Anda di halaman 1dari 91

MODUL PRAKTIKUM

LABORATORIUM LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, JANUARI 2013
TIM PENYUSUN versi orisinil Tahun 2011:
Irma Gusniani
Setyo Sarwanto Moersidik
Gabriel Andari Kristanto
EDITOR versi revisi Januari 2013:
Cindy Rianti Priadi
Gabriel Andari Kristanto
R.M. Sandyanto Adityosulindro
Thanti Octavianti
Licka Kamadewi

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

MANUAL KESEHATAN
DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
DI LABORATORIUM LINGKUNGAN
Keselamatan menjadi yang utama
Keamanan dalam bekerja (praktikum) di laboratorium kimia
adalah hal yang sangat penting dan merupakan tanggung jawab
setiap orang. Beberapa bahan kimia ada yang beracun, mudah
terbakar, dan bahan peledak karsinogenik sehingga setiap orang
harus memiliki pengetahuan dasar dan memahami sifat-sifat bahan
kimia dan peralatan yang berada di laboratorium. Semua orang harus
menyadari jenis risiko dan kecelakaan yang mungkin akan terjadi
serta kerugian atau luka-luka yang dapat diakibatkan oleh
ketidaktahuan atau rasa tidak bertanggung jawab dari tiap mahasiswa
atau akibat perencanaan yang tidak baik, ketidaktahuan akibat sikap
acuh tak acuh dan kurang peduli.
Peraturan umum yang harus diketahui oleh semua yang bekerja di
laboratorium adalah:
1. Tiap mahasiswa, sebelum memulai praktikum harus MEMBACA
DAN MENYETUJUI peraturan laboratorium.
2. Harap diperhatikan bahwa keselamatan bekerja di laboratorium
merupakan suatu hal yang sangat serius. Mahasiswa tidak
diperbolehkan melakukan praktikum jika tidak mau mematuhi
peraturan laboratorium.
A. Peraturan Keselamatan
1. Lepaskan lensa kontak sebelum memulai pekerjaan
laboratorium.
2. Gunakan sarung tangan selama melakukan praktikum yang
mengharuskan penggunaan sarung tangan.
3. Bekerjalah dengan hati-hati saat bekerja dengan bahan
kimia untuk mencegah terjadinya kontak bahan kimia
dengan kulit atau pakaian.
4. Perhatikan aturan pemakaian asam. Asam memiliki
tekanan uap yang tinggi sehingga mudah menguap dan
berbahaya. Lakukan langkah berikut jika bekerja dengan
menggunakan asam:
i

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

5.

6.
7.

8.

9.
10.

11.

12.

13.

Jika menggunakan asam pekat, maka semua kegiatan


yang berhubungan dengan asam dilakukan di dalam
ruang asam.
- Dalam pencampuran atau dilusi asam, masukan pelarut
terlebih dahulu (misal air), kemudian asam.
PERHATIAN: Jangan lakukan sebaliknya (asam
terlebih dahulu kemudian pelarut) karena akan
menyebabkan reaksi eksplosif dan menyebabkan
cipratan korosif.
Jangan pernah meninggalkan pekerjaaan yang belum
selesai tanpa pengawasan. Beritahu petugas atau asisten
laboratorium
jika
terpaksa
harus
meninggalkan
laboratorium.
Bersihkan bahan-bahan kimia yang tumpah atau tercecer
secepatnya.
Jangan gunakan peralatan yang sama untuk bahan kimia
yang berbeda dan tutup kembali bahan kimia setelah selesai
menggunakannya
untuk
menghindari
terjadinya
kontaminasi.
Lakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan, misal jangan memipet bahan kimia atau sampel
dengan cara menghisap.
Tanyakan pada asisten atau petugas laboratorium jika raguragu dalam melakukan prosedur praktikum.
Gunakan semua peralatan listrik dan pemanas secara hatihati untuk mencegah bahaya kebakaran atau hubungan arus
pendek.
Setiap orang harus mengetahui letak alat pemadam api (fire
extinguisher), pintu keluar (exit door) dan pintu darurat
(emergency exit door).
Jangan membersihkan atau menangani pecahan peralatan
gelas dengan tangan tetapi gunakan sapu atau penghisap
debu.
Matikan seluruh peralatan yang berhubungan dengan listrik
jika pekerjaan/praktikum selesai dilakukan, simpan alat
tersebut pada tempatnya semula dan bersihkan area bekerja
masing-masing.
ii

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

14. Cucilah tangan setelah selesai praktikum.


15. Laporkan seluruh kecelakaan mayor atau minor kepada
asisten atau petugas laboratorium secepatnya.
B.

Fasilitas Keselamatan
Laboratorium dilengkapi dengan beberapa peralatan atau
fasilitas keselamatan. Mahasiswa yang bekerja di laboratorium harus
mengenal lokasi penyimpanan dan cara menggunakannya dengan
baik.
1. Fire extinguisher
Gunakan CO2 fire extinguisher untuk memadamkan api kecil
yang terjadi akibat kecelakaan kebakaran oleh bahan kimia.
Pemadam api halohydrocarbon hanya digunakan bila tidak ada
bahan kimia.
2. Kotak P3K
Dapat digunakan jika terjadi kecelakaan kecil (minor) pada saat
bekerja di laboratorium.
C. Pakaian Personal
1. Gunakan jas laboratorium yang berfungsi untuk melindungi
pakaian dan tubuh agar tidak berkontak dengan bahan
kimia atau bahan lainnya selama melakukan praktikum.
2. Hindari memakai pakaian yang terlalu panjang untuk
menghindari kontak dengan bahan-bahan kimia.
3. Bagi mahasiswa/i yang berambut panjang agar mengikat
rambutnya ke belakang sehingga tidak mengganggu pada
saat bekerja/praktikum.
4. Sebaiknya tidak menggunakan perhiasan di tangan, selain
mengganggu saat bekerja, perhiasan tersebut dapat rusak
jika berkontak dengan bahan kimia.
5. Gunakan sepatu yang menutupi jari-jari kaki sehingga
melindungi tumpahan atau ceceran kimia. Tidak diizinkan
menggunakan sandal atau sepatu hak tinggi di dalam
laboratorium.

iii

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

D. Peralatan dan Alat-alat Gelas


1. Perlakukan peralatan yang terbuat dari gelas dengan baik
dan hati-hati karena mudah pecah dan tempatkan di lokasi
yang aman. Jangan letakkan peralatan di pinggir meja.
2. Peralatan gelas yang pecah dapat mengakibatkan luka jika
tidak diperlakukan secara hati-hati dan jangan gunakan
peralatan dari gelas yang sudah pecah atau rusak.
3. Apabila pekerjaan/praktikum telah selesai dilakukan,
kosongkan peralatan gelas yang dipergunakan selanjutnya
dicuci dan dibilas sampai bersih dan kembalikan kepada
petugas/asisten laboratorium.
E.

Benda Milik Perseorangan


Barang-barang milik pribadi tidak dibenarkan diletakkan atau
ditempatkan di lantai atau meja kerja laboratorium. Simpanlah di
tempat yang telah disediakan.
Kepala Laboratorium
Program Studi Teknik Lingkungan
Sub-Lab Laboratorium Lingkungan
Departemen Teknik Sipil-FTUI

iv

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

TATA TERTIB PRAKTIKUM


LABORATORIUM LINGKUNGAN (ENEV 600007)
Praktikum Laboratorium Lingkungan merupakan bagian dari
mata ajaran Laboratorium Lingkungan (ENEV 600007) yang wajib
diikuti oleh seluruh mahasiswa/i Program Studi Teknik Lingkungan,
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Selama mengikuti praktikum mahasiswa akan selalu
berhubungan dengan bahan kimia. Untuk mencegah hal-hal yang
tidak diinginkan, mahasiswa diharuskan mentaati tata tertib
praktikum yang telah ditetapkan dan menjalankan petunjuk yang
diberikan oleh asisten laboratorium.
A. Tata Tertib Umum Praktikum
1. Selama praktikum berlangsung, seluruh praktikan :
Dilarang makan, minum, merokok, atau memasukkan
benda-benda ke dalam mulut
Dilarang meninggalkan laboratorium tanpa seijin asisten
Dilarang
melakukan
suatu
prosedur
tanpa
sepengetahuan dan persetujuan asisten
Dilarang berbuat gaduh, bercanda, membahayakan, dan
mengganggu jalannya praktikum
2. Praktikan harus mengisi dan menandatangani formulir
peminjaman alat sesuai dengan kebutuhan sebelum
memulai kegiatan praktikum.
3. Praktikan harus mengembalikan peralatan dan formulir
peminjaman alat setelah selesai praktikum yang selanjutnya
akan dicek kelengkapan dan kondisinya terlebih dahulu
oleh asisten atau petugas laboratorium.
4. Apabila praktikan melakukan kelalaian seperti merusak
atau memecahkan alat, maka praktikan tersebut wajib
menggantinya dengan alat yang sesuai dengan spesifikasi
aslinya dan sebelum penggantian terlaksana maka nilai
mata kuliah Laboratorium Lingkungan praktikan tersebut
akan ditangguhkan.

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

5.

6.

Seluruh praktikan bertanggung jawab terhadap kebersihan


dan keamanan ruangan praktikum serta alat-alat yang
digunakan. Setelah praktikum, praktikan diharuskan
membersihkan meja dan merapihkan meja praktikum
masing-masing.
Praktikan yang tidak mematuhi aturan tata tertib praktikum
ini tidak akan diperkenankan melanjutkan kegiatan
praktikum.

B.

Teknis Penyelenggaraan Praktikum


Setiap penyelenggaraan praktikum akan memiliki komponen
kegiatan sebagai berikut :
Penyerahan Bagan Praktikum (perorangan) dan mindmap
(perorangan): diserahkan H-2 praktikum ke asisten kelompok
Pengarahan awal praktikum: dilakukan oleh asisten terhadap
praktikan H-2 (pada saat penyerahan bagan dan mindmap)
Tes Pendahuluan dan pengarahan akhir: dilakukan sebelum
penyelenggaraan tiap bab
Kegiatan Praktikum (KP): dilakukan selama penyelenggaraan tiap
bab
Penjelasan Laporan: dilakukan setelah penyelenggaraan tiap bab
Pembuatan Laporan (perkelompok): dilakukan setelah prosesproses diatas selesai
Presentasi Laporan: dilakukan di akhir penyelenggaraan
praktikum, dimana satu kelompok akan mempresentasikan satu
bab yang ditentukan oleh staf pengajar
Berikut adalah penjelasan untuk masing-masing komponen
kegiatan praktikum Laboratorium Lingkungan:
1. Setiap peserta praktikum wajib membuat dan mengumpulkan
Bagan Praktikum dan mindmap H-2 praktikum yang diserahkan
ke asisten kelompok.
Garis Besar Bagan Praktikum untuk tiap Bab
a. Tujuan Praktikum
b. Teori Dasar (1/2 halaman)

vi

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

c. Alat dan Bahan


d. Cara Kerja (dalam bentuk gambar)
e. Tabel Pengamatan (data hasil pengamatan ditulis
pada tabel tersebut)
f. Tanda tangan persetujuan dari asisten/petugas
laboratorium
Sedangkan, mindmap merupakan ringkasan dalam bentuk
skema untuk setiap Bab yang bahannya telah ditetapkan oleh staf
pengajar (pada butir terakhir di tiap Bab). Mindmap yang baik
memuat secara rinci informasi yang terdapat di referensi,
dilengkapi gambar/ simbol untuk memudahkan pemahaman, dan
berwarna. Mindmap tidak harus diketik, melainkan boleh ditulis
tangan dan dibuat semenarik mungkin dengan informasi yang
padat.
2. Teknis Pelaksanaan Tes Pendahuluan :
Dilakukan sebelum memulai setiap Bab Praktikum dan wajib
diikuti oleh seluruh praktikan tanpa kecuali
Terdiri atas 2 - 4 soal dengan durasi 10 - 15 menit tiap tes
dengan sifat ujian tutup-buku
Materi tes meliputi: tujuan praktikum, alat dan bahan,
prosedur praktikum, rumus-rumus yang mendasari praktikum
serta teori dasar kimia yang berhubungan dengan modul
tersebut. Tes tidak ditekankan pada soal yang menggunakan
perhitungan (tergolong rumit) mengingat keterbatasan waktu
3. Teknis Pelaksanaan Pengarahan :
Pengarahan diberikan oleh asisten penanggung jawab
kelompok yang bersangkutan sebelum praktikum dilakukan
tepat setelah tes pendahuluan dilaksanakan
Pengarahan wajib diikuti oleh seluruh anggota kelompok, atau
dalam keadaan terpaksa diperbolehkan dengan izin asisten
penanggung jawab hanya perwakilan tiap kelompok

vii

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Materi Pengarahan meliputi: pengenalan alat dan bahan,


prosedur lengkap praktikum, proses pengambilan data serta
bila perlu tindakan antisipasi terhadap kemungkinan kerusakan
alat, kegagalan prosedur dan hal lain yang dipandang perlu
Apabila dirasakan perlu, pengarahan akan dilakukan sebelum
praktikum oleh staf pengajar/penanggung jawab praktikum
4. Teknis Pelaksanaan Kegiatan Praktikum :
Dilakukan selama pelaksanaan setiap modul dan wajib diikuti
oleh seluruh praktikan tanpa kecuali
Seluruh prosedur yang dilakukan oleh praktikan harus
sepengetahuan dan sesuai dengan instruksi asisten penanggung
jawab modul tersebut
Setiap kali melakukan kegiatan praktikum, setiap kelompok
praktikan wajib membawa peralatan sebagai berikut :
~ Tisu atau kain lap
~ Alas titar untuk titrasi
Tidak diperkenankan saling meminjam peralatan dengan
kelompok praktikan lain
C. Teknis Pembuatan Laporan
1. Laporan harus dibuat di atas kertas A4 (8.27 x 11.69 atau
210 x 297 mm) dengan dicetak bolak-balik atau dicetak
pada kertas bekas.
2. Diketik rapi 1 spasi dengan menggunakan standar
pengetikan Microsoft Word.
3. Huruf yang boleh digunakan harus salah satu dari dua jenis
berikut :
Times New Roman - 12 points
Arial - 11 points
4. Laporan tidak perlu dijilid lakban, melainkan cukup di
stapler dengan rapi.
5. Masing-masing laporan berisi hasil dari masing-masing
Bab dimana kerangka dan isi laporan dibuat sesuai

viii

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

6.

7.

8.

kegiatan setiap Bab praktikum yang harus sesuai dengan


ketentuan berikut :
Judul Bab Praktikum
1. Tujuan Praktikum (keseluruhan Bab Praktikum)
2. Teori Dasar (2-3 halaman)
3. Alat dan Bahan (keseluruhan Bab Praktikum)
4. Cara Kerja (dalam kalimat pasif)
5. Pengolahan Data (keseluruhan Bab Praktikum)
6. Analisis/Pembahasan (keseluruhan Bab Praktikum)
7. Kesimpulan dan Saran (keseluruhan Bab Praktikum)
8. Lampiran-lampiran (keseluruhan Bab Praktikum)
Laporan harus diserahkan ke asisten penanggung jawab
sebelum dilaksanakan Tes Pendahuluan praktikum
selanjutnya.
Laporan menjadi persyaratan keikutsertaan praktikan dalam
kegiatan praktikum selanjutnya. Laporan yang terlambat
atau tidak memenuhi syarat dapat ditolak.
Praktikan dilarang melakukan kecurangan seperti
menjiplak laporan, kecurangan saat ujian tertulis atau
memalsukan data. Kecurangan berakibat pembatalan nilai
praktikum (sama dengan nol)!

D. Keterlambatan Atau Ketidakhadiran


Praktikan yang terlambat mengikuti suatu modul sampai dengan
sebelum tes awal berakhir hanya dapat mengikuti praktikum tersebut
dengan persetujuan dosen penanggung jawab mata kuliah.
Apabila ada praktikan yang berhalangan karena sebab khusus
(sakit, kecelakaan, dll.) dapat mengikuti modul yang tidak diikutinya
dengan terlebih dahulu melaporkan diri kepada kepala laboratorium
TPL, dosen penanggung jawab mata kuliah atau koordinator asisten
serta kepada asisten penanggung jawab modul yang bersangkutan
dengan melampirkan surat keterangan resmi (asli). Jadwal susulan
akan dibuat kemudian dengan izin dari kepala laboratorium. Begitu
pula jika peserta berhalangan hadir pada saat pelaksanaan ujian
akhir, peserta tersebut harus melaporkan diri kepada kepala

ix

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

laboratorium, koordinator asisten, dan asisten penanggung jawab


kelompok dengan melampirkan surat keterangan resmi (asli). Ujian
susulan beserta teknis pelaksanaannya akan diadakan dan diatur
dengan izin kepala laboratorium.

Kepala Laboratorium
Program Studi Teknik Lingkungan
Sub-Lab Laboratorium Lingkungan
Departemen Teknik Sipil-FTUI

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

DAFTAR ISI
MANUAL KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) .........i
TATA TERTIB PRAKTIKUM ...............................................................v
DAFTAR ISI ..........................................................................................xi
BAB 1 PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH
TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH ..........................................1
MODUL 1.1: Timbulan dan Komposisi Sampah ....................................4
MODUL 1.2: Pengukuran Nilai Kalori Sampah .....................................6
BAB 2 ZAT PADAT BERDASARKAN METODE GRAVIMETRI ..11
MODUL 2.1: Sedimentasi Diskrit dan Total Solid (TS) .......................14
MODUL 2.2: Total Suspended Solid (TSS) dan Total Dissolved Solid
(TDS) .....................................................................................................16
MODUL 2.3: Volatile Suspended Solid (VSS)......................................18
BAB 3 PENGAMBILAN CONTOH AIR ............................................22
MODUL 3.1: Pengambilan Contoh Air Danau .....................................26
BAB 4 JAR TEST .................................................................................31
MODUL 4.1: Penentuan Rentang Dosis Koagulasi ..............................36
MODUL 4.2: Koagulasi, Flokulasi, dan Sedimentasi ...........................36
BAB 5 SEDIMENTASI TIPE 2 ............................................................42
MODUL 5.1: Pengukuran Kekeruhan dan TSS ....................................47
MODUL 5.2: Pembuatan Kurva Pengendapan .....................................50
BAB 6 PENGOLAHAN BIOLOGIS DALAM TEKNIK
LINGKUNGAN ....................................................................................56
MODUL 6.1: Pengolahan Zat Organik (BOD dan COD) .....................61
MODUL 6.2: Perhitungan Produksi Lumpur (TSS dan VSS) ..............62
BAB 7 ANALISIS KLOR AKTIF ........................................................69
MODUL 7.1: Penentuan Breakpoint Chlorination (BPC) ....................73
MODUL 7.2: Pengaruh Waktu Kontak Terhadap Desinfeksi ...............75

xi

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

BAB 1
PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH
TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH
1. Maksud dan Tujuan
Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi
penyelenggara pembangunan dalam melakukan pengambilan dan
pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah untuk suatu
bangunan. Tujuan dari metode ini adalah untuk mendapatkan besaran
timbulan sampah yang digunakan dalam perencanaan pengelolaan
sampah.
2. Ruang Lingkup
Metode ini berisi cara pelaksanaan pengambilan dan
pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah untuk suatu
gedung/fasilitas.
3. Dasar Teori
Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, limbah padat didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan,
timbulan limbah padat adalah jumlah atau banyaknya limbah padat
yang dihasilkan oleh manusia pada suatu daerah. Limbah padat yang
dihasilkan dapat dibedakan berdasarkan komposisi dan sumbernya.
Hal ini dinyatakan dengan persentase (%) berat atau volume dari
limbah padat tersebut.
Sedangkan bila dilihat dari sumbernya, limbah padat perkotaan
dikategorikan dalam beberapa kelompok, yaitu (Tchobanoglous et
al., 1993):
1. Limbah padat pemukiman
Limbah padat pemukiman berasal dari hasil kegiatan rumah
tangga. Kelompok ini meliputi rumah tinggal yang ditempati
oleh sebuah keluarga atau sekelompok rumah yang berada

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

2.

3.

4.

5.

6.

7.

dalam suatu kawasan pemukiman, maupun unit rumah tinggal


yang berupa rumah susun.
Limbah padat komersial
Limbah padat komersial berasal dari hasil aktivitas pusat kota,
seperti kantor, toko, restoran, pasar, hotel, motel, dan bengkel.
Pada umumnya limbah padat dari sumber ini mirip dengan
limbah padat domestik, namun memiliki komposisi yang
berbeda.
Limbah padat institusional
Limbah padat institusional berasal dari hasil aktivitas institusi,
seperti pusat pemerintahan, sekolah, penjara, dan rumah sakit.
Khusus untuk limbah padat rumah sakit ditangani dan diproses
secara terpisah dengan limbah padat lain.
Limbah padat konstruksi
Limbah padat konstruksi berasal dari hasil aktivitas konstruksi,
seperti limbah padat dari lokasi pembangunan konstruksi,
perbaikan jalan, dan perbaikan bangunan.
Limbah padat pelayanan umum
Limbah padat pelayanan umum berasal dari hasil aktivitas
pelayanan umum, seperti pembersihan dan penyapuan jalan,
tempat rekreasi, tempat olah raga, tempat ibadah, tempat parkir,
taman, dan saluran drainase kota.
Limbah padat instalasi pengolahan
Limbah padat instalasi pengolahan berasal dari hasil aktivitas
instalasi pengolahan, seperti instalasi pengolahan air bersih, air
kotor, dan limbah industri yang menghasilkan lumpur.
Karakteristik dari instalasi pengolahan tergantung pada proses
pengolahannya.
Limbah padat industri
Limbah padat industri berasal dari hasil aktivitas pabrik,
konstruksi, industri ringan dan berat, instalasi kimia, dan pusat
pembangkit tenaga.

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

8. Limbah padat pertanian dan peternakan


Limbah padat pertanian dan peternakan berasal dari hasil
aktivitas pertanian dan peternakan, seperti kegiatan penanaman
dan pemanenan serta kegiatan pemotongan hewan.
Tabel 1. Sumber dan jenis limbah padat

Sumber Penghasil
Limbah Padat
Pemukiman
Komersial
Institusional
Konstruksi
Pelayanan Umum
Instalasi Pengolahan
Industri
Pertanian dan
Peternakan

Jenis Limbah Padat


Sisa makanan, kertas, karton/kardus, plastik,
tekstil, limbah padat taman, kayu, kaca,
kaleng, aluminium, logam lainnya, dan debu
Kertas, karton/kardus, plastik, kayu, sisa
makanan, kaca, logam, dan limbah berbahaya
Kertas, karton/kardus, plastik, kayu, sisa
makanan, kaca, logam, dan limbah berbahaya
Kayu, baja, beton, dan tanah
Penyapuan jalan, tempat parkir, pantai, dan
tempat rekreasi
Lumpur hasil pengolahan
Sisa material, sisa makanan, debu, limbah
padat konstruksi, dan limbah berbahaya
Limbah padat pertanian dan peternakan, serta
limbah berbahaya

Sumber: Tchobanoglous et al., 1993

4. Alat
Timbangan 100 kg, 20 kg, dan 5 kg. Timbangan 100 kg
diperlukan untuk menimbang limbah padat kotak pengukur
kayu. Sedangkan timbangan 20 kg dan 5 kg diperlukan
untuk mengukur limbah padat yang telah dipilah
berdasarkan komposisinya.
Kotak kayu berukuran 0,5 m x 0,5 m x 0,5 m. Kotak kayu
digunakan untuk mengukur volume limbah padat.

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Terpal berukuran 2 m x 3 m sebanyak 2 buah. Terpal


digunakan sebagai alas saat melakukan pemilahan masingmasing sumber.
Wadah plastik sebanyak 6 buah. Wadah plastik digunakan
untuk menampung limbah padat yang telah dipilah
berdasarkan komposisinya.

Gambar 1. Kotak pengukur kayu

5. Cara Kerja
Praktikum pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan
komposisi sampah ini terdiri dari 2 modul.

MODUL 1.1: Timbulan dan Komposisi Sampah


Tujuan:
Untuk menentukan berat jenis, timbulan, dan komposisi sampah
suatu institusi.
Penentuan timbulan sampah:
1. Tentukan lokasi dan waktu pengambilan sampah pada
suatu gedung/ fasilitas. Penentuan lokasi dan waktu
pengambilan sampel sampah harus disesuaikan sehingga
dapat mewakili kegiatan pada institusi tersebut. Jika pada
pengambilan sampel, tidak dapat ditemukan lokasi yang
mewakili sampah yang dihasilkan pada institusi tersebut

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

secara keseluruhan, maka timbulan sampah tidak dapat


dihitung.
Catatan:
Sampling sesuai dengan SNI 19.3964.1994 dilakukan 8
hari berturut-turut secara bergantian. Setiap kelompok
hanya akan melakukan sampling sampah satu hari dan
pada satu lokasi. 16 kelompok praktikum ditugaskan untuk
melakukan sampling sampah di 2 lokasi yang berbeda
jenis aktivitasnya. Contoh: perpustakaan pusat UI sebagai
penghasil limbah institusi dan asrama UI sebagai
penghasil limbah domestik.
Survei pendahuluan dilakukan oleh asisten dan praktikan
untuk mengetahui lokasi dan waktu pengambilan sampel
yang representatif.
2.
3.
4.

5.
6.
7.

Kotak pengukur kayu yang akan dijadikan sebagai wadah


sampah ditimbang.
Masukkan sampah yang berasal dari lokasi terpilih ke
kotak pengukur.
Hentakkan kotak pengukur kayu 3 kali dengan
mengangkatnya setinggi 20 cm lalu dijatuhkan ke tanah.
Dengan demikian sampah terpadatkan dan dapat diukur
volumenya
Ukur dan catat volume limbah padat (Vs).
Timbang dan catat berat limbah padat (Bs).
Hitung berat jenis sampah dan timbulan sampah.

Penentuan komposisi sampah:


1. Sampah yang berada dalam kotak pengukur dituang keatas
terpal yang telah dibentangkan. Pastikan bahwa berat
sampah tersebut 91 sampai 136 kg agar mewakili kegiatan
gedung/ fasilitas tersebut.

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

2.

3.
4.

Pilah sampel berdasarkan komposisi sampah (jenis sampah


yang dipilah dapat dlihat pada formulir pengambilan
contoh).
Timbang dan catat berat setiap komposisi sampah.
Hitung komposisi sampah dalam % berat basah.

MODUL 1.2: Pengukuran Nilai Kalori Sampah


Tujuan:
Untuk menentukan nilai kalori sampah dengan mengukur
jumlah panas yang dihasilkan oleh suatu bahan akibat terjadinya
reaksi/proses pembakaran.
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.

8.

Padatkan dan potong sampah kecil-kecil seperti ukuran


pellet.
Pastikan bomb calorimeter yang akan digunakan dalam
keadaan bersih dan kering.
Setelah bomb calorimeter siap, hidupkan alat bomb
calorimeter tersebut.
Masukkan sampel yang akan diukur nilai kalornya pada
cawan bomb calorimeter. Kemudian pasang potongan
kawat pijar yang terukur panjangnya dan pastikan
menempel dengan sampel.
Nilai kalor diketahui dengan membaca setiap kenaikan
temperatur air yang ada dalam alat bomb calorimeter.
Ukur temperatur setiap lima menit setelah bomb
dihidupkan. Data temperatur diambil setiap menitnya.
Hentikan pengambilan data bila dalam enam kali
pencatatan menunjukkan angka yang sama. Pada kondisi
tersebut diduga sudah tidak terjadi lagi proses pelepasan
kalor dari sampel.
Setelah data temperatur sudah konstan, bongkar bomb
calorimeter dan ukur sisa kawat pijar. Kawat pijar yang
terbakar dapat diketahui dengan mengurangkan kawat yang

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

terbakar dengan panjang kawat mula -mula. Setiap 1 cm


kawat yang terbakar membutuhkan energi 2,3 kalori.
6. Perhitungan
W
V
BJ x V
Timbulan sampah =
n

Berat jenis sampah (BJ) =

Keterangan:
BJ = Berat jenis sampah (kg/L)
W = Berat sampah pada kotak pengukur (kg)
V = Volume sampah pada kotak pengukur (L)
V = Volume sampah yang dihasilkan pada satu fasilitas,
misalnya dilihat dari volume kontainer (L/hari)
n = Jumlah orang yang beraktivitas pada fasilitas tersebut
(orang)
Komposisi sampah =

A
x 100%
W

Keterangan:
A = Berat komponen sampah tertentu, misal: kertas (kg)
W = Berat sampah pada kotak pengukur (kg)

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

7. Pelaporan
Tabel 2. Formulir pengambilan contoh
Identifikasi contoh
Petugas pengambil contoh
Tanggal
Waktu
Lokasi
Kriteria lokasi
Kondisi cuaca
(A) Berat sampah (kg)
(B) Volume sampah (L)
(C) Berat jenis sampah (kg/L)

(A/B)

(D) Volume sampah satu


institusi (L/hari)
(E) Jumlah orang yang
beraktivitas (orang)
(F) Timbulan sampah
(kg/orang/hari)
Komposisi sampah:
1.
2.
3.
4.

5.
6.

(CxD/E)
Berat (kg)

Kardus
Koran/majalah
Hvs dan kertas yang
dihancurkan
Kertas lain selain kardus,
koran/majalah dan HVS
(termasuk map coklat,
kemasan minuman
kertas, tisu)
Botol/gelas plastik
Plastik selain botol/gelas
plastik (termasuk
kemasan pembungkus

Persentase (%)

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

makanan (coklat, mika


plastik, kresek, ember)
Logam
Kaleng
Kaca/gelas
Styrofoam
Kayu
Tekstil
Karet
Gabus
B3 dan lainnya
TOTAL

8. Diskusi dan Pembahasan


Laporan praktikum mencakup hasil pengamatan (formulir
pengambilan contoh) disertai diskusi dan pembahasan mengenai:
1. Perbandingan data dengan kelompok lain pada lokasi yang
sama. Lakukan analisis variasi data dari rata-rata 8 hari (berat
jenis, timbulan, dan komposisi sampah) yang terjadi dan
penyebabnya.
2. Perbandingan data (berat jenis, timbulan, dan komposisi
sampah) antara dua lokasi pengambilan contoh yang berlainan
yang dikerjakan oleh kelompok lain. Lakukan analisis
perbedaan yang terjadi.
9. Kesalahan yang sering terjadi
1. Pemilihan lokasi yang tidak representatif.
2. Berat jenis sampah menjadi bias akibat terkena hujan atau
kondisi eksternal lainnya.
3. Pengambilan contoh tidak disesuaikan dengan jadwal
pengangkutan.
4. Pengambilan contoh dari hari ke hari tidak seragam
jadwalnya.

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

10. Daftar Pustaka


ASTM International (2003). Standard Test Method for
Determination of the Composition of Unprocessed Municipal
Solid Waste. In: ASTM D 5231 92. American Society for
Testing and Materials. US.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). (1994).
SNI 19.3964.1994: Metode Pengambilan dan Pengukuran
Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.
Tchobanoglous, G., Theisen, H. & Vigil, A. A. (1993).
Integrated Solid Waste Management: Engineering Principles
and Management Issues. Singapore: McGraw-Hill Co.
Tugas:
Mindmap Bab 3 (hal. 39-67) dan Bab 4 (hal. 69-97)
Tchobanoglous, G., Theisen, H. & Vigil, A. A. (1993). Integrated
Solid Waste Management: Engineering Principles and Management
Issues. Singapore: McGraw-Hill Co.

10

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

BAB 2
ZAT PADAT BERDASARKAN METODE GRAVIMETRI
1. Ruang Lingkup
Metode ini digunakan untuk menentukan konsentrasi total solid
(TS), total suspended solid (TSS), total dissolved solid (TDS), dan
volatile suspended solid (VSS) secara gravimetri.
2. Istilah dan definisi
Total solid (total padatan) adalah semua bahan yang
terdapat dalam contoh air setelah dipanaskan pada suhu
103o-105oC selama tidak kurang dari 1 jam.
Total suspended solid (total padatan tersuspensi) adalah
residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan
dengan ukuran partikel maksimal 2,0 m atau lebih besar
dari ukuran partikel koloid.
Total dissolved solid (total padatan terlarut) adalah semua
bahan dalam contoh air yang lolos melalui saringan
membran yang berpori 2,0 m atau lebih kecil dan
dipanaskan 180o C selama 1 jam.
Volatile suspended solid (VSS) adalah jumlah padatan
yang menguap dari TSS yang sudah dipanaskan pada suhu
550o C.

11

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Berikut merupakan gambar hubungan antara TS, TSS, TDS, dan


VSS.

Gambar 2. Bagan hubungan antara TS, TSS, TDS, dan VSS

3. Prinsip pengukuran
Prinsip analisis total solid (TS)
Sampel dalam cawan diuapkan dan dikeringkan dalam
oven pada suhu 105o C, sampai beratnya konstan. Berat residu
di dalam cawan adalah zat padat total.
Prinsip analisis total suspended solid (TSS)
Bila zat padat dalam sampel dipisahkan dengan
menggunakan filter kertas atau filter fiber glass (serabut kaca)
dan kemudian zat padat yang tertahan pada filter dikeringkan
pada suhu 105o C. Maka berat residu sesudah pengeringan
adalah zat padat tersuspensi.

Prinsip analisis total suspended solid (TDS)


Zat padat terlarut yaitu zat padat yang lolos filter pada
analisis zat padat tersuspensi sehingga analisis zat padat terlarut
dapat merupakan kelanjutan analisis zat padat tersuspensi.
Larutan yang mengandung zat terlarut, yang lolos filter ~ 2.0
m tersebut, kemudian diuapkan dan dikeringkan pada suhu

12

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

105oC. Residu yang tertinggal merupakan garam-garam yang


lebih dulu terlarut dan juga sedikit zat padat koloidal.
Prinsip padatan volatile suspended solid (VSS)
Apabila zat padat tersuspensi yang ditetapkan sesuai
metode yang diuraikan pada bagian diatas, dibakar pada suhu
550o C, maka bagian yang habis terbakar dinyatakan sebagai zat
padat tersuspensi organis, dan residu yang tersisa dinyatakan
sebagai zat padat tersuspensi inorganis.
4. Alat dan Bahan

Alat:

Desikator yang berisi silika gel


Oven
Saringan vakum
Timbangan analitik
Imhoff cone
Pipet volum
Gelas ukur
Cawan porselen/cawan gooch
Penjepit
Pompa vacuum
Tungku Pembakar (furnace)

Gambar 3. Cawan porselen

Gambar 4. Desikator

Bahan:

Kertas saring (glass-fiber filter) dengan beberapa jenis:


Whatman Grade 934 AH, dengan ukuran pori (particle
retention) 1,5 m ( Standard for TSS in water analysis)

13

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Gelman type A/E, dengan ukuran pori (particle


retention) 1,0 m ( Standard filter for TSS/TDS testing
in sanitary water analysis procedures)
E-D Scientific Specialities grade 161 (VWR brand
grade 161) dengan ukuran pori (particle retention)1,1
m ( Recommended for use in TSS/TDS testing in water
and wastewater)
Saringan dengan ukuran pori 0,45 m
Air suling
Sampel air

5. Cara Kerja dan Perhitungan


Praktikum pengujian zat padat dengan metode gravimetri ini
terdiri dari 3 modul.

MODUL 2.1: Sedimentasi Diskrit dan Total Solid (TS)


Tujuan:
Untuk menentukan jumlah settleable solids dan konsentrasi
total solid pada sampel.
Sedimentasi Diskrit
1. Siapkan sampel sebanyak 1000 mL.
2. Tuangkan 1000 ml contoh ke dalam imhoff cone.
3. Jalankan stopwatch, catat perolehan partikel dalam mL solid/
L yang terkumpul didasar tabung setiap menit ke- 5, 10, 15,
20, 30, 45.
4. Setelah 45 menit, aduk perlahan sisi tabung dengan
pengaduk kaca atau putar perlahan tabung.
5. Diamkan sampel selama 15 menit (menit ke-60).
6. Catat volume partikel pada dasar tabung untuk menit ke-60.
Jika ada rongga yang terbentuk pada kumpulan partikel di
dasar kerucut maka volumenya harus diperkirakan.
7. Ambil 50-100 mL sampel pada bagian permukaan imhoff
cone, untuk pengukuran TS.

14

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

8. Ambil 100 ml sampel untuk pengukuran TSS, TDS, dan


VSS.
Total Solid
Persiapan untuk penguapan
1. Panaskan cawan penguapan yang bersih selama 103o-105o C
1 jam.
2. Diamkan dan dinginkan cawan dalam desikator, kemudian
timbang hingga berat tetap.
Analisis Contoh
1. Masukan 50-100 mL sampel yang telah dipipet dari imhoff
cone ke dalam cawan volume contoh uji. Volume sampel
disesuaikan agar padatan tersuspensi yang ditimbang tidak
lebih besar dari 200 mg.
2. Uapkan contoh uji yang ada dalam cawan sehingga kering
pada penangas air.
3. Masukkan cawan yang berisi padatan total yang sudah kering
ke dalam oven pada suhu 103oC-105oC selama 1 jam.
4. Pindahkan cawan dari oven dengan penjepit, dinginkan
dalam desikator.
5. Timbang sampai diperoleh berat tetap.
Perhitungan
mg TS per liter =

(A-B) x 1000
volume contoh / sample (mL)

dimana:
A = berat cawan + residu sesudah pemanasan 105oC (mg)
B = berat cawan kosong sesudah pemanasan 105oC (mg)

15

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

MODUL 2.2: Total Suspended Solid (TSS) dan Total


Dissolved Solid (TDS)
Tujuan:
Untuk menentukan konsentrasi total suspended solid dan total
dissolved solid pada sampel.
Persiapan untuk Penguapan
1. Untuk TSS, panaskan cawan dan filter kosong pada 105oC
selama minimal 1 jam.
2. Diamkan dan dinginkan cawan dalam desikator, kemudian
timbang hingga berat tetap.
3. Untuk TDS, panaskan cawan penguapan yang bersih pada
180oC selama minimal 1 jam.
4. Diamkan dan dinginkan cawan dalam desikator, kemudian
timbang hingga berat tetap.
Pemilihan Saringan dan Volume Contoh
Penimbangan padatan terlarut total tidak boleh lebih dari
200 mg. Residu yang berlebihan dalam saringan dapat
mengering, membentuk kerak dan dapat menjebak air, untuk itu
perlu dibatasi contoh uji agar tidak menghasilkan residu lebih
dari 200 mg.
Oleh karena itu, perkirakan volume contoh yang akan
menghasilkan residu kering sebanyak 2,5-200 mg. Jika lebih
dari 10 menit penyaringan belum selesai, gunakan saringan
yang lebih besar atau dikurangi volume contohnya.
Analisis Contoh
1. Pasang filter yang telah dipanaskan pada saringan vakum.
2. Masukan 100 mL sampel yang telah dipipet dari imhoff
cone ke dalam saringan vakum fiber glass. Apabila
penyaringan berlangsung dengan lambat, nyalakan pompa
vakum untuk mempercepat penyaringan.
3. Bilas dinding saringan vakum sebanyak tiga kali dengan
masing-masing 10 mL air destilasi, biarkan penyaringan

16

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

4.

5.
6.

7.

8.

selesai terlebih dahulu sebelum membilas dan biarkan


selama 3 menit setelah pembilasan selesai.
Filter fiber glass dengan zat tersuspensi yang tertahan
diambil dengan hati-hati dari saringan dengan penjepit
bersih, pindahkan pada cawan porselen kemudian panaskan
dalam oven pada suhu 105oC selama 1 jam.
Dinginkan dalam desikator, timbang sampai bobot tetap
untuk menghitung nilai TSS.
Untuk menghitung total suspended solid (TDS), tuangkan
sampel yang lolos dari filter kertas ke dalam cawan
penguapan. Volum sampel diatur sehingga akan dihasilkan
tidak lebih dari 200 mg Zat Padat Terlarut.
Cawan yang berisi sampel tersebut, uapkan dan keringkan
dalam oven pada suhu 180oC selama 1 jam sampai semua
air telah menguap.
Dinginkan dalam desikator hingga suhu ruang, kemudian
timbang.

Perhitungan
mg TSS per liter =

(A-B) x 1000
volume sampel (mL)

dimana:
A = berat cawan + filter + residu setelah pemanasan 105oC (mg)
B = berat cawan + filter kosong sesudah pemanasan 105oC (mg)
mg TDS per liter =

(A-B) x 1000
volume sampel (mL)

dimana:
A = berat cawan + residu kering setelah pemanasan 180oC (mg)
B = berat cawan kosong sesudah pemanasan 180oC (mg)

17

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

MODUL 2.3: Volatile Suspended Solid (VSS)


Tujuan:
Untuk menentukan konsentrasi volatile suspended solid pada
sampel.
Pengukuran VSS
1. Cawan dan filter yang telah ditimbang pada percobaan TSS
dibakar dalam tungku (furnace) pada temperatur 550o C
selama 15 - 20 menit.
2. Keluarkan cawan dari furnace dan diamkan sekitar 10 menit,
kemudian masukkan ke dalam desikator hingga panasnya
benar-benar hilang, kemudian timbang.
Perhitungan
(A-B) x 1000
mg VSS per liter =
volume sampel (mL)
dimana :
A = berat residu + filter + cawan sebelum pembakaran pada
suhu 550oC, sesudah pemanasan 105oC (mg)
B = berat residu + filter + cawan setelah pembakaran pada
suhu 550oC (mg)
Catatan:
Pada semua analisis padatan, siklus pengeringan, pendinginan, dan
penimbangan harus dilakukan hingga tercapai berat tetap atau
hingga berat penimbangan lebih kecil dari 4% atau 0,0005 g
(diambil yang terkecil) jika dibandingkan dengan penimbangan
sebelumnya. Apabila ini belum tercapai, maka siklus terus
dilanjutkan. Biasanya dibutuhkan 2 kali siklus untuk mencapai
kestabilan.

18

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

6. Diskusi dan Pembahasan


1. Hitunglah nilai TS, TSS, TDS, dan VSS sesuai dengan
rumus diatas! Berat yang diambil adalah berat tetap (berat
dari penimbangan terakhir).
2. Diketahui bahwa:
TS = TSS + TDS
(Total Solids = Total Suspended Solids + Total Dissolved Solids)
Buktikan hubungan ini dengan data pengamatan yang Anda
miliki!
TSS = VSS+FSS
(Total Suspended Solids=Volatile Suspended Solids+Fixed
Suspended Solids)
Hitunglah berapa nilai FSS!
3. Hitunglah berapa persen proporsi TSS, TDS, VSS, dan FSS
pada sampel Anda! Bandingkan proporsi ini (dalam bentuk
diagram) dengan data dari kelompok lain!
4. Analisis keakuratan pengukuran TDS yang diukur dengan
TDS meter dan dengan TDS yang diukur dengan metode
gravimetri!
5. Analisis signifikansi parameter pengujian pada praktikum zat
padat ini dengan parameter air bersih dan air limbah, serta
aplikasinya pada unit pengolahan air bersih dan air limbah!
7. Kesalahan yang sering terjadi
1. Cawan dan kertas saring harus dijaga kemurniannya, oleh
karena itu cawan dan kertas saring tidak boleh disentuh
dengan tangan. Selalu gunakan penjepit untuk memindahkan
cawan dan pinset untuk memindahkan kertas saring.
2. Jangan melabeli cawan dengan stiker karena stiker tersebut
dapat terbakar di furnace. Untuk memudahkan identifikasi
cawan, sebelum cawan dan filter kosong dioven, terlebih
dahulu cawan ditandai dengan pensil (tanpa dilabeli dengan
stiker). Penandaan ini harus dihapus jika praktikum selesai
dilakukan.

19

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

3. Jika dilakukan praktikum dengan prinsip berat tetap, maka


cawan tidak dapat ditinggal di desikator di tengah-tengah
perhitungan TSS, TDS, atau VSS. Jika praktikum akan
dilanjutkan keesokan hari, maka lebih baik berat tetap telah
didapatkan. Misal: karena keterbatasan waktu, praktikum zat
padat tidak dapat diselesaikan pada satu hari. Maka pada hari
tersebut lebih baik nilai berat TSS telah didapatkan, agar
esok harinya hanya tinggal melakukan percobaan VSS.
Namun jika berat tetap TSS belum didapatkan, maka
keesokan harinya berat TSS yang disimpan di desikator
harus ditimbang lagi dan dicari berat tetap TSS nya, baru
dapat melanjutkan praktikum VSS.
4. Selalu siapkan cawan dan filter kosong berlebih mengingat
potensi terjadinya kesalahan pada praktikum cukup besar.
Cawan dan filter kosong harus terlebih dahulu dioven untuk
mendapat berat tetapnya sebelum praktikum dimulai.
Pengovenan dapat dilakukan satu hari sebelum praktikum.
Namun pada hari praktikum, cawan dan filter kosong
sebaiknya dioven lagi minimal 1 jam. Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan berat kosong yang valid sehingga tidak
mempengaruhi data praktikum yang didapatkan.
5. Pendinginan pada desikator harus dilakukan sampai cawan
benar-benar dingin, umumnya 30 menit hingga 1 jam.
6. Perbandingan data TS, TSS, TDS, dan VSS dengan
kelompok lain hanya bisa dilakukan secara keseluruhan
(tidak hanya satu parameter) dan dalam bentuk proporsi
(persentase). Perbandingan harus dilakukan dengan
mempertimbangkan keakuratan metode dengan alat (misal:
error yang mungkin terjadi 10-15% seperti error umum pada
pengukuran di lingkungan).

20

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

8. Daftar Pustaka
Alaerts, G. dan Santika, S. S. (1984). Metode Penelitian Air.
Surabaya: Usaha Nasional.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2004).
SNI 06-6989.3-2004: Cara uji padatan tersuspensi total
(Total Suspended Solid, TSS) secara gravimetri
Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2005).
SNI 06-6989.26-2005: Cara uji kadar padatan total secara
gravimetri

American Public Health Association, American Water


Works Association, and Water Environment Federation.
(2005). Standard Methods for the Examination of Water
and Wastewater, 21st ed. Section 2540 Solids.
Washington: American Public Health Association.
Tugas:

Mindmap Bab 2, 2.3 (hal. 42-51)


Metcalf dan Eddy. (2003). Wastewater Engineering Treatment and
Reuse. New York: McGraw-Hill.

21

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

BAB 3
PENGAMBILAN CONTOH AIR
1. Maksud dan Tujuan
Metoda ini digunakan untuk pengambilan contoh air guna
keperluan pengujian kandungan padatan air danau.
2. Dasar Teori
Pengambilan contoh (sampling) adalah kegiatan mengumpulkan
bagian material tertentu untuk tujuan analisis yang secara akurat
mewakili material yang diambil contohnya. Contoh yang
representatif adalah contoh yang mewakili ruang dan waktu suatu
sistem badan air yang diteliti dan dibatasi dengan tujuan dan ruang
lingkup penelitian. Pendekatan dalam pengambilan contoh:
Pendekatan sistem
Untuk merepresentasikan badan air secara keseluruhan
Pendekatan modifikasi
Untuk mewakili bagian spesifik atau aspek tertentu pada sistem
(contoh: pada studi tentang tumpahan minyak, pengambilan contoh
dapat dilakukan hanya pada bagian permukaan badan air)
Ada dua jenis pengambilan contoh air yang umumnya
dilakukan, pengambilan contoh grab dan komposit.
Pengambilan contoh grab
Sampel air diambil pada suatu waktu tertentu. Karena hanya
diambil pada titik dan waktu tertentu, sampel ini tidak dapat
mewakili sistem yang ada namun kelebihannya adalah cara
pengambilan yang relatif sederhana.
Pengambilan contoh komposit
Sampel ini terdiri dari gabungan beberapa sampel grab yang
diambil pada suatu titik dengan periode waktu tertentu atau pada
beberapa titik pada suatu waktu. Sampel jenis ini dapat mewakili
variasi yang ada di sistem. Untuk sampel komposit yang diambil dari
sampel grab pada kisaran waktu yang panjang, sampel tersebut tidak
bisa digunakan untuk pengujian parameter yang dapat berubah
dengan cepat seperti oksigen terlarut.

22

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Badan air yang arusnya relatif tenang (still-water) merujuk pada


berbagai ukuran dan bentuk danau, reservoir, kolam, rawa, atau air
permukaan lainnya dimana air secara umum tidak bergerak searah.
Dalam pengambilan contoh dari badan air relatif tenang, dalam hal
ini air danau, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.
a. Persiapan pengambilan contoh
Pada tahap ini kegiatan meliputi persiapan alat pengambilan
contoh, alat penyimpan contoh, alat ukur parameter lapangan, dan
alat pendingin untuk pengawetan contoh. Alat tersebut tidak boleh
terbuat dari bahan yang dapat mengubah sifat fisik dan kimia dari
contoh. Alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat contoh
mudah dicuci dari bekas contoh sebelumnya
contoh mudah dipindahkan ke dalam wadah penampung tanpa
ada sisa bahan tersuspensi di dalamnya
mudah dan aman dibawa
kapasitas alat tergantung dari tujuan pengujian
Wadah penampung contoh digunakan untuk menyimpan contoh
dan harus memenuhi persyaratan berikut:
terbuat dari bahan gelas atau plastik Poli Etilen (PE) atau Poli
Propilen (PP) atau teflon (Poli Tetra Fluoro Etilen, PTFE)
dapat ditutup dengan kuat dan rapat
bersih dan bebas kontaminan
tidak mudah pecah
tidak berinteraksi dengan contoh
Catatan: Kegiatan persiapan wadah contoh disesuaikan dengan
pengujian yang akan dilakukan.
Alat pengukur parameter lapangan yang umumnya digunakan
adalah DO meter, pH meter, termometer, turbidimeter,
konduktimeter, dan alat pengukur debit.
Semua alat diuji terlebih dahulu untuk memastikan semua
berfungsi dengan baik, khususnya untuk alat pengambil sampel dan
alat pengukur parameter lapangan. Apabila dibutuhkan, alat-alat
dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan standar.

23

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

b.

Penentuan lokasi pengambilan contoh


Lokasi pengambilan contoh air danau atau waduk disesuaikan
dengan tujuan pengambilan contohnya, paling tidak diambil di lokasi
berikut:
tempat masuknya sungai ke waduk atau danau
ditengah waduk atau danau
lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan
tempat keluarnya air dari waduk atau danau
c.

Penentuan kedalaman pengambilan contoh


Kedalaman pengambilan contoh sebenarnya ditentukan oleh
tujuan penelitian, namun umumnya titik pengambilan contoh
disesuaikan dengan kedalaman danau, yaitu:
danau atau waduk yang kedalamannya kurang dari 10 m, contoh
diambil di 2 titik yaitu permukaan dan bagian dasar, kemudian
dicampurkan (komposit kedalaman)
danau atau waduk yang kedalamannya 10 m 30 m, contoh
diambil di 3 titik yaitu permukaan, lapisan termoklin dan bagian
dasar, kemudian dicampurkan (komposit kedalaman)
danau atau waduk yang kedalamannya 31 m 100 m, contoh
diambil di 4 titik yaitu permukaan, lapisan termoklin, di atas
lapisan hipolimnion, dan bagian dasar, kemudian dicampurkan
(komposit kedalaman)
danau atau waduk yang kedalamannya lebih dari 100 m, titik
pengambilan contoh ditambah sesuai keperluan, kemudian
dicampurkan (komposit kedalaman)

d.

Persiapan sampel praanalisis


Sampel kemudian dibawa langsung ke laboratorium untuk
dianalisis. Apabila jarak dari lokasi sampling ke laboratorium cukup
jauh (perjalanan lebih dari 1 jam) atau jeda antara waktu sampling
dan analisis cukup lama (lebih dari 2 jam), maka sampel diawetkan
di suhu 4oC dengan terhindarkan dari sinar matahari.

24

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Gambar 5. Titik kedalaman pengambilan contoh air danau

3. Alat dan Bahan


Alat:
1 alat pengambil contoh kedalaman tertentu dengan
kapasitas 1000 mL (water sampler Sibata)
wadah penampung contoh dengan kapasitas 6000 mL atau
sesuai kebutuhan
Alat ukur parameter lapangan (DO meter, pH meter,
termometer, konduktimeter, turbidimeter, dan TDS meter)
2 gelas beaker ukuran 100 mL
Peralatan pengukur kedalaman (kayu/tongkat dan meteran)
Alat pendingin, dibutuhkan jika waktu tempuh dari
lapangan ke laboratorium cukup jauh
Tali tambang, dibutuhkan jika tali sampler tidak memenuhi
kedalaman danau yang diinginkan
Spidol tahan air
Bahan:
Air bebas analit (aquades)

25

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

4. Cara Kerja
Praktikum pengambilan contoh air ini terdiri dari 1 modul.
Pembersihan alat pengambil contoh dan wadah penampung
contoh:
1. Untuk menghindari kontaminasi contoh di lapangan,
seluruh wadah contoh harus benar-benar dibersihkan di
laboratorium sebelum dilakukan pengambilan contoh.
2. Wadah yang disiapkan jumlahnya harus selalu dilebihkan
dari yang dibutuhkan.
3. Jenis wadah contoh dan tingkat pembersihan yang
diperlukan tergantung dari jeniscontoh yang akan diambil.
Pengambilan contoh ini dilakukan untuk pengujian Jar
Test, sehingga metode pembersihan wadah adalah sebagai
berikut:
wadah contoh harus dicuci dengan sabun dan disikat
untuk menghilangkan partikel yang menempel di
permukaan
bilas wadah contoh dengan air bersih dan aquades
hingga seluruh deterjen hilang
biarkan wadah contoh mengering di udara terbuka
wadah contoh yang telah dibersihkan dilabeli dan siap
untuk pengambilan contoh

MODUL 3.1: Pengambilan Contoh Air Danau


Tujuan:
Untuk mengetahui teknik pengambilan contoh/ sampel air di
danau. Contoh tersebut akan digunakan untuk praktikum Jar
Test.
Pengambilan contoh (untuk H<10 m):
1. Tentukan titik pengambilan contoh.
2. Ukur kedalaman danau dengan tongkat atau tali yang telah
diberi pemberat.
3. Siapkan alat pengambil contoh.

26

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

4.

5.

6.

7.
8.

9.
10.
11.

12.

13.

Ambil contoh pada kedalaman 30 cm dibawah permukaan


danau dengan alat pengambil contoh dan bilas wadah
penampung contoh dengan air tersebut, pastikan bahwa air
bilasan tidak dibuang ke titik pengambilan contoh.
Ambil contoh pada kedalaman 30 cm dibawah permukaan
danau dengan alat pengambil contoh, pastikan bahwa
sampel diambil tidak pada titik dilakukannya penentuan
kedalaman danau.
Masukkan contoh ke wadah penampung contoh, lakukan
langkah (5) hingga volume air di wadah mencapai 3000
mL.
Ambil contoh pada kedalaman 30 cm diatas dasar danau
dengan alat pengambil contoh.
Masukkan contoh ke wadah penampung contoh tadi,
lakukan langkah (7) hingga volume air di wadah mencapai
6000 mL.
Homogenkan sampel pada wadah penampung contoh.
Tuang 50 mL sampel ke gelas beaker dan 50 mL air suling
ke gelas beaker kedua.
Lakukan segera pengujian untuk parameter suhu, daya
hantar listrik, pH, oksigen terlarut, kekeruhan, dan total
padatan terlarut pada sampel di gelas beaker.
Jika botol belum dilabeli, maka beri label pada botol
sampel untuk identifikasi dan lakukan pengisian formulir
pelaporan.
Masukan contoh ke alat pendingin untuk pengawetan
contoh, jika diperlukan.

27

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Cara kerja water sampler Sibata:


1. Tentukan kedalaman sampel yang akan diambil untuk
mengetahui panjang tali yang dibutuhkan.
2. Buat simpul atau label penanda kedalaman pada tali
sampler.
3. Masukkan sampler ke dalam badan air dengan memegang
tali a dan c. Pastikan bahwa saat memasukkan sampler ke
badan air, tali a dan c tidak terbelit karena akan
mempersulit penarikan tali b, terutama jika jarak antara
tempat pengambilan sampel dan permukaan air jauh.
4. Jika kedalaman pengambilan sampel telah dicapai, tarik
tali b sehingga air masuk ke dalam sampler.
5. Jika gelembung udara pada permukaan danau sudah tidak
ada maka sampler telah penuh terisi air, segera kendurkan
tali b untuk menutup tutup sampler.
6. Tarik tali a dan c untuk membawa sampler kembali ke
permukaan.
7. Pindahkan contoh ke wadah penampung contoh.
a

b c

Gambar 6. Water
sampler SIBATA

28

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

5. Pelaporan
Tabel 3. Formulir pengambilan contoh
Identifikasi contoh
Tanggal
Waktu
Nama danau
Petugas pengambil contoh
Kedalaman danau
Pengukuran lapangan
Temperatur
pH
Konduktivitas
DO
Kekeruhan
TDS
Analisis yang diperlukan
Jenis contoh (grab/komposit)
Kondisi cuaca (saat dan sebelum pengambilan contoh):

Komentar dan pengamatan:

6. Diskusi dan Pembahasan


Sampel yang diambil pada modul ini akan digunakan untuk
praktikum Jar Test. Pada laporan modul Jar Test sertakan formulir
pengambilan contoh air disertakan dengan analisis tentang:
1. Berdasarkan data pH dan kekeruhan sampel, tentukan kisaran
dosis optimum kogulan yang diketahui dari literatur! Apakah
sampel air perlu ditambah sedimen dasar danau untuk
mempermudah penentuan dosis koagulan optimum? Berikan

29

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

2.
3.

4.

5.

pendapat Anda dengan mempertimbangkan tujuan untuk


menyerupai karakteristik air baku pada umumnya di Indonesia.
Apakah prosedur pengawetan mempengaruhi kinerja Jar Test?
Jika praktikum Jar Test digunakan untuk mengetahui dosis
koagulan optimum pada pengolahan air minum, apakah contoh
yang diambil pada praktikum ini dapat digunakan sebagai air
baku air minum? Tinjau dari segi kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas badan air.
Apakah ada prosedur pengambilan contoh yang berpotensi
mempengaruhi hasil Jar Test? Analisis kaitannya dengan proses
pengambilan contoh pada suatu instalasi pengolahan air bersih.
Jelaskan faktor-faktor apa saja yang harus dipertimbangkan
dalam penentuan lokasi dan kedalaman pengambilan contoh,
jika ditinjau dari tujuan pengamatan parameter, hidrolika badan
air, dan kondisi sekitar badan air!

7. Daftar Pustaka
Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2008).
SNI 6989.57.2008: Metode pengambilan contoh air
permukaan.
U.S.Geological Survey. (2005). Handbooks for WaterResources Investigations: National field manual for the
collection of water-quality data, Book 9. 3 September 2012.
http://pubs.water.usgs.gov/twri9A/
Tugas:
Mindmap Part 1000 Introduction, 1060 (hal. 1-27 1-34)
American Public Health Association, American Water Works
Association, and Water Environment Federation. (2005). Standard
Methods for the Examination of Water and Wastewater, 21st ed.
Washington: American Public Health Association.

30

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

BAB 4
JAR TEST
1. Maksud dan Tujuan
Menentukan rentang dosis koagulan optimum berdasarkan
kualitas air sampel, terutama pH dan kekeruhan
Melakukan percobaan proses koagulasi dan flokulasi skala
laboratorium untuk menurunkan kekeruhan dengan
menggunakan metoda Jar Test.
Mengamati ukuran flok yang terbentuk selama
berlangsungnya proses flokulasi.
Menentukan dosis optimum dan jenis koagulan tertentu
untuk menurunkan kekeruhan sehingga baku mutu tercapai,
serta mengamati faktor faktor yang mempengaruhinya (pH,
temperatur).
2. Ruang Lingkup
Percobaan menggunakan alat Jar Test untuk
mensimulasikan pengadukan cepat dan pengadukan lambat.
Sedimentasi dilakukan untuk mengukur kecepatan
pengendapan terkait dengan jenis partikel flokulan.
3. Dasar Teori
Jar Test adalah tes yang biasa dilakukan di laboratorium untuk
menentukan kondisi operasi optimum pada sistem pengolahan air
bersih atau air limbah. Selain itu, Jar Test juga berguna untuk
menentukan koagulan yang tepat dan koagulan pembantu, dan jika
dibutuhkan dosis kimia yang dibutuhkan untuk koagulasi pada air
tertentu. Prinsip dari Jar Test adalah proses koagulasi, flokulasi, dan
sedimentasi. Selama proses berlangsung dilakukan penyesuaian pH,
jenis dan dosis koagulan, serta kecepatan pengadukan. Dengan Jar
Test dapat ditentukan dosis optimum dari bahan-bahan kimia yang
dibubuhkan ke dalam air baku. Jar Test pada umumnya digunakan
untuk mengurangi/ menghilangkan koloid tersuspensi dan zat
organik penyebab kekeruhan, bau, rasa dan warna pada sistem

31

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

pengolahan air bersih maupun air limbah. Jar Test juga digunakan
untuk mengetahui proses koagulasi - flokulasi dalam sistem
pengolahan air limbah dan menentukan dosis zat kimia yang tepat
untuk mengolah air limbah tersebut sehingga dapat dikatakan layak
dalam pengolahannya atau memenuhi baku mutu yang berlaku dalam
pengolahan air limbah.
Penambahan bahan kimia (koagulan) pada proses koagulasi
dengan pengadukan cepat, memberikan kesempatan kepada koagulan
untuk membentuk inti flok yang berasal dari partikel koloid yang ada
dalam contoh air. Proses koagulasi kemudian dilanjutkan dengan
proses pengadukan lambat (flokulasi), dengan tujuan memberikan
kesempatan bagi inti flok untuk saling bersentuhan sehingga
terbentuk flok yang lebih besar yang siap untuk diendapkan. Proses
berikutnya adalah pengendapan (sedimentasi) yang bertujuan untuk
mengendapkan flok yang sudah terbentuk.

Gambar 7. Proses koagulasi dan flokulasi

32

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Pada dasarnya koagulan adalah zat kimia yang mempunyai


kemampuan untuk menetralisir muatan partikel koloid dan
mempunyai kemampuan untuk mengikat partikel-partikel tersebut.
Jenis koagulan yang banyak digunakan dalam pengolahan air bersih
dan air limbah, antara lain:
Alumunium Sulphat
Dibutuhkan alkalinitas yang cukup untuk bereaksi dengan
alumunium sulphat untuk menghasilkan flok hidroksida. Reaksi
untuk menghasilkan flok tersebut adalah :
Al 2 (SO 4 )3 14 2 + 3Ca ( C 3 )2 2 Al ( )3 + 3CaSO 4 + 14 2 + 6CO 2

Meskipun demikian jika air baku tidak memiliki alkalinitas yang


cukup untuk direaksikan dengan alumunium, maka alkalinitas harus
ditambahkan. Biasanya alkalinitas yang ditambahkan berada dalam
bentuk ion hidroksida seperti kalsium hidroksida. Reaksi koagulasi
dengan kalsium hidroksida adalah :
Al 2 (SO4 )3 14 2 + 3Ca ( C 3 )2 + 3Ca ( )2 2 Al ( )3 + 3CaSO 4 + 14 2

Rentang pH optimum untuk alumunium sulphat adalah 4,58. Pada


rentang pH tersebut hidroksida relatif dapat larut.

Ferrous Sulphat
Penggunaan ferrous sulphat sebagai koagulan memerlukan
alkalinitas dalam bentuk ion hidroksida dalam air baku untuk
menghasilkan reaksi yang cepat. Oleh sebab itu Ca(OH)2 biasanya
ditambahkan untuk meningkatkan pH sehingga ion besi dapat
mengendap sebagai ferric hidroksida dalam reaksi berikut:
2 FeSO4 + 7 2 + 2Ca ( )2 +

1
2 Fe( )3 + 2CaSO4 + 13 2
2 2

33

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Agar reaksi dapat berlangsung pH harus ditingkatkan hingga


mencapai 9,5. Sebagai perbandingan penggunaan ferrous sulphate
dan kapur sebagai koagulan lebih mahal dibandingkan dengan
penggunaan alumunium sulphat.

Ferric Sulfat
Reaksi sederhana dari ferric sulphat dengan alkalinitas
bikarbonat alami untuk menjadi bentuk ferric hydroksida adalah :

Fe2 (SO4 )3 + 3Ca C3 2 2Fe()3 + 3CaSO4 + 6C2


Reaksi ini menghasilkan flok yang besar dan cepat mengendap.
Jika alkalinitas alam tidak mencukupi untuk reaksi ini, maka
dipergunakan kapur sebagai tambahan.

Ferric Chlorida
Reaksi sederhana dari ferric chlorida dengan alkalinitas
bikarbonat alami untuk membentuk ferric hydroksida adalah :

2FeCl3 + 3Ca C3

2Fe()3 + 3CaSO4 + 6C 2

Jika alkalinitas yang ada di alam tidak mencukupi, maka


ditambahkan kapur mati untuk membentuk hidroksida, sehingga
berlangsung reaksi berikut:

2 FeCl 3 + 3Ca C 3

2 Fe ( )3 + 3CaCl 2

Rentang pH optimum untuk ferric chlorida sama dengan ferric


sulaphat, yaitu sekitar 412. Bentuk flok yang dihasilkan biasanya
tebal dan merupakan pembentukan flok yang cepat.

34

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

4. Alat dan Bahan


Alat :
Alat Jar Test
Gelas beaker 1000 ml
Pipet 25 mL
pH meter
Thermometer
Turbidimeter
Stop watch

rpm gage

water containers
mixing paddles
Gambar 8. Peralatan Jar Test

Bahan:

Sampel air danau


Koagulan: FeCl3, Al2(SO4)3.18H2O, dan PAC (Poly
Aluminium Chloride)

35

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

5. Cara Kerja
Praktikum Jar Test ini terdiri dari 2 modul.

MODUL 4.1: Penentuan Rentang Dosis Koagulasi


Tujuan:
Untuk menentukan rentang dosis koagulan untuk sampel dengan
kualitas air tertentu, khususnya untuk parameter pH dan
kekeruhan.
Penentuan rentang dosis koagulasi dilakukan berdasarkan pada
kondisi air baku dan jenis koagulan yang dipakai.
1. Keluarkan sampel yang berasal dari praktikum modul
sebelumnya (pengambilan contoh air danau) dari lemari
pendingin dan tunggu sampai suhunya mencapai suhu
ruang.
2. Siapkan 5 gelas beaker dan masukkan volume sampel uji
yang sama (1000 mL) kedalam masing-masing gelas
beaker. Sampel uji harus dipastikan homogen ketika
dimasukkan ke gelas beaker.
3. Ukur dan catat kekeruhan, pH dan temperatur awal.
Sesuaikan pH dengan kondisi optimal koagulan.
4. Berdasarkan kekeruhan dan pH tentukan rentang koagulan
berdasarkan jenis koagulan yang akan dipakai berdasarkan
literatur textbook dan jurnal ilmiah.
5. Tentukan 5 variasi dosis koagulan dari rentang yang telah
ditentukan berdasarkan studi pustaka.

MODUL 4.2: Koagulasi, Flokulasi, dan Sedimentasi


Tujuan:
Untuk menentukan dosis optimum dengan simulasi kogulasi dan
flokulasi pada praktikum Jar Test dan penghilangan kekeruhan
dengan sedimentasi.

36

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Setelah mendapatkan variasi dosis koagulan dari Modul


sebelumnya maka Jar Test dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut:
1. Timbang koagulan yang variasi dosisnya telah ditentukan
sebelumnya.
2. Masukkan koagulan pada masing-masing gelas beaker.
3. Operasikan Jar Test pada pengadukan cepat dengan
kecepatan 100 rpm selama 60 detik.
4. Kurangi kecepatan sampai pada kecepatan 40 rpm,
pengadukan lambat ini dilakukan selama 20 menit.
5. Amati ukuran dan bentuk flok pada proses pengadukan.
6. Setelah proses pengadukan selesai, pindahkan gelas beaker
dari alat Jar Test.
7. Pada proses pengendapan sampel, ukur dan catat
kekeruhan, pH, temperatur setiap10 menit, 20 menit, 30
menit.
8. Buat grafik hubungan antara dosis penambahan koagulan
dan nilai kekeruhan untuk t pengendapan 10 menit, 20
menit, 30 menit (lihat hasil pengamatan 6.1).
9. Perkirakan sampel mana yang paling jernih untuk waktu
tertentu (t menit), lalu buat variasi penambahan koagulan,
lakukan langkah (1) hingga (9) dengan jenis koagulan yang
sama. Perhatikan penambahan dosis koagulan tahap ke dua
ini dengan variasi penambahan setiap 5 mg. Contoh: dosis
koagulan dengan kekeruhan terkecil pada proses pertama
adalah 20 mg/L, maka penambahan koagulan pada proses
kedua adalah 10 mg, 15 mg, 20 mg, 25 mg, 30 mg (lihat
hasil pengamatan tahap 2 pada bagian 6.3)

37

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

6. Hasil Pengamatan
1. Tabel pengamatan pH versus kekeruhan tahap 1
Jenis koagulan .........................................
Beaker
No.

Waktu
pengendapan
(menit ke ...)
10

Dosis
koagulan
(mg/L)
10
20
30
40
50

1
2
3
4
5

20

10
20
30
40
50

1
2
3
4
5

30

10
20
30
40
50

1
2
3
4
5

2.

pH

Temperatur
(oC)

Kekeruhan
(NTU)

Buat grafik hubungan antara nilai kekeruhan versus dosis


koagulan yang dibubuhkan untuk t = 10, 20, 30 menit
kemudian bandingkan dengan kelompok lainnya yang
menggunakan koagulan berbeda.

38

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

3.

Tabel pengamatan pH versus kekeruhan tahap 2


Jenis koagulan .........................................
Waktu
pengendapan
(menit ke ...)
10

Dosis
Koagulan
(mg/L)
10
15
20
25
30

1
2
3
4
5

20

10
15
20
25
30

1
2
3
4
5

30

10
15
20
25
30

Beaker
No.
1
2
3
4
5

4.

pH

Temperatur
(oC)

Kekeruhan
(NTU)

Buat grafik hubungan antara nilai kekeruhan versus dosis


koagulan yang dibubuhkan untuk t = 10, 20, 30 menit tahap
2 kemudian bandingkan dengan kelompok lainnya yang
menggunakan koagulan berbeda

39

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Contoh hasil pengamatan:

Gambar 9. Grafik dosis koagulan vs kekeruhan

7. Diskusi dan Pembahasan


Laporan praktikum mencakup hasil pengamatan disertai diskusi
dan pembahasan mengenai:
1. Apa fungsi dari pemutaran 100 rpm dan 40 rpm dengan waktu
yang berbeda pada praktikum Jar Test ini? Kaitkan dengan
proses terbentuknya flok.
2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses terbentuknya
flok!
3. Tentukan koagulan mana yang paling tepat ditinjau dari
penurunan kekeruhan yang dihasilkan, dosis optimum koagulan,
jenis flok yang terbentuk, keperluan justifikasi pH dan
temperatur optimum!

40

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

4.

5.

6.

Bagaimana kesesuaian Jar Test dengan proses koagulasi dan


flokulasi yang dilakukan pada suatu instalasi pengolahan air
bersih? Tinjau dari bentuk alat yang digunakan, waktu, dan
kecepatan impeller.
Dari koagulan yang Anda pilih sebagai koagulan yang paling
tepat, bagaimana proses pemberian koagulan (dosing) pada
suatu instalasi pengolah air bersih? Tinjau dari bentuk fisik
koagulan, alat yang digunakan, dan potensi permasalahan.
Apa pengaruh dari bentuk flok terhadap unit sedimentasi dan
unit pengolahan lumpur dari suatu pengolahan air bersih?

8. Kesalahan yang sering terjadi


1. Perhatikan untuk selalu konsisten melakukan pengukuran
pada bagian permukaan gelas beaker.
2. Selama proses pengendapan setelah Jar Test, harus
dipastikan tidak ada flok yang terangkat akibat teraduk pipet
atau probe. Pipet yang akan digunakan harus dalam keadaan
siap menghisap ketika dimasukan ke gelas beaker (tidak
boleh mengosongkan udara pada bulb di dalam air yang
menyebabkan flok terangkat).
3. Perbandingan data pengamatan dengan kelompok lain hanya
dapat dilakukan jika kondisi awal sampel sama, terutama
untuk nilai kekeruhan
9. Daftar Pustaka
Reynold, T. D. dan Richard, P. A. (1996). Unit Operation and
Process In Environmental Engineering, 2nded. Boston:
PWS Publishing Company.
Tugas:
Mindmap Bab 8 (hal 166-190)
Reynold, T. D. dan Richard, P. A. (1996). Unit Operation and
Process In Environmental Engineering, 2nded. Boston: PWS
Publishing Company.

41

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

BAB 5
SEDIMENTASI TIPE 2
1. Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini adalah untuk memahami proses
pemisahan zat padat - cair dari flokulen tersuspensi yang terdapat
dalam proses pengolahan air minum dan air limbah. Sedangkan
tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui karakteristik
pengendapan / sedimentasi dari sampel air yang direpresentasikan
dalam grafik penghilangan padatan tersuspensi (suspended solids
removal) terhadap waktu detensi (detention time) dan beban
permukaan (overflow rate).
2. Ruang Lingkup
Batch settling test umumnya digunakan untuk mengevaluasi
karakteristik pengendapan dari flokulen tersuspensi yang terdapat di
badan air maupun dalam proses pengolahan air.
3. Dasar Teori
Aliran pada kondisi yang relatif tenang akan membuat padatan
mengendap akibat gaya gravitasi. Sedimentasi merupakan proses
pemisahan material tersuspensi dalam air melalui gravitasi.
Berdasarkan konsentrasi dan kemampuan partikel untuk saling
berinteraksi, proses pengendapan dibagi menjasi 4 yaitu
pengendapan diskrit (tipe 1 - discrete settling), pengendapan flokulen
(tipe 2 - flocculant settling), pengendapan zona (tipe 3 - zone
settling) dan pengendapan terkompresi (tipe 4 - compression
settling).
Parameter kunci dalam analisis pengendapan partikel adalah
kecepatan pengendapan yang dirumuskan berdasarkan Hukum ketiga
Newton tentang aksi dan reaksi :

.(1)

42

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Diasumsikan partikel berbentuk bola, maka kecepatan pengendapan


(vs):

(2)
Kemudian berdasarkan hukum Stokes untuk aliran laminar (Re < 1),
subtitusikan nilai Cd ke persamaan diatas, diperoleh

(3)
Partikel akan dapat mengendap jika kecepatan pengendapan (vs)
lebih besar dari beban permukaan yang disebut surface loading atau
overflow rate (OR). Karena waktu detensi dari pengendapan partikel
sama dengan waktu yang dibutuhkan aliran air yang mengalir dari
inlet bak sedimentasi menuju outlet maka overflow rate data
dinyatakan dengan :
OR = H/t = Q / A (4)
dimana
H : kedalaman bak sedimentasi (m)
t
: waktu detensi (hari)
Q : debit (m3/hari)
A : luas permukaan bak (m2)
Jika OR > vs, maka waktu yang dibutuhkan partikel untuk
mengendap (mencapai zona lumpur di dasar bak sedimentasi) lebih
lama daripada waktu yang dibutuhkan partikel air untuk mencapai
outlet bak. Sehingga hanya sebagian partikel yang akan mengendap.
Menurut Droste (1997) karena diasumsikan semua partikel
terdistribusi sempurna di kedalaman inlet bak sedimentasi, maka
hanya partikel yang memasuki zona pengendapan pada kedalaman

43

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

H yang akan mengendap, dimana H<H. Maka fraksi partikel yang


mengendap adalah:
FR = vs / OR = H/ H (5)
atau
FR = (vs . A) / Q (6)
dimana
OR : overflow rate (m3/m2 hari)
Q : debit (m3/hari)
A : luas bak sedimentasi (m2)
FR : fraction removed

Gambar 10. Kolom pengendapan dan kurva pengendapan

Pada sedimentasi tipe 2, OR tidak bisa ditentukan secara analitis


melainkan harus menggunakan batch settling tests. Pada batch
settling test, sampel harus dicampur merata di dalam kolom dengan
kondisi temperatur yang konstan. Lalu sampel diambil melalui
beberapa titik pada kolom dan diukur tingkat penyisihan partikelnya
(percent removal atau R). Tingkat penyisihan diplot dengan kurva
terhadap kedalaman (H) dan waktu detensi (t). Kemudian OR
dihitung pada berbagai variasi waktu detensi atau waktu
pengendapan dimana kurva R memotong sumbu x. Berdasarkan
persamaan (5) FR dapat dihitung berdasarkan kedalaman antara dua

44

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

kurva iso-concentration yang berbanding lurus dengan kecepatan


pengendapan. Kemudian menurut Droste (1997), total removal untuk
setiap iso-concentration curves dapat dihitung dengan persamaan
berikut:
(7)
dimana
R : total removal (%)
FR 0 : fraksi yang tersisihkan sepenuhnya (%); misalkan untuk isoconcentration curves 40% maka FR 0 = 40%
FRi : fraksi yang tersisihkan sebagian (%); ditinjau dari garis
vertikal yang ditarik dari titik dimana iso-concentration curves
memotong sb-x
hi : kedalaman rata-rata yang dicapai fraksi partikel pada waktu t
H : kedalaman efektif unit sedimentasi
4. Alat dan Bahan

Alat:

Batch settling test (kolom transparan yang dilengkapi


dengan lubang lubang pengambilan sampel) dengan
ketinggian minimal 2 meter
Pengaduk magnetik atau alat pengaduk lainnya
Pengukur waktu (stop watch)
Pompa
Alat alat lain yang dibutuhkan untuk pengukuran TSS
(lihat bab yang berkaitan)
Alat alat lain yang dibutuhkan praktikum Jar test (lihat
bab yang berkaitan)
1 buah tangki besar dengan volume + 65 liter
1 buah tangki besar dengan volume + 60 liter
6 buah jerigen dengan volume 10 liter
Tangga setinggi 1,5 meter atau lebih
Mistar

45

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Bahan:

Sampel air + 65 liter (untuk proses Jar Test dan untuk


mengisi kolom sedimentasi). Sampel tersebut harus cukup
keruh (kekeruhan minimum 30 NTU) untuk memastikan
terbentuk flok yang mudah diamati
Koagulan
Bahan - bahan lain yang dibutuhkan untuk pengukuran
kekeruhan dan TSS (lihat bab yang berkaitan)

Gambar 11. Skema Batch Settling Test

46

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

5. Cara Kerja
Praktikum sedimentasi tipe 2 ini terdiri dari 2 modul.

MODUL 5.1: Pengukuran Kekeruhan dan TSS


Tujuan:
Untuk melakukan pengukuran perubahan kekeruhan dan TSS
pada simulasi tipe 2 di kolom Batch Settling Test.
1. Tempatkan sampel air yang akan diuji di dalam sebuah
tangki dengan volume + 65 liter (60 liter untuk batch settling
test dan 5 liter untuk Jar Test) kemudian diamkan terlebih
dahulu selama 20 menit sampai seluruh partikel diskrit
mengendap. Ukur konsentrasi TSS dan kekeruhan sebelum
dan sesudah pengendapan.
2. Ambil supernatan dan lakukan Jar Test untuk mendapatkan
dosis optimum dari koagulan yang digunakan. Sebaiknya Jar
Test dilakukan untuk beberapa jenis koagulan sehingga dapat
dipilih koagulan yang menghasilkan flok yang mudah
diamati.
3. Siapkan 6 buah jerigen berukuran masing masing 10 liter.
Setiap jerigen diisi setengahnya (5 liter) dan ditambahkan
beberapa miligram koagulan (dosis sesuai hasil Jar Test
untuk volume 10 liter atau sesuai volume jerigen yang
digunakan). Tambahkan lagi 5 liter sampel (atau sesuai
kapasitas jerigen yang digunakan) kemudian jerigen di
kocok selama 5 detik.
4. Siapkan tangki kosong dengan volume + 60 liter. Tuangkan
sampel yang sudah diberikan koagulan (enam buah jerigen
tersebut) kedalam tangki kosong tersebut.
PERHATIAN: Saat melakukan penuangan dari jerigen ke
dalam tangki kosong, posisi mulut jerigen tempat air keluar
harus berada sekitar 54 cm dari dasar tangki kosong.
5. Setelah semua sampel dari jerigen dituangkan ke dalam
tangki, tunggu sesaat (+ 45 detik) kemudian aduk sampel
perlahan dengan sekop atau alat pengaduk lainnya yang

47

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

6.

7.

8.

9.

sesuai selama 30 menit. Lalu kekeruhan dan TSS setelah


proses koagulasi dan flokulasi diukur.
Setelah itu, masukan pompa ke dalam tangki tersebut dan
pompa sampel ke dalam kolom pengendapan. Setelah kolom
pengendapan terisi penuh, ambil sampel 100 ml dari setiap
keran secara bersamaan dan ukur konsentrasi kekeruhan dan
TSS (konsentrasi pada t=0).
Aktifkan stopwatch, setelah 10 menit, ambil sampel + 100
mL pada setiap titik lubang sampling secara bersamaan dan
ukur konsentrasi kekeruhan dan TSS (konsentrasi kekeruhan
dan TSS pada t = 10 menit). Ukur juga tinggi endapan flok
(mm) pada dasar kolom dengan menggunakan mistar.
Langkah diatas diulangi pada :
a. t=20 menit : ukur kekeruhan, TSS, dan tinggi endapan
b. t=30 menit : ukur kekeruhan, dan tinggi endapan
c. t=40 menit : ukur kekeruhan, TSS, dan tinggi endapan
d. t=50 menit : ukur kekeruhan, dan tinggi endapan
e. t=60 menit : ukur kekeruhan, TSS, dan tinggi endapan
f. t=70 menit : ukur kekeruhan, dan tinggi endapan
g. t=80 menit : ukur kekeruhan, TSS, dan tinggi endapan
h. t=90 menit : ukur kekeruhan, dan tinggi endapan
i. t=100 menit : ukur kekeruhan, TSS, dan tinggi endapan
j. t=110 menit : ukur kekeruhan, dan tinggi endapan
k. t=120 menit : ukur kekeruhan, TSS, dan tinggi endapan
Dokumentasikan bentuk flok pada ketinggian kolom keran 2,
3, 4, dan dasar kolom untuk menit 9, 19, 29, 39, 49, 59, 69,
79, 89, 99, 109, dan 119

Catatan:
Pada saat pengambilan sampel, tangan kiri memegang pipa dan
tangan kanan memegang gelas beaker atau sebaliknya.Posisi tangan
yang membuka katub pada saat pengambilan sampel juga harus
memegang pipa dengan tujuan untuk menahan pipa pada saat jari
membuka katup pipa (Gambar 12). Hal ini bertujuan agar tidak

48

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

terjadi gaya geser yang berlebihan yang dapat membuat sambungan


antara pipa dan kolom sedimentasi rusak.

Gambar 12. Cara pengambilan sampel

49

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

MODUL 5.2: Pembuatan Kurva Pengendapan


Tujuan:
Untuk membuat kurva pengendapan iso curve untuk melihat
persentase penghilangan yang terjadi di kolom Batch Settling
Test.
1.

Konversi nilai kekeruhan menjadi TSS menggunakan grafik


pada Gambar 13 atau rumus (8) dan bandingkan nilainya
dengan konsentrasi TSS yang diperoleh dari pengujian
langsung.
CTSS = 3.7 x (CNTU 14) (8)
Catatan:
Rumus diatas hanya berlaku untuk CNTU > 20

Gambar 13. Hubungan suspended solid dengan kekeruhan

50

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

2.

3.
4.

5.

6.

7.

8.

Hitung persentase penyisihan pada setiap kedalaman dan


waktu.
Persentase penyisihan (R):
R(%) = [(C0 Cti,d)/ C0] x 100% (9)
dimana,
C0 = Konsentrasi TSS awal (mg/l)
Cti,d = Konsentrasi TSS pada waktu t dan kedalaman d (mg/l)
Plot kurva persentase penyisihan terhadap waktu
pengendapan untuk setiap titik keran sampling.
Dengan
menggunakan
interpolasi,
hitung
waktu
pengendapan pada setiap kedalaman (setiap keran sampling)
untuk persentase penyisihan R = 20%.
Langkah (4) diulangi untuk R = 30%, R = 40%, R = 50%, R
= 60%, R = 70%, kemudian plot kurva untuk masing
masing persentase penyisihan (iso-concentration removal)
terhadap waktu pengendapan dan kedalaman. Gunakan
kertas grafik atau millimeter block sheet!
Tarik garis vertikal untuk setiap titik dimana isoconcentration curves memotong sb-x. Tinjau median dari
setiap dua iso-concentration curves yang terpotong oleh
garis vertikal dan hitung fraksi yang tersisihkan sebagian
(FRi).
Nilai total persentase penyisihan (fraction removed) atau RT
dan overflow rate (OR) dihitung untuk setiap waktu
pengendapan (pada saat t memotong sb-x).
Plot kurva penyisihan TSS terhadap waktu detensi dan
overflow rate.

51

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

6. Hasil Pengamatan
Tabel 1
Waktu
(Menit)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
Tabel 2
Waktu
(Menit)
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120

20 cm

20 cm
0

60 cm

Konsentrasi TSS (mg/l)


100 cm 140 cm 180 cm

Tingkat Penyisihan TSS (%)


60 cm
100 cm 140 cm 180 cm
0
0
0
0

52

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Tabel 3
Penyisihan
(%)
20
30
40
50
60
70
Tabel 4
Penyisihan
(%)

20 cm

Interpolasi waktu pengendapan (menit)


60 cm
100 cm
140 cm
180 cm

Kedalaman rata-rata antara dua iso-concentration curve (cm)


20% 30%

30% 40%

40% 50%

50% 60%

60% 70%

20
30
40
50
60
70
Tabel 5
Waktu
(menit)

OR
(m3/hari-m2)

53

R
(%)

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

7. Diskusi dan Pembahasan


1. Jelaskan secara singkat empat tipe sedimentasi dan
aplikasinya dalam proses pengolahan air!
2. Jelaskan secara singkat alasan mengapa sedimentasi tipe 2
tidak bisa dimodelkan dengan persamaan matematis!
3. Menurut Qasim et al (2000), 1 NTU sebanding dengan 0,5
2 mg TSS/liter. Tinjau hasil yang anda dapatkan dari
praktikum, apakah sesuai dengan rentang nilai tersebut?
Kemudian cari dan temukan (dari text book atau jurnal)
minimal satu buah persamaan yang menunjukan hubungan
antara kekeruhan dan konsentrasi TSS!
4. Karena waktu detensi dari pengendapan partikel sama
dengan waktu yang dibutuhkan aliran air yang mengalir
dari inlet bak sedimentasi menuju outlet, buktikan bahwa
OR = Q/A!
5. Sebutkan kriteria desain bak sedimentasi dan juga faktor
faktor lain yang mempengaruhi kinerja proses sedimentasi!
6. Berdasarkan kurva hasil praktikum, berapa overflow rate
dan waktu detensi yang diperlukan untuk mencapai tingkat
kinerja penyisihan TSS sebesar 60%? Apakah nilai
overflow rate dan waktu detensi sesuai dengan kriteria
desain unit sedimentasi pada instalasi pengolahan air
minum?
7. Berdasarkan nilai overflow rate dan waktu detensi pada
poin (5), buat rancangan unit sedimentasi untuk sebuah
instalasi pengolahan air minum skala kecil (debit 50
liter/detik).
8. Ulangi pertanyaan (5) dan (6) untuk tingkat kinerja
penyisihan TSS sebesar 30%. Bandingkan hasilnya dan
buat kesimpulan dari analisis Anda.

54

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

8. Kesalahan yang sering terjadi


1. Pembukaan katub yang terlalu besar menyebabkan
turbulensi dan memecah flok yang sudah terbentuk.
Sebaiknya, pembukaan katub cukup hingga mencapai
setengah debit penuh dan dilakukan dengan satu tangan.
Pada kondisi tertentu katub memang sulit dibuka, oleh
karena itu, sebaiknya dilakukan latihan pembukaan katub
saat kolom tidak berisi air.
9. Daftar Pustaka
Droste. R. L. (1997). Theory and Practice of Water and
Wastewater Treatment. Canada: John Willey & Sons.
Reynold, T. D. dan Richard, P. A. (1996). Unit Operation and
Process In Environmental Engineering, 2nded. Boston:
PWS Publishing Company.
Qasim S.R, Montley M.W., dan Zhu G. (2000). Water Works
Engineering. USA: Prentice-Hall Inc.
TU Delft. (n.d.) Sedimentation Flocculent Settling.
http://ocw.tudelft.nl//fileadmin/ocw/courses/DrinkingWater
Treatment1/~.pdf. Diakses 6 Oktober 2012.
Tugas:
Mindmap Bab 9 (hal. 219-239)
Reynold, T. D. dan Richard, P. A. (1996). Unit Operation and
Process In Environmental Engineering, 2nded. Boston: PWS
Publishing Company.

55

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

BAB 6
PENGOLAHAN BIOLOGIS
DALAM TEKNIK LINGKUNGAN
1. Maksud dan Tujuan
Memahami fungsi reaktor biologis dalam pengolahan air
limbah
Menggunakan prinsip keseimbangan massa untuk
mengestimasi produksi lumpur
Menggunakan prinsip keseimbangan massa untuk
mengetahui rasio resirkulasi lumpur ke reaktor
2. Ruang lingkup
Metoda ini digunakan untuk mensimulasikan penurunan
kandungan BOD, COD TSS, dan VSS limbah cair pada reaktor
pengolahan biologis yang dilengkapi dengan bak sedimentasi skala
laboratorium.
3. Dasar Teori
3.1. Keseimbangan Massa
Massa sesuatu zat tidak dapat diciptakan atau dihancurkan.
Massa yang terakumulasi sama dengan massa yang mengalir masuk
dikurangi massa yang berubah dikurangi massa yang mengalir
keluar.
Accumulation" = Input" Decrease due to reaction" Output"

Apabila dalam sistem tidak terjadi reaksi/proses seperti unit


operasi maka tidak ada pengurangan akibat reaksi dan persamaan
kesetimbangan massa menjadi
Accumulation" = Input" Output"

Gambar 14 merupakan suatu reaktor, garis putus putus


menggambarkan batas sistem yang harus dipertahankan sehingga

56

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

semua aliran massa yang masuk dan yang keluar sistem dapat
diperhatikan

Gambar 14. Aplikasi keseimbangan massa pada sebuah reaktor

Keseimbangan massa komponen A yang dipelajari adalah :


dC) V = QC+ dt Vrdt QC) dt
dimana,
dC1 = perubahan komponen A di reaktor, massa/volume
V = volume reaktor, volume
Q = debit, volume/ waktu
Co = konsentrasi awal, massa/volume
C1 = konsentrasi akhir, massa/volume
dt = perubahan waktu, waktu
r
= laju reaksi komponen A, massa/volume-waktu
3.2. Reaktor Biofilter
Suatu unit pengolahan biologis akan memanfaatkan
mikroorganisme yang tumbuh secara melekat (attached growth)
untuk mengolah zat organik yang merupakan polutan dengan
menjadikan zat organik tersebut sebagai bahan makanan.
C6H12O6 + O2 + mikroorganisme  CO2 + H2O + biomassa

57

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Reaktor biofilter mengadaptasi pengolahan trickling filter dalam


pengolahan limbah dengan penggunaan media filter sebagai tempat
tumbuh mikroorganisme.
Reaktor yang terbuat dari kaca dengan tebal 8 mm ini memiliki
kapasitas 32 L dengan dimensi (30 x 30 x 40) cm. Media filter yang
digunakan sebagai tempat tumbuh mikroorganisme adalah bioball
(Gambar 15) yang terbuat dari PVC dengan ukuran 7,5 cm, luas
spesifik 230 m2/m3, dan porositas rongga 0,92.

Gambar 15. Tampak samping reaktor biofilter

Gambar 16. Bioball

58

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Beberapa istilah dalam unit pengolahan biologis secara umum:


Mixed Liquor suspended solids (MLSS) yaitu campuran lumpur
biologis. Konsentrasi zat padat tersuspensi dari MLSS ideal dari
lumpur biologis tergantung dari jenis aliran dan kondisi aerobik
reaktor namun berkisar antara 2000-4000 mg/L.
Tingkat pemakaian kembali (recycle rate/R) dari lumpur
biologis yang didesain berdasarkan indeks densitas lumpur
(sludge density index/SDI). Sampel dari hilir reaktor diambil
dan diendapkan selama 30 menit di tabung. Volume dari lumpur
terendapkan dibaca di tabung, disampel menggunakan pipet dan
ditimbang beratnya, sehingga didapatkan massa jenis lumpur
yaitu mg/volume lumpur yang terendapkan. Perbandingan SDI
dan MLSS menentukan tingkat pemakaian kembali dari lumpur
aktif.
Indeks volume lumpur (sludge volume index/SVI) adalah
kebalikan dari indeks densitas lumpur dimana indeks volume
lumpur adalah volume dari tiap gram lumpur aktif terendapkan.
Kisaran nilai SVI untuk lumpur biologis adalah 50-150 mL/g.
4. Alat dan Bahan
Alat:
1 reaktor biofilter skala lab
1 pompa untuk pengatur debit reaktor
Imhoff cone yang difungsikan sebagai clarifier dengan
format batch flow
Gelas beaker
Bahan:
Air limbah cucian perut sapi (rumen) untuk proses seeding
Limbah cair batik yang akan diolah dengan rasio
BOD:COD = 0,65

59

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

5. Cara Kerja
Praktikum pengolahan biologis dalam teknik lingkungan ini
terdiri dari 2 modul.
a.

Proses pengembangbiakan mikroorganisme (seeding)


Dalam tahapan ini dilakukan upaya untuk menumbuhkan
mikroorganisme pada media filter dengan bakteri yang berasal
dari perut sapi. Limbah perut sapi diresirkulasi dengan waktu
tinggal 8 jam sehingga, dengan volume reaktor sebesar 32 liter
maka didapat debit sebesar 4 liter per jam setara dengan 1,1 ml
per detik.
b.

Adaptasi atau aklimatisasi


Aklimatisasi adalah pengadaptasian mikroorganisme
terhadap air buangan yang akan diolah. Pengadaptasian
dilakukan dengan cara mengganti air limbah cucian perut sapi
secara perlahan dengan air limbah batik. Waktu pentahapan
dilakukan selama 3 hari sebelum dilanjutkan ke tahap
berikutnya. Setiap pergantian tahap akan dilakukan pengecekan
COD sebagai verifikasi bahwa proses adaptasi berjalan baik.
Pada proses adaptasi ini, efluen akan diresirkulasikan ke influen
menggunakan pompa.
Tabel 4. Tahapan proses aklimatisasi
Air limbah cucian
Air limbah
Tahapan
perut sapi (%)
batik (%)
Tahap I
90
10
Tahap II
80
20
Tahap III
70
30
Tahap IV
60
40
Tahap V
50
50
Tahap VI
40
60
Tahap VII
30
70
Tahap VIII
20
80
Tahap IX
10
90
Tahap X
0
100

60

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

c.

Feeding
Akhir dari aklimatisasi adalah ketika air limbah perut sapi
telah 100 % tergantikan dengan limbah cair yang merupakan
awal tahap feeding mikroorganisme dengan limbah batik. Efluen
yang keluar dari reaktor akan dibuang/ tidak diresirkulasikan.

MODUL 6.1: Pengolahan Zat Organik (BOD dan COD)


Tujuan:
Untuk mengetahui kemampuan reaktor dalam mengolahan zat
organik.
Praktikum ini akan menggunakan sampel pada tahap feeding
dengan konfigurasi sebagai berikut:

Gambar 17. Rangkaian pengolahan biologis dan sedimentasi

Limbah cair yang akan diolah yaitu limbah batik dialirkan ke


reaktor biofilter. Air yang telah diolah dari reaktor (efluen)
dimasukkan ke imhoff cone yang berperan sebagai bak
sedimentasi. Kemampuan reaktor untuk mengolah zat organik
dapat diketahui dengan pengukuran parameter BOD dan COD.

61

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Pengambilan sampel influen dan efluen


1. Buka tutup kaca reaktor.
2. Ambil 100 mL sampel influen yang berada pada bagian
atas reaktor dengan cara menciduknya. Sampel harus
diambil pada bagian permukaan air.
3. Pasang kembali tutup kaca reaktor.
4. Uji parameter BOD dan COD pada influen (prosedur
pengerjaannya dapat dilihat pada bab yang berkaitan).
5. Alirkan 1000 mL efluen reaktor ke dalam gelas beaker dan
tuang ke dalam imhoff cone dimana waktu pengaliran
efluen disesuaikan dengan waktu detensi dari reaktor
(Contoh: apabila waktu detensi adalah 8 jam, maka sampel
efluen harus diambil 8 jam setelah pengambilan influen).
6. Diamkan air selama 30 menit agar lumpur aktif
terendapkan dan air limbah yang lebih jernih dipisahkan
menjadi efluen.
7. Pipet sampel air dari permukaan imhoff cone diatas batas
padatan dan cairan.
8. Uji parameter BOD dan COD pada efluen yang berasal dari
clarifier (prosedur pengerjaannya dapat dilihat pada bab
yang berkaitan).

MODUL 6.2: Perhitungan Produksi Lumpur (TSS dan


VSS)
Tujuan:
Untuk mengetahui produksi lumpur yang dihasilkan di reaktor
biologis dan di clarifier. Umumnya, reaktor biologis dengan
pertumbuhan melekat (attached growth) hanya menghasilkan
sedikit lumpur. Oleh karena itu praktikum pada modul ini tidak
dipraktikan di laboratorium, melainkan akan dilakukan
percobaan teoritis.

62

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Dalam suatu pengolahan biologis dihasilkan lumpur yang akan


diresirkulasi atau dibuang. Oleh karena itu perlu dilakukan
estimasi produksi dan konsentrasi lumpur yang dihasilkan.
Pengukuran TSS dan VSS influen dan efluen
1. Buka tutup kaca reaktor.
2. Ambil 100 mL sampel yang berada pada bagian atas
reaktor dengan cara menciduknya (influen). Sampel harus
diambil pada bagian permukaan air.
3. Pasang kembali tutup kaca reaktor.
4. Uji konsentrasi TSS dan VSS pada influen (prosedur
pengerjaannya dapat dilihat pada bab yang berkaitan).
5. Alirkan 1000 mL efluen reaktor ke dalam gelas beaker dan
tuang ke dalam imhoff cone dimana waktu pengaliran
efluen disesuaikan dengan waktu detensi dari reaktor
(Contoh: Apabila waktu detensi adalah 8 jam, maka sampel
efluen harus diambil 8 jam setelah pengambilan influen).
6. Diamkan air selama 30 menit agar lumpur aktif
terendapkan dan air limbah yang lebih jernih dipisahkan
menjadi efluen.
7. Pipet sampel air dari permukaan imhoff cone sampai
dengan batas padatan dan cairan .
8. Tentukan volume dari cairan yang dipipet.
9. Uji konsentrasi TSS dan VSS pada efluen yang berasal
dari clarifier (prosedur pengerjaannya dapat dilihat pada
bab yang berkaitan).

63

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Pengukuran indeks volume lumpur


1. Dari padatan yang tersisa di imhoff cone setelah cairan
dipipet, catat volume padatan yang tersisa di imhoff cone
(mL/L).
2. Buka tutup dasar imhoff cone dan kosongkan isi padatan
imhoff cone ke dalam cawan yang telah ditimbang berat
kosongnya.
3. Timbang berat cawan sesudah dituangi sisa padatan dari
imhoff cone (g).
4. Hitung SVI dan SDI.
5. Uji konsentrasi TSS dan VSS pada lumpur tersebut
(prosedur pengerjaannya dapat dilihat pada bab yang
berkaitan).
6. Perhitungan
1. Perhitungan SVI dan SDI
volume sampel lumpur aktif (mL)
SVI =
massa lumpur aktif (g)
massa lumpur aktif (g)
SDI =
volume sampel lumpur aktif (mL)
2. Pengestimasian konsentrasi TSS dan VSS lumpur dalam
reaktor
Pendekatan keseimbangan massa dapat digunakan untuk
mengetahui konsentrasi TSS dan VSS lumpur dalam
reaktor.
akumulasi = in2low out2low pengendapan reaksi
Diasumsikan tidak terjadi perubahan konsentrasi terhadap
waktu (akumulasi) dc/dt = 0 dan tidak terjadi reaksi pada
reaktor, maka konsentrasi lumpur untuk masing-masing
parameter (cL) dapat diketahui dari:

64

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

in2low  out2low 4 pengendapan


Q 56 . c8  Q 89: . c) 4 v; . A; . c<

dimana,
co = konsentrasi awal (mg/L), diketahui dari uji lab
c1 = konsentrasi akhir (mg/L), diketahui dari uji lab
Qin = debit limbah masuk ke reaktor (L/s), 1,1 mL/s
Qout = debit limbah keluar dari reaktor (L/s), 1,1 mL/s
vs = kecepatan pengendapan (m/s), diasumsikan dari
literatur
As = luas penampang pengendapan (m2), 0,09 m2
cL = konsentrasi lumpur (mg/L)
3. Penyesuaian rasio resirkulasi lumpur
Reaktor biologis bekerja bersamaan dengan unit
sedimentasi akhir untuk memisahkan lumpur biologis dan
efluen yang telah diolah.
Lumpur biologis ada yang dibuang dan ada yang
diresirkulasikan kembali ke reaktor. Jika reaktor bekerja
dengan skema berikut, tentukan rasio resirkulasi lumpur
(R/Q) dengan meninjau keseimbangan massa lumpur
biologis di titik influen.

Gambar 18. Skema keseimbangan massa di influen reaktor

65

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Q =c> ? 4 R c<   Q 4 R cABCD:8A


dimana,
Q
=
R
=
cQ
=
cL
=
creaktor

debit air limbah baru (L/s)


debit lumpur yang diresirkulasikan (L/s)
konsentrasi lumpur biologis pada air limbah baru (0)
konsentrasi TSS lumpur atau Sludge Density
Index (SDI) (mg/L)
= konsentrasi TSS reaktor atau Mixed Liquor
Suspended Solid (MLSS) (mg/L)

Lengkapi skema keseimbangan massa berikut!

Gambar 19. Skema keseimbangan massa

7. Diskusi dan Pembahasan


Reaktor Biofilter
1. Hitung berapa besar efisiensi penghilangan TSS, VSS, BOD,
dan COD akibat pengolahan dengan reaktor biofilter.
c+ $ c)
E2isiensi penghilangan 
x100%
c+
dimana,
co = konsentrasi awal (mg/L)
c1 = konsentrasi akhir (mg/L)

66

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

2.

3.

Proses degradasi materi organik menggunakan reaktor


biofilter ini termasuk:
a. Aerob/ anaerob? Berikan masing-masing dua contoh
reaktor aerob dan anaerob! Sebutkan dua kelebihan dan
dua kekurangan dari reaktor aerob dan anaerob!
b. Suspended growth/ attached growth? Berikan masingmasing dua contoh suspended growth dan attached
growth! Sebutkan dua kelebihan dan dua kekurangan
dari reaktor suspended growth dan attached growth!
c. Primary/ secondary/ tertiary treatment? Kapankah
biasanya reaktor biologis dipakai dalam rangkaian
pengolahan air limbah domestik? Jelaskan dengan
memberikan contoh rangkaian pengolahan air limbah
domestik!
Lakukan perbandingan data BOD, COD, TSS, dan VSS
dengan shift praktikum lain. Analisis stabilitas dan efisiensi
pengolahan biologis reaktor dari data tersebut ditinjau dari
waktu pengambilan sampel influen dan efluen!

Produksi lumpur
1. Bandingkan konsentrasi lumpur (TSS dan VSS) yang
didapatkan dari hasil praktikum dan yang diestimasi dari
perhitungan keseimbangan massa!
2. Berapa rasio resirkulasi lumpur berdasarkan data TSS dan
VSS lumpur dan influen? Apa fungsi dari resirkulasi
lumpur? Untuk reaktor biofilter ini, apakah perlu dilakukan
resirkulasi lumpur?
3. Apa pengaruh jenis proses pengolahan biologis (suspended
growth/ attached growth) terhadap produksi lumpur yang
dihasilkan?
4. Bagaimana perbedaan karakteristik yang dihasilkan lumpur
pada sedimentasi tipe 1, 2, dan 3?

67

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Pilot plant vs kriteria desain


1. Apakah efisiensi penghilangan BOD yang dihasilkan
reaktor sesuai dengan typical reaktor biofilter (kriteria
desain)?
8. Kesalahan yang sering terjadi
1. Untuk mengestimasi konsentrasi lumpur yang dihasilkan di
reaktor dengan pendekatan keseimbangan massa, data
konsentrasi influen tidak dapat langsung dikurangkan
dengan data konsentrasi efluen. Perhitungan harus
dilakukan dengan mempertimbangkan debit pada influen
dan efluen.
2. Pengambilan sampel efluen sebaiknya dilakukan 8 jam
(atau sesuai dengan waktu detensi reaktor) setelah
pengambilan sampel influen dilakukan.
9. Daftar Pustaka
Laksono, S. (2012). Pengolahan Biologis Limbah Batik dengan
Media Biofilter. Depok: Universitas Indonesia.
Reynold, T. D. dan Richard, P. A. (1996). Unit Operation and
Process In Environmental Engineering, 2nded. Boston:
PWS Publishing Company
Tugas:
Mindmap Bab 4, 4.2 (hal. 222-225) dan Bab 7, 7.1 (hal. 547-551)
Metcalf dan Eddy. (2003). Wastewater Engineering Treatment and
Reuse. New York: McGraw-Hill.

68

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

BAB 7
ANALISIS KLOR AKTIF
1. Maksud dan Tujuan
Mengetahui jumlah klor yang dibutuhkan untuk air baku dengan
kualitas tertentu sehingga tercapai titik Break Point Chlorination
(BPC).
2. Ruang Lingkup
Metode analisis klor aktif dengan metoda iodometri digunakan
untuk mengetahui jumlah klor yang dibutuhkan sehingga semua zat
kimia yang dapat dioksidasi teroksidasi: amoniak hilang sebagai gas
N2, dan juga masih tersedia sisa klor aktif terlarut yang
konsentrasinya dianggap perlu untuk pembasmian kuman-kuman.
Penambahan klor dalam sistem pengolahan air bersih digunakan
untuk membasmi bakteri dan mikroorganisme seperti amuba,
ganggang dan mengoksidasi ion-ion logam seperti Fe2+, Mn2+,
menjadi Fe3+, Mn4+, serta memecah bahan organik seperti warna.
Selama proses tersebut, klor sendiri bereaksi dengan amoniak dan
direduksi sampai menjadi klorida (Cl-) yang tidak mempunyai daya
desinfeksi.
Klor berasal dari gas klor Cl2, NaOCl, Ca(OCl)2/ kaporit, atau
larutan HOCl/ asam hipoklorit. Break Point Chlorination (klorinasi
titik retak) adalah jumlah klor yang dibutuhkan sehingga:
semua zat yang dapat dioksidasi teroksidasi
amoniak hilang sebagai gas N2
masih ada residu klor aktif terlarut yang konsentrasinya
dianggap perlu untuk pembasmian kuman-kuman
Dan berikut merupakan grafik dari BPC yang menunjukkan
hubungan antara jumlah klor aktif (sumbu y) dengan klor yang
dibubuhkan (sumbu x).

69

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Gambar 20. Grafik Break Point Chlorination

70

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Klor tersedia bebas dan klor tersedia terikat didapatkan melalui


grafik klorinasi breakpoint di atas. Klor aktif dapat dianalisis melalui
titrasi iodometri.
3. Dasar Teori
Ketika larutan klor ditambahkan kedalam air baku, klor aktif
akan membebaskan iodine I2 dari larutan kaliumiodida KI jika pH <
8 (terbaik adalah pH < 3 atau 4), sesuai reaksi (1a) dan (1b).
Indikator kanji digunakan sehingga terjadi perubahan warna larutan
yang mengandung iodine menjadi biru. Untuk menentukan jumlah
klor aktif, iodine yang telah dibebaskan oleh klor aktif tersebut
dititrasi dengan larutan standard natriumtiosulfat sesuai reaksi (2).
Titik akhir titrasi terjadi pada saat hilangnya warna biru dari larutan.
Asam asetat (CH3COOH) harus digunakan untuk menurunkan pH
larutan sampai 3 atau 4. Reaksi-reaksi yang terjadi dalam analisis ini
adalah :
OCl- + 2 KI + 2 HAs
I2 + 2 KAs + Cl- + 2 H2O
NH2Cl + 2 KI + 2 HAs
I2 + KAs + KCl + NH 4As
I2 + kanji
warna biru
I2 + 2 Na2S2O3
Na2S4O6 + 2 NaI

(1a)
(1b)
(2)

Hubungan jumlah klor dan jumlah titran dinyatakan sebagai berikut :


Reaksi 1
Klor

( Cl- (tidak aktif)


=(
reaksi 8
biru hilang
( Klor aktif
I2
Na2S2O3
KI
sisa KI

4. Pengawetan Sampel
Klor tidak stabil bila terlarut dalam air dan konsentrasinya akan
turun dengan cepat. Sinar matahari atau lampu, dan pengocokan
sampel akan mempercepat penurunannya. Oleh karena itu analisis
klor aktif harus dilakukan paling lambat dua jam setelah
pengambilan sampel.

71

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

Larutan dengan konsentrasi klor yang lebih tinggi adalah lebih


stabil, tetapi sebaiknya disimpan ditempat gelap atau di botol kaca
coklat.
5. Alat dan Bahan
Alat:
Buret 25 ml
Pipet 5 ml, 1 ml
Kertas pH
Karet penghisap
Bahan:
Sampel air (air hujan atau air tanah)
Asam asetat (glacial) yang pekat
Kalium iodida KI kristal (hablur)
Standar natrium tiosulfat Na2S2O3 0,1 N
Gunakan labu takar 1 liter untuk melarutkan 25 g
Na2S2O3.5H2O; isi dengan air suling sampai volum menjadi
1 liter, lalu tambahkan beberapa ml kloroform CHCl3
supaya larutan stabil. Kemudian awetkan larutan standard
tersebut selama minimum 2 minggu sebelum di
standardkan dan dipakai untuk pertama kali
Standardisasi
larutan
Na2S2O3
dengan
metoda
kaliumdikromat (masa pakai larutan Na2S2O3 adalah 24
jam sebelum perlu distandardisasi lagi);
larutkan 4,904 g K2Cr2O7 (tanpa H2O, yang sudah
dikeringkan pada 105o C selama 2 jam ) dalam 1 L air
suling. Larutan ini adalah larutan 0,10 N K2Cr2O7.
Simpan larutan ini dalam botol kaca dengan tutup kaca
siapkan 80 ml air suling dalam beaker 500 ml
kemudian tambahkan 1ml H2SO4 pekat, 10 ml 0,10 N
K2Cr2O7 di atas dan 1 g KI, aduk selama 6 menit

72

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

titrasikan larutan tersebut dengan 0,1 N Na2S2O3 sampai


warna kuning hampir habis (iodida telah dibebaskan)
tambahkan 1 ml larutan kanji, kemudian teruskan titrasi
sampai warna biru hilang pertama kali (warna biru akan
keluar lagi setelah beberapa menit), sehingga :
Normalitas Na2S2O3 =

1
ml Na2S2O3 yang dibutuhkan

Indikator kanji
Kanji sebanyak 5 g dituangkan ke dalam 1 L air suling di
dalam beaker yang sedang mendidih.

6. Cara Kerja
Praktikum analisis klor aktif ini terdiri dari 2 modul.

MODUL 7.1: Penentuan Breakpoint Chlorination (BPC)


Tujuan:
Untuk menentukan titik Breakpoint Chlorination untuk suatu
sampel air.
1.

2.
3.
4.
5.

Tentukkan rentang kaporit yang akan ditambahkan sesuai


dengan studi pustaka, dimana kebutuhan kaporit
disesuaikan dengan kandungan air yang akan diuji.
Penentuan rentang dilakukan dengan langkah yang serupa
dengan Modul 4.1.
Tuangkan 100 mL sampel masing-masing ke dalam 9 botol
kaca.
Tambahkan kaporit ke dalam botol 1 sampai 7 masingkemudian tutuplah ke-7 botol tersebut setelah dikocok
Diamkan selama 30 menit.
Setelah 30 menit, tentukan konsentrasi klor aktif dengan
cara:

73

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

6.

7.

a. Ambil 1 botol sampel lalu tambahkan 5 mL asam asetat,


aduklah agar pH merata dalam larutan yaitu sekitar 3-4
(cek dengan kertas pH)
b. Tambahkan 1 g KI (warna kuning akan tampak),
aduklah terus
c. Jika setelah ditambah KI, sampel berwarna kuning
pekat, sampel dititrasi dengan natriumthiosulfat 0,1 N
sampai warna kuning hampir hilang/ kuning seulas
(larutan bebas iodine)
d. Tambahkan 1 mL kanji pada sampel yang berwarna
kuning seulas, sampel akan berwarna biru
e. Titrasi dengan natriumthiosulfat 0,1 N sampai warna
biru hilang (TA)
f. Lakukan langkah-langkah diatas untuk botol selanjutnya
(sampai botol ke-7)
Untuk blanko:
a. Tambahkan 5 ml asam asetat, 1 g KI dan 1 ml larutan
kanji ke dalam botol yang berisi 100 ml air suling
b. Jika warna biru keluar lakukan titrasi dengan
natriumthiosulfat 0,1 N, sampai warna biru hilang
c. Jika warna biru tidak muncul, titrasi dengan 0,0282 N
larutan iodine sampai warna biru keluar lalu titrasi
kembali dengan natriumthiosulfat 0,1 N sampai warna
biru hilang.
d. Jika volum titran iodine lebih besar daripada volum
titran natriumsulfat 0,1 N, maka nilai blanko adalah
negatif
Gambarkan grafik break point dengan klor aktif (mg Cl2/L)
vs mol ClO-/L kemudian cari titik break point untuk
mendapat jumlah klor yang dibutuhkan.

74

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

MODUL 7.2: Pengaruh Waktu Kontak Terhadap


Desinfeksi
Tujuan:
Untuk menentukan pengaruh waktu kontak terhadap daya
desinfeksi.
1.

2.
3.
4.

Dalam botol ke-8 dan ke-9 yang masing-masing telah berisi


100 ml sample, tambahkan klor sebanyak yang dibutuhkan
untuk mencapai break point sesuai grafik tadi.
Diamkan botol ke-8 dalam waktu 5 menit, lalu tentukan
konsentrasi klor aktif , langkah (4).
Untuk botol ke-9 diamkan selama 2 jam, lalu tentukan
konsentrasi klor aktif , langkah (4).
Evaluasi pengaruh waktu detensi 5 menit, 30 menit dan 2
jam terhadap break point.

Perhitungan
Klor aktif sebagai mgClF =

(A B) x N x 35453 x Fp
V

dimana,
A = mL titran Na2S2O3 untuk sampel
B = mL titran Na2S2O3 untuk blanko (bisa positif atau negatif)
N = Normalitas larutan titran Na2S2O3
V = Volume sample (ml)
Fp = Faktor pengencer
7. Hasil Pengamatan

Klor aktif
(mgCl2/L)
Klor yang dibubuhkan

75

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

8. Diskusi dan Pembahasan


Penentuan BPC
1. Apa yang dimaksud dengan BPC dan mengapa penentuan
BPC penting dilakukan dalam proses desinfeksi?
2. Identifikasi proses yang terjadi pada grafik BPC yang Anda
dapatkan! Kaitkan juga antara sumber air yang diuji dengan
grafik BPC yang dihasilkan!
3. Jika grafik BPC tidak didapatkan, analisis penyebabnya
ditinjau dari sumber air, proses yang dialami pada desinfeksi,
potensi desinfeksi!
4. Jelaskan pengaruh parameter lain dalam air terhadap
kebutuhan klor/ proses desinfeksi?
5. Jika sampel yang digunakan pada praktikum ini berasal dari
danau yang tercemar limbah organik, apa yang akan terjadi
dengan grafik BPC yang dihasilkan? Mengapa sampel yang
dipakai harus berasal dari air hujan/air tanah?
Aplikasi pada pengolahan air
1. Apa yang dimaksud dengan waktu kontak pada proses
desinfeksi? Analisis hubungan waktu kontak dengan
kekuatan desinfeksi pada air!
2. Bagaimana aplikasi desinfeksi dilakukan pada suatu
pengolahan air bersih? Kaitkan juga dengan pemenuhan
waktu kontak yang optimum!
3. Apa perbedaan preklorinasi dan post klorinasi pada sutatu
pengolahan air bersih? Dimana prinsip BPC ini dapat
digunakan?
4. Apa perbedaan kegunaan desinfeksi pada proses pengolahan
air bersih dan air limbah? Faktor apa yang harus
dipertimbangkan untuk desinfeksi pada pengolahan air
limbah?
5. Sebutkan batas konsentrasi klorin sisa pada air yang baru
keluar dari instalasi air bersih dan air yang diterima
konsumen? Mengapa klorin sisa dibutuhkan pada distribusi
air bersih?

76

Modul Praktikum Laboratorium Lingkungan Lab PSTL

9. Kesalahan yang sering terjadi


1. Jika setelah ditambah KI warna sampel menjadi kuning
pekat, sampel dititrasi dengan natriumthiosulfat 0,1 N
hingga warna kuning tepat akan hilang/ warna kuning
seulas. Perhatikan untuk tidak mentitrasi sampel melebihi
warna kuning seulas.
2. Penentuan warna kuning seulas yang diinginkan umumnya
mengacu pada warna sampel yang ditambahkan kaporit 0,5
mL dan 1 mL.
3. Volume titran natriumthiosulfat 0,1N yang dihitung untuk
suatu sampel adalah volume dari awal titrasi (termasuk
yang digunakan untuk mentitrasi jika warna kuning terlalu
pekat sebelum ditambahkan indikator kanji).
10. Daftar Pustaka
Alaerts, G. dan Santika, S. S. (1984). Metode Penelitian Air.
Surabaya: Usaha Nasional.
Tugas:
Mindmap Bab 24 (hal. 740-754)
Reynold, T. D. dan Richard, P. A. (1996). Unit Operation and
Process In Environmental Engineering, 2nded. Boston: PWS
Publishing Company.

77

Anda mungkin juga menyukai