DI PASURUAN
Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia harus didasarkan pada konsep pembangunan berkelanjutan
dan perlindungan lingkungan seperti tercantum dalam GBHN. Pembangunan yang
merusak lingkungan bukanlah pembangunan, melainkan bencana yang tertunda.
Untuk itu industri-industri di Indonesia haruslah menjalankan industrinya dengan
tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan.
Berdasarkan data statistik International Study Group (IRSG), dari tahun 1986 sampai
1996 produksi karet alam dunia telah meningkat dengan rata-rata tingkat
pertumbuhan pertahun sebesar 3,56 persen hingga mencapai5,54 juta ton pada tahun 1996.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), harga karet alam selama semester I tahun
2006 mengalami peningkatan mencapai 37 persen, sementara volume ekspornya mencapai
14,7 persen. Hal ini membuktikan bahwa produksi karet alam di Indonesia mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Meningkatnya produksi karet alam Indonesia tidak terlepas
dari meningkatnya permintaan akan karet alam untuk digunakan sebagai bahan baku pada
industri otomotif.
Meningkatnya produksi karet alam Indonesia juga tidak terlepas dari peran perusahaan
yang membudidayakan karet dan menghasilkankaret alam olahan. Industri karet alam yang
diperankan oleh PerkebunanRakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) yang
biasa dikenal dengan PT.Perkebunan Nusantara, serta Perkebunan Besar Swasta
(PBS)membudidayakan tumbuhan karet dan memproduksi berbagai jenis produk karet
alam, antara lain Ribbed Smoked Sheet (RSS), lateks pekat, block rubber,tyre rubber,
reclaimed rubber,dan crumb rubber atau sering disebut Standard Indonesia Rubber (SIR).
Industri karet memiliki proporsi yang jauh lebih besar dari industry lainnya di
Indonesia, maka pengendalian limbah pabrik perlu mendapatkan perhatian serius
agar dapat dicapai optimalisasi daya dukung lingungan tanpa menimbulkan pencemaran.
Industri berpotensi menimbulkan pencemaran, karena selama proses produksinya
industry karet menghasilkan limbah padat, cair dan gas. Limbah cair merupakan limbah
yang terbanyak terbentuk dari ketiga jenis limbah tersebut. Menurut Tampubolon
(1993) limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi pabrik karet perkebunan
besar mencapai kurang lebih 26,4 m3
per ton karet kering. Tingginya limbah cair tersebut disebabkan karena selama proses
produksinya air merupakan sumber daya yang terbanyak dibutuhkan untuk proses
pengenceran dan untuk pencucian peralatan dan lantai pabrik.
Produksi bersih adalah suatu pendekatan penanganan limbah yang bersifat
preventif dan terpadu, sehingga dapat mengurangi dampak negative terhadap
lingkungan melalui pengurangan jumlah limbah yang dihasilkan. Pendekatan
penanganan limbah ini dilakukan melalu penanganan siklus produksi dari penyediaan
bahan baku sampai produk,dengan cara reduce, recycle, reuse dan recovery. Dari
pendekatan ini akan diperoleh limbah dalam jumlah yang sedikit sehingga akan
mengurangi dampak negative bagi lingkungan. Selain memberikan manfaat bagi
lingkungan. Produksi bersih ini juga menghemat pengeluaran perusahan karena
adanya efisiensi produksi dan pengelolaan limbah
2. Kemungkinan dampak apa saja akan yang terjadi akibat aktifitas dari pabrik kertas
“PT.CAUCO INDONESIA”? Dan upaya penanganan apa yang akan dilakukan terhadap
dampak tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
Gb. Lokasi
Dusting
Pendinginan (Cooling)
Lembaran karet (sheet compand) yang sudah kering ditumpuk pada palle
te dan disimpan sampai tibasaatnya dipakai oleh seksi
lain untuk proses selanjutnya.
.
3. Proses Beading - Limbah padat dari - Ditampung lalu
Beading adalah bagian dari ban yang menempel pada roda, terbuat bahan baku yang dimanfaatkan kembali
tidak terpakai menjadi produk
dari kawat baja guna menjamin pemasangan yang kuat antar ban dan pelek
yang bersangkutan.
Pembentukan Bead
Kawat Bead yang sudah dilapisi karet dibentuk pada alat yang na
manya " Bead Builder " menjadi lingkaran gelang dengan alat yang
namanya former yang telah ditentukan atau berbentuk bead ring.
Proses aplikasi lain adalah untuk pembuatan material ply & steel
belt, JLB & cap ply. Aplikasi tersebut dibentuk oleh
mesin Calender dengan bahan dasar benang (polyester dan nylon)
juga steel cord. Polyester maupun nylon yang akan diproses, sebelumnya
harus melalui proses pelebaran terlebih dahulu agar material tersebut
terbuka untuk kemudian di masukan ke dalam oven dengan suhu 160°C
agar pada saat diberikan compound dan bahan-bahan seperti polyester,
nylon, dan steel cord dapat merekat dengan
sempurna. setelah pelapisan selesai lalu di potong sesuai spesifikasi yang
dibutuhkan hasilnya menjadi plycord.
5. Prosess Manufacturing (steel cord) - Karet lembaran - Ditampung lalu
Proses pelapisan steel card dengan sheet compound dan setelah - kawat dimanfaatkan sebagai
kreatifitas yang lain
pelapisan selesai lalu dipotong sesuai spesifikasi yang dibutuhkan hasilnya
menjadi steel.
6. Proses Extruding - Air mengandung - Ditampung, lalu
Pemanasan (Warming Up) zat kimia diendapkan dan
dikeringkan kemudian
Komponen karet sebelum dipakai dipanaskan pada " warming Up disaring sebelum dibuang.
Roll " untuk mempermudah pekerjaan, kemudian dikirim melalui
conveyor ke bagian pembentukan dimesin Extruder.
Pembentukan (extruding)
a. First Buiding
yaitu proses pembentukan bead ring,side tread dan ply cord
sehingga menjadi green case.
b.
Second Building
yaitu proses pembentukan antara top tread, steel belt, dan
green case sehingga menjadi green tire yaituproduk setengah jadi.
Trimming
yaitu pencukuran tire dari proses curing
Pemeriksaan (Inspection)
Setelah selesai, ban diperiksa secara visual apakah ada cacat atau tidak.
Proses ini tentu saja tidak menggunakan mesin, jadi ketelitian pekerja
sangat dibutuhkan. Selain visual, kontrol juga dilakukan dengan
pemeriksaan balance dan menggunakan sinar X.
Ban tidak mungkin bisa 100% balance seperti pelek, namun ada
batasannya.
Wrapping/Packaging
3. Limbah Gas
Pabrik karet dalam proses pengolahan menggunakan bahan kimia berupa ammonia dan asam
cuka serta dalam proses pengasapan menggunakan kayu bakar. Ammonia dan asam cuka yang
digunakan berupa gas yang dapat menguap dan dapat mencemari udara jika penggunaannya
melebihi ambang batas yang ditentukan. Dalam proses pengasapan penggunaan kayu bakar
sebagai bahan bakar juga dapat menyebabkan pencemaran udara. Kayu yang dibakar
mengasilkan polutan berupa Carbon Dioksida, Nitrogen Oksida dan Nitrogen Dioksida.