JUDUL ESAI
Oleh :
UNVERSITAS TANJUNGPURA
KOTA PONTIANAK
2019
1
DEGRADASI MICROBIAL FUEL CELL TANAMAN MANGROVE
KABUPATEN MEMPAWAH SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF
PENGHASIL LISTRIK
Kenaikan tarif dasar listrik pada dua dekade terakhir ini yang memukul
kehidupan masyarakat terutama kalangan ekonomi rendah, telah menyadarkan
kembali pada masalah krisis energi listrik yang belum terpecahkan. Tingginya
konsumsi dari penggunaan energi listrik dengan bahan bakar berbasis fosil dapat
berdampak pada habisnya sumber daya tersebut suatu saat nanti. Energi berbasis
fosil membutuhkan waktu yang sangat lama untuk proses pembentukannya dan
membutuhkan biaya yang sangat besar untuk melakukan proses produksinya. BP
Statitical Review of world Energy (2013) menyatakan konsumsi energi pokok
dunia tumbuh hingga 1,8% pada tahun 2012. Salah satu dampak dari hal tersebut,
Indonesia saat ini menghadapi masalah serius yaitu ketahanan energi dan ini jauh
dari tujuan indonesia untuk menuju energi bersih dan terjangkau.
1
plant microbial fuel sell untuk mengembangkan industri pariwisata mangrove park
yang terdapat di kabupaten mempawah.
Pembuatan microbial fuel cell yang di cetuskan oleh penulis yaitu dengan
menggunakan reaktor sederhana yang dapat menampung tanaman mangrove
sehingga dapat menghasilkan listrik yang ramah lingkungan dari proses degradasi
microbial fuel cell. Pembuatan plant microbial fuel cell ini selaras dengan
pengimplementasian revolusi industri 4.0 yang mana semua tataran kehidupan
manusia akan beralih dengan energi bersih dan terjangkau.
Gagasan PMFC
2
menjadi Karbon Dioksida (CO2), Proton (H+ ), dan Elektron (e- ) (Nwokocha et al.,
2012).
Pengaplikasian PMFC sendiri memiliki beberapa kelebihan diantaranya,
jika menggunakan teknologi PMFC (Plant Microbial Fuel Cell) tidak
membutuhkan transformasi energi yang besar. Yaitu hanya perlu mengubah energi
dari matahari menjadi energi listrik, dibandingkan dengan mesin kalor yang harus
mengubah energi kimia menjadi energi panas kemudian mengubah menjadi energi
mekanik, yang selanjutnya akan menjalankan generator yang akan menghasilkan
energi listrik. Keunggulan lain dari PMFC adalah dapat menghasilkan energi listrik
yang lebih lama.
Teknologi PMFC (Plant Microbial Fuel Cell) ini merupakan perwujudan
atau pengimplementasian dari era revolusi industri 4.0 yang mana semua tataran
kehidupan manusia akan beralih dengan energi bersih dan terjangkau, dimana
teknologi pada era revolusi industry 4.0 akan sangat berkembang dengan sangat
cepat dan pesat. Pengaplikasian teknologi PMFC ini dapat menambah wawasan
untuk warga sekitar hutan mangrove, bahwa hutan mangrove dapat dimanfaatkan
untuk menghasilkan energi listrik yang ramah lingkungan. Sehingga dapat
dikembangkan agar dapat menghasilkan energi listrik dalam skala besar.
Untuk mengetahui tanggapan dari masyarakat sekitar apakah setuju atau
tidaknya dengan adanya teknologi ini, dilakukan wawancara sebagai sarana
pengumpulan data. Kami pun memilih beberapa penduduk di kampung sekitar
hutan mangrove sebagai perwakilan untuk mengutarakan pendapatnya tentang
teknologi PMFC (Plant Microbial Fuel Cell) ini. selain itu narasumber juga
diberikan contoh PMFC (Plant Microbial Fuel Cell), dan kelebihan apa saja yang
dapat dihasilkan jika menggunakan Teknologi PMFC (Plant Microbial Fuel Cell)
tersebut.
Hampir semua tanggapan dari narasumber menyambut baik dengan gagasan
teknologi PMFC yang kami usung. Hal ini karena banyak dari warga sekitar tidak
mengetahui bagaimana cara tumbuhan mangrove dapat diproses sehingga dapat
menghasilkan energi listrik yang bisa menghasilkan energi listrik yang besar.
Warga hanya mengetahui bahwa sumber daya alam yang dapat menghasilkan
3
energi listrik adalah minyak bumi. Warga sangat mendukung akan terealisasinya
teknologi PMFC ini.
Terdapat 3 tahapan dalam pembuatan PMFC ini yaitu tahap persiapan, tahap
pra-kondisi, serta tahap pengujian dan pengukuran. Studi literatur, persiapan alat
dan bahan, persiapan elektroda, dan perakitan reaktor dilakukan pada tahap
persiapan. Dalam penelitian ini reaktor yang digunakan berupa box plastik volume
50 liter sebanyak 4 buah. Sample bahan yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi tanaman mangrove, air sungai, dan endapan/sedimen yang berasal dari
hutan mangrove kabupaten mempawah.
Tahap Persiapan
4
bebas yang telah ditentukan. Adapun perakitan reaktor mengikuti rangkaian desain
dengan jumlah tanaman mangrove yang telah ditentukan.
Tahap Pra-Kondisi
5
eceng gondok memenuhi permukaan reaktor dengan nilai 0,4806 mW/m2 pada
pengujian selama 7 hari.
Pada anoda yang terletak di dekat akar didapati produksi listrik terbaik
adalah pada reaktor dengan jumlah eceng gondok terbanyak yaitu reaktor penuh.
Pada reaktor dengan anoda di akar produksi listrik yang dihasilkan cenderung
berfluktuasi namun stabil dengan fluktuasi yang hampir sama. Fluktuasi dapat
disebabkan karena cahaya matahari. Cahaya matahari dapat berpengaruh pada
jumlah substrat yang dihasilkan tumbuhan (Timmers, et al. 2010).
6
Daftar Pustaka
Deng Huan, Zheng Chen, and Feng Zhao.2011. Energy from Plants and
Microorganisms: Progress in Plant–Microbial Fuel Cells.Chemsuscem
Timmers, Ruud A., et al. "Long-term performance of a plant microbial fuel cell
with Spartina anglica." Applied microbiology andbiotechnology 86.3
(2010): 973-981
Lampiran
1. Ketua Tim
2. Anggota 1
3. Anggota 2