Anda di halaman 1dari 21

Ekosistem Terumbu Karang Di Teluk Tomini

Siti Fatimah (08161078)

Salah satu ekosistem laut yang terbentuk dari biota penghasil kapur khususnya jenis-
jenis karang batu dan alga berkapur adalah terumbu karang. Ekosistem ini hidup bersama
dengan biota lain yang hidup di dasar laut. Terumbu karang merupakan ekosistem yang
dinamis dengan kekayaan biodiversitasnya serta produktivitas tinggi sehingga terumbu
karang memiliki peran yang sangat penting di lautan. Secara ekologis, terumbu karang
sebuah tempat organisme hewan ataupun tumbuhan yang mencari makan dan tempat
berlindung. Tetapi secara fisik dapat didefinisikan bahwa terumbu karang dapat menjadi
pelindung pantai serta kehidupan ekosistem perairan dangkal dari abrasi laut (Suryanti, 2011).
Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki garis pantai dengan
panjang 81.000 km serta ekosistem terumbu karang yang kurang lebih seluas 50.000 km 2.
Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki berbagai macam potensi kekayaan sumber daya
terutama dari kelautan. Salah satu lokasi yang memiliki kekayaan laut berupa terumbu karang
di Indonesia adalah Teluk Tomini. Menurut data Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan bahwa teluk tomini merupakan salah satu teluk
terbesar di Indonesia dengan luas kurang lebih 6 juta hektar. Aset sumberdaya pesisir dan
laut yang terletak di Teluk Tomini merupakan bagian dari segitiga terumbu karang dunia (Coral
Triangle) dan Taman Nasional Laut Kepulauan Togean yang dikenal sebagai The Heart of
Coral Triangle.
Teluk Tomini merupakan perairan laut terbesar yang dilewati oleh garis khatulistiwa
serta tergolong ke dalam perairan semi tertutup (semi enclosed). Terletak pada koordinat
1º15' lintang utara hingga 1º23' lintang selatan dan 120º15' hingga 125º15' bujur timur. Di
bagian tengah pada koordinat 0º8'21'' – 0º45'12'' lintang selatan dan 121º33'21'' - 122º23'36''
bujur timur. Teluk Tomini memiliki luas wilayah sekitar 59.500 km 2 yang secara administratif
berbatasan langsung dengan tiga provinsi di Pulau Sulawesi yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah dan Gorontalo. Kawasan ini mempunyai 14 kabupaten / kota serta 23 muara daerah
aliran sungai (DAS). Di tengah Teluk Tomini terdapat 56 rangkaian pulau – pulau yang dikenal
dengan Kepulauan Togean yang memiliki panjang hingga 90 km. Terdapat 6 pulau yang
tergolong sebagai pulau besar di wilayah ini yaitu terdiri dari Pulau Togean, Una – Una,
Batulada, Talatakoh, Waleakodi, dan Waleabahi serta selebihnya merupakan pulau – pulau
kecil. Terdapat banyak pulau – pulau kecil yang menjadi kawasan wisata karena
keindahannya sehingga banyak dikunjungi oleh para wisatawan baik penduduk lokal maupun
internasional.
Kepulauan Togean di Teluk Tomini menyimpan kekayaan hayati bawah laut yang
sangat banyak. Tercatat ada 4 tipe terumbu karang yang ada di wilayah perairan ini yaitu
Karang Cincin (Atol), Karang Tompoh (Patch Reef), Karang Tepi (Fringing Reef) serta Karang
Penghalang (Barrier Reef). Sekitar 262 spesies terumbu karang dari 19 famili tersebar di
perairan ini yang menjadi spesies endemik Kepulauan Togean seperti Chromis spp,
Abudefduf spp, Neoglyphidodon spp, Plectroglyphidodon spp, Pomacentrus spp dan
Stegastes spp. Berikut kondisi terumbu karang yang ada di Teluk Tomini.

Gambar 1 Terumbu Karang Teluk Tomini


Sumber : http://www.gocelebes.com/

Terumbu karang yang berada di Teluk Tomini dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan laut yaitu suhu permukaan laut. Pada umumnya suhu permukaan di Teluk Tomini
berkisar antara 27,5º–31,5ºC. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa suhu
permukaan laut yang ada di Teluk Tomini termasuk kategori yang stabil karena umumnya
suhu normal untuk pertumbuhan biota laut berada pada 28º–38ºC. Selain itu adanya faktor
lingkungan dari aspek kejernihan air juga dapat mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang.
Adanya aktivitas rumah tangga seperti hotel, restoran dan permukiman dapat menyebabkan
terjadi pencemaran laut. Kegiatan tersebut menghasilkan limbah domestik berupa detergen,
sampah, plastik dan lainnya yang dapat mempengaruhi kondisi terumbu karang di Teluk
Tomini. Penumpukan limbah dapat membuat kondisi perairan Teluk Tomini menjadi tidak
jernih dan akan berdampak secara langsung bagi ekosistem terumbu karang yang ada. Hal
ini dikarenakan terumbu karang memerlukan air laut yang bersih dari kotoran untuk hidup dan
membersihkan diri. Jika perairan kotor maka akan menghalangi cahaya bagi hewan kecil yang
berpengaruh dalam pembentukkan terumbu karang. Oleh karena itu kejernihan air laut
memiliki pengaruh yang besar dalam tumbuhnya ekosisitem terumbu karang. Terdapat pula
faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap terumbu karang yaitu salinitas. Tingkat salinitas
di Teluk Tomini berkisar antara 33,5–35,3 psu (practical salinity unit). Kawasan ini memiliki
salinitas minimum berkisar antara 33,6–33,8 psu yang mendominasi perairan sekitar ujung
teluk sebelah barat serta salinitas maksimum sekitar 34,15–34,5 psu yang dapat ditemukan
di perairan sebelah utara Kabupaten Banggai. Salinitas yang maksimum memberikan
penjelasan bahwa adanya indikasi penaikan massa air dalam menuju ke permukaan
(upwelling) di lahan yang memiliki nutrien besar serta ditandai dari tingginya kandungan
klorofil-a yang berfungsi sebagai indikator kesuburan perairan. Jika air laut tercemar karena
adanya konsentrasi bahan kimia yang terlarut dalam air maka dapat menyebabkan kadar
salinitas air laut menjadi berubah dan dapat mengakibatkan kematian pada ekosistem
terumbu karang.
Aktivitas masyarakat yang ada di sekitar kawasan Teluk Tomini yang bermacam-macam
dapat memberikan pengaruh bagi terumbu karang yang ada. Dikutip dari Ekuatorial tahun
2015 bahwa setiap hari para nelayan menggunakan alat tangkap ikan yang merusak
lingkungan laut seperti pengeboman. Hal tersebut mampu memproduksi rata – rata 70
kilogram ikan per-trip serta nelayan yang menggunaan pukat dan kompresor sebagai alat
bantu dapat menghasilkan rata – rata 200 kilogram per-tripnya. Kondisi seperti ini akan
membuat jumlah ekosistem terumbu karang terutama di Teluk Tomini menjadi berkurang dan
dapat menyebabkan kelangkaan. Seperti yang diketahui bahwa terumbu karang sebagai
tempat tinggal biota laut bagi hewan kecil yang menjadi sumber makanan untuk ikan – ikan
besar. Jika ekosistem terumbu karang rusak maka akan mengganggu jaringan makanan di
laut sehingga mempengaruhi populasi ikan yang ada. Terganggunya ekosistem terumbu
karang tersebut dapat juga membuat para nelayan mengalami penyusutan hasil tangkapan
ikan yang mana hal tersebut merupakan sumber penghasilan utama mereka. Selain itu di
Teluk Tomini terdapat jenis terumbu karang untuk melindungi pantai yaitu terumbu karang tepi
dan penghalang yang berfungsi dalam memecah gelombang laut yang alami. Jika jumlah
terumbu karang semakin sedikit maka tidak ada yang melindungi pantai dari erosi, banjir
pantai dan perusakan lainnya yang disebabkan oleh fenomena air laut.
Melihat kondisi seperti itu maka perlu adanya upaya–upaya yang nyata dalam
menyelamatkan terumbu karang baik dari pemerintah maupun masyarakat sehingga
ekosistem terumbu karang dapat terjaga kelestariannya. Adapun upaya yang dilakukan untuk
meminimalisirkan dampak tersebut (1) melakukan penegakkan hukum yang tegas bagi
siapapun yang merusak bahkan memusnakan ekosistem terumbu karang. Hal tersebut
sebagai upaya preventif dalam mengatasi jumlah ekosistem terumbu karang yang semakin
berkurang. Salah satunya yaitu dengan memasang papan informasi mengenai peraturan
terkait ekosistem pesisir. (2) Program pemberdayaan masyarakat yang peduli ekosistem
pesisir terutama terumbu karang dengan melakukan sosialisasi terkait pentingnya menjaga
ekosistem pesisir yang berkelanjutan sehingga dapat tidak hanya dapat dimanfaatkan di masa
sekarang tetapi juga di waktu mendatang. (3) Pemanfaatan sumberdaya alam yang
berwawasan lingkungan dengan memanfaatkan sumberdaya pesisir lokal dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat tanpa merusak lingkungan sehingga antara
kesejahteraan ekonomi dan kondisi lingkungan pesisir dapat tetap terjaga. 4) Melibatkan
masyarakat dalam rehabilitasi dan pengelolaan pesisir yang ada di kawasan tersebut
sehingga masyarakat memiliki pemikiran bahwa keberadaan mereka sangat penting dalam
pelestarian ekosistem terumbu karang. Oleh karena itu diharapkan masyarakat dapat
berperan serta dalam mendukung keberlanjutan lingkungan pesisir di Teluk Tomini. Upaya
yang dilakukan tersebut tidak akan berjalan secara optimal jika tidak adanya kerjasama antar
pihak – pihak yang ada karena mencegah kerusakan terumbu karang lebih baik daripada
memperbaiki kerusakannya kerana terumbu karang memerlukan waktu yang sangat lama
untuk kembali ke semula.
DAFTAR PUSTAKA

Suryanti, Supriharyono, Willy Indrawan. 2011. Kondisi Terumbu Karang Dengan Indikator Ikan
Chaetodontidae di Pulau Sambangan Kepulauan Karimun Jawa, Jepara, Jawa
Tengah. Buletin Oseanografi Marina.

Suwarso, Herlisman, Wudianto. 2005. Karateristik Fisik Massa Air Perairan Teluk Tomini.
Pusat Perikanan Laut : Jakarta.

Suwarso, B.Sadhotomo, Wudianto. 2007. Perkembangan Perikanan Pelagis Kecil di Teluk


Tomini : Suatu Pendekatan ke Arah Managemen yang Bertanggunjawab. Pusat
Perikanan Laut : Jakarta.

Amazing Indonesia. (n.d). The Coral Triangle Kepulauan Togean. Diperoleh dari Go Celebes
website : http://www.gocelebes.com/kepulauan-togean/

Direktorat Jendral Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan. (n.d). Data
Kawasan Konservasi. Diperoleh dari Konservasi dan Keanekaragaman Hayati
website:http://www.kkji.kp3k.kkp.go.id/index.php/basisdata-kawasan-
konservasi/details/1/97

Fattah, Hasdy. (2014). Teluk Tomini Satu Diantara Teluk Terbesar di Indonesia. Diperoleh
dari Berita Utama Totabuan.co
website:http://totabuan.co/2014/02/teluk-tomini-satu-diantara-teluk-terbesar-di-
indonesia/

Paino, Christopel. (2015). 3000 Orang di Lemito Terancam Kalau Terumbu Karang Teluk
Tomini Rusak. Diperoleh dari Ekuatorial ; Environmental News Syndication
website:https://www.ekuatorial.com/id/2015/04/lives-of-3000-people-of-lemito-
threatened-due-to-declining-coral-reefs-in-tomini-bay/#!/story=post-10642&loc=-
0.597500000000001,121.09472199999996,7

Ppesumapapua. (n.d). Mengenal Teluk Tomini. Diperoleh dari Pusat Pengelolaan Ekoregion
SumaPapua
website:http://ppesumapapua.menlh.go.id/index.php?option=com_content&view=arti
cle&id=55&Itemid=111

Artikel telah dipublikasikan pada tanggal 20 Maret 2018 pukul 14 : 45 WITA


website : https://sitifatimahsf97.blogspot.co.id/
Jumel Penelitim Peikanan lndonesia VoL11 No.6 Tahun 2005

KARAKTERISTIK FISIK MASSA AIR PERAIRAN TELUK TOMINI

Suwarso'), Herllrmanl, dan Wudianto')

ABSTRAK

Teluk Tomini adalah p€rairan laut dalam dan bersifat sEmi tertlltup, msmiliki sumber daya ikan cukup
besar yang dikelola oleh beberapa wilayeh. Kajian tontang profil fisik massa air (suhu dan salinitas) Teluk
Tomini yang didasarkan pada hasil pengukuran i, s,lu pada musim timur dis6luruh p€rsiran (habitat pelagis)
melalui transek sec{a sistimatik paralel pade beberape €irate kodalaman ini diharapkan depat msmbori
keterangan tentang dinamike sumber daya bessrta sifat biologinya. Pada musim timur, suhu prrmukaan
terlihat lebih dingin di sebelah timur dan semakin hangat k6 arah barat; mssa air borsuhu dingin ini mcmiliki
salinitas yang lebih tinggi. S€cara umum, ada indikasi mGuknya massa af dari Laut Maluku, tsrutame di
kedalaman >75 m, yang menimbulkan terjadinya stratifikGi massa air di dalam teluk, baik sscare vcrtikal
maupun horisontal, dan membentuk suatu sis16m perputaran m6sa air yang khas didalam teluk. Hasil kajian
pada habitet karang di eekitar Kepulauan logian berdasarkan pada hasil pengukuran secara ln s,lu pade
musim barat juga dibahas.

AAS'RACr; Physycal proflles ol lrro watsr ol Tomlnl ary, By: Suv's, H* r,''an, eN
Wuddrto '',asaesa

The Tomini Bay is a semi enclosed oceanic waters with havethe high fish produdion whid| is managed by
some district around it. The study on the prysical Nofilcs of water masses was in Tomini Bay based on the in
sttu measuremerl ol the temperatures aN saliw at easl season in the whole areas (the peladc habitats)
through the sistematically parallel transed according to the dedh. This suppsed to examine the dynamics ot
the resource together with the biological charadeistic. On the east seasoA lhe lower temryrdures of the
surlace occured in the eastem patt of the bay (moLnh) afl thm those were tigher in the wegem paft; these
colder water masses are following by the higher salinity. Genera y, the sign d the entry water mass seems to
be comitB from Mollucca Sea, padicdaiy in the >75 m &pth, which built lhe water masses stratiftcatjql
within the bay, either vetlically than hoizontaly. and fom a specific water mass system of the bay. Study on
the physycal profiles of water mass around rock habitdts of Togian lslands was based on the in situ
measurement in west season M/as also dlscussed.

KEYWORDS: physlcdl oc€arcgraphy, te'nop.ta/rure salinw, curr€'j', Tomini Bay, Togian lsla/',(k

PENDAHULUAN antara perairan di dalam teluk dengan perairan di


sekitarnya.
Teluk Tomini adalah salah satu teluk terbesar di
Indonesia luasnya sekttar 59.500 km2. Secara Dalam tulisan Ini diuraikan kajian oseanografi yang
administratif, mencakup 3 propinsi dan 7 kabupaten melibatkan karaKer fisik massa air teluk pada habitat
atau kota dan terletak dalam kesatuan wilayah pelagis yang didasarkan pada hasil pengukuran
pengelolaan perikanan Teluk Tomini, Laut Maluku, secara ,n s,tu pada musim timur tahun 2003, serta
dan Laut Seram. Perairan ini memitiki sumber daya pada habitat karang yang didasarkan pada hasil
rkan yang cukup besar, potensi sumber daya ikan pengukuran secara ln situ pada musim barat tahun
pelagis diperkirakan 486.000 ton per th (83olo), di 2004. Hasil kajian diharapkan dapat memberi
mana sebagian besar (80%) di antaranya berupa ikan keterangan tentang dinamika sumber daya ikan, sifat
pelagis kecil (Anonymous, 2001); di pihak lain, potensi biologi, migrasi, agregasi, pemijahan dan tingkah laku
sumber daya ikan demersal (sebagian besar berupa lainnya dari gerombolan ikan serta tingkatan-tingkatan
ikan karang) diperkirakan 96.000 ton per th atau tropik (troplc /eyel) pendukungnya yang secara
sekitar '16%. Gugusan sekitar 56 pulau karang keseluruhan merupakan informasi p€nting bagi
(Kepulauan Togian) terhampar di dalam kawasan pengelolaan perikanan. Di samping itu hasil kajian
teluk yang merupakan lingkungan terumbu karang .luga dapat bermanfaat bagi studi fr'sherles
dengan kekayaan biodiversitas yang tinggi termasuk oceanography selanjutnya (Laevastu & Hela, 1970).
berbagai jenis ikan karang; luas kawasan Kepulauan
Togian sekitar 755,4 km'.
BAHAN DAN METODE
Perairan Teluk Tomini adalah laut dalam (oseanik)
dengan kedalaman rata-rata >1.500 m, berbentuk Lahan Studi
sebagai corong yang terbuka ke arah timur dan
berhubungan langsung dengan Laut Maluku, Teluk Teluk Tomini terletak pada koordinat 120.15'
Tolo, dan Laut Sulawesi. Kondisi geografis demikian sampai dengan 125'15' Bujur Timur dan 1'15' Lintang
memberi konsekuensi terjadinya sirkulasi massa air di Utara sampai dengan 1"23' Lintang Selatan (cambar
Pehelitipada Balai Ris6t P€rikanan Laut, JaKana

17
Suwarso. Heiisman. dan Wudianto

1). Di bagian tengah perairan, pada kordinat 0"8'21" l\,4aret sampar dengan lvlei) dan peralihan timur ke
sampai dengan 0"45'12" Lintang Selatan dan barat (bulan September sampai dengan Nopember)
121'33'21" sampai dengan 122'23'36' Bujur Timur, tinggi gelombang dapat mencapai 1,5 m. Selain itu,
terhampar gugusan dari 56 pulau yang termasuk dapat dijumpai gelombang ekstrim yang dapat terjadi
Kepulauan Togian. Dasar teluk terdiri atas 2 pada akhir bulan Maret (2 sampai dengan 5,5 m),
cekungan geologi (cekungan Tomini dan cekungan awal bulan Juni i2 sampai dengan 3 m), awal bulan
Gorontalo) yang terbentuk akibat perekahan dan Agustus (1 sampai dengan 3 m), awal bdan
rotasi neogen dari Lengan Utara pada sekitar 5 lvla September (2 sampai dengan 6 m), dan awal bulan
(Hamilton, 1979, Walpersdorf et a/., '1997). Di tepi Oktober (2 sampai dengan 3 m) (Burhanuddin et a/.,
barat cekungan dibatasi oleh sesal aktif Pulau Koro, 2004).
di bagian timurnya dibatasi oleh sesar geser Pengambilan Contoh dan Pengukuran
corontalo (Katili et a/., 1973 /n Burhanuddin et al,
2004), sedangkan di bagian tengah ke-2 cekungan Pengambilan contoh dilaksanakan melalui survei
muncul gunung api (Gunung Colo) yang aktif di Pulau laut bersama dengan survei akustik; untuk habitat
Una-una (Kepulauan Togian). Dalam pandangan pelagis dengan menerapkan cruise berpola sistematik
vertikal, profil cekungan berbentuk miring ke arah paralel (Gambar 24) sehingga diharapkan dapat
timur, di sebelah barat kedalamannya sekitar 2.000 m mewakili keseluruhan daerah penelitian, sedangkan
dan di sebelah timur (daerah sekitar mulut teluk) untuk habitat karang dilakukan secara zig-zag pada
kedalamannya mencapai 4.000 m. Peta batimetri lahan karang di sekitar Kepulauan Togian sampai
Teluk Tomini disajikan pada Gambar 1 .
dengan kedalaman 200 m (Gambar 28). Survei laut di
habitat pelagis dilaksanakan pada bulan Juli atau
Daerah sekitar Teluk Tomini memiliki bulan basah Agustus 2003 (musim timur) dengan menggunakan
selama 7 sampai dengan I bulan dengan bulan kering KM. Malalugis (91 GT); sedangkan survei di habitat
selama 3 bulan Curah hujan tidak merata dan karang dilaksanakan pada bulan Desember 2004
berfluKuasi setiap bulan. Curah hujan yang tinggi (musim barat) dengan menggunakan kapal nelayan
pada umumnya terjadi antara bulan April sampal KM. cahaya Una-una (7 GT).
dengan Juli dan OKober sampai dengan Nopember,
curah hujan rendah ter.iadi pada bulan September dan Parameter fisik perairan (suhu dan salinitas) diukur
bulan Desember sampai dengan Januari. Suhu udara dengan menggunakan Current Meter Valeport plus
berkisar antara 29,4 sampai dengan 30oc Tinggl CTD Seri 108/308, masing-masing pada 35 stasiun
gelombang bervariasi menurut musim, pada contoh di perairan Teluk Tomini (habitat pelagis) dan
umumnya antara 1 sampai dengan 2 m dengan tinggi 15 stasiun contoh di
sekitar Kepulauan Togian
gelombang maksimum (2 m) terjadi pada musim timur (habitat karang). Pengukuran dilakukan pada
(bulan Juni sampai dengan Agustus), sedangkan beberapa kedalaman standar sebagai berikut 5 m, 25
pada musim barat (bulan Desember sampai dengan m, 50 m, 75 m, 100 m, 150 m,200 m, 250 m, dan 300
Pebruari), musim peralihan barat ke timur (bulan m.

GambalL Peta lokasi dan bathimetry Teluk Tominl


Sumber: Burhanuddin ef r/., 2004
Figure 1 . Map and the bathymetry of Tomini Bay.
source: Euhanuddin et al., 2004

18
Jumal Penelitian Peikanan lndonesia Vol.11 No.6 fahun 2005

1t ' Gorcntalo
'
:, l9: s i

SULAWESI

1z
'-1
I

'":,);. ,;,t* - ,tirc- ;;*

Gambar 2. Peta lokasi dan stasiun oseanografi pada habitat pelagis di reluk romini (bulan Juli sampai
dengan Ag-ustus 2003, A) dan pada habitat karang di sekitar Keputauan Togian (buian
Desember 2004, B).
Figure 2. Location and oceanographic station on the petagic habitats of romini Bay (Juty/August 2003, A)
and at rock habitats of around Togian lsland (December 2OO4).

Analisis Data tercampur (mixed layer) suhu (lapisan homogen suhu)


pada musim timur pada umumnya berada sampai
Data oseanografi digambarkan dalam b€ntuk dengan kedalaman 50 m, kecuali pada beberaoa
sebaran menegak (vertikal), mendatar (horisontal), lokasi, stasiun 3, 5, dan 25, lapisan ini sampai dengan
dan melintang. ya u untuk mempelajan tipe-tipe kedalaman 75 m. Meski secara umum lapi;an
massa air yang ada dan pola sebarannya di daerah homogen. salinitas juga sama (cambar 4), namun
penelitian. Visualisasi dilaksanakan dengan bantuan pada kondisi tertentu tidak terlihat lapisan tercamour
software Excel dan Surfer (versi 8). Interpretasi untuk salrnrtas dengan gradten saltnitas yang tajam. pola Ini
mencirikan karakteristik perairan dilakukan terlihat di stasiun 22 dan 23 (transek 1), stasiun 19,
berdasarkan pada tipe-tipe massa air khusus yang 20, dan 25 (transek 3) serta semua stasiun di transek
umum dikenal. 4. Gambaran tersebut di atas juga ditegaskan pada
sebaran meliniang suhu dan salinitas seperti pada
Gambar 7 dan 8.
HASIL DAN BAHASAN
Di bawah lapisan lercampur terdapat lapisan
KaraKeristik Lapisan Massa Air termoklin yang pada umumnya dttemukan mulai
kedalaman 50 sampai dengan 150 m, kecuali pada 3
Hasil pengukuran pada bulan Juli atau Aoustus lokasi tersebut di atas (stasiun 3, 5, dan 25) flihat
2003 (musim trmur) menunjukkan suhu permukaan Gambar 7 dan 8). Lebih dalamnya lapisan homogen
berkisar antara 27,5 sampai dengan 31,5.C, salinitas
antara 33,3 sampai dengan 35,3 psu (practical saliniy
di 3 stasiun tersebut diduga ditimbulkan oleh
percampuran massa air yang disebabkan oleh angin
unit\. Dalam transek vetikat (Gambar 3) lapisan sehrngga mendorong lapisan mixed layer lebth ke

19
Suwffso, Heiisman, dan Wudianto

10.00
ol- 0

*l 25

*l 50

^1
trl 100

12s l Eo<
F r50 I E 150
!
,^] p 175
Y Y
,oo .l 2@

,".1 225
-'{ 7
250 Ij zfi
275

;L 300

Transek 1 Transek 2

Suhu ("C,1
20.m 25.00
0r- 0
I
25i 25
l
s0l 50
l
75)
I
100 i 100
l
E *t
.,. ]
E 150 l E 15O
1
s
175 I p 175
I
2oo I 2@
I
7

--tI
250 I 250
I
275l 275

3oo
lr
ta 3m

Transek 3 Transek 4

Gambar 3. Sebaran vertikal suhu di perairan Teluk Tomini pada bulan Juli atau Agustus 2003 (musim
timur).
(Ket€rahgan: Transek 1 dan 2: sebelah utara; Trans€k 3 dan 4: sebelah selatan)
Figure 3. Vettical itrsfibution of temperature in Tomini Bay on July or August 20OS (east season).
(Reme/(s: Trnat 1-2: nofhem pad; Transect 94: so!nhern pef)

20
Juma! Penelitian Peikanan lndonesia Vol.11 No.6 Tdhun 2005

33 50
or 0

5i 25
1
uol 50
I
7sI
I
loo l loo
I
125 125
]
150
I 150
I
175
I 175
1
200
I 200
I
225 225
1
2so l
't 250

2751 275
i
3oo I- 300

Transek 1 Transek 2

satinitas (/oo) Salinlhs f/@,)


33.50 34.00 u.$ 35.00 34.00 34.50 35.@
'o 0

25 25

50 50

75 75

100 1m

125 125

150 r50

175 t 175

200 200

225 225

250 250

275 275

300 300

Transek 3 Transek 4

Gambar 4. sebaran menegak salinitas di perairan Teluk romini pada bulan Juli atau Agustus 2oo3 (musim
timur)
(Keterangan: Tfahsek 1 dan 2: sebelah utara; Transek 3 dan 4: sebelah selatan)
Figure 4. V_ettical clistribution af salinity in Tomini Bay on Juty or August 2OO3 (easf seasor).
(Remerks: T'sns€ct 1-2: nortlrem p.rt; T.€nsect J4: southdn paft)

2'l
Suwarso. Hedisman dan Wudianto

bawah (75 m). Penurunan yang cepat dari suhu di di perairan sebelah utara Kabupaten Banggar
lapisan termoklin juga seiring dengan penrbahan sedangkan saliniias mrnrmum sekitar 33 6 sampai
salinitas di lapisan haloklin (lihat Gambar 4). dengan 33,8 psu (warna biru) mendominas! perarran
sekitar uJung teluk sebeah barat Meskipun suhu
Gambar 5 memDerlrhatkan oola sebaran mendaiar relatif sama, massa air permukaan dengan salinrtas
suhu di lapisan permukaan (0 sampai dengan 25 m) lebih tinggi (34,15 psu) terlihat dr sekrtar Te uk Poso
Secara umum, terlihat suatu gradien suhu permukaan dan sebelah selatan l\4arisa Di kedalaman 25 m jnga
yang semakin hangat dari timur (sekitar mulut teluk) nampak massa air dengan salinrtas ieblh iinggr
ke arah barat (ujung teluk). lvlasa air permukaan (>34.50 psu) tersebar lebih meluas hampir di
dengan suhu minimum (26,8 sampai dengan 27'C) sepanlang pantai utara Sulawesi Tengah, yartu dari
mendominasi perairan sekitar mulut teluk, tetapi di Parigi sampal dengan Banggai
kedalaman 25 m massa air bersuhu minirnum (27,4
sampar dengan 27,6'C) juga dominan di pantat utara Karakteristik suhu rendah salinitas trnggr dl
Pagimana Pola perubahan suhu permukaan perairan sekitar mulut teluk utara Banggal
demikian luga terjadi pada waKu-waktu lainnya memberikan penjelasan adanya indikasi penaikan
seperti ditunjukkan oleh data citra satelit (Amri ef a/., massa air dalam ke permukaan (upwe ing) dt lahan
2005; pada terbitan ini), selain itu, data citra satelit ini yang kaya nutrien serta ditandai oleh tingginya
luga memperlihatkan suhu permukaan laut pada kandungan klorofil-a (rndikator kesuburan perairan)
bulan Aprii sampai dengan Juni dan bulan Oktober seperti ditunjukkan oleh data citra satelit (Amr et a/
sampai dengan Desember cenderung lebih tinggi, 2005, pada terbitan ini). Menurut data citra satelit,
suhu tertinggi tercapai pada bulan Nopember sampai musim timur (bulan Juli atau Agustus) diduga
dengan Desember (musim barat), sebaiiknya merupakan puncak kesuburan perarran (puncak
penurunan suhu permukaan mulaj terjadi pada bulan upwelling) di daerah ini. Hasil kajian tentang seh,aran
Juli dan mencapai suhu terendah pada bulan kelimpahan plankton (fitoplankton dan zoopianKon)
September. dan ikhtioplankton mempertegas dugaan tersebut
Konsentrasi kepadatan planKon dan ikhtroplankton
Gradien salinitas daiam arah yang sama (timur terutama tersebar di perairan sekitar muut teluk
sampai dengan barat) juga tedihat di lapisan (Awwaludin et a/., 2005. pada terbitan ini. Taufik et al
,

permukaan (0 sampai dengan 25 m) sepeftl terlihat 2005, pada terbitan ini). Belum diketahui secara jelas
pada Gambar 6 Salinitas maksrmum sekitar 34,15 faktorjaldor yang memicu timbulnya proses upwelling
sampai dengan 34,50 psu (warna merah) ditemukan di perairan ini Tiupan angin kencang secara terus-

''l

t,5d. _

Gambar 5 Sebaran mendatar suhu permukaan pada bulan Juli atau Agustus 2003 di Teluk Tomini
Figure 5 Spatial distnbution ot the suiace temperatures on July or August 2003 in Tomini Bay.

zz
Jurnal Penelitian Peikanan lndonesia Vol.11 No.6Tahun 20Os

Gambar6 Sebaran mendatar salinitas permukaan pada bulan Juli atau Agustus 2OO3 (musim timur) di
Teluk Tomini.
Figure 6. spatid distibution ofthe suiace salinity on Jury or August 2oo3 reast season) n Tomini Bav.
menerus, kondisi geografi dan pola arus permukaan sebelah utara (transek 1 dan 2) dibandingkan dengan
diduga berperan dalam proses tersebut (coasta/ di sebelah selatan (transek 3 dan 4) seperti terlihat
upwe ingl. pada sebaran melintang salinitas pada Gambar 8. Hal
ini, dlperkirakan selain pengaruh musim (angin muson
Pada kedalaman 100 m. pola sebaran mendatar timur atau tenggara) dan pasang surut, terlihat
suhu nampak lebih kompleks. Massa air bersuhu lebih indikasi adanya dorongan massa air dari lapisan yang
rendah dominan di seluruh perairan terutama di lebih dalam ke arah permukaan di mana massa ajr ini
sebelah utara Pagimana dan u.jung teluk bersuhu memiliki salinitas lebih tinggi dan suhu rendah.
minimum 21,0 sampai dengan 21,6.C, kecuali di lvlenurut Wyrtki (1 1) dinamika massa air permukaan
perarran sebelah selatan Marisa lebih hangat (suhu (sampai dengan kedalaman 50 m) selain dipengaruhi
malGimum 23,2"C). Di kedataman 2OO sampai oleh angin muson dan arus permukaan, pasang surut
dengan 300 m garis isoterm tampak lebih teratur lagi. bertipe campuran semidiurnal (mixed tide prevaiting
l\4assa air bersuhu tebih tinggi tampak tersebar di semi diurnal\ juga sahgat menentukan. Berdasarkan
mulut teluk, sedangkan di dalam teluk massa air pada oritide global tide model, pasang tertinggi di
bersuhu rendah lebih dominan kecuali di pantai mulut teluk mencapai +2,5 m dan surut terendah -2,64
sebelah s€latan. Kompleksitas garis isohalin juga m (Burhanuddin et al.,2OO4).
terlihat pada sebaran mendatar salinitas di kedalaman
'100 m, salinitas lebih tinggi terlihat di sebetah utara
Stratifikasi massa air juga terlihat di lapisan yang
Banggai, Teluk Poso, dan di ujung teluk. Di ' lebih dalam, di sekitar mulut teluk sampai dengan
kedalaman 200 sampai dengan 300 m, salinitas perairan di ujung teluk sebelah barat (Gambar 7 dan
maksimum (>35 psu) tersebar di seb€lah utara 8). Di sekitar mulut teluk strafikasi tedadi akibat aljran
Banggai dan di ujung teluk. Sebaran mendalar suhu massa air dari luar teluk (Laut Maluku) yang memiliki
dan salinitas di lapisan termoklin dan di lapisan salinitas lebih tinggi dan suhu lebih rendah. Menurut
kedalaman disajikan pada Lampiran 1 dan 2. Wyrtki (1961) massa air ini berasal dari Samudera
Pasifik mengalir melalui Laut Seram dan
Stratifikasi Massa Air dan Lapisan Gumbar (Core mendominasi massa air Laut Maluku. pada musim
laye/.sl tlmur, sebagian massa air tersebut mendesak masuk
ke dalam Teluk Tomini. pola arus permukaan
Pada musim timur di lapisan Dermukaan (Lampiran 3) mempertegas hal tersebut, pada musim
drperkirakan terJadi strahfikasi massa air dalam bentuk rmur arus mengalir dari arah tenggara, di tengah
pengadukan yang nampak lebih dominan di perairan mulut teluk arus bercabang 2, cabang ke-1 masuk

z5
Suwdso. Hedisman. dan Wudianto

Stas,iu, Slas,un
26 27 30 31
0-

Gambar 7. Sebaran melirtang suhu dalam arah barat sampai dengan timur pada bulan Juli atau Agustsus
2003 di Teluk Tomini.
Figue 7. Tqtperdure distibution of west to east section on July or August 2003 in Tomini Bay.

24
Jumal Penelitian Penkanan lndonesia Vol 11 Na 6 Tahun 2AA5

352 35.2

351 35.1
-
s a:a 34 9
u.9
34.4 E

346
345

343
34.2
341
34
33.9

33.4

33.7

353 35.3
35.2
:-
352
351
E 351
i:: 35
35
E 349
34.8

34.6
u5

343
342

339
338
337

Gambar 8. Sebaran melintang salinitas dalam arah barat sampai dengan timur pada bulan Juli AIAU
Agustsus 2003 di Teluk Tomtni.
Figure 8 Salinity distribution of wesf lo easf section on July or August 2OO3 in Tomini Bay
Suwarso, Heiisman, dan Wudianto

teluk, sedangkan cabang lainnya ke utara atau timur timur aliran massa air di perairan sebelah timur
laut. Di ujung teluk sebelah barat selain altran massa Sulawesi sangat dipengaruhi oleh arus massa air
air dari bawah nampak seolah-olah ada pembalikan dalam (nofthern lower watdr), kedalaman 150 m, yang
massa air salinitas tinggi karena membentur daratan berasal dari Samudera Pasifik. Di sebelah utara
dan mendorong ke timur di kedalaman 75 m dan ke Sulawesi arus bercabang 2, cabang ke-1 ke barat
atas di kedalaman 25 m Hal ini, yang kemungkinan arah Selat Liakasar, sedangkan cabang ke-2
mengakibatkan isohaline miring ke atas. memasuki Laut lvlaluku. Arus cabang di Laut Maluku
ini yang diduga memberi kontribusi besar dalam
Indikasi ter.iadinya aliran massa air yang berbeda pemolaan massa air di Teluk Tomini. Perlu pengkajian
dari luar teluk (Laut Nilaluku) terlihat pada munculnya lebih lanjut untuk menegaskan hal tersebut,
lapisan gumbar (core layers) yang dicirikan oleh mengingat dugaan sumber daya mesopelagis yang
massa air bersuhu atau salinitas ekstrim yang bersifat strong migration di Teluk Tomini
berbeda dengan massa air di sekitarnya. Pada dimungkjnkan terkait dengan arus massa air dalam
sebaran vertikal salinitas (Gambar 4), lapisan gumbar tersebut. Aliran massa air ke dalam teluk dengan
terlihat di kedalaman 100 m di sebelah barat mulut salinitas maksimum suhu minimum di sekitar mulut
teluk (sebelah selatan Gorontalo, stasiun 9 transek teluk juga terlihat pada sebaran mendatar suhu dan
2), yaitu dicirikan oleh massa air bersalinitas ekstrim salinitas (Lampiran 1 dan 2).
rendah 34,4 sampai dengan 34,5 psu (warna kuning)
yang berbeda dengan massa air dr sekitarnya. Karakteristik Habitat Xarang Kepulauan Togian
lndikasi munculnya lapisan gumbar lebih ielas terlihat
pada sebaran melintang salinitas pada Gambar 8i Pengukuran pada bulan Desember 2004 (muslm
massa air bersalinitas ekstrim 34,7 sampai dengan barat) di sekitar Kepulauan Togian ditemukan adanya
34,8 psu ini terlihat jelas da kedalaman 150 m di lapisan yang homogen suhunya berada sampai
stasiun 10 (transek 2). Lapisan gumbar .iuga terlihat di dengan kedalaman 50 m, perbedaan suhu antar
stasiun 12 dan 23 (transek 1), masing-masing di stasiun tampak lebih bervariasi di kedalaman 20
kedalaman 200 dan 150 m (salinitas 34,8 psu), serta sampai dengan 30 m dibandingkan di kedalaman
stasiun 30-31-32 (transek 4) di kedalaman 175 lainnya (Gambar 9A). Secara umum, perairan sebelah
sampai dengan 250 m dengan sallnitas ekstrim <35 timur dan selatan kepulauan memiliki salinitas lebih
psu. Salanitas normal di kedalaman 75 m 35 psu. tinggi dibandingkan dengan sisi lainnya (Gambar 98)
Hal ini, kemungkinan akibat pengaruh massa air
Kehadiran massa air tertentu dj dalam teluk pada salrnitas tinggi yang tersebar di sebelah utara Banggai
kedalaman 100 sampai dengan 150 m dengan dan sepanjang pantai utara Sulawesi Tengah pada
salinitas maksimum suhu minimum yang berasal darj musim timur. Meskipun, tidak tersedia data parameter
Laut Maluku. kemungknan merupakan arus cabang fisik Teluk Tomini pada musim barat, sebaran suhu
dari massa air utama yang belum diketahui dengan dan salinitas permukaan di lahan ini diduga memiliki
jelas. Wyrtki (1961)menyebutkan bahwa pada musim pola yang sama, kecenderungan salinitas tinggi di

S20
!
s

e30

Gambar 9 Sebaran vertjkal suhu (A) dan salinitas (B) di sekitar Kepulauan Togian pada bulan Desember
2004 (musim barat).
Figure 9. Veftical distribution of temperature (A) and salinity (B) around Togian Islands in December
204.

zo
Jumal Penelitian Peikanan Indonesia Vol.11 No.6 Tahun 2005

l
_'l
:F] -l
Jl 4a1
l
,,]

Gambar 10. Pola arus permukaan di sekitar Kepulauan Togian pada Desember 2004: (A) arus di kedalaman
10 m; (B) variasi kecepatan menurut lokasi dan kedalaman.
Figure 10. Suiace currents paftern of around Togian lslands in December 2004: (A) in 10 m depth; (B)
currents vanation is according to location and depth.

sebelah timur dan selatan kepulauan menunjukkan lebih dalam (kedalaman 100 sampai dengan 300
hal tersebut Pola arus permukaan {kedalaman 10 m) m) stratifikasi diduga akibat masuknya massa air
mempertegas hal tersebut (Gambar 10A). yang berbeda dari Laut lvlaluku (mungkin cabang
dari massa air subtropis bawah dan massa air
Aliran massa air permukaan masuk kepulauan dara pertengahan utara) dan indjkasi pembalikkan
arah timur dan utara timur laul; pada umumnya arus massa air dalam (kedalaman >300 m) karena
mengalir ke arah barat (Gambar 10A). Arus yang membentur daratan ujung teluk terus mengalir ke
mengalir di sebelah tenggara dan utara Pulau Togian atas dan ke timur. Keberadaan lapisan gumbar
cenderung lebih kencang Variasi kecepatan arus \core layers) mencirikan intervensi massa air dari
permukaan menurut lokasi dan kedalaman Laut lvlaluku tersebut.
dioresentasikan oada Gambar 108. Pola arus
permukaan selengkapnya menurut kedalaman (0 4. Di sekitar Kepulauan Togian (habitat karang)
sampai dengan 50 m) ditunjukkan pada Lampiran 4 massa air permukaan (kedalaman 0 sampai
dengan 50 m) bertipe sama dengan massa air
permukaan seluruh Teluk Tomini (habitat
KESIMPULAN pelagis). Terdapat aliran arus permukaan dari
luar kawasan, yaitu dari arah utara timur laut dan
1. Lapisan homogen (rnixed /ayers) pada umumnya dari sebelah timur yang diduga berasal dari
pantai Sulawesi Tengah sebelah timur
tersebar di lapisan permukaan sampai dengan
kedalaman 50 m, di bawahnya, lapisan termoklin
haloklin tersebar sampai dengan kedalaman 150 SARAN.SARAN
m Lapjsan termoklin haloklin tampak lebih
kompleks djbandingkan lapisan homogen Tipe-tige massa air samudera di Laut N/laluku
rarnnya. (sebelah timur mulut teluk) yang diduga berperan
dalam pemolaan tipe massa air Teluk Tominr belum
2. Terdapat gradien suhu dan salinitas di lapisan diketahui secara pasti. Oleh sebab itu, terkait dengan
permukaan (kedalaman 0 sampai dengan 25 m) dinamika sumber daya ikan pelagis yang pada
dari arah timur ke barat, suhu minimum salinitas umumnya bersifat strorg migration serta kaitannya
maksimum tersebar di sekitar mulut teluk utara dengan eksistensi sumber daya di perairan lain di
Banggai, suhu maksimum salinitas minimum di sekitarnya (Teluk Tolo, Laut Maluku, dan Laut
sebelah barat (ulung teluk), suatu indikasi Sulawesi), perlu dikajl lebih lanJut tipe-tipe massa air
terjadinya proses coasfa/ upwelling disekitar di Laut fvlaluku dan Teluk Tolo. Kajian oseanografi
mulut teluk (utara Banggai) pada musim timur yang lebih luas ditujukan kepada potensi upwelling di
perairan mulut teluk (sekitar Banggai) dalam
3. Terdapat stratifikasi massa air di lapisan ka,tannya dengan proses biologr dan produktavitas
permukaan dan di lapisan yang lebih dalam Di perikanan.
laprsan permukaan (di perairan sebelah utara)
terlihat sebagai semacam percampuran massa
air yang djsebabkan selain oleh angin muson, UCAPAN TERIMA KASIH
arus permukaan dari Laut lvlaluku dan pasang
surut, juga akibat dorongan massa air dari Terima kasih kami ucapkan kepada pimpinan Balai
lapisan bawah da ujung leluk. Di lapisan yang Riset Perikanan Laut, Jakarta yang telah
Suw*so, Hedismm, dan Wudianto

mempercayakan kepada kami melakukan riget di 2005. Dalam tetbitan ini. Jakarta.
Teluk Tomini pada tahun 2003 sampai dengan 2004,
Terima kasih juga kami sampaikan kepada Burhanuddin, S., A. Supangat, B. Sulistiyo, T.
Nurwiyanto, teknisi pada Balai Riset Perikanan Laut Rameyo, & C. R. Kepel (eds.). 2004. Profil sumber
yang telah bekerja membantu dalam pengumpulan daya kelautan dan perikanan Teluk Tomini. Badan
data di lapangan. Riset Kelautan dan Perikanan. Deoartemen
Kelautan dan Perikanan. 84 hal

DAFTAR PUSTAKA Hamilton, W, B. 1979. Tectonlc of Indonesian Region.


Denver, US. S. Govern. Prlnting otfice. 159-195.
Amri K., Suwar6o, & Herlisman. 2005. Dugaan
upwelling berdasarkan analisa komparatif citra LaevaEtu, T. & L Hela. 1970. Fisheria' oaeanography.
sebaran suhu permukaan laut dan klorofil-a di Fishing News (Books) Ltd., London, 238 p,
perairan Teluk Tomini. Jurnal Penelitian Perikanan
lndonesia Vol.11 No.6 Tahun 2005. Dalam te(bilan Taufik, M., Suwareo, & Nurwiyanto. 2005 Studi
ini. Jakarta. pendahuluan distribusi kelimpahan ichthyoplanKon
di Teluk Tomini dan Laut Banda. Jurnal Penalitian
Anonymous. 2001. Pengkajian stok ikan di perairan Perikanan lndonesia Vol.11 No.6 Tahun 2005.
lndonesia. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Dalam tetbitan ini. Jakarta.
Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen
Kelautan dan Perikanan. Pusat Penelitian dan Walpersdorf, A., C. Vigny, C. Rangin, H. Bellon, & B.
Pengemhrangan Oseanologi. Lembaga llmu Priadi. 1997. lnstantaneous and Finite Kinematics
Pengetahuan I ndonesia. Jakarta. in The Northern Arm of Sulawesi. Geodvssea Final
Symposium. Penang. lvlalaysia.
Awwalucidin, Suwarso, & Rahmat S. 2005. Distribusa
kelimpahan dan struKur komunitas planKon pada Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of The
musim timur di perairan Teluk Tomini. Jurnal Southeast Asian Waters. Naga Report, Vol. 2. The
Penelitian Peikanan lndonesia Vol.11 No.6 Tahun Univesrity of California. California. 195 p.

z6
Jumal Penelitim Peikanan lndonesia Vol. 1 1 No.6 Tahun 2005

Lampiran 1. Sebaran mendatar suhu di Iapisan termoklin (kedalaman 100 m) dan di lapisan kedalaman di
Teluk Tomini pada bulan Juli atau Agustus 2003 (musim timur)
Appendix 1. The hoizontal distribution of temperatur in termoclin laye (100 m) and d6pth layer in Tomini Bay
on July or August 2003 (east monsoon)

zv
Suwarco, Hetlisman. dan Wudianto

Lampiran 2. Sebaran mendatar salinitas di lapisan termoklin (100 m) dan di lapisan kedalaman di Teluk
Tomini pada bulan Juli atau Agustus 2003 (musim timur)
Appendix 2. The horizontal distribution of salinity in termoclin layes (100 m) and depth layer in Tomini Bay on
July or August 2003 (east monsoon)

30
Jumal Penelitian Peikanan lndonesia Vol.11 No.6 Tahun 2005

Lampiran 3. Peta arus permukaan pada musim timur di Teluk Tomini


(Sumber: Salri Burhanuddin et a/.. 2Oo4)
Appendix 3. The map of suttace current in Tomini Bay on east monsoon
(Source. Sahi Buhanuddin at al.. 2OO4)

p.t .r1ri p*nltaan ..t!{.b b(lbi .grdr3


- |

Lampiran 4.

Appendix 4.

31

Anda mungkin juga menyukai