Oleh:
Magfiro Gita Romadhina
1730801028
Laporan Kerja Praktek ini telah diperiksa dan disetujui sebagai hasil kegiatan
Kerja Praktek untuk memenuhi persyaratan Program Studi Biologi, Fakultas Sains
dan Teknologi, UIN Raden Fatah Palembang Periode:Januari-Februari 2020
Palembang,…… 2020
Pembimbing Lapangan
Pembimbing Akademis
Pembimbing 1
i
IDENTITAS MAHASISWA KERJA PRAKTEK
ii
TANDA PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK
1
PENGUJI /PEMBIMBING LAPANGAN
iii
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Disahkan
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Pelaksanaan Kerja Praktek ini. Kerja Praktek ini merupakan salah
satu matakuliah yang wajib ditempuh oleh mahasiswa dan mahasiswi Program
Studi Biologi Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Laporan
Kerja Praktek ini disusun sebagai pelengkap kerja praktek yang telah
dilaksanakan selama 1 bulan di Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan,
Sumatera Selatan. Dengan selesainya laporan kerja praktek ini tidak terlepas
dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada
penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dosen Pembimbing Lapangan
2. Dosen Pembimbing Akademik
3. Karyawan Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Sumatera Selatan
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini,
baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya
pengetahuan dan pengalaman penulis.Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan.
Palembang,
Penyusun
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. Latar Belakang..............................................................................................2
B. Identifikasi Masalah......................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................3
BAB II
2. Landasan Hukum.....................................................................................7
3. Latar Belakang Penyusunan RBA BLUD................................................8
4. Visi ........................................................................................................12
5. Misi........................................................................................................12
6. Maksud dan Tujuan...............................................................................13.
7. Kegiatan UPTD......................................................................................13.
vi
8. Nilai-Nilai..............................................................................................14.
9. Susunan Pejabat Pengelola dan Dewan Pengawas.................................14
10. Pencapaian Kinerja................................................................................16.
BAB III
A. Air...............................................................................................................20
1. Pengertian air...........................................................................................20
4. Peranan Air..............................................................................................24
B. Limbah........................................................................................................25
1. Pengertian Limbah...................................................................................25
2. Limbah Cair.............................................................................................27
C. Amonia......................................................................................................33
D.Sifat-Sifat
Amonia....................................................................................35.
E. Dampak Pencemaran Amonia..................................................................35
F. Spektrofotometer......................................................................................36
G. SPektofotometer UV-VIS.........................................................................37
BAB IV
IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH.................................................38
A. Amonia........................................................................................................38
vii
D. Cara Kerja...................................................................................................39
BAB V
A. Hasil............................................................................................................42
B. Pembahasan.................................................................................................42
BAB VI
PENUTUP..............................................................................................................46
A. Kesimpulan.................................................................................................46
B. Saran............................................................................................................46
Daftar Pustaka........................................................................................................47
Lampiran................................................................................................................49
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Sumber daya air harus dilindungi
agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahkluk hidup
yang lain, pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara
bijaksan (Effendi, 2003).
Air merupakan kebutuhan dasar hidup dibumi yang menentukan kesehatan
dan kesejahteraan manusia. Salah satu sumber air tawardengan potensi yang
besar adalah sungai.Sungai adalah aliran air alami daridaerah hulu ke daerah
hilir. Aliran alami sungai merupakan sumber utama untuk memenuhi air bagi
manusia. Sungai merupakan wadah air alami sebagai penyedia airdan wadah
air untuk memenuhi kebutuhanrumah tangga, sanitasi lingkungan,
pertanian,industri, pariwisata, olahraga, pertahanan,perikanan, pembangkit
tenaga listrik dantransportasi (Murti,2014).
Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari berbagai macam perindustrian
diantaranya industri sawit, karet, kopi, teh, tebu, pupuk, tambang minyak dan
gas alam, serta berbagai sektor domestik. Industri yang berkembang dengan
baik akan menghasilkan hasil produksi yang melimpah. Semakin tinggi
produk yang dihasilkan semakin banyak pula limbah yang dihasilkan. Limbah
yang dihasilkan dapat berupa limbah padat, cair, atau gas dari berbagai limbah
yang dihasilkan, limbah cair merupakan jenis limbah yang sering dihasilkan.
Hal tersebut dikarenakan pada proses produksi, kebanyakan olahan yang
digunakan berbentuk cairan. Limbah cair dari industri tersebut tersusun dari
berbagai macam komponen.
Komponen-komponen tersebut sesuai dengan jenis bahan baku yang
digunakan dari komponen tersebut terdapat beberapa komponen yang
dijadikan parameter saat pengujian limbah. Sebagai contoh, dalam industri
Karet parameter yang dianalisa diantaranya Amonia, Chamical
OxygenDemand (COD), Biochemical Oxygen Demand (BOD), dan pH,pada
1
air limbah domestik diantaranya COD, minyak dan lemak, sulfida terlarut,
amonia total, phenol total, temperatur, pH, TDS, karbon organik total dan salah
satu parameter pencemaran pada air adalah amonia (NH3).
Amonia merupakan parameter penting dari analisa sampel limbah cair.
Parameter ini terdapat pada limbah cair hasil Industri karet, domestik dan
perairan. Limbah Amonia yang dihasilkan sesuai dengan bahan baku yang
digunakan dalam industri tersebut. Amonia dapat bersifat racun pada makhluk
hidup jika jumlah yang masuk tubuh melebihi jumlah yang dapat
didetoksifikasi oleh tubuh.
Keberadaan amonia yang melebihi ambang batas dapat mengganggu
ekosistem perairan dan makluk hidup lainnya. Pada manusia, resiko terbesar
dari penghirupan uap amonia yang berakibat beberapa efek diantaranya iritasi
pada kulit, mata dan saluran pernafasan. Pada tingkat yang sangat tinggi,
penghirupan uap amonia sangat bersifat fatal. Jika terlarut di perairan akan
meningkatkan konsentrasi amonia yang menyebabkan keracunan bagi hampir
semua organisme perairan (Murti, 2014).
Dengan demikian diperlukan adanya pemeriksaan senyawa amonia dalam
limbah cair dan domestik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar
amonia dalam limbah cair dan domestik dengan Spektrofotometer UV-Vis
dengan acuan metode fenat berdasarkan SNI 06-6989.30-2005.
B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah pada pengujian Kadar Amonia (NH 3) dengan
Metode Uji Spektrofotometer secara Fenat Pada Kualitas Air Limbah di Kota
Palembang:
1. Bagaimana Prosedur Pengujian Kadar Amonia (NH3) dengan Metode Uji
Spektrofotometer secara Fenat Pada Kualitas Air Limbah di Kota
Palembang
2
C. Tujuan
Adapun tujuan dari kuliah praktek mengenai Kadar Amonia (NH 3)
dengan Metode Uji Spektrofotometer secara Fenat Pada Kualitas Air Limbah
di Kota Palembang :
1. Untuk mengetahui prosedur Pengujian Kadar Amonia (NH3) dengan
Metode Uji Spektrofotometer secaraFenat Pada Kualitas Air Limbah
Provinsi Sumatera Selatan
2. Untuk mengetahui hasilKadar Amonia (NH3) dengan Metode Uji
Spektrofotometer secara Fenat Pada Kualitas Air Limbah Provinsi
Sumatera Selatan
3
d. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat
antara institusi tempat kerja praktek dengan Fakultas Sains dan
Teknologi sebagai bentuk pengembangan lembaga dan kerjasama.
4
BAB II
ANALISIS SITUASI UMUM
5
membantu Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi
Sumatera Selatan dalam pengujian parameter kualitas lingkungan. Dalam
menjalankan tugas dan fungsinya UPTD Laboratorium Lingkungan
dipimpin oleh seorang Kepala UPTD yang bertanggungjawab langsung
kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi
Sumatera Selatan juga bertindak sebagai Pembina Laboratorium. Dalam
operasionalnya Kepala UPTD dibantu oleh 3 pejabat setingkat eselon IV
(Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Pengendalian Mutu dan
Kepala Seksi Teknis).
Perkembangan sejarah berdirinya Unit Pelaksana Teknis Dinas
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan
Provinsi Sumatera Selatan dapat dikronologiskan sebagai berikut :
1996 : LaboratoriumProkasih (GTZ)
1998 : Laboratorium Lingkungan Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah (Bapedalda) Provinsi Sumatera Selatan.
2004 : Terakreditasi sebagai laboratorium penguji oleh Komite Akreditasi
Nasional (KAN) dengan Surat Penetapan Nomor
2284/3.a2/LP/09/04 tanggal 30 September 2004 No. LP.231-IDN
2007 : Teregistrasi sebagai Laboratorium Lingkungan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dengan surat Nomor 200/PS-VII/LH/07/2007
tanggal 20 Juli 2014
2008 : Proses Re-akreditasi
2009: Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Badan Laboratorium
Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Selatan
tanggal 23 Februari 2009 dengan Peraturan Gubernur Sumatera
Selatan Nomor 14 Tahun 2009
2010 : Re-akreditasi oleh KomiteAkreditasi Nasional (KAN) tanggal 19
November 2010
2012 : Registrasi Laboratorium Lingkungan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup
2014 : Bulan Maret pengajuan Re Akreditasi dan menambah lingkup (Air,
Udara ambient, Emisi Sumber tidak bergerak, emisi sumber
6
bergerak) serta Registrasi Laboratorium Lingkungan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dengan hasil kelulusan pada
tanggal 25 Februari 2015.
2015 : Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 53 Tahun 2015
tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Badan Laboratorium
Lingkungan pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera
Selatan.
2018 : Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 4 Tahun 2018
Tentang Pembentukan, Uraian Tugas dan Fungsi Unit Pelaksana
Teknis Dinas Laboratorium Lingkungan Pada Dinas Lingkungan
Hidup dan Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan.
2. Landasan Hukum
UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan
Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan dalam pelaksanaan kegiatan
operasional berlandaskan peraturan perundang-undangan, meliputi:
a. Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2012 tentang perubahan atas
Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
BLU (Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 171).
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 79 Tahun
2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah.
c. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor 14tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Sumatera
Selatan.
d. Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 80 Tahun 2016 tentang
Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup
dan Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan.
e. Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 4 Tahun 2018 tentang
Pembentukan, Uraian Tugas dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis Dinas
Laboratorium Lingkungan pada Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan
Provinsi Sumatera Selatan.
f. Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 30 Tahun 2017 tentang
Tarif Layanan Laboratorium Lingkungan.
7
g. Surat Keputusan Gubernur Nomor 137/KPTS/DLHP/2017 Tanggal 16
Februari 2017 tentang Penerapan Status Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah UPTD Laboratorium Lingkungan Dinas
Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan secara
penuh.
8
bersikap independen, bebas dari pengaruh kepentingan dari pihak
manapun.
2. Misi
Misi merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi yang diemban oleh Unit
Pelaksana Teknis Dinas Laboratorium Lingkungan pada Dinas
Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan sebagai
penjabaran dari Visinya, yaitu :
a. Menerapkan cara berlaboratorium yang baik dan benar dan system
manajemen mutu yang sesuai ISO / IEC 17025 : 2017
b. Melaksanakan pengujian kualitas lingkungan yang berbasis
kompetensi, profesional, dengan menggunakan standar yang
diakuinasional, regional maupun internasional untuk mencapai
kepuasan pengguna jasa.
c. Menghasilkan data pengujian yang cepat, tepat, akurat dan terpercaya.
5. Kegiatan UPTD
Dalam kegiatan Pelayanan Jasa Laboratorium Lingkungan terhadap
masyarakat, UPTD melaksanakan pelayanan jasa sebagai berikut:
9
a. PelayananPengujian Parameter Kualitas Lingkungan;
b. PelayananWaktu Penyelesaian Jasa Pengujian;
c. PelayananPenerimaan Contoh Uji;
d. Pelayanan Pengambilan Hasil Uji;
e. Pelayanan Pembayaran secara Tunai;
f. PelayananPermohonan Magang;
g. PelayananJasaSampling Air Limbah dan Sungai tanpa Debit;
h. Pelayanan Jasa Sampling Air Sungai dengan Debit;
i. Pelayanan Jasa Sampling Udara Ambient;
j. Pelayanan Jasa Sampling Emisi Sumber Bergerak;
k. Pelayanan Jasa Sampling Emisi Sumber Tidak Bergerak;
l. PelayananPengaduan dan Penyelesaian Pengaduan.
6. Nilai-nilai
10
perencanaan yang mantap, dan adanya pengendalian berupa evaluasi
perencanaan maupun kegiatan, baik kuantitas maupun kualitas melalui
laporan berkala maupun dalam rapat tingkat instalasi maupun struktural
sehingga tercapai pengembangan manajemen yang efektif.
11
Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 137/KPTS/DLHP/2017
tanggal 16 Februari 2017.Dewan Pengawas belum dibentuk. Sesuai
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.05/2007 tentang Dewan
Pengawas Badan Layanan Umum pasal 2 menyebutkan Dewan Pengawas
bisa dibentuk jika omzet penerimaan telah mencapai 30 Milyar dan/atau
nilai aset telah mencapai 500 Milyar.
PENANGGUNG JAWAB
PENANGGUNG JAWABPENGADUAN
KEUANGAN CUSTOMER(PELANGGAN)
PENYELIA UDARA
12
8. Pencapaian Kinerja
13
konsep kompetensi. Dan itu berlaku secara langsung kepada organisasi-
organisasi yang memproduksi hasil pengujian dan kalibrasi. Standar ini
pertama kali diterbitkan pada tahun 2001, dan pada tanggal 12 Mei 2005
Komite ISO yang bertanggung jawab atas penyelerasan telah
menyelesaikan standar revisi. Perubahan yang paling signifikan terletak
pada penekanan tanggung jawab manajemen senior dan persyaratan
eksplisit terhadap perbaikan yang terus-menerus dari system manajemen
itu sendiri dan terutama komunikasi yang baik pelanggan.
14
d. SasaranMutu
Unit Pelaksana Teknis Dinas Laboratorium Lingkungan pada Dinas
Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan sejak tahun
2014 telah meningkatkan dan menambah lingkup akreditasinya meliputi:
1) Air dan Air Limbah dari sejumlah 13 parameter menjadi sejumlah 25
parameter.
2) Limbah B3 sejumlah 5 parameter.
3) Udara ambient sejumlah 5 parameter, udara emisi sumber tidak
bergerak sejumlah 5 parameter dan udara emisi sumber bergerak
sejumlah 3 parameter.
Dalam melaksanakan pelayanan telah ditetapkan standar waktu
penyelesaian jasa (lamanya pelayanan), yaitu:
1) Air dan Limbah Cair selama 14 harikerja
2) Udara selama 7 hari kerja( sedangkanuntukparameter udara yang ada
Pb parameter logam 14 hari kerja)
Pencapaian standar waktu penyelesaian jasa pelayanan pengujian ini
baru tercapai/terpenuhi terhadap75% pengujian, hal ini disebabkan:
1) Peralatan / mesin masih kurang memadai..
2) Jumlah Personil / Sumber daya manusia yang melakukan pengujian
masih kurang.
Semakin banyak jumlah/frekuensi pengujian dilakukan, maka semakin
banyak waktu tunggu terhadap penggunaan peralatan / mesin serta personil
/ sumber daya manusia yang melakukan pengujian. Dalam bentuk Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD), diharapkan adanya fleksibilitas sehingga
Unit Pelaksana Teknis Dinas Laboratorium Lingkungan pada Dinas
Lingkungan Hidup dan Pertanahan Provinsi Sumatera Selatan dapat
memaksimalkan atau menambah kebutuhan sumberdaya yang diperlukan
sehingga dapat memenuhi standar waktu pelayanan guna mencapai
pelayanan prima dan kinerja keuangan.
15
BAB III
ANALISIS SITUASI KHUSUS
A. Air
1. Pengertian air
Bagi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Jika manusia tidak
minum air selama satu hari, tentunya akan sangat berbeda dengan ketika
tidak makan selama beberapa hari.Ketahanan tubuh manusia akan lebih
menurunapabila tidak minum. Halitu dikarenakan manusia membutuhkan
air sebagai pelarut dan proses biokimia di dalam tubuhnya. Pada tubuh
manusia,air merupakan bagian terbesar, dimana hamper semua reaksi pada
tubuh manusia memerlukan cairan (Yaser, dkk, 2015).
Air adalah substansi yang memungkinkan terjadinya kehidupan
seperti yang ada di bumi. Seluruh organisme sebagian besar tersusun dari
air dan hidup dalam lingkungan yang didominasi oleh air. Air adalah
medium yang biologis di bumi ini.Air adalah satu-satunya substansi umum
yang ditemukan di alam dalam tiga wujud fisik materi yaitu padat, cair dan
gas.Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari
berbagai macam penularan, terutama penyakit perut.Air adalah salah satu
diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai pada
manusia (Dhahono, 2010).
16
Air permukaan biasanya dimanfaatkan sebagai sumber atau
bahan baku air minum. Air secara alamiah tidak pernah dijumpai
dalam keadaan murni. Ketika air mengembun di udara dan jatuh ke
permukaan bumi, air tersebut akan menyerap debu atau melarutkan
oksigen, karbon dioksida dan berbagai jenis gas lainnya. Kemudian air
tersebut, baik yang di atas atau di bawah permukaan tanah waktu
mengalir menuju ke berbagai tempat yang lebih rendah letaknya,
melarutkan berbagai jenis batuan yang dilaluinya atau zat-zat organik
lainnya. Selain itu sejumlah kecil hasil uraian zat organik seperti nitrit,
nitrat, amonia dan karbon dioksida akan larut ke dalamnya (Achmad,
2004).
Air permukaan ada 2 macam yakni :
1. Air sungai
Sungai merupakan sebuah alur dan kumpulan air di daratan
yang mengalir dari sebuah mata air di dataran tinggi menuju ke
dataran rendah dan akhirnya mencapai laut. Air sungai merupakan
sumber air yang banyak dimanfaatkan oleh para penduduk sekitar
sungai untuk kehidupan sehari-hari. Tentunya hal ini akan sangat
berbahaya terhadap kesehatan manusia karena air sungai
mengandung banyak polutan berbahaya. Polutan-polutan di dalam
air sungai banyak yang berasal dari limbah rumah tangga, limbah
pabrik, kegiatan pertanian, peternakan, peristiwa abrasi dan
pelapukan.
2. Air danau
Danau adalah air yang terakumulasi pada suatu tempat tertentu
yang cukup luas dan tidak mengalami pengurangan akibat absorpsi
pada dasar danau. Air danau dapat berasal dari mata air, air hujan
atau juga karena akumulasi dari aliran sungai. Biasanya air danau
menempati sebuah cekungan besar dari suatu dataran.
Sebagai salah satu sumber air, banyak sekali manfaat yang
didapatkan dari danau. Masyarakat sekitar danau banyak
17
memanfaatkan air danau untuk sumber air konsumsi, pengairan,
perikanan, rekreasi dan olahraga. Sebagai sumber air konsumsi,
danau biasanya lebih aman polutan dibandingkan dengan air sungai,
kecuali danau tersebut terletak dekat dengan area industri yang
membuang limbah cair ke danau. Pencemaran air danau biasanya
disebabkan oleh pelapukan material organik dan adanya material
suspensi serta koloid yang menyebabkan air danau menjadi keruh.
3. Air tanah
Air tanah adalah air yang terdapat di bawah permukaan tanah
dan bawah lapisan bebatuan di dalam permukaan bumi. Air tanah
bisa berada beberapa meter dari permukaan tanah atau berada sampai
ratusan meter di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan
sumber air utama dalam kehidupan manusia. Dibandingkan dengan
sumber air alam lainnya, air tanah merupakan sumber air yang paling
bersih. Secara alami, air tanah akan mengalami berbagai
penyaringan di dalam lapisan-lapisan tanah sebelum akhirnya
muncul di permukaan tanah sebagai mata air.
Beberapa mata air memberikan kualitas air yang layak untuk
di konsumsi secara langsung. Biasanya, mata air ini terletak pada
daerah alami yang disekitarnya tidak terjadi pencemaran
lingkungan. Mata air ini biasanya terletak di daerah hutan alami
dan daerah perdalaman yang jauh dari permukiman masyarakat
modern. Pada dasarnya, semua air tanah yang muncul dipermukaan
bumi dalam bentuk mata air menampakkan wujud yang jernih
karena memang telah tersaring di dalam tanah itu sendiri. Namun,
air jernih pada mata air bukan jaminan bahwa air tersebut layak
untuk dikonsumsi. Berbagai zat kimia dan material banyak
yang terlarut di dalamnya. Selama zat terlarut tersebut masih dalam
ambang batas yang diperbolehkan, mengonsumsi air dari mata air
diperbolehkan. Namun, walaupun tampak jernih ada beberapa zat
terlarut yang melebihi ambang batas yang ditentukan sehingga air
18
tersebut tidak layak untuk dikonsumsi secara langsung dan harus
melalui serangkaian pengolahan terlebih dahulu.
4. Air laut
Air laut merupakan kumpulan air yang sangat banyak danberasa
asin. Laut merupakan bagian yang paling luas dipermukaan bumi,
yaitu kurang lebih 71% dari luas permukaan bumi. Sementara luas
daratan hanya sebesar 29%. Rasa asin air laut disebabkan oleh
kandungan garam-garam mineral yang terlarut di dalamnya. Di
dalam air laut terdapat kurang lebih 3,5% garam-garam mineral
yang terlarut di dalamnya, terutama NaCl (garam dapur) yang
merupakan komponen garam terbesar dalam air laut. Air laut tidak
dapat dikonsumsi secara langsung karena rasanya yang sangat asin.
Namun air laut sangat memengaruhi kelangsungan sumber daya air
di bumi ini, terutama untuk kelestarian mata air sebagai sumber air
utama dalam kehidupan manusia (Handoyo, 2014).
19
golongan bakteri, ganggang, cacing serta plankton. Kehadiran bentuk-
bentuk tidak diharapkan dalam air, hal ini dikarenakan berbagai
mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit di samping pengaruh
lain seperti timbulnya rasa dan bau.
b. Kualitas fisik
Karakteristik fisik yang umum dianalisis dalam penentuan kualitas
air meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau dan rasa. Kekeruhan air
dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik
yang terkandung dalam air seperti lumpur, dan bahan-bahan yang
dihasilkan oleh buangan industri.
c. Kualitas kimia
Adanya masalah-masalah seperti senyawa-senyawa kimia yang
beracun, perubahan rupa, warna dan rasa, serta reaksi-reaksi yang tidak
diharapkan menyebabkan diadakannya standar kualitas kimia air
minum. Standar kualitas kimia air dan yang diperkenankan bagi
berbagai parameter kimia, karena pada konsentrasi yang berlebihan
kehadiran unsur-unsur tersebut di dalam air akan memberikan
pengaruh-pengaruh negatif, baik dari segi kesehatan maupun dari segi
pemakaian lain.
Bila air minum tidak memenuhi syarat-syarat tersebut maka air
dapat dikatakan tidak layak untuk dikonsumsi sebab jika dikonsumsi
akan berdampak tidak baik untuk kesehatan. Seperti halnya air tanah
yang tampak bersih akan tetapi bisa saja mengandung bakteri
pencemar seperti bakteri golongan coli karena bakteri coli ini berasal
dari tinja manusia ataupun hewan.
4. Peranan Air
Air adalah nutrisi paling penting dalam kehidupan. Komposisi air
dalam tubuh manusia mencapai 80%, setiap sel dalam tubuh manusia
membutuhkan air untuk hidup sehat. Manusia kehilangan sekitar 3 liter air
setiap harinya lewat pembuangan urine, keringat dan uap air. Kebutuhan
air bervariasi setiap individu, tergantung pada kondisi subjek yang
bersangkutan, jumlah latihan fisik, serta pada suhu lingkungan dan
20
kelembaban. Air sangat penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan
tubuh karena terlibat dalam sejumlah proses biologis (Fauziah, 2011).
Berbagai elemen penting yang terdapat dalam air minum di
antaranya berperan dalam proses metabolisme seperti Natrium, Kalium
dan Klorida adalah bahan kimia yang umum ditemukan dalam jumlah
kecil di perairan, dan unsur-unsur tersebut berperan dalam proses
metabolisme tubuh. Untuk mempertahankan tingkat air dalam tubuh
manusia memiliki dua sistem regulasi, yaitu rasa haus, yang berahir
dengan masukan yang lebih besar dari air, serta ginjal. Ginjal dapat
mengirimkan air dalam jumlah besar atau hanya setengah liter per hari,
tergantung pada asupan minuman. Untuk mengetahui apakah asupan air
cukup, dapat diketahui dengan memperhatikan warna urin. Bila didapatkan
urine berwarna kuning gelap kecoklatan menunjukkan asupan air yang
tidak kuat, sedangkan asupan air yang cukup akan dicirikan dengan urin
yang berwarna kuning jernih (Fauziah, 2011).
B. Limbah
1. Pengertian Limbah
Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau kegiatan. Limbah berbahaya dan
beracun adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan,
merusak lingkungan hidup, atau membahayakan lingkungan hidup
manusia serta makhluk hidup (Suharto, 2010).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2012 tentang
Pengolahan Lingkungan Hidup, klasifikasi dan criteria mut air ditetapkan
menjadi 4 golong, yaitu:
- Golongan I, yaitu air yang dapat digunakan sebagaiair murni secara
langsung tanpa diolah terlebih dahulu.
- Golongan II, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk
diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga dan lainnya.
21
- Golongan III, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
perikanan dan peternakan.
- Golongan IV, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan
pertanian, untuk usaha perkotaan, industri dan listrik tenaga air.
Menurut Suharto (2011), berdasarkan wujud limbah yang dihasilkan
terbagi menjadi 3, yaitu:
a. Limbah Padat
Limbah padat adalah limbah yang memiliki wujud padat yang bersifat
kering dan tidak dapat berpindah kecuali dipindahkan.Limbah padat ini
biasanya berasal dari sisa makanan, sayuran, potongan kayu, ampas
hasil industri, dan lain-lain.
b. Limbah Cair
Limbah cair adalah limbah yang memiliki wujud cair.Limbah cair
ini selalu larut dalam air dan selalu berpindah (kecuali ditempatkan
pada wadah/bak).Contoh dari limbah cair ini adalah air bekas cuci
pakaian dan piring, limbah cair dari industri, dan lain-lain.
Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air
limbah adalah air yang membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal,
bisnis, dan industri yaitu campuran air dan padatan terlarut atau
tersuspensi dapat juga merupakan air buangan dari hasil proses yang
dibuang ke dalam lingkungan. Berdasarkan sifat fisiknya limbah dapat
dikategorikan atas limbah padat, cair, dan gas (Suharto, 2010).
c. Limbah Gas
Limbah gas adalah limbah yang berwujud gas. Limbah gas bisa dilihat
dalam bentuk asap dan selalu bergerak sehingga penyebarannya luas.
Contoh dari limbah gas adalah gas buangan kendaraan bermotor,
buangan gas dari hasil industri.
2. Limbah Cair
Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan
bahan-bahan pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan
terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari sumber domestik
22
(perkantoran, perumahan dan perdagangan), sumber industri dan pada
saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan, ataupun air
hujan.
Menurut Mulia (2005), limbah cair merupakan salah satu jenis
sampah. Adapun sampah (waste) adalah zat-zat atau benda-benda yang
sudah tidak terpakai lagi, baik yang barasal dari rumah maupun sisa-
sisa proses industri. Secara umum limbah cair dapat dibagi menjadi:
- Human excreta (feses dan urine)
- Sewage (air limbah)
- Industrial waste (bahan buangan dari sisa proses industri)
Menurut Suharto (2011), limbah cair bersumber dari aktivitas
manusia (human sources) dan aktivitas alam (natural sources).
Beberapa aktivitas manusia yang menghasilkan limbah cair diantaranya
adalah aktivitas dalam bidang rumah tangga, perkantoran, perdagangan,
perindustrian, pertanian dan pelayanan jasa.
Menurut Suharto (2011), limbah cair diklasifikasikan dalam empat
kelompok diantaranya, yaitu:
Limbah cair domestik (domestic wastewater), yaitu limbah cair
hasil buangan dari perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan
dan perkantoran. Contohnya yaitu: air sabun, air detergen sisa cucian,
dan air tinja.
Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil
buangan industri. Contohnya yaitu: sisa pewarnaan kain/bahan dari
industri tekstil, air dari industry pengolahan makanan, sisa cucian
daging, buah atau sayur.
Rembesan (infiltration), yaitu limbah cair yang berasal dari sumber
yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan ke
dalam tanah atau melalui luapan dari permukaan. Air limbah dapat
merembes ke dalam saluran pembuangan melalui pipa yang pecah,
rusak, atau bocor sedangkan luapan dapat melalui bagian saluran yang
membuka atau terhubung ke permukaan. Contohnya yaitu: air buangan
23
dari talang atap, pending ruangan (AC), bangunan perdagangan dan
industri, serta pertanian atau perkebunan.
Air hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran
air hujan di atas permukaan tanah. Aliran air hujan di permukaan tanah
dapat melewati dan membawa partikel-partikel buangan padat atau cair
sehingga dapat disebut limbah cair.
24
4. Density
Density adalah perbandingan antara masa dengan volume
yang dinyatakan sebagai slug /ft3(kg/m3).
5. Warna
Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapiseiring
dengan waktu dan meningkatnya kondisianaerob, warna limbah
berubah dari yang abu-abu menjadi kehitaman.
6. Kekeruhan
Kekeruhan diukur dengan perbandingan antara intensitas
cahaya yang dipendarkan oleh sampel air limbah dengan cahaya
yang dipendarkan oleh suspensi standar pada konsentrasi yang
sama.
b. Karakteristik Kimia
Pada air limbah ada 3 karakteristik kimia yang perlu diidentifikasi,
yaitu bahan organik, anorganik dan gas.
1. Bahan organic
Pada air limbah bahan organik bersumber dari hewan,
tumbuhan, dan aktivitas manusia. Bahan organik itu sendiri
terdiri dari C, H, O, N yang menjadi karakteristik kimia adalah
protein, karbohidrat, lemak dan minyak, surfaktan, pestisida dan
fenol, dimana sumbernya adalah limbah domestik, komersil,
industri kecuali pestisida yang bersumber dari pertanian.
2. Bahan anorganik
Jumlah bahan anorganik meningkat sejalan dan dipengaruhi
oleh asal air limbah. Pada umumnya berupa senyawa-senyawa
yang mengandung logam berat (Fe, Cu, Pb dan Mn), asam kuat
dan basa kuat, senyawa fosfat, senyawa-senyawa nitrogen
(amoniak, nitrit dan nitrat) dan juga senyawa-senyawa belerang
(sulfat dan hydrogen sulfida).
25
3. Gas
Gas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang
tidak diolah adalah nitrogen (N2), oksigen (O2), metana (CH4),
hidrogen sulfida (H2S), amoniak (NH3) dan karbondioksida
c. Karakteristik Biologi
Pada air limbah, karakteristik biologimenjadi dasar untuk
mengontrol timbulnya penyakit yang dikarenakan organism
pathogen.Karakterisik biologi tersebut seperti bakteri dan
mikroorganisme lainnya yang terdapat dalam dekomposisi dan
stabilitas senyawa organik.
Menurut Metcalf dan Eddy (1991) dalam Yulis (2018), Sumber air
limbah dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Air limbah domestik atau rumah tangga
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 112 Tahun 2003, limbah cair domestik adalah limbah
yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah
makan, perkantoran, perniagaan apartemen dan asrama. Air
limbah domestik mengandung berbagai bahan, yaitu kotoran,
urine, dan air bekas cucian yang mengandung detergen, bakteri
dan virus.
2. Air limbah industry
Limbah non domestik adalah limbah yang berasal dari
pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi
dan sumber lainnya.
3. Infiltrasi
Infiltrasi adalah masuknya air tanah ke dalam saluran
buangan melalui sambungan pipa, pipa bocor dan dinding
manhole, sedangkan infole adalah masuknya aliran air
permukaan melalui tutup manhole, atap, area drainase, cross
connection saluran air hujan maupun air buangan.
26
4. Dampak Air Limbah
Menurut Mulia (2005), air limbah yang tidak menjalani
pengolahan yang benar tentunya dapat menimbulkan dampak
yang tidak diinginkan. Dampak tersebut antara lain:
- Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-
badan air yang digunakan oleh manusia.
- Mengganggu kehidupan dalam air, mematikan hewan dan
tumbuhan air.
- Menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerobik
dan zat anorganik).
- Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan
pendangkalan air sehingga terjadi penumbatan yang dapat
menyebabkan banjir.
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak
menggunakan air dalam system prosesnya. Selain itu, ada juga
bahan baku mengandung air sehingga dalam proses
pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses
pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan
untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air
ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah
itu dibuang.Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan
air.
Menurut Metcalf dan Eddy (1991) dalam Yulis (2018),
limbah organik mngandung sisa-sisa bahan organik, detergen,
minyak dan kotoran manusia. Dampak negatif yang ditimbulkan
limbah cair, adalah sebagai berikut:
5. Ganguan terhadap kesehatan manusia
Gangguan ini dapat disebabkan oleh kandungan bakteri,
virus, senyawa nitrat, beberapa bahan kimia dari industri dan
jenis pestisida yang terdapat dari rantai makanan, serta beberapa
kandungan logam seperti merkuri, timbale, dan kadmium.
27
6. Gangguan terhadap keseimbangan ekosistem
Kerusakan terhadap tanaman dan binatang yang hidup pada
perairan disebabkan oleh eutrofikiasi yaitu pencemaran air yang
disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam
ekosistem air.
7. Gangguan terhadap estetika dan benda
Gangguan kenyamanan dan estetika berupa warna, bau, dan
rasa.Kerusakan benda yang disebabkan oleh garam-garam
terlarut seperti korosif atau karat, air berlumpur, menyebablan
menurunnya kualitas tempat-tempat rekreasi dan perumahan
akibat bau serta eutrofikasi.
28
makhluk hidup lainnya perlu dilakukan pengendalian terhadap
pembuangan limbah cair ke media lingkungan. Kegiatan pembuangan
limbah cair oleh kawasan industri mempunyai potensi menimbulkan
pencemaran lingkungan hidup, oleh karena itu perlu dilakukan
pengendalian. Untuk melaksanakan pengendalian pencemaran air
sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 15 Pemerintah Nomor 20
Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, perlu ditetapkan
lebih lanjut Baku Mutu Limbah Cair. Kawasan industri adalah
kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan
dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang
telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri (Atima, 2015).
C. Amonia
Amonia adalah senyawa nitrogen dan hidrogen dengan rumus NH 3.
Pada suhu kamar tertentu, amonia anhidrat adalah suatu gas tidak berwarna
yang bersifat sangat iritasi dengan bau yang tajam dan menyengat. Amonia
anhidrat lebih ringan daripada udara dan bisa terbakar, pada konsentrasi dan
suhu yang tinggi. Amonia anhidrat mudah dikompresi dan membentuk cairan
jernih tak berwarna di bawah tekanan, sehingga amonia tersebut mempunyai
sifat-sifat pada karakter amonia itu sendiri.
Di perairan alami, pada suhu dan tekanan normal amonia berada dalam
bentuk gas dan membentuk dengan gas kesetimbangan amonium.
Kesetimbangan antara gas amonia dan gas amonium ditunjukkan dalam
persamaan reaksi, sebagai berikut :
NH3 + H2O NH4+ + OH –
Selain terdapat dalam bentuk gas, amonia membentuk kompleks dengan
beberapa ion logam. Amonia juga dapat terserap ke dalam bahan-bahan
tersuspensi dan koloid sehingga mengendap di dasar perairan. Amonia dalam
perairan dapat menghilang melalui proses volatilisasi karena tekanan parsial
amonia dalam larutan meningkat dengan semakin meningkatnya pH.
Hilangnya amonia ke atmosfer juga dapat meningkat dengan meningkatnya
kecepatan angin dan suhu.
29
D. Sifat-sifat Amonia
Menurut Afrianto (1989), adapun sifat-sifat amonia (NH3) adalah sebagai
berikut :
1. Memiliki titik didih 33,3̊ C
2. Memiliki bau yang menyengat
3. Mempunyai daya kelarutan yang tinggi di dalam air
4. Tidak bereaksi dengan sebagian besar logam, akan tetapi jika di campur
dengan air akan bereaksi dengan tembaga atau kuningan
5. Dapat menimbulkan ledakan apabila di udara mencapai 16 % artinya
amonia ini mudah terbakar di udara, ia akan terbakar oleh oksigen di
atmosfer dengan menghasilkan gas nitrogen dan uap udara, karena
kelarutannya di udara sangat tinggi.
Dari sifat-sifat amonia tersebut dapat diketahui bahwa amonia dapat
mengganggu kehidupan organisme di lingkungan yang dapat menyebabkan
suatu dampak untuk pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah
amonia.
30
nitrosomonas. Nitrit ini masih merupakan bahan beracun sehingga harus
dirombak lagi menjadi nitrat (NO3) oleh bakteri nitrobacter. Keberadaan nitrat
masih dapat ditolerir oleh ikan karena sebagian juga diserap oleh lumut/algae
maupun tumbuhan air sebagai pupuk. Proses ini berlanjut karena adanya
keseimbangan antara bakteri pengurai dan kepadatan ikatan yang masih dapat
ditolerir, hal ini bahwa amonia dapat di analisa dengan menggunakan
instrument spektrofotometer UV-Vis (Chandra, 2005).
F. Spektrofotometer
Pengukuran kadar ammonia di dalam air dilakukan dengan alat
spektrofotometer. Spektrofotometri ini merupakan salah satu metode analisis
instrumental yang didasarkan pada interaksi radiasi elektromagnetik dengan
atom maupun molekul suatu senyawa kimia. Dengan mengetahui interaksi
yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan
sifat-sifat dari interaksi tersebut. Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan
beberapa peristiwa antara lain adalah: pemantulan, pembiasan/hamburan
(scattering), difraksi, penyerapan, (absorpsi), fluoresensi, fosforesensi dan
emisi (Hendayana, 1994).
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer ialah menghasilkan sinar dari
spektrum dan panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi
spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara
relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan
sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrometer
dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat
lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating
ataupun celah optis.
Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan
diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai
spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer
filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar
31
monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm.
Sedangkan pada spektrometer, panjang gelombang yang benar-benar
terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti
prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang
kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko
dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko
ataupun pembanding (Khopkar, 1990).
G. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.
Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk
mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion
anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai
bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa
didapatkan dari spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara
kuantitatif.
Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan
sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm. Panjang
gelombang (λ) adalah jarak antara satu lembah dan satu puncak, sedangkan
frekuensi adalah kecepatan cahaya dibagi dengan panjang gelombang (λ).
Bilangan gelombang adalah satu satuan per panjang gelombang
(Dachriyanus, 2004).
Spektrofotometer UV-Vis yang komersial biasanya beroperasi dari sekitar
175 atau 200 ke 1000 nm. Identifikasi kualitatif senyawa organik dalam
daerah ini jauh lebih terbatas daripada dalam daerah inframerah. Ini karena
pita serapan terlalu lebar dan kurang terinci. Tetapi, gugus-gugus fungsional
tertentu seperti karbonil, nitro dan sistem tergabung, benar-benar
menunjukkan puncak yang karakteristik, dan sering dapat diperoleh informasi
yang berguna mengenai ada tidaknya gugus semacam itu dalam molekul
tersebut.
32
BAB IV
IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
A. Amonia
Amonia (NH3) merupakan senyawa nitrogen pada bentuk cairan, amonia
terdapat dalam 2 bentuk yaitu amonia bebas atau tidak terionisasi (NH3) dan
dalam bentuk ion amonia (NH4+). Perbandingan amonia dalam kedua bentuk
tersebut sangat dipengaruhi oleh pH dan suhu. Sebagai contoh pada pH sekitar
9 setengah dari total amonia terdapat dalam bentuk amonia tidak terionisasi.
Standar kualitas air menggunakan bentuk total amina ini, untuk menyatakan
batas amonia dalam air bersih maksimum adalah 2 mg/L pada pH sama atau
lebih besar dari 8. Pada pH tersebut konsentrasi amonia tidak terionisasi pada
air sungai bersuhu 20°C adalah 0,074 mg/L (Alaerts, 1986).
Ammonia dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air, ion
ammonium merupakan bentuk transisi dari ammonia. Selain terdapat dalam
bentuk gas ammonia membentuk kompleks dengan beberapa ion logam.
Ammonia banyak digunakan dalam proses produksi urea, industry bahan
kimia, serta industry bubur kertas dan kertas. Ammonia yang terukur di
perairan berupa ammonia total (NH3 dan NH4+). Ammonia bebas tidak dapat
terionisasi (Dhaefi, 2006).
Amonia yang terukur di perairan berupa amonia total (NH 3 dan NH4+).
Amonia bebas tidak dapat terionisasi, sedangkan amonium (NH 4+) dapat
terionisasi. Amonia bebas (NH3) yang tidak terionisasi (unionized) bersifat
toksik terhadap organisme akuatik. Toksisitas amonia terhadap organisme
akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, pH, dan
suhu. Aveterbrata air lebih toleran terhadap kadar amonia bebas yang terlalu
tinggi karena dapat mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah dan
pada akhirnya dapat mengakibatkan sufokasi. Akan tetapi, amonia bebas ini
tidak dapat diukur secara langsung. Sumber nitrogen yan dapat dimanfaatkan
scara langsung oleh tumbuhan akatik adalah nitrat (NO3), dan gas nitrogen
(N2) (Effendi, 2003).
33
Baku mutu Limbah Cair Domestik (Sumber Menteri Lingkungan Hidup)
Parameter Satuan Individual/Rumah Komunial
Tangga
pH - 6-9 6-9
KMnO4 Mg/L 85 85
TSS Mg/L 50 50
Amoniak Mg/L 10 10
Minyak & Lemak Mg/L 10 20
COD Mg/L 100 80
BOD Mg/L 75 50
34
C. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam proses analisis yaitu Spektrofotometri;
timbangan analitik; erlenmeyer 50 mL; labu ukur (100 mL, 500 mL dan 1000
mL); gelas ukur 25 mL; pipet volumetrik (1,0 mL, 2,0 mL, 3,0 mL dan 5,0
mL); pipet ukur (10 mL dan 100 mL); dan gelas piala 1000 mL.
Bahan yang digunakan dalam analisis yaitu sebagai berikut: Air bebas
mineral; Amonium klorida (NH4Cl); Larutan fenol (C6H5OH); Natrium
nitroprusida (C5FeN6Na2O) 0,5%; Larutan alkalin sitrat (C6H5Na3O7); Natrium
hipoklorit (NaClO) 5% dan Larutan pengoksidasi.
D. Cara Kerja
1. Pembuatan larutan fenol (C6H5OH)
Campurkan 11,1 mL fenol yang dicairkan (kadar fenol lebih besar atau
sama dengan 89%) dengan etil alkohol 95% didalam labu ukur 100 mL,
kemudian ditambahkan etil alkohol 95% sampai tanda tera dan
dihomogenkan.
4. Larutan pengoksidasi
Campurkan 100 mL larutan alkalin sitrat dengan 25 mL natrium hipoklorit
(NaClO) 5%.
35
5. Pembuatan larutan induk amonia 1000 mg N/L
Larutan 3,819 g amonium klorida (telah dikeringkan pada suhu 100°C)
dan dimasukkan kedalam labu ukur 1000 mL;Ditambahkan air suling
sampai tepat pada tanda tera dan dihomogenkan.
36
640 nm;Dibuat kurva kalibrasi dari data bagian g. diatas dan atau tentukan
persamaan garis lurunya.
37
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 4.1Hasil Uji Kadar Amonia pada larutan standar dan
Sampel
Kode Sampel Baku Mutu Kadar mg/L Keterangan
342 10 6,5895 Limbah Domestik Inlet
343 10 4,5365 Limbah Domestik Outlet
B. Pembahasan
Analisis kadar amonia pada sampel limbah cair dilakukan di Laboratorium
Lingkungan DLHP Provinsi Sumatera Selatan. Sampel yang dianalisis berupa
sampel limbah cair dari industri karet. Sampel limbah dari industri diambil
dari limbah inlet dan outlet. Limbah inlet merupakan limbah yang pertama
kali keluar dari hasil produksi dan limbah outlet merupakan limbah yang telah
diolah kembali sebelum dibuang ke lingkungan.
Perlakuan dari analisis kadar amonia pada limbah cair industri karet
dengan adanya penambahan larutan fenol pada sampel yang berfungsi untuk
membebaskan ion ammonium (NH4+) menjadi ammonia (NH3). Larutan fenol
yang telah tercampur dengan etil alkohol. Kemudian penambahan larutan
natrium nitroprusid pada sampel berfungsi sebagai katalis untuk pembentukan
warna biruindofenol. Larutan natrium nitroprusid.Selanjutnya penambahan
larutan pengoksidasi pada sampel yang berfungsi sebagai pengoksidasi atau
senyawa yang akan mengoksidasi sampel (Effendi, 2003).
Kemudian larutan tersebut ditutup rapat dan dibiarkan selama 1 jam yang
berfungsi untuk pembentukan warna dari bening menjadi biru, jika terjadi
kepekatan terhadap warna merupakan suatu kesalahan pada saat pengenceran
pada sampel dikarenakan dan kemudian dibaca oleh instrument
spektrofotometer uv-vis secara fenat. Larutan sampel yang didiamkan selama
38
1 jam dan analisis data hasil yang dibaca oleh instrument spektrofotometer uv-
vis secara fenat.
Menurut Murti (2014), menjelaskan prinsip dari pengujian kadar amonia
ini adalah sampel yang bereaksi dengan natrium hipoklorit membentuk
senyawa kloramin (NH2Cl).Kemudian dari hasil tersebut akan bereaksi dengan
reagen fenolat akan membentuk senyawa monoklorkuinon. Selanjutnya,
monoklorkuinon bereaksi dengan sisa reagen fenolat membentuk senyawa
indofenol yang berwarna biru yang bisa dideteksi dengan spektrofotometer
UV-Vis. Adapun reaksi kimia yang terjadi dari reaksi fenol dengan
monoklorin untuk membentuk monooklorkuinon dan bereaksi lebih lanjut
untuk membentuk senyawa indofenol dengan katalis Na nitropusid.
Hasil yang didapat dari penentuan kadar amonia dari limbah cair domestik
inlet didapatkan kadar sebesar 6,5985 mg/L berbeda dengan limbah domestik
outlet hasil yang didapat adalah 4,5365 mg/L. Limbah industri karet outlet
memiliki kadar amonia lebih rendah dibanding inlet industri karet dengan
kadar amonia 1,5165 mg/L dan inlet sebesar 13,85mg/L, hasil kadar outlet
industri karet tersebut tidak melebihi baku mutu limbah industri amonia.
Limbah outlet domestik lebih rendah kandungan amonia dengan hasil 4,5365
mg/L sedangkan inlet domestik lebih tinggi dengan kadar amonia sebesar
6,5895 mg/L, limbah outlet domestik tidak melebihi baku mutu amonia
limbah domestik dan tergolong kandungan amonia yang rendah.
Menurut Effendi (2003), sedangkan pada hasil limbah karet inlet di
dapatkan hasil yang tinggi dan melebihi baku mutu amonia pada limbah
industri karet, dengan tingginya kadar amonia pada limbah industri karet ini
sangat berpengaruh pada lingkungan sekitar terutama perairan tersebut,
sedangkan pada limbah industri karet outlet itu mengandung kadar amonia
yang rendah dan tidak melebihi baku mutu ammonia limbah industri.
Menurut Murti (2014), data hasil analisis yang telah diperoleh tersebut
dibandingkan dengan baku mutu peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia nomor 5 tahun 2014, baku mutu kadar analisa untuk
industri karet adalah 5 mg/L dan untuk domestik adalah 10 mg/L. Semakin
tinggi kandungan amonia dalam limbah, akan menyebabkan keracunan pada
39
biota perairan, dan pada akhirnya akan berdampak terhadap manusia.
Menurut Murti (2014), data hasil analisis yang telah diperoleh tersebut
dibandingkan dengan baku mutu peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia nomor 5 tahun 2014, baku mutu kadar analisa untuk
industri karet adalah 5 mg/L dan untuk domestik adalah 10 mg/L. Semakin
tinggi kandungan amonia dalam limbah, akan menyebabkan keracunan pada
biota perairan, dan pada akhirnya akan berdampak terhadap manusia apabila
manusia mengkonsumsi makanan dan hewan lain yang telah tercemar oleh
limbah industri. Oleh sebab itu parameter ini tercantum pada spesifikasi mutu
limbah yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
40
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Analisis kadar amonia dalam limbah cair industri karet dapat dilakukan
dengan metode SNI 06-6989.30-2005 bagian 30: cara uji kadar amonia
dengan spektrofotometer secara fenat.
Hasil yang didapat dari penentuan perbandingan kadar amonia dari limbah
domestik inlet dan limbah domestik outlet, limbah yang kadar amonia yang
tinggi ialah limbah domestik inlet sebesar 6,5985 dan outlet 4,5365 tetapi
kadar amonia pada limbah domestik inlettidah melebihi baku mutu. Pada
sampel limbah industri karet inlet sebesar 13,85 dan outletsebesat 1,5165 jadi
pada limbah industri karet inlet kadar amonia yang terkandung sangat tinggi
dan melebihi baku mutu limbah industri.
B. Saran
. Saat mempersiapkan contoh uji, sebaiknya pengenceran yang dilakukan
pada sampel harus sesuai dengan ketepatan agar dapat dibaca oleh
spektrofotometer uv-vis secara fenat dengan tepat.
41
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G. 1986. Metode Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional. Pada Karya
Ilmiah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara.
Atima, W.A. 2015. BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku
Mutu Air Limbah. Jurnal Biology Science dan Education. 4(1):85.
Dhahono, D.A. 2010. Kinerja Dinas Kesehatan Kota Surakarta dalm Mengawasi
Kualitas Depo Air Minum Isi Ulang.Skripsi.Surakarta: Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik UNS.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisnus. Yogyakarta.
Hendoyo, S. 2014. Kimia Analitik Instrument. Edisi Kesatu. IKIP Semarang Press.
Indarsih, W., Suprayogi, S. & Widyastuti, M.(2011). Kajian Kualitas Air Sungai
BedogAkibat Pembuangan Limbah Cair SentraIndustri Batik Desa Wijirejo.
MajalahGeografi Indonesia, 25(1), 40-54.
Khopkar, S.M. 1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Abedeen U.K.: UIP.
Halaman :194 – 196.
Murti, R. Setiya dan C. Maria H.P. 2014. Optimasi Waktu Reaksi Pembentukan
Kompleks Indofenol Biru Stabil Pada Uji N-Amonia Air Limbah Industri
42
Penyamakan Kulit Dengan Metode Fenat. Majalah Kulit, Karet, dan Plastik
Vol.30 No.1 Juni 2014: 29-34.
Yulis, E.D.A , dkk. 1991. Kandungan Limbah Cair Berdasarkan Parameter Kimia
di Inlet dan Outlet Rumah Pemotongan Hewan (Studi di Rumah
Pemotongan Hewan X Kabupaten Jember). Journal of Health Science and
Prevention. Vol. 2(2), October 2018. ISSN 2549-919X.
43
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Perhitungan
Rumus perhitungan kadar amoniak (NH3)
Kadar amonia = C x Fp
Keterangan :
C = kadar yang didapat dari hasil pengukuran (mg/L)
Fp = faktor pengenceran
- Sampel A Kode 342 Domestik Inlet - Sampel B Kode 343 Domestik outlet
C x Fp C x Fp
= 1.3170 x 5 = 0,9073 x 5
= 6.5985mg/L = 2,985 mg/L
44
LAMPIRAN
45
Sampel yang Telah ditambah Larutan Uji Spektrofotometer
46
ad
m
e
ip
st2
l
kb
5
Diagram Alir Analisis Sampel
47
48