Oleh:
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................................... 2
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... 4
BAB I................................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 5
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................... 5
1.2 TUJUAN .................................................................................................................. 6
BAB II .............................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 7
2.1 PEDOMAN PENYUSUN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP ..................................... 7
2.2 PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN AMDAL ........................................ 28
2.3 PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN RKL-RPL ........................................ 40
2.4 PEDOMAN PENGISIAN FORMULIR UKL-UPL ....................................... 55
2.5 PEMBAHASAN PERMEN LH NO.12 TAHUN 2012......................................... 66
BAB III .......................................................................................................................... 70
PENUTUP ..................................................................................................................... 70
3.1 KESIMPULAN ........................................................................................................ 70
REFERENSI ................................................................................................................. 71
DAFTAR TABEL
PEMBAHASAN
Pelingkupan
Muatan pelingkupan pada dasarnya berisi informasi tentang:
a. Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji.
1) Status studi amdal, apakah dilaksanakan secara terintegrasi,
bersamaan atau setelah studi kelayakan teknis dan ekonomis. Uraian
ini diperlukan sebagai dasar untuk menentukan kedalaman informasi
yang diperlukan dalam kajian amdal.
2) Kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan rencana
tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundangan.
3) Deskripsi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan fokus kepada
komponen-komponen kegiatan yang berpotensi menyebabkan
dampak lingkungan berdasarkan tahapan kegiatan, termasuk
alternatifnya (jika terdapat alternatif-alternatif terhadap rencana
usaha dan/atau kegiatan) dan pengelolaan lingkungan hidup yang
sudah disiapkan/direncanakan sejak awal sebagai bagian dari rencana
kegiatan (terintegrasi dalam desain rencana usaha dan/atau kegiatan).
Dalam hal diperlukan adanya informasi yang lebih detail terhadap
deskripsi rencana kegiatan, maka dapat dilampirkan informasi lain
yang dianggap perlu;
- Uraian tersebut wajib dilengkapi dengan peta-peta yang relevan yang memenuhi
kaidah-kaidah kartografi dan/atau layout dengan skala yang memadai.
- Informasi kesesuaian lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan dengan rencana tata
ruang seperti tersebut di atas dapat disajikan dalam bentuk peta tumpang susun
(overlay) antara peta batas tapak proyek rencana usaha dan/atau kegiatan dengan
peta RTRW yang berlaku dan sudah ditetapkan (peta rancangan RTRW tidak
dapat dipergunakan). Berdasarkan hasil analisis spasial tersebut, penyusun
dokumen amdal selanjutnya menguraikan secara singkat dan menyimpulkan
kesesuaian tapak proyek dengan tata ruang apakah seluruh tapak proyek sesuai
dengan tata ruang, atau ada sebagian yang tidak sesuai, atau seluruhnya tidak
sesuai. Dalam hal masih ada hambatan atau keragu-raguan terkait informasi
kesesuaian dengan RTRW, maka pemrakarsa dapat meminta bukti formal/fatwa
dari instansi yang bertanggung jawab di bidang penataan ruang seperti BKPTRN
atau BKPRD.Bukti-bukti yang mendukung kesesuaian dengan tata ruang wajib
dilampirkan.
- Jika lokasi rencana usaha/atau kegiatan tersebut tidak sesuai dengan rencana tata
ruang, maka dokumen KA tidak dapat diproses lebih lanjut sesuai dengan
ketentuan pasal 4 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012.
2) Usaha dan/atau kegiatan yang ada di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diusulkan beserta dampak yang ditimbulkannya terhadap
lingkungan hidup. Tujuan penjelasan ini adalah memberikan gambaran utuh
tentang kegiatan-kegiatan lain (yang sudah ada di sekitar lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan) yang memanfaatan sumberdaya alam dan mempengaruhi
lingkungan setempat.
- Deskripsi rona lingkungan hidup harus menguraikan data dan informasi yang
terkait atau relevan dengan dampak yang mungkin terjadi. Deskripsi ini
didasarkan data dan informasi primer dan/atau sekunder yang bersifat aktual dan
mengunakan sumber datainformasi yang valid untuk data sekunder yang resmi
dan/atau kredibel untuk menjamin validitas data-informasi serta didukung oleh
hasil observasi lapangan. Data dan informasi rinci terkait dengan rona lingkungan
hidup dimaksud dapat disampaikan dalam lampiran.
- Dalam hal terdapat beberapa alternatif lokasi, maka uraian rona lingkungan hidup
harus dilakukan untuk masing-masing alternatif lokasi.Deskrisi rona lingkungan
hidup awal dapat disajikan dalam bentuk data dan informasi spasial.
Secara rinci, informasi yang harus dijelaskan antara lain hal kunci (keypoints)
yang harus jadi perhatian bagi pengambil keputusan, yaitu informasi apa yang
dibutuhkan oleh pengambil keputusan terkait dengan hasil pelibatan masyarakat
ini, antara lain sebagai contoh adalah:
1) Informasi deskriptif tentang keadaan lingkungan sekitar (”ada hutan bakau”
atau ”banyak pabrik membuang limbah ke sungai X”).
2) Nilai-nilai lokal terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diusulkan.
3) Kebiasaan adat setempat terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diusulkan.
4) Aspirasi masyarakat terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan yang
diusulkan, antara lain kekhawatiran tentang perubahan lingkungan yang
mungkin terjadi (”jangan sampai kita kekurangan air” atau ”tidak senang
adanya tenaga kerja dari luar”); dan harapan tentang perbaikan lingkungan
atau kesejahteraan akibat adanya rencana kegiatan (”minta disediakan air
bersih” atau ”minta pemuda setempat diperkerjakan”).
c. Pendekatan institusi
Pendekatan ini adalah mekanisme kelembagaan yang akan ditempuh pemrakarsa
dalam rangka menanggulangi dampak penting lingkungan hidup.
Contoh:
1) “membentuk suatu bagian atau unit dalam perusahaan (PT. XXXX) sebagai
pemrakarsa yang bertanggung jawab dalam hal pengelolaan lingkungan dalam
melaksanakan Pembangunan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta. Seperti yang
disajikan berikut ini.
Catatan penting:
1) Perlu diingat pula bahwa, tidak harus setiap dampak yang akan dikelola wajib
memberikan tiga bentuk pengelolaan sebagaimana dimaksud di atas, melainkan
dipilih bentuk apa yang relevan dan efektif untuk mengelola dampak tersebut.
2) Perlu diperhatikan juga bahwa dalam merumuskan bentuk pengelolaan
lingkungan hidup, harus dilihat pula status dampak yang akan dikelola, apakah
dampak primer (dampak yang merupakan akibat langsung dari kegiatan), dampak
sekunder (dampak turunan pertama dari dampak primer), atau dampak tersier
(dampak turunan kedua dari dampak primer). Dengan memahami status dampak
seperti ini, maka rencana pengelolaan dapat diformulasikan secara tepat sasaran,
karena jika suatu dampak primer telah dikelola dengan baik, maka kemungkinan
besar dampak turunannya tidak pernah akan timbul dan tentunya tidak perlu
diformulasikan pengelolaan secara khusus untuk dampak turunan tersebut.
- Lokasi pengelolaan lingkungan hidup
Dalam kolom ini, penyusun dokumen Amdal menjelaskan rencana lokasi kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup dengan memperhatikan sifat persebaran dampakyang
dikelola. Lengkapi pula dengan peta lokasi pengelolaan, sketsa, dan/atau gambar
dengan skala yang memadai. Peta yang disertakan harus memenuhi kaidah-kaidah
kartografi.
- Periode pengelolaan lingkungan hidup
Dalam kolom ini, penyusun dokumen Amdal menguraikan secara singkat rencana
tentang kapan dan berapa lama kegiatan pengelolaan lingkungan dilaksanakan dengan
memperhatikan: sifat dampak penting dan dampak lingkungan lainnya yang dikelola
(lama berlangsung, sifat kumulatif, dan berbalik tidaknya dampak).
- Institusi pengelolaan lingkungan hidup
Dalam kolom ini, penyusun dokumen Amdal harus mencantumkan institusi dan/atau
kelembagaan yang akan berurusan, berkepentingan, dan berkaitan dengan kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku baik di tingkat nasional maupun daerah pada setiap rencana pengelolaan
lingkungan hidup.
- Institusi pengelolaan lingkungan hidup yang perlu diutarakan meliputi:
a. Pelaksana pengelolaan lingkungan hidup Cantumkan institusi pelaksana yang
bertanggungjawab dalam pelaksanaan dan sebagai penyandang dana kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup. Apabila dalam melaksanakan kegiatan
pengelolaan lingkungan hidup pemrakarsa menugaskan atau bekerjasama dengan
pihak lain, maka cantumkan pula institusi dimaksud.
b. Pengawas pengelolaan lingkungan hidup
Cantumkan instansi yang akan berperan sebagai pengawas bagi terlaksananya
RKL. Instansi yang terlibat dalam pengawasan mungkin lebih dari satu instansi
sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawab, serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
c. Pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup
Cantumkan instansi-instansi yang akan menerima laporan kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup secara berkala sesuai dengan lingkup tugas instansi yang
bersangkutan, dan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Tanggal:
Penerima:
2.5 Pembahasan PERMEN LH NO.12 TAHUN 2012
AMDAL merupakan perangkat pengelolaan yang bersifat preventif yaitu
tindakan yang dilakukan pada tingkat pengambilan keputusan dan perencanaan yang
harus dipertanggungjwabkan. AMDAL merupakan studi/kajian mengenai dampak
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan penyelenggaraan
usaha atau kegiatan serta dokumen pengelolaan dan pemantauan yang cukup efektif
(Wahyono & Suntoro, 2012).
Kebijakan AMDAL dimulai sejak Peraturan Pemerintah (PP) nomor 29 tahun
1986, tentang analisis mengenai dampak lingkungan dan telah mengalami tiga kali
perubahan sampai dengan dikeluarkan kebijakan terakhir yaitu PP Nomor 27
Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Faktor-faktor pendorong perubahan
peraturan AMDAL di Negara berkembang adalah tidak tercapainya hasil yang
maksimal dan kinerja AMDAL yang lemah serta penyesuaian kondisi lingkungan dan
pengalaman untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja AMDAL (Kolhoff & Driesse,
2013).
Efektifitas dari sebuah peraturan dapat digunakan dua tolok ukur. Pertama, suatu
peraturan dikatakan efektif apabila telah menimbulkan dampak sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai peraturan tersebut; dan kedua, peraturan tersebut dikatakan
efektif apabila sudah dilaksanakan secara formal. Dalam kaitannya dengan AMDAL,
pelaksanaan secara formal sudah dapat dianggap efektif, dengan asumsi bahwa semua
prosedur dan kriteria telah dipenuhi secara benar, dan tidak ada upaya manipulasi di
lapangan. Dalam rangka penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan, Menteri
Negara Lingkungan Hidup membuat PERMEN LH No.16 Tahun 2012 yang memuat
tentang Pedoman Penyusunan Dokumen AMDAL (Sulistyowati, 2006).
Pedoman penyusunan dokumen analisis dampak lingkungan (AMDAL) mengacu
ke PermenLH No.16 Tahun 2012 untuk kegiatan yang masih dalam perencanaanan.
Menurut PermenLH No.16 Tahun 2012, dokumen AMDAL yang perlu disusun
mencakup: Kerangka Acuan, AMDAL dan RKL dan RPL. Kerangka Acuan harus
memuat: pendahuluan, pelingkupan, metode studi, daftar pustaka dan lampiran.
AMDAL harus memuat: pendahuluan, deskripsi rinci rona lingkungan hidup awal,
prakiraan dampak penting, evaluasi secara holistik terhadap lingkungan, daftar
pustaka dan lampiran. RKL dan RPL harus memuat: pendahuluan, rencana
pengelolaan lingkungan hidup, rencana pemantauan lingkungan hidup, jumlah dan
jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dibutuhkan,
pernyataan komitmen pemrakarsa untuk melaksanaakan ketentuan yang tercantum
dalam RKL dan RPL, daftar pustaka, dan lampiran.
Dokumen AMDAL yang berkualitas dan bermutu baik disusun oleh penyusun
yang kompeten dan bersertifikasi dengan mengacu pada panduan penyusunan dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang pedoman
penyusunan dokumen lingkungan hidup sedangkan penilaian dilakukan Komisi
Penilai berlisensi dengan panduan penilaian dalam PERMEN LH Nomor 08 Tahun
2013 tentang tata laksana penilaian dan pemeriksaan dokumen lingkungan hidup serta
penerbitan izin lingkungan. Penilai berasal dari Instansi Lingkungan Hidup Pusat dan
Daerah yang memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda sehingga
berpotensi menimbulkan bias kualitas penilaian terkait mutu dokumen (Venita, 2015).
Dokumen AMDAL yang bermutu memang tidak menjamin mutlak bahwa
pelaksanaan AMDAL di lapangan akan terlaksana secara efektif, namun dokumen
yang berkualitas merupakan dasar utama pengambilan keputusan serta pengelolaan
dan pemantauan lingkungan selanjutnya. Evaluasi mutu diperlukan, karena kualitas
hasil kajian AMDAL sangat berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan
kelayakan dari segi lingkungan untuk dapat dilakukan secara cepat dan tepat bila
semua informasi tersedia secara lengkap, memiliki daya pendukung yang berkualitas
dan dasar-dasar argumentasi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan
(Soemarwoto, 2001).
Menurut Morrison & Bailey (2008) bahwa praktisi di Australia Barat telah
memperoleh manfaat dari kursus pelatihan AMDAL, seminar dan acara lainnya
dilaksanakan di bawah naungan perjanjian kemitraan yang memberikan kesempatan
bagi regulator dan konsultan untuk bercampur dan bersosialisasi bersama-sama.
Praktisi tertarik untuk lebih mengembangkan interaksi kolaboratif, misalnya,
lokakarya terstruktur atau pertemuan meja bundar yang bertujuan untuk berbagi
pelajaran dan cara bekerja untuk meningkatkan praktek AMDAL. Berdasarkan
pengalaman-pengalaman positif di Australia Barat disarankan agar praktisi AMDAL
di wilayah lain di seluruh dunia dapat mengambil manfaat dari jenis pendekatan
kooperatif ini untuk meningkatkan praktek AMDAL. Di Indonesia KLH telah
mensponsori kolaborasi antara stakeholder AMDAL dengan melakukan pertemuan
rutin setiap bulan untuk saling berbagi pelajaran dan informasi.
Terdapat dua paradigma tentang penerapan aspek sosial AMDAL, yaitu
paradigma teknis dan pembangunan masyarakat (community development)
(Hadi, 1997). Paradigma teknis menekankan pada metode ilmiah sebagai cara
obyektif untuk menyajikan informasi kepada para pengambil keputusan. Para peneliti
yang menjadi pendukung model ini menyatakan AMDAL sosial harus menyajikan
masukan ilmiah sebagai bahan pengambilan keputusan. Hasil studi AMDAL sosial
akan diabaikan jika kualitas ilmiahnya rendah, untuk membuat AMDAL sosial lebih
berpengaruh adalah dengan meningkatkan kualitas ilmiahnya. Sedangkan pada
paradigma pembangunan masyarakat bahwa tugas penting dari aspek sosial AMDAL
adalah memobilisasi keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan (Melser,
1982). Pendekatan ini tidak memerlukan analisa ilmiah yang canggih karena lebih
memerlukan ketrampilan organisatoris dan komunikasi dan kemampuan untuk
memahami sikap, kepercayaan, dan nilai dari warga masyarakat yang
kemungkinan akan terkena dampak dari proyek. Pendekatan ini memberikan
kesempatan kepada warga masyarakat untuk dapat berperan dalam suatu proses
pembangunan.
Dalam hal metode, dua pendekatan tersebut di atas bisa saling melengkapi jika
dilihat dari proses studi AMDAL mulai dari perumusan kerangka acuan,
pelingkupan, penyusunan rona lingkungan, prediksi dan penyusunan rencana
kelola dan pemantauan lingkungan. Pendekatan teknis nampak lebih cocok
diterapkan pada tahap awal, sedang pendekatan pembangunan masyarakat lebih tepat
digunakan dalam proses analisa dan evaluasi (Sulistyowati, 2006).
Pengelolaan Lingkungan Hidup diharapkan menjawab tantangan permasalahan
lingkungan tidak terkecuali analisis mengenai dampak lingkungan, keterlibatan dan
peran masyarakat. Tugas penting dari aspek sosial Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) diantaranya memobilisasi keterlibatan masyarakat dalam
pengambilan keputusan. Pendekatan ini tidak memerlukan analisa ilmiah yang
canggih karena lebih memerlukan ketrampilan organisatoris dan komunikasi dan
kemampuan untuk memahami sikap, kepercayaan, dan nilai dari warga masyarakat
yang kemungkinan akan terkena dampak dari proyek. Dalam perkembangannya,
aspek sosial dalam AMDAL lebih dinamis dari perkembangan AMDAL itu sendiri
(Sulistyowati, 2006).
Kebijaksanaan pemerintah Indonesia dalam pengelolaan lingkungan hidup
ialah mengikutsertakan masyarakat semaksimal mungkin atau sering disebutkan
sebagai peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup. Masyarakat
setempat dapat memberikan bantuan antara lain informasi, saran-saran alternatif,
pemecahan masalah ataupun ikut melakukan pengelolaan. Singkatnya, partisipasi
masyarakat merupakan proses dimana masyarakat yang terkena dampak (affected
people) turut serta mengambil bagian dalam pengambilan keputusan. Keutamaan
dalam partisipasi masyarakat tersebut adalah pendapat masyarakat yang akan terkena
dampak baik langsung maupun tidak langsung, sehingga biasanya dengar pendapat
tersebut diadakan di lokasi proyek akan dibangun, karena masyarakat yang akan
datang biasanya hanya masyarakat yang berada di sekitar tempat pertemuan pada
radius tertentu di sekitar lokasi proyek (Sulistyowati, 2006).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
l. Pedoman penyusunan dokumen analisis dampak lingkungan (AMDAL) mengacu ke
PermenLH No.16 Tahun 2012 untuk kegiatan yang masih dalam perencanaanan.
Menurut PermenLH No.16 Tahun 2012, dokumen AMDAL yang perlu disusun
mencakup: Kerangka Acuan, AMDAL dan RKL dan RPL. Kerangka Acuan harus
memuat: pendahuluan, pelingkupan, metode studi, daftar pustaka dan lampiran.
AMDAL harus memuat: pendahuluan, deskripsi rinci rona lingkungan hidup awal,
prakiraan dampak penting, evaluasi secara holistik terhadap lingkungan, daftar
pustaka dan lampiran. RKL dan RPL harus memuat: pendahuluan, rencana
pengelolaan lingkungan hidup, rencana pemantauan lingkungan hidup, jumlah dan
jenis izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dibutuhkan,
pernyataan komitmen pemrakarsa untuk melaksanaakan ketentuan yang tercantum
dalam RKL dan RPL, daftar pustaka, dan lampiran.
2. Pengelolaan Lingkungan Hidup diharapkan menjawab tantangan permasalahan
lingkungan tidak terkecuali analisis mengenai dampak lingkungan, keterlibatan dan
peran masyarakat. Tugas penting dari aspek sosial Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) diantaranya memobilisasi keterlibatan masyarakat dalam
pengambilan keputusan.
Referensi
Hadi, S. P. (1997). Aspek Sosial Amdal, Sejarah, Teori, dan Metode. Yogjakarta: Gadjah
Mada University Press.
Kolhoff, A., & Driesse, P. P. (2013). An Analysis Framework For Characteristic and
Explaining Development of EIA Legislation in Development Countries.
Enviromental Impact Assesment Reviem, Vol 38.
Melser, P. (1982). Report On The First International Conference On Social Impact
Assesment: Advancing the State Of The Art, Social Impact Assesment New letter.
New York: Social Impact Assesment Centre.
S, E. F. (1993). Enviromental Impact Assement : Making it Work In Developing
Countries Journal of Enviromental Management. Journal of Enviroment
Management, Vol 38.
Soemarwoto. (2001). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogjakarta: Gadjah Mada
University Press.
Soemarwoto, O. (1994). Analisis Dampak Lingkungan Hidup. Yogjakarta: Gajgah Mada
University Press.
Sulistyowati. (2006). ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)
DALAM PENGELOLAAN SAMPAH KOTA (Studi Akses Masyarakat Dalam
AMDAL di Lokasi TPA Ngronggo Salatiga. Surakarta: Pascasarja Ilmu Hukum
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Venita, R. (2015). Analisis Mutu dan Kroteria Kelayakan Dokumen AMDAL di
Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Bogor: Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Wahyono, & Suntoro, S. (2012). Efektifitas Pelaksanaa Dokumen Lingkungan Dalam
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kabupaten Pacitan. Jurnal
Ekosains, Vol IV.