DISUSUN OLEH :
URDATUL ULA
1913.1325.1376
1
i
KATA PENGANTAR
Urdatul Ula
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… v
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………... 3
1.3 Tujuan……………………………………………………………. 3
1.4 Waktu dan Tempat…………………………………………......... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………... 4
2.1 Air Bersih dan Air Minum……………………………………….. 4
2.2 Titrasi Titrimetri………………………………………………….. 4
2.3 Titrasi Permanganometri…………………………………………. 5
2.4 Konsentrasi Larutan……………………………………………… 6
2.5 Pengenceran Larutan……………………………………………... 7
2.6 Standarisasi Larutan……………………………………………… 7
BAB III TINJAUAN KASUS………………………………………………... 8
3.1 UPTD Laboratorium Lingkungan DLH Kab. Banyuwangi........... 8
3.1.1 Sejarah Berdirinya Instansi Atau Perusahaan……………... 8
3.1.2 Sejarah Berdirinya UPTD Laboratorium Lingkungan…….. 9
3.1.3 Visi, Misi dan Motto………………………………………. 11
3.1.4 Struktur Organisasi………………………………………… 12
3.1.5 Tugas dan Fungsi………………………………………….. 13
3.2 Metode Pengujian………………………………………………… 18
3.2.1 Alat Pengujian……………………………………………… 18
3.2.2 Bahan Pengujian……………………………………………. 18
3.2.3 Prosedur Pengujian…………………………………………. 23
3.3 Hasil Perhitungan…………………………………………………. 25
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………. 28
iii
4.1 Pengujian Permanganat Pada Air Bersih dan Air Minum………… 28
4.2 Hasil Perhitungan Permanganat Pada Sampel Air Bersih
Dan Air Minum……………………………………………………. 30
4.3 Dampak Permanganat Terhadap Lingkungan dan
Kesehatan………………………………………………………… 31
BAB V PENUTUP…………………………………………………………. 32
5.1 Kesimpulan………………………………………………………. 32
5.2 Saran…………………………………………………………... 32
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 33
LAMPIRAN………………………………………………………………….. 35
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kantor UPTD Labling DLH Kabupaten Banyuwangi……. 8
Gambar 3.2 UPTD Labling DLH Kabupaten Banyuwangi……………. 11
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari
binatang atau tumbuh-tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon,
protein, dan lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan
oleh bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut. Zat organik diidentifikasikan
sebagai angka permanganat yaitu banyaknya mg/L KMnO4 yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat organik yang terdapat dalam satu liter sampel air yang
dididihkan selama 10 menit. Untuk kebutuhan minum, air harus bebas dari logam
berat, zat organik maupun mikroorganisme yang dapat membahayakan tubuh
manusia. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka disarankan penggunaan air
harus direbus terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya penyakit yang
disebabkan oleh air.
1
Zat organik sebagai angka permanganat yaitu banyaknya mg/L
KMnO4yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik dalam satu liter sampai
air yang dididihkan selama 10 menit. Air minum harus memenuhi standart yang
berlaku baik kualitas maupun kuantitas sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum.
Kualitas air minum harus sesuai dengan persyaratan secara fisika, kimia dan
biologis. Kualitas air minum yang baik secara fisika adalah kejernihan dan
kekeruhan. Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang
bersifat anorganik berasal dari lapukan batuan dan logam maupun yang organik
yang berasal dari hewan maupun tumbuhan. Air minum yang baik biasanya tidak
memberi rasa, tidak berwarna dan tidak berbau. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tersebut menyatakan bahwa kadar zat organik
angka permanganat dalam air minum maksimal 10 mg/L. Semakin tinggi
kandungan zat organik dalam air maka air tersebut telah tercemar atau
terkontaminasi (Ulfah, 2016).
Adanya zat organik dalam air menunjukkan bahwa air tersebut telah
tercemar. Zat organik merupakan bahan makanan bakteri atau mikroorganisme
lainnya. Makin tinggi kandungan zat organik di dalam air, maka semakin jelas
bahwa air tersebut telah tercemar (Asmadi dkk, 2012). Salah satu pengujian kadar
zat organik ialah dengan penentuan nilai permanganat menggunakan titrimetri.
Maka dari itu perlu dilakukannya pengujian parameter permanganat terhadap air
bersih dan air minum
2
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana profil UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Banyuwangi?
2. Bagaimana metode uji parameter permanganat dengan metode titrasi?
3. Bagaimana hasil uji parameter permanganat pada sampel air bersih dan air
minum?
4. Bagaimana pengaruh permanganat terhadap kualitas lingkungan dan
kesehatan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui profil UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Banyuwangi
2. Mengetahui metode uji parameter permanganat dengan metode titrasi
3. Mengetahui hasil uji parameter permanganat pada sampel air bersih dan
air minum
4. Mengentahui pengaruh permanganat terhadap kualitas lingkungan dan
kesehatan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu teknik yang paling penting dalam kimia analitik adalah titrasi,
yaitu penambahan secara cermat volume suatu larutan yang mengandung zat A
yang konsentrasinya diketahui, kepada larutan kedua yang mengandung zat B
yang konsentrasinya tidak diketahui yang akan mengakibatkan reaksi antara
keduanya secara kuantitatif. Titik akhir ditandai dengan semacam perubahan sifat
fisis misalnya warna campuran yang bereaksi.Titik akhir dapat dideteksi dalam
campuran reaksi reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan zat yang
disebut indikator yang mengubah warna pada titik akhir. Titrasi memungkinkan
penentuan jumlah zat dalam sampel (Ulfah, 2016).
4
Titrimetri merupakan analisa kuantitatif dimana kadar zat uji dapat
ditetapkan berdasarkan volume pereaksi yang ditambahkan ke dalam zat uji
tersebut. Proses titrimeri disebut titrasi, sedangkan volume titrimetri disebut
volumetri. Titrasi yang dilakukan disebut titrasi alkalimetri. Titrimetri merupakan
prosedur analisis kimia yang didasarkan pada pengukuran jumlah larutan titran
yang bereaksi dengan analit.
Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya
sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat
berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang
dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik
yg menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit.
Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau
ditentukan konsentrasinya atau strukturnya.
5
asam dan panas, sisa dari KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih, kelebihan
asam oksalat dititrasi kembali menggunakan KMnO4 (Sunawiruddin, 2014).
Molaritas (M)
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan.
Rumus Perhitungan Molaritas : Keterangan :
massa 1000 Massa = massa suatu zat (g)
Molaritas = ×
Mr V Mr = Massa molekul relatif (g/mol)
V = Volume larutan (mL)
Normalitas (N)
Normalitas merupakan jumlah mol-ekivalen zat terlarut per liter larutan. Terdapat
hubungan antara Normalitas dengan Molaritas, yaitu :
Rumus Perhitungan Normalitas : Keterangan :
Normalitas : M × Valensi M = Molaritas larutan (M)
Valensi = Valensi (ion) larutan
6
2.5 Pengenceran Larutan
7
BAB III
TINJAUAN KASUS
8
Dalam menjalankan tugasnya Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi telah
memiliki peralatan laboratorium yang memadai untuk mendeteksi perubahan pada
parameter lingkungan. Petugas pelaksana program dengan latar Pendidikan
Pertanian, Teknik Lingkungan, Teknik Kimia, Sosial dan Administrasi
Pemerintahan.
9
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
(UPTB) Laboratorium Lingkungan pada Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Banyuwangi. Laboratorium Lingkungan
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi mulai
melaksanakan amanah Peraturan Daearah Kabupaten
Banyuwangi Nomor 13 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa
Usaha dan Peraturan Bupati Nomor 54 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Laboratorium pada
Laboratorium Lingkungan Kabupaten Banyuwangi,
sehingga sebagai dasar untuk menarik biaya uji atau
retribusi uji laboratorium. Telah diikut sertakan dalam
kegiatan Asistensi Teknis Laboratorium Lingkungan oleh
Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa (PPEJ) Kementrian
Lingkungan Hidup RI Tahun 2013.
Tahun 2014 : UPTB Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Banyuwangi mulai melaksanakan amanah
Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 39 Tahun 2013
Tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis (UPTB) Laboratorium Lingkungan pada
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi sebagai
unit lembaga mandiri menuju laboratorium lingkungan
terakreditasi ISO 17025: 2008 pada Tahun 2015 mendatang.
10
Gambar 3.2 Kantor UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Banyuwangi
(Sumber: Google)
11
3.1.4 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Laboratorium berdasarkan Peraturan Bupati No.114
Tahun 2017 tentang Rincian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Unit
Pelaksanan Teknis Laboratorium Lingkungan pada Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Banyuwanngi
KEPALA UPTD
PETUGAS
OPRASIONAL
12
Struktur Organisasi Laboratorium berdasarkan SNI ISO/IEC 17025 : 2017
MANAJER LABORATORIUM
Ka DLH KAB. BANYUWANGI
PETUGAS PELAYANAN
PELANGGAN
13
5) Mengesahkan dokumen kebijakan mutu, sasaran mutu, visi dan misi,
Panduan Mutu (level I) dan dokumen Prosedur Jaminan Mutu (level
III).
B. Manajer Mutu, mempunyai tugas :
1) Bersama-sama dengan Manajer Puncak dan Manajer Teknik
menyiapkan Panduan Mutu (level I) dan dokumen Prosedur Jaminan
Mutu (level II);
2) Bertanggung jawab terhadap kelancaran pengelolahan Sistem
Manajemen Mutu;
3) Merencanakan pelatihan bagi personel laboratorium;
4) Mengkoordinir pelaksanaan audit internal;
5) Menyiapkan bahan kaji ulang manajemen;
6) Menyiapkan bahan sosialisasi Sistem Manajemen Mutu;
7) Bersama degan Manajer Puncak dan Manajer Teknik melakukan
sosialisasi Sistem Manajemen Mutu kepada personel laboratorium;
8) Memeriksa semua dokumen Sistem Manajemen Mutu sebelum
diterbitkan;
9) Mengendalikan semua dokumen Sistem Manajemen Mutu
laboratorium;
10) Bersama dengan Manajer Teknik melakukan tindak lanjut atas
keluhan (umpan balik) pelanggan;
11) Memeriksa dan mengesahkan formulir-formulir penerapan
(dokumen pendukung, F);
12) Melaksanakan pengambilan sampel (bila diperlukan);
13) Menggantikan tugas Manager Puncak dan Manager Teknik bila
berhalangan sementara;
14) Mengidentifikasi kejadian penyimpangan dari Sistem Manajemen
Mutu atau dari prosedur untuk melaksanakan pengujian, dan untuk
memulai tindakan untuk mencegah atau meminimalkan
penyimpangan tersebut, serta memasikan kesesuaian dengan standar
SNI ISO/IEC 17025 : 2017
14
C. Petugas Pelayanan Pelanggan
Petugas pelayanan pelanggan dipegang oleh staff Laboratorium,
bertanggung jawab langsung kepada Manajer Mutu, mempunyai tugas
dan tanggung jawab, antara lain:
1) Menerima sampel dari pelanggan dan/atau petugas pengambil
sampel;
2) Mengisi buku induk penerimaan sampel;
3) Mengisi formulir permintaan pengujian sampel (FPPS);
4) Menghilangkan identitas pelanggan dari wadah sampel;
5) Memberi kode pada wadah sampel;
6) Mengantarkan sampel, dan FPPS yang telah terisi ke Manajer
Teknik;
7) Melaksanakan pengetikan laporan hasil uji (LHU);
8) Melaksanakan penyerhana dan/atau pengiriman laporan hasil uji
(LHU) kepada pelanggan;
9) Mengarsipkan laporan hasil uji;
10) Melayani keluhan/umpan balik untuk selanjutnya;
11) Mengidentifikasi kejadian penyimpangan dari sistem Manajemen
Mutu atau dari prosedur untuk melaksanakan pengujian, dan untuk
memulai tindakan untuk mencegah meminimalkan penyimpangan
tersebut, serta memastikan kesesuaian dengan standart SNI
ISO/IEC 17025: 2008.
D. Manajer Teknik
Manajer Teknik dipegang oleh staff Teknis Laboratorium,
bertanggung jawab langsung kepada Manajer Puncak, mempunyai tugas
dan tanggung jawab, antara lain:
1) Bersama-sama dengan Manajer Puncak dan Manajer Mutu
menyiapkan dokumen panduan mutu (level 1) dan dokumen
prosedur jaminan mutu (level 2);
2) Bertanggung jawab terhadap kelancaran pengujian di laboratorium
15
3) Bertanggung jawab terhadap perawatan dan kalibrasi perlatan di
laboratorium;
4) Bertanngung jawab terhadap keabsahan hasil uji;
5) Melakukan verifikasi data hasil pengujian dari analis terkait;
6) Menandatangani laporan hasil uji;
7) Menggantikan tugas dan tanggung jawab manajer mutu bila
berhalangan sementara;
8) Bersama dengan manajer mutu melakukan pengkajian permintaan,
tender dan kontrak untuk pekerjaan non-rutin;
9) Bersama dengan manajer mutu melakukan tindak lanjut atas keluhan
pelanggan;
10) Bertanggung jawab terhadap pengelolaan sampel, termasuk
pemusnahan sampel;
11) Bertanggung jawab penyeliaan personel (analis);
12) Bertanggung jawab terhadap uji provisiensi/uji banding antar
laboratorium;
13) Bertanggung jawab terhadap pemenuhan persyaratan kondisi dan
akomodasi lingkungan pengujian sesuai kebutuhan;
14) Memeriksa dan mengesahkan dokumen intruksi kerja serta
bertanggung jawab terhadap penerapannya;
15) Bersama dengan manajer puncak dan manajer mutu melakukan
sosialisasi sistem manajemen mutu kepada personel laboratorium;
16) Melaksanakan pengambilan sampel bila di perlukan;
17) Mengidentifikasi kejadian penyimpangan dari sistem manajemen
mutu atau dari prosedur untuk melaksanakan pengujian, dan untuk
memulai tindakan untuk mencegah atau meminimalkan
penyimpangan tersebut, serta memastikan kesesuaian dengan
standar SNI ISO/IEC 17025: 2017
16
E. Analis
Jabatan analis di pegang oleh staf laboratorium, bertanggung jawab
langsung kepada manajer teknik, mempunyai tugas dan tanggung
jawab, antara lain:
1) Pengujian;
2) Validasi dan verifikasi metode uji;
3) Pengoperasian dan perawatan peralatan laboratorium;
4) Uji kinerja peralatan laboratorium;
5) Dokumentasi hasil uji;
6) Menjaga kebersihan alat dan kebersihan di laboratorium;
7) Melaksanakan pengambilan sampel;
8) Mengidentifikasi kejadian penyimpangan dari sistem manajemen;
17
3.2 Metode Pengujian
18
Rumus Perhitungan : Keterangan :
V1.M1 = V2.M2 V1 = Volume yang diambil
V 2. M 2 V2 = Volume labu
V1 =
M1
M1 = Konsentrasi awal larutan
M2 = Konsentrasi target
19
3. Prosedur Pembuatan Kalium Permanganat, KMnO4 0,01 N
20
4. Prosedur Pembuatan Asam oksalat, (COOH)2.2H2O 0,1 N
21
Rumus Perhitungan : Keterangan :
V1.M1 = V2.M2 V1 = Volume yang diambil
V 2. M 2 V2 = Volume labu
V1 =
M1
M1 = Konsentrasi awal larutan
M2 = Konsentrasi target
22
4.2.3 Prosedur Pengujian Permanganat
1. Persiapan Pengujian (Standarisasi)
2. Prosedur Pengujian
23
Rumus Perhitungan : Keterangan :
KMnO4 mg/L = a = Volume titrasi
[(10+ a)b−( 10× c)]1 ×31,6 ×1000 b = N KMnO4
d c = N Oksalat
d = Volume contoh
f = Faktor pengenceran
1. H2SO4 8 N
Diketahui : Perhitungan :
V2 = 1000 ml V 2. M 2
V1=
M2 = 8N M1
M1 = 36 N 1000× 8
V1 =
36
8000
V1=
36
V1 = 222 ml
Diketahui : Perhitungan :
N =0,1 N g
N = a
BM = 158 BM × V
V = 1000 ml = 1L g
0,1 N = 5
a =5 158× 1
0,1×158=5g
158
g =
5
g = 3,16 g
24
Diketahui : Perhitungan :
M2 = 0,01 N V 2. M 2
V1 = ×1
V2 = 100 ml M1
M1 = 0,1 N 100× 0,01
V1 =
0,1
1
V1 = = 10 mg/L
0,1
Diketahui : Perhitngan :
N = 0,1 N g
N = ×a
BM (COONa)2.2H2O = 170 BM × V
V = 25 ml = 0,4 L g
0,1 N = ×1
a=1 170× 0,4
g
0,1 N = ×1
68
g = 68 N
25
=
[ (10,46 ) 0,0101−0,1 ] 1 ×31.600 ×1
100
= [(0,1056−¿ 0,1)].316
= 0,0056 . 316
= 1,7696 mg/L
8. Perhitungan Nilai KMnO4 Sampel Air Bersih 2
[(10+ a)b−( 10× c)] 1 ×31,6 ×1000
KMnO4 = ×1
d
¿
= [(10+0,6)]0,0101−(10 ×0.01)¿ 1 ×31.600 100
=
[ (10,6 ) 0,0101−0,1 ] 1 ×31.600 ×1
100
= (0,1070−¿ 0,1) 316
= 2,212 mg/L
=
[ (10,48 ) 0,0101−0,1 ] 1 ×31.600 ×1
100
= (0,1058 −0,1)316
= 0,0058 . 316
= 1,58 mg/L
10. Perhitungan Nilai KMnO4 Sampel Air Minum 2
[(10+ a)b−( 10× c)] 1 ×31,6 ×1000
KMnO4 = ×1
d
¿
= ( 10+0,45 ) 0101−(10 ×0,01)¿ 1 ×31,6 ×1000 100 ×1
=
[ (10,45 ) 0,0101−0,1 ] 1 ×31.600 × 1
100
= (0,1055−0,1 ¿316
= 0,0055.316
= 1,738 mg/L
Konsentrasi permanganat rata-rata AM
1,58 mg/L+1,738 mg/ L
Rata-rata =
2
26
= 1,659 mg/L
11. Perhitungan Relatif Percent Different (RPD)
1. Air Bersih
0,6−0,46
RPD = × 100 %
(0 , 6+ 0,46)/2
0,6−0,46
RPD = ×100 %
0,53
RPD = 26%
2. Air Minum
0,48−0,45
RPD = 100 %
(0,48−0,45)/2
0,48−0,45
RPD = ×100 %
0,46
RPD = 6%
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Zat organik di dalam air dioksidasi dengan KMnO 4 direduksi oleh asam oksalat
berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO 4.Akan tetapi
proses oksidasi dalam kondisi asam lebih kuat, sehingga semua ion khlorida
dalam air juga ikut teroksidasi.
28
stabilitas rendah, mekanisme reaksi yang rumit, reaksi samping, dan selektivitas
yang kurang. Namun kelemahan tersebut dapat diatasi dengan persiapan solusi
cermat dan penyimpanan serta mengendalikan kondisi titrasi (Na Li, 2013).
29
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi
berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau
penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi (Sari, 2018).Sebelum
larutan dititrasi dilakukan pemanasan pada suhu 70°-80°C yang tujuan untuk
mempercepat jalannya reaksi antara kalium permanganat dengan asam oksalat,
karena bila dilakukan dengan suhu ruangan reaksi antara keduanya cenderung
lambat dan sehingga akan sulit menentukan titik akhir titrasi (Kurniawati, 2019).
4.2 Hasil Perhitungan Permanganat Pada Sampel Air Bersih dan Air Minum
Sedangkan pada pengujian air minum pertama 1,58 mg/L air minum kedua
1,738 mg/L. Kemudian dari kedua hasil tersebut didapatkan hasil perhitungan
rata-rata yaitu 1,659 mg/L. Berdasarkan baku mutu air minum menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air
minum yaitu 10 mg/L, maka air minum tersebut memenuhi baku mutu yang sudah
ditetapkan.
30
dan air minum sebesar 26 % dan 6 %. Berdasarkan hasil tersebut maka perlu
dilakukan pengujian ulang terhadap air bersih karena berdasarkan syarat SNI 06-
6989-22-2004 RPD tidak boleh lebih dari 10%, maka jika nilai perhitungan RPD
lebih dari 10% harus dilakukan pengujian ulang.
Zat organik pada air yang melebihi nilai standart dapat menimbulkan sakit
perut, iritasi, alergi, bahkan bila dikomsumsi dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan penyakit sistematik. Unsur organik pada air memiliki dampak yang
berbeda-beda (Risty, 2013).
31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
Ambarsari, A. 2016. Penentuan pH, TSS dan Kadar Zat Organik Pada Limbah
Cair di PT Papertech Indonesia Unit II Megelang. Laporan Praktik Kerja
Lapangan. Program Studi Diploma III Analis Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Firdaus, A.F.H dan Priska Fransiska. 2020. Pelaksanaan Pengujian Air Bersih
Dan Air Limbah Di UPT Laboratorium Lingkungan Hidup Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik. Laporan Magang. Program Studi
Teknik Kimia Universitas Internasional Semen Gresik Indonesia Gresik.
Mahsyar, N dan Eko Rendy Wijaya. 2020. Analisis Kualitas Air Dan Metode
Pengendalian Pencemaran Air Sungai Bangkala Kabupaten Jeneponto.
Skripsi. Program Studi Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
33
Na Li, Hefferren, J. J., dan Ke an, L., 2013, Quantitative Chemical Analysis,
Beijing: World Scientific Publishing.
Risty, Purba. 2013. Kandungan zat organik pada air sumur di dusun III Kelurahan
Halban Keude Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat
Sari, Yunita Ratna. 2018. Pengujian Zat Organik, Bromat dan Total Padatan
Terlarut pada Contoh Air di Balai Besar Industri Agro Bogor, Jawa Barat.
Laporan Praktik Kerja Lapangan. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
SNI. 2004. Air dan limbah, cara uji nilai permanganate secara Titrimetri. Badan
Standardisasi Nasional.
Ulfah, F.L. 2016. Uji Nilai Permanganat Pada Air Minum Secara Titrasi
Titrimetri Di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Tugas Akhir. Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.
Yuniarti, F.,dkk. 2020. Modul Praktikum Kimia Organik. Program Studi Farmasi
Fakultas Farmasi Dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Jakarta.
Zulfinar. 2020. Analisa Kadar Zat Organik Pada Air Sumur Gali Di Kawasan
Pasar 3 Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Medan.Karya Tulis Ilmiah.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis Program RPL.
34
LAMPIRAN
35