BAB II
PELINGKUPAN
Gambar 2.1. Peta Rencana Lokasi Dengan Rencana Pola Ruang Kota Makassar 2005-2015
Gambar 2.2. Peta Overlay Rencana Lokasi Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar 2005-2015
juga termasuk pemasangan dinding luar dan dalam tiap lantai dan
konstruksi atap bangunan. Denah tiap lantai bangunan yang akan
dikonstruksi serta tampak depan dan potongan bangunan Hotel Porter
Makassar dapat dilihat pada Gambar 2.4 sampai dengan Gambar
2.18.
Kegiatan konstruksi juga termasuk pembangunan system
pengolahan air limbah yang dihasilkan. Areal Sewage Treatment Plant
ditempatkan dalam areal basement dengan menggunakan system
biologis. Bangunan Sewage Treatment Plant (STP) terdiri dari
beberapa tahap yaitu: Grease Trap, pada tahap ini merupakan
pengolahan dengan system pemisahan berat jenis limbah cair yang
dihasilkan. Proses pemisahan antara lapisan minyak dan lemak
dengan air dilakukan dengan cara pengendapan, dimana minyak dan
lemak akan berada pada lapisan atas dan terkumpul dalam tabung
penangkap minyak dan lemak.
Tahap kedua, dilakukan Equalizing agar karakteristik dan laju
aliran limbah cair menjadi sama yang masuk ke tahap pengolahan
selanjutnya, tujuan dari kegiatan ini yaitu agar pengolahan limbah
pada tahap berikutnya berlangsung secara maksimal. Setelah
equalizasi limbah dilakukan maka dilanjutkan ke tahap ketiga dengan
cara Aeration, kegiatan aerasi bertujuan untuk memaksimalkan
proses dekomposisi bakteri aerobic dalam melakukan penguraian
bahan organik yang ada di dalam limbah cair. Aerasi yang dilakukan
menggunakan mesin aerator agar konsentrasi oksigen dalam air tetap
terpenuhi.
Tahap keempat yaitu dengan cara settling atau pengendapan.
Proses berlangsung secara alami dimana kecepatan pengendapan
akan dipengaruhi dari massa partikel dalam air limbah. Setelah terjadi
pengendapan akan dilanjutkan dengan cara pengambilan sludge dan
dialirkan masuk pada bak penampungan dan pengeringan. Sebelum
dilakukan pembuangan maka akan dilakukan chlorination untuk
mensterilkan limbah dari bakteri pathogen.
Gambar 2.15. Lay Out Pemanfaatan Lantai Lima sampai dengan Lantai Empat Belas
Gambar 2.20. Perspektif Rencana Bangunan Hotel Porter Makassar Tampak dari Depan
Gambar 2.21. Perspektif Rencana Bangunan Hotel Porter Makassar Tampak dari Belakang
6. Finishing Bangunan
c. Tahap Operasional
b. Geologi Regional
Penelaahan kondisi geologi daerah studi baik di permukaan
maupun bawah permukaan didasarkan pada data sekunder
maupun primer hasil pemboran inti dan sondir. Berdasarkan Peta
Geologi Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai (Rab Sukamto
dan Supriatna, 1982), daerah studi dan sekitarnya ditutupi oleh
jenis batuan Tersier dan Kuarter, yaitu batuan gunungapi dan
endapan aluvial. Pada Peta Geologi Regional terdapat tiga satuan
batuan dan deskripsi litologi disajikan pada Gambar 1. Urutannya
dari muda ke tua adalah sebagai berikut :
119020
119025
10
119035
20
50
Lokasi 1190
Pembangunan
119030
15
ENDAPAN ALUVIUM, RAWA dan PANTAI: Lempung, lanau, pasir, kerikil, dan
batugamping koral, terbentuk dalam lingkungan sungai, rawa, pantai dan delta, tebal
mencapai 30 meter
Gambar 1. Peta Geologi Regional, Deskripsi Litologi dan Lokasi Tapak Proyek
Tabel 2.8. Data Gempa dan Tsunami Provinsi Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Barat
Sumber: Diolah dari BMKG Balai Wilayah IV Makassar dan beberapa sumber.
Gambar : 6
PETA
ZONA SEISMIK
PROV. SULSEL DAN PROV. SULBAR
5. Getaran
6 Geologi Teknik
Tegangan lapisan
Elevasi Unit Lapisan (m) Tebal (m) Perkiraan Jenis
Qc rata-rata N spt
Unit I Tanah timbunan 0,60 cm selanjutnya
Top Soil -0,0 s/d -1,00 merupakan batu merah, tanah pasir
1,0 5 meningkat 12 - 25
gampingan, coklat/abu abu, tegangan
meningkat ke bawah
Unit II Tanah lanau sedikit pasir sampai
Lapisan Tanah Pasir campur lempung, warna abu-abu tua
-1,50 - 22,00 hitam dari konsistensi medium stiff,
20,5 7 meningkat 45 10 - 30
tebal 1,0 m di atas batuan dasar terdiri
atas batupasir padat gradasi halus
berlanau.
Unit III Batulempung berlapis, kekar rapat
Lapisan batuan dasar (-22,0 dengan tingkat kekerasan 3 - 4
>22,0 30 meningkat 40 >60
m) ke bawah berdasarkan (permukaan) RQD : 80%.
data sekitarnya >25 m.
Sumber : Laporan Akhir Penyelidikan Tanah Pembangunan Hotel Porter Jl. Lamadukelleng Makassar
Sulawesi Selatan. 2014
Muka airtanah yang diamati pada titik uji dilakukan setiap hari pada
setiap pekerjaan pengeboran 2 x 24 jam, dan sesudah aktivitas
pekerjaan selesai, muka airtanah dijumpai pada kedalaman 1,5 m
sampai 2,0 m di bawah permukaan tanah.
e. Amblesan (Subsidence)
7.2. Hidrogeologi
a. Hidrogeologi Regional
Kondisi hidrogeologi regional dan lokasi tapak proyek meliputi
hidrogeologi permukaan dan bawah permukaan (air tanah) antara
lain: sistem akifer sebagai media tempat terakumulasinya air tanah,
potensi air tanah secara umum, dan macam air tanah. Kondisi fisik
daerah resapan air permukaan tergolong cukup baik, karena lapisan
(solum) tanah cukup dalam dan endapan aluvial diperkirakan berkisar
antara beberapa meter hingga 20,0 m tergantung lokasi dan
permukaan tanah setempat. Lahan terbuka (ruang terbuka hijau)
relatif sempit, karena kawasan ini terbangun padat oleh permukiman,
pertokoan, perkantoran, Wisma dan Hotel bertingkat, asrama,
berbagai macam rumah makan dan tempat hiburan dan lain-lain.
Peta Hidrogeologi Regional Daerah Penelitian disajikan pada
Gambar 9. Berdasarkan penelaahan dari Peta Hidrogeologi Lembar
2010 Ujung Pandang, 2109 Benteng dan 2110 Sinjai Sulawesi
(Mudiana. W, Mukna. H.S. dan Soetrisno. S, 1984), dan pengamatan
lapangan sumur gali penduduk serta sumur bor yang pernah
dilakukan, diperoleh data dan informasi bahwa sistem akifer di lokasi
tapak proyek dan sekitarnya secara regional dibentuk oleh 2 (dua)
kelompok akifer yaitu: akifer dengan aliran melalui ruang antar butir
dan akifer bercelah atau sarang.
Akifer dengan aliran melalui ruang antar butir; akifer ini
dibentuk oleh endapan aluvial terdiri dari bahan-bahan yang bersifat
lepas. Air tanah yang tersimpan pada endapan ini akan mengisi ruang
antar butir dari batuan penyusun tersebut. Batuan sebagai penyusun
akifer pada endapan ini adalah endapan rawa, endapan sungai dan
endapan pantai terdiri dari pasir halus hingga kasar, lanau dan
lempung. Lapisan pasir atau yang bersifat pasiran merupakan lapisan
yang dominan. Pada umumnya akifer pada endapan aluvial bercirikan
sebagai akifer tidak tertekan atau akifer bebas (air tanah bebas).
Akifer bercelah atau sarang; akifer jenis ini dibentuk oleh
batuan sedimen vulkanik yang cukup kompak terdiri dari batupasir,
batulempung, batulanau, tufa dan batupasir tufaan. Umumnya
mempunyai kelulusan rendah dan pada bagian yang kurang padu
kelulusan sedang. Air tanah didapat pada pemboran dalam, yang
terdapat di antara dua lapisan kedap air disebut dengan air tanah
tertekan (artesis).
Potensi air tanah bebas regional terdapat pada jenis akifer
produktifitas sedang sampai tinggi penyebaran setempat, jenis akifer
ini keterusan sedang sampai agak tinggi, dengan debit sumur sedang
sampai tinggi (1 l/detik 5 l/detik), terdapat pada endapan aluvial
sungai dan pantai. Akifer produktifitas sedang sampai langka
penyebaran luas, jenis akifer ini tidak menerus, tipis dan keterusan
rendah, dengan debit sumur rendah terdapat pada batuan gunungapi.
Potensi air tanah tertekan (dalam) regional terdapat jenis akuifer
langka sampai sangat langka, penyebaran setempat, jenis akuifer ini
keterusannya sangat rendah, debit sangat rendah pada kedalam lebih
besar dari 60 meter di bawah permukaan tanah setempat dan
terdapat pada batuan gunungapi.
Gambar 2.31. Peta Hidrogeologi Regional Lokasi Tapak Pembangunan Hotel Porter Makassar dan sekitarnya
Tabel 2.13. Potensi Air tanah Bebas (Air tanah dangkal) di Kota
Makassar
Kedudukan Spf
Muka air Jenis lapisan Porosita
Kecamatan Luas air muka yiled
tanah akifer s (%)
laut (%)
Pasir halus
Mariso 236 0-2.70 0.45-1.2 30-45 15
pasir lempung
Pasir halus
Mamajang 199 0.5-2.86 0.3-3.2 30-45 15
pasir lempung
Pasir halus
Tamalate 583 0-2.69 0.15-2.61 35-55 10
pasir lempung
Pasir halus
Makassar 250 2.1-2.3 0.43-2.4 30-35 15
pasir lempung
Pasir halus
Wajo 252 1.7-3.8 0.2-2.1 35-50 15
pasir lempung
Pasir halus
Bontoala 125 1.6-3 0.15-1.1 35-55 10
pasir lempung
Pasir halus
Ujung tanah 125 0-2.9 0.25-0.75 35-55 10
pasir lempung
Pasir halus
Tallo 2.944 0.8-20.9 0.17-2.5 30-45 8
pasir lempung
Pasir halus
Panakkuakang 4.119 0-4.01 0.11-0.4 30-35 15
pasir lempung
Pasir halus
Biringkanaiya 8.006 0-22 0.5-15 35-45 8
pasir lempung
8. Iklim
a. Kelembaban Udara
Selama tahun 2013 arah angin dominan dari arah barat (35 %)
kemudian dari arah barat laut (27 %), arah timur (15 %), arah timur
laut (8%) dan sebagian kecil datang dari arah tenggara, utara, selatan
dan barat daya. Persentase kecepatan angin yaitu 1-4 knots sebesar
64,9%, kecepatan 4-7 knots sebesar 33,4%, kecepatan 7-11 knots
sekitar 1,4% dan kecepatan 11-17 knots sekitar 0,3%. Data arah dan
kecepatan serta distribusi frequency angin dapat dilihat pada Gambar
2.19 dan Gambar 2.20.
atas muka laut (dpl). Kondisi tanah di site sebagian merupakan lahan
terbuka ditumbuhi oleh semak. Di sekitar tapak proyek rencana
pembangunan Hotel Porter Makassar di Jalan Lamadukelleng No. 14,
Kel. Maloku termasuk daerah terbangun padat. Beberapa bangunan
yang terdapat di sekitarnya dan akan terkena dampak.
ini berlangsung adalah air tanah atau air sumur penduduk yang
berada disekitar lokasi hotel.
Berkaitan dengan studi ini maka beberapa sampel air dari
wilayah studi telah dianalisis pada bulan Juli 2015 dengan parameter
uji fisika dankimia. Pengambilan sampel air dilakukan pada dua sumur
bor dalam wialayah studi dandianalisis di Balai Besar Laboratorium
Kesehatan Makassar.Standar mutusampel airyang diuji mengacu pada
Permenkes RI No. 416/Menkes/PER/IX/1990.Data hasil pengukuran
kualitas air disajikan dalam Tabel.
Tabel 2.17. Data kualitas udara ambien pada beberapa lokasi dalam
wilayah Studi Amdal Rencana pembangunan Hotel Porter
Makassar
Hasil pemeriksaan Baku mutu
Parameter Spesifikasi
No Waktu Satuan pengukur
uji U1 U2 U3 metode
an
0
1 Suhu 1 jam C 27.8 31.4 27.5 - Thermometer
1 jam g/Nm3 900
Sulfur
2 Dioksida 24 jam g/Nm3 178.99 195.26 176.09 360 Spektrofometrik
(SO2) 3
1 thn g/Nm 60
1 jam g/Nm3 400
Nitrogen
3 Dioksida 24 jam g/Nm3 21.04 20.60 22.88 150 Spektrofometrik
(NO2)
1 thn g/Nm3 100
1 jam g/Nm3 30.000
Carbon
3 1501.8 1161.9 1584.1
4 Monoksida 24 jam g/Nm 10.000 Spektrofometrik
0 0 0
(CO)
1 thn g/Nm3 1.000
1 jam g/Nm3 200
5 Oksidan (O2) 24 jam g/Nm3 0.843 0.953 1.063 100 Spektrofometrik
3
1 thn g/Nm 50
3
24 jam g/Nm 230
6 TSP (debu) 10.68 15.24 14.75 Gravimetrik
1 thn g/Nm3 1
Amoniak
7 1 jam ppm 0.049 0.035 0.033 2 Spektrofometrik
(NH3)
8 Kelembaban 1 jam %H 62 50.3 66.4 - Barometrik
Sumber: Hasil pengujian, 2015
U1: Dalam lokasi Rencana Hotel Porter (E119o 24 38.2 dan S05o 08 33.6)
U2: Pertigaan Jl. Lamaddukelleng, Jl. Sultan Hasanuddin & Jl. Muchtar Luthfi (E119 o 17 45.8 dan 02o 04
05.8)
U3: Pertigaan Jl. Lamaddukelleng dan Jl. Datu Museng (E119 o 24 39.5 dan 05o 08 35.7)
*Baku Mutu Udara Ambien sesuai Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor : 69 tahun 2010
Tabel 2.18 ISPU sesaat tiga parameter uji kualitas udara ambien
dalam wilayah studi Amdal Pembangunan Hotel porter
pada bulan Juli 2015
Parameter
ISPU Kondisi udara ambien
Uji
SO2 67,0 70,4 Sedang (biru)
CO 11,6 15,8 Baik (hijau)
TSP 6,7 9,5 Baik (hijau)
Sumber: Hasil perhitungan, Agustus 2015
Perdagangan &
49. 55. 48. 70
Jasa Sound
Kebisinga 30 2 3 3
1 dB Level
n menit 54. 60. 62.
Meter
2 8 5
Industri 70
Perumahan &
55
Pemukiman
Sumber: Hasil pengujian, 2015
P1: Dalam lokasi Rencana Hotel Porter (E119o 24 38.2 dan S05o 08 33.6)
P2: Pertigaan Jl. Lamaddukelleng, Jl. Sultan Hasanuddin & Jl. Muchtar Luthfi (E119 o 17 45.8 dan 02o 04
05.8)
P3: Pertigaan Jl. Lamaddukelleng dan Jl. Datu Museng (E119o 24 39.5 dan 05o 08 35.7)
0 0 - Vibratio
1 Getaran mm/s 0
0.4 0.3 metrik
14. Transportasi
a. Kinerja lalu Lintas Eksisting
Gambaran lalu lintas berdasarkan pengamatan langsung di
lokasi pada pagi hingga sore hari selama enam hari berturut- turut
yakni hari senin, selasa, rabu, kamis, jumat dan sabtu. Kondisi lalu
lintas ruas Jalan Lamadukelleng yang terkena dampak terjadi pada
hari senin- sabtu. Tujuan dari analisis dampak lalulintas ini yaitu
melihat seberapa jauh pengaruh bangkitan dan tarikan yang
diakibatkan Hotel Poerte Makassar terhadap Jalan Lamadukelleng
sehingga volume lalulintas eksisting diambil dari jam 7.00 18.00
sesuai waktu rata- rata padatnya kendaraan yang lewat. Data volume
lalulintas eksisting sangat dipengaruhi oleh arus kendaraan dari Jalan
Datumuseng dan Jalan Lamadukelleng. Dapat dilihat pada Tabel di
bawah ini :
Tabel 2.21. Rekapitulasi Volume Lalulintas ( smp/jam) Jalan
Lamadukelleng
No Jam Volume Lalulintas ( smp/jam)
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1 7.00 - 8.00 358 226 427 353 285 267 912
2 8.00 - 9.00 528 431 442 478 481 410 914
12.00
6 12.00 - 1.338 1.392 1.639 1.992 667 1.959 1.439
13.00
7 13.00 - 1.697 1.493 1.727 1.987 1.266 1.950 1.203
14.00
8 14.00 - 1.392 1.472 1.387 1.612 1.479 1.491 1.147
15.00
9 15.00 - 1.313 1.267 1.469 1.365 1.326 1.326 1.087
16.00
10 16.00 - 1.329 1.256 1.346 1.798 1.324 1.356 874
17.00
11 17.00 1.672 1.315 1.262 1.784 1.255 1.675 705
18.00
VOLUME 13.76 12.245 14.363 16.225 12.353 15.442 12.656
6
VOL. 1.251 1.130 1.306 1.475 1.123 1.404 1.151
RERATA
VOL. MAKS 1.697 1.493 1.727 1.992 1.546 1.959 1.563
VOL. MIN 610 388 724 632 493 461 705
Sumber : Hasil Survey Analisa Dampak Lalu Lintas Hotel Porter
Makassar, 2015
Jala r u an n an u r
n (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
Jln. 2/1 - 1,5 3,5 - 3,5 - 4,5
Lamadukellen
g
Jln. 2/1 1,5 3,5 - 3,5 1,5
Datumuseng
Sumber : Hasil Survey Analisa Dampak Lalu Lintas Hotel Porter
Makassar, 2015
2) Karakteristik Lalulintas
1. Demografi
4. Sarana Sosial
5. Sosial Budaya
Penduduk yang berdomisili di wilayah studi (RW IV) berasal dari
berbagai suku, namun umumnya adalah suku Bugis Makassar dan
masyarakat Tionghoa. Proses sosial sudah berjalan cukup lama
terutama pada pemukiman-pemukiman penduduk yang padat seperti
di RT I, dan RT II. Berbagai aktivitas yang dilakukan penduduk di
RW IV Kelurahan Maloku
Uraian RT I RT II RT III Total
n= % n= % n= % n = 50 %
20 15 15
1. Pertemuan-pertemuan antar kelompok masyarakat
a. Ya 15 75 9 60.00 8 53.33 32 64.00
b. Jarang 5 25 6 40.00 7 46.67 18 36.00
2. Jenis pertemuan
a. Pertemuan 3 20.00 2 6.67 5 33.33 10 20.00
mengenai
keagaman
b. Pertemuan 13 86.67 10 66.67 9 60.00 32 64.00
mengenai
lingkungan warga
c . Pertemuan 4 26.67 3 20.00 1 6.67 8 16.00
mengenai hari
besar RI
d. Pertemuan - - - - - - - -
mengenai
keswadayaan
3. Konflik sosial antar kelompok masyarakat sering terjadi
a. Ya 6 30.00 2 13.33 5 16.67 13 13
b. Tidak 14 70.00 13 43.33 10 33.33 37 37
4. Tindakan kriminal yang sering terjadi
a. Ya 7 35.00 4 26.67 4 26.67 15 30.00
b. Jarang 13 65.00 11 73.33 11 73.33 35 70.00
5. Penyelesaian tindakan kriminal
a. Polisi 10 50.00 10 66.67 11 73.33 31 62.00
b. Tokoh - - - - - - - -
agama/Tokoh
masyarakat
c. Aparat 4 20.00 3 20.00 1 6.67 8 16.00
Kelurahan
d.Kekeluargaan 5 25.00 2 13.33 2 13.33 9 18.00
e.Tidak tahu 1 5.00 0 0.00 1 6.67 2 4.00
Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015
Konflik sosial antar warga juga masih sering terjadi baik antar
anak-anak muda atau berbagai kelompok kepentingan di wilayah
studi. Tindakan kriminal lain seperti minum-minuman keras, judi dan
pencurian masih sering terjadi di daerah ini. Tindakan-tindakan
tersebut dilakukan secara spontan oleh kelompok pemuda dan tidak
c. Harapan-harapan Responden
Tabel 2.41. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Kota Makassar Tahun 2009-2013
(Juta Rp)
Lapangan
2009 2010 2011 2012 2013
Usaha
1. Pertanian 256.599,79 271.008,77 288.085,27 300.812,67 321.392,22
Tanaman 26.413,39 26.783,58 26.617,65 26.263,52 25.810,11
Bahan
Makanan
Tanaman - - - - -
Perkebunan
Peternakan 23.613,81 23.293,23 23.138,37 23.274,55 24.205,53
dan Hasil-
hailnya
Kehutanan - - - - -
Perikanan 206.572,59 220.931,96 238.329,26 251.274,61 271.376,52
2. Pertamban 2.945,54 2.430,86 1.971,79 1.573,13 1.423,46
gan dan
penggalian
Lapangan
2009 2010 2011 2012 2013
Usaha
Minyak dan - - - - -
Gas Bumi
Pertambanga - - - - -
n Bukan
Migas
Penggalian 2.945,54 2.430,86 1.971,79 1.573,13 1.423,46
3. Industry 6.484.958,8 7.287.914,6 8.206.704,1 9.042.273,2 10.063.173,
Pengolaha 6 3 3 3 23
n
Indsutri migas - - - - -
Industri Tanpa 6.484.958,8 7.287.914,6 8.206.704,1 9.042.273,2 10.063.173,
Migas 6 3 3 3 23
Makanan, 4.060.454,8 4.653.924,3 5.408.363,5 5.971.396,0 6.704.379,3
minuman dan 3 7 7 3 5
tembakau
Tekstil, 116.715,02 132.502,44 150.690,87 171.863,12 186.705,81
barang kulit
dan alas kaki
Barang kayu 1.004.358,5 1.079.993,0 1.147.403,6 1.229.983,5 1.307.936,5
dan hasil 6 6 3 6 1
hutan lainnya
Kertas dan 170.108,09 183.308,47 202.845,36 236.702,23 307.144,66
barang
cetakan
Pupuk, kimia 46.162,92 51.216,49 55.371,10 59.490,66 64.628,48
dan barang
dari karet
Semen dan 640.278,60 705.200,75 773.524,36 853.515,40 927.227,98
barang galian
bukan logam
Logam dasar 285.588,12 311.998,34 343.467,60 381.194,51 405.380,17
besi dan baja
Alat 144.427,16 151.090,61 104.057,93 115.412,72 134.115,80
angk.mesin
dan
peralatannya
Barang 16.865,55 18.680,11 20.979,79 22.715,00 25.654,47
lainnya
4. Listrik, Gas 560.887,72 670.435,23 762.502,21 865.954,56 975.149,44
dan Air
bersih
Listrik 493.912,14 600.581,24 656.530,63 749.966,22 842.430,52
Gas kota - - - - -
Air bersih 66.975,58 69.853,99 105.971,59 115.988,35 132.718,92
5. Konstruksi 2.483.832,6 2.898.340,3 3.356.010,0 3.848.112,6 4.621.583,2
1 7 4 3 7
6. Perdag,Hot 8.974.100,4 10.763.583, 12.781.102, 14.888.102, 17.273.904,
el dan 4 18 14 54 69
Restoran
Perdagangan 8.066.594,3 9.701.231,7 11.543.077, 13.442.030, 15.583.054,
besar dan 5 5 71 33 28
eceran
Hotel 172.594,33 214.225,66 250.315,15 294.100,13 345.572,89
Restoran 734.911,75 848.125,78 987.709,28 1.151.972,0 1.343.277,5
9 2
7. Pengangku 4.356.485,7 5.302.664,0 6.236.356,1 7.729.553,9 8.984.441,9
tan dan 4 6 6 9 1
Komunikasi
Pengangkutan 3.563.415,0 4.368.936,0 5.134.626,0 6.369.524,7 7.412.209,6
6 0 6 3 9
Lapangan
2009 2010 2011 2012 2013
Usaha
Angkutan - - - - -
jalan rel
Angkutan 745.584,94 832.727,23 945.245,47 1.053.655,9 1.185.664,3
jalan raya 4 2
Angkutan laut 685.276,95 751.522,26 827.038,11 949.914,20 1.100.877,0
1
Angkutan - - - - -
sungai, danau
dan
penyebranga
n
Angkutan 1.814.639,0 2.412.722,2 2.935.414,6 3.892.950,9 4.500.682,0
Udara 4 4 3 4 3
Jasa 317.914,13 371.964,26 426.927,85 473.003,64 624.986,33
Penunjang
Angkutan
Komunikasi 793.070,68 933.728,06 1.101.730,1 1.360.029,2 1.572.232,2
0 6 2
Pos dan 655.630,32 774.527,61 913.070,58 1.140.372,9 1.323.346,2
telekomunika 9 0
si
Jasa 137.440,37 159.200,45 188.659,52 219.656,27 248.886,02
penunjang
Komunikasi
8. Keu,Real 3.179.778,5 3.793.000,0 4.710.227,1 5.724.216,6 7.099.179,5
Estate dan 3 9 9 7 8
Jasa
Perusahaa
n
Bank 1.735.186,0 2.091.569,0 2.705.503,4 3.426.874,1 4.342.305,9
0 0 6 4 4
Lembaga 222.306,28 261.485,66 302.463,83 364.341,97 447.787,92
keuangan
bukan Bank
Jasa - - - - -
penunjang
keuangan
Sewa 935.669,04 1.116.595,4 1.325.166,5 1.507.497,2 1.811.205,6
bangunan 9 1 8 7
Jasa 286.617,22 323.349,82 377.093,39 425.503,28 497.880,05
perusahaan
Jasa-jasa 4.964.062,4 6.018.074,7 7.065.190,8 8.301.801,1 9.462.304,7
2 5 8 5 3
Pemerintahan 4.510.529,4 5.465.709,6 6.432.878,7 7.541.976,6 8.575.265,0
umum 4 2 8 7 6
Adm. 3.259.669,8 3.965.035,9 4.663.126,7 5.475.712,8 6.216.120,2
Pemerintah 2 3 7 3 5
dan
pertahanan
Jasa 1.250.859,6 1.503.673,6 1.769.752,0 2.066.263,8 2.359.144,8
pemerintah 32 9 1 4 1
lainnya
Swasta 453.532,98 552.365,13 652.312,11 759.824,48 887.039,67
Jasa social 229.436,34 266.734,90 318.797,93 373.876,24 430.739,57
kemasyarakat
an
Jasa hiburan 40.234,21 70.452,71 84.459,88 102.152,60 121.884,61
dan rekreasi
Jasa 183.862,44 215.177,52 249.054,30 283.795,64 334.415,49
perorangan
Lapangan
2009 2010 2011 2012 2013
Usaha
dan rumah
tangga
PDRB 31.263.651, 37.007.451, 43.428.149, 50.702.400, 58.802.52,5
65 94 82 57 3
Tabel 2.42 menunjukkan produk domestik regional bruto atas
dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha Kota Makassar
tahun 2009-2013. PDRB atas dasar harga konstan 2000 Kota
Makassar pada tahun 2009 adalah Rp. 14.798.187.680.000,- dan
pada tahun 2013 naik menjadi Rp. 21.327.227.880.000,-.PDRB atas
dasar harga konstan 2000 tertinggi terdapat pada lapangan usaha
perdagangan, hotel dan restoran dimana pada tahun 2013 sekitar Rp.
6.366.686.380.000,-
Tabel 2.42. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Makassar Tahun 2009-
2013 (Juta Rp)
LAPANGAN 2009 2010 2011 2012 2013
USAHA
1. Pertanian 100.328,28 102.025,94 103.144,16 104.093,67 105.134,45
Tanaman Bahan 13.414,54 13.032,56 11.653,76 10.817,40 10,078.30
Makanan
Tanaman - - - - -
Perkebunan
Peternakan dan 11.306,55 11.072,40 10.795.58 10.616,10 10,329,46
Hasil-hailnya
Kehutanan - - - - -
Perikanan 75.607,19 77.920,99 80.694,82 82.660,18 84,726,68
2. Pertambangan 1.448,83 1.134,69 874,29 639,64 537.30
dan
penggalian
Minyak dan Gas - - - - -
Bumi
Pertambangan - - - - -
Bukan Migas
Penggalian 1.448,83 1.134,69 874,29 639,64 537.30
3. Industry 3.289.568,8 3.485.020,6 3.485.020,6 3.703.126,2 3,927,943.0
Pengolahan 0 0 0 7 7
Indsutri migas - - - - -
Industri Tanpa 3.289.568,8 3.485.020,6 3.485.020,6 3.703.126,2 3,927,943.0
Migas 0 0 0 7 7
Makanan, 1.832.909,1 1.970.459,2 2.143.756,7 2.286.507,2 2,440,828.7
minuman dan 9 1 0 6 6
tembakau
Tekstil, barang 54.345,06 58.085,67 61.942,56 67.625,98 71,066.52
kulit dan alas
kaki
Barang kayu dan 498.442,02 492.030,80 496.163,86 502.339,15 499,839.29
hasil hutan
RENCANA KEGIATAN
DAMPAK PENTING
DAMPAK POTENSIAL HIPOTETIK
RONA
LINGKUNGAN
HIDUP IDENTIFIKASI DAMPAK EVALUASI
POTENSIL
DAMPAK
POTENSIL
- Pendapatan
Diterimanya sebagai tenaga kerja akan berpengaruh terhadap
tingkat pendapatan bagi masyarakat yang direkrut sebagai tenaga
kerja. Peningkatan pendapatan juga akan dirasakan oleh
masyarakat yang melakukan usaha di sekitar lokasi kegiatan.
- Persepsi masyarakat
Munculnya persepsi positif masyarakat akibat adanya skala
prioritas penerimaan tenaga kerja untuk tenaga lokal serta
terbukanya kesempatan berusaha bagi masyarakat, serta
pemberian upah kerja yang sesuai atau di atas UMP yang berlaku.
2. Kegiatan Mobilisasi/Demobilisasi Peralatan dan Material
Bangunan
Kegiatan mobilisasi/demobilisasi peralatan dan material
bangunan diprakirakan menimbulkan sejumlah dampak potensil
antara lain :
- Kualitas udara
Peningkatan SOx, NOx, CO Pada saat pengangkutan peralatan dan
material bersumber dari gas emisi kendaraan. Selain itu, juga
akan terjadi peningkatan partikel debu (TSP) di udara akibat sisa
material yang terjatuh di jalan depan lokasi kegiatan tertekan roda
kendaraan yang melintas di depan lokasi kegiatan.
- Bising
Bising bersumber dari kendaraan pengangkut peralatan dan
material yang keluar masuk dari dalam lokasi tapak proyek.
- Lalulintas
Meningkatnya volume lalulintas diakibatkan dari adanya kegiatan
pengangkutan peralatan dan material bangunan yang
menggunakan truck. Kendaraan pengangkut yang digunakan juga
berpotensi memunculkan kerusakan jalan akibat tonase
kendaraan yang keluar masuk dari dalam lokasi kegiatan.
- Persepsi masyarakat
- Getaran
Getaran akan muncul pada saat tekanan hammer mesin pancang
menumbuk kepala pancang yang dipasang. Getaran akan
merambat di lingkungan sekitarnya dengan radius sesuai dengan
gelombang getaran yang dihasilkan.
- Kualitas air
Menurunnya kualitas air bersumber dari limbah pengeboran yang
menggunakan air. Pada saat pengeboran air akan digunakan guna
mempermudah proses pengeboran.
- Bangunan fisik
- Hidrologi
Lahan yang akan dibanguni adalah lahan yang terbuka, setelah
konstruksi akan terjadi perubahan fungsi lahan yang
C. Tahap Operasional
-Limbah padat
Limbah padat yang dihasilkan sebagian besar masih dapat
dimanfaatkan kembali sehingga dampak ini tergolong sebagai
dampak negatif tidak penting. Intensitas dampak kecil dan
lama berlangsungnya dampak sangat singkat. Jumlah
manusia yang terkena dampak tidak ada dan lokasi
persebaran dampak hanya terjadi di dalam lokasi kegiatan.
Hasil evaluasi yang dilakukan disimpulkan bahwa kegiatan ini
tidak termasuk sebagai Dampak Penting Hipotetik (DPH)
sehingga tidak akan dikaji lebih lanjut di dalam dokumen
ANDAL.
C. Tahap Operasional
1. Kegiatan Mobilisasi Tenaga Kerja Operasional
Kegiatan mobilisasi tenaga kerja diprakirakan menimbulkan
sejumlah dampak penting hipotetik antara lain :
-Kesempatan kerja
Kesempatan kerja akan terbuka bagi masyarakat yang ada di
Kota Makassar, khususnya masyarakat yang ada di Kelurahan
Maloku. Kesempatan kerja yang paling dominan direkrut
adalah pekerja yang berlatar belakang pendidikan
kepariwisataan. Hasil Konsultasi Masyarakat (PKM) yang
dilakukan menunjukan ada sekitar 14% masyarakat berharap
agar tenaga kerja yang digunakan bersumber dari
masyarakat sekitar lokasi kegiatan. Dampak ini tergolong
dampak penting hipotetik, hasil evaluasi yang dilakukan
disimpulkan bahwa kegiatan mobilisasi tenaga kerja
Berdampak Penting Hipotetik (DPH) terhadap terbukanya
kesempatan kerja, mengingat jumlah masyarakat yang akan
terkena dampak langsung yaitu sekitar 53 orang. Dampak ini
berlangsung dalam waktu yang sangat lama, intensitas
dampak besar pada saat awal operasional dan
Gambar 2.39. Bagan Alir Evaluasi Dampak Potensil Yang Mengahasilkan Dampak Penting Hipotetik (DPH)
Kegiatan
Gambar 2.40. Bagan Alir Evaluasi Dampak Potensil Yang Mengahasilkan Dampak Penting Hipotetik (DPH)
Kegiatan
Gambar 2.41. Bagan Alir Evaluasi Dampak Potensil Yang Mengahasilkan Dampak Penting Hipotetik (DPH)
Kegiatan
Gambar 2.42. Bagan Alir Proses Pelingkupan Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar
b. Batas Ekologis
Batas ekologis ialah batas ekosistem yang ditentukan
berdasarkan pada skala berlangsungnya proses alami dalam berbagai
bentuknya yang diprakirakan dapat terkena dampak penting dari
kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar. Batas tersebut
mencakup wilayah saluran drainase di bagian barat lokasi kegiatan
dan pemukiman masyarakat yang ada di sekitar lokasi kegiatan.
c. Batas Administrasi
Batas administratif merupakan batas administrasi
pemerintahan yang saling berkaitan secara sosial-ekonomi dan sosial-
d. Batas Sosial
Ruang di sekitar rencana usaha yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma
dan nilai tertentu yang sudah mapan. Batas sosial pada dasarnya
merupakan ruang dimana masyarakat yang terkena dampak
lingkungan tunggal atau melakukan kegiatan kelompok masyarakat
yang akan dijadikan lokasi survey sosial ekonomi dan kesehatan.
Batas sosial ditetapkan meliputi masyarakat di Kelurahan Maloku,
Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar.
Tabel 2.49. Ringkasan Proses Pelingkupan Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar oleh PT Porter Hotel
Makassar
Pengelolaan
Deskripsi Pelingkupan
Lingkungan yang
Rencana
Sudah
Kegiatan yang Komponen Batas Waktu Kajian
N Direncanakan Dampak Wilayah
Berpotensi Lingkungan (sampaikan pula
o. Sejak Awal Dampak Penting Studi
Menimbulkan Terkena Dampak Evaluasi Dampak Potensial justifikasi penentuannya)
Sebagai Bagian Potensial Hipoteti
Dampak
dari Rencana k (DPH)
Lingkungan
Kegiatan
1. Mobilisasi Belum ada SOSEKBUD KESMAS Kesempatan Kesempatan kerja akan terbuka DPH Keluraha Selama tahap konstruksi
Tenaga kerja Kerja bagi masyarakat yang ada di n Maloku diprakirakan 18 bulan
Konstruksi Kota Makassar, khususnya
masyarakat yang ada di
Kelurahan Maloku. Kesempatan
kerja yang paling dominan
direkrut adalah pekerja
bangunan seperti tukang dan
buruh. Hasil Konsultasi
Masyarakat (PKM) yang
Gambar 2.47. Peta Wilayah Studi Rencana Kegiatan Pembangunan Hotel Porter Makassar oleh PT Porter Hotel
Makassar