Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN

PABRIK GULA MADUKISMO

Nama kelompok 1 :
1. yuliana permatasari 1913451013
2. dhona pransiska 1913451014
3. anisa aprillia 1913451015
4. ajeng gustiana restianti 1913451020
5. vivi fitriani 1913451021
6. muhammad kamil dehto 1913451022
7.
M.ardiansyah 1913451042

PROGRAM STUDI D-III SANITASI


POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN TANJUNG
KARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Industri mempunyai peranan penting dalam suatu pembangunan dan banyak
memberikan kontribusi, terutama dalam rangka pembangunan di bidang ekonomi. Di
Indonesia kemajuan pembangunan industri sangatlah berperan penting guna mewujudkan
demokrasi ekonomi, kepercayaan pada kemampuan dan kekuatan diri sendiri, manfaat,
dan kelestarian lingkungan hidup. Kegiatan pembangunan industri ini dimana pun dan
kapan pun dapat menimbulkan dampak karena dipakainya bahan kimia tertentu atau zat-
zat yang dapat merusak atau merugikan lingkungan. Dampak disini dapat berupa dampak
positif yaitu memberikan manfaat bagi kehidupan manusia serta mendatangkan
kemakmuran bagi masyarakat umum, dan dampak negatif yaitu timbulnya resiko atau
dampak terhadap lingkungan yang dapat mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan.
Semakin meningkat dan meluasnya kegiatan industri, maka semakin dituntut pula
untuk lebih waspada dan hati-hati dalam menghadapi dampak negatifnya terhadap
lingkungan. Hal ini disebabkan karena dalam kegiatan industri selain menghasilkan
produk sesuai dengan yang direncanakan juga menghasilkan produk lain yang tidak di
kehendaki yaitu berupa limbah industri, limbah inilah yang selalu menjadi masalah
karena dampaknya menyangkut berbagai aspek kehidupan, baik manusia maupun hewan
dan tumbuh-tumbuhan yang ada disekitarnya.
Sebagai contoh industri yang diduga dapat menimbulkan pencemaran atau
perusakan lingkungan misalnya industri gula. Dalam proses produksi gula dari tanaman
tebu yang diproses sampai menjadi gula kasar atau gula murni hingga mempunyai nilai
jual yang tinggi, memiliki hasil samping produk berupa limbah. Limbah yang dihasilkan
berupa limbah padat yaitu ampas tebu dari proses penggilingan dan penyaringan kotoran
setelah dari proses pemerasan tebu, juga limbah cair yang berasal dari air pendingin
kondensor baromatik, air pendingin, air proses dari pencucian pada penghilangan warna,
pencucian endapan saringan tekan, dan air cuci peralatan pabrik. Limbah cair pabrik gula
pada umumnya tidak mengandung limbah berbahaya atau beracun.
Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang merupakan dasar dari peraturan dampak lingkungan
setidaknya dapat memberikan sumbangsi dalam mengatur proses pembangunan baik di
lingkungan kota maupun kabupaten dalam hal pencemaran lingkungan yang memiliki
dampak negatif pada lingkungan, khusunya lingkungan Madukismo Kabupaten Bantul.
Keberadaan PG-PS Madukismo tidak saja memberikan pengaruh terhadap kondisi
ekonomi masyarakat, tetapi juga terhadap lingkungan fisik. Aktifitas pabrik sangat
berpengaruh pada kualitas lingkungan. Perkampungan memiliki daya sensitif akan
perubahan lingkungan yang semakin memburuk, serta dapat menigkatkan pencemaran
terhadap air atas limbah dari aktifitas pabrik tersebut. Pengaruh terhadap lingkungan fisik
dilihat dari kualitas air tanah dan air irigasi sawah akibat limbah cair yang dihasilkan oleh
PG-PS Madukismo. Karakteristik limbah cair dipengaruhi oleh karakteristik proses
produksi yang dilakukan.
Sampah atau limbah mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi makhluk
hidup. Jika manusia membuang sampah atau limbah secara sembarangan, misalnya
membuang sampah ke sungai, maka sungai menjadi tercemar dan airnya tidak dapat
digunakan. Akibatnya makhluk hidup yang bergantung pada air sungai akan kesulitan
mencari air bersih, padahal air bersih sangat diperlukan.
Ada dugaan persoalan pencemaran lingkungan juga terjadi di Kabupaten Bantul,
sebagai contoh pernah terjadi kasus kematian tujuh ton ikan di dusun Miri, Timbulharjo,
Sewon, Bantul pada tahun 2009. Dari hasil uji sampel fisik ikan, ada sejumlah dugaan
penyebab ikan-ikan tersebut keracunan. Menurut Dinas Kelautan, Perikanan, dan
Peternakan Kabupaten Bantul, penyebab kematian tersebut karena gangguan pernafasan.
Insang ikan kemasukan suspensi padat dan cairan minyak, yang diduga bukan limbah dari
rumah tangga, melainkan limbah dari Madukismo.
Masalah limbah cair tersebut ternyata ada juga limbah asap dan juga bau
menyengat dari limbah cair Madukismo yang mencemari pemukiman penduduk sekitar.
Warga sekitar Pabrik Gula Madukismo mengeluhkan limbah asap yang keluar dari
cerobong asap pabrik tersebut. Asap yang disertai dengan debu hitam mengental tersebut
menganggu pernafasan dan mengotori pemukiman penduduk di sekitarnya. Di duga debu
dan asap tersebut berasal dari ketel pembakaran yang usianya memang sudah tua, jadi
cara kerjanya sudah tidak maksimal. Selain itu juga pengaruh dari pengalihan bahan
bakar dari residu FO (Fuel Oil) ke kayu bakar dan ampas. Akibatnya debu yang
dihasilkan lebih banyak. Sementara itu dari pihak Madukismo sudah mencoba mengelola
debu dengan memasang alat penangkap debu, namun karena masih belum memadai tidak
semua debu yang terlepas bisa ditangkap.
Beberapa uraian di atas maka kami tertarik untuk mengetahui kandungan limbah
yang dihasilkan dari proses pembuatan gula pasir, serta mengetahui keluhan yang dialami
masyarakat yang terpapar limbah dari Pabrik Gula Madukismo.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui keluhan masyarakat sekitar Pabrik Gula Madukismo
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui analisis dampak lingkungan di Pabrik Gula Madukismo
2) Mengetahui kandungan hasil limbah cair belerang sebagai bahan kristalisasi gula
tebu di Pabrik Gula Madukismo.
3) Mengetahui kandungan limbah cair di Pabrik Gula Madukismo yang terkena
limbah cair pabrik tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
1. Deskripsi Latar Belakang Riwayat
Pabrik Gula Madukismo berada di daerah Desa Padokan, Tirtonirmolo,
Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Pabrik Gula Madukismo adalah salah satu pabrik gula
tertua di tanah air dan merupakan satu-satunya pabrik gula yang ada di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Pabrik gula ini sudah berdiri sejak tahun 1955 dan mulai
beroperasi pada tahun 1958. Pabrik gula Madukismo ini dibangun setelah pabrik gula
Padokan dibumihanguskan.
Kawasan Pabrik Gula Madukismo berada di daerah kawasan penduduk. Bagian
utara pabrik merupakan perumahan Madukismo dan banyak terdapat pertokoan kecil
yang ramai pengunjung. Pada bagian timur pabrik, terdapat lapangan bola yang cukup
luas dan perumahan penduduk yang tidak terlalu padat. Bagain barat dan selatan
merupakan kawasan padat penduduk dan ramai dilintasi kedaraan bermotor.
Kawasan Pabrik Gula Madukismo tidak hanya berdiri Pabrik Gula Madukismo
saja, tetapi terdapat juga Pabrik Spiritus Madukismo yang merupakan unit produksi
dari PT. Madu Baru bersama Pabrik Gula Madukismo. Pabrik Spiritus berada
dibagian barat kawasan Pabrik Gula Madukismo. Pabrik Spiritus Madukismo
menghasilkan spiritus dan alkohol dari bahan dasar tetes tebu yang merupakan hasil
samping dari Pabrik Gula Madukismo.
Pabrik Gula Madukismo memiliki banyak peran bagi masyarakat sekitar
kawasan Madukismo maupun masyarakat di luar kawasan Madukismo dari dulu
hingga sekarang. Pada masa penjajahan Belanda, perekonomian masyarakat yang
terpuruk akibat dibumihanguskannya pabrik-pabrik gula yang sudah berdiri pada
masa itu dan berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat. Masyarakat
kehilangan mata pencaharian sebagai karyawan pabrik gula yang telah
dibumihanguskan, yang menyebabkan pengangguran tidak terkontrol jumlahnya.
Tujuan utama didirikannya pabrik gula Madukismo adalah untuk semula untuk
menolong rakyat yang banyak kehilangan pekerjaan karena dibumihanguskannya
pabrik-pabrik gula waktu itu.
Sekitaran kawasan Pabrik Gula Madukismo sekarang banyak terdapat
pedagang kaki lima maupun toko-toko yang berjualan di sana. Jumlah pekerja yang
banyak serta adanya wisata argo industri yang diselanggarakan oleh PT Madu Baru,
tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar maupun masyarakat luar untuk
berjualan disekitaran kawasan Madukismo. Banyaknya pedagang disekitaran kawasan
Madukismo dapat mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan pendapatan.
Masyarakat di luar kawasan Madukismo, seperti para petani tebu, dapat
merasakan peran Pabrik Gula Madukismo juga. Para petani tebu akan banyak terlibat
dalam proses penanaman tebu, pemeliharaan, hingga panen. Hal ini tentu
membutuhkan petani tebu yang cukup banyak, apalagi lahan bahan baku Pabrik Gula
Madukismo sangat luas. Selain itu, Pabrik Gula Madukismo juga membantu para
petani tebu yang kesulitan mengolah hasil panen tebu mereka. Dimana pada saat
musim panen tiba, hasil panen tebu akan disalurkan ke pabrik sehingga mereka tidak
akan kesulitan mengolah tebu tersebut. Bahkan Pabrik Gula Madukismo akan
memberikan kontrak untuk jangka waktu tertentu kepada para petani, sehingga petani
hanya tinggal menyerahkan hasil panen tebu kepada pabrik gula.
Pada waktu musim giling tiba, masyarakat yang bekerja sebagai pekerja
musiman dapat ditarik masuk ke Pabrik Gula Madukismo atau bahkan bisa menjadi
buruh tetap. Berkembangnya pabrik, penyerapan tenaga kerja di Pabrik Gula
Madukismo tidak hanya terjadi pada awal berdirinya pabrik tersebut, namun terus
berlangsung selama hingga sekarang dengan variasi pekerjaan. Dengan banyak tenaga
kerja yang terserap maka berkurangnya tingkat pengangguran di daerah, maka secara
langsung sangat membantu keadaan ekonomi daerah dan dapat meningkatkan
perekonomian di daerah tersebut.
a. Demografi penggunaan lahan & SDA
Pabrik Gula Madukismo terletak di Desa Pandokan, Tirtonimolo, Kasihan,
Bantul, Yogyakarta. Pabrik ini terbagi menjadi beberapa bagian yaitu Pabrik Gula,
Pabrik Spirtus, gedung sekretariat, rumah dinas, tempat pengolahan limbah,
gudang bahan baku, gudang hasil produksi, dll.
Kebutuhan areal untuk komplek pembangunan Pabrik Gula Madukismo
adalah 269.410 m2, yang sebagian berasal dari tanah bekas pabrik gula Padokan
yang mempunyai luas sebesar 90.650 m2 sedang sisanya 178.760 m2 yang
diperoleh dengan membeli tanah sawah milik penduduk sekitarnya.
Limbah cair PG Madukismo dialirkan ke sungai Bedog yang mengalir ke
sungai Progo. Air sungai yang tercemar limbah PG Madukismo digunakan untuk
irigasi pada sawah-sawah disekitar sungai. Sawah tersebut biasa digunakan untuk
tanaman padi, jagung, kacang-kacangan, dsb. Selain hasil pertanian, disekitar PG
Madukismo juga terdapat usaha perikanan dan peternakan.
b. Data outcome kesehatan
Seluruh pekerja di PG Madukismo mendapat fasilitas JAMSOSTEK, baik
pekerja musiman atau pekerja tetap. Fasilitas ini didapatkan karena ditemukan
banyak faktor resiko kesehatan, seperti ISPA akibat menghirup udara tercemar
debu blotong, iritasi mata dan iritasi membran mukosa akibat mengirup bau
belerang yang berlebihan, dermatitis akibat terpapar limbah cair.
c. Kepedulian masyarakat
Dampak negatif yang diterima warga sekitar pabrik adalah bau menyengat dan
memuakkan. Air limbah sisa produksi yang dibuang di sungai bedog berwarna
hitam kemerah-merahan, sehingga masyarakat yang melewati sungai bedog
merasa terganggu.
Namun meskipun limbahnya berwana hitam, para petani tetap
memanfaatkannya untuk irigasi sawah, meningkatkan perekonomian daerah,
meningkatkan kualitas hasil pertanian, mengembangkan industri pariwisata
daerah.

2. Kepedulian Masyarakat Sekitar terhadap Dampak Negatif Limbah Cair Pabrik Gula
Madukismo
Pabrik Gula Madukismo menghasilkan limbah padat, limbah cair, dan limbah
gas. Limbah cair Pabrik Gula Madukismo biasa dialirkan ke Sungai Winongo dan
Sungai Bedog, dimana air dari Sungai Winongo dimanfaatkan untuk pencucian tebu
dan Sungai Bedog digunakan sebagai tempat pembuangan limbah cair setelah proses
pengolahan dari pabrik gula. Pembuangan limbah yang dilakukan oleh Pabrik Gula
Maduksimo di aliran Sungai Bedog juga diduga akan menyebabkan penurunan
kualitas air. Warga masyarakat sudah banyak yang mengeluhkan tentang pencemaran
yang dialami di lingkungan tempat tinggal mereka, setiap kali warga melewati daerah
sekitar Pabrik Gula Madukismo, terlihat air selokan yang berwarna hitam kemerah-
merahan disertai bau manis yang menyengat. Selain membuat warna air sungai
menjadi hitam kemerahan, limbah cair Pabrik Gula Madukismo juga mengeluarkan
bau yang tidak sedap. Orang yang tinggal di kawasan pabrik seringkali mencium bau
yang tidak mengenakkan dari limbah proses pembuatan gula di Pabrik Madukismo.
Limbah yang dihasilkan tidak hanya berupa limbah cair, namun pabrik juga
menghasilkan limbah asap hasil pembakaran. Hal tersebut membuat warga sekitar
menjadi resah dan merasa tidak nyaman dengan lingkungannya.
Sebagian warga di Desa Jogonalan Kidul, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengadu ke pimpinan DPRD setempat
mengeluhkan limbah yang dikeluarkan Pabrik Gula Madukismo. Ada juga warga
yang melaporkan anaknya yang mengalami infeksi saluran pernafasan, setelah
dilakukan pemeriksaan oleh dokter, ternyata anak tersebut sakit karena terpapar
partikel debu pencemaran udara pabrik. Warga lain sekitar pabrik juga merasakan hal
yang sama, dulunya setiap kali menyapu halaman rumah ada tumpukan debu dari
limbah pabrik gula yang tebal, bahkan debu itu juga membuat mata penduduk sekitar
terkena radang, sehingga tidak sedikit warga yang harus berobat.
Penduduk sekitar tidak hanya tinggal diam setelah merasakan dampak akibat
pabrik pengolahan tebu tersebut. Mereka sempat melakukan protes besar-besaran
pada pihak pengelola pabrik, kemudian dari pihak pengelola mengadakan
musyawarah yang juga dihadiri oleh perwakilan dari warga sekitar pabrik gula untuk
mencari solusi dari permasalahan pencemaran udara. Sehingga didapatkan
kesepakatan dari pihak pabrik untuk membangun gedung supaya bau yang
ditimbulkan dapat berkurang. Semenjak pembangunan gedung pengelohan limbah,
warga sekitar merasakan perubahan yang semakin membaik dari segi pencemaran
baunya.
Dampak lainnya yang juga membuat masyarakat menjadi resah yaitu perubahan
kualitas air, terutama air sungai Winongo dan air sungai Bedog. Air sungai tersebut
diperkirakan tercemari oleh limbah Pabrik Gula Madukismo hasil pembersihan bejana
penguapan. Akibatnya, ratusan ikan yang hidup di sungai tersebut mati dan ekosistem
sungai menjadi rusak. Salah satu limbah berbahaya hasil Pabrik Gula Madukismo
adalah limbah dengan kandungan COD (Chemical Oxygen Demand) yang tinggi.
Apabila limbah ini dicampur dengan air akan dapat menyebabkan air tidak dapat
dikonsumsi. Namun warga sekitar masih memanfaatkan sungai tersebut untuk
keperluan mencuci dan mandi. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan masyarakat
terhadap kualitas sumber air bersih masih kurang.

3. Kontaminasi dan Bahaya Lain


1. Kontaminasi di dalam kompleks
a. Dampak lingkungan
Pada pemrosesan gula dari tebu menghasilkan limbah atau hasil
samping, antara lain limbah gas, ampas tebu, blotong dan tetes. Ampas berasal
dari tebu yang digiling dan digunakan sebagai bahan bakar ketel uap. Blotong
atau filter cake adalah endapan dari nira kotor yang di tapis di rotary vacuum
filter, sedangkan tetes merupakan sisa sirup terakhir dari masakan yang telah
dipisahkan gulanya melalui kristalisasi berulangkali sehingga tak mungkin lagi
menghasilkan kristal.
Kandungan awal limbah cair di PT. Madubaru tidak sesuai dengan
standar baku mutu limbah untuk industri gula oleh karena itu sebelum dibuang
di lingkungan, limbah cair tersebut diolah dalam UPLT (Unit Pengolahan
Limbah Cair) dengan menggunakan sistem atau cara biologis dilanjutkan
dengan absorbsi menggunakan arang aktif. Tahapan dalam UPLT meliputi
Bak Pengendap Awal, Bak Aerasi, Bak Pengendap Akhir dan Bak Absorbsi.
Sedangkan limbah cair yang dihasilkan dari proses ini antara lain:

a. Limbah Tetes
Tetes atau molasses merupakan produk sisa (by product) pada
proses pembuatan gula. Tetes diperoleh dari hasil pemisahan sirop low
grade dimana gula dalam sirop tersebut tidak dapat dikristalkan lagi.
Pada pemrosesan gula tetes yang dihasilkan sekitar 5–6 % tebu, sehingga
untuk pabrik dengan kapasitas 6000 ton tebu per hari menghasilkan tetes
sekitar 300 ton sampai 360 ton tetes per hari. Walaupun masih
mengandung gula, tetes sangat tidak layak untuk dikonsumsi karena
mengandung kotoran-kotoran bukan gula yang membahayakan
kesehatan. Penggunaan tetes sebagian besar untuk industri fermentasi
seperti alkohol, pabrik MSG, pabrik pakan ternak dll.
b. Bocoran minyak pelumas
Berasal dari pelumas mesin-mesin di Stasiun Gilingan dan pelumas
yang terbawa pada air cucian kendaraan garasi pabrik. Bocoran minyak
pelumas ini dipisahkan dari air limbah di dalam bak penangkap minyak,
kemudian ditampung dalam drum-drum untuk dimanfaatkan lagi.
c. Vinnase (slop)
Berasal dari sistem penyulingan alkohol di Stasiun Sulingan, PS.
Madukismo, jumlahnya cukup besar sekitar 20 m3/jam, suhu 90o C, pH
4-5, warnanya coklat hitam. Sebelum dibuang ke sungai diolah terlebih
dahulu di Unit Pengolahan Limbah Cair (UPLC) yang ada, dengan
menggunakan atau dengan cara biologis. Operasionalnya masih perlu
disempurnakan lagi secara bertahap, agar hasilnya memenuhi bahan
baku mutu limbah cair yang ditentukan. Campuran limbah cair dari
pabrik gula (eks cucian alat-alat produksi dan pendingin mesin) dan
limbah pabrik spiritus banyak dimanfaaatkan untuk air irigasi oleh petani
di sekitar pabrik, karena mengandung unsur N, P, dn K yang diperlukan
tanaman untuk pupuk.
d. Limbah soda
Berasal dari cucian pan-pan dan penguapan di pabrik gula yang
kandungan COD dan BOD nya cukup tinggi. Jumlahnya relatif sedikit,
pengolahannya diikutkan di UPLC yang ada.
Pembuangan limbah cair ke Sungai Bedog menyebabkan
akumulasi bahan kimia di sungai Bedog yang ditimbulkan oleh buangan
limbah cair, dan menyebabkan akumulasi bahan kimia dalam daging
ikan dan molusca. Hasil analisis menunjukkan rata-rata kandungan suhu
sebelum terkena limbah adalah 28oC, kejernihan 100%, kecepatan 0,64
m/s, warna 3,57 TCU, TSS 27,67 mg/L, pH 7, DO 7,37 mg/L, COD
18,19 mg/L, BOD 7,6 mg/L, Sulfida 0,001 mg/L, dan ID Plankton 0,87,
sedangkan rata-rata kandungan suhu setelah terkena limbah adalah
27,33oC, kejernihan 100%, kecepatan 0,62 m/s, warna 129,25 TCU, TSS
28,5 mg/L, pH 7,08 , DO 5,63 mg/L, COD 109,99 mg/L, BOD 52,49
mg/L, Sulfida 0,01 mg/L, dan ID Plankton 0,86.
Terdapat perubahan yang signifikan terhadap parameter warna,
COD, BOD, dan sulfida, sedangkan untuk parameter lain tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena
adanya penggunaan belerang yang menghasilkan vinasse. Vinasse ini
mengandung COD, BOD, serta sulfida tinggi serta berwarna coklat
kehitaman. Limbah cair yang berasal dari proses pembersihan atau
pencucian dan pemasakan menghasilkan efek asam atau alkali dengan
mengandung kadar garam yang cukup tinggi. Hal ini dapat menyebakan
bahaya dan keracunan pada kehidupan akuatik yang salah satunya adalah
kematian ikan. Selain itu suhu yang tinggi dari air limbah dapat
mengakibatkan terbunuhnya ekosistem yang ada didalam sungai.

1. Kontaminasi di luar kompleks dari sumber lain


a. Perusahaan Pengumpul Oli Bekas di Kasihan, Bantul.
Oli merupakan bahan pelumas yang digunakan pada kendaraan
bermotor. Pada oli juga terkandung beberapa unsur kimia yang
membahayakan yang akan mengakibatkan pencemaran dan dapat berakibat
berkurangnya oksigen di dalam air dan mengandung racun yang dapat
meracuni biota di dalamnya. Sisa oli akan mengendap dan terakumulasi
dalam tubuh ikan. Unsur kimia tersebut mengandung hidrokarbon, sulfur,
aluminium, besi, tembaga, larutan klorin, dan zat-zat pencemar lain. Zat
tersebut termasuk dalam logam berat, apabila logam berat masuk ke dalam
tubuh tidak dapat di keluarkan lagi dan terakumulasi di dalam tubuh. Apabila
telah melebihi ambang batas kewajaran, akan mengakibatkan sakit bahkan
kematian. Selain itu oli yang masuk ke badan air dapat mencemari air di dalam
tanah.
b. Dampak pada masyarakat disekitar sumber
Kerugian yang dirasakan oleh masyarakat sekitar adalah bau yang
menyengat, bau disebabkan karena adanya campuran dari nitrogen, fospor,
protein, sulfur, amoniak, hidrogen sulfida, carbon disulfida dan zat organik
lain, terjadi pencemaran di sumber mata air sumur milik warga yang tidak jauh
berada dari sungai. Selain berwarna agak keruh, sebelum giling bening, bau air
juga sedikit manis namun bercampur amis.
Pengukuran pemajanan

No SIMPUL 1 (Sumber SIMPUL 2 (Media SIMPUL 3 SIMPUL 4


. Pencemar) Lingkungan) (Pemajanan Pada (Dampak Kesehatan
Manusia) )
1. Limbah cair yaang Limbah cair pabrik Limbah gas Limbah cair yang
berasal dari air gula madukismo maupun cair tersebar dapat
pendingin, proses menyebar melalui air pabrik menyebabkan
penghilang warna, sungai winongo dan madukismo penyakit kulit dan
pencucian endapan sungai bedog melalui inhalasi, keracunan saat
saringan, pencucian kontak langsung dikonsumsi
peralatan pabrik dll. dengan air
tercemar dan
mengkonsumsi
air yang tercemar
2. Proses pemisahan Bahan pencemar di Mengkonsumsi Jika terkena cairan
sirop low grade yang lingkungan melalui air yang tercemar tersebut bisa
menghasilkan tetes. air menyebabkan
penyakit kulit
3. Ketel pembakaran Hasil pembakaran Menghirup udara Debu menyebabkan
yang sudah tua (debu dan asap) tercemar gangguan
menghasilkan debu pernapasan, iritasi
dan asap. pada mata, iritasi
pada kulit
4. Proses sulfitrasi Serta gas H2S Titik pemajanan Bisa menyebabkan
yang menghasilkan menyebar ke dari gas H2S pencemaran udara,
H2S. lingkungan sekitar adalah melalui dan gangguan
pabrik madukismo udara dan sumur pernapasan
melalui udara. yang terbuka
Dampak potensial

Jenis dampak Sumber dampak Evaluasi dampak potensial


Udara Tingkat konsentrasi bau H2S Konsentrasi 0,0005 ppm
sampai dengan 0,3 ppm, bila
konsentrasi tinggi
meneybabkan seseorang
kehilangan kemampuan
penciuman, gas ini dapat
bertahan di udara rata-rata 18
jam – 3 hari
Air Hdirogen sulfida dan H2S Hidrogen sulfida lebih berat
dari pada udara, maka H2S
sering terkumpul di udara
pada lapisan bawah dan
sering terdapat pada air
permukaan dan dapat sedikit
larut dalam air.tetapi H2S
dapat menguap kembali ke
udara
Makanan Paparan H2S pada makanan Paparan H2S melalui
makanan relatif kecil. Jadi
masuknya gas H2S ke dalam
tubuh diabaikan.

Pemusatan dampak potensial

Dampak penting Permasalahan lingkungan Risiko kesehatan


hidup
Udara Konsentrasi yang tinggi Menimbulkan penyakit
dapat menyebabkan pernapasan dan penciuman
seseorang kehilangan yang hilang
penciuman
Air Menyebabkan pencemaran Dapat menimbulkan penyakit
air atau sungai yang ada di kulit bahaya jika dikonsumsi
dekat pabrik tersebut manusia atau hewan
a. Titik pemajanan
Karena H2S lebih berat dari udara, maka H2S sering terkumpul di udara pada
lapisan bagian bawah dan sering didapat di sumur-sumur terbuka, saluran air
buangan dan biasanya ditemukan bersama-sama gas beracun lainnya seperti
metana, dan karbon dioksida (Soemirat,2004).
b. Cara pemajanan
Jalur pemajanan yang potensial yaitu melalui inhalasi dan kontak langsung
dengan tubuh.
1) Melalui inhalasi yaitu adanya gas H2S yang menimbulkan bau busuk di sekitar
pabrik gula. Jika H2S bercampur dengan keringat akan menghasilkan larutan
Sulfuric acid yang dapat menyebabkan kulit seperti terbakar. Jika jumlah gas
H2S yang terserap ke dalam sistem peredaran darah melampaui kemampuan
oksidasi dalam darah maka akan menimbulkan keracunan terhadap sistem
syaraf. Setelah itu secara singkat segera diikuti terjadinya sesak nafas dan
kelumpuhan (paralysis) pernafasan pada konsentrasi tinggi, hal ini disebabkan
hidrogen sulfida membentuk ikatan kompleks dengan zat besi dalam
mitokondria cytochrome oxidase enzim, sehingga menghalangi oksigen dari
mengikat dan menghentikan respirasi selular, metabolisme anaerobik
menyebabkan akumulasi asam laktat yang mendorong ke arah
ketidakseimbangan asam-basa. Sistem jaringan saraf berhubungan dengan
jantung terutama sekali peka kepada gangguan metabolisme oksidasi,
sehingga terjadi kematian dan terhentinya pernafasan (US EPA, 2003),
kematian akibat menghirup gas H2S dapat terjadi walaupun korban sudah
dibawa ketempat dengan udara segar. Pengaruh gas H2S pada konsentrasi
rendah akan mengakibatkan terjadinya gejala pusing, mual, rasa melayang,
batuk-batuk, gelisah, mengantuk, rasa kering dan nyeri di hidung,
tenggorokan, dan dada.
2) H2S pada limbah cair pabrik gula yang di buang ke sungai dapat menyebabkan
kematian pada biota air karena H2S dapat menyebabkan penurunan pH dan
terjadinya eutrofikasi, selain itu H2S dapat mencemari sumber air dimana air
tersebut akan dikonsumsi oleh masyarakat, kandungan H2S yang tinggi dalam
air jika dikonsumsi memiliki bahaya seperti sianida dan bila terkena kulit
dapat menyebabkan gatal-gatal. Suatu larutan hidrogen sulfida dalam air
adalah awalnya jernih, tetapi dari waktu ke waktu berubah mendung. Hal ini
karena reaksi lambat sulfida hidrogen dengan oksigen terlarut dalam air,
menghasilkan unsur belerang, yang keluar presipitat.
Efek yang timbul jika terpapar Hidrogen Sulfida :
1) Jangka pendek
Berikut adalah efek H2S pada kesehatan menurut ANSI :
 0,13 ppm : bau minimal
 4,60 ppm : mudah terdeteksi, bau sedang
 10 ppm : mulai iritasi mata
 27 ppm : bau tidak enak, sangat kuat, dapat ditoleransi
 100 ppm : batuk, iritasi mata, kehilangan sensasi bau setelah
paparan 2 – 5 menit ( IDLH )
 200 -300 ppm : radang mata conjunctivitis, iritasi saluran napas,
setelah 1 jam paparan
 500 - 700 ppm : hilang kesadaran, henti napas, kematian dalam 30 - 60
menit
 1000 - 2000 ppm : hilang kesadaran dengan segera, henti napas dan
kematian dalam beberapa menit.
Laporan dari studi yang banyak dan konsisten dengan observasi dari bau yang
dideteksi dan menunjukkan gejala pusing dari H2S yang dihasilkan dari geyser
(Cal EPA,1999) Gas H2S dengan konsentrasi 500 ppm, dapat menimbulkan
kematian, edema pulmonary, dan asphyxiant.
2) Jangka panjang
Paparan H2S dengan konsentrasi rendah dalam jangka waktu yang
lama dapat menyebabkan efek permanen seperti gangguan saluran pernafasan,
sakit kepala, batuk kronis, dan cairan di paru-paru. Efek ini diyakini karena
fakta bahwa hidrogen sulfida menggabungkan dengan alkali hadir dalam
jaringan permukaan lembab untuk membentuk natrium sulfida. Di daerah yang
kandungan H2S tergolong tinggi kejadian batuk, infeksi pada saluran
pernafasan dan sakit kepala lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
tetangganya. Ada beberapa bukti untuk menyatakan bahwa ada hubungan
paparan asam sulfida dengan risiko keguguran spontan (Xu et.al,1998).
A. Dampak Kesehatan Masyarakat
1. Evaluasi Toksikologi
e. Titik Pemajanan Dekat
Survey dilakukan ±10 m dari media yang tercemar limbah cair PG.
Madukismo yang mengandung Hidrogen Sulfida (sungai).
Berat Lama Lama
Umur Lintas Dampak
No Nama badan tinggal pemaparan Keluhan
(th) pemajanan kesehatan
(kg) (th) (jam/hari)
Iritasi
mata,
Inhalasi
Bau dan hidung,
dan kontak
1 Suroto 43 57 ±20 24 gatal- tenggoroka
kulit
gatal n dan
langsung
sistem
pernapasan
Inhalasi
Domis Bau dan Iritasi
dan kontak
2 Woro 37 55 ili 24 gatal- sistem
kulit
tetap gatal pernafasan
langsung
Inhalasi
Bau dan Iritasi mata
dan kontak
3 Yanti 56 65 ±38 24 gatal- dan sistem
kulit
gatal pernafasan
langsung
Iritasi
Inhalasi
Bau dan mata,
dan kontak
4 Toni 28 67 3 24 gatal- hidung dan
kulit
gatal sistem
langsung
pernafasan
5 Pariya 34 53 9 24 Bau dan Inhalasi Iritasi
h gatal- dan kontak mata,
gatal kulit hidung dan
langsung sistem
pernafasan

B. Titik Pemajanan Jauh


Survey dilakukan ±30 m dari media yang tercemar limbah cair PG.
Madukismo yang mengandung Hidrogen Sulfida (sungai).
Berat
Lama Lama
Umur bada Lintas Dampak
No Nama tinggal pemaparan Keluhan
(th) n pemajanan kesehatan
(th) (jam/hari)
(kg)
Iritasi
Domisi
1 Rio 21 51 24 Bau Inhalasi saluran
li tetap
pernafasan
Iritasi
Domisi
2 Putri 24 62 24 Bau Inhalasi saluran
li tetap
pernafasan
Iritasi
3 Warno 56 55 26 24 Bau Inhalasi saluran
pernafasan
Iritasi
Sugen
4 47 68 19 24 Bau Inhalasi saluran
g
pernafasan
Iritasi
5 Suranti 30 45 12 24 Bau Inhalasi saluran
pernafasan

1. Evaluasi Outcome Kesehatan


Salah satu limbah cair pabrik Gula Madukismo dihasilkan dari proses
kristalisasi gula tebu yang diantaranya menggunakan belerang (S), melalui penguapan
bertingkat pada proses sulfitasi yang akan menyebabkan limbah cair mengandung
sulfida dan air dari proses pencucian peralatan pabrik. Pemberian gas Hidrogen
Sulfida (H2S) dilakukan pada proses pemurnian nira dan penguapan nira, dimana pada
proses pemurnian nira gas Hidrogen Sulfida (H2S) dimasukkan dalam peti sulfitasi
sampai Ph 7,00. Kemudian pada proses penguapan nira, gas Hidrogen Sulfida (H2S)
digunakan sebagai bleaching atau pemucatan pada nira kental yang siap untuk
dikristalkan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Hidrogen Sulfida
(H2S) dalam konsentrasi tinggi hingga rendah sekalipun tetap menyebabkan dampak
kesehatan. Dampak kesehatan yang ditimbulkan mulai dari asma hingga gangguan
kesehatan yang bersifat sistemik. Dampak kesehatan ini akan berpotensi lebih besar
untuk terjadi pada populasi berisiko. Populasi berisiko ini meliputi populasi yang
berada di area yang merupakan sumber paparan Hidrogen Sulfida (H2S). Dalam hal
ini masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar Pabrik Gula Madukismo memiliki
resiko yang cukup tinggi yang masuk melalui jalur inhalasi.
Berdasarkan beberapa hal di atas, perlu dianalisis nilai asupan paparan per
individu dan besaran tingkat risiko (risk quotient) yang diterima masyarakat akibat
paparan gas Hidrogen Sulfida (H2S) di Pabrik Gula Madukismo.
Untuk mengetahui asupan paparan gas Hidrogen Sulfida (H2S) yang diterima
masyarakat di area Pabrik Gula Madukismo, dapat dihitung menggunakan rumus:
C x R x t E x f E x Dt
I=
w t avg

Keterangan:
I = Asupan paparan individu per satuan mg/kg-hari
C = konsentrasi paparan di udara (mg/m3)
R = Rata-rata laju asupan (m3/jam)
tE = Waktu paparan (jam/hari)
fE = frekuensi paparan (hari/tahun)
Dt = Durasi paparan (tahun)
w = Berat badan (kg)
tavg = periode waktu rata-rata hari

Menghitung besaran tingkat risiko RQ (risk quotient) menggunakan rumus:


I
Risk Quotient ( RQ )=
Rfc

Dimana,
I = asupan paparan (mg/kg-hari)
Rfc = Konsentrasi Referensi ( mg/m3-hari)
Perhitungan dari RQ menghasilkan dua kategori tingkat risiko, yakni:
a. RQ>1  Konsentrasi Agen hydrogen sulfide berisiko, dapat menimbulkan efek
merugikan bagi kesehatan
b. RQ ≤1  Konsentrasi Agen belum berisiko dapat menimbulkan efek merugikan
kesehatan, pekerja aman dari risiko paparan sulfur dioksida

Berdasarkan hasil survey diatas yang dilakukan pada masyarakat sekitar Pabrik
Gula Madukismo, didapatkan data sebagai berikut:
mg
a. Konsentrasi paparan di udara (C) = 0,9
m3
m3
b. Rata-rata laju asupan (R) =1,25
jam
c. Waktu paparan (tE) = 24 jam/hari
d. Frekuensi paparan (fE) = 280 hari/tahun
e. Durasi paparan (Dt) = 21 tahun
f. Berat badan rata-rata = 58 kg
a. Asupan paparan rata-rata pekerja yaitu sebagai berikut:
C x R x t E x f E x Dt
I=
w t avg

mg m3 jam hari
0,9 3
x 1,25 x 24 x 280 x 21 tahun
m jam hari tahun
I=
58 kg x 30 x 180 hari

158760 mg
I= =0,506 hari
313200 kg
b. Besaran tingkat risiko paparan (RQ) :
NAOEL
Rfc=
Uf 1 x MF
10 mg/m3
Rfc=
10 x 10
Rfc=0,1 mg/m 3
I
RQ=
Rfc
mg
0,506 hari
kg
RQ= =5,06
mg
0,1 hari
kg
Hasil perhitungan RQ adalah 5,06. Berdasarkan hasil ini, dapat diketahui
konsentrasi H2S pada masyarakat sekitar Pabrik Gula Madukismo berisiko dan dapat
menimbulkan efek merugikan kesehatan, pekerja aman dari risiko paparan hydrogen
sulfide.

2. Evaluasi Kepedulian Masyarakat


Berdasarkan hasil wawancara dengan warga sekitar pabrik, pihak indusri telah
melakukan intervensi dengan memebuat pagar tinggi untuk membatasi kawasan
pabrik dengan kawasan pemukiman yang sebelumnya tidak berpagar. Saat pabrik
belum berpagar bau belerang dari pabrik sangat parah dan tersebar ke pemukiman
sehingga mengganggu dan membuat warga sekitar mengamuk. Namun dengan adanya
pagar, bau belerang yang tercium dari pemukiman sudah tidak separah sebelumnya.
Selain adanya pagar, masyarakat sekitar juga dijanjikan akan mendapat gula setiap
kali produksi sebagai pengganti kerugian yang ditimbulkan pabrik gula Madukismo.
Selain itu pihak pabrik juga telah berupaya meminimalisir limbah cair dengan
memanfaatkan tetes tebunya untuk pembuatan sepritus. Pihak pabrik juga telah
melakukan pengolahan terhadap limbah cairnya, sehingga limbah ini dianggap sudah
layak untuk dibuang ke badan air.
Pihak pemerintah sendiri melalui Badan Lingkungan Hidup Provinsi DIY
selalu melakukan pemantauan kualitas lingkungan di kawasan pabrik dan kawasan
pemukiman sekitar pabrik terutama udara ambien dan air sungai. Hal ini bertujuan
untuk melakukan evaluasi apakah kondsi lingkungan masih memenuhi baku mutu
yang dipersyaratkan.
Selama ini tidak ada data base yang menerangkan gangguan kesehatan,
diagnosis dari keluhan kesehatan yang dialami oleh masyarakat di sekitar pabrik gula
Madukismo. Namun masyarakat banyak yang mengeluhkan perihal bau menyengat
dari pabrik, sehingga tokoh masyarakat mendatangi pabrik untuk melakukan negosiasi
atau musyawarah terkait jalan keluar apa yang akan ditempuh agar masyarakat tidak
mencium bau menyengat lagi.
Sejauh ini masyarakat menangani masalah dengan protes kepada pihak
pengelola pabrik gula Madukismo. Tindak protes yang dilakukan masyarakat tidak
ditempuh melalui jalur hukum maupun administrasi melainkan dengan melempari
batu pada kawasan pabrik. Hal ini justru merugikan kedua belah pihak, bangunan
pabrik jadi rusak dan bau menyengat masih tercium. Selain itu masyarakat disekitar
pabrik juga tidak menggunakan air sumur untuk keperluan makan dan minum, mereka
menggunakan air dari PAM dari Watubaru. Namun untuk keperluan mandi dan
mencuci mereka masih menggunakan air sumur.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pabrik Gula Madukismo menghasilkan limbah yang mengandung kapur dan H 2S.
Dimana H2S dihasilkan dari proses pemurnian nira dan penguapan nira sedangkan kapur
dihasilkan di stasiun pemurnian. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa kadar
H2S lebih tinggi dari kapur.
Menurut hasil perhitungan diperoleh nilai RQ sebesar 5,06. De gan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa konsentrasi H2S yang diterima karyawan dan masyarakat
sekitar Pabrik Gula Madukismo berisiko dan dapat menimbulkan efek merugikan
kesehatan.

B. Saran
1. Rekomendasi bagi Pengelola
A. Sebaiknya pengolahan limbah menggunakan karbon aktif/zeolit sebagai absorben H2S.
Dengan menggunakan zeolit 4% dan penggunaan zeolit konsentrasi yang lebih tinggi
memberi kemungkinan yang besar dalam menurunkan penurunan gas H2S.
B. Pengolahan limbah dapat juga dilakukan dengan pengapuran kapur hidrat Ca(OH)2 dan
pemanfaatan bakteri gram negative, yaitu Thiobacillus.
C. Pengurangan penggunaan bahan nutrient organik pada proses produksi
D. Melakukan perbaikan atau pembaharuan terhadap alat produksi untuk meminimalkan
terjadi kebocoran terhadap gas H2S atau limbah lainnya.
E. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkali bagi seluruh karyawan.

2. Rekomendasi bagi Karyawan


A. Penggunaan alat pelindung diri lengkap, seperti masker (PPE respirator), sarung tangan,
pakaian tertutup, helm, sepatu boots, dan lain sebagainya.
B. Menaati peraturan yang telah ditetapkan untuk meminimalisir penyakit akibat kerja.

3. Rekomendasi bagi Masyarakat


A. Menggunakan masker untuk masyarakat yang tidak kontak langsung dengan limbah
B. Jika melakukan kontak langsung dengan limbah, masyarakat harus menggunakan APD
lengkap.
C. Membuat pagar yang dilengkapi dengan adsorben penyerap H2S
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Farida Afriani . 2011. Pengaruh Pabrik Gula dan Pabrik Spiritus Madukismo
Terhadap Kondisi Lingkungan di Desa Tirtonirmolo dan Pendowoharjo, Kabupaten
Bantul. Diakses melalui http://etd.repository.ugm.ac.id /index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=
53648 pada tanggal 5 April 2016

Librun Siregar. 2013. Upaya Mediasi Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup Oleh Pabrik
Gula Madukismo. Diakses melalui thesis.umy.ac.id/datapublik/t25437.pdf pada
tanggal 5 April 2016

Suryanto. 2011. Warga keluhkan limbah PG Madukismo. Diakses melalui


http://www.antaranews.com/berita/278180/warga-keluhkan-limbah-pg-
madukismo pada tanggal 4 April 2016

Novayanti, Dian. 2014. Dampak Limbah Pabrik Gula Madukismo Terhadap Kualitas Sungai
Bedog di Bantul Yogyakarta. Diakses melalui
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?
mod=download&sub=DownloadFile&act=view&typ=html&id=75852&ftyp=po
tongan&potongan=S1-2014-302160-Chapter1.pdf pada tanggal 11 April 2016

Sulistyaningsih, Warti. 2013. Peran Pabrik Gula Madukismo dalam Meningkatkan Ekonomi
Daerah. Diakses melalui http://wurisulistyaningsih.blogspot.co.id/
2013/01/peran-pabrik-gula-madukismo-dalam.html pada tanggal 6 April 2016

PT. Madubaru. Diakses melalui http://madubaru.comyr.com/ pada tanggal 6 April 2016

Wikipedia. Hidrogen sulfida. Diakses melalui https://id.wikipedia.org/wiki


/Hidrogen_sulfida pada tanggal 11 April 2016

Sha, Sheifuka. 2010. Hidrogen Sulfide. Diakses melalui http://herumayrota.


blogspot.co.id/2010/11/hidrogen-sulfide.html pada tanggal 6 April 2016

Juanda, Agus. H2S Dan Bahayanya. Diakses melalui http://www.kesehatankerja


.com/H2S.htm pada tanggal 12 April 2016
American National Standards Institute. 2001. American National Standards Call for
Comment on Proposals Listed. Diakses melalui https://share.ansi.org /Shared
%20Documents/Standards
%20Action/2001%20PDFs/SAV327.pdf#search=health%20effects%20of
%20hydrogen%20sulfide pada tanggal 16 April 2016

Sianipar, Reinhard H., 2009. Analisis Risiko Paparan Hidrogen Sulfida Pada Masyarakat
Sekitar Tpa Sampah Terjun Kecamatan Medan Marelan. Diakses melalui
http://Repository.Usu.Ac.Id/Bitstream/123456789/7012/1 /09e01772.Pdf pada
tanggal 11 April 2016

Fajriyah, Sheila. 2014. Analisis Risiko Kesehatan Paparan Sulfur Dioksida (SO2) pada
pekerja di area produksi Asam Sulfat PT Dunia Kimia Utama Indralaya. Diakses
melalui www.akademik.unsri.ac.id/paper12 pada tanggal 16 April 2016

Hartini, Eko. 2014. Faktor-Faktor Risiko Paparan Gas Amonia Dan Hidrogen Sulfida
Terhadap Keluhan Gangguan Kesehatan Pada Pemulung Di TPA Jatibarang Kota
Semarang. Diakses melalui https://eprints.dinus.ac.id/7940/1/jurnal_13694.pdf
pada tanggal 16 April 2016

Rohmad, IB. 2013. Pengelolaan Limbah Cair PG-PS Madukismo. Diakses melalui e-
journal.uajy.ac.id/2093/2/1HK09503.pdf pada tanggal 5 April 2016

Achmad, Rukaesih. 2014. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi

Bintoro, Deddy Wahyu. Analisis Pemanfaatan Limbah Padat Blotong Pabrik Gula (P2G)
Madukismo Yogyakarta Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani

Fajriyah, Sheila. 2014. Analisis Risiko Kesehatan Paparan Sulfur (SO2) Dioksidasi pada
Pekerja di Area Produksi Asam Sulfat PT. Dunia Kimia Utama Indralaya. Diakses
melalui www.akademik.unsri.ac.id/paper12/ pada tanggal 11 April 2016

Imam, Fauzul. 2013. Tingkat Teksisitas Limbah Cair Industri Gula Tebu Tanpa Melalui
Proses IPAL terhadap Daphnia magna. Universitas Pendidikan Indonesia

Lestari, Agus Wahyu. 1999. Skripsi: Studi Tentang Kadar Debu Di Udara Dan Proporsi
Ispa Ringan Berdasarkan Karakteristik Tenaga Kerja Pada Tenaga Kerja Tetap
Stasiun Gilingan Dan Ketelan Di Pabrik Gula Madukismo-Yogyakarta.
Margowo, H. W, Trimawan dkk, 1991. Buku Pedoman Pengajar Mata Ajaran Kimia
Lingkungan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Nasrullah. 2006. Tesis: Iklim kerja dan kelelahan kerja pada pekerja di PT. Madubaru
Pabrik Gula Madukismo Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.13/MEN/X/2011 tahun 2011
Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja

Rahmawati, Suciana. 2012. Skripsi: Analisis Pengendalian Kualitas Gula di PG Tasikmalaya


Kabupaten Karanganyar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Samudro Dipo Aji Prabowo, Wahyu Supartono, Guntarti Tatik Mulyati. Identifikasi Risiko
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Menggunakan HAZOPS dan AS/NZS IS0
31000 : 2009 Pada PG Madukismo, Yogyakarta

Tembang K, Cicilia. 2014. Laporan Kerja Praktik: Proses Produksi Gula Super High Sugar
di PG. Madukismo Bantul. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata

WHO. 2005. Bahan Bahaya Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai