Anda di halaman 1dari 38

BRIKET BATUBARA

Makalah Dibuat sebagai Tugas dalam Mata Kuliah Teknologi Pemanfaatan


Batubara

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

ALDA PRAMAESTI 061540411546


TIARA DWI PUTRI 061540411566

DOSEN PEMBIMBING : Ir. Sahrul Effendy, M.T

PROGRAM STUDI D IV TEKNIK ENERGI

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

2017

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, atas berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Briket
Barubara”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu dengan hati
terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam
perbaikan dan kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Palembang, 15 Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii


DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Pendahuluan .............................................................................. 1
1.2 Tujuan ....................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah ..................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 3


2.1 Briket Batubara ........................................................................ 3
2.1.1 Jenis-Jenis Briket Batubara ......................................... 3
2.1.2 Formula Pembuatan Briket Batubara .......................... 5
2.1.3 Bentuk Briket Batubara ............................................... 12
2.1.4 Teknologi Pembuatan Briket Batubara ....................... 13
2.1.5 Tungku Briket Batubara .............................................. 21
2.1.6 Penyalaan dan Pematian Briket Batubara ................... 22
2.1.7 Kualitas Briket Batubara ............................................. 23
2.1.8 Penggunaan Briket Batubara ....................................... 25
2.1.9 Keunggulan Briket Batubara ....................................... 25
2.2 Kokas ....................................................................................... 26
2.2.1 Pengertian Kokas......................................................... 26
2.2.2 Proses Pembuatan Kokas Batubara ............................. 27
2.2.3 Pemanfaatan Kokas Batubara...................................... 28

BAB III PENUTUP ............................................................................... 30


3.1 Kesimpulan .............................................................................. 30
3.2 Saran ........................................................................................ 31

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 32

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Bahan dan Formula Briket Alfianto ................................................. 8
2. Sifat Briket yang Dihasilkan dalam Percobaan Alfianto ................. 9
3. Bahan dan Formula Briket Arson .................................................... 10
4. Sifat Briket yang dihasilkan dalam Percobaan Arson ...................... 11

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Briket Batubara Tipe Telur .............................................................. 12
2. Briket Batubara Tipe Silinder .......................................................... 12
3. Briket Batubara Tipe Kubus ............................................................ 12
4. Briket Batubara Tipe Kenari ............................................................ 13
5. Flash Dryer ....................................................................................... 14
6. Tubular Dryers ................................................................................. 14
7. Briquetting Machine ........................................................................ 15
8. Diagram Alir Produksi Briket Karbonisasi ...................................... 16
9. Cross Sectional Carbonization Furnace ........................................... 16
10. Pembentukan Briket ......................................................................... 18
11. Diagram Alir Pembentukan Briket .................................................. 19
12. Tungku Portabel Briket Batubara .................................................... 21
13. Kokas ............................................................................................... 26

v
i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan

Batubara merupakan salah satu sumber energi primer yang memiliki


riwayat pemanfaatan yang sangat panjang. Penyediaan BBM mulai kritis
karena cadangannya terbatas sedangkan sumber kayu bakar juga kritis karena
luas kawasan hutan (terutama jawa) sudah berkurang dari persyaratan ideal.
Jadi salah satu sumber energi alternatif adalah batubara. Akhir-akhir ini harga
bahan bakar minyak dunia meningkat pesat yang berdampak pada
meningkatnya harga jual bahan bakar minyak termasuk Minyak Tanah di
Indonesia.
Minyak Tanah di Indonesia yang selama ini di subsidi menjadi beban
yang sangat berat bagi pemerintah Indonesia karena nilai subsidinya
meningkat pesat menjadi lebih dari 49 triliun rupiah per tahun dengan
penggunaan lebih kurang 10 juta kilo liter per tahun. Untuk mengurangi
beban subsidi tersebut maka pemerintah berusaha mengurangi subsidi yang
ada dialihkan menjadi subsidi langsung kepada masyarakat miskin.
Namun untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM dalam hal ini
Minyak Tanah diperlukan bahan bakar alternatif yang murah dan mudah
didapat. Briket batubara merupakan salah satu bahan bakar padat alternatif
yang terbuat dari batubara, bahan bakar padat ini merupakan bahan bakar
alternatif pengganti minyak tanah yang mempunyai kelayakan teknis untuk
digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga, industri kecil ataupun
menengah. Hal yang mendorong pemanfaatan briket batubara untuk
masyarakat dan Industri kecil di Indonesia antara lain :
- Potensi batubara Indonesia yang sangat besar.
- Batubara Indonesia mudah pecah dan bernilai kalori tinggi.
- Adanya endapan batubara dengan cadangan terbatas (10 juta ton) yang
dapat dimanfaatkan secara skala kecil untuk daerah sekitar.

1
- Briket Batubara juga mempunyai keuntungan ekonomis karena dapat
diproduksi secara sederhana, memiliki nilai kalor yang tinggi, dan
ketersediaan batubara cukup banyak di Indonesia sehingga dapat bersaing
dengan bahan bakar lain.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yakni:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis briket batubara
2. Untuk mengetahui formula pembuatan briket batubara
3. Untuk mengetahui bentuk briket batubara
4. Untuk mengetahui teknologi pembuatan briket batubara
5. Untuk mengetahui kualitas briket batubara
6. Untuk mengetahui penggunaan briket batubara
7. Untuk mengetahui keunggulan briket batubara

1.3. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini yakni:
1. Apa saja jenis-jenis briket batubara?
2. Apa saja formula pembuatan briket batubara?
3. Apa saja bentuk briket batubara?
4. Apa saja teknologi pembuatan briket batubara?
5. Apa saja parameter kualitas briket batubara?
6. Apa saja penggunaan briket batubara?
7. Apa saja keunggulan briket batubara?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Briket Batubara


Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran
tertentu, yang tersusun dari butiran batubara dengan sedikit campuran seperti
jerami, ampas tebu, dan molases yang telah mengalami proses pemampatan
dengan daya tekan tertentu, agar bahan bakar tersebut lebih mudah ditangani
dan menghasilkan nilai tambah dalam pemanfaatannya.
Pada umumnya briket dianggap baik apabila:
1. Tidak berasap dan tidak berbau pada saat pembakaran
2. Mempunyai kekuatan tertentu sehingga tidak mudah pecah/hancur
apabila diangkat, diangkut dan dipindahkan.
3. Mempunyai suhu pembakaran yang tetap (± 3500C) dengan jangka
waktu nyala yang cukup lama (8-10 jam)
4. Setelah pembakaran, sisanya masih mempunyai kekuatan tertentu
sehingga mudah untuk dikeluarkan dari tungku masak.
5. Gas hasil pembakaran tidak mengandung gas karbon monoksida yang
cukup tinggi.

2.1.1 Jenis-Jenis Briket Batubara


Briket batubara dapat dibedakan berdasarkan proses
pembuatannya serta komposisi penyusun daripada briket batubara itu
sendiri.
2.1.1.1 Jenis Briket Batubara berdasarkan Proses Pembuatannya
Menurut Kuncoro (2005), berdasarkan teknik
pembuatannya, briket batubara dibagi menjadi dua jenis, yaitu
briket batubara karbonisasi dan tanpa karbonisasi.
1. Briket Batubara Karbonisasi

3
Batubara Indonesia sebagian besar adalah subbituminus
yang mengandung zat terbang (volatile matter) yang tinggi
sehingga berpotensi menimbulkan asap saat dibakar bila
proses pembakarannya tidak baik. Oleh sebab itu,
dilakukan karbonisasi batubara atau diarangkan terlebih
dahulu.
Briket batubara karbonisasi adalah briket batubara yang
bahan bakunya (batubara) dikarbonisasi sebelum menjadi
briket. Dengan karbonisasi zat-zat terbang yang terkandung
dalam batubara tersebut diturunkan serendah mungkin
sehingga produk akhirnya tidak berbau dan berasap. Proses
karbonisasi meliputi tahap pemanasan batubara dalam
kondisi udara terbatas atau tanpa udara sehingga zat
terbang berupa ter, minyak serta gas akan menguap dan
yang tersisa hanya sebagian besar arang batubara (fixed
carbon). Arang batubara yang dihasilkan tersebut masih
bersifat rapuh dan berukuran tidak seragam sehingga
diperlukan proses penggerusan dan pembriketan agar
diperoleh bentuk yang seragam, kompak dan sifat fisiknya
kuat. Oleh karena melalui proses karbonisasi, harga briket
batubara karbonisasi dapat mencapai dua kali briket tanpa
karbonisasi. Namun, kelebihan lainnya adalah kalor (panas)
yang dikandung briket per satuan beratnya lebih tinggi.
Briket batubara jenis ini aman digunakan untuk rumah
tangga sekalipun.
2. Briket Batubara Tanpa Karbonisasi
Briket jenis ini dikembangkan untuk menghasilkan produk
yang lebih murah namun tetap aman. Bahan baku batubara
untuk briket jenis ini tidak dikarbonisasi sebelum diproses
menjadi briket. Untuk mengurangi atau menghilangkan zat
terbang yang masih terkandung dalam briket batubara maka
pada penggunaannya harus menggunakan tungku yang

4
benar sehingga menghasilkan pembakaran sempurna
dimana seluruh zat terbang yang muncul dari briket akan
habis terbakar oleh lidah api dipermukaan tungku. Briket
ini dianjurkan untuk industri kecil. Dibandingkan dengan
briket batubara karbonisasi, pemanfaatan briket batubara
tanpa karbonisasi lebih mudah dan murah. Namun, perlu
diingat bahwa batubara mengandung zat terbang (volatile
matter) yang tinggi sangat berpotensi menimbulkan asap
pada saat dibakar. Oleh sebab itu, perlu dirancang kompor
yang khusus menggunakan briket batubara tanpa
karbonisasi.

2.1.1.2 Jenis Briket Batubara berdasarkan Komposisinya


Berdasarkan komposisinya, briket batubara dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu briket batubara biasa, briket batubara
terkarbonisasi dan briket bio-batubara (Anonim,2005).
1. Briket batubara biasa
Briket batubara biasa berupa campuran batubara mentah dan
zat perekat (biasanya lempung). Sangat sederhana dan
biasanya berkualitas rendah.
2. Briket batubara terkarbonisasi
Batubara yang digunakan dikarbonisasi (carbonised)
terlebih dulu dengan cara membakarnya pada suhu tertentu
sehingga sebagian besar zat pengotor, terutama zat terbang
(volatile matter) hilang. Dengan bahan perekat yang baik,
briket batubara yang dihasilkan akan menjadi sangat baik
dan rendah emisinya.
3. Briket bio-batubara
Briket bio-batubara atau dikenal dengan briket biocoal,
selain batubara mentah dan zat perekat, ke dalam campuran
ditambahkan biomassa sebagai substansi untuk mengurangi
emisi dan mempercepat pembakaran. Biomassa yang

5
biasanya digunakan berasal dari ampas industri agro (seperti
bagas tebu, ampas kelapa sawit, sekam padi, dan lain-lain)
atau serbuk gergaji.
2.1.2 Formula Pembuatan Briket Batubara
Briket Batubara sebagai salah satu teknik konversi batubara
sampai saat ini masih digunakan dan diproduksi. Berbagai percobaan
telah dilakukan dengan berbagai jenis formula dalam pembuatan briket
batubara. Formula tersebut antara lain:
1. Formula Yontan
Yontan adalah nama sebuah tempat di Korea yang kemudian
dipergunakan sebagai salah satu tipe briket batubara. Tipe Yontan,
di samping mempunyai ukuran khusus juga menawakan formula
yang khusus pula. Oleh sebab itu, disebut sebagai formula Yontan.
Briket formula Yontan berbentuk silinder dengan garis
tengah 150 mm, tinggi 142 mm, berat 3,5 kg dan mempunyai
lubang yang saling sejajar sepanjang bentukan silinder sebanyak
22 buah lubang. Lubang ini dibuat maksud sebagai tempat
“perangkap” oksigen (yang berasal dari udara) sehingga briket
batubara menjadi mudah dibakar.
Teknik pembuatannya, serbuk batubara berukuran 5 mm
dicampur dengan air 10%. Pembriketan dilakukan dengan cara
memasukkan bahan yang telah dicampur daam cetakan, lalu
ditekan secara mekanik sehingga diperoleh briket. Dari
eksperimen yang dilakukan, kuat tekan 6 kg/cm2. Sudah
menghasilkan briket yang cukup baik. Modifikasi formula dapat
dilakukan dengan menambbahkan lempung (20%) sebagai bahan
pengikat. Dengan demikian diperoleh formula serbuk batubara
(ukuran batubara 5 mm), lempung 20% dan air 10%. Telah dicoba
dengan memanfaatkan batubara lokal (Indonesia) dengan variasi
campuran lempung 20%, dapat dibentik briket dengan kuat tekan
7,5 kg/cm2, dengan campuran lempung 30% dapat dibuat briket
dengan kuat tekan 10,2 kg/cm2. Dari eksperimen tersebut, briket

6
yang dicetak cukup baik (tidak pecah apabila diangkat, diangkut
dan dipindahkan) cukup mempunyai kuat tekan 6 kg/cm2. Dengan
demikian peningkatan persentase volume lempung 20-30%, tidak
akan mengurangi dan masih memenuhi nilai kuat tekan yang
disyaratkan.
Penambahan serbuk lempung dapat menyerap bau tar
(mengurangi bau pada saat pembakaran) dan dapat meningkatkan
kualitas (tidak mudah pecah), walaupun dapat mengurangi nilai
kalor yang dihasilkan. Setelah briket dibakar, diperoleh data
sebagai berikut:
 Masih berasap cukup banyak dan berbau tajam.
 Suhu pembakaran cukup itnggi sekitar 650-7000C.
 Lama waktu pembakaran pada suhu 3500C, ternyata masih
lebih singkat kurang lebih 2,5 jam.
2. Formula Egg
Briket ini bentuknya seperti telur, dengan ukuran lebar 32-39
mm, panjang 46-58 mm, dan tebal 20-24 mm. Untuk formula telur,
lempung digantikan dengan mollases (pati casava) sebanyak 7%.
3. Formula Alfianto
Alfianto (2006), mahasiswa pascasarjana Magister Geologi
Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
menawarkan formula briket batubara dengan bentuk khusus.
Bentuk briket batubara ini seperti lensa ukuran sabun mandi -
dengan ukuran diamter 50 mm, tebal di tengah 20 mm. Batubara
dibuat serbuk (butiran halus) dengan ukuran butir 0,25 mm. Telah
dicobadengan formula 1 dan formula 2, Alfianto memanfaatkan
batubara jenis subbituminus yang diambil dari Gunung Bakaran
Balikpapan, Kalimantan Timur.
Bahan briket dan formula yang dipergunakan adalah sebagai
berikut:

7
Tabel 1. Bahan dan Formula Briket Alfianto
BAHAN FORMULA 1 FORMULA 2
Sekam Padi 3% (0,9 gram) 3% (0,9 gram)
Sebuk Gergaji Kayu - 2% (0,6 gram)
Tepung Kanji 7% (2,1 gram) 5% (1,5 gram)
(Tapioca)
Lempung 10% (3 gram) 10% (3 gram)
Batubara 80% (24 gram) 80% (24 gram)
Air Secukupnya Secukupnya

Setelah bahan-bahan tersebut dicampur dan diaduk sampai


merata (homogen) kemudian dicetak dan dipres hingga padat.
Berat sebuah briket kurang lebih 30 gram. Briket dikeringkan
selama 24 jam dan siap dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Penambahan sekam padi dan atau serbuk gergaji,
dimaksudkan sebagai trigger penyalaan awal. Hasil pembakaran
sekam padi akan menghasilkan senyawa zeolit. Senyawa ini
mampu menyerap asap dan bau yang dihasilkan pada saat
pembakaran briket. Penambahan tepung kanji dan lempung,
dimaksudkan sebagai bahan perekat sehingga serbuk batubara
mudah dibentuk menjadi briket.
Perbandingan kinerja antara formula 1 dan formula 2 adalah
sebagai berikut:

8
Tabel 2. Sifat Briket yang dihasilkan dalam percobaan Alfianto
PARAMETER FORMULA 1 FORMULA 2
Lama waktu untuk
25 menit 15 menit
penyalaan
Suhu pembakaran 120 0C 1400C
Lama Nyala 30 menit 45 menit
Kuat Tekan 8 12
Warna Api Merah Merah Kebiruan
Warna Asap Hitam Hitam
Bau Gas Sedikit Berbau Sedikit Berbau
Dapat dimanfaatkan Dapat dimanfaatkan
Abu sebagai media semai sebagai media semai
tumbuhan tumbuhan

Adapun tungku yang digunakan adalah tungku gerabah


tradisional, cukup murah, tersedia cukup banyak di pasaran dan
harganya murah.
4. Formula Arson
Arson (2008), mahasiswa pascasarjana, Magister Geologi
Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,
menawarkan formula briket batubara dengan bentuk khusus,

9
bentuk briket batubara ini seperti lensa berukuan sabun mandi
(diameter 50 mm, tebal di tengah 20 mm). Cetakan briket yang
dipakai oleh Arson mempergunakan mesin cetak briket ciptaan
Alfianto. Batubra dibuat serbuk (butiran halus) dengan ukuran
butir lebih kurang 0,50 mm. Batubara yang dimanfaatkan yakni
jenis subbituminus yang diambil dari Formasi Warukin,
Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah.
Bahan briket dan formula yang dipergunakan adalah sebagai
berikut:

Tabel 3. Bahan dan Formula Briket Arson


BAHAN FORMULA 1 FORMULA 2
Serbuk gergaji kayu 5% -

Limbah kelapa sawit - 5%


Tepung kanji
5% 5%
(tapioca)
Lempung 10% 10%
Batubara 80% 80%
Air Secukupnya Secukupnya

Setelah bahan-bahan tersebut dicampur dan diaduk sampai


merata (homogen) kemudian dicetak dan dipress hingga padat.
Berat sebuah briket kurang lebih 500 gram. Briket dikeringkan
selama jam dan siap dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Penambahan tepung kanji dan lempung, dimaksudkan
sebagai bahan perekat, sehingga serbuk batubara mudah dibentuk
menjadi briket. Penambahan serbuk gergaji kayu atau limbah
kelapa sawit dimaksudkan sebagai trigger pada saat penyalaan
briket awal.

10
Perbandingan kinerja antara formula 1 dan formula2 adalah
sebagai berikut:

Tabel 4. Sifat briket yang dihasilkan dalam percobaan Arson


KALORI
PARAMETER FORMULA 1 FORMULA 2
BATUBARA

Lama waktu untuk 20 menit 20 menit


menyalakan
Lama waktu untuk
mencapai suhu 20 menit 20 menit
maksimum
5290 kkal/kg Suhu tertinggi 319,20C 2800C
pembakaran
Lama nyala 90 menit 100 menit
Warna api Merah 100 menit
Warna Asap Hitam Hitam
Bau gas Sedikit bau Sedikit bau
Lama waktu untuk 15 menit 20 menit
menyalakan
Lama waktu untuk
mencapai suhu 40 menit 40 menit
6494 kkal/kg maksimum
Suhu tertinggi 120 menit 120 menit
pembakaran
Lama nyala 341,20C 333,60C
Warna api Merah-Biru Merah-Biru

11
Warna Asap Hitam Hitam
Bau gas Sedikit bau Sedikit bau
Lama waktu untuk 15 menit 15 menit
menyalakan
Lama waktu untuk
mencapai suhu 40 menit 40 menit
maksimum
Suhu tertinggi 265,20C 260,80C
6195 kkal/kg pembakaran
Lama nyala 110 menit 120 menit
Warna api Merah Merah
Warna asap Hitam Hitam
Bau gas Sedikit bau Sedikit bau

2.1.3 Bentuk Briket Batubara


Terdapat 3 (tiga) bentuk briket batubara, yaitu bentuk telur, bentuk
kubus dan silinder berlubang serta bentuk kenari.
1. Bentuk Telur
Briket batubara bentuk telur ini cocok untuk keperluan rumah
tangga atau rumah makan.

Gambar 1. Briket Batubara Tipe Telur


(Sumber: www.samarinda.go.id)

2. Bentuk Kubus dan Silinder Berlubang

12
Briket batubara bentuk kubus dan silinder digunakan untuk
kalangan industri kecil/menengah.

Gambar 2. Briket Batubara Silinder Gambar 3. Briket Batubara


Kubus
(sumber: www.indonetwork.co.id) (sumber: www.indonetwork.co.id)

3. Bentuk Kenari (Briket Bio-Batubara)


Briket bio-batubara ini sangat aman dan nyaman dalam
pemakaiannya karena tidak didominasi oleh hal-hal yang
berkenaan dengan zat kimia yang dapat membahayakan bagi
pemakainya.

Gambar 4. Briket Batubara Tipe Kenari


(Sumber: http://btbgt.blogspot.co.id/2010/07/briket-batubara-solusi-
bahan-bakar.html)

2.1.4 Teknologi Pembuatan Briket Batubara


2.1.4.1 Binderless Coal Briquetting (BCB)
BCB merupakan teknologi yang memanfaatkan sifat
kerekatan batubara dalam proses pembriketan. Proses kerjanya
berdasarkan teknik pengeringan batubara secara evaporasi.

13
Batubara digerus menjadi ukuran kecil untuk membentuk luas
permukaan maksimum yang digunakan untuk transfer panas
dan mempermudah pencampuran batubara serta
pengeringannya di udara. Batubara dimasukkan ke dalam flash
dryer system dan dicampurkan pada temperatur tinggi.
Teknologi ini ramah lingkungan karena tidak menggunakan
agen pengikat dan menghasilkan sedikit limbah. BCB
dikembangkan oleh Keith Clarke dan Ross Meakins, peneliti
dari CSIRO dan dipatenkan oleh White Energy Co. Yang
membangun demi plant di Hunter Region, New South Wales.
Teknologi ini mampu meningkatkan batubara hingga 49% dari
kalori inputnya dan mengurangi kadar air hingga 84%. Selain
itu, BCB dapat menjaga kadar sulfur tetap 0,2% dan kadar abu
3%.

2.1.4.2 Coal Upgrading Briquette (CUB)


Teknologi CUB merupakan teknologi yang menggunakan
sistem dryer dan pembriketan untuk meningkatkan kalori
batubara rank rendah. Proses CUB terdiri dari:
1. Flash dryer

Gambar 5. Flash Dryer


(Sumber: www.pt-ten.co.id/coal-upgrading-briquette)

14
2. Coal Drying

Gambar 6. Tubular Dryers


(sumber: www.pt-ten.co.id/coal-upgrading-briquette/)

3. Briquetting

Gambar 7. Briquetting Machine


(Sumber: www.pt-ten.co.id/coal-upgrading-briquette/)

CUB menghasilkan produk yang lebih ramah lingkungan.


Teknologi ini tidak menghasilkan debu, tidak menggunakan
bahan kimia dan dapat diaplikasikan pada seluruh jenis
batubara. Hingga saat ini, teknologi ini dkembangkan oleh PT
Teknologi Energi Nusantara.

2.1.4.3 Briket Karbonisasi


Proses produksi Briket batubara karbonisasi terdiri dari
carbonization stage dan forming stage. Pada proses karbonisasi,

15
pemanasan dalam, pada low temperature fluidized bed
0
carbonization furnace (sekitar 450 C) menghasilkan semi
kokas dengan sedikit debu dengan kandungan 20% volatile
matter. Ruang pembakaran karbonisasi mempunyai struktur
yang sederhana, tanpa piringan berlubang maupun pengaduk,
sehingga mudah untuk dioperasikan dan pemeliharaan.

Gambar 8. Diagram Alir Produksi Briket Karbonisasi


(Sumber: Japan Coal Energy Center (JCOAL))

1. Carbonization Stage
Batubara (H2O content ≤ 10%, ukuran 5-50 mm)
dikeringkan pada rotary dryer. Gas yang keluar dari dryer
melewati multi-cyclone untuk menghilangkan debu
sebelum membuang gas ke atmosphere.

16
Gambar 9. Cross Sectional Carbonization Furnace
(sumber: Japan Coal Energy Center (JCOAL))
Gambar 9 menunjukkan pemanasan dalam cross-
sectional, low-temperature-fluidized-bed –carbonization-
furnace,menghasilkan volatile matter dengan kandungan
20%.
Batubara yang dikeringkan kemudian diumpankan ke
furnace untuk proses fluidization carbonization. Semikokas
dari atas furnace bersama dengan gas karbonisasi.
Semikokas kemudian dipisahkan dari karbonisasi gas
dengan menggunakan primary cyclone dan secondary
cyclone. Setelah didinginkan, semikokas ditransfer ke
stockyard dan gas karbonisasi di supply ke furnace dimana
gas karbonisasi dicampur dengan air untuk pembaaran. Gas
panas yang dihasilkan kemudian diinjeksikan ke pengering
batubara sebagai sumber panas untuk persiapan pemanasan
batubara dan pengeringan untuk membentuk briket
berbentuk oval.
2. Forming Stage
Semikokas (coalite) yang diproduksi pada proses
karbonisasi merupakan bahan mentah untuk briket,
mengandung volatile matter yang cukup, abu dan sulfur
yang rendah dan tanpa asap. Semikokas, sebagai bahan
baku, dicampur denan hirat limestone (untuk mengiat
sulfur), clay (untuk membantu pembentukan) dan tambahan
caking.
Untuk memperoleh komposisi yang homogen, bahan
baku yang dicampur kemudian ditekan. Pembentukan
campuran dilakukan dengan roll-molding machine pada
temperatur kamar dengan perkiraan tekanan sebesar 1000
kg/cm (300-500 kg/cm2).

17
Gambar 10. Pembentukan Briket
(Sumber: Japan Coal Energy Center (JCOAL))

Briket yang telah dibentuk kemudian dikeringkan


dalam continous dryer. Proses ini dilakukan pada
temperatur yang rendah karena sifat semi kokas yang
mudah terbakar hingga briket siap dipasarkan.

2.1.4.4 Bio-Briket
Bio-briket merupakan salah satu bahan bakar padat yang
disiapkan dengan cara mencapumpurkan batubara dengan 10-
25% biomassa seperti kayu, bagasse (ampas tebu), jerami dan
biomassa lainnya. Zat penghilang sulfur (desulfurizing agent)
yakni Ca(OH)2, juga ditambahkan sesuai dengan banyaknya
sulfur pada batubara. Dikarenakan oleh tekanan tinggi pada saat
proses pembriketan, partikel batubara dan serat biomassa dalam
bio briket akan terikat dengan sangat kuat dan menempel satu
sama lain. Sebagai hasilnya, baik batubara maupun biomassa
tidak terpisah selama proses pembakaran dan temperatur
penyalaan biomassa yang rendah menyebabkan batubara ikut
terbakar. Pembakaran antara batubara dan biomassa
menyebabkan penyalaan dan bahan bakar menghasilkan debu
dan jelaga, dan menghasilkan abu berbentuk serbuk hasil
pembakaran tanpa adanya klinker. Selain itu, semenjak
desulfurizing agent juga tergabung pada partikel batubara, zat

18
tersebut bereaksi dengan sulfur hingga mengikat sulfur sebesar
60-80% menjadi debu. Rank batubara jenis apapun dapat
digunakan, termasuk bituminus, sub-bituminus dan lignit.
Khusunya, bio-briket diproduksi dari batubara ranking rendah
yang memiliki kandungan abu yang yang tinggi dan nilai kalor
yang rendah dibakar secara bersih, sehingga teknologi briket
merupakan teknologi yang efektif untuk memproduksi bahan
bakar untuk pemanas rumah dan boiler industri kecil.

Gambar 11. Diagram Alir Pembuatan Bio-Briket


(Sumber: Japan Coal Energy Center (JCOAL))

1. Proses Produksi Bio-Briket


Bahan mentah berupa batubara dan biomassa, dikecilkan
ukurannya hingga berukuran 3 mm atau lebih kecil
kemudian dikeringkan. Pengeringan campuran kemudian
dicampur dengan zat penghilang sulfur, Ca(OH)2.
Campuran yang terbentuk kemudian dicetak dalam mesin
briket tekanan yang tinggi. Serbuk batubara dapat
dimanfaatkan tanpa pengecilan ukuran terlebih dahulu.
Sedikit perekat ditambahkan untuk rangking batubara
tertentu. Proses produksi tidak termasuk temperatur tinggi
dan hanya terfokuskan pada pengeringan serta mesin

19
pencetak briket tekanan tinggi. Prosesnya memiliki
diagram alir yang sederhana, yang aman dan tidak
membutuhkan teknik operasi apapun. Oleh karena proses
terjadi pada tekanan yang tinggi, partikel batubara dan
biomassa akan tergabung dengan kuat dan melekat satu
sama lain sehingga menghasilkan batubara padat yang tidak
terpisahkan selama proses pembakaran.
2. Karakteristik Bio-Briket
Pembakaran Bio-briket menurunkan menurunkan
pembentukan debu dan jelaga. Pembakaran batubara secara
langsung meningkatkan pembentukan abu dan jelaga
dikarenakan volatile matter menguap pada temperatur yang
rendah (200-4000C) yang merupakan pembakaran tidak
sempurna. Sebaliknya, bio-briket secara spontan terbakar
pada biomass yang memiliki titik nyala rendah yang
menyerap partikel batubara,. Hasilnya, debu dan jelaga
yang dihasilkan berkurang.
Bio briket dibuat dengan cara mencampur biomassa
dengan batubara mempunyai titik nyala yang lebih pendek.
Sebagai tambahan, dikarenakan pemuaian yang rendah dan
caking dari bio-briket, air yang cukup dialirkan di antara
briket selama pembakaran berkelanjutan seperti pada
tempat pembakaran. Hasilnya, bio briket memiliki
pembakaran yang baik dan tidak mati jika tidak dibakar
pada tungku atau pemanas meskipun udara supply
berkurang. Hal ini menyebabkan kemudahan untuk
mengatur rasio pembakaran. Karena serat biomassa
tergabung dengan partikel batubara, maka hasil berupa
debu pada batubara dari pembakaran, tidak akan
menghasilkan klinker. Sehingga, penyuplaian udara
berfungsi untuk menyetabilkan pembakaran. Dikarenakan
tidak adanya clinker yang terbentuk, abu mengandung

20
jumlah batubara yang tidak terbakar dalam jumlah yang
sanagt sedikit.
Bio briket terbentuk di bawah tekanan yang tinggi.
Oleh karena itu, zat penghilang sulfur dan partikel batubara
melekat dengan sangat kuat satu sama lain dan secara
spontan bereaksi selama pembakaran. Dengan penambahan
zat penghilang sulfur 60-80% sulfur pada batubara
berkurang di abu.

2.1.5 Tungku Briket Batubara


Pengembangan briket batubara harus dibarengi dengan
pengembangan tungkunya.
Prinsip pada pembuatan tungku briket batubara adalah :
1. Ada ruang bakar untuk briket batubara.
2. Adanya aliran udara (oksigen) dari lubang bawah yang menuju ke
lubang atas dengan melewati ruang bakar briket batubara terdiri
dari aliran udara primer dan sekunder
3. Ada ruang untuk menampung abu briket batubara di bawah ruang
bakar briket.
Pada prinsipnya tungku briket batubara dibagi menjadi dua
yaitu (Anonim,2008a) :
1. Tungku Portabel, biasanya memuat antara 1 s/d 8 kg batubara dan
dapat dipindah-pindahkan. Tungku ini biasanya digunakan untuk
rumah tangga,rumah makan, peternakan ayam, dll.

Gambar 12. Tungku Portabel Briket Batubara


(sumber: indotrading.com)

21
2. Tungku Permanen, biasanya memuat lebih dari 8 kg briket dan
dibuat secara permanen. Tungku ini biasanya digunakan untuk
dapur-dapur umum, pembuatan tahu, tempe, dll.

2.1.6 Penyalaan dan Pematian Briket Batubara


Pada pembakaran awal briket batubara diperlukan bahan penyulut
yang mudah terbakar. Untuk pembakaran awal dapat dilakukan dengan
bahan penyulut yang mudah terbakar seperti tatalan kayu atau
merendam beberapa buah briket dengan minyak tanah.
Pemakaian briket batubara hampir sama dengan arang kayu, tetapi
setelah menyala suhunya lebih tinggi dan pembakarannya lebih lama
sehingga lebih hemat. Pada pembakaran awal briket batubara
diperlukan bahan penyulut yang mudah terbakar. Bahan penyulut yang
digunakan biasanya adalah burner, minyak tanah atau bara api.
Penggunaan bahan-bahan penyulut tersebut relatif murah.
Untuk penyalaan briket batubara pada pembakaran awal yaitu
dengan menggunakan minyak tanah, tahap pertama adalah dengan
memasukkan briket batubara ke dalam penyulut (minyak tanah) dan
didiamkan selama 5 - 10 menit agar minyak tanah tersebut dapat
meresap ke seluruh permukaan briket batubara.
Setelah briket dimasukkan ke dalam minyak tanah maka
selanjutnya adalah mengangkat dan meniriskan briket tersebut dengan
menggunakan penjepit agar minyak tanah yang berada di dalam briket
tidak menetes. Langkah selanjutnya adalah memindahkan briket
batubara ke dalam tungku secara bertahap dengan menggunakan
penjepit, setelah itu briket batubara tersebut disulut (dibakar).
(Purnomo, 2009).
Sementara untuk pematian briket batubara, terdapat tiga cara
pematian briket. Ketiga cara tersebut, adalah :
1. Membiarkan briket menyala sampai habis terbakar.

22
2. Bara briket yang menyala disiram dengan air secukupnya, karena
disiram air maka nyala bara briket akan mati.
3. Ruang pembakaran briket ditutup sampai kedap, sehingga gas
oksigen tidak dapat masuk ke dalam ruang pembakaran.
Pematian bara briket batubara lebih dianjurkan dengan cara
menutup ruang pembakaran agar ruang pembakaran menjadi kedap.
Pematian merupakan usaha untuk menghindarkan terjadi reaksi kimia
antara zat organik dengan oksigen (Waris dan Simanjuntak dalam
Tamrin, 2009).

2.1.7 Kualitas Briket Batubara


Briket batubara sebagai salah satu bahan bakar padat yang dijual
secara komersial, dapat dilihat kualitasnya melalui berbagai parameter.
2.1.7.1 Uji Pembakaran Briket Batubara
Sifat pembakaran briket sangat ditentukan oleh mutu dari
briket batubara. Beberapa hal yang perlu dicermati antara lain:
1. Karateristik pembakaran briket batubara (lama dan suhu
pembakaran) sangat tergantung pada jenis batubara (nilai
kalor batubara) yang dimanfaatkan sebagai bahan baku
briket.
2. Banyaknya udara yang terbakar (air supply), makin banyak
udara yang ikut terbakar, makin pendek lama pembakaran
briket. Makin banyak udara yang diumpankan (dengan
membuka lubang udara kompok masak), makin pendek
waktu pembakaran briket walaupun diperoleh suhu
maksimum yang lebih tinggi.
3. Makin tinggi nilai kalor batubara yang dipakai sebagai
bahan baku briket maka makin lama waktu pembakaran
dan makin tinggi suhu yang dihasilkan.
Adapun parameter kualitas batubara selama proses
pembakara yakni:
1. Lama waktu untuk menyalakan

23
Lamanya waktu penyalaan pada uji pembakaran briket
batubara merupakan salah satu parameter kualitas batubara.
Jumlah lempung dan jumlah tepung kanji yang terlalu
banyak akan memperlambat proses penyalaan briket dan
dapat menurunkan suhu pembakaran.
2. Suhu Pembakaran
Suhu maksimum dari pembakaran menunjukkan kualitas
briket batubara dimana semakin tinggi suhu pembakaran
maka semakin tinggi efisiensi dari briket. Suhu
pembakaran juga dipengaruhi oleh jenis batubara yang
digunakan dimana semakin tinggi nilai kalor batubara yang
dimanfaatkan maka semakin tinggi pula suhu pembakaran
yang dihasilkan.
3. Lama nyala
Lamanya nyala briket batubara menunjukkan kualitas
briket batubara dimana semakin lama penyalaan maka
semakin bagus pula kualitas briket batubara tersebut. Lama
nyala dipengaruhi oleh tepung kanji yang digunakan pada
proses pembuatan briket batubara.
4. Warna nyala api
Warna nyala api mempengaruhi kualitas briket batubara
dimana semakin biru nyala api briket batubara maka
semakin tinggi pula suhu pembakaran batubara.
5. Bau gas
Bau gas hasil pembakaran batubara mempengaruhi kualitas
briket batubara. Banyaknya kandungan sulfur yang ada
pada batubara maka makin terasa bau gas hasil
pembakarannya.

2.1.7.2 Parameter Lainnya Kualitas Briket Batubara


Briket batubara, selain daripada uji pembakaran (nilai
kalor) yang dihasilkan dari briket batubara, kualitas dari briket

24
barubara dapat dilihat juga dari kekuatan briket batubara.
Kekuatan briket batubara tersebut meliputi kekuatan briket
sehingga tidak mudah pecah/hancur apabila diangkat, diangkut
dan dipindahkan. Kekuatan briket batubara juga meliputi
kekuatan tertentu briket sehingga mudah untuk dikeluarkan dari
tungku masak. Adapun kekuatan briket batubara ini dipengaruhi
oleh kuat tekan briket batubara sewaktu pembuatan briket
batubara.

2.1.8 Penggunaan Briket Batubara


Briket batubara digunakan sebagai bahan bakar. Bahan bakar
padat ini, sering dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Adapun
pemanfaatn panas briket batubara yakni:
1. Proses pengeringan tembakau
2. Penghangat ruangan anak ayam
3. Proses pengeringan bawang merah
4. Pengeringan kayu
5. Pengolahan tahu/tempe
6. Memasak dll

2.1.9 Keunggulan Briket Batubara


Menurut Kuncoro (2005), penggunaan briket batubara terbukti
memberikan manfaat yang tidak sedikit. Adapun keuntungan
menggunakan briket batubara sebagai berikut :
1. Lebih murah.
2. Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk
pembakaran yang lama dan kontinyu.
3. Tidak beresiko meledak / terbakar
4. Tidak mengeluarkan suara bising dan tidak berjelaga.
5. Sumber batubara berlimpah sehingga dapat diandalkan untuk
jangka panjang.
Adapun manfaat penggunaan briket batubara adalah sebagai berikut :

25
1. Pemasok bahan bakar yang potensial dan dapat dihandalkan untuk
rumah tangga dan industri kecil.
2. Sumber daya energi yang mampu menyuplai dalam jangka
panjang.
3. Pengganti BBM/kayu bakar dalam industri kecil dan rumah
tangga.
4. Merupakan tempat penyerapan tenaga kerja yang cukup berarti
baik di pabrik briketnya, distributor, industri tungku, dan mesin
briket.
5. Merupakan bahan bakar yang harganya terjangkau bagi
masyarakat pada daerah-daerah terpencil.
6. Memberikan sumber pendapatan kepada penyedia bahan baku
briket seperti batubara, tanah liat, kapur, serbuk biomassa dan
sebagainya.
7. Sebagai wadah pengalihan teknologi dan keterampilan bagi tenaga
kerja Indonesia baik langsung maupun tidak langsung

2.2 Kokas
2.2.1 Pengertian Kokas
Kokas adalah bahan karbon padat yang berasal dari distilasi
batubara rendah abu dan rendah sulfur, batubara bitumen. Kokas
batubara berwarna abu-abu, keras, dan berongga. Kokas sebenarnya
dapat terbentuk secara alami, namun bentuk yang umum digunakan
adalah buatan manusia.

Gambar 13. Kokas


(sumber : academia.edu)

26
Pada akhir abad 19, para penambang di bagian barat Pennsylvania,
USA menyediakan batubara yang menjadi bahan baku untuk kokas.
Pada tahun 1885, Rochester and Pittsburgh Coal and Iron Company
mem bangun string oven kokas terpanjang di dunia di Walston,
Pennsylvania, dengan 475 oven dan panjangnya 2 km (1,25 mil).
Output mereka mencapai 22.000 ton per bulan. The Minersville Coke
Oven di Huntingdon County, Pennsylvania itu dicatatkan dalam Daftar
Tempat Bersejarah Nasional USA pada tahun 1991.

2.2.2 Proses Pembuatan Kokas Batubara


Kandunagan volatil dari batubara -termasuk air, gas batubara, dan
batu bara-tar- didorong keluar karena dipanggang dalam tungku atau
oven pengap pada suhu setinggi 2.000 °C (3.600 °F) meskipun
biasanya sekitar 1.000 - 1.100 °C ( 1832 - 2012 °F).
Fasilitas paling modern oven kokas tetap menghasilkan "produk
sampingan". Saat ini, hidrokarbon volatil juga dimanfaatkan, setelah
pemurnian, dalam proses pembakaran yang terpisah untuk
menghasilkan energi. Tungku kokas (oven) membakar gas hidrokarbon
yang dihasilkan oleh proses pembuatan kokas mengakibatkan
terjadinya proses karbonisasi.
Batubara yang sebagai umpan dalam proses karbonisasi
dimasukan ke tungku, di mana batubara melewati zona karbonisasi
suhu rendah, pada suhu sekitar 375 sampai 475 oC, batubara mengalami
dekomposisi membentuk lapisan plastis di sekitar dinding. Ketika suhu
mencapai 475 sampai 600 oC, terlihat kemunculan cairan tar dan
senyawa hidrokarbon (minyak), dilanjutkan dengan pemadatan massa
plastis menjadi semi-kokas, dan kemudian batubara dipanaskan dalam
carbonisasi suhu tinggi sampai 1000 oC untuk menjalani karbonisasi.
Batubara bitumen harus memenuhi seperangkat kriteria untuk
digunakan sebagai kokas batubara, ditentukan oleh teknik uji batubara
tertentu. Termasuk diantaranya kadar air, kadar abu, sulfur, kandungan
volatil, tar, dan plastisitas. Pengujian ini ditargetkan untuk

27
menghasilkan kokas dengan kekuatan yang sesuai (umumnya diukur
oleh coke strength after reaction (CSR)). Pengujian lainnya juga
dipertimbangkan, termasuk untuk memastikan coke tidak
menggelembung terlalu banyak selama produksi dan menghancurkan
oven melalui tekanan dinding yang berlebihan.
Semakin besar zat terbang (volatil) dalam batubara, semakin
banyak byproduk diproduksi. Umumnya tingkat 26-29% zat terbang
dalam campuran batubara dianggap baik untuk tujuan mendapatkan
kokas. Jadi jenis batubara lain bisa dicampur secara proporsional untuk
mencapai tingkat volatil yang dapat diterima sebelum proses produksi
kokas dimulai.
Kokas alami terbentuk ketika lapisan batubara dipotong oleh
intrusi vulkanik. Gangguan ini memanaskan batubara di sekitarnya
dalam suasana anoxic sehingga terbentuklah zona kokas (biasanya
beberapa meter) di sepanjang gangguan itu. Namun, kokas alami
sangat bervariasi dalam hal kekuatan dan kadar abunya, dan umumnya
dianggap tidak dapat dijual kecuali dalam beberapa kasus sebagai
produk termal.

2.2.3 Pemanfaatan Kokas Batubara


Kokas digunakan sebagai bahan bakar dan sebagai agen pereduksi
dalam peleburan bijih besi dalamblast furnace. Kokas ini digunakan
untuk mengurangi oksida besi (hematit) untuk mengumpulkan besi.
Karena konstituen penghasil asap dibuang selama proses pembuatan
kokas, kokas menjadi bahan bakar yang baik untuk kompor dan
tungku yang tidak cocok untuk pembakaran batubara bitumen asli.
Kokas dapat dibakar dengan sedikit atau tidak berasap saat
pembakaran, sedangkan batubara bitumen akan menghasilkan banyak
asap.
Ditemukan secara tidak sengaja, kokas memilik sifat perisai panas
yang unggul bila dikombinasikan dengan bahan lain. Kokas
merupakan salah satu bahan yang digunakan sebagai perisai panas

28
pada program kendaraan luar angkasa NASA, Apollo. Dalam bentuk
akhirnya, bahan ini disebut AVCOAT 5026-39. Bahan ini telah
digunakan baru-baru ini sebagai perisai panas pada kendaraan
Pathfinder Mars. Meskipun tidak digunakan untuk pesawat ulang-alik
modern, NASA telah merencanakan untuk memanfaatkan kokas dan
bahan lainnya untuk perisai panas pesawat ruang angkasa generasi
berikutnya, bernama Orion, sebelum proyek itu dibatalkan.
Kokas secara luas digunakan sebagai pengganti batubara untuk
pemanas domestik menyusul diberlakukannya zona tanpa asap di
Inggris.

29
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Briket batubara merupakan salah satu bahan bakar padat dengan cara
menghancurkan batubara menjadi ukuran tertentu lalu dicampurkan
dengan tapioka sebagai perekat sehingga dicetak.
2. Jenis-jenis briket batubara dapat dibedakan berdasarkan:
 Proses pembuatan:
1. Briket Batubara Karbonisasi
2. Briket Batubara Tanpa Karbonisasi
 Komposisi penyusun briket:
1. Briket Batubara Biasa
2. Briket Batubara Tanpa Karbonisasi
3. Briket Bio-Batubara
3. Bentuk briket batubara terdiri dari Briket Batubara Tipe Telur, Briket
Batubara Tipe Silinder, Briket Batubara Tipe Kubus dan Briket Batubara
Tipe Kenari.
4. Teknologi Pembuatan Briket Batubara terdiri dari:
1. Binderless Coal Briquetting (BCB)
2. Coal Upgrading Briquette (CUB)
3. Briket Karbonisasi
4. Bio-Briket
5. Briket batubara dapat digunakan sebagai:
1. Proses pengeringan tembakau
2. Penghangat ruangan anak ayam
3. Proses pengeringan bawang merah
4. Pengeringan kayu
5. Pengolahan tahu/tempe
6. Memasak dll

30
6. Kokas adalah bahan karbon padat yang berasal dari distilasi batubara
rendah abu dan rendah sulfur, batubara bitumen.
7. Dalam pembuatan kokas, batubara yang sebagai umpan dalam proses
karbonisasi dimasukan ke tungku.
8. Kokas alami terbentuk ketika lapisan batubara dipotong oleh intrusi
vulkanik.
9. Pemanfaatan kokas yaitu sebagai berikut :
1. Digunakan sebagai bahan bakar dan sebagai agen pereduksi dalam
peleburan bijih besi dalam blast furnace.
2. Secara tidak sengaja, kokas merupakan salah satu bahan yang
digunakan sebagai perisai panas pada program kendaraan luar angkasa
NASA, Apollo.
3. Secara luas digunakan sebagai pengganti batubara untuk pemanas.

3.2 Saran
Melalui makalah ini diharapkan agar mahasiswa lebih memahami
briket batubara sebagai salah satu bahan bakar padat sehingga ketika
mahasiswa terjun kedalam dunia industri, mahasiswa telah memiliki
pemahaman secara konsep teoritis maupun dalam prakteknya mengenai
briket.

31
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Irwandy. 2014. Batubara Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sukandarrumidi. 2009. Rekayasa Gambut, Briket Batubara dan Sampah Organik.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Japan Coal Energy Center. 2017. Clean Coal Technology. Jepang: Japan Coal
Energy Center.

Rahardjo, Bambawang Suwadono dan Yusnitati. Journal. Prospek Batubara


Lignit sebagai Bahan Bakar Alternatif Sektor Rumah Tangga dan Industri
Kecil.

http://digilib.unila.ac.id/20354/10/11/%20BAB%20II%20SKRIPSI.pdf , diakses
pada tanggal 29 Oktober 2017

www.pt-ten.co.id/coal-upgrading-briquette/, diakses pada tanggal 26 Oktober


2017

https://www.academia.edu/8198941/Coke_making_process, diakses pada tanggal


29 Oktober 2017

32

Anda mungkin juga menyukai