Anda di halaman 1dari 155

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

BAB II
PELINGKUPAN

2.1. Deskripsi Rencana Kegiatan Yang Akan Dikaji


2.1.1. Status Studi AMDAL

AMDAL merupakan salah satu instrumen pencegahan pencemaran


dan pengrusakan lingkungan hidup sebagaimana yang tertuang dalam
UU No. 32 Tahun 2009 dan pelaksanaannya diatur dalam PP No. 27
Tahun 2012. Dalam Undang-Undang tersebut, dijelaskan bahwa AMDAL
merupakan suatu kajian mengenai dampak penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup dan
diperlukan pada proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Penyusunan dokumen
AMDAL rencana pembangunan Hotel Porter Makassar dilakukan setelah
kegiatan Studi Kelayakan (Feasibilty Study) dan Pembuatan Detailed
Engineering Design (DED).

2.1.2. Kesesuaian Lokasi dengan Rencana Tata Ruang Kota


Makassar

Lokasi Pembangunan Hotel Porter Makassar secara administratif


terletak di Jalan Lamadukelleng No. 14, Kel. Maloku, Kec. Ujung Pandang,
Kota Makassar. Peta overlay lokasi kegiatan dengan Peta Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Makassar dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan
Gambar 2.2. Rencana Pembangunan Hotel Porter Makassar telah sesuai
dengan Perda Kota Makassar No. 6 Tahun 2006 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Makassar 2005-2015, dimana lokasi berada pada
Wilayah Pengembangan (WP) III Pusat Kota, dengan dasar kebijakan
utamanya mengarah pada kegiatan revitalisasi kota, pengembangan
jasa dan perdagangan, pusat bisnis dan pemerintahan serta

PT. Porter Hotel Makassar II-1


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

pengembangan kawasan pemukiman secara terbatas dan terkontrol


guna mengantisipasi semakin terbatasnya lahan kota yang tersedia
dengan tanpa mengubah dan mengganggu kawasan dan atau bangunan
cagar budaya. Lokasi rencana pembangunan hotel porter berada pada
kawasan pengembangan terpadu untuk kawasan pusat kota, yang
berada pada bagian tengah barat, tengah dan selatan kota mencakup
wilayah Kec. Wajo, Bontoala, Ujung Pandang, Mariso, Makassar, Ujung
Tanah dan Tamalate. Dengan demikian maka, lokasi Pembangunan Hotel
Porter Makassar tidak bertentangan dengan RTRW Kota Makassar.

Berdasarkan hasil analisis SIG dengan mengoverlaykan antara


rencana lokasi dengan rencana pola ruang Kota Makassar, maka lokasi
kegiatan berada pada area penggunaan lain (APL) dengan rencana pola
ruang untuk pemukiman. Sedangkan hasil overlay dengan Peta Indikatif
Penundaan Izin Baru (PIPIB), menunjukkan bahwa rencana lokasi
pembangunan hotel berada di luar Peta Indikatif Penundaan Izin Baru
(PIPIB). Hasil overlay dengan PIPIB dapat dilihat pada Gambar 2.3.

PT. Porter Hotel Makassar II-2


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 2.1. Peta Rencana Lokasi Dengan Rencana Pola Ruang Kota Makassar 2005-2015

PT. Porter Hotel Makassar II-3


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 2.2. Peta Overlay Rencana Lokasi Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar 2005-2015

PT. Porter Hotel Makassar II-4


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 2.3. Peta Overlay Rencana Lokasi dengan PIPIB

PT. Porter Hotel Makassar II-5


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

2.1.3. Deskripsi Rencana Kegiatan


A. Tahap Pra Konstruksi

Bentuk rencana kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar


pada tahap pra-konstruksi yaitu Survey dan Penetapan Lokasi

1) Kegiatan Survei dan Penetapan Lokasi

Sebelum penentuan lokasi terlebih dilakukan survey lokasi oleh


PT Porter Hotel Makassar untuk melihat potensi dan prospek
pembangunan hotel di Makassar. Setelah kegiatan survey dilakukan
barulah ditentukan/ditetapkan lokasi prospek pembangunan Hotel
Porter Makassar. Sehingga diperoleh lokasi yang terletak di terletak di
Jalan Lamadukelleng No. 14, Kel. Maloku, Kec. Ujung Pandang, Kota
Makassar
B. Tahap Konstruksi

Jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan pada tahap konstruksi


terdiri atas 6 kegiatan yaitu mobilisasi tenaga kerja konstruksi;
mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan material; pemancangan
tiang bangunan; konstruksi bangunan, sarana dan prasarana;
pemasangan elektrical dan mekanikal dan finishing bangunan.

1. Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi

Secara rinci mengenai jenis pekerjaan, kebutuhan personil dan


kualifikasi pendidikan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
mendukung kegiatan pada tahap konstruksi Hotel Porter Makassar
tersaji pada tabel 2.1.

PT. Porter Hotel Makassar II-6


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Tabel 2.1. Kebutuhan Tenaga Kerja pada Tahap Konstruksi


Pembangunan Hotel Porter Makassar

Sumber: PT. Porter Hotel Makassar, 2015

Jumlah tenaga kerja konstruksi yang akan direkrut oleh PT.


Porter Hotel Makassar adalah 97 orang. Tenaga kerja konstruksi ini
akan dipimpin oleh Project Director yang berpendidikan minimal S1
dan berpengalaman minimal sekitar 10 tahun dalam bidang
manajemen proyek. Tenaga teknis ahli bangunan yang akan direkrut
sebanyak 20 orang, tukang/pekerja bangunan sebanyak 30 orang dan
tukang kayu sebanyak 20 orang.

Dengan memperhatikan komposisi pendidikan dan keahlian


tenaga kerja yang dibutuhkan pada tahap konstruksi tersebut, dapat
dipastikan bahwa, sumberdayanya dapat tersedia secara lokal, dan
karenanya pihak pemrakarsa harus mengutamakan penduduk sekitar
lokasi kegiatan untuk direkrut sebagai pekerja. Sekiranya tenaga kerja
dengan tingkat pendidikan dan keahlian yang dibutuhkan tidak

PT. Porter Hotel Makassar II-7


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

tersedia maka, barulah pihak pemrakarsa dapat merekrut tenaga dari


luar.

2. Mobilisasi/Demobilisai Peralatan dan Material

Kegiatan mobilisasi peralatan dan material bangunan terdiri dari


kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan utama dilakukan
dengan menggunakan truck. Jenis peralatan yang dimobilisasi dan
demobilisasi dapat dilihat pada Tabel 2.2. Selain peralatan utama
diatas, juga dilakukan pengadaan peralatan pertukangan lainnya
yang jumlahnya disesuikan dengan kebutuhan konstruksi.

Tabel 2.2. Jenis Peralatan Utama yang Digunakan

Sumber: PT. Porter Hotel Makassar, 2015

Bahan material yang akan digunakan dalam pembangunan


Hotel Porter Makassar antara lain adalah besi, beton, kayu dan
beberapa material lainnya. Material bangunan yang dimobilisasi akan
menggunakan beberapa jenis kendaraan seperti truck, dump truck
dan truck mixer. Volume material yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Volume material bangunan yang digunakan

PT. Porter Hotel Makassar II-8


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Sumber: PT. Porter Hotel Makassar, 2015

3. Pemancangan Tiang Bangunan

Kegiatan pemancangan menggunakan sistem Hidrolig Hammer,


dengan kedalaman sekitar 25 meter. Kapasitas sangga tiang pancang
sekitar 120 ton/tiang, jumlah tiang pancang yang digunakan sekitar
152 batang dengan jumlah titik pancang 152 titik. Kegiatan
pemancangan dilakukan kurang lebih satu bulan dengan rata-rata
jumlah tiang pancang yang dipasang tiap harinya sekitar 5 sampai 6
batang.

4. Konstruksi Bangunan, Sarana dan Prasarana


Kegiatan konstruksi terdiri dari konstruksi lantai basement,
lantai dasar sampai lantai 18 (lantai atap). Sebelum pembangunan
basement ini terlebih dahulu dilakukan pembangunan struktur bawah.
Lantai basement dimanfaatkan sebagai areal parkir dan ruang genset
serta louding dok, lantai dasar dan lantai dua diperuntukan untuk
lahan parkir, taman, lobby, kantor, toilet dan tangga. Pembagian luas
dan peruntukan bangunan tiap lantai dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Pembangunan ini akan tetap mengacu pada standar KDB, KLB dan
RTH yang berlaku.
Pelaksanaan kegiatan konstruksi rangka bangunan akan
menggunakan tower grand untuk mengangkut material, setelah
konstruksi rangka selesai dilakukan maka penggunaan tower crane
sudah diganti dengan menggunakan lift barang. Kegiatan kontruksi

PT. Porter Hotel Makassar II-9


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

juga termasuk pemasangan dinding luar dan dalam tiap lantai dan
konstruksi atap bangunan. Denah tiap lantai bangunan yang akan
dikonstruksi serta tampak depan dan potongan bangunan Hotel Porter
Makassar dapat dilihat pada Gambar 2.4 sampai dengan Gambar
2.18.
Kegiatan konstruksi juga termasuk pembangunan system
pengolahan air limbah yang dihasilkan. Areal Sewage Treatment Plant
ditempatkan dalam areal basement dengan menggunakan system
biologis. Bangunan Sewage Treatment Plant (STP) terdiri dari
beberapa tahap yaitu: Grease Trap, pada tahap ini merupakan
pengolahan dengan system pemisahan berat jenis limbah cair yang
dihasilkan. Proses pemisahan antara lapisan minyak dan lemak
dengan air dilakukan dengan cara pengendapan, dimana minyak dan
lemak akan berada pada lapisan atas dan terkumpul dalam tabung
penangkap minyak dan lemak.
Tahap kedua, dilakukan Equalizing agar karakteristik dan laju
aliran limbah cair menjadi sama yang masuk ke tahap pengolahan
selanjutnya, tujuan dari kegiatan ini yaitu agar pengolahan limbah
pada tahap berikutnya berlangsung secara maksimal. Setelah
equalizasi limbah dilakukan maka dilanjutkan ke tahap ketiga dengan
cara Aeration, kegiatan aerasi bertujuan untuk memaksimalkan
proses dekomposisi bakteri aerobic dalam melakukan penguraian
bahan organik yang ada di dalam limbah cair. Aerasi yang dilakukan
menggunakan mesin aerator agar konsentrasi oksigen dalam air tetap
terpenuhi.
Tahap keempat yaitu dengan cara settling atau pengendapan.
Proses berlangsung secara alami dimana kecepatan pengendapan
akan dipengaruhi dari massa partikel dalam air limbah. Setelah terjadi
pengendapan akan dilanjutkan dengan cara pengambilan sludge dan
dialirkan masuk pada bak penampungan dan pengeringan. Sebelum
dilakukan pembuangan maka akan dilakukan chlorination untuk
mensterilkan limbah dari bakteri pathogen.

PT. Porter Hotel Makassar II-10


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

PT. Porter Hotel Makassar II-11


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

PT. Porter Hotel Makassar II-12


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL
Gambar 2.4. Lay Out Pemanfaatan Ruang Dasar

PT. Porter Hotel Makassar II-13


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL
Gambar 2.5. Lay Out Rencana Keseluruhan Pemanfaatan Ruang pada Lantai Satu Hotel

PT. Porter Hotel Makassar II-14


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL
Gambar 2.6. Lay Out Rencana Pemanfaatan Lantai Satu dan Mezzanine Level

PT. Porter Hotel Makassar II-15


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL
Gambar 2.7. Perspektif Rencana Lantai Satu

PT. Porter Hotel Makassar II-16


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL
Gambar 2.8. Lay Out Pemanfaatan Lantai Satu dan Dinding

PT. Porter Hotel Makassar II-17


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL
Gambar 2.9. Rencana Lobby

PT. Porter Hotel Makassar II-18


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL
Gambar 2.10. Lighting pada Lantai satu

PT. Porter Hotel Makassar II-19


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL
Gambar 2.11. Rencana Mezzanine

PT. Porter Hotel Makassar II-20


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL
Gambar 2.12. Rencana Board Room

PT. Porter Hotel Makassar II-21


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL
Gambar 2.13. Lay Out Pemanfaatan Lantai Dua dan Lantai Tiga

PT. Porter Hotel Makassar II-22


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 2.14. Lay Out Pemanfaatan Lantai Empat

PT. Porter Hotel Makassar II-23


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 2.15. Lay Out Pemanfaatan Lantai Lima sampai dengan Lantai Empat Belas

PT. Porter Hotel Makassar II-24


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 2.16. Lay Out Pemanfaatan Lantai Lima Belas

PT. Porter Hotel Makassar II-25


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 2.17. Lay Out Pemanfaatan Lantai Enam Belas

PT. Porter Hotel Makassar II-26


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 2.18. Lay Out Pemanfaatan Lantai Tujuh Belas

PT. Porter Hotel Makassar II-27


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 2.19. Perspektif Rencana Bangunan Hotel Porter Makassar

PT. Porter Hotel Makassar II-28


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 2.20. Perspektif Rencana Bangunan Hotel Porter Makassar Tampak dari Depan

PT. Porter Hotel Makassar II-29


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 2.21. Perspektif Rencana Bangunan Hotel Porter Makassar Tampak dari Belakang

PT. Porter Hotel Makassar II-30


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

PT. Porter Hotel Makassar II-31


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL
Gambar 2.22. Perspektif Rencana Bangunan Hotel Porter Makassar Tampak dari Samping

PT. Porter Hotel Makassar II-32


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Lantai dasar dan lantai 1 diperuntukkan untuk parkir, ball room,


meeting room, lantai 2 diperuntukkan untuk kolam renang, ball room,
parkir, ruang lobby, dapur, lantai 3 sampai lantai 17 diperuntukkan
untuk kamar hotel. Adapun letak dan fasilitas hotel sebagai berikut:

Tabel 2.4. Peruntukan bangunan tiap lantai

PT. Porter Hotel Makassar II-33


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Sumber: PT. Porter Hotel Makassar, 2015

5. Pemasangan Electrical dan Mekanikal

Pekerjaan electrical dan mekanikal terdiri dari beberapa


kegiatan utama diantaranya adalah pemasangan jaringan listrik, air
conditioning dan ventilasi mekanis, plumbing, pemadam kebakaran

PT. Porter Hotel Makassar II-34


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

dan alarm, telepon, sound sistem, serta CCTV. Bangunan hotel


menggunakan listrik dari PT. PLN dan juga disediakan mesin generator
sebanyak 1 unit dengan kapasitas 500 kVA. Sistem kelistrikan terdiri
dari panel penghubung dan pembagi, jaringan distribusi listrik, dan
perlengkapan instalasi listrik. Dalam gedung terdapat alarm tanda
kebakaran dan alat pemadam api ringan, serta sistem pemadam yang
bekerja secara aktif dan otomatis (sprinkler). Sekitar gedung juga
disediakan beberapa titik hidran untuk mengantisipasi kebakaran.

6. Finishing Bangunan

Kegiatan finishing bangunan dilakukan dengan cara


membersihkan semua ruang bangunan dan fasilitasnya serta
kegiatan penataan dan pengecatan. Finishing bangunan juga
termasuk penataan dalam gedung dan luar gedung seperti taman,
saluran drainase dan beberapa bangunan lainnya.

c. Tahap Operasional

Kegiatan yang dikelompokkan pada tahap operasi adalah


mobilisasi tenaga kerja operasional, pengoperasian kamar hotel,
pengoperasian sarana dan prasarana hotel, pemeliharaan bangunan
dan fasilitasnya. Uraian masing-masing kegiatan adalah sebagai
berikut:

1. Mobilisasi Tenaga Kerja Operasional


Jumlah tenaga kerja operasional yang digunakan pada saat
operasional sekitar 53 orang. Tenaga kerja yang direkrut terdiri dari
manager, akunting, staf dan tenaga keamanan. Pembagian jumlah
tenaga kerja dan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Klasifikasi, Jumlah dan Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja


Operasional yang Dibutuhkan

PT. Porter Hotel Makassar II-35


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Sumber: PT. Porter Hotel Makassar

2. Pengoperasian Kamar Hotel

Pengoperasian Hotel Porter Makassar terdiri dari kegiatan


pengoperasian 150 kamar hotel, pengoperasian kafe dan restoran,
kolam renang, kitchen, fitness center, spa dan salon. Kafe dan
restoran sebagian besar dimanfaatkan untuk kebutuhan tamu hotel
untuk kebutuhan makan minum, begitu juga dengan kolam renang
yang sebagian besar dimanfaatkan oleh tamu hotel. Proses
operasional Hotel Porter Makassar dan fasilitasnya diperkirakan akan
menggunakan air PDAM.

PT. Porter Hotel Makassar II-36


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Tabel 2.6. Jumlah Kebutuhan Air Operasionalisasi Hotel Porter


Makassar

Sumber: PT. Porter Hotel Makassar, 2015

3. Pengoperasian Peralatan, Sarana dan Prasarana Hotel


Listrik merupakan faktor utama dalam operasional Hotel, suplay
listrik dari PT. PLN (Persero) kadang mengalami gangguan sehingga
harus ada alternatif sumber listrik yang disediakan. Mengantisipasi
kendala tersebut, Hotel Porter Makassar dilengkapi dengan mesin
generator set kapasitas 100 kVA sebanyak dua unit. Mesin generator
ini akan dioperasikan pada saat aliran listrik PT. PLN mengalami
gangguan. Mesin generator di tempatkan di lantai basement yang
menggunakan konstruksi tertutup, luas lahan yang digunakan sekitar
70 m2. Sarana dan prasarana hotel yang akan dioperasikan seperti
kolam renang, spa dan salon, fitness center dan kafe. Kapasitas
tampung air kolam renang sekitar 100 m3, air yang tertampung di
dalam kolam renang tidak pernah dilakukan penggantian mengingat
menggunakan system sirkulasi yang dilengkapi dengan mesin
pengisap. Areal parkiran Hotel Porter Makassar ditempatkan di lantai
basement, lantai dasar dan lantai dua dan tiga dengan luas sekitar
1162.755 m2.

PT. Porter Hotel Makassar II-37


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Tabel 2.7. Kebutuhan Energi Listrik Pengoperasian Sarana Dan


Prasarana Hotel Porter Makassar
No. Lantai Kebutuhan Daya (KW)
1 Basement 62.0592
2 1st Storey 55.804
3 Mezanine 54.928
4 2 nd Storey 55.8768
5 3rd Storey 55.8768
6 4th Storey 55.8768
7 5th Storey 55.8768
8 6th Storey 55.8768
9 7th Storey 55.8768
10 8th Storey 55.8768
11 9th Storey 55.8768
12 10th Storey 55.8768
13 11th Storey 55.8768
14 12th Storey 55.8768
15 13th Storey 55.8768
16 14th Storey 55.8768
17 15th Storey 55.8768
18 16th Storey 52.928
19 Roof top Plan 52.928
1060.9224
Sumber: PT. Porter Hotel Makassar, 2015

4. Pemeliharaan Bangunan dan Fasilitasnya


Pemeliharaan bangunan meliputi pemeliharaan gedung bagian
dalam dan pemeliharaan pada bagian luar. Pemeliharaan dilakukan
secara berkala berupa pengecatan, perbaikan dan penggantian
material serta bagian-bagian tertentu yang mengalami kerusakan.
Kegiatan pemeliharaan juga termasuk pemeriksaan mesin pendukung
operasional seperti generator set, mesin pompa, mesin pendingin
(AC), alat pemanas air untuk kebutuhan mandi tamu hotel dan
beberapa fasilitas lainnya.

PT. Porter Hotel Makassar II-38


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

2.1.5. Alternatif Yang Dikaji Dalam ANDAL

Kajian alternatif lokasi sudah tidak dilakukan mengingat PT.


Porter Hotel Makassar selaku pemrakarsa pembangunan Hotel Porter
Makassar sudah menetapkan lokasi pembangunan diatas lahan milik
sendiri. Kajian alternatif desain dan proses konstruksi sudah
ditetapkan oleh pihak pemrakarsa sehingga alternatif ini sudah tidak
dibahas pula di dalam dokumen ANDAL. Oleh karena itu, kajian
ANDAL Pembangunan Hotel Porter Makassar sudah tidak dilakukan
kajian alternatif.

2.2. Deskripsi Rona Lingkungan Hidup Awal

2.2.1. Komponen Lingkungan Yang terkena dampak


A. Geo - Fisik Kimia
1. Fisiografi dan Geologi Regional
a. Fisiografi Regional
Fisiografi merupakan bentukan alami yang di permukaan bumi,
baik di daratan maupun di bawah permukaan air yang dibedakan
berdasarkan proses-proses pembentukan dan evolusinya. Komponen
yang ditelaah meliputi topografi bentukan lahan (morfologi), struktur
geologi, jenis tanah, kelongsoran, keunikan, kerawanan bentuk lahan
dan batuan secara geologis.
Berdasarkan Peta Rupabumi Indonesia Lembar Ujung Pandang
(2010-54) skala 1:50.000 Edisi I 1991, secara regional fisiografi lokasi
tapak Rencana Pembangunan Hotel Porter, yang berlokasi di Jalan
Lamadukelleng, Makassar dan sekitarnya merupakan daerah
pendataran dan sedimentasi dengan ketinggian asli 3,0 meter di
atas muka laut (dpl). Dataran daerah ini merupakan bagian dari
lembah 2 (dua) sungai, yaitu Sungai Jeneberang di selatan dan Sungai

PT. Porter Hotel Makassar II-39


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Tallo di utara, dan kondisi sekarang merupakan daerah terbangun


padat. Daerah ini terbentuk karena proses fluvial dari bahan endapan
sungai purba dan sungai baru (resen dan sub resen) serta endapan
laut dangkal yang kemudian terangkat di atas permukaan laut.

b. Geologi Regional
Penelaahan kondisi geologi daerah studi baik di permukaan
maupun bawah permukaan didasarkan pada data sekunder
maupun primer hasil pemboran inti dan sondir. Berdasarkan Peta
Geologi Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai (Rab Sukamto
dan Supriatna, 1982), daerah studi dan sekitarnya ditutupi oleh
jenis batuan Tersier dan Kuarter, yaitu batuan gunungapi dan
endapan aluvial. Pada Peta Geologi Regional terdapat tiga satuan
batuan dan deskripsi litologi disajikan pada Gambar 1. Urutannya
dari muda ke tua adalah sebagai berikut :

1). Endapan Aluvial

Endapan Aluvial terletak tidak selaras di atas batuan yang lebih


tua (batuan Formasi Camba), penyebarannya sangat luas terutama di
lokasi tapak proyek dan sekitarnya. Batuan ini terbentuk pada zaman
Kuarter (Aluvium) dan dalam geologi regional endapan aluvial sungai,
rawa dan pantai (Qac). Berdasarkan sifat fisik litologi penyusun dan
posisi terdapatnya, endapan aluvial merupakan batuan termuda di
kawasan ini. Umumnya satuan batuan ini terdiri atas pasir kasar, pasir
halus, lempung dan liat, serta beberapa tempat ditemukan pecahan
binatang laut.

PT. Porter Hotel Makassar II-40


5

119020

Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

119025
10

119035

20

50

Lokasi 1190
Pembangunan

119030

15

ENDAPAN ALUVIUM, RAWA dan PANTAI: Lempung, lanau, pasir, kerikil, dan
batugamping koral, terbentuk dalam lingkungan sungai, rawa, pantai dan delta, tebal
mencapai 30 meter

BATUAN GUNUNGAPI BATURAPE-CINDAKO: Lava dan breksi, dengan sisipan sedikit


tufa dan konglomerat bersusunan basal, sebagian besar porfir dengan fenokris piroksen besar-
Tmc besar sampai 1 cm dan sebagian kecil tansatmata, kelabu tua kehijauan hingga hitam
warnanya. Lava sebagian berkekar meniang dan sebagian berkekar lapis, pada umumnya
breksi berkomponen kasar, dari 16 cm sampai 60 cm, terutama basal da sedikit andesit,
dengansemen tufa berbutir kasar sampai lapili, banyak mengandung pecahan piroksen.

PT. Porter Hotel Makassar II-41


FORMASI CAMBA : Batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi, batupasir
tufaan berselingan dengan tufa, batupasir, batulempung; bersisipan napal, batugamping,
konglomerat dan breksi gunung api, dan batu bara; warna beraneka dari putih, coklat, merah,
kelabu muda samapi kehitaman, umumnya mengeras kuat; berlapis-lapis dengan tebal antara
Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 1. Peta Geologi Regional, Deskripsi Litologi dan Lokasi Tapak Proyek

Gambar 2.23. Peta Geologi Kota Makassar

2). Batuan Gunungapi Baturape-Cindako


Batuan ini dijumpai di sekitar daerah Pampang, Kampus Unhas,
Pannara dan Antang. Batuannya terdiri dari lava dan breksi, dengan
sisipan sedikit tufa dan konglomerat bersusunan basal, sebagian
besar forfir dengan fenokris piroksen besar-besar (hingga 1,0 cm),
warnanya kelabu tua kehijauan hingga hitam. Lava sebagian berkekar
meniang dan sebagian lagi berkekar lapis, pada umumnya breksi
andesit, dengan semen tufa berbutir kasar sampai lapili, banyak
mengandung pecahan piroksen. Batuan ini terbentuk pada Kala
Pliosen Akhir, dan dalam geologi regional disebut sebagai Batuan
Gunungapi Baturape- Cindako (Tpbv).
3). Formasi Camba
Penyebaran Formasi Camba (Tmc) dijumpai di sekitar daerah
Sero dan Borong. Batuannya terdiri atas batuan sedimen laut
berselingan dengan batuan gunungapi, batupasir tufa berselingan
dengan tufa, batupasir dan batulempung bersisipan dengan napal,
batugamping, konglomerat dan breksi gunungapi. Warnanya
beraneka, yaitu coklat merah, kelabu muda sampai hitam.
Umumnya mengeras kuat, berlapis-lapis dengan tebal antara 4,0
cm hingga 100,0 cm. Batuan ini terbentuk pada Kala Miosen
Tengah.
2. Struktur Geologi Regional

Hasil pengamatan dan analisis data boring dan sondir di


beberapa lokasi tapak proyek dan dikorelasikan dengan data
pemboran di lokasi proyek rencana Pembangunan Hotel Porter, yang

PT. Porter Hotel Makassar II-42


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

berlokasi di Jalan Lamadukelleng, Makassar dan sekitarnya, tidak


dijumpai adanya gejala yang memberikan indikasi struktur geologi
yang dinamis dan penting, yaitu sesar (patahan), lipatan dan kekar.
Lokasi tapak proyek relatif sangat jauh dari sesar normal regional
yang terdapat di sebelah timur dan sesar geser yang terdapat di
lepas pantai pada bagian barat daya. Untuk jelas terdapat pada
Gambar 2 Peta Seismotektonik Provinsi Sulawesi Selatan. Keadaan
lingkungan geologi struktur batuan alas (bed rocks) di daerah ini
berada dalam keseimbangan, relatif sangat aman dari proses geologi
dinamis yang dapat mengakibat kerusakan terhadap hasil
pembangunan atau bencana geologi.

PT. Porter Hotel Makassar II-43


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 2. 24. Peta Seismotektonik Propinsi Sulawesi Selatan


Sumber: BMKG Wilayah IV Makassar

PT. Porter Hotel Makassar II-44


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Sumber : Peta Seismotektonik Indonesia, E.K. Kertapati, A. Soehaimi


dan A. Djuhanda, (1992)
3. Morfologi dan Geologi Tapak Proyek
a. Morfologi dan Topografi Tapak Proyek
Sebagian besar lokasi tapak proyek rencana Pembangunan
Hotel Porter, yang berlokasi di Jalan Lamadukelleng, Makassar dan
sekitarnya merupakan morfologi dataran pantai yang saat ini tidak
dipengaruhi oleh sungai Jeneberang dan pasang surut laut. Lokasi
tapak proyek telah terpisah dari pengaruh pasang surut pantai akibat
adanya Jalan Somba Opu dan reklamasi pantai losari serta pembuatan
tanggul atau talud penahan gelombang.
Satuan morfologi wilayah ini dibentuk oleh bahan endapan
sungai purba dan sungai baru, sehingga terbentuk Teluk Losari.
Endapan Aluvial ini belum mencapai kestabilan tanah secara geologis,
oleh karena itu tanah termasuk masih gembur. Morfologi dan
topografi tapak proyek datar (flat), selang lereng lebih kecil dari 2%
dan perbedaan tinggi lebih kecil dari 4,0 meter.

b. Geologi Tapak Proyek

Berdasarkan sejarah geologi daerah Kota Makassar, bahwa


batuan yang mengalasi wilayah Kota Makassar adalah batuan
sedimen kompak berumur Miosen Atas ( 9 juta tahun yang lalu)
yang terdiri atas tufa, breksi tufa, batupasir, batugamping dan
konglomerat yang diendapkan pada lingkungan laut (Sukamto dan
Supriatna, 1982). Di atas batuan alas diendapkan lempung, pasir
halus, pasir sedang dan pasir kasar yang bersumber dari sungai
Jeneberang. Arah arus yang dominan ke arah utara di Selat Makassar
mengangkut pasir yang telah diendapkan di muara sungai
Jeneberang, berangsur-angsur membentuk pematang sungai purba
dan pematang pantai purba, garis pantai Kota Makassar berkembang
ke arah barat sehingga terbentuk Teluk Losari dan Delta di muara
Sungai Jeneberang.

PT. Porter Hotel Makassar II-45


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Penelaahan kondisi geologi lokasi tapak proyek rencana


Pembangunan Hotel Porter, yang berlokasi di Jalan Lamadukelleng,
Makassar dan sekitarnya baik di permukaan maupun bawah
permukaan didasarkan pada data sekunder dan data primer hasil
pemboran maupun dari pembuatan sondir (Muliadi, 1982)
disampaikan pada Gambar 3, Sejarah Geologi Purba perubahan garis
pantai Kotamadya Makassar (Hehanussa, dkk; 1983).

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Ujung Pandang, Benteng dan


Sinjai (Rab Sukamto dan Supriatna, 1982), dan Gambar 3 Blok-
Diagram penampang geologi Kota Makassar (Hehanussa, dkk; 1983),
dimana skala vertikal jauh lebih besar daripada skala horizontal,
digambarkan batuan alas yang membentuk cekungan yang diisi oleh
endapan dari Sungai Tallo dan Sungai Jeneberang sehingga terbentuk
Delta di muara Sungai Jeneberang dan Teluk Losari. Daerah studi
ditutupi oleh jenis batuan kuarter, yaitu endapan aluvium. Secara
regional endapan ini merupakan endapan aluvial yang menumpang
tidak selaras di atas batuan alas Batuan Gunungapi Baturape -
Cindako (Tpbv). Batuan alas ini kompak, keras dan mempunyai daya
dukung lebih besar dari 200 kg/cm2 (Muliadi, 1982).

PT. Porter Hotel Makassar II-46


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 2.25. Blok-Diagram Penampang Geologi Kotamadya Makassar

4. Kegempaan dan Getaran


a. Kegempaan
Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 (enam) wilayah gempa,
dalam hal ini wilayah gempa 1 adalah wilayah dengan kegempaan
paling rendah dan wilayah gempa 6 dengan kegempaan paling tinggi.
Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4. Peta Pembagian Zona
Gempa ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat
pengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun yang
dinilai rata-ratanya untuk setiap wilayah gempa.

PT. Porter Hotel Makassar II-47


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Tinjauan terhadap faktor kegempaan ini dimaksudkan agar struktur


bangunan yang direncanakan memiliki ketahanan gempa sesuai
dengan yang direncanakan berdasarkan standar yang berlaku dan
dapat berfungsi:
Menghindari terjadinya korban jiwa manusia oleh runtuhnya
struktur bangunan akibat gempa yang kuat.
Membatasi kerusakan struktur bangunan akibat gempa
ringan sampai sedang, sehingga masih dapat diperbaiki.
Membatasi ketidak nyamanan penghunian bagi penghuni
struktur bangunan ketika terjadi gempa ringan sampai
sedang.
Mempertahankan setiap saat layanan vital dari fungsi struktur
bangunan.
Berdasarkan studi pustaka kegempaan yang telah dilakukan
menunjukkan, bahwa pengaruh struktur geologi seperti sesar aktif,
tidak nampak berperan terhadap kejadian gempa dan tsunami di
wilayah lokasi proyek rencana Pembangunan Hotel Porter, yang
berlokasi di Jalan Lamadukelleng Makassar dan sekitarnya.
Berdasarkan Peta Pembagian Zona Gempa Indonesia Gambar 4, lokasi
tapak proyek tersebut terdapat pada wilayah zona gempa A, koefisien
zona gempa (0,00 - 0,30) termasuk kriteria rendah (Pusat Litbang
Sumber Daya Air, 2004). Bila mengacu pada Peta Wilayah Gempa
Indonesia (Pekerjaan Umum, 2010) lokasi tapak proyek tersebut
terdapat pada wilayah gempa 2 (dua), berwarna biru, koefisien
daerah lokasi tapak proyek dan sekitarnya termasuk 0,10 g masih
termasuk kriteria rendah.
Lokasi tapak proyek rencana Pembangunan Hotel Porter, yang
berlokasi di Jalan Lamadukelleng Makassar tidak termasuk dalam
188 Daerah Berisiko Tsunami Indonesia atau dengan kata lain jauh
dari Lokasi Gempa Penyebab Tsunami Indonesia, untuk jelasnya
disajikan pada Gambar 5. Maka dapat disimpulkan lokasi tapak proyek
rencana Pembangunan Hotel Porter, yang berlokasi di Jalan

PT. Porter Hotel Makassar II-48


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Lamadukelleng Makassar ini sangat aman dari gempa bumi dan


tsunami. Selain itu dibagian barat lepas pantai Kota Makassar banyak
dijumpai gosong dan beberapa pulau diantaranya P. Samalona, P.
Bara Lompo, P. Khayangan dan P. Laelae yang dapat berfungsi
sebagai pemecah gelombang. Kondisi pantai aman dari pusat gempa
penyebab tsunami, inilah yang menyebabkan banyak pemodal
berlomba-lomba untuk mereklamasi dan membangun wilayah Tanjung
Bunga dan sekitarnya.

Gambar 2.26. Peta Pembagian Zona Gempa Indonesia

PT. Porter Hotel Makassar II-49


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2012).

Gambar 2.27. Lokasi Gempa Penyebab Tsunami Indonesia dan


sekitarnya

Berdasarkan studi pustaka kegempaan yang telah dilakukan


menunjukkan, bahwa pengaruh struktur geologi seperti sesar
aktif, tidak nampak berperan terhadap kejadian gempa di daerah
Makassar dan sekitarnya, khususnya di lokasi tapak proyek. Lokasi
proyek rencana Pembangunan Hotel Porter, yang berlokasi di
Jalan Lamadukelleng Makassar dan pelengkapnya termasuk
dalam pengaruh gempa (zona sismik) dengan koefisien daerah
(zone factor) = 0,56 sama dengan lokasi Bendungan Bili-Bili,
berdasarkan Peta Zone Seismik untuk perencanaan bangunan
air tahan gempa yang diterbitkan oleh DPMA (1981)
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 6.
Nilai z = 0,56 termasuk sangat rendah dan menunjukkan
bahwa daerah studi jauh dari pusat gempa yang terdapat di Pulau

PT. Porter Hotel Makassar II-50


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Sulawesi dan sekitarnya. Sejarah Data Seismik Sulawesi Selatan


menunjukkan, bahwa lokasi proyek rencana Pembangunan Hotel
Porter, yang berlokasi di Jalan Lamadukelleng Makassar dan
pelengkapnya relatif sangat aman terhadap gempa dan gejala
struktur geologi yang dapat menimbulkan bencana alam geologi
serta membahayakan hasil pembangunan Hotel Porter.
Selain itu berdasarkan historis gempa yang merusak di
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat kurun waktu 100 tahun lebih
dari tahun 1900 hingga 2013 (Tabel 1) menunjukkan bahwa
belum pernah terjadi gempa bumi khususnya tsunami atau
gelombang pasang yang merusak pantai barat Kota Makassar.
Hasil simulasi Tsunami (Program, 2004) menunjukkan, bahwa
pusat gempa terbesar, dan dekat kota Makassar memiliki pusaran
gempa yang tidak vertikal dengan pantai kota Makassar. Hal ini
menunjukkan bahwa lokasi tapak proyek rencana Pembangunan
Hotel Porter, yang berlokasi di Jalan Lamadukelleng Makassar,
relatif sangat aman terhadap gempa bumi, tsunami dan gejala
struktur geologi dinamis yang dapat merusak Hotel Porter dan
daerah sekitarnya.

Tabel 2.8. Data Gempa dan Tsunami Provinsi Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Barat

No. Tahun Lokasi Jenis Kekuatan Menimbulkan

1 29-12-1828 Bulukumba Tsunami - Kerusakan dan korban jiwa

58 orang meninggal, 100 luka-luka,


Gempa -
2 11- 4-1967 Tinambung 5,3 SR dan 13 hilang dan terjadi tanah
Tsunami
longsor.

64 orang meninggal, 97 luka-luka,


Gempa -
3 23- 2-1969 Majene 6,9 SR 1.287 rumah dan mesjid rusak
Tsunami
berat/ringan.

PT. Porter Hotel Makassar II-51


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Kerusakan pada bangunan,


4 6- 9 - 1972 Mamuju Gempa 5,8 SR
getaran dirasakan sampai Majene

2 orang meninggal, 5 luka berat, 24


5 8 - 1 - 1984 Mamuju Gempa 6,6 SR luka ringan dan 70 bangunan rusak
berat dan 278 rusak ringan.

Ulaweng, Tanah longsor, dan banguan rusak


6 8- 4 - 1993 Gempa 5,3 SR
Mamuju berat dan ringan.

20 orang meninggal, 22 luka berat,


Pinrang dan
7 28- 9- 1997 Gempa 6,0 SR 10 luka ringan dan berbagai
Parepare
bangunan rusak berat.

Sumber: Diolah dari BMKG Balai Wilayah IV Makassar dan beberapa sumber.

PT. Porter Hotel Makassar II-52


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar : 6
PETA
ZONA SEISMIK
PROV. SULSEL DAN PROV. SULBAR

Gambar 2.28. Zona Seismik Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi


Barat

PT. Porter Hotel Makassar II-53


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

PT. Porter Hotel Makassar II-54


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

5. Getaran

Sumber getaran dapat berasal dari kendaraan berat


dan/atau akibat adanya pekerjaan konstruksi (pemancangan
pondasi tiang pancang). Getaran yang berasal dari kendaraan
berat, diperkirakan memiliki intensitas getaran skala kecil/rendah
dengan percepatan maksimum 0,174 0,175 gravitasi atau 3,5 -
4,0 skala Richter. Pada lapisan pasir berbutir halus sedang yang
terletak di bawah muka airtanah, perlu diperhatikan terjadinya
likuifaksi yang disebabkan getaran gempa bumi maupun buatan
yang melebihi ambang batas percepatan maksimum sebesar 0,30
garvitasi terutama di kedalaman 1 sampai 6 meter. Hal ini
diperlukan untuk analisis sampai sejauh mana dampak yang akan
timbul akibat adanya pekerjaan konstruksi terhadap bangunan
yang sudah ada, maupun dampak kondisi lingkungan terhadap
proyek sendiri. Hubungan intensitas getaran dengan akibat yang
ditimbulkan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2.9. Hubungan Intensitas Getaran Dengan Akibat Yang


Ditimbulkan

Intensitas Getaran (Skala Richter) Akibat Yang ditimbulkan


3,0 Sangat Lemah Hanya terdeteksi oleh seismograf
3,0 - 3,4 Lemah Hanya dirasakan oleh orang peka
3,5 - 4,0 Kecil Sama dengan getaran akibat truk besar lewat
4,1 - 4,4 Sedang Benda-benda lepas dan bergoyang
4,5 - 4,8 Agak kuat Membangunkan orang tidur
Pohon bergoyang, sebagian roboh, benda-benda lepas
4,9 - 5,4 Kuat
berjatuhan
5,5 - 6,0 Sangat kuat Dinding bangunan retak
6,1 - 6,5 Merusak Sejumlah bangunan roboh
6,6 Menghancurkan Sebagian besar bangunan runtuh, tanah retak dan longsor
Sumber : Shunzo Okamoto, Pengantar Teknik Gempabumi (1973)

6 Geologi Teknik

a. Kondisi dan Strata Tanah di Lokasi (Site)

Untuk mendapatkan data tanah bawah permukaan maka


dilakukan pengeboran. Adapun hasil dari penyelidikan tanah

PT. Porter Hotel Makassar II-55


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

dilapangan berupa bor inti dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil


pengujian lapangan dirangkumkan sebagai berikut :

Tabel 2.10. Hasil Pengeboran Tanah Tapak Proyek Rencana


Pengembangan Hotel Porter
Kedalama Pengambilan
Elevasi n Sampel
No. Titik SPT
Muka Maksimu
Bor (Test) Undistur Disturb
Tanah m
bed ed
(m)
BH-1 -0,42 25,00 12 2 Full
BH-2 -0,26 25,00 12 2 Full
Sumber : Laporan Akhir Penyelidikan Tanah Rencana
Pembangunan Hotel Porter, Makassar Sulawesi
Selatan. 2014

Penerapan teknologi yang digunakan harus mempertimbangkan


kondisi lingkungan sekitarnya. Sifat fisik dan keterkaitan tanah dan
batuan di daerah studi meliputi kemantapan lereng tanah dan daya
dukung pondasi dari tanah serta batuan setempat. Untuk
mendapatkan data dan informasi yang akurat keadaan tanah bawah
permukaan (subsurface soil condition) pada tapak proyek, maka telah
dilakukan penyelidikan tanah di lapangan dan laboratorium. Di
lapangan dilakukan bor inti pada 2 (dua) titik dan 4 (empat) titik
penyondiran. Data lengkap bor inti disajikan dalam Laporan Akhir
Penyelidikan Tanah Pembangunan Hotel Porter (30 Nopember 2014
s/d 6 Desember 2014). Hasil boring log dan S.P.T. Test Result disajikan
pada gambar dalam Lampiran 1. Berdasarkan hasil
pekerjaan/penyelidikan lapangan pada 2 (dua) titik Bor Inti (BH-1 dan
BH-2) diperoleh susunan lapisan tanah bawah permukaan (stratigrafi)
tapak proyek diuraikan sebagaimana disajikan dalam Tabel 4.
Keadaan perlapisan tanah dilokasi tersebut mempunyai
kesamaan dengan tebal lapisan sedikit bervariasi, relatif datar
dengan kepadatan/konsistensi yang sedikit berbeda. Secara
simplikasi (penyederhanaan) susunan[lapisan tanah di bawah

PT. Porter Hotel Makassar II-56


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

permukaan dapat dibagi menjadi 3 unit lapisan, ditabelisasikan


sebagai berikut:

Tabel 2.11. Data Pengeboran Tanah Lokasi Pembangunan Hotel Porter

Tegangan lapisan
Elevasi Unit Lapisan (m) Tebal (m) Perkiraan Jenis
Qc rata-rata N spt
Unit I Tanah timbunan 0,60 cm selanjutnya
Top Soil -0,0 s/d -1,00 merupakan batu merah, tanah pasir
1,0 5 meningkat 12 - 25
gampingan, coklat/abu abu, tegangan
meningkat ke bawah
Unit II Tanah lanau sedikit pasir sampai
Lapisan Tanah Pasir campur lempung, warna abu-abu tua
-1,50 - 22,00 hitam dari konsistensi medium stiff,
20,5 7 meningkat 45 10 - 30
tebal 1,0 m di atas batuan dasar terdiri
atas batupasir padat gradasi halus
berlanau.
Unit III Batulempung berlapis, kekar rapat
Lapisan batuan dasar (-22,0 dengan tingkat kekerasan 3 - 4
>22,0 30 meningkat 40 >60
m) ke bawah berdasarkan (permukaan) RQD : 80%.
data sekitarnya >25 m.
Sumber : Laporan Akhir Penyelidikan Tanah Pembangunan Hotel Porter Jl. Lamadukelleng Makassar
Sulawesi Selatan. 2014

Kegiatan penyondiran dilakukan pada 4 (empat) titik sondir,


hasilnya disajikan pada Tabel 2.12 dan gambar penampang vertikal
pada gambar dalam Lampiran 10..
Tabel 2.12. Hasil Penyondiran Tanah Tapak Proyek Pembangunan Hotel
Porter
No. Titik Kedalaman Elevasi Muka Nilai Konus (qc) JHP Maksimum
Sondir Maksimum (m) Tanah (m) Maksimum (kg/cm2)
S-01 20,00 -2,00 60 1094
S-02 20,00 -2,00 90 1006
S-02 20,00 -2,00 70 994
S-04 20,00 -2,00 70 1054
Sumber : Laporan Akhir Penyelidikan Tanah Pembangunan Hotel Porter Jl. Lamadukelleng Makassar Sulawesi
Selatan. 2013

b. Muka Air tanah

PT. Porter Hotel Makassar II-57


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Muka airtanah yang diamati pada titik uji dilakukan setiap hari pada
setiap pekerjaan pengeboran 2 x 24 jam, dan sesudah aktivitas
pekerjaan selesai, muka airtanah dijumpai pada kedalaman 1,5 m
sampai 2,0 m di bawah permukaan tanah.

c. Kondisi Geoteknik Site

Rencana Pembangunan Hotel Porter Makassar, dimana terdiri atas


struktur tinggi berupa bangunan berlantai 17 (tujuh belas), dimana
termasuk struktur beban berat, luas lahan 956 m2, luas bangunan
11.857 m2 dan menyediakan 150 kamar. Adapaun kondisi geoteknik
di site (tanah bangunan) adalah sebagai berikut:
Kondisi tanah di site (tanah bangunan) merupakan tanah
endapan sungai purba dan laut purba, dimana sudah pernah
dibebani.
Kondisi tanah di site merupakan endapan pasir setebal 15,0
meter dengan kepadatan relatif medium dense (agak
padat/kompak) hingga padat, selanjutnya lapisan di bawah
merupakan tanah lempung dengan kepadatan relatif meningkat
sampai dengan elevasi - 22,50 meter dan sudah mengalami
konsolidasi sekunder (OCR) sampai di atas lapisan batuan dasar
(bed-rock). Terdapat lempung padat (serphin) setebal 1,0
meter di atas batuan dasar (bed-rock).
Susunan strata perlapisan tanah dari bentuk : lepas agak
kompak kompak agak keras hingga keras (loose medium
dense dense medium stif stif).

PT. Porter Hotel Makassar II-58


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

d. Kemantapan Lereng Tanah

Pada tempat dimana terdapat dua permukaan tanah yang


berbeda ketinggiannya, maka akan ada gaya-gaya yang bekerja
mendorong sehingga tanah yang lebih tinggi kedudukannya cendrung
bergerak ke arah bawah. Di samping gaya yang mendorong ke bawah
terdapat pula gaya-gaya dalam tanah yang bekerja
manahan/malawan sehingga kedudukan tanah tersebut tetap stabil.
Gaya-gaya pendorong berupa gaya berat, gaya tiris/muatan dan gaya-
gaya inilah yang dapat menyebabkan kelongsoran.
Kemantapan atau kestabilan lereng dapat diketahui berdasarkan
sudut kritis lereng, nilai berat isi, kohesi dan sudut geser dalam dari
tanah yang diuji. Sudut lereng (i) adalah sudut yang dibentuk oleh
bidang permukaan tanah dengan bidang horizontal. Oleh karena
daerah tapak proyek permukaannya relatif datar, maka sudut
lerengnya sama dengan nol derajat (i = 0o), sehingga tanahnya
sangat stabil atau tidak mungkin terjadi kelongsoran dan pondasi
duduk pada batuan dasar (bed-rock), yaitu batuan vulkanik (Formasi
Camba). Hasil analisis kemantapan lereng tanah dilakukan pada
setiap lokasi pengambilan contoh tanah tidak terganggu yang
dianggap dapat mewakili kondisi tanah setempat dengan cara
Felenius dan Bowles (1979). Hasilnya lereng mantap hingga sangat
mantap.

e. Amblesan (Subsidence)

Amblesan (penurunan muka tanah), yaitu pergerakan muka


tanah turun ke arah vertikal. Ada beberapa faktor penyebab
amblesan (subsidence) tanah yaitu :
Adanya kompaksi alamiah (proses mencapai kestabilan tanah),
terjadi pada sedimen muda (endapan baru).
Penjedotan air tanah dalam jumlah besar atau berlebihan.
Beban struktur bangunan diatasnya.

PT. Porter Hotel Makassar II-59


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Serta aktivitas teknonik, kegiatan pekerjaan konstruksi


(pemancangan pondasi tiang pancang Metode Hammer).
Kondisi sifat fisik tanah yang umumnya berdaya dukung rendah
(endapan aluvial) baru, belum mengalami kompaksi secara geologis
(kestabilan tanah). Stratigrafi litologi yang terdiri dari lempung, pasir
lepas dan batupasir tidak kompak yang mempunyai daya dukung
berbeda-beda bila mendapat beban, adanya getaran yang
ditimbulkan oleh kendaraan berat atau oleh kerja mesin penggerak
motor pembangkit listrik dan mesin-mesin lainnya dapat
menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah.

f. Pemilihan Tipe Pondasi

Untuk mendukung struktur bangunan Hotel Porter yang


direncanakan 17 (tujuh belas) lantai digunakan pondasi bangunan.
Beberapa pilihan sistem pondasi akan ditinjau dari berbagai aspek,
yakni peninjauan terhadap aspek kekuatan, keadaan tanah,
kemudahan pelaksanaan, harga/biaya, tingkat kebisingan dan getaran
yang ditimbulkan akibat pekerjaan pondasi, dan resiko lingkungan.
Pondasi dangkal berupa pondasi plat penuh tidak dapat digunakan
untuk struktur bangunan Pengembangan Hotel Porter yang
direncanakan 17 (tujuh belas) lantai, bangunan tinggi dimana
termasuk struktur beban berat sangat rawan terhadap bahaya
settlement (subsidence) dan umumnya hanya digunakan untuk
bangunan rendah.
Pondasi tiang pancang Metode Hammer, pondasi ini termasuk
jenis pondasi dalam, pondasi ini biasa digunakan untuk bangunan
tinggi dan cocok pada berbagai jenis tanah. Kendalanya ialah kurang
ramah lingkungan, menimbulkan kebisingan dan getaran pada saat
pelaksanaannya, karena untuk penanam tiang pancang dipukul
dengan hammer, dan resiko lingkungan cukup tinggi karena sekitar
(tanah bangunan) sudah terbangun padat dengan rumah penduduk
dan gedung bertingkat.

PT. Porter Hotel Makassar II-60


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Pondasi tiang pancang Metode Hydraulic Static Pile Driver,


pondasi ini termasuk jenis pondasi dalam, pondasi ini biasa digunakan
untuk bangunan tinggi, cocok pada berbagai jenis tanah. Pondasi
tiang pancang ini cukup kuat menahan beban besar dan biayanya
relatif cukup mahal, karena kontraktor pelaksana sangat sedikit.
Pondasi tiang pancang Metode Hydraulic Static Pile Driver ramah
lingkungan, tidak menimbulkan kebisingan dan getaran saat
pelaksanaannya, relatif mudah, resiko lingkungan sangat kecil.
Metode ini tidak dapat digunakan karena luas lahan lokasi sempit
sehingga tidak memungkinkan untuk manuper peralatan yang
digunakan,
Pondasi tiang bor (bore-pile), pondasi ini dibuat dengan
membor/membuat lubang menggunakan alat bor sampai kedalaman
lapisan pendukung (bed-rock) dan mengisinya dengan beton
bertulang biasa. Kontrol mutu dapat dikontrol, terutama pembersihan
dasar tiang, pengecoran tiang dan duduk datar pada lapisan
pendukung, lapangan keja relatif kotor dengan lumpur karena air
tanah bebas dangkal, serta tanah di lokasi tapak proyek pasir
sehingga mudah longsor. Pelaksanaan pekerjaan relatif lebih lama dan
biayanya lebih murah jika dibandingkan dengan pondasi tiang
pancang Metode Hydraulic Static Pile Driver. Pondasi tiang bor (bore-
pile) dapat digunakan, karena cukup ramah lingkungan dan sangat
sesuai dengan kondisi serta situasi lingkungan lokasi tapak proyek.
Kondisi lingkung tapak proyek Pembangunan Hotel Porter, Makassar
disajikan pada Gambar 7. Jadi metode pemancangan pondasi rencana
Pembangunan Hoter Porter menggunakan Metode Pondasi Tiang Bor
(bore-pile).

PT. Porter Hotel Makassar II-61


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 2.29. Kondisi lingkungan tapak proyek rencana Pembangunan


Hotel Porter, Makassar

Adapun pertimbangan perbandingan kelebihan dan kekurangan


pelaksanaan teknis (konstruksi) dan kondisi lingkungan setempat
yang mendukung, maka dapat disimpulkan bahwa pondasi tiang
pancang Bore-Pile paling layak dipakai untuk proyek
Pembangunan Hotel Porter yang berlantai 17 (tujujh belas) ini, dengan
alasan seperti di bawah ini :

Mempunyai kapasitas yang memadai untuk bangunan Hotel


Porter dengan rencana bangunan berlantai 17 (tujuh belas).
Harga/biaya relatif lebih murah dibandingkan jenis sistem
pondasi tiang bor (bore-pile).
Situasi lingkungan setempat sangat memungkinkan untuk
pemancangan menggukanan Metode Bore-Pile karena tidak
menimbulkan suara dan getaran, serta ramah lingkungan.
Risiko kegagalan pondasi dan resiko lingkungan sangat kecil.

PT. Porter Hotel Makassar II-62


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Tidak kalah pentingnya, termasuk mudah untuk mendapatkan


kontraktor pelaksana.
7. Hidrologi dan Hidrogeologi
7.1 Hidrologi
a. Sistem Sungai dan Drainase
Sebagai bagian dari Kota Makassar, secara umum daerah tapak
proyek rencana Pembangunan Hotel Porter, di Jalan Lamadukelleng
Makassar dan sekitarnya merupakan dataran yang berada diantara
dua (2) sistem sungai, yaitu sungai Tallo di bagian utara dan sungai
Jeneberang di bagian selatan. Wilayah tapak proyek merupakan
daerah relatif bebas banjir dan bebas genangan. Air permukaan
berasal dari air hujan dan luapan air dari saluran samping (side ditch)
di kedua sisi jalan banyak yang tertutup bangunan dan tersumbat
oleh sampah.
b. Drainase Eksisting
Drainase eksisting termasuk dalam drainase Kota Makassar
yang direncakan hanya untuk menampung dan mengalirkan limpasan
air hujan. Kenyataannya sekarang saluran samping (side ditch)
menerima limbah cair dari berbagai kegiatan sehingga melampaui
daya tampung dan daya dukung saluran samping jalan.
Saluran samping (side ditch) Jalan Lamadukelleng, relatif tidak
baik dan tersumbat Gambar 8. Saluran drainase ini terletak di muka
lokasi rencana Pembangunan Hotel Porter dan merupakan satu-
satunya saluran drainase yang tersedia. Saluran drainase ini relatif
kering, pendangkalan dan tersumbat sampah.

PT. Porter Hotel Makassar II-63


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

a. Saluran drainase dimuka lokasi b Saluran drainase di pertigaan Jl.


tapak proyek Hotel Porter kering dan Datumuseng
tersumbat dan Jl. Lamadukelleng air tidak mengalir
Gambar 2.30. Saluran drainase di sekitar lokasi Rencana
Pembangunan Hotel Porter dangkal dan tersumbat sampah sehingga
air tidak mengalir

7.2. Hidrogeologi
a. Hidrogeologi Regional
Kondisi hidrogeologi regional dan lokasi tapak proyek meliputi
hidrogeologi permukaan dan bawah permukaan (air tanah) antara
lain: sistem akifer sebagai media tempat terakumulasinya air tanah,
potensi air tanah secara umum, dan macam air tanah. Kondisi fisik
daerah resapan air permukaan tergolong cukup baik, karena lapisan
(solum) tanah cukup dalam dan endapan aluvial diperkirakan berkisar
antara beberapa meter hingga 20,0 m tergantung lokasi dan
permukaan tanah setempat. Lahan terbuka (ruang terbuka hijau)
relatif sempit, karena kawasan ini terbangun padat oleh permukiman,
pertokoan, perkantoran, Wisma dan Hotel bertingkat, asrama,
berbagai macam rumah makan dan tempat hiburan dan lain-lain.
Peta Hidrogeologi Regional Daerah Penelitian disajikan pada
Gambar 9. Berdasarkan penelaahan dari Peta Hidrogeologi Lembar
2010 Ujung Pandang, 2109 Benteng dan 2110 Sinjai Sulawesi
(Mudiana. W, Mukna. H.S. dan Soetrisno. S, 1984), dan pengamatan
lapangan sumur gali penduduk serta sumur bor yang pernah
dilakukan, diperoleh data dan informasi bahwa sistem akifer di lokasi
tapak proyek dan sekitarnya secara regional dibentuk oleh 2 (dua)

PT. Porter Hotel Makassar II-64


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

kelompok akifer yaitu: akifer dengan aliran melalui ruang antar butir
dan akifer bercelah atau sarang.
Akifer dengan aliran melalui ruang antar butir; akifer ini
dibentuk oleh endapan aluvial terdiri dari bahan-bahan yang bersifat
lepas. Air tanah yang tersimpan pada endapan ini akan mengisi ruang
antar butir dari batuan penyusun tersebut. Batuan sebagai penyusun
akifer pada endapan ini adalah endapan rawa, endapan sungai dan
endapan pantai terdiri dari pasir halus hingga kasar, lanau dan
lempung. Lapisan pasir atau yang bersifat pasiran merupakan lapisan
yang dominan. Pada umumnya akifer pada endapan aluvial bercirikan
sebagai akifer tidak tertekan atau akifer bebas (air tanah bebas).
Akifer bercelah atau sarang; akifer jenis ini dibentuk oleh
batuan sedimen vulkanik yang cukup kompak terdiri dari batupasir,
batulempung, batulanau, tufa dan batupasir tufaan. Umumnya
mempunyai kelulusan rendah dan pada bagian yang kurang padu
kelulusan sedang. Air tanah didapat pada pemboran dalam, yang
terdapat di antara dua lapisan kedap air disebut dengan air tanah
tertekan (artesis).
Potensi air tanah bebas regional terdapat pada jenis akifer
produktifitas sedang sampai tinggi penyebaran setempat, jenis akifer
ini keterusan sedang sampai agak tinggi, dengan debit sumur sedang
sampai tinggi (1 l/detik 5 l/detik), terdapat pada endapan aluvial
sungai dan pantai. Akifer produktifitas sedang sampai langka
penyebaran luas, jenis akifer ini tidak menerus, tipis dan keterusan
rendah, dengan debit sumur rendah terdapat pada batuan gunungapi.
Potensi air tanah tertekan (dalam) regional terdapat jenis akuifer
langka sampai sangat langka, penyebaran setempat, jenis akuifer ini
keterusannya sangat rendah, debit sangat rendah pada kedalam lebih
besar dari 60 meter di bawah permukaan tanah setempat dan
terdapat pada batuan gunungapi.

PT. Porter Hotel Makassar II-65


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 2.31. Peta Hidrogeologi Regional Lokasi Tapak Pembangunan Hotel Porter Makassar dan sekitarnya

PT. Porter Hotel Makassar II-66


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

b. Hidrogeologi Tapak Proyek


Batuan yang terdapat di lokasi tapak proyek rencana
Pembangunan HOTEL PORTER, di Jalan Lamadukelleng Makassar dan
sekitarnya adalah endapan aluvial sungai, rawa dan pantai, yang
terdiri dari pasir halus sampai kasar, lanau dan lempung. Wilayah
endapan aluvial sungai, dan pantai meliputi seluruh tapak proyek,
kelulusan sedang hingga tinggi, muka air tanah bebas pada umumnya
termasuk dangkal dan kualitas air tawar.
Sistem pemanfaatan sesuai untuk pembangunan sumurgali.
Muka airtanah bebas berdasarkan hasil pengamatan titik sondir
beberapa sumur penduduk yang tersebar di lokasi tapak proyek dan
sekitarnya berada pada kedalaman - 1,0 sampai - 2,0 meter pada
musim kemarau (akhir Desember 2014). Pada musim penghujan
permukaan airtanah bebas berkisar 1,0 meter sampai 1,5 meter di
bawah permukaan tanah setempat. Arah aliran air tanah bebas
relatif ke arah barat ke arah laut Pantai Losari. Tebal lapisan pembawa
air (akifer) yang terdiri dari lapisan pasir halus lepas jenuh air berkisar
antara 8,0 hingga 14,0 meter dan mampu menghasilkan air tanah
dengan debit antara 2 sampai 5 l/detik. Lapisan kedap air (impervious
layer) yang terletak di bawahnya merupakan lapisan lempung (liat).
Potensi sumberdaya air tanah bebas/dangkal berkisar pada
kedudukan dari 0 sampai 20 m dari permukaan laut. Muka air tanah
berkisar dari 0,25 m sampai 1,60 m dengan jenis lapisan akifer
berupa pasir halus, pasir lempung. Untuk porositas berkisar 30 %
sampai 35 %. Ketersediaan air tanah setiap tahunnya akan
mengalami penurunan dengan semakin meningkatnya pertumbuhan
jumlah penduduk, industri perhotelan, pembangunan rumah sakit,
mall, perumahan mewah dan sektor industri. Sebaliknya ruang
terbuka hijau (RTH) semakin berkurang dan daerah resapan air
banyak yang berubah menjadi bangunan masif, air hujan tidak dapat
masuk kedalam tanah.

PT. Porter Hotel Makassar II-67


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Pada beberapa kecamatan hampir setiap tahunnya mengalami


keterbatasan air bersih. Suplai air dari PDAM belum mampu
mencukupi kebutuhan air penduduk Kota Makassar. Maka
alternatifnya penggunaan sumur resapan air hujan dan PDAM harus
dipadukan. Penggunaan air tanah tanpa pengaturan, akan dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan misal terjadinya amblesan
(subsidence), intrusi air laut, air tanah tercemar oleh mikrobiologi
(coliform), minyak dan lemak serta unsur lainnya. Penurunan
permukaan airtanah di beberapa kecamatan telah dirasakan oleh
penduduk. Potensi airtanah bebas (airtanah dangkal) di Kota
Makassar dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 2.13. Potensi Air tanah Bebas (Air tanah dangkal) di Kota
Makassar

Kedudukan Spf
Muka air Jenis lapisan Porosita
Kecamatan Luas air muka yiled
tanah akifer s (%)
laut (%)

Pasir halus
Mariso 236 0-2.70 0.45-1.2 30-45 15
pasir lempung

Pasir halus
Mamajang 199 0.5-2.86 0.3-3.2 30-45 15
pasir lempung

Pasir halus
Tamalate 583 0-2.69 0.15-2.61 35-55 10
pasir lempung

Pasir halus
Makassar 250 2.1-2.3 0.43-2.4 30-35 15
pasir lempung

Ujung Pasir halus


263 1.75-3.9 0.25-1.6 30-35 20
Pandang pasir lempung

Pasir halus
Wajo 252 1.7-3.8 0.2-2.1 35-50 15
pasir lempung

PT. Porter Hotel Makassar II-68


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Pasir halus
Bontoala 125 1.6-3 0.15-1.1 35-55 10
pasir lempung

Pasir halus
Ujung tanah 125 0-2.9 0.25-0.75 35-55 10
pasir lempung

Pasir halus
Tallo 2.944 0.8-20.9 0.17-2.5 30-45 8
pasir lempung

Pasir halus
Panakkuakang 4.119 0-4.01 0.11-0.4 30-35 15
pasir lempung

Pasir halus
Biringkanaiya 8.006 0-22 0.5-15 35-45 8
pasir lempung

Untuk mendapatkan data geometri cekungan dan konfigurasi


sistem akifer air tanah dalam (tertekan) serta volume air tanah yang
dapat dieksploitasi tanpa menimbulkan dampak negatif, perlu
dilalukan penyelidikan lanjutan yaitu mengunakan data geolistrik.
Tujuan dari penyelidikan geolistrik adalah untuk memberikan
informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan proyek
tersebut, yaitu pemilik proyek dan perencanaan agar pemanfaatan air
tanah tertekan dapat dilakukan secara ekonomis dan aman, serta
jumlah sumur resapan yang perlu dibuat agar airtanah terjamin
secara berkelanjutan.

8. Iklim

a. Kelembaban Udara

PT. Porter Hotel Makassar II-69


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Sekitar lokasi kegiatan mempunyai kelembaban udara yang


relatif tinggi yaitu berkisar antara 73 sampai 87%. Kelembaban udara
tertinggi terjadi pada bulan Desember dan Januari kemudian menurun
sampai terendah pada bulan September dan naik lagi sampai pada
bulan Desember. Kelembaban udara rata-rata bulanan dapat dilihat
pada Tabel 2.13 dan Gambar 2.18.
Tabel 2.14. Kelembaban Udara Rata-Rata Bulanan

Gambar 2.32. Kelembaban udara rata-rata bulanan selama 15 tahun


terakhir

b. Arah dan Kecepatan Angin


Data kecepatan dan arah angin tiap jam selama tahun 2013
diperoleh dari Stasiun Klimatologi Paotere melalui Badan Meteorologi
dan Geofisika Wilayah IV Makassar. Dari data angin yang diperoleh
menunjukkan bahwa kecepatan berkisar antara 1 sampai 17 knots.

PT. Porter Hotel Makassar II-70


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Selama tahun 2013 arah angin dominan dari arah barat (35 %)
kemudian dari arah barat laut (27 %), arah timur (15 %), arah timur
laut (8%) dan sebagian kecil datang dari arah tenggara, utara, selatan
dan barat daya. Persentase kecepatan angin yaitu 1-4 knots sebesar
64,9%, kecepatan 4-7 knots sebesar 33,4%, kecepatan 7-11 knots
sekitar 1,4% dan kecepatan 11-17 knots sekitar 0,3%. Data arah dan
kecepatan serta distribusi frequency angin dapat dilihat pada Gambar
2.19 dan Gambar 2.20.

Gambar 2.33. Wind Rose Sekitar Lokasi

Gambar 2.34. Distribusi Frequensi Angin Di sekitar Lokasi

PT. Porter Hotel Makassar II-71


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

c. Curah Hujan dan Hari Hujan


Dari data curah hujan yang diperoleh menunjukan bahwa pada
bulan Januari merupakan bulan yang memiliki curah hujan yang tinggi
yaitu sekitar 25,55 mm per hari hujan dengan intensitas hujan tiap
hari. Jumlah air hujan terendah yang jatuh dalam wilayah satu meter
persegi terjadi pada Bulan Agustus yaitu sekitar 1,10 mm. Rata-rata
curah hujan harian yang ada di Kota Makassar selama tujuh tahun
terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.14 dan Gambar 2.21.
Tabel 2.15. Rata-Rata Curah Hujan Harian

Gambar 2.35. Rata-rata Curah Hujan Harian Selama Enam Tahun


Terakhir

9. Kondisi Lahan Bangunan


Lokasi Rencana Pembangunan Hotel Porter Makassar di Jalan
Lamadukelleng No. 14, Kel. Maloku dan sekitarnya merupakan daerah
pendataran dan sedimentasi dengan ketinggian asli 7,0 meter di

PT. Porter Hotel Makassar II-72


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

atas muka laut (dpl). Kondisi tanah di site sebagian merupakan lahan
terbuka ditumbuhi oleh semak. Di sekitar tapak proyek rencana
pembangunan Hotel Porter Makassar di Jalan Lamadukelleng No. 14,
Kel. Maloku termasuk daerah terbangun padat. Beberapa bangunan
yang terdapat di sekitarnya dan akan terkena dampak.

Gambar 2.36. Kondisi Lahan Lokasi Tapak Proyek Pembangunan Hotel


Porter Makassar

Bangunan yang berbatasan langsung dengan lokasi tapak


proyek adalah bangunan semi permanen. Bangunan permanen
sebagian besar berada di bagian sekitar lokasi kegiatan , seperti
bangunan rumah tinggal masyarakat.

10. Kualitas Air

Kegiatan pembangunan dan pengoperasian Hotel Forter


Makassardiperkirakan akan berdampak terhadap kualitas lingkungan
perairan di sekitarnya.Dampak terhadap komponen lingkungan ini
dapat dicermati dari perubahan kualitas air terhadap rona
awalnyasaat kegiatan pembangunan dan pengoperasian hotel.
Lingkungan perairan yang berpotensi terkena dampak saatkegiatan

PT. Porter Hotel Makassar II-73


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

ini berlangsung adalah air tanah atau air sumur penduduk yang
berada disekitar lokasi hotel.
Berkaitan dengan studi ini maka beberapa sampel air dari
wilayah studi telah dianalisis pada bulan Juli 2015 dengan parameter
uji fisika dankimia. Pengambilan sampel air dilakukan pada dua sumur
bor dalam wialayah studi dandianalisis di Balai Besar Laboratorium
Kesehatan Makassar.Standar mutusampel airyang diuji mengacu pada
Permenkes RI No. 416/Menkes/PER/IX/1990.Data hasil pengukuran
kualitas air disajikan dalam Tabel.

Tabel 2.16. Kualitas air Kegiatan pembangunan Hotel Porter Makassar


Hasil pemeriksaan Baku
mutu Spesifikasi
No. Parameter uji Waktu Satuan
U1 U2 U3 penguku metode
ran
1 Suhu 1 jam 0
C 27.8 31.4 27.5 - Thermometer
g/Nm
1 jam 3 900
Sulfur g/Nm Spektrofometr
2 24 jam 178.99 195.26 176.09 360
Dioksida (SO2) 3
ik
g/Nm
1 thn 3 60
g/Nm
1 jam 3 400
Nitrogen g/Nm Spektrofometr
3 24 jam 21.04 20.60 22.88 150
Dioksida (NO2) 3
ik
g/Nm
1 thn 3 100
g/Nm
1 jam 3 30.000
Carbon
g/Nm 1501.8 1584.1 Spektrofometr
4 Monoksida 24 jam 1161.90 10.000
3
0 0 ik
(CO)
g/Nm
1 thn 3 1.000
g/Nm
1 jam 3 200
g/Nm Spektrofometr
5 Oksidan (O2) 24 jam 0.843 0.953 1.063 100
3
ik
g/Nm
1 thn 3 50
g/Nm
24 jam 3 230
6 TSP (debu) 10.68 15.24 14.75 Gravimetrik
g/Nm
1 thn 3 1
Spektrofometr
7 Amoniak (NH3) 1 jam ppm 0.049 0.035 0.033 2
ik
8 Kelembaban 1 jam %H 62 50.3 66.4 - Barometrik
Ket: Didasarkan pada Sandar Baku Mutu Permenkes RI No.
416/MenKes/Per/IX/1990

PT. Porter Hotel Makassar II-74


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Parameter Fisik. Kekeruhan sampel air 8 20 NTU (baku mutu:


25 mg/L), kandungan TSS berkisar antara12 - 104 mg/L dan TDS<350
mg/L (baku mutu 1500 mg/L). Berdasarkan baku mutu air kelas I
sesuai Pergub Sulawesi Selatan Nomor 69 tahun 2010, maka
kandungan TSS salah satu sampel telah melampaui baku yang
ditetapkan sebesar 50 mg/L.
Parameter Kimia.Tingkat kemasaman sampel airsumur masih
berada pada kisaran baku mutu pH air tanah, yaitu 7,3 7,5(baku
mutu: 6,0 8,5).Oksigen terlarut berkisar antara 7 - 8 mg/L,
sementara nilai parameter BOD58,3 - 25 mg/L. Walaupun BOD 5tidak
dipersyaratkan untuk air minum, namun berdasarkan syarat air kelas
I, maka air sumur tersebut sudah tergolong tercemar oleh bahan
organik karena telah melampaui baku mutu yang ditetapkan sebasar
2 mg/L.Hal yang serupa terhadap kandungan nitrit yang masih
dibawah baku mutu, yakni 0,01 0,07 mg/L (baku mutu: 1 mg/L),
namun telah melibihi baku mutu untuk standar kualitas air kelas I,
yakni 0,06 mg/L. Parameter uji lainnya, seperti kandungan logam,
nitrat, detergen masih dibawah baku mutu yang ditetapkan, bahkan
beberapa diantaranya tidak terukur atau dibawah batas deteksi alat
uji atau metode uji yang digunakan.
Indeks Pencemaran (IP). Indeks ini digunakan untuk
menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas
air yang dipersyaratkan.Kulitas air sumur bor di wilayah studi masih
tergolong baik bila didasarkan pada standar Permenkes No
416/MENKES/PER/IX/1990, karena semua parameter uji masih
memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Namun demikian, bila
didasarkan pada persyaratan mutu air kelas I sesuai Pergub Sulawesi
Selatan Nomor 69 tahun 2010, maka kualitas air sumur bor tersebut
sudah tergolong tercemar ringan dengan IP sebesar 2,9 4,7 yang
dihitung dari nilai parameter TDS,TSS, pH, BOD 5DO dan nitrit.Status
mutu air sumur bor di wilayah studi berdasarkan IP tersebut masuk
dalam skala 4 berdasarkan skala kualitas lingkungan.

PT. Porter Hotel Makassar II-75


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

11. Kualitas udara


Udara ambien disekitar lokasi rencana pembanguan Hotel
Forter Makassarmerupakan salah satu komponen lingkungan hidup
yang diperkirakan akan terkena dampak dari aktivitas proyek ini.
Dampak terhadap kualitas udara in dapat dicermati dari perubahan
konsentrasi beberapa parameter kualitas udara terhadap rona
awalnya, seperti debu (TSP), SO2, NO2, CO, O3, dan NH3.Perubahan
rona lingkungan udara dapat disebabkan oleh emisi gas buang dan
resuspensi debu saat beberapa kegiatan berlangsung. Data hasil
pengujian kualitas udara ambien di wilayah studi sebagaimana yang
terdapat dalam Tabel 2.17

Tabel 2.17. Data kualitas udara ambien pada beberapa lokasi dalam
wilayah Studi Amdal Rencana pembangunan Hotel Porter
Makassar
Hasil pemeriksaan Baku mutu
Parameter Spesifikasi
No Waktu Satuan pengukur
uji U1 U2 U3 metode
an
0
1 Suhu 1 jam C 27.8 31.4 27.5 - Thermometer
1 jam g/Nm3 900
Sulfur
2 Dioksida 24 jam g/Nm3 178.99 195.26 176.09 360 Spektrofometrik
(SO2) 3
1 thn g/Nm 60
1 jam g/Nm3 400
Nitrogen
3 Dioksida 24 jam g/Nm3 21.04 20.60 22.88 150 Spektrofometrik
(NO2)
1 thn g/Nm3 100
1 jam g/Nm3 30.000
Carbon
3 1501.8 1161.9 1584.1
4 Monoksida 24 jam g/Nm 10.000 Spektrofometrik
0 0 0
(CO)
1 thn g/Nm3 1.000
1 jam g/Nm3 200
5 Oksidan (O2) 24 jam g/Nm3 0.843 0.953 1.063 100 Spektrofometrik
3
1 thn g/Nm 50
3
24 jam g/Nm 230
6 TSP (debu) 10.68 15.24 14.75 Gravimetrik
1 thn g/Nm3 1

PT. Porter Hotel Makassar II-76


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Amoniak
7 1 jam ppm 0.049 0.035 0.033 2 Spektrofometrik
(NH3)
8 Kelembaban 1 jam %H 62 50.3 66.4 - Barometrik
Sumber: Hasil pengujian, 2015
U1: Dalam lokasi Rencana Hotel Porter (E119o 24 38.2 dan S05o 08 33.6)
U2: Pertigaan Jl. Lamaddukelleng, Jl. Sultan Hasanuddin & Jl. Muchtar Luthfi (E119 o 17 45.8 dan 02o 04
05.8)
U3: Pertigaan Jl. Lamaddukelleng dan Jl. Datu Museng (E119 o 24 39.5 dan 05o 08 35.7)
*Baku Mutu Udara Ambien sesuai Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor : 69 tahun 2010

Data dalam Tabel 2.17 menunjukkan bahwa konsentrasi semua


parameter uji kualitas udara ambien dalam wilayah studi masih
memenuhi baku mutu yang ditetapkan atau kualitas udara tersebut
masih kategori sedang atau skala 4 sesuai skala kualitas lingkungan
walaupun terdapat perbedaan konsentrasi paramater uji pada
masing-masing lokasi pengukuran.Secara detail, kualitas udara
berdasarkan beberapa parameter uji diuraikan sebagaimana berikut.
Sulfur Dioksida (SO2). Sulfur dioksida merupakan salah satu
komponen polutan udara hasil pembakaran bahan yang mengandung
sulfur seperti dari proses pembakaran pada kendaraan bermotor,
generator listrik, atau pembakaran sampah organik. Pada konsentrasi
tertentu, gas ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan,
gangguan terhadap vegetasi dan dapat meningkatkan keasaman air
hujan. Kandungan gsa SO2 dalam udara ambien di lokasi studi
berkisar antara 176 hingga 196 g/Nm 3. Konsentrasi SO2 ini masih
dibawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 900 g/Nm3 dan sumber
utama diperkirakan dari asap kendaraan bermotor yang beroperasi
dalam wilayah studi.

Karbon Monoksida (CO).Gas CO bersumber dari hasil


pembakaran tidak sempurna bahan organik, seperti bensin atau solar
pada kendaraan bermotor, batu bara, atau kayu. Pada konsentrasi
tertentu, gas ini dapat menimbulkan efek racun terhadap tubuh
manusia dengan gejala seperti sakit kepala, pusing, dan sesak nafas.
Kandungan gas ini dalam udara ambien di wilayah studi berkisar
antara 1161 hingga1584g/Nm3. Rentang konsentrasi ini masih jauh
dibawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 30.000 g/Nm3. Sumber

PT. Porter Hotel Makassar II-77


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

utama gas CO ini diperkirakan dari asap kendaraan bermotor yang


beroperasi di wilayah studi dan sekitarnya.

Nitrogen Dioksida (NO2).Gas nitrogen dioksida dapat bersumber


dari alam, hasil pembakaran bahan organik atau asap kendaraan
bermotor. Pada konsentrasi tertentu, gas ini dapat menimbulkan
iritasi hingga pendarahan paru-paru pada manusia dan gangguan
terhadap vegetasi serta kerusakan bangunan fisik. Disamping itu, NO 2
berkontribusi pada penurunan tingkat keasaman air hujan. Hasil
pengujian kualitas udara di wilayah studi menunjukkan bahwa
konsentrasi gas ini masih sangat rendah, yaitu berkisar antara kurang
dari 20 hingga 23g/Nm3.Konsentrasi NO2 yang terukur tersebut
masih jauh dibawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 400
g/Nm3.Sumber utama gas NO2ini diperkirakan dari kegiatan
transpotasi.

Oksidan (O3).Oksidan O3 atau ozon merupakan gas yang bersifat


iritan dan oksidator kuat sehingga dapat menimbulkan produksi lendir
dan pendarahan pada paru-paru. Gas O3 dapat menyebabkan
kerusakan terhadap vegetasi berupa penampakan bintik-bintik dan
noda pucat. Kandungan gas ini dalam udara ambien di wilayah studi
hanya sekitar 1g/Nm3. Konsentrasi ozon ini masih jauh dibawah baku
mutu yang ditetapkan sebesar 230g/Nm3. Sumer utama gas ini
diperkirakan dari aksi fotokimia sinar ultraviolet terhadap gas NO 2 di
udara, proses pengelasan atau peristiwa pengapian lainnya.

Amonia (NH3). Data hasil pengujian kualitas udara ambien di


wilayah studi menunjukkan bahwa konsentrasi gas NH 3 masih relatif
rendah dibanding baku mutu yang ditetapkan, yaitu berkisar
antara0,03 0,05ppm(baku mutu: 2 ppm). Gas ini diperkirakan
bersumber dari aktivitas masyarakat di sekitar lokasi pengukuran,
seperti hasil peruraian sampah padat dan limbah cairdomestik atau
proses alamiah.

PT. Porter Hotel Makassar II-78


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Total Suspended Particulate (TSP).Partikel atau TSP di udara


atau disebut juga debu dihasilkan oleh kegiatan mekanis atau alami
berupa dispersi debu tanah oleh angin dan sebagainya. Ukuran
partikel bervariasi, mulai dari 0,1 m sampai 25 m. Debu dapat
menyebabkan gangguan sistem pernafasan, iritasi mata dan
gangguan pandangan. Kandungan debu dalam udara ambien di
wilayah studi berada pada kisaran 10,215g/Nm3. Konsentrasi
partikel ini masih dibawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 230
g/Nm3. Kegiatan transpotasi dan peristiwa alami di wilayah studi
seperti dispersi partikel halus jalanan ke udara karena tiupan angin
diduga merupakan sumber utama debu dalam udara ambien yang
terukur di lokasi pengukuran.
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU).ISPU adalah angka
yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas
udara ambien di lokasi dan waktu tertentu berdasarkan dampaknya
terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup
lainnya. Parameter ISPU meliputi: CO dan SO 2 dan TSP dengan
beberapa kategori: ISPU: 1-50 = Baik (Hijau);51-100 = Sedang (Biru);
101-199 = Tidak Sehat (Kuning); 200-299 = Sangat Tidak Sehat
(Merah); 300-Lebih = Berbahaya (Hitam). ISPU yang dapat
ditampilkan berdasarkan data hasil pengukuran kualitas udara
ambien dalam wilayah studi hanya parameter SO 2, CO dan TSP yang
diukur pada dalam rentang waktu jam 10.00 15.30 (Tabel 3.2).

Tabel 2.18 ISPU sesaat tiga parameter uji kualitas udara ambien
dalam wilayah studi Amdal Pembangunan Hotel porter
pada bulan Juli 2015
Parameter
ISPU Kondisi udara ambien
Uji
SO2 67,0 70,4 Sedang (biru)
CO 11,6 15,8 Baik (hijau)
TSP 6,7 9,5 Baik (hijau)
Sumber: Hasil perhitungan, Agustus 2015

PT. Porter Hotel Makassar II-79


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Data dalam Tabel 2.18 menunjukkan bahwa ISPU dari tiga


parameter uji berkisar antara 12 70 atau kategori baik hingga
sedang. Berdasarkan parameter SO2, kualitas udara ambien di
wilayah studi masuk dalam kateori sedang atau skala 4.Kualitas udara
dengan kategori sedang tersebut tidak berpengaruh terhadap
kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh terhadap
tumbuhan sensitif dan estetika.
13. Kebisingan dan Getaran
Kebisingan dalam wialayah studi amdal Pembangunan Hotel
Forter Makassar berkisar antara 48 - 63 dBA. Kebisingan tersebut
masihmemenuhi baku mutu yang ditetapkan, yakni 70 dBA untuk
jalur transportasi dan 65 dBA untuk lingkungan perkantoran dan jasa
serta 55 dBA untuk pemukiman, sesuai Pergub Sulawesi Selatan
Nomor 69 Tahun 2010 tetang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan
Lingkungan Hidup. Berdasarkan skala kualitas lingkungan, kebisingan
di wilayah studimasukskala 5. Data hasil pengukuran bising terdapat
pada table 2.20
Tabel 2.19. Hasil Pengukuran Kebisingan di Beberapa Lokasi Pada
Areal Rencana Pembangunan Hotel Porter Makassar
Spesifika
Hasil Pemeriksaan Baku Mutu Pengukuran si
Paramete Satua
No Waktu Metode
r n
Kawasan/Kegiat Tingkat
P1 P2 P3
an Kebisingan

Perdagangan &
49. 55. 48. 70
Jasa Sound
Kebisinga 30 2 3 3
1 dB Level
n menit 54. 60. 62.
Meter
2 8 5
Industri 70
Perumahan &
55
Pemukiman
Sumber: Hasil pengujian, 2015
P1: Dalam lokasi Rencana Hotel Porter (E119o 24 38.2 dan S05o 08 33.6)
P2: Pertigaan Jl. Lamaddukelleng, Jl. Sultan Hasanuddin & Jl. Muchtar Luthfi (E119 o 17 45.8 dan 02o 04
05.8)
P3: Pertigaan Jl. Lamaddukelleng dan Jl. Datu Museng (E119o 24 39.5 dan 05o 08 35.7)

PT. Porter Hotel Makassar II-80


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Tabel 2.20. Hasil Pengukuran getaran di Beberapa Lokasi Pada Areal


Rencana Pembangunan Hotel Porter Makassar
Spesifika
Paramete Satua Hasil Pemeriksaan Baku Mutu Pengukuran si
No Waktu
r n Metode
P1 P2 P3

0 0 - Vibratio
1 Getaran mm/s 0
0.4 0.3 metrik

Sumber: Hasil pengujian, 2015


P1: Dalam lokasi Rencana Hotel Porter (E119o 24 38.2 dan S05o 08 33.6)
P2: Pertigaan Jl. Lamaddukelleng, Jl. Sultan Hasanuddin & Jl. Muchtar Luthfi (E119 o 17 45.8 dan 02o 04
05.8)
P3: Pertigaan Jl. Lamaddukelleng dan Jl. Datu Museng (E119o 24 39.5 dan 05o 08 35.7)

14. Transportasi
a. Kinerja lalu Lintas Eksisting
Gambaran lalu lintas berdasarkan pengamatan langsung di
lokasi pada pagi hingga sore hari selama enam hari berturut- turut
yakni hari senin, selasa, rabu, kamis, jumat dan sabtu. Kondisi lalu
lintas ruas Jalan Lamadukelleng yang terkena dampak terjadi pada
hari senin- sabtu. Tujuan dari analisis dampak lalulintas ini yaitu
melihat seberapa jauh pengaruh bangkitan dan tarikan yang
diakibatkan Hotel Poerte Makassar terhadap Jalan Lamadukelleng
sehingga volume lalulintas eksisting diambil dari jam 7.00 18.00
sesuai waktu rata- rata padatnya kendaraan yang lewat. Data volume
lalulintas eksisting sangat dipengaruhi oleh arus kendaraan dari Jalan
Datumuseng dan Jalan Lamadukelleng. Dapat dilihat pada Tabel di
bawah ini :
Tabel 2.21. Rekapitulasi Volume Lalulintas ( smp/jam) Jalan
Lamadukelleng
No Jam Volume Lalulintas ( smp/jam)
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1 7.00 - 8.00 358 226 427 353 285 267 912
2 8.00 - 9.00 528 431 442 478 481 410 914

PT. Porter Hotel Makassar II-81


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

No Jam Volume Lalulintas ( smp/jam)


Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
3 9.00 - 10.00 516 562 603 696 857 702 610
4 10.00 - 513 442 609 586 894 819 601
11.00
5 11.00 - 791 839 1.013 900 394 1.111 727
12.00
6 12.00 - 785 819 961 1.239 316 1.137 838
13.00
7 13.00 - 994 881 1.014 1.111 731 1.176 698
14.00
8 14.00 - 815 870 696 902 855 871 667
15.00
9 15.00 - 769 630 864 764 489 775 633
16.00
10 16.00 - 744 623 788 1.005 546 798 649
17.00
11 17.00 979 777 740 997 665 980 650
18.00
VOLUME 7.790 7.100 8.156 9.29 6.502 9.045 7.899
VOL. RERATA 708 645 741 821 591 822 718
VOL. MAKS 994 881 1.014 1.239 894 1.176 914
VOL. MIN 358 226 427 353 285 267 601
Sumber : Hasil Survey Analisa Dampak Lalu Lintas Hotel Porter
Makassar, 2015

Dari data volume lalulintas Jalan Lamadukelleng dapat diketahui


bahwa pada jalan ini mengalami pergerakan kendaraan yang cukup
padat. Pergerakan kendaraan yang terbesar pada jam 13.00 14.00
adalah 1176 smp/ jam yang terjadi pada hari sabtu. Sedangkan
untuk volume minimum yang terjadi pada jam 7.00 8.00 pada hari
selasa. Untuk volume maksimum rata rata yaitu 822 smp/jam,
sedangkan volume minimum rata- rata berjumlah 645 smp/jam.
Jalan Lamadukelleng sangat terkait dengan arus kendaraan dari
jalan Datumuseng sehingga kita dapat melihat arus kendaraan di
Jalan Datumuseng seperti tabel di bawah ini :
Tabel 2.22. Rekapitulasi Volume Lalulintyas (smp/jam) Jalan
Datumuseng
No Jam Volume Lalulintas ( smp/jam)
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1 7.00 - 8.00 610 388 724 632 493 461 1.555
2 8.00 - 9.00 902 726 750 856 831 706 1.563
3 9.00 - 882 945 1.025 1.245 1.482 1.207 1.041
10.00
4 10.00 - 1.281 748 1.312 1.347 1.546 1.408 794
11.00
5 11.00 - 1.350 1.421 1.722 1.606 683 1.902 1.249

PT. Porter Hotel Makassar II-82


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

12.00
6 12.00 - 1.338 1.392 1.639 1.992 667 1.959 1.439
13.00
7 13.00 - 1.697 1.493 1.727 1.987 1.266 1.950 1.203
14.00
8 14.00 - 1.392 1.472 1.387 1.612 1.479 1.491 1.147
15.00
9 15.00 - 1.313 1.267 1.469 1.365 1.326 1.326 1.087
16.00
10 16.00 - 1.329 1.256 1.346 1.798 1.324 1.356 874
17.00
11 17.00 1.672 1.315 1.262 1.784 1.255 1.675 705
18.00
VOLUME 13.76 12.245 14.363 16.225 12.353 15.442 12.656
6
VOL. 1.251 1.130 1.306 1.475 1.123 1.404 1.151
RERATA
VOL. MAKS 1.697 1.493 1.727 1.992 1.546 1.959 1.563
VOL. MIN 610 388 724 632 493 461 705
Sumber : Hasil Survey Analisa Dampak Lalu Lintas Hotel Porter
Makassar, 2015

Jumlah volume arus kendaraan maksimum sebesar 1992


smp/jam dan volume arus kendaraan minimum sebesar 461 smp/jam.

b. Karakteristik Makro Lalulintas


Rona awal karakteristik lalulintas yang ditinjau pada studi ini
adalah karakteristik lalulintas meliputi karakteristik volume dan
kecepatan lalulintas pada ruas jalan yang ada di lokasi studi. Adapun
rona karakteristik jalan yang disurvei meliputi tipe jalan, lebar jalan,
kapasitas jalan, dan kondisi hambatan samping.
1) Karakteristik ruas jalan di Lokasi Studi
a. Tipe Ruas Jalan
Hotel Porter Makassar yang terletak di Jalan Lamadukelleng no.
14 Makassar, berdasarkan hasil survei di lapangan pada ruas jalan,
maka diperoleh tipe ruas jalan sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 2.23. Tipe Ruas Jalan Lamadukelleng dan Jalan Datumuseng
Nama Jalan Tip Kiri Kanan
e Trotoa Bah Perkeras Media Perkeras Bah Trotoa

PT. Porter Hotel Makassar II-83


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Jala r u an n an u r
n (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
Jln. 2/1 - 1,5 3,5 - 3,5 - 4,5
Lamadukellen
g
Jln. 2/1 1,5 3,5 - 3,5 1,5
Datumuseng
Sumber : Hasil Survey Analisa Dampak Lalu Lintas Hotel Porter
Makassar, 2015

Berdasarkan tipe jalan yang disurvei sebagaimana disajikan


pada tabel diatas, terlihat bahwa Jalan Lamadukelleng dan Jalan
Datumuseng memiliki tipe 2 jalur 1 arah terbagi (2/1).
b. Kapasitas Ruas Jalan
Berdasarkan hasil survei di lapangan pada ruas jalan, maka
diperoleh hasil pengolahan kapasitas ruas Jalan Lamadukelleng
sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 2.24. Kapasitas ruas jalan Lamadukelleng
Parameter Simbol Nilai
Kapasitas dasar Co 2900
Faktor koreksi terhadap lebar jalur FCw 1
Faktor koreksi terhadap pembagian arah FCsp 1
Faktor koreksi terhadap gangguan FCsf 0,98
samping
Faktor koreksi terhadap ukuran kota FCsc 1
KAPASITAS C 2.842
Sumber : Hasil Survey Analisa Dampak Lalu Lintas Hotel Porter
Makassar, 2015

Tabel 2.25 Kapasitas ruas jalan Datumuseng


Parameter Simbol Nilai
Kapasitas dasar Co 2900
Faktor koreksi terhadap lebar jalur FCw 1
Faktor koreksi terhadap pembagian arah FCsp 1
Faktor koreksi terhadap gangguan FCsf 0,91
samping
Faktor koreksi terhadap ukuran kota FCsc 1
KAPASITAS C 2.639
Sumber : Hasil Survey Analisa Dampak Lalu Lintas Hotel Porter
Makassar, 2015

2) Karakteristik Lalulintas

PT. Porter Hotel Makassar II-84


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Karakteristik volume lalulintas yang disurvei adalah pada


kondisi peak day (hari sibuk), dalam hal ini adalah hari libur dan hari
kerja. Pada studi ini, volume lalulintas diambil selama satun minggu
dari jam7.00 18.00, selama pengambilan survey volume lalulintas
diambil pada Jalan Lamadukelleng. Data volume ini direkap
berdasarkan jam. Dapat dilihat pada tabel

B. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya

1. Demografi

Secara administrasi lokasi pembangunan Hotel Porter Makassar


terletak di Kel. Maloku, Kec. Ujung pandang, Kota Makassar. Dalam
kurun waktu tahun 2010-2013 jumlah penduduk Kecamatan Ujung
Pandang berfluktuasi setiap tahun. Jumlah penduduk hasil sensus
penduduk tahun 2010 di Kecamatan Ujung Pandang sebanyak 26.904
jiwa, kemudian pada tahun 2013 sebanyak 27.802 jiwa. Berdasarkan
jenis kelamin tampak bahwa jumlah penduduk laki-laki sekitar 13.114
jiwa dan perempuan sekitar 14.688 jiwa. Dengan demikian rasio jenis
kelamin adalah sekitar 89,28 % yang berarti setiap 100 orang
penduduk perempuan terdapat sekitar 89 orang penduduk laki-laki.
Kelompok umur 20-24 tahun tercatat mempunyai populasi terbanyak
yaitu 3.252 jiwa, menyusul umur 25-29 tahun sebesar 2.750 jiwa
sedangkan kelompok umur 65+ tahun hanya 1.485 jiwa.
Tabel. 2.26. Jumlah rumah tangga, penduduk, dan Kepadatan
Penduduk Menurut Kelurahan di Kecamatan Ujung Pandang
Tahun 2013
Desa/kelurah Luas Rumah Penduduk Kepadatan Per
an (km2) Tangga km2
Lae-lae 0.22 354 1727 7850
Losari 0.27 353 2055 7611
Mangkura 0.37 320 1457 3937
Pisang 0.18 811 3940 21888
Selatan
Lajangiru 0.20 1028 5966 29830
Sawerigading 041 379 1616 3941
Maloku 0.20 561 2456 12280
Bulogading 0.23 588 2704 11756

PT. Porter Hotel Makassar II-85


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Desa/kelurah Luas Rumah Penduduk Kepadatan Per


an (km2) Tangga km2
Baru 0.21 415 1569 7741
Pisang utara 0.34 982 4312 12682
Kecamatan 2.63 5791 27802 10571
Sumber: Kecamatan Ujung Pandang dalam Angka 2014
Tabel 2.18 menunjukkan Jumlah rumah tangga, penduduk, dan
kepadatan penduduk menurut kelurahan di Kecamatan Ujung
Pandang Tahun 2013. Jumlah penduduk Kecamatan Ujung Pandang
pada tahun 2013 adalah 27802 jiwa dengan kepadatan penduduk
sebesar 10571 jiwa/ km2. Jumlah penduduk di Kelurahan Maloku
adalah 2456 jiwa dengan kepadatan penduduk 12280jiwa/ km2.

Tabel 2.27. Banyaknya penduduk Menurut Kelurahan dan Jenis


Kelamin dan seks Rasio di Kecamatan Ujung Pandang Tahun
2013
Desa/kelurah Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Rasio
an
Lae-lae 865 862 1727 100.35
Losari 809 1246 2055 64.93
Mangkura 730 727 1457 100.41
Pisang 1914 2026 3940 94.47
Selatan
Lajangiru 2793 3173 5966 88.02
Sawerigading 750 866 1616 86.61
Maloku 1147 1309 2456 87.62
Bulogading 1245 1459 2704 85.33
Baru 792 777 1569 101.93
Pisang utara 2069 2243 4312 92.24
Kecamatan 13114 14688 27802 89.28
Sumber: Kecamatan Ujung Pandang dalam Angka 2014
Tabel 2.19 menunjukkan banyaknya penduduk Menurut
Kelurahan dan Jenis Kelamin dan seks Rasio di Kecamatan Ujung
Pandang Tahun 2013. Jumlah penduduk di Kecamatan Ujung Pandang
yang berjenis kelamin laki-laki adalah 13114 jiwa sedangkan
perempuan 14688 jiwa dengan sex ratio laki-laki terhadap perempuan
adalah 89.28%. Jumlah penduduk di Kelurahan Maloku yang berjenis
kelamin laki-laki adalah 1147 jiwa sedangkan perempuan 1309 jiwa
dengan sex ratio laki-laki terhadap perempuan adalah 87.62%.

PT. Porter Hotel Makassar II-86


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Kelompok umur penduduk di Kecamatan Maloku adalah pada


umumnya kelompok umur 20 sampai dengan 24 tahun yaitu 3252
jiwa.

Tabel. 2.28. Banyaknya Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis


Kelamin di Kecamatan Ujung Pandang Tahun 2013
Jenis Kelamin
Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah
Umur
1 2 3 4
0-4 1072 1046 2117
5-9 1069 1021 2089
10-14 1018 990 2008
15-19 1193 1449 2642
20-24 1470 1781 3252
25-29 1323 1427 2750
30-34 1152 1236 2388
35-39 945 1043 1988
40-44 822 906 1728
45-49 711 807 1518
50-54 581 645 1226
55-59 397 519 916
60-64 353 445 798
65+ 578 907 1485
Jumlah 12684 14220 26904
Sumber: Kecamatan Ujung Pandang dalam Angka 2014

2. Mata Pencaharian Masyarakat


Jenis mata pencaharian responden di wilayah studi adalah
pedagang, wiraswasta, buruh, sopir/T.Becak, buruh, pegawai negeri
sipil (PNS) dan usaha membuka warung/kios. Data berikut
memperlihatkan jumlah dan persentase jenis mata pencaharian
responden.
Tabel 2.29 Jenis Mata Pencaharian Responden pada Wilayah Studi
RW IV Kelurahan Maloku
No Jenis Mata RT I RT II RT III Total
Pencaharian n =20 n =15 n = 15 n = 50
Resp % Resp % Resp % Resp %
1 Pedagang 6 30.0 2 13.33 5 33.33 13 26.00
0
2 Wiraswasta 7 35.0 5 33.33 7 46.67 19 38.00
0
3 Buruh 1 5.00 1 6.67 0 0.00 2 4.00

PT. Porter Hotel Makassar II-87


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

4 Sopir/T.Becak 1 5.00 0 0.00 1 6.67 2 4.00


5 PNS 1 5.00 2 13.33 0 0.00 3 6.00
6 Warung/kios 4 20.0 5 33.33 2 13.33 11 22.00
0
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015
Tabel di atas memperlihatkan bahwa mata pencaharian
tertinggi responden di lokasi studi umumnya adalah bekerja sebagai
wiraswasta sebanyak 38,00 persen, disusul dengan mata pencaharian
sebagai Pedagang sebanyak 26,00 persen, PNS sebanyak 6,00
persen, sementara memiliki mata pencaharian sebagai buruh dan
sopir/tukang becak sebanyak 4,0 %. Untuk wiraswasta umumnya
responden di wilayah studi memiliki usaha lebih dari satu.

3. Tingkat Pendapatan Masyarakat


Tabel 2.30. Tingkat Pendapatan Responden
RW IV Kelurahan Maloku
No Tingkat Pendapatan RT I RT II RT III Jumlah
(Rp) n =20 n =15 n = 15 n = 50
Resp % Res % Resp % Resp %
p
1 < Rp 500.000 1 5.00 2 13.3 1 6.67 4 8.00
3
2 500.000 1.000.000 6 30.00 4 26.6 3 20.0 13 26.00
7 0
3 1.000.000 2.000.000 9 45.00 7 46.6 6 40.0 22 44.00
7 0
4 > 2.000.000 4 20.00 2 13.3 5 33.3 11 22.00
3 3
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015
Pada Tabel 2.31. menunjukkan kisaran rata-rata pendapatan
responden per bulan di wilayah studi sangat bervariasi. Penghasilan
tertinggi sebanyak 44,00 persen responden dengan tingkat
pendapatan antara Rp. 1.000.000 Rp. 2.000.000, disusul dengan
tingkat pendapatan antara Rp. 500.000 Rp. 1.000.000,- yaitu
sebanyak 26 persen, pendapatan di atas Rp 2.000.000,- sebanyak 22
persen dan yang terendah adalah pendapatan di bawah Rp. 500.000,-
juta sebanyak 8 persen.

4. Sarana Sosial

PT. Porter Hotel Makassar II-88


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

- Status Tempat Tinggal


Status tempat tinggal responden di wilayah studi dapat
dibedakan ke dalam 3 jenis yaitu status milik, sewa dan tanah negara.
Berikut ini diperlihatkan status tempat tinggal responden pada
wilayah studi.

Tabel 2.31. Status Tempat Tinggal Responden


RW IV Kelurahan Maloku
No Status RT I RT II RT III Jumlah
tempat n = 20 n = 15 n = 15 n = 50
tinggal Resp % Resp % Resp % Resp %
1 Milik 18 90.00 13 86.67 14 93.33 45 90.00
2 Sewa 2 10.00 2 13.33 1 6.67 5 10.00
3 Tanah negara - - - - - - - -
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015
Pada Tabel 2.32. di atas menunjukkan bahwa status tempat
tinggal responden pada umumnya adalah pemilik, sebanyak 90,00
persen, responden dengan status sebagai sewa sebanyak 10,00
persen. Sedangkan responden yang menempati rumah/tanah yang
berstatus sebagai tanah negara tidak dijumpai pada wilayah studi, hal
ini membuktikan bahwa status kepemilikan tanah pada keempat RT
ini umumnya sudah menjadi hak milik yang dibuktikan dengan
legalitas berupa sertifikat hak milik.
- Lama tinggal
Lama tinggal responden berada pada kisaran di atas 10 sampai
dengan lebih dari 30 tahun. Pada tabel terlihat bahwa penduduk
yang tinggal di lokasi studi lebih banyak yang bermukim antara 10
20 tahun yakni sebanyak 44 persen, kemudian antara 21 30 tahun
sebanyak 26 persen. Terutama pada pemukiman yang berada pada
pinggir jalan raya. Sedangkan pada wilayah studi yang bermukim di
atas 31 tahun sebanyak 20 persen.
Tabel 2.32. Lama Tinggal Responden di Lokasi Wilayah Studi

PT. Porter Hotel Makassar II-89


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Lama Tinggal RW IV Kelurahan Maloku


No (Tahun ) RT I RT II RT III Total
n =20 n =15 n = 15 n = 50
Resp % Resp % Res % Resp %
p
1 < 10 2 10.00 1 6.67 2 13.33 5 10.00
2 11 20 11 55.00 4 26.67 7 46.67 22 44.00
3 21 30 5 25.00 7 46.67 1 6.67 13 26.00
4 >31 2 10.00 3 20.00 5 33.33 10 20.00
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015

- Kualitas Rumah Tinggal


Kualitas bangunan rumah tinggal yang dimiliki atau ditinggali
responden pada ketiga RT di RW IV kelurahan Maloku, umumnya
adalah kualitas bangunan rumah permanen sebanyak 94 persen.
Bangunan ini terbuat dari bahan batu merah dan semen, terutama
pada lokasi-lakasi yang yang berada di jalan Poros Lamadukelleng,
Muktar Luthfi, dan Jl. Ali Malaka. Namun demikian masih juga terdapat
bangunan rumah yang sifatnya semi permanen sebanyak 6,00
persen.

Tabel 2.33. Kualitas Bangunan Tempat Tinggal Responden


RW IV Kelurahan Maloku
No Kualitas RT I RT II RT III Total
Bangunan n = 20 n = 15 n = 15 n = 50
Resp % Resp % Resp % Resp %
1 Papan/kayu - - - - - - - 0.00
2 Semi 2 10.00 1 6.67 0 0.00 3 6.00
permanen
3 Permanen 18 90.00 14 93.33 15 100.0 47 94.00
0
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2015

5. Sosial Budaya
Penduduk yang berdomisili di wilayah studi (RW IV) berasal dari
berbagai suku, namun umumnya adalah suku Bugis Makassar dan
masyarakat Tionghoa. Proses sosial sudah berjalan cukup lama
terutama pada pemukiman-pemukiman penduduk yang padat seperti
di RT I, dan RT II. Berbagai aktivitas yang dilakukan penduduk di

PT. Porter Hotel Makassar II-90


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

wilayah studi seperti berdagang, wiraswasta, buruh, pegawai dan lain


sebagainya.
Masyarakat yang bermukim di wilayah studi, telah lama
bermukim secara permanen dimana lebih dari 20 tahun dan
mempunyai aktivitas perdagangan dan jasa terutama daerah sekitar
Hotel Porter. Dengan demikian telah terjalin proses sosial secara
intens dan dinamis baik secara langsung maupun tidak langsung.
Konflik sosial dan kerjasama di dalam masyarakat terutama di wilayah
studi merupakan fenomena yang jarang ditemukan/terjadi.
Beberapa nilai yang mengawali pembentukan budaya
Makassar, nilai-nilai tersebut diciptakan karena dimuliakan oleh
leluhur sebagai peletak dasar masyarakat dan kebudayaan Makassar.
Kemudian dialihkan secara turun temurun dari generasi ke generasi
dengan cara menasihatkan atau memesankannya. Nasihat tersebut
terdapat dalam Lontara-lontara yang disebut Pasang. Pasang yang
berarti wasiat yang dipertahankan, yang ditekankan pada keharusan
dan pantangan. Orang yang memeliharanya akan selalu terpandang
dalam masyarakat, sebaliknya orang yang tidak mengindahkan akan
menanggung sanksi sosial yang amat besar.
a. Adat Istiadat, Kerjasama/Gotong Royong
Berbagai etnis yang bermukim di lokasi studi secara permanen
yang melakukan berbagai aktivitas sehingga terjadi interaksi dan
komunikasi dalam berbagai aspek kehidupan baik sosial maupun
ekonomi. Proses sosial dengan berbagai etnis yang berakibat
terjadinya peleburan sistem nilai budaya baru mencakup nilai dan
norma sosial serta adat istiadat telah ditolerasi dalam sistem sosial
dalam masyarakat.
Kondisi sosial budaya di lokasi studi meliputi penduduk yang
bermukim secara permanen seperti pada RW IV terutama yan
terdapat di RT I, RT II, dan RT III di Kelurahan Maloku Kecamatan Ujung
Pandang. Pada Tabel 2.36 memperlihatkan bahwa kebiasaan atau
adat istiadat yang dianut oleh warga masih tetap dipatuhi dan

PT. Porter Hotel Makassar II-91


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

diterapkan oleh masyarakat seperti perkawinan, demikian pula


dengan kerjasama dan gotong royong yang dilakukan oleh warga
masih tetap berlangsung di daerah ini.
Tabel 2.34. Kegiatan Sosial yang ada di Lokasi Studi
RW IV Kelurahan Maloku
Uraian RT I RT II RT III Total
n= % n= % n= % n = 50 %
20 15 15
1. Masih ada kegiatan adat, Kerjasama & Gtg royong
a. Ya 19 95.00 13 86.67 14 93.33 46 92.00
b. Jarang 1 5.00 2 13.33 1 6.67 4 8.00
2. Jenis-jenis kegiatan
a. 12 60.00 7 46.67 11 73.33 30 60.00
Perkawinan
b. Kerja 2 10.00 4 26.67 2 13.33 8 16.00
bakti
c. Kematian 6 30.00 4 26.67 2 13.33 12 24.00
d. Sunatan - - - - - - - -
Sumber : Data Primer diolah, Tahun 2015
b. Proses Sosial
Kegiatan pertemuan antar warga baik tingkat RW maupun
untuk tingkat kelurahan. Program Penanggulangan Kemiskinan di
Perkotaan (P2KP) merupakan program pemerintah yang berupaya
penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan
masyarakat, dan kelompok peduli setempat, sehingga diharapkan
dapat terbangun gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan
dan pembangunan berkelanjutan, yang bertumpu pada nilai-nilai
luhur dan prinsip-prinsip universal. Kelembagaan ini dibangun oleh
dan untuk masyarakat, yang selanjutnya dipercaya mengelola secara
partisipatif.
Pembahasan dalam pertemuan menyangkut kegiatan mengenai
lingkungan warga, hari raya keagamaan, nasional maupun hal lain
yang berkaitan dengan kepentingan umum. Selain itu berbagai
proyek atau bantuan-bantuan untuk masyarakat miskin seperti
bantuan dana pendidikan siswa miskin atau lebih dikenal BSM,
bantuan program simpanan keluarga sejahtera (PSKS), P2KP dan

PT. Porter Hotel Makassar II-92


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

lainnya. Dinamika masyarakat dalam proses sosial antara kelompok


atau warga masyarakat sering terjadi.

Tabel 2.35. Proses Sosial Di Wilayah Studi Rencana Pembangunan


Hotel Porter

RW IV Kelurahan Maloku
Uraian RT I RT II RT III Total
n= % n= % n= % n = 50 %
20 15 15
1. Pertemuan-pertemuan antar kelompok masyarakat
a. Ya 15 75 9 60.00 8 53.33 32 64.00
b. Jarang 5 25 6 40.00 7 46.67 18 36.00
2. Jenis pertemuan
a. Pertemuan 3 20.00 2 6.67 5 33.33 10 20.00
mengenai
keagaman
b. Pertemuan 13 86.67 10 66.67 9 60.00 32 64.00
mengenai
lingkungan warga
c . Pertemuan 4 26.67 3 20.00 1 6.67 8 16.00
mengenai hari
besar RI
d. Pertemuan - - - - - - - -
mengenai
keswadayaan
3. Konflik sosial antar kelompok masyarakat sering terjadi
a. Ya 6 30.00 2 13.33 5 16.67 13 13
b. Tidak 14 70.00 13 43.33 10 33.33 37 37
4. Tindakan kriminal yang sering terjadi
a. Ya 7 35.00 4 26.67 4 26.67 15 30.00
b. Jarang 13 65.00 11 73.33 11 73.33 35 70.00
5. Penyelesaian tindakan kriminal
a. Polisi 10 50.00 10 66.67 11 73.33 31 62.00
b. Tokoh - - - - - - - -
agama/Tokoh
masyarakat
c. Aparat 4 20.00 3 20.00 1 6.67 8 16.00
Kelurahan
d.Kekeluargaan 5 25.00 2 13.33 2 13.33 9 18.00
e.Tidak tahu 1 5.00 0 0.00 1 6.67 2 4.00
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015

Konflik sosial antar warga juga masih sering terjadi baik antar
anak-anak muda atau berbagai kelompok kepentingan di wilayah
studi. Tindakan kriminal lain seperti minum-minuman keras, judi dan
pencurian masih sering terjadi di daerah ini. Tindakan-tindakan
tersebut dilakukan secara spontan oleh kelompok pemuda dan tidak

PT. Porter Hotel Makassar II-93


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

direncanakan secara terorganisasi. Penyelesaian tindak kriminal


biasanya dilakukan dan diamankan oleh pihak yang berwajib
(Kepolisian) maupun secara kekeluargaan oleh aparat Kelurahan
Maloku, tokoh agama, maupun tokoh masyarakat.
6. Sikap dan Persepsi Responden
Untuk mengetahui sikap dan persepsi responden terhadap
rencana Pembangunan Hotel Porter Makassar, diuraikan sebagai
berikut
a. Identitas Responden
- Umur responden
Umur responden berada pada kisaran 20 - > 60 tahun, dimana
kisaran umur tertinggi berada pada 41 50 tahun sebanyak 49,00
persen kemudian umur antara 31 40 tahun sebanyak 26,00 persen.
Sedangkan umur 20 30 tahun hanya 12 persen.

Tabel 2.36. Umur Responden pada Lokasi Wilayah Studi


RW IV Kelurahan Maloku
No Umur RT I RT II RT III Total
(Tahun ) n =20 n = 15 n = 15 n = 50
Resp % Resp % Resp % Resp %
1 20 30 4 20 1 6.67 1 6.67 6 12.00
2 31 40 6 30 4 26.67 3 20.00 13 26.00
3 41 50 7 35 8 53.33 5 33.33 20 40.00
4 51 60 3 15 2 13.33 4 26.67 9 18.00
5 > 61 0 0 0 0.00 2 13.33 2 4.00
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015
- Jenis kelamin
Umumnya responden yang diwawancarai adalah berjenis kelamin laki-
laki yaitu sebanyak 84,00 persen, dan berjenis kelamin perempuan
sebanyak 16,00 persen.

Tabel 2.37. Jenis Kelamin Responden


RW IV Kelurahan Maloku

PT. Porter Hotel Makassar II-94


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

No Jenis RT I RT II RT III Total


Kelamin n =20 n = 15 n = 15 n = 50
Resp % Resp % Resp % Resp %
1 Laki-laki 17 85.00 14 93.33 11 73.33 42 84.00
2 Perempuan 3 15.00 1 6.67 4 26.67 8 16.00
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015
- Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden umumnya berada pada tingkat
pendidikan SLTA (52,00 %), sedangkan responden dengan tingkat
pendidikan akademi atau perguruan tinggi hanya sebanyak 14,00
persen.
Tabel 2.38. Tingkat Pendidikan Responden
RW IV Kelurahan Maloku
No Tingkat RT I RT II RT III Total
Pendidikan n =20 n = 15 n = 15 n = 50
Resp % Resp % Res % Resp %
p
1 SD Tidak 1 5.00 0 0.00 1 6.67 2 4.00
tamat
2 SD tamat 2 10.00 2 13.33 1 6.67 5 10.00
3 SLTP 3 15.00 4 26.67 3 20.00 10 20.00
4 SLTA 14 70.00 5 33.33 7 46.67 26 52.00
5 Ak/PT 0.00 4 26.67 3 20.00 7 14.00
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015
b. Sikap dan Persepsi Responden

Sikap dan persepsi responden terhadap rencana pembangunan Hotel


Porter Makassar diperlihatkan pada Tabel berikut
Tabel 2.39. Sikap dan Persepsi responden terhadap proyek di Wilayah
Studi
RW IV Kelurahan Maloku
No Persepsi RT I RT II RT III Total
Responden n = 20 n = 15 n = 15 n = 50
Resp % Resp % Resp % Resp %
1 Persepsi Responden
a. Tahu 9 60.0 7 46.6 12 80.0 28 56.00
0 7 0
b Tidak tahu 11 73.3 8 53.3 3 20.0 22 44.00
. 3 3 0
2. Sumber Informasi
a. Dari mulut ke mulut 0 0.00 3 20.0 1 6.67 4 8.00
0
b Tokoh Masyarakat 7 35.0 5 33.3 11 73.3 23 46.00
. 0 3 3
c. Kepala Kelurahan/Keca- 8 40.0 4 26.6 2 13.3 14 28.00
matan/Pemda 0 7 3

PT. Porter Hotel Makassar II-95


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

d Surat kabar 4 20.0 2 13.3 1 6.67 7 14.00


. 0 3
e. Pihak Hotel Porter 1 5.00 1 6.67 0 0.00 2 4.00
3. Pendapat tentang Rencana
Pembangunan Hotel Porter
a. Senang/menerima 16 80.0 13 86.6 14 93.3 43 86.00
0 7 3
b Tidak senang/tidak 4 20.0 2 13.3 1 6.67 7 14.00
. menerima 0 3
4. Alasan senang dengan rencana kegiatan
a. Terbukanya kesempatan 10 50.0 7 46.6 5 33.3 9 60.00
kerja dan berusaha 0 7 3
b Sebagai tanda partisipasi 0 0.00 1 6.67 1 6.67 1 6.67
. dalam pembangunan
c. Daerah akan semakin 0 0.00 2 13.3 1 6.67 1 6.67
ramai 3
d Meningkatkan moblitas 4 20.0 3 20.0 4 26.6 2 13.33
. perekonomian di daerah 0 0 7
ini
e. Program pemerintah 0 0.00 0 0.00 2 13.3 1 6.67
3
f. Masyarakat tidak 6 30.0 0 0.00 1 6.67 1 6.67
dirugikan 0
5. Alasan tidak senang
a. Menimbulkan kerusakan 2 50.0 2 100. 0 0.00 4 57.14
lingkungan sekitar 0 00
b. Menimbulkan 2 50.0 0 0.00 1 100. 3 42.86
kemacetan 0 00
c. Menimbulkan 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
pergeseran nilai budaya
6. Jika
ada
keluar
ga
yang
bekerj
a
a. Bersedia 16 80.0 12 80.0 10 66.6 38 76
0 0 7
b. Tidak Bersedia 4 20.0 3 20.0 5 33.3 12 24
0 0 3
7. Alasan bersedia
bekerja
a. Menambah pendapatan 11 68.7 5 41.6 5 50.0 21 55.26
keluarga 5 7 0
b. Memperluas kesempatan 4 25 5 41.6 1 10.0 10 26.32
kerja 7 0
c. Pekerjaan yang 1 6.25 4 33.3 1 10.0 6 15.79
ditawarkan sesuai 3 0
dengan bidang keahlian
d. Jika upah yang 0 0 3 25.0 3 30.0 6 15.79
ditawarkan cocok 0 0
8. Alasan tidak bersedia
bekerja
a. Sudah ada pekerjaan 3 75 3 100. 4 80 10 83.33
00

PT. Porter Hotel Makassar II-96


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

b. Hanya akan melibatkan 1 25 0 0.00 1 20 2 16.67


tenaga kerja dari luar

Sumber : Data Primer diolah, Tahun 2015

Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana


pembangunan Hotel Porter Makassar diwilayah studi, sebanyak 56,00
persen penduduk mengetahui akan rencana pembangunan Hotel
Porter Makassar, sedangkan yang tidak mengetahui mengetahui
sebanyak 44,00 persen. Sumber informasi yang diterima lebih
banyak berasal dari tokoh masyarakat (46,00 persen), dari kepala
kelurahan/kepala Kelurahan Maloku/pemda sebanyak 28,00 persen
dan melalui surat kabar sebanyak 14,00 persen. Sebanyak 86,00
persen responden merasa senang/menerima adanya rencana
Pembangunan hotel Porter Makassar, sisanya 14,00 persen merasa
tidak senang/tidak menerima. Alasan yang diberikan terhadap
jawaban senang adalah jika pembangunan berjalan akan terbuka
kesempatan kerja dan berusaha (60,00 persen), meningkatkan
mobilitas perekonomian di daerah ini (13,00 persen). Responden yang
memberikan jawaban tidak senang mengatakan jika proyek
terlaksana khususnya pada saat konstruksi berlangsung dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan berupa gangguan terhadap
bangunan sekitarnya atau rumah mereka bisa retak (57,14 persen)
dan akan menimbulkan kemacetan baru (42,86 persen).
Menurut responden dampak positif dari rencana pembangunan
Hotel Porter Makassar akan terbukanya kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha dan akan meningkatkan mobilitas
perekonomian di daerah ini. Bagi responden yang menyatakan tidak
senang dengan rencana pembangunan Hotel Porter dengan alasan
bahwa akan menimbulkan kerusakan lingkungan sekitar.
Umumnya responden memberikan respon positif jika ada
keluarga atau anggota keluarga ingin terlibat dalam kegiatan
pembangunan dan operasional Hotel Porter Makassar (76,00 persen),
sedangkan tidak bersedia hanya sebanyak 24,00 persen. Alasan

PT. Porter Hotel Makassar II-97


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

bersedia terlibat/bekerja pada kegiatan pembangunan dan


operasional Hotel Porter sebanyak 55,00 persen memberikan jawaban
menambah pendapatan keluarga, kemudian 26,00 persen
memperluas kesempatan kerja, dan 15,79 persen memberikan
jawaban jika pekerjaan yang ditawarkan sesuai dan upah yang
ditawarkan cocok. Bagi responden yang tidak bersedia bekerja jika
kegiatan pembangunan berjalan dengan alasan, tenaga kerja yang
akan bekerja hanya akan melibatkan tenaga kerja dari luar, dan
sudah ada pekerjaan yang dikerjakan.

c. Harapan-harapan Responden

Harapan responden jika proyek akan dilaksanakan baik pada


tahap konstruksi maupun tahap operasional seperti membuka seluas-
luasnya kepada masyarakat sekitar untuk membuka kesempatan
kerja dan berusaha di daerah rencana kegiatan (54,00 persen),
melibatkan tenaga kerja lokal pada saat pelaksanaan konstruksi
(30,00 persen), masyarakat sekitar lokasi rencana kegiatan dapat
memanfaatkan fasilitas umum yang dibangun oleh pihak Porter Hotel
Makssar (4,00 persen), disamping itu menciptakan pelayanan hunian
yang lebih baik dan nyaman serta tidak membuat kemacetan (4,00
persen). Sedangkan dari sosialisasi yang telah dilaksanakan oleh
pihak Hotel Porter Makssar, masyarakat yang tinggal di sekitar
rencana lokasi pembangunan Hotel Porter lebih banyak
mengharapkan adanya binaan antara pihak Hotel Porter Makssar
dengan masyarakat yang tinggal sekitar rencana pembangunan Hotel
Porter.
Tabel 2.40. Harapan Responden Berkaitan dengan Rencana
Pembangunan Hotel Porter Makassar
Harapan responden berkaitan RW IV Kelurahan Maloku
No dengan pembangunan Hotel RT I RT II RT III Total
Porter n = 20 n = 15 n = 15 n = 50

PT. Porter Hotel Makassar II-98


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Resp % Resp % Re % Resp %


sp
1. Membuka seluas-luasnya 10 50.0 6 40.0 11 73.3 27 54.0
kepada masyarakat 0 0 3 0
kesempatan kerja dan
berusaha di sekitar rencana
kegiatan
2. Melibatkan tenaga kerja lokal 7 35.0 6 40.0 2 13.3 15 30.0
(penduduk sekitar ) 0 0 3 0
3. Masyarakat sekitar dapat 1 5.00 1 6.67 0 0.00 2 4.00
menikmati fasilitas umum
dan fasilitas sosial yang
dibangun oleh pihak hotel
Porter
4. Meningkatkan pelayanan 2 10.0 2 13.3 2 13.3 6 12.0
Hunian yang lebih baik dan 0 3 3 0
nyaman serta tidak membuat
kemacetan
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015

7. PAD dan PDRB

Tabel 2.42 menunjukkan produk domestik regional bruto atas


dasar harga berlaku menurut lapangan usaha kota makassar tahun
2009-2013. PDRB atas dasar harga berlaku Kota Makassar pada tahun
2009 adalah Rp. 31.263.651.650.000,- dan pada tahun 2013 naik
menjadi Rp. 58.802.52.530.000,-. PDRB atas dasar harga berlaku
tertinggi terdapat pada lapangan usaha perdagangan, hotel dan
restoran dimana pada tahun 2013 sekitar Rp. 17.273.904.690.000,-.

Tabel 2.41. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Kota Makassar Tahun 2009-2013
(Juta Rp)
Lapangan
2009 2010 2011 2012 2013
Usaha
1. Pertanian 256.599,79 271.008,77 288.085,27 300.812,67 321.392,22
Tanaman 26.413,39 26.783,58 26.617,65 26.263,52 25.810,11
Bahan
Makanan
Tanaman - - - - -
Perkebunan
Peternakan 23.613,81 23.293,23 23.138,37 23.274,55 24.205,53
dan Hasil-
hailnya
Kehutanan - - - - -
Perikanan 206.572,59 220.931,96 238.329,26 251.274,61 271.376,52
2. Pertamban 2.945,54 2.430,86 1.971,79 1.573,13 1.423,46
gan dan
penggalian

PT. Porter Hotel Makassar II-99


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Lapangan
2009 2010 2011 2012 2013
Usaha
Minyak dan - - - - -
Gas Bumi
Pertambanga - - - - -
n Bukan
Migas
Penggalian 2.945,54 2.430,86 1.971,79 1.573,13 1.423,46
3. Industry 6.484.958,8 7.287.914,6 8.206.704,1 9.042.273,2 10.063.173,
Pengolaha 6 3 3 3 23
n
Indsutri migas - - - - -
Industri Tanpa 6.484.958,8 7.287.914,6 8.206.704,1 9.042.273,2 10.063.173,
Migas 6 3 3 3 23
Makanan, 4.060.454,8 4.653.924,3 5.408.363,5 5.971.396,0 6.704.379,3
minuman dan 3 7 7 3 5
tembakau
Tekstil, 116.715,02 132.502,44 150.690,87 171.863,12 186.705,81
barang kulit
dan alas kaki
Barang kayu 1.004.358,5 1.079.993,0 1.147.403,6 1.229.983,5 1.307.936,5
dan hasil 6 6 3 6 1
hutan lainnya
Kertas dan 170.108,09 183.308,47 202.845,36 236.702,23 307.144,66
barang
cetakan
Pupuk, kimia 46.162,92 51.216,49 55.371,10 59.490,66 64.628,48
dan barang
dari karet
Semen dan 640.278,60 705.200,75 773.524,36 853.515,40 927.227,98
barang galian
bukan logam
Logam dasar 285.588,12 311.998,34 343.467,60 381.194,51 405.380,17
besi dan baja
Alat 144.427,16 151.090,61 104.057,93 115.412,72 134.115,80
angk.mesin
dan
peralatannya
Barang 16.865,55 18.680,11 20.979,79 22.715,00 25.654,47
lainnya
4. Listrik, Gas 560.887,72 670.435,23 762.502,21 865.954,56 975.149,44
dan Air
bersih
Listrik 493.912,14 600.581,24 656.530,63 749.966,22 842.430,52
Gas kota - - - - -
Air bersih 66.975,58 69.853,99 105.971,59 115.988,35 132.718,92
5. Konstruksi 2.483.832,6 2.898.340,3 3.356.010,0 3.848.112,6 4.621.583,2
1 7 4 3 7
6. Perdag,Hot 8.974.100,4 10.763.583, 12.781.102, 14.888.102, 17.273.904,
el dan 4 18 14 54 69
Restoran
Perdagangan 8.066.594,3 9.701.231,7 11.543.077, 13.442.030, 15.583.054,
besar dan 5 5 71 33 28
eceran
Hotel 172.594,33 214.225,66 250.315,15 294.100,13 345.572,89
Restoran 734.911,75 848.125,78 987.709,28 1.151.972,0 1.343.277,5
9 2
7. Pengangku 4.356.485,7 5.302.664,0 6.236.356,1 7.729.553,9 8.984.441,9
tan dan 4 6 6 9 1
Komunikasi
Pengangkutan 3.563.415,0 4.368.936,0 5.134.626,0 6.369.524,7 7.412.209,6
6 0 6 3 9

PT. Porter Hotel Makassar II-100


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Lapangan
2009 2010 2011 2012 2013
Usaha
Angkutan - - - - -
jalan rel
Angkutan 745.584,94 832.727,23 945.245,47 1.053.655,9 1.185.664,3
jalan raya 4 2
Angkutan laut 685.276,95 751.522,26 827.038,11 949.914,20 1.100.877,0
1
Angkutan - - - - -
sungai, danau
dan
penyebranga
n
Angkutan 1.814.639,0 2.412.722,2 2.935.414,6 3.892.950,9 4.500.682,0
Udara 4 4 3 4 3
Jasa 317.914,13 371.964,26 426.927,85 473.003,64 624.986,33
Penunjang
Angkutan
Komunikasi 793.070,68 933.728,06 1.101.730,1 1.360.029,2 1.572.232,2
0 6 2
Pos dan 655.630,32 774.527,61 913.070,58 1.140.372,9 1.323.346,2
telekomunika 9 0
si
Jasa 137.440,37 159.200,45 188.659,52 219.656,27 248.886,02
penunjang
Komunikasi
8. Keu,Real 3.179.778,5 3.793.000,0 4.710.227,1 5.724.216,6 7.099.179,5
Estate dan 3 9 9 7 8
Jasa
Perusahaa
n
Bank 1.735.186,0 2.091.569,0 2.705.503,4 3.426.874,1 4.342.305,9
0 0 6 4 4
Lembaga 222.306,28 261.485,66 302.463,83 364.341,97 447.787,92
keuangan
bukan Bank
Jasa - - - - -
penunjang
keuangan
Sewa 935.669,04 1.116.595,4 1.325.166,5 1.507.497,2 1.811.205,6
bangunan 9 1 8 7
Jasa 286.617,22 323.349,82 377.093,39 425.503,28 497.880,05
perusahaan
Jasa-jasa 4.964.062,4 6.018.074,7 7.065.190,8 8.301.801,1 9.462.304,7
2 5 8 5 3
Pemerintahan 4.510.529,4 5.465.709,6 6.432.878,7 7.541.976,6 8.575.265,0
umum 4 2 8 7 6
Adm. 3.259.669,8 3.965.035,9 4.663.126,7 5.475.712,8 6.216.120,2
Pemerintah 2 3 7 3 5
dan
pertahanan
Jasa 1.250.859,6 1.503.673,6 1.769.752,0 2.066.263,8 2.359.144,8
pemerintah 32 9 1 4 1
lainnya
Swasta 453.532,98 552.365,13 652.312,11 759.824,48 887.039,67
Jasa social 229.436,34 266.734,90 318.797,93 373.876,24 430.739,57
kemasyarakat
an
Jasa hiburan 40.234,21 70.452,71 84.459,88 102.152,60 121.884,61
dan rekreasi
Jasa 183.862,44 215.177,52 249.054,30 283.795,64 334.415,49
perorangan

PT. Porter Hotel Makassar II-101


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Lapangan
2009 2010 2011 2012 2013
Usaha
dan rumah
tangga
PDRB 31.263.651, 37.007.451, 43.428.149, 50.702.400, 58.802.52,5
65 94 82 57 3
Tabel 2.42 menunjukkan produk domestik regional bruto atas
dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha Kota Makassar
tahun 2009-2013. PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kota
Makassar pada tahun 2009 adalah Rp. 14.798.187.680.000,- dan
pada tahun 2013 naik menjadi Rp. 21.327.227.880.000,-.PDRB atas
dasar harga konstan 2000 tertinggi terdapat pada lapangan usaha
perdagangan, hotel dan restoran dimana pada tahun 2013 sekitar Rp.
6.366.686.380.000,-

Tabel 2.42. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Makassar Tahun 2009-
2013 (Juta Rp)
LAPANGAN 2009 2010 2011 2012 2013
USAHA
1. Pertanian 100.328,28 102.025,94 103.144,16 104.093,67 105.134,45
Tanaman Bahan 13.414,54 13.032,56 11.653,76 10.817,40 10,078.30
Makanan
Tanaman - - - - -
Perkebunan
Peternakan dan 11.306,55 11.072,40 10.795.58 10.616,10 10,329,46
Hasil-hailnya
Kehutanan - - - - -
Perikanan 75.607,19 77.920,99 80.694,82 82.660,18 84,726,68
2. Pertambangan 1.448,83 1.134,69 874,29 639,64 537.30
dan
penggalian
Minyak dan Gas - - - - -
Bumi
Pertambangan - - - - -
Bukan Migas
Penggalian 1.448,83 1.134,69 874,29 639,64 537.30
3. Industry 3.289.568,8 3.485.020,6 3.485.020,6 3.703.126,2 3,927,943.0
Pengolahan 0 0 0 7 7
Indsutri migas - - - - -
Industri Tanpa 3.289.568,8 3.485.020,6 3.485.020,6 3.703.126,2 3,927,943.0
Migas 0 0 0 7 7
Makanan, 1.832.909,1 1.970.459,2 2.143.756,7 2.286.507,2 2,440,828.7
minuman dan 9 1 0 6 6
tembakau
Tekstil, barang 54.345,06 58.085,67 61.942,56 67.625,98 71,066.52
kulit dan alas
kaki
Barang kayu dan 498.442,02 492.030,80 496.163,86 502.339,15 499,839.29
hasil hutan

PT. Porter Hotel Makassar II-102


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

LAPANGAN 2009 2010 2011 2012 2013


USAHA
lainnya
Kertas dan 78.352,06 80.898,09 83.910,73 95.553,02 119,001.40
barang cetakan
Pupuk, kimia dan 25.214,12 25.926,08 26.594,51 27.162,24 27,142.49
barang dari karet
Semen dan 451.768,32 465.556,00 487.811,95 524.302,06 563,223.44
barang galian
bukan logam
Logam dasar besi 120.461,88 126.248,19 130.742,62 142.481,64 145,061.44
dan baja
Alat angk.mesin 64.764,62 62.124,81 45.454,78 48.317,72 52,623.61
dan peralatannya
Barang lainnya 7.895,15 8.239,95 8.642,88 8.837,20 9,156.12
4. Listrik, Gas 294.421,73 324.183,50 347.049,64 384.518,48 155,984.02
dan Air bersih
Listrik 261.374,50 290.382,44 310.777,90 345.602,83 507,760.47
Gas kota - - - - -
Air bersih 33.047,23 33.801,06 36.271,74 38.915,65 41,908.66
5. Konstruksi 1.272.509,3 1.384.442,7 1.504.473,9 1.626.027,5 1,799,090.6
6 7 6 0 0
6. Perdag,Hotel 4.374.786,7 4.869.152,6 5.361.695,7 5.847.222,8 6,366,686.3
dan Restoran 8 5 4 2 8
Perdagangan 3.916.831,4 4.357.280,5 4.801.357,5 5.235.926,5 7,702,941.8
besar dan eceran 4 7 9 5 9
Hotel 96.750,88 225.024,02 129.232,59 141.828,77 155,984.02
Restoran 361.204,46 396.848,07 431.105,56 469.467,50 507,760.47
7. Pengangkutan 2.393.205,0 2.780.432,9 3.139.282,3 3.653.009,2 4.032.649,1
dan 4 4 7 9 5
Komunikasi
Pengangkutan 1.934.344,2 2.246.729,8 2.524.718,8 2.938.980,1 3.227.225,4
9 0 7 4 5
Angkutan jalan - - - - -
rel
Angkutan jalan 420.210,06 447.357,53 473.638,01 500.785,36 526.340,06
raya
Angkutan laut 359.372,83 368.041,63 389.691,27 417.888,19 455.436,38
Angkutan sungai, - - - - -
danau dan
penyebrangan
Angkutan Udara 991.559,29 1.251.695,8 1.465.216,0 1.810.280,3 1.988.475,0
7 5 8 4
Jasa Penunjang 163.202,09 179.634,77 196.173,54 210.026,20 256.973,96
Angkutan
Komunikasi 458.860,75 533.703,14 614.563,50 714.029,15 805.423,70
Pos dan 390.048,43 454.939,93 524.982,48 616.000,64 696.573,12
telekomunikasi
Jasa penunjang 68.812,32 78.763,21 89.581,02 98.028,51 108.850,58
Komunikasi
8. Keu,Real 1.597.185,4 1.788.806,4 2.090.233,2 2.424.670,2 2.776.899,3
Estate dan 3 0 0 3 1
Jasa
Perusahaan
Bank 840.357,10 960.802,36 1.185.156,0 1.434.483,7 1.693.427,4
8 2 8

PT. Porter Hotel Makassar II-103


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

LAPANGAN 2009 2010 2011 2012 2013


USAHA
Lembaga 128.500,74 140.583,75 154.417,61 173.452,84 194.088,21
keuangan bukan
Bank
Jasa penunjang - - - - -
keuangan
Sewa bangunan 470.360,42 515.278,18 563.327,66 614.479,60 670.620,37
Jasa perusahaan 157.967,16 172.142,11 187.331,85 202.254,06 218.763,25
Jasa-jasa 1.630.149,8 1.712.703,7 1.788.924,0 1.838.752,4 1.911.576,8
0 4 1 9 0
Pemerintahan 1.376.961,9 1.424.530,3 1.471.569,7 1.494.800,1 1.536.549,0
umum 6 8 4 2 1
Adm. Pemerintah 1.005.133,8 1.043.101,8 1.079.546,0 1.098.870,3 1.132.561,1
dan pertahanan 4 5 7 5 6
Jasa pemerintah 371.828,11 381.428,54 392.023,67 395.929,76 403.987,85
lainnya
Swasta 253.187,84 288.173,36 317.354,27 343.952,37 375.027,79
Jasa social 125.076,06 136.518,05 150.193,64 161.117,08 173.324,33
kemasyarakatan
Jasa hiburan dan 20.488,84 33.709,43 38.390,86 43.129,97 48.817,88
rekreasi
Jasa perorangan 107.622,94 117.945,88 128.769,78 139.705,32 152.885,58
dan rumah
tangga
PDRB 14.798.187, 16.252.451, 17.820.697, 19.582.060, 21.327.227,
68 43 97 39 88
Sumber: Makassar Dalam Angka Tahun 2014
Tabel 2.43 menunjukkan data penerimaan daerah menurut
jenisnya di Kota Makassar. Realisasi penerimaan daerah Kota
Makassar pada tahun 2011 adalah Rp.1.883.077.957.274,75 dan naik
pada tahun 2013 menjadi sebesar Rp. 2.601.356.102.560.
Dibandingkan dengan penerimaan daerah pada tahun 2012 sebesar
2.046.125.413.859 terdapat kenaikan sekitar 27,14%.

Tabel 2.43. Data Penerimaan Daerah Menurut Jenisnya di Kota


Makassar
Uraian Realisasi 2011 Realisasi 2012 Realisasi 2013
Bagian Sisa 161.878.052.383, - 239.997.526.648
Perhitungan 75
Anggaran Tahun
Lalu
Bagian Pendapatan 345.350.562.825, 484.972.799.508, 621.247.679.844,
Asli Daerah 00 00 00
Pajak Daerah 266.065.576.931, 388.445.926.266, 518.703.083.895,
00 00 00
Retribusi Daerah 58.015.145.863,0 69.257.410.559,0 79.650.936.626,0
0 0 0
Bagian Laba Badan 6.335.200.146,00 6.448.544.026,00 361.442.208,00
Usaha Milik Daerah

PT. Porter Hotel Makassar II-104


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Uraian Realisasi 2011 Realisasi 2012 Realisasi 2013


Penerimaan dari - - -
Dinas-Dinas
Penerimaan Lain- 14.914.639.885,0 20.820.918.657,0 22.532.217.115,0
lain 0 0 0
Dana Perimbangan 905.316.278.541, 1.105.463.603.65 1.161.279.547.75
00 4,00 9,00
Lain-lain 470.533.063.525, 455.689.010.688, 578.831.348.309,
Pendapatan Yang 00 00 00
Sah
Penerimaan dari - - -
Pembiayaan
Jumlah 1.883.077.957.27 2.046.125.413.85 2.601.356.102.56
4,75 0,00 0,00
Sumber: Makassar Dalam Angka Tahun 2014
Tabel 2.44 menunjukkan Target dan Realisasi Pendapatan
Daerah Menurut Jenisnya di Kota Makassar Tahun Anggaran 2013.
Target PAD pada tahun 2013 adalah 1.004.317.927.000.-dengan
realisasi sebesar Rp.1.085.366.097.556.- atau sebesar 108.07%.
Tabel 2.44. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Menurut Jenisnya
di Kota Makassar Tahun Anggaran 2013
Jenis Penerimaan Target Realisasi % yang dicapai
Bagian Sisa 229.359.025.000 239.997.526.648 104,64
Perhitungan
Anggaran Tahun
Lalu
Bagian Pendapatan Asli Daerah
Pajak Daerah 460.567.090.000 518.703.083.895 112,62
Retribusi Daerah 86.772.319.000 79.650.936.626 91,79
Bagian Laba Badan 1.139.298.000 361.442.208 31,72
Usaha Milik Daerah
Penerimaan dari - - -
Dinas-Dinas
Penerimaan Lain- 15.412.495.000 22.532.217.115 146,19
lain
Jumlah II 563.891.202.000 621.247.679.844 382,34
Dana Perimbangan
Bagi Hasil Pajak 209.916.715.000 222.860.704.035 106,17
Bagi Hasil Bukan 1.150.985.000 1.260.187.029 109,49
Pajak
Jumlah III 211.067.700.000 224.120.891.064 215,65
Jumlah I+II+III 1.004.317.927.000 1.085.366.097.556 702,63
Sumber: Makassar Dalam Angka Tahun 2014

C. Komponen Kesehatan Masyarakat


Berdasarkan data dari Puskesmas pada tahun 2013 menunjukan
sepuluh jenis penyakit yang paling banyak penderitanya adalah
penyakit penderita Akut lainnya, Gastritis, Hipertensi esensial dan
beberapa jenis penyakit lainnya. Sepuluh jenis penyakit yang paling

PT. Porter Hotel Makassar II-105


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

dominan diderita pasien yang masuk ke Puskesmas dapat dilihat pada


Tabel 2.45 berikut ini.
Tabel 2.45. Jumlah Pengunjung pada sarana Kesehatan menurut jenis
penyakit yang diderita di Kecamatan Ujung Pandang Tahun
2013
Jenis penyakit Jumlah Pengunjung
Infeksi pada saluran Pernafasan 1.882
Penyakit Pulpa dan Jaringan 1.638
Periapikal
Gastritis 1.157
Sakit Kepala 876
Demam 872
Hipertensi 749
Alergi 747
Diare 707
Batuk 641
Dermatitis 635
Kecamatan 9.904
Sumber: Kecamatan Ujung Pandang dalam Angka 2014
Tabel 2.45 menunjukkan Jumlah Pengunjung pada sarana
Kesehatan menurut jenis penyakit yang diderita di Kecamatan Ujung
Pandang Tahun 2013. Jumlah kunjungan tertinggi adalah penyakit
infeksi pada saluran pernafasan (ISPA), kemudian penyakit pulpa dan
jaringan periapikal, gastritis dan sakit kepala dengan jumlah
pengunjung berturut-turut 1.882; 1.638;1.157; dan 876 jiwa.

2.2.2. Kegiatan di Sekitar Lokasi Rencana Usaha


Kegiatan disekitar lokasi yang diperkirakan mempengruhi
lingkungan sekitar lokasi yaitu :
1. Rumah Makan Resto Hade
Tepat di samping lokasi kegiatan terdapat Rumah Makan dengan
jumlah meja sekitar 17 unit, tiap meja memiliki empat kursi.
2. Pemukiman masyarakat
Lokasi kegiatan terletak di dalam wilayah administrasi Kel. Maloku,
kegiatan pembangunan Hotel Porter Makassar berbatasan
langsung dengan rumah penduduk yang berada di belakang dan
samping lokasi kegiatan. Semua rumah penduduk yang berbatasan
langsung dengan areal proyek menggunakan konstruksi semi

PT. Porter Hotel Makassar II-106


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

permanen, jumlah rumah penduduk yang berbatasan langsung


sekitar 5 rumah.
3. Ruang Terbuka Hijau (Taman Hasanuddin)
Di depan seberang lokasi Rencana Pembangunan Hotel Porter
Makassar terdapat Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Hasanuddin.
Taman ini dijadikan sebagai taman rekreasi dan tempat
berolahraga bagi masyarakat kota Makassar

PT. Porter Hotel Makassar II-107


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 2.37. Peta Kegiatan Lain di Sekitar PembangunanHotel Porter Makassar

PT. Porter Hotel Makassar II-108


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

2.3. Hasil Pelibatan Masyarakat


Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan
Masyarakat Dalam Proses Analisis Dampak Lingkungan Hidup
dan Izin Lingkungan, adapun tujuan dilibatkannya masyarakat
dalam proses amdal dan izin lingkungan agar:
1. Masyarakat mendapatkan informasi mengenai rencana usaha
dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan.
2. Masyarakat dapat menyampaikan saran, pendapat dan/atau
tanggapan atas rencana usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan.
3. Masyarakat dapat terlibat dalam proses pengambilan keputusan
terkait dengan rekomendasi kelayakan atau ketidaklayakan atas
rencana usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting
terhadap lingkungan.
4. Masyarakat dapat menyampaikan saran, pendapat dan/atau
tanggapan atas proses izin lingkungan.
Pemrakarsa Pembangunan Hotel Porter Makassar telah
melakukan sosialisasi dan konsultasi masyarakat melalui
pengumuman koran dan konsultasi publik. Kegiatan
pengumuman koran dilaksanakan dengan melakukan
pengumuman di media cetak yang dimuat pada surat kabar
lokal Berita Kota Makassar pada tanggal 26 Juni 2015
(Lampiran 7). Pelaksanaan konsultasi publik dilaksanakan pada
tanggal 06 Juli 2015. Konsultasi Masyarakat bertempat di
Balroom Restoran Pualam Kelurahan Maloku Kecamatan Ujung
Pandang Kota Makassar. Konsultasi publik ini difasilitasi oleh
Pemerintah Kelurahan Maloku Kecamatan Ujung Pandang Kota
Makassar. Peserta yang hadir dalam konsultasi publik tersebut
adalah Pemrakarsa kegiatan (Perwakilan PT. Porter Hotel
Makassar), Konsultan penyusun AMDAL, Kepala Kantor
Kelurahan Maloku, Kepala Bidang Amdal BLHD Kota Makassar,

PT. Porter Hotel Makassar II-109


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Ketua LPM Kelurahan Maloku, Para Kepala RW dan RT Kelurahan


Maloku, dan Masyarakat Sekitar (Lampiran 9). Beberapa pointer
penting hasil dari konsultasi publik tersebut diantaranya adalah:
Membuat Papan Pengumuman di Lokasi kegiatan dalam bentuk
banner atau baliho agar masyarakat tahu kalau dilokasi tersebut
akan dibangun hotel
Masyarakat pada umumnya setuju dengan pembangunan hotel
namun harus memperhatikan lingkungan sekitar terutama
bangunan rumah masyarakat sekitarnya.
Mengkaji betul kegiatan ini dengan baik khususnya terkait
kemacetan dan diharapkan pemrakarsa menyiapkan lahan parkir
sehingga kendaraan tamu hotel tidak diparkir di jalan namun ada
tempat parkir yang sudah disediakan.
Untuk tahap operasional agar masyarakat di Kelurahan Maloku
menjadi prioritas sebagai tenaga kerja karena terdapat beberapa
warga khususnya pemuda-pemudi yang bisa menjadi tenaga
operasional sesuai keahlian yang dimilikinya.
Agar pemrakarsa mencantumkan alamat yang jelas dan kontak
personnya karena jika terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan
bersama, misalnya ada bangunan rumah sekitar yang retak akibat
dari getaran maka dapat dengan mudah kita hubungi.
Agar mempertimbangkan jumlah air tanah yang akan digunakan
dan dikaji betul dengan baik di dalam dokumen AMDAL terkait
penggunaan air tanah karena ada kekuatiran warga air sumur
sekitarnya akan kering.
Pada saat tahap konstruksi berjalan sebaiknya pihak pemrakarsa
mempertegas tenaga kerja untuk menggunakan alat pengaman
kerja (SOP K3) di utamakan.

2.4. Dampak Penting Hipotetik


Dampak penting hipotetik yang diperoleh dari kegiatan
pembangunan dan operasional Hotel Porter Makassar akan

PT. Porter Hotel Makassar II-110


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

ditelaah secara mendalam dalam studi ANDAL. Metode


penentuan dampak penting hopotetik digunakan adalah diskusi
tim (rapat), telaah pustaka serta berbagai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Penentuan dampak penting hipotetik dilakukan dengan
cara identifikasi dampak potensial (primer dan sekunder) yang
secara potensial dapat timbul akibat kegiatan yang
direncanakan. Selanjutnya dampak potendil dievaluasi untuk
mendapatkan dampak penting hipotetik (DPH). Secara rinci
proses dampak penting hipotetik diperlihatkan pada Gambar
2.24.

KEGIATAN LAIN SEKITAR

RENCANA KEGIATAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK POTENSIAL HIPOTETIK

RONA
LINGKUNGAN
HIDUP IDENTIFIKASI DAMPAK EVALUASI
POTENSIL
DAMPAK
POTENSIL

SARAN& TANGGAPAN, MASYARAKAT

Gambar 2.38. Proses Pelingkupan Dampak Penting Hipotetik Rencana


Pembangunan Hotel Porter Makassar

Dampak potensial diperoleh melalui identifikasi dampak


potensial sebagai hasil kajian interaksi antar kegiatan yang
akan dilaksanakan dengan komponen lingkungan yang akan

PT. Porter Hotel Makassar II-111


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

terkena dampak. Identifikasi dampak potensial diperoleh


melalui konsultasi dan diskusi dengan berbagai pihak antara
lain pakar, instansi terkait, pemrakarsa, masyarakat yang
terkait langsung dengan aktivitas serta hasil pengamatan
lapangan.

2.4.1. Identifikasi Dampak Potensil

A. Tahap Pra Konstruksi


1. Survey dan Penetapan Lokasi
Kegiatan Survey dan Penetapan Lokasi diprakirakan
menimbulkan sejumlah dampak potensil antara lain :
- Persepsi masyarakat
Sebelum dilakukan kegiatan survey dan penetapan lokasi muncul
berbagai persepsi negatif masyarakat diantaranya adalah
kerusakan bangunan pada saat konstruksi dan kenyamanan
masyarakat yang ada di sekitar lokasi kegiatan. Setelah dilakukan
penjelasan secara rinci rencana kegiatan yang akan dilakukan
maka tanggapan atau persepsi masyarakat terhadap rencana
kegiatan menjadi positif.
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
Kegiatan mobilisasi tenaga kerja diprakirakan menimbulkan
sejumlah dampak potensil antara lain :
- Kesempatan kerja
Kesempatan kerja akan terbuka bagi masyarakat yang ada di
sekitar lokasi kegiatan, khususnya masyarakat yang memiliki
keahlian di bidang bangunan. Kesempatan kerja yang paling
dominan direkrut adalah pekerja bangunan seperti tukang dan
buru.
- Kesempatan berusaha
Selain kesempatan kerja yang muncul, kesempatan berusaha juga
akan terbuka bagi masyarakat melakukan usaha di sekitar lokasi
kegiatan seperti jual-jualan untuk kebutuhan makan minum
tenaga kerja.

PT. Porter Hotel Makassar II-112


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

- Pendapatan
Diterimanya sebagai tenaga kerja akan berpengaruh terhadap
tingkat pendapatan bagi masyarakat yang direkrut sebagai tenaga
kerja. Peningkatan pendapatan juga akan dirasakan oleh
masyarakat yang melakukan usaha di sekitar lokasi kegiatan.
- Persepsi masyarakat
Munculnya persepsi positif masyarakat akibat adanya skala
prioritas penerimaan tenaga kerja untuk tenaga lokal serta
terbukanya kesempatan berusaha bagi masyarakat, serta
pemberian upah kerja yang sesuai atau di atas UMP yang berlaku.
2. Kegiatan Mobilisasi/Demobilisasi Peralatan dan Material
Bangunan
Kegiatan mobilisasi/demobilisasi peralatan dan material
bangunan diprakirakan menimbulkan sejumlah dampak potensil
antara lain :
- Kualitas udara
Peningkatan SOx, NOx, CO Pada saat pengangkutan peralatan dan
material bersumber dari gas emisi kendaraan. Selain itu, juga
akan terjadi peningkatan partikel debu (TSP) di udara akibat sisa
material yang terjatuh di jalan depan lokasi kegiatan tertekan roda
kendaraan yang melintas di depan lokasi kegiatan.
- Bising
Bising bersumber dari kendaraan pengangkut peralatan dan
material yang keluar masuk dari dalam lokasi tapak proyek.
- Lalulintas
Meningkatnya volume lalulintas diakibatkan dari adanya kegiatan
pengangkutan peralatan dan material bangunan yang
menggunakan truck. Kendaraan pengangkut yang digunakan juga
berpotensi memunculkan kerusakan jalan akibat tonase
kendaraan yang keluar masuk dari dalam lokasi kegiatan.
- Persepsi masyarakat

PT. Porter Hotel Makassar II-113


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Persepsi negatif muncul akibat terjadinya gangguan lalulintas di


depan lokasi kegiatan dan adanya peningkatan Bising serta
polutan di udara akibat aktifitas truck pengangkut peralatan dan
material.
- Keresahan masyarakat
Keresahan masyarakat merupakan dampak turunan dari
munculnya persepsi negatif masyarakat sebagai dampak dari
penurunan kualitas lingkungan di sekitar lokasi kegiatan
pembangunan Hotel Porter Makassar.
- Kesehatan masyarakat
Gangguan kesehatan masyarakat merupakan dampak turunan
dari perubahan kualitas udara di depan lokasi tapak proyek.
3. Kegiatan Pemancangan Tiang Bangunan
Kegiatan Pemancangan Tiang Bangunan diprakirakan
menimbulkan sejumlah dampak potensil antara lain :
- Bising
Peningkatan Bising bersumber dari suara tekanan hammer mesin
pancang pada saat dilakukan tekanan pada tiang pancang. Bising
juga bersumber dari alat berat dan mesin generator yang
digunakan sebagai sumber listrik pada saat penyambungan tiang
pancang.

- Getaran
Getaran akan muncul pada saat tekanan hammer mesin pancang
menumbuk kepala pancang yang dipasang. Getaran akan
merambat di lingkungan sekitarnya dengan radius sesuai dengan
gelombang getaran yang dihasilkan.
- Kualitas air
Menurunnya kualitas air bersumber dari limbah pengeboran yang
menggunakan air. Pada saat pengeboran air akan digunakan guna
mempermudah proses pengeboran.
- Bangunan fisik

PT. Porter Hotel Makassar II-114


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Getaran yang dihasilkan dari tekanan tiang pancang diperkirakan


akan mempengaruhi kondisi bangunan yang berbatasan langsung
dengan tapak proyek, dan bangunan pada radius jangkauan
getaran yang dihasilkan.
- Persepsi masyarakat
Munculnya persepsi negatif masyarakat merupakan dampak
turunan dari perubahan kualitas udara, peningkatan bising dan
getaran serta terjadinya kerusakan bangunan fisik masyarakat
yang berbatasan langsung dengan tapak proyek dan bangunan
yang ada disekitarnya.
- Keresahan masyarakat
Dampak keresahan merupakan dampak lanjutan dari perubahan
kualitas udara, peningkatan bising dan getaran serta terjadinya
kerusakan bangunan fisik masyarakat yang ada di sekitar lokasi
kegiatan.
4. Kegiatan Konstruksi Bangunan, Sarana dan Prasarana
Hotel
Kegiatan Konstruksi Bangunan diprakirakan menimbulkan
sejumlah dampak potensil antara lain :
- Kualitas udara
Meningkatnya partikel debu di udara diakibatkan oleh material
yang diangkat ke lantai atas tertiup oleh angin dan menyebar
disekitar lokasi kegiatan.
- Bising
Kegiatan konstruksi akan menggunakan peralatan sehingga akan
memunculkan bising pada saat dioperasikan.

- Hidrologi
Lahan yang akan dibanguni adalah lahan yang terbuka, setelah
konstruksi akan terjadi perubahan fungsi lahan yang

PT. Porter Hotel Makassar II-115


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

mengakibatkan menurunnya infiltrasi air ke dalam tanah pada


saat terjadi hujan.
- Limbah padat
Menurunnya estetika di dalam lokasi kegiatan diakibatkan dari
banyaknya tumpukan material dan limbah padat yang dihasilkan
dari kegiatan konstruksi
- Bangunan fisik
Terjadinya kerusakan bangunan bersumber dari kegiatan
konstruksi bagian atas, dimana pada tahap ini potensi material
yang jatuh dan mengenai rumah masyarakat yang berbatasan
langsung dengan lokasi kegiatan.
- Persepsi masyarakat
Munculnya persepsi negatif masyarakat merupakan dampak
turunan dari perubahan kualitas udara dan peningkatan Bising
serta terjadinya kerusakan pada bangunan yang berbatasan
langsung dengan lokasi pembangunan Hotel Porter Makassar.
- Keresahan masyarakat
Dampak keresahan muncul dari masyarakat yang terkena dampak
seperti kerusakan bangunan akibat kegiatan konstruksi yang
dilakukan.
5. Kegiatan Pemasangan Electrical dan Mekanikal
Kegiatan Pemasangan Elektrical dan Mekanikal diprakirakan
menimbulkan sejumlah dampak potensil antara lain :
- Bising
Meningkatnya Bising bersumber dari penggunaan peralatan pada
saat pemasangan elektrikal dan mekanikal di dalam lokasi tapak
proyek
- Limbah padat
Munculnya limbah padat yang dihasilkan dalam bentuk sisa
penggunaan material mekanikal dan elektrikal.

PT. Porter Hotel Makassar II-116


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

6. Kegiatan Finishing Bangunan


Kegiatan Finishing Bangunan diprakirakan menimbulkan
sejumlah dampak potensil antara lain:
- Kualitas udara
Penurunan kualitas udara pada saat finishing bangunan
diakibatkan dari kegiatan penghalusan dinding bangunan,
pengecetan dan pembersihan lainnya sehingga partikel debu di
udara mengalami peningkatan.
- Bising
Peningkatan Bising pada saat finishing bangunan bersumber dari
penggunaan peralatan mesin finishing seperti gerinda, mesin bor
dan pemotong serta beberapa mesin lainnya.
- Limbah padat
Kegiatan finishing bangunan menggunakan material yang
sebagian besar menggunakan kemasan sehingga sisa kemasan
menjadi limbah padat di dalam lokasi kegiatan.

C. Tahap Operasional

1. Kegiatan Mobilisasi Tenaga Kerja Operasional


Kegiatan mobilisasi tenaga kerja operasional diprakirakan
menimbulkan sejumlah dampak potensil terhadap komponen
lingkungan Sosekbud di sekitar lokasi. Dampak yang ditimbulkan
antara lain :
- Kesempatan kerja
Kesempatan kerja akan terbuka bagi masyarakat dimana pada
saat operasional akan dilakukan penerimaan tenaga kerja seperti
tenaga keamanan, tenaga kebersihan, staf kantor dan beberapa
tenaga kerja lainnya.
- Pendapatan

PT. Porter Hotel Makassar II-117


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Peningkatan pendapatan akan dirasakan oleh tenaga kerja yang


direkrut dalam bentuk penerimaan upah kerja yang diberikan.
- Persepsi masyarakat
Munculnya persepsi positif masyarakat akibat adanya penerimaan
tenaga kerja yang dilakukan terkait dengan pengoperasian Hotel
Porter Makassar. Penerimaan tenaga kerja yang memprioritaskan
tenaga kerja lokal akan berdampak terhadap persepsi positif
masyarakat disekitar lokasi kegiatan.
2. Pengoperasian Kamar Hotel
Pengoperasian hotel diperkirakan akan menimbulkan beberapa
dampak potensil diantaranya yaitu :
- Hidrologi
Kebutuhan air bersih untuk operasional Hotel Porter Makassar
sebagian bersumber dari PDAM. Pengambilan air PDAM dapat
mempengaruhi ketersediaan air PDAM di sekitar tapak proyek.
- Kualitas air
Penurunan kualitas air diakibatkan dari limbah cair yang dihasilkan
dari penghuni Hotel. Parameter yang diperkirakan akan
mengalami perubahan yaitu BOD, COD, TSS, MBAS, Amonia,
Minyak-Lemak, Coliform, pH dan volume limbah. Perubahan ini
diakibatkan dari meningkatnya bahan organik yang ada di dalam
limbah yang dihasilkan.
- Limbah padat
Meningkatnya limbah padat bersumber dari pengunjung hotel
seperti kemasan, sisa makanan dan sisa-sisa produk lainnya yang
sudah tidak dimanfaatkan kembali.
- Lalulintas
Gangguan Lalulintas diakibatkan dari keluar masuknya kendaraan
pengunjungyang memanfaatkan fasilitas hotel seperti kafe yang
ada di Hotel Porter Makassar.
- Persepsi masyarakat

PT. Porter Hotel Makassar II-118


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Munculnya persepsi negatif masyarakat diakibatkan dari


gangguan lalulintas yang terjadi di Jalan Lamaddukelleng,
gangguan lalulintas dalam bentuk kemacetan akibat adanya
kendaraan yang terparkir dan keluar masuk dari dalam lokasi
Hotel Porter Makassar.
- Keresahan masyarakat
Munculnya keresahan di lingkungan sosial sekitar lokasi kegiatan
merupakan akumulasi dampak dari gangguan lalulintas di Jalan
Lamadukelleng.

3. Pengoperasian Peralatan, Sarana dan Prasarana Hotel


Pengoperasian Peralatan, Sarana dan Prasarana Hotel
diperkirakan akan menimbulkan dampak potensil yaitu :
- Kualitas Udara
Peningkatan SOx, NOx dan CO bersumber dari emisi kendaraan
yang keluar masuk dari dalam areal parkir di Hotel Porter
Makassar. Parameter CO juga diperkirakan akan meningkat dari
emisi mesin generator yang dioperasikan.
- Bising
Peningkatan bising bersumber dari suara mesin generator yang
dioperasikan pada saat pasokan listrik dari PT. PLN mengalami
gangguan.
- Kualitas air
Meningkatnya konsentrasi BOD5, COD, TSS dan perubahan pH air
diakibatkan tingginya konsentrasi bahan organik dalam limbah
dapur, resto, dan toilet.
- Limbah padat
Meningkatnya limbah padat bersumber dari kemasan, sisa
makanan dan sisa-sisa produk lainnya yang sudah tidak
dimanfaatkan kembali. Limbah padat dari pengoperasian
peralatan bangunan dapat berupa LB3 yang bersumber dari
kemasan cat, kemasan tinner, cat kadaluarsa, dan kimia lainnya.

PT. Porter Hotel Makassar II-119


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

4. Kegiatan Pemeliharaan Bangunan dan Fasilitasnya


Kegiatan Pemeliharaan Bangunan Hotel Porter Makassar dan
Fasilitasnya diprakirakan menimbulkan sejumlah dampak potensil
antara lain :
- Bising
Kegiatan pemeliharaan diperkirakan akan menimbulkan Bising
akibat penggunaan peralatan atau mesin yang digunakan.
- Limbah padat
Material yang digunakan pada saat pemeliharaan sebagian besar
menggunakan kemasan yang akan menjadi limbah pada saat isi
kemasan selesai digunakan. Limbah padat dari pemeliharaan
bangunan dapat berupa limbah B3 seperti kemasan cat, kemasan
tinner, cat kadaluarsa, dan kimia lainnya.
Hasil identifikasi dampak potensil pembangunan Hotel Porter
Makassar secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 2.46.

PT. Porter Hotel Makassar II-120


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Tabel 2.46 Hasil Identifikasi Dampak Potensil

PT. Porter Hotel Makassar II-121


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

2.4.2. Evaluasi Dampak Potensil


Uraian hasil evaluasi dampak potensil dari semua tahapan
kegiatan pembangunan Hotel Porter Makassar dapat dilihat sebagai
berikut:
A. Tahap Pra Konstruksi
1. Kegiatan Survey dan Penetapan Lokasi
Kegiatan survey dan penetapan lokasi diprakirakan
menimbulkan sejumlah dampak penting hipotetik antara lain :
-Persepsi masyarakat
Persepsi terhadap terjadinya gangguan lalulintas dan
meningkatnya Bising akan berdampak lanjut terhadap pola
persepsi masyarakat di sekitar lokasi kegiatan. Dampak ini
tergolong dampak penting mengingat jumlah masyarakat
yang terkena dampak sangat banyak yaitu semua
maysarakat pengguna jalan dan masyarakat yang berbatasan
langsung dengan lokasi kegiatan, dampak ini juga akan
berpengaruh terhadap komponen lingkungan lainnya.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan maka kegiatan ini
disimpulkan sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH)
dan akan dikaji lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
B. Tahap Konstruksi
1. Kegiatan Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi
Kegiatan mobilisasi tenaga kerja diprakirakan menimbulkan
sejumlah dampak penting hipotetik antara lain :
-Kesempatan kerja
Kesempatan kerja akan terbuka bagi masyarakat yang ada di
Kota Makassar, khususnya masyarakat yang ada di Kelurahan
Maloku. Kesempatan kerja yang paling dominan direkrut
adalah pekerja bangunan seperti tukang dan buruh. Hasil
Konsultasi Masyarakat (PKM) yang dilakukan menunjukkan
ada sekitar 14% masyarakat berharap agar tenaga kerja yang
digunakan bersumber dari masyarakat sekitar lokasi

PT. Porter Hotel Makassar II-122


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

kegiatan. Dampak ini tergolong Berdampak Penting


Hipotetik (DPH) terhadap terbukanya kesempatan kerja,
mengingat jumlah masyarakat yang akan terkena dampak
langsung yaitu sekitar 97 orang, jumlah ini belum termasuk
masyarakat yang melakukan usaha di sekitar lokasi kegiatan.
Dampak ini berlangsung dalam waktu yang lama yaitu sekitar
18 bulan, intensitas dampak besar pada saat awal konstruksi
dan mempengaruhi komponen lingkungan sosial lainnya.
Dampak ini akan dibahas lebih lanjut di dalam kajian ANDAL.
-Kesempatan berusaha
Selain kesempatan kerja, kesempatan berusaha juga akan
terbuka bagi masyarakat yang berminat melakukan usaha di
dalam lokasi kegiatan untuk memenuhi kebutuhan makan
minum pekerja konstruksi. Jumlah masyarakat yang akan
terkena dampak sangat sedikit, tidak mempengaruhi
komponen lingkungan lainnya sehingga dampak ini tergolong
Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH) dan tidak akan
dibahas lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Pendapatan
Diterimanya sebagai tenaga kerja akan berpengaruh
terhadap tingkat pendapatan bagi masyarakat yang direkrut
sebagai tenaga kerja. Peningkatan pendapatan bersumber
dari upah kerja yang dibayarkan tiap bulannya oleh pihak PT
Porter Hotel Makassar. Dampak ini tergolong dampak
penting, mengingat jumlah masyarakat yang terkena
dampak langsung yaitu 97 orang, jika diasumsikan tiap
tenaga kerja memiliki tanggungan keluarga sebanyak 3 orang
maka ada sekitar 291 orang yang akan terkena dampak.
Dampak ini disimpulkan sebagai Dampak Penting
Hipotetik (DPH) dan akan dikaji lebih lanjut di dalam
dokumen ANDAL.
-Persepsi masyarakat

PT. Porter Hotel Makassar II-123


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Munculnya persepsi positif masyarakat muncul akibat adanya


skala prioritas tenaga kerja lokal sebagai pekerjaan
konstruksi. Dampak ini tergolong dampak penting
mengingat jumlah masyarakat yang akan berpersepsi positif
adalah semua tenaga kerja lokal yang direkrut. Data dari
pemrakarsa kegiatan menjelaskan bahwa penerimaan tenaga
kerja konstruksi sekitar 60% akan menggunakan tenaga lokal
atau sekitar 58 orang. Jika diasumsikan setiap tenaga kerja
memiliki tanggungan keluarga 3 orang maka ada sekitar 174
orang yang akan terkena dampak langsung, dampak ini
berlangsung sekitar 18 bulan dan akan mempengaruhi
komponen lingkungan sosial ekonomi lainnya. Hasil evaluasi
dampak persepsi masyarakat akibat kegiatan penerimaan
tenaga kerja konstruksi disimpulkan sebagai Dampak
Penting Hipotetik (DPH) dan perlu dikaji lebih lanjut di
dalam dokumen ANDAL.
2. Kegiatan Mobilisasi/Demobilisasi Peralatan dan Material
Bangunan
Kegiatan Mobilisasi/demobilisasi peralatan dan material
bangunan diprakirakan menimbulkan sejumlah dampak potensil
hipotetik antara lain:
-Kualitas udara
Penurunan kualitas udara diakibatkan dari adanya emisi gas
buang kendaraan dan partikel debu akibat tekanan roda
kendaraan pada saat melintas di jalan depan lokasi kegiatan.
Konsentrasi partikel debu diperkirakan sangat tinggi akibat
material yang dimuat akan terjatuh di jalan dan menjadi
partikel debu pada saat ada kendaraan yang melintas,
sementara SOx, NOx dan CO masih dibawah nilai baku mutu
yang telah ditetapkan. Jumlah masyarakat yang berpotensi
terkena dampak akibat peningkatan TSP sangat banyak yaitu
semuan masyarakat pengguna yang melintas didepan lokasi

PT. Porter Hotel Makassar II-124


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

kegiatan. Dampak ini tergolong dampak penting, sehingga


disimpulkan kegiatan mobilisasi peralatan dan material
Berdampak Penting Hipotetik (DPH) terhadap peningkatan
TSP di udara depan lokasi kegiatan, dampak ini akan dikaji di
dalam dokumen ANDAL.
-Bising
Meningkatnya Bising diakibatkan dari suara kendaraan
pengangkut yang keluar masuk dari lokasi kegiatan. Dampak
ini tergolong tidak penting hipotetik mengingat suara Bising
yang dihasilkan dari kendaraan pengangkut hanya menyebar
di depan lokasi kegiatan. Bising dari kendaraan hanya
berlangsung dalam waktu yang sangat singkat dan hilang
seiring berlalunya kendaraan, intensitas bising yang
dihasilkan sangat kecil dan masyarakat yang ada disekitar
lokasi sudah terbiasa dengan suara kendaraan. Dampak
bising dari kegiatan mobilisasi material dan peralatan
disimpulkan sebagai dampak yang tergolong sebagai
Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH) sehingga tidak
dibahas lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Lalulintas
Gangguan Lalulintas dalam bentuk kemacetan muncul akibat
adanya kendaraan yang keluar masuk dari dalam lokasi tapak
proyek. Selain kemacetan, kerusakan jalan di depan lokasi
kegiatan sangat potensial untuk muncul. Dampak ini
tergolong dampak penting hipotetik mengingat dampak
yang berlangsung dalam waktu yang lama serta berlangsung
sampak tahap operasional, jumlah masyarakat yang terkena
dampak relatif banyak yaitu semua pengguna jalan yang
melintas di depan lokasi proyek, dampak ini juga
mempengaruhi komponen lingkungan lainnya. Hasil evaluasi
yang dilakukan maka kegiatan ini disimpulkan sebagai

PT. Porter Hotel Makassar II-125


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji lebih


lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Persepsi masyarakat
Terjadinya gangguan lalulintas dan penurunan kualitas udara
di depan lokasi kegiatan akan berdampak lanjut terhadap
pola persepsi masyarakat di sekitar lokasi kegiatan. Dampak
ini tergolong dampak penting mengingat jumlah
masyarakat yang terkena dampak sangat banyak yaitu
semua maysarakat pengguna jalan, intensitas dampak
sedang dan berlangsung selama 18 bulan, dampak ini juga
akan berpengaruh terhadap komponen lingkungan lainnya.
Hasil evaluasi yang dilakukan maka kegiatan ini disimpulkan
sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji
lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Keresahan masyarakat
Keresahan masyarakat merupakan dampak lanjut dari
terbentuknya persepsi negatif masyarakat di sekitar lokasi
kegiatan akibat menurunnya kualitas udara dan terjadinya
gangguan lalulintas. Dampak ini tergolong dampak penting
mengingat jumlah masyarakat yang terkena dampak sangat
banyak yaitu semua masyarakat pengguna jalan, intensitas
dampak sedang dan berlangsung selama 18 bulan. Hasil
evaluasi yang dilakukan maka kegiatan ini disimpulkan
sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji
lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Kesehatan masyarakat
Gangguan kesehatan masyarakat muncul akibat adanya
penurunan kualitas udara di depan lokasi kegiatan. Jenis
gangguan kesehatan yang berpotensi diderita masyarakat
yaitu gangguan pernapasan dan iritasi mata. Dampak ini
tergolong dampak penting mengingat jumlah masyarakat
yang terkena dampak sangat banyak yaitu semua

PT. Porter Hotel Makassar II-126


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

masyarakat pengguna jalan, intensitas dampak sedang dan


berlangsung selama 18 bulan. Hasil evaluasi yang dilakukan
maka kegiatan ini disimpulkan sebagai Dampak Penting
Hipotetik (DPH) dan akan dikaji lebih lanjut di dalam
dokumen ANDAL.
3. Kegiatan Pemancangan Tiang
Kegiatan pemancangan tiang bangunan diprakirakan
menimbulkan sejumlah dampak potensil hipotetik antara lain:
- Bising
Pemancangan tiang akan menimbulkan bising dari suara
mesin bor dan pancang yang dioperasikan. Pada saat
kegiatan pemancangan dilakukan diperkirakan akan terjadi
akumulasi bising sehingga akan terjadi peningkatan terus
menerus. Peningkatan bising diperkirakan akan
mempengaruhi semua masyarakat yang tinggal di radius
perambatan suara bising. Lama dampak berlangsung sekitar
30 hari dengan intensitas dampak tiap hari. Hasil evaluasi
yang dilakukan disimpulkan kegiatan pemancangan tiang
sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) terhadap
peningkatan bising di sekitar lokasi kegiatan, dampak ini akan
dikaji lebih lanjut dalam dokumen ANDAL.
- Getaran
Kondisi tapak proyek terdapat beberapa bangunan tinggi
masyarakat yang dimanfatkan sebagai tempat usaha dan
tempat tinggal. Getaran yang dihasilkan dari tekanan mesin
pancang akn menimbulkan dampak pada bangunan di sekitar
lokasi. Dampak ini tergolong dampak penting mengingat
jumlah masyarakat yang akan terkena dampak relatif banyak
yaitu semua masyarakat dan bangunan yang berada pada
radius penyebaran getaran. Dampak berlangsung sekitar 30
hari dengan intensitas tinggi tiap harinya, dampak ini juga
akan mempengaruhi komponen lingkungan lainnya sehingga

PT. Porter Hotel Makassar II-127


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

hasil evaluasi yang dilakukan disimpulkan sebagai Dampak


Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji dalam dokumen
ANDAL.
- Kualitas air
Kegiatan pemancangan diawali dengan pekerjaan
pengeboran, pengeboran akan menghasilkan limbah cair
dengan tingkat kekeruhan yang tinggi. Air yang dihasilkan
tercampur lumpur sehingga diperkirakan kualitas air akan
mengalami penurunan. Dampak ini berlangsung sekitar 30
hari dengan intensitas tiap hari, dampak ini disimpulkan
sebagai dampak dampak penting hipotetik dan akan dikaji
lebih mendalam di dokumen ANDAL.
-Bangunan fisik
Kondisi tapak proyek berbatasan langsung dengan
perumahan masyarakat, diperkirakan pada saat dilakukan
pemancangan tiang dengan akan meningkatkan getaran
disekitar lokasi kegiatan. Dampak ini akan mempengaruhi
kondisi bangunan disekitarnya. Kerusakan bangunan seperti
keretakan, jatuhnya plafon dan perhisan dinding. Dampak ini
tergolong dampak penting mengingat jumlah masyarakat
yang akan terkena dampak relative banyak yaitu semua
masyarakat pemilik bangunan yang berada pada radius
penyebaran bising dan getaran. Dampak berlangsung sekitar
30 hari dengan intensitas tinggi tiap harinya, dampak ini juga
akan mempengaruhi komponen lingkungan lainnya sehingga
hasil evaluasi yang dilakukan disimpulkan sebagai Dampak
Penting Hipotetik (DPH) dan akan dibahas lebih lanjut di
dalam dokumen ANDAL.
-Persepsi masyarakat
Meningkatnya kebising dan getaran yang mengakibatkan
terjadinya kerusakan bangunan akan menimbulkan persepsi
negatif masyarakat di sekitar lokasi kegiatan, khususnya

PT. Porter Hotel Makassar II-128


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

yang berada di dekat tapak proyek. Dampak ini tergolong


dampak penting mengingat jumlah masyarakat yang
terkena dampak sangat banyak yaitu semua maysarakat
yang berada di radius penyebaran dampak bising dan
getaran. Dampak ini juga akan berpengaruh terhadap
komponen lingkungan lainnya. Hasil evaluasi yang dilakukan
maka kegiatan ini disimpulkan sebagai Dampak Penting
Hipotetik (DPH) dan akan dikaji lebih lanjut di dalam
dokumen ANDAL.
-Keresahan masyarakat
Keresahan masyarakat merupakan dampak lanjut dari
terbentuknya persepsi negatif masyarakat di sekitar lokasi
kegiatan akibat meningkatnya bising dan getaran serta
kerusakan bangunan fisik. Dampak ini tergolong dampak
penting mengingat jumlah masyarakat yang terkena
dampak sangat banyak yaitu semua maysarakat yang berada
disekitar lokasi kegiatan. Hasil evaluasi yang dilakukan maka
kegiatan ini disimpulkan sebagai Dampak Penting
Hipotetik (DPH) dan akan dikaji lebih lanjut di dalam
dokumen ANDAL.
-Kesehatan masyarakat
Gangguan kesehatan masyarakat muncul akibat adanya
peningkatan bising di sekitar lokasi kegiatan. Jenis gangguan
yang berpotensi diderita masyarakat yaitu gangguan susah
istirahat yang berdampak lanjut terhadap kesehatan
masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Dampak ini tergolong
dampak penting mengingat jumlah masyarakat yang
terkena dampak sangat banyak yaitu semua maysarakat
yang berbatasan langsung dengan lokasi kegiatan. Hasil
evaluasi yang dilakukan maka kegiatan ini disimpulkan
sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji
lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.

PT. Porter Hotel Makassar II-129


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

4. Kegiatan Konstruksi Bangunan


Kegiatan konstruksi bangunan diprakirakan menimbulkan
sejumlah dampak potensil hipotetik antara lain:
-Kualitas udara
Kegiatan konstruksi dilakukan dalam waktu lebih satu tahun,
material yang dimobilisasi keatas sangat berpotensi tertiup
angin dan akan menjadi partikel debu di udara sekitar lokasi
kegiatan. Dampak ini tergolong dampak penting,
mengingat dampak berlangsung lama dan jumlah manusia
yang berpotensi terkena dampak relatif banyak yaitu semua
masyarakat yang berbatasn langsung. Hasil avaluasi yang
dilakukan disimpulkan kegiatan konstruksi bangunan
Berdampak Penting Hipotetik (DPH) terhadap penurunan
kualitas udara, dampak ini akan dikaji lebih lanjut di dalam
dokumen ANDAL.
-Bising
Kondisi tapak proyek berbatasan langsung dengan
perumahan masyarakat, diperkirakan pada saat dilakukan
konstruksi bangunan suara bising yang dihasilkan akan
dirasakan langsung dengan masyarakat yang ada di sekitar
lokasi. Dampak ini tergolong dampak pentingmengingat
jumlah masyarakat yang akan terkena dampak relatif banyak
yaitu semua masyarakat yang berada pada radius
penyebaran bising. Dampak berlangsung sekitar lama (diatas
satu tahun) dengan intensitas munculnya dampak tiap hari,
dampak ini juga akan mempengaruhi komponen lingkungan

PT. Porter Hotel Makassar II-130


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

lainnya sehingga hasil evaluasi yang dilakukan disimpulkan


sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan
dibahas lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Hidrologi
Gangguan hidrologi dari kegiatan konstruksi bangunan hotel
bersumber dari perubahan fungsi lahan di dalam lokasi
kegiatan. Hasil pengamatan yang dilakukan menunjukan,
lahan di dalam lokasi adalah lahan terbuka tanpa tertutup
konstruksi bangunan. Setelah kegiatan konstruksi dilakukan
maka diperkirakan koefisien air larian dalam lokasi kegiatan
mengalami peningkatan. Dampak ini tergolong dampak
penting, mengingat dampak ini akumulasi dari kegiatan
sekitar lokasi yang sudah tertutup dengan bangunan.
Peningkatan koefisien air larian akan berlangsung dalam
waktu yang sangat lama dan tidak berbalik (Irreversible)
dengan intensitas yang sangat tinggi pada saat terjadi hujan.
Hasil evaluasi yang dilakukan disimpulkan kegiatan ini
tergolong sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan
dikaji lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Limbah padat
Limbah padat yang dihasilkan sebagian besar bersumber dari
alat pembantu pada saat konstruksi, jenis limbah padat yang
dihasilkan seperti kayu, bambu, kemasan semen, sisa
material yang sudah tidak terpakai. Volume limbah padat
yang dihasilkan sangat ditentukan dari epektifitas
pemanfaatan material. Dampak ini tergolong negatif
mengingat komponen lingkungan ini dapat mempengaruhi
kondisi fisik lingkungan di dalam lokasi kegiatan. Dampak ini
berlangsung selama konstruksi (18 bulan) dengan intensitas
munculnya tiap hari. Hasil evaluasi yang dilakukan
disimpulkan bahwa kegiatan konstruksi Berdampak Penting
Hipotetik (DPH) terhadap peningkatan limbah padat di

PT. Porter Hotel Makassar II-131


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

dalam lokasi kegiatan. Dampak ini akan dikaji lebih lanjut di


dalam dokumen ANDAL.
-Bangunan fisik
Lokasi pembangunan Hotel Porter Makassar berbatasan
langsung dengan pemukiman masyarakat, pada saat
konstruksi potensi material bangunan sangat berpotensi jatuh
dan mengenai rumah masyarakat yang ada disekitar lokasi
kegiatan. Dampak ini tergolong negatif penting mengingat
jumlah masyarakat yang berpotensi terkena dampak adalah
semua masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi kegiatan.
Dampak ini berlangsung selama konstruksi (18 bulan) dengan
intensitas munculnya tiap hari. Hasil evaluasi yang dilakukan
disimpulkan bahwa kegiatan konstruksi Berdampak Penting
Hipotetik (DPH) terhadap bangunan fisik di sekitar lokasi
kegiatan. Dampak ini akan dikaji lebih lanjut di dalam
dokumen ANDAL.
-Persepsi masyarakat
Terjadinya kerusakan bangunan akan menimbulkan persepsi
negatif masyarakat di sekitar lokasi kegiatan, khususnya
yang berada di dekat tapak proyek. Ada sekitar 14%
masyarakat yang khawatir terkait dengan kerusakan
bangunan akibat tertimpahnya material pada saat konstruksi
berlangsung. Dampak ini tergolong dampak penting
mengingat jumlah masyarakat yang terkena dampak sangat
banyak yaitu semua masyarakat yang berbatasan langsung
dengan lokasi kegiatan. Dampak ini berlangsung selama
konstruksi (18 bulan) dengan intensitas munculnya tiap hari.
Hasil evaluasi yang dilakukan maka kegiatan ini disimpulkan
sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji
lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Keresahan masyarakat

PT. Porter Hotel Makassar II-132


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Keresahan masyarakat merupakan dampak lanjut dari


terbentuknya persepsi negatif masyarakat di sekitar lokasi
kegiatan akibat terjadinya kerusakan bangunan. Dampak ini
tergolong dampak penting mengingat jumlah masyarakat
yang terkena dampak sangat banyak yaitu semua
masyarakat yang berada di sekitar lokasi kegiatan. Hasil
evaluasi yang dilakukan maka kegiatan ini disimpulkan
sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji
lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Kesehatan masyarakat
Gangguan kesehatan masyarakat muncul akibat adanya
peningkatan bising di sekitar lokasi kegiatan. Jenis gangguan
yang berpotensi diderita masyarakat yaitu gangguan susah
istirahat yang berdampak lanjut terhadap kesehatan
masyarakat di sekitar lokasi kegiatan. Dampak ini tergolong
dampak penting mengingat jumlah masyarakat yang
terkena dampak sangat banyak yaitu semua maysarakat
yang berbatasan langsung dengan lokasi kegiatan. Hasil
evaluasi yang dilakukan maka kegiatan ini disimpulkan
sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji
lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.

5. Kegiatan Pemasangan Electrical dan Mekanikal


Kegiatan pemasangan elektrical dan mekanikal diprakirakan
menimbulkan sejumlah dampak potensil hipotetik antara lain:
-Bising
Pemasangan elektrikal dan mekanikal menggunakan alat
pemotong, mesin generator dan beberapa jenis mesin
lainnya. Pada saat pengoperasian peralatan akan
menimbulkan bising disekitar lokasi, bising yang dihasilkan
diperkirakan hanya menyebar di dalam tapak kegiatan

PT. Porter Hotel Makassar II-133


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

mengingat bangunan sudah tertutup dengan dinding dan


mengabsorpsi bising yang dihasilkan. Dinding bangunan
terdiri dari material bata ringan yang memiliki pori dan serat
sehingga dapat menjadi inclousure dan absorben bising yang
sangat bagus. Dampak ini tergolong tidak penting
mengingat jumlah masyarakat yang akan terkena dampak
tidak ada, lokasi persebaran dampak hanya terjadi di dalam
areal kegiatan, intensitas rendah dan berlangsung dalam
waktu yang sangat singkat, dampak ini berbalik secara cepat
seiring dihentikannya penggunaan alat. Hasil evaluasi yang
dilakukan disimpulkan sebagai Dampak Tidak Penting
Hipotetik (DTPH) dan tidak akan dibahas lebih lanjut di
dalam dokumen ANDAL.
-Limbah padat
Limbah padat yang dihasilkan sebagian besar masih dapat
dimanfaatkan kembali sehingga dampak ini tergolong sebagai
dampak negatif tidak penting. Intensitas dampak kecil dan
lama berlangsungnya dampak sangat singkat. Jumlah
manusia yang terkena dampak tidak ada dan lokasi
persebaran dampak hanya terjadi di dalam lokasi kegiatan.
Hasil evaluasi yang dilakukan disimpulkan bahwa kegiatan ini
tidak termasuk sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH)
sehingga tidak akan dikaji lebih lanjut di dalam dokumen
ANDAL.

6. Kegiatan Finishing Bangunan


Kegiatan finishing bangunan diprakirakan menimbulkan
sejumlah dampak potensil hipotetik antara lain:
-Kualitas udara

PT. Porter Hotel Makassar II-134


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Kegiatan finishing terdiri dari pekerjaan penghalusan dinding


bangunan, pembersihan dan pengecatan tembok bangunan.
Penghalusan dinding bangunan dilakukan dengan
menggunakan mesin dan akan meningkatkan konsentrasi
partikel di dalam ruang kegiatan. Dampak ini tergolong tidak
penting, mengingat jumlah masyarakat yang akan terkena
dampak tidak ada, lokasi persebaran dampak hanya terjadi di
dalam ruang kegiatan, intensitas rendah dan berlangsung
dalam waktu yang sangat singkat, dampak ini berbalik secara
cepat seiring dihentikannya penggunaan alat. Hasil evaluasi
yang dilakukan disimpulkan sebagai Dampak Tidak Penting
Hipotetik (DTPH) dan tidak akan dibahas lebih lanjut di
dalam dokumen ANDAL.
-Bising
Pengoperasian peralatan seperti mesin penghalisan dinding
akan menimbulkan bising di sekitar lokasi, bising yang
dihasilkan diperkirakan hanya menyebar di dalam ruang
kegiatan mengingat bangunan sudah tertutup dengan
dinding dan mengabsorpsi bising yang dihasilkan. Dinding
bangunan terdiri dari material bata ringan yang memiliki pori
dan serat sehingga dapat menjadi inclousure dan absorben
bising yang sangat bagus. Dampak ini tergolong tidak
penting mengingat jumlah masyarakat yang akan terkena
dampak tidak ada, lokasi persebaran dampak hanya terjadi di
dalam ruang kegiatan, intensitas rendah dan berlangsung
dalam waktu yang sangat singkat, dampak ini berbalik secara
cepat seiring dihentikannya penggunaan alat. Hasil evaluasi
yang dilakukan disimpulkan sebagai Dampak Tidak Penting
Hipotetik (DTPH) dan tidak akan dibahas lebih lanjut di
dalam dokumen ANDAL.

PT. Porter Hotel Makassar II-135


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

-Limbah padat
Limbah padat yang dihasilkan sebagian besar masih dapat
dimanfaatkan kembali sehingga dampak ini tergolong sebagai
dampak negatif tidak penting. Intensitas dampak kecil dan
lama berlangsungnya dampak sangat singkat. Jumlah
manusia yang terkena dampak tidak ada dan lokasi
persebaran dampak hanya terjadi di dalam lokasi kegiatan.
Hasil evaluasi yang dilakukan disimpulkan bahwa kegiatan ini
tidak termasuk sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH)
sehingga tidak akan dikaji lebih lanjut di dalam dokumen
ANDAL.
C. Tahap Operasional
1. Kegiatan Mobilisasi Tenaga Kerja Operasional
Kegiatan mobilisasi tenaga kerja diprakirakan menimbulkan
sejumlah dampak penting hipotetik antara lain :
-Kesempatan kerja
Kesempatan kerja akan terbuka bagi masyarakat yang ada di
Kota Makassar, khususnya masyarakat yang ada di Kelurahan
Maloku. Kesempatan kerja yang paling dominan direkrut
adalah pekerja yang berlatar belakang pendidikan
kepariwisataan. Hasil Konsultasi Masyarakat (PKM) yang
dilakukan menunjukan ada sekitar 14% masyarakat berharap
agar tenaga kerja yang digunakan bersumber dari
masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Dampak ini tergolong
dampak penting hipotetik, hasil evaluasi yang dilakukan
disimpulkan bahwa kegiatan mobilisasi tenaga kerja
Berdampak Penting Hipotetik (DPH) terhadap terbukanya
kesempatan kerja, mengingat jumlah masyarakat yang akan
terkena dampak langsung yaitu sekitar 53 orang. Dampak ini
berlangsung dalam waktu yang sangat lama, intensitas
dampak besar pada saat awal operasional dan

PT. Porter Hotel Makassar II-136


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

mempengaruhi komponen lingkungan sosial lainnya. Dampak


ini akan dibahas lebih lanjut di dalam kajian ANDAL.
-Pendapatan
Diterimanya sebagai tenaga kerja akan berpengaruh
terhadap tingkat pendapatan bagi masyarakat yang direkrut
sebagai tenaga kerja. Peningkatan pendapatan bersumber
dari upah kerja yang dibayarkan tiap bulannya oleh pihak PT.
Porter Hotel Makassar. Dampak ini tergolong dampak
penting, mengingat jumlah masyarakat yang terkena
dampak langsung yaitu 53 orang, jika diasumsikan tiap
tenaga kerja memiliki tanggungan keluarga sebanyak 3 orang
maka ada sekitar 159 orang yang akan terkena dampak.
Dampak ini disimpulkan sebagai Dampak Penting
Hipotetik (DPH) dan akan dikaji lebih lanjut di dalam
dokumen ANDAL.
-Persepsi masyarakat
Munculnya persepsi positif masyarakat muncul akibat adanya
skala prioritas tenaga kerja lokal sebagai tenaga kerja.
Dampak ini tergolong dampak penting mengingat jumlah
masyarakat yang akan berpersepsi positif adalah semua
tenaga kerja lokal yang direkrut. Diasumsikan total tenaga
kerja yang diterima sebanyak 80% merupakan tenaga lokal
Kota Makassar, maka ada sekitar 42 orang yang akan terkena
dampak langsung. Jika diasumsikan setiap tenaga kerja
memiliki tanggungan keluarga 3 orang maka ada sekitar 126
orang yang akan terkena dampak langsung, dampak ini
berlangsung dalam waktu yang sangat lama dan akan
mempengaruhi komponen lingkungan sosial ekonomi lainnya.
Hasil evaluasi dampak persepsi masyarakat akibat kegiatan
penerimaan tenaga kerja operasional disimpulkan sebagai
Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan perlu dikaji lebih
lanjut di dalam dokumen ANDAL.

PT. Porter Hotel Makassar II-137


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

2. Kegiatan Pengoperasian Kamar Hotel


Kegiatan pengoperasian kamar hotel diprakirakan menimbulkan
sejumlah dampak penting hipotetik antara lain :
-Hidrologi
Kebutuhan air bersih untuk operasional Hotel Porter Makassar
sebagian bersumber dari air PDAM. Sebagian besar
masyarakat sekitar lokasi masih menggunakan air PDAM
serta air permukaan untuk kebutuhan air bersih sehingga
kedepannya menimbulkan persaingan pengambilan air.
Dampak ini disimpulkan sebagai Dampak Penting
Hipotetik (DPH) dan akan dikaji lebih lanjut di dalam
dokumen ANDAL.
-Kualitas air
Menurunnya kualitas air bersumber dari limbah cair yang
dihasilkan dari kegiatan mandi, cuci dan kakus (MCK) tamu
hotel. Jumlah kamar yang akan dioperasikan sebanyak 312
kamar, limbah cair yang dihasilkan sekitar 144,3 m 3/hari.
Volume limbah yang dihasilkan semua terbuang ke saluran
kanal dibagian barat lokasi kegiatan. Kondisi perairan
penerima dampak adalah saluran air yang tidak
dimanfaatkan oleh masyarakat, aliran limbah yang dihasilkan
diperkirakan akan terakumulasi di badan air sebagai saluran
primer. Dampak ini tidak berpengaruh langsung terhadap
masyarakat, tetapi dampak ini berlangsung dalam waktu
yang sangat lama dengan intensitas dampak yang
berlangsung setiap hari. Limbah cair yang dihasilkan juga
tidak berpengaruh terhadap biota perairan, mengingat biota
perairan di saluran tersebut bukan sebagai produsen utama
untuk ekosistem parairan di saluran penerima dampak.
Intensitas dan dampak yang lama berlangsung sehingga
dampak ini tergolong dampak penting, hasil evaluasi yang
dilakukan disimpulkan bahwa kegiatan pengoperasian kamar

PT. Porter Hotel Makassar II-138


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

hotel Berdampak Penting Hipotetik (DPH) terhadap


penurunan kualitas air, dampak ini akan dibahas lebih lanjut
di dalam kajian ANDAL.
-Limbah padat
Limbah padat yang dihasilkan sebagian besar bersumber dari
sisa-sisa kemasan, jumlah limbah padat yang dihasilkan
sekitar 6,24 m3/hari. Intensitas dampak berlangsung tiap hari
dan berlangsung dalam waktu yang sangat lama, dampak ini
berpengaruh terhadap komponen lingkungan lainnya
sehingga dikategorikan sebagai dampak penting.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, disimpulkan dampak ini
sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji
lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Lalulintas
Gangguan lalulintas dalam bentuk kemacetan muncul akibat
adanya kendaraan pengunjung hotel yang keluar masuk dari
dalam lokasi hotel. Kendaraan yang keluar masuk dari Hotel
Porter Makassar akan mempengaruhi kecepatan kendaraan
yang melintas di depan tapak proyek. Jumlah masyarakat
yang terkena dampak relatif banyak dan berlangsung lama.
Dampak ini disimpulkan sebagai Dampak Penting
Hipotetik (DPH) dan akan dikaji lebih lanjut di dalam
dokumen ANDAL.
- Persepsi masyarakat
Terjadinya gangguan lalulintas akan berdampak lanjut
terhadap pola persepsi masyarakat di sekitar lokasi kegiatan.
Dampak ini tergolong dampak penting mengingat jumlah
masyarakat yang terkena dampak sangat banyak yaitu
semua maysarakat pengguna jalan, dampak ini juga akan
berpengaruh terhadap komponen lingkungan lainnya. Hasil
evaluasi yang dilakukan maka kegiatan ini disimpulkan

PT. Porter Hotel Makassar II-139


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH) dan akan dikaji


lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
- Keresahan masyarakat
Keresahan masyarakat merupakan dampak lanjut dari
terbentuknya persepsi negatif masyarakat akibat terjadinya
gangguan lalulintas. Dampak ini tergolong dampak penting
mengingat jumlah masyarakat yang terkena dampak sangat
banyak yaitu semua maysarakat pengguna jalan. Intensitas
dampak sedang tetapi berlangsung dalam waktu yang sangat
lama. Hasil evaluasi yang dilakukan maka kegiatan ini
disimpulkan sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH)
dan akan dikaji lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
3. Pengoperasian Peralatan, Sarana dan Prasarana Hotel
Kegiatan pengoperasian peralatan, sarana dan prasarana hotel
diprakirakan menimbulkan sejumlah dampak yaitu:
- Kualitas air
Jumlah limbah yang dihasilkan dari dapur sangat sedikit dan
akan dikelola di dalam Sewage treatmen Plant (STP). Dampak
ini tidak berpengaruh langsung terhadap masyarakat, limbah
yang dihasilkan juga tidak berpengaruh terhadap biota
perairan, mengingat biota perairan di saluran tersebut bukan
sebagai produsen utama untuk ekosistem parairan di saluran
penerima dampak. Dampak ini tergolong tidak penting,
hasil evaluasi yang dilakukan disimpulkan bahwa kegiatan
pengoperasian gedung pertemuan dan fasilitas hotel sebagai
Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH) terhadap
penurunan kualitas air, dampak ini tidak akan dibahas lebih
lanjut di dalam kajian ANDAL.
- Bising
Suara bising bersumber dari pengoperasian mesin generator
yang dimiliki. Mesin generator dioperasikan hanya pada saat
pasokan listrik dari PT. PLN mengalami gangguan. Dampak ini

PT. Porter Hotel Makassar II-140


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

berlangsung dalam waktu yang singkat dengan intensitas


yang rendah. Dampak ini juga tidak kumulatif dan memiliki
daya lenting yang tinggi sehingga disimpulkan sebagai
dampak tidak penting hipotetik (DTPH). Dampak ini
sudah tidak dikaji lebih lanjut dalam dokumen ANDAL.
- Limbah padat
Fasilitas hotel yang dioperasikan seperti kolam renang, spa
dan salon, fitness center dan kafe. Selain fasilitas hotel, juga
akan dioperasikan gedung pertemuan. Jenis limbah padat
yang dihasilkan seperti sisa makanan, volume yang
dihasilkan relatif banyak sehingga dampak yang ditimbulkan
tergolong sebagai dampak penting. Dampak berlangsung
lama dengan intensitas tiap hari, dampak ini akan
mempengaruhi komponen lingkungan lainnya yang ada di
sekitar lokasi kegiatan. Hasil evaluasi yang dilakukan
disimpulkan bahwa kegiatan pengoperasian peralatan dan
fasilitas hotel sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH)
terhadap peningkatan limbah padat, dampak ini akan dibahas
lebih lanjut di dalam kajian ANDAL.
4. Kegiatan Pemeliharaan Bangunan dan Fasilitasnya
Kegiatan pemeliharaan bangunan dan fasilitasnya diprakirakan
menimbulkan sejumlah dampak antara lain :
-Bising
Meningkatnya bising bersumber dari suara mesin yang
digunakan pada saat pekerjaan penggantian material
bangunan yang mengalami kerusakan. Bising yang dihasilkan
diperkirakan hanya menyebar di dalam ruang kegiatan
penggantian dan pemeliharaan yang dilakukan. Dinding
bangunan terdiri dari material bata ringan yang memiliki pori
dan serat sehingga dapat menjadi inclousure dan absorben
bising yang sangat bagus. Dampak ini tergolong dampak
tidak penting mengingat jumlah masyarakat yang akan

PT. Porter Hotel Makassar II-141


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

terkena dampak tidak ada, lokasi persebaran dampak hanya


terjadi di dalam areal kegiatan, intensitas rendah dan
berlangsung dalam waktu yang sangat singkat, dampak ini
berbalik secara cepat seiring dengan selesainya kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan. Hasil evaluasi, disimpulkan
sebagai Dampak Tidak Penting Hipotetik (DTPH) dan
tidak akan dibahas lebih lanjut di dalam dokumen ANDAL.
-Limbah padat
Jenis limbah padat yang dihasilkan seperti sisa material dan
kemasan material yang digunakan termasuk limbah B3 dari
sisa lampu bekas, oli bekas, aki bekas memiliki volume yang
dihasilkan relatif sangat sedikit sehingga dampak yang
ditimbulkan tergolong sebagai negatif tidak penting. Dampak
berlangsung singkat dengan intensitas sangat kecil dan tidak
kumulatif, dampak ini tidak berpengaruh terhadap
masyarakat dan berbalik dengan cepat. Hasil evaluasi yang
dilakukan disimpulkan bahwa kegiatan pemeliharaan
bangunan hotel bukan sebagai Dampak Penting Hipotetik
(DPH) terhadap peningkatan limbah padat, dampak ini tidak
akan dibahas lebih lanjut di dalam kajian ANDAL.
Hasil evaluasi dampak petensil yang muncul akibat kegiatan
pembangunan Hotel Porter Makassar secara ringkas dapat dilihat
pada Tabel 2.47.

PT. Porter Hotel Makassar II-142


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Tabel 2.47. Hasil Evaluasi Dampak Potensil

Porter Hotel Makassar II-143


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 2.39. Bagan Alir Evaluasi Dampak Potensil Yang Mengahasilkan Dampak Penting Hipotetik (DPH)
Kegiatan

Porter Hotel Makassar II-144


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Pembangunan Hotel Porter MakassarPada Tahap Pra Konstruksi

Gambar 2.40. Bagan Alir Evaluasi Dampak Potensil Yang Mengahasilkan Dampak Penting Hipotetik (DPH)
Kegiatan

Porter Hotel Makassar II-145


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Pembangunan Hotel Porter Makassar Pada Tahap Konstruksi

Gambar 2.41. Bagan Alir Evaluasi Dampak Potensil Yang Mengahasilkan Dampak Penting Hipotetik (DPH)
Kegiatan

Porter Hotel Makassar II-146


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Pembangunan Hotel Porter Makassar Pada Tahap Konstruksi

Porter Hotel Makassar II-147


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 2.42. Bagan Alir Proses Pelingkupan Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

Porter Hotel Makassar II-148


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

2.2. Batas Wilayah Studi dan Batas Waktu Kajian


Lingkup wilayah studi terdiri dari batas tapak proyek, batas
ekologi, batas sosial dan batas administrasi (Gambar 2.29), serta
batas waktu kajian. Uraian batas-batas wilayah studi adalah sebagai
berikut :
Lokasi wilayah studi AMDAL terletak di Kelurahan Maloku,
Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar. Batas wilayah studi
merupakan kesatuan dari batas wilayah proyek, batas administratif,
batas ekologi, batas sosial. Namun penentuannya disesuaikan dengan
kemampuan pelaksanaan yang biasanya memiliki keterbatasan
sumberdaya seperti waktu, dana, tenaga, teknik dan metode
telaahan. Peta batas proyek, batas batas administratif, batas ekologi,
batas sosial dapat dilihat pada Gambar 2.29.
a. Batas Proyek
Batas proyek merupakan ruang suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan untuk melakukan kegiatan pra konstruksi sampai dengan
operasionalisasi. Batas proyek seluas 956 m2 sesuai dengan surat
rekomendasi izin prinsip/rekomendasi dari Walikota Makassar
No.644/70/DTRB/VII/2014 tentang Rekomendasi Peruntukan Lahan
Pembangunan Hotel atas nama PT Porter Hotel Makassar yang
terletak di Jalan Lamadukelleng No. 14, Kel. Maloku, Kec. Ujung
Pandang, Kota Makassar (Lampiran 2).

b. Batas Ekologis
Batas ekologis ialah batas ekosistem yang ditentukan
berdasarkan pada skala berlangsungnya proses alami dalam berbagai
bentuknya yang diprakirakan dapat terkena dampak penting dari
kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar. Batas tersebut
mencakup wilayah saluran drainase di bagian barat lokasi kegiatan
dan pemukiman masyarakat yang ada di sekitar lokasi kegiatan.
c. Batas Administrasi
Batas administratif merupakan batas administrasi
pemerintahan yang saling berkaitan secara sosial-ekonomi dan sosial-

Porter Hotel Makassar II-149


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

budaya. Batas administratif meliputi RW IV Kelurahan Maloku,


Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar.

d. Batas Sosial
Ruang di sekitar rencana usaha yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma
dan nilai tertentu yang sudah mapan. Batas sosial pada dasarnya
merupakan ruang dimana masyarakat yang terkena dampak
lingkungan tunggal atau melakukan kegiatan kelompok masyarakat
yang akan dijadikan lokasi survey sosial ekonomi dan kesehatan.
Batas sosial ditetapkan meliputi masyarakat di Kelurahan Maloku,
Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar.

2.5.1. Batas Waktu Kajian


Waktu kajian dimaknai sebagai penetapan tahun yang
digunakan untuk prakiraan dan evaluasi dampak dalam ANDAL
penentuan batas waktu kajian digunakan sebagai dasar untuk
melakukan penentuan perubahan rona lingkungan tanpa adanya
rencana usaha dengan adanya rencana usaha. Batas waktu kajian
pada tahap konstruksi ditentukan berdasarkan lama waktu konstruksi
dilakukan. Batas waktu kajian pada tahap operasional di batasi
dengan waktu 3 tahun, dengan asumsi ditahun ketiga
dioperasikannya Hotel Porter Makassar sudah dalam kondisi
maksimal. Pembagian batas waktu kajian masing-masing kegiatan
yang berdampak penting terhadap komponen lingkungan dapat
dilihat pada Tabel 2.38.
Tabel 2.48. Batas Waktu Kajian Rencana Pembangunan Hotel Porter
Makassar
No. Kegiatan Lama Waktu Kajian
A Tahap Pra Konstruksi
Selama kegiatan
1 Survey dan Penetapan Lokasi
berlangsung
B Tahap Konstruksi
Selama konstruksi
1 Mobilisasi tenaga kerja Konstruksi berlangsung diprakirakan
18 bulan

Porter Hotel Makassar II-150


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar

No. Kegiatan Lama Waktu Kajian


Mobilisasi/ demobilisasi peralatan dan
2 18 bulan
material
3 Pemancangan Tiang Bangunan 30 hari
Konstruksi Bangunan, Sarana dan Prasarana
4 18 bulan
Hotel
5 Pemasangan Elektrikal dan Mekanikal 12 bulan
6 Finishing Bangunan 6 bulan
C Tahap Operasional
1 Mobilisasi Tenaga Kerja Operasional
2 Pengoperasian Kamar Hotel 3 tahun
Pengoperasian Peralatan, Sarana dan 3 tahun
3
Prasarana Hotel
4 Pemeliharaan Bangunan dan fasilitasnya 3 tahun

Porter Hotel Makassar II-151


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Tabel 2.49. Ringkasan Proses Pelingkupan Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar oleh PT Porter Hotel
Makassar

Porter Hotel Makassar II-152


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Pengelolaan
Deskripsi Pelingkupan
Lingkungan yang
Rencana
Sudah
Kegiatan yang Komponen Batas Waktu Kajian
N Direncanakan Dampak Wilayah
Berpotensi Lingkungan (sampaikan pula
o. Sejak Awal Dampak Penting Studi
Menimbulkan Terkena Dampak Evaluasi Dampak Potensial justifikasi penentuannya)
Sebagai Bagian Potensial Hipoteti
Dampak
dari Rencana k (DPH)
Lingkungan
Kegiatan

Tahap Pra Konstruksi


1 Survey dan Belum ada SOSEKBUD KESMAS Persepsi Terjadinya gangguan lalulintas DPH Keluraha Selama tahap Survey dan
Penetapan masyarakat dan meningkatnya Bising akan n Maloku Penetapan Lokasi
Lokasi berdampak lanjut terhadap
pola persepsi masyarakat di
sekitar lokasi kegiatan.
Dampak ini tergolong dampak
penting mengingat jumlah
masyarakat yang terkena
dampak sangat banyak yaitu
semua maysarakat pengguna
jalan dan masyarakat yang
berbatasan langsung dengan
lokasi kegiatan, dampak ini
juga akan berpengaruh
terhadap komponen
lingkungan lainnya.
Berdasarkan hasil evaluasi
yang dilakukan maka kegiatan
ini disimpulkan sebagai
Dampak Penting Hipotetik
(DPH) dan akan dikaji lebih
lanjut di dalam dokumen
ANDAL
Tahap Konstruksi

1. Mobilisasi Belum ada SOSEKBUD KESMAS Kesempatan Kesempatan kerja akan terbuka DPH Keluraha Selama tahap konstruksi
Tenaga kerja Kerja bagi masyarakat yang ada di n Maloku diprakirakan 18 bulan
Konstruksi Kota Makassar, khususnya
masyarakat yang ada di
Kelurahan Maloku. Kesempatan
kerja yang paling dominan
direkrut adalah pekerja
bangunan seperti tukang dan
buruh. Hasil Konsultasi
Masyarakat (PKM) yang

Porter Hotel Makassar II-153


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Porter Hotel Makassar II-154


Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar KA-ANDAL

Gambar 2.47. Peta Wilayah Studi Rencana Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar oleh PT Porter Hotel
Makassar

Porter Hotel Makassar II-155

Anda mungkin juga menyukai