Anda di halaman 1dari 21

KINERJA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM KAMPUNG IKLIM

DI KABUPATEN PURBALINGGA

HIJRAH UTAMA, S.Hut.


NIP. 19791218 201001 1 009

Penyuluh Kehutanan pada Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Wilayah VII


Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah

ABSTRAK / ABSTRACT
Program Kampung Iklim (Proklim) adalah program nasional Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam melaksanakan aksi lokal
meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim dan pengurangan emisi Gas
Rumah Kaca (GRK). Bupati Purbalingga telah mencanangkan Proklim tahun 2017 dengan
menetapkan Desa Sumampir, Kecamatan Rembang menjadi Kampung Iklim. Ditunjuknya
Desa Sumampir menjadi percontohan Kampung Iklim karena gerakan masyarakatnya sudah
mengarah pada upaya mengatasi persoalan perubahan iklim (mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim). Mereka telah melakukan upaya membuat lingkungan tempat tinggalnya sejuk, hijau
dan teduh, melakukan penataan drainase yang bersih dan rapi, melakukan pengelolaan
sampah, limbah padat dan cair yang ramah lingkungan dengan mengaktifkan bank sampah
"Resik Mandiri" yang memperhatikan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Selain itu, melalui
kegiatan Proklim telah dilakukan oleh Pemkab Purbalingga dengan ujung tombaknya adalah
Badan Lingkungan Hidup. Kegiatan tersebut antara lain penanaman di daerah tangkapan air
dan sekitar mata air, kegiatan pembuatan sumur resapan dan biopori, penyediaan IPAL,
biodigester, tempat sampah terpilah, Bank Sampah dan Sekolah Adiwiyata. Capaian kinerja
kegiatan yang menyangkut Proklim telah tercapai dengan baik terlihat dari beberapa indikator
terhadap output kegiatan dalam LKPJ BLH Kabupaten Purbalingga mencapai lebih dari 90%.
Namun kinerja masih berorientasi pada terlaksananya program/ kegiatan, bukan pada hasil
atau manfaat program. Sebaiknya dalam pelaksanaan program lebih berorientasi pada
pengaruh jangka panjang yang ditimbulkan secara positif dari manfaat kegiatan tersebut.

Program Kampung Iklim (Proklim)/Climate Village Program is a national program of


Ministry of Environment and Forestry to encourage the active participation of the community
in carrying out local action to increase resilience to climate change impact and reduction of
Greenhouse Gas (GHG) emission. The Regent of Purbalingga has proclaimed Proklim 2017
by establishing Sumampir Village, Rembang Sub-district to Kampung Iklim. The appointment
of Sumampir Village has become a model for Kampung Iklim because its community
movement has been directed towards addressing climate change issues (mitigation and
adaptation to climate change). They have made efforts to create a cool, green and shady
environment, clean and tidy drainage arrangements, manage solid waste and
environmentally friendly liquid waste by enabling garbage bank "Resik Mandiri" paying
attention to 3R principles (Reduce, Reuse, Recycle). In addition, through the activities of
Proklim has been done by Badan Lingkungan Hidup (BLH) Purbalingga. These activities
include planting in water catchment areas and surrounding springs, recycling wells and
biopori activities, provision of WWTP (IPAL), biodigester, separated waste bin, Waste Bank
and Adiwiyata School. Achievement of the performance of activities related to Proklim has
been achieved well seen from several indicators on the output of activities in LKPJ BLH
Purbalingga reached more than 90%. But performance is still oriented to the implementation
of the program, not on the results or benefits of its program. Preferably in the implementation
of the program more oriented on the long term effects positively generated from the benefits
of these activities.
Kata Kunci/ Keywords: Kinerja/ Performance, Kebijakan/ Policy, Proklim, Purbalingga

2
PENDAHULUAN

1.A. Latar Belakang


Persoalan perubahan iklim sudah menjadi fenomena lingkungan yang nyata dan
diakui sebagai salah satu ancaman terbesar bagi kehidupan manusia. Laporan
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) Kelompok Kerja-1 yang
diluncurkan pada bulan September 2013 terkait dengan penyusunan Assesment Report
ke-5 (AR5), menyebutkan bahwa kenaikan suhu permukaan bumi di wilayah Asia
Tenggara pada abad ini berkisar antara 0,4 - 1C dan diperkirakan akan terus meningkat
antara 1,5 - 2C pada periode 30 tahun mendatang.
Perubahan suhu yang terjadi saat ini diyakini sebagai akibat terjadinya akumulasi
Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Berbagai kegiatan manusia dalam pembangunan
menyebabkan konsentrasi GRK di atmosfer semakin bertambah, termasuk penggunaan
bahan bakar fosil, proses penguraian sampah dan limbah, penggunaan pupuk kimia serta
pembakaran jerami. Keberadaan GRK di atmosfer menyebabkan radiasi gelombang
panjang sinar matahari terperangkap sehingga suhu bumi menjadi naik dan
mengakibatkan perubahan iklim. Peningkatan GRK di atmosfer diperparah oleh
deforestasi yang mempunyai kemampuan untuk menyerap CO2.
Kenaikan suhu bumi meningkatkan ancaman terhadap risiko terjadinya bencana
terkait iklim seperti banjir, longsor, kekeringan, gagal panen, keragaman hayati,
kenaikan muka air laut serta kesehatan manusia. Perubahan iklim merupakan sebuah
realitas yang telah dirasakan secara luas di berbagai belahan dunia, sehingga diperlukan
aksi nyata untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan
iklim serta upaya pengurangan emisi GRK sebagai komponen yang diperlukan dalam
pembangunan berkelanjutan. Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk mengurangi emisi GRK adalah Program Kampung Iklim (ProKlim).
ProKlim adalah program nasional yang dijadikan Gerakan Nasional oleh Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dan seluruh
pihak dalam melaksanakan aksi lokal meningkatkan ketahanan terhadap dampak
perubahan iklim dan pengurangan emisi GRK.
Kabupaten Purbalingga telah mencanangkan Program Kampung Iklim pada
Sabtu, 19 Agustus 2017 dengan menetapkan salah satu desa menjadi Kampung Iklim
yaitu di Desa Sumampir, Kecamatan Rembang. Ditunjuknya Desa Sumampir menjadi
percontohan Kampung Iklim karena gerakan masyarakatnya sudah mengarah pada

3
upaya mengatasi persoalan perubahan iklim. Mereka telah melakukan upaya membuat
lingkungan tempat tinggalnya sejuk, hijau dan teduh, melakukan penataan drainase yang
bersih dan rapi, melakukan pengelolaan sampah, limbah padat dan cair yang ramah
lingkungan dengan mengaktifkan bank sampah "Resik Mandiri" dan memperhatikan
prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Selain itu masyarakat setempat juga telah
melakukan usaha pencegahan dampak bencana alam serta telah membuat peraturan
lokal dalam upaya pengelolaan lingkungan.
Artikel ini dibuat untuk menjabarkan kinerja implementasi kebijakan Program
Kampung Iklim di Kabupaten Purbalingga. Setiap pencapaian yang dibahas disesuaikan
dengan indikator berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Program Kampung Iklim yang
diterbitkan Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian LHK No.
P.1/PPI/SET/KLIM.1/2/2017. Sedangkan pencapaian kinerja berdasarkan Laporan
Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Purbalingga Tahun 2016.

1.B. Rumusan Masalah


Sedangkan yang menjadi permasalahan terhadap pelaksanaan kebijakan Program
Kampung Iklim adalah indikator kinerja kebijakan ProKlim dalam dokumen
perencanaan (RPJMD/ Renja/DPA) tercapai dan efektif dikaitkan dengan dokumen
penilaian ProKlim Dirjen PPI dan Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ)
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Purbalingga Tahun 2016.

1.C. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah menjabarkan bentuk-bentuk implementasi
kegiatan Program Kampung Iklim di Kabupaten Purbalingga, serta efektifitasnya dilihat
dari aspek indikator-indikator kinerja.

4
KONSEP PROGRAM KAMPUNG IKLIM

2.A. Program Kampung Iklim


Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No
P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016, Program Kampung Iklim (Proklim) adalah
program berlingkup nasional yang dikelola oleh Kementerian LHK dalam rangka
meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lain untuk
melakukan penguatan kapasitas adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan
penurunan emisi gas rumah kaca serta memberikan pengakuan terhadap upaya adaptasi
dan mitigasi perubahan iklim yang telah dilakukan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan di tingkat lokal sesuai dengan kondisi wilayah. Kampung Iklim adalah
lokasi yang berada di wilayah administratif paling rendah setingkat rukun warga atau
dusun dan paling tinggi setingkat kelurahan atau desa, atau wilayah yang masyarakatnya
telah melakukan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara
berkesinambungan.
Dalam Proklim ditekankan pada dua upaya yaitu :
1. Adaptasi Perubahan Iklim adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap dampak perubahan iklim,
termasuk keragaman iklim dan kejadian iklim ekstrim sehingga potensi kerusakan
akibat perubahan iklim berkurang, peluang yang ditimbulkan oleh perubahan
iklim dapat dimanfaatkan, dan konsekuensi yang timbul akibat perubahan iklim
dapat diatasi.
2. Mitigasi Perubahan Iklim adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam
upaya menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca sebagai bentuk upaya
penanggulangan dampak perubahan iklim.
Sedangkan menurut Peraturan Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Nomor
P.1/PPI/SET/KUM.1/2/2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Kampung Iklim,
beberapa pilihan kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim adalah sebagai
berikut :
A. Pengendalian kekeringan, banjir 3) Perlindungan dan pengelolaan
dan longsor : mata air
1) Pemanenan air hujan 4) Penghematan penggunaan air
2) Peresapan air 5) Sarana dan prasarana
pengendalian banjir

5
6) Rancang bangun yang adaptif 3) Relokasi
7) Terasering 4) Sistem pengelolaan pesisir
terpadu
B. Peningkatan ketahanan pangan :
5) Mata pencaharian alternatif
1) Sistem pola tanam
2) Sistem irigasi/ drainase E. Pengendalian penyakit terkait iklim :
3) Pertanian terpadu (integrated 1) Pengendalian vektor (pembawa
farming) penyakit)
4) Penganekaragaman tanaman 2) Sanitasi dan air bersih
pangan 3) Perilaku Hidup Bersih dan
5) Pemanfaatan lahan pekarangan Sehat (PHBS)

C. Pengelolaan sampah, limbah padat F. Menggunaan energi baru


dan cair : terbarukan, konservasi dan
1) Pengelolaan sampah dan/atau penghematan energi :
limbah padat 1) Energi baru terbarukan,
2) Pengolahan dan pemanfaatan konservasi dan penghematan
limbah cair energi
2) Pengelolaan budidaya pertanian
D. Penanganan/ antisipasi kenaikan
3) Peningkatan tutupan vegetasi
muka air laut :
4) Pengendalian kebakaran hutan
1) Struktur pelindung alamiah
dan lahan
2) Struktur perlindungan buatan
Mengingat tipologi daerah di Purbalingga sangat beragam maka penilaian Proklim
disesuaikan dengan karakteristik lokasi. Tidak semua kriteria Proklim harus ada dalam
satu lokasi mengingat akan beberapa faktor, yaitu :
1. Dari sisi adaptasi yang terpenting apakah lokasi tersebut telah dapat mengatasi
bahaya perubahan iklim didaerahnya;
2. Dari sisi mitigasi yang terpenting apakah daerah tersebut telah mengelola semua
potensi mitigasi di daerahnya;
3. Dari sisi kelembagaan apakah daerah tersebut telah mengupayakan kelembagaan
yang baik sehingga ada dukungan yang menjamin keberlanjutan upaya adaptasi
dan mitigasi di daerah tersebut.
Siahaan (2017) mengungkapkan bahwa asas pengelolaan lingkungan hidup pada
tingkat lokal harus memenuhi unsur tanggung jawab negara, berkelanjutan, dan
bermanfaat untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

6
2.B. Indikator Kinerja Organisasi Publik
Menurut Mahsun (2012), indikakor kinerja digunakan untuk menggambarkan
capaian yang diperoleh oleh suatu organisasi publik. Definisi indikator kinerja adalah
ukuran kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan
yang telah ditetapkan. Indikator kinerja sangat penting digunakan karena untuk
mengetahui apakah suatu aktivitas atau program telah dilakukan secara efisien dan
efektif. Pengunaan indikator kinerja dalam setiap organisasi berbeda-beda satu sama
lainnya. Pengukuran dan manfaat penilaian kinerja organisasi dengan menggunakan
indikator-indikator kinerja yang ada akan mendorong pencapaian tujuan organisasi dan
akan memberikan umpan balik untuk upaya perbaikan secara terus menerus
(berkelanjutan). Untuk menilai kinerja juga dapat melalui pendekatan “input-proccess-
output” yang berarti apa yang terjadi dalam sebuah proses yang mengolah input menjadi
output :
1. Inputs meliputi masalah, informasi, waktu, teknologi, dan sebagainya
2. Proses ditekankan pada upaya/aktivitas yang dilakukan dalam rangka mengolah
input menjadi outputs.
3. Outputs ditekankan pada hasil langsung yang diharapkan dicapai dari kegiatan
yang dilakukan oleh masing-masing satuan organisasi.
Dari pendapat di atas nampak jelas bahwa ukuran kinerja baik itu kinerja pegawai
maupun kinerja organisasi sektor publik sangat bervariasi dan bersifat
multidimensional. Dimensi-dimensi tersebut juga tidak bersifat mutually exclusive
(berdiri sendiri), tetapi ternyata saling berhubungan dan saling melengkapi. Baik
tidaknya kinerja organisasi sangat ditentukan oleh berhasil tidaknya organisasi tersebut
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tercapainya tujuan organisasi tidak
bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakkan atau
dijalankan oleh sekelompok orang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai
tujuan organisasi (Widodo, 2005 dalam Mahsun, 2012).
Menurut Mahsun (2012) pengukuran kinerja Pemerintah Daerah diarahkan pada
masing-masing dinas yang telah diberi wewenang mengelola sumber daya sebagaimana
bidangnya. Dengan demikian perumusan indikator kinerja tidak bisa seragam untuk
diterapkan pada semua dinas yang ada. Namun demikian dalam pengukuran kinerja
setiap dinas harus tetap dimulai dari pengidentiifikasian terhadap visi, misi, falsafah,

7
kebijakan, tujuan, sasaran, program, dan anggaran serta tugas dan fungsi yang telah
ditetapkan.
Adapun skema pemikiran dalam membahas kinerja implementasi kebijakan
Proklim di Kabupaten Purbalingga terkait pendekatan “input-proccess-output” adalah
melalui skema gambar pada halaman selanjutnya.

INPUT PROSES OUTPUT


1.RPJMD Kab. Purbalingga Tahun Kegiatan Program Kampung Iklim Laporan Keterangan Pertanggung
2016 – 2021 : di Desa Sumampir, Kecamatan Jawaban (LKPJ) Badan
-Isu Strategis, Visi-Misi, Sasaran, Rembang dan Desa Lingkungan Hidup Kab.
Strategi & Arah Kebijakan Karangbanjar, Kecamatan Purbalingga Tahun 2016, yang
-Indikator, Target Kinerja, & Bojongsari, Kabupaten Mencakup Capaian Kinerja
Program Prioritas Purbalingga yang Melingkupi : Program dan Kegiatan Urusan
-Rencana Kerja (Renja SKPD) -Informasi Umum Proklim Lingkungan Hidup Di Kabupaten
dan Dokumen Pelaksanaan -Pembentukan Proklim Purbalingga
Anggaran (DPA) Tahun 2016 -Pengembangan Proklim
Peraturan Daerah Bidang -Pengusulan Proklim
Lingkungan Hidup -Penilaian Proklim
Peraturan Menteri LHK No. -Pemantauan Proklim
P.84/Menlhk-Setjen/Kum.1/11/ -Evaluasi & Pelaporan
2016 ttg Program Kampung Iklim
Peraturan Dirjen Pengendalian
Perubahan Iklim No.
P.1/PPI/SET/KUM.1/2/2017 ttg
Pedoman Pelaksanaan Program
Kampung Iklim

8
PEMBAHASAN

3.A. Isu-isu Strategis serta Misi Lingkungan Hidup Bupati Purbalingga dalam RPJMD
Kab. Purbalingga Tahun 2016 – 2021
Eksploitasi sumberdaya alam dan pencemaran lingkungan hidup akibat aktivitas
manusia yang tidak berwawasan lingkungan telah menimbulkan dampak negatif yang
dirasakan secara langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan manusia seperti
pencemaran air dan udara, meningkatnya angka kesakitan penyakit degenartif,
meningkatnya kerusakan lahan, menurunnya populasi ikan di perairan umum, hilangnya
populasi berbagai spesies flora dan fauna, terjadinya banjir dan tanah longsor, serta
meningkatnya pemanasan global. Peningkatan pemanasan global dipicu meningkatnya
emisi gas rumah kaca (GRK) yang bersumber dari kegiatan manusia dalam
menggunakan energi fosil, pengelolaan lahan dan pertanian, serta pengelolaan limbah
(Faishal, 2016). Pemanasan global memicu terjadinya perubahan iklim yang berdampak
pada peningkatan intensitas hujan dan kemarau serta terjadi pergeseran musim. Dampak
perubahan iklim berakibat terjadinya gagal panen pada sektor pertanian dan
meningkatnya intensitas bencana seperti banjir, angin ribut, dan kemarau
berkepanjangan (Notowardojo, 2017). Diperlukan upaya mengurangi perubahan iklim
tersebut melalui aksi-aksi mitigasi (pengurangan) emisi gas rumah kaca di sektor
transportasi, peningkatan tutupan lahan, pertanian rendah emisi, dan pengelolaan limbah
(Siahaan, 2004).
Untuk mencegah terjadinya kerusakan fungsi lingkungan hidup yang lebih cepat
perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan dan pengendalian kerusakan fungsi
lingkungan hidup serta rehabilitasi terhadap lingkungan hidup yang telah mengalami
kerusakan secara sistematis, terpadu, dan berkelanjutan. Oleh sebab itu, dalam RPJMD
Tahun 2016-2021 Bupati Purbalingga telah menetapkan misi ke tujuh dalam upaya
mengelola lingkungan hidup, yaitu “Terpeliharanya Kualitas Lingkungan Hidup dan
Keanekaragaman Hayati”, dengan sasaran “Terkendalinya Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan Hidup”.
Melalui misi ketujuh tersebut, Bupati Purbalingga pun telah menetapkan indikator
kinerja sasaran seperti tabel berikut ini :

9
Tabel 1. Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kab. Purbalingga
Kinerja Target Kinerja
Aspek/ Bidang Urusan/
Awal
No Indikator Kinerja Satuan
RPJMD 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Pembangunan
(2015)
B Aspek Layanan Umum
B.2 Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar
B.2.4. Urusan Lingkungan Hidup
Indeks Kualitas Angka 47,79 63,5 64 64,5 65,5 66,5 67
Lingkungan Hidup
Penurunan Emisi Gas Ton CO2 9.182 9.182 19.263 31.877 43.415 53.951 59.185
Rumah Kaca (GRK) ekuivalen

3.B. Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan Lingkungan Hidup Bupati
Purbalingga dalam RPJMD Kab. Purbalingga Tahun 2016 – 2021
Strategi pembangunan jangka menengah Kabupaten Purbalingga tahun 2016-2021
pada prinsipnya merupakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan Pemerintah
Kabupaten Purbalingga dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi
pembangunan daerah melalui pentahapan pembangunan dan serangkaian kebijakan dan
program dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan jangka menengah dan sasaran-sasaran
jangka pendek yang telah ditetapkan. Tujuan yang hendak dicapai dari Misi ke – 7
adalah “Terpeliharanya Kualitas Lingkungan Hidup dan Keanekaragaman Hayati”,
dengan sasaran “Terkendalinya Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan Hidup”.
Strategi dan arah kebijakan yang akan diterapkan dalam upaya pencapain tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan diatas, adalah melalui :
1. Mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, dengan arah
kebijakan berupa pengurangan timbulan pencemaran lingkungan hidup.
2. Meningkatkan konservasi keaneka-ragaman hayati dan ekosistem, dengan arah
kebijakan berupa peningkatan konservasi dan pemulihan Kerusakan LH.
Memperhatikan RPJMD Kab. Purbalingga Tahun 2016 – 2021 bahwa tujuan,
sasaran, strategi dan arah kebijakan lingkungan hidup Kab. Purbalingga sudah sesuai
dengan tujuan mewujudkan perbaikan fungsi lingkungan hidup dan pengelolaan
sumberdaya alam yang mengarah pada prinsip pembangunan berkelanjutan, yaitu
terkendalinya pencemaran dan kerusakan lingkungan, terlindunginya kelestarian fungsi
lahan, memperbaiki kualitas udara dan pengelolaan sampah, serta pengelolaan SDA dan
LH terintegrasi (Zulkifli, 2017).

10
3.C. Program Prioritas, Target Kinerja dan Rencana Kerja Pemerintah Kabupaten
Purbalingga
Program prioritas dalam mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup (misi
ke 7) tersaji pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Kab. Purbalingga
Target Capaian
Indikator Arah
Sasaran Satuan Kinerja Strategi Program Unggulan
Kinerja Kebijakan
Awal Akhir
Terkendalinya Indeks Indeks 47,79 67 Mengendalikan Pengurangan Program
pencemaran dan Kualitas pencemaran dan timbulan Pengendalian
kerusakan Lingkungan kerusakan LH pencemaran LH Pencemaran dan
lingkungan Hidup Kerusakan LH
Penurunan Ton CO2 9.182 59.185 Program
Emisi Gas ekuiv. Pengelolaan
Rumah Kaca Persampahan dan
(GRK) Limbah B3
Program Penegakan
Hukum LH
Meningkatkan Peningkatan Program Konservasi
konservasi konservasi dan Sumberdaya Alam
keanekaragaman pemulihan dan Ekosistem
hayati dan ekosistem kerusakan LH

Dari tabel diatas terlihat bahwa indikator kinerja dari program yang telah
ditetapkan salah satunya adalah penurunan emisi gas rumah kaca. Hal ini sesuai dengan
upaya mendukung keberlanjutan pelaksanaan pengendalian perubahan iklim di tingkat
lokal yang tercantum di dalam Peraturan Menteri LHK Nomor P.84/MENLHK-
SETJEN/KUM.1/11/2016 tentang Program Kampung Iklim. Mitigasi perubahan iklim
tersebut merupakan tindakan untuk menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca sebagai
bentuk upaya penanggulangan dampak perubahan iklim.
Kinerja pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Purbalingga selain tercantum
dalam RPJMD, juga secara rinci terdapat pada Rencana Kerja (Renja) yang disusun
oleh SKPD yang mengampu Urusan Lingkungan Hidup, karena ujung tombok
pelaksanaan program dan kegiatan tersebut berada di SKPD. Di Kabupaten Purbalingga
SKPD yang mengampu urusan tersebut adalah Badan Lingkungan Hidup (BLH). Jadi
dalam melihat capaian kinerja program yang menyangkut urusan LH di Kabupaten
Purbalingga maka cukup melihat capaian kinerja BLH Kab. Purbalingga tahun berjalan.
Dalam upaya mewujudkan tujuan dan sasaran, kebijakan yang telah ditetapkan
sebagai dasar pijakan pelaksanaan kegiatan BLH Kabupaten Purbalingga adalah sbb. :
a. Peningkatan kualitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dalam
rangka pelestarian sumberdaya alam dan fungsi lingkungan hidup.
b. Peningkatan pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan pencemaran dan
kerusakan lingkungan melalui peningkatan kesadaran masyarakat dan pemangku
kepentingan lainnya terhadap pelestarian fungsi lingkungan hidup, pengembangan

11
dan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan berbasis masyarakat, serta
penegakan hukum lingkungan.

3.D. Peraturan Hukum Urusan Lingkungan Hidup di Kabupaten Purbalingga


Hal lainnya yang mendukung upaya pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten
Purbalingga adalah adanya produk hukum atau peraturan-peraturan. Produk hukum atau
regulasi akan menjamin kepastian penegakan hukum terhadap masalah-masalah
lingkungan hidup, serta mengurangi praktek-praktek yang mengarah pada perusakan
lingkungan hidup karena pada hakekatnya pengelolaan lingkungan hidup merupakan
upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijakan
penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan
pengendalian lingkungan hidup (Notowardojo, 2017).
Adapun peraturan-peraturan yang terkait lingkungan hidup di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Purbalingga adalah sebagai berikut :
1. Peraturan Daerah Nomor 29 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
2. Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
3. Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
Ketiga produk hukum tersebut telah diundangkan di lingkungan Kabupaten
Purbalingga. Namun ada beberapa indikator yang menunjukkan bahwa peraturan
tersebut belum berjalan secara efektif. Misalnya kegiatan yang berkaitan dengan
pengolahan sampah seperti tercantum dalam Pasal 19 Ayat 2d yang menyebutkan
bahwa kegiatan pengolahan sampah di TPST yang dilakukan oleh masyarakat yang
tergabung dalam paguyuban serta difasilitasi SKPD (dalam hal ini BLH) belum
terlaksana secara massif karena hanya paguyuban yang terbentuk baru sedikit,
sementara kegiatan pengolahan sampah lebih banyak dilakukan di TPA. Sehingga hal
ini kurang mengikutsertakan peran masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah
sebagai salah satu butir dalam mitigasi perubahan iklim pada ProKlim.

3.E. Profil Kampung Iklim di Kabupaten Purbalingga


Pemerintah Kabupaten Purbalingga telah mendorong dan memfasilitasi
tumbuhnya kampung iklim melalui pengayaan inovasi program adaptasi maupun
mitigasi perubahan iklim yang dilaksanakan secara kolaborasi antara pemerintah dan

12
non pemerintah termasuk masyarakat. Kedepan pada tahun 2018 Bupati Purbalingga H.
Tasdi, S.H akan menargetkan setiap kecamatan di Purbalingga mempunyai satu
kampung iklim. Namun dalam upaya mengembangkan kampung iklim, pemerintah
kabupaten Purbalingga baru melaksanakan kegiatan pada taraf sosialisasi Proklim
kepada Kepala Desa dan Lurah perwakilan kecamatan, melaksanakan lomba kampung
hijau, memfasilitasi terbentuknya bank sampah di masyarakat, serta menfasilitasi
kampung hijau dengan sokongan dana APBD 2.
Adapun profil Kampung Iklim di Kabupaten Purbalingga adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Profil Kampung Iklim di Kabupaten Purbalingga
Dusun Sumampir, Kec. Rembang Dusun Karangbanjar, Kec. Bojongsari
Gambaran Umum : Gambaran Umum :
Luas 4.2 ha, jumlah penduduk 296 KK atau Luas 6.24 ha, jumlah penduduk 306 KK atau
858 jiwa. Sebagian bermata pencaharian 906jiwa. Sebagian bermata pencaharian
sebagai petani. Tata guna lahan 19.9 ha sebagai petani dan buruh/ pegawai. Warga
untuk pemukiman, 14.15 ha berupa telah melakukan beragam kegiatan yang
persawahan dan 8.95 ha kawasan perkebunan berbasis lingkungan antara lain pengelolaan
dan fasilitas umum. Dusun Sumampir sampah mandiri di tingkat rumah tangga,
menjadi bagian Desa Wisata karena beragam pemanfaatan lahan pekarangan, pemanenan
kegiatan yang berbasis lingkungan telah air hujan dan berbagai kegiatan lain yang
dilaksanakan oleh masyarakatnya antara lain mendukung pengelolaan lingkungan secara
pengelolaan sampah mandiri di tingkat lestari
rumah tangga, pemanfaatan lahan
pekarangan, pemanenan air hujan dan
berbagai kegiatan lain yang mendukung
pengelolaan lingkungan secara lestari
Potensi Kerentanan Perubahan Iklim : Potensi Kerentanan Perubahan Iklim :
Topografi Dusun Sumampir berupa Topografi Dusun Karangbanjar berupa
PERBUKITAN hampir tidak pernah DATARAN RENDAH hampir tidak pernah
mengalami kejadian banjir. Permasalahan mengalami kejadian banjir ataupun longsor.
yang menjadi potensi kerentanan dampak Permasalahan yang menjadi potensi
perubahan iklim adalah risiko kekeringan di kerentanan dampak perubahan iklim adalah
musim kemarau, sehingga dapat mengurangi risiko kekeringan (penurunan muka air
ketersediaan air yang diperlukan untuk sumur) di musim kemarau, sehingga dapat
berbagai kebutuhan masyarakat. mengurangi ketersediaan air yang diperlukan
Permasalahan lain adalah resiko longsor di untuk berbagai kebutuhan masyarakat. Selain
musim hujan, sehingga dapat merusak tanah. itu risiko terjadinya perubahan pola hujan
Selain itu risiko terjadinya perubahan pola dan angin ribut yang merupakan salah satu
hujan yang merupakan salah satu dampak dampak perubahan iklim juga dapat menjadi
perubahan iklim juga dapat menjadi ancaman ancaman bagi kegiatan warga. Dari aspek
bagi kegiatan pertanian/perkebunan yang mitigasi perubahan iklim, timbulan sampah
merupakan mata pencaharian penduduk. Dari yang awalnya tidak dikelola dengan baik
aspek mitigasi perubahan iklim, timbulan merupakan salah satu sumber emisi GRK
sampah yang awalnya tidak dikelola dengan
baik merupakan salah satu sumber emisi
GRK
Adaptasi Perubahan Iklim : Adaptasi Perubahan Iklim :
- Pengendalian kekeringan, banjir dan - Pengendalian kekeringan, banjir dan

13
Dusun Sumampir, Kec. Rembang Dusun Karangbanjar, Kec. Bojongsari
longsor seperti pemanenan air hujan, longsor seperti pemanenan air hujan,
pembuatan sumur resapan dan lubang pembuatan sumur resapan dan lubang
biopori, perlindungan dan pengelolaan biopori, serta penanaman vegetasi di areal
mata air dengan penanaman vegetasi di permukiman
areal permukiman dengan tanaman keras - Peningkatan ketahanan pangan dengan
dan bambu, pembuatan embung guna pemanfaatan lahan pekarangan dengan
persediaan air di musim kemarau menanam sayuran dan pohon buah-
- Peningkatan ketahanan pangan dng buahan, sistem pola tanam padi jajar
pemanfaatan lahan pekarangan, menanam legowo sehingga hasil produksi padi
tumbuhan obat keluarga, sayuran dan meningkat 30%
pohon buah-buahan asli daerah (manggis, - Meminimalisasi penggunaan pupuk kimia
duren) dan pestisida
Mitigasi Perubahan Iklim : Mitigasi Perubahan Iklim :
- Pengelolaan sampah dengan 3R - Pengelolaan sampah dengan 3R dengan
memanfaatkan dan mengolah berbagai memanfaatkan dan mengolah sampah
jenis sampah plastik dan kain perca organik (pengomposan) dan kerajinan dari
- Melakukan penghematan energi dan air sampah plastik (PET), serta rambut yang
dengan membuat gerakan pemasangan didaur ulang menjadi bulu mata
genteng kaca dan showerisasi
Manfaat : Manfaat :
- Ketersediaan air di musim kemarau untuk - Ketersediaan air di musim kemarau untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dan memenuhi kebutuhan masyarakat dan
pertanian terjaga dengan baik pertanian terjaga dengan baik
- Vegetasi di lingkungan desa terjaga alami - Berkurangnya limbah domestik melalui
- Ketahanan pangan terjaga melalui sistem penerapan pengelolaan sampah mandiri
intensifikasi lahan pekarangan untuk dan daur ulang sehingga menjadi barang
tanaman buah-buahan dan sayuran yang berguna
Foto-foto : Foto-foto :

Bupati dalam Pencanangan Proklim Pemanfaatan Pekarangan

Pencanangan Proklim Pemanfataan Pekarangan

14
Dusun Sumampir, Kec. Rembang Dusun Karangbanjar, Kec. Bojongsari

Bank Sampah “Resik Mandiri” Pemanfaatan Kain Perca

Bank Sampah “Resik Mandiri” Pelibatan Kaum Wanita

Pemanfaatan Lahan untuk Toga Sumur Resapan

Pemanfaatan Limbah Plastik utk Dijadikan Embung untuk Mengantisipasi Kekurangan


Paving Blok Air pd Musim Kemarau

3.F. Capaian Kinerja BLH yang Mendukung Program Kampung Iklim di Kabupaten
Purbalingga
Dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (LAKIP) Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Purbalingga Tahun 2016, capaian kinerja (output) yang

15
telah dilakukan terhadap Anggaran APBD untuk BLH Tahun 2016 sebesar 96,75%,
sedangkan capaian fisiknya mencapai 100%. Adapun beberapa capaian kinerja yang
mendukung program Kampung Iklim adalah :
1. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
a. Menurunnya luas lahan kritis sebesar 341,03 Ha atau 4,71% dari total luasan
lahan kritis. Hal ini dicapai berkat kegiatan rehabilitasi hutan di kawasan
lindung dan penanaman pohon untuk konservasi yang bersumber dari BP
DAS Serayu, Opak, Progo dalam Kegiatan Konservasi Lahan pada Daerah
Tangkapan Air dan Sumber Mata Air, output yang dicapai berupa
tertanamnya tanaman di daerah tangkapan air dan sekitar mata air sebanyak
9.000 batang (5 jenis) di wilayah Kec. Padamara, Kutasari, Bojongsari dan
Mrebet. Bahkan pada tahun 2017 ini, BLH dibantu Penyuluh Kehutanan
Kab. Purbalingga dalam Festival Gunung Slamet berhasil menghijaukan
Kec. Karangreja, terutama di Desa Serang, Desa Kutabawa, Desa Siwarak,
Desa Karangreja, dengan melakukan penanaman 30.000 pohon suren, serta
dalam acara Ruwat Bumi di Desa Tlahab Lor berhasil menanam sekitar
10.000 pohon di sekitar daerah resapan air hulu Sungai Klawing. Selain itu
dalam Kegiatan Penanaman Turus Jalan output yang dicapai berupa
penanaman tanaman turus jalan, lahan kritis dan RTH sebanyak 8.170
batang (6 jenis).
b. Terminimalisirnya genangan air dan sebagai media penyimpan atau
menambah persediaan air bersih di dalam tanah serta memaksimalkan
aktivitas biota tanah berupa bangunan Sumur Resapan sebanyak 18 unit
yang dibangun di SD, SMP dan SMA di wilayah Kecamatan Bobotsari dan
bangunan Biopori sebanyak 884 unit yang dibangun di sekolah di wilayah
Kecamatan Bobotsari dan Karanganyar (100%  99,70%).
c. Terlaksananya pembinaan generasi muda melalui sosialisasi Saka Kalpataru
di 6 sekolah serta mengirim kontingen jambore lingkungan/perkemahan
Bakti Saka Kalpataru ke Provinsi Jawa Tengah sebanyak 12 peserta dan ke
Baturraden Kabupaten Banyumas sebanyak 100 peserta (100%  90,88%).
2. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
a. Tahun 2016 Kegiatan Pengendalian Pencemaran LH (DAK) tidak dapat
dilaksanakan 100% yaitu pembangunan IPAL UKM/Biogas, biodigester,

16
komposter, alat pencacah sampah, kendaraan pengangkut sampah,
pengadaan kontainer sampah dan gerobak sampah. Hal tersebut dikarenakan
kegiatan belanja barang yang akan diberikan kepada masyarakat (belanja
hibah) tidak dapat dilaksanakan karena kelompok masyarakat yang akan
menerima barang dari belanja hibah belum berbadan hukum (25%  3,10%)
b. Tersedianya 1 paket reagen / bahan kimia untuk operasional / belanja bahan
laboratorium dalam Kegiatan Pengelolaan Laboratorium Lingkungan (100%
 95,79%)
c. Terpeliharanya 3 unit hutan kota (Kerkop, Wasesa, dan Kandanggampang)
serta 3 Taman Bantaran Sungai Gringsing dan Larangan dalam Kegiatan
Pendukung Program Adipura (100%  95,14%)
d. Tersusunnya dokumen laporan Analisis Ketaatan Kegiatan Usaha dalam
Pengelolaan Limbah Cair (Pendukung Kegiatan PPLHD) dan Laporan
Periodik Sampah Harian Kabupaten Purbalingga 2016 dalam Kegiatan
Perbaikan dan Peningkatan Kualitas Sanitasi Lingkungan Permukiman
(100%  98,47%)
e. Teridentifikasinya sumber pencemar udara dari kegiatan industri pada 8
perusahaan melalui Kegiatan Pemantauan Udara dari Sumber Tidak
Bergerak Aktivitas Industri (100%  97,43%)
f. Terbentuknya 15 sekolah adiwiyata yang berwawasan lingkungan dan
tercapainya Sekolah Adiwiyata Nasional dalam Kegiatan Pendukung
Adiwiyata (100%  96,44%)
g. Terlaksananya sosialisasi pembentukan dan pengembangan bank sampah
sebanyak 90 orang dalam Kegiatan Pendukung Bank Sampah di Desa
Sumampir, Kec. Rembang (50%  39,74%)
h. Terlaksananya sosialisasi Perda Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup sehingga meningkatnya pemahaman masy/ pelaku usaha terhadap
PPLH sebanyak 70 orang (100%  97,80%)
i. Ketersediaan data calon lokasi TPA dalam Kegiatan Site Selection dan Studi
Kelayakan (FS) Calon Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah (100% 
99,06%)
j. Tersedianya alat bor biopori sebanyak 100 unit dalam Kegiatan Pengadaan
Alat Bor Biopori (100%  99,33%)

17
k. Terpeliharanya pohon turus jalan di perkotaan sebanyak 2.600 pohon dalam
Kegiatan Pelestarian Pohon di Perkotaan (100%  97,93%)
Dari uraian capaian kinerja diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang
mendukung Program Kampung Iklim terutama yang mencakup aspek adaptasi
perubahan iklim dan mitigasi perubagan iklim telah dilakukan secara baik, namun upaya
yang melibatkan kelompok masyarakat dan dukungan berkelanjutan masih belum
dilakukan secara maksimal, terutama dukungan kebijakan dan keterlibatan dunia usaha,
LSM dan PT harus dimaksimalkan.

3.G. Permasalahan Program Kampung Iklim di Kabupaten Purbalingga


Adapun permasalahan yang teriidentifikasi setelah berjalannya Proklim di
Kabupaten Purbalingga adalah :
Tabel 4. Permasalahan dan Solusi Proklim di Kabupaten Purbalingga
No Aspek Permasalahan Solusi
1 Perencanaan Perencanaan pembangunan Perencanaan dan pelaksanaan
belum memasukkan pembangunan hendaknya
adanya Kajian Lingkungan mempertimbangkan aspek lingkungan
Hidup Strategis (KLHS) hidup dalam rangka upaya melestarikan
dan meningkatkan kualitas SDA-LH
melalui KLHS
2 Kompetensi Terbatasnya personil yang Meningkatkan kualitas sumber daya
Personel memiliki kompetensi di manusia pengelola SDA-LH melalui
bidang lingkungan pengikutsertaan dalam kegiatan kursus,
pendidikan dan pelatihan, serta
bimbingan teknis
3 Kelembagaan Komisi Penilai AMDAL Mendesak Provinsi untuk segera
(KPA) Kabupaten belum memberikan lisensi kepada Komisi
mendapatkan lisensi dari Penilai AMDAL Kabupaten
Provinsi
4 Peraturan/ Belum optimalnya Melaksanakan penataan peraturan
Regulasi pelaksanaan Peraturan perundang-undangan di bidang
Daerah (Perda) dan lingkungan hidup (Peraturan Daerah,
terbatasnya perangkat Keputusan Bupati, dan lain-lain)
perundangan yang
mengatur masalah
lingkungan hidup
5 Tingkat Masih rendahnya tingkat Meningkatkan pengetahuan dan
Pengetahuan/ pengetahuan dan kesadaran aparatur pemerintah dan
Kesadaran kesadaran aparatur masyarakat dalam pengelolaan dan
pemerintah dan pelestarian fungsi sumber daya alam
masyarakat dalam dan lingkungan hidup melalui
pengelolaan dan pembinaan dan penyuluhan
pelestarian fungsi sumber

18
daya alam dan lingkungan
hidup

19
PENUTUP

4.A. Kesimpulan
Kesimpulan dari capaian kegiatan yang menyangkut Program Kampung Iklim
yang telah dilakukan di Kabupaten Purbalingga adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan yang menyangkut Program Kampung Iklim telah dilakukan oleh
Pemkab Purbalingga, antara lain kegiatan penanaman di daerah tangkapan air dan
sekitar mata air, kegiatan pembuatan sumur resapan dan biopori, penyediaan
IPAL, biodigester, tempat sampah terpilah, gerobak sampah, motor roda 3
pengangkut sampah, kontainer sampah dan mesin pencacah, serta terlaksananya
Program Bank Sampah dan Sekolah Adiwiyata.
2. Capaian Kinerja kegiatan yang menyangkut Program Kampung Iklim di Kab.
Purbalingga telah dilaksanakan dengan baik terlihat dari beberapa indikator
kinerja terhadap output kegiatan yg mendukung ProKlim mencapai lebih dari
90%.

4.B. Saran
Adapun saran dari kegiatan yang mendukung Program Iklim ini adalah :
1. Peran serta masyarakat lebih ditingkatkan, terutama kegiatan Bank Sampah yang
berjalan bersama paguyuban masyarakat
2. Lokasi kegiatan sebaiknya tidak terkonsentrasi di kawasan perkotaan
3. Kebanyakan indikator kinerja masih berorientasi pada terlaksananya program/
kegiatan, bukan pada hasil atau manfaat program. Sebaiknya pada penyusunan
dokumen perencanaan indikator output, outcome, benefit dan impact lebih
dipertajam lagi thd aspek yg akan dicapai
4. Penetapan indikator target kinerja terhadap penurunan emisi gas rumah kaca perlu
lebih SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realistic, Time-Bound)

20
DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2013. Menjaga Lingkungan dengan Kearifan Lokal. Bandung : Titian Ilmu.

Badan Lingkungan Hidup, 2015. Rencana Kerja (Renja) Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Purbalingga Tahun 2016. Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga.

Faishal, A., 2016. Hukum Lingkungan : Pengaturan Limbah dan Paradigma Industri
Hijau. Yogyakarta : Pustaka Yustisia.

Intergovernmental Panel on Climate Change, 2015. Synthesis Report : Climate Change


2014. Geneva : World Meteorological Organization (WMO).

Mahsun, M., 2012. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Notowardojo, H., 2017. Hutan Penyangga Lingkungan Hidup dan Daya Saing Negara.
Jakarta : Kharisma Globalindo.

Pemerintah Kabupaten Purbalingga, 2015. Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Daerah (RPJMD) Kabupaten Purbalingga Tahun 2016 – 2021. Pemerintah
Daerah Kabupaten Purbalingga.

Badan Lingkungan Hidup. 2016. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)


Tahun 2016. Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga.

Siahaan, N.T.H., 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan (Edisi Kedua).
Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama.

Suprianto, 2017. “2018, Purbalingga Targetkan 1 Kampung Iklim Tiap Kecamatan”.


http:\\rri.co.id/purwokerto/post/berita/435809/purbalingga/2018_
purbalingga_targetkan_1_kampung_iklim_tiap_kecamatan. Diakses Pada 22 Oktober
2017 Pukul 14.00 WIB.

Susanto, R., 2017. “Purbalingga Siapkan Kampung Iklim”. http:\\www.gatra.com/


nusantara/jawa/280624-purbalingga-siapkan-kampung-iklim. Diakses Pada 21
Oktober 2017 Pukul 13.30 WIB.

Utami, P., 2017. “Desa di Pelosok Purbalingga ini Disiapkan Jadi Kampung Iklim”.
http:\\jateng.merdeka.com/makro/-desa-di-pelosok-purbalingga-ini-disiapkan-jadi-
kampung-iklim-1708228. Diakses Pada 21 Oktober 2017 Pukul 16.30 WIB.

Zulkifli, A., 2014. Dasar-dasar Ilmu Lingkungan. Jakarta : Salemba Teknika.

21

Anda mungkin juga menyukai