Anda di halaman 1dari 8

Critical

Review Jurnal
“Alternatif Pengembangan
Wilayah Pesisir Kawasan
Pantai Timur Semenanjung
Muria Kabupaten Pati
Melalui Agribisnis
Perikanan (Studi Kasus :
Kawasan Pesisir Kabupaten
Pati)”

Disusun Oleh : Naira Putri


Maharani (08161051)

Mata Kuliah :
Perencanaan Pesisir
Dosen Pengampu :
Ariyaningsih, S.T., M.T., M.Sc.
Anggit Suko Rahajeng, S.T., M.T.
Dwiana Novianti Tufail, S.T., M.T.
Muhammad Rizky Pratama, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN
2018
DATA JURNAL
1. Judul Jurnal : Alternatif Pengembangan Wilayah Pesisir Kawasan Pantai
Timur Semenanjung Muria Kabupaten Pati Melalui Agribisnis Perikanan (Studi Kasus :
Kawasan Pesisir Kabupaten Pati)
2. Penulis Jurnal : Listia Rini dan Samsul Ma’rif (Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang)
3. Volume, Tahun Terbit : Jurnal Teknik PWK Volume 3, Nomor 4 (2014)
4. Jumlah Halaman : 14 halaman

REVIEW JURNAL
Jurnal ini mengambil wilayah studi yaitu Kawasan Pantai Timur Semenanjung Muria,
Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Adapun tujuan dari melakukan penelitian adalah
untuk merumuskan strategi atau pendekatan pengembangan Kawasan Pantai Timur
Semenanjung Muria dengan dasar potensi yang dimilikinya serta untuk dapat
memberdayakan masyarakat pesisir Kawasan Pantai Timur Semenanjung Muria.
Pada pendahuluan dibahas mengenai Kawasan Pantai Timur Semenanjung Muria
yang perkembangannya cenderung stagnan dikarenakan arus distribusi barang, jasa dan
manusia yang melewati daerah tersebut sedikit. Kemudian aksesibilitas yang minim
dikarenakan berada di luar koridor jalur pantura dimana pada jalur tersebut perkembangan
kawasan cukuplah tinggi. Serta Kawasan Pantai Timur Semenanjung Muria memiliki fungsi
sebagai kawasan konservasi. Tidak hanya perkembangan wilayah namun juga pada
perekonomian masyarakat cenderung rendah dengan tingkat kemiskinan mencapai 39,35%
menurut BPS Kabupaten Pati (2009). Potensi perikanan yang melimpah namun belum
mampu berkontribusi terhadap perekonomian masyarakat menjadikan tingkat kemiskinan di
wilayah ini cukuplah tinggi.
Kemudian metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode kuantitatif.
Metode kuantitatif yang digunakan adalah analisis frekuensi dan deskriptif untuk mengetahui
potensi agribisnis perikanan di kawasan pesisir. Kemudian analisis multidimensional scalling
untuk memetakan desa pesisir berdasarkan potensi dan kesiapan wilayah untuk
pengembangna agribisnis perikanan serta analisis perhitungan nilai usaha untuk mengetahui
perbandingan pendapatan eksisting dengan pendapatan pelaku agribisnis perikanan. Dari
metode analisis tersebut didapatkan sasaran yang akan dicapai yaitu inventarisasi potensi
agribisnis perikanan di wilayah pesisir, analisis tingkat kesiapan masing-masing desa
terhadap komponen agribisnis perikanan, analisis tingkat partisipasi masing-masing aspek

2
agribisnis perikanan, analisis klasifikasi wilayah berdasarkan potensi pengembangan
agribisnis perikanan, analisis tipologi wilayah berdasarkan potensi pengembangan agribisnis
perikanan, dan analisis perbandingan nilai hasil eksisting dengan agribisnis perikanan.
Selanjutnya adalah pembahasan terkait dari hasil penelitian. Dari hasil analisis
tipologi wilayah diperoleh desa-desa yang memiliki potensi dan kesiapan pengembangan
agribisnis perikanan. Berikut adalah hasil kesimpulan analisis tipologi wilayah :

Gambar 1 Tabel Hasil Analisis Tipologi Wilayah Berdasarkan Potensi dan Kesiapan
Sumber : Rini, 2014
Berdasarkan gambar diatas bahwa pada terdapat 5 desa yang memiliki potensi dalam
kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi perikanan. Hal tersebut didukung pada
Desa Pangkalan sebagai agen pemasok bibit, pakan, dan peralatan tambak. Kemudian pada
Desa Sambiroto, Alasdowo, Banyutowo dan Puncel sebagai agen penyalur dan perbaikan
peralatan perikanan tangkap. Pada kegiatan produksi primer dalam perikanan tangkap
terdapat 3 desa yang memiliki potensi dalam kegiatan tersebut karena pada ketiga desa
tersebut terdapat tempat pelelangan ikan (TPI) untuk mendukung kegiatan tersebut.
Kemudian terdapat 16 desa yang memiliki potensi dalam kegiatan produksi primer
budidaya tambak yang dimana pada keenam belas desa tersebut merupakan produksi
perikanan tambak di kawasan pesisir. Selanjutnya terdapat 9 desa yang memiliki potensi
dalam kegiatan pengolahan kegiatan industri yang dimana pada desa-desa tersebut terdapat
pusat produksi garam briket, terasi rebon dan pengolahan perikanan tangkap seperti

3
pengasinan ikan, pengasapan ikan, fillet ikan dan kerupuk ikan. Serta terdapat 8 desa yang
memiliki potensi dalam kegiatan pemasaran yang dimana pada desa-desa tersebut terdapat
tempat pengepul hasil tambak kawasan pesisir dan pemasaran hasil perikanan tangkap.
Selanjutnya adalah analisis perbandingan nilai hasil usaha eksisting dengan hasil
penerapan agribisnis perikanan. Adapun perbandingan pendapatan adalah sebagai berikut :

(1)

(2)
Gambar (1) dan (2) Perbandingan pendapatan eksisting dengan disertai kegiatan
Agroindustri
Sumber : Rini, 2014
Berdasarkan ketiga gambar diatas bahwa pendapatan yang diperoleh disertai dengan
kegiatan agroindustri lebih mempunyai untung yang besar. Sehingga dengan adanya kegiatan
agroindustri ini merupakan salah satu alternatif dalam membangun perekonomian masyarakat
pesisir Kawasan Pantai Timur Semenanjung Muria. Dari penjelasan tersebut, terdapat potensi
dan peluang yang besar dalam mengembangkan wilayah pesisir tersebut antara lain ialah
peluang usaha, infrastruktur listrik dan air bersih yang mendukung, terbentuknya
kelembagaan lokal, adanya TPI yang tersebar di beberapa desa mendukung kegiatan
perikanan tangkap, adanya pasar desa ataupun kecamatan yang mendukung dalam kegiatan
perdagangan, serta masyarakat desa yang siap untuk mengembangkan kegiatan agribisnis
perikanan ini.
Setelah dilakukan analisis didapatkan strategi pengembangan Kawasan Pesisir Pantai
Timur Semenanjung Muria. Strategi tersebut terdiri dari 4 komponen kegiatan yang terdiri
dari kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi usaha perikanan, kegiatan produksi

4
primer perikanan tangkap dan budidaya (tambak), kegiatan pengolahan (agroindustri) dan
kegiatan pemasaran hasil perikanan. Pada kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana
produksi usaha perikanan diperoleh dari desa-desa yang merupakan penyalur sarana produksi
perikanan budidaya, dan agen peralatan dan perbaikan alat tangkap. Adapun desa yang
memiliki potensi tersebut adalah Desa Pangkalan, Sambiroto, Alasdowo, Banyutowo, dan
Desa Puncel. Desa-desa tersebut berperan aktif dalam penyaluran sarana produksi usaha
perikanan.
Kemudian pada kegiatan produksi primer perikanan tangkap terbagi atas 2 jenis yaitu
perikanan tangkap dan budidaya. Pada perikanan tangkap terdapat 5 desa yang merupakan
pusat perikanan tangkap di kawasan pesisir tersebut serta didukung dengan adanya tempat
pelelangan ikan (TPI) sebagai pendukung dalam kegiatan penangkapan ikan. Adapun kelima
desa tersebut adalah Desa Margomulyo, Sambiroto, Alasdowo, Banyutowo, dan Desa Puncel.
Selanjutnya pada perikanan budidaya terdapat 16 desa yang memiliki potensi dalam kegiatan
perikanan budidaya. Hal tersebut didukung dengan kegiatan budidaya (tambak) udang dan
bandeng yang berada di desa-desa tersebut.
Pada komponen kegiatan pengolahan (industri) usaha perikanan, terdapat 9 desa yang
memiliki potensi pengembangan tersebut. Hal ini didukung dengan pada desa-desa tersebut
merupakan daerah pengolahan bandeng presto, terasi tambak, garam briket, fillet ikan,
pengasinan dan pengasapan ikan, pemindangan ikan dan kerupuk ikan. Pada komponen
kegiatan hasil produksi perikanan, terdapat 9 desa yang memiliki potensi pengembangan
kegiatan tersebut. Adapun hal tersebut didukung dengan terdapat agen pemasok hasil tambak
yang berasal dari desa-desa lainnya serta pusat produksi dan pemasaran hasil perikanan
tangkap yaitu pada TPI.
Setelah dijelaskan mengenai desa-desa yang memiliki potensi pengembangan wilayah
pesisir berdasarkan komponen kegiatannya, terdapat kendala yang menjadi penghambat
dalam menjalankan kegiatan tersebut. Pada komponen kegiatan pengadaan dan penyaluran
sarana produksi perikanan terdapat hambatan pada bantuan modal, alat serta pelatihan dan
pembinaan dari pemerintah yang belum ada. Kemudian pada kegiatan produksi primer usaha
perikanan, hambatan yang dimiliki adalah terdapat 2 TPI yang statusnya berhenti beroperasi
dikarenakan ketiadaan biaya operasional. Hal tersebut terkait dalam aspek kelembagaan
dimana juga bantuan modal serta pembinaan yang kurang dari pemerintah. Dalam sektor
perikanan budidaya juga mengalami hambatan dimana tidak adanya bantuan pemerintah
berupa alat pompa diesel yang mendukung kegiatan serta pelatihan, pembinaan, pengawasan
dan kebijakan juga perlu dilakukan dalam mendukung kegiatan tersebut.

5
Pada komponen kegiatan pengolahan (agroindustri) perikanan, terdapat hambatan
yaitu rendahnya minat dan pengetahuan masyarakat dalam mengembangkan kegiatan
pengolahan perikanan tersebut. Terakhir adalah pada kegiatan komponen kegiatan pemasaran
hasil produksi perikanan yang dimana hambatan tersebut pada kegiatan pemasaran hasil
tambak dan hasil tangkap masih minim dimana peran kelembagaan masih kurang dalam
mengembangkan kegiatan tersebut.
Berdasarkan penjelasan mengenai hambatan yang terjadi di setiap komponen
kegiatan, dapat disimpulkan bahwa kendala yang terjadi ialah kurangnya perhatian
pemerintah terhadap wilayah pesisir Kawasan Pantai Timur Semenanjung Muria. Adapun
masih minimnya bantuan berupa barang dan modal maupun pembinaan, penyuluhan dan
pelatihan bagi masyarakat pesisir. Dimana masih rendahnya kualitas SDM yang berada di
kawasan pesisir tersebut juga mempengaruhi pengembangan kawasan karena apabila tidak
didukung dengan kualitas manusia yang mumpuni, usaha yang dilakukan akan sia-sia. Tidak
hanya kualitas SDM, namun juga ketersediaan infrastruktur pendukung seperti jalan, dan
pelabuhan masih kurang sehingga aktivitas yang berada di wilayah tersebut belum
sepenuhnya maksimal karena pergerakan barang dan manusia yang terhambat serta tidak
adanya pusat aktivitas yang memicu perekonomian sekitar. Kemudian tidak adanya
lembaga/organisasi yang mewadahi kegiatan-kegiatan di kawasan pesisir juga mempengaruhi
aktivitas di wilayah tersebut. Serta kebijakan dari pemerintah yang masih belum sepenuhnya
berperan menjadikan pengembangan wilayah pesisir ini masih belum optimal. Sehingga
dibutuhkan peran pemerintah, masyarakat serta perencana pengembangan dalam meng-
integrasi peran masing-masing dalam mendukung kegiatan agribisnis perikanan di kawasan
pesisir Pantai Timur Semenanjung Muria agar mencapai tujuan yang diharapkan bersama.

KAJIAN KRITIS
Jurnal yang dibahas oleh Listia Rini dan Samsul Ma’rif mengenai alternatif
pengembangan wilayah pesisir tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun
kelebihan yang dimiliki pada jurnal ini adalah membahas mengenai aspek sosial dan ekonomi
dalam pengembangan kawasan pesisir tersebut. Adapun dengan analisis mutidimensional
scalling yang digunakan juga menjadi poin penting dalam memetakan wilayah pesisir yang
berpotensi dalam kegiatan agribisnis perikanan. Kemudian penulis juga menjabarkan rincian
pendapatan yang diperoleh disertai dengan kegiatan agribisnis perikanan menjadikan bahwa
pengembangan kawasan ini akan memberikan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat
sekitar. Tidak hanya mengenai pendapatan namun juga penulis menjabarkan sarana

6
pendukung yang berada di wilayah tersebut sebagai bagian dari pemetaan potensi
pengembangan sehingga sesuai dengan kegiatan yang berada di wilayah tersebut.
Namun kekurangan yang terdapat pada jurnal ini adalah penulis tidak menjelaskan
mengenai kondisi lingkungan yang berada di kawasan pesisir tersebut. Lain halnya dengan
jurnal “Model Pengembangan Kawasan Minapolitan Sebagai Upaya dalam Meningkatkan
Pertumbuhan Ekonomi Lokal Kabupaten Pacitan” yang ditulis oleh Musyiam dkk dimana
menjelaskan mengenai ekosistem yang berada di kawasan tersebut menjadi 4 bagian, yaitu
ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun dan rumput laut alami. Penulis hanya
menyinggung satu kali pada pendahuluan yang dimana menjelaskan bahwa wilayah pesisir
Pantai Timur Semenanjung Muria memiliki fungsi kawasan sebagai kawasan konservasi.
Padahal dengan mengetahui adanya wilayah konservasi pada kawasan itu juga mempengaruhi
pengembangan kawasan dimana kawasan tersebut merupakan wilayah dilindungi yang
termasuk dalam peraturan daerah. Dengan tidak melibatkan kajian lingkungan dalam
penelitian jurnal juga menjadikan pengembangan agribisnis ini tidaklah berkelanjutan yang
dimana tidak adanya keterpaduan antara aspek sosial, ekonomi dan lingkungan dalam
merencanakan pengembangan ini.
Pada jurnal “Kebijakan Pengembangan Perikanan Berkelanjutan (Studi Kasus:
Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara Dan Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi
Maluku Utara)” yang ditulis oleh Lukman Adam membahas mengenai keterpaduan antara
aspek ekonomi, sosial serta lingkungan dimana kawasan pesisir memiliki kerentanan yang
sangat tinggi terhadap kerusakan iklim maupun manusia. Sehingga keterpaduan ini sangatlah
penting untuk menjaga lingkungan kawasan pesisir agar nantinya dapat dimanfaatkan untuk
jangka waktu yang lama. Kemudian tidak adanya dokumen perencanaan yang dicantumkan
untuk menjelaskan peruntukkan kawasan pesisir tersebut sebagai acuan dalam perencanaan
pengembangan kawasan pesisir. Dimana pada jurnal yang ditulis oleh Musyiam dkk
membuat kerangka berpikir mengenai sinergitas rencana tata ruang sektor perikanan dan
kelautan serta pariwisata Kabupaten Pacitan dimana memuat RPJMD Kabupaten Pacitan.

REKOMENDASI
Setelah melakukan kajian kritis terhadap jurnal “Alternatif Pengembangan Wilayah
Pesisir Kawasan Pantai Timur Semenanjung Muria Kabupaten Pati Melalui Agribisnis
Perikanan (Studi Kasus : kkawasan Pesisir Kabupaten Pati)” bisa didapat beberapa
pembelajaran. Adapun pembelajaran yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

7
a. Dalam merencanakan pengembangan di suatu wilayah, terlebih dahulu melihat
dokumen perencanaan yang telah ada. Dimana dengan melihat dokumen perencanaan,
maka akan mengetahui peruntukkan wilayah yang akan direncanakan pengembangan.
Sehingga perencanaan akan berjalan sesuai dengan arahan dokumen perencanaan.
b. Dalam mengembangkan wilayah pesisir sangat penting untuk melibatkan aspek
lingkungan dalam perencanaannya. Karena apabila tidak melibatkan aspek
lingkungan dalam perencanaan pengembangan akan mengancam ekosistem yang
berada di kawasan dan sangat rentan untuk mengalami kerusakan.

DAFTAR PUSTAKA
Adam, Lukman. 2012. “Kebijakan Pengembangan Perikanan Berkelanjutan (Studi Kasus :
Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggaran dan Kabupaten Pulau Morotai,
Provinsi Maluku Utara). Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. II No. 2 Hal 115-126.
Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi Seketariat Jenderal DPR RI. Jakarta.
Musyiam, Muhammad, Muhtadi, Suharjo, Wijianto. 2011. “Model Pengembangan Kawasan
Minapolitan Sebagai Upaya Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Lokal
Kabupaten Pacitan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Rini, Listia, Samsul Ma’rif. 2014. “Alternatif Pengembangan Wilayah Pesisir Kawasan
Pantai Timur Semenanjung Muria Kabupaten Pati Melalui Agribisnis Perikanan
(Studi Kasus : kkawasan Pesisir Kabupaten Pati)”. Jurnal Teknik PWK Vol. III No. 4
Hal 612-625. Universitas Diponegoro. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai