DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
2017
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, atas berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Briket
Barubara”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu dengan hati
terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam
perbaikan dan kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Bahan dan Formula Briket Alfianto ................................................. 8
2. Sifat Briket yang Dihasilkan dalam Percobaan Alfianto ................. 9
3. Bahan dan Formula Briket Arson .................................................... 10
4. Sifat Briket yang dihasilkan dalam Percobaan Arson ...................... 11
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Briket Batubara Tipe Telur .............................................................. 12
2. Briket Batubara Tipe Silinder .......................................................... 12
3. Briket Batubara Tipe Kubus ............................................................ 12
4. Briket Batubara Tipe Kenari ............................................................ 13
5. Flash Dryer ....................................................................................... 14
6. Tubular Dryers ................................................................................. 14
7. Briquetting Machine ........................................................................ 15
8. Diagram Alir Produksi Briket Karbonisasi ...................................... 16
9. Cross Sectional Carbonization Furnace ........................................... 16
10. Pembentukan Briket ......................................................................... 18
11. Diagram Alir Pembentukan Briket .................................................. 19
12. Tungku Portabel Briket Batubara .................................................... 21
13. Kokas ............................................................................................... 26
v
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
1
- Briket Batubara juga mempunyai keuntungan ekonomis karena dapat
diproduksi secara sederhana, memiliki nilai kalor yang tinggi, dan
ketersediaan batubara cukup banyak di Indonesia sehingga dapat bersaing
dengan bahan bakar lain.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yakni:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis briket batubara
2. Untuk mengetahui formula pembuatan briket batubara
3. Untuk mengetahui bentuk briket batubara
4. Untuk mengetahui teknologi pembuatan briket batubara
5. Untuk mengetahui kualitas briket batubara
6. Untuk mengetahui penggunaan briket batubara
7. Untuk mengetahui keunggulan briket batubara
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Batubara Indonesia sebagian besar adalah subbituminus
yang mengandung zat terbang (volatile matter) yang tinggi
sehingga berpotensi menimbulkan asap saat dibakar bila
proses pembakarannya tidak baik. Oleh sebab itu,
dilakukan karbonisasi batubara atau diarangkan terlebih
dahulu.
Briket batubara karbonisasi adalah briket batubara yang
bahan bakunya (batubara) dikarbonisasi sebelum menjadi
briket. Dengan karbonisasi zat-zat terbang yang terkandung
dalam batubara tersebut diturunkan serendah mungkin
sehingga produk akhirnya tidak berbau dan berasap. Proses
karbonisasi meliputi tahap pemanasan batubara dalam
kondisi udara terbatas atau tanpa udara sehingga zat
terbang berupa ter, minyak serta gas akan menguap dan
yang tersisa hanya sebagian besar arang batubara (fixed
carbon). Arang batubara yang dihasilkan tersebut masih
bersifat rapuh dan berukuran tidak seragam sehingga
diperlukan proses penggerusan dan pembriketan agar
diperoleh bentuk yang seragam, kompak dan sifat fisiknya
kuat. Oleh karena melalui proses karbonisasi, harga briket
batubara karbonisasi dapat mencapai dua kali briket tanpa
karbonisasi. Namun, kelebihan lainnya adalah kalor (panas)
yang dikandung briket per satuan beratnya lebih tinggi.
Briket batubara jenis ini aman digunakan untuk rumah
tangga sekalipun.
2. Briket Batubara Tanpa Karbonisasi
Briket jenis ini dikembangkan untuk menghasilkan produk
yang lebih murah namun tetap aman. Bahan baku batubara
untuk briket jenis ini tidak dikarbonisasi sebelum diproses
menjadi briket. Untuk mengurangi atau menghilangkan zat
terbang yang masih terkandung dalam briket batubara maka
pada penggunaannya harus menggunakan tungku yang
4
benar sehingga menghasilkan pembakaran sempurna
dimana seluruh zat terbang yang muncul dari briket akan
habis terbakar oleh lidah api dipermukaan tungku. Briket
ini dianjurkan untuk industri kecil. Dibandingkan dengan
briket batubara karbonisasi, pemanfaatan briket batubara
tanpa karbonisasi lebih mudah dan murah. Namun, perlu
diingat bahwa batubara mengandung zat terbang (volatile
matter) yang tinggi sangat berpotensi menimbulkan asap
pada saat dibakar. Oleh sebab itu, perlu dirancang kompor
yang khusus menggunakan briket batubara tanpa
karbonisasi.
5
biasanya digunakan berasal dari ampas industri agro (seperti
bagas tebu, ampas kelapa sawit, sekam padi, dan lain-lain)
atau serbuk gergaji.
2.1.2 Formula Pembuatan Briket Batubara
Briket Batubara sebagai salah satu teknik konversi batubara
sampai saat ini masih digunakan dan diproduksi. Berbagai percobaan
telah dilakukan dengan berbagai jenis formula dalam pembuatan briket
batubara. Formula tersebut antara lain:
1. Formula Yontan
Yontan adalah nama sebuah tempat di Korea yang kemudian
dipergunakan sebagai salah satu tipe briket batubara. Tipe Yontan,
di samping mempunyai ukuran khusus juga menawakan formula
yang khusus pula. Oleh sebab itu, disebut sebagai formula Yontan.
Briket formula Yontan berbentuk silinder dengan garis
tengah 150 mm, tinggi 142 mm, berat 3,5 kg dan mempunyai
lubang yang saling sejajar sepanjang bentukan silinder sebanyak
22 buah lubang. Lubang ini dibuat maksud sebagai tempat
“perangkap” oksigen (yang berasal dari udara) sehingga briket
batubara menjadi mudah dibakar.
Teknik pembuatannya, serbuk batubara berukuran 5 mm
dicampur dengan air 10%. Pembriketan dilakukan dengan cara
memasukkan bahan yang telah dicampur daam cetakan, lalu
ditekan secara mekanik sehingga diperoleh briket. Dari
eksperimen yang dilakukan, kuat tekan 6 kg/cm2. Sudah
menghasilkan briket yang cukup baik. Modifikasi formula dapat
dilakukan dengan menambbahkan lempung (20%) sebagai bahan
pengikat. Dengan demikian diperoleh formula serbuk batubara
(ukuran batubara 5 mm), lempung 20% dan air 10%. Telah dicoba
dengan memanfaatkan batubara lokal (Indonesia) dengan variasi
campuran lempung 20%, dapat dibentik briket dengan kuat tekan
7,5 kg/cm2, dengan campuran lempung 30% dapat dibuat briket
dengan kuat tekan 10,2 kg/cm2. Dari eksperimen tersebut, briket
6
yang dicetak cukup baik (tidak pecah apabila diangkat, diangkut
dan dipindahkan) cukup mempunyai kuat tekan 6 kg/cm2. Dengan
demikian peningkatan persentase volume lempung 20-30%, tidak
akan mengurangi dan masih memenuhi nilai kuat tekan yang
disyaratkan.
Penambahan serbuk lempung dapat menyerap bau tar
(mengurangi bau pada saat pembakaran) dan dapat meningkatkan
kualitas (tidak mudah pecah), walaupun dapat mengurangi nilai
kalor yang dihasilkan. Setelah briket dibakar, diperoleh data
sebagai berikut:
Masih berasap cukup banyak dan berbau tajam.
Suhu pembakaran cukup itnggi sekitar 650-7000C.
Lama waktu pembakaran pada suhu 3500C, ternyata masih
lebih singkat kurang lebih 2,5 jam.
2. Formula Egg
Briket ini bentuknya seperti telur, dengan ukuran lebar 32-39
mm, panjang 46-58 mm, dan tebal 20-24 mm. Untuk formula telur,
lempung digantikan dengan mollases (pati casava) sebanyak 7%.
3. Formula Alfianto
Alfianto (2006), mahasiswa pascasarjana Magister Geologi
Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
menawarkan formula briket batubara dengan bentuk khusus.
Bentuk briket batubara ini seperti lensa ukuran sabun mandi -
dengan ukuran diamter 50 mm, tebal di tengah 20 mm. Batubara
dibuat serbuk (butiran halus) dengan ukuran butir 0,25 mm. Telah
dicobadengan formula 1 dan formula 2, Alfianto memanfaatkan
batubara jenis subbituminus yang diambil dari Gunung Bakaran
Balikpapan, Kalimantan Timur.
Bahan briket dan formula yang dipergunakan adalah sebagai
berikut:
7
Tabel 1. Bahan dan Formula Briket Alfianto
BAHAN FORMULA 1 FORMULA 2
Sekam Padi 3% (0,9 gram) 3% (0,9 gram)
Sebuk Gergaji Kayu - 2% (0,6 gram)
Tepung Kanji 7% (2,1 gram) 5% (1,5 gram)
(Tapioca)
Lempung 10% (3 gram) 10% (3 gram)
Batubara 80% (24 gram) 80% (24 gram)
Air Secukupnya Secukupnya
8
Tabel 2. Sifat Briket yang dihasilkan dalam percobaan Alfianto
PARAMETER FORMULA 1 FORMULA 2
Lama waktu untuk
25 menit 15 menit
penyalaan
Suhu pembakaran 120 0C 1400C
Lama Nyala 30 menit 45 menit
Kuat Tekan 8 12
Warna Api Merah Merah Kebiruan
Warna Asap Hitam Hitam
Bau Gas Sedikit Berbau Sedikit Berbau
Dapat dimanfaatkan Dapat dimanfaatkan
Abu sebagai media semai sebagai media semai
tumbuhan tumbuhan
9
bentuk briket batubara ini seperti lensa berukuan sabun mandi
(diameter 50 mm, tebal di tengah 20 mm). Cetakan briket yang
dipakai oleh Arson mempergunakan mesin cetak briket ciptaan
Alfianto. Batubra dibuat serbuk (butiran halus) dengan ukuran
butir lebih kurang 0,50 mm. Batubara yang dimanfaatkan yakni
jenis subbituminus yang diambil dari Formasi Warukin,
Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah.
Bahan briket dan formula yang dipergunakan adalah sebagai
berikut:
10
Perbandingan kinerja antara formula 1 dan formula2 adalah
sebagai berikut:
11
Warna Asap Hitam Hitam
Bau gas Sedikit bau Sedikit bau
Lama waktu untuk 15 menit 15 menit
menyalakan
Lama waktu untuk
mencapai suhu 40 menit 40 menit
maksimum
Suhu tertinggi 265,20C 260,80C
6195 kkal/kg pembakaran
Lama nyala 110 menit 120 menit
Warna api Merah Merah
Warna asap Hitam Hitam
Bau gas Sedikit bau Sedikit bau
12
Briket batubara bentuk kubus dan silinder digunakan untuk
kalangan industri kecil/menengah.
13
Batubara digerus menjadi ukuran kecil untuk membentuk luas
permukaan maksimum yang digunakan untuk transfer panas
dan mempermudah pencampuran batubara serta
pengeringannya di udara. Batubara dimasukkan ke dalam flash
dryer system dan dicampurkan pada temperatur tinggi.
Teknologi ini ramah lingkungan karena tidak menggunakan
agen pengikat dan menghasilkan sedikit limbah. BCB
dikembangkan oleh Keith Clarke dan Ross Meakins, peneliti
dari CSIRO dan dipatenkan oleh White Energy Co. Yang
membangun demi plant di Hunter Region, New South Wales.
Teknologi ini mampu meningkatkan batubara hingga 49% dari
kalori inputnya dan mengurangi kadar air hingga 84%. Selain
itu, BCB dapat menjaga kadar sulfur tetap 0,2% dan kadar abu
3%.
14
2. Coal Drying
3. Briquetting
15
pemanasan dalam, pada low temperature fluidized bed
0
carbonization furnace (sekitar 450 C) menghasilkan semi
kokas dengan sedikit debu dengan kandungan 20% volatile
matter. Ruang pembakaran karbonisasi mempunyai struktur
yang sederhana, tanpa piringan berlubang maupun pengaduk,
sehingga mudah untuk dioperasikan dan pemeliharaan.
1. Carbonization Stage
Batubara (H2O content ≤ 10%, ukuran 5-50 mm)
dikeringkan pada rotary dryer. Gas yang keluar dari dryer
melewati multi-cyclone untuk menghilangkan debu
sebelum membuang gas ke atmosphere.
16
Gambar 9. Cross Sectional Carbonization Furnace
(sumber: Japan Coal Energy Center (JCOAL))
Gambar 9 menunjukkan pemanasan dalam cross-
sectional, low-temperature-fluidized-bed –carbonization-
furnace,menghasilkan volatile matter dengan kandungan
20%.
Batubara yang dikeringkan kemudian diumpankan ke
furnace untuk proses fluidization carbonization. Semikokas
dari atas furnace bersama dengan gas karbonisasi.
Semikokas kemudian dipisahkan dari karbonisasi gas
dengan menggunakan primary cyclone dan secondary
cyclone. Setelah didinginkan, semikokas ditransfer ke
stockyard dan gas karbonisasi di supply ke furnace dimana
gas karbonisasi dicampur dengan air untuk pembaaran. Gas
panas yang dihasilkan kemudian diinjeksikan ke pengering
batubara sebagai sumber panas untuk persiapan pemanasan
batubara dan pengeringan untuk membentuk briket
berbentuk oval.
2. Forming Stage
Semikokas (coalite) yang diproduksi pada proses
karbonisasi merupakan bahan mentah untuk briket,
mengandung volatile matter yang cukup, abu dan sulfur
yang rendah dan tanpa asap. Semikokas, sebagai bahan
baku, dicampur denan hirat limestone (untuk mengiat
sulfur), clay (untuk membantu pembentukan) dan tambahan
caking.
Untuk memperoleh komposisi yang homogen, bahan
baku yang dicampur kemudian ditekan. Pembentukan
campuran dilakukan dengan roll-molding machine pada
temperatur kamar dengan perkiraan tekanan sebesar 1000
kg/cm (300-500 kg/cm2).
17
Gambar 10. Pembentukan Briket
(Sumber: Japan Coal Energy Center (JCOAL))
2.1.4.4 Bio-Briket
Bio-briket merupakan salah satu bahan bakar padat yang
disiapkan dengan cara mencapumpurkan batubara dengan 10-
25% biomassa seperti kayu, bagasse (ampas tebu), jerami dan
biomassa lainnya. Zat penghilang sulfur (desulfurizing agent)
yakni Ca(OH)2, juga ditambahkan sesuai dengan banyaknya
sulfur pada batubara. Dikarenakan oleh tekanan tinggi pada saat
proses pembriketan, partikel batubara dan serat biomassa dalam
bio briket akan terikat dengan sangat kuat dan menempel satu
sama lain. Sebagai hasilnya, baik batubara maupun biomassa
tidak terpisah selama proses pembakaran dan temperatur
penyalaan biomassa yang rendah menyebabkan batubara ikut
terbakar. Pembakaran antara batubara dan biomassa
menyebabkan penyalaan dan bahan bakar menghasilkan debu
dan jelaga, dan menghasilkan abu berbentuk serbuk hasil
pembakaran tanpa adanya klinker. Selain itu, semenjak
desulfurizing agent juga tergabung pada partikel batubara, zat
18
tersebut bereaksi dengan sulfur hingga mengikat sulfur sebesar
60-80% menjadi debu. Rank batubara jenis apapun dapat
digunakan, termasuk bituminus, sub-bituminus dan lignit.
Khusunya, bio-briket diproduksi dari batubara ranking rendah
yang memiliki kandungan abu yang yang tinggi dan nilai kalor
yang rendah dibakar secara bersih, sehingga teknologi briket
merupakan teknologi yang efektif untuk memproduksi bahan
bakar untuk pemanas rumah dan boiler industri kecil.
19
pencetak briket tekanan tinggi. Prosesnya memiliki
diagram alir yang sederhana, yang aman dan tidak
membutuhkan teknik operasi apapun. Oleh karena proses
terjadi pada tekanan yang tinggi, partikel batubara dan
biomassa akan tergabung dengan kuat dan melekat satu
sama lain sehingga menghasilkan batubara padat yang tidak
terpisahkan selama proses pembakaran.
2. Karakteristik Bio-Briket
Pembakaran Bio-briket menurunkan menurunkan
pembentukan debu dan jelaga. Pembakaran batubara secara
langsung meningkatkan pembentukan abu dan jelaga
dikarenakan volatile matter menguap pada temperatur yang
rendah (200-4000C) yang merupakan pembakaran tidak
sempurna. Sebaliknya, bio-briket secara spontan terbakar
pada biomass yang memiliki titik nyala rendah yang
menyerap partikel batubara,. Hasilnya, debu dan jelaga
yang dihasilkan berkurang.
Bio briket dibuat dengan cara mencampur biomassa
dengan batubara mempunyai titik nyala yang lebih pendek.
Sebagai tambahan, dikarenakan pemuaian yang rendah dan
caking dari bio-briket, air yang cukup dialirkan di antara
briket selama pembakaran berkelanjutan seperti pada
tempat pembakaran. Hasilnya, bio briket memiliki
pembakaran yang baik dan tidak mati jika tidak dibakar
pada tungku atau pemanas meskipun udara supply
berkurang. Hal ini menyebabkan kemudahan untuk
mengatur rasio pembakaran. Karena serat biomassa
tergabung dengan partikel batubara, maka hasil berupa
debu pada batubara dari pembakaran, tidak akan
menghasilkan klinker. Sehingga, penyuplaian udara
berfungsi untuk menyetabilkan pembakaran. Dikarenakan
tidak adanya clinker yang terbentuk, abu mengandung
20
jumlah batubara yang tidak terbakar dalam jumlah yang
sanagt sedikit.
Bio briket terbentuk di bawah tekanan yang tinggi.
Oleh karena itu, zat penghilang sulfur dan partikel batubara
melekat dengan sangat kuat satu sama lain dan secara
spontan bereaksi selama pembakaran. Dengan penambahan
zat penghilang sulfur 60-80% sulfur pada batubara
berkurang di abu.
21
2. Tungku Permanen, biasanya memuat lebih dari 8 kg briket dan
dibuat secara permanen. Tungku ini biasanya digunakan untuk
dapur-dapur umum, pembuatan tahu, tempe, dll.
22
2. Bara briket yang menyala disiram dengan air secukupnya, karena
disiram air maka nyala bara briket akan mati.
3. Ruang pembakaran briket ditutup sampai kedap, sehingga gas
oksigen tidak dapat masuk ke dalam ruang pembakaran.
Pematian bara briket batubara lebih dianjurkan dengan cara
menutup ruang pembakaran agar ruang pembakaran menjadi kedap.
Pematian merupakan usaha untuk menghindarkan terjadi reaksi kimia
antara zat organik dengan oksigen (Waris dan Simanjuntak dalam
Tamrin, 2009).
23
Lamanya waktu penyalaan pada uji pembakaran briket
batubara merupakan salah satu parameter kualitas batubara.
Jumlah lempung dan jumlah tepung kanji yang terlalu
banyak akan memperlambat proses penyalaan briket dan
dapat menurunkan suhu pembakaran.
2. Suhu Pembakaran
Suhu maksimum dari pembakaran menunjukkan kualitas
briket batubara dimana semakin tinggi suhu pembakaran
maka semakin tinggi efisiensi dari briket. Suhu
pembakaran juga dipengaruhi oleh jenis batubara yang
digunakan dimana semakin tinggi nilai kalor batubara yang
dimanfaatkan maka semakin tinggi pula suhu pembakaran
yang dihasilkan.
3. Lama nyala
Lamanya nyala briket batubara menunjukkan kualitas
briket batubara dimana semakin lama penyalaan maka
semakin bagus pula kualitas briket batubara tersebut. Lama
nyala dipengaruhi oleh tepung kanji yang digunakan pada
proses pembuatan briket batubara.
4. Warna nyala api
Warna nyala api mempengaruhi kualitas briket batubara
dimana semakin biru nyala api briket batubara maka
semakin tinggi pula suhu pembakaran batubara.
5. Bau gas
Bau gas hasil pembakaran batubara mempengaruhi kualitas
briket batubara. Banyaknya kandungan sulfur yang ada
pada batubara maka makin terasa bau gas hasil
pembakarannya.
24
barubara dapat dilihat juga dari kekuatan briket batubara.
Kekuatan briket batubara tersebut meliputi kekuatan briket
sehingga tidak mudah pecah/hancur apabila diangkat, diangkut
dan dipindahkan. Kekuatan briket batubara juga meliputi
kekuatan tertentu briket sehingga mudah untuk dikeluarkan dari
tungku masak. Adapun kekuatan briket batubara ini dipengaruhi
oleh kuat tekan briket batubara sewaktu pembuatan briket
batubara.
25
1. Pemasok bahan bakar yang potensial dan dapat dihandalkan untuk
rumah tangga dan industri kecil.
2. Sumber daya energi yang mampu menyuplai dalam jangka
panjang.
3. Pengganti BBM/kayu bakar dalam industri kecil dan rumah
tangga.
4. Merupakan tempat penyerapan tenaga kerja yang cukup berarti
baik di pabrik briketnya, distributor, industri tungku, dan mesin
briket.
5. Merupakan bahan bakar yang harganya terjangkau bagi
masyarakat pada daerah-daerah terpencil.
6. Memberikan sumber pendapatan kepada penyedia bahan baku
briket seperti batubara, tanah liat, kapur, serbuk biomassa dan
sebagainya.
7. Sebagai wadah pengalihan teknologi dan keterampilan bagi tenaga
kerja Indonesia baik langsung maupun tidak langsung
2.2 Kokas
2.2.1 Pengertian Kokas
Kokas adalah bahan karbon padat yang berasal dari distilasi
batubara rendah abu dan rendah sulfur, batubara bitumen. Kokas
batubara berwarna abu-abu, keras, dan berongga. Kokas sebenarnya
dapat terbentuk secara alami, namun bentuk yang umum digunakan
adalah buatan manusia.
26
Pada akhir abad 19, para penambang di bagian barat Pennsylvania,
USA menyediakan batubara yang menjadi bahan baku untuk kokas.
Pada tahun 1885, Rochester and Pittsburgh Coal and Iron Company
mem bangun string oven kokas terpanjang di dunia di Walston,
Pennsylvania, dengan 475 oven dan panjangnya 2 km (1,25 mil).
Output mereka mencapai 22.000 ton per bulan. The Minersville Coke
Oven di Huntingdon County, Pennsylvania itu dicatatkan dalam Daftar
Tempat Bersejarah Nasional USA pada tahun 1991.
27
menghasilkan kokas dengan kekuatan yang sesuai (umumnya diukur
oleh coke strength after reaction (CSR)). Pengujian lainnya juga
dipertimbangkan, termasuk untuk memastikan coke tidak
menggelembung terlalu banyak selama produksi dan menghancurkan
oven melalui tekanan dinding yang berlebihan.
Semakin besar zat terbang (volatil) dalam batubara, semakin
banyak byproduk diproduksi. Umumnya tingkat 26-29% zat terbang
dalam campuran batubara dianggap baik untuk tujuan mendapatkan
kokas. Jadi jenis batubara lain bisa dicampur secara proporsional untuk
mencapai tingkat volatil yang dapat diterima sebelum proses produksi
kokas dimulai.
Kokas alami terbentuk ketika lapisan batubara dipotong oleh
intrusi vulkanik. Gangguan ini memanaskan batubara di sekitarnya
dalam suasana anoxic sehingga terbentuklah zona kokas (biasanya
beberapa meter) di sepanjang gangguan itu. Namun, kokas alami
sangat bervariasi dalam hal kekuatan dan kadar abunya, dan umumnya
dianggap tidak dapat dijual kecuali dalam beberapa kasus sebagai
produk termal.
28
pada program kendaraan luar angkasa NASA, Apollo. Dalam bentuk
akhirnya, bahan ini disebut AVCOAT 5026-39. Bahan ini telah
digunakan baru-baru ini sebagai perisai panas pada kendaraan
Pathfinder Mars. Meskipun tidak digunakan untuk pesawat ulang-alik
modern, NASA telah merencanakan untuk memanfaatkan kokas dan
bahan lainnya untuk perisai panas pesawat ruang angkasa generasi
berikutnya, bernama Orion, sebelum proyek itu dibatalkan.
Kokas secara luas digunakan sebagai pengganti batubara untuk
pemanas domestik menyusul diberlakukannya zona tanpa asap di
Inggris.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Briket batubara merupakan salah satu bahan bakar padat dengan cara
menghancurkan batubara menjadi ukuran tertentu lalu dicampurkan
dengan tapioka sebagai perekat sehingga dicetak.
2. Jenis-jenis briket batubara dapat dibedakan berdasarkan:
Proses pembuatan:
1. Briket Batubara Karbonisasi
2. Briket Batubara Tanpa Karbonisasi
Komposisi penyusun briket:
1. Briket Batubara Biasa
2. Briket Batubara Tanpa Karbonisasi
3. Briket Bio-Batubara
3. Bentuk briket batubara terdiri dari Briket Batubara Tipe Telur, Briket
Batubara Tipe Silinder, Briket Batubara Tipe Kubus dan Briket Batubara
Tipe Kenari.
4. Teknologi Pembuatan Briket Batubara terdiri dari:
1. Binderless Coal Briquetting (BCB)
2. Coal Upgrading Briquette (CUB)
3. Briket Karbonisasi
4. Bio-Briket
5. Briket batubara dapat digunakan sebagai:
1. Proses pengeringan tembakau
2. Penghangat ruangan anak ayam
3. Proses pengeringan bawang merah
4. Pengeringan kayu
5. Pengolahan tahu/tempe
6. Memasak dll
30
6. Kokas adalah bahan karbon padat yang berasal dari distilasi batubara
rendah abu dan rendah sulfur, batubara bitumen.
7. Dalam pembuatan kokas, batubara yang sebagai umpan dalam proses
karbonisasi dimasukan ke tungku.
8. Kokas alami terbentuk ketika lapisan batubara dipotong oleh intrusi
vulkanik.
9. Pemanfaatan kokas yaitu sebagai berikut :
1. Digunakan sebagai bahan bakar dan sebagai agen pereduksi dalam
peleburan bijih besi dalam blast furnace.
2. Secara tidak sengaja, kokas merupakan salah satu bahan yang
digunakan sebagai perisai panas pada program kendaraan luar angkasa
NASA, Apollo.
3. Secara luas digunakan sebagai pengganti batubara untuk pemanas.
3.2 Saran
Melalui makalah ini diharapkan agar mahasiswa lebih memahami
briket batubara sebagai salah satu bahan bakar padat sehingga ketika
mahasiswa terjun kedalam dunia industri, mahasiswa telah memiliki
pemahaman secara konsep teoritis maupun dalam prakteknya mengenai
briket.
31
DAFTAR PUSTAKA
Japan Coal Energy Center. 2017. Clean Coal Technology. Jepang: Japan Coal
Energy Center.
http://digilib.unila.ac.id/20354/10/11/%20BAB%20II%20SKRIPSI.pdf , diakses
pada tanggal 29 Oktober 2017
32