Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)


PEMERIKSAAN PARAMETER PERMANGANAT PADA SAMPEL AIR
BERSIH DAN AIR MINUM
DI UPTD LABORATORIUM LINGKUNGAN DINAS LINGKUNGAN
HIDUP KABUPATEN BANYUWANGI

DISUSUN OLEH :
URDATUL ULA
1913.1325.1376

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN LINGKUNGAN


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2022

1
i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah berkat Rahmat dan Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan


laporan ini yang berjudul Pemeriksaan Parameter Permanganat Pada Sampel Air
Bersih dan Air Minum di UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Banyuwangi. Sholawat serta salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa seluruh risalah-
Nya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati saya mengucapkan terimakasih


kepada:

1. dr. Rudi Joegijantoro, MMRS, selaku Ketua STIKES Widyagama Husada


Malang.
2. Ibu Irfany Rupiwardani, SE., MMRS, selaku Ketua Program Studi S1
Kesehatan Lingkungan.
3. Bapak Yusup Saktiawan, SE., M. Ling, selaku Pembimbing Akademik
Praktek Kerja Lapangan di STIKES Widyagama Husada Malang.
4. Bapak Ivan Candra, FY, ST, selaku Kepala UPTD Laboratorium
Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi.
5. Bapak/Ibu staf UPTD Laboratorium Lingkungan DLH Kabupaten
Banyuwangi.
6. Orang Tua yang telah memberikan motivasi sehingga dapat selesai dengan
tepat waktu.
7. Teman-teman yang selalu memberi semangat, dukungan serta kasih
sayang.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terkait,


yang telah membantu saya dalam menyelesaikan laporan ini. Akhir kata, saya
menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan ini, untuk itu saran
dan kritik yang sifatnya membangun sangat saya harapkan.

Banyuwangi, 29 Januari 2022

Urdatul Ula

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… v
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………... 3
1.3 Tujuan……………………………………………………………. 3
1.4 Waktu dan Tempat…………………………………………......... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………... 4
2.1 Air Bersih dan Air Minum……………………………………….. 4
2.2 Titrasi Titrimetri………………………………………………….. 4
2.3 Titrasi Permanganometri…………………………………………. 5
2.4 Konsentrasi Larutan……………………………………………… 6
2.5 Pengenceran Larutan……………………………………………... 7
2.6 Standarisasi Larutan……………………………………………… 7
BAB III TINJAUAN KASUS………………………………………………... 8
3.1 UPTD Laboratorium Lingkungan DLH Kab. Banyuwangi........... 8
3.1.1 Sejarah Berdirinya Instansi Atau Perusahaan……………... 8
3.1.2 Sejarah Berdirinya UPTD Laboratorium Lingkungan…….. 9
3.1.3 Visi, Misi dan Motto………………………………………. 11
3.1.4 Struktur Organisasi………………………………………… 12
3.1.5 Tugas dan Fungsi………………………………………….. 13
3.2 Metode Pengujian………………………………………………… 18
3.2.1 Alat Pengujian……………………………………………… 18
3.2.2 Bahan Pengujian……………………………………………. 18
3.2.3 Prosedur Pengujian…………………………………………. 23
3.3 Hasil Perhitungan…………………………………………………. 25
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………. 28

iii
4.1 Pengujian Permanganat Pada Air Bersih dan Air Minum………… 28
4.2 Hasil Perhitungan Permanganat Pada Sampel Air Bersih
Dan Air Minum……………………………………………………. 30
4.3 Dampak Permanganat Terhadap Lingkungan dan
Kesehatan………………………………………………………… 31
BAB V PENUTUP…………………………………………………………. 32
5.1 Kesimpulan………………………………………………………. 32
5.2 Saran…………………………………………………………... 32
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 33
LAMPIRAN………………………………………………………………….. 35

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kantor UPTD Labling DLH Kabupaten Banyuwangi……. 8
Gambar 3.2 UPTD Labling DLH Kabupaten Banyuwangi……………. 11

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran .1 Memasukkan Sampel dan penambahan batu didih............ 35


Lampiran .2 Penambahan H2SO4.......................................................... 35
Lampiran .3 Pendidihan dan penambahan KMnO4................................. 35
Lampiran .4 Titrasi................................................................................... 35

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air adalah bagian terbesar penyusun tubuh makhluk hidup. Semua
makhluk hidup memerlukan air, karena air merupakan kebutuhan dasar bagi
kehidupan. Bagi manusia, air adalah kebutuhan yang sangat mutlak karena zat
pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air berjumlah sekitar 73%
dari bagian tubuh tanpa jaringan lemak. Kegunaan air bagi tubuh manusia antara
lain untuk proses pencernaan, metabolisme, mengangkat zat-zat makanan dalam
tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh dan menjaga tubuh sampai
kekeringan. Air yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sehat harus memenuhi
syarat kualitas dan secara kuantitas (jumlahnya) juga terpenuhi (Mahsyar, 2020).

Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari
binatang atau tumbuh-tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon,
protein, dan lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan
oleh bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut. Zat organik diidentifikasikan
sebagai angka permanganat yaitu banyaknya mg/L KMnO4 yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi zat organik yang terdapat dalam satu liter sampel air yang
dididihkan selama 10 menit. Untuk kebutuhan minum, air harus bebas dari logam
berat, zat organik maupun mikroorganisme yang dapat membahayakan tubuh
manusia. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka disarankan penggunaan air
harus direbus terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya penyakit yang
disebabkan oleh air.

Angka permanganat adalah ukuran dari jumlah oksigen yang diperoleh


dari kalium permanganat untuk mengoksidasi polutan senyawa organik dan
anorganik pada sampel. Dalam sampel air limbah domestik, angka permanganat
memiliki hubungan linear yang signifikan dengan Total Suspended Solid (TSS).
Oleh karena itu, koloid dan padatan terlarut dapat menginterferensi pengukuran
angka permanganat secara spektrometri (Kurniawati, 2019).

1
Zat organik sebagai angka permanganat yaitu banyaknya mg/L
KMnO4yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik dalam satu liter sampai
air yang dididihkan selama 10 menit. Air minum harus memenuhi standart yang
berlaku baik kualitas maupun kuantitas sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum.
Kualitas air minum harus sesuai dengan persyaratan secara fisika, kimia dan
biologis. Kualitas air minum yang baik secara fisika adalah kejernihan dan
kekeruhan. Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang
bersifat anorganik berasal dari lapukan batuan dan logam maupun yang organik
yang berasal dari hewan maupun tumbuhan. Air minum yang baik biasanya tidak
memberi rasa, tidak berwarna dan tidak berbau. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tersebut menyatakan bahwa kadar zat organik
angka permanganat dalam air minum maksimal 10 mg/L. Semakin tinggi
kandungan zat organik dalam air maka air tersebut telah tercemar atau
terkontaminasi (Ulfah, 2016).

Adanya zat organik dalam air menunjukkan bahwa air tersebut telah
tercemar. Zat organik merupakan bahan makanan bakteri atau mikroorganisme
lainnya. Makin tinggi kandungan zat organik di dalam air, maka semakin jelas
bahwa air tersebut telah tercemar (Asmadi dkk, 2012). Salah satu pengujian kadar
zat organik ialah dengan penentuan nilai permanganat menggunakan titrimetri.
Maka dari itu perlu dilakukannya pengujian parameter permanganat terhadap air
bersih dan air minum

2
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana profil UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Banyuwangi?
2. Bagaimana metode uji parameter permanganat dengan metode titrasi?
3. Bagaimana hasil uji parameter permanganat pada sampel air bersih dan air
minum?
4. Bagaimana pengaruh permanganat terhadap kualitas lingkungan dan
kesehatan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui profil UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Banyuwangi
2. Mengetahui metode uji parameter permanganat dengan metode titrasi
3. Mengetahui hasil uji parameter permanganat pada sampel air bersih dan
air minum
4. Mengentahui pengaruh permanganat terhadap kualitas lingkungan dan
kesehatan

1.4 Waktu dan Tempat


Hari ,Tanggal: Kamis, 13 Januari 2022
Waktu : 09.00 - Selesai
Tempat : UPTD Laboratorium Lingkungan Banyuwangi Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Bersih Dan Air Minum


Air bersih adalah air yang dapat digunakan untuk berbagai macam
keperluan sehari-hari dalam kehidupan, tidak hanya bagi manusia tetapi juga bagi
hewan dan tumbuhan. Dan kegunaan terpenting dari air bersih adalah saat air
bersih tersebut berperan sebagai air minum setelah sebelumnya diolah terlebih
dahulu hingga siap minum. Pentingnya air itu sendiri dapat dilihat dari fakta
bahwa 70% permukaan bumi ditutupi oleh air dan sebesar dua per tiga bagian
tubuh manusia terdiri dari air. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang
memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum.

Berdasarkan (Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010) yang dimaksud


dengan air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh air minum antara lain: persyaratan
bakteriologi, kimia, fisik dan radioaktif. Mengingat bahwa pada dasarnya tidak
ada air yang 100% murni, dalam arti memenuhi syarat yang patut untuk
kesehatan, maka harus diusahakan sedemikian rupa, sehingga syarat yang
dibutuhkan harus terpenuhi atau paling tidak mendekati syarat- syarat yang di
kehendaki.

2.2 Titrasi Titrimetri

Salah satu teknik yang paling penting dalam kimia analitik adalah titrasi,
yaitu penambahan secara cermat volume suatu larutan yang mengandung zat A
yang konsentrasinya diketahui, kepada larutan kedua yang mengandung zat B
yang konsentrasinya tidak diketahui yang akan mengakibatkan reaksi antara
keduanya secara kuantitatif. Titik akhir ditandai dengan semacam perubahan sifat
fisis misalnya warna campuran yang bereaksi.Titik akhir dapat dideteksi dalam
campuran reaksi reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan zat yang
disebut indikator yang mengubah warna pada titik akhir. Titrasi memungkinkan
penentuan jumlah zat dalam sampel (Ulfah, 2016).

4
Titrimetri merupakan analisa kuantitatif dimana kadar zat uji dapat
ditetapkan berdasarkan volume pereaksi yang ditambahkan ke dalam zat uji
tersebut. Proses titrimeri disebut titrasi, sedangkan volume titrimetri disebut
volumetri. Titrasi yang dilakukan disebut titrasi alkalimetri. Titrimetri merupakan
prosedur analisis kimia yang didasarkan pada pengukuran jumlah larutan titran
yang bereaksi dengan analit.

Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya
sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat
berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang
dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik
yg menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit.
Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau
ditentukan konsentrasinya atau strukturnya.

2.3 Titrasi Permanganometri

Permaganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh


kalium permangat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan
reduksi yang terjadi antara KMnO 4) sudah dikenal dari seratus tahun. Kebanyakan
titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti fe +,
asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam
yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permaganometri
seperti ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn dan Hg (SNI, 2012).

Titrasi permanganometri digunakan untuk menetapkan kadar reduktor


dalam suasana asam dengan menggunakan kalium permanganat sebagai titran.
Dalam suasana netral atau sedikit basa maka akan terbentuk endapan coklat MnO 2
yang akan mengganggu, oleh karena itu titrasi dilakukan dalam suasana asam
karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya (Darwindra, 2010).

Penetapan metode untuk pengujian kandungan senyawa organik dilakukan


dalam suasana asam. Prinsipnya yaitu sampel yang diduga mengandung senyawa
organik (permanganat) dioksidasi oleh KMnO4 secara berlebih dalam suasana

5
asam dan panas, sisa dari KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih, kelebihan
asam oksalat dititrasi kembali menggunakan KMnO4 (Sunawiruddin, 2014).

2.4 Konsentrasi Larutan

Reaksi-reaksi kimia biasanya berlangsung antara 2 zat campuran zat,


bukannya zat murni. Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen yang
mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah
yang besar disebut pelarut atau solvent. Sedangkan komponen dalam jumlah
sedikit disebut zat terlarut atau solute. Konsentrasi dalam sebuah larutan
didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut.
Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara, diantaranya molaritas,
molalitas, normalitas dan sebagainya (Inggit, 2013).

Menurut Widayani (2018), Konsetrasi larutan merupakan cara untuk


menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut.

1. Konsentrasi : jumlah zat tiap satuan volum (besaran intensif)


2. Larutan encer : jumlah zat terlarut sangat sedikit
3. Larutan pekat : jumlah zat terlarut sangat banyak
4. Konsentrasi dinyatan dalam : molar, molal, persen, fraksi mol, bagian per
sejuta (ppm), dll.

Molaritas (M)
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan.
Rumus Perhitungan Molaritas : Keterangan :
massa 1000 Massa = massa suatu zat (g)
Molaritas = ×
Mr V Mr = Massa molekul relatif (g/mol)
V = Volume larutan (mL)
Normalitas (N)
Normalitas merupakan jumlah mol-ekivalen zat terlarut per liter larutan. Terdapat
hubungan antara Normalitas dengan Molaritas, yaitu :
Rumus Perhitungan Normalitas : Keterangan :
Normalitas : M × Valensi M = Molaritas larutan (M)
Valensi = Valensi (ion) larutan

6
2.5 Pengenceran Larutan

Reaksi kimia kebanyakan tidak berlangsung secara murni, namun


berbentuk larutan. Larutan adalah campuran homogen antara dua zat atau lebih.
Pembuatan larutan ini biasanya digunakan untuk pereaksi/reagen, untuk
memperkecil konsentrasi suatu larutan, maka dilakukan pengenceran.
Pengenceran merupakan suatu proses pencampuran larutan yang berkonsentrasi
tinggi dengan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar dengan pelarut
yang netral.

Rumus Pengencran Larutan : Keterangan :


V1.M1 = V2.M2 V1 = Volume yang diambil
V2 = Volume labu
M1= konsentrasi awal larutan
M2= Konsentrasi target
2.6 Standarisasi Larutan

Setelah proses pengenceran, biasanya dilakukan standarisasi pada larutan.


Standarisasi sendiri merupakan analisis kimia kualitatif untuk menentukan volume
tertentu suatu zat dengan volume larutan standar. Tahap ini sama pentingnya
karena hasil dari standarisasi dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi
larutan yang diencerkan.

Kalium permangat (KMnO4) secara luas digunakan sebagai larutan


standart oksidimetri dan ia dapat bertindak sebagai indikatornya sendiri
(autoindikator). Perlu diketahui bahwa larutan kalium permangat sebelum
digunakan dalam proses permanganometri harus distandarisasi terlebih dahulu.
Untuk menstandarisasi kalium permangat dapat dipergunakan zat reduktor. Dalam
membuat larutan baku kalium permangat harus dijaga faktor-faktor yang dapat
menyebabkan penurunan yang besar dari kekuatan larutan baku tersebut, antara
lain dengan pemanasan dan penyaringan untuk menghilangkan zat-zat oksidasi
(Zulfinar, 2020).

7
BAB III

TINJAUAN KASUS

31 Laboratorium Lingkungan DLH Kabupaten Banyuwangi

3.1.1 Sejarah Berdirinya Instansi/Perusahaan


Dinas Ligkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyuwangi merupakan suatu
lembaga/institusi yang bergerak di bidang pengawasan lingkungan. Awal mula
sejarah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) sebagai Bagian Lingkungan Hidup yang
berdiri pada tahun 1999. Setelah kurang lebih 10 tahun menjadi Bagian, maka
pada Agustus 2011 tentang Organisasi Perangkat Daerah Banyuwangi, terjadi
perubahan institusi pengelolahan lingkungan hidup dari Bagian menjadi Dinas
Lingkungan Hidup sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Bupati No. 50
Tahun 2014 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta
Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi. Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Banyuwangi melalui Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat
Daerah Tahun 2016 mengarah pada program upaya pelestarian lingkungan,
pengendalian dampak lingkungan, dan pemulihan kualitas lingkungan yang
dijabarkan lebih lanjut dalam program tahunan dengan mengusulkan kegiatan
untuk mendapatkan dukungan dana APBD Kabupaten Provinsi, APBN, dan
sumber lain yang sah.

Gambar 3.1 Kantor DLH Kabupaten Banyuwangi


(Sumber: Google)

8
Dalam menjalankan tugasnya Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi telah
memiliki peralatan laboratorium yang memadai untuk mendeteksi perubahan pada
parameter lingkungan. Petugas pelaksana program dengan latar Pendidikan
Pertanian, Teknik Lingkungan, Teknik Kimia, Sosial dan Administrasi
Pemerintahan.

3.1.2 Sejarah Berdirinya UPTD Laboratorium Lingkungan DLH Kabupaten


Banyuwangi
Tahun 2011 : Tahun 2002 sudah terbangun gedung dan fasilitas alat
laboratorium, namun sampai dengan tahun 2011 belum
terbentuk UPTB/UPTD sehingga laboratorium lingkungan
belum termanfaatkan. Pada September tahun 2011
mengalami kenaikan status kewenangan dari kantor
lingkungan hidup menjadi Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Banyuwangi hal ini berdasarkan peraturan
daerah Kabupaten Banyuwangi No. 6 tahun 2011 tentang
Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Bupati Nomor
64 Tahun 2011 tentang rincian tugas, fungsi, dan tata kerja
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi. Adanya
Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 13 Tahun
2011 tentang Retribusi Jasa Usaha.
Tahun 2012 : Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Banyuwangi telah merumuskan, menyusun dan
membuat Dokumen Sistem Mutu secara mandiri antara lain:
1. Panduan Mutu
2. Prosedur Kerja
3. Instruksi Kerja Pengujian Air dan Udara
4. Instruksi Kerja Alat (draft) dan
5. Formulir Umum (draft)
6. Peraturann Bupati Banyuwangi Nomor 54 Tahun 2012
Tentang Petunjuk Pelaksanaan.
Tahun 2013 : Pada tanggal 30 Oktober 2013 terbitlah Peraturan Bupati
Banyuwangi Nomor 39 Tahun 2013 Tentang Rincian

9
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
(UPTB) Laboratorium Lingkungan pada Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Banyuwangi. Laboratorium Lingkungan
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi mulai
melaksanakan amanah Peraturan Daearah Kabupaten
Banyuwangi Nomor 13 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa
Usaha dan Peraturan Bupati Nomor 54 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Laboratorium pada
Laboratorium Lingkungan Kabupaten Banyuwangi,
sehingga sebagai dasar untuk menarik biaya uji atau
retribusi uji laboratorium. Telah diikut sertakan dalam
kegiatan Asistensi Teknis Laboratorium Lingkungan oleh
Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa (PPEJ) Kementrian
Lingkungan Hidup RI Tahun 2013.
Tahun 2014 : UPTB Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Banyuwangi mulai melaksanakan amanah
Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 39 Tahun 2013
Tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis (UPTB) Laboratorium Lingkungan pada
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi sebagai
unit lembaga mandiri menuju laboratorium lingkungan
terakreditasi ISO 17025: 2008 pada Tahun 2015 mendatang.

10
Gambar 3.2 Kantor UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Banyuwangi
(Sumber: Google)

3.1.3 Visi, Misi, dan Motto


Visi : Laboratorium Lingkungan Kabupaten Banyuwangi menjadi
Laboratorium Lingkungan yang berkualitas menuju terakreditasi
dan terigristrasi.
Misi : 1. Melaksanakan uji kualitas lingkungan sebagai salah satu
dasar kebijakan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Banyuwangi;
2. Mendukung pelaksanaan, pengendalian, pemantauan, dan
pemgkajian kualitas lingkungan serta penegakan hukum
lingkungan;
3. Mengembangkan komunikasi dan kerjasama dengan
laburatorium kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Timur.
Motto : Kepuasan dan kepedulian Anda adalah wujud kesempurnaan
kinerja kami.

11
3.1.4 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Laboratorium berdasarkan Peraturan Bupati No.114
Tahun 2017 tentang Rincian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Unit
Pelaksanan Teknis Laboratorium Lingkungan pada Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Banyuwanngi

KEPALA UPTD

KELOMPOK SUB. BAGIAN


JABATAN TATA USAHA
FUNGSIONAL

PETUGAS
OPRASIONAL

12
Struktur Organisasi Laboratorium berdasarkan SNI ISO/IEC 17025 : 2017

MANAJER LABORATORIUM
Ka DLH KAB. BANYUWANGI

PETUGAS PELAYANAN
PELANGGAN

PENYELIA PENGUJIAN PENYELIA SAMPLING

ANALIS PETUGAS PENGAMBILAN


CONTOH

3.1.5 Tugas dan Fungsi


A. Manager Puncak, mempunyai tugas :
1) Bersama-sama dengan Manager Mutu dan Manajer Teknik
menyiapkan dokumen Panduan Mutu (level I) dan dokumen Prosedur
Jaminan Mutu (level II);
2) Bertanggung jawab terhadap pengelolahan laboratorium;
3) Bertanggung jawab terhadap pengelolahan Sumber Daya Manusia;
4) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pembelia jasa dan
perbekalan;

13
5) Mengesahkan dokumen kebijakan mutu, sasaran mutu, visi dan misi,
Panduan Mutu (level I) dan dokumen Prosedur Jaminan Mutu (level
III).
B. Manajer Mutu, mempunyai tugas :
1) Bersama-sama dengan Manajer Puncak dan Manajer Teknik
menyiapkan Panduan Mutu (level I) dan dokumen Prosedur Jaminan
Mutu (level II);
2) Bertanggung jawab terhadap kelancaran pengelolahan Sistem
Manajemen Mutu;
3) Merencanakan pelatihan bagi personel laboratorium;
4) Mengkoordinir pelaksanaan audit internal;
5) Menyiapkan bahan kaji ulang manajemen;
6) Menyiapkan bahan sosialisasi Sistem Manajemen Mutu;
7) Bersama degan Manajer Puncak dan Manajer Teknik melakukan
sosialisasi Sistem Manajemen Mutu kepada personel laboratorium;
8) Memeriksa semua dokumen Sistem Manajemen Mutu sebelum
diterbitkan;
9) Mengendalikan semua dokumen Sistem Manajemen Mutu
laboratorium;
10) Bersama dengan Manajer Teknik melakukan tindak lanjut atas
keluhan (umpan balik) pelanggan;
11) Memeriksa dan mengesahkan formulir-formulir penerapan
(dokumen pendukung, F);
12) Melaksanakan pengambilan sampel (bila diperlukan);
13) Menggantikan tugas Manager Puncak dan Manager Teknik bila
berhalangan sementara;
14) Mengidentifikasi kejadian penyimpangan dari Sistem Manajemen
Mutu atau dari prosedur untuk melaksanakan pengujian, dan untuk
memulai tindakan untuk mencegah atau meminimalkan
penyimpangan tersebut, serta memasikan kesesuaian dengan standar
SNI ISO/IEC 17025 : 2017

14
C. Petugas Pelayanan Pelanggan
Petugas pelayanan pelanggan dipegang oleh staff Laboratorium,
bertanggung jawab langsung kepada Manajer Mutu, mempunyai tugas
dan tanggung jawab, antara lain:
1) Menerima sampel dari pelanggan dan/atau petugas pengambil
sampel;
2) Mengisi buku induk penerimaan sampel;
3) Mengisi formulir permintaan pengujian sampel (FPPS);
4) Menghilangkan identitas pelanggan dari wadah sampel;
5) Memberi kode pada wadah sampel;
6) Mengantarkan sampel, dan FPPS yang telah terisi ke Manajer
Teknik;
7) Melaksanakan pengetikan laporan hasil uji (LHU);
8) Melaksanakan penyerhana dan/atau pengiriman laporan hasil uji
(LHU) kepada pelanggan;
9) Mengarsipkan laporan hasil uji;
10) Melayani keluhan/umpan balik untuk selanjutnya;
11) Mengidentifikasi kejadian penyimpangan dari sistem Manajemen
Mutu atau dari prosedur untuk melaksanakan pengujian, dan untuk
memulai tindakan untuk mencegah meminimalkan penyimpangan
tersebut, serta memastikan kesesuaian dengan standart SNI
ISO/IEC 17025: 2008.
D. Manajer Teknik
Manajer Teknik dipegang oleh staff Teknis Laboratorium,
bertanggung jawab langsung kepada Manajer Puncak, mempunyai tugas
dan tanggung jawab, antara lain:
1) Bersama-sama dengan Manajer Puncak dan Manajer Mutu
menyiapkan dokumen panduan mutu (level 1) dan dokumen
prosedur jaminan mutu (level 2);
2) Bertanggung jawab terhadap kelancaran pengujian di laboratorium

15
3) Bertanggung jawab terhadap perawatan dan kalibrasi perlatan di
laboratorium;
4) Bertanngung jawab terhadap keabsahan hasil uji;
5) Melakukan verifikasi data hasil pengujian dari analis terkait;
6) Menandatangani laporan hasil uji;
7) Menggantikan tugas dan tanggung jawab manajer mutu bila
berhalangan sementara;
8) Bersama dengan manajer mutu melakukan pengkajian permintaan,
tender dan kontrak untuk pekerjaan non-rutin;
9) Bersama dengan manajer mutu melakukan tindak lanjut atas keluhan
pelanggan;
10) Bertanggung jawab terhadap pengelolaan sampel, termasuk
pemusnahan sampel;
11) Bertanggung jawab penyeliaan personel (analis);
12) Bertanggung jawab terhadap uji provisiensi/uji banding antar
laboratorium;
13) Bertanggung jawab terhadap pemenuhan persyaratan kondisi dan
akomodasi lingkungan pengujian sesuai kebutuhan;
14) Memeriksa dan mengesahkan dokumen intruksi kerja serta
bertanggung jawab terhadap penerapannya;
15) Bersama dengan manajer puncak dan manajer mutu melakukan
sosialisasi sistem manajemen mutu kepada personel laboratorium;
16) Melaksanakan pengambilan sampel bila di perlukan;
17) Mengidentifikasi kejadian penyimpangan dari sistem manajemen
mutu atau dari prosedur untuk melaksanakan pengujian, dan untuk
memulai tindakan untuk mencegah atau meminimalkan
penyimpangan tersebut, serta memastikan kesesuaian dengan
standar SNI ISO/IEC 17025: 2017

16
E. Analis
Jabatan analis di pegang oleh staf laboratorium, bertanggung jawab
langsung kepada manajer teknik, mempunyai tugas dan tanggung
jawab, antara lain:
1) Pengujian;
2) Validasi dan verifikasi metode uji;
3) Pengoperasian dan perawatan peralatan laboratorium;
4) Uji kinerja peralatan laboratorium;
5) Dokumentasi hasil uji;
6) Menjaga kebersihan alat dan kebersihan di laboratorium;
7) Melaksanakan pengambilan sampel;
8) Mengidentifikasi kejadian penyimpangan dari sistem manajemen;

17
3.2 Metode Pengujian

3.2.1 Alat Pengujian

a) erlenmeyer 300 mL;


b) labu ukur 5 mL dan 10 mL;
c) stop watch;
d) pemanas listrik;
e) gelas ukur 5 mL;
f) pipet ukur 10 mL dan 100 mL;
g) gelas piala 1000 mL;
h) buret amber 10 mL; dan
i) termometer.
3.2.2 Bahan Pengujian
1. Prosedur Pembuatan Asam sulfat, H2SO4 8 N yang bebas zat organik

18
Rumus Perhitungan : Keterangan :
V1.M1 = V2.M2 V1 = Volume yang diambil
V 2. M 2 V2 = Volume labu
V1 =
M1
M1 = Konsentrasi awal larutan
M2 = Konsentrasi target

2.Prosedur Pembuatan Kalium permanganat, KMnO4 0,1 N

Rumus perhitungan : Keterngan :


N = M× a N = Normalitas (N)
g g = Massa (g)
N= a
BM × V
BM = Berat Molekul (g/mol)
V = Volume yang diinginkan
a = Nilai Valensi

19
3. Prosedur Pembuatan Kalium Permanganat, KMnO4 0,01 N

Rumus Perhitungan : Keterangan :


V1.M1 = V2.M2 V1 = Volume yang diambil
V 2. M 2 V2 = Volume labu
V1 =
M1
M1 = Konsentrasi awal larutan
M2 = Konsentrasi target

20
4. Prosedur Pembuatan Asam oksalat, (COOH)2.2H2O 0,1 N

Rumus Perhitungan : Keterangan :


N = M ×a N = Normalitas (N)
g g = Massa (g)
N= a
BM × V
BM = Berat Molekul (g/mol)
V = Volume yang diinginkan
a = Nilai Valensi

5.Prosedur Pembuatan Asam oksalat 0,01 N

Asam Oksalat 0,1 n

Dipipet 10 ml asam oksalat 0,1 N

Dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml

Air suling ditepatkan sampai tanda tera

Asam oksalat 0,01 N

21
Rumus Perhitungan : Keterangan :
V1.M1 = V2.M2 V1 = Volume yang diambil
V 2. M 2 V2 = Volume labu
V1 =
M1
M1 = Konsentrasi awal larutan
M2 = Konsentrasi target

22
4.2.3 Prosedur Pengujian Permanganat
1. Persiapan Pengujian (Standarisasi)
2. Prosedur Pengujian

23
Rumus Perhitungan : Keterangan :
KMnO4 mg/L = a = Volume titrasi
[(10+ a)b−( 10× c)]1 ×31,6 ×1000 b = N KMnO4
d c = N Oksalat
d = Volume contoh
f = Faktor pengenceran

3. Perhitungan Relatif Percent Different (RPD)


( X 1−X 2)
RPD = 100 %
( X 1+ X 2 ) /2
Pengendalian mutu :
Dilakukan analisis Duplo untuk kotrol ketelitian analisis. Perbedaan
pemakaian larutan kalium permanganat secara duplo tidak boleh lebih
besar dari 10 %
Hasil Perhitungan

1. H2SO4 8 N
Diketahui : Perhitungan :
V2 = 1000 ml V 2. M 2
V1=
M2 = 8N M1
M1 = 36 N 1000× 8
V1 =
36
8000
V1=
36
V1 = 222 ml

2. Kalium Permanganat, KMnO4 0,1 N

Diketahui : Perhitungan :
N =0,1 N g
N = a
BM = 158 BM × V
V = 1000 ml = 1L g
0,1 N = 5
a =5 158× 1
0,1×158=5g
158
g =
5
g = 3,16 g

3. Kalium Permanganat, KMnO4 0,01 N

24
Diketahui : Perhitungan :
M2 = 0,01 N V 2. M 2
V1 = ×1
V2 = 100 ml M1
M1 = 0,1 N 100× 0,01
V1 =
0,1
1
V1 = = 10 mg/L
0,1

4. Asam Oksalat (COOH)2.2H2O 0,1 N

Diketahui : Perhitngan :
N = 0,1 N g
N = ×a
BM (COONa)2.2H2O = 170 BM × V
V = 25 ml = 0,4 L g
0,1 N = ×1
a=1 170× 0,4
g
0,1 N = ×1
68
g = 68 N

5. Asam Oksalat 0,01 N


Diketahui : Perhitungan :
V2 = 1000 ml V 2. M 2
V1 =
M1 = 0,1 N M1
M2 = 0,01 N 1000× 0,01
V1 =
0,1
V1 = 10 ml
6. Perhitungan standarisasi KMnO4
V1 KMnO4 = 9,90
V2 KMnO4 = 10
9,90+10
Rata-rata =
2
= 9,95
V 1. N 1
N2 =
V2
10× 0,01
N2 =
9,95
N2 = 0,0101 N
7. Perhitungan Nilai KMnO4 Sampel Air Bersih 1
KMnO4 =
[ (10+ a ) b−( 10× c ) ] 1 ×31,6 ×1000 ×1
d
¿
= [ ( 10+0,46 ) ] 0,0101−(10 ×0.01)¿ 1 ×31.600 100 ×1

25
=
[ (10,46 ) 0,0101−0,1 ] 1 ×31.600 ×1
100
= [(0,1056−¿ 0,1)].316
= 0,0056 . 316
= 1,7696 mg/L
8. Perhitungan Nilai KMnO4 Sampel Air Bersih 2
[(10+ a)b−( 10× c)] 1 ×31,6 ×1000
KMnO4 = ×1
d
¿
= [(10+0,6)]0,0101−(10 ×0.01)¿ 1 ×31.600 100

=
[ (10,6 ) 0,0101−0,1 ] 1 ×31.600 ×1
100
= (0,1070−¿ 0,1) 316
= 2,212 mg/L

Konsentrasi permanganat rata-rata AB


mg
1,7696 + 2,212mg/ L
Rata-rata = L
2
= 1,9908 mg/L

9. Perhitungan Nilai KMnO4 Sampel Air Minum 1


[(10+ a)b−( 10× c)] 1 ×31,6 ×1000
KMnO4 = ×1
d
¿
= [(10+048)]0,0101−(10 ×0.01)¿ 1 ×31.600 100 ×1

=
[ (10,48 ) 0,0101−0,1 ] 1 ×31.600 ×1
100
= (0,1058 −0,1)316
= 0,0058 . 316
= 1,58 mg/L
10. Perhitungan Nilai KMnO4 Sampel Air Minum 2
[(10+ a)b−( 10× c)] 1 ×31,6 ×1000
KMnO4 = ×1
d
¿
= ( 10+0,45 ) 0101−(10 ×0,01)¿ 1 ×31,6 ×1000 100 ×1

=
[ (10,45 ) 0,0101−0,1 ] 1 ×31.600 × 1
100
= (0,1055−0,1 ¿316
= 0,0055.316
= 1,738 mg/L
Konsentrasi permanganat rata-rata AM
1,58 mg/L+1,738 mg/ L
Rata-rata =
2

26
= 1,659 mg/L
11. Perhitungan Relatif Percent Different (RPD)
1. Air Bersih
0,6−0,46
RPD = × 100 %
(0 , 6+ 0,46)/2
0,6−0,46
RPD = ×100 %
0,53
RPD = 26%
2. Air Minum
0,48−0,45
RPD = 100 %
(0,48−0,45)/2
0,48−0,45
RPD = ×100 %
0,46
RPD = 6%

27
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Permanganat Pada Air Bersih Dan Air Minum


Pengujian permanganat terhadap air bersih dan air minum di UPTD
Laboratorium Lingkungan Kabupaten Banyuwangi dilakukan dengan
menggunakan metode titrasi permanganometri. Pengujian permanganat dengan
metode titrasi permanganometri dilakukan dengan mentitrasi larutan dengan
larutan standar KMnO4, titrasi dilakukan sampai larutan berubah menjadi warna
merah muda.

Menurut Ambarsari (2016) pada pengujian menggunakan metode


permanganometri dilakukan berdasarkan reaksi oksidasi ion permanganat. Reaksi
oksidasi sendiri dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.
Adapun terjadinya reaksi tersebut sebagai berikut :

MnO4-(aq) + 8H+ (aq) + 5e → Mn2+ (aq) + 4H2O(l)

Zat organik di dalam air dioksidasi dengan KMnO 4 direduksi oleh asam oksalat
berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO 4.Akan tetapi
proses oksidasi dalam kondisi asam lebih kuat, sehingga semua ion khlorida
dalam air juga ikut teroksidasi.

a) Oksidasi KMnO4 dalam kondisi asam sebagai berikut :


2 KMnO4 + 3 H2SO4 2 MnSO4 + K2SO4 + 5 On
b) Oksidasi KMnO4 dalam kondisi basa sebagai berikut :
2 KMnO4 + H2O 2 MnO2 + KOH + 3 On + 3 H2O
c) Zat organik dapat dioksidasi dengan reaksi sebagai berikut :
C2H2O + On 2 CO2 + H2O

Kalium permanganat secara luas digunakan untuk penentuan bahan kimia


anorganik dan organik, karena ion permanganat merupakan oksidator yang sangat
kuat memiliki laju reaksi cepat dengan kebanyakan reduktan. Permanganat
bertindak sebagai indikator diri untuk mendeteksi titik akhir karena permanganat
bewarna ungu. Larutan standar permanganat memiliki kelemahan antara lain

28
stabilitas rendah, mekanisme reaksi yang rumit, reaksi samping, dan selektivitas
yang kurang. Namun kelemahan tersebut dapat diatasi dengan persiapan solusi
cermat dan penyimpanan serta mengendalikan kondisi titrasi (Na Li, 2013).

Titrasi permanganometri dipilih karena memiliki beberapa kelebihan,


diantaranya yaitu lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak
memerlukan indikator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah berfungsi
sebagai indikator, yaitu ion MnO4 berwarna ungu, setelah direduksi menjadi ion
Mn tidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator (Firdaus, 2020).

Sebelum pengujian terhadap sampel perlu dilakukan standarisasi, dimana


standarisasi ini juga sangat penting dalam pengujian permanganat ini. Menurut
Basset , J (1994) dalam Ambarsari (2016) reaksi yang terjadi dalam titrasi
standarisasi adalah:

Reduksi : (MnO4 - + 8H+ + 5e- → 2Mn2+ + 4H2O) ×2


Oksidasi : (C2O42- → 2CO2 + 2e-) ×5
Reaksi : 2MnO4- + 5C2O42- + 16 → 2Mn2+ + 10 CO2 + 8H2O
Sampel dititrasi dengan larutan kalium permanganat yang sebelumnya
telah distandarisasi menggunakan asam oksalat. Kalium permanganat dimasukkan
dalam buret gelap. Penggunaan buret gelap dalam titrasi ini dilakukan karena sifat
dari kalium permanganat yang sensitif apabila terkena sinar. Apabila kalium
permanganat terkena sinar maka kalium permanganat akan mengalami reduksi
dan menyebabkan berubahnya sifat larutan tersebut (Puspitaninhrum, 2013).

Sampel ditambahkan dengan asam sulfat sebanyak 5 mL. Fungsi


penambahan asam sulfat adalah untuk memberikan suasana asam. Hal ini
dilakukan karena pengamatan titik akhir titrasi lebih mudah dilakukan bila dalam
keadaan asam dan asam sulfat tersebut tidak menghasilkan produk dan tidak
mengganggu titran. Pada suasana asam zat ini akan mengalami reduksi menjadi
Mn2+ yang tidak berwarna sedangkan apabila reaksi dilakukan dalam suasana
netral atau sedikit basa akan terbentuk padatan MnO 2 yang berwarna coklat yang
dapat mengganggu dalam penentuan titik akhir titrasi.

29
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi
berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau
penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi (Sari, 2018).Sebelum
larutan dititrasi dilakukan pemanasan pada suhu 70°-80°C yang tujuan untuk
mempercepat jalannya reaksi antara kalium permanganat dengan asam oksalat,
karena bila dilakukan dengan suhu ruangan reaksi antara keduanya cenderung
lambat dan sehingga akan sulit menentukan titik akhir titrasi (Kurniawati, 2019).

Pemanasan larutan dilakukan menggunakan wadah erlenmeyer serta diberi


tambahan 3 buah batu didih. Penambahan batu didih saat melakukan pemanasan
larutan dilakukan untuk menjaga agar tidak sampai terjadi “bumping” yaitu yaitu
melepaskannya uap secara tiba-tiba akibat super heating, sering terjadi pada
peristiwa pemanasan suatu zat cair (Yuniarti, 2020).

4.2 Hasil Perhitungan Permanganat Pada Sampel Air Bersih dan Air Minum

Berdasarkan pengujian parameter permanganat pada sampel air bersih


yang telah dilakukan mendapatkan hasil air bersih pertama 1,7696 mg/L, air
bersih kedua 2,212 mg/L. Kemudian dari kedua hasil tersebut didapatkan hasil
perhitungan rata-rata yaitu 1,9908 mg/L. Berdasarkan baku mutu permanganat
dalam air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan no 32 tahun 2017 Tentang
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk
Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian
Umum, yaitu 10 mg/L, maka air bersih tersebut memenuhi baku mutu yang sudah
ditetapkan.

Sedangkan pada pengujian air minum pertama 1,58 mg/L air minum kedua
1,738 mg/L. Kemudian dari kedua hasil tersebut didapatkan hasil perhitungan
rata-rata yaitu 1,659 mg/L. Berdasarkan baku mutu air minum menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air
minum yaitu 10 mg/L, maka air minum tersebut memenuhi baku mutu yang sudah
ditetapkan.

Jaminan mutu hasil pengujian nilai permanganat dilakukan dengan


perhitungan Relative Percent Difference (RPD). Perhitungan RPD dari air bersih

30
dan air minum sebesar 26 % dan 6 %. Berdasarkan hasil tersebut maka perlu
dilakukan pengujian ulang terhadap air bersih karena berdasarkan syarat SNI 06-
6989-22-2004 RPD tidak boleh lebih dari 10%, maka jika nilai perhitungan RPD
lebih dari 10% harus dilakukan pengujian ulang.

4.3 Dampak permanganat terhadap lingkungan dan kesehatan


Zat organik yang berlebihan dalam air tidak diperbolehkan karena selain
menimbulkan warna, bau, dan rasa juga dapat bersifat toksik baik secara langsung
atau tidak. Zat organik yang ada di dalam air dapat berasal dari alam atau sebagai
dampak dari kegiatan manusia. Dampak dari alam dapat disebabkan oleh asam
humat (humic acid) dari daun atau tumbuhan yang membusuk ; senyawa nitrogen
(amina dan sulfurik (merkaptan) yang berasal dari organisme yang membusuk,
sedangkan dampak yang disebabkan oleh kegiatan manusia adalah pembuangan
limbah berupa tinja, limbah cair, limbah padat dan gas yang berasal dari kegiatan
manusia, industri, pertanian/perhutani, transportasi, pertambangan dan
sebagainya. Kegiatan pertanian/perhutanan menghasilkan limbah organik berupa
pestisida dan pupuk, industri mengeluarkan limbah organik sesuai dengan produk
dan prosesnya, transportasi dan pertambangan mengeluarkan limbah hidrokarbon
dan senyawa organik lain.

Zat organik pada air yang melebihi nilai standart dapat menimbulkan sakit
perut, iritasi, alergi, bahkan bila dikomsumsi dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan penyakit sistematik. Unsur organik pada air memiliki dampak yang
berbeda-beda (Risty, 2013).

31
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Metode pengujian titrasi Permaganometri merupakan titrasi yang


dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permangat (KMnO4). Titrasi
permanganometri digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam
suasana asam dengan menggunakan kalium permanganat sebagai titran.
2. Hasil uji parameter permanganat pada sampel air bersih 1,9908 mg/L
sedangkan hasil pengujian air minum 1,659 mg/L
3. Berdasarkan hasil pengujian tersebut apabila dibandingkan dengan baku
mutu Peraturan Menteri Kesehatan no 32 tahun 2017 Tentang Standar
Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk
Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan
Pemandian Umum, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun
2010 tentang persyaratan kualitas air minum, maka air bersih dan air
minum tersebut memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan.

5.2 Saran

1. Saran untuk mahasiswa


Pengujian dilakukan secara cermat dan teliti agar hasil pengujian yang
didapatkan sesuai yang diharapkan dan tidak terjadi kesalahan dalam
pengujian.
2. Saran untuk pihak prodi Kesehatan Lingkungan Stikes Widyagama
Husada Malang untuk menambah pembekalan yang benar-benar matang
tentang pegujian yang ada di laboratorium lingkungan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Ambarsari, A. 2016. Penentuan pH, TSS dan Kadar Zat Organik Pada Limbah
Cair di PT Papertech Indonesia Unit II Megelang. Laporan Praktik Kerja
Lapangan. Program Studi Diploma III Analis Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Andhika, F.P dan R. Djarot Sugiarso. 2016. Perbandingan Metode Analisis


Permanganometri dan Serimetri dalam Penentuan Kadar Besi(II). Jurnal
Sains dan Seni ITS. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Vol 11 (5)
: C10 – C13.

Asmadi dan Suharno, 2012, Dasar-Dasar Teknologi Pengolahan Air limbah.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Firdaus, A.F.H dan Priska Fransiska. 2020. Pelaksanaan Pengujian Air Bersih
Dan Air Limbah Di UPT Laboratorium Lingkungan Hidup Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik. Laporan Magang. Program Studi
Teknik Kimia Universitas Internasional Semen Gresik Indonesia Gresik.

Inggit, M.Z. 2013. Cara-Cara Menentukan Konsentrasi Larutan. Laporan


Praktikum Kimia. Laboratorium Teknologi Industri Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu

Kurniawati, P dan Hanik Alfanah. 2019. Perbandingan Metode Penentuan Kadar


Permanganat dalam Air Kran Secara Titrimetri dan Spektrofotometri UV-
Vis. Indonesian Journal of Chemical Analysis. DIII Analisis Kimia
Universitas Islam Indonesia.

Mahsyar, N dan Eko Rendy Wijaya. 2020. Analisis Kualitas Air Dan Metode
Pengendalian Pencemaran Air Sungai Bangkala Kabupaten Jeneponto.
Skripsi. Program Studi Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Makassar.

33
Na Li, Hefferren, J. J., dan Ke an, L., 2013, Quantitative Chemical Analysis,
Beijing: World Scientific Publishing.

Puspitaninhrum, I.,dkk. 2013. Menganalisa Tipe Dan Identifikasi Bahan Kimia


Berbahaya. Makalah. Program Diploma III Hiperkes Dan Keselamatan
Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Risty, Purba. 2013. Kandungan zat organik pada air sumur di dusun III Kelurahan
Halban Keude Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat

Sari, Yunita Ratna. 2018. Pengujian Zat Organik, Bromat dan Total Padatan
Terlarut pada Contoh Air di Balai Besar Industri Agro Bogor, Jawa Barat.
Laporan Praktik Kerja Lapangan. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

SNI. 2004. Air dan limbah, cara uji nilai permanganate secara Titrimetri. Badan
Standardisasi Nasional.

Ulfah, F.L. 2016. Uji Nilai Permanganat Pada Air Minum Secara Titrasi
Titrimetri Di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.
Tugas Akhir. Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

Widayani, T. 2018. Penerapan Strategi Quiz team Untuk Meningkatkan Prestasi


Belajar Larutan Mata Pelajaran Kimia Pada Siswa Kelas 12 SMA Negeri 1
Sanggata Selatan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Eksakta Vol 4(4) : 622-634.

Yuniarti, F.,dkk. 2020. Modul Praktikum Kimia Organik. Program Studi Farmasi
Fakultas Farmasi Dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Jakarta.

Zulfinar. 2020. Analisa Kadar Zat Organik Pada Air Sumur Gali Di Kawasan
Pasar 3 Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Medan.Karya Tulis Ilmiah.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis Program RPL.

34
LAMPIRAN

Gambar.1 Memasukkan sampel penambahan Gambar .2 penambahan H2SO4


batu didih

Gambar .3 pendidihan dan penambahan Gambar .4 Titrasi


larutan KMnO4

35

Anda mungkin juga menyukai