 1 11.6 266 8,932 216.96 6.01 36.11
7 Jul-15 31 1215 29,998 22,989 7,009 23.4% -2.2% 5.1 1.3 11.1 269 8,932 196.43 5.78 34.00
8 Aug-15 31 1213 30,265 23,827 6,438 21.3% -2.1% 5.2 1.3 12 271 8,932 176.93 5.88 30.08
9 Sep-15 30 1216 29,030 22,302 6,728 23.2% 1.9% 5.7 1.4 12.2 269 8,932 194.53 6.46 30.11
10 Oct-15 31 1216 30,346 23,540 6,806 22.4% -0.7% 4.8 1.6 12.5 272 8,932 189.17 5.44 34.77
11 Nov-15 30 1216 29,367 23,300 6,067 20.7% -1.8% 5 1.2 11.3 272 8,932 171.17 5.67 30.20
12 Dec-14 31 1216 30,801 25,052 5,749 18.7% -2.0% 5.3 1.3 11.7 276 8,932 153.13 6.01 25.49