PENDAHULUAN
bahwa proyek pembangunan TPA sampah dengan sistem sanitary landfill termasuk instalasi
penunjangnya wajib dilengkapi dengan dokuman AMDAL apabila luas kawasan TPA 10
Ha dengan kapasitas total 10000 ton.
Tujuan utama membuat Kerangka Acuan ANDAL yaitu menentukan ruang lingkup main
issues lingkungan terpenting dalam kaitannya dengan rencana pembangunan perluasan
plaza dan hotel. Penentuan ruang lingkup tersebut untuk menetapkan bahwa studi ANDAL
ini dapat terfokus kepada hal-hal yang penting saja, sehingga pelaksanaan penyusunan studi
ANDAL dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.11 Tahun 2006, tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisi Mengenai Dampak
Lingkungan disebutkan bahwa dampak potensial dari pembangunan TPA adalah pencemaran
gas/udara, resiko kesehtan masyarakat, dan pencemaran dari lindi.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Seiring dengan pesatnya pembangunan dan pertambahan jumlah penduduk, diperlukan
adanya suatu sistem pengelolaan sampah yang baik. Adapun tujuan dan manfaat dilakukannya
proyek pengembangan TPA Begendung adalah :
Memenuhi kebutuhan akan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya timbulan sampah.
Mencegah pencemaran yang lebih lanjut yang diakibatkan oleh lindi dari sistem pengolahan
sampah sebelumnya.
Menghindarkan masyarakat dari dampak negatif berupa bau dan gangguan kesehatan dari
sistem pengolahan open dumping konvensional dengan menerapkan sistem pengolahan
sampah yang lebih baik.
1.3 Peraturan
Dalam rangka mengatur pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan
hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional telah dihasilkan undang-undang yang memuat
ketentuan-ketentuan pokok yang menjadi landasan bagi pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan tersebut. Pelaksanaan undang-undang lingkungan tersebut dijabarakan melalui
Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri seperti tercantum di bawah ini.
Peraturan perundangan yang digunakan untuk melaksanakan studi amdal diantaranya
adalah :
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-11/MENLH/3/1994 tentang Jenis
Usaha atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.
4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-12/MENLH/3/1994 tentang
Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.
5. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2000 Tentang Jenis Usaha
dan atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2000 Tentang Panduan
Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Kegiatan Pembangunan Permukiman
Terpadu
7. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 Tentang Jenis
Rencanan Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup.
8. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
9. Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Kawasan Jakarta, Bogor,
Tangerang, Bekasi (JABOTABEK)
10.Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air.
11. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
528/Menkes/Per/XII/1982
BAB II
URAIAN RENCANA USAHA ATAU KEGIATAN
2.1.
2.1.1
Pemrakarsa
a. Identitas Pemrakarsa :
Nama Pemrakarsa
Jenis Usaha
Alamat Kantor
Penanggung Jawab
: Drs. H. A. Nuryaman, MM
b. Identitas Proyek:
2.1.2
Nama Proyek
: TPA
Jenis Kegiatan
Luas Lahan
: 10 Ha
ALamat Proyek
Cilegon
b.
Identitas Penyusun
Nama Perusahaan
Jenis Usaha
Penanggung Jawab
Nama
:
: Ir. Tubagus Luay Sofyani
(Direktur Utama)
Alamat
Pusat 10230
2.2.
2.3
Desa Bagendung, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon, dengan batas fisik sebagai berikut :
Sebelah Utara
: Lahan Kosong, Kampung Sambi Buhut
Sebelah Selatan : Lahan Kosong (tegalan), 500 m pemukiman Kp.Bagendung
Sebelah Timur
: Jalan Aspal , lahan milik penduduk
Sebelah Barat
: Sungai (Lengkong), Desa Cigedong
Lingkup rencana usaha dan/kegiatan yang akan ditelaah dan alternatif komponen
dan ekonomi. Hal ini dilakukan untuk mempersingkat waktu pengerjaan dokumen AMDAL.
Lokasi rencana kegiatan di tempat TPA sebelumnya yaitu Jl. Raya Begendung Desa
Begendung, Kecamatan Cilegon, Kota Cilegon dengan luas lahan 10 Ha dan dapat dicapai
dari jalan Propinsi Kota Cilegon dengan jarak 10 km.
Pengelolaan sampah di TPA Bagendung sampai saat ini masih menggunakan sistem open
dumping konvensional. Dikatakan konvensional karena sampah langsung diurugkan begitu saja
tanpa diberi saluran lindi, sehingga air lindi mengalir secara liar dan mencemari lingkungan
sekitarnya, terutama tanah dan air tanah.
Pengelolaan sampah semacam ini sering dipilih untuk penenganan akhir sampah karena
biayanya murah dan mudah pengoperasiannya. Walaupun sistem ini berpotensi sebagai sumber
pencemaran lingkungan seperti bau, pencemaran tanah dan air tanah, pencemaran air
permukaan, juga akan berpotensi sebagai tempat berkembangbiaknya vektor penyakit menular.
Datambah lagi dengan dampak sosial seperti munculnya para pemulung, lapak, yang
melakukan kegiatannya di dalam dan di luar sekitar TPA tersebut, yang menciptakan
masyarakat informal dan lingkungan yang tidak sehat.
Berdasarkan Perda no.15 tahun 2000 tentang RTRW Kota Cilegon, rencana lokasi
pengembangan TPA Begendung telah sesuai dengan peruntukannya sebagai fasilitas sosialkemasyarakatan.
Secara garis besar rencana kegiatan penyebab dampak, terutama komponen usaha dan
atau kegiatan yang berkaitan langsung dengan dampak yang ditimbulkan adalah sebagai
berikut :
A.
Tahap Prakontruksi
Tahap kegiatan prakonstruksi adalah merupakan tahap persiapan kegiatan pengembangan
Kegiatan Perencanaan
Kegiatan perencanaan yang sedang dan akn dilaksanakan adalah perencanaan detail
engineering IPAL.
Sosialisasi Proyek
Kegiatan sosialisasi dilakukan melalui media massa (Radar Banten) dan pertemuan
formal dengan tokoh masyarakat dan pejabat pemerintah sekitar.
B.
Tahap Konstruksi
Tahap konstruksi adalah merupakan tahapan pembangunan atau pengembangan fisik TPA
1.
2.
Base camp
3.
4.
1. Saluran drainase
2. Menyediakan sistem penanggulangan kebakaran/tanggap darurat
3. Penghijauan
C.
Pembersihan Lingkungan
Tahap Operasional
Tahap operasional meliputi kegiatan :
Jenis sampah
2.
3.
D.
Penambangan Kompos
Kompos yang sudah tertimbun selama 15 tahun ditambang untuk dijual.
2.3.2
Dengan
teknologi
open
dumping
yang
2.3.2.1
disempurnakan adalah menyiapkan lahan untuk penimbunan sampah tanpa pelapis apapun,
tetapi di tempat tersebut telah disediakan saluran air lindi.
Secara umum, IPAL TPA Bagendung yang direncanakan meliputi unit operasi dan unit
proses. IPAL dalam pengoperasian aliran di tahap awal (proses fisik) memakai sistem over
flow dan pada tahapan proses biologi memakai sistem pemompaan, sebagaimana diuraikan
berikut ini :
1. Bak Pengumpul Lindi
Bak ini berfungsi untuk mengumpulkan air limbah lindi dari sumbernya dan menjaga
stabilitas aliran debit air limbah lindi.
2. Bak Bar Screen/Saringan Kasar
Bak bar screen ini dipasang dengan tujuan untuk memisahkan padatan kasar dan
sampah besar seperti plastic, tali, kayu, kertas yang berukuran lebih dari 4 cm denga
air limbah lindi. Screen yang terpasang berupa kisi-kisi jeruji besi diameter 10 mm
dengan lebar antara kisi 15 mm yang dipasang dengan kemiringan 60o.
3. Bak Grease Trap/Penangkap Lindi
Grease trap dalam IPAL ini berguna untuk memisahkan padatan terapung terutama
lindi yang bersumber drai pembusukan sampah.
4. Equalization Tank
Tangki equalisasi ini dipasang dengan tujuan untuk menetralkan kensentrasi air
limbah sebalum diolah secara biologi dalam bak aerasi.
5. Aeration Tank
Aeration tank yang terpasang dalam IPAL TPA Bagendung ini nanti adalah dua unit.
Dalam tangki ini akan berlangsung proses reduksi/dekomposisi materi organic dalam
air limbah dengan bantuan mikrooragnisme dengan kondisi aerob.
6. Sedimentation Tank
Dari ruang aerasi (Mixed Liquor Suspended Solid) MLSS akan lewat flow control
float ke sedimentation tank yang masih mengandung kadar suspended solid yang
tinggi. Oleh karena itu di tangki ini, suspended solid tersebut harus diendapakan.
Sedangkan air yang sedikit mengandung suspended solid secara over flow dialirkan
ke disinfection tank. Bentuk sedimentation tank dalam system ini adalah kerucut.
2.3.2.2
Sanitary Landfill adalah system pengelolaan sampah yang terdiri dari sl-sel sampah.
Timbunan sampah (sel sampah) yang terbentuk setiap hari disebut sel harian. Setian
timbunan sampah yang sudah dipadatkan dan mencapai luas tertentu serta ketinggian tertentu
akan dilapisi tanah penutup setebal 20-30 cm. Penutupan ini dilakukan setiap hari pada akhir
kerja.
Secara rinci kegiatan operasional TPA dengan sistem pengolahan sanitary landfill dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1.
2.
Persiapan operasi
Jadwal operasi
3.
4.
Antrian truk
Aktivitas pemulung
10
Air lindi adalah rembesan air tercemar setelah melintasi tumpukan sampah, dimana
aliran partikel-partikel kontaminan keluar dari tumpukan sampah. Karakterikti air
lindi sangat tergantung pada jenis sampah yang terdapat di TPA.
Usulan DisainIPAL TPA Bagendung
Saluran lateral
Saluran lateral berfungsi untuk mengumpulkan air lindi dari dasar timbunan
sampah kemudian dialirkan menuju saluran manifold.
2.
Saluran Manifold
Saluran manifold berfungsi untuk menampung air lindi dari saluran-saluran
lateral untuk dialirka menuju kolam pengolahan air lindi.
Bak Penenang
Bak Sedimentasi
11
Oxidation Pitch
Clarifier
Desinfeksi
6.
Kegiatan Penghijauan
Kegiatan penghijauan TPA Bagendung meliputi kegiatan penanaman pohon dan
pemeliharaannya serta fasilitas pendukungnya. Jenis vegetasi yang dipelihara
meliputi jenis rumput, perdu, dan jenis pohon keras.
12
BAB III
RONA LINGKUNGAN HIDUP
3.1 KOMPONEN FISIK KIMIA
3.1.1 Iklim
Berdasarkan data BMG Kota Cilegon periode 2000 2004, iklim di kota Cilegon termasuk
tipe A berdasarkan klasifikasi Schmit dan Ferguson.
a. Suhu
Suhu udara rata-rata 26,6C, maksimum 33,2 C pada bulan September, suhu minimum
pada bulan Agustus 21,5 C
b. Kelembaban
Kelembaban udara rata-rata berkisar 82%, maksimum Februari 87% dan minimum
Agustus 78%. Curah hujan rata-rata 1.500 mm per tahun.
c. Kecepatan Angin
Kecepatan angin berkisar antara 3,7 m/detik 4,8 m/detik, terendah pada bulan Juni/Juli
sedangkan kecepatan rata-rata tertinggi pada bulan Desember.
3.1.2 Topografi
Luas wilayah Kota Cilegon 175.50 km2. Dibagi ke dalam 8 kecamatan dan 43 kelurahan/desa.
Kota Cilegon memiliki topografi dengan ketinggian wilayah berkisar antara 0-85 m diatas
permukaan laut.
Dataran rendah di bagian Utara dengan ketinggian berkisar antara 0-25 meter di atas
permukaan laut.
Dataran tinggi dari bagian tengah kea rah Selatan dengan ketinggian 25-85 meter di atas
permukaan laut yaitu Kecamatan Grogol, Purwakarta, Jombang, Cilegon, Cibeber, dan
Citangkil.
Kemiringan tanah rata-rata 0-3% menurut ke utara.
3.1.3 Hidrologi/Drainase
13
Saluran bagian
depan
tapak
TPA
Saluran
drainase utara
tapak TPA
Dimensi
(lebarX
dalam)
(2X1.5)
m
(2X1.5)
m
Kecepatan
(m/detik)
Debit (m3/detik)
Maks
1.25
Min
0.5
Maks
0.52
Min
0.35
Maks
1.3
Min
0.35
1.25
0.5
0.71
0.46
1.78
0.46
14
Dari table tersebut bahwa kualitas air sungai pada sampel nomor 1 s/d sampel nomor 3,
seluruhnya masih di bawah baku mutu lingkungan sesuai PP Nomor 82 Tahun Golongan
II, kecuali untuk parameter Fecal Coliform, BOD 5 dan COD yang sudah melampaui
NAB.
Untuk parameter penting lainpun yang merupakan parameter zat berbahaya dan
beracun seperti pH, Hg, As, Cr+6, Se, Cu, dan Pb masih memenuhi persyaratan sesuai
standar baku mutu. Masih tingginya konsentrasi Fecal Coliform sebelum rencana
kegiatan TPA Bagendung disebabkan adanya kebiasaan warga yang membuang hajad ke
sungai. Tingginya parameter fecal coli ini dapat berakibat pada tercemarnya air sumur
penduduka yang berdekatan dengan sungai. Dengan demikian kualitas air sungai sebelum
kegiatan TPA telah tercemar oleh bakteri coli, artinua buangan air limbah penduduk telah
memberikan konstribusi peningkatan konsentrasi pencemaran air sungai Bagendung.
Parameter lain yang nilainya sudah melebihi ambang batas adalah BOD 5 dan
COD. BOD5 (Biological Oxygen Demand) adalah kemampuan oksigen untuk
mengoksidasi secara biologi, sementara COD adalah kemampuan oksigen untuk
mengoksidasi kandungan unsure kimiawi yang terlatur dalam air tersebut. Nilai BOD 5
dan COD yang tinggi mengindikasikan bahwa sungai sudah tersemar (melampui ambang
batas). Dari ketiga titik sampel air sungai, semuanya sudah melebihi ambang batas, baik
yang di upstream, pertemuan dengan outlet air lindi dan downstream. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sungai Lengkong/Bagendung telah melampaui ambang batas bukan
hanya disebabkan oleh aktivitas TPA karena dari upstream-nya sudah tersemar. Tingginya
nilai kedua parameter tersebut bias juga diakibatkan oleh banyaknya buangan organic dan
bahan kimiawi dari arah hulu (upstream) mengingat pada saat pengukuran dilakukan air
limbah dari TPA Bagendung tidak mengalir (kering).
Tabel 3.2.
Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Sungai Bagendung Dekat Dengan Lokasi
TPA Bagendung
NO
Parameter
Satuan
Nilai
Ambang
Batas
Hasil
1
Metode Analisa
3
15
NO
Parameter
A.
1.
FISIKA
Suhu
Zat
Padat
(TDS)
Jumlah
B
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
C.
1.
2.
Terlarut
Satuan
Nilai
Ambang
Batas
0C
Mg/L
Mg/L
Udara +-
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
Mg/L
69
0.002
1
1
4
1.5
0.001
0.2
0.01
0.05
0.2
0.03
1
10
0.06
0.05
0.05
0.02
0.002
0.2
0.02
0.03
3
25
Padat
Tersuspensi (TSS)
KIMIA
pH (insitu)
Air Raksa (Hg)
Arsen (As)
Boron (B)
Oksigen terlarut (DO)
insitu
Fluorida (F)
Fenol
Fosfat total (PO4)
Kadmium (Cd)
Khromium VI (Cr6+)
Kobalt (Co)
Khlorin bebas (Ci2)
Minyak Lemak
Nitrat (NO3-N)
Nitrit (NO-2)
Selenium (Se)
Seng (Zn)
Sianida (CN)
Sulfida (H2S)
Surfakton Anion
(MBAS)
Tembaga (Cu)
Timbal (Pb)
BOD5
COD
3oC
1000
50
Hasil
Metode Analisa
29.9
62
70
28.7
70
36
28.5
59
30
SNI 06-6989.23-2005
SNI 06-6989.27-2005
SNI06-6989.3-2004
7.92
<0.0005
<0.005
<0.01
1.8
<0.01
<0.001
0.06
<0.003
<0.01
<0.02
<0.01
<0.2
1.0
0.033
<0.002
<0.01
<0.005
<0.002
0.06
<0.02
<0.01
42
114
6.91
<0.0005
<0.005
<0.01
2.2
<0.01
<0.001
0.02
<0.003
<0.01
<0.02
<0.01
<0.2
1.2
0.016
<0.002
<0.01
<0.005
<0.002
0.07
<0.02
<0.01
34
98
7.23
<0.0005
<0.005
<0.01
2.2
<0.01
<0.001
0.02
<0.003
<0.01
<0.02
<0.01
<0.2
1.0
0.056
<0.002
<0.01
<0.005
<0.002
0.07
<0.02
<0.01
29
93
SNI 06-6989.11-2004
SNI 19-6964.2-2003
SNI 06-2463.1991
SNI 06-2481.1991
SNI 06-6869.14-2004
Std Method (Ed 21)
4500 D
HACH
SNI 06-2483-1991
SNI 06-6989.16-2004
**)
SNI 06-1132-1989
SNI 06-2471-1991
HACH
HACH
SNI 06-2486-1991
SNI 06-6989.9-2004
Std Method (Ed 21)
3500 Se
SNI 06-6989.7-2004
Std Method (Ed 21)
4500 CN E
JIS Th 2002 KO102
Bag 39 D
SNI 06-6989.51-2005
18-5A/IK-Cu
SNI 06-2503-1991
SNI 06-6989.15-2004
MIKROBIOLOGI
Fecal coliform
Total coliform
Jml/100
ml
Jml/100
1000
5000
2800
2800
2300
2300
2300
2300
SNI 06-4158-1996
SNI 06-3957-1996
ml
16
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratan mutu air sama
dengan kegunaan tersebut
**)
= Logam merupakan logam terlarut
<
= lebih kecil
Sampel 1 = Air sungai di bagian Upstream, yaitu sebelum lokasi TPA berdasarkan
aliran sungai
Sampel 2 = Air sungai di bagian pertemuan air lindi sampah dengan air sungai
Sampel 3 = Air sungai di bagian downstream, yaitu setelah lokasi TPA berdasarkan
aliran sungai
C. Kualitas Air Bersih TPA
Untuk memenuhi kebutuhan operasional di TPA Bagendung, Kota Cilegon,
penyedeiaan air bersih selama ini bersumber dari air sumur sebagai sumber utama.
Sedangkan untuk mengetahui kualitas air tanah yang dikonsumsi petugas jaga TPA dan
para pemulung, maka diambil sample air dari sumur di dalam dan sekitar tapak TPA
Bagendung, Kota Cilegon yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3
Kualitas Air Tanah/ Sumur Di Lokasi Tapak dan Sekitar TPA Bagendung
No
Parameter
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
FISIKA
Satuan
Nilai
Ambang
Batas
Hasil
1
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Bau
Zat Padat
Terlarut
(TDS)
Kekeruhan
Rasa
Suhu (insitu)
Warna
KIMIA
pH (insitu)
Air Raksa (Hg)
Arsen (As)
Besi (Fe)
Fluorida (F)
Kadmium (Cd)
Kesadahan total
(CaCO3)
Khlorida (CI)
Khromium VI (Cr6+)
Mangan (Mn)
Nitrat (NO3-N)
Nitrit (NO2-N)
mg/L
NTU
0C
PtCo
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Tdk berbau
1500
25
Tdk berasa
Udara +-
Metode Analisa
Tdk
Tdk
Tdk
berbau
78
<1
Tdk
berbau
78
<1
Tdk
3oC
50
berbau
79
<1
Tdk berasa
31.0
2
berasa
29.5
<1
berasa
30.3
<1
6.5 9.0
0.001
0.05
1.0
1.5
0.005
500
600
0.05
0.5
10
1.0
0.01
6.35
<0.0005
<0.005
0.08
0.31
<0.003
<2
6.8
<0.01
0.07
0.7
<0.002
<0.002
6.77
<0.0005
<0.005
<0.06
0.29
<0.003
<2
5.3
<0.01
<0.02
1.0
<0.002
<0.002
6.78
<0.0005
<0.005
<0.06
0.30
<0.003
<2
6.8
<0.01
<0.02
1.0
<0.002
<0.002
Organoleptik
SNI 06-6989.27-2005
SNI 06-2413.1991
Organoleptik
SNI 06-6989.23-2005
SNI 06-2413.1991
SNI 06-6989.11-2004
SNI 19-6964.2-2003
SNI 06-2463.1991
18-6AIK-Fe
SNI 06-2482.1991
SNI 06-6989.16-2004
**)
SNI 06-6989.12-2004
SNI 06-6989.12-2004
SNI06-1132-1989
18-20/IK-Mn
SNI 06-2480-1991
SNI 066989.9-2004
17
No
Parameter
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Selenium (Se)
Seng (Zn)
Sianida (CN)
Sulfat (SO4)
Surfaktan anion
Satuan
(MBAS)
Timbal (Pb)
Nilai Permanganat
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Nilai
Ambang
Batas
15
0.1
400
0.5
0.05
10
Hasil
0.01
<0.005
<0.3
0.04
<0.01
0.4
<0.01
<0.005
<0.3
0.002
<0.001
0.2
Metode Analisa
<0.01
<0.005
<0.3
0.03
<0.01
0.3
MIKROBIOLOGI
Total Coliform
3500 Se
SNI 06-6989.7-2004
**)
Std Method (Ed 21)
4500 CN E
SNI 06-6989.20-2004
SNI 06-6989.51-2005
SNI 06-6989.8-2004
SNI 06-6989.22-2004
(KmnO4)
C.
1.
50
1100
150
240
SNI 06-3987-1996
18
19
A. Jaringan Jalan
Lokasi rencana proyek pembangunan TPA Bagendung terletak di tepi jalan Raya
Bagendung, Desa Bagendung, Kecamatan CIlegon. Dalam sistem jaringan transportasi
Kota CIlegon, ruas Jalan Raya Bagendung merupakan jalan kolektor primer yang
menghubungkan antar desa, kecamatan dengan Jalan Raya ke arah wilayah Mancak.
Ruas Jalan Raya Bagendung sebagai jalan utama dari dank e TPA Bagendung dengan
kondisi jalan beraspal yang mempunya lebar +_ 7 meter untuk dua arah bagi kendaraan
yang melintas.
B. Angkutan Umum
Kendaraan umum yang menghubungkan Kecamatan Cilegon dengan daerah lain hanya
berupa objek, karena kendaraan umum yang melintas ke wilayah tersebut belum tersedia.
Hal ini perlu menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kota Cilegon untuk
menyediakan sarana angkutan umum berupa minibus dan microbus agar memudahkan
akses dari dan wilayah Bagendung.
C. Volume Lalu Lintas
Volume atau arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melintasi suatu titik
pengamatan pada jalan raya per satuan waktu. Volume dan komposisinya merupakan
parameter dasar yang penting yang berhubungan dengan parameter-paramater lainnya
seperti tingkat pelayanan dan kecepatan.
Volume lalu lintas diketahui melalui survey penghitungan lalu lintas (traffic counting)
secara manual yang dilakukan pada titik pengamatan pada ruas jalan yang diperkirakan
akan terkena dampak langsung terhadap kepadatan lalu lintas. Dari hasil pengamatan
kepadatan lalu lintas dari dank e arah TPA Bagendung belum menunjukkan kepadatan
yang berarti
D. Kinerja Ruas Jalan
Kinerja lalu lintas ruas jalan dapat dinilai dengan menggunakan parameter lalu lintas
sebagai berikut:
Rasio volume per kapasitas yang menunjukkan kondisi ruas jalan dalam melayani
perjalanan.
Tingkat pelayanan merupakan indicator yang mencakup gabungan beberapa
parameter, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dari ruas jalan.
20
Tabel 3.4
Hasil Analisis Kualitas Udara di Sekitar Tapak Proyek TPA Bagendung
Hasil Uji
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Parameter
Sulfur Dioksida
(SO2)
Karbon Monokisda
(CO)
Nitrogen Dioksida
(NO2)
Oksidan (O3)
Hidrokarbon (HC)
Debu (TSP)
Timbal (Pb)
Amonia (NH3)
Hidrogen Sulfida
(H2S)
Titik 1
9,80
1375
7,85
24,69
125
58
< 0,03
0,08420
<0.00072
Titik 2
11,62
2864
13.99
24.95
230
1134
0.27
0.20445
0.00291
Titik 3
10,31
1260
8.90
18.03
157
115
0.16
0.06723
0.00221
Titik 4
9,15
1260
10.16
16.03
131
81
<0.03
0.06205
0.00263
Titik 5
14,08
1718
15.89
17.02
157
116
0.08
0.30028
0.00331
Satuan
Metode Uji/Alat
g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
ppm
ppm
SNI-19-4147-1996
Cox meter ex Sibata
SNI 19-7119.2-2005
SNI-19-4842-1998
SNI 19-4843-1992
SNI 19-7119.3-2005
SNI 19-7119.4-2005
SNI 19-7119.1-2005
SNI 19-4844-1998
Sumber: Hasil laboratorium lingkungan hidup PT. Unilab Perdana, Oktober 2007
Keterangan:
*)
= PRRI No. 41 Tahun 1999 baku Mutu Udara Ambient Nasional
**)
= Kep-50/MenLH/11/1996 Baku Mutu Tingkat Kebauan
21
N
<
tapak TPA Bagendung masih dalam keadaan baik. Pengukuran terhadap parameter Debu, HC,
CO, NO2, OX, Pb, NH3, H2S konsentrasinya masih di bawah baku mutu udara ambient sesuai
PPRI No. 41 Tahun 1999 dan Keputusan Menteri LH No. 50/MENLH/XI/1996 tentang baku
mutu tingkat kebauan. Kandungan konsentrasi parameter yang ada tersebut di atas masih rendah,
ini disebabkan oleh disperse emisi kendaraan bermotor yang melintas di sekitar depan tapak TPA
Bagendung dan pengolahan sampah hanya sekitar 2-3 mobil/menit.
Untuk pengolahan sampah itu sendiri, dispersinya cukup kuat dimungkinkan oleh karena
lokasi TPA tersebut cukup luas tanpa pneghalang di kanan kirinya, sementara tiupan angin juga
cukup kuat. Kecuali sampel yang di dalam lokasi TPA, untuk parameter Hidro Carbon dan Debu
belum malampaui Nab. Tingginya parameter di titik tersebut mungkin karena pengambilan
sampel memang di tengah-tengah pengadukan sampah. Sehingga sangat mungkin karena
konsentrasinya debu yang sangat tinggi. Sedangkan untuk parameter hidrokarbon yang melebihi
NAB itu kemungkinan diakibatkan oleh adanya pembakaran sampah di lokasi TPA.
2.2.7 Kebisingan
Kualitas kebisingan yang diukur di dalam dan di luar TPA adalah disajian pada Tabel 3.5
sebagai berikut.
Tabel 3.5
Tingkat Kebisingan Di Sekitar Lokasi TPA Bagendung
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Lokasi Pengukuran
PENGUKURAN OUTDOOR
Sebelum lokasi TPA UD (up Wind)
Sesudah lokasi TPA UD (Down
Wind)
Di dalam lokasi TPA UD
Kampung Sambi Buhut
Kampung Lebak gebang
Satuan
Hasil Pengukuran
BML
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
dB(A)
62.0
51.7
58.5
57.9
57.1
55
55
55
55
55
Sumber : Hasil kebisingan pengujian lab. Lingkungan hidup PT. Unilab Perdana,
Oktober 2007
Keterangan:
Nilai kebisingan adalah Nilai Equivalen selama waktu pengukuran 10
22
23
Tabel 3.6
Hasil Uji Mikroorganisme di Sungai Lengkong, Lokasi TPA Bagendung
Fitoplankton
No.
Individu
11
12
13
CYANOPHYTA
1
2
3
4
5
6
Anabaena sp 1
Anabaena sp 2
Dactlococcopsis sp.
Oscillatoria sp 1
Oscillatoria sp 2
Oscillatoria sp 3
1
2
6
2
1
1
CHRYSOPHYTA
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Amphora sp 1
Amphora sp 2
Bacilaria paradoxa
Cymbella sp
Diatoma sp
Navicula sp
Nitzschia seriata
Pinnularia sp
Surirella sp 1
Surirella sp 2
1
1
5
1
1
1
5
1
1
10
1
1
4
2
CHLOROPHYTA
17
Closterium sp 1
24
18
19
20
21
22
23
24
Closterium sp 2
Closterium sp 3
Closterium sp 4
Closterium lineatum
Cosmarium sp 1
Cosmarium sp 2
Micrasterias sp
1
2
1
1
1
2
10
1
4
EUGLENOPHYTA
25
26
Euglena
Trachelomonas sp
1
3
Jumlah individu/L
24
28
32
Jumlah Taxa
10
12
16
2.63
2.97
3.68
H max = Log2 S
3.32
3.58
400
0.79
0.83
0.92
11
12
13
4
3
1
Zooplankton
No.
Individu
PROTOZOA
1
2
3
CILIOPHORA (SP.1)
CILIOPHORA (SP.2)
CILIOPHORA (SP.3)
RHIZOPODA
4
5
6
7
8
Amoeba sp
Arcella sp.1
Arcella sp.2
Centrophyxis sp
Diffugia sp
17
7
34
1
21
7
8
TROCHELMINTES
9
Tricocherca sp
NEMATHELMINTES
10
NEMATODA (sp 1)
Jumlah individu/L
29
66
14
Jumlah Taxa
1.65
1.80
1.92
25
2.32
2.81
2.32
0.71
0.64
0.83
11
12
13
Benthos
No.
Individu
MOLLUSCA
BIVALVIA
1
2
3
Corbicula
BIVALVIA (sp 1)
BIVALVIA (sp 2)
1
2
1
GASTROPODA
4
5
6
7
8
9
Bellamya sp
Melanoides
tuberculate (sp.1)
Melanoides
tuberculate (sp.2)
Bulimidae
Planorbidae
GASTROPODA
(sp.1)
2
15
10
3
4
19
8
1
1
Jumlah individu/L
32
34
Jumlah Taxa
0.99 1.55
H max = Log2 S
2.81
1.00 2.00
0.99 0.78
Sumber : Hasil pengujian lab. Lingkungan hidup PT. Unilab Perdana, Oktober 2007
26
Jenis
Penular
1.
2.
Nyamuk
Lalat
Serangga
Gambaran Populasi
****
(Indeks kepadatan rata-rata : 6-8/30
menit)
3.
Kecoa
***
Sumber : Hasil Pengamatan dan Wawancara Oleh Tim Penyusun AMDAL, 2007.
Keterangan :
*****
****
***
**
*
= Sangat banyak
= Banyak
= Cukup banyak
= Sedikit
= Sangat sedikit
27
1.
2.
3.
Kucing
Ayam
Anjing rumah
Felis domesticus
Gallus domesticus
Caris domesticus
Pendidikan
Belum sekolah (<7 tahun)
Jumlah
381
28
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1435
73
537
372
1
8
8
788
Sumber::
29
penyakit/kesehatan.
Mengingat keberadaan masyarakat dengan ekonomi rendah, diharapkan DInas
30
yang diperlukan untuk mendapatkan dampak penting hipotek tersebut adalah melalui
proses pelingkupan.
3.4.1 Kondisi Sanitasi Lingkungan
A. Penggunaan Air
Sumber air untuk kebutuhan mandi, mencusi dan minum berasal dari air tanah. Sarananya
berupa sumur gali atau sumur bor/pantek yang dilengkapi dengan mesin pompa air
dengan kedalaman antara 20 meter s/d 30 meter. Kualitas air sumur penduduk
berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dari ketiga sampel menunjukkan bahwa
secara fisik dan kimia kualitas air sumur masih memenuhi syarat kesehatan kecuali untuk
parameter biologi (total colliform) sudah melebihi NAB.
B. Kebiasaan Buang Air Besar, Buang Air Limbah, dan Buang Sampah
Pada umumnya penduduk buang air besar di jamban keluarga (WC), kemudian
ditampung di septic tank. Air kotor (limbah cair) dari rumah tangga dibuang ke
pekarangan atau saluran air yang ada disekitarnya. Penduduk membuang sampah ke bak
sampah, kemudian diangkut oleh petugas kebersihan ke tempat pembuangan akhir
sampah. Sebagian lagi memusnahkan sampah dengan cara dibakar atau membuat lubang
di halaman rumah.
C. Kondisi Rumah
Atap rumah yang dominan dipergunakan adalah genteng, dinding rumah terbuat dari
tembok dan lantai terbuat dari bahan yang kedap air (keramik, plester, dan tegel).
Ventilasi rumah pada umumnya tergolong baik dan penerangan rumah yang digunakan
pada umumnya adalah penerangan listrik.
Jenis Penyakit
ISPA
15428
31
No.
Jenis Penyakit
Dermatis
5139
5093
Nasofaringitis Akut
5014
4745
Gastritis
3536
Mialgia
2039
Diare
1758
10
773
Jumlah
45406
Dari Puskesmas tersebut diperoleh informasi bahwa pada 2005 terdapat kasus penderita
penyakit demam berdarah (DBD) sebanyak 12 (dua belas) orang.
3.4.3 Pelayanan Kesehatan
Sarana kesehatan yang terdapat di wilayah studi terdiri dari : Puskesmas,
Puskesmas Pembantu (Pustu)m Balai Pengobatan, dokter praktek dan lain-lain. Jumlah
sarana kesehatan secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3.11
Tabel 3.11
Jumlah Sarana Kesehatan Di Wilayah Studi
No
Jenis Sarana
Jumlah
(Orang)
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
32
No
Jenis Sarana
Jumlah
(Orang)
Rumah Bersalin
R.S. Swasta
Tenaga medis dan paramedic Puskesmas yang bekerja di wilayah studi adalah
sebagaimana tertuang dalam Tabel 3.12
Tabel 3.12
Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis Puskesmas Di Kecamatan Cilegon
No.
Jumlah (Orang)
Dokter Umum
Dokter Gigi
Bidan
Perawat
Jumlah
22
4.1
A.
33
BAB V
METODE STUDI
5.1 Metode Pendekatan Studi
untuk memdapatkan hasil study ANDAL yang dapat digunakan secara optimal dalam
rencanakan suatu kebijakan pengelolaan yang implementif dan efektif, maka diperlukan suatu
34
perencanaan yang terarah dalam melakukan studi ini yang diinformasihkan dengan suatu
pendekatan studi yang sesuai.
berdasarkan konsepsi tersebut diatas, maka studi ANDAL ini akan diawali dengan suatu telaan
terhadap peraturan perundang undangan yang berlaku ( terutama yang berkaitan dengan
lingkungan hidup ), kajian yang mendalam terhadap kondisi lingkungan ( sebagai rona
lingkungan hudup awal )dilokasi TPA sekatarnay serta kajian terhadap rencana kegitana TPA
sampah yang ditinjau dari dimensi waktu pelaksanaan kegiatan mulai tahap prakontruksi,
kontruksi,operasi dan pasca operasi dengan fokus kajian pada kegiatan kegiatan yang
berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan. dari aspek aspek kajian tersebut
maka akan dapat ditentukan oleh ruang lingkup studi yang mengacu pada batas proyek, batas
ekologi, batas sosial, dna batas administrasi. penetuan lingkup studi tersebut maksudkan untuk
membatasi bahasan studi hanya pada aspek yang dinilai signifikan dan kegiatan TPA
sampah.pada tahapan ini berbagai data dan informasi primer atau sekunder yang dikumpulkan.
Dengan menggunakan berbagai data rona lingkungan hidup awal dan deskripsi rencana kegiatan,
maka dalam studi ANDAL ini dibuat matrik idntifikasih dan perkiraan dampak yang akan terjadi
pada setiap tahap kegiatan. berdasarkan hasil identifikasih dan prekiraan dampak yang mungkin
timbul, maka dapat ditentukan besaran dan tingkat kepentingan dampak terhadap komponen
lingkungan fisik kimia, tata ruang, biologi, Sosial ekonomi dan sosial budaya. Penetuan
damapk penting tersebut akan dievaluasi berdasarkan hubungan sebab akibat yang dikaji secara
holistik mengunakan cara empiris ( Study banding dengan baku mutu lingkungan yang berlaku),
perhitungan matematis maupun penilaian berdasarkan keahlian atau profesi berdasarkan hasil
evaluasi dampak yang disusun atau menginformaikan dampak dampak lingkungan signifikan
yang perlu dikelolah dan pantau. penjabaran rinci dari rekomendasi penelolaan dan pemantauan
dampak lingkungan akan ditungkan dalam dokumen rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan
rencana pemantau lingkungan (RPL) yang merupakan bagian tidak terpisah dengan dokument
ANDAL..
5.2 Metode Pengumpulan dan Analisis Data
sebagai dasar penyususnan Analisis Dampak Lingkungan, data yang diambil antara lain:
Studi Pustaka
35
Studi literatur
36
H1
R2
L
L
untuk 8
ln
ln
2 L t1 t 2 R
R
H2
Dimana:
K = Koefisien rembesan ( cm/menit)
37
3N
kg / cm 2
4
Dimana:
qa = daya dukung yang diujikan
N = nilai pikulan
5. Kestabilan Lereng
Untuk keperluan pemotongan lereng di darah ini telah dilakukan dengan
mempergunakan metode NAFVAC. dengan mengasumsikan bahwa kedudukan muka
air tanah berada dibawah bidang gelincir dan tidak terdapat retakan ataupun rembesan
air.
Faktor keamanan untuk lonsoran rotasi dihitung dengan persamaan,
38
cj
fs
N tan
c
Ncf x c
H
Dimana:
c = kohesi tanah
39
Parameter
Metode Analisa
FISIKA
1.
Suhu
2.
3.
B.
Satuan
SNI 06-6989.23-2005
mg/L
SNI 06-6989.25-2005
mg/L
SNI 06-6989.3-2004
KIMIA
1.
pH (in situ)
mg/L
SNI 06-6989.11-2004
2.
mg/L
SNI 19-6964.2-2003
3.
Arsen (As)
mg/L
SNI 06-2463.1991
4.
Boron (B)
mg/L
SNI 06-2481.1991
5.
mg/L
SNI 06-6989.14-2004
6.
Flourida (F)
mg/L
7.
Fenol
mg/L
HACH
8.
mg/L
SNI 06-2483-1991
9.
Kadmium (Cd)
mg/L
SNI 06-6989.16-2004
10.
Khromium VI (Cr6+)
mg/L
SNI 06-1132-1989
11.
Kobalt (Co)
mg/L
SNI 06-2471-1991
12.
mg/L
HACH
13.
Minyak Lemak
mg/L
HACH
14.
Nitrat (NO3-N)
mg/L
SNI 06-2480-1991
15.
Nitrit (NO2-N)
mg/L
SNI 06-6989.9-2004
16.
Selenium (Se)
mg/L
17.
Seng (Zn)
mg/L
SNI 06-6989.7-2004
18.
Sianida (CN)
mg/L
40
19.
Sulfida (H2S)
mg/L
20.
mg/L
SNI 06-6989.51-2005
21.
Tembaga (Cu)
mg/L
18-5A/IK-Cu
22.
Timbal (Pb)
mg/L
SNI 06-2503-1991
23.
BOD5
mg/L
SNI 06-6989.15-2004
24.
COD
mg/L
C.
MIKROBIOLOGI
1.
Fecal coliform
Jml/100 ml
SNI 06-4158-1996
2.
Total coliform
Jml/100 ml
SNI 06-3957-1996
Lokasi pengukuran dan pengambilan sample air sungai tersebut ditentukan berdasarkan
pertimbangan aspek-aspek sebagai berikut :
a. Hubungan antara rencana kegiatan TPA sampah dengan kegiatan lain di
sekitarnya.
b. Sebagai badan air yang berpotensi terpengaruh oleh leacheat dari TPA sampah.
Untuk mengevaluasi kualitas air sungai pada setiap titik sampling akan dibandingkan
dengan baku mutu menurut Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Metode Perhitungan
Perhitungan Debit
Pengukura debit sungai sesaat dilakukan di areal proyek dan sekitarnya. Lokasi
pengukuran debit air adalah sama dengan lokasi pengambilan sample kualitas air
sungai dan lokasi lainnya.
Pengukuran debit dilakukan untuk memberikan gambaran umum kuantitas sungai di
daerah studi. Pendekatan persamaan empiric digunakan untuk memperkirakan debit
sesaat sungai (Sosrodarsono dan Takeda, 1993) yaitu :
41
Q =Ax V
Dimana :
Q
Luas penampang sungai ditentukan dengan cara mengukur lebar muka air dan
kedalaman sungai di beberapa titik pengukuran ke arah lebar sungai. Kecepatan aliran
sungai yang diukur adalah kecepatan aliran permukaan air sungai dengan data
sekunder.
5.3 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya
5.4 Komponen Kesehatan Masyarakat
METODE PENGUKURAN
Yang dikaji pada aspek kesehatan masyarakat adalah :
1. Pola Penyakit
Sepuluh besar jenis penyakit di wilayah kajian
JumlahPenderitaBaru
42
0 2 ekor
: jarang
3 5 ekor
6 20 ekor
: relatif padat
21 ekor lebih
: padat
Jumlah(Ci ) positif
43
BAB IV
PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
PT Kaibon Resirekayasa.
44
IPAL. kegiatan sosialisasi proyek dilakukan kepada masyarakat dan pejabat pemerintah
yang terkait melalui pertemuan informal dan media massa. Kedua kegiatan tersebut tidak
menimbulkan dampak penting terhadap air permukaan.
6.1.2 Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya.
1.
45
46
agar
tetap
menjaga
ketertiban
dan
kebersihan
menjauhi
dengan
ekonomi
47
48
49
penanaman pohon atau pun jenis tumbuhan lainya dilakukan dengan mengidahkan
kriteria lahan penataan diperkirakan akan terjadi di perubahan terhadap struktur
kepadatan tanah baik pada tanah penimbun sampah akan mengalami penambahan
beban. didalam residu air sampah terdapat zat zat atau bahan bahan yang
berbahaya yang bersifat deduktif terhadap berbagai lapisan oleh karenanya pada
proses penataan ini sebelum dilakukan perlu diperkirakan perhatian konsolidasi
lahan sehubungan dengan pertimbangan terhadap rencana penggunaan lahan pada
saat yang akan datang. jika padatan pada tahap konstruksi tidak dilakukan dengan
baik diperkirakan akan terjadinya penurunan muka tanah timbulan sehingga dapat
dikatagorikan sebagai dampak negatif penting
50
Sedangkan untuk kualitas air tanah sendiri, berdasarkan hasil pemerikasaan laboratorium
ternyata secara fisik kimia sudah memenuhi syarat Menkes No.416/Menkes/SK/1990,
kecuali nilai konsentrasi Fecal Coliformnya masih sangat tinggi, hal tersebut diakibatkan
oleh kebiasaan masyarakat sekitar yang suka membuang hajat ke sungai, akhirnya sumursumur di sekitar sungai ikut tercemar.
Dari data dapat diketahui bahwa air tanah yang akan dijadikan sebagai sumber air
adalah air tanah yang juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya (pengolahan terlebih
dahulu). Sehingga hasil prakiraan dengan adanya kegiatan konstruksi ini dapat mengurangi
kuantitas air tanah. Hal tersebut dapat menimbulkan konflik dengan masyarakat sekitarnya.
Berdasarkan hal tersebut dampak ini terkategori ke dalam dampak penting.
E. Kualiats Air Permukaan
Kegiatan kontruksi adalah tahapan pembangunan atau pengembangan fisik TPA
Bagendung. Kegiatan-kegiatan pada tahap konstruksi meliputi pembukaan lahan baru,
pembangunan sarana penunjang, pembangunan fisik IPAL, dan pembersihan lingkungan.
Dengan adanya kegiatan penggalian dan pengurugan akan meningkatkan volume sedimen
yang akan terbawa oleh air hujan. Menurut data rona lingkungan awal topografo tapak
proyek, kemiringan tanah rata-rata 0-3% menurun ke utara sedangkan Sungai Bagendung
berada di sebelah selatan tapak proyek. Dengan kemiringan tanah menurun ke utara
tersebur diprakirakan tidak akan terjadi dampak peningkatan kekeruhan sungai akibat
kegiatan konstruksi. Tetapi kegiatan penghijauan dan pembersihan lahan akan
menimbulkan dampak positif penting.
51
dengan
52
53
atau perekrutan tenaga kerja dapat dikategorikan sebagai dampak besar dan
penting.
54
12
Jumlah
12
: 10 l / org/hari (Asumsi)
55
Jika TPA ini beroperasi selama 10 tahun (3650 hari) maka diprediksi pemakaian air untuk
kebutuhan pegawai dan pemulung di TPA (Jumlah pegawai dan pemulung diasumsikan
tetap/sama tiap tahunnya), maka pemakaian air tanah sebesar
V = 12 m3/hari 3650 hari = 43800 m3 atau 43.800.000 liter
Kemudian jika diasumsikan persentase pertumbuhan selama 10 tahun penduduk sebesar
50 % dari jumlah penduduk sekarang, maka volume penggunaan air tanah adalah :
Jumlah Penduduk
: 10 l / org/hari (Asumsi)
56
57
Presipitasi (P)
Evapotranspirasi (ET)
Run Off (RO)
Perkolasi Lindi = P - RO - ET - ST
Atau
Dimana :
L = leachate volume produced (cubic cm per year)
P = Precipitation volume (cm rain/year times the landfill surface area )
R = Runoff
E = Evapotranspiration ( cm/year times the landfill surface area)
Maka
Jika
Surface Area
= 10 acres (10 Ha )
= 30 cm/year
58
Pada dasarnya leachate tidak bisa dihindari keberadaannya, tetapi untuk meminimalkan
dampak yang mungkin terjadi terutama terhadap kualitas air tanah. Oleh karena itu, jika
ditinjau dari sifat dan karakteristik zat yang terkandung dalam leachate maka
diprakirakan sebagai dampak besar dan negatif penting.
D. Kualitas Air Permukaan
Lindi adalah limbah cair yang timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan
sampah, melarutkan dan membilas materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik
hasil proses dekomposisi biologis.
Kualitas lindi akan tergantung dari beberapa hal, seperti :
Umur timbunan
Pola operasional
Temperatur
Kelembaban
Infiltrasi
Tahap dekomposisi
Kedalaman TPA
59
Pada tahap awal akan banyak dijumpai senyawa organik dengan berat molekul
yang kecil tetapi fraksi dengan berat molekul yang tinggi dai senyawa yang lambat
terdekomposisi juga akan semakin sedikit. Secara keseluruhan COD, BOD, dan NH 3-N
yang terkandung dalam lindi akan mengalami perubahan sejalan dengan waktu. BOD
berkurang lebih cepat dibandingkan COD karena BOD tersusun dari zat organik yang
mudah terdekomposisis oleh berbagai bakteri yang ada di TPA.
Pada musim hujan, air lindi air lindi tersebut akan bercampur dengan air hujan
sehingga akan menambah debit air lindi tersebut. Akan tetapi air lindi yang berasal dari
air hujan dapat dikurangi dengan dibuatnya saluran drainase.Berikut ini adalah contoh
karakteistik kualitas air lindi yang dihasilkan oleh beberapa TPA di Pulau Jawa yang
disajikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel. 6.2 Kualitas Air Lindi di Beberapa Lokasi TPA di Pulau Jawa pada musim hujan
Konsentrasi
No.
Lokasi TPA
BOD
COD
2578
7309
Suakamiskin, Bandung
Leuwigajah, Cimahi
7379
Grenjeng, Cirebon
13575
940
6166
60
berasal dari hasil dekomposisi sampah ini mengandung BOD dan COD yang tinggi
sehingga perlu pengolahan lebih lanjut.
Ditinjau dari skala unit kegiatan diperkirakan yang akan menimbulkan dampak terhadap
kualitas air permukaan (Sungai Bagendung) adalah penimbunan dan penutupam sel selta
pengoperasian alat berat. Serta dampak yang mungkin timbul adalah pencemaran Sungai
Bagendung, dimana sungai tersebut merupakan objek dari pembuangan akhir proses
pengolahan lindi. Bila proses pengolahan lindi tidak berlangsung dengan secara optimal,
atau sesuai dengan proses yang diharapkan maka kualitas lindi akan mencemari Sungai
Bagendung. Ditinjau dari sifat dam karakteristik zat-zat yang terkandung dalam air lindi
maka diprakirakan sebagai dampak besar dan negatif penting.
penting
61
berupa
pernafasan,
gangguan
terhadap
kesehatan
mata,
gangguan
62
dari proyek, luas persebaran dampak diperkirakan dapat melewati batas kecamatan.
Dampak negatif dari kegiatan ini termasuk kategori besar dan penting.
Terhadap kualitas air tanah di lokasi tapak proyek, reklamasi dan pembuatan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) memiliki dampak penting. Kegiatan tersebut mengakibatkan
komposisi tanah kembali ke keadaan alaminya. Tanah akan berfungsi seperti semula
sebagai penyaring air hujan. Setelah mengalami penyaringan alami ini, kualitas air secara
langsung menjadi lebih baik. Namun yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan
terjadinya reaksi sisa sehingga air lindi masih bisa terptoduksi dan tidak teralirkan sehingga
akan terjadi penyerapan pada air tanah.
63
Ditinjau dari pergerakan pencemaran pada tahap pasca operasi maka pada kondisi normasl
tanpa perlakuan rekayasa teknis dapat diperkirakan sejauh mana dan seberapa lama
pencemaran akan terjadi. Dasar prakiraan diperhitungkan atas kondisi litologi daerah
proyek dan sekitarnya, kondisi permeabilitas tanah dan batuan, arah aliran dan tinggi muka
air tanah.Berdasarkan pertimbangan diatas maka diprakirakan akan menimbulkan dampak
besar dan negatif penting.
D. Kualitas Air permukaan
Kegiatan pasca operasi yang akan dilakukan adalah kegiatan penambangan kompos.
Kompos yang sudah tertimbun selama kurang lebih lima belas tahun ditambang untuk
dijual sehingga dampaknya adalah positif karena akan membuka lapangan kerja dan
berusaha. Kegiatan ini akan menimbulkan dampak positif penting.
kepada
pengelola
TPA
dengan
harga
yang
wajar
dan
disepakati.pengelola menjual hasil pemilihan yang telah terkumpul ke luar lokasi TPA
64
secara rutin
Dampak yang akan ditimbulkan adalah keresahan di pihak para pemulung karena
mereka belum tentu akan setuju dengan kebijakn dari pengelola TPA tersebut.
dampak yang terjadi dapat dikategorikan adalah Dampak penting
Untuk menghindari timbulnya keresahan maka tingkat harga yang ditawarkan adalah
tingkat harga pasar setempat
6.4.2 Kesehatan Masyarakat
Kegiatan reklamasi dan penataan lahan bekas TPA diperkirakan menimbulkan dampak
negatif yaitu timbulnya pencemaran udara (debu, Nox, Sox, CO, dan kebisingan), yang
berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan pernafasan, kesehatan mata, gangguan
pendengaran/kenyamanan akibat dari pengoperasian kendaraan pengangkut material dan
alat berat. Dampak diperkirakan berlangsung selama 2 (dua) bulan. Jumlah orang yang
terkena dampak lebih kecil dan dampak negatif dari kegiatan ini dapat dikategorikan
sedang dan penting.
BAB VI
EVALUASI DAMPAK PENTING
Evaluasi dampak penting merupakan pendalaman materi dari prakiraan dampak, sehingga
dalam evaluasi akan difokuskan pada pengkajian dampak penting saja, baik negatif maupun
positif. Kajian dampak penting ini dimaksudkan untuk menerusi hingga ke akhir sebab akibat
dengan cara mengkaitkan dampak penting antar komponen lingkungan dan tahapan kegiatan
pembangunnan TPA. Dengan demikian akan tergambarkan kaitan dampak penting antara
komponen lingkungan dan tahapan kegiatan TPA yang akan dipakai sebagai dasar penyusunan
rencana pengolahan lingkungan (RKL ).
7.1 TELAAN TERHADAP DAMPAK PENTING
Dari kajian perkiraan dampak yang telah dilakukan pada BAB VI, Kegiatan TPA
Bagendung diperkirakan akan menimbulkan berbagai jenis dampak penting terhadap lingkungan
65
fisik kimia, biologi dan sosial ekonomi budaya. Dampak penting tersebut pada prinsipnya
dikelompokkan sebagai dampak negative dan dampak positif.
Dampak negative penting tersebut adalah:
1. Peningkatan emisi gas buang seperti H2S, CH4 sisa dan metan, serta peningkatan
konsentrasi debu dan tingkat kebisingan.
2.
66
penting.
C. Geologi
Kestabialn lereng kegiatan pematangan lahan berupa pengurugan dan pengalian yang
menimbulkan dampak terhadap kestabilan lereng. pematangan lahan meliputi pengurugan
dan pemadatan serta penimbunan tanah bertujuan untuk mendapatkan lahan yang sesuai
dengan peruntukan dengan kemiringan yang memadai dan aman. pembentukan sel sel
67
dengan cara pengalian dan pengurugan lubang sesuai dengan dimensi desain sel. kondisi
kestabilahan lahan dan kemiringan lereng didnding sel yang menurunkan sejalan dengan
kegiatan pembangunan fisik saranan utama ( sel timbulan ). beban timbulan akan dapat
mendukung secepat penurunan kestabilan lereng.
sehingga dalam pelaksanaan pembangunan perlu diperhatiakan kestabilan lereng serta
perencanaan yang matang sesuai dengan kerekteristik stabilitas lereng setempat. ditinjau
dari kegiatan pengurugan dan pemadatan tanah pada area yang akan dijadikan jalan
kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan kepadatan yang diisyaratkan maka
diperkirakan dampak positif penting. Hal ini diperkirakan meningkatkan daya dukung
tanah serta mempengaruat tanah horizontal.
68
69
Berdasarkan hasil prakiraan dampak penting terhadap kualitas air tanah, ada beberapa
kegiatan terutama pada saat kegiatan operasional dari TPA dan pasca oprasi yang akan
menimbulkan gangguan terhadap kualitas air tanah.Kegiatan yang dilakukan pada saat
pengoperasian TPA yang di prakirakan akan menimbulkan tercemarnya kondisi air tanah
oleh rembesan dari lindi yang dihasilkan dari timbulan sampah yang masuk ke TPA,
sedangakan pada tahap pasca operasi ditinjau dari pergerakan pencemaran pada kondisi
normal tanpa perlakuan rekayasa teknis dapat diperkirakan sejauh mana dan seberapa lama
pencemaran akan terjadi. Dasar prakiraan diperhitungkan atas kondisi litologi daerah
proyek dan sekitarnya, kondisi permeabilitas tanah dan batuan, arah aliran dan tinggi muka
air tanah.Berdasarkan prakiraan-prakiraan diatas maka hal tersebut dikategorikan dampak
besar dan negatif penting
70
71