Anda di halaman 1dari 3

ANCAMAN PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI LAUT

BANDA
Oleh : Naira Putri Maharani (08161051)
Untuk Tugas Mata Kuliah Pengantar Lingkungan Pesisir
Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Kalimantan

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan dua per tiga wilayahnya adalah
lautan dan jumlah pulau sebanyak 17.480 pulau, besar dan kecil, yang tersebar dari Pulau
Sabang di ujung barat, hingga Merauke di ujung timur, serta Pulau Rote di ujung selatan
hingga Pulau Miangas di ujung utara. Dengan lautan yang mengelilingi pulau-pulau di
Indonesia menjadikan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam hal
keanekaragaman hayati laut seperti mangrove, padang lamun, laguna, estuari dan terumbu
karang.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki bentangan terumbu karang
terbesar kedua di dunia setelah Great Barrier Reef di Australia dimana Indonesia memiliki
70 genera dan 500 spesies karang keras yang meliputi 32.935 km² atau 16,5% dari luas
terumbu karang dunia. Dengan bentangan terumbu karang yang luas juga menjadikan
Indonesia bagian dari kawasan Coral Triangle (segi tiga terumbu karang). Agar
keberlangsungan terumbu karang di Indonesia masih terus terjaga, Pemerintah Indonesia
menetapkan wilayah-wilayah ataupun pulau-pulau yang menjadi Kawasan Konservasi
Pesisir Nasional (KKPN) dan juga Taman Wisata Perairan (TWP). Salah satu wilayah yang
merupakan bagian dari Kawasan Konservasi Pesisir Nasional (KKPN) dan Taman Wisata
Perairan (TWP) adalah Laut Banda (Ruchimat et al, 2012).
Hingga tahun 2012 terdapat 432 jenis karang yang terdapat di Laut Banda dari 700
jenis karang yang terdapat didunia. Hal tersebut menjadikan kawasan Laut Banda menjadi
salah satu wilayah terkaya akan terumbu karangnya di dunia. Dengan jenis
keanekaragaman karang yang berada di Laut Banda yang begitu banyak sehingga sangat
rentan untuk menerima ancaman. Salah satu ancaman terhadap terumbu karang yang
sedang terjadi tidak hanya di Indonesia namun dunia ialah perubahan iklim akibat dari
pemanasan global.
Pemanasan global atau global warming adalah meningktanya suhu rata-rata
atmosfer, bumi, dan lautan. Sedangkan perubahan iklim atau climate change merupakan
perubahan yang signifikan pada iklim, seperti suhu udara atau curah hujan, selama kurun
waktu 30 tahun atau lebih. Perubahan iklim merupakan proyeksi kelanjutan dari global
warming. Dengan meningkatnya suhu bumi menjadikan es mencair sehingga massa air laut
meningkat dan suhu laut menjadi menghangat. Hal tersebut yang merupakan penyebab
utama dari fenomena pemutihan karang yang terjadi di Indonesia.
Fenomena pemutihan karang atau coral bleaching adalah peristiwa keluarnya
zooxanthella dari karang yang ditandai dengan memudarnya warna seluruh karang menjadi
putih. Zooxanthella adalah mikroalgae dari kelompok dinoflagellata yang hidup sebagai
simbion didalam jaringan endoderm karang. Koloni karang menjadi putih ketika ditinggalkan
oleh zooxanthella karena warna karang ditentukan oleh pigmen yang ada di dalam
zooxanthella. Zooxanthella tidak hanya hidup dijaringan karang keras tetapi juga hidup di
karang lunak, zoanthid dan anemone serta di tridacna atau kima. Sehingga bila terjadi
bleaching tidak hanya karang keras yang memutih tetapi semua hewan yang bersimbiose
dengan zooxanthella (Coremap LIPI, 2016).
Terumbu karang yang telah mengalami pemutihan bisa memiliki 2 kemungkinan,
yaitu mati dan bertahan namun membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan kembali.
Kemudian ialah dampak yang ditimbulkan dengan terjadinya pemutihan karang tidak hanya
terkait keanekaragaman hayati dan hewani laut saja, namun juga sektor ekonomi dan sosial.
Dengan matinya terumbu karang akibat pemutihan akan berpengaruh pada ikan-ikan yang
berada di sekitar terumbu karang karena terumbu karang merupakan rumah bagi para ikan
serta merupakan tempat untuk meletakkan benih mereka. Hilangnya rumah bagi para ikan
juga berpengaruh pada masyarakat pesisir yang mayoritas mata pencahariaannya ialah
nelayan karena jumlah produksi ikan pastinya akan menurun. Kemudian juga dengan
keanekaragaman terumbu karang akan menarik turis domestik maupun macanegara untuk
melihat keindahan terumbu karang. Dengan adanya pemutihan ini akan mengurangi turis
yang datang dan akan berpengaruh kepada pendapatan daerah (Coremap LIPI, 2016).
Pada tahun 2016 pemutihan terumbu karang terjadi di Indonesia yaitu pada bagian
barat Sumatera, Pantai selatan jawa, Bali, Lombok hingga selatan NTT dan NTB. Salah
satunya di perairan laut utara Pulau Bali, dari sekian banyak kawasan pantai di pesisir laut
Bali seperti pantai Lovina, Sembiran dan Bondalem. Daerah pesisir Amed yang mengalami
pemutihan karang paling parah yaitu mencapai 40-50% dari tutupan karang keras yang ada
di wilayah tersebut. Berdasarkan sebuah penelitian di Taman Nasioal Bali Barat dari tahun
1996-1998 menunjukkan bahwa berkurangnya tutupan karang keras akibat pemutihan ini di
atas 10% maka juga dapat mengurangi kelimpahan jenis ikan mencapai 62% (Kompas.com,
2009).
Fenomena pemutihan karang tidak dapat dicegah karena kita tidak dapat menahan
massa air laut yang dibawa oleh pola arus dan menghantam daerah terumbu karang.
Namun berdasarkan dari pengalaman bahwa kondisi terumbu karang dengan tutupan
karang hidup diatas 50% akan lebih tahan terhadap pemutihan dibandingkan dengan
terumbu karang dengan tutupan dibawah 15% akan punah apabila terjadi pemutihan
(Coremap LIPI, 2016).
Terumbu karang di Laut Banda sangat rentan terhadap ancaman pemutihan karang
dimana di jaman sekarang pemanasan global semakin meningkat serta perubahan iklim
yang tidak bisa ditebak waktunya membuat kita harus selalu waspada terkait akan
keselamatan terumbu karang di Laut Banda. Upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi
terumbu karang di Laut Banda ialah membentuk koordinasi antara Pemerintah Pusat,
Provinsi, Daerah, NGO dan masyarakat setempat dalam menyusun rencana terkait
pengananan dampak perubahan iklim terhadap pembangunan daerah serta ekosistem
pesisir yang berada di daerah tersebut. Sehingga dengan adanya integrasi antara
pemerintah, swasta dan masyarakat dalam melindungi terumbu karang di Laut banda dapat
menjaga eksistensi terumbu karang tersebut hingga jaman mendatang.

Sumber :
http://www.mongabay.co.id/2012/09/09/pantau-banda-neira-demi-jaga-kekayaan-segitiga-
terumbu-karang-dunia/ Diakses tanggal 9 Maret 2018 pukul 20.34
https://sains.kompas.com/read/2009/06/23/17133494/pemutihan.karang.massal.terjadi.lagi.d
i.bali.utara Diakses tanggal 9 Maret 2018 pukul 20.27
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/16039/G.%20BAB%20III.pdf?seque
nce=7&isAllowed=y Diakses tanggal 9 Maret pukul 20.37
http://coremap.or.id/berita/1172 Diakses tanggal 9 Maret 2018 pukul 20.45
Ruchimat, Toni, Riyanto Basuki, Suraji, 2012, Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil di Indonesia : Paradigma, Perkembangan dan Pengelolaannya,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai