Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Berkat limpahan kesehatan dan karunia nikmat-Nya, shalawat dan salam
kita sanjung sajikan kepada Rasulullah SAW. Manusia istimewa yang seluruh
perilakunya layak untuk diteladani, yang ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh
getar hatinya kebaikan. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat
waktu.
Banyak kesulitan dan hambatan yang kami hadapi dalam membuat tugas
Praktikum Pengolahan Persampahan ini tapi dengan semangat dan kegigihan serta
arahan, bimbingan dari berbagai pihak, sehingga kami mampu menyelesaikan tugas
ini dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Orang tua kami yang telah memberikan dorongan semangat dan kasih sayang
yang tulus kepada kami.
2. Ibu Yeggi Darnas, M.T., Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Pengelolaan
Persampahan yang telah membantu penulis dalam melakukan kegiatan
praktikum ini.
3. Asisten pembimbing Praktikum Pengelolaan Persampahan Alfandy Sayang yang
telah membantu dalam penyusunan laporan praktikum ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1.Latar Belakang Kerja Praktek ............................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3.Ruang Lingkup .................................................................................................... 4
1.4.Waktu dan Tempat Pelaksanaan .......................................................................... 4
1.5.Sistematika Penulisan .......................................................................................... 4
BAB II DASAR TEORI ............................................................................................... 6
2.1.Definisi Sampah .................................................................................................. 6
2.2.Klasifikasi Sampah .............................................................................................. 6
2.3.Aspek Teknis Operasional................................................................................... 8
BAB III GAMBAR UMUM WILAYAH STUDI ...................................................... 15
1.1. Wilayah Studi Sampling .................................................................................. 15
1.2.Jumlah Penduduk Wilayah Sampling ............................................................... 16
1.3.Data Sosial Ekonomi Penduduk Wilayah Sampling ........................................ 17
1.4.Deskripsi lokasi sampling ................................................................................. 18
BAB IV PERHITUNGAN SAMPLING..................................................................... 21
4.1.Jumlah Sampling ............................................................................................... 21
4.1.1.Proyeksi penduduk Kota Banda Aceh dari tahun 2017 ketahun 2018 ....... 21
4.1.2.Jumlah jiwa yang disampling ..................................................................... 22
4.1.3.Jumlah Rumah yang disampling ................................................................. 22
4.2.Lokasi Sampling ................................................................................................ 23
4.3.Perhitungan Volume dan timbulan .................................................................... 26
4.3.1.Sampah Organik ......................................................................................... 27
ii
4.3.2.Sampah Anorganik ..................................................................................... 29
BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 31
5.1.Kesimpulan ........................................................................................................ 31
5.2.Saran .................................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sumber utama pengolahan sampah perkotaan adalah rendahnya tingkat
pelayanan umum sehingga mengakibatkan berbagai permasalahan lingkungan seperti
pencemaran air, tanah dan udara. Peningkatan jumlah sampah terutama disebabkan
oleh jumlah penduduk yang terus meningkat, meningkatnya konsentrasi penduduk di
perkotaan atau pusat-pusat kawasan industri yang disebabkan oleh pertumbuhan
penduduk dan urbanisasi, dan juga terjadinya produksi sampah per kapital yang
diakibatkan oleh perubahan pola konsumsi masyarakat karena meningkatnya
kesejahteraan, serta meningkatnya limbah industri pertanian (agroindustry) maupun
industri non pertanian.
Kota Banda Aceh yang menjadi sasaran dalam studi ini merupakan Ibukota
dari Propinsi Aceh yang terletak di ujung barat Pulau Sumatera. Pengambilan Kota
Banda Aceh sebagai lokasi studi adalah karena kondisi pengelolaan persampahan
terutama dalam aspek teknis operasional yang menjadi penekanan studi ini di kota
tersebut yang dirasa masih kurang baik dan masih perlu untuk ditingkatkan lagi.
Peningkatan volume sampah di Kota Banda Aceh bisa dilihat dari beberapa
hal, yaitu adanya peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya dan juga adanya
peningkatan aktivitas kota. Jumlah penduduk Kota Banda Aceh setiap tahunnya
mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah sampah di suatu kota berbanding lurus
dengan peningkatan jumlah penduduk di kota tersebut, sehingga adanya penigkatan
jumlah penduduk di Kota Banda Aceh akan meningkatkan jumlah sampah yang
dihasilkan oleh Kota Banda Aceh.
Hal lain yang dapat menyebabkan peningkatan volume timbulan sampah
adalah peningkatan aktivitas perkotaan. Peningkatan aktivitas perkotaan di Kota
Banda Aceh selain dari peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya juga dapat
dilihat dari perubahan guna lahan yang terjadi. Semakin tingginya aktivitas suatu kota
ditandai dengan semakin berkurangnya lahan untuk pertanian dan semakin luasnya
lahan terbangun. Di Kota Banda Aceh, luas lahan yang digunakan untuk kegiatan
pertanian setiap tahunnya mengalami penurunan sementara luas lahan terbangun di
Kota Banda Aceh semakin bertambah. Peningkatan aktivitas kota berpotensi untuk
menimbulkan sumber-sumber sampah baru seperti misalnya lahan yang dulunya
2
digunakn untuk aktivitas pertanian telah berubah penggunaannya menjadi aktivitas
perdagangan dan jasa yang tentu saja berpotensi untuk meningkatkan volume
timbulan sampah. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan aktivitas
perkotaan di Kota Banda Aceh mengakibatkan volume timbulan sampah juga
meningkat.
Peningkatan volume timbulan sampah seperti yang dijelaskan di atas tentu
saja menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan di Kota Banda Aceh. Hal ini
menyebabkan perlunya pengelolaan sampah di Kota Banda Aceh. Pengelolaan
persampahan di Kota Banda Aceh saat ini dilakukan oleh pemerintah kota melalui
Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Banda Aceh. Pemerintah kota dalam
pengelolaan sampah memiliki beberapa potensi diantaranya keberadaan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang bernama TPA Gampong Jawa dan juga
adanya sarana perbengkelan sehingga dapat menghemat biaya pemeliharaan dari
penggunaan armada operasional dibandingkan bila harus melakukan pemeliharaan
armada oleh pihak lain (DKP Kota Banda Aceh, 2003).
3
1.3 Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk studi kasus pengelolaan sampah yang
ada di Desa Lampaseh kecamatan Kuta Raja Kota Banda Aceh. Beberapa ruang
lingkup pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Menganalisis prakiraan jumlah timbulan sampah 8 hari berturut-turut di Desa
Lampaseh kecamatan Kuta Raja Kota Banda Aceh.
b) Menganalisis timbulan, komposisi, berat jenis dan karakteristik sampah yang
dihasilkan oleh penduduk Desa Lampaseh, Kecamatan Kuta Raja kota Banda
Aceh.
c) Menganalisis perhitungan volume sampah perhari, pengamatan komposisi
sampah dan uji kuantitatif.
4
BAB II Dasar Teori
Bab II merupakan kerangka teori yang membahas pendekatan teoritis. Pada
bab ini berisi tentang semua teori, standard dan Peraturan dalam sampling sampah
suatu kota/kawasan.
BAB III Gambaran Umum Wilayah Studi
Bab III merupakan bab yang berisi tentang gambaran umum wilayah studi,
jumlah kecamatan, jumlah penduduk dan sosial ekonomi penduduk wilayah
sampling.
BAB IV Perhitungan Sampling
Bab IV merupakan bab yang menjelaskan tentang perhitungan jumlah
sampling, lokasi sampling, hasil perhitungan timbulan, dan karakteristik fisik
sampah.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab V merupakan bab yang terakhir pada laporan ini. Pada bab ini berisi
tentang kesimpulan dan saran yang diambil dari penelitian yang telah dilakukan.
5
BAB II
DASAR TEORI
6
b) Sampah organik kering (rubbish), yaitu sampah yang susunannya terdiri dari
bahan organik maupun yang cukup kering yang sulit terurai oleh
mikroorganisme sehingga sulit membusuk.
c) Sampah yang berukuran besar (bulky waste), dalam kategori ini termasuk
sampah yang berukuran besar dan berat.
d) Sampah abu (ashes), yaitu sampah padat yang berasal dari pembakaran kayu,
batu bara atau insenerator. Ukurannya kecil, lembut, ringan dan mudah
terbawa angin.
e) Sampah berupa lumpur dari pengolahan air bersih dan air limbah. Lumpur
dari kolam pengolahan harus dihindarkan langsung masuk ke air permukaan.
f) Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua sampah yang berupa
bangkai binatang.
g) Sampah sapuan jalan yaitu segala jenis sampah atau kotoran yang berserakan
di jalan karena dibuang oleh pengendara mobil ataupun masyarakat yang
tidak bertanggung jawab.
h) Sampah konstruksi umumnya berupa logam, beton, kaca, pipa, plumbing dan
kayu.
i) Sampah B3 merupakan buangan berbahaya dan beracun bersifat toksik
karena itu perlu penanganan khusus. Banyak dihasilkan dari kegiatan industri
ataupun produk yang dipakai sehari-hari. Semakin banyak industri yang
berdiri akan semakin beragam limbahnya.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah,
disebutkan bahwa pengelolaan sampah adalah kegiatan sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.Di dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga disebutkan bahwa pengaturan
pengelolaan sampah bertujuan untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup
dan kesehatan masyarakat dan menjadikan sampah sebagai sumber daya.
7
2.3 Aspek Teknis Operasional
Berdasarkan SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional
Pengelolaan Sampah Perkotaan disebutkan bahwa teknis operasional pengelolaan
sampah perkotaan yang terdiri dari kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan
akhir sampah harus bersifat terpadu dengan melakukan pemilahan sejak dari
sumbernya. Skema teknik operasional pengelolaan persampahan dapat dilihat pada
Gambar dibawah ini:
8
(bersama) melainkan juga mengangkutnya ke tempat terminal tertentu, baik
dengan pengangkutan langsung maupun tidak langsung.
c. Pemindahan sampah dapat dilakukan dengan cara manual, mekanis, atau
gabungan manual dan mekanis, yaitu pengisisan kontainer dilakukan secara
manual oleh petugas pengumpul, sedangkan pengangkutan kontainer ke atas
truk dilakukan secara mekanis (haul). Sedangkan untuk pemilahan di lokasi
pemindahan dapat dilakukan dengan cara manual oleh petugas kebersihan
dan atau masyarakat yang berminat, sebelum dipindahkan ke alat pengangkut
sampah.
d. Pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dari lokasi
pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke tempat
pembuangan akhir
9
c. Recycling
Merupakan salah satu teknik pengolahan sampah, dimana dilakukan
pemisahan atas benda-benda bernilai ekonomi seperti: kertas, plastik, karet, dan
lain-lain dari sampah yang kemudian diolah sedemikian rupa sehingga dapat
digunakan kembali baik dalam bentuk yang sama atau berbeda dari bentuk
semula.
d. Reuse
Reuse merupakan salah satu teknik pengolahan yang hamper sama dengan
recycling, bedanya reuse langsung digunakan tanpa ada pengolahan terlebih
dahulu
e. Reduse
Reduse adalah usaha untuk mengurangi potensi timbulan sampah, misalnya
tidak menggunakan bungkus kantong plastik yang berlebihan.
10
Tempat sampah rumah tangga adalah wadah penampungan sampah yang
berupa bak/bin/tong/kantong/keranjang sampah.Pengelolaan sampah adalah kegiatan
yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi perencanaan,
pengurangan, dan penanganan sampah.Tempat Penampungan Sementara, yang
selanjutnya disingkat TPS, adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat
pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu, yang selanjutnya disingkat TPST, adalah tempat
dilaksanakannya kegiatan penggunaan ulang, pendauran ulang, pemilahan,
pengumpulan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.Tempat Pemrosesan Akhir,
yang selanjutnya disingkat TPA, adalah tempat untuk memproses dan
mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan
lingkungan.Kompensasi adalah bentuk pertanggungjawaban pemerintah terhadap
pengelolaan sampah di tempat pemrosesan akhir yang berdampak negatif terhadap
orang.
Retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah
satuan kerja perangkat daerah yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas
pemerintahan di bidang persampahan di daerah. Badan Layanan Umum Daerah
Persampahan, yang selanjutnya disingkat BLUD Persampahan, adalah Unit Kerja
pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Menurut peraturan menteri negara lingkungan hidup republik indonesia
nomor 16 tahun 2011 tentang pedoman materi muatan rancangan peraturan daerah
tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga.
Dalam penyelenggaraan penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga, gubernur atau bupati/walikota menetapkan kebijakan dan
11
strategi penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga.
Kebijakan tersebut memuat arah kebijakan penanganan sampah, dan program
penanganan sampah. Khusus bagi pemerintah Kabupaten/Kota, selain menetapkan
kebijakan dan strategi Kabupaten/Kota dalam penanganan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga, juga menyusun dokumen rencana induk dan
studi kelayakan penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga. Rencana induk paling sedikit memuat pemilahan sampah, pengumpulan
sampah, pengangkutan sampah, pengolahan sampah, pemrosesan akhir sampah, dan
pendanaan. Rencana induk tersebut ditetapkan untuk jangka waktu paling sedikit 10
(sepuluh) tahun.
Penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota meliputi:
a) Pemilahan
Kegiatan pemilahan sampah dilakukan dalam bentuk pengelompokan dan
pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah. Pemilahan
sampah dilakukan oleh orang perseorangan, kelompok orang atau badan hukum
pada sumbernya, pengelola kawasan, dan pemerintah kabupaten/kota. Pemilahan
sampah dilakukan melalui kegiatan pengelompokan sampah paling sedikit
menjadi 5 (lima) jenis sampah yang terdiri atas sampah yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun, sampah yang
mudah terurai, sampah yang dapat digunakan kembali, sampah yang dapat didaur
ulang, dan sampah lainnya. Sarana pemilahan sampah disediakan oleh pengelola
kawasan dan pemerintah kabupaten/kota. Pemilahan sampah menggunakan sarana
yang memenuhi persyaratan, jumlah sarana sesuai dengan jenis pengelompokan
sampah, diberi simbol atau tanda dan bahan, bentuk, dan warna wadah.
b) Pengumpulan
Pengumpulan sampah dilakukan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan
sampah dari sumber sampah ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) atau
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Pengumpulan sampah dilakukan
oleh pengelola kawasan dan pemerintah kabupaten/kota. Pengelola kawasan
12
dalam melakukan pengumpulan menyediakan TPS, tempat pengolahan sampah
dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) yang selanjutnya disebut TPS 3R,
dan/atau alat pengumpul untuk sampah terpilah. TPS merupakan tempat sebelum
sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau TPST. TPST
merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.
Sedangkan TPS 3R merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan,
pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala kawasan. Dalam
penyelenggaraan pengumpulan sampah, pemerintah kabupaten/kota menyediakan
TPS dan/atau TPS 3R pada wilayah permukiman. TPS dan/atau TPS 3R tersebut
supaya memenuhi persyaratan yang meliputi sarana untuk pengelompokan
sampah paling sedikit 5 (lima) jenis sampah, luas lokasi dan kapasitas sesuai
kebutuhan, lokasi yang mudah diakses, tidak mencemari lingkungan, jadwal
pengumpulan dan pengangkutan.
c) Pengangkutan
Pengangkutan sampah dilakukan dalam bentuk membawa sampah dari
sumber dan/atau dari TPS atau dari TPST menuju ke TPA. Pengangkutan sampah
dari TPS dan/atau TPS 3R ke TPA atau TPST dilakukan oleh pemerintah
kabupaten/kota dengan menyediakan alat angkut sampah terpilah paling sedikit 5
(lima) jenis sampah dan tidak mencemari lingkungan. Pemerintah kabupaten/kota
dalam pengangkutan sampah dapat menyediakan stasiun peralihan antara.
d) Pengolahan
Pengolahan sampah dilakukan dalam bentuk mengubah karakteristik,
komposisi, dan jumlah sampah. Pengolahan sampah dilakukan oleh pemerintah
kabupaten/kota, orang perseorangan, kelompok orang dan/atau badan hukum pada
sumbernya, dan pengelola kawasan. Kegiatan pengolahan sampah meliputi
pemadatan, pengomposan, daur ulang materi, dan/atau daur ulang energi.
Pengelola kawasan menyediakan fasilitas pengolahan sampah skala kawasan yang
berupa TPS 3R. Sedangkan pemerintah kabupaten/kota menyediakan fasilitas
pengolahan sampah pada wilayah permukiman yang berupa TPS 3R, stasiun
13
peralihan antara, TPA, dan/atau TPST. Apabila dua atau lebih kabupaten/kota
melakukan pengolahan sampah bersama dan memerlukan pengangkutan sampah
lintas kabupaten/kota, pemerintah kabupaten/kota dapat mengusulkan kepada
pemerintah Provinsi untuk menyediakan stasiun peralihan antara dan alat angkut.
e) Pemrosesan akhir sampah.
Pemrosesan akhir sampah dilakukan dalam bentuk pengembalian sampah
dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Pemrosesan akhir sampah dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota dengan
menggunakan metode lahan uruk terkendali, metode lahan uruk saniter, dan
teknologi ramah lingkungan. Pemerintah Kabupaten/Kota menyediakan dan
mengoperasikan TPA dengan melakukan pemilihan lokasi sesuai rencana tata
ruang wilayah (RTRW) provinsi dan/atau RTRW kabupaten/kota, menyusun
analisis biaya dan teknologi, dan menyusun rancangan teknis. Lokasi TPA paling
sedikit memenuhi aspek geologi, hidrogeologi, kemiringan zona, jarak dari
lapangan terbang, jarak dari permukiman, tidak berada di kawasan lindung/cagar
alam, dan bukan merupakan daerah banjir periode ulang 5 (lima) tahunan.
Pemerintah kabupaten/kota dalam menyediakan TPA melengkapi fasilitas dasar,
fasilitas perlindungan lingkungan, fasilitas operasi, dan fasilitas penunjang.
Apabila TPA tidak dioperasikan sesuai dengan persyaratan teknis, harus
dilakukan penutupan dan/atau rehabilitasi. Penyediaan fasilitas pengolahan dan
pemrosesan akhir sampah dilakukan melalui tahapan perencanaan, pembangunan,
pengoperasian dan pemeliharaan. Pembangunan fasilitas pengolahan dan
pemrosesan akhir meliputi kegiatan konstruksi, supervisi, dan uji coba
14
BAB III
GAMBAR UMUM WILAYAH STUDI
15
3.2 Jumlah Penduduk Wilayah Sampling
Berdasarkan data kependudukan yang diperoleh dari kelurahan Desa
Lampaseh Kota pada bulan Desember 2017 tercatat sebanyak 1967 jiwa dengan luas
wilayah 331,000 m² atau 33,1 Ha. Terdiri dari lima dusun yaitu dusun Masjid, dusun
Mina, dusun Muhajirin, dusun Pendidikan, dan dusun Pesantren.
Berdasarkan umur dan jenis kelamin, jumlah penduduk gampong lampaseh
kota dapat dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini.
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah
NO Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan
(Orang)
(Orang) (Orang)
1 0-11 Bulan - - -
2 1-5 Tahun 66 71 137
3 5-6 Tahun 57 65 122
4 7-12 Tahun 95 105 200
5 13-15 Tahun 92 119 211
6 16-18 Tahun 102 190 292
7 19-25 Tahun 170 148 318
8 26-34 Tahun 135 147 282
9 35 – 49 Tahun 105 116 221
10 50-54 Tahun 79 108 187
11 55-59 Tahun 65 95 160
12 60-64 Tahun 60 90 150
13 65-69 Tahun 11 13 24
14 >70 Tahun - - -
(Sumber: Gampong Lampaseh kota)
16
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan jumlah (Orang)
Taman Kanak – Kanak 66
Sekolah Dasar 105
Sekolah menengah pertama 319
sekolah Menengah Atas 320
Akademi (D1-D3) 45
Sarjana (S1-S2) 70
17
Tabel 3.5 Jenis Pekerjaan Penduduk Gampong Lampaseh Kota
NO Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)
1 Karyawan
a. pegawai Negei Sipil 147
b. TNI 20
c. POLRI 20
d. Swasta 11
2 Wiraswasta 282
3 Petani 6
Buruh 6
(Sumber: Data Gampong Lampaseh Kota)
Lokasi sampling berdasarkan pada tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan
penduduk, yaitu pendapatan tinggi (high income), pendapatan sedang (medium
income), dan pendapatan rendah (low income). Secara lebih jelas wilayah studi
sampling pada praktikum ini dapat dilihat pada gambar 3.1
18
Data pemilik rumah yang disampling:
1) Rumah Pendapatan Tinggi (High income)
Nomor rumah : 58
Dusun rumah : Pesantren
Jumlah orang per rumah :6
Kepala keluarga : Alfian M Ali (70 Tahun)
Anggota keluarga : Nurasma (65 Tahun)
Azkir Ikram (10 Tahun)
Khamal Afkar (7 Tahun)
Muhammad Alif (5 Tahun)
19
20
Gambar 3.1 Peta Kawasan Studi praktikum Sampah
BAB IV
PERHITUNGAN SAMPLING
4.1.1 Proyeksi penduduk Kota Banda Aceh dari tahun 2017 ketahun 2018
Ps = JP (1 + ∆ )
Dengan:
Ps = Proyeksi penduduk
JP = Jumlah penduduk
∆ = Perubahan penduduk tiap tahun
n = Selisih tahun proyeksi
Maka, dapat diperhitungkan proyeksi penduduk tahun 2018 bedasarkan data
tahun 2017 diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh, Sehingga
diperoleh hasil proyeksi sebagai berikut:
Ps = JP (1+Δp)n
= 259,913 (1+1,96 %)
= 265,007 jiwa
Jadi total penduduk Banda Aceh pada tahun 2018 dari hasil proyeksi data
tahun 2017 adalah 265,007 jiwa.
21
4.1.2 Jumlah jiwa yang disampling
S = Cd√
Dengan:
S = Jumlah Jiwa
Cd = Koefisien Perumahan
Ps = Proyeksi penduduk
S = Cd√
= 0,5 265,007
= 257 jiwa
Jadi total orang yang di sampling adalah 257 jiwa
Dengan:
K = jumlah KK/rumah yang disampling
S = Jumlah jiwa
n = jumlah orang dalam satu rumah = 5 orang (SNI 19-3964-1994)
k=
= 52 kk/rumah
Jadi rumah yang disampling adalah 52 KK/rumah untuk kota Banda Aceh.
22
4.2 Lokasi Sampling
Lokasi sampel yang diambil berdasarkan tingkat pendapatan high income,
medium income, dan low income. Persebaran lokasi sampel berdasarkan banyak
sampel yang telah didapatkan sebelumnya. Untuk daerah sampel yang akan diambil
dari 9 kecamatan yang ada di kota Banda Aceh dihitung berdasarkan rumus berikut:
D=√
Dengan:
D = jumlah sampel kecamatan
N = jumlah kecamatan
Untuk penentuan jumlah Kecamatan yang akan disampling, menggunakan
persamaan:
D=√
Dengan:
D = jumlah sampel kecamatan
N = jumlah kecamatan
D = √9
= 3+2
=5
K =
= 17.3
= 17 rumah perkategori
23
Untuk satu desa, maka:
D = √90
= 9.4 rumah
Untuk satu desa per kategori sampel, maka:
K=
= 3 rumah/ kategori/desa
Tiga rumah ini terbagi berdasarkan pendapatan, sehingga diperoleh satu
rumah untuk pendapatan tinggi (High Income), satu rumah untuk pendapatan
menengah (Medium Income) dan satu rumah untuk pendapatan rendah (low income).
24
Tabel 4.1 Komposisi sampah dan timbulan sampah
KOMPOSISI SAMPAH
Jumlah
Komposisi Minggu
orang
Jenis
Sampah BJ Tb
dalam m (kg) Vₐ (cm³) Vĸ (cm³) FP
(Kg/L) (Kg/o/h)
rumah
Organik
Kertas 0.10 226.98 170.24 1.33 0.59 0.02
sampah makanan 0.40 3,534.29 2,827.43 1.25 0.14 0.08
sampah halaman
Rumah Bapak Alfian M Ali
25