Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Cilegon merupakan salah satu kota tersibuk di Propinsi Banten sejak memisahkan
diri dari Propinsi Jawa Barat. Tempat pembuangan Akhir (TPA) Bagendung yang terdapat di
Kota Cilegon telah beroperasi 15 tahun sejak masih masuk dalam wilayah administrasi
Propinsi Jawa Barat. Volume sampah pada saat ini sudah mencapai tiga kali lipat
dibandingkan dengan volume sampah 10-15 tahun yang lalu. Hal ini diakibatkan oleh
pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan pembangunan yang begitu pesat.
Pegelolaan sampah di TPA Bagendung hingga saat ini masih menggunakan sistem open
dumping konvensional. Dikatakan konvensional karena sampah langsung diurugkan begitu
saja tanpa diberi saluran lindi, sehingga air lindi mengalir secara liar.
Untuk mencegah pencemaran lingkungan yang lebih parah lagi, PT Kaibo Rasirekayasa
sebagai konsultan management and engineering bermaksud melakukan pengembangan
terhadap TPA Bagendung yang terletak di Jl. Raya Bagendung Desa Bagendung, Kecamatan
Cilegon, Kota Cilegon. Lokasi TPA Bagendung dengan luas lahan 10 Ha inisudah sesuai
dengan RTRW (Perda no.15 tahun 2000 tentang RTRW) Kota Cilegon. Lokasi TPA juga
dekat dengan Sungai Bagendung, atau sebagian penduduk menyebutnya sebagai Sungai
Lengkong, untuk membuang limbah cair dari IPAL TPA. Selain itu, lokasi TPA Bagendung
juga sudah dialiri listrik dari PLN. Namun ntuk mendukung aktivitas pekerjaan dan sebagai
back up power selain listrik dari PLN juga harus disediakan genset.
Berdasarkan peraturan yang ada (Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11
Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL),
proyek pengembangan TPA Bagendung pun sudah pasti harus dilengkapi dengan dokumen
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).

Dalam peraturan tersebut disebutkan

bahwa proyek pembangunan TPA sampah dengan sistem sanitary landfill termasuk instalasi

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

penunjangnya wajib dilengkapi dengan dokuman AMDAL apabila luas kawasan TPA 10
Ha dengan kapasitas total 10000 ton.
Tujuan utama membuat Kerangka Acuan ANDAL yaitu menentukan ruang lingkup main
issues lingkungan terpenting dalam kaitannya dengan rencana pembangunan perluasan
plaza dan hotel. Penentuan ruang lingkup tersebut untuk menetapkan bahwa studi ANDAL
ini dapat terfokus kepada hal-hal yang penting saja, sehingga pelaksanaan penyusunan studi
ANDAL dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.11 Tahun 2006, tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisi Mengenai Dampak
Lingkungan disebutkan bahwa dampak potensial dari pembangunan TPA adalah pencemaran
gas/udara, resiko kesehtan masyarakat, dan pencemaran dari lindi.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Seiring dengan pesatnya pembangunan dan pertambahan jumlah penduduk, diperlukan
adanya suatu sistem pengelolaan sampah yang baik. Adapun tujuan dan manfaat dilakukannya
proyek pengembangan TPA Begendung adalah :

Memenuhi kebutuhan akan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya timbulan sampah.

Memperbaiki sistem pengolahan yang sudah ada menjadi lebih baik.

Mencegah pencemaran yang lebih lanjut yang diakibatkan oleh lindi dari sistem pengolahan
sampah sebelumnya.

Menghindarkan masyarakat dari dampak negatif berupa bau dan gangguan kesehatan dari
sistem pengolahan open dumping konvensional dengan menerapkan sistem pengolahan
sampah yang lebih baik.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

1.3 Peraturan
Dalam rangka mengatur pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan
hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional telah dihasilkan undang-undang yang memuat
ketentuan-ketentuan pokok yang menjadi landasan bagi pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan tersebut. Pelaksanaan undang-undang lingkungan tersebut dijabarakan melalui
Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri seperti tercantum di bawah ini.
Peraturan perundangan yang digunakan untuk melaksanakan studi amdal diantaranya
adalah :
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-11/MENLH/3/1994 tentang Jenis
Usaha atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-12/MENLH/3/1994 tentang
Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.
5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2000 Tentang Jenis Usaha
dan atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2000 Tentang Panduan
Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Kegiatan Pembangunan Permukiman
Terpadu
7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 Tentang Jenis
Rencanan Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
8. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
9. Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Kawasan Jakarta, Bogor,
Tangerang, Bekasi (JABOTABEK)
10.Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

11. Peraturan

Menteri

Kesehatan

Nomor

528/Menkes/Per/XII/1982

tentang Kualitas Air Tanah yang berhubungan dengan Kesehatan.


12.Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
13.Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 1991
tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Yang Sudah Beroperasi.
14.Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun.
15.Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
16.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep.13/MENLH/3/1995 tentang Baku
Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
17.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-45/MENLH/10/1997 tentang
Indeks Standar Pencemar Udara.
18.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/11/1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan.
19.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-49/MENLH/11/1996 tentang
Baku Tingkat Getaran.
20.Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-50/MENLH/11/1996 tentang
Baku Tingkat Kebauan.
21.Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
22.Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
23.Keputusan Kepala Bapedal Hidup Nomor 56 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai
Ukuran Dampak Penting.
24.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera.
25.Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan.
26.Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
27.Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

BAB II
URAIAN RENCANA USAHA ATAU KEGIATAN

2.1.

Identitas Pemrakarsa dan Penyusun Andal

2.1.1

Pemrakarsa
a. Identitas Pemrakarsa :
Nama Pemrakarsa

: Dinas Kebersihan Kota Cilegon

Jenis Usaha

: Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah

Alamat Kantor

: Jl. Kubang Laban No. Bendung Karet Cilegon

Penanggung Jawab

: Drs. H. A. Nuryaman, MM

b. Identitas Proyek:

2.1.2

Nama Proyek

: TPA

Jenis Kegiatan

: Tempat Pembuangan Sampah

Luas Lahan

: 10 Ha

ALamat Proyek
Cilegon

: Desa Bagendung, Kecamatan Cilegon, Kota

Penyusunan Studi AMDAL


a.

b.

Identitas Penyusun

Nama Perusahaan

: PT. Kaibon Rasirekayasa

Jenis Usaha

: Konsultan Management and engineering

Penanggung Jawab
Nama

:
: Ir. Tubagus Luay Sofyani
(Direktur Utama)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Alamat
Pusat 10230
2.2.

: Jl. KH. Mas Mansur No. 49 Tanah Abang Jakarta

Uraian Rencana Usaha dan Kegiatan

2.2.1 Penentuan Batas-Batas Lahan Yang Langsung Dengan Rencana Kegiatan


Rencana lokasi proyek TPA Bagendung seluas 10 Ha terletak di JL.Raya Bagendung

2.3

Desa Bagendung, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon, dengan batas fisik sebagai berikut :
Sebelah Utara
: Lahan Kosong, Kampung Sambi Buhut
Sebelah Selatan : Lahan Kosong (tegalan), 500 m pemukiman Kp.Bagendung
Sebelah Timur
: Jalan Aspal , lahan milik penduduk
Sebelah Barat
: Sungai (Lengkong), Desa Cigedong
Lingkup rencana usaha dan/kegiatan yang akan ditelaah dan alternatif komponen

rencana usaha dan/atau kegiatan


2.3.1

Status dan Lingkup Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


Pada pelaksanaannya studi AMDAL dilakukan bersamaan dengan studi kelayakan teknik

dan ekonomi. Hal ini dilakukan untuk mempersingkat waktu pengerjaan dokumen AMDAL.
Lokasi rencana kegiatan di tempat TPA sebelumnya yaitu Jl. Raya Begendung Desa
Begendung, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon dengan luas lahan 10 Ha dan dapat dicapai
dari jalan Propinsi Kota Cilegon dengan jarak 10 km.
Pengelolaan sampah di TPA Bagendung sampai saat ini masih menggunakan sistem open
dumping konvensional. Dikatakan konvensional karena sampah langsung diurugkan begitu saja
tanpa diberi saluran lindi, sehingga air lindi mengalir secara liar dan mencemari lingkungan
sekitarnya, terutama tanah dan air tanah.
Pengelolaan sampah semacam ini sering dipilih untuk penenganan akhir sampah karena
biayanya murah dan mudah pengoperasiannya. Walaupun sistem ini berpotensi sebagai sumber
pencemaran lingkungan seperti bau, pencemaran tanah dan air tanah, pencemaran air
permukaan, juga akan berpotensi sebagai tempat berkembangbiaknya vektor penyakit menular.
Datambah lagi dengan dampak sosial seperti munculnya para pemulung, lapak, yang
melakukan kegiatannya di dalam dan di luar sekitar TPA tersebut, yang menciptakan
masyarakat informal dan lingkungan yang tidak sehat.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Berdasarkan Perda no.15 tahun 2000 tentang RTRW Kota Cilegon, rencana lokasi
pengembangan TPA Begendung telah sesuai dengan peruntukannya sebagai fasilitas sosialkemasyarakatan.
Secara garis besar rencana kegiatan penyebab dampak, terutama komponen usaha dan
atau kegiatan yang berkaitan langsung dengan dampak yang ditimbulkan adalah sebagai
berikut :
A.

Tahap Prakontruksi
Tahap kegiatan prakonstruksi adalah merupakan tahap persiapan kegiatan pengembangan

TPA Bagendung. Pada tahap meliputi kegiatan :

Kegiatan Perencanaan
Kegiatan perencanaan yang sedang dan akn dilaksanakan adalah perencanaan detail
engineering IPAL.

Sosialisasi Proyek
Kegiatan sosialisasi dilakukan melalui media massa (Radar Banten) dan pertemuan
formal dengan tokoh masyarakat dan pejabat pemerintah sekitar.

B.

Tahap Konstruksi
Tahap konstruksi adalah merupakan tahapan pembangunan atau pengembangan fisik TPA

Bagendung yang terdiri dari kegiatan sebagai berikut :

Pembukaan Lahan Baru untuk Penimbunan Sampah Sebagai Pengembangan


Lokasi

1.

Mobilisasi tenaga kerja

2.

Base camp

3.

Mobilisasi peralatan dan material

4.

Pembukaan lahan baru


Pembangunan Sarana Penunjang

1. Saluran drainase
2. Menyediakan sistem penanggulangan kebakaran/tanggap darurat
3. Penghijauan

Pembangunan Fisik Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


C.

Pembersihan Lingkungan
Tahap Operasional
Tahap operasional meliputi kegiatan :

Kegiatan Pengangkutan Sampah


1.

Jenis sampah

2.

Kegiatan pengangkutan sampah dilakukan dari TPS


diangkut dnegan truk menuju ke TPA

3.

Kegiatan sarana dan prasarana (utilitas TPA)


a. Kegiatan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan (teknik)
b. Kegiatan penyediaan air bersih

D.

Kegiatan Pasca Operasi


Pada tahap pasca operasi hanya satu kegiatan yang akan dilakukan yaitu :

Penambangan Kompos
Kompos yang sudah tertimbun selama 15 tahun ditambang untuk dijual.

2.3.2

Alternatif-alternatif yang akan Dikaji dalam ANDAL


Alternatif yang akan dikaji dalam studi ANDAL adalah sebagai berikut :
a. Untuk alternatif lokasi kegiatan kiranya sudah tidak memungkinkan untuk dikaji
mengingat lokasi kegiatan memang sudah existing dan sudah berjalan selama 15
tahun. Selain tidak ada masalah yang timbul,lahan tersebut memang telah sesuai
dengan peruntukannya.
b. Alternatif yang memungkinkan untuk dikaji adalah tetang teknologi pengelolaan
sampah. Telah diperoleh 2 (dua) alternatif teknologi pengolahan sampah, yaitu :
1.

Dengan

teknologi

open

dumping

yang

disempurnakan, mengingat di TPA Bagendung saat ini pengelolaan sampahnya


menggunakan teknologi open dumping yang konvensional, artinya masih hanya
sekedar menimbun dan mengurug tanpa perlakuan khusus, lalu air lindinya
dialirkan secara gravitasi dan sedimentasi berlereng.
2.

Dengan teknologi sanitary landfill.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

2.3.2.1

Teknologi Open Dumping yang Disempurnakan

Langkah pertama untuk pengelola sampah dengan teknologi

open dumping yang

disempurnakan adalah menyiapkan lahan untuk penimbunan sampah tanpa pelapis apapun,
tetapi di tempat tersebut telah disediakan saluran air lindi.
Secara umum, IPAL TPA Bagendung yang direncanakan meliputi unit operasi dan unit
proses. IPAL dalam pengoperasian aliran di tahap awal (proses fisik) memakai sistem over
flow dan pada tahapan proses biologi memakai sistem pemompaan, sebagaimana diuraikan
berikut ini :
1. Bak Pengumpul Lindi
Bak ini berfungsi untuk mengumpulkan air limbah lindi dari sumbernya dan menjaga
stabilitas aliran debit air limbah lindi.
2. Bak Bar Screen/Saringan Kasar
Bak bar screen ini dipasang dengan tujuan untuk memisahkan padatan kasar dan
sampah besar seperti plastic, tali, kayu, kertas yang berukuran lebih dari 4 cm denga
air limbah lindi. Screen yang terpasang berupa kisi-kisi jeruji besi diameter 10 mm
dengan lebar antara kisi 15 mm yang dipasang dengan kemiringan 60o.
3. Bak Grease Trap/Penangkap Lindi
Grease trap dalam IPAL ini berguna untuk memisahkan padatan terapung terutama
lindi yang bersumber drai pembusukan sampah.
4. Equalization Tank
Tangki equalisasi ini dipasang dengan tujuan untuk menetralkan kensentrasi air
limbah sebalum diolah secara biologi dalam bak aerasi.
5. Aeration Tank
Aeration tank yang terpasang dalam IPAL TPA Bagendung ini nanti adalah dua unit.
Dalam tangki ini akan berlangsung proses reduksi/dekomposisi materi organic dalam
air limbah dengan bantuan mikrooragnisme dengan kondisi aerob.
6. Sedimentation Tank
Dari ruang aerasi (Mixed Liquor Suspended Solid) MLSS akan lewat flow control
float ke sedimentation tank yang masih mengandung kadar suspended solid yang
tinggi. Oleh karena itu di tangki ini, suspended solid tersebut harus diendapakan.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Sedangkan air yang sedikit mengandung suspended solid secara over flow dialirkan
ke disinfection tank. Bentuk sedimentation tank dalam system ini adalah kerucut.
2.3.2.2

Sistem Sanitary Landfill yang Diusulkan

Sanitary Landfill adalah system pengelolaan sampah yang terdiri dari sl-sel sampah.
Timbunan sampah (sel sampah) yang terbentuk setiap hari disebut sel harian. Setian
timbunan sampah yang sudah dipadatkan dan mencapai luas tertentu serta ketinggian tertentu
akan dilapisi tanah penutup setebal 20-30 cm. Penutupan ini dilakukan setiap hari pada akhir
kerja.
Secara rinci kegiatan operasional TPA dengan sistem pengolahan sanitary landfill dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1.

Operasional Lahan TPA


Prosedur pengoperasian sanitary landfill ini meluputi :

2.

Persiapan operasi

Jadwal operasi

Rencana pengisian atau penimbunan sampah

Rencana jalur pengangkutan sampah

Kebutuhan Alat Berat


Alat berat yang akan digunakan adalah buldozer, scrapper, loader, dan truk
pengangkut, dan lain-lain.

3.

Konsep Pengelolaan Teknis TPA Bagendung


Konsep pengelolaan teknis di TPA Bagendung adalah sebagai berikut :

4.

Volume sampah di TPA Bagendung

Identifikasi truk smapah yang masuk

Antrian truk

Pola pembongkaran sampah

Aktivitas pemulung

Penjualan hasil pemulungan

Pola pengurugan sampah harian

Rencana Pengolahan Air Lindi pada Sistem Sanitary Landfill

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

10

Air lindi adalah rembesan air tercemar setelah melintasi tumpukan sampah, dimana
aliran partikel-partikel kontaminan keluar dari tumpukan sampah. Karakterikti air
lindi sangat tergantung pada jenis sampah yang terdapat di TPA.
Usulan DisainIPAL TPA Bagendung

Rencana Pipa Pengumpul Air Lindi


Pipa pengumpul berfungsi untuk mengunpulkan dan mengalirkan air lindi yang
dihasilkan dari tumpukan sampah.

Sistem Pengumpul Air Lindi


Saluran pengumpul air lindi terdiri dari dua baguan utama, yaitu :
1.

Saluran lateral
Saluran lateral berfungsi untuk mengumpulkan air lindi dari dasar timbunan
sampah kemudian dialirkan menuju saluran manifold.

2.

Saluran Manifold
Saluran manifold berfungsi untuk menampung air lindi dari saluran-saluran
lateral untuk dialirka menuju kolam pengolahan air lindi.

Sistem Pengolahan Lindi


Untuk mengolah air yang dihasilkan dapat digunakan beberapa alternatif, baik
secara kimia maupun biologis. Penentuan sisitem pengolahan akan disesuaikan
dengan biaya operasional dan pemeliharaannya.
Secara garis besar, rencana pengolahan air lindi yang akan digunakan di TPA
Bagendung adalah sebagai berikut :
a. Pengolahan pertama merupakan pengolahan awal yang ditujukan untuk
membantu terjadinya kesempurnaan proses pada pengolahan kedua sebagai
pengolahan pokok.
Bentuk unit-unit pengolahan yang termasuk dalam pengolahan pertama yang
direncanakan adalah :

Bak Penenang

Bak Sedimentasi

Sumur Pengumpul yang Dilengkapi Rumah Pompa dan Perlengkapannya

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

11

b. Pengolahan kedua yang direncanakan adalah proses biologis yang digunakan


untuk menghilangkan sebagian besar zat oganik yang terlarut dalam air lindi,
khususnya biodegrdable organics dan suspended solid (zat padat terlarut).
Unit pengolahan yang termasuk di dalam pengolahan kedua yang
direncanakan adalah :

Oxidation Pitch

Clarifier

c. Pengolahan ketiga merupaka proses pengolahan yang direncanakan untuk


membantu menstabilkan hasil dari proses-proses terdahulu sebelum dibuang
ke badan air penerima.
Unit pengolahan yang termasuk di dalam pengolahan ketiga adalah :

Desinfeksi

Sludge Drying Bed

Kolam Uji Hayati

Lokasi penempatan bangunan pengolahan air lindi didasarka pada kriteria-kriteria


sebagai berikut :
a. Kondisi Topografi
b. Rencana Badan Air Penerima
c. Kedekatan dengan Sumber Air Lindi
d. Sumur Pantau
e. Sistem Ventilasi Air Lindi
5.

Sumber Daya Listrik (PLN)


Sumner daya listrik untuk pengelolaan sampah ini menggunakan suplai listrik PLN
(suplai utama) yang pemakaiannya sangat diseleksi, yakni dengan prioritas untuk
IPAL, pompa air, hydrant, dan keperluan pengomposan.

6.

Kegiatan Penghijauan
Kegiatan penghijauan TPA Bagendung meliputi kegiatan penanaman pohon dan
pemeliharaannya serta fasilitas pendukungnya. Jenis vegetasi yang dipelihara
meliputi jenis rumput, perdu, dan jenis pohon keras.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

12

BAB III
RONA LINGKUNGAN HIDUP
3.1 KOMPONEN FISIK KIMIA
3.1.1 Iklim
Berdasarkan data BMG Kota Cilegon periode 2000 2004, iklim di kota Cilegon termasuk
tipe A berdasarkan klasifikasi Schmit dan Ferguson.
a. Suhu
Suhu udara rata-rata 26,6C, maksimum 33,2 C pada bulan September, suhu minimum
pada bulan Agustus 21,5 C
b. Kelembaban
Kelembaban udara rata-rata berkisar 82%, maksimum Februari 87% dan minimum
Agustus 78%. Curah hujan rata-rata 1.500 mm per tahun.
c. Kecepatan Angin
Kecepatan angin berkisar antara 3,7 m/detik 4,8 m/detik, terendah pada bulan Juni/Juli
sedangkan kecepatan rata-rata tertinggi pada bulan Desember.
3.1.2 Topografi
Luas wilayah Kota Cilegon 175.50 km2. Dibagi ke dalam 8 kecamatan dan 43 kelurahan/desa.
Kota Cilegon memiliki topografi dengan ketinggian wilayah berkisar antara 0-85 m diatas
permukaan laut.

Dataran rendah di bagian Utara dengan ketinggian berkisar antara 0-25 meter di atas

permukaan laut.
Dataran tinggi dari bagian tengah kea rah Selatan dengan ketinggian 25-85 meter di atas
permukaan laut yaitu Kecamatan Grogol, Purwakarta, Jombang, Cilegon, Cibeber, dan

Citangkil.
Kemiringan tanah rata-rata 0-3% menurut ke utara.

3.1.3 Hidrologi/Drainase

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

13

A. Debit Air Sungai


Tinggi muka air tanah di lokasi kegiatan berkisar antara 20-30 m dari muka air tanah.
Saluran yang akan menerima air buangan dan limpasan air hujan TPA Bagendung adalah
sungai yang berada di belakang lokasi kegiatan pada jarak sekitar 500 m. sungai tersebut
lebar 3 meter, kedalaman dinding 4 meter, dengan tinggi permukaan air 1-1,5 meter
dan kecepatan aliran actual (V) 0,35 meter/detik dan kecepatan aliran maksimal 0,52
meter/detik, maka diperoleh perhitungan debit oleh:
Rumus perhitungan Debit (Q) = Luas penampang (A) X Kecepatan aliran (V)
Debit minimum (actual) = 0,35 m3/detik
Debit maksimum = 1,30 m3/detik
Adapun kondisi dan karakteristik sungai dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Kondisi Karakteristik Saluran Sekitar TPA Bagendung
Lokasi/Saluran

Saluran bagian
depan
tapak
TPA
Saluran
drainase utara
tapak TPA

Dimensi
(lebarX
dalam)
(2X1.5)
m
(2X1.5)
m

Tinggi efektif (m)

Kecepatan
(m/detik)

Debit (m3/detik)

Maks
1.25

Min
0.5

Maks
0.52

Min
0.35

Maks
1.3

Min
0.35

1.25

0.5

0.71

0.46

1.78

0.46

Sumber : Hasil perhitungan Tim Penyusun, 2007

B. Kualitas Air Sungai


Keadaan kualitas air sungai di sekitar TPA Bagendung yang diambil pada 3 titik
sampel aliran di sekitar rencana tapak pembangunan TPA BAgendung seperti disajikan
pada Tabel 3.2 di bawah ini.
Mengingat di wilayah Kota Cilegon ini belum ada Perda tentang sungai maka,
parameter yang digunakan dalam uji laboratorium air sungai ini menggunakan Baku
Mutu PP Nomor 82 Tahun 2001 Golongan II : Air yang peruntukannya dapat digunakan
untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, pertnakan, air untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air sama
dengan kegunaan tersebut.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

14

Dari table tersebut bahwa kualitas air sungai pada sampel nomor 1 s/d sampel nomor 3,
seluruhnya masih di bawah baku mutu lingkungan sesuai PP Nomor 82 Tahun Golongan
II, kecuali untuk parameter Fecal Coliform, BOD 5 dan COD yang sudah melampaui
NAB.
Untuk parameter penting lainpun yang merupakan parameter zat berbahaya dan
beracun seperti pH, Hg, As, Cr+6, Se, Cu, dan Pb masih memenuhi persyaratan sesuai
standar baku mutu. Masih tingginya konsentrasi Fecal Coliform sebelum rencana
kegiatan TPA Bagendung disebabkan adanya kebiasaan warga yang membuang hajad ke
sungai. Tingginya parameter fecal coli ini dapat berakibat pada tercemarnya air sumur
penduduka yang berdekatan dengan sungai. Dengan demikian kualitas air sungai sebelum
kegiatan TPA telah tercemar oleh bakteri coli, artinua buangan air limbah penduduk telah
memberikan konstribusi peningkatan konsentrasi pencemaran air sungai Bagendung.
Parameter lain yang nilainya sudah melebihi ambang batas adalah BOD 5 dan
COD. BOD5 (Biological Oxygen Demand) adalah kemampuan oksigen untuk
mengoksidasi secara biologi, sementara COD adalah kemampuan oksigen untuk
mengoksidasi kandungan unsure kimiawi yang terlatur dalam air tersebut. Nilai BOD 5
dan COD yang tinggi mengindikasikan bahwa sungai sudah tersemar (melampui ambang
batas). Dari ketiga titik sampel air sungai, semuanya sudah melebihi ambang batas, baik
yang di upstream, pertemuan dengan outlet air lindi dan downstream. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sungai Lengkong/Bagendung telah melampaui ambang batas bukan
hanya disebabkan oleh aktivitas TPA karena dari upstream-nya sudah tersemar. Tingginya
nilai kedua parameter tersebut bias juga diakibatkan oleh banyaknya buangan organic dan
bahan kimiawi dari arah hulu (upstream) mengingat pada saat pengukuran dilakukan air
limbah dari TPA Bagendung tidak mengalir (kering).

Tabel 3.2.
Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Sungai Bagendung Dekat Dengan Lokasi
TPA Bagendung
NO

Parameter

Satuan

Nilai
Ambang
Batas

Hasil
1

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Metode Analisa
3

15

NO

Parameter

A.
1.

FISIKA
Suhu
Zat
Padat
(TDS)
Jumlah

B
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

C.
1.
2.

Terlarut

Satuan

Nilai
Ambang
Batas

0C
Mg/L
Mg/L

Udara +-

Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L

69
0.002
1
1
4
1.5
0.001
0.2
0.01
0.05
0.2
0.03
1
10
0.06
0.05
0.05
0.02
0.002
0.2
0.02
0.03
3
25

Padat

Tersuspensi (TSS)
KIMIA
pH (insitu)
Air Raksa (Hg)
Arsen (As)
Boron (B)
Oksigen terlarut (DO)
insitu
Fluorida (F)
Fenol
Fosfat total (PO4)
Kadmium (Cd)
Khromium VI (Cr6+)
Kobalt (Co)
Khlorin bebas (Ci2)
Minyak Lemak
Nitrat (NO3-N)
Nitrit (NO-2)
Selenium (Se)
Seng (Zn)
Sianida (CN)
Sulfida (H2S)
Surfakton Anion
(MBAS)
Tembaga (Cu)
Timbal (Pb)
BOD5
COD

3oC
1000
50

Hasil

Metode Analisa

29.9
62
70

28.7
70
36

28.5
59
30

SNI 06-6989.23-2005
SNI 06-6989.27-2005
SNI06-6989.3-2004

7.92
<0.0005
<0.005
<0.01
1.8
<0.01
<0.001
0.06
<0.003
<0.01
<0.02
<0.01
<0.2
1.0
0.033
<0.002
<0.01
<0.005
<0.002
0.06
<0.02
<0.01
42
114

6.91
<0.0005
<0.005
<0.01
2.2
<0.01
<0.001
0.02
<0.003
<0.01
<0.02
<0.01
<0.2
1.2
0.016
<0.002
<0.01
<0.005
<0.002
0.07
<0.02
<0.01
34
98

7.23
<0.0005
<0.005
<0.01
2.2
<0.01
<0.001
0.02
<0.003
<0.01
<0.02
<0.01
<0.2
1.0
0.056
<0.002
<0.01
<0.005
<0.002
0.07
<0.02
<0.01
29
93

SNI 06-6989.11-2004
SNI 19-6964.2-2003
SNI 06-2463.1991
SNI 06-2481.1991
SNI 06-6869.14-2004
Std Method (Ed 21)
4500 D
HACH
SNI 06-2483-1991
SNI 06-6989.16-2004
**)
SNI 06-1132-1989
SNI 06-2471-1991
HACH
HACH
SNI 06-2486-1991
SNI 06-6989.9-2004
Std Method (Ed 21)
3500 Se
SNI 06-6989.7-2004
Std Method (Ed 21)
4500 CN E
JIS Th 2002 KO102
Bag 39 D
SNI 06-6989.51-2005
18-5A/IK-Cu
SNI 06-2503-1991
SNI 06-6989.15-2004

MIKROBIOLOGI
Fecal coliform
Total coliform

Jml/100
ml
Jml/100

1000
5000

2800
2800

2300
2300

2300
2300

SNI 06-4158-1996
SNI 06-3957-1996

ml

Sumber : Hasil Laboratorium Lingkungan Hidup, PT Unilab Perdana, November 2007


Keterangan :
*)
= AIR PERMUKAAN Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001
Golongan II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi
air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

16

pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratan mutu air sama
dengan kegunaan tersebut
**)
= Logam merupakan logam terlarut
<
= lebih kecil
Sampel 1 = Air sungai di bagian Upstream, yaitu sebelum lokasi TPA berdasarkan
aliran sungai
Sampel 2 = Air sungai di bagian pertemuan air lindi sampah dengan air sungai
Sampel 3 = Air sungai di bagian downstream, yaitu setelah lokasi TPA berdasarkan
aliran sungai
C. Kualitas Air Bersih TPA
Untuk memenuhi kebutuhan operasional di TPA Bagendung, Kota Cilegon,
penyedeiaan air bersih selama ini bersumber dari air sumur sebagai sumber utama.
Sedangkan untuk mengetahui kualitas air tanah yang dikonsumsi petugas jaga TPA dan
para pemulung, maka diambil sample air dari sumur di dalam dan sekitar tapak TPA
Bagendung, Kota Cilegon yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3
Kualitas Air Tanah/ Sumur Di Lokasi Tapak dan Sekitar TPA Bagendung
No

Parameter

A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

FISIKA

Satuan

Nilai
Ambang
Batas

Hasil
1

B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Bau
Zat Padat

Terlarut

(TDS)
Kekeruhan
Rasa
Suhu (insitu)
Warna
KIMIA
pH (insitu)
Air Raksa (Hg)
Arsen (As)
Besi (Fe)
Fluorida (F)
Kadmium (Cd)
Kesadahan total
(CaCO3)
Khlorida (CI)
Khromium VI (Cr6+)
Mangan (Mn)
Nitrat (NO3-N)
Nitrit (NO2-N)

mg/L
NTU
0C
PtCo

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

Tdk berbau
1500
25
Tdk berasa
Udara +-

Metode Analisa

Tdk

Tdk

Tdk

berbau
78
<1
Tdk

berbau
78
<1
Tdk

3oC
50

berbau
79
<1
Tdk berasa
31.0
2

berasa
29.5
<1

berasa
30.3
<1

6.5 9.0
0.001
0.05
1.0
1.5
0.005
500
600
0.05
0.5
10
1.0
0.01

6.35
<0.0005
<0.005
0.08
0.31
<0.003
<2
6.8
<0.01
0.07
0.7
<0.002
<0.002

6.77
<0.0005
<0.005
<0.06
0.29
<0.003
<2
5.3
<0.01
<0.02
1.0
<0.002
<0.002

6.78
<0.0005
<0.005
<0.06
0.30
<0.003
<2
6.8
<0.01
<0.02
1.0
<0.002
<0.002

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Organoleptik
SNI 06-6989.27-2005
SNI 06-2413.1991
Organoleptik
SNI 06-6989.23-2005
SNI 06-2413.1991

SNI 06-6989.11-2004
SNI 19-6964.2-2003
SNI 06-2463.1991
18-6AIK-Fe
SNI 06-2482.1991
SNI 06-6989.16-2004
**)
SNI 06-6989.12-2004
SNI 06-6989.12-2004
SNI06-1132-1989
18-20/IK-Mn
SNI 06-2480-1991
SNI 066989.9-2004

17

No

Parameter

14.
15.
16.
17.
18.
19.

Selenium (Se)
Seng (Zn)
Sianida (CN)
Sulfat (SO4)
Surfaktan anion

Satuan

(MBAS)
Timbal (Pb)
Nilai Permanganat

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

Nilai
Ambang
Batas
15
0.1
400
0.5
0.05
10

Hasil
0.01
<0.005
<0.3
0.04
<0.01
0.4

<0.01
<0.005
<0.3
0.002
<0.001
0.2

Metode Analisa
<0.01
<0.005
<0.3
0.03
<0.01
0.3

MIKROBIOLOGI
Total Coliform

3500 Se
SNI 06-6989.7-2004
**)
Std Method (Ed 21)
4500 CN E
SNI 06-6989.20-2004
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.8-2004
SNI 06-6989.22-2004

(KmnO4)
C.
1.

Std Method (Ed 21)

50

1100

150

240

SNI 06-3987-1996

Sumber : Hasil Laboratorium LIngkungan Hidup, PT Unilab Perdana, November 2007


Keterangan:
*)
= Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 Persyaratan Kualitas Air
Bersih
**)
<

= Logam merupakan logam terlarut


= lebih kecil

Berdasarkan hasil analisis laboratorium dapat diuraikan sebagai berikut:


Kualitas tanah (dangkal/sumur) yang diambil pada 3 titik sampel yang masingmasing diambil di dalam tapak lokasi, di pemukiman penduduk 300 M di depan lokasi
dan pemukiman penduduk 800 M dari lokasi TPA. Dari hasil pemeriksaan laboratorium
dapat disimpulkan bahwa air sumur di semua titik sampel secara fisk-kimia sudah
memenuhi syarat sesuai Menkes No. 416/Menkes/ SK/SK/ 1990, kecuali untuk parameter
bakteri coli yang telah melebihi nilai ambang batas. Adapun sumur yang parameter fecal
colinya paling tinggi berada di atas NAB adalah sumur yang berada di dalam lokasi TPA
yang merupakan konsumsi air bersih bagi perugas jaga TPA, mencapai 1.100 MPN/100
ml padahal NAB nya hanya 50 MPN/100 ml.
Parameter lain yang melebihi NAB Menkes No. 416/Menkes/SK/IX/1990 berada
pada sumur 2 dan 3 yaitu air sumur dalam atas bantuan dari PT Krakatau Steel dan sumur
di rumah Bapak Tawi, walaupun tidak setinggi sumur di dalam lokasi TPA. Kandungan
fecal coli-nya mencapai 150 MPN/100 ml (NAB : 50 MPN/100 ml) hal ini
mengindikasikan bahwa kualitas air sumur di ketiga lokasi kurang baik untuk dikonsumsi
karena belum memenuhi persyaratan kesehatan, kecuali harus ada sosialisasi kepada
warga bahwa bila akan dikonsumsi hendaknya direbus sampai benar-benar mendidih.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

18

3.1.4 TATA RUANG


A. Fungsi dan Peranan Kota Cilegon
Beberapa perkembangan dalam kebijaksanaan pengembangan wilayah di Kota
Cilegon telah membawa implikasi berubahnya struktur ruang wilayah kota :
Terbentuknya Kota Cilegon melalui UU No. 2 Tahun 1993
Turunnya UU Nomor : 23 tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten yang
mengubah orientasi pelayanan pemerintahan propinsi dari Kota Bandung ke Kota
Serang, sementara kota Cilegon berbatasan dengan kota Serang.
Kota Cilegon sebagai pusat pertumbuhan baru membutuhkan sarana dan prasarana
wilayah yang baru. Di lain pihak, disebabkan wilayah Kota Cilegon kini menjagi wilayah
andalan Kabupaten Merak maka dalam menentukan pusat-pusat pertumbuhan baru itu
harus dimasukan pertimbangan keseimbangan wilayah.
Dengan pertimbangan utama keseimbangan wilayah ini, maka untuk Kota Cilegon
diperlukan pusar pertumbuhan antara lain adalah :
1. Cilegon di bagian Selatan yang menunjukan perkembangan yang pesat sebagai daerah
permukiman.
2. Cilegon di bagian Barat yang menunjukan perkembangan sebagai kawasan industri
dan permukiman.
3. Cilegon di bagian Utara yang dibutuhkan untuk pemacu pertumbuhan dan
penyeimbang pertumbuhan antar wilayah.
Selanjutnya setiap pusat pertumbuhan memiliki wilayah pelayannya masing-masing.
Wilayah pelayanan ini ditentukan berdasarkan kecenderungan perkembangan ruang dan
infrastruktur, factor-faktor potensi wilayah, homogenitas wilayah, dan pembatas fisik. Itu
semua berpengaruh terhadap pola orientasi kegiatan yang menjadi prinsip dasar penentuan
wilayah pelayanan.
B. Tata Guna Lahan
Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Cilegon, lokasi
pengembangan TPA Bagendung telah sesuai dengan peruntukannya sebagai fasilitas sosial
yang dalam hal ini dipakai sebagai tempat pembuangan akhir sampah. Kesesuaian tersebut
didasarkan pada Perda Kota CIlegon Nomor: 15 Tahun 2001. Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Cilegon. Disamping itu, lokasi pembangunan TPA Bagendung tidak
terletak pada kawasan lindung, di bawah SUTT atau SUTET.
3.1.5 Sistem Transportasi
Kondisi Eksisting Sistem Transportasi

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

19

A. Jaringan Jalan
Lokasi rencana proyek pembangunan TPA Bagendung terletak di tepi jalan Raya
Bagendung, Desa Bagendung, Kecamatan CIlegon. Dalam sistem jaringan transportasi
Kota CIlegon, ruas Jalan Raya Bagendung merupakan jalan kolektor primer yang
menghubungkan antar desa, kecamatan dengan Jalan Raya ke arah wilayah Mancak.
Ruas Jalan Raya Bagendung sebagai jalan utama dari dank e TPA Bagendung dengan
kondisi jalan beraspal yang mempunya lebar +_ 7 meter untuk dua arah bagi kendaraan
yang melintas.
B. Angkutan Umum
Kendaraan umum yang menghubungkan Kecamatan Cilegon dengan daerah lain hanya
berupa objek, karena kendaraan umum yang melintas ke wilayah tersebut belum tersedia.
Hal ini perlu menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kota Cilegon untuk
menyediakan sarana angkutan umum berupa minibus dan microbus agar memudahkan
akses dari dan wilayah Bagendung.
C. Volume Lalu Lintas
Volume atau arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melintasi suatu titik
pengamatan pada jalan raya per satuan waktu. Volume dan komposisinya merupakan
parameter dasar yang penting yang berhubungan dengan parameter-paramater lainnya
seperti tingkat pelayanan dan kecepatan.
Volume lalu lintas diketahui melalui survey penghitungan lalu lintas (traffic counting)
secara manual yang dilakukan pada titik pengamatan pada ruas jalan yang diperkirakan
akan terkena dampak langsung terhadap kepadatan lalu lintas. Dari hasil pengamatan
kepadatan lalu lintas dari dank e arah TPA Bagendung belum menunjukkan kepadatan
yang berarti
D. Kinerja Ruas Jalan
Kinerja lalu lintas ruas jalan dapat dinilai dengan menggunakan parameter lalu lintas
sebagai berikut:
Rasio volume per kapasitas yang menunjukkan kondisi ruas jalan dalam melayani

volume lalu lintas yang ada


Kecepatan rata-rata yang dapat menunjukkan waktu tempuh dari titik asal ke titik
tujuan di dalam wilayah pengaruh yang akan menjadi tolak ukur dalam pemilihan rute

perjalanan.
Tingkat pelayanan merupakan indicator yang mencakup gabungan beberapa
parameter, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dari ruas jalan.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

20

3.1.6 Kualitas Udara (Gas dan debu)


Guna mengetahui kualitas udara di sekitar lokasi pembangunan TPA Bagendung
maka dilakukanlah uji kualitas udara ambient dengan terlebih dulu melakukan
pengambilan sample pada 3 (tiga) buah titik yaitu titik pertama (U1) sebelum lokasi TPA
(Up Wind), titik dua (U2) di dalam lokasi dan titik ketiga (U3) sesudah lokasi TPA (Down
Wind) TPA Bagendung. (Lihat Tabel 3.4)
Parameter kualitas udara yang dianalisa meliputi Sulfur Dioksida (S02), Karbon
Monoksida (C0), Nitrogen Dioksida (NO 2), Oksidan (O3), Hidrokarbon (HC), Debu
(TSP), Timbal (Pb), Amonia (NH3) dan Hidrogen Sulfida (H2S).

Tabel 3.4
Hasil Analisis Kualitas Udara di Sekitar Tapak Proyek TPA Bagendung
Hasil Uji
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Parameter
Sulfur Dioksida
(SO2)
Karbon Monokisda
(CO)
Nitrogen Dioksida
(NO2)
Oksidan (O3)
Hidrokarbon (HC)
Debu (TSP)
Timbal (Pb)
Amonia (NH3)
Hidrogen Sulfida
(H2S)

Titik 1
9,80
1375
7,85
24,69
125
58
< 0,03
0,08420
<0.00072

Titik 2
11,62
2864
13.99
24.95
230
1134
0.27
0.20445
0.00291

Titik 3
10,31
1260
8.90
18.03
157
115
0.16
0.06723
0.00221

Titik 4
9,15
1260
10.16
16.03
131
81
<0.03
0.06205
0.00263

Titik 5
14,08
1718
15.89
17.02
157
116
0.08
0.30028
0.00331

Satuan

Metode Uji/Alat

g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
ppm
ppm

SNI-19-4147-1996
Cox meter ex Sibata
SNI 19-7119.2-2005
SNI-19-4842-1998
SNI 19-4843-1992
SNI 19-7119.3-2005
SNI 19-7119.4-2005
SNI 19-7119.1-2005
SNI 19-4844-1998

Baku Mutu Udara


Ambien MnLH RI
No. 41 Th 1999
365
10.000
150
235
160
230
2
2**)
0.02**)

Sumber: Hasil laboratorium lingkungan hidup PT. Unilab Perdana, Oktober 2007
Keterangan:
*)
= PRRI No. 41 Tahun 1999 baku Mutu Udara Ambient Nasional
**)
= Kep-50/MenLH/11/1996 Baku Mutu Tingkat Kebauan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

21

N
<

= Kondisi Normal (hasil dikoreksi pada kondisi 250 C 76 cm Hg)


= lebih kecil
Dari tabel di atas dijelaskan bahwa rona lingkungan kualitas udara outdoor di sekitar

tapak TPA Bagendung masih dalam keadaan baik. Pengukuran terhadap parameter Debu, HC,
CO, NO2, OX, Pb, NH3, H2S konsentrasinya masih di bawah baku mutu udara ambient sesuai
PPRI No. 41 Tahun 1999 dan Keputusan Menteri LH No. 50/MENLH/XI/1996 tentang baku
mutu tingkat kebauan. Kandungan konsentrasi parameter yang ada tersebut di atas masih rendah,
ini disebabkan oleh disperse emisi kendaraan bermotor yang melintas di sekitar depan tapak TPA
Bagendung dan pengolahan sampah hanya sekitar 2-3 mobil/menit.
Untuk pengolahan sampah itu sendiri, dispersinya cukup kuat dimungkinkan oleh karena
lokasi TPA tersebut cukup luas tanpa pneghalang di kanan kirinya, sementara tiupan angin juga
cukup kuat. Kecuali sampel yang di dalam lokasi TPA, untuk parameter Hidro Carbon dan Debu
belum malampaui Nab. Tingginya parameter di titik tersebut mungkin karena pengambilan
sampel memang di tengah-tengah pengadukan sampah. Sehingga sangat mungkin karena
konsentrasinya debu yang sangat tinggi. Sedangkan untuk parameter hidrokarbon yang melebihi
NAB itu kemungkinan diakibatkan oleh adanya pembakaran sampah di lokasi TPA.
2.2.7 Kebisingan
Kualitas kebisingan yang diukur di dalam dan di luar TPA adalah disajian pada Tabel 3.5
sebagai berikut.
Tabel 3.5
Tingkat Kebisingan Di Sekitar Lokasi TPA Bagendung
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Lokasi Pengukuran
PENGUKURAN OUTDOOR
Sebelum lokasi TPA UD (up Wind)
Sesudah lokasi TPA UD (Down
Wind)
Di dalam lokasi TPA UD
Kampung Sambi Buhut
Kampung Lebak gebang

Satuan

Hasil Pengukuran

BML

dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)

62.0
51.7
58.5
57.9
57.1

55
55
55
55
55

Sumber : Hasil kebisingan pengujian lab. Lingkungan hidup PT. Unilab Perdana,
Oktober 2007
Keterangan:
Nilai kebisingan adalah Nilai Equivalen selama waktu pengukuran 10

menit dengan interval 5 detik.


KEP. 48/MENLH/XI/1996 Lampiran I, Tentang Baku Mutu Tingkat
Kebisingan.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

22

Pengukuran kebisingan di sekitar tapak pembangunan TPA Bagendung diuraikan sbb:


Titik pengukuran tingkat kebisingan yang diambil sebelum, sesudah dan di dalam lokasi
tapak proyek yang menunjukkan kebisingan masing-masing 62.0 dB(A), 51.7 dB(A),
58.5 dB(A), 57.9 dB(A) dan 57.1 dB(A).
Kondisi rona awal kebisingan dari ke lima titik sampel menunjukkan bahwa hanya di
lokasi setelah TPA (downwind) yang masih di bawah NAB. Selebihnya telah melebihi
baku mutu yang disyaratkan. Tingginya intensitas kebisingan ini disebabkan karena
aktivitas pengoperasian peralatan pembangunan ruang parker dozer serta aktifitas alat
berat yang mengelola sampah Bagendung (contoh : mesin Backhoe, dozer, truk yang
bongkar sampah dsb) dan aktivitas kendaraan berat seperti dump truck pengangkut bahan
bangunan dsb. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Hasil Uji Laboratorium Udara dan
Kebisingan pada table 3.5.
2.2.8 Geologi
Berdasarkan jenis batuannya lokasi studi TPA terusun oleh Satuan Tuf Banten (QTvb)
yang merupakan hasil erupsi vulkanik gunung api berumur Kuarter dimana litologinya
terdiri atas tuf, tuf berbatu apung, dan batu pasir tufan yang berumur Plistosen Atas
hingga Plistosen Bawah yang tersebar kea rah utara dan selatan dengan ketebalan
puluhan hingga ratusan meter. Satuan ini menempati daerah yang sangat luas yaitu dari
daerah Kelapa Dua, Cikkokol, Kandang Besar, Pabuaran, Cipondoh, Warung Mangga,
Pakulonan, Kebun Nanas, Bendungan, Kandang Sapi, Jalempang, Bojong Lumpang,
Babakan, hingga Cilegon. Ke arah barat dijumpai

Endapan Aluvium (Qa) yang

merupakan pedataran limpah banjir di sepanjang bantaran Sungai Cisadane (Sidarto,


dkk., 1992).
3.2 KOMPONEN BIOLOGI
3.2.1 Flora/Vegetasi Darat
Flora/vegetasi darat di dalam dan sekitar tapak TPA Bagendung yang diamati pada bulan
Oktober 2007 meliputi jenis-jenis vegetasi bercirikan ekologi kawasan urban, seperti
rumput-rumputan, mangga, pisang, jambu air, kelapa, papaya, bamboo, paku-pakuan,
cemara, bougenville, mawar, asoka, pakis, beringin, the-tehan.
3.2.2 Biota Perairan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

23

Untuk mengetahui tingkat pencemaran di sungai Bagendung, juga telah dilakukan


pengujian biota perairan di sungai Bagendung yang hasilnya dapat dilihat pada table
berikut:

Tabel 3.6
Hasil Uji Mikroorganisme di Sungai Lengkong, Lokasi TPA Bagendung
Fitoplankton
No.

Individu

11

12

13

CYANOPHYTA
1
2
3
4
5
6

Anabaena sp 1
Anabaena sp 2
Dactlococcopsis sp.
Oscillatoria sp 1
Oscillatoria sp 2
Oscillatoria sp 3

1
2

6
2
1
1

CHRYSOPHYTA
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Amphora sp 1
Amphora sp 2
Bacilaria paradoxa
Cymbella sp
Diatoma sp
Navicula sp
Nitzschia seriata
Pinnularia sp
Surirella sp 1
Surirella sp 2

1
1

5
1
1
1
5
1
1

10
1
1

4
2

CHLOROPHYTA
17

Closterium sp 1

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

24

18
19
20
21
22
23
24

Closterium sp 2
Closterium sp 3
Closterium sp 4
Closterium lineatum
Cosmarium sp 1
Cosmarium sp 2
Micrasterias sp

1
2
1
1
1
2
10

1
4

EUGLENOPHYTA
25
26

Euglena
Trachelomonas sp

1
3

Jumlah individu/L

24

28

32

Jumlah Taxa

10

12

16

Indeks diversitas H= - E PIHAK


KEDUA log 2 PIHAK KEDUA
(Shannon Weaver, 1949)

2.63

2.97

3.68

H max = Log2 S

3.32

3.58

400

Equitas (E) = H/H-max

0.79

0.83

0.92

11

12

13

4
3
1

Zooplankton
No.

Individu
PROTOZOA

1
2
3

CILIOPHORA (SP.1)
CILIOPHORA (SP.2)
CILIOPHORA (SP.3)
RHIZOPODA

4
5
6
7
8

Amoeba sp
Arcella sp.1
Arcella sp.2
Centrophyxis sp
Diffugia sp

17
7

34
1
21

7
8

TROCHELMINTES
9

Tricocherca sp

NEMATHELMINTES
10

NEMATODA (sp 1)

Jumlah individu/L

29

66

14

Jumlah Taxa

Indeks diversitas H = - E PIHAK

1.65

1.80

1.92

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

25

KEDUA log2 PIHAK KEDUA


(Shannon Weaver, 1949)
H max = Log2 S

2.32

2.81

2.32

Equitailitas (E) = H/H-max

0.71

0.64

0.83

11

12

13

Benthos
No.

Individu

MOLLUSCA
BIVALVIA
1
2
3

Corbicula
BIVALVIA (sp 1)
BIVALVIA (sp 2)

1
2
1

GASTROPODA
4
5
6
7
8
9

Bellamya sp
Melanoides
tuberculate (sp.1)
Melanoides
tuberculate (sp.2)
Bulimidae
Planorbidae
GASTROPODA
(sp.1)

2
15
10

3
4

19
8

1
1

Jumlah individu/L

32

34

Jumlah Taxa

Indeks diversitas H = - E 2.01


PIHAK KEDUA log2
PIHAK KEDUA (Shannon
Weaver, 1949)

0.99 1.55

H max = Log2 S

2.81

1.00 2.00

Equitailitas (E) = H/H- 0.71


max

0.99 0.78

Sumber : Hasil pengujian lab. Lingkungan hidup PT. Unilab Perdana, Oktober 2007

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

26

3.2.3 Fauna Darat


Pada saat pengamatan bulan Oktober 2007, pada lokasi tapak proyek tidak ditemui hewan
dan serangga penular penyakit, akan tetapi berdasarkan informasi penduduk, jenis hewan
dan serangga yang sering ada adalah beberapa jenis burung seperti pipit dan gereja,
cacing, kupu-kupu, lalat, lebah, nyamuk, ikan, kucing, anjing, ayam, belalang, jangkrik,
katak dan kelabang
A. Serangga Penular Penyakit
Hasil pengamatan menunjukkan populasi serangga penular penyakit yang ditemukan di
dalam dan sekitar tapak TPA Bagendung didomonasi nyamuk dan lalat. Selengkapnya
secara kualitatif disajikan pada Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7
Jenis Serangga Penular Penyakit Yang ditemui di Tapak dan sekitar TPA
Bagendung
No.

Jenis
Penular

1.
2.

Nyamuk
Lalat

Serangga

Gambaran Populasi

Jenis Yang Ditemui

****
(Indeks kepadatan rata-rata : 6-8/30
menit)

3.

Kecoa
***

Aedes dan Culex.


Lalat
Rumah
(Musca domestica)
Lalat
Buah
(Drosophylla
melanogaster)
Kecoa
(Blatella
germanica)

Sumber : Hasil Pengamatan dan Wawancara Oleh Tim Penyusun AMDAL, 2007.
Keterangan :
*****
****
***
**
*

= Sangat banyak
= Banyak
= Cukup banyak
= Sedikit
= Sangat sedikit

B. Hewan Pembawa Penyakit


Hewan pembawa penyakit teramati yang paling sering ditemui di dalam dan sekitar tapak
TPA Bagendung adalah kucing. Selengkapnya disajikan pada Tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8
Hewan Penular Penyakit Yang Ditemui di Tapak dan sekitar TPA Bagendung
No.

Nama Daerah (Lokal)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Nama Ilmiah (Latin)

27

1.
2.
3.

Kucing
Ayam
Anjing rumah

Felis domesticus
Gallus domesticus
Caris domesticus

3.3 KOMPONEN SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA


3.3.1 Keadaan Geografi
Kota Cilegon terletak di bagian barat Propinsi Banten pada koordinat 105 54 05 106
05 11 Bujur Timur dan 5 52 24 6 04 07 Lintang Selatang, dengan batas-batas
sebagai berikut:
Batas wilayah Kota Cilegon:
Sebelah Utara
: Kabupaten Serang (Kec. Pulo ampel)
Sebelah Timur
: Kabupaten Serang (Kec. Bojonegara dan Kec. Kramat Watu)
Sebelah Selatang
: Kabupaten Serang (Kec. Waringin Kurung, Kec. Mancak, dan
Kec. Anyar)
3.3.2 Pemerintahan
Wilayah Kota Cilegon secara administrative terdiri dari 8 (delapan Kecamatan
dan 43 (empat puluh tiga) Kelurahan/Desa. Dengan Luas wilayah Kota Cilegon sebesar
1.110,38 km2. TPA Bagendung terletak di Desa Bagendung, Kecamatan Cilegon, Kota
Cilegon, Propinsi Banten.
3.3.3 Sosial Ekonomi
Dari data Profil Kesehatan Kota Cilegon, Kecamatan Cilegon terdiri dari 16 desa,
luas Kecamatan CIlegon 57,48 km2 dengan kepadatan penduduk 2.354 orang/km2.
Jumlah penduduk 135.298 orang dan jumlah KK 36.401, dari jumlah tersebut 44,32%
mempunyai akses terhadap air bersih dan pembuangan air kotor, 62,60% memiliki
jamban/septic tank dan 22% memiliki tempat/bak sampah di rumah tangga.
Sedangkan jumlah penduduk di Kelurahan Begendung sendiri adalah 3.532 jiwa
terdiri dari 790 KK, dengan jumlah penduduk laki-laki adalah 1.806 jiwa dan penduduk
wanita 1.726 jiwa. Mata pencarian mayoritas penduduk adalah petani dan buruh tani
(86%), kemudian sisanya adalah buruh swasta, pengrajin, pedagang dan PNS.
Tabel 3.9
Komposisi Penduduk di Kelurahan Bagendung
Berdasarkan Pendidikan
No
1.

Pendidikan
Belum sekolah (<7 tahun)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Jumlah
381

28

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Sedang sekolah tingkat SD/sederajat


Pernah sekolah tidak tamat SLTP/sederajat
Sedang sekolah SMP/sederajat
Sedang sekolah SMA/sederajat
Sedang sekolah D1/sederajat
Sedang sekolah D2/sederajat
Sedang sekolah S1/sederajat
Tidak pernah sekolah (7 45 tahun)

1435
73
537
372
1
8
8
788

Sumber::

3.3.4 Sosial Budaya


Persepsi Masyarakat
Dari hasil wawancara dengan 60 warga yang hadir pada saat sosialisasi yang
diadakan di Kelurahan Bagendung serta isian questioner yang dibagikan kepada 40
responden penduduk yang tinggal di sekitar lokasi kegiatan diperoleh gambaran tentang
Persepsi masyarakat terhadap kegiatan TPA. Adapun karakteristik warga/responden
secara rinci disajikan dalam uraian di lampiran.
1) Pengetahuan responden terhadap jenis kegiatan TPA Bagendung
Pada umumnya (100%) pengetahuan responden akan jenis kegiatan pelayanan TPA
Bagendung sudah cukup memahami bahwa kegiatan TPA adalah untuk melayani
pembuangan sampah dari seluruh kota CIlegon.
2) Persepsi terhadap gangguan penanganan sampah dari TPA Bagendung
100% responden tidak merasa terganggu oleh rencana kegiatan penanganan sampah
oleh TPA Bagendung. Hal ini wajar karena lokasi penduduk dan tempat penanganan
sampah berjauhan dan penanganan sampah ini dilakukan dengan tingkat kebersihan
yang baik serta adanya prosedur penampungan sampah dengan kantong plastik
sehingga gangguan baud an vector penyakit (khususnya lalat) dapat dikurangi.
3) Persepsi terhadap gangguan pembuangan air limbah dari TPA Bagendung
2,5% responden mengatakan mereka merasa terganggu dengan penanganan air
limbah TPA Bagendung, sedang 97,5% responden merasa tidak terganggu. Alas an
responden mengatakan terganggu terutama yang tinggal di seberang TPA dan depan
TPA, karena buangan air limbah di saluran alirannya diperkirakan akan dialirkan
menuju ke sungai yang mengalir kea rah Desa Bagendung (mendekati lokasi
penduduk), alas an responden mengatakan terganggu karena pembuangan air limbah
akan menyebabkan gangguan penyakit dari air limbah yang dibuang. Kekhawatiran
ini menunjukkan pengetahuan masyarakat akan lingkungan hidup dan kesehatan
sudah cukup baik, namun pengetahuan mereka tentang penanganan air limbah di TPA
Bagendung yang akan dilakukan pengolahan dalam IPAL masih rendah. Hal ini

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

29

diperkirakan karena factor minimnya informasi kepada masyarakat sekitar TPA


tentang karakteristik air limbah TPA.
4) Persepsi terhadap manfaat dan keberadaan TPA Bagendung
Menanggapi atas manfaat keberadaan TPA Bagendung, pada umumnya (100%)
responden mengatakan tidak keberatan dengan keberadaan TPA Bagendung (0%)
responden mengatakan keberatan. Alas an responden setuju dengan keberadaan TPA
Bagendung akan memberikan manfaat berupa :
- Kemudahan membuang sampah,
- Lingkungan semakin ramai,
- Peningkatan penghasilan dari usaha kontrakkan bagi karyawan Dinas Kebersihan,
- Manfaat peluang bekerja bagi penduduk local di TPA,
- Manfaat peluang usaha informal di sekitar TPA.
5) Harapan responden terhadap TPA Bagendung
Dengan akan beroperasinya TPA Bagendung, responden memberikan harapan
kepada TPA sebagai berikut :
- TPA agar tetap menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungannya termasuk
-

penanganan limbah cair (Leacheate) dan gas yang ditimbulkan.


Untuk pembuangan air limbah sebaiknya salurannya menjauhi permukiman
penduduk, sehingga meminimalkan kekhawatiran penduduk akan gangguan

penyakit/kesehatan.
Mengingat keberadaan masyarakat dengan ekonomi rendah, diharapkan DInas

Kebersihan TPA Bagendung memberikan pengobatan minimal tiga bulan sekali.


Masyarakat menghendaki agar pemuda produktif (local) yang masih menganggur

di sekitar TPA dapat diberdayakan di TPA.


Mengharapkan agar TPA tetap memberikan bantuan sosial kemayarakatan (ke
majelis talim, masjid/musholah dan pengajian).

3.4. KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT


Dari hasil pengamatan di lapangan Kecamatan Cilegon menunjukkan bahwa jenis
penyakit terbanyak di wilayah studi adalah : ISPA, gangguan gigi dan jaringan,
Nasofarigitis Akut, Gastritis, Mialgia, Demam yang sebabnya tidak diketahui, Diare dan
Penyakit Saluran Nafas lainnya.
Atas dasar tipologi kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak dan tipologi
lingkungan yang diperkirakan telah dan akan terkena dampak, maka dilakukan suatu
langkah untuk mendapatkan proritas dampak penting hipotetik. Adapun langkah-langkah

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

30

yang diperlukan untuk mendapatkan dampak penting hipotek tersebut adalah melalui
proses pelingkupan.
3.4.1 Kondisi Sanitasi Lingkungan
A. Penggunaan Air
Sumber air untuk kebutuhan mandi, mencusi dan minum berasal dari air tanah. Sarananya
berupa sumur gali atau sumur bor/pantek yang dilengkapi dengan mesin pompa air
dengan kedalaman antara 20 meter s/d 30 meter. Kualitas air sumur penduduk
berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dari ketiga sampel menunjukkan bahwa
secara fisik dan kimia kualitas air sumur masih memenuhi syarat kesehatan kecuali untuk
parameter biologi (total colliform) sudah melebihi NAB.
B. Kebiasaan Buang Air Besar, Buang Air Limbah, dan Buang Sampah
Pada umumnya penduduk buang air besar di jamban keluarga (WC), kemudian
ditampung di septic tank. Air kotor (limbah cair) dari rumah tangga dibuang ke
pekarangan atau saluran air yang ada disekitarnya. Penduduk membuang sampah ke bak
sampah, kemudian diangkut oleh petugas kebersihan ke tempat pembuangan akhir
sampah. Sebagian lagi memusnahkan sampah dengan cara dibakar atau membuat lubang
di halaman rumah.
C. Kondisi Rumah
Atap rumah yang dominan dipergunakan adalah genteng, dinding rumah terbuat dari
tembok dan lantai terbuat dari bahan yang kedap air (keramik, plester, dan tegel).
Ventilasi rumah pada umumnya tergolong baik dan penerangan rumah yang digunakan
pada umumnya adalah penerangan listrik.

3.4.2 Pola Penyakit


Data pola penyakit diperoleh dari laporan penyakit dari Puskesmas Cilegon,
Kecamatan CIlegon menunjukkan bahwa : data jenis 10 penyakit terbanyak di puskesmas
wilayah studi adalah sebagaimana tercantum dalam Tabel 3.10.
Tabel 3.10
Sepuluh Penyakit Terbanyak Di Puskesmas Cilegon
No.

Jenis Penyakit

Jumlah Kunjungan (org)

ISPA

15428

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

31

No.

Jenis Penyakit

Jumlah Kunjungan (org)

Dermatis

5139

Gigi dan Jaringan Penunjang

5093

Nasofaringitis Akut

5014

Gejala dan tanda umum lainnya

4745

Gastritis

3536

Mialgia

2039

Demam yang sebabnya tidak 1881


diketahui

Diare

1758

10

Penyakit saluran nafas lainnya

773

Jumlah

45406

Sumber : profil kesehatan puskesmas cilegon tahun 2006

Dari Puskesmas tersebut diperoleh informasi bahwa pada 2005 terdapat kasus penderita
penyakit demam berdarah (DBD) sebanyak 12 (dua belas) orang.
3.4.3 Pelayanan Kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di wilayah studi terdiri dari : Puskesmas,
Puskesmas Pembantu (Pustu)m Balai Pengobatan, dokter praktek dan lain-lain. Jumlah
sarana kesehatan secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3.11

Tabel 3.11
Jumlah Sarana Kesehatan Di Wilayah Studi
No

Jenis Sarana

Jumlah
(Orang)

Puskesmas

Puskesmas Pembantu

Balai Pengobatan Swasta

Dokter Praktek Umum

Dokter praktek Gigi

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

32

No

Jenis Sarana

Jumlah
(Orang)

Dokter Praktek Spesialis

Rumah Bersalin

R.S. Swasta

Sumber : profil kesehatan puskesmas cilegon tahun 2006

Tenaga medis dan paramedic Puskesmas yang bekerja di wilayah studi adalah
sebagaimana tertuang dalam Tabel 3.12
Tabel 3.12
Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis Puskesmas Di Kecamatan Cilegon
No.

Jenis Tenaga Medis dan Paramedis

Jumlah (Orang)

Dokter Umum

Dokter Gigi

Bidan

Perawat

Pekarya Kesehatan/Dukun Terlatih

Jumlah

22

Sumber : profil kesehatan puskesmas cilegon tahun 2006

Sedangkan di Kelurahan Bagendung sendiri, berdasarkan buku Profil Desa di


Lingkungan Pemerintah Kota Cilegon, tenaga medis yang ada adalah 2 orang bidan dan 1
orang dukun terlatih.
BAB IV
RUANG LINGKUP STUDI

4.1

Dampak Penting Yang Ditelaah

A.

Komponen Lingkungan Hidup Yang Terkena Dampak

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

33

BAB V
METODE STUDI
5.1 Metode Pendekatan Studi
untuk memdapatkan hasil study ANDAL yang dapat digunakan secara optimal dalam
rencanakan suatu kebijakan pengelolaan yang implementif dan efektif, maka diperlukan suatu

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

34

perencanaan yang terarah dalam melakukan studi ini yang diinformasihkan dengan suatu
pendekatan studi yang sesuai.
berdasarkan konsepsi tersebut diatas, maka studi ANDAL ini akan diawali dengan suatu telaan
terhadap peraturan perundang undangan yang berlaku ( terutama yang berkaitan dengan
lingkungan hidup ), kajian yang mendalam terhadap kondisi lingkungan ( sebagai rona
lingkungan hudup awal )dilokasi TPA sekatarnay serta kajian terhadap rencana kegitana TPA
sampah yang ditinjau dari dimensi waktu pelaksanaan kegiatan mulai tahap prakontruksi,
kontruksi,operasi dan pasca operasi dengan fokus kajian pada kegiatan kegiatan yang
berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan. dari aspek aspek kajian tersebut
maka akan dapat ditentukan oleh ruang lingkup studi yang mengacu pada batas proyek, batas
ekologi, batas sosial, dna batas administrasi. penetuan lingkup studi tersebut maksudkan untuk
membatasi bahasan studi hanya pada aspek yang dinilai signifikan dan kegiatan TPA
sampah.pada tahapan ini berbagai data dan informasi primer atau sekunder yang dikumpulkan.
Dengan menggunakan berbagai data rona lingkungan hidup awal dan deskripsi rencana kegiatan,
maka dalam studi ANDAL ini dibuat matrik idntifikasih dan perkiraan dampak yang akan terjadi
pada setiap tahap kegiatan. berdasarkan hasil identifikasih dan prekiraan dampak yang mungkin
timbul, maka dapat ditentukan besaran dan tingkat kepentingan dampak terhadap komponen
lingkungan fisik kimia, tata ruang, biologi, Sosial ekonomi dan sosial budaya. Penetuan
damapk penting tersebut akan dievaluasi berdasarkan hubungan sebab akibat yang dikaji secara
holistik mengunakan cara empiris ( Study banding dengan baku mutu lingkungan yang berlaku),
perhitungan matematis maupun penilaian berdasarkan keahlian atau profesi berdasarkan hasil
evaluasi dampak yang disusun atau menginformaikan dampak dampak lingkungan signifikan
yang perlu dikelolah dan pantau. penjabaran rinci dari rekomendasi penelolaan dan pemantauan
dampak lingkungan akan ditungkan dalam dokumen rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan
rencana pemantau lingkungan (RPL) yang merupakan bagian tidak terpisah dengan dokument
ANDAL..
5.2 Metode Pengumpulan dan Analisis Data
sebagai dasar penyususnan Analisis Dampak Lingkungan, data yang diambil antara lain:

Studi Pustaka

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

35

Studi perbandingan dengan proyek sejenis

Studi literatur

5.3 Komponen Geofisik Kimia


5.3.1 Kualitas Udarah
5.3.2 Kebisingan
5.3.3 Geologi
A. Analisis tanah atau batuan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

36

Analisis tanah/batuan berdasarkan atasa data yang didapat:


1. Urugan berlapisan tanah bawah permukaan dan kedalam
Urutan berlapisan tanah/batuan diperoleh melalui penoboran teknik sebanyak 3
( tiga ) titik dengan kedalaman masing masing 35 meter. pemboboran dilakukan
dengan mengunakan sirkulasi air dan pemboboran kering ( dry drillyng ) yang
diselaraskan dengan kondisi tanah /batuan yang dijumpai serta tabung penganti yang
digunakan. Urutan urutan jenis tanag/batuan diketahui dari hasil deskripsi hasil
pemboran yang diperoleh dari tabung penganti.
2. Sifat Fisik Dan Keteknikan Setiap Lapisan Tanah Bawah Permukaan
Karakteristik fisik dan keteknikan tanah/batuan dideskripsikan setiap lapisan.
Biasanya desripsi ini dilakukan dilapangan untuk mengetahaui indeks prioritas dan
sifat mekanik.
3. Permibilitas Tanah Bawah Permukaan
tujuan utama pengujiana permiabilitas adalah untuk mengetahui kemampuan lapisan
tanah/batuan dalam meluluhkan air secara langsung. koefisien rembesan rata rata
yang searah dengan arah aliran daru suatu lapisan tanah dapat ditentukan dengan cara
mengadakan uji permeabilitas.pengujian ini biasanya dilakukan melalui lobang
pemboran atau melalui sumur sumur pantu.
Hasil dari pengujian tersebut sanagt sensitif terhadap kondisi lubang bor ( lubang
harus bersih) dan metode pemboran. seperti hanya dalam menggunakan.
Koefisiensi rembesan dapat ditentukan dari data tersebut dengan menggunakan rumus
empiris menurut NAVFAC.
K

H1
R2
L
L
untuk 8
ln
ln
2 L t1 t 2 R
R
H2

Dimana:
K = Koefisien rembesan ( cm/menit)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

37

R = Diameter lubang (cm)


L = Tebal lapisan yang diuji (cm)
H1 = Jarak Penurunan muka iar ke 2 (cm )
H2 = Jarak Penurunan muka iar ke 1 (cm )
t

= waktu penurunana muka iar ( menit )

4. Daya Dukun Tanah


dalam pembahasan daya dukung tanah ini akan diuraikan tinjauan daya dukung
tanah untuk tembok penahan yang didasarkan atas hasil pengujian. daya dukung batas
suatu tanah dibawah beban pondasi terutama tergantung pada kekuatan geser tanah.
sebagai besar teori daya dukung yang sekarang digunakan didasarkan pada teori
plastisikan.dari hasil pengujian dapat diketahui daya dukun tiang pada ujung dengan
persamaan sebagai berikut :
qa

3N
kg / cm 2
4

Dimana:
qa = daya dukung yang diujikan
N = nilai pikulan

5. Kestabilan Lereng
Untuk keperluan pemotongan lereng di darah ini telah dilakukan dengan
mempergunakan metode NAFVAC. dengan mengasumsikan bahwa kedudukan muka
air tanah berada dibawah bidang gelincir dan tidak terdapat retakan ataupun rembesan
air.
Faktor keamanan untuk lonsoran rotasi dihitung dengan persamaan,

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

38

cj

fs

N tan
c
Ncf x c
H

Dimana:
c = kohesi tanah

5.3.4 Kualitas Air


5.3.4.1 Air Tanah

5.3.4.2 Air Permukaan


Parameter kualitas air yang diukur meliputi fisik, kimia, dan biologi air berdasarkan
Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air untuk golongan II air yang peruntukannya dapat digunakan
untuk sarana/prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mampersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
Sample air diambil dengan menggunakan botol sampler. Penentuan titik sample air
didasarkan pada lokasi sumber air permukaan yang akan digunakan untuk kegiatan
pengembangan dan operasional TPA sampah dan kebutuhan masyarakat setempat.
Lokasi pengambilan sample air untuk air permukaan yaitu Sungai Bagendung sebanyak 3
lokasi titik sampling yaitu, di bagian hulu, tepat di titik rencana keluarnya efluen dari IPAL
TPA, dan di bagian hilir.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

39

Tabel. 5.1 Metode Analisis Kualitas Air Sungai


No
A.

Parameter

Metode Analisa

FISIKA

1.

Suhu

2.
3.
B.

Satuan

SNI 06-6989.23-2005

Zat Padat Terlarut (TDS)

mg/L

SNI 06-6989.25-2005

Jumlah Padat Tersuspensi (TSS)

mg/L

SNI 06-6989.3-2004

KIMIA

1.

pH (in situ)

mg/L

SNI 06-6989.11-2004

2.

Air Raksa (Hg)

mg/L

SNI 19-6964.2-2003

3.

Arsen (As)

mg/L

SNI 06-2463.1991

4.

Boron (B)

mg/L

SNI 06-2481.1991

5.

Oksigen Terlarut (DO) in situ

mg/L

SNI 06-6989.14-2004

6.

Flourida (F)

mg/L

Std Method (Ed 21) 4500-D

7.

Fenol

mg/L

HACH

8.

Fosfat Total (PO4)

mg/L

SNI 06-2483-1991

9.

Kadmium (Cd)

mg/L

SNI 06-6989.16-2004

10.

Khromium VI (Cr6+)

mg/L

SNI 06-1132-1989

11.

Kobalt (Co)

mg/L

SNI 06-2471-1991

12.

Chlorin bebas (Cl2)

mg/L

HACH

13.

Minyak Lemak

mg/L

HACH

14.

Nitrat (NO3-N)

mg/L

SNI 06-2480-1991

15.

Nitrit (NO2-N)

mg/L

SNI 06-6989.9-2004

16.

Selenium (Se)

mg/L

Std Method (Ed 21) 3500-Se

17.

Seng (Zn)

mg/L

SNI 06-6989.7-2004

18.

Sianida (CN)

mg/L

Std Method (Ed 21) 4500-CN E

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

40

19.

Sulfida (H2S)

mg/L

JIS Th 2002 K0102 Bag 39 D

20.

Surfaktan anion (MBAS)

mg/L

SNI 06-6989.51-2005

21.

Tembaga (Cu)

mg/L

18-5A/IK-Cu

22.

Timbal (Pb)

mg/L

SNI 06-2503-1991

23.

BOD5

mg/L

SNI 06-6989.15-2004

24.

COD

mg/L

C.

MIKROBIOLOGI

1.

Fecal coliform

Jml/100 ml

SNI 06-4158-1996

2.

Total coliform

Jml/100 ml

SNI 06-3957-1996

Lokasi pengukuran dan pengambilan sample air sungai tersebut ditentukan berdasarkan
pertimbangan aspek-aspek sebagai berikut :
a. Hubungan antara rencana kegiatan TPA sampah dengan kegiatan lain di
sekitarnya.
b. Sebagai badan air yang berpotensi terpengaruh oleh leacheat dari TPA sampah.
Untuk mengevaluasi kualitas air sungai pada setiap titik sampling akan dibandingkan
dengan baku mutu menurut Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Metode Perhitungan

Perhitungan Debit
Pengukura debit sungai sesaat dilakukan di areal proyek dan sekitarnya. Lokasi
pengukuran debit air adalah sama dengan lokasi pengambilan sample kualitas air
sungai dan lokasi lainnya.
Pengukuran debit dilakukan untuk memberikan gambaran umum kuantitas sungai di
daerah studi. Pendekatan persamaan empiric digunakan untuk memperkirakan debit
sesaat sungai (Sosrodarsono dan Takeda, 1993) yaitu :

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

41

Q =Ax V
Dimana :
Q

= Debit aliran (m3/det)

= Luas penampang sungai (m2)

= Kecepatan aliran yang melalui penampang tersebut (m/det)

Luas penampang sungai ditentukan dengan cara mengukur lebar muka air dan
kedalaman sungai di beberapa titik pengukuran ke arah lebar sungai. Kecepatan aliran
sungai yang diukur adalah kecepatan aliran permukaan air sungai dengan data
sekunder.
5.3 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
5.4 Komponen Kesehatan Masyarakat
METODE PENGUKURAN
Yang dikaji pada aspek kesehatan masyarakat adalah :
1. Pola Penyakit
Sepuluh besar jenis penyakit di wilayah kajian
JumlahPenderitaBaru

Insidensi JumlahPopulasiPenyandang Re siko xfaktor


JumlahPenderitaPadaWaktuTerten tu

Pr evalensi JumlahPopulasiPenyandang Re siko xfaktor


2. Sanitasi/Kesehatan Lingkungan
Cakupan air bersih
Cakupan jamban keluarga (JK)
Cakupan sarana pembuangan air limbah domestik
Sistem pembuangan sampah domestik
3. Vektor Penyakit
Survey kepadatan lalat dengan menggunakan alat fly grill dan dengan interpretasi dari
hasil pengukuran kepadatan lalat sebagai berikut :

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

42

0 2 ekor

: jarang

3 5 ekor

: relatif agak padat

6 20 ekor

: relatif padat

21 ekor lebih

: padat

Survey kepadatan jentik nyamuk


Jumlah(Ci ) positifdenganlarva
x100%
Jumlah(Ci ) yangdiperiksa

Container Index (Ci) =

House Index (Hi) = Jumlah( Hi ) yangdiperiksa x100%

Bruto Index = Jumlah( Hi ) yangdiperiksa x100%

Jumlah( Hi) positflarva

Jumlah(Ci ) positif

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

43

BAB IV
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Kegiatan Tempat Pembuangan akhir ( TPA ) sampah

PT Kaibon Resirekayasa.

diperkirakan akan menimbulkan berbagai dampak terhadap berbagai komponen lingkungan.


Identifikasih dari jenis dampak terhadap berbagai komponen lingkungan telah diuraikan dalam
proses penapisan pada bab I, maka dalam bab ini akan ditelaah berbagai dampak dari setiap
tahapan kegiatan terhadap komponen lingkungan.
Metode perkiraan dampak yang digunakan adalah sesuai dengan kerangka berfikir ( bagan alir )
yang diilurstrasiakan pada gambar 6.1 dan metric dampak metode analisis tiap dampak bervariasi
dan ditetapkan berdasarkan kesesuaian tiap dampak yang telah di telaan.

6.1 TAHAP PRAKOSTRUKSI


6.1.1 Komponen Geofisik Kimia
Kualitas Air Permukaan
Kegiatan pra konstruksi meliputi kegiatan perencaan dan sosialisasi proyek. Kegiatan
perencanaan yang sedang dan akan dilaksanakan adalah perencanaan detail engineering

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

44

IPAL. kegiatan sosialisasi proyek dilakukan kepada masyarakat dan pejabat pemerintah
yang terkait melalui pertemuan informal dan media massa. Kedua kegiatan tersebut tidak
menimbulkan dampak penting terhadap air permukaan.
6.1.2 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya.
1.

Kesempatan kerja, Kesempatan Berusaha dan pendapatan


Pada tahap prakonstruksi kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap kesempatan
kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan adalah kegiatan pembukaan lahan baru untuk
penimbunan sampah. Kegiatan perencanaan dan pembukaan lahan baru sebagai
pengembangan lokasi diperkirakan memerlukan tenaga lokal sebanyak 22 orang tenaga
kerja.
Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembukaan lahan baru terhadap kesempatan
kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan penduduk merupakan Dampak Positif karena
memberikan mamfaat bagi penyerapan angkatan kerja lokal, peningkatan pendapatan
penduduk dan kesempatan berusaha penduduk lokal.
Dampak yang ditimbulkan tergolong kecil karena hanya mampu menyerap angkatan
kerja lokal dalam jumlah yang sedikit yaitu hanya sebanyak 22 orang, mendorong
peningkatan penjualan bagi sebagian kecil kegiatan usaha lokal (warung desa), dan
meningkatkan pendapatan bagi 22 orang pekerja local. Dampak yang ditimbulkan dapat
dikategorikan sebagai dampak kecil tidak penting karena dampak yang ditimbulkasn
hanya menjangkau sebagian kecil penduduk local, dan dampak yang ditimbulkan tidak
menimbulkan perubahan yang mendasar terhadap kesempatan kerja, kesempatan
berusaha dan tingkat pendapatan penduduk.

1. Persepsi dan sikap masyarakat


Dari hasil wawancara dengan 60 warga yang hasir pada saat sosialisasi yang
diadakan dikelurahan serta isian quesioner yang dibagikan kepada 40 responden
penduduk yang tinggal disekitar lokasi kegiatan diperoleh gambaran tentang persepsi
masyarakat terhadap TPA.

Pengetahuan responden terhadap jenis kegiatan TPA

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

45

Pada umumnya (100%) pengetahuan responden akan jenis kegiatan


pelayanan TPA sudah cukup memahami bahwa kegiatan TPA adalah untuk
melayani pembuangan sampah dari seluruh kota cilegon.

Persepsi terhadap gangguan penanganan sampah dari TPA


100% responden tidak merasa terganggu oleh rencana kegitan penanganan
sampah oleh TPA. Hal ini wajar karena lokasi penduduk dan tempat
penanganan sampah berjauhan dan penaganan sampah ini dilakukan
dengan tingkat kebersihan yang baik serta adanya prosedur penampungan
sampah dengan kantong plastik sehingga gangguan bau dan vektor
penyakit (khususnya lalat) dapat dikurangi.

Persepsi terhadap gangguan pembuangan air limbah dari TPA


2,5% responden mengatakan mereka merasa terganggu dengan air limbah
TPA, sedangkan 97,5% responden merasa tidak terganggu. Alasan
responden mengatakan terganggu terutama yang tinggal diseberang TPA
dan didepan TPA, karena buangan air limbah disaluran alirannya
diperkirakan akan dialirkan menuju kesungai yang mengalir ke arah desa,
mendekati lokasi penduduk, alasan responden mengatakan terganggu
penyakit pembuangan air limbah akan menyebabkan gangguan penyakit
dari air limbah yang dibuang. Kekhawatiran ini menunjukan pengetahuan
masyarakat akan lingkungan hidup dan kesehatan cukup baik, namun
pengetahuan mereka tentang penanganan air limbah TPA yang akan
dilakukan pengolahan dalam IPAL masih rendah. Hal ini diperkirakan
karena faktor minimnya informasi kepada masyarakat sekitar TPA tentang
karakteristikair limbah TPA.

Persepsi terhadap manfaat dan keberadaan TPA bagendung


Menanggapi atas masalah keberadaan TPA Bagendung,pada umummnya
(100%) responden mengatakan tidak keberatan dengan keberadaan TPA
bagendung.Alasan responden setuju dengan keberadaan TPA bagendung
akan memberikan mamfaat berupa;

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

46

1. Kemudahan membuang sampah


2. Lingkungan semakin ramai
3. Peningkatan penghasilan dari usaha kontrakan bagi karyawan
Dinas Kebersihan
4. Manfaat peluang bekerja bagi penduduk lokal di TPA
5. Manfaat peluang usaha informal disekitar TPA

Harapan responden terhadap TPA Bagendung


Dengan akan beropersinya TPA Bagendung, respoden memberikan
harapan kepada TPA sebagai berikut:
1. TPA

agar

tetap

menjaga

ketertiban

dan

kebersihan

lingkungannytermasuk penanganan limbah cair dan gas yang


ditimbulkan
2. Untuk pembuangan air limbah sebaiknya salurannya

menjauhi

permukiman penduduk, sehingga meminimalkan kekhatiran penduduk


akan gangguan penyakit/kesehatan.
3.
Mengingat
keberadaan
masyarakat

dengan

ekonomi

rendah,diharapkan Dinas Kebersihan TPA Bagendung memberikan


pengobatan minimal tiga bulan sekali.
4. Masyarakat menghendaki agar pemuda produktif (lokal) yang masih
menganggur disekitar TPA dapat diberdayakan di TPA.
6.2 TAHAP KONSTRUKSI
6.1.1 Komponen Geofisik Kimia
A. Kualitas Udara
B. Kebisingan
C. Geologi
1. Kegiatan Pembukaan Lahan Baru
Pembukaan lahan baru ini meliputi pemadatan pengalian serta penimbunan tanah
bertujuan untuk medapatkan lahan yang sesuai dengan peruntukan dengan
kemiringan yang memadai dan aman. pembentukan dengan sel sel dengan cara
pengalian pada daerah yang dilakukan untuk menjadikan jalan, kegiatan ini akan
menimbulkan perubahan kestabialan lereng hingga diperkirakan menimbulkan
dampak.
kondisi kestabilan lahan dan kemiringan lereng akan menurun sejalan dengan
sarananpenunjang, beban timbulan tersebut dapat menurunkan kestabilan lereng
serta perncanaan yang matang sesuai dengan karakteistik stabilitas lereng setempat.
ditinjau dari kegiatan pemadatan dan pengalian tanah pada TPA begendung sesuai

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

47

dengan kepadatan yang diisyaratkan maka diperkirakan akan terdapat dampak


penting. Hal ini dikerenakan kegiatan tersebut akan mengkatkan tingkat daya
dukung tanah serta memperkuat tanah horisontal.

Gamabr 6.1 Tekanan tanah aktif dengan galian tanah

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

48

Gamabr 6.2 Tekanan tanah pasif dengan galian tanah

Gamabr 6.2 Tekanan tanah pasif dengan galian tanah


Berdasarkan beberapa gambar contoh tanah yang diambil dari beberapa
kedalaman, mak dari persamaan tersebut aiatas diperoleh hasil perhitungan
tekanan tanah aktif dan tekanan tanah pasif sebagai berikut:
berdasarakan hasil kajian diatas maka pada skala kegiatan penimbunan dan
penutupan sel akan memberikan dampak penting terhadap penurunan dan
kekuatan tekanan tanah
2. Penghijauan
Di tinjau dari kegiatan penghijauan komponen kegiatan tata guna lahan/ tanah pada
TPA Bagendung pada dasarnay akan memberikan potensi terhadap dampak
penurunan dan tekanan tanah. Bila pemadatan dan penutupan apada akhirnya
operasi kemudian di tindak lanjuti dengan proses penataan dengan melakukan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

49

penanaman pohon atau pun jenis tumbuhan lainya dilakukan dengan mengidahkan
kriteria lahan penataan diperkirakan akan terjadi di perubahan terhadap struktur
kepadatan tanah baik pada tanah penimbun sampah akan mengalami penambahan
beban. didalam residu air sampah terdapat zat zat atau bahan bahan yang
berbahaya yang bersifat deduktif terhadap berbagai lapisan oleh karenanya pada
proses penataan ini sebelum dilakukan perlu diperkirakan perhatian konsolidasi
lahan sehubungan dengan pertimbangan terhadap rencana penggunaan lahan pada
saat yang akan datang. jika padatan pada tahap konstruksi tidak dilakukan dengan
baik diperkirakan akan terjadinya penurunan muka tanah timbulan sehingga dapat
dikatagorikan sebagai dampak negatif penting

D. Kualitas Air Tanah


Secara keseluruhan luas lahan yang dibutuhkan untuk pengelolaan sampah di TPA
Bagendung ini seluas 10 Ha, 2 Ha diantaranya telah penuh sampah dan sisanya seluas 7,5
Ha itulah untuk pengembangannya. Kegiatan pematangan lahan dilakukan untuk
menyiapkan lahan lokasi penambangan TPA. Dalam kegiatan ini dilakukan pemadatan
tanah, perataan permukaan tanah dengan menimbun atau menggali tanah pada areal yang
memang perlu dilakukan, seperti lahan yang akan dijadikan jalan, lokasi timbunan sampah
dan lokasi IPAL, dan sarana penunjangnya. Pada proses tersebut diperkirakan akan terjadi
tekanan air tanah dari lahan yang ditimbun/dipadatkan sehingga muka air tanah akan naik.
Dengan demikian kegiatan pematangan lahan dapat digolongkan sebagai dampak sedang
dan dampak penting
Kualitas Air Tanah
Kualitas air tanah diperkirakan akan mengalami penurunan akibat aktivitas dari mandi
cuci kakus (MCK) yang dilakukan oleh para pegawai bila tidak disediakan sarana yang
memadai. Pada tahapan konstruksi ini diasumsikan akan menggunakan air tanah dangkal
sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan air minum untuk para pekerja selama proses
konstruksi. Kegiatan konstuksi yang diperkirakan akan mempengaruhi kuantitas dan
kualitas dari air tanah yaitu pembangunan saluran drainase dan pembangunan fisik Instalasi
Pengolahan Air Limbah.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

50

Sedangkan untuk kualitas air tanah sendiri, berdasarkan hasil pemerikasaan laboratorium
ternyata secara fisik kimia sudah memenuhi syarat Menkes No.416/Menkes/SK/1990,
kecuali nilai konsentrasi Fecal Coliformnya masih sangat tinggi, hal tersebut diakibatkan
oleh kebiasaan masyarakat sekitar yang suka membuang hajat ke sungai, akhirnya sumursumur di sekitar sungai ikut tercemar.
Dari data dapat diketahui bahwa air tanah yang akan dijadikan sebagai sumber air
adalah air tanah yang juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya (pengolahan terlebih
dahulu). Sehingga hasil prakiraan dengan adanya kegiatan konstruksi ini dapat mengurangi
kuantitas air tanah. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik dengan masyarakat sekitarnya.
Berdasarkan hal tersebut dampak ini terkategori ke dalam dampak penting.
E. Kualiats Air Permukaan
Kegiatan kontruksi adalah tahapan pembangunan atau pengembangan fisik TPA
Bagendung. Kegiatan-kegiatan pada tahap konstruksi meliputi pembukaan lahan baru,
pembangunan sarana penunjang, pembangunan fisik IPAL, dan pembersihan lingkungan.
Dengan adanya kegiatan penggalian dan pengurugan akan meningkatkan volume sedimen
yang akan terbawa oleh air hujan. Menurut data rona lingkungan awal topografo tapak
proyek, kemiringan tanah rata-rata 0-3% menurun ke utara sedangkan Sungai Bagendung
berada di sebelah selatan tapak proyek. Dengan kemiringan tanah menurun ke utara
tersebur diprakirakan tidak akan terjadi dampak peningkatan kekeruhan sungai akibat
kegiatan konstruksi. Tetapi kegiatan penghijauan dan pembersihan lahan akan
menimbulkan dampak positif penting.

6.1.2 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya


1. Jumlah Dan Kepadatan Penduduk
pada tahap konstuksi yang menimbulkan dampak terhadap jumlah dan kepadatan
penduduk adalah kegiatan mobilisasi tenaga kerja. Kegiatan mobilisasi tenaga kerja
diperkirakan secara langsung akan mendorong meningkatnya jumlah dan kepadatan
penduduk diwilayah studi karena meningkatnya arus migrasi penduduk dari luar
wilayah studi. Besarnya dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan mobilisasi tenaga
kerja terhadap jumlah dan tingkat kepadatan penduduk dianlisi dengan menggunakan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

51

model pertumbuhan geometrik. Perhitungan besarnya dampak yang ditimbulkan oleh


kegiatan mobilisasi tenaga kerja terhadap jumlah dan tingkat kepadatan penduduk
dianalisis dengan melihat kondisi kedua parameter kependudukan tersebut dalam
keadaan tanpa proyek dan keadaan dengan adanya proyek.
Proyeksi jumlah kepadatan penduduk wilayah studi (tanpa proyek) menggunakan
data jumlah penduduk tahun 2002 sebagai dasar dan laju pertumbuhan penduduk
eksisting sebagai dasar proyeksi. Asumsi laju pertumbuhan penduduk eksisisting
(tanpa proyek) adalah 3 persen pertahun. Hasil proyeksi jumlah penduduk wilayah
studi untuk tahap konstruksi (2002-2003) adalah sebagai berikut.
P2002 = 3.532 (1+ 0,03)1 = 3.638
P2003 = 3532 (1+ 0,03)2 = 3.747
Perhitungan tingkat kepadatan penduduk di wilayah studi dianalaisis

dengan

membandingkan proyeksi pertumbuhan geometrik dengan luas total wilayah studi,


hasil perhitungan untuk tahap konstruksi (2002-2003) adalah sebagai berikut.
D2002 = 3.532 (1+ 0,03)1 / 135.298 = 3.638/135.298 = 269
D2003 = 3.532 (1+ 0,03)2 / 135.298 = 3.747/135.298 = 277
Proyeksi jumlah dan kepadatan penduduk wilayah studi dengan adanya proyek
menggunakan data jumlah penduduk tahun 2002 sebagai tahun dasar dan asumsi laju
pertumbuhan penduduk sebesar 4 persen sebagai dasar proyeksi. Laju pertumbuhan
pertumbuhan eksisting 3 persen ditambah dengan migrasi netto sebesar 1 persen.
Hasil poyeksi jumlah penduduk wilayah studi untuk tahap konstuksi (2002-2003)
adalah sebagai berikut.
P2002 = 3.532 (1+ 0,04)1 = 3.673
P2003 = 3.532 (1+ 0,04)2 = 3.820
Perhitungan tingkat kepadatan penduduk di wilayah studi dianalisis dengan
membandingkan proyeksi pertumbuhan geometrik dengan luas wilayah studi setelah
adanya proyek. Hasil perhitungan untuk tahap konstruksi (2002-2003) adalah sebagai
berikut.
D2002 = 3.532 (1+ 0,04)1 / 135.298 = 3.673/135.298 = 271
D2003 = 3532 (1+ 0,035)2 / 135.298 = 3.820/135.298 = 282
Besarnya dampak kegiatan mobilisasi tenaga kerja terhadap jumlah dan kepadatan
penduduk diwilayah studi adalah sebagai berikut :
D2001 = Ddp - Ddp = 271 269 = 2
D2002 = Ddp - Ddp = 282 277 = 5

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

52

Berdasrkan hasil perhitungan diatas, dampak kegiatan mobilisasi tenaga kerja


terhadap jumlah dan kepadatan penduduk dapat dikategorikan sebagai dampak kecil
tidak penting karena hanya menimbulkan kenaikan kepadatan penduduk sebesar 2
orang per kilometer persegi untuk tahun 2002 dan 5 orang per kilometer persegi
untuk tahun 2003.
2. Angkatan kerja
Pada tahap Kegiatan konstruksi pembukaan lahan baru untuk penimbunan sampah
sebagai pengembangan lokasi mencakup mobilisasi tenaga kerja,yaitu penerimaan
dan penyeleksian tenaga kerja, yang berasal dari sekitar lokasi pembangunan maupun
dari luar lokasi rencana pembangunan. Tenaga kerja yang tidak memerlukan keahlian
khusus sedapat mungkin diambil dari tenaga kerja lokal yang tersedia disekitar lokasi
rencana pembangunan, sedangkan untuk tenaga kerja yang memerlukan keahlian
khusus didatangkan dari luar kota.adapun setelah selesai kegiatan proyek, tenaga
kerja lokal yang memiliki keahlian khusus akan diupayakan untuk dipekerjakan
kembali sebagai karyawan TPA, untuk memaksimalkan upaya mengurangi tingkat
pengangguran dan mencegah kecemburuan masyarakat yang tidak terserap rekuitmen
tenaga kerja dilakukan penerimaan tenaga kerja dengan memperhatikan masukan
dari para pemuka masyarakat setempat dan dinas tenaga kerja kota.dampak yang
ditimbulkan merupakan dampak positif karena memberikan manfaat bagi
penyerapan angkatan kerja lokal dan peningkatan pendapatan penduduk lokal.
Dampak secara ekonomis sangat berarti dalam rangka mendorong penyerapan
angkatan kerja dan mengurangi tingkat penganguran, dan selanjutnya membuka
kesempatan berusaha bagi penduduk lokal karena adanya daya beli masyarakat yang
timbul dari proses peningkatan pendapatan penduduk lokal.
Tetapi kegiatan ini akan menimbulkan dampak berupa keresahan masyarakat
manakala pada waktu rekuitmen tenaga kerja tersebut tidak dapat menampung warga
sekitar proyek, oleh karenanya diupayakan pengambilan tenaga kerja harus
menyetujui kesepakatan kerja yang tertulis maupun tidak tertulis menyangkut hak dan
kewajiban termasuk kontrak kerja sebagai antisipasi terhadap hal-hal yang tidak
diinginkan. Dapat disimpulkan bahwa dampak yang ditimbulkan dari pengambilan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

53

atau perekrutan tenaga kerja dapat dikategorikan sebagai dampak besar dan
penting.

6.2.2 Komponen Kesehatan Masyarakat


Mobilisasi alat berat dan pengangkutan bahan material yang menimbulkan
dampak negatif yaitu berupa adanya debu dan kebisingan yang berpotensi dapat
menimbulkan gangguan kesehatan terhadap masyarakat di sekitar lokasi proyek.
Gangguan kesehatan tersebut yaitu berupa gangguan pernapasan, gangguan kesehatan
mata, dan gangguan pendengaran/kenyamanan. Dampak berlangsung selama tahap
kontruksi yaitu diperkirakan 1 tahun. Jumlah orang yang terkena dampak diperkirakan
30% dari jumlah penduduk di Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon terutama penduduk
disepanjang jalan yang dilalui oleh kendaraan yang mengangkut peralatan berat dan
material dan masyarakat di sekitar tapak lokasi kegiatan dengan radius 500 meter s/d
1.000 meter. Dampak negatif dari kegiatan tersebut diatas termasuk kedalam kategori
sedang dan penting.

6.3 TAHAP OPERASI


6.3.1 Komponen Geofisik Kimia
A. Kualitas Udara
B. Kebisingan
D. Kualitas Air Tanah
Dalam tahap operasi TPA bagendung terdapat beberapa tahapan kerja yang mungkin saja
dapat menimbulkan dampak bagi kualitas dan kuantitas air tanah.
Dari segi kuantitas diketahui bahwa air tanah digunakan untuk kebutuhan penghidupan
penjaga TPA serta untuk menyediakan minum bagi para pemulung yang ada di lokasi TPA,
berikut tabel volume penggunaan air tanah untuk keperluan sehari-hari di lokasi TPA :
Pada tahapan konstruksi air tanah dangkal digunakan sebagai sumber air bersih untuk
kebutuhan air minum untuk para pekerja selama proses konstruksi. Dari data jugadiketahui
bahwa air tanah yang akan dijadikan sebagai sumber air adalah air tanah yang juga

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

54

dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya (pengolahan terlebih dahulu).Untuk mengetahui


besaran dampak yang ditimbulkan terhadap kuantitas air tanah maka dilakukan perhitungan
dengan menghitung jumlah pemakaian air tanah.
Perhitungan Pemakaian Air Tanah :
Pemakaian untuk kebutuhan penghidupan penjaga TPA serta pemulung
Tabel 6.1 Perkiraan Volume Penggunaan Air bersih untuk kehidupan penjaga TPA
Sumber Air PDAM dan Air Tanah (Deepwell) TPA Bagendung
Volume penggunaan
No

Sumber Air Bersih


(m3/hari)

Air Tanah dalam (deepwell)

12

Jumlah

12

Sumber : TPA Bagendung, 2007

Pemakaian air tanah untuk konsumsi penduduk di Kelurahan Badendung


Pada penduduk di daerah Kelurahan Bagendung menggunakan air tanah sebagai sumber
air untuk mandi, mencuci, dan minum. Sarananya berupa sumur gali atau sumur
bor/pantek yang dilengkapi dengan mesin pompa air dengan kedalaman 20 meter s/d 30
meter.
Perhitungan pemakaian air tanah untuk kebutuhan penduduk/hari
Dik :
Jumlah Penduduk

: 3.532 jiwa (Profil Kesehatan Kota Cilegon)

Kebutuhan air bersih / hari

: 10 l / org/hari (Asumsi)

Maka Volume kebutuhan pemakaian air bersih adalah :

V = Jumlah penduduk Kebutuhan air bersih/org/hari

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

55

V = 3.532 jiwa 10 l / org/ hari = 35.320 l/hari atau 35,320 m3/hari

Maka total Volume penggunaan air tanah adalah :

V = Vol penggunaan di TPA + Vol penggunaan oleh penduduk

V = 12 m3/hari + 35, 320 m3/hari = 47,320 m3/hari atau 47.320 liter/hari

Jika TPA ini beroperasi selama 10 tahun (3650 hari) maka diprediksi pemakaian air untuk
kebutuhan pegawai dan pemulung di TPA (Jumlah pegawai dan pemulung diasumsikan
tetap/sama tiap tahunnya), maka pemakaian air tanah sebesar
V = 12 m3/hari 3650 hari = 43800 m3 atau 43.800.000 liter
Kemudian jika diasumsikan persentase pertumbuhan selama 10 tahun penduduk sebesar
50 % dari jumlah penduduk sekarang, maka volume penggunaan air tanah adalah :
Jumlah Penduduk

: 3.532 + ( 50 % 3.532 ) = 5296 jiwa

Kebutuhan air bersih / hari

: 10 l / org/hari (Asumsi)

Maka jumlah kebutuhan air bersih adalah :


V = 5296 jiwa 10 l/org/hari = 52.960 l/hari atau 52,960 m3/hari

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diambil beberapa kesimpulan :


1. Terjadi Kompetisi atau persaingan untuk mendapatkan air untuk pemenuhan kebutuhan
di TPA dan pemebuhan kebutuhan penduduk.Dari kompetisi tersebut mungkin saja
akan terjadi konflik.
2. Penurunan kuantitas air tanah jika pemakaian atau pengambilan air tanah tidak diatur
atau diambil secara efektif dan efisien mengingat bahwa jumlah air tanah yang ada
terbatas.
Dari beberapa uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pembangunan TPA
Bagendung akan menimbulkan Dampak Negatif Penting.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

56

Kualitas Air Tanah


Berdasarkan hasil prakiraan dampak penting terhadap kualitas air tanah, ada
beberapa kegiatan terutama pada saat kegiatan operasional dari TPA yang akan
menimbulkan gangguan terhadap kualitas air tanah.
Penurunan kualitas air tanah diakibatkan karena adanya rembesan lindi yang dihasilkan oleh
timbulan sampah. Timbulan sampah yang masuk ke TPA smencapai 732 m 3/hari, sedangkan
volume lindi yang dihasilkan sebanding dengan volume sampah yang tertimbun.
Karakteristik lindi yang dihasilkan mengandung nilai COD dan BOD yang tinggi . Pada
musim hujan, air lindi tersebut akan bercampur dengan air hujan sehingga akan menambah
debit air lindi tersebut.
Selain itu untuk memprediksi dampak yang mungkin diakibatkan oleh air lindi adalah
mengetahui jenis tanah yang ada di TPA itu sendiri. Berdasarkan jenis batuannya lokasi
studi TPA tersusun oleh Satuan Tuf Banten (QTvb) yang merupakan hasil erupsi vulkanik
gunung api berumur Kuarter dimana litologinya terdiri atas tuf, tuf berbatu apung, dan batu
pasir tufan yang berumur Plistosen.
Metode yang bisa digunakan untuk memprediksi timbulan lindi adalah
METODE NERACA AIR THORNTWAITE

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

57

Presipitasi (P)

Evapotranspirasi (ET)
Run Off (RO)

Moisture Storage (ST)

Perkolasi Lindi = P - RO - ET - ST

Atau

Dimana :
L = leachate volume produced (cubic cm per year)
P = Precipitation volume (cm rain/year times the landfill surface area )
R = Runoff
E = Evapotranspiration ( cm/year times the landfill surface area)
Maka

Jika
Surface Area

= 10 acres (10 Ha )

= 30 cm/year

= 0,17 ( asumsi slope 7 % )

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

58

= 10 cm/year ( tergantung dari cuaca/iklim dan jenis vegetasi yang

ada sekitar landfill)


Maka prediksi timbulan leachate adalah ;

Pada dasarnya leachate tidak bisa dihindari keberadaannya, tetapi untuk meminimalkan
dampak yang mungkin terjadi terutama terhadap kualitas air tanah. Oleh karena itu, jika
ditinjau dari sifat dan karakteristik zat yang terkandung dalam leachate maka
diprakirakan sebagai dampak besar dan negatif penting.
D. Kualitas Air Permukaan
Lindi adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan
sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik
hasil proses dekomposisi biologis.
Kualitas lindi akan tergantung dari beberapa hal, seperti :

Variasi dan proporsi komponen sampah yang ditimbun

Curah hujan dan musim

Umur timbunan

Pola operasional

Temperatur

Kelembaban

Infiltrasi

Jenis tanah penutup

Tahap dekomposisi

Kedalaman TPA

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

59

Pada tahap awal akan banyak dijumpai senyawa organik dengan berat molekul
yang kecil tetapi fraksi dengan berat molekul yang tinggi dai senyawa yang lambat
terdekomposisi juga akan semakin sedikit. Secara keseluruhan COD, BOD, dan NH 3-N
yang terkandung dalam lindi akan mengalami perubahan sejalan dengan waktu. BOD
berkurang lebih cepat dibandingkan COD karena BOD tersusun dari zat organik yang
mudah terdekomposisis oleh berbagai bakteri yang ada di TPA.
Pada musim hujan, air lindi air lindi tersebut akan bercampur dengan air hujan
sehingga akan menambah debit air lindi tersebut. Akan tetapi air lindi yang berasal dari
air hujan dapat dikurangi dengan dibuatnya saluran drainase.Berikut ini adalah contoh
karakteistik kualitas air lindi yang dihasilkan oleh beberapa TPA di Pulau Jawa yang
disajikan dalam tabel di bawah ini :

Tabel. 6.2 Kualitas Air Lindi di Beberapa Lokasi TPA di Pulau Jawa pada musim hujan
Konsentrasi
No.

Lokasi TPA
BOD

COD

2578

7309

Suakamiskin, Bandung

Leuwigajah, Cimahi

7379

Grenjeng, Cirebon

13575

Putri Cempo, Solo

940

6166

Sumber : Studi Literatur (Damanhuri E.1995)


Pada kegiatan operasi akan dilakukan pengisian dan penimbunan sampah. Setelah
sampah tertimbun dalam kurun waktu kurang lebih satu minggu, maka akan keluarlah air
lindi dari dasar timbunan sampah melalui saluran yang telah disiapkan. Air lindi yang

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

60

berasal dari hasil dekomposisi sampah ini mengandung BOD dan COD yang tinggi
sehingga perlu pengolahan lebih lanjut.
Ditinjau dari skala unit kegiatan diperkirakan yang akan menimbulkan dampak terhadap
kualitas air permukaan (Sungai Bagendung) adalah penimbunan dan penutupam sel selta
pengoperasian alat berat. Serta dampak yang mungkin timbul adalah pencemaran Sungai
Bagendung, dimana sungai tersebut merupakan objek dari pembuangan akhir proses
pengolahan lindi. Bila proses pengolahan lindi tidak berlangsung dengan secara optimal,
atau sesuai dengan proses yang diharapkan maka kualitas lindi akan mencemari Sungai
Bagendung. Ditinjau dari sifat dam karakteristik zat-zat yang terkandung dalam air lindi
maka diprakirakan sebagai dampak besar dan negatif penting.

6.3.2 Komponen Sosial Ekonomi


Pada umumnya masyarakat tidak keberatan Menanggapi keberadaan TPA Bagendung.
Alasan masyarakat setuju dengan keberadaan TPA bagendung adalah memberikan
mamfaat berupa;
1. Kemudahan membuang sampah.
2. Lingkungan semakin ramai.
3. Peningkatan penghasilan dari usaha kontrakan bagi karyawan
Dinas Kebersihan.
4.Manfaat peluang bekerja bagi penduduk lokal di TPA.
5.Manfaat peluang usaha informal disekitar TPA.
Adapun ganguan bau sampah selama kegiatan pengangkutan sampah terhadap
penduduk sebelum adanya kegiatan perluasan lahan tempat pembuangan sampah
belum ada sesuai dengan hasil uji laboraturium tentang ke-bau-an adalah masih di
bawah ambang batas, tetapi pada saat perluasan lahan TPA yang diperkirakan dapat
menampung sampah harian mencapai 732 m3/hari. Kemungkinan besar masyarakat
sekitar kegiatan terganggu bau sampah. Apalagi truk pengangkut sampah yang dalam
satu hari diperklirakan sekitar 73-122 truk yang masuk ke lokasi TPA, sehingga
menyebabkan kebisingan, debu, dan ganguan kesehatan , kemacetan .
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan operasi adalah Dampak negatif

penting

6.3.2 Kesehatan Masyarakat.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

61

1. Kegiatan pengangkutan sampah menimbulkan dampak negatif, yaitu timbulnya


pencemaran udara berupa debu, gas-gas polutan (Nox, Sox, Pb), bau, dan kebisingan
pada sekitar tapak lokasi proyek, daerah sekitar dan sepanjang jalan yang dilalui oleh
kendaraan pengangkut sampah. Kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan gangguan
kesehatan

berupa

pernafasan,

gangguan

terhadap

kesehatan

mata,

gangguan

pendengaran/kenyamanan, dan gangguan bau terhadap masyarakat sekitar/sepanjang


jalan yang dilalui kendaraan pengangkut sampah dan masyarakat sekitar tapak proyek
dengan radius 100 meter s/d 1.500 meter.
Lamanya dampak dapat berlangsung selama 10 tahun, jumlah orang yang terkena
dampak diperkirakan lebih kecil dari jumlah orang yang direncanakan mendapat manfaat
dari proyek dan luas persebaran dampak dapat melebihi batas kecamatan cilegon.
Dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari kegiatan tersebut dapat dikategorikan besar
dan penting.
2. Kegiatan penimbunan sampah diperkirakan menimbulkan dapak negatif yaitu timbulnya
polusi udara (debu, bau, Nox, Sox, CO) dan polusi tanah (jika terjadi kebocoran pada
lapisan dasar sanitary landfill akan terjadi pencemaran pada air tanah sekitar tapak
proyek). Dampak yang ditimbulkan dapat berupa gangguan kesehatan pernafasan,
kesehatan mata, kesehatan pendengaran/kenyamanan, dan penyakit yang disebarkan oleh
adanya pencemaran air tanah jika terjadi kebocoran yaitu berupa penyakit perut dan
penyakit kulit. Lamanya dampak berlangsung selama kegiatan proyek berlangsung 10
(sepuluh) tahun, jumlah orang yang terkena dampak diperkirakan 30% dari jumlah
penduduk di Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon dan luas persebran dampak diperkirakan
tidak melebihi wilayah kecamatan. Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan ini termasuk
kategori besar dan penting.
3. Kegiatan pemilahan dan daur ulang sampah (pengomposan) diperkirakan menimbulkan
dampak negatif terutama kegiatan pengomposan yaitu adanya peningkatan populasi
vektor penyakit terutama lalat, nyamuk, dan bau, yang berpotensi menimbulkan
penularan penyakit terhadap masyarakat di sekitar dan di luar proyek. Lamanya dampak
berlangsung selama kegiatan proyek berlangsung 10 (sepuluh) tahun dan jumlah orang
yang terkena dampak diperkirakan dapat melebihi jumlah orang yang mendapat manfaat

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

62

dari proyek, luas persebaran dampak diperkirakan dapat melewati batas kecamatan.
Dampak negatif dari kegiatan ini termasuk kategori besar dan penting.

6.4 TAHAP PASCAOPERASI.


6.4.1 Komponen Geofisik Kimia
A. Kualitas Udara
B. Kebisingan
C. Kualitas Air Tanah
Pada rencana kegiatan yang akan dilakukan antara lain akan dibuat Ruang Terbuka Hijau
(RTH) dengan luas mencakup 40 % dari luas total area proyek TPA Bagendung.
Penanaman pohon-pohon serta tanaman lainnya diperkirakan akan memberikan kontribusi
penambahan terhadap koefisien infiltrasi serta memperkecil koefisien run-off. Berdasarkan
hal tersebut diatas maka diprakirakan dampak yang terjadi adalah positif penting. Air
tanah yang jatuh pada lokasi landfill hanya menembus permukaan lapisan tanah di atas
lapisan kedap yang berfungsi untuk kehidupan organik atau vegetasi yang tumbuh. Bila
lapisan tanah tersebut telah jenuh oleh air hujan, air akan mengalir pada drainase yang
telah dibuat. Secara hidrogeologi landfill tidak akan mempengaruhi air tanah setempat
karena badan landfill telah diisolasi oleh beberapa lapisan pelindung yang kedap. Dengan
demikian terjadinya rembesan leachate terhadap air tanah tidak akan terjadi sepanjang
waktu.

Terhadap kualitas air tanah di lokasi tapak proyek, reklamasi dan pembuatan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) memiliki dampak penting. Kegiatan tersebut mengakibatkan
komposisi tanah kembali ke keadaan alaminya. Tanah akan berfungsi seperti semula
sebagai penyaring air hujan. Setelah mengalami penyaringan alami ini, kualitas air secara
langsung menjadi lebih baik. Namun yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan
terjadinya reaksi sisa sehingga air lindi masih bisa terptoduksi dan tidak teralirkan sehingga
akan terjadi penyerapan pada air tanah.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

63

Ditinjau dari pergerakan pencemaran pada tahap pasca operasi maka pada kondisi normasl
tanpa perlakuan rekayasa teknis dapat diperkirakan sejauh mana dan seberapa lama
pencemaran akan terjadi. Dasar prakiraan diperhitungkan atas kondisi litologi daerah
proyek dan sekitarnya, kondisi permeabilitas tanah dan batuan, arah aliran dan tinggi muka
air tanah.Berdasarkan pertimbangan diatas maka diprakirakan akan menimbulkan dampak
besar dan negatif penting.
D. Kualitas Air permukaan
Kegiatan pasca operasi yang akan dilakukan adalah kegiatan penambangan kompos.
Kompos yang sudah tertimbun selama kurang lebih lima belas tahun ditambang untuk
dijual sehingga dampaknya adalah positif karena akan membuka lapangan kerja dan
berusaha. Kegiatan ini akan menimbulkan dampak positif penting.

6.4.1 Sosial Ekonomi dan Budaya.


Pola pembokaran sampah memberi kesempatan bekerja bagi pemulung
Sampah yang diangkut ke TPA oleh truk ditumpahkan ke lahan penimbunan,
pemulung diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas pembongkaran sampah,
tetapi selama pembongkaran, pemulung berada pada jarak aman agar tidak tertimbun.
Kegiatan ini dikategorikan Dampak Penting positif karena dapat meningkatkan
pendapatan pemulung,
Diperlukan peraturan yang tegas,untuk menghindar kecelakaan terhadap pemulung
dan gangguan terhadap aktivitas operasional TPA secara keseluruhan,oleh karena itu
diperlukan koordinasi antara petugas operasional dengan organisasi pemulung.
Diperlukan perjanjian kerjasama antara organisasi pemulung dengan petugas
pengelola TPA,untuk menghindari pertumbuhan lapak-lapak disekitar lokasi
TPA.salah satu perjanjian itu adalah pemulung harus menjual seluruh hasil
pemilahannya

kepada

pengelola

TPA

dengan

harga

yang

wajar

dan

disepakati.pengelola menjual hasil pemilihan yang telah terkumpul ke luar lokasi TPA

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

64

secara rutin
Dampak yang akan ditimbulkan adalah keresahan di pihak para pemulung karena
mereka belum tentu akan setuju dengan kebijakn dari pengelola TPA tersebut.
dampak yang terjadi dapat dikategorikan adalah Dampak penting
Untuk menghindari timbulnya keresahan maka tingkat harga yang ditawarkan adalah
tingkat harga pasar setempat
6.4.2 Kesehatan Masyarakat
Kegiatan reklamasi dan penataan lahan bekas TPA diperkirakan menimbulkan dampak
negatif yaitu timbulnya pencemaran udara (debu, Nox, Sox, CO, dan kebisingan), yang
berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan pernafasan, kesehatan mata, gangguan
pendengaran/kenyamanan akibat dari pengoperasian kendaraan pengangkut material dan
alat berat. Dampak diperkirakan berlangsung selama 2 (dua) bulan. Jumlah orang yang
terkena dampak lebih kecil dan dampak negatif dari kegiatan ini dapat dikategorikan
sedang dan penting.
BAB VI
EVALUASI DAMPAK PENTING

Evaluasi dampak penting merupakan pendalaman materi dari prakiraan dampak, sehingga
dalam evaluasi akan difokuskan pada pengkajian dampak penting saja, baik negatif maupun
positif. Kajian dampak penting ini dimaksudkan untuk menerusi hingga ke akhir sebab akibat
dengan cara mengkaitkan dampak penting antar komponen lingkungan dan tahapan kegiatan
pembangunnan TPA. Dengan demikian akan tergambarkan kaitan dampak penting antara
komponen lingkungan dan tahapan kegiatan TPA yang akan dipakai sebagai dasar penyusunan
rencana pengolahan lingkungan (RKL ).
7.1 TELAAN TERHADAP DAMPAK PENTING
Dari kajian perkiraan dampak yang telah dilakukan pada BAB VI, Kegiatan TPA
Bagendung diperkirakan akan menimbulkan berbagai jenis dampak penting terhadap lingkungan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

65

fisik kimia, biologi dan sosial ekonomi budaya. Dampak penting tersebut pada prinsipnya
dikelompokkan sebagai dampak negative dan dampak positif.
Dampak negative penting tersebut adalah:
1. Peningkatan emisi gas buang seperti H2S, CH4 sisa dan metan, serta peningkatan
konsentrasi debu dan tingkat kebisingan.
2.

Gangguan terhadap kestabilan lereng

3. Terjadinya kenaikan dan penurunan muka iar tanah


4. Potensi terbentuknya akumulasi air lindi.
5. penurunan tingkat kesehatan masyarakat
6. Timbulnya presepsi/sikap masyarakat

Sedangkan damapk positif penting adalah:

7.1.1 TAHAP PRAKONTRUSI


7.1.1.1 Sosial Ekonomi dan Budaya.
ssSebelumnya pihak pengembang melakukan pendekatan dan sosialisasi kepada
penduduk sekitarnya secara transparan, sehingga masyarakat mengetahui rencana
pembangunan tersebut secara rinci, baik mengenai luas lahannya, luas bangunan,
ketinggian bangunan, sumber air, pembuangan limbahnya, dan lain-lain.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

66

Tanggapan masyarakat disekitar lokasi proyek terhadap proyek berdasarkan


survey dan kuesioner mendukung.
Selain itu di sisi lain mereka juga melihat adanya kegiatan ini sebagai sesuatu
yang memberikan keuntungan bagi mereka dimana proyek tersebut dapat akan
memberikan kesempatan dan lapangan kerja bagi para penduduk di sekitar lokasi
kegiatan, juga dapat memberikan bantuan sarana penyediaan air untuk penduduk sekitar.
Jumlah manusia yang bisa mengambil manfaat dari proyek cukup besar dan
waktu dari manfaat akibat adanya dampak dirasakan lama. Berdasarkan paparan di atas,
maka kegiatan ini dapat dikategorikan memiliki dampak positif penting.
Kemungkinan besar masyarakat sekitar kegiatan terganggu bau sampah. Apalagi
truk pengangkut sampah yang dalam satu hari diperklirakan sekitar 73-122 truk yang
masuk ke lokasi TPA, sehingga menyebabkan kebisingan, debu, dan ganguan kesehatan ,
kemacetan .
Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan operasi adalah Dampak negatif

penting.

7.1.2 TAHAP KONTRUKSI


7.1.2.1 Geofisik Kimia
A. Kualitas Udara
B. Kebising

C. Geologi
Kestabialn lereng kegiatan pematangan lahan berupa pengurugan dan pengalian yang
menimbulkan dampak terhadap kestabilan lereng. pematangan lahan meliputi pengurugan
dan pemadatan serta penimbunan tanah bertujuan untuk mendapatkan lahan yang sesuai
dengan peruntukan dengan kemiringan yang memadai dan aman. pembentukan sel sel

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

67

dengan cara pengalian dan pengurugan lubang sesuai dengan dimensi desain sel. kondisi
kestabilahan lahan dan kemiringan lereng didnding sel yang menurunkan sejalan dengan
kegiatan pembangunan fisik saranan utama ( sel timbulan ). beban timbulan akan dapat
mendukung secepat penurunan kestabilan lereng.
sehingga dalam pelaksanaan pembangunan perlu diperhatiakan kestabilan lereng serta
perencanaan yang matang sesuai dengan kerekteristik stabilitas lereng setempat. ditinjau
dari kegiatan pengurugan dan pemadatan tanah pada area yang akan dijadikan jalan
kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan kepadatan yang diisyaratkan maka
diperkirakan dampak positif penting. Hal ini diperkirakan meningkatkan daya dukung
tanah serta mempengaruat tanah horizontal.

D. Kualiats Air Tanah


Dari data dapat diketahui bahwa air tanah yang akan dijadikan sebagai sumber air adalah
air tanah yang juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya (pengolahan terlebih
dahulu). Sehingga hasil prakiraan dengan adanya kegiatan konstruksi ini dapat
mengurangi kuantitas air tanah. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik dengan
masyarakat sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut dampak ini terkategori ke dalam
dampak besar dan dampak negatif penting.

E. Kualitas Air Permukaan


7.1.2.2 Sosial Ekonomi dan Budaya.
Dari data profil kesehatan kota Cilegon,kecamatan Cilegon terdiri dari 16
desa,luas kecamatan Cilegon 57,48 km2

dengan kepadatan penduduk 2.354

orang/km2.jumlah penduduk kecamtan Cilegon 135.298 orang dan jumlah kepala


keluarga 36.401,sedangkan jumlah penuduk dikelurahan Bagendung sendiri adalah 3.532
jiwa terdiri dari 790 KK,

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

68

Penduduk Kelurahan Bagendung, Kecamatan Cilegon Kota Cilegon Mayoritas


pekerjaannya adalah petani dan buruh tani sekitar (86%), kemudian sisanya adalah buruh
swasta, pengrajin, pedagang, dan PNS.
Berdasarkan uraian prakiraan dampak, kegiatan atau proyek pembangunan TPA
bagendung, tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap keadaan sosial
ekonomi masyarakat, bahkan kegiatan pembangunan ini akan menimbulkan dampak
positif bagi masyarakat sekitar dalam hal mobilisasi tenaga kerja.Kegiatan ini akan
memberikan dampak positif penting.
7.1.2.2 Kesehatan Masyarakat.
Mobilisasi alat berat dan pengangkutan bahan material yang menimbulkan
dampak negatif yaitu berupa adanya debu dan kebisingan yang berpotensi dapat
menimbulkan gangguan kesehatan terhadap masyarakat di sekitar lokasi proyek.
Gangguan kesehatan tersebut yaitu berupa gangguan pernapasan, gangguan kesehatan
mata, dan gangguan pendengaran/kenyamanan. Dampak berlangsung selama tahap
kontruksi yaitu diperkirakan 1 tahun. Jumlah orang yang terkena dampak diperkirakan
30% dari jumlah penduduk di Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon terutama penduduk
disepanjang jalan yang dilalui oleh kendaraan yang mengangkut peralatan berat dan
material dan masyarakat di sekitar tapak lokasi kegiatan dengan radius 500 meter s/d
1.000 meter. Dampak negatif dari kegiatan tersebut diatas termasuk kedalam kategori
sedang dan penting.

7.1.3 TAHAP OPERASI


7.1.3.1 Geofisik Kimia
A. Kualitas Udara
B. Kebising
D. Kualiats Air Tanah

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

69

Berdasarkan hasil prakiraan dampak penting terhadap kualitas air tanah, ada beberapa
kegiatan terutama pada saat kegiatan operasional dari TPA dan pasca oprasi yang akan
menimbulkan gangguan terhadap kualitas air tanah.Kegiatan yang dilakukan pada saat
pengoperasian TPA yang di prakirakan akan menimbulkan tercemarnya kondisi air tanah
oleh rembesan dari lindi yang dihasilkan dari timbulan sampah yang masuk ke TPA,
sedangakan pada tahap pasca operasi ditinjau dari pergerakan pencemaran pada kondisi
normal tanpa perlakuan rekayasa teknis dapat diperkirakan sejauh mana dan seberapa lama
pencemaran akan terjadi. Dasar prakiraan diperhitungkan atas kondisi litologi daerah
proyek dan sekitarnya, kondisi permeabilitas tanah dan batuan, arah aliran dan tinggi muka
air tanah.Berdasarkan prakiraan-prakiraan diatas maka hal tersebut dikategorikan dampak
besar dan negatif penting

7.1.3.2 Kesehatan Masyarakat


Kegiatan pengangkutan dan penimbunan terhadap dampak dimana parameter yang
menjadi acuan dalam timbulnya dampak adalah terjangkitnya penyakit. Sumber yang
menjadi penyebab utama penyakit adalah sebagai berikut :
Penyakit bawaan udara, lingkungan pembawanya adalah udara. Pada tahap
operasi akan menimbulkan gas-gas polutan (Nox, Sox, Pb, H2S, CH4) dan debu.
Penyakit bawaan air, lingkungan pembawanya adalah air pada tahap operasi
dimana dihasilkan air lindi yang dapat mencemari lingkungan air baik air
permukaan maupun air tanah.
Adapun jenis penyakit yang akan timbul dari penyakit bawaan tersebut antara lain :Ispa,
gangguan kesehatan mata, pendengaran/kenyamanan, penyakit perut (diare) dan penyakit
kulit. Melihat kondisi tersebut diatas maka kegiatan pengangkutan dan penimbunan dapat
dikategorikan dampak besar dan negatif penting.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

70

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

71

Anda mungkin juga menyukai