Anda di halaman 1dari 3

Nama : Naira Putri Maharani

NIM : 08161051
Prodi : Perencanaan Wilayah dan Kota
Mata Kuliah : Wawasan Teknologi dan Lingkungan

Permasalahan lingkungan yang terjadi di Dasar Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus Kota
Samarinda ialah pencemaran sungai. Adapun Sungai Karang Mumus mulai tercemar pada dekade
pertengahan tahun 1980 an dimana masyarakat luar Kota Samarinda mulai berbondong-bondong
melakukan urbanisasi ke dalam Kota Samarinda dengan tujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang
layak. Namun masyarakat yang melakukan urbanisasi banyak yang tidak mampu mendapatkan
pekerjaan yang layak, sehingga masyarakat sulit untuk mendapatkan hunian yang layak. Oleh karena
itu masyarakat mulai membangun tempat tinggal di bantaran Sungai Karang Mumus, sehingga
kawasan sempadan sungai yang seharusnya tidak boleh dibangun bangunan menjadi kawasan
permukiman atas air dimana dari hal tersebut mulai timbulnya permasalahan. Kemudian
pencemaran aliran sungai tidak hanya disebabkan oleh permukiman atas air namun juga pada
bagian hulu Sungai Karang Mumus terdapat 12 areal pertambangan yang luasnya mencapai 12.236,4
hektar atau sekitar 55,2% dari wilayah DAS Karang Mumus. Tidak hanya itu saja, DAS Karang Mumus
juga melewati belakang kawasan pasar tradisional yang salah satu terbesar di Kota Samarinda yaitu
Pasar Segiri. Pembuangan limbah dari kegiatan pasar tersebut dibuang langsung ke DAS Karang
Mumus yang dimana juga menambah permasalahan pencemaran di sungai tersebut. Pembuangan
limbah tidak hanya berasal dari kegiatan pasar dan pertambangan, tetapi juga berasal dari industri
pabrik tahu dan tempe berjumlah 20 unit yang tersebar di sepanjang DAS Karang Mumus.
Pencemaran yang terjadi di DAS Karang Mumus sangat merusak ekosistem yang berada
pada sungai tersebut. berdasarkan penjelasan dari salah satu Koordinator LSM dalam Aksi
Peringatan Hari Air Sedunia 2016 bahwa air Sungai Karang Mumus bukan hanya keruh kecoklatan
melainkan hitam dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Adapun fauna yang dapat bertahan pada
sungai tersebut hanya ikan sapu-sapu dimana menandakan bahwa pencemaran pada sungai
tersebut sangatlah tinggi dimana tidak ada jenis ikan lainnya yang dapat bertahan hidup di sungai
tersebut. Dalam hal ini juga masyarakat pinggiran Sungai Karang Mumus membuang sampah
sembarangan ke sungai dan kegiatan MCK yang langsung ke sungai juga menjadikan pendangkalan di
dasar sungai semakin tinggi sehingga apabila terjadi hujan yang cukup lama dapat menimbulkan
banjir.
Adapun langkah-langkah yang telah dilakukan untuk dapat mengurangi permasalahan pada
Sungai Karang Mumus ialah pengendalian pencemaran Sungai Karang Mumus dengan
diterbitkannya Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah, serta adanya
gerakan membersihkan Sungai Karang Mumus yang dilakukan oleh organisasi GMSS (Gerakan
Memungut Sehelai Sampah) dengan mengajak masyarakat memungut sehelai sampah. Kemudian
ada pula Forum Satu Bumi yang merupakan gabungan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan
Organisasi Mahasiswa yang ikut turut membantu dalam mengendalikan pencemaran sungai. Namun
hal tersebut belum mendapatkan hasil yang maksimal dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat
sekitar sungai akan larangan membuang sampah di sungai dan masih banyaknya kegiatan yang
berada di sekitar pinggiran Sungai Karang Mumus.
Solusi yang dapat diberikan ialah dilakukan normalisasi sungai dengan merelokasi kawasan
permukiman atas air dan merubah kawasan sempadan sungai tersebut menjadi RTH agar tidak
terdapat kegiatan yang menimbulkan pencemaran lagi di DAS Karang Mumus. Kemudian perlunya
meninjau ulang perizinan dari pertambangan serta pabrik tahu tempe yang berada pada sekitar DAS
Karang Mumus dengan mewajibkan adanya pengolahan limbah pribadi sehingga limbah yang alirkan
ke sungai tidak lah berbahaya dan mencemari lingkungan. terakhir ialah perlunya adanya koordinasi
antara Pemerintah, LSM, dan masyarakat sekitar sungai dalam pengendalian dan pengawasan
pencemaran Sungai Karang Mumus dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesadaran dan
pemahaman masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar Sungai Karang Mumus

Kondisi Sungai Karang Mumus yang terdapat banyak permukiman atas air
Sumber : Tribun Kaltim, 2017
Kondisi Kualitas Air di Sungai Karang Mumus Samarinda
Sumber : Mongabay, 2016
Sumber :
Aditya, Nur. 2016. Hari Air Sedunia, Ada 12 Tambang Cemari Sungai di Samarinda. Merdeka.com.
Diakses Pada Tanggal 13 Februari 2019. https://www.merdeka.com/peristiwa/hari-air-
sedunia-ada-12-tambang-cemari-sungai-di-samarinda.html
Aziza, Tri Noor. 2017. Secercah Asa Dalam Penyelamatan Sungai Karang Mumus. Tribun Kaltim.
Diakses Pada Tanggal 13 Februari 2019 http://kaltim.tribunnews.com/2017/05/14/secercah-
asa-dalam-penyelamatan-sungai-karang-mumus
Dhad, Ferly Faizal. 2018. Penanganan Terhadap Pencemaran Sungai di Kota Samarinda. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta
Hardjanto, Yustinus S. 2016. Karang Mumus, Sungai Vital di Samarinda yang Harus di Selamatkan.
Mongabay. Diakses Pada Tanggal 13 Februari 2019
https://www.mongabay.co.id/2016/03/28/karang-mumus-sungai-vital-di-samarinda-yang-
harus-diselamatkan/
Rofandy. 2017. Upaya Pemerintah Kota Samarinda Dalam Pengendalian Pencemaran Sungai Karang
Mumus di Kecamatan Samarinda Kota. eJournal Ilmu Administrasi Negara. Universitas
Mulawarman. Samarinda

Anda mungkin juga menyukai